Isi
description
Transcript of Isi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam dengue (DD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.1
Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat
menyebabkan demam berdarah.2 Epidemik dengue dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu faktor lingkungan, faktor biologi, dan demografi. Insidens dengue
berhubungan dengan cuaca yang hangat dan kelembaban tinggi.3 Suhu yang tinggi
dapat merangsang perkembangbiakan vektor4 dan perilaku nyamuk menggigit.5
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-
100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.6
Di Indonesia, angka kematian (case fatality rate) menurun dengan stabil
dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun 2000, menurun
menjadi 1,21% pada tahun 2004,7 dan pada tahun 2008 angka kematian sudah
menurun menjadi 0,86%. Pada tahun 2008 angka kesakitan tertinggi terjadi pada
provinsi DKI Jakarta (303,5), Kalimantan Timur (174,6) dan Bali (170,1),
sedangkan angka kematian tertinggi terjadi di propinsi Maluku (3,66%),
Kalimantan Barat (3,53%), dan Nusa Tenggara Timur (2,87%).8 Namun, pada
tahun 2010, DBD di Indonesia mulai menjadi suatu penyakit yang tergolong pada
kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah kejadian sebanyak 156.086 kasus dan
kematian sebanyak 1.358.9
Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Semua virus dari genus ini memiliki kasamaan genom dan bersifat enzootic
(dibawa oleh vektor hewan) diketahui lebih dari 80% ditransmisikan oleh
vertebrata oleh nyamuk atau kutu. Partikel virus (virion) mengandung sebuah
molekul ssRNA (singgle strand Ribonucleic Acid) yang terdapat sekitar 10500
nukleotida. Molekul ini memiliki capp di ujung 5‘, memunyai sense positif. Oleh
sebab itu, ketika memasuki sitoplasma sel selama inisiasi proses infeksi, virion
2
RNA bertindak sebagai mRNA (messenger RNA) untuk translasi protein dalam
proses replikasinya.10
Menejemen penyakit akibat dari virus dengue ini, hingga saat ini masih
belum ditemukan terapi antiviral yang sesuai. DD yang tidak berkomplikasi
biasanya tidak membutuhkan perawatan rumah sakit. Menejemen DBD dan SSD
selama fase demam tergantung pada gejalanya. Perawatan yang sering dilakukan
adalah pemberian antipiretik, rehidrasi oral, pengecekan hematokrit harian, terapi
cairan intervena dan pemberian oksigen bagi penderita SSD.10
Pencegahan demam dengue masih menggunakan metode konvensional
dengan membasmi vektor pembawa virus yaitu nyamuk Aedes aegypti dengan
penyemprotan pembasmi nyamuk (insektisida), larvasida dan membersihkan
situs-situs potensial perkembangan nyamuk di lingkungan rumah penduduk.
Namun demikian, DD, DHF dan SSD muncul kembali secara teratur di daerah
tropis di seluruh dunia. Sementara itu, wabah penyakit ini telah sering ditafsirkan
sebagai indikasi reintroduksi virus dengue dari daerah epidemi yang sudah ada
sebelumnya ke suatu daerah yang belum terinfeksi.10
Saat ini sedang dikembangkan berbagai teknik pencegahan dan
pengobatan baru melalui terapi gen, salah satunya terapi siRNA/RNAi (small
interfering RNA/RNA interfering). Beberapa peneliti menemukan bahwa siRNA
berperan dalam menghambat proses replikasi virus Langat, virus yang bergenus
sama dengan virus dengue.11 Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siRNA dapat
digunakan untuk melindungi mencit dari virus hepatitis.12,13 siRNA dapat
menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik dengan jalan memutus
mRNA yang mengandung sekuens pendek yang homolog (kurang lebih 19 basa
nukleotida).13,14,15,16
Berbagai jenis gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk
dibungkam ekspresinya oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang
menggembirakan tentang penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan. Potensi
dan spesifisitas siRNA yang besar untuk membungkam ekspresi gen, yaitu 1000
kali lebih besar dibandingkan oligonukleotida antisense. Dibandingkan dengan
terapi antibodi, terapi siRNA pembuatannya relatif lebih mudah dan sistem
3
penghantarannya relatif lebih murah pula. Studi in vitro dari siRNA saat ini
sedang difokuskan terutama pada terapi infeksi virus dan kanker, dan tampaknya
penggunaan klinik awal bagi terapi siRNA nantinya adalah lebih utama kepada
kedua penyakit tersebut.17
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme penekanan proses ekspresi gen virus dengue genus
flavivirus dengan Imunoliposom spesifik berbasis kombinasi siRNA?
2. Bagaimana prospek terapi siRNA sebagai inhibitor ekspresi gen virus
dengue?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan Umum dan Khusus
1. Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya,
Kalbar pada khususnya.
2. Menciptakan pola terapi preventif pada penyakit demam dengue.
3. Memperkenalkan sekaligus mempromosikan teknik pencegahan dan
terapi gen pada demam dengue.
4. Mengetahui potensi terapi gen siRNA/RNAi dengan kombinasi
immunoliposom sebagai anti-virus dengue.
1.3.2. Manfaat Penulisan
1. Meningkatnya Pengetahuan penulis dan pembaca tentang potensi
potensi terapi gen siRNA/RNAi dengan kombinasi immunoliposom
sebagai anti-virus dengue.
2. Meringankan beban dan meningkatkan kualitas hidup pasien demam
dengue guna meningkatkan produktivitas sumber daya manusia.
3. Menambah alternatif terapi masa kini khusus bagi klinisi, dokter,
apoteker, perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam tatalaksana
pasien demam dengue baik DBD maupun SSD.
4. Membantu sumbangsih ide dalam proses Policy Making bagi
pemerintah dalam upaya penekanan angka kematian dan kesakitan
akibat demam dengue.
BAB II
4
TELAAH PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok.18 Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah
tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang
lembap.2
Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di
berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap.2 Penyakit DBD
merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia,hal ini tampak dari
kenyataan kenyataan yang ada bahwa seluruh wilayah di Indonesia mempunyai
resiko untuk terjangkit penyakit DBD. Tercatat sampai saat ini penyakit DBD
telah menjadi masalah endemis pada 122 daerah kabupaten, 605 daerah
kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia.18
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus
dengue yaitu :
1) Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dilingkungan,
transportasi vektor dai satu tempat ke tempat lain;
2) Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga,
mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;
3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.19
Berdasarkan kriteria WHO 1997 dalam Riska9 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
5
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
1) Uji bendung positif.
2) Petekie, ekimosis, atau purpura.
3) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain.
4) Hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/l).
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasm leakage (kebocoran plasma) sebagai
berikut :
a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
b. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
c. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia.
2.2 Virus Dengue
Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae.10 Virus ini masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.1 Virus
famili Flaviviridae terdiri atas 70 virus yang diketahui termasuk dalam genus
Flavivirus, yang mana sekitar 50% menyebabkan penyakit klinis pada manusia.10
Semua virus dari genus ini memiliki kesamaan genom dan bersifat enzootic
(dibawa oleh vektor hewan) diketahui lebih dari 80% ditransmisikan oleh
vertebrata oleh nyamuk atau kutu. Partikel virus (virion) mengandung sebuah
molekul ssRNA (singgle strand Ribonucleic Acid) yang terdapat sekitar 10500
nukleotida. Molekul ini memiliki capp di ujung 5‘, memunyai sense positif. Oleh
sebab itu, ketika memasuki sitoplasma sel selama inisiasi proses infeksi, virion
RNA bertindak sebagai mRNA (messenger RNA) untuk translasi protein dalam
proses replikasinya.10 Terdapat empat serotipe virus dengue yang diakui
berdasarkan penelitian crossprotection pada manusia, yaitu DEN-1, DEN-2,
6
DEN-3, DEN-4.9.10 Beberapa dapat menyebabkan demam dengue (DD) atau
bahkan lebih berat seperti demam hemoragik/berdarah dengue (DBD) dan
sindrom shock dengue (SSD).10
Genom virus dengue memiliki panjang 10 kb, genom tersebut mengkode
10 macam protein.20,21yaitu: tiga protein struktural, kapsid (K), premembran (prM)
dan envelope (E) protein serta 7 protein non-struktural: protein NS1, NS2A,
NS2B, NS3, NS4A, NS4B dan NS5.22,23 RNA ini diselubungi oleh protein kapsid,
yang mana membran luarnya terdiri dari membran lipid yang terdiri atas membran
terglikosilasi dan protein envelope terglikosilasi.10 Infeksi virus dengue diinisiasi
dengan fusi antara membrane virus dan membrane sel host. Proses fusi ini
dimediasi oleh E protein virus dengue yang bergantung pada pH.24
2.3 Terapi siRNA/RNAi
Sekuen siRNA/RNAi merupakan strategi pertahanan kuno yang dimiliki
oleh tumbuhan dan invertebrate tingkat rendah untuk melawan infeksi virus dan
kerusakan genomik akibat menyisipnya materi genetik asing.13,25,26 siRNA dapat
menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik dengan jalan memutus
mRNA yang mengandung sekuens pendek yang homolog (kurang lebih 19 basa
nukleotida).13,14,15,16
Para peneliti yang menekuni molekul RNA telah memberikan hasil
menggembirakan bahwa siRNA dapat berlaku juga pada sel mamalia. Penelitian-
penelitian in vitro selanjutnya diteruskan dengan penelitian in vivo untuk
mengetahui bagaimana mekanisme kerja siRNA tersebut pada sel-sel mamalia.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siRNA dapat digunakan untuk melindungi
mencit dari virus hepatitis.12,13. Penelitian tentang upaya siRNA untuk mengatasi
penyakit-penyakit pada manusia sampai saat ini masih terus dikembangkan.
2.4 Liposom
7
Beberapa tahun terakhir, sudah dilakukan penelitian teknik penghantar gen
dalam aplikasi medis yang menggunakan liposom sebagai penghantar siRNA.27
Liposom atau gelembung lemak adalah partikel koloid dapat dibuat dengan
(turunan molekul, fosfolipid baik dari sumber alam maupun sintesis kimia). Pada
tahun 1960-1970an, berbagai metoda pembuatan liposom dikembangkan untuk
mempelajari proses biologis membran dan ikatan membran protein. Pada tahun
1970an telah diusulkan sebagai pembawa obat untuk modifikasi indeks terapeutik
obat dengan mengurangi toksisitas atau meningkatkan efikasi obat induk.28
Obat-obat yang sekarang beredar di AS diformulasikan sebagai liposome
drug delivery systems terutama antijamur dan terapi anti kanker, banyak produk,
termasuk yang digunakan sebagai analgesik terapi gen dan vaksin. Berdasarkan
pada komposisi kelompok bagian kepala lemak dan pH, liposom akan mempunyai
muatan negatif, netral atau positif pada permukaannya. Sifat alami dan densitas
muatan liposom mempengaruhi stabilitas, kinetika dan luasnya biodistribusi juga
interaksi dengan ambilan liposom oleh sel target.29
Liposom bermuatan positif (liposom kationik) sering digunakan sebagai
reagen kondensasi DNA untuk penghantaran DNA dalam terapi gen, memiliki
kecendrungan yang tinggi untuk berinteraksi dengan protein serum, interaksi ini
menyebabkan peningkatan asupan oleh RES(retikuloendotelial system) dan
klirens oleh paru-paru, hati atau limpa.
BAB III
8
METODE PENULISAN
3.1 Struktur Penulisan
Penyusunan Karya Tulis ini mengikuti urutan penulisan karya ilmiah pada
umumnya yaitu:
a. BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah dan Tujuan
serta Manfaat Penulisan.
b. BAB II Telaah Pustaka yang meliputi pengertian, klasifikasi, fisiologi dan
patofisiologi, manifestasi klinik, pengkajian fokus intervensi dan
rasionalitas penyakit.
c. BAB III Metode Penulisan yaitu meliputi pencarian, pengumpulan dan
sintesis informasi ilmiah
d. BAB IV Pembahasan yaitu berisi analisis dan sintesis dari informasi dan
data yang didapatkan.
e. BAB V Penutup yang berisi penjelasan konklusi dan saran-saran penulis.
3.2 Analisis dan Sintesis Informasi
3.2.1 Pengumpulan Data dan Informasi
Penulisan gagasan ini didasarkan atas beberapa sumber data sekunder,
dalam penulisan ini juga diutamakan sumber sekunder dengan validitas tertinggi
yakni jurnal ilmiah paling aktual yang berhubungan dengan subtema penulisan
ini. Kemudian data/informasi yang didapat ditulis secara naratif dengan
pendekatan semikuantitatif tanpa hipotesis mengingat tulisan ini adalah berbentuk
gagasan tertulis.
3.2.2 Analisis Sintesis
Masalah yang didapat dari data/informasi dianalisis secara objektif sesuai
dengan fakta yang diungkapkan sumber informasi kemudian dihubungkan dengan
gagasan yang diajukan untuk menemukan titik temu yang akan dijadikan benang
merah penulisan. Pokok permasalahan yang didapat kemudian dilanjutkan dengan
9
tinjauan pustaka yaitu berupa penelitian/telaah aktual yang sebelumnya dilakukan
sebagai dasar dan informasi pendukung ide/gagasan.
Gagasan yang dibuat disesuaikan dengan pokok permasalahan dimana hal
ini diharapkan terbentuk gagasan yang benar-benar menjadi solusi nyata dari
permasalahan yang terjadi. Kemudian dilakukan pra-evaluasi pada gagasan yang
didapat sebagai bentuk konfirmasi ilmiah baik dari segi validitas sumber, alur
penulisan dan kesimpulan yang paling representatif.
10
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Permasalahan Supresi Replikasi Flavivirus
DBD ditularkan oleh vektornya yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Kecepatan
perpindahan virus ini dari nyamuk yang menginfeksi manusia membuat
penekanan replikasi virus ini sangat sulit dilakukan. Selama ini pencegahan yang
dilakukan adalah hanya dengan memberantas vektornya. Sehingga virus yang
sudah terinfeksi pada manusia membutuhkan suatu terapi yang serius.30
Pada saat ini yang dikembangkan adalah vaksin dalam memberantas virus
dengue. Pada suhu demam turun yang terjadi adalah membawa penderita DBD
pada keadaan kritis bahkan berakhir dengan kematian. Hal ini disebabkan
penurunan jumlah dan kualitas trombosit, gangguan pembekuan darah serta terjadi
kebocoran plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Selama ini yang juga dilakukan adalah terapi intravena cairan terapi yang
diterapkan dalam aplikasi klinis.31
Suatu prospek yang dikembangkan adalah penggunaan siRNA sebagai
terapi molekuler dalam memutus replikasi virus didalam sel inangnya yaitu tubuh
manusia. Sekuens siRNA mampu menekan regulasi dari replikasi virus.32
Mekanisme turn off replikasi dari siRNA dikombinasikan dengan liposom
sehingga dapat menuju sel target secara spesifik.33
4.2 Tatalaksana Viremia Dengue Berat
Keempat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus
dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan
bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe
DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang
menunjukkan manifestasi klinik yang berat.34
Kriteria WHO (2009) mengenai tahap infeksi virus dengue35:
11
1. Suspek Infeksi Dengue ialah penderita dengan demam tinggi mendadak
tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan disertai dengan 2
atau lebih tanda-tanda seperti mual, muntah , bintik perdarahan , nyeri
sendi, tanda-tanda perdarahan sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple
Leede) positif, leucopenia dan trombositopenia.
2. Demam Dengue (DD) ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta
seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi, rash,
mual, muntah dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil laboratorium
leukopenia ( lekosit < 5000 /mm3 ), jumlah trombosit cenderung menurun
< 150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan serologis.
3. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah demam 2 – 7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda
tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20 % dari nilai normal,
dan/atau efusi pleura, dan/atau ascites, dan/atau hypoproteinemia/
albuminemia) dan atau hasil pemeriksaan serologis pada penderita
tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi peninggian (positif)
IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis
laboratoris).
4. Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat
III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut
nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤ 20 mmHg) atau
hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien
menjadi gelisah sampai terjadi syok berat (tidak terabanya denyut nadi
maupun tekanan darah).
4.3 Prospek Teknologi Biologi Molekuler Sebagai Inhibitor Replikasi Virus.
Perkembangan terapi gen yang terkini untuk penyakit terkait virus adalah
lebih ke arah gagasan mencegah diekspresikannya gen-gen yang jelek atau gen
abnormal virus, atau dikenal dengan gene silencing. Untuk tujuan gene silencing
atau membungkam ekspresi gen tersebut, maka penggunaan RNA jika
12
dibandingkan dengan DNA lebih dimungkinkan, sehingga dikenal istilah RNA
therapeutic.13,17 Suatu studi yang menggemparkan dilaporkan di majalah Nature
bulan Mei 2001 yang menunjukkan bahwa RNA dapat membungkam ekspresi gen
dengan efektif.13,14 Gagasan terapi gen dengan mereparasi mRNA (messenger
RNA) daripada mengganti gen yang cacat berarti menggunakan mekanisme
regulasi sel itu sendiri, sehingga efek samping yang merugikan lebih dapat
ditekan.13,36
RNA dalam keadaan normal merupakan untai tunggal, namun pada
kenyataannya untai tunggal ini dapat membentuk dupleks dengan membentuk
ikatan hidrogen, sebagaimana DNA, jika terdapat untai yang komplemen dalam
urutan basa nukleotidanya. Bentuk dupleks RNA akan mengakibatkan
terhalangnya proses translasi sehingga sintesis protein terganggu, atau
posttranscriptional gene silencing (PTGS), atau gene silencing.13,37,38 Gene
silencing adalah suatu proses membungkam ekspresi gen yang pada mulanya
diketahui melibatkan mekanisme pertahanan alami pada tanaman untuk melawan
virus.
Manipulasi pada tahap translasi mRNA yang bertujuan untuk mengatasi
suatu penyakit genetis dan penyakit akibat virus saat ini dikenal dengan istilah
antisense RNA, small interfering RNA (siRNA), atau disebut pula
RNAinterference (RNAi).13,25,39,40,41 Potongan pendek dari duplex RNA atau DNA
untai ganda (short interfering RNA atau siRNA) dilaporkan mengakibatkan
degradasi RNA-RNA lain di dalam sel yang memiliki sekuens berkesesuaian.
Yang lebih terkini lagi adalah ditemukannya lebih kurang empat tahun yang lalu
suatu micro RNA (miRNA) yang berperan membungkam ekspresi gen.42,43
Prinsip terapi antisense RNA merupakan pemikiran yang brilian yang
sebenarnya mengadopsi kondisi alamiah seperti di dalam mekanisme pertahanan
tanaman terhadap virus, dan suatu mekanisme yang sama pada nematoda
Caenorhabditis elegans.13,43,44 Ketika itu ditemukan suatu RNA untai ganda
(double strand RNA = dsRNA) yang menunjukkan kemampuan menghambat
ekspresi gen.13,25
13
Mekanisme kerja antisense RNA adalah sebagai berikut.13,45,46 Untai
RNA yang ditranslasi disebut sebagai untai sense. Sementara itu, untai yang
mempunyai sekuens basa nukleotida komplemen dengan untai sense disebut
antisense. Jika untai sense berikatan dengan untai antisense membentuk dupleks,
maka terjadi pemblokiran proses translasi yang mengakibatkan terjadinya
penghambatan ekspresi gen.13,36 Hal ini dapat terjadi disebabkan ribosom tidak
memperoleh akses ke pada nukleotida pada untai mRNA, atau yang dapat pula
terjadi adalah disebabkan bentuk duplex RNA sangat mudah terdegradasi oleh
enzim pendegradasi ribonukleat, ribonuclease, di dalam sel. Penggunaan metode
DNA rekombinan daripada RNA rekombinan, lebih memungkinkan untuk
menghantarkan gen sintetis yang menyandikan molekul RNA antisense ke dalam
suatu organisme dengan relatif lebih stabil.
Sedangkan, siRNA/RNAi merupakan strategi pertahanan kuno yang
dimiliki oleh tumbuhan dan invertebrate tingkat rendah untuk melawan infeksi
virus dan kerusakan genomik akibat menyisipnya materi genetik asing.13,25,26
siRNA dapat menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik dengan jalan
memutus mRNA yang mengandung sekuens pendek yang homolog (kurang lebih
19 basa nukleotida).13,14,15,16 Para peneliti yang menekuni molekul RNA telah
memberikan hasil menggembirakan bahwa siRNA dapat berlaku juga pada sel
mamalia dan gen virus. Penelitian-penelitian in vitro selanjutnya diteruskan
dengan penelitian in vivo untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja siRNA
tersebut pada sel-sel mamalia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siRNA
dapat digunakan untuk melindungi mencit dari virus hepatitis.12,13 Penelitian
tentang upaya RNAi untuk mengatasi penyakit-penyakit pada manusia sampai
saat ini masih terus dikembangkan.
Mekanisme kerja siRNA adalah melibatkan suatu intermediet aktif yang
disebut small interfering RNA (siRNA). Molekul siRNA berukuran kecil yaitu
hanya 21-25 nukleotida dengan dua nukleotida pada kedua ujung tidak
berpasangan. Molekul ini dihasilkan dari hasil kerja suatu enzim Dicer, yaitu
suatu ribonuclease dengan energi ATP, yang mengenali dan memotong mRNA
yang membentuk dupleks untai ganda menjadi potongan kecil fragmen untai
14
ganda mRNA. Selain itu, siRNA juga dihasilkan dari suatu short hairpin RNA,
yaitu untai dupleks RNA yang terbentuk dari suatu untai tunggal yang membentuk
hairpin (seperti jepit rambut, dengan lengkungan melipat pada salah satu
ujungnya) yang juga dipotong oleh Dicer. Oleh enzim helicase, siRNA akan
dibuka ikatan hidrogennya sehingga untai antisense dari siRNA yang terbebas
dapat bergabung dengan suatu kompleks protein RNA-induced silencing complex
(RISC). Kompleks tersebut akan mengaktifkan RISC yang semula inaktif, dan
kemudian protein ini akan melaksanakan tugasnya bekerja memutus mRNA pada
bagian yang mengandung sekuens homolog dengan siRNA.13,37,38,39,40,47
Berbagai jenis gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk
dibungkam ekspresinya oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang
menggembirakan tentang penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan. Potensi
dan spesifisitas siRNA yang besar untuk membungkam ekspresi gen, yaitu 1000
kali lebih besar dibandingkan oligonukleotida antisense, Dibandingkan dengan
terapi antibodi, terapi siRNA pembuatannya relatif lebih mudah dan sistem
penghantarannya relatif lebih murah pula. Studi in vitro dari siRNA saat ini
sedang difokuskan terutama pada terapi infeksi virus dan kanker, dan
tampaknya penggunaan klinik awal bagi terapi siRNA nantinya adalah
lebih utama kepada kedua penyakit tersebut.17
Yang menjadikan siRNA lebih menarik untuk terus diteliti kemampuan
aktivitasnya adalah tingkat spesifisitasnya yang cukup tinggi yang tidak dimiliki
oleh inhibtor lain. Disamping itu, RNAi mampu bekerja pada berbagai gen pada
waktu bersamaan.13,48,49 Namun, kesuksesan terapi siRNA, sebagimana terapi
berbasis materi genetik lain, ditentukan oleh stabilitas sediaan serta teknik
penghantaran yang digunakan.
4.4 Mekanisme Replikasi Virus Dengue Secara In Vivo.
Partikel virus (virion) mengandung sebuah molekul ssRNA (singgle strand
Ribonucleic Acid) yang terdapat sekitar 10500 nukleotida. Molekul ini memiliki
capp di ujung 5‘, memunyai sense positif. Oleh sebab itu, ketika memasuki
sitoplasma sel selama inisiasi proses infeksi, virion RNA bertindak sebagai
15
mRNA (messenger RNA) untuk translasi protein dalam proses replikasinya.10
RNA ini diselubungi oleh protein kapsid, yang mana juga terselubung di dalam
membrane lipid yang terdiri atas protein membrane terglikosilasi dan envelope
terglikosilasi.10 Genomik RNA virus ini mengkode sebuah polyprotein single yang
diproses pada tahap pascatranslasi oleh protease selular dan virus menjadi tiga
protein struktural, kapsid (K), premembran (prM) dan envelope (E) protein serta 7
protein non-struktural (NS): protein NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B dan
NS5.22,23
Protein NS diperkirakan terlibat secara utama dalam replikasi RNA virus
sebagai bagian dari kompleks replikase. Glikoprotein NS1 jika berintraksi dengan
NS4A berperan dalam replikasi RNA.23,50,51,52 Ujung 5‘ dan 3‘ molekul RNA
terdiri atas region tak ditranslasikan (untranslated/UTR) dengan struktur stem dan
loop yang spesifik, penting dalam mengikat protein NS, menciptakan komplek
translasi dan transkripsi RNA dalam sitoplasma sel yang terinfeksi.10
Pada saat virus masuk ke sel melalui proses endositosis yang diperantarai
reseptor, genom virus yang terdiri dari ssRNA akan dilepaskan ke dalam
sitoplasma dan digunakan sebagai cetakan/ templat untuk proses translasi menjadi
prekursor protein yang besar. Pemotongan pada bagian terminal dari poliprotein
ini oleh enzim-enzim sel host (signalase, furin) akan menghasilkan protein-protein
struktural yang membentuk partikel virus yang berselubung. Poliprotein yang
tersisa dibutuhkan untuk menghasilkan lebih banyak virus. Protein-protein NS
virus tersebut diduga bersama-sama dengan protein-protein host yang belum
diketahui, membentuk mesin replikasi di dalam sitoplasma sel-sel yang terinfeksi
yang mengkatalisis perbanyakan RNA. Sebagai contoh NS3 dan NS5 memiliki
aktivitas protease, helicase, polimerase yang sangat berperan pada proses
replikasi. NS3 hanya akan aktif bila berikatan dengan NS2b dimana NS2b juga
berperan pada protein folding. RNA yang baru dihasilkan kemudian digunakan
kembali untuk proses translasi dan menghasilkan kembali protein-protein virus,
untuk sintesis lebih banyak RNA virus atau untuk enkapsidasi ke dalam partikel
virus. Pada akhirnya virion meninggalkan sel dengan proses eksositosis yang
sering menyebabkan kematian sel.20,21
16
4.5 Inhibisi Replikasi Virus Dengue oleh siRNA
Potensi virus dengue untuk menghasilkan faktor virulensi pada sel host
cukup sulit dilawan dengan obat-obatan kausatif secara menyeluruh. Beberapa
antimikroba yang bekerja pada virus (antivirus) memiliki jenis inhibisi enzimatik
sendiri untuk bisa memasuki sel host. Sebagai antivirus, mekanisme kerja obat
terutama memiliki target pada pembuatan gen virus baru. Flavivirus yang
merupakan virus RNA tentu memiliki kemampuan untuk memasuki sitoplasma
sel host untuk turut mengikuti translasi sel host sehingga terbentuk virus-virus
baru yang siap melakukan replikasi, begitu seterusnya hingga terjadi viremia pada
sirkulasi darah. Proses transkripsi dan translasi virus sebenarnya dapat
dikendalikan dengan adanya sekuen RNA yang dapat dikenali Antigen (Ag) virus
melalui induksi sel Imun seperti T helper dan sel T memori. Pada rantai RNA
flavivirus terdapat komponen siRNA yang memiliki efek inhibitorik pada virus itu
sendiri, terutama siRNA ini secara alami bekerja saat terjadi stimulasi oleh
Antivirus yang diberikan pada pasien viremia. Aktivitas sekuen siRNA pada
flavivirus dapat tampak dengan beberapa cara laboratorium misalnya dengan diuji
pada sel Hela. Untuk menentukan efek inhibitorik dari sekuen siRNA harus
digunakan sekuen lain (sekuen D3) sebagai marker aktivitas siRNA. Pada
penelitian, sel Hela yang terinfeksi virus akan tampak adanya replikasi virus
melalui adanya budding (pembungkusan protein virus yang baru). Berdasarkan
sebuah penelitian, jika sekuan siRNA D3 dipajankan pada sel Hela terinfeksi
flavivirus maka proses replikasi akan terhenti atau berkurang. Replikasi spesifik
oleh siRNA dapat terlihat walaupun reaksinya sebenarnya masih mirip dengan
inhibisi oleh substrat lain. Namun, hal ini dapat dipastikan dengan adanya reagen
transfection pada sel yang khusus mendeteksi adanya inhibisi replikasi oleh sel
sitotoksik yang tampak dari cytotoxity assay berbasis LDH pada sel yang juga
dipajankan siRNA. Suatu review yang dilakukan di Amerika Serikat tentang
perbandingan aktvitas sitotoksik dan inhibisi oleh siRNA terjadi secara signifikan.
Asumsi ini juga memiliki kemiripan dengan inhibisi siRNA pada sel Hela yang
mengurangi titer virus melalui inhibisi enzimatik dan budding ihibition.
17
Efektivitas siRNA pada replikasi virus ketika dipajankan seteleh inisiasi infeksi
virus kemungkinan juga dapat dicoba kan secara sel hela terinfeksi virus dengue
Kalbar secara masal. Kemudian secara in vitro dapat dilihat perbandingan
penurunan kopi dari genom virus yang terdeteksi. Dengan ini pula, dapat
diketahui pada dosis/konsentrasi berapa siRNA dapat bekerja dengan baik
(memberikan konsntrasi terapetik) pada sel-sel hela yang bisa diuji coba.
Kemudian pada akhirnya dapat dilihat perkembangannya terutama selama masa
inkubasi, tanpa bantuan antivirus dan antimikroba serupa.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mekanisme inhibitor proses ekspresi gen virus dengue berawal dari saat
Flavivirus yang merupakan virus RNA tentu memiliki kemampuan untuk
memasuki sitoplasma sel host untuk turut mengikuti translasi sel host
sehingga terbentuk virus-virus baru yang siap melakukan replikasi, begitu
seterusnya hingga terjadi viremia pada sirkulasi darah.
2. Sebagai antivirus, mekanisme kerja obat terutama memiliki target pada
pembuatan gen virus baru. Proses transkripsi dan translasi virus sebenarnya
dapat dikendalikan dengan adanya sekuen RNA yang dapat dikenali
Antigen (Ag) virus melalui induksi sel Imun seperti T helper dan sel T
memori.
18
3. Pada rantai RNA flavivirus terdapat komponen siRNA yang memiliki efek
inhibitorik pada virus itu sendiri, terutama siRNA ini secara alami bekerja
saat terjadi stimulasi oleh Antivirus yang diberikan pada pasien viremia.
Aktivitas sekuen siRNA pada flavivirus dapat tampak dengan beberapa cara
laboratorium misalnya dengan diuji pada sel Hela.
4. siRNA/RNAi merupakan strategi pertahanan kuno yang dimiliki oleh
tumbuhan dan invertebrate tingkat rendah untuk melawan infeksi virus dan
kerusakan genomik akibat menyisipnya materi genetik asing. Berbagai jenis
gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk dibungkam ekspresinya
oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang menggembirakan tentang
penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan.
5. Potensi dan spesifisitas siRNA yang besar untuk membungkam ekspresi
gen, yaitu 1000 kali lebih besar dibandingkan oligonukleotida antisense,
Dibandingkan dengan terapi antibodi, terapi siRNA pembuatannya relatif
lebih mudah dan sistem penghantarannya relatif lebih murah pula. Studi in
vitro dari siRNA saat ini sedang difokuskan terutama pada terapi infeksi
virus dan kanker, dan tampaknya penggunaan klinik awal bagi terapi siRNA
nantinya adalah lebih utama kepada kedua penyakit tersebut.
5.2 Saran
Selanjutnya gagasan di atas yang belum diuji secara klinis dapat diteliti
lebih lanjut dikembangkan dalam formulasi yang tepat sehingga dapat
diaplikasikan dengan mudah oleh masyarakat umum dalam upaya terapi penyakit
demam berdarah.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Kristina, Isminah, Wulandari L. "Demam Berdarah Dengue". Litbang. (2004)
Depkes. Diakses 8 Mei 2013.
2. World Health Organization. "Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever".
World Health Organization. (2009). Diakses 8 Mei 2013.
3. Rigau-Perez JG, Clark GG, Gubler DJ, Reiter P,Sanders EJ, Vorndam AV.
Dengue and dengue haemorrhagic fever. Lancet 1998;352:971-7.
4. Watts DM, Burke DS, Harrison BA, Whitmire RE, Nisalak A. Effect of
temperature on the vector efficiency of Aedes aegypti for dengue 2 virus. Am
J Trop Med Hyg 1987;36:143-52.
5. Yasuno M, Tonn RJ. A study of biting habits of Aedes aegypti in Bangkok,
Thailand. Bull World Health Organ 1970;43:319-25.
20
6. Centres for Disease Control and Prevention. "Dengue Epidemiology".
Centres for Disease Control and Prevention. (2010). Diakses 8 Mei 2013
7. World Health Organization. Didapat dari: URL:http://www.searo.who.int/.
2009. Diakses tanggal 8 Mei 2013.
8. Mulya Rahma Karyanti, Sri Rezeki Hadinegoro. Perubahan Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo FKUI Jakarta. Seri Pediatri.
2009;424-432.
9. Riska Y. Fa’rifah dan Purhadi. Analisis Survival Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Laju Kesembuhan Pasien Penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) di RSU Haji Surabaya dengan Regresi Cox. Jurnal Sains Dan Seni
ITS. 2012 September. ISSN: 2301-928X; pp;271-276
10. Ernest A Gould. Flavivirus Infections In Humans. Institute of Virology and
Environmental Microbiology, Oxford, UK. ENCYCLOPEDIA OF LIFE
SCIENCES. 2001
11. Carola Maffioli et al., Sirna Inhibits Replication Of Langat Virus, A Member
Of The Tick-Borne Encephalitis Virus Complex In Organotypic Rat Brain
Slices. PLOS ONE. 2012 September; pp.1-9.
12. Xia, H. et al. RNAi suppresses polyglutamine-induced neurodegeration in a
model of spinocerebellar ataxia. Nature Methods 2004.10: 816-820.
13. Amarila Malik. Rna Therapeutic, Pendekatan Baru Dalam Terapi Gen.
Majalah Ilmu Kefarmasian. 2005 Agustus. ISSN : 1693-9883. Pp;51 – 61.
14. Elbashir, S.M. et al. Duplexes of 21-nucleotide RNAs mediate RNA
interference in cultured mammalian cells. Nature . 2001.411: 494-498.
15. Kawasaki, H. and Taira, K. Induction of DNA Methylation and Gene
Silencing by short interfering RNAs in human cells. E-pub of print Nature,
1038/nature2889, Mei 8. 2004.
16. Chen, J., et al. Stable Expression of Small Interfering RNA Sensitizes TEL-
PDGFbR to inhibition with imatinib or rapamycin. Journal of Clinical
Investigation 2004.113: 1784-1791
21
17. Adams, A. RNA Therapeutic enter Clinical Trials, The Scientist, January 17.
2005.
18. Tedy. Analisis Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue(DBD) di Kelurahan Helvetia,Medan 2005.Jurnal
Mutiara Kesehatan Indonesia.2006.
19. Suhardiono.Sebuah Analisis Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD) di Kelurahan Helvetia,Medan
2005.Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia.2005.
20. Alcon S, Talarmin A, Debruyne M, et al. Enzyme-Linked Immunoassay
Specific To Dengue Virus Type 1 Nonstructural Protein NS1 Reveals
Circulation Of The Antigen In The Blood During The Acure Phase Of The
Disease In Patients Experiencing Primary Or Secondary Infections. Journal
of Clinical Microbiology. 2002. 40(2), pp 376-381.
21. Meddy Setiawan. Demam Berdarah Dengue (DBD) dan NS1 Antigen Untuk
Deteksi Dini Infeksi Akut Virus Dengue. Jurnal Saintika Medika (edisi
online), 2012. (Diakses pada tanggal 8 Mei 2013). Tersedia di: http://www.
ejournal.umm.ac.id
22. Chambers TJ, Hahn CS, Galler R, Rice CM. Flavivirus genome organization,
expression, and replication. Annu Rev Microbiol. 1990; 44:649–688.
[PubMed: 2174669].
23. Lihui LIU et al. Flavivirus RNA Cap Methyltransferase: Structure, Function,
And Inhibition. NIH Public Access.2010.pp, 1-26.
24. Stiasny, K., and F. X. Heinz. Flavivirus membrane fusion. J. Gen. Virol 2006.
87:2755–2766.
25. Lieberman, J., et al. Interfering with Disease: Opportunities and roadblocks to
harnessing RNA interferences. TRENDS in Molecular Medicine. 2003.9(9).
26. Downward, J. RNA interference. British Medical Journal. 2004. 328:1245-
1248.
27. Hannon G J. RNA interference. Nature. 2010; 418: 244-251.
22
28. Jufri.Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan
Keberadaan Vektor Demam berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Denpasar Selatan.ECHOTROPIC.2007.pp. 1-6
29. Bangdam,.Liposome the Babraham connection Chem PhysLipids. 2006.
64 :275-285.
30. Anshar.Perkembangan Terbaru Vaksin Dengue.Repository USU.2008
31. Darmowandowo.Infeksi Virus Dengue.Naskah Lengkap Continuing
Education.2006.
32. Kleinman et al. Sequence and target-independent angiogenesis suppression
by siRNAvia TLR3.Nature.2008.
33. Davis et al. Evidence of RNAi in humans from systemically administered
siRNA via targeted nanoparticles.Nature.2010.
34. Suyasa et al. Hubungan Faktor Lingkungan dan Prilaku Masyarakat Terhadap
Vektor Demam Berdarah. ECOTROPIC. 2008. Pp. 1-6
35. World Health Organization. 2009. Diakses 8 Mei 2013
36. Penman, D. Subtle Gene Therapy Tackles Blood Disorder. NewScientist.com
16:26 11 October 2002.
37. Agrawal, N., et al. RNA Interference: Biology, Mechanism, and
Applications. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 2003. 67(4):
657-685.
38. Provost, P., et al. Ribonuclease Activity and RNA binding of recombinant
human Dicer. The EMBO Journal. 2002. 21(21): 5864-5874.
39. Lucentini, J. Silencing Cancer.The Scientist. 2004.18(17): 14-15.
40. Pray, L.A. Viroids, Viruses, and RNA Silencing. The Scientist
2004.18(16):23.
41. Wang, M.B. et al. On the role of RNA silencing in the pathogenicity and
evolution of viroids and viral satellite. Proc Natl Acad Sci. 2004. 101: 3275-
3280.
42. Johnston, N. Seeds of a icro Revolution. The Scientist, 2004.18(17): 16-17.
43. Pfeffer, S. et al. Identification of Virus-encoded micro RNAs. Science 304:
2004. 734-736.
23
44. Lee, R.C., et al. The C. elegans heterochronic gene lin-4 encodes small RNAs
with antisense complementary to lin- 14. Cell. 1993. 116: 589-592.
45. Dale, J.W. Molecular Genetics of Bacteria. 2nd Edition. John Wiley & Sons,
Chichester. 1994. pp: 1-25; 75-105.
46. Glick, B. R. and Pasternak, J.J. Molecular Biotechnology, Principles and
Applications of Recombinant DNA. ASM Press. 1994. pp: 403-418.
47. Tang, G.. siRNA and miRNA: an insight into RISCs, TRENDS in Molecular
Medicine. 2005.30(2).
48. Yague, E, et al. Complete reversal of multidrug resistance by stable
expression of small interfering RNAs targeting MDR1E. Gene Therapy.
2004. 11:1170- 1174.
49. Holmes, B. Gene therapy may switch off Huntington’s. NewScientist.com.
2003.10.35, 13 March 2003.
50. Lindenbach BD, Rice CM. trans-Complementation of yellow fever virus NS1
reveals a role in early RNA replication. J Virol. 1997; 71 (12):9608–9617.
[PubMed: 9371625].
51. Muylaert IR, Galler R, Rice CM. Genetic analysis of the yellow fever virus
NS1 protein: identification of a temperature-sensitive mutation which blocks
RNA accumulation. J Virol. 1997; 71(1):291– 298. [PubMed: 8985349].
52. Lindenbach BD, Rice CM. Genetic interaction of flavivirus nonstructural
proteins NS1 and NS4A as a determinant of replicase function. J Virol. 1999;
73(6):4611–4621. [PubMed: 10233920].
24
25
26
27
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Tim
Nama : Irwanda
Nama Panggilan : Wanda
NIM : I111 12042
Program Studi : Pendidikan Dokter 2012
Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak/21 Desember 1993
Alamat : Asrama Kedokteran Untan, Jln.Sepakat II
No. HP : 085245990794
Email : [email protected]
Fb : Irwanda Djamil
Twitter : @Irwanda_Djamil
Pendidikan
1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura (2012-sekarang).
2. SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan (2009-2012).
3. SMP Negeri 1 Sungai Raya (2006-2009).
4. SD Negeri 08 Sungai Ruk (2000-2006).
Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :
1. Juara 1 Penulisan konservasi lingkungan hidup kabupaten Bengkayang.
2. Juara 2 Kompetisi Penulisan Mahasiswa Se-Kalimantan Barat
2012.
3. Finalist Scientific Atmosfer 6 University of Udayana, Denpasar
Bali 2013.
4. Finalist LKTM dalam rangka Dies Natalis UNTAN ke-54.
2. Anggota 1
Nama : Angga Dominius
Nama Panggilan : Angga
NIM : I111 12063
Program Studi : Pendidikan Dokter 2012
Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak/14 Januari 1995
28
Alamat : Jl. Adisucipto Gg Bumi Raya No 94
No. HP : 085245616536
Email : [email protected]
Fb : angga dominggo
Twitter : @anggadominius7
Pendidikan
1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura
(2012-sekarang).
2. SMA Negeri 1 Sungai Raya Kab. Kubu Raya (2009-2012).
3. SMPS Santa Monika
4. SDS Santa Monika
Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :
1. Harapan 1 Kompetisi Penulisan Mahasiswa Se-
Kalimantan Barat 2012.
2. Finalis Scientific Atmosfer 6 University of
Udayana, Denpasar Bali 2013.
4. Finalist LKTM dalam rangka Dies Natalis UNTAN ke-54.
3. Anggota 2
Nama : Tajul Anshor Fath Halimy
Nama Panggilan : Jul / Tajul
NIM : I111 10 024
Program Studi : Pendidikan Dokter 2010
Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Jaga A, 13 Juli 1993
Alamat : Jl. Tanjung Raya II
No. HP : 08125723562
Email : [email protected]
Fb : Tajoel Anshor Fath Halim
Twitter : @tajul_anshor
29
Pendidikan
1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura (2010-sekarang).
2. MAN 2 Pontianak (2007-2010).
3. MTs. Ushuluddin Singkawang
4. SDN 4 Sungai Aaga A
Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :
1 Juara II Lomba Inovasi Teknologi tingkat SMA Se-Kota
Pontianak, Politeknik Negeri Pontianak 2008.
2 Finalis 4 LBSK bidang Karya Tulis Ilmiah Tingkat SMA
Se-Kalimantan Barat
2008.
3 Juara III Lomba Cepat Tepat Matematika STKIP PGRI
2008
4 Juara I Lomba Majalah Dinding tk Kota Pontianak 2008
5 Juara III LKTI bidang Karya Tulis Tingkat SMA Se-
Kalbar 2009
6 Finalist English Debating Championship Tk. Provinsi
Kalbar 2009
7 1st winner of English Speech Contest tk. Kalbar 2009
8 Juara I Lomba Kaligrafi Hari Besar Islam tk. Kota
Pontianak 2009
9 Best News Anchor RRI Pemilihan Pembaca Berita
Terbaik 2009
10 Duta Anak Nasional bidang Kesehatan, KPAI Bangka
Belitung 2009
11 Finalist LKTI Nasional BNN, Jakarta 2009
12 Juara II Lomba Penalaran Ilmiah Mahasiswa
(KOMPAS) Untan 2010.
13 1st Winner of English Writing on Muhammad’s History
FMIPA 2010
14 2nd winner of English Competition UPT Bahasa Untan tk
Kota Pontianak 2010
30
15 3rd winner Kalimantan Region English Debating
Championship, Univ. Lambungmangkurat, Banjarmasin 2011
16 Participant of National University English Debating
Championship, Udayana University, Bali 2011
17 Best Participant of International Youth Summit on
Climate Change, Bogor 2011
18 Juara I Lomba Penelitian Ilmiah tingkat Mahasiswa oleh
Kantor Lembaga Penelitian dan Pengembangan se-Kalimantan Barat 2011.
19 Juara II LKTI Kesehatan dan Gizi Nasional, Fakultas
Kedokteran Univ. Hasanuddin Makassar 2011
20 Finalis Lomba LKT Sejarah Kemenbudpar Nasional
Palu, Sulawesi Tengah 2011
21 Peraih Beasiswa Japan-East Asia Student Exchange
(JENESYS ) Program, Japan 2012
22 Duta Kalimantan Barat dalam International Youth
Conference, Kemenpora Jakarta 2012
23 Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM
K) didanai 2011
24 Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM P)
didanai 2012
25 Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Universitas
Tanjungpura 2012
26 3rd Winner of National Research Competition and
Exhibition (Narration) 2012, University of Indonesia/Lomba Riset Nasional
2012.
27 Finalis Scientific Atmosfer 6 University of
Udayana, Denpasar Bali 2013.
28 Finalist LKTM dalam rangka Dies Natalis UNTAN
ke-54.
29 Finalis Olimpiade Mikrobiologi dan Imunologi
International, Univerisy of Mahidol, Siriraj Hospital, Bangkok, Thailand