Isi

download Isi

of 20

Transcript of Isi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak pada banyak bagian dunia. Entamoeba hystolitica salah satunya. Protozoa ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut amebiasis yang dapat merupakan penyebab ketiga kematian pada skala global. Prevalensi infeksi amuba di seluruh dunia bervariasi dari 5% - 81%..Di Indonesia, amebiasis kolon banyak ditemukan dalam keadaan endemic. Prevalensi E.histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 10 18%. Hal in disebabkan oleh faktor kepadatan penduduk, higiene individu, dan sanitasi lingkungan hidup sertakondisi sosial ekonomi dan kultural yang menunjang.Entamoeba histolytica merupakan protozoa, di mana definisi dari protozoa, dari kata asalnya dari bahasa yunani protos yang berarti pertama dan zoon yang berarti hewan. Phylum dari hewan ini adalah kuman uniseluler yang kebanyakan adalah submikroskopis.Ilmu yang mempelajari protozoa di namakan Protozoologi. Sedangkan protozologi yang merupakan bagian dari parasitologi. Sedangkan paratozoologi kedokteran mempelajari secara khusus semua jenis protozoa yang berkaitan dengan ilmu kedokteran. Untuk mempelajari protozoologi kedokteran di perlukan pengetahuan mengenai klasifikasinya dan morfologinya yang dibahas dalam bab ini.Didalam ilmu protozoologi di kenal dengan 5 kelompok besar dari protozoa di mana Entamoeba histolytica termasuk dalam kelompok sarcodina yang bergerak secara amoeboid dengan perantaraan pseudopodi. Suphylum ini berkembang biak dengan cara aseksual dan pada umumnya memiliki dua bentuk yaitu Cyste dan Trophozoite. Dalam protozoologi kedokteran spesies yang dibicarakan sangat banyak. Di mana subphylum dari sarcodina yang saat ini akan di bicarakan adalah entamoeba histolytica sebagain penyebab amoebiasis dan abses hati.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana mekanisme terjadinya amebiasis (etiologi, patogenesis, gejala klinis, mekanisme, pencegahan) ?1. Bagaimana hubungan lingkungan dengan terjadinya amebiasis?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya amebiasis (etiologi, patogenesis, gejala klinis, mekanisme, pencegahan)1. Untuk mengetahui hubungan lingkungn dengan terjadinya amebiasis

MAPPINGPARASITCARA PENULARANINFEKSIPRINSIPPROTOZOAMETAZOAAMEBIASISPENYEBABPENCEGAHANGEJALASIKLUS HIDUP

BAB IITINJAUAN PUSTAKAAmebiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease). Amebiasis merupakan penyebab ketiga kematian akibat infeksi parasit di dunia setelah malaria dan skistomiasis. Pada dasar global, amebiasis mengenai 50 juta orang per tahun, dan menyebabkan hampir 100,000 kematian (Dhawan, 2008).Amebiasis terjadi di seluruh dunia, namun prevalensi tertinggi terjadi pada daerah tropis, negara berkembang dengan keadaan sanitasi buruk, status sosial ekonomi yang rendah dan status gizi yang kurang baik serta di mana strain virulensi E histolytica masih tinggi. Kebanyakan mortalitas dan morbiditas penyakit infeksi berlaku di Afrika, Asia, Amerika Selatan dan Amerika Sentral. Prevalensi E histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar di antara 10-18% (Junita et al,2006). Hanya 10% penderita menjadi simptomatik dan berbeda simptomnya mengikut geografi. Prevalensi penderita asimptomatik berkisar sebanyak 90%, namun berbeda prevalensinya mengikut geografi (Markel et al, 1999).Persentase mortalitas bagi pasien dengan abses hepar nonkomplikasi adalahkurang dari 1%, manakala fulminan kollitis amebiasis lebih dari 50%. Pleuropulmonar amebiasis mempunyai persentase mortalitas 15-20%, perikarditis amebik pula sebanyak 40%. Amebiasis serebral mempunyai persentase yang paling tinggi iaitu 90% (Dhawan, 2008).Di antara semua amebae intestinal, hanya entamoeba histolytica yang bersifat patogen dan signifikan terhadap kesehatan manusia. Protozoa ini juga merupakan penyebab utama disentri amebik (Yulfi, 2006).Entamoeba histolytica ditransmisi terutamanya melalui fecal-oral secara direk, kontak orang ke orang seperti menukar lampin bayi dan praktis seksual oral anal atau indirek melalui ingesti makanan atau minuman terkontaminasi. Faktor transmisi fekal-oral ialah higine individu yang buruk terutama pada anak-anak yang dijaga di tempat penitipan anak-anak, kemudian institusi seperti penjara, rawat inap psikiatri, dan rumah anak yatim akibat displin kebersihan yang tidak terjaga. Faktor lain ialah kawasan water-borne epidemics, diare migrans dan wisatawan serta pria homoseksual yang melakukan kontak oral-anal. Penyaji makanan ialah seseorang yang bertanggungjawab dalam menyajikan makanan, berperan penting dalam penularan amebiasis jika menderita amebiasis asimptomatis sehingga diperlukan higienis dan sanitasi yang baik dan etis sebagai usaha pencegahan. Atas dasar kenyataan tersebut di atas maka perlu diketahui gambaran pengetahuan penyaji makanan amebiasis (disentri ameba).

MORFOLOGI DAN PENULARANNYAParasit ini memiliki dua bentuk dalam siklus hidupnya yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista). Dimana perbedaan dari kedua bentuk ini dilihatkan dalam tabel 1 dNo trofozoitKista

1ukuran 10-60 mbentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20m

2sitoplasma bergranular dan mengan-dung eritrosit, yang merupakan penanda penting untuk diagnosisnyakista matang memiliki 4 buah inti entamoba

3terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai de-ngan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran intitidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma

4bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia. bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia.

Trofozoid hidup didalam usus atau hidup diantara sisi usus dan memakan bakteri. Bila terjadi infeksi trofozoid bisa menyebabkan diare, yang juga akan membawa trofozoid keluar dari tubuh kita. Di luar tubuh manusia, trofozoid yang rapuh akan mati. Jika pada sat infeksi seseorang tidak mengalami diare, trofozoid biasanya akan berubah menjadi kista sebelum keluar dari usus. Kista merupakan bentuk yang lebih kuat dan bisa menyebar, baik secara langsung dari orang ke orang atau secara tidak langsung melalui air dan makanan.Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi. Penyakit ini paling sering ditemukan pada masyarakat yang tinggal di negara berkembang, yang derajat lingkungan kesehatannya buruk. Buah-buahan dan sayur-sayuran bisa terkontaminsai jika tumbuh didalam tanah yang diberi pupuk kotoran manusia, atau dicuci dengan air yang terkontaminasi atau diolah/disaijkan oleh seseorang yang terinfeksi.Penyakit ini juga ditemukan pada orang yang telah mengadakan perjalanan ke negara berkembang dan pada pria homoseksual.Mansuia dan kemungkinan primate yang lain merupakan host natural yang bisa menderita amebiasis dan menyebabkan penyebaran. Mamalia tipe lain seperti anjing, kucing juga bisa terdapat E. histolytica dalam tubuhnya, walaupun tidak ditemukan kista dalam fesesnya. Oleh karena organisme ini tidak bisa bertahan idup diluar tubuh dan binatang ini tidak menyebabkan penyebaran.Distribusi GeografiAmebiasis terdapat di seluruh dunia, yang paling utama terdapat di Negara berkembang, di daerah yang padat dan sanitasi yang buruk. Prevalensinya lebih tinggi pada daerah tropic, subtropik dan kutup utara dibandingkan dengan daerah yang tanpa iklim. Dalam Negara industri kelompok yang memiliki resiko yang tinggi adalah imigran, traveler, dan homoseksual

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 EtiologiDidapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai parasit non-patogen dalam mulut dan usus, tetapi hanya E. histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi E. histolytica yang memberi gejala invasive, sehingga diduga ada 2 jenis E. histolytica yaitu strain patogen dan non-patogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda bedasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hati. E.histolytica didalam feses dapat ditemukan dalam 2 bentuk yaitu bentuk vegetatif atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup diluar tubuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten tehadap suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana kering atau asam. 3.2 Siklus Hidup- Kista matang dikeluarkan bersama tinja- Infeksi entamoeba histolitica oleh kista matang berinti empat- Feses mengontaminasi makanan, air, atau tangan . terjadi ekskitasi- Di dalam usus dan berbentuk tropozoit- Selanjutnya bermigrasi ke usus besar.- Tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary fission ) dan menjadi kista, menumpang di dalam feses, karena dapat mempertahankan dirinya, kista akan bertahan beberapa hari sampai berminggu-minggu pada keadaan luar dan menjadi penyebab penularan. ( bentuk tropozoit selalu ada pada feses diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan oleh tubuh, dan jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati lambung).- Dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju lumen usus ( noninvasise infection) pada carrier yang asimtomatik.- Kista ada dalam fesesnya. Pasien diinfeksi oleh tropozoit di dalam mukosa usus.( intestinal disease), atau, menuju aliran darah, secara ekstra intestinal menuju hati, otak, dan paru.(extraintestinal disease), dengan berbagai kelainan patogenik.3.3 PatogenesisDalam siklus hidupnya A. Hystolitolitca memiliki stadium yang berbentuk trofozoit-prakista-kista-metakista. Dalam PH asam kista Entamoeba Hystolitica tidak berkembang. Dalam suasana pH basa kista aktif berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik. Kista dan prakista dihasilkan hanya pada kondisi metabolisme yang tidak sesuai. Adanya dinding kista, menyebabkan pada stadium ini kista dapat bertahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Tahapan Kista tidak bersifat patogen namun dapat berubah menjadi infektif bagi manusia. Kista ini kemudian berkembang lebih lanjut menjadi trofozoit di dalam usus besar. Infeksi oleh protozoa ada dalam 2 bentuk yaitu bentuk kista yang infektif dan bentuk lain berupa protozoit patogen. Dalam keadaan an-aerob E-Histolityca dapat tumbuh optimal dan mampu memperbanyak diri. Jika mencapai dinding usus, trofozoit mencapai ukuran yang paling besar. . Tropozoit besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan dekstruksi jaringan. Di dalam dinding usus besar tersebut trofozoit terbawa oleh aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Kemudian timbullah gejala-gejala klinisnya. Bentuk klinis yang dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal(akut dan kronis) dan amebiasis ekstra intestinal.Amebiasis intestinal akut, gejalanya berlangsung kurang dari satu bulan. Pada penderita timbul infeksi secara perlahan, nyeri pada bagian abdomen bawah, dan paling sering pada kuadran kanan bawah, seringnya berkeinginan untuk buang air besar. Tinja lunak berair, dan berisi sejumlah darah dan lendir.

Kista beserta trofozoit akan dikeluarkan bersama feses saat defekasi. Kista dengan dindingnya yang kokoh mampu bertahan dengan kondisi luar yang tidak menguntungkan didalam tanah. Jika kualitas sanitasi seseorang tidak baik, maka kista akan data mengontaminasi makanan atau minuman yang dikonsumsi orang tersebut. Disaat inilah kista akan tertelan melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Entamoeba histolytica akan tumbuh optimal dan akan mampu meperbanyak diri, serta akan menginvasi dinding usus. Penyebaran penyakit ini yaitu pada amoebiasis ekstra intestinal dapat melalui aliran darah saat trofozoit mampu menembus dinding usus. Maka akan terdapat abses pada bagian tubuh yang lainnya, terutama paru-paru dan otak.Sumber infeksi terutama "carrier" yakni penderita amoebiasis tanpa gejala klinis yang dapat bertahan lama megeluarkan kista yang jumlahnya ratusan ribu perhari. Bentuk kista tersebut dapat bertahan diluar tubuh dalam waktu yang lama. Kista dapat menginfeksi manusia melalui makanan atau sayuran dan air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung kista.Infeksi dapat juga terjadi dengan atau melalui vektor serangga seperti lalat dan kecoak (lipas) atau tangan orang yang menyajikan makanan (food handler) yang menderita sebagai "carrier", sayur-sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia dan selada buah yang ditata atau disusun dengan tangan manusia. Bukti-bukti tidak langsung tetapi jelas menunjukkan bahwa air merupakan perantara penularan. Sumber air minum yang terkontaminasi pada tinja yang berisi kista atau secara tidak sengaja terjadi kebocoran pipa air minum yang berhubungan dengan tangki kotoran atau parit

Penularan diantara keluarga sering juga terjadi terutama pada ibu atau pembantu rumah tangga yang merupakan "carrier", dapat mengkontaminasi makanan sewaktu menyediakan atau menyajikan makanan tersebut. Pada tingkat keadaan sosio ekonomi yang rendah sering terjadi infeksi yang disebabkan berbagai masalah, antara lain:1.Penyediaan air bersih, sumber air sering tercemar.2.Tidak adanya jamban, defikasi disembarang tempat, memungkinkan amoeba dapat dibawa oleh lalat atau kecoa.3.Pembuangan sampah yang jelek merupakan tempat pembiakan lalat atau lipas yang berperan sebagai vektor mekanik.

Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica dapat terjadi dalam 2 fase, yaitu ;

Fase Primer : pada fase ini penderita mengalami Amebiasis Intestinal, dan organ yang diserangnya adalah bagian caecum yang terutama, serta bagian-bagian yang lain, hal ini sangat tergantung pada : a.resistensi hostnya sendiri, b) virulensi dari strain amoeba, c) kondisi dari lumen usus/dinding usus, seperti infek atau tidaknya dinding usus, d) kondisi makanan, apabila makanan banyak mengandung karbohidrat, maka amoeba tersebut menjadi patogen, dan e) keadaan normal flora usus. Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu, akan menentukan sifat amoeba menjadi aktif, yaitu mengadakan lesi pada usus dan pada umumnya sampai mencapai mukosa. Gambaran lesi pada usus (mukosa), tampak adanya nekrosis tanpa reaksi keradangan, kecuali bila ada sekunder infeksi. Pada keadaan lanjut proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari sini amoeba akan ke sirkulasi darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus. Sekunder infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium perfringens, Shigella dan umumnya prognosa menjadi jelek, sebab terjadinya gangren usus, serta sering menyebabkan kematian penderita.Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa), sering terjadi perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada feses penderita, kadang-kadang dapat dilihat adanya sel-sel mukosa. Disamping itu ulkus yang dalam ini juga dapat menyebabkan terjadinya perforasi, hingga prognosa akan menjadi jelek.

Fase Sekunder : terjadi pada amebiasis ekstra intestinal. Proses ekstra intestinal ini dapat terjadi akibat penyebaran parasit secara hematogen, dan organ yang sering terkena adalah: hepar (hati) yang dapat menimbulkan amoebik hepatis dan selanjutnya akan menimbulkan abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat single atau multiple dan 85 % pada lobus di ekstra. Selanjutnya dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena pecahnya abses hati atau secara hematogen, yaitu pada : pleura, paru-paru, kulit, dan adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum akan dapat menyebabkan komplikasi atau akan berekspansi ke vagina bagi penderita wanita. Proses amoebiasis ekstra intestinal dapat terjadi dengan cara sebagai berikut :(1)amebiasis hati : terjadi karena abses hati terutama pada posteosuperior lobus kanan, dengan gejala klinis : nyeri daerah hipokondrium kanan, demam disertai ikterus, hepatomegali (diare dan disentri negative), jika tidak diobati/tidak sempurna maka abses berkembang berbagai arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar. komplikasi pecahnya abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru, rongga pleura kanan, diafragma dan rongga peritoneum. (2) amebiasis kulit terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan granuloma kutis.(3) amebiasis paru terjadi karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah organ paru, sputum berwarna coklat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit pada bahan sputum. (4) amebiasis pleura kanan terjadi karena abses hati kanan pecah, dan menyerang empiema torax. (5) Diafragma terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik (6) Rongga peritoneum dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis umum. (7) erebral amoebiasis, terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru (kasus jarang). (8) Abses limpa, terjadi karena komplikasi amubiasis hati atau langsung penularan dari tropozoit kolon.Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka akan terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium, kulit & rongga pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala klinis sebagai berikut : 1) pada lambung dapat terjadi hematemesis(muntah darah benvarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas). 2) pada rongga perikardium; dapat perikarditis purulen yang dapat menyebabkan kematian. 3) amoebiasis organ lain : Pulmonary amoebiasis3.4 Cara PenularanEntamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista Entamoeba histolytica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8-12 hari, di air 9-30 hari, dan di air dingin (4C) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50C. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara-cara berikut ini:

1. Persediaan air yang terpolusi2. Tangan infected food handler yang terkontaminasi3. Kontaminasi oleh lalat dan kecoa4. Penggunaan pupuk tinja untuk tanaman5. Higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan perumahan.6. Penularan yang berlangsung melalui hubungan seksual biasanya terjadi di kalangan pria homoseksual.3.5 PatologiAbses hati amoebik biasanya terletak di lobus superoanterior. Besarnya abses bervariasi dari beberapa cm sampai abses besar sekali yang mengandung beberapa liter pus. Abses dapat tunggal (soliter) ataupun ganda (multiple). Walaupun amoeba berasal dari usus, kebanyakan kasus abses hati amoebik tidak menunjukkan adanya amoebiasis usus pada saat yang bersamaan, jadi ada infeksi usus lama bertahun-tahun sebelum infeksi menyebar ke hati.Sejak awal penyakit, lesi amoeba didalam hepar tidak pernah difus melainkan merupakan proses local. Proses hepatolitik tetap asimtomatik dan gejala-gejala akan muncul jikan daerahini meluas membentuk suatu abses yang lebih besar. Lesi kecil akan sembuh dengan pembentukan jaringan parut, sedangkan pada dinding abses besar akan ditemukan fibrosis. Jarang terjadi kalsifikasi, dan amoebiasis tidak pernah menjadi sirosis hati.Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine, metronidazole, dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian biasanya karena sepsis atau sindrom hepatorenal.3.6 Gejala Klinis Amebiasis Gejala Klinis Amebiasis dibagi menjadi 2, yaitu :Amebiasis intestinal Amebiasis intestinal akut Amebiasis intestinal menahun3.6.1 Amebiasis ekstra intestinal Gejala klinis amebiasis intestinal akut : Dysentri amebica sindrom disentriYang disertai dengan diare (encer), berlendir, berdarah, tenesmus anus (nyeri anus), mules Gejala klinis amebiasis intestinal menahun Gejala tidak jelas Gejala usus ringan, tidak enak perut, diare dengan obstipasi (sembelit) Penebalan dinding usus (sekum, sigmoid) granuloma ameboma Peradangan menahun granulasi Infeksi dapat bertahan sampai 40 tahun yang berulang kali timbul gejala gastrointestinal dari ringan sampai berat, dapat berupa sebagai serangan disentri, gangguan pencernaan, konstipasi, nyeri tekan setempat ataupun hepatomegali. Tanpa pengobatan yang tepat, parasit akan terus menimbulkan kerusakan walaupun mungkin tanpa gejala berarti. Penderita amebiasis menahun ini terus mengeluarkan kista ataupun pengandung kista tanpa gejala, sehingga dapat berperan sebagai sumber infeksi.

3.6.2 Gejala klinis amebiasis ekstra intestinal Secata hematogen (aliran darah) Abses hati berat badan menurun, lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati dan nyeri tekan, peninggian diafragma. Abses paru terjadi pembengkakan di paru-paru kanan, nyeri paru bagian kanan Abses otak gejala abses otak seperti tumor namun masih diagnosis Secara perkontinuinatum atau secara langsung. Bila abses hati pecah menembus diafragma abses paru Abses hati pecah rongga perut peritonitis menembus perut kulit amebiasis kulit, perianal, vagina ulkus

3.7 Hubungan Sanitasi lingkungan dan ekonomi terhadap penyakit amebiasis Sanitasi lingkunganSanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai factor yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai factor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat terhindari (Azwar, 1990). Sanitasi lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), dan tempat sampah.Perilaku masyarakat, yang dalam pemanfaatannya kurang terpelihara sebagaimana mestinya dapat menimbulkan suatu kerugian baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan dan orang sekitar. Hal ini berhubungan erat dengan tingkat pendidikan kesehatan seseorang yang berdampak pada tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam menjaga sanitasi lingkungannya yang selanjutnya menimbulkan tercapainya perilaku kesehatan yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang suka membuang sampah sembarangan, menunjukan kurangnya pengetahuan atau kepedulian terhadap pentingnya sanitasi lingkungan. Padahal hal tersebut dapat menimbulkan suatu pencemaran pada sumber air, udara serta bau yang menyengat yang tidak sehat dan mengganggu dalam segi kesehatan.

EkonomiEkonomi dapat dikaitkan dengan suatu pendapatan keluarga yang akan menentukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik. Dimana semakin tinggi pendapatan keluarga, maka semakin baik fasilitas dan semakin terjaga cara hidup mereka dengan baik dan sehat, baik dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas. Dan sebaliknya, orang yang memiliki pendapatan rendah, hanya akan menyediakan fasilitas yang seadanya sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan, sehingga kemungkinan untuk terkena suatu penyakit akan lebih besar.

3.8 Tindakan pencegahan1) Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan perorangan, terutama pembuangan tinja yang saniter, dan mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum memasak atau menjamah makanan. Menyebarkan informasi tentang risiko mengkonsumsi buah atau sayuan mentah atau yang tidak dimasak dan minum air yang tidak terjamin kebersihannya.2) Membuang tinja dengan cara yang saniter.3) Melindungi sumber air umum dari kontaminasi tinja. Saringan air dari pasir menghilangkan hampir semua kista dan filter tanah diatomaceous menghilangkan semua kista. Klorinasi air yang biasanya dilakukan pada pengolahan air untuk umum tidak selalu membunuh kista; air dalam jumlah sedikit seperti di kantin atau kantong Lyster sangat baik bila di olah dengan yodium dalam kadar tertentu, apakah itu dalam bentuk cairan (8 tetes larutan yodium tincture 2% per quart air atau 12,5 ml/ltr larutanjenuh kristal yodium) atau sebagai tablet pemurni air (satu tablet tetraglycin hydroperiodide, Globaline , per quart air). Biarkan lebih kurang selama 10 menit (30 menit jika dingin) sebelum air bisa diminum. Filter yang mudah dibawa dengan ukuran pori kurang dari 1,0 m efektif untuk digunakan. Air yang kualitasnya diragukan dapat digunakan dengan aman bila di rebus selama 1 menit.4) Mengobati orang yang diketahui sebagai carriers; perlu ditekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar untuk menghindari infeksi ulang dari tetangga atau anggota keluarga yang terinfeksi.5) Memberi penyuluhan kepada orang dengan risiko tinggi untuk menghindari hubungan6) seksual oral yang dapat menyebabkan penularan fekal-oral.7) Instansi kesehatan sebaiknya membudayakan perilaku bersih dan sehat bagi orang yang menyiapkan dan mengolah makanan untuk umum dan menjaga kebersihan dapur dan tempat-tempat makan umum. Pemeriksaan rutin bagi penjamah makanan sebagai tindakan pencegahan sangat tidak praktis. Supervisi yang ketat perlu dilakukan terhadap pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat ini.8) Disinfeksi dengan cara merendam buah dan sayuran dengan disinfektan adalah cara yang belum terbukti dapat mencegah penularan E. histolytica. Mencuci tangan dengan baik dengan air bersih dan menjaga sayuran dan buah tetap kering bisa membantu upaya pencegahan; kista akan terbunuh dengan pengawetan, yaitu dengan suhu diatas 50oC dan dengan iradiasi.

3.9 PengobatanObat untuk gangguan yang disebabakan oleh Entamoeba histolitika antara lain :1) Nimorazol: Dewasa 2 gram/hari selama 5 hari ( amebiasis usus), anak 30-40 mg/kg BB/hari selama 5 hari (amebiasis usus), untuk amebiasis hati diberikan selama 10 hari2) Ornidazol: dewasa 21 gram/hari selam 3 hari, anak: 50 mg/kg BB/hari selama 5 hari3) Tinidazol: 2 gram (dosis tunggal) selama 2-3 hari4) Metronidazol: dewasa 21 gram selama 2-5 hari atau 3750 mg selama 5-10 hari, anak 50 mg/kg BB/ hari selama 5-10 hari5) Seknidazol: dewasa 3500 mg selama 3 hari ( amebiasis usus), anak 25 mg/kg BB/hari selama 3 hari. untuk amebiasis hati diberikan selama 5-10 hari6) Dehidrenemiten dihidroklorida:1-1.5 mg/kg BB/hari injeksi7) Clefamid: 3500 mg selama 10-20 hari

BAB IVKESIMPULAN

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi antara mikroorganisme dengan inang rentan yang terjadi melalui suatu transmisi, baik melalui darah, udara atau kontak langsung. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah adanya protozoa yang dapat mengakibatkan morbiditas serta mortalitas. Terdapat berbagai macam penyakit infeksi. Salah satunya adalah amebiasis yang merupakan penyakit akibat adanya infeksi parasit yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica dan sering juga disebut sebagai penyakit bawaan makanan.Amebiasis secara etiomologi dapat ditimbulkan karena terjadinya pembentukan sel tripozoid dan kista. Sedangkan secara patogenesisnya dibagi menjadi dua, yaitu : Amebiasis Primer (Amebiasis Intestinal) dan Amebiasis Sekunder (Amebiasis Ekstra Intestinal). Penyakit tersebut memiliki gejala klinis yang mempengaruhi mekanismenya. Timbulnya penyakit tersebut dapat dicegah dengan berbagai cara, salah satunya adalah menimbulkan kesadaran masyarakan akan kebersihan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Rasmaliah,2003.Epidemiologi Amebiasis dan Upaya Pencegahannya,Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Sumatra Utara.Gandahusada, Srisari, H. Herri.D. Ilahude, Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran Edisi ke Tiga.Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang, Jakarta :EGC.Andayasari, Lelly.2011.Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan yang Disebabkan Oleh Amuba di Indonesia.Madia Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011.Julius : Abses Hati Amoebik ; dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Soeparman, dkk (editor), jilid I edisi pertama, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2001, hal 328-332.

S.A. Abdurachman, Abses Hati Amobik, dalam buku Gastroenterohepatologi, H. Aziz, jilid 3, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hal 395-402

20