Isi Kepemimpinan Demokratis

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya. Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berprilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti stimulus tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat positif dan negative. 1

description

Tugas Manajemen Keperawatan

Transcript of Isi Kepemimpinan Demokratis

Page 1: Isi Kepemimpinan Demokratis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin

adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi

dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang

dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk

mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa

memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya

untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.

Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung

dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berprilaku

dan juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti stimulus

tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat

positif dan negative.

Kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi yang didasari oleh

kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang

lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan

tersebut juga berdasarkan pada (1) akseptansi/penerimaan oleh kelompok, dan (2)

pemilikan keahlian khusus. Maka dalam iklim demokratis kita berkepentingan

dengan kepemimpinan demokratis, demi pencapaian kesejahteraan dan keadilan

yang lebih merata.

Namun kenyataan menunjukan, bahwa dalam masyarakat modern yang

banyak menonjolkan individualisme sekarang banyak terdapat orang sangat

1

Page 2: Isi Kepemimpinan Demokratis

ambisius, bahkan paling ambisius untuk muncul menjadi pemimpin demi

kepentingan-kepentingan pribadi. Orang yang iklankan diri itu ( yang dengan

segala upaya licik ingin menjabat kursi kepemimpinan ), biasanya adalah tipe

orang yang sakit atau abnormal (yang korups, patologis, egoistis, tidak

bertanggung jawab, criminal, sadis, dan lain-lain), itu jelas mencerminkan adanya

masyarakat yang pas sakit. Dengan kata lain masyarakat yang sakit akan

memproduksi pemimpin-pemimpin yang sakit atau abnormal. Dan sebaliknya,

pemimpin-pemimpin yang sakit pasti akan memunculkan masyarakat yang sakit,

yang dipenuhi banyak konflik, disorganisasi dan disfungsi sosial.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta hal-hal tersebut di atas, maka rumusan

masalah yang dikaji ialah :

1. Bagaimana proses terbentuknya prilaku?

2. Apakah motivasi individu itu?

3. Bagaimana bentuk perilaku individu?

4. Bagaimanakah gaya kepemimpinan yang demokratis itu?

C. Tujuan Penulisan

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan

makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses terbentuknya prilaku.

2. Untuk mengetahui motivasi individu.

3. Untuk mengetahui bentuk perilaku individu.

4. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang demokratis.

2

Page 3: Isi Kepemimpinan Demokratis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Terbentuknya Perilaku Individu

Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

respon (Skinner, cit. Notoatmojo 1993).  Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu

yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.

Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau

perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya

stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

(wartawarga.gunadarma.ac.id).

Individu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang seorang;

pribadi orang (terpisah dari yang lain), organisme yang hidupnya berdiri sendiri,

secara fisiologi ia bersifat bebas (tidak mempunyai hubungan organik dengan

sesamanya).

Perilaku individu dalam suatu organisasi adalah sikap dan tindakan

(tingkah laku) seorang manusia (individu) dalam organisasi sebagai ungkapan dari

kepribadian, persepsi dan sikap jiwanya, dimana bisa berpengaruh terhadap

prestasi (kerja) dirinya dan organisasi (one.indoskripsi.com).

Manusia atau juga disebut sebagai individu diciptakan berbeda satu sama

lain. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri yang salah satunya dapat

terlihat dari perilaku mereka. Dalam suatu organisasi, terkadang kondisi ini dapat

menjadikan organisasi tersebut tidak bisa berjalan dengan efektif karena masing-

masing manusia di dalamnya memiliki perilaku yang berbeda. Inilah yang menjadi

tugas seorang pemimpin untuk bisa menyamakan perilaku individu-individu di

3

Page 4: Isi Kepemimpinan Demokratis

dalam organisasi yang dipimpinnya agar bisa memiliki perilaku yang sama dan

sangat mendukung pencapaian tujuan organisasi.

Pada dasarnya tingkah laku adalah respon atau stimulus yang datang.

Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan

Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental

sama sekali. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut

teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon.

Mekanisme pembentukan perilaku terbagi atas 2 aliran, yaitu:

1. Aliran Behaviorisme:

S > R atau S > O > R

S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan

O=organisme (individu/manusia).

Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan

kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan

seperti tampak dalam bagan berikut ini:

W > S > O > R > W

Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat

dibagi ke dalam dua jenis yaitu :

Lingkungan objektif (umgebung= segala sesuatu yang ada di

sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).

Lingkungan efektif (umwelt= segala sesuatu yang aktual

merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya

4

Page 5: Isi Kepemimpinan Demokratis

sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme

dan ia meresponsnya).

2. Aliran Holistik atau Humanis

Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu

bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari

dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu

perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan.

Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu

dalam konteks what (apa), how (bagaimana), dan why (mengapa).

What (apa) menunjukkan kepada tujuan (goals/incentives/purpose) apa

yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana)

menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan

(goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan

why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan

terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri

individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari

luar individu (motivasi ekstrinsik)

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Perilaku Oleh Skiner (1938)

Stimulus (rangsangan) berupa lingkungan, manusia, benda dan hal lain

yang bisa memotivasi organisme tersebut. Pada gambar di atas, stimulus yang

diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut

5

STIMULUS ORGANISME RESPONS

Page 6: Isi Kepemimpinan Demokratis

tidak diterima maka proses berhenti disini. Tetapi bila stimulus tersebut diterima

oleh organisme berarti stimulus tersebut efektif dan dilanjutkan kepada proses

berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

Akhirnya dengan adanya dukungan dan dorongan dari lingkungan maka stimulus

tersebut mempunyai efek tindakan dari individu berupa respon. Respon inilah

yang disebut dengan perilaku individu. Skiner kemudian membedakan adanya dua

jenis respon yaitu:

1. Respondent respon atau reflexsive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu yang dapat menimbulkan respon

– respon yang relatif tetap. Misalnya makanan yang lezat menimbulkan

keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, bagitu

juga respon yang mencakup perilaku emosional.

2. Operant respon atau instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu yang

dapat memperkuat respon. Misalnya pemberian penghargaan terhadap

pegawai yang berprestasi dapat menjadikan pegawai tersebut terpacu untuk

lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari

stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama

namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Ini dipengaruhi oleh dua

variabel seperti yang dikemukakan oleh Gibson, Ivancevich dan Donnely:

1. Variabel (Karakteristik) Individu, terdiri dari beberapa faktor, yaitu:

6

Page 7: Isi Kepemimpinan Demokratis

Faktor Fisiologis yaitu kemampuan dan keterampilan phisik yang

dimiliki manusia, seperti kemampuan fisik dan kemampuan mental.

Faktor Psikologis yaitu tanggapan psikologis individu yang

bersangkutan, seperti: persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

pengalaman, motivasi.

Faktor Demografi, terdiri dari: umur, jenis kelamin, dan etnis.

2. Variabel Lingkungan, terdiri dari beberapa faktor yaitu:

Lingkungan kerja (di dalam organisasi kerja), terdiri dari:

kebijakan dan aturan organisasi, kepemimpinan, struktur

organisasi, desain pekerjaan, dan system kompensasi.

Lingkungan non kerja (di luar organisasi kerja), terdiri dari:

keluarga, masyarakat (sosial) dan budaya, dan pendidikan atau

sekolah.

Pembentukan perilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan

langkah yang menggerakkan seorang individu lebih dekat terhadap respons yang

diharapkan. Terdapat empat cara pembentukan perilaku:

1. Penguatan positif: jika suatu respon diikuti dengan sesuatu yang

menyenangkan, misalnya pujian.

2. Penguatan negatif: jika suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik

kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, misalnya berpura-pura bekerja

lebih rajin saat pengawas berkeliling.

3. Hukuman: mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha

untuk menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya : Penskorsan

7

Page 8: Isi Kepemimpinan Demokratis

4. Pemusnahan: menyingkirkan penguatan apa saja yang mempetahankan

perilaku. Misalnya tidak mengabaikan masukan dari bawahan akan

menghilangkan keinginan mereka untuk menyumbangkan pendapat.

B. Motivasi Individu

Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan

mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji &

Singgih-Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan

pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat

mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas

keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas.

McClelland (dalam Sukadji dan Singgih-Salim, 2001) mengemukakan

bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh motif.

Ada 3 kelompok motif yang dikemukakan olehnya, yaitu :

Motif untuk berhubungan dengan orang lain (Affiliation Motive), yaitu motif

yang mengarahkan tingkah laku seseorang untuk berhubungan dengan orang

lain. Yang menjadi tujuan adalah suasana akrab dan harmonis. Ciri-ciri orang

dengan motif afiliasi tinggi adalah : senang berada di dalam suasana akrab,

risau bila harus berpisah dengan sahabat, berusaha diterima kelompok, dalam

bekerja atau belajar melihat dengan siapa ia bekerja atau belajar.

Motif untuk berkuasa (Power Motive), yaitu motif yang menyebabkan

sieseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan

dengan orang lain dan cenderung bertingkah laku otoriter.

8

Page 9: Isi Kepemimpinan Demokratis

Motif untuk berprestasi, yaitu motif yang mendorong seseorang untuk

mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik

yang berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu atau prestasi orang

lain. Yang terpenting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu

prestasi tertentu.

Motivasi individu dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang

individu yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam

melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu

sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan

terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,

bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak

lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti,

terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi)

seseorang.

Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003)

mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari

beberapa indikator, diantaranya:

1) durasi kegiatan;

2) frekuensi kegiatan;

3) persistensi pada kegiatan;

4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan

kesulitan;

5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;

9

Page 10: Isi Kepemimpinan Demokratis

6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;

7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan

yang dilakukan; dan

8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

C. Bentuk Perilaku Individu

Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang

dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri

dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang

bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.

1. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek

kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan

primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga

komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang

berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan

kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan

segera atau ketegangan. Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu

realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip

kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita

inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri.

Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima.

Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan

oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan

citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan

kebutuhan.

10

Page 11: Isi Kepemimpinan Demokratis

2. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani

dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan

bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di

dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego

bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan

keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip

realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan

untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls

id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya

akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan

tempat.

3. Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego.

superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar

internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan

masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman

untuk membuat penilaian.

Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana

konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan

kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun

kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara

efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu

banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu

mengganggu.

Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari

11

Page 12: Isi Kepemimpinan Demokratis

aspek mana dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi,

perilaku reflek, perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan

sebagainya. Secara psikologi, bentuk-bentuk perilaku individu yaitu berupa:

Perilaku sadar (yaitu perilaku yang melalui kerja otak dan pusat

susunan syaraf). Perilaku sadar ini hanya sekitar 40% yang dialami

oleh manusia.

Perilaku tidak sadar (perilaku yang sopan atau instingtif). Perilaku ini

terjadi di ambang sadar atau alam tidak sadar. Perilaku tidak sadar ini

biasanya untuk menyimpan semua harapan, keinginan, dan ketakutan

manusia;

Perilaku tampak dan tidak tampak;

Perilaku sederhana dan kompleks;

Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

Selain itu terdapat pula bentuk-bentuk perilaku dilihat dari jenis

responnya, yaitu:

Perilaku pasif (respons internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan

tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum

ada tindakan yang nyata.Contoh : berpikir, berfantasi, berangan-angan.

Perilaku aktif (respons eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang

dapat diamati langsung, berupa tindakan nyata. Contoh: mengerjakan

ulangan, membaca buku pelajaran.

D. Gaya Kepemimpinan Demokratis

12

Page 13: Isi Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama

dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis

diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan

perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok.

Di samping itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai

pelaksana (eksekutif).

Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut, berarti

gaya ini diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan

manusiawi (human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip saling

menghormati dan menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin

memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek,

yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga.

Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian,

kreativitas, inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara yang satu dengan

yang lain selalu dihargai dan disalurkan secara wajar.

Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dalam gaya kepemimpinan ini selalu

terlihat usaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Proses

kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi

anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing, di samping

memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota

kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk

pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama

atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Sedang bagi para

anggota kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam

13

Page 14: Isi Kepemimpinan Demokratis

berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong

terwujudnya kerja sama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang

berbeda. Dengan demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi kesempatan

untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya

memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan

menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi

kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.

Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan

sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di

dalam unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan

tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa

terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota

kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau

beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.

Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi,

yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan kelompok/organisasi secara

keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu

dihormati dan disegani secara wajar.

BAB III

14

Page 15: Isi Kepemimpinan Demokratis

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kami dapat simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu bentuk

dominasi yang didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu

mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan

bersama. Kepemimpinan tersebut juga berdasarkan pada (1)

akseptansi/penerimaan oleh kelompok, dan (2) pemilikan keahlian khusus. Maka

dalam iklim demokratis kita berkepentingan dengan kepemimpinan demokratis,

demi pencapaian kesejahteraan dan kaedilan yang lebih merata.

Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku

sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan

mengembangkan organisasi/kelompok. Di samping itu diwujudkan juga melalui

perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif).

B. Saran

1. Para calon pemimpin hendaknya harus tahu persis apa itu sebenarnya

kepemimpinan, sehingga mungkin pada saat menjadi pemimpin akan tau

bagaimana seharusnya bersikap.

2. Para pemimpin hendaknya benar-benar melaksanakan tugas dan

wewenangnya, sebab keberadaan pemimpin dalam suatu organisasi yang

dipimpinnya akan lebih banyak tergantung pada kebijaksanaan pemimpin.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Isi Kepemimpinan Demokratis

http://www.kembanglatar. org/2010/04/gaya-kepemimpinan.html#.UzFfcs5IPIU

http://xa.yimg.com/kq/groups/22999204/1938463348/name/kel-3+.doc.

id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran+pembentukan+perilaku+individu

www.bus.ucf.edu

http://rasyidalmurtadlo.blogspot.com/2012/07/kepemimpinan-demokratis.html

http://laporanlengkappraktikumkimia.blogspot.com/2012/11/contoh-makalah-kepemimpinan.html#sRda6eAB1lJhoQS2.99

16