Isi Laporan Teknologi Pengolahan Pakan

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian & peternakan merupakan dua sisi mata uang yang saling terkait. Keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Pertanian menghasilkan produk yang digunakan sebagai bahan pakan untuk memformulasikan ransum bagi ternak. Ternak juga menghasilkan limbah yang bisa digunakan sebagai pupuk hayati bagi lahan pertanian. Seiring bertambahnya jumlah ternak untuk memenuhi kebutuhan protein hewani manusia,maka kebutuhan pakan yang notabene berasal dari hasil pertanian juga ikut meningkat. Ada beberapa komoditas pertanian yang penggunaannya saling berebut antara manusia & ternak. Melihat kondisi demikian, volume produksi pertanian harus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan manusia & ternak. Manusia yang menduduki rantai makanan tertinggi sudah pasti menguasai kebanyakan komoditas pertanian tersebut. Sehingga posisi ternak dalam penguasaan hasil tani semakin terdegradasi. Disisi lain, kebutuhan manusia akan protein hewani juga tidak dapat diganggu gugat. Bertitik tolak dari kondisi tersebut, muncul ide untuk memanfaatkan bahan pakan

Transcript of Isi Laporan Teknologi Pengolahan Pakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian & peternakan merupakan dua sisi mata uang yang saling terkait.

Keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Pertanian menghasilkan produk

yang digunakan sebagai bahan pakan untuk memformulasikan ransum bagi

ternak. Ternak juga menghasilkan limbah yang bisa digunakan sebagai pupuk

hayati bagi lahan pertanian. Seiring bertambahnya jumlah ternak untuk memenuhi

kebutuhan protein hewani manusia,maka kebutuhan pakan yang notabene berasal

dari hasil pertanian juga ikut meningkat. Ada beberapa komoditas pertanian yang

penggunaannya saling berebut antara manusia & ternak.

Melihat kondisi demikian, volume produksi pertanian harus ditingkatkan

guna memenuhi kebutuhan manusia & ternak. Manusia yang menduduki rantai

makanan tertinggi sudah pasti menguasai kebanyakan komoditas pertanian

tersebut. Sehingga posisi ternak dalam penguasaan hasil tani semakin

terdegradasi. Disisi lain, kebutuhan manusia akan protein hewani juga tidak dapat

diganggu gugat. Bertitik tolak dari kondisi tersebut, muncul ide untuk

memanfaatkan bahan pakan alternative yang berasal dari limbah pertanian yang

masih layak digunakan sebagai bahan pakan bagi ternak.

Mengingat hasil tani yang juga menghasilkan limbah pertanian yang

cukup besar dan melalui penelitian para pakar ternyata masih layak untuk

dimanfaatkan sebagai bahan pakan yang akan diolah menjadi ransum ternak.

Sehingga dicapailah produksi ternak yang optimal dengan bahan pakan yang

relative lebih murah ketimbang produk pertanian utama. Dengan pemanfaatan

limbah pertanian tersebut,tercapainya keseimbangan pemanfaatan produksi di

sector pertanian untuk kebutuhan manusia dan ternak.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini supaya mahasiswa/praktikan mampu mengolah

bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian berupa tongkol jagung & baglog

yang kandungan nutrisinya diperkaya melalui proses fermentasi.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah pertanian umumnya banyak mengandung serat kasar yang terdiri

atas selulosa, hemiselulosa dan lignin yang merupakan karbohidrat rantai panjang

dengan ikatan beta.(Hungate,1966)

Fermentasi adalah suatu proses bioteknologi dengan memanfaatkan

bakteri untuk mengawetkan pakan dan tidak mengurangi kandungan zat nutrient

pakan bahkan dapat meningkatkan kualitas dan daya tahan pakan itu sendiri.

(Sapienza dan Bolsen,1993). Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses

“protein enrichment” yang mengandung pengertian proses pengayaan protein

bahan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu.(Stanton et al.,1969 dalam

Winarno,1980). Berdasarkan jenis substrat yang digunakan, proses fermentasi

dibedakan atas dua golongan yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi cair.

Fermentasi medium padat adalah proses fermentasi dengan menggunakan medium

yang tidak larut,tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba.

Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau

tersuspensi dalam fase cair (Chalal,1985)

Raimbault dan Alazard (1980) menyatakan bahwa keuntungan fermentasi

dengan menggunakan medium padat adalah kondisi media lebih mendekati

kondisi lingkungan alami bagi pertumbuhan kapang dibandingkan dengan

medium cair. Agar fermentasi dapat berjalan dengan sempurna perlu dilakukan

sterilisasi (pengukusan). Tujuan sterilisasi adalah mematikan mikroorganisme

pencemar atau yang tidak dikehendaki tumbuh dalam media fermentasi.

(Ansori,1989)

Manfaat lain dari fermentasi ialah dapat merubah aroma dan rasa bahan

pakan, mengurangi senyawa-senyawa beracun dari bahan dasar dan dapat

memperbaiki teksturnya sehingga lebih menarik (Buckle,et al.,1985). Semua

pakan hasil fermentasi mempunyai aroma dan cita rasa khas yang langsung atau

tidak langsung dihasilkan oleh organism fermentative

(Mooser,1980;Woolford,1984)

3

Proses fermentasi cukup mudah dan murah. Hijauan dicacah dengan mesin

chopper atau bisa dilakukan secara manual dengan pisau/golok, kemudian

semprot/diciprati dengan bahan fermentator mikrobakteri. Setelah itu, hijauan

dimasukkan ke dalam kantong plastik besar yang diikat rapat.Lama proses

fermentasi bergantung pada bahan fermentator. Beberapa bahan fermentator yang

dapat dipakai adalah: ragi tape/jerami, starbio untuk ternak, EM4, Suplemen

Organik Cair (SOC), Sunwy Bio, dan banyak lagi merek sejenis yang beredar di

pasaran.(Fedepdemak,2013)

Selain penerapan fermentasi bahan utama pakan hijauan, saat ini sudah

berkembang pembuatan pakan komplit untuk kambing dan domba.Teknologi ini

dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan bahan pakan ternak yang biasanya

berkualitas rendah (kurang protein dan energi) serta kurang ramah lidah.Jerami

padi, tongkol jagung, tebon jagung (batang dan daun jagung sisa panen), jerami

kacang tanah, kulit buah, bungkil kelapa dan ampasnya merupakan beberapa

bahan pakan yang dapat digunakan sebagai sumber pakan berkualitas bagi ternak

kambing dan domba.(Fedepdemak,2013)

Peternak kambing yang sudah menerapkan teknologi pakan fermentasi,

sebaiknya sekalian menggunakan pakan komplit fermentasi, atau menurut istilah

kerennya ‘burger pakan’.Pembuatan burger pakan cukup dengan 3 – 7 hari

pemeraman dalam wadah tertutup rapat. Pakan komplit fermentasi yang bagus 

berbau harum bercampur asam, warna segar tidak jauh berubah dengan warna saat

diracik, tidak berjamur, dan pH 3,5 – 4,0.(Fedepdemak,2013)

Guntoro (2012) memaparkan keberhasilan fermentasi ditandai oleh ciri-

ciri sebagai berikut : permukaan irisan limbah berwarna kecoklatan atau

kehitaman dan apabila dicium,tidak berbau atau sedikit berbau manis seperti tape.

Sementara itu,kegagalan fermentasi ditunjukkan dengan tanda-tanda sebagai

berikut : limbah mengeluarkan bau busuk, permukaan irisan limbah berlendir,

serta muncul butir-butir berwarna oranye di permukaan limbah.

Beberapa factor penyebab kegagalan fermentasi antara lain : aktifasi

inokulan atau mikroba stater tidak dilakukan sesuai prosedur,misalnya media dan

air tidak steril dan formula larutan tidak tepat. Kemudian penyiraman larutan

4

inokulan tidak merata, alas media fermentasi terlalu dingin atau tidak bisa

mengisap air. Bahan yang tidak tertutup dengan baik saat fermentasi juga bisa

menjadi penyebab gagalnya fermentasi. Factor yang terakhir ialah temperature

udara lingkungan terlalu dingin, sehingga membutuhkan waktu fermentasi yang

lebih lama. (Guntoro,2012)

Menurut Guntoro(2012) proses fermentasi sebaiknya berlangsung selama

5-6 hari. Jika waktu fermentasi terlalu cepat, proses dekomposisi berjalan tidak

optimal. Namun, bila waktu fermentasi terlalu lama akan mengakibatkan

terjadinya proses “mineralisasi”. Hasilnya, bahan malah menjadi kompos.

Fermentasi yang baik berjalan baik akan menghasilkan produk yang baik pula.

5

BAB III

BAHAN & METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat & Waktu Praktikum

3.1.1 Tempat Praktikum : Lab.Produksi Ternak ,UNPAB Medan

3.1.2 Waktu Praktikum : Pukul 09.00 WIB – Selesai

30 November 2013

3.2 Bahan & Alat Praktikum

3.2.1 Bahan Praktikum : Baglog bekas, Tongkol Jagung, Probiotik

EM-4, Probiotik Starbio & Probiotik Bio

One Poultry serta Molases.

3.2.2 Alat Praktikum : Toples, Plastik, Alas plastik, Karet gelang,

Gelas beker, & Timbangan digital.

3.3 Metode Praktikum

Alasi meja praktikum dengan plastic yang lebar guna menjaga kebersihan

laboratorium.

Timbang toples yang akan digunakan guna menghitung volume bahan

yang akan disediakan dan probiotik yang akan dipakai.

Baglog dibongkar dan dicacah atau dihaluskan, untuk tongkol jagung

dicacah hingga hancur secara merata.

Percik permukaan bahan dengan air steril hingga lembab sebagai media

pertumbuhan mikroba yang baik.

Sediakan probiotik sebesar 6% dari berat total bahan pakan untuk satu

wadah dan tuangkan secara merata di permukaan bahan. Khusus Starbio

karena berwujud serbuk campurkan dengan air hingga menjadi cair

ditambah dengan molasses.

Aduk dan bolak-balik bahan pakan hingga merata secara keseluruhan.

Masukkan bahan pakan kedalam toples yang telah disediakan dan tutup

dengan serapat-rapatnya hingga tidak dimungkinkannya terdapat udara

(anaerob) dan buat label di tiap toples sesuai probiotik yang digunakan.

Fermentasi berlangsung selama 2 minggu.

6

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari fermentasi yang berlangsung selama 2 minggu

yang terbagi dalam dua table. Table 1 ialah table dengan bahan pakan dari baglog

bekas dan table 2 dengan bahan pakan dari tongkol jagung antara lain :

Table 1. Hasil fermentasi dengan bahan pakan baglog bekas :

Baglog pH Warna Tekstur Aroma Jamur EM-4 8 Coklat tua Normal Normal AdaBio 1 Poultry 8 Coklat Normal Normal Tidak adaStarbio 8 Coklat Normal Sedikit asam Tidak ada

Table 2. Hasil fermentasi dengan bahan pakan tongkol jagung :

Tongkol Jagung pH Warna Tekstur Aroma Jamur EM-4 7 Coklat tua Normal Busuk AdaBio 1 Poultry 7 Coklat tua Kasar Busuk Nyengat AdaStarbio 7 Coklat tua Kasar Busuk Asam Tidak ada

Pengamatan awal bisa dipastikan bahwa substrat yang digunakan dalam

praktikum ini ialah media padat. Berdasarkan hasil yang tercantum pada table 1

untuk bahan pakan baglog, terdapat perubahan warna bahan pakan menjadi sedikit

gelap untuk tiap perlakuan jika dibandingkan warna bahan pakan diawal

peracikan. Perubahan warna ini sesuai dengan ciri-ciri hasil fermentasi yang

diutarakan oleh Fedepdemak (2013) di laman situsnya. Begitu juga dengan hasil

yang diperoleh untuk kelompok bahan pakan tongkol jagung.

Untuk parameter tekstur, baik kelompok baglog maupun tongkol jagung,

sama-sama tidak ditemui perubahan tekstur pada saat hasil fermentasi dibuka.

Tekstur yang diperoleh sama seperti ketika proses peracikan. Dari parameter

tekstur, maka hasil fermentasi tidak berhasil. Seharusnya proses fermentasi

mampu mengubah tekstur bahan pakan menjadi lebih baik seperti pendapat dari

Buckle,et,al (1985). Dari parameter aroma, hasil dari kelompok baglog yang

menggunakan probiotik EM-4 dan Bio One Poultry sama-sama tidak

menghasilkan aroma yang khas hasil fermentasi seperti yang dinyatakan oleh

7

Mooser (1980) dan Woolford (1984). Sedangkan untuk bahan pakan baglog yang

menggunakan starbio sedikit meimbulkan aroma khas. Berbeda lagi dengan hasil

dari kelompok tongkol jagung yang menggunakan probiotik EM-4 dan Bio One

Poultry sama-sama menghasilkan aroma busuk. Dari parameter aroma saja bisa

diindikasikan bahwa hasil fermentasi gagal. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Guntoro (2012) yang menyatakan salah satu ciri fermentasi gagal ialah limbah

atau bahan pakan yang digunakan mengeluarkan bau busuk. Sedangkan untuk

yang menggunakan Starbio, juga menimbulkan bau busuk tetapi ada sedikit bau

asam yang dikeluarkan. Dari parameter aroma ini semakin memantapkan dugaan

bahwa fermentasi yang dilaksanakan telah gagal. Fermentasi yang berhasil

seharusnya menghasilkan aroma khas yang dihasilkan oleh mikroba fermentative

(Mooser,1980;Woolford,1984) senada dengan pendapat Guntoro (2012).

Sedangkan untuk parameter ada tidaknya jamur, ditemukan jamur pada

kelompok bahan pakan baglog yang menggunakan EM-4 dan pada kelompok

tongkol jagung yang menggunakan probiotik EM-4 dan Bio One Poultry juga

ditemukan jamur. Fermentasi yang berhasil seharusnya tidak ditemukan jamur

pada hasil fermentasinya.(Fedepdemak,2013). Pada parameter pH, baik kelompok

baglog maupun tongkol jagung menunjukkan pH yang jauh diatas pH umumnya

hasil fermentasi 3,5-4,0.(Fedepdemak,2013).

Secara garis besar dapat disimpulkan hasil fermentasi yang dilaksanakan

secara 2 minggu adalah gagal total. Bila mengacu pada factor-factor yang

menyebabkan kegagalan fermentasi seperti yang diutarakan oleh Guntoro (2012) ,

gagalnya fermentasi disebabkan oleh proses fermentasi yang telalu lama sehingga

bahan pakan berubah menjadi kompos dan wadah yang kurang rapat sehingga

memungkinkan udara masuk dan aktifitas mikroba terganggu serta timbulnya

jamur. Factor penyebab kegagalan fermentasi yang telah dilakukan selama 2

minggu ialah bahan pakan yang sudah tercemar mengingat bahan pakan telah

disimpan di laboratorium dan tidak diproses terlebih dahulu sebelum diracik untuk

fermentasi. Seharusnya bahan pakan yang akan digunakan diproses sebelum

diracik melalui pengukusan untuk membunuh mikroba pencemar.(Ansori,1989)

8

BAB V.

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini ialah fermentasi yang

dilaksanakan selama 2 minggu gagal total. Factor yang menyebabkan kegagalan

fermentasi ialah sebagai berikut :

Proses fermentasi yang memakan waktu terlalu lama yaitu 2 minggu

sehingga bahan pakan mengalami mineralisasi. Seharusnya proses

fermentasi yang terbaik berkisar 5-6 hari.

Wadah yang kurang tertutup rapat sehingga menimbulkan jamur.

Bahan pakan tidak diproses terlebih dahulu lewat pengukusan sehingga

besar kemungkinan telah terkontaminasi mikroba pencemar.

5.2 Saran

Saran yang bisa penulis berikan antara lain :

Wadah yang digunakan harus benar-benar rapat sehingga suasana anaerob

benar-benar tercipta.

Larutan probiotik harus merata.

Bahan pakan harus diproses dengan pengukusan terlebih dahulu untuk

membunuh mikroorganisme pencemar yang mengganggu proses

fermentasi.