Isi

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Gigi susu akan tanggal beberapa saat sebelum gigi permanen pengganti erupsi. Namun sering dijumpai kasus dimana gigi susu tidak tanggal walaupun gigi permanen pengganti sudah erupsi yang disebut persistensi. Persistensi dapat terjadi karena berbagai faktor penyebab. Adanya persistensi dapat menyebabkan gangguan erupsi gigi permanen pengganti, sehingga dapat menimbulkan bermacam-macam anomali, Anomali yang disebabkan persistensi dapat diatasi dengan perawatan ortodonti. Perawatan anomali dilakukan untuk mendapatkan oklusi yang ideal serta estetis yang baik. Keadaan ini sering dijumpai pada anak usia 6 – 12 tahun. Persistensi pada gigi susu tidak mempunyai penyebab tunggal tetapi merupakan gangguan yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu : 1. Gangguan Nutrisi. 2. Arah tumbuhnya gigi dewasa tidak searah dengan arah tumbuhnya gigi susu yang akan digantikannya. 3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk menggantikan gigi susu. 1.1 Rumusan masalah

description

persistensi gigi sulung

Transcript of Isi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGigi susu akan tanggal beberapa saat sebelum gigi permanen pengganti erupsi. Namun sering dijumpai kasus dimana gigi susu tidak tanggal walaupun gigi permanen pengganti sudah erupsi yang disebut persistensi. Persistensi dapat terjadi karena berbagai faktor penyebab. Adanya persistensi dapat menyebabkan gangguan erupsi gigi permanen pengganti, sehingga dapat menimbulkan bermacam-macam anomali, Anomali yang disebabkan persistensi dapat diatasi dengan perawatan ortodonti. Perawatan anomali dilakukan untuk mendapatkan oklusi yang ideal serta estetis yang baik.Keadaan ini sering dijumpai pada anak usia 6 12 tahun. Persistensi pada gigi susu tidak mempunyai penyebab tunggal tetapi merupakan gangguan yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu :1. Gangguan Nutrisi.2. Arah tumbuhnya gigi dewasa tidak searah dengan arah tumbuhnya gigi susu yang akan digantikannya.3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk menggantikan gigi susu.

1.1 Rumusan masalah1. Bagaimana pemeriksaan klinis/penunjang dalam bidang pedodonsia?2. Apa etiologi persistensi gigi sulung?3. Apa saja kelainan darah pada anak?4. Apa rencana perawatan pada pasien?5. Bagaimana prognosis pasien pada skenario?1.2 Tujuan 1. Mengetahui pemeriksaan klinis/penunjang dalam bidang pedodonsia2. Mengetahui etiologi persistensi gigi sulung3. Mengetahui rencana perawatan pada pasien4. Mengetahui prognosis pasien pada skenario1.3 Mapping

Rencana PerawatanKelainan DarahPemeriksaanSubjektifObjektifAnamnesisIntraoralEkstraoralPenunjangDiagnosisKonsultasiGigi sulung tidak tanggalPrognosis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan klinisPerhatikan rambut pasien, kepala, wajah, leher, dan tangan, hal ini seharusnya menjadi observasi awal setelah pasien duduk di dental chair. Dokter gigi dapat mendeteksi kenaikan suhu dengan memegang tangan pasien. Tangan dingin, lembab atau menggigit kuku tangan merupakan indikasi awal kecemasan abnormal pada anak. Warna kebiruan pada dasar kuku mungkin menunjukkan penyakit jantung kongenital yang membutuhkan tindakan khusus selama perawatan gigi. (McDonald dkk, 2004)Inspeksi dan palpasi kepala dan leher pasien juga perlu dilakukan. Perhatikan pula karakteristik rambut atau kulit. Variasi ukuran, bentuk, kesimetrisan kepala dan leher seharusnya dicatat. Terjadinya abnormalitas pada struktur ini mungkin mengindikasikan adanya sindrom atau kondisi yang berhubungan dengan abnormalitas rongga mulut. (McDonald dkk, 2004)2.2 Pemeriksaan intraoralPemeriksaan gigi untuk membuktikan adanya karies dan anomali herediter atau didapat. Gigi seharusnya dihitung dan diidentifikasi untuk memastikan adanya supernumerary teeth atau kehilangan gigi. Identifikasi karies penting untuk pasien semua usia, namun pada pasien anak-anak karies perkembangannya lebih cepat jika tidak terkontrol. Eliminasi aktivitas karies dan mengembalikan gigi dibutuhkan untuk mencegah nyeri dan penyebaran infeksi dan juga agar stabilitas perkembangan oklusi tidak terganggu. (McDonald dkk, 2004)Pada pasien dengan karies gigi berat, tes aktivitas karies dan analisis diet berperan untuk proses diagnosis dengan mengetahui faktor etiologi spesifik. Prosedur ini akan membantu pasien atau orangtua pasien mengerti proses karies dan memotivasi mereka untuk mengubah kebiasaan agar penyakit tersebut terkontrol dengan baik. Informasi disediakan untuk pasien atau orangtua meliputi instruksi dalam mengontrol plak dan rekomendasi untuk penggunaan flouride. (McDonald dkk, 2004)2.3 Persistensi Gigi SulungPersistensi gigi sulung atau disebut juga over retained decidous teeth berarti gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal. Perlu diingat bahwa waktu tanggal gigi sulung sangat bervariasi. Keadaan yang jelas menunjukan persistensi gigi sulung adalah apabila gigi permanen pengganti telah erupsi tetapi gigi sulungnya tidak tanggal. Bila diduga terjadi persistensi gigi sulung tetapi gigi sulungnya tidak ada dirongga mulut, perlu diketahui anamnesis pasien, dengan melakukan wawancara medis kepada orang tua pasien apakah dahulu pernah terdapat gigi yang bertumpuk diregio tersebut.2.4 Kelainan darahIdentifikasi pasien dengan risiko kelainan perdarahan dimulai dengan anamnesa riwayat medisnya. Riwayat pasien terdahulu mengenai perdarahan yang mengikuti prosedur bedah, seperti ektraksi gigi, dapat membantu identifikasi risiko tersebut. Mencari tahu apakah pasien sedang mengonsumsi obat, seperti obat yang berdampak pada hemostatis, berupa coumarin anticoagulant, heparin, aspirin, NSAID. Kebanyakan pasien dengan kelainan perdarahan yang keparahannya ringan hingga sedang tidak menunjukkan gejala. Gejala muncul jika penyakit sudah berat. Ketika hasil anamnesa tentang riwayat pasien menunjukkan peningkatan perdarahan, maka dibutuhkan pemeriksaan laboratorium. (Greenberg dan Glick, 2003)1) Kelainan koagulasia) Koagulopati kongenital Hemofilia ADefisiensi faktor VIII, faktor hemofilik. Hemofilia B Defisiensi faktor IX (chrismas factor).2) Abnormalitas koagulasi yang didapatPasien dengan terapi antikoagulan jangka lama dengan warfarin atau heparin akan meningkatkan risiko perdarahan karena trauma atau prosedur bedah. Peran antikoagulan dalam perawatan atau pencegahan penyakit tromboembolik seharusnya dipertimbangkan sebelum terapi. Warfarin adalah agonis vitamin K, menghambat -carboxylation residu asam glutamik pada faktor pembekuan zimogen II, VII, IX, dan X. Tidak adanya modifikasi ini menghambat calcium-dependent berikatan kepada anionic phospholipid, yang dibutuhkan untuk perakitan kompleks enzim koagulasi pada permukaan sel. Heparin adalah proteoglikan yang berfungsi sebagai cofactor dari antikoagulan antitrombin, mempercepat penghambatan serine protease dari kaskade koagulasi, khususnya faktor IIa dan Xa. (Israels, 2006)3) Kelainan plateleta. Thrombositopenia Tingkat platelet darah normalnya 150-400 x 109/L, walaupun untuk beberapa orang kebanyakan lebih rendah. Tingkat ini karena keseimbangan antara sintesis platelet di sumsum tulang dan eliminasi oleh limpa. Gangguan keseimbangan ini oleh penurunan produksi atau peningkatan eliminasi menyebabkan trombositemia. Peningkatan perdarahan terkadang karena jumlah platelet kurang dari 50 x 109/L. Untuk bedah mulut, perlu dilakukan peningkatan jumlah platelet untuk mendukung hemostatis. (Israels, 2006)b. Bernard Soulier syndromKelainan autosomal resesif yang disebabkan oleh defek genetik pada GPIb, GPIb, GPV, atau GPIX. Ditandai oleh platelet raksasa dan trombositopenia. Gejalanya meliputi perdarahan mukosa, mudah memar dan perdarahan bedah. Manajemen episode perdarahan atau preparasi untuk bedah biasanya dibutuhkan transfusi platelet. (Israels, 2006)c. Glanzmant thrombastheniaAdalah kelainan autosomal resesif disebabkan oleh defek kualitatif dan kuantitatif pada 1 dari protein dalam IIb3 integrin, struktur yang mengikuti aktivasi platelet yang kritis terhadap interaksi platelet-platelet dan pembentukan bekuan. Tanda diagnostiknya adalah jumlah platelet dan morfologi yang normal, tetapi tidak adanya agregasi platelet. Hal tersebut yang menyebabkan terlambatnya fase penyembuhan. (Israels, 2006)

2.5 Rencana Perawatan

Pada persistensi gigi susu, dokter gigi akan melakukan pencabutan terhadap gigisusu tersebut. Bila sudah terlihat bertumpuk/ bersusun, segera bawa anak anda kedokter gigi. Tidak disarankan untuk menunggu hingga gigi susu tersebut lebihgoyang lagi atau bahkan hingga tumbuh seluruhnya.Bila segera dilakukan pencabutan, terdapat kemungkinan gigi tetap akan bergerakke posisi ideal (kadang dibantu didorong dengan lidah) jika posisi memungkinkandan tersedia tempat untuk gigi tersebut. Terkadang posisi gigi hanya sedikit berubahdan masih terlihat berjejal, sehingga diperlukan perawatan orthodontic(kawat) untukmerapihkan gigi sekaligus mengembalikan fungsi pengunyahan. Waktu yang tepatuntuk perawatan orthodonticberbeda untuk masing-masing kasus. Bila persistensi dibiarkan, dapatmenyebabkan gangguan fungsi pengunyahan,gangguan pertumbuhan rahang dan tentunya susunan gigi menjadi tidak estetik. Trombin topikal merupakan agen yang efektif untuk diaplikasikan secara langsung pada luka perdarahan yang akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan mempercepat hemostatis pada luka. Pasien dengan terapi heparin sering terjadi pada pasien yang melakukan hemodialisis karena end-stage renal disease. Pasien dapat melakukan perawatan pada hari antara dialisis. Yaitu satu hari setelah hemodialisis. (Gupta dkk, 2007)

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan klinis/penunjang dalam bidang pedodonsia

KUNJUNGAN PERTAMA Kunjungan ke dokter gigi bagi pasien anak merupakan hal yang penting terutama kunjungan pertama. Bila kunjungan pertama sudah berhasil dengan baik maka kunjungan berikutnya akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi anak sebagai pasien dan dokter gigi yang merawatnya sehingga kunjungan pertama ini sering disebut sebagai Kunci Keberhasilan perawatan dan merupakan dasar yang nyata. Untuk mencapai tujuan ini perawatan harus dilangsungkan sedemikian rupa sehingga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan anak akan mengenali dokter gigi dan lingkungannya. TUJUAN KUNJUNGAN PERTAMA 1. Menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua 2. Mendapatkan keterangan tentang riwayat pasien 3. Memeriksa anak dan untuk mendapatkan ronsen foto bila diperlukan. 4. Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu : a. Profilaksis Dilakukan hanya pada gigi depan (utk anak kecil) atau seluruh mulut termasuk pembuangan kalkulus bila diperlukan b. Topikal Aplikasi Fluor Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tra matik lain. 5. Menjelaskan tujuan perawatan pada anak dan orang tua yaitu : a. Tekankan perlunya tindakan pencegahan maupun operatif b. Mintalah anak membawa sikat giginya pada kunjunganberikutnya. c. Memberikan perkiraan jumlah kunjungan yang diperlukan untuk menyelesaikan perawatan. Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada kunjungan pertama (jika mungkin), meliputi: Pencatatan riwayat (Anamnesa). Sosial Gigi Medis Pemeriksaan Klinis Ekstra Oral Intra Oral

Pencatatan Riwayat SosialPemeriksaan sosial meliputi : NamaDokter gigi sebaiknya memanggil pasien dengan nama yang disukai anak . Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang peliharaan, kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah.Pertanyaan sederhana tentang hal ini merupakan cara umum berkomunikasi dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien. Pekerjaan ayah dan ibu.Hal ini penting, karena orang tua terutama ibulah yang sering membawa anak ke dokter gigi. Perlu didiskusikan jumlah kunjungan ke dokter gigi, sehingga orang tua dapat mengatur waktu kunjungan.

Pencatatan Riwayat Gigi KeluhanApakah pasien datang dengan keluhan? Jika tidak ada keluhan, mungkin pasien datang untuk pemeriksaan rutin yang dianjurkan. Adalah penting mengetahui alasan kedatangan pasien, karena berdasarkan alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan dapat diatasi. Riwayat KeluhanJika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi, kapan dimulai, apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus-putus (jika ya, berapa lama berlangsung, apakah timbul karena rangsangan panas, dingin, manis atau sewaktu makan). Apakah anak sampai tidak bisa tidur, menyebabkan anak gelisah dan menangis terus.Gejala-gejala sakit gigi memberi indikasi macam kelainan pulpa misalnya rasa sakit yang terputus-putus dengan jangka waktu pendek yang disebabkan panas atau dingin diagnosanya hiperami pulpa. Rasa sakit spontan, berat, membuat anak tidak bisa tidur diagnosanya pulpitis. Sedangkan bila disertai pembengkakan kemungkinan sudah abses akibat gangren pulpa. Riwayat Kesehatan GigiApakah perawatan gigi yang lalu dilakukan secara teratur atau tidak, apakah pernah mengunjungi dokter gigi lain. Jika ya mengapa diganti, perlu ditanyakan karena bila anak pernah mengalami trauma, kemungkinan untuk menumbuhkan rasa percayanya lebih sulit, sehingga dokter gigi pengganti harus lebih berhati-hati.

Sikap AnakSikap anak terhadap setiap perawatan (untuk anak kecil, pendapat orang tuanya cukup relevan). Setiap sikap yang kurang koperatif selama perawatan harus dipertimbangkan dalam rencana perawatan mendatang.

Sikap Orang TuaSikap orang tua terhadap perwatan gigi perlu diketahui. Bila sikap dan harapan orang tua terhadap perawatan gigi sangat berbeda, jangan lakukan perawatan sebelum menjelaskan dan menimbang baik buruknya.

Pencatatan riwayat medisBeberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang tua pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik, kelainan darah, penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus, alergi (penisilin, sulfa), epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain yang serius.

Pemeriksaan Ekstra Oral Anak Penampilan UmumSecara umum tinggi badan seorang anak dapat diamati dengan cepat sewaktu anak memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat diukur dan membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi badan, usia dan berat badan anak. Faktor yang mempengahi keadaan tinggi, berat badan dalam masa perkembangan adalah herediter, lingkungan, penyakit sistemik dan gangguan endokrin KulitAdanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat dipakai sebagai petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau sekunder dapat terjadi pada kulit muka, bila terdapat herpes pada bibir atau muka yang disertai rasa sakit dan juga disertai sakit gigi, sebaiknya perawatan gigi ditunda atau diberi premedikasi dan pasien dirujuk ke dokter kulit terlebih dulu. MataInfeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata menyebabkan pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Bila perawatan gigi telah selesai dan pembengkakan pada mata belum hilang, sebaiknya pasien dirujuk ke dokter mata. BibirPemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, warna dan tekstur permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada bibir sering dijumpai abrasi, fisur, ulserasi atau crust. Trauma sering menyebabkan memar pada bibir, reaksi alergi juga dapat terlihat. Simetris WajahAsimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis misalnya kebiasaan tidur bayi terutama yang lahir prematur sehingga meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu asimetris wajah patologis pada anak anak sering juga disebabkan karena infeksi atau trauma.Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui untuk menentukan diagnosa dan etiologi. Bila terdapat asimetris wajah tanpa rasa sakit dan penyebabnya tidak diketahui dengan pasti serta tidak berhubungan dengan gigi lebih baik merujuk pasien ke dokter anak. Pada anak sering ditemui selulitis yaitu infeksi pada jaringan lunak yang difus, disebabkan infeksi pulpa gigi susu/tetap. Selulitis dapat menimbulkan pembengkakan pada wajah dan leher. Bila disebabkan gigi atas pembengkakan dapat meluas ke bawah mata dan dalam keadaan akut mata kelihatan merah.Pemeriksaan Intra Oral Anak PIPI DAN BIBIR BAGIAN DALAMDiperiksa dengan menarik pipi dan bibir, akan terlihat mukosa labial, dilanjutkan dengan memeriksa mukosa bukal, apakah terdapat pembengkakan atau perubahan lain. GINGIVAPemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan konsistensinya. Sewaktu erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit (terutama bila terkena trauma gigi antagonisnya) dan meradang. Pada anak-anak gigi yang mengalami gangren pulpa sering disertai fistel pada gingiva karena abses paradontal. LIDAH DAN TONSILUntuk memeriksa lidah, anak diminta menjulurkan lidahnya ke depan. Periksa ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah harus diperiksa karena sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat mengganggu bila berbicara dan sewaktu lidah digerakkan. Selain itu frenulum lingualis yang pendek dapat menahan gerakan lidah ke depan, sehingga mengganggu anak berbicara. Dasar lidah diperiksa perlahan-lahan dengan menggunakan kain kasa yang diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk. Permukaan lidah anak umumnya licin, halus dan papila filiformis relatif pendek. Pada awal penyakit exantematous, lidah berselaput putih keabu-abuan atau putih kecoklatan. Selaput itu berisi sel yang mengalami desquamasi, sisa makanan dan bakteri. Keadaan ini sering juga terlihat pada anak yang sedang demam. Avitaminosis tertentu, anemi atau stress dapat menyebabkan desquamasi papila yang ditandai dengan peru- bahan warna dan pembengkakan. Adanya pembesaran lidah yang patologis dapat disebabkan cretinisme, mongolism atau tumor. Kebiasaan jelek pada lidah dapat menimbulkan maloklusi. Untuk memeriksa tonsil, lidah ditekan dengan kaca mulut atau tongue blade, dilihat apakah ada perubahan warna, ulserasi atau pembengkakan. PALATUM Untuk melihat langsung bentuk, warna dan lesi pada jaringan lunak dan keras palatum, kepala pasien direbahkan ke belakang. Pembengkakan, kelainan bentuk dan konsistensinya dapat diketahui dengan palpasi. GIGIPengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat sebelum masing-masing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi dilakukan dengan memakai kaca mulut, ekskavator dan pinset. Perlu diketahui apakah ada gigi yang dicabut sebelum waktunya (prematur loss), gigi yang sudah waktunya tanggal atau gigi persistensi (gigi penggantinya sudah erupsi tetapi gigi sulung belum tanggal). Gigi persistensi dan gigi yang mengalami prematur loss akan mengganggu susunan gigi dan perkembangan lengkung rahang.Kelainan akibat pertumbuhan dan perkembangan dicatat, yaitu meliputi kelainan jumlah, waktu erupsi, struktur, warna dan bentuk gigi. Gigi berlebih (supernumerary) dicatat regio dan jenisnya (mesiodens, laterodens atau paramolar). Kondisi pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan apakah gigi berlebih tersebut perlu segera dicabut, menunggu waktu yang tepat atau tidak perlu dicabut. Pada apel gigi, diberi tanda-tanda untuk memudahkan melihat keberadaan dan perawatan gigi. Gigi yang belum erupsi dilingkari, gigi yang sudah dicabut diberi tanda silang, gigi karies ditandai dengan kedalamannya (superfisialis, media atau profunda), akar gigi diberi tanda juga. Pemeriksaan karies gigi dimulai dengan membersihkan kavitas dan periksa kedalamannya, lokasinya (superfisialis, oklusal, proksimal, serviks, dll), vitalitasnya juga diperiksa.PEMERIKSAAN PENUNJANG1. PENENTUAN VITALITAS Pada beberapa keadaan dibutuhkan pemeriksaan vitalitas gigi, misalnya gigi dengan keadaan : sesudah mengalami trauma perubahan warna kavitas yang dalam/penyebab abses gigi penyebab kista atau pembengkakan lain Pemeriksaan dilakukan dengan cara : 1.1 Test sonde1.2 Test termalDingin dengan khlor etil, panas dengan gutta percha panas.1.3 Test elektrik dengan dento test1.4 Test preparasi Bila gigi dicurigai non vital (dapat dilihat melalui warna gigi, yang biasanya berwarna biru atau abu-abu) dan dentotest tidak tersedia, dilakukan pemboran gigi secara hati-hati dan perlahan untuk menentukan vitalitas gigi 1.5 Test perkusi.Untuk melakukan test perkusi ini harus mempunyai pengalaman, test dilakukan dengan cara mengetok gigi yang dicurigai dan mendengarkan suaranya. Gigi vital suaranya nyaring dan gigi non vital suaranya lemah. 2. RONSEN FOTO Dalam bidang kedokteran gigi anak, guna ronsen fotoantara lain: a. Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering dijumpai bila gigi molar sulung/tetap sudah mempunyai kontaksempurna (pada gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang dan gigitetap kontak titik). Oleh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna sebaiknya dilakukan pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi karies yang sering tidak terlihat dengan mata yang disebut dengan Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa. b. Melihat pertumbuhan dan posisi benih gigi sulung/tetap.c. Melihat resobsi akar gigi sulung, ini berhubungan dengan perawatan saluran akar.

3.2 Persistensi gigi sulung

Persistensi gigi susu adalah suatu keadaan gigi susu masih berada di mulut / belum lepas, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya sudah tumbuh. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu juga tidak goyang. Hal ini bisa kita temukan pada gigi mana saja, tetapi seringkali orang tua menemukan gigi depan rahang bawah yang terlihat bertumpuk.

Beberapa faktor penyebab persistensi pada gigi susu yaitu:1. Resorpsi akar gigi susu yang lambat.Hal ini bisa dikarekanakan gangguan nutrisi, hormonal atau gigi berlubang besar dengan indikasi perawatan saraf yang tidak dirawat.2. Posisi abnormal benih gigi tetap / arah tumbuh gigi tetap tidak searah dengan arah tumbuh gigi susu yang akan digantikannya.3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi tetap yang akan tumbuh menggantikan gigi susu. Dengan demikian gigi tetap mengarah kepada tempat yang kosong, bisa di depan atau belakang gigi susunya.4. AnkilosisSuatu keadaan dimana sebagian atau seluruh sementum akar gigi menyatu dengan tulang alveolar.5. Hypothyroidism Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh. Kelenjar endokrin yang memproduksi hormon untuk mengatur perumbuhan dan perkembangan adalah kelenjar pituitary, thyroid, dan parathyroid. Apabila kelenjar-kelenjar tersebut tidak berfungsi dengan baik mak pertumbuhan dan perkembangan tubuh akan terganggu, termasuk daerah mulut dan gigi.Termasuk dalam proses reabsorbsi akar gigi sulung yang akan terganggu dan menyebabkan persistensi gigi sulung.

3.3 Rencana perawatan pada pasien1. Pasien dirujuk/dikonsultasikan ke Dokter untuk mengetahui batasan batasan serta bagaimana perawatan yang seharusnya dilakukan, karena pasien mempunyai kelainan darah.2. Melakukan ekstraksi gigi sulung 51 setelah dirujuk atau dikonsulkan pada dokter ahli hematologi.a. HemofiliaPenatalaksanaan pasien hemofili A dengan memberikan factor VIII dalam bentuk kriopresipital dan selain itu memblok fibrinolisis dengan asam epsilon aminokaproik, asam tranexamic, deiberikan 2- 8 hari senbelum dan sesudah pencabutan gigi.Penatalaksanaan pasien dengan hemofili B diatasi dengan pemberian concentrat factor IX sebelum pembedahan.Pendarahan akibat pencabutan gigi susu pada penderita hemofilia cukup dengan penekanan local.Hal yang harus dihindari oleh penderita hemofili misalnya : aspirin, obat antiradang non steroid, obat pengencer darah, dan asetaminopen. Pengobatan pencegahan sekunder yaitu pemberian factor pembekuan secara reguler atau kontinyu dimulai saat anak berusia lebih dari dua tahun atau ketika telah terjadi pendarahan pada dua atau lebih sendi.b. ThalasemiaPasien dengan thalasemia mayor memerlukan hitung darah lengkap, termasuk kadar hemoglobin dan hematokrit, sebelum terapi dental. Hanya perawatan paliatif yang dapat dilakukan jika kadar hemoglobin kurang dari 10 gr/dl. Terapi dental rutin harus dilakukan segera setelah jadwal transfusi teratur. Pasien diberikan perlindungan antibiotika profilatik sebelum terapi dental untuk menghindari komplikasi postoperatif berupa osteomielitis3. Pada saat gigi permanen erupsi mengalami mal oklusi sebaiknya melakukan perawatan ortodontik, karena maloklusi dapat menyebabkan posisi kontak gigi yang tidak baik serta gangguan antar rahang atas dan bawah.

3.4 PrognosisPrognosis yang baik dapat dicapai melalui kerjasama yang baik dari anak selaku pasien, orang tua/walipasien, dan juga dokter gigi selaku operator. Ketiga hal tersebut merupakan suatu komponen yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain.Kekooperatifan anak adalah halterpenting yang perlu untuk diperhatikan, khususnya pada saat perawatan berlangsung. Dimana tiap tingkatan usia pada anak memiliki tingkatan psikologis yang berbeda-beda yang berpengaruh terhadap kekooperatifannya. Selanjutnya, motivasi dari orang tua dalam berperilaku sehat, khususnya untuk menjaga kesehatan rongga mulut anak juga diperlukan, karena hal ini juga berpengaruh terhadap kekooperatifan anak. Motivasi orang tua ini dipengaruhi oleh :1. Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan rongga mulut yang dimiliki2. Tingkat ekonomi dan biaya3. Fasilitas yang disediakan4. Sikap dan pelayanan dokter gigiSikap dan pelayanan dokter gigi harus baik dan ramah, sehingga dapat meredakan kecemasan dan ketakutan pada anak agar nantinya anak dapat diajak bekerja sama dengan baik.Selain itu, prognosa yang baik di pedodonsia dapat ditentukan oleh pemeriksaan yang teliti, diagnosa yang tepat dan perawatan yang tepat. Pemeriksaan yang teliti ini dimaksudkan agar seorang dokter gigi lebih teliti dalam melakukan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang mengarah pada adanya gangguan sistemik karena kelainan sistemi memiliki pengaruh yang besar terhadap prognosa atau keberhasilan perawatan gigi anak. Misalnya saja gangguan darah, jika dilakukan ekstraksi akan menimbulkan masalah seperti perdarahan, dan begitu juga dengan gangguan imun seperti defisiensi imun yang sulit dan lama dalam proses penyembuhannya. Diagnosa yang tepat akan mengarahkan pada perawatan yang tepat yang akan memberikan prognosa yang baik pula.Pasien pada skenario dinilai memiliki prognosis yang baik ditinjau dari beberapa sisi antara lain : Pasien bersifat kooperatif. Kelainan darah dapat ditangani dengan cara melakukan rujukan, dan dalam kondisi yang baik pasien dapat langsung dilakukan perawatan. Rahang pasien masih dalam masa pertumbuhan sehingga maloklusi yang disebabkan oleh persistensi gigi sulung masih dapat kembali normal.Sehingga ditinjau dari beberapa hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prognosa pasien BAIK.