Isi

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care and caringmenyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (Potter & Perry, 2006). Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan di tandai kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).

description

tugas muskuloskletal 2

Transcript of Isi

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang

mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan

kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat,

keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care and

caringmenyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai

manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai

sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior

(Potter & Perry, 2006).

Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya tulang

vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri dari 7

tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera pada

bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma servikal

merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla spinalis yang

disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan di tandai

kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).

Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika serikat.

Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4 kasus dalam

1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda.2 Penyebab

tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan cedera yang berhubungan

dengan olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan dan kecelakaan kerja. Hampir 40%-

50% trauma medulla spinalis mengakibatkan defisit neurologis, sering menimbulkan

gejala yang berat, dan terkadang menimbulkan kematian. Walaupun insidens pertahun

relatif rendah, tapi biaya perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis sangat

besar, yaitu sekitar US$ 1.000.000 / pasien. Angka mortalitas  diperkirakan 48% dalam

24 jam pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian(Emma, 2011).

Page 2: Isi

Di Indonesia kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit

jantung, kanker, dan stroke, tercatat ±50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3%

penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla spinalis, 2% karena multiple

trauma. Insiden trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan

Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh,

40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical

paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3 (Emma,

2011).

Dampak trauma servikal mengakibatkan syok neurogenik, syok spinal, hipoventilasi,

hiperfleksia autonomic, gangguan pada pernafasan, gangguan fungsi saraf pada jari-jari

tangan, otot bisep, otot trisep, dan otot- otot leher. Akibat atau dampak lebih lanjut dari

trauma servikal yaitu kematian.

Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan guna

mencengah komplikasi pada klien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang trauma servikal.

Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk membahas masalah asuhan keperawatan

kegawatdaruratan dengan masalah trauma servikal.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fenomena diatas kelompok merasa tertarik untuk membahas

tentang masalah asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien Tn. A dengan

kasus  trauma servikal.

C. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada

pasien Tn. A dengan kasus  trauma servikal.

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dalam asuhan keperawatan

kegawatdaruratan pada trauma serikal.

Page 3: Isi

2. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala

pada trauma servikal.

3. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam asuhan

keperawatan kegawatdaruratan pada trauma serikal.

4. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan kegawat

daruratan pada trauma serikal.

5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi  atau tindakan keperawatan dalam

rangka penerapan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada trauma serikal.

6. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dalam

asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada trauma serikal.

7. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada Asuhan

Keperawatan  kegawatdaruratan pada trauma serikal.

D. MANFAAT

1. Bagi mahasiswa

a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep penyakit trauma servikal.

b. Mahasiswa mendapat memahami dan mempraktekkan tentang asuhan

keperawatan gawatdaruratan pada penyakit trauma servikal.

2. Bagi akademik

a. Akademik mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan

pembelajaran.

b. Akademik mendapat dorongan untuk memotivasi mahasiswa tentang trauma

servikal melalui proses belajar dan praktik dilapangan.

Page 4: Isi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma Servikal

Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan

medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra

servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh servikal. Dislokasi

servikal adalah lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal. Subluksasi servikal

merupakan kondisi sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah

terputusnya hubungan dari badan tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).

B. Etiologi

Cedera medulla spinalis servikal disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai

tulang belakang di mana tulang tersebut melampaui kemampauan tulang belakang dalam

melindungi saraf-saraf belakangnya. Menurut Emma, (2011) Trauma langsung tersebut

dapat berupa :

1. Kecelakaan lalulintas

2. Kecelakaan olahraga

3. Kecelakaan industri

4. Jatuh dari pohon/bangunan

5. Luka tusuk

6. Luka tembak

7. Kejatuhan benda keras

C. Patofisiologi

Kolumna vertebralis normal dapat menahan tekanan yang berat dan mempertahankan

integritasnya tampa mengalami kerusakan pada medula spinalis. Akan tetapi, beberapa

mekanisme trauma tertentu dapat merusak sistem pertahanan ini dan mengakibatkan

kerusakan pada kolumna vertebralis dan medula spinalis. Pada daerah kolumna servikal,

kemungkinan terjadinya cedera medula spinalis adalah 40%. Trauma servikal dapat

ditandai dengan kerusakan kolumna vertebralis (fraktur, dislokasi, dan subluksasi),

Page 5: Isi

kompresi diskus, robeknya ligamen servikal, dan kompresi radiks saraf pada setiap

sisinya yang dapat menekan spinal dan menyebabkan kompresi radiks dan distribusi saraf

sesuai segmen dari tulang belakang servikal (Price, 2009).

Pada cidera hiperekstensi servikal, pukulan pada wajah atau dahi akan memaksa

kepala kebelakang dan tidak ada yang menyangga oksiput dan diskus dapat rusak atau

arkus saraf mengalami kerusakan. Pada cidera yang stabil dan merupakan tipe frakutur

vertebra yang paling sering di temukan. Jika ligamen posterior robek, cedera, bersifat

tidak stabil dan badan vertebra bagian atas dapat miring ke depan di atas badan vertebra

di bawahnya. Trauma servikal dapat menyebabkan cedera yang komponen vertebranya

tidak akan tergeser oleh gerakan normal sehingga sumsum tulang tidak rusak dan resiko

biasanya lebih rendah (Muttaqin, 2011).

Cedera yang tidak stabil adalah cedera yang dapat mengalami pergeseran lebih jauh

dan perubahan struktur oseoligamentosa posterior (pedikulis, sendi permukaan, arkus

tulang posterior, ligamen interspinosa, dan supraspinosa), komponen pertengahan

(sepertiga bagian posterior badan vertebra, bagian posterior diskus intervertebra, dan

ligamen longitudinal posterior), dan kolumna anterior (duapertiga bagian anterior korpus

vertebra, bagian anterior diskus intervertebra dan ligamen longitudinal anterior)

(Muttaqin, 2011).

Cedera spinal tidak stabil menyebabkan resiko tinggi cedera pada korda sehingga

menimbulkan masalah aktual atau resiko ketidakefektifan pola napas dan penurunan

curah jantung akibat kehilangnya kontrol organ viseral. Kompresi saraf dan spasme otot

servikal memberikan stimulasi nyeri. Kompresi diskus menyebabkan paralisis dan

respons sistemik dengan munculnya keluhan mobilisasi fisik, gangguan defekasi akibat

penurunan peristaltik usus, dan ketidak seimbangan nutrisi (Price, 2002).

Tindakan dekompresi dan stabilitas pada pascabedah akan menimbulkan port de

entree luka pascabedah yang menyebabkan masalah resiko tinggi infeksi. Selain itu,

tindakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan neuromuskular, yang menimbulkan

resiko trauma sekunder akibat ketidaktahuan tentang teknik mobilisasi yang tepat.

Kondisi psikologis karena prognosis penyakit menimbulkan respons anastesi. Manipulasi

yang tidak tepat akan menimbulkan keluhan nyeri dan hambatan mobilitas fisik

(Muttaqin, 2011).

Page 6: Isi

D. Manifestasi Klinis

Menurut Hudak & Gallo, (1996) menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai

berikut :

1. Lesi C1-C4

Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih

berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak ada gerakan

(baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah transeksi spinal tersebut. Kehilangan

sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah

wajah. Kehilangan sensori diilustrasikan oleh diagfragma dermatom tubuh.

Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan perhatian penuh

karena ketergantungan pada semua aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti makan, mandi,

dan berpakaian. quadriplegia pada C4 biasanya juga memerlukan ventilator mekanis

tetapi mengkn dapat dilepaskan dari ventilator secara. intermiten. pasien biasnya

tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari meskipun dia

mungkin dapat makan sendiri dengan alat khsus.

2. Lesi C5

Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma rusak

sekunder terhadap edema pascatrauma akut. paralisis intestinal dan dilatasi lambung

dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas mengalami rotasi ke arah luar

sebagai akibat kerusakan pada otot supraspinosus. Bahu dapat di angkat karena tidak ada

kerja penghambat levator skapula dan otot trapezius. setelah fase akut, refleks di bawah

lesi menjadi berlebihan. Sensasi ada pada daerah leher dan triagular anterior dari daerah

lengan atas.

3. Lesi C6

pada lesi segen C6 disters pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan

edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik, dengan lengan abduksi dan

lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitasd tak terhambat dari deltoid, bisep dan otot

brakhioradialis.

4. Lesi C7

Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesori untuk

mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Ekstremitas atas mengambil posis yang

Page 7: Isi

sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan biasnya berlebihan ketika kerja refleks

kembali.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Gambar 2.2 : Hasil pemeriksaan rontgen

Menurut Doenges, (2000) ada pun pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:

1. Sinar X spinal

2. Menentukan loksi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk kesejajaran,

reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.

3. CT scan

4. Menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi gangguan struktural.

5. MRI

6. Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.

7. Mielografi

8. Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor patologisnya

tidak jelas atau di curigai adanya oklusi pada ruang subarakhnoid medulla spinalis.

9. Foto rontgen torak

10. Memperlihatkan keadaan paru (contohnya: perubahan pada diagfragma,

anterlektasis).

11. GDA

12. Menunjukkan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.

F. Komplikasi

Menurut Emma, (2011) komplikasi pada trauma servikal adalah :

1. Syok neurogenik

Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang

desending pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus

vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka terjadi

penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.

2. Syok spinal

Page 8: Isi

Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah

terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak seperti

lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.

3. Hipoventilasi

Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari

cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau torakal

atas.

4. Hiperfleksia autonomic

Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak, kongesti

nasal, bradikardi dan hipertensi.

G. Penatalaksanaan

Menurut ENA, (2000) penatalaksanaan pada pasien truama servikal yaitu :

1. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)

2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw

thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi),

mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.

3. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar,

imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.

4. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7) dengan

menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member lipatan

selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.

5. Menyediakan oksigen tambahan.

6. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.

7. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.

8. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari

hipotensi dan bradikardi.

9. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

10. Berikan antiemboli

11. Tinggikan ekstremitas bawah

12. Gunakan baju antisyok.

Page 9: Isi

13. Meningkatkan tekanan darah

14. Monitor volume infus.

15. Berikan terapi farmakologi ( vasokontriksi)

16. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejala

bradikardi.

17. Mengetur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.

18. Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.

19. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord :

steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8

jam setelah kejadian.

Page 10: Isi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Data Biografis

a. Nama           : Ny. A               

b. Umur : 57 Tahun                

c. Jenis Kelamin : Perempuan           

d. Pendidikan Terakhir : SD

e. Suku/bangsa : Jawa

f. Tanggal Masuk : 20 Maret 2015

g. Status Perkawinan : Nikah     

2. Riwayat Kesehatan

Pada tanggal 18 Maret 2015 Pasien merasakan sakit pada lutut, dan pada

tanggal 19 Maret 2015 pasien mencoba pergi ke tukang urut akan tetapi tidak ada

perubahan, akhirnya pada tanggal 20 Maret 2015, Pasiendatang ke Rumah Sakit dan

mengatakanmengatakan terasa nyeri pada daerah lutut.

3. Riwayat Keluarga

Keterangan :

Pasien

Laki-laki

Perempuan

Perempuan meninggal

Laki-laki meninggal

Tinggal satu rumah

Page 11: Isi

4. Status Kesehatan

Pada saat dilakukan pengkajian, Keadaan umum klien Baik, tingkat kesadaran

Composmentis (kesadaran penuh), klien mengatakan sering sakit pada daerah

lutut.bila timbul serangan nyeri pada lututnya klien tidak mampu melakukan

aktivitasnya. Klien juga mengatakan kurang paham dan mengerti dengan penyakit

yang dideritanya serta pencegahan dan pengobatan.Pada saat pengkajian berikutnya

pasien bertanya pada mahasiswa tentang pengobatan tradisional.

Pada saat dilakukan pemeriksaan, didapatkan data:

Pasien terlihat meringis kesakitan, skala nyeri 6 (sedang), Pemeriksaan TTV:

TD = 130/90mmHg, RR = 22 x/menit, T = 36,70C, N = 86 x/menit, pasien tampak

bingung saat ditanya tentang penyakit yang dideritanya dan kurang paham tentang

cara pencegahan dan pengobatannya. Klien terlihat bertanya pada mahasiswa tentang

penyakitnya.

5. Pengakajian Fisik

1. Breating ( B1)

2. Blood (B2)

3. Brain ( B3)

4. Bladder (B4)

5. Bowel (B5)

6. Bone (B6)

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan

dispnea,terdapat otot bantu napas

3.3 Analisis Data

Data Etiologi Masalah

DS :

- Klien mengatakan

lututnya terasa sakit

Gaya hidup yang kurang

baik

Usia lebih dari 40 tahun

Nyeri

Page 12: Isi

DO :

- Pasien Terlihat Maringis

- Skala nyeri 6

- TD = 130/90mmHg

- RR = 22x/menit

- S = 36,7’c

- N = 86x/menit

Berkurangnya kadar air

tulang rawan sendi

Penurunan fungsi tulang

nyeri

3.4 Intervensi Dan Rasional

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN/KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Pola napas tidak

efektif

berhubungan

dengan

hiperventilasi

ditandai dengan

dispnea,terdapat

otot bantu napas.

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama 2x15 menit,

diharapkan pola napas

pasien efektif dengan

kriteria hasil:

a.     Pasien melaporkan

sesak napas berkurang

b.     Pernapasan teratur

c.     Takipnea tidak ada

d.    Pengembangan dada

simetris antara kanan

dan kiri

e.     Tanda vital dalam

batas normal (nadi 60-

100x/menit, RR 16-20

x/menit, tekanan darah

110-140/60-90 mmHg,

suhu 36,5-37,5 oC)

f.      Tidak ada

penggunaan otot bantu

1.        Pantau ketat

tanda-tanda

vital dan

pertahankan

ABC.

2.        Monitor

usaha

pernapasan

pengembangan

dada,

keteraturan

pernapasan

nafas bibir dan

penggunaan otot

bantu

pernapasan.

3.        Berikan

posisi

1.    Perubahan

pola nafas

dapat

mempengaruhi

tanda-tanda

vital

2.   

Pengembangan

dada dan

penggunaan

otot bantu

pernapasan

mengindikasik

an gangguan

pola nafas.

3.   

Mempermudah

ekspansi paru.

4.    Stabilisasi

tulang servikal.

5.    Oksigen yang

Page 13: Isi

napas. semifowler jika

tidak ada kontra

indiksi.

4.        Gunakan

servikal collar,

imobilisasi

lateral kepala,

meletakkan

papan di bawah

tulang belakang.

5.        Berikan

oksigen sesuai

indikasi

adekuat dapat

menghindari

resiko

kerusakan

jaringan

2. Perfusi jaringan

perifer tidak efektif

berhubungan

dengan

penyumbatan aliran

darah

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x5 menit

diharapkan perfusi

jaringan adekuat.

Kriteria hasil :

a.    Nadi teraba kuat

b.    Tingkat kesadaran

composmentis

c.    Sianosis atau pucat

tidak ada

d.   Nadi Teraba lemah,

terdapat sianosis,

e.    Akral teraba hangat

f.     CRT < 2 detik

g.    GCS 13-15

h.    AGD normal

1.        Atur posisi

kepala dan leher

untuk

mendukung

airway (jaw

thrust). Jangan

memutar atau

menarik leher

ke belakang

(hiperekstensi),

mempertimbang

kan pemasangan

intubasi

nasofaring.

2.        Tinggikan

ekstremitas

1.    Untuk

mempertahank

an ABC dan

mencegah

terjadi

obstruksi jalan

napas

2.   

Meningkatkan

aliran balik

vena ke

jantung

3.    Stabilisasi

tulang servikal

4.    Mencukupi

kebutuhan

Page 14: Isi

bawah.

3.        Gunakan

servikal collar,

imobilisasi

lateral kepala,

meletakkan

papan di bawah

tulang belakang.

4.        Sediakan

oksigen dengan

nasal  canul

untuk mengatasi

hipoksia

5.        Ukur tanda-

tanda vital.

6.        Awasi

pemeriksaan

AGD

oksigen tubuh

dan oksigen

juga dapat

menurunkan

terjadinya

sickling

5.    Perubahan

tanda-tanda

vital seperti

bradikardi

akibat dari

kompensasi

jantung

terhadap

penurunan

fungsi

hemoglobin

6.    Penurunan

perfusi

jaringan dapat

menimbulkan

infark terhadap

organ jaringan

3. Nyeri akut

berhubungan

dengan gangguan

neurologis.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x 15 menit

diharapkan nyeri

pasien dapat berkurang

1. Kaji PQRST

pasien.

1.   Pengkajian

yang tepat

dapat

membantu

dalam

Page 15: Isi

dengan kriteria hasil :

a.    Tanda-tanda vital

dalam batas normal

(Nadi 60-100 x/menit),

(Suhu 36,5-37,5),

( Tekanan Darah 110-

140/60-90 mmHg),(RR

16-20 x/menit)

b.    Penurunan skala

nyeri( skala 0-10)

c.    Wajah pasien tampak

tidak meringis       

2. Pantau tanda-

tanda vital

3. Berikan

analgesic untuk

menurunkan

nyeri.

4. Gunakan

servikal collar,

imobilisasi

lateral kepala,

meletakkan

papan di bawah

tulang belakang.

memberikan

intervensi yang

tepat.

2.   Nyeri bersifat

proinflamasi

sehingga dapat

mempengaruhi

tanda-tanda

vital.

3.   Analgetik

dapat

mengurangi

nyeri yang

berat

(memberikan

kenyamanan

pada pasien)

4.   Stabilisasi

tulang

belakang untuk

mengurangi

nyeri yang

timbul jika

tulang

belakang

digerakkan

3.5 Evaluasi

S: Klien mengatakan nyeri hilang

O: Klien tampak tenang

Page 16: Isi

A: Masalah dapat teratasi

P: Intervensi dilanjutkan, lanjutkan ke DX 4

S: Pasien mengatakan masih lelah jika beraktvitas berlebihan

O: Klien tampak jarang beraktivitas

TTV

TD = 110/80 mmHg

N   = 99 x/menit

S = 360C

RR = 22 x/menit

Page 17: Isi

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses

inflamasi pada sendi (Lemone & Burke. 2001).

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

meningkatnya usia.

Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

organ dan jaringan tubuh.Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga

fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna

mengaktifkan fungsi otot.

Rematik ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan respon imun seseorang

dengan dipengaruhi oleh faktor genetik.

1.2 Saran

Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma servikal dengan tepat sehingga dapat

mencegah terjadinya kegawat daruratan dan komplikasi yang tidak diinginkan.