Isi

45
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam dengue (DD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. 1 Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam berdarah. 2 Epidemik dengue dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor biologi, dan demografi. Insidens dengue berhubungan dengan cuaca yang hangat dan kelembaban tinggi. 3 Suhu yang tinggi dapat merangsang perkembangbiakan vektor 4 dan perilaku nyamuk menggigit. 5 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. 6 Di Indonesia, angka kematian (case fatality rate) menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun 2000, menurun menjadi 1,21% pada tahun 2004, 7 dan pada tahun 2008 angka kematian sudah menurun menjadi 0,86%. Pada tahun 2008 angka kesakitan tertinggi terjadi pada provinsi DKI Jakarta (303,5), Kalimantan Timur (174,6) dan Bali (170,1),

description

isi

Transcript of Isi

Page 1: Isi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam dengue (DD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan

oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan

nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.1

Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat

menyebabkan demam berdarah.2  Epidemik dengue dipengaruhi beberapa faktor,

yaitu faktor lingkungan, faktor biologi, dan demografi. Insidens dengue

berhubungan dengan cuaca yang hangat dan kelembaban tinggi.3 Suhu yang tinggi

dapat merangsang perkembangbiakan vektor4 dan perilaku nyamuk menggigit.5

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-

100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.6

Di Indonesia, angka kematian (case fatality rate) menurun dengan stabil

dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun 2000, menurun

menjadi 1,21% pada tahun 2004,7 dan pada tahun 2008 angka kematian sudah

menurun menjadi 0,86%. Pada tahun 2008 angka kesakitan tertinggi terjadi pada

provinsi DKI Jakarta (303,5), Kalimantan Timur (174,6) dan Bali (170,1),

sedangkan angka kematian tertinggi terjadi di propinsi Maluku (3,66%),

Kalimantan Barat (3,53%), dan Nusa Tenggara Timur (2,87%).8 Namun, pada

tahun 2010, DBD di Indonesia mulai menjadi suatu penyakit yang tergolong pada

kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah kejadian sebanyak 156.086 kasus dan

kematian sebanyak 1.358.9

Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. 

Semua virus dari genus ini memiliki kasamaan genom dan bersifat enzootic

(dibawa oleh vektor hewan) diketahui lebih dari 80% ditransmisikan oleh

vertebrata oleh nyamuk atau kutu. Partikel virus (virion) mengandung sebuah

molekul ssRNA (singgle strand Ribonucleic Acid) yang terdapat sekitar 10500

nukleotida. Molekul ini memiliki capp di ujung 5‘, memunyai sense positif. Oleh

sebab itu, ketika memasuki sitoplasma sel selama inisiasi proses infeksi, virion

Page 2: Isi

2

RNA bertindak sebagai mRNA (messenger RNA) untuk translasi protein dalam

proses replikasinya.10

Menejemen penyakit akibat dari virus dengue ini, hingga saat ini masih

belum ditemukan terapi antiviral yang sesuai. DD yang tidak berkomplikasi

biasanya tidak membutuhkan perawatan rumah sakit. Menejemen DBD dan SSD

selama fase demam tergantung pada gejalanya. Perawatan yang sering dilakukan

adalah pemberian antipiretik, rehidrasi oral, pengecekan hematokrit harian, terapi

cairan intervena dan pemberian oksigen bagi penderita SSD.10

Pencegahan demam dengue masih menggunakan metode konvensional

dengan membasmi vektor pembawa virus yaitu nyamuk Aedes aegypti  dengan

penyemprotan pembasmi nyamuk (insektisida), larvasida dan membersihkan

situs-situs potensial perkembangan nyamuk di lingkungan rumah penduduk.

Namun demikian, DD, DHF dan SSD muncul kembali secara teratur di daerah

tropis di seluruh dunia. Sementara itu, wabah penyakit ini telah sering ditafsirkan

sebagai indikasi reintroduksi virus dengue dari daerah epidemi yang sudah ada

sebelumnya ke suatu daerah yang belum terinfeksi.10

Saat ini sedang dikembangkan berbagai teknik pencegahan dan

pengobatan baru melalui terapi gen, salah satunya terapi siRNA/RNAi (small

interfering RNA/RNA interfering). Beberapa peneliti menemukan bahwa siRNA

berperan dalam menghambat proses replikasi virus Langat, virus yang bergenus

sama dengan virus dengue.11 Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siRNA dapat

digunakan untuk melindungi mencit dari virus hepatitis.12,13 siRNA dapat

menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik dengan jalan memutus

mRNA yang mengandung sekuens pendek yang homolog (kurang lebih 19 basa

nukleotida).13,14,15,16

Berbagai jenis gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk

dibungkam ekspresinya oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang

menggembirakan tentang penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan. Potensi

dan spesifisitas siRNA yang besar untuk membungkam ekspresi gen, yaitu 1000

kali lebih besar dibandingkan oligonukleotida antisense. Dibandingkan dengan

terapi antibodi, terapi siRNA pembuatannya relatif lebih mudah dan sistem

Page 3: Isi

3

penghantarannya relatif lebih murah pula. Studi in vitro dari siRNA saat ini

sedang difokuskan terutama pada terapi infeksi virus dan kanker, dan tampaknya

penggunaan klinik awal bagi terapi siRNA nantinya adalah lebih utama kepada

kedua penyakit tersebut.17

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme penekanan proses ekspresi gen virus dengue genus

flavivirus dengan Imunoliposom spesifik berbasis kombinasi siRNA?

2. Bagaimana prospek terapi siRNA sebagai inhibitor ekspresi gen virus

dengue?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan Umum dan Khusus

1. Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya,

Kalbar pada khususnya.

2. Menciptakan pola terapi preventif pada penyakit demam dengue.

3. Memperkenalkan sekaligus mempromosikan teknik pencegahan dan

terapi gen pada demam dengue.

4. Mengetahui potensi terapi gen siRNA/RNAi dengan kombinasi

immunoliposom sebagai anti-virus dengue.

1.3.2. Manfaat Penulisan

1. Meningkatnya Pengetahuan penulis dan pembaca tentang potensi

potensi terapi gen siRNA/RNAi dengan kombinasi immunoliposom

sebagai anti-virus dengue.

2. Meringankan beban dan meningkatkan kualitas hidup pasien demam

dengue guna meningkatkan produktivitas sumber daya manusia.

3. Menambah alternatif terapi masa kini khusus bagi klinisi, dokter,

apoteker, perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam tatalaksana

pasien demam dengue baik DBD maupun SSD.

4. Membantu sumbangsih ide dalam proses Policy Making bagi

pemerintah dalam upaya penekanan angka kematian dan kesakitan

akibat demam dengue.

BAB II

Page 4: Isi

4

TELAAH PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang

disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.

Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom

renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang

ditandai oleh renjatan/syok.18 Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah

tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang

lembap.2 

Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap.2 Penyakit DBD

merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia,hal ini tampak dari

kenyataan kenyataan yang ada bahwa seluruh wilayah di Indonesia mempunyai

resiko untuk terjangkit penyakit DBD. Tercatat sampai saat ini penyakit DBD

telah menjadi masalah endemis pada 122 daerah kabupaten, 605 daerah

kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia.18

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus

dengue yaitu :

1) Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit,

kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dilingkungan,

transportasi vektor dai satu tempat ke tempat lain;

2) Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga,

mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;

3) Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.19

Berdasarkan kriteria WHO 1997 dalam Riska9 diagnosis DBD

ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi :

1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

Page 5: Isi

5

2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :

1) Uji bendung positif.

2) Petekie, ekimosis, atau purpura.

3) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau

perdarahan dari tempat lain.

4) Hematemesis atau melena.

3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/l).

4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasm leakage (kebocoran plasma) sebagai

berikut :

a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan

umur dan jenis kelamin.

b. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.

c. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau

hipoproteinemia.

2.2 Virus Dengue

Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus,

famili Flaviviridae.10  Virus ini masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan

nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.1 Virus

famili Flaviviridae terdiri atas 70 virus yang diketahui termasuk dalam genus

Flavivirus, yang mana sekitar 50% menyebabkan penyakit klinis pada manusia.10

Semua virus dari genus ini memiliki kesamaan genom dan bersifat enzootic

(dibawa oleh vektor hewan) diketahui lebih dari 80% ditransmisikan oleh

vertebrata oleh nyamuk atau kutu. Partikel virus (virion) mengandung sebuah

molekul ssRNA (singgle strand Ribonucleic Acid) yang terdapat sekitar 10500

nukleotida. Molekul ini memiliki capp di ujung 5‘, memunyai sense positif. Oleh

sebab itu, ketika memasuki sitoplasma sel selama inisiasi proses infeksi, virion

RNA bertindak sebagai mRNA (messenger RNA) untuk translasi protein dalam

proses replikasinya.10 Terdapat empat serotipe virus dengue yang diakui

berdasarkan penelitian crossprotection pada manusia, yaitu DEN-1, DEN-2,

Page 6: Isi

6

DEN-3, DEN-4.9.10 Beberapa dapat menyebabkan demam dengue (DD) atau

bahkan lebih berat seperti demam hemoragik/berdarah dengue (DBD) dan

sindrom shock dengue (SSD).10

Genom virus dengue memiliki panjang 10 kb, genom tersebut mengkode

10 macam protein.20,21yaitu: tiga protein struktural, kapsid (K), premembran (prM)

dan envelope (E) protein serta 7 protein non-struktural: protein NS1, NS2A,

NS2B, NS3, NS4A, NS4B dan NS5.22,23 RNA ini diselubungi oleh protein kapsid,

yang mana membran luarnya terdiri dari membran lipid yang terdiri atas membran

terglikosilasi dan protein envelope terglikosilasi.10 Infeksi virus dengue diinisiasi

dengan fusi antara membrane virus dan membrane sel host. Proses fusi ini

dimediasi oleh E protein virus dengue yang bergantung pada pH.24

2.3 Terapi siRNA/RNAi

Sekuen siRNA/RNAi merupakan strategi pertahanan kuno yang dimiliki

oleh tumbuhan dan invertebrate tingkat rendah untuk melawan infeksi virus dan

kerusakan genomik akibat menyisipnya materi genetik asing.13,25,26 siRNA dapat

menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik dengan jalan memutus

mRNA yang mengandung sekuens pendek yang homolog (kurang lebih 19 basa

nukleotida).13,14,15,16

Para peneliti yang menekuni molekul RNA telah memberikan hasil

menggembirakan bahwa siRNA dapat berlaku juga pada sel mamalia. Penelitian-

penelitian in vitro selanjutnya diteruskan dengan penelitian in vivo untuk

mengetahui bagaimana mekanisme kerja siRNA tersebut pada sel-sel mamalia.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siRNA dapat digunakan untuk melindungi

mencit dari virus hepatitis.12,13. Penelitian tentang upaya siRNA untuk mengatasi

penyakit-penyakit pada manusia sampai saat ini masih terus dikembangkan.

2.4 Liposom

Page 7: Isi

7

Beberapa tahun terakhir, sudah dilakukan penelitian teknik penghantar gen

dalam aplikasi medis yang menggunakan liposom sebagai penghantar siRNA.27

Liposom atau gelembung lemak adalah partikel koloid dapat dibuat dengan

(turunan molekul, fosfolipid baik dari sumber alam maupun sintesis kimia). Pada

tahun 1960-1970an, berbagai metoda pembuatan liposom dikembangkan untuk

mempelajari proses biologis membran dan ikatan membran protein. Pada tahun

1970an telah diusulkan sebagai pembawa obat untuk modifikasi indeks terapeutik

obat dengan mengurangi toksisitas atau meningkatkan efikasi obat induk.28

Obat-obat yang sekarang beredar di AS diformulasikan sebagai liposome

drug delivery systems terutama antijamur dan terapi anti kanker, banyak produk,

termasuk yang digunakan sebagai analgesik terapi gen dan vaksin. Berdasarkan

pada komposisi kelompok bagian kepala lemak dan pH, liposom akan mempunyai

muatan negatif, netral atau positif pada permukaannya. Sifat alami dan densitas

muatan liposom mempengaruhi stabilitas, kinetika dan luasnya biodistribusi juga

interaksi dengan ambilan liposom oleh sel target.29

Liposom bermuatan positif (liposom kationik) sering digunakan sebagai

reagen kondensasi DNA untuk penghantaran DNA dalam terapi gen, memiliki

kecendrungan yang tinggi untuk berinteraksi dengan protein serum, interaksi ini

menyebabkan peningkatan asupan oleh RES(retikuloendotelial system) dan

klirens oleh paru-paru, hati atau limpa.

BAB III

Page 8: Isi

8

METODE PENULISAN

3.1 Struktur Penulisan

Penyusunan Karya Tulis ini mengikuti urutan penulisan karya ilmiah pada

umumnya yaitu:

a. BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah dan Tujuan

serta Manfaat Penulisan.

b. BAB II Telaah Pustaka yang meliputi pengertian, klasifikasi, fisiologi dan

patofisiologi, manifestasi klinik, pengkajian fokus intervensi dan

rasionalitas penyakit.

c. BAB III Metode Penulisan yaitu meliputi pencarian, pengumpulan dan

sintesis informasi ilmiah

d. BAB IV Pembahasan yaitu berisi analisis dan sintesis dari informasi dan

data yang didapatkan.

e. BAB V Penutup yang berisi penjelasan konklusi dan saran-saran penulis.

3.2 Analisis dan Sintesis Informasi

3.2.1 Pengumpulan Data dan Informasi

Penulisan gagasan ini didasarkan atas beberapa sumber data sekunder,

dalam penulisan ini juga diutamakan sumber sekunder dengan validitas tertinggi

yakni jurnal ilmiah paling aktual yang berhubungan dengan subtema penulisan

ini. Kemudian data/informasi yang didapat ditulis secara naratif dengan

pendekatan semikuantitatif tanpa hipotesis mengingat tulisan ini adalah berbentuk

gagasan tertulis.

3.2.2 Analisis Sintesis

Masalah yang didapat dari data/informasi dianalisis secara objektif sesuai

dengan fakta yang diungkapkan sumber informasi kemudian dihubungkan dengan

gagasan yang diajukan untuk menemukan titik temu yang akan dijadikan benang

merah penulisan. Pokok permasalahan yang didapat kemudian dilanjutkan dengan

Page 9: Isi

9

tinjauan pustaka yaitu berupa penelitian/telaah aktual yang sebelumnya dilakukan

sebagai dasar dan informasi pendukung ide/gagasan.

Gagasan yang dibuat disesuaikan dengan pokok permasalahan dimana hal

ini diharapkan terbentuk gagasan yang benar-benar menjadi solusi nyata dari

permasalahan yang terjadi. Kemudian dilakukan pra-evaluasi pada gagasan yang

didapat sebagai bentuk konfirmasi ilmiah baik dari segi validitas sumber, alur

penulisan dan kesimpulan yang paling representatif.

Page 10: Isi

10

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Permasalahan Supresi Replikasi Flavivirus

DBD ditularkan oleh vektornya yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Kecepatan

perpindahan virus ini dari nyamuk yang menginfeksi manusia membuat

penekanan replikasi virus ini sangat sulit dilakukan. Selama ini pencegahan yang

dilakukan adalah hanya dengan memberantas vektornya. Sehingga virus yang

sudah terinfeksi pada manusia membutuhkan suatu terapi yang serius.30

Pada saat ini yang dikembangkan adalah vaksin dalam memberantas virus

dengue. Pada suhu demam turun yang terjadi adalah membawa penderita DBD

pada keadaan kritis bahkan berakhir dengan kematian. Hal ini disebabkan

penurunan jumlah dan kualitas trombosit, gangguan pembekuan darah serta terjadi

kebocoran plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

Selama ini yang juga dilakukan adalah terapi intravena cairan terapi yang

diterapkan dalam aplikasi klinis.31

Suatu prospek yang dikembangkan adalah penggunaan siRNA sebagai

terapi molekuler dalam memutus replikasi virus didalam sel inangnya yaitu tubuh

manusia. Sekuens siRNA mampu menekan regulasi dari replikasi virus.32

Mekanisme turn off replikasi dari siRNA dikombinasikan dengan liposom

sehingga dapat menuju sel target secara spesifik.33

4.2 Tatalaksana Viremia Dengue Berat

Keempat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dapat

ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus

dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan

bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe

DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang

menunjukkan manifestasi klinik yang berat.34

Kriteria WHO (2009) mengenai tahap infeksi virus dengue35:

Page 11: Isi

11

1. Suspek Infeksi Dengue ialah penderita dengan demam tinggi mendadak

tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan disertai dengan 2

atau lebih tanda-tanda seperti mual, muntah , bintik perdarahan , nyeri

sendi, tanda-tanda perdarahan sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple

Leede) positif, leucopenia dan trombositopenia.

2. Demam Dengue (DD) ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta

seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi, rash,

mual, muntah dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil laboratorium

leukopenia ( lekosit < 5000 /mm3 ), jumlah trombosit cenderung menurun

< 150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan serologis.

3. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah demam 2 – 7 hari disertai dengan

manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda

tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20 % dari nilai normal,

dan/atau efusi pleura, dan/atau ascites, dan/atau hypoproteinemia/

albuminemia) dan atau hasil pemeriksaan serologis pada penderita

tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi peninggian (positif)

IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis

laboratoris).

4. Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat

III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut

nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤ 20 mmHg) atau

hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien

menjadi gelisah sampai terjadi syok berat (tidak terabanya denyut nadi

maupun tekanan darah).

4.3 Prospek Teknologi Biologi Molekuler Sebagai Inhibitor Replikasi Virus.

Perkembangan terapi gen yang terkini untuk penyakit terkait virus adalah

lebih ke arah gagasan mencegah diekspresikannya gen-gen yang jelek atau gen

abnormal virus, atau dikenal dengan gene silencing. Untuk tujuan gene silencing

atau membungkam ekspresi gen tersebut, maka penggunaan RNA jika

Page 12: Isi

12

dibandingkan dengan DNA lebih dimungkinkan, sehingga dikenal istilah RNA

therapeutic.13,17 Suatu studi yang menggemparkan dilaporkan di majalah Nature

bulan Mei 2001 yang menunjukkan bahwa RNA dapat membungkam ekspresi gen

dengan efektif.13,14 Gagasan terapi gen dengan mereparasi mRNA (messenger

RNA) daripada mengganti gen yang cacat berarti menggunakan mekanisme

regulasi sel itu sendiri, sehingga efek samping yang merugikan lebih dapat

ditekan.13,36

RNA dalam keadaan normal merupakan untai tunggal, namun pada

kenyataannya untai tunggal ini dapat membentuk dupleks dengan membentuk

ikatan hidrogen, sebagaimana DNA, jika terdapat untai yang komplemen dalam

urutan basa nukleotidanya. Bentuk dupleks RNA akan mengakibatkan

terhalangnya proses translasi sehingga sintesis protein terganggu, atau

posttranscriptional gene silencing (PTGS), atau gene silencing.13,37,38 Gene

silencing adalah suatu proses membungkam ekspresi gen yang pada mulanya

diketahui melibatkan mekanisme pertahanan alami pada tanaman untuk melawan

virus.

Manipulasi pada tahap translasi mRNA yang bertujuan untuk mengatasi

suatu penyakit genetis dan penyakit akibat virus saat ini dikenal dengan istilah

antisense RNA, small interfering RNA (siRNA), atau disebut pula

RNAinterference (RNAi).13,25,39,40,41 Potongan pendek dari duplex RNA atau DNA

untai ganda (short interfering RNA atau siRNA) dilaporkan mengakibatkan

degradasi RNA-RNA lain di dalam sel yang memiliki sekuens berkesesuaian.

Yang lebih terkini lagi adalah ditemukannya lebih kurang empat tahun yang lalu

suatu micro RNA (miRNA) yang berperan membungkam ekspresi gen.42,43

Prinsip terapi antisense RNA merupakan pemikiran yang brilian yang

sebenarnya mengadopsi kondisi alamiah seperti di dalam mekanisme pertahanan

tanaman terhadap virus, dan suatu mekanisme yang sama pada nematoda

Caenorhabditis elegans.13,43,44 Ketika itu ditemukan suatu RNA untai ganda

(double strand RNA = dsRNA) yang menunjukkan kemampuan menghambat

ekspresi gen.13,25

Page 13: Isi

13

Mekanisme kerja antisense RNA adalah sebagai berikut.13,45,46 Untai

RNA yang ditranslasi disebut sebagai untai sense. Sementara itu, untai yang

mempunyai sekuens basa nukleotida komplemen dengan untai sense disebut

antisense. Jika untai sense berikatan dengan untai antisense membentuk dupleks,

maka terjadi pemblokiran proses translasi yang mengakibatkan terjadinya

penghambatan ekspresi gen.13,36 Hal ini dapat terjadi disebabkan ribosom tidak

memperoleh akses ke pada nukleotida pada untai mRNA, atau yang dapat pula

terjadi adalah disebabkan bentuk duplex RNA sangat mudah terdegradasi oleh

enzim pendegradasi ribonukleat, ribonuclease, di dalam sel. Penggunaan metode

DNA rekombinan daripada RNA rekombinan, lebih memungkinkan untuk

menghantarkan gen sintetis yang menyandikan molekul RNA antisense ke dalam

suatu organisme dengan relatif lebih stabil.

Sedangkan, siRNA/RNAi merupakan strategi pertahanan kuno yang

dimiliki oleh tumbuhan dan invertebrate tingkat rendah untuk melawan infeksi

virus dan kerusakan genomik akibat menyisipnya materi genetik asing.13,25,26

siRNA dapat menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik dengan jalan

memutus mRNA yang mengandung sekuens pendek yang homolog (kurang lebih

19 basa nukleotida).13,14,15,16 Para peneliti yang menekuni molekul RNA telah

memberikan hasil menggembirakan bahwa siRNA dapat berlaku juga pada sel

mamalia dan gen virus. Penelitian-penelitian in vitro selanjutnya diteruskan

dengan penelitian in vivo untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja siRNA

tersebut pada sel-sel mamalia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siRNA

dapat digunakan untuk melindungi mencit dari virus hepatitis.12,13 Penelitian

tentang upaya RNAi untuk mengatasi penyakit-penyakit pada manusia sampai

saat ini masih terus dikembangkan.

Mekanisme kerja siRNA adalah melibatkan suatu intermediet aktif yang

disebut small interfering RNA (siRNA). Molekul siRNA berukuran kecil yaitu

hanya 21-25 nukleotida dengan dua nukleotida pada kedua ujung tidak

berpasangan. Molekul ini dihasilkan dari hasil kerja suatu enzim Dicer, yaitu

suatu ribonuclease dengan energi ATP, yang mengenali dan memotong mRNA

yang membentuk dupleks untai ganda menjadi potongan kecil fragmen untai

Page 14: Isi

14

ganda mRNA. Selain itu, siRNA juga dihasilkan dari suatu short hairpin RNA,

yaitu untai dupleks RNA yang terbentuk dari suatu untai tunggal yang membentuk

hairpin (seperti jepit rambut, dengan lengkungan melipat pada salah satu

ujungnya) yang juga dipotong oleh Dicer. Oleh enzim helicase, siRNA akan

dibuka ikatan hidrogennya sehingga untai antisense dari siRNA yang terbebas

dapat bergabung dengan suatu kompleks protein RNA-induced silencing complex

(RISC). Kompleks tersebut akan mengaktifkan RISC yang semula inaktif, dan

kemudian protein ini akan melaksanakan tugasnya bekerja memutus mRNA pada

bagian yang mengandung sekuens homolog dengan siRNA.13,37,38,39,40,47

Berbagai jenis gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk

dibungkam ekspresinya oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang

menggembirakan tentang penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan. Potensi

dan spesifisitas siRNA yang besar untuk membungkam ekspresi gen, yaitu 1000

kali lebih besar dibandingkan oligonukleotida antisense, Dibandingkan dengan

terapi antibodi, terapi siRNA pembuatannya relatif lebih mudah dan sistem

penghantarannya relatif lebih murah pula. Studi in vitro dari siRNA saat ini

sedang difokuskan terutama pada terapi infeksi virus dan kanker, dan

tampaknya penggunaan klinik awal bagi terapi siRNA nantinya adalah

lebih utama kepada kedua penyakit tersebut.17

Yang menjadikan siRNA lebih menarik untuk terus diteliti kemampuan

aktivitasnya adalah tingkat spesifisitasnya yang cukup tinggi yang tidak dimiliki

oleh inhibtor lain. Disamping itu, RNAi mampu bekerja pada berbagai gen pada

waktu bersamaan.13,48,49 Namun, kesuksesan terapi siRNA, sebagimana terapi

berbasis materi genetik lain, ditentukan oleh stabilitas sediaan serta teknik

penghantaran yang digunakan.

4.4 Mekanisme Replikasi Virus Dengue Secara In Vivo.

Partikel virus (virion) mengandung sebuah molekul ssRNA (singgle strand

Ribonucleic Acid) yang terdapat sekitar 10500 nukleotida. Molekul ini memiliki

capp di ujung 5‘, memunyai sense positif. Oleh sebab itu, ketika memasuki

sitoplasma sel selama inisiasi proses infeksi, virion RNA bertindak sebagai

Page 15: Isi

15

mRNA (messenger RNA) untuk translasi protein dalam proses replikasinya.10

RNA ini diselubungi oleh protein kapsid, yang mana juga terselubung di dalam

membrane lipid yang terdiri atas protein membrane terglikosilasi dan envelope

terglikosilasi.10 Genomik RNA virus ini mengkode sebuah polyprotein single yang

diproses pada tahap pascatranslasi oleh protease selular dan virus menjadi tiga

protein struktural, kapsid (K), premembran (prM) dan envelope (E) protein serta 7

protein non-struktural (NS): protein NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B dan

NS5.22,23

Protein NS diperkirakan terlibat secara utama dalam replikasi RNA virus

sebagai bagian dari kompleks replikase. Glikoprotein NS1 jika berintraksi dengan

NS4A berperan dalam replikasi RNA.23,50,51,52 Ujung 5‘ dan 3‘ molekul RNA

terdiri atas region tak ditranslasikan (untranslated/UTR) dengan struktur stem dan

loop yang spesifik, penting dalam mengikat protein NS, menciptakan komplek

translasi dan transkripsi RNA dalam sitoplasma sel yang terinfeksi.10

Pada saat virus masuk ke sel melalui proses endositosis yang diperantarai

reseptor, genom virus yang terdiri dari ssRNA akan dilepaskan ke dalam

sitoplasma dan digunakan sebagai cetakan/ templat untuk proses translasi menjadi

prekursor protein yang besar. Pemotongan pada bagian terminal dari poliprotein

ini oleh enzim-enzim sel host (signalase, furin) akan menghasilkan protein-protein

struktural yang membentuk partikel virus yang berselubung. Poliprotein yang

tersisa dibutuhkan untuk menghasilkan lebih banyak virus. Protein-protein NS

virus tersebut diduga bersama-sama dengan protein-protein host yang belum

diketahui, membentuk mesin replikasi di dalam sitoplasma sel-sel yang terinfeksi

yang mengkatalisis perbanyakan RNA. Sebagai contoh NS3 dan NS5 memiliki

aktivitas protease, helicase, polimerase yang sangat berperan pada proses

replikasi. NS3 hanya akan aktif bila berikatan dengan NS2b dimana NS2b juga

berperan pada protein folding. RNA yang baru dihasilkan kemudian digunakan

kembali untuk proses translasi dan menghasilkan kembali protein-protein virus,

untuk sintesis lebih banyak RNA virus atau untuk enkapsidasi ke dalam partikel

virus. Pada akhirnya virion meninggalkan sel dengan proses eksositosis yang

sering menyebabkan kematian sel.20,21

Page 16: Isi

16

4.5 Inhibisi Replikasi Virus Dengue oleh siRNA

Potensi virus dengue untuk menghasilkan faktor virulensi pada sel host

cukup sulit dilawan dengan obat-obatan kausatif secara menyeluruh. Beberapa

antimikroba yang bekerja pada virus (antivirus) memiliki jenis inhibisi enzimatik

sendiri untuk bisa memasuki sel host. Sebagai antivirus, mekanisme kerja obat

terutama memiliki target pada pembuatan gen virus baru. Flavivirus yang

merupakan virus RNA tentu memiliki kemampuan untuk memasuki sitoplasma

sel host untuk turut mengikuti translasi sel host sehingga terbentuk virus-virus

baru yang siap melakukan replikasi, begitu seterusnya hingga terjadi viremia pada

sirkulasi darah. Proses transkripsi dan translasi virus sebenarnya dapat

dikendalikan dengan adanya sekuen RNA yang dapat dikenali Antigen (Ag) virus

melalui induksi sel Imun seperti T helper dan sel T memori. Pada rantai RNA

flavivirus terdapat komponen siRNA yang memiliki efek inhibitorik pada virus itu

sendiri, terutama siRNA ini secara alami bekerja saat terjadi stimulasi oleh

Antivirus yang diberikan pada pasien viremia. Aktivitas sekuen siRNA pada

flavivirus dapat tampak dengan beberapa cara laboratorium misalnya dengan diuji

pada sel Hela. Untuk menentukan efek inhibitorik dari sekuen siRNA harus

digunakan sekuen lain (sekuen D3) sebagai marker aktivitas siRNA. Pada

penelitian, sel Hela yang terinfeksi virus akan tampak adanya replikasi virus

melalui adanya budding (pembungkusan protein virus yang baru). Berdasarkan

sebuah penelitian, jika sekuan siRNA D3 dipajankan pada sel Hela terinfeksi

flavivirus maka proses replikasi akan terhenti atau berkurang. Replikasi spesifik

oleh siRNA dapat terlihat walaupun reaksinya sebenarnya masih mirip dengan

inhibisi oleh substrat lain. Namun, hal ini dapat dipastikan dengan adanya reagen

transfection pada sel yang khusus mendeteksi adanya inhibisi replikasi oleh sel

sitotoksik yang tampak dari cytotoxity assay berbasis LDH pada sel yang juga

dipajankan siRNA. Suatu review yang dilakukan di Amerika Serikat tentang

perbandingan aktvitas sitotoksik dan inhibisi oleh siRNA terjadi secara signifikan.

Asumsi ini juga memiliki kemiripan dengan inhibisi siRNA pada sel Hela yang

mengurangi titer virus melalui inhibisi enzimatik dan budding ihibition.

Page 17: Isi

17

Efektivitas siRNA pada replikasi virus ketika dipajankan seteleh inisiasi infeksi

virus kemungkinan juga dapat dicoba kan secara sel hela terinfeksi virus dengue

Kalbar secara masal. Kemudian secara in vitro dapat dilihat perbandingan

penurunan kopi dari genom virus yang terdeteksi. Dengan ini pula, dapat

diketahui pada dosis/konsentrasi berapa siRNA dapat bekerja dengan baik

(memberikan konsntrasi terapetik) pada sel-sel hela yang bisa diuji coba.

Kemudian pada akhirnya dapat dilihat perkembangannya terutama selama masa

inkubasi, tanpa bantuan antivirus dan antimikroba serupa.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Mekanisme inhibitor proses ekspresi gen virus dengue berawal dari saat

Flavivirus yang merupakan virus RNA tentu memiliki kemampuan untuk

memasuki sitoplasma sel host untuk turut mengikuti translasi sel host

sehingga terbentuk virus-virus baru yang siap melakukan replikasi, begitu

seterusnya hingga terjadi viremia pada sirkulasi darah.

2. Sebagai antivirus, mekanisme kerja obat terutama memiliki target pada

pembuatan gen virus baru. Proses transkripsi dan translasi virus sebenarnya

dapat dikendalikan dengan adanya sekuen RNA yang dapat dikenali

Antigen (Ag) virus melalui induksi sel Imun seperti T helper dan sel T

memori.

Page 18: Isi

18

3. Pada rantai RNA flavivirus terdapat komponen siRNA yang memiliki efek

inhibitorik pada virus itu sendiri, terutama siRNA ini secara alami bekerja

saat terjadi stimulasi oleh Antivirus yang diberikan pada pasien viremia.

Aktivitas sekuen siRNA pada flavivirus dapat tampak dengan beberapa cara

laboratorium misalnya dengan diuji pada sel Hela.

4. siRNA/RNAi merupakan strategi pertahanan kuno yang dimiliki oleh

tumbuhan dan invertebrate tingkat rendah untuk melawan infeksi virus dan

kerusakan genomik akibat menyisipnya materi genetik asing. Berbagai jenis

gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk dibungkam ekspresinya

oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang menggembirakan tentang

penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan.

5. Potensi dan spesifisitas siRNA yang besar untuk membungkam ekspresi

gen, yaitu 1000 kali lebih besar dibandingkan oligonukleotida antisense,

Dibandingkan dengan terapi antibodi, terapi siRNA pembuatannya relatif

lebih mudah dan sistem penghantarannya relatif lebih murah pula. Studi in

vitro dari siRNA saat ini sedang difokuskan terutama pada terapi infeksi

virus dan kanker, dan tampaknya penggunaan klinik awal bagi terapi siRNA

nantinya adalah lebih utama kepada kedua penyakit tersebut.

5.2 Saran

Selanjutnya gagasan di atas yang belum diuji secara klinis dapat diteliti

lebih lanjut dikembangkan dalam formulasi yang tepat sehingga dapat

diaplikasikan dengan mudah oleh masyarakat umum dalam upaya terapi penyakit

demam berdarah.

Page 19: Isi

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Kristina, Isminah, Wulandari L. "Demam Berdarah Dengue". Litbang. (2004)

Depkes. Diakses 8 Mei 2013.

2. World Health Organization. "Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever".

World Health Organization. (2009). Diakses 8 Mei 2013.

3. Rigau-Perez JG, Clark GG, Gubler DJ, Reiter P,Sanders EJ, Vorndam AV.

Dengue and dengue haemorrhagic fever. Lancet 1998;352:971-7.

4. Watts DM, Burke DS, Harrison BA, Whitmire RE, Nisalak A. Effect of

temperature on the vector efficiency of Aedes aegypti for dengue 2 virus. Am

J Trop Med Hyg 1987;36:143-52.

5. Yasuno M, Tonn RJ. A study of biting habits of Aedes aegypti in Bangkok,

Thailand. Bull World Health Organ 1970;43:319-25.

Page 20: Isi

20

6. Centres for Disease Control and Prevention. "Dengue Epidemiology".

Centres for Disease Control and Prevention. (2010). Diakses 8 Mei 2013

7. World Health Organization. Didapat dari: URL:http://www.searo.who.int/.

2009. Diakses tanggal 8 Mei 2013.

8. Mulya Rahma Karyanti, Sri Rezeki Hadinegoro. Perubahan Epidemiologi

Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo FKUI Jakarta. Seri Pediatri.

2009;424-432.

9. Riska Y. Fa’rifah dan Purhadi. Analisis Survival Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Laju Kesembuhan Pasien Penderita Demam Berdarah Dengue

(DBD) di RSU Haji Surabaya dengan Regresi Cox. Jurnal Sains Dan Seni

ITS. 2012 September. ISSN: 2301-928X; pp;271-276

10. Ernest A Gould. Flavivirus Infections In Humans. Institute of Virology and

Environmental Microbiology, Oxford, UK. ENCYCLOPEDIA OF LIFE

SCIENCES. 2001

11. Carola Maffioli et al., Sirna Inhibits Replication Of Langat Virus, A Member

Of The Tick-Borne Encephalitis Virus Complex In Organotypic Rat Brain

Slices. PLOS ONE. 2012 September; pp.1-9.

12. Xia, H. et al. RNAi suppresses polyglutamine-induced neurodegeration in a

model of spinocerebellar ataxia. Nature Methods 2004.10: 816-820.

13. Amarila Malik. Rna Therapeutic, Pendekatan Baru Dalam Terapi Gen.

Majalah Ilmu Kefarmasian. 2005 Agustus. ISSN : 1693-9883. Pp;51 – 61.

14. Elbashir, S.M. et al. Duplexes of 21-nucleotide RNAs mediate RNA

interference in cultured mammalian cells. Nature . 2001.411: 494-498.

15. Kawasaki, H. and Taira, K. Induction of DNA Methylation and Gene

Silencing by short interfering RNAs in human cells. E-pub of print Nature,

1038/nature2889, Mei 8. 2004.

16. Chen, J., et al. Stable Expression of Small Interfering RNA Sensitizes TEL-

PDGFbR to inhibition with imatinib or rapamycin. Journal of Clinical

Investigation 2004.113: 1784-1791

Page 21: Isi

21

17. Adams, A. RNA Therapeutic enter Clinical Trials, The Scientist, January 17.

2005.

18. Tedy. Analisis Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian

Demam Berdarah Dengue(DBD) di Kelurahan Helvetia,Medan 2005.Jurnal

Mutiara Kesehatan Indonesia.2006.

19. Suhardiono.Sebuah Analisis Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap

Kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD) di Kelurahan Helvetia,Medan

2005.Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia.2005.

20. Alcon S, Talarmin A, Debruyne M, et al. Enzyme-Linked Immunoassay

Specific To Dengue Virus Type 1 Nonstructural Protein NS1 Reveals

Circulation Of The Antigen In The Blood During The Acure Phase Of The

Disease In Patients Experiencing Primary Or Secondary Infections. Journal

of Clinical Microbiology. 2002. 40(2), pp 376-381.

21. Meddy Setiawan. Demam Berdarah Dengue (DBD) dan NS1 Antigen Untuk

Deteksi Dini Infeksi Akut Virus Dengue. Jurnal Saintika Medika (edisi

online), 2012. (Diakses pada tanggal 8 Mei 2013). Tersedia di: http://www.

ejournal.umm.ac.id

22. Chambers TJ, Hahn CS, Galler R, Rice CM. Flavivirus genome organization,

expression, and replication. Annu Rev Microbiol. 1990; 44:649–688.

[PubMed: 2174669].

23. Lihui LIU et al. Flavivirus RNA Cap Methyltransferase: Structure, Function,

And Inhibition. NIH Public Access.2010.pp, 1-26.

24. Stiasny, K., and F. X. Heinz. Flavivirus membrane fusion. J. Gen. Virol 2006.

87:2755–2766.

25. Lieberman, J., et al. Interfering with Disease: Opportunities and roadblocks to

harnessing RNA interferences. TRENDS in Molecular Medicine. 2003.9(9).

26. Downward, J. RNA interference. British Medical Journal. 2004. 328:1245-

1248.

27. Hannon G J. RNA interference. Nature. 2010; 418: 244-251.

Page 22: Isi

22

28. Jufri.Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan

Keberadaan Vektor Demam berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja

Puskesmas 1 Denpasar Selatan.ECHOTROPIC.2007.pp. 1-6

29. Bangdam,.Liposome the Babraham connection Chem PhysLipids. 2006.

64 :275-285.

30. Anshar.Perkembangan Terbaru Vaksin Dengue.Repository USU.2008

31. Darmowandowo.Infeksi Virus Dengue.Naskah Lengkap Continuing

Education.2006.

32. Kleinman et al. Sequence and target-independent angiogenesis suppression

by siRNAvia TLR3.Nature.2008.

33. Davis et al. Evidence of RNAi in humans from systemically administered

siRNA via targeted nanoparticles.Nature.2010.

34. Suyasa et al. Hubungan Faktor Lingkungan dan Prilaku Masyarakat Terhadap

Vektor Demam Berdarah. ECOTROPIC. 2008. Pp. 1-6

35. World Health Organization. 2009. Diakses 8 Mei 2013

36. Penman, D. Subtle Gene Therapy Tackles Blood Disorder. NewScientist.com

16:26 11 October 2002.

37. Agrawal, N., et al. RNA Interference: Biology, Mechanism, and

Applications. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 2003. 67(4):

657-685.

38. Provost, P., et al. Ribonuclease Activity and RNA binding of recombinant

human Dicer. The EMBO Journal. 2002. 21(21): 5864-5874.

39. Lucentini, J. Silencing Cancer.The Scientist. 2004.18(17): 14-15.

40. Pray, L.A. Viroids, Viruses, and RNA Silencing. The Scientist

2004.18(16):23.

41. Wang, M.B. et al. On the role of RNA silencing in the pathogenicity and

evolution of viroids and viral satellite. Proc Natl Acad Sci. 2004. 101: 3275-

3280.

42. Johnston, N. Seeds of a icro Revolution. The Scientist, 2004.18(17): 16-17.

43. Pfeffer, S. et al. Identification of Virus-encoded micro RNAs. Science 304:

2004. 734-736.

Page 23: Isi

23

44. Lee, R.C., et al. The C. elegans heterochronic gene lin-4 encodes small RNAs

with antisense complementary to lin- 14. Cell. 1993. 116: 589-592.

45. Dale, J.W. Molecular Genetics of Bacteria. 2nd Edition. John Wiley & Sons,

Chichester. 1994. pp: 1-25; 75-105.

46. Glick, B. R. and Pasternak, J.J. Molecular Biotechnology, Principles and

Applications of Recombinant DNA. ASM Press. 1994. pp: 403-418.

47. Tang, G.. siRNA and miRNA: an insight into RISCs, TRENDS in Molecular

Medicine. 2005.30(2).

48. Yague, E, et al. Complete reversal of multidrug resistance by stable

expression of small interfering RNAs targeting MDR1E. Gene Therapy.

2004. 11:1170- 1174.

49. Holmes, B. Gene therapy may switch off Huntington’s. NewScientist.com.

2003.10.35, 13 March 2003.

50. Lindenbach BD, Rice CM. trans-Complementation of yellow fever virus NS1

reveals a role in early RNA replication. J Virol. 1997; 71 (12):9608–9617.

[PubMed: 9371625].

51. Muylaert IR, Galler R, Rice CM. Genetic analysis of the yellow fever virus

NS1 protein: identification of a temperature-sensitive mutation which blocks

RNA accumulation. J Virol. 1997; 71(1):291– 298. [PubMed: 8985349].

52. Lindenbach BD, Rice CM. Genetic interaction of flavivirus nonstructural

proteins NS1 and NS4A as a determinant of replicase function. J Virol. 1999;

73(6):4611–4621. [PubMed: 10233920].

Page 24: Isi

24

Page 25: Isi

25

Page 26: Isi

26

Page 27: Isi

27

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Ketua Tim

Nama : Irwanda

Nama Panggilan : Wanda

NIM : I111 12042

Program Studi : Pendidikan Dokter 2012

Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak/21 Desember 1993

Alamat : Asrama Kedokteran Untan, Jln.Sepakat II

No. HP : 085245990794

Email : [email protected]

Fb : Irwanda Djamil

Twitter : @Irwanda_Djamil

Pendidikan

1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura (2012-sekarang).

2. SMA Negeri 1 Sungai Raya Kepulauan (2009-2012).

3. SMP Negeri 1 Sungai Raya (2006-2009).

4. SD Negeri 08 Sungai Ruk (2000-2006).

Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :

1. Juara 1 Penulisan konservasi lingkungan hidup kabupaten Bengkayang.

2. Juara 2 Kompetisi Penulisan Mahasiswa Se-Kalimantan Barat

2012.

3. Finalist Scientific Atmosfer 6 University of Udayana, Denpasar

Bali 2013.

4. Finalist LKTM dalam rangka Dies Natalis UNTAN ke-54.

2. Anggota 1

Nama : Angga Dominius

Nama Panggilan : Angga

NIM : I111 12063

Program Studi : Pendidikan Dokter 2012

Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak/14 Januari 1995

Page 28: Isi

28

Alamat : Jl. Adisucipto Gg Bumi Raya No 94

No. HP : 085245616536

Email : [email protected]

Fb : angga dominggo

Twitter : @anggadominius7

Pendidikan

1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura

(2012-sekarang).

2. SMA Negeri 1 Sungai Raya Kab. Kubu Raya (2009-2012).

3. SMPS Santa Monika

4. SDS Santa Monika

Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :

1. Harapan 1 Kompetisi Penulisan Mahasiswa Se-

Kalimantan Barat 2012.

2. Finalis Scientific Atmosfer 6 University of

Udayana, Denpasar Bali 2013.

4. Finalist LKTM dalam rangka Dies Natalis UNTAN ke-54.

3. Anggota 2

Nama : Tajul Anshor Fath Halimy

Nama Panggilan : Jul / Tajul

NIM : I111 10 024

Program Studi : Pendidikan Dokter 2010

Tempat/Tanggal Lahir : Sungai Jaga A, 13 Juli 1993

Alamat : Jl. Tanjung Raya II

No. HP : 08125723562

Email : [email protected]

Fb : Tajoel Anshor Fath Halim

Twitter : @tajul_anshor

Page 29: Isi

29

Pendidikan

1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura (2010-sekarang).

2. MAN 2 Pontianak (2007-2010).

3. MTs. Ushuluddin Singkawang

4. SDN 4 Sungai Aaga A

Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :

1 Juara II Lomba Inovasi Teknologi tingkat SMA Se-Kota

Pontianak, Politeknik Negeri Pontianak 2008.

2 Finalis 4 LBSK bidang Karya Tulis Ilmiah Tingkat SMA

Se-Kalimantan Barat

2008.

3 Juara III Lomba Cepat Tepat Matematika STKIP PGRI

2008

4 Juara I Lomba Majalah Dinding tk Kota Pontianak 2008

5 Juara III LKTI bidang Karya Tulis Tingkat SMA Se-

Kalbar 2009

6 Finalist English Debating Championship Tk. Provinsi

Kalbar 2009

7 1st winner of English Speech Contest tk. Kalbar 2009

8 Juara I Lomba Kaligrafi Hari Besar Islam tk. Kota

Pontianak 2009

9 Best News Anchor RRI Pemilihan Pembaca Berita

Terbaik 2009

10 Duta Anak Nasional bidang Kesehatan, KPAI Bangka

Belitung 2009

11 Finalist LKTI Nasional BNN, Jakarta 2009

12 Juara II Lomba Penalaran Ilmiah Mahasiswa

(KOMPAS) Untan 2010.

13 1st Winner of English Writing on Muhammad’s History

FMIPA 2010

14 2nd winner of English Competition UPT Bahasa Untan tk

Kota Pontianak 2010

Page 30: Isi

30

15 3rd winner Kalimantan Region English Debating

Championship, Univ. Lambungmangkurat, Banjarmasin 2011

16 Participant of National University English Debating

Championship, Udayana University, Bali 2011

17 Best Participant of International Youth Summit on

Climate Change, Bogor 2011

18 Juara I Lomba Penelitian Ilmiah tingkat Mahasiswa oleh

Kantor Lembaga Penelitian dan Pengembangan se-Kalimantan Barat 2011.

19 Juara II LKTI Kesehatan dan Gizi Nasional, Fakultas

Kedokteran Univ. Hasanuddin Makassar 2011

20 Finalis Lomba LKT Sejarah Kemenbudpar Nasional

Palu, Sulawesi Tengah 2011

21 Peraih Beasiswa Japan-East Asia Student Exchange

(JENESYS ) Program, Japan 2012

22 Duta Kalimantan Barat dalam International Youth

Conference, Kemenpora Jakarta 2012

23 Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM

K) didanai 2011

24 Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM P)

didanai 2012

25 Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Universitas

Tanjungpura 2012

26 3rd Winner of National Research Competition and

Exhibition (Narration) 2012, University of Indonesia/Lomba Riset Nasional

2012.

27 Finalis Scientific Atmosfer 6 University of

Udayana, Denpasar Bali 2013.

28 Finalist LKTM dalam rangka Dies Natalis UNTAN

ke-54.

29 Finalis Olimpiade Mikrobiologi dan Imunologi

International, Univerisy of Mahidol, Siriraj Hospital, Bangkok, Thailand