pakan ikan

47
Tugas makalah nutrisi ikan HASIL ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG JANGKRIK Oleh: KELOMPOK 7 M. Yusuf Akbar 060710139p Diana Meritasari 060710148p Faricha RN 060710172p Myrna Budi R 060710283p Fajar Nur Cahya 060710296p Nur Hidayati Robi 060710312p Rahmad Hari P 060710390p Yesi Megayana 060710394p Nienda Paramita 060710404p PRODI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2009 http://fpk.unair.ac.id Page 1

Transcript of pakan ikan

Page 1: pakan ikan

Tugas makalah nutrisi ikan

HASIL ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG JANGKRIK

Oleh:

KELOMPOK 7

M. Yusuf Akbar 060710139p

Diana Meritasari 060710148p

Faricha RN 060710172p

Myrna Budi R 060710283p

Fajar Nur Cahya 060710296p

Nur Hidayati Robi 060710312p

Rahmad Hari P 060710390p

Yesi Megayana 060710394p

Nienda Paramita 060710404p

PRODI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2009

http://fpk.unair.ac.id Page 1

Page 2: pakan ikan

DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar ............................................................................................... i

Daftar isi ........................................................................................................ ii

Bab I pendahuluan ......................................................................................... 1

I.1 latar belakang ................................................................................. 1

I.2 manfaat ........................................................................................... 5

I.3 tujuan .............................................................................................. 5

Bab II Tinjauan pustaka ................................................................................. 6

Bab III Materi dan Metode ............................................................................ 11

Bab IV Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 22

Bab V Penutup ............................................................................................... 32

V.1 kesimpulan .................................................................................... 32

V.2 saran .............................................................................................. 33

Daftar pustaka ............................................................................................... 34

http://fpk.unair.ac.id Page 2

Page 3: pakan ikan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil alamin, puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang

mana telah memberikan Rahmat serta Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

makalah mata kuliah nutrisi ikan , yang berjudul “HASIL ANALISIS PROKSIMAT TEPUNG

JANGKRIK”yang mana di dalamnya akan dibahas tentang adanya perbedaan tentang hasil dari

pustaka dan anlisis pada laboratorium pakan ternak di FKH.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak agustono, selaku

PJMK mata kuliah nutrisi ikan dan Ibu mirni lamid selaku dosen pembimbing praktikum mata kuliah

nutrisi ikan serta dukungan dari beberapa pihak dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Penyusun menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih menyimpan

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan adanya saran

guna penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan khasanah ilmu

pengetahuan yang berarti bagi semua pihak.

Surabaya, januari 2010

Penyusun

http://fpk.unair.ac.id Page 3

Page 4: pakan ikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Pakan merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menunjang aspek budidaya

dalam suatu keberhasilan usaha budidaya. Pakan ini terdiri dari beberapa campuran bahan

pakan yang nantinya akan menghasilkan suatu pakan yang digunakan untuk konsumsi bagi

ikan. Pakan ini mempunyai berbagai sumber baik vitamin maupun mineral yang ada atau

terkandung dalam pakan tersebut.Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam budidaya, pakan

harus dilihat dalam kandungan gizi dan nutrisi yang digunakan dalam pertumbuhan ikan.

Konversi pakan yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya

ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi

pembudidaya, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan yang merupakan sesuatu yang

sangat kritis sebab pakan ini menghabiskan sekitar 50% dari biaya produksi budidaya.

Formula pakan yang terkandung di dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan gizi

pakan yang dibutuhkan untuk budidaya ikan, seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan

mineral. Mutu pakan akan tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan oleh

ikan. Akan tetapi, perihal gizi pada pakan bermutu sukar untuk digambarkan dikarenakan

banyaknya interaksi yang terjadi antara berbagai bahan gizi selama dan setelah penyerapan di

dalam pencernaan ikan Pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan (feedstuffs)

yang bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali digunakan karena

sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut tergantung pada:

kandungan bahan gizinya; kecernaannya (digestibility) dan daya serap (bioavailability) ikan;

tidak mengandung anti nutrisi dan zat racun; tersedia dalam jumlah banyak dan harga relatif

murah. Umumnya bahan baku yang digunakan untuk pakan terbuat dari tumbuhan dan

mineral. Ada juga yang berasal dari limbah atau produk sampingan.Bahan tersebut dapat di

datangkan dari sekitar atau luar area budidaya.

Dalam membuat pakan buatan untuk ikan, harus diperhatikan beberapa factor bahan

baku untuk pakan, yaitu ketersedian, harga yang wajar dan kandungan gizi yang cukup.

Pakan ikan buatan yang diberikan di kategorikan menjadi:

http://fpk.unair.ac.id Page 4

Page 5: pakan ikan

1. Pakan alami, merupakan kelompok pakan yang berasal dari hewan yang berukuran renik

sampai ukuran beberapa centimeter yang di kultur atau dikumpulkan dari alam; contohnya

adalah Artemia, Daphnis dan Cacing Sutra. Pakan alami ini dapat juga berasal dari tumbuhan,

misalnya fitoplankton dan daun talas

2. Pakan lembek, merupakan cincangan ikan-ikan rucah dan cumi-cumi yang langsung

diberikan kepada ikan. Daya tahan pakan lembek ini 2 – 3 hari dalam lemari pendingin.

3. Pakan kering lengkap, merupakan pakan berbentuk pelet, “flake” dan “crumble” dengan

kadar air rendah sehingga daya tahannya bisa 3 – 4 bulan dan kandungan gizinya cukup

lengkap karena dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah yang akan dikupas lebih

mendalam.

Bahan baku pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Banyak sekali bahan baku nabati yang dapat diberikan kepada unggas, bahan baku nabati inilah, yang menyebabkan harga pakan menjadi dapat ditekan.

Dari sekian banyak bahan baku nabati, 70 – 75% merupakan biji-bijian dan hasil

olahannya, 15 – 25% limbah industri makanan, dan sisanya hijauan sebagaimana layaknya

bahan pakan yang berasal dari biji-bijian, bahan pakan nabati ini sebagian besar merupakan

sumber energi yang baik, tetapi karena asalnya dari tumbuhan, kadar serat kasarnya tinggi.

Sebagai sumber vitamin, beberapa bahan berbentuk bijian.

Bahan pakan ikan sebaiknya memiliki kandungan nutrisi yang seimbang, seperti :

SUMBER PROTEIN. Kebutuhan protein untuk ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti ukuran ikan, temperatur air, rata-rata pemberian pakan (feeding rate), ketersediaan

dan kandungan gizi pakan, keseluruhan kandungan energi yang dapat dicerna oleh ikan dan

mutu protein tersebut. Mutu protein tergantung pada kuantitas dan kualitas asam amino

esensial yang terkandung di dalamnya serta daya serapnya (bioavailability).Protein yang

dicerna oleh ikan digunakan sebagai sumber energi untuk pembaruan/mengganti jaringan

yang rusak dan pertumbuhan ikan. Oleh karena pemakaian protein pakan akan sangat

berguna jika semua protein tersebut digunakan untuk pertumbuhan atau perbaikan jaringan

dan dapat dikatabolisme sebagai energi.

SUMBER LEMAK. Lemak merupakan senyawa organik yang penting untuk penyusunan

membran sel pada tanaman, hewan dan mikroba.Lemak merupakan senyawa tidak larut air

http://fpk.unair.ac.id Page 5

Page 6: pakan ikan

tetapi dapat larut pada pelarut nonpolar (bukan air), seperti eter dan alkohol. Fungsi lemak

secara umum adalah:

1. sumber energy metabolism, adenosine triphospat(ATP). Lemak memiliki energy kira-

kira dua kali lebih tinggi dari energy protein dan karbohidrat.

2. Sumber asam lemak esensial (EFA) yang berperan penting untuk pertumbuhan dan

pertahanan.

3. Komponen penting pada membran sel dan subsel.

4. Sumber steroids yang berperan penting terhadap fungsi biologi seperti pemeliharaan

sistem membran, transport lipid, dan prekursor hormon steroid.

SUMBER KARBOHIDRAT. Karbohidrat merupakan senyawa organik terbesar yang biasa

terdapat pada tanaman, seperti : gula sederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat

lain yang berhubungan Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat

menggantikan sumber energi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat untuk

menggantikan protein dan lemak sebagai sumber energi dapat dimaksimalkan untuk

mengurangi biaya pakan, karena sumber energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah

dicerna dan dimanfaatkan oleh ikan.Sumber karbohidrat seperti tapioka, terigu, alginat, agar,

karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakan untuk menjaga stabilitas

kandungan air pada pakan ikan dan udang.

MIKRONUTRIEN. Banyak komponen lain ditambahkan di dalam formulasi pakan

disamping sumber bahan gizi yang utama (protein, lipid, karbohidrat). Di dalam formulasi

pakan lengkap, mikronutrien ditambahkan dalam jumlah kecil dalam bentuk campuran

vitamin dan mineral karena alasan ekonomi, zat-zat lain juga ditambahkan ke dalam

formulasi pakan yang bertujuan untuk menjaga mutu pakan dari kerusakan oleh jamur selama

penyimpanan dan menjaga stabilitas air pada pakan. Zat-zat tersebut antara lain: perekat

sintetik, antioksidan dan inhibitor jamur. Beberapa zat-zat juga ditambahkan ke dalam pakan

untuk membuat ikan agar lebih atraktif seperti figmen dan atraktan.

KUALITAS BAHAN BAKU. Untuk memproduksi pakan yang berkualitas diperlukan bahan

baku pakan yang juga berkualitas. Bahan-bahan baku tersebut perlu dilindungi selama proses

ataupun selama penyimpanan. Beberapa bahan baku juga mengandung zat anti nutrisi yang

dapat menghambat pemanfaatan gizi (seperti protein) oleh ikan atau udang. Sebagai contoh:

http://fpk.unair.ac.id Page 6

Page 7: pakan ikan

jenis kacang-kacangan yang mengandung zat penghambat tripsin dan kimortripsin (asam

amino) sehingga enzim yang ada didalam ikan tidak dapat menyerap protein. Oleh karena itu,

beberapa bahan baku perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimasukkan

ke dalam formulasi pakan. sebagian zat anti nutrisi ada yang mudah dihilangkan cukup

dengan pemanasan, tetapi ada juga yang sulit dihilangkan dengan pemanasan.

Dalam menyiapkan pakan, sasaran utama bukan hanya mencampur bahan-bahan baku tetapi

melindungi bahan-bahan baku tersebut selama proses. Seringkali, sebelum bahan-bahan

tersebut digunakan, bahan tersebut harus diproses untuk menghilangkan zat-zat yang dapat

menghambat pemanfaatangizi (seperti protein) oleh ikan atau udang. Sebagai contoh: jenis

kacang-kacangan yang mengandung zat penghambat tripsin dan kimortripsin (asam amino)

sehingga enzim yang ada didalam ikan tidak dapat menyerap protein. Oleh karena itu,

beberapa bahan baku perlu dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dimasukkan

ke dalam formulasi pakan. sebagian zat anti nutrisi ada yang mudah dihilangkan cukup

dengan pemanasan, tetapi ada juga yang sulit dihilangkan dengan pemanasan.

Dalam menyiapkan pakan, sasaran utama bukan hanya mencampur bahan-bahan baku

tetapi melindungi bahan-bahan baku tersebut selama proses. Seringkali, sebelum bahan-

bahan tersebut digunakan, bahan tersebut harus diproses untuk menghilangkan zat-zat yang

dapat menghambat pemanfaatan bahan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Proses tersebut

bertujuan agar gizi pakan lebih efektif dimanfaatkan oleh ikan. Penyimpanan pakan juga

harus diperhatikan seperti proses penyiapan dan pengolahan, karena mempengaruhi umur

simpan dari pakan tersebut.

1.2 Manfaat

Memberikan informasi tentang berbagai bahan baku pakan beserta kandungan

gizinya dengan pembuktian menggunakan uji analisis proksimat. Pada kelompok 7

menggunakan bahan pakan tepung jangkrik.

http://fpk.unair.ac.id Page 7

Page 8: pakan ikan

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui tentang bahan baku pakan beserta kandungan gizinya dengan

pembuktian menggunakan uji analisis proksimat. Pada kelompok 7 menggunakan

bahan baku pakan tepung jangkri

http://fpk.unair.ac.id Page 8

Page 9: pakan ikan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TEPUNG JANGKRIK

2.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

phyllum : Chordata

kelas : insekta

genus : Grillus

spesies : Grillus spp

hewan ini banyak di temui pada daerah persawahan dengan tempat hidupnya berada

di tempat-tempat yang tersembunyi. Makanan dari jangkrik ini berupa tumbuh-

tumbuhan hijau.Pada sebuah penelitian mengungkapkan bahwa jangkrik mengandung

asam amino, omega 3 dan omega 6.Selain itu, jangkrik juga mengandung hormone-

hormon steroid serta protein kolagen. Sehingga, jangkrik ini dapat digunakan untuk

bahan baku industry farmasi dan kosmetik. Selain itu, kandungan dari hormone-

hormon protein, enzim perencanaan dan enzim untuk katalis metabolisme serta

berbagai vitamin yang ada yang hingga saat ini belum terungkap.

2.2 Kandungan Nutrisi Tepung Jangkrik

Air , 6,84%

Energy, 1,05 Kkal

Protein, 60,90%

http://fpk.unair.ac.id Page 9

Page 10: pakan ikan

Lemak, 21,79%

Karbohidrat, 0,19%

Serat, 5%

Mineral

Ca, 0,71%

P, 0,03%

Na, 0,31%

K, 0,68%

Mg, 0,05%

Fe, 127,32ppm

Asam amino

Glutamate, 620%

Serin, 4,18%

Glysin, 3,54%

Treonin, 4,19%

Alanin, 3,19%

Tyrosin, 8,41%

Valin, 5,36%

Metionin, 0,79%

http://fpk.unair.ac.id Page 10

Page 11: pakan ikan

Sistein, 46,66%

Leusin, 4,99%

Lisin, 12,80%

Asam lemak

Kaproat, 0,01%

Kaprilat, 0,02%

Laurat, 0,61%

Miristat, 0,31%

Miristoleat, 0,10%

Palmitat, 9,20%

Palmitoleat, 0,082%

Margarine, 0,22%

Stearat, 40,22%

Oleat,9,84%

Linoleat, 9,41%

Linolenat, 13,23%

EPA, 7,00%

ARA, 3,33%

DHA, 5,20%

Lignoserat, 1,22%

http://fpk.unair.ac.id Page 11

Page 12: pakan ikan

2.3 MANFAAT DAN KANDUNGAN TEPUNG JANGKRIK

Jangkrik merupakan hewan serangga yang mempunyai kandungan protein

yang sangat tinggi dari pada serangga yang lain. Selain protein, jangkrik juga

mengandung beberapa asam amino baik asam amino 3 dan asam amino 6. Selain itu,

juga terdapat enzim dan mineral lainya yang kesemuanya itu digunakan sebagi bahan

baku untuk berbagai bidang, misalnya dalam bahan baku pakan ikan, untuk farmasi

dan untuk kosmetik.

Protein yang terkandung di dalam jangkrik ini sebanyak 60% lebih, dengan

komposisi asam amino cukup lengkap.Tetapi penggunaan jangkrik ini belum terbiasa

hanya di gunakan sebagai pakan burung dan ikan.Selain protein, asam amino di dalam

tubuh jangkrik juga sangat besar.Asam amino digunakan untuk menyusun protein

asam amino esensial dan asam amino non esensial.Asam amino ini digunakan sebagai

konsumsi untuk manusia juga.

Selain protein yang mengandung asam amino juga terdapat protein

kolagen.Protein kolagen ini dapat di pergunakan sebagai bahan untuk pembuatan

kosmetik pada industry farmasi.Protein kolagen ini digunakan untuk penghambat

pada penuaan pada kulit. Tetapi kadar protein kolagen dalam jangkrik ini sangat

sedikit jumlahnya.

Jangkrik ini juga mengandung EPA dan DHA yang digunakan sebagai asupan

untuk otak.Asam amino ini sangat bagus sekali dalam perkembangan sel otak yang

mana dapat di gunakan untuk peningkatan kecerdasan terutama bagi manusia.

Hormone-hormon penting untuk fungsi reproduksi juga dapat di hasilkan dan

juga hormone-hormon protein. Hormone-hormon tersebut bisa digunakan untuk

manusia tanpa adanya efek samping, karena jangkrik ini mempunyai struktur kimia

sama mirip dengan struktur kimia yang di produksi oleh mamalia seperti manusia.

http://fpk.unair.ac.id Page 12

Page 13: pakan ikan

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Analisis Bahan Kering Bebas Air

Prinsip : Bahan kering adalah bahan yang tersisa/tertinggal setelah kandungan air yang

terdapat pada sampel (bahan pakan) dihilangkan/diuapkan seluruhnya dengan pemanasan

105ºC.

Alat yang digunakan :

Cawan porselen (aluminium), cruss tang, timbangan analitik, oven, exicator yang

berisi silica gel.

Cara kerja :

1. Cawan porselen/aluminium yang bersih dimasukkan ke dalam oven 105ºC selama 1

jam.

2. Cawan dikeluarkan dari oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator.

Tunggu sampai 10-15 menit, lalu ditimbang (= A gram).

3. Cawan diisi dengan sampel ± 5 gram (berat cawan + sampel = B gram). Masukkan

cawan yang berisi sampel ke dalam oven 105ºC selama 1 malam.

4. Keluarkan dari dalam oven dan secepatnya dimasukkan ke dalam exicator selama

10-15 menit. Setelah dingin lalu ditimbang (= C gram).

5. Kadar bahan kering bebas air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

C - A

Kadar bahan kering bebas air = ------------- x 100 %

B - A

http://fpk.unair.ac.id Page 13

Page 14: pakan ikan

Catatan :

- Selalu pergunakan cruss tang untuk memegang cawan porselen. Jangan dipegang

langsung dengan tangan kecuali untuk mencucinya.

- Jangan sering membuka tutup exicator terutama bila di dalamnya terdapat cawan

beserta sampel yang dianalisis. Hal ini untuk menghindari masuknya uap air sehingga

hasil analisis menjadi tidak akurat lagi.

- Usahakan setiap exicator berisi tidak lebih dari 6 buah cawan.

3.2 Kadar Abu

Prinsip :

Abu adalah bahan organic hasil sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan yang

dibakar/dipanaskan pada suhu 500-600oC selama beberapa waktu.

Alat yang digunakan :

Cawan porselen

Cruss tang

Kawat segi tiga

Timbangan analitik

Oven

Exicator

Bunsen

Tanur listrik

Cara Kerja :

1. Cruss dicuci bersih, dibilas dan dikeringkan dalam oven 105oC selama 1 jam

http://fpk.unair.ac.id Page 14

Page 15: pakan ikan

2. Masukan ke dalam exicator selama 10-15 menit kemudian ditimbang ( = A gram )

3. Cruss diisi dengan sampel seberat ±5 gram. Berat cruss + sampel = B gram. Cruss

kemudian dibakar dengan api Bunsen sampai tidak lagi berasap

4. Masukan kedalam tanur listrik dengan temperature 550 oC selama 5 jam. Matikan

tanur listrik dan biarkan sampel berada didalamnya samapi dingin ( butuh waktu ±10

jam )

5. Keluarkan cruss dari tanur kemudian masukan kedalam exicator selama 10-15 menit,

selanjutnya ditimbang (= C Gram )

6. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus :

Kadar Abu :

C - A

---------- X 100 %

B – A

Kadar abu berdasarkan bahan kering (BK) bebas air :

% KADAR ABU

------------------- X 100%

% BK bebas air

Catatan :

Abu yang terbentuk dari pembakaran sampel tidak boleh dibuang (tetap disimpan dalam cruss

yang tertutup). Abu ini nantinya bisa digunakan sebagai sampel dalam analisis mineral

http://fpk.unair.ac.id Page 15

Page 16: pakan ikan

3.3 Analisis Protein Kasar

Cara : Marcam Steel

Prinsip :Asam Sulfat pekat dengan katalisator dapat mancegah ikatan N organik dalam

bahan makanan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N; NO; dan NO2.

Ammonium sulfat dalam suasana basa akan melepaskan NH3 yang kemudian

disuling (destilasi). Hasil sulingan ditampung dalam beakerglas yang berisi H2SO4

0,1 N yang telah diberi indikator. Setelah selesai destilasi, larutan penampung

dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna berubah.

Kadar protein kasar adalah nilai hasil kali total nitrogen amonia dengan faktor 6,25

(=100/16) atau nilai hasil bagi total nitrogen amonia dengan faktor 16% (16/100).

Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandun nitrogen sebanyak 16%.

Bahan kimia yang digunakan :

Tablet Kjeldhal, H2SO4 pekat, NaOH 40%, Asam Borat, indikator Metil-merah,

Brom cresol green, H2SO4 0,01 N dan aquadest.

Alat yang digunakan :

Labu Kjeldhal 100cc, pemanas labu Kjeldhal, spatula, timbangan elektrik Sartorius,

gelas ukur, labu ukur 250cc, erlenmeyer 100cc dan 1000cc, serta seperangkat alat

Murcam Steel.

Cara Kerja :

1. Timbang sampel seberat ± 0,5 gram di atas kertas yang telah diketahui beratnya,

kemudian masukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal. Tambahkan ke dalamnya tablet

tablet Kjeldhal (katalisator) sebanyak ¼ bagian kemudian 10cc H2SO4 pekat.

2. Panaskan labu tersebut di atas pemanas Kjeldhal dalam almari asam. Pemanasan

baru dihentikan jika sudah tidak berasap dan warna larutan menjadi hijau/kuning

jernih (butuh waktu ± 1,5 jam). Biarkan beberapa saat sampai labu menjadi dingin.

3. Masukkan larutan yang ada dalam labu tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan

dengan aquadest sehingga volumenya menjadi 250cc. Tuangkan larutan tersebut ke

dalam erlenmeyer 300cc dan kocoklah sampai homogen.

http://fpk.unair.ac.id Page 16

Page 17: pakan ikan

4. Siapkan erlenmeyer 100cc yang diisi dengan 10cc larutan Asam Borat dan 2 tetes

indikator metil merah serta 3 tetes Brom cresol green untuk menampung hasil

penguapan.

5. Siapkan alat Marcam Steel. Labu destilasi 2000cc diisi dengan air 1000cc dan diisi

dengan beberapa butir batu didih. Taruh erlenmeyer 100cc yang sudah disiapkan tadi

pada rangkaian alat Marcam Steel.

6. Ambil sebanyak 10cc larutan (no.3) dan masukkan ke dalam corong alat Marcam

Steel. Tambahkan NaOH 40% sebanyak 5cc.

7. Panaskan labu destilasi dan tampunglah uap yang keluar dari alat Marcam Steel ke

dalam erlenmeyer. Pemanasan dilakukan selama ± 5 menit terhitung setelah air

mendidih atau sampai volume erlenmeyer telah mencapai 50cc.

8. Titrasilah larutan yang telah bercampur uap tersebut dengan H2SO4 0,01 N sampai

warna biru muda berubah menjadi hijau jernih.

9. Kadar protein kasar dapat dihitung dengan rumus sbb :

Protein Kasar = x 100%

Protein Kasar Berdasar BK = x 100%

Keterangan :

N : Normalitas H2SO4 = 0,01 N

P : Pengenceran = 250/10 = 25

Proses Destruksi (Oksidasi)

Perubahan N-protein menjadi ammonium sufat.

Sample dipanaskan dengan asam sulfat pekat (H2SO4) dan katalisator dapat memecah semua

ikatan N dalam bahan pakan menjadi (NH4)2SO4 kecuali ikatan N = N; NO; dan NO2.

http://fpk.unair.ac.id Page 17

Page 18: pakan ikan

Amoniak dalam asam sulfat terdapat dalama bentuk ammonium sulfat.CO2 dan H2O terus

menguap.SO2 yang terbentuk adalah hasil reduksi dari asam sulfat, SO2 pun menguap.

N-organik + H2SO4 → CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2

Destruksi dihentikan setelah larutan berwarna hijau jernih.

Proses Distilasi (Penyulingan)

Setelah larutan menjadi jernih dan berwarna hijau, labu destruksi didinginkan kemudian

dilakukan pengenceran dengan penambahan aquades.Pengenceran dilakukan untuk

mengurangi kehebatan reaksi jika larutan ditambha alkali.Larutan daijadikan basa dengan

menambahkan NaOH 40%, labu dipasang pada alat penyulingan.Hasil sulingan (uap NH3 dan

air) ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat dalam labu elenmeyer dan membentuk

senyawa (NH4)2SO4. Senyawa ini dalam suasana basa akan melepaskan NH3. NH3 yang

dilepaskan diikat kembali oleh H2SO4 membentuk ammonium sulfat.Penyulingan dihentikan

jika semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu elenmeyer (2/3 bagian cairan

dalam labu penyulingan telah menguap).

2NH3 + 2H2SO4 → (NH4)2SO4 + H2SO4

Proses Titrasi

Kelebihan H2SO4 yang digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan Natrium

Hidroksida.Titrasi dihentikan jika larutan berubah dari ungu ke biru kehijauan.

3.4 ANALISIS LEMAK KASAR

CARA I

http://fpk.unair.ac.id Page 18

Page 19: pakan ikan

Prinsip : Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang tidak larut dalam air tetapi

larut dalam pelarut lemak ( ether, petroleum ether, petroleum benzene, karbon tetra khlorida

dsb ).

Lemak mengandung C,H dan O. Dalam perbandingan lemak lebih banyak mengandung C

dan H daripada O. Lemak memberikan 2,25 kali energy lebih banyak dibanding dengan

karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung unsur H lebih banyak

daripada unsur O.

Bahan kimia yang digunakan :

karbon tetra khlorida atau petroleum ether.

Alat yang digunakan

Labu penyari, labu Soxhlet, pendinggin Refflux, timbangan analitik, oven, exicator,

cruss tang, spatula, pembakar Bunsen, statif, gelas ukur, kertas saring, benang, gunting

dan kompresor.

Cara 1

1. Timbang sampel sebanyak 1,5 gram (=A gram ) dan bungkus dengan kertas saring

bebas lemak. Ikat kuat-kuat dengan benang.

2. Keringkan dalam oven 1050 C selama 3-4 jam. Masukan dalam exicator 10-15 menit

kemudian ditimbang (= B gram).

3. Masukan dalam labu soxhlet. Tiap labu bias diisi 4-5 buah sampel. Rangkailah alat

ekstrasi Soxhlet dengan lengkap dan taruh di atas penangas air.

4. Tuangkan Karbon tetra khlorida melalui lubang pendingin sampai labu Soxhlet penuh

dan cairan tersebut turun ke dalam labu penyaring. Tambahakan lagi sampai labu

soxhlet terisi setengahnya.

5. Lakukan ekstraksi selama 4-6 jam atau sampai warna Karbon tetra khlorida kembaliu

jernih seperti semula. Matikan penangas air.

http://fpk.unair.ac.id Page 19

Page 20: pakan ikan

6. Tuangkan sisa cairan pelarut yang ada dalam labu soxhlet. Ambil bungkusan sampel

menggunakan cruss tang dan masukkan ke dalam oven 105 0 C selama 3-4 jam.

7. Masukan ke dalam exicator selama 10-15 menit kemudian ditimbang (= C gram).

8. Kadar lemak kasar dapat di hitung dengan rumus sbb.

Kadar Lemak Kasar =

B−CA

×100 %

Kadar Lemak kasar Berdasarkan BK =

% LemakKasar% BKBebasAir

×100 %

ANALISIS LEMAK KASAR CARA II

Prinsip, bahan kimia serta alat yang digunakan : sama dengan cara pertama, namun sampel

yang digunakan dalam analisis ini adalah sampel yang mempunyai kadar lemak yang tinggi

sehingga dikhawatirkan dengan cara I masih banyak lemak yang tidak terlarutkan.

Cara Kerja :

1. Labu penyari dicuci bersih, bila ada sisa lemak di dalamnya dapat dibersihkan dengan

menggunakan sedikit H2SO4 25% atau HCL 10%. Keringkan dalam oven 105o C

selama 1 jam.

2. Masukan labu penyari ke dalam exicator selama 10 – 15 menit kemudian ditimbang

(=A gram).

3. Kertas saring digunting berbentuk bulat dengan garis tengah ± 5 cm lalu dilipat

sebanyak 4 kali sehingga bisa berbentuk kantong kerucut.

4. Timbang sampel ± 1,5 gram (=B gram) dan masukkan dalam kantong kerucut tadi.

http://fpk.unair.ac.id Page 20

Page 21: pakan ikan

5. Tutup bagian atas kantong kerucut dengan menggunakan kapas kemudian masukkan

kedalam labu Soxhlet.

6. Rangkailah alat ekstraksi Soxhlet kemudian letakkan diatas penangas air.

7. Masukkan Karbon Tetraklorida sebanyak 150 cc ke dalam labu Soxhlet. Alirkan air

melalui pendingin Refflux serta panaskan penangas air. Biarkan proses ekstraksi

berjalan selama ± 6 jam.

8. Lepaskan labu penyari dari rangkaian kemudian tiup sisa Karbon Tetraklorida dengan

menggunakan kompresor. Masukkan labu penyari ke dalam oven 105oC selama 1 jam

dan dinginkan dalam exicator 10 – 15 menit kemudian ditimbang. Lakukan

pengeringan dan pendinginan berulang ulang sampai dicapai berat yang konstan (=C

gram).

9. Hitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut :

Kadar lemak = C – A x 100%

B

Kadar lemak berdasar BK = %Kadar lemak x 100%

%BK bebas air

3.5 Analisis Serat Kasar

Prinsip : Serat kasar adalah semua senyawa organic yang tidak larut dalam perebusan berturut

– turut dengan menggunakan larutan asam lemah dan basa lemah. Tujuan

penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan.Penambahan NaOH

untuk menguraikan /penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut.

Sisa pakan yang tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan

diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan

menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan.

Bahan kimia yang digunakan :

http://fpk.unair.ac.id Page 21

Page 22: pakan ikan

1. H2SO4 0,3 N

2. NaOH 1,5 N

3. HCL 0,3 N

4. Aceton , dan

5. H2O panas

Alat yang digunakan :

Erlenmeyer 300 cc, Erlenmeyer penghisap, corong Buchner, spatula, cawan porselen,

gelas ukur, corong, timbangan analitik, oven, penangas air dan kompresor.

Cara kerja :

1. Timbang ± 1 gram sampel ( = A gram ) dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 300

cc. tambahkan 50 cc H2SO4 0,3 N dan didihkankan di atas penangas air selama

30 menit.

2. Tambahkan 25 cc NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit.

3. Alasi corong Buchner dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya ( = B

gram ). Saring larutan dalam Erlenmeyer dengan menggunakan corong Buchner,

bilas Erlenmeyer dengan 50 cc air panas dan saring kembali.

4. Masukkan 50 cc NaOH 0,3 N ke dalam corong Buchner dan biarkan selama 1

menit kemudian hisap dengan compressor melalui lubang yang ada pada

Erlenmeyer hisap.

5. Bilas residu dalam corong Buchner dengan air panas beberapa kali ( ± 5 kali ),

kemudian tuangkan 5 cc aceton ke dalamnya. Biarkan selama 1 menit lalu hisap

dengan compressor.

6. Panaskan cawan porselen selama 1 jam dalam oven 105⁰C, dinginkan dalam

exicator 10-15 menit kemudian ditimbang ( = C gram ). Angkat kertas saring

yang berisi residu dan letakkan dalam cawan porselen tersebut kemudian

dikeringkan dalam oven 105⁰C selama 1,5 jam dan dinginkan dalm exicator

selama ± 30 menit lalu ditimbang ( = D gram ).

http://fpk.unair.ac.id Page 22

Page 23: pakan ikan

7. Masukkan cawan tersebut dalm tanur listrik 550⁰C selama 2 jam. Matikan tanur

listrik dan tunggu samai suhu menunjukkan angka 0⁰F, barulah cawan

dikeluarkan dari tanur kemudian masukan dalam exicator selama ± 15 menit dan

ditimbang ( = E gram ).

8. Hitung kadar serat kasar dengan menggunkan rumus :

Kadar serat kasar

Kadar serat kasar berdasarkan BK

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PRAKTIKUM

TABEL PERBANDINGAN ANTARA HASIL LITERATUR DAN DATA

PRAKTIKUM ANALISIS PROKSIMAT DARI BAHAN PAKAN

TEPUNG JANGKRIK

BK Bebas

Air (%)Abu (%)

Protein

Kasar

(%)

Lemak

Kasar

(%)

Serat

Kasar

(%)

BETN(%)

DATA

PRAKTIKU

90,656 6,811 9,297 33,444 35,986 5,118

http://fpk.unair.ac.id Page 23

Page 24: pakan ikan

M

HASIL

LITERATUR93,18 3,24 60,90 21,79 5 0,12

Keterangan :Semua data yang dicantumkan berdasarkan BK bebas air.

Dari data praktikum, dapat disimpulkan bahwa :

- Bahan organik : 91,836%

- Bahan anorganik : 6,811%

Nama bahan pakan ternak : Tepung jangkrik

4.1 Bahan Kering Bebas Air :

1. Berat cawan porselen = 8,817 gram ( A )

2. Berat cawan + Sampel = 9,823 gram ( B )

3. Berat sampel = 1,006 gram

4. Berat cawan + sampel ( setelah pengeringan ) = 9,729 gram ( C )

5. Kadar bahan kering bebas air = 90,656 %

Bahan Kering Bebas Air

C – A

-------- x 100 %

B - A

http://fpk.unair.ac.id Page 24

Page 25: pakan ikan

(Berat cawan + sampel setelah pengeringan) – (berat cawan)

-------------------------------------------------------------------------------------- x 100 %

( berat cawan + sampel ) – ( berat cawan )

9,729 – 8,817 0,912

------------------- x 100 % = -------- x 100 % = 90,65%

9,823 – 8,817 1,006

PEMBAHASAN :

Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data

yang terdapat pada literatur. Persentase nilai BK dari hasil praktikum adalah 90,656%,

sedangkan dari literatur adalah 93,18%. Perbedaan nilai BK ini kemungkinan disebabkan

karena kesalahan-kesalahan teknis seperti proses pemanasan dimana suhunya tidak kontinu

sehingga suhu yang di dapat jauh dari yang di harapkan sehingga sampel tidak kering betul

yang mengakibatkan kelembapan pada tepung tidak sepenuhnya kering. Dan penyebab

lainnya adalah penimbangan jumlah sampel yang kurang teliti, yaitu sampel yang diminta

pada buku praktikum adalah kira-kira 0,5g tetapi yang di timabang sebanyak 1g.

4.2 Kadar Abu :

1. Berat cruss porselen = 22,525 gram (A)

2. Berat cruss + sampel = 23,61 gram (B)

3. Berat sampel = 1,085 gram

4. Berat cruss + sampel (setelah pengabuan) = 22,592 gram (C)

5. Kadar abu = 6,175 %

6. Kadar abu berdasar BK bebas air = 6,811 %

http://fpk.unair.ac.id Page 25

Page 26: pakan ikan

Hasil hitungan :

Kadar Abu

C – A

-------- x 100 %

B – A

( Berat cruss + sampel setelah pengabuan ) – berat cruss

-------------------------------------------------------------------- x 100 %

( berat cruss + sampel ) – berat cruss

22,592 – 22,525

-------------------- x 100 %

23,61 – 22,525

0,067

-------- x 100 % = 6,175 %

1,085

Kadar abu berdasarkan BK bebas air

% kadar abu

------------------------- --- x 100 %

% BK bebas iar

http://fpk.unair.ac.id Page 26

Page 27: pakan ikan

6,175 %

----------- x 100 % = 6,811 %

90,656%

PEMBAHASAN :

Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data

yang terdapat pada literatur. Persentase kadar abu dari hasil praktikum adalah 6,175%, dan

kadar abu berdasar BK bebas air adalah 6,811 %. Sedangkan pada literatur adalah 3,24%.

Perbedaan nilai kadar abu ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan-kesalahan teknis

seperti proses pembakaran yang kurang sempurna, karena pada buku petunjuk praktikum

disebutkan bahwa waktu pembakaran di tanur listrik yaitu selama 5 jam. Sedangkan pada saat

praktikum, pembakaran dilakukan kurang dari 5 jam. Selain itu, kemungkinan penyebab lain

dalam hal ini adalah penimbangan jumlah sampel yang kurang teliti.

4.3 Kadar Protein Kasar

1. Berat sampel = 0,519 gram

2. Volume titrasi sampel = 2 cc

3. Normalitas NaOH = 0,01 N

4. Kadar Nitrogen = 1,345 %

5. Kadar Protein Kasar = 8,249 %

6. Kadar protein kasar berdasar BK bebas air = 9,297 %

Hasil Hitungan

Kadar nitrogen

Hasil titrasi x N x 0,014 x P

http://fpk.unair.ac.id Page 27

Page 28: pakan ikan

------------------------------------ x 100 %

Sampel

2 x 0,01 x 0,014 x 25

---------------------------------- x 100 % = 1,34%

0,519

Kadar Protein Kasar

Hasil titrasi x N x 0,014 x 6,25 x 25

--------------------------------------------- x 100 %

Berat sampel

2 x 0,01 x 0,014 x 6,25 x 25

-------------------------------------- x 100 % = 8,429%

0,519

Kadar Protein Kasar Bebas Air

% Protein Kasar 8,429 %

---------------------------- x 100 % = -------------- x 100 % = 9,297 %

% BK bebas air 90,656 %

http://fpk.unair.ac.id Page 28

Page 29: pakan ikan

PEMBAHASAN :

Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data

yang terdapat pada literatur. Persentase kadar protein kasar dari hasil praktikum adalah

8,429% dan kadar protein kasar berdasarkan BK bebas air adalah 9,297%. Sedangkan pada

literatur adalah 60,90%. Perbedaan kadar protein kasar ini kemungkinan disebabkan karena

kesalahan-kesalahan teknis pada saat praktikum dilaksanakan seperti penimbangan jumlah

sampel yang kurang teliti. Juga dapat disebabkan karena waktu pemanasan labu kjeldahl yang

tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Pada saat praktikum dilaksanakan, banyak

waktu-waktu pelaksanaan seperti pengeringan, dll. tidak dilakukan sesuai prosedur yang ada

karena keterbatasan waktu juga.

4.4 Kadar Lemak

1. Berat sampel = 1,504 gram ( A )

2. Berat cawan porselen = 2,836 gram

3. Berat labu penyari + lemak ( 1 ) = 2,541 gram ( B )

4. Berat labu penyari + lemak ( 2 ) = 2,085 gram ( C )

5. Kadar lemak = 30,319 %

6. Kadar lemak berdasar BK bebas air = 33,444 %

Rumus :

C – A

--------- x 100 %

B

Kadar lemak = kertas saring bebas lemak–(Berat kertas saring+sampel)

http://fpk.unair.ac.id Page 29

Page 30: pakan ikan

------------------------------------------------------------------------- x100%

Berat Sampel

2,541 – 2,085

= ----------------- x 100 %

1,504

= 30,319 %

Kadar lemak berdasarkan BK bebas air = % Lemak kasar

--------------------- x 100 %

% Bahan Kering

30,319 %

= ------------- x 100 %

90,656 %

= 33,444 %

PEMBAHASAN :

Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data

yang terdapat pada literatur. Persentase kadar lemak dari hasil praktikum adalah 30,319% dan

http://fpk.unair.ac.id Page 30

Page 31: pakan ikan

kadar lemak berdasarkan BK bebas air adalah 33,444%. Sedangkan pada literatur adalah

21,79%. Perbedaan kadar lemak ini kemungkinan disebabkan karena pelaksanaan praktikum

yang tidak sesuai dengan prosedur, seperti dipersingkatnya waktu pengeringan dalam oven.

Seharusnya sampel dikeringkan dalam oven sekitar 3-4 jam, tapi pada saat praktikum

dilaksanakan, waktu pengovenan dipersingkat sehingga pengovenan hanya berlangsung

kurang dari 3 jam. Kemungkinan juga disebabkan karena waktu ekstraksi yang juga tidak

sesuai prosedur seharusnya. Kebanyakan waktu praktikum dipersingkat karena keterbatasan

waktu praktikum juga.selain itu juga dapat di mungkinkan dari perbedaan jenis jangkrik yang

ditepungkan.

4.5 Kadar Serat Kasar

( berat cawan + reseidu kering ) – ( berat cawan + abu ) – ( berat kertas saring )

------------------------------------------------------------------------------------------x100%

Berat Sampel

25,139 – 23,919 – 1,036

------------------------------- x 100 % = 32,624 %

0,564

Kadar serat kasar berdasarkan BK bebas air

% Serat Kasar 32,624%

http://fpk.unair.ac.id Page 31

Page 32: pakan ikan

------------------- x 100 % = ------- x 100% = 35,986 %

% BK 90,656 %

PEMBAHASAN :

Dari hasil perhitungan yang diperoleh pada saat praktikum, terdapat perbedaan dengan data

yang terdapat pada literatur. Persentase kadar serat kasar dari hasil praktikum adalah

32,624% dan kadar serat kasar berdasar BK bebas air adalah 35,986%. Sedangkan pada

literatur adalah 5%. Perbedaan kadar serat kasar ini kemungkinan disebabkan karena

kesalahan-kesalahan teknis sperti waktu pengovenan yang tidak sesuai prosedur. Juga dapat

disebabkan karena waktu pembakaran yang tidak sesuai prosedur sehingga data yang

diperoleh tidak akurat.

BETN = BK – ( PK + LK + SK + ABU )

= 90,656 – ( 9,297 + 33,444 + 35,986 + 6,811 )

= 5,118%

http://fpk.unair.ac.id Page 32

Page 33: pakan ikan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pustaka didapatkan data bahwa BK kering 93,18% didapat abu 3,24%, PK

60,90%, LK 21,70%, SK 5%, dan BETN 0,12%. Dari semua data tersebut sangat berbeda

nyata dengan hasil analisa proksimat yang telah dilakukan. PK pada perhitungan praktikum

diperoleh nilai 9,297% hal ini menunjukkan bahwa fungsi dari tepung jangkrik adalah

sebagai sumber protein, karena terdapat beberapa prosdur kerja pada laboratorium sangat

terbatas sehingga perbedaan antara hasil dengan pustaka sangat berbeda jauh. Selain prosedur

juga dapat diakibatkan dari jenis atau spesiae dari jangkrik tersebut sehingga PK pada

pustaka dengan hasil laboratorium berbeda jauh.

Pada pustaka persentase LK adalah 21,79% sedangkan pada hasil analisa diperoleh

33,444%. Hal ini menunjukkan bahwa pada analisa sampel telah diekstraksi (lemaknya

dibebaskan dahulu) sehingga lemak lebih dari 10%. Hal ini juga akan mempengaruhi nilai

dari SK baik pada pustaka maupun pada hasil analisa proksimat. Dari semua data yang

didapat, perbedaan mungkin karena bahan yang digunakan untuk ekstraksi antara bahan pada

praktikum dan bahan pada pustaka berbeda sehingga menyebabkan data yang didapat antara

pustaka dengan hasil laboratorium berbeda.Selain itu, prosedur kerja analisis dan peralatan

yang digunakan serta waktu yang diperlukan selama proses juga dapat mengakibatkan hasil

dari pustaka dengan laboratorium berbeda.

5.2 Saran

Pemanasan yang baik sebaiknya dilaksanakan pada suhu 105°C – 107oC hal ini

dikarenakan untuk mendapatkan kering yang sempurna membutuhkan suhu yang konstan dan

pemasukan atau pengambilan sampel dengan tepat waktu, sehingga pengeringan secara

sempurna dapat dilakukan dan dapat mengasilkan hasil yang lebih akurat.

http://fpk.unair.ac.id Page 33

Page 34: pakan ikan

http://fpk.unair.ac.id Page 34

Page 35: pakan ikan

DAFTAR PUSTAKA

WWW.Astrik.org// / potensi dan kualitas kandungan jangkrik kalung.

www.google.com feed consumption and utilization in female western tarsier in

capacity

www.google.comFEED OPTIMIZE WITH PROTEIN AND ENERGY PROTEIN LEVEL FOR BROOD STOCK GROWTHof Mystus nigriceps

http://fpk.unair.ac.id Page 35