isi makalah-1.doc

90
BAB I PENDAHULUAN Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia. Terutama sifat keingintahuan pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Manusia selalu menaruh perhatian terutama pada lingkungan di sekitar kehidupannya. Perhatian dan pengamatan terhadap fakta-fakta serta didorong keingintahuan pada fakta-fakta secara lebih mendalam akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memuaskan rasa keingintahuan kemudian menimbulkan motivasi penelitian. Rasa ingin tahu pun tidak luput di kegiatan bisnis. Dalam upaya memahami fenomena-fenomena yang terjadi serta mencari pemecahan masalah yang terjadi di organisasi, kegiatan penelitian pun akhirnya dibutuhkan. Dengan melakukan penelitian diharapkan dapat dipahami esensi mengapa fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi, dan hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai alat prediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Pemahaman tentang bagaimana melakukan riset yang baik itu dilakukan menjadi sesuatu yang penting. 1 Kelompok 2 : Metode Riset pada Akuntansi Keperilakuan

Transcript of isi makalah-1.doc

METODE RISET

BAB IPENDAHULUANRasa ingin tahu merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia. Terutama sifat keingintahuan pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Manusia selalu menaruh perhatian terutama pada lingkungan di sekitar kehidupannya. Perhatian dan pengamatan terhadap fakta-fakta serta didorong keingintahuan pada fakta-fakta secara lebih mendalam akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memuaskan rasa keingintahuan kemudian menimbulkan motivasi penelitian.

Rasa ingin tahu pun tidak luput di kegiatan bisnis. Dalam upaya memahami fenomena-fenomena yang terjadi serta mencari pemecahan masalah yang terjadi di organisasi, kegiatan penelitian pun akhirnya dibutuhkan. Dengan melakukan penelitian diharapkan dapat dipahami esensi mengapa fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi, dan hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai alat prediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Pemahaman tentang bagaimana melakukan riset yang baik itu dilakukan menjadi sesuatu yang penting.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Teori Sikap

2.1.1 SikapSikap bukanlah perilaku namun sikap menghadirkan suatu siap kesiagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku. Oleh karena itu, sikap merupakan wahana dalam membimbing perilaku. Sikap tidak sama dengan nilai, tapi keduanya saling berhubungan.

Komponen SikapSikap disusun oleh komponen teori emosional, dan perilaku. Komponen emosional atau efektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada obyek sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap obyek sikap.

Fungsi SikapSikap memiliki 4 fungsi utama: (1) pemahaman, (2) kebutuhan akan kepuasan, (3) defensive ego dan (4) ungkapannilai. Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru.

Sikap dan KonsistensiSetiap individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan prilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.

Formasi Sikap dan PerubahanFormasi sikap mengacu kepada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya.

2.1.2 Beberapa Teori Terkait dengan Sikapa. Teori Perubahan SikapTeori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.

b. Teori Pertimbangan SosialTeori pertimbangan sosial terhadap perubahan sikap mengambil pendekatan yang perseptual. Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang menjadi suatu obyek dan bukannya hasil perubahan dalam mempercayai suatu obyek.

c. Konsisten dan Teori PerselisihanTeori konsisten menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dan teori konsistensi.

d. Teori Disonansi kognitifLeon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Disonansi kognitif mengacu pada setiap inkonsistensi yang dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih sikapnya, atau terhadap perilaku dengan sikapnya.

e. Teori Persepsi DiriTeori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterprestasikan perilaku mereka sendiri.

f. Teori Kebutuhan dan KepuasanMaslow mengembangkan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhiperilaku mereka.

g. Teori PrestasiRiset yang dilakukan oleh McCelland memberikan hasil bahwa terdapat tiga karakteristik dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu:

1. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian suatu solusi atas suatu permasalahan.

2. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung resikonya.

3. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yangkuat untuk memperoleh umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.

h. Teori MotivasiPada pertengahan tahun 1960-an, Hezberg mengajukan suatu teori motivasi yang dibagi dalam beberapa faktor. Faktor-faktor ini meliputi kebijakan perusahaan, kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji.

i. Teori KeadilanTeori keaadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun 1963. Teori keadilan secara umum merupakan bentuk dasar dari konsep hubungan pertukaran sosial. Para individu mempertimbangkan input dan output menjadi suatu nilai yang tidak sebanding.

j. Teori ERGTeori dari Clayton Alderfer inimenganggapbahwa kebutuhan manusia tersusun di dalam suatu hirearki. Teori ERG (existence, relatedness, growth) menganggap bahwa kebutuhan manusia memiliki tiga hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan akan eksistensi, kebutuhan akan keterikatan, dan kebutuhan akan pertumbuhan.

k. Teori HarapanIde dasar dari teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya.Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah usaha (effort), hasil (income), harapan (expectancy).l. Teori PenguatanTeori ini mengatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari akibat yang berkaitan dengan perilaku tersebut. Teori penguatan memiliki konsep dasar, yaitu:

1. Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur.

2. Kontijensi penguatan, yaitu berkaitan dengan urutan-urutan stimulus, tanggapan, dan konsekuesi dari perilaku yang ditimbulkan.

3. Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku. Terdapat tiga jenis penguatan yang dapat digunakan oleh manajer untuk memodifikasi motivasi karyawan, yaitu penguatan positif, penguatan negatif dan hukuman.

m. Teori Penetapan Tujuan Teori ini dikembangkan oleh Edwin Locke (1986). Teori ini menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya.

n. Teori AtribusiTeori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterprestasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang beragumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan.

o. Teori AgensiRiset akuntansi keperilakuan yang menggunakan teori agensi mendasarkan pemikirannya atas adanya perbedaan informasi antara atasan dan bawahan, antara kantor pusat dan kantor cabang, atau adanya asimetri informasi yang mempengaruhi penggunaan sistem akuntansi. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa prinsipal bersifat netral terhadap resiko sementara agen bersifat menolak usaha dan resiko.

2.1.3 PersepsiPersepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Orang-orang bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ada tiga, yaitu faktor dalam situasi, faktor pada pemersepsi, dan faktor pada target.

Rangsangan Fisik vs Kecendrungan IndividuRangsangan fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti penglihatan, dan sentuhan. Kecenderungan individu meliputi alasan, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu, dan harapan. Perbedaan persepsi antara orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama sekali disebabkan oleh kecenderungan perbedaan. Oleh karena itu, kebijakan perusahaan yang sama bisa saja dirasakan berbeda oleh para pekerja produksi, para manajer tingkat menengah dan manajer tingkat atas.

Pilihan, Organisasi, dan Penafsiran RangsanganManusia hanya mampu merasakan seesuatau yang kecil dan membagi semua rangsangan tersebut ke arah yang diarahkannya. Dengan demikian, manusia bisa merasa bimbang atau tidak bimbang dalam memilih apa yang dipersepsikan. Oleh karena itu, manusia terkonsentrasi pada sesuatu yang dipilih dan menolak yang lain.Keterkaitan Persepsi bagi Para AkuntanSeorang penyelia perlu mengenali perasaan dirinya terhadap para bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruhi evaluasi mereka dan mereka harus waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini. Dalam pengambilan keputusan karyawan, para manajer harus sensitif terhadap kemungkinan bahwa keputusan mereka menjadi bias dalam hubungannya dengan kesan pertama.

Persepsi Orang: Membuat Penilaian Mengenai Orang LainPada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati perilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menetukan apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Tetapi, penentuan tersebut sebagian besar bergantung pada tiga faktor:

1. Kekhususan (ketersendirian), merujuk apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.

2. Konsensus, yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi dengan cara yang sama.

3. Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang. Apakah orang itu memberikan reaksi dengan cara yang sama dari waktu ke waktu.

2.1.4 NilaiNilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanan.

Arti Penting NilaiNilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi persepsi manusia.Nilai dan Dilema EtikaCara yang baik dan ideal dalam mengatasi dilema etika ini adalah dengan mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada dan selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa yang menjadi kekhawatiran di dalamnya. Kesempatan dapat dilihat sebagai suatu standar etika yang diharapkan.

Nilai-nilai Sepanjang BudayaPraktek-praktek sosialisasi yang berbeda mencerminkan budaya yang berbeda dan tidaklah mengherankan jika menghasilkan tipe karyawan yang berlainan.

2.1.5 PembelajaranPembelajaran adalah proses di mana perilaku baru diperlukan. Pembelajaran terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangan dalam memproses situasi. Kombinasi dari motivasi, pengalaman, dan pengulangan dalam merespon situasi ini terjadi dalam tiga bentuk pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran sosial.

Pengkondisian Keadaan KlasikDapat diringkaskan bahwa pengkondisian klasik hakikatnya merupakan proses pembelajaran suatu respon dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi. Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu memaksa dan yang lain netral, rangsangan netral menjadi suatu rangsangan terkondisi yang kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.

Pengondisian OperantPengondisian Operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi. Orang belajar untuk berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan.Pembelajaran SosialTeori Pembelajaran merupakan suatu perpanjangan dari pengkondisian operant, di mana teori tersebut mengandaikan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi pembelajaran observasional (lewat pengamatan) dan pentingnya persepsi dalam belajar. Orang-orang menanggapi berdasarkan bagaimana mereka membayangkan dan mendefinisikan konsekuesi-konsekuensi, bukan pada konsekuensi obyektif itu sendiri.

2.16 KepribadianKepribadian mengacu pada bagian karakteristik psilologi dalam diri seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespon lingkungannya. Kepribadian adalah intisari dari perbedaan Individu. Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku.

Penentu KepribadianKepribadian seorang dewasa umumnya dianggap terbentuk dari faktor keturunan dan lingkungan, yang diperlunak oleh kondisi situasi.

1. Keturunan; Pendekatan keturunan berargumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian seorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.

2. Lingkungan; Lingkungan yang dipaparkan pada seseorang memainkan suatu peran yang besardalam membentuk kepribadian orang tersebut.

3. Situasi; Kepribadian seseorang, walaupun pada umumnya mantap dan konsisten, berubah dalam situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari kepribadian seseorang.

2.2 Apa yang Dimaksud dengan RisetRiset merupakan suatu kegiatan sistematis dan terorganisir untuk memperoleh dan mengembangkan sejumlah pengetahuan tertentu dan menyelesaikan beberapa masalah tertentu. Menurut Supranto (2003), jenis riset dapat digolongkan menurut 1) alasannya, 2) tempat melakukan penyelidikan dan 3) metode pengumpulan data dan tekniknya. Menurut alasannya, riset dibagi menjadi riset dasar (basic resarch) dan riset terapan (applied research). Menurut tempatnya, riset dibagi menjadi riset perpustakaan (library research), riset laboratorium (labroratory resarch), dan riset lapangan (field research). Menurut tekniknya, riset dibagi menjadi riset yang dilakukan dengan teknik survey (survey technique), riset yang dilakukan dengan teknik eksperimen (experimental technique), dan riset dengan menggunakan model ekonometrik (modelling). Menurut tingkat eksplanasi, riset dibagi menjadi riset deskriptif, riset komparatif, riset kausatif, dan riset multivarian.

Schroeder et.al., (2001) menjelaskan teori akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metode riset. Pada umumnya metode riset yang digunakan adalah:

Pendekatan Deduktif (Deductive Approach) Pendekatan Induktif (Inductive Approach) Pendekatan Pragmatis (Pragmatic Approach) Pendekatan Etika (Ethical Approach) Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach) Penelitian dengan Metode Ilmiah (Scientific Method of Inquiry)Pendekatan DeduktifPendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).Pendekatan RisetInduktifPendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general). APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang ada.

Perbedaan Pendekatan Deduktif dan InduktifTeori normatif (normative theory) menggunakan pertimbangan nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh. Sebagai contoh, premis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi (accounting reports) seharusnya didasarkan kepada pengukuran nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net realizable value measurements of assets) merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya, teori deskriptif (descriptive theory) berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya terjadi. Meskipun terdapat pengecualian, sistem deduktif umumnya bersifat normatif dan pendekatan induktif umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif. Hal ini karena metode deduktif pada dasarnya merupakan sistem yang tertutup dan nonempiris yang kesimpulannya secara ketat didasarkan kepada premis. Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan hubungan empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah apakah temuan riset empiris dapat bebas nilai (value-free) atau netral karena pertimbangan nilai sesungguhnya mendasari bentuk dan isi riset tersebut. Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitinya tidak mungkin sepenuhnya bersikap netral dengan dipilihnya suatu permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskannya definisi konsep yang terkait dengan permasalahan tersebut. Perbedaan yang lebih mencolok antara sistem deduktif dan induktif adalah: kandungan atau isi (contents) teori deduktif kadang bersifat global (makro) sedangkan teori induktif umumnya bersifat partikularistik (mikro). Oleh karena premis sistem deduktif bersifat total dan menyeluruh maka kesimpulannya pasti bersifat global. Sistem induktif, karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya hanya berfokus kepada sebagian kecil dari fenomena tersebut yang relevan dengan permasalahan yang diamatinya.

Meskipun pembedaan antara sistem deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud pengajaran, dalam praktek riset pembedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya bukanlah pendekatan yang saling bersaing tetapi saling melengkapi (complementary) dan seringkali digunakan secara bersama. Metode induktif bisa digunakan untuk menilai ketepatan (appropriateness) premis yang pada mulanya digunakan dalam suatu sistem deduktif.

Proses riset sendiri tidak selalu mengikuti suatu pola yang pasti. Para peneliti seringkali bekerja secara terbalik dari kesimpulan penelitian lainnya dengan mengembangkan hipotesis baru yang tampaknya cocok dengan data yang tersedia. Dalam konteks akuntansi, riset induktif bisa membantu memperjelas hubungan dan fenomena yang ada dalam lingkungan bisnis yang mendasari praktek akuntansi. Riset induktif tersebut pada gilirannya akan bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan yang biasanya mengandalkan penalaran deduktif dalam menentukan aturan yang akan diberlakukan.

Pendekatan Pragmatis (pragmatic approach)Pendekatan pragmatis (pragmatic approach) membangun teori berdasarkan kepada konsep penggunaan atau kegunaannya. Sebagian besar praktek dan prinsip yang ada sekarang dihasilkan dari pendekatan pragmatis (pragmatic approach), solusi diadopsi sebagai prinsip akuntansi berterima umum (Generally Accepted Accounting Principles / GAAP) bukan sebagai metode untuk pemecahan masalah, seharusnya hasil dari pendekatan pragmatis harus dilihat sebagai pemecahan masalah sementara saja (tentative solution).The Sanders, Hatfield, and Moore study, dalam Schroeder et.al. (2001), menggunakan pendekatan pragmatis. Profesi akuntansi harus menyadari bahwa praktek diikuti karena berpedoman that is the way we have always done it, hal ini adalah alasan yang tidak memuaskan, terutama ketika muncul pertanyaan kenapa melakukan dengan cara seperti yang biasa dikerjakan.Pendekatan EtikaPendekatan Etika (Ethical Approach) menekankan pada konsep kejujuran (truth), hukum (justice), dan keadilan (fairness). Tidak ada orang yang menyangkal konsep ini sebagai panduan yang digunakan oleh peneliti, tetapi ada pertanyaan mengenai keadilan yang relatif, artinya keadilan bagi seseorang, belum tentu adil bagi yang lain, juga tujuan, dan kondisinya. Pendekatan Etika tidak mudah digunakan sebagai pengembangan teori akuntansi. Pendekatan ini telah memperoleh posisi baru karena munculnya sebuah bidang dalam akuntansi, yaitu critical perspective research.Pendekatan PerilakuDalam Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach), akuntansi dianggap sebagai sebuah praktek yang konsekuensinya direfleksikan oleh orang atau kondisi sosial yang menjalankannya. Termasuk cara berinteraksi dengan organisasi lain serta fenomenanya. Perilaku dan fungsi ekonomi dari akuntansi sedang menjadi perhatian, pertanyaan mengenai bagaimana informasi akuntansi digunakan dan bagaimana informasi akuntansi kadang kala seperti menghasilkan konsekuensi yang tak diinginkan atau tak terantisipasi.

Bidang baru dalam riset akuntansi dan theory development disebut Behavioral Accounting Research (BAR). BAR merupakan ilmu yang mempelajari perilaku akuntan atau perilaku non - akuntan ketika mereka terpengaruhi oleh fungsi dan laporan akuntansi berdasarkan aktifitas riset dalam ilmu perilaku. Tujuan akuntansi adalah menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, dalam BAR dipelajari bagaimana pengguna laporan akuntansi membuat keputusan dan bereaksi terhadap informasi.

Fokus utama behavioral approach adalah bagaimana para pengguna informasi akuntansi mengambil keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan. Berbeda dengan pendekatan model keputusan yang bersifat normatif, behavioral approach bersifat deskriptif. Riset ini banyak menggunakan metode eksperimental.

McIntyre (1973), dalam Warsidi (2005), berupaya untuk menemukan apakah informasi replacement cost lebih bermanfaat dibandingkan informasi historical cost dalam mengevaluasi actual annual rate of return. Dengan kata lain, pendekatan ini berupaya untuk memahami informasi apa yang dipilih dan bagaimana informasi tersebut diproses. Empat perusahaan berukuran sedang dalam industri ban dan karet dianalisis selama suatu periode yang terdiri dari tiga tahun. Subjek eksperimennya adalah mahasiswa S-1 dan S-2. Sebagian mahasiswa menerima laporan keuangan berbasis replacement cost, sebagian lainnya menerima laporan berbasis historical cost, dan yang lainnya lagi menerima kedua jenis laporan. Subjek eksperimen tersebut diminta untuk memilih perusahaan yang akan menghasilkan actual annual rate of return tertinggi selama tiga tahun. Setelah analisis atas data eksperimental dilakukan, McIntyre (1973), dalam Warsidi (2005), gagal menunjukkan keunggulan laporan keuangan berbasis replacement cost bagi para pengguna informasi akuntansi.

Meskipun pendekatan perilaku masih dalam tahap awal pengembangan, temuannya telah banyak yang menarik perhatian. Banyak penelitian memperlihatkan ketidaksesuaian antara model keputusan yang dirumuskan secara normatif dengan proses keputusan sesungguhnya yang dilakukan oleh pengguna informasi akuntansi. Riset lainnya menunjukkan terdapatnya suatu tendensi penggunaan laporan keuangan yang dipublikasikan (published financial statements) untuk pengambilan keputusan manajerial. Meskipun pendekatan riset keperilakuan bersifat deskriptif/positif, hasilnya bisa digunakan untuk kesimpulan normatif yang bertujuan untuk memperbaiki penggunaan data akuntansi dalam pengambilan keputusan.Penelitian dengan Metode IlmiahPenelitian dengan metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Penentuan hipotesa merupakan proses deduktif, mengumpulkan data adalah proses induktif sedangkan menentukan data yang diambil dan diteliti merupakan proses deduktif. Penelitian dengan metode ilmiah dikembangkan untuk ilmu alam dan ilmu fisika, dan tidak secara khusus dikembangkan untuk ilmu sosial seperti contohnya ilmu akuntansi, penelitian dengan metode ilmiah memiliki keterbatasan saat digunakan dalam riset akuntansi, hal ini dikarenakan pengaruh dari lingkungan manusia dan ekonomi membuat tidak mungkin menggunakan variabel konstan. Pengetahuan mengenai metode ilmiah dapat menyediakan pandangan yang berguna mengenai bagaimana riset harus dilakukan. Penelitian dengan metode ilmiah mendapat sedikit perhatian saja dalam riset akuntansi. Prosedur yang telah ditemukan dan digunakan menjadi diterima umum (generally accepted) walaupun tidak melewati pengujian hipotesa.

Menurut Sudjana (1982), berpikir ilmiah untuk menghasilkan metode ilmiah harus menempuh tahapan sebagai berikut:

Merumuskan masalah, yakni mengajukan pertanyaan untuk dicarikan jawabannya. Pertanyaan itu bersifat problematis, yaitu mengandung banyak kemungkinan jawaban; Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan di atas. Dugaan jawaban hendaknya mengacu dari kajian teoritis melalui penalaran deduktif; Melakukan verifikasi data, yakni: melakukan pengumpulan data secara empiris, mengolah data tersebut, dan menganalisis untuk menguji kebenaran hipotesis. Apabila proses pengujian dilakukan berulang-ulang dan kebenaran selalu ditunjukkan melalui fakta/data empiris, maka hipotesis tersebut telah menjadi tesis; Menarik kesimpulan, yaitu menentukan jawaban definitif dari setiap masalah yang diajukan secara empiris untuk setiap hipotesis.Menurut Schroeder et.al. (2001) metode ilmiah dimulai dari identifikasi dan perumusan masalah. Setelah masalah ditetapkan dan dibatasi, diambil suatu hipotesa untuk dilakukan pengujian. Berdasarkan hipotesa yang ditetapkan, data dikumpulkan dan diolah, lalu dilakukan pengujian terhadap hipotesa yang telah ditetapkan, dan dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan sementara. Urutan langkah yang terdapat dalam penelitian dengan metode ilmiah tidak selalu sekuensial. Pada suatu langkah tertentu dapat dimungkinkan kembali ke langkah sebelumnya apabila dirasakan perlu atau harus. Contohnya saat melakukan analisa data ada kemungkinan untuk mengubah hipotesa atau mengambil ulang data.

Menurut Umar (2002), dalam melakukan riset harus dirumuskan terdahulu 5 permasalahan utama yaitu:

Riset yang akan dilakukan harus mengikuti metode ilmiah agar hasilnya ilmiah; Riset ditujukan untuk menjawab pertanyaan riset, jadi tidak boleh menyimpang; Pehamanan atas seberapa luas dan dalam kajian yang akan dilakukan; Riset harus disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia, baik tenaga SDM yang akan terlibat, waktu dan biaya yang tersedia, dukungan teori dan alat ukur yang diperlukan, termasuk penggunaan teknologi;

Pertimbangan risiko kemungkinan gagal dan penyimpangan yang dapat saja terjadi. Metode riset yang dipilih hendaknya dibuat dengan mempertimbangkan kondisi di atas dengan tujuan khusus untuk mendukung tujuan riset. Dijelaskan oleh Umar (2002) mengenai bermacam metode riset bisnis yang umum dipakai. Metode tersebut adalah metode studi kasus, metode survei, metode pengembangan, metode tindak lanjut (follow up study), metode analisis isi, metode kecenderungan, metode korelasional, dan metode eksperimen.

Riset dengan metode studi kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas obyek tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu tertentu, termasuk lingkungannya. Peneliti, bersama dengan pengambil keputusan manajemen (misalnya di dalam organisasi), harus berusaha menemukan hubungan atas faktor yang dominan atas permasalahan risetnya. Selain itu, peneliti dapat saja menemukan hubungan yang tadinya tidak direncanakan atau terpikirkan. Keunggulan metode studi kasus antara lain adalah bahwa hasilnya dapat mendukung studi yang lebih besar di kemudian hari, dapat memberikan hipotesis untuk riset selanjutnya.

Namun, di samping keunggulan tersebut, metode ini sebenarnya memiliki kelemahan, misalnya bahwa kajiannya menjadi relatif kurang luas, sulit digeneralisasi dengan keadaan yang berlaku umum, dan cenderung subyektif karena objek riset dapat mempengaruhi prosedur riset yang harus dilakukan. Metode riset ini dapat dilakukan secara terfokus, misalnya hanya pada dimensi kualitas dosen. Kajian dapat dilakukan secara detil dan mendalam, misalnya tentang waktu kehadiran dosen mengajar, persiapan dosen mengajar, penggunaan buku wajib, cara penyampaian materi, pemberian tugas, pemakaian alat bantu ajar, pemberian wawasan melalui praktek, keakuratan dalam nenilai, keterbukaan, ketegasan dan kewibawaan.

Metode survei adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta tentang gejala atas permasalahan yang timbul, kajiannya sampai pada tahap menyelidiki mengapa gejala tersebut ada serta menganalisis hubungan atas gejala tersebut. Fakta yang ada lebih digunakan untuk pemecahan masalah daripada digunakan untuk pengujian hipotesis. Misalnya, membandingkan kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan. Survei dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling. Sebagai contoh, pendekatan ini dapat diarahkan untuk mengetahui kepuasan mahasiswa terhadap proses belajar mengajar, mengetahui kerja dosen dan staf administrasi di perguruan tinggi.

Riset dengan metode pengembangan berguna untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan suatu objek tertentu dalam kurun waktu tertentu. Riset pengembagan mempunyai 2 cara yang saling melengkapi, yaitu :

LongitudinalCara mempelajari objek riset secara berkesinambungan dalam waktu yang panjang. Misalnya, perilaku belajar beberapa mahasiswa dari semester pertama sampai semester delapan;

Cross-sectional.Cara mempelajari objek riset dalam suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya, pada suatu hari beberapa mahasiswa di setiap semester diminta pendapatnya, untuk dijadikan bahan riset. Cara Cross-sectional ini dapat juga dipakai untuk melengkapi pelaksanaan dengan menggunakan longitudinal.

Metode Tindak Lanjut (Follow-up Study) dilakukan bila peneliti hendak mengetahui perkembangan lanjutan dari subyek setelah subyek diberikan perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu. Metode tindak lanjut ini misalnya dipakai untuk menilai kesuksesan program tertentu yang dicanangkan. Metode Analisis Isi (Content Analysis) dapat dilakukan, misalnya untuk mengetahui keaslian dokumen. Peneliti melakukan pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen untuk mengetahui kelengkapan, kesalahan, dan sebagainya. Metode Kecenderungan (Trend) dilakukan dalam riset yang ditujukan untuk melihat suatu kondisi tertentu yang akan datang dengan melakukan proyeksi atau ramalan (forecasting). Dalam melakukan proyeksi masa depan, biasanya ramalan jangka pendek dianggap lebih dapat diandalkan daripada ramalan jangka panjang. Metode Korelasional (Correlational Study) merupakan riset yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaannya dibanding dengan metode yang lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi. Peneliti dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel yang terkait serta besarnya arah hubungan yang terjadi. Metode Eksperimen membutuhkan langkah yang lengkap sebelum eksperimen dilakukan supaya data yang diperlukan dapat diperoleh, yang hasilnya nanti dapat mengarahkan peneliti pada analisis yang obyektif. Riset ini dapat diarahkan untuk mengetahui, misalnya: Jika suatu kelompok mahasiswa diberi teknik pembelajaran eduentertain, sedangkan kelompok mahasiswa lain diberi teknik pembelajaran yang biasa berlaku, apakah teknik eduentertain yang diinformasikan sebagai teknik yang lebih maju lebih terbukti?

Menurut Umar (2002), dalam suatu riset yang menggunakan metode eksperimen, ada 3 prinsip kerja, yaitu replikasi, pengacakan atau randomisasi, dan kontrol lokal. Replikasi ialah suatu pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini diperlukan karena replikasi memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk menentukan panjang interval konfidensi atau dapat digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf signifikansi dari perbedaan yang diamati, menghasilkan taksiran yang lebih akurat, memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai efek rata-rata suatu faktor.

Pengacakan atau randomisasi artinya dalam riset akan dilakukan uji signifikansi, salah satunya ialah bahwa pengamatan terhadap sampel hendaknya merupakan sampel acak. Sampel yang acak diharapkan mendapatkan hasil penelitian dari sampel tidak terlalu jauh simpangannya terhadap populasi. Pengawasan setempat merupakan langkah dalam bentuk penyeimbangan dan pengelompokan unit eksperimen yang digunakan dalam desain. Jika replikasi dan pengacakan memungkinkan dilakukannya uji signifikansi maka pengawasan setempat akan membuat desain lebih efisien, yaitu menghasilkan prosedur pengujian dengan nilai lebih tinggi. Pengelompokan akan diartikan sebagai penempatan sekumpulan unit eksperimen yang homogen ke dalam kelompok agar kelompok yang berbeda mendapat perlakuan yang berbeda pula.DataAktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.Data Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primeradalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifatup to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion FGD)dan penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunderadalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.Data Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkannya, yaitu data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.

A. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.

B. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:

1. Data diskritadalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya:

Jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan XXX sebanyak 20. Jumlah siswa laki-laki di SD YYY sebanyak 67 orang. Jumlah penduduk di Kabupaten ZZZ sebanyak 246.867 orang.

Karena diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).

2. Data kontinumadalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan. Contoh data kontinum misalnya:

Tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter. IQ Budi adalah 120. Suhu udara di ruang kelas 24oCelcius.

Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat dikelompokan dalam empat jenis (tingkatan) yang memiliki sifat berbeda yaitu:

1. Data nominalatau sering disebut juga data kategori yaitu data yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu. Perbedaan kategori obyek hanya menunjukan perbedaan kualitatif. Walaupun data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk angka, namun angka tersebut tidak memiliki urutan atau makna matematis sehingga tidak dapat dibandingkan. Logika perbandingan > dan dan