PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA …
Transcript of PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA …
i
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU MTs SE-KECAMATAN BOLO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020 (Studi Multisitus di MTs Sila, MTs Nurul Mukhtar, dan MTs Darul Hamid)
Oleh FAKHRURRAZI RIZKI
180403006
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020
ii
iii
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU MTs SE-KECAMATAN BOLO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020 (Studi Multisitus di MTs Sila, MTs Nurul Mukhtar, dan MTs Darul Hamid)
Pembimbing: Dr. Drs. Wildan, M.Pd
Dr. H. Maimun, S.Ag, M.Pd
Oleh FAKHRURRAZI RIZKI
180403006
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020
iv
Pembimbing I
Dr. Drs. Wildan, M.Pd
NIP. 19681231998031014
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis oleh FAKHRURRAZI RIZKI, NIM : 180403006 dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru MTs se-Kecamatan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020 (Studi Multisitus di MTs Sila, MTs Nurul Mukhtar, dan MTs Darul Hamid)
telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di uji
Disetujui pada tanggal 9 maret 2020
Pembimbing II
Dr. H. Maimun, S.Ag, M.Pd
NIP. 1968100551998031002
v
vii
viii
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU MTs SE KECEMATAN BOLO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020 (Studi Multisitus di MTs Sila, MTs Nurul Mukhtar, dan MTs Darul Hamid)
Oleh : Fakhrurrazi rizki Nim : 180403006
Abstrak
Tesis dengan Judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru MTs se Kecematan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020(Studi Multisitus di MTs Sila, MTs Nurul Mukhtar, dan MTs Darul Hamid), yang bertujuan untuk mengatahui apakah ada atau tidak adanya Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru MTs Se Kecematan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020 (Studi Multisitus di MTs Sila, MTs Nurul Mukhtar, dan MTs Darul Hamid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan mengumpulkan data dengan menggunakan angket, dokumentasi, observasi. Tehnik pengumpulan data menggunakan rumus regresi linier sederhana dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0. hasil penelitian (1) Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTs Sila, di lihat dari nilai nilai Fhitung = 2.887> 0.444. Ada hubungan yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,010 < 0,05. (2) Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTs Nurul Mukhtar, di lihat dari nilai nilai Fhitung = 1,956> 0.444. Ada hubungan yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,065 < 0,05. (3) Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTs Darul Hamid, di lihat dari nilai nilai Fhitung = 1,744> 0.444. Ada hubungan yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,098 < 0,05.
Kata kunci: Gaya Kepemimpinan Demokratis Kinerja Guru
ix
x
xi
Motto
{ ة بالحكمة رب ك سبيل إلى اد الموع م الحسنة جادل { أحسن هي بالتي
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. An – Nahl : 125)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTerjemahanPer-kata, (Bandung : Sygma, 2007),
681.
xii
Lembar Persembahan
Tesis ini kupesembahkan untuk kedua orang tua saya
xiii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan
semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian tesis ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain:
1. Dr. Drs. Wildan, M.Pd Sebagai pembimbing I dan Dr. H. Maimun, M.Ag,
M.Pd sebagai pembimbing II yang meberikan bimbingan, motivasi dan
koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya
dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai.
2. Penguji
3. Dr. Muhammad Iwan Fitriani, M.Pd. sebagai ketua prodi MPI Program
Magister pascasarjana UIN Mataram.
4. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag. Selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram
5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah
member tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan member bimbingan
dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai
6. Dan untuk kedua orang tua terimakasih banyak telah mendukung pendidikan
anaknya, memberikan motivasi dan materi sampai mendapatkan gelar
Magister.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah swt. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta Alam. Amin.
Mataram, 9 maret 2020
FAKHRURRAZI RIZKI
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
1. Konsonan
Konsonan Nama Alih aksara Nama
Akhir Tengah Awal Tunggal
Alif Tidak ا ـاdilambangkan
Tidak dilambangkan
ب ب ـ ـبـ ـب Ba B/b Be
ت ت ـ ـتـ ـ Ta T/t Te
/ a ث ـ ـثـ ـ Es (dengan titik di atas)
Jim J/j Je ج ـ ـج ـ ـ
/ a ح ـ ـح ـ ـ Ha (dengan titik di bawah)
Kha Kh/kh Ka dan ha خ ـ ـخ ـ ـ
Dal D/d De ـ
/ al ـ Zet (dengan titik di atas)
Ra R/r Er ـ
Zai Z/z Zet ـ
Sin S/s Es سـ ـس ـ ـ
Syin Sy/sy Es dan ye شـ ـش ـ ـ
/ ad صـ ـصـ ـ Es (dengan titik di bawah)
/ ad ضـ ـضـ ـ De (dengan titik di bawah)
xv
/ a طـ ـطـ ـ Te (dengan titik di bawah)
/ a ظـ ـظـ ـ Zet (dengan titik di bawah)
Ain ‘__ Apostrof terbalik‘ عـ ـع ـ ـ
Gain G/g Ge غـ ـغ ـ ـغ
Fa F/f Ef ف ف ـ ـف ـ ـ
Qof Q/q Qi ق ـ ـق ـ ـ
Kaf K/k Ka كـ ـك ـ ـ
Lam L/l El ل ـ ـل ـ ـل
Mim M/m Em م مـ ـمـ ـ
Nun N/n En ن ـ ـنـ ـ
Wau W/w We ـو
Ha H/h Ha هـ ـهـ ـ
Hamzah __’ Apostrof ء
Ya Y/y Ye ي ي ـ ـيـ ـي
Hamzah ( ء ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa
diberi tanda apa pun. Jika terletak di tengah atau di akhir, ia ditulis dengan
tandaapostrofẒ’ẓ.
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Alih aksara vokal
xvi
tunggal bahasa Arab yang berupa tanda diakritikatau harakat adalah sebagai
berikut:
terletak di tengah atau di akhir, ia ditulis dengantandaapostrofẒ’ẓ.
Vokal Nama Alih aksara Nama
Fat ah A/a A
Kasrah I/i I
ammah U/u U
Alih aksara vokal rangkap bahasa Arab yang berupa gabungan antara
harakat dan huruf adalah gabungan huruf, yaitu:
Vokal rangkap Nama Alih aksara Nama
Fat ـ ي ah dan ya’ Ai/ai A dan I
fat ـ ah dan wau Au/au A dan u
Contoh Kaifa ك يف
aula ح
3. Maddah
Alih aksara maddah atau vokal panjang yang berupa harakat dan
huruf adalah huruf dan tanda, yaitu:
Vokal panjang
Nama Alih aksara Nama
ا Fat ah dan alif a dan garis di atas
Fat ah dan alif maqṣ rah
Kasrah dan ya i dan garis di atas
xvii
و ammah dan wau u dan garis di atas
Contoh ا M م ta
م Ram ر
Q ق يل la
Yam ي tu
4. Ta marbūṭah
Alih aksara untuk tamarbū ah ( atau ـẓadadua,yaitu:tamarbū ah
yang hidup atau mendapat harakat fat ah, kasrah, dan ammah
dengan t sedangkan ta marbū ah yang mati atau mendapat harkat sukun
dengan h.
Kalaupadakatayangberakhirdengantamarbū ahdiikutiolehkata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, ta
marbū ahitudialihaksarakandengan h. Contoh:
اأ طف ا وض ر Rau ah al-aṭf l
ل الف اض ين د Al-mad ال nah al-f ilah
-Al الح ikmah
5. Syaddah
Huruf konsonan yang memiliki tanda syaddah atau tasydid, yang
dalam abjad Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid ( ا ),
dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda). Contoh:
بن ا Rabban ر
Najjain ن جين ا
xviii
ق -Al الح aqq
ج -Al الح ajj
Nu‘‘ima ن ع م
Aduww‘ ع د و
Jika huruf bertasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah ( ـ ي ), ia dialihaksarakan seperti huruf maddah . Contoh:
Al‘ ع ل ي
ب ي Arab‘ ع ر
6. Kata sandang
Kata sandang dalam abjad Arab dilambangkan dengan huruf ا (alif
lam ma‘arifahẓ.Dalampedomanalihaksaraini,katasandangdialihaksarakan
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf
qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh:
س Al-Syamsu (bukan asy-syamsu) الش
ل Al-Zalzalah (bukan az-zalzalah) الزلز
Al-Falsafah الف لس ف
د Al-Bil ال d
7. Hamzah
AturanalihaksarahurufhamzahmenjadiapostrofẒ’ẓhanyaberlaku
bagi hamzah yang terletak di tengahdan akhir kata. Namun, bila hamzah
terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena ia berupa alif dalam tulisan
Arab. Contoh:
xix
و ر Ta’mur ت أم na
ء ’An-Nau الن
Syai’un ش يء
ر Umirtu أ م
8. Penulisan kata Arab yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia
Kata, istilah, atau kalimat Arab yang dialihaksarakan adalah kata,
istilah, atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,
istilah, atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan
bahasa Indonesia atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia
tidak lagi ditulis menurut cara alih aksara di atas. Misalnya kata 'Alquran' (dari
al-Qur’ānẓ, 'Sunnah,' 'khusus,' dan 'umum'. Namun, bila kata-kata tersebut
menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, mereka harus dialihaksarakan
secara utuh, contoh:
a. Żī ilālal-Qur’ān,
b. Al-Sunnah qabl al-tadwīn,dan
c. Al-‘Ibārātbi‘umūmal-laf lābikhu ū al-sabab.
➢ Lafẓ al-Jalālah
Lafẓ al-jal lah Ẓlafalkemuliaanẓ“Allah”Ẓه) yang didahului
partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan
sebagai mu f ilaih (frasa nominal), dialihaksarakan tanpa huruf
hamzah (hamzah wasal). Contoh:
ه ين D د null h ب ال Bill h
xx
Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-
jal lah dialihaksarakan dengan huruf t. Contoh:
ح ه ه مف ي ر Hum f rahmatill h
➢ Huruf capital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital,
dalam alih aksaranya, huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang
penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman Ejaan yang
Disempurnakan (EyD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk
menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf
pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata
sandang (al-), yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama
diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada
awal kalimat, huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf
kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari
judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia
ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (catatan kaki, daftar
pustaka, catatan dalam kurung, dan daftar referensi). Contoh:
d. Wa m Mu ammadun ill ras l
e. Inna awwala baitin wu i‘a linn si lallaż bi Bakkata mub rakan
f. Syahru Rama n al-laż unzila f h al-Qur’ n
g. Na īral-Dīnal- ūsī
h. AbūNa ral-Żarābī
xxi
i. Al-żazālī
j. Al-Munqi minal- alāl
DAFTAR ISI
COVER LUAR ............................................................................................................. i LEMBAR LOGO ......................................................................................................... ii COVER DALAM ......................................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv PENGESAHAN PENGUJI ......................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... vi LEMBAR PENGECAKAN PLAGIRISME .............................................................. vii ABSTRAK (Indonesia, Arab, dan Inggris ................................................................. viii MOTTO ........................................................................................................................ xi PERSEMBAHAN ......................................................................................................... xii KATA PENGANTAR .................................................................................................. xiii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................................................... xiv DAFTAR ISI ................................................................................................................. xxi DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xxiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xxv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xxvi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Batasan, dan Rumusan Masalah ................................................................ 10
1. Batasan Masalah.................................................................................. 10 2. Rumusan Masalah ............................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11 D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ......................................................... 11
1. Signifikansi Penelitian ........................................................................ 11 2. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................................... 11 BAB II KERANGKA TEORI ................................................................................... 16
1. Kepemimpinan kepala Sekolah ................................................................. 16 1. Pengertian Kepemimpinan .................................................................. 16
xxii
2. Gaya dan Tipe Kepemimpinan............................................................ 19 3. Gaya Kepemimpinan Demokratis ....................................................... 21 4. Kepemimpinan yang Efektif ............................................................... 25 5. Syarat-Syarat Kepemimpinan ............................................................. 26 6. Fungsi Kepemiminan Kepala Sekolah ................................................ 28
B. Kinerja Guru ............................................................................................. 33 1, Pengertian kinerja Guru ..................................................................... 33 2. Indikator Kinerja Guru ...................................................................... 37 3. Manajemen Kinerja Guru dalam Sistem Organisasi Kepala
Sekolah .............................................................................................. 39 4. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ........................................ 40 5. Penilaian Kinerja Guru ...................................................................... 42
C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 45 D. Hipotesis .................................................................................................. 48
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 49
A. Desain dan Pendekatan Penelitian ............................................................ 50 B. Variabel Penelitian .................................................................................... 50 C. Populasi dan sampel .................................................................................. 50 D. Tekhnik Pengumpulan data ....................................................................... 51
1. Koesioner/Angket ............................................................................... 51 2. Dokumentasi ....................................................................................... 53 3. Obserfasi ............................................................................................. 53
E. Tekhnik Analisi Data ................................................................................ 54 1. Uji keabsahan Instrumen ...................................................................... 54
a. Validasi Ahli ................................................................................ 54 b. Validasi Butir ............................................................................... 54 c. Uji Reliabilitas .............................................................................. 55
F. Uji Hipotesis ............................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................. 58 i. Uji Prasyarat Instrumen. ........................................................................... 58
1. Uji Prasyarat Instrumen....................................................................... 58 a. Validasi Butir ................................................................................ 58 b. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 60
2. Deskripsi Data hasil Penelitian ........................................................... 60 a. Interpretasi data Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah(X) .......... 60 b. Interpretasi data Kinerja Guru (Y) ................................................ 63
3. Uji Hipotesis ....................................................................................... 65
xxiii
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................................. 71 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru MTs se Kecematan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020......................................................................................... 71
BAB VI PENUTUP ...................................................................................................... 76
A. Kesimpulan ................................................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xxiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahu yang Relevan, 12.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), 52.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru (X2), 51.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Angket Gaya Kepemimpinana Demokratis 58.
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Angket Kinerja Guru 59.
Tabel 4.8 Tabel uji Reliabilitas, 60.
Tabel 4.9 Distribusi Nilai Gaya kepemimpinana Demokratis (X), 60.
Tabel 4.10 Hasil Prosentase Gaya Kepemimpinan Demokratis (X), 61.
Tabel 4.11 Distribusi Nilai Kinerja Guru (Y), 63.
Tabel 4.12 Hasil Prosentase Variabel kinerja Guru (Y), 63
Tabel 4.27 Variables Entered/Removed, 66
Tabel 4.28 Koefisien Regresi Linier X, Y Terhadap Y, 67.
Tabel 4.29 Anova X terhadap Y. 68
xxv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Prosentase Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X), 63.
Gambar 4.2 Diagram Prosentase Kinerja Guru (Y) 64.
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Validasi Instrumen
Lampiran 2 Hasil Validasi Butir
Lampiran 3 Hasil Validasi Butir dan Reliabilitas
Lampiran 4 Hasil SebaranAngket
Lampiran 5 Angket responden
Lampiran 6 Inteter Pretasi Data Gaya Kepemimpinan Demokratis dan Kinerja Guru
Lampiran 7 Rumus SPSS atal Langka-Langkah Kerja SPSS
Lampiran 8 Validasi Ahli
Lampiran 9 Tabel Hitung
Lampiran 10 Surat-surat Penelitian
xxvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang bermutu menurut E. Mulyasa merupakan syarat
untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera.
Sebagaimana diketahui bahwa banyak Negara yang tidak memiliki sumber
daya alam yang melimpah namun dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyatnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari pendidikan
yang mereka miliki mempunyai kualitas yang baik, sehingga menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Agar pendidikan dapat berkualitas
salah satu faktor penting yang harus dipenuhi adalah pada keberadaan guru,
kepala sekolah yang bermutu, yang professional, sejahtera dan bermartabat2.
Sekolah adalah organisasi yang terdiri dari beberapa manusia dalam
rangka mencapai visi dan misi, sehingga memerlukan tingkat koordinasi
yang tinggi. Faktor sumber daya manusia (SDM) merupakan factor yang
paling besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Faktor SDM
merupakan faktor yang dapat menggerakkan tercapainya tujuan organisasi
secara efektif dan efisien, namun SDM juga dapat sebagai factor
penghambat menuju tercapainya tujuan organisasi. Hal ini dikarenakan faktor
manusia sebagai penentu arah kebijaksanaan dan pelaksana langsung
pencapaian tujuan organisasi. Melihat betapa pentingnya peranan manusia
dalam organisasi, maka kepala sekolah sebagai penentu kebijakan harus
2 E. Mulyasa , Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian
Guru Dan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 4-6.
2
memberi perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekolah dan orang-orang
yang berada di dalamnya. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
keberhasilan proses pembelajaran di lembaga pendidikan. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan membutuhkan kepala sekolah yang mampu memimpin
dan mengelola sekolah dengan professional.3 Mengingat pentingnya
pemimpin, dapat diketahui bahwa fungsi utama pimpinan pada satuan
pendidikan, seperti kepala madrasah adalah menciptakan situasi belajar
mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar
dengan baik.4
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, dilihat dari status dan
cara pengangkatan tergolong pemimpin resmi, formal leader, atau status
leader. Status leader bisa meningkat menjadi functional leader, tergantung
dari prestasi dan kemampuan didalam memainkan perannya sebagai
pemimpin pendidikan di sekolah dan telah diserahkan pertanggung jawaban
kepadanya5.
Menurut Aan Komarian pimpinan di sekolah mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar ia mau mengikuti tujuan
sekolah atau organisasi.6 Kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda. Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan gaya
3 Nasib Tua Lumban żaol, “Teori dan Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah” Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017, 214. 4 HasanBaharun,“Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala
Madrasah”,At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, Vol. 6 No. 1, Januari 2017,2. 5 Andi Hardianti, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Guru, Skripsi,
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar, 5. 6 YULIAN HEROSITA, “Implementasi Model Kepemimpinan Demokratis Kepala
SekolahDalamMeningkatkanDisiplinżuruMengajar”,56.
3
kemampuan dari seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan pada suatu organisasi atau lembaga sekolah guna
tercapainnya tujuan sekolah.
Pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat akan memberikan
motivasi kerja kepada bawahan , sehingga bawahan akan merasa puas.
Sebaliknya tidak jarang kesalahan dalam memilih gaya kepemimpinan
berakibat kegagalan kepemimpinan seseorang dalam sekolah dan berdampak
pada mutu pendidikan sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai pimpinan
harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan
kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas.7
Di satu sisi, kepala sekolah berperan sebagai pemimpin (leader)
yang memiliki visi ke masa depan yang jelas dan dapat diwujudkan serta
mampu mendorong proses transparansi di sekolah. Di sisi lain, kepala
sekolah berperan sebagai manajer, yang memiliki strategi-strategi yang
efektif dan efisien untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan dan
keputusan yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan
efisien, maka memerlukan kepala sekolah yang memiliki kemampuan
kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan
pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan
meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja,
7 Muhammad Nadir , “Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Dan Pegawai Pada Smp Negeri 3 Pamboang” Jurnal Pendidikan PEPATUDZUMediaPendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol. 13, No. 2, Nopember 201, 152.
4
keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja
yang konduktif. Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan akan sangat tergantung pada peran kepemimpinan. Demikian
halnya kepemimpinan memegang peranan sangat sentral dalam dinamika
kehidupan organisasi. Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan salah
satu faktor penentu yang dapat mendorong sekolah mewujudkan visi, misi,
tujuan dan sasaran melalui berbagai program yang dilaksanakan secara
terencana. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang tangguh sehingga diharapkan dapat
mengambil keputusan secara tepat, disamping memiliki sikap prakarsa yang
tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Tanpa kemampuan-kemampuan utama seperti kepemimpinan yang
baik, kinerja yang baik, komunikasi yang baik, kemampuan dalam
memecahkan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam proses kegiatan
belajar mengajar, kepala sekolah akan sulit dalam mensosialisasikan ide,
usulan, saran, atau pikiran-pikiran yang dimilikinya kepada guru dan
karyawan. Oleh karena itu, kepala sekolah yang merupakan pemimpin harus
bisa menjadi contoh serta mampu mengayomi bawahan dan mampu
mengendalikan fungsi kepemimpinannya. Untuk kepentingan tersebut
Wahjosumidjo8 menyatakan bahwa kepala sekolah selayaknya mampu
memobilitasi atau memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang
dimiliki, terkait dengan berbagai program, proses, evaluasi, pengembangan,
8 Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, ( Jakarta: Galia Indonesia, 2003), 109.
5
kurikulum, pembelajaran di sekolah, pengelolaan tenaga kependidikan,
sarana prasarana, pelayanan terhadap siswa, hubungan masyarakat, sampai
pada penciptaan iklim sekolah yang kondusif. Semua ini akan terlaksana
manakala kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi semua
pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah, yaitu untuk bekerja
dalam mewujudkan tujuan sekolah.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan
apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh guru yang
profesional dan berkualitas9. Guru sebagai makhluk sosial juga memerlukan
kebutuhan yang lain untuk dapat bekerja dengan baik. Untuk dapat berpikir
serta bekerja secara maksimal dalam kerjanya, guru sangat dipengaruhi
oleh lingkungan kerja dimana mereka berada serta kepala sekolah yang
profesional. Mungkin dengan guru berada dalam lingkungan kerja yang
baik dimana didalamnya terdapat suatu kondisi yang memacu bekerja
dengan baik, mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, serta gotong
royong yang baik, maka akan dapat menciptakan suatu kondisi kerja yang
baik sehingga akan dapat lebih meningkatkan kinerja yang dimiliki seorang
guru. Selain itu, guru juga akan dapat melaksanakan kegiatan PBM,
membangkitkan potensi siswa dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan
penuh tanggung jawab apabila didukung oleh kondisi tubuh, suasana
9 Manik,KamalBustom,“PengaruhKepemimpinanKepalaSekolah,BudayaOrganisasi
Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada Smp Negeri 3 Rancaekek” Ester Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship Vol. 5, No. 2, Oktober 2011, 99.
6
kejiwaan, sarana prasarana serta proses pengelolaan organisasi sekolah
yang ada mendukung bagi timbulnya semangat kerja yang tinggi dan guru
mampu melaksanakan tugas guru dengan baik dan disiplin.
Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia di
bidang pembangunan, sehingga guru merupakan salah satu unsur di bidang
kependidikan yang harus berperan serta secara aktif, menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang.10 Guru yang profesional akan bekerja dan
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan
umumnya, untuk itu ada ciri-ciri khusus yang harus dimiliki oleh guru.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan seorang guru mempunyai
peranan yang sangat penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan
nasional. Guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah yang langsung berhadapan dengan siswa. Tanpa adanya peranan
guru, maka kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan
semestinya.11
Dalam proses interaksi belajar mengajar guru adalah orang yang
memberikan pembelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran.
Dalam proses mentransfer pengetahuan kepada siswa diperlukan pengetahuan
10 As’adutTabi’in,“Kompetensiżurudalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada MTsn
PekanaHeranIndragriHulu”,JurnalAL- Thariqah 1, no 2 (Desember 2016): 160. 11 SriKoriatyDKK,“PengaruhKompetensiżuruTerhadapMotivasiBelajarSiswaSMK
Negeri Jurusan TKJ Sekota Pontianak”, Jurnal pendidikan informatika dan sains 6, no 1 (Juni 2017). 103.
7
atau kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Tanpa itu semua tidak
mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif.
Dalam UU Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 28 (1) dijelaskan bahwa: Pendidik
harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.12
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan mempengaruhi
partisipasi bawahan untuk melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya
dengan perasaan puas dan dapat bekerja sesuai dengan konteknya, yaitu
mampu memberikan visi, menciptakan gambaran besar, menetapkan tujuan
yang jelas dan disetujui bersama, memonitor dan menganalisis prestasi, serta
mampu mengembangkan prestasi para pengikutnya, yaitu dengan memberikan
pengarahan dan panduan, melatih dan membimbing serta memberikan umpan
balik. Terciptanya kualitas kinerja guru yang baik di sekolah membutuhkan
dukungan peran kepala sekolah yang kompeten sebagai leader dan manager.
Setelah melihat uraian di atas, tampak bahwa mutu proses pendidikan
di sekolah dipengaruhi oleh sinergisnya proses interaksi antara faktor-faktor
dari gaya kepemimpinan kepala sekolah peran kepala sekolah sebagai
pemimpin dan manager sekolah, kompetensi kepala sekolah, lingkungan
sekolah terhadap factor kinerja guru. Lemahnya manajemen atas faktor-faktor
12 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 25.
8
tersebut akan mempengaruhi pencapaian tingkat mutu pendidikan pada
sekolah menjadi kurang optimal.
Seperti sekolah lain MTs di Kec. Bolo juga menghadapi tantangan
untuk meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. Hal ini dimaksud untuk
mencapai salah satu misi yang sekolah canangkan, sehingga mampu bersaing
dengan sekolah-sekolah lainnya. MTs di Kec. Bolo mempunyai tujuan
meningkatkan kualitas sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah mempunyai
upaya atau cara-cara yang baik dalam meningkatkan mutu sekolah. Upaya
yang diterapkan kepala sekolah yaitu dengan meningkatkan kedisiplinan,
memotivasi guru, mengawasi guru dalam proses pembelajaran, tegas,
berwibawa, ramah terhadap bawahan. Dengan demikian, kedisiplinan menjadi
salah satu jalan keluar atau cara meningkatkan kemajuan sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di MTs Sila salah satu
MTs di Kec. Bolo13, Bahwa kepala sekolah atas nama Ibrahim MT, S.Pd,
sangat disiplin dan tegas dalam menjalankan tugas disekolah terbukti dengan
ada salah seorang guru honorer di sekolah tersebut yang lalai dan malas dalam
menjalankan tugas sebagai guru kemudian dikeluarkan dan di seleksi kembali
guru yang lain untuk mengganti guru yang sudah dikeluarkan. Kepala sekolah
MTs Sila sangat disiplin selalu datang ke sekolah tepat waktu dan jarang sekali
bolos untuk datang sekolah. Ketegasan dan kedisiplinan membawa sekolah
MTs Sila menjadi sekolah favorit dilihat dari banyak peminat yang ingin
masuk sekolah tersebut.
13 Wawancara, Aisah, S.PdI. Guru Aqidah Akhlak, 20 Juli 2019.
9
Wawancara kedua, bahwa kepala sekolah MTs Nurul Mukhtar sangat
ramah, karena kepala sekolah selalu menyapa dan menegur guru-guru dengan
menggunakan bahasa yang sopan, bijaksana dalam mengambil keputusan dan
jika terdapat masalah yang ada dalam sekolah tersebut kepala sekolah selalu
bermusyawarah dengan bawahan untuk menyelesaikannya.14
Wawancara ke tiga guru SKI MTs Darul Hamid bahwa mereka
mampu memahami perbedaan yang dimiliki peserta didik, menyiapkan materi
pembelajaran sebelum mengajar, dan selalu mengevaluasi peserta didik
sebelum berakhirnya proses pembelajaran dikelas, juga terbukti siswa MTs
Darul Hamid dapat meraih juara 1 lomba cerdas cermat pendidikan Agama Islam
sekabupaten Bima, dan mendapatkan juara 2 provinsi, kemudian mendapatkan juara 3
sains tingkat Nasional15.
Sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti
melihat bahwa pada proses pembelajaran guru mampu menguasai bahan yang
akan diajarkan, guru mampu mengelola program belajar mengajar, guru
mengelola kelas. pada saat proses belajar mengajar menggunakan
media/sumber pelajaran, guru mampu menguasai landasan-landasan
kependidikan, guru mengelola interaksi belajar mengajar, dan guru menilai
prestasi siswa..16
Dari paparan hasil wawancara dan observasi di atas peneliti tertarik
untuk meneliti apakah gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat
14 Wawancara, ma’rifat.żuruQur’anHadist,23Juli,2019 15 Wawancara, Guru SKI Muhammad Fadiran, 24 Juli 2019. 16 Observasi, tanggal 24 Juli 2019.
10
mempengaruhi kinerja guru sehingga dalam mengasah kemapuan yang
dimiliki oleh siswa dengan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti ingin melakukan
penelitian dengan fokus pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru MTs se Kecamatan Bolo Kabupaten Bima tahun
pelajaran 2019/2020.
B. Batasan, dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan batasan dari pemahaman untuk
menghindari pembahasan yang melebar luas, maka penulis menetapkan
batasan masalah yang akan menjadi objek penelitian. Adapun batasan
masalahnya sebagai berikut:
a. Pembatasan tema, Penelitian ini mencakup pada dua variabel yaitu
gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru.
b. Pembatas tempat, lokasi penelitian ini di MTs sila, MTs Nurul Muhtar
dan MTs darul hamid dan fokus isi penelitian seputar kepemimpinan
demokratis kepala sekolah dan kinerja guru.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian signifikansi dan batasan masalah diatas maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Sila Kecamatan Bolo Tahun
Pelajaran 2019/2020?
11
2. Apakah ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Nurul Mukhtar Kecamatan Bolo
Tahun Pelajaran 2019/2020?
3. Apakah ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Darul Hamid Kecamatan Bolo
Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru MTs se kecematan bolo Tahun pelajaran
2019/2020.
D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian
1. Signifikansi Penelitian
Dalam penelitian ini, setidaknya akan dapat memberikan kontribusi
pemikiran pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah
terhadap kinerja guru.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis dapat
melakukan realisasi disiplin ilmu yang diperoleh untuk menjadi suatu
karya ilmiah.
b. Bagi kepala sekolah, penelitian ini sebagai masukan untuk kepala
sekolah tentang pentingnya kepemimpinan demokratis terhadap
kemampuan kinerja guru.
12
c. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan kinerja
yang akan berdampak pada peningkatan kinerja dalam rangka
pendayagunaan sunmber daya manusia secara optimal.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Peneliti menemukan ada beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini. Meskipun terdapat keterkaitan dalam
pembahasan, penelitian ini masih memiliki perbedaan dengan penelitian
terdahulu. Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut yaitu :
Daftar penelitian terdahulu yang relevan 1 Nama
Peneliti/Tahun Nyayu Khodijah, 2013.
Judul Kinerja guru madrasah dan guru pendidikan agama islam pasca sertifikasi di sumatera selatan
Tempat Penelitian
Sumatera Selatan (Palembang dan Banyasi)
Pendekatan Dan Analisis
Penelitian ini bertujuan mengetahui kinerja guru setelah memperoleh tunjangan profesional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-komparatif. Sampel adalah guru-guru madrasah dan Pendidikan Agama Islam di Palembang dan Banyuasin. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan dokumen, dan kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam kinerja guru setelah menerima tunjanganprofessional (1) dalam aspek rencana pembelajaran, pelaksanaan, dan asesmen; (2) antara merekayang tinggal di daerah pedesaan dan di daerah perkotaan; dan (3) antara mereka yang lulus melaluiportofolio dan melalui PLPG.
Persamaan Kinerja Guru Perbedaan Guru Pendidikan Agama Islam
2. Nama
Peneliti/Tahun Hasan Sodiqin, Diding Nurdin, 2016.
Judul Kemampuan manajerial kepala madrasah dan
13
kinerja mengajar guru dalam mutu pendidikan
Tempat Penelitian
seluruh madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung Barat
Pendekatan Dan Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kemampuan manajerialkepala madrasah dan kinerja mengajar guru terhadap mutu Madrasah Aliyah swasta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan kuantitatif dengan metode survey
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan dananalisis data, ditemukan bahwa kemampuan manajerial kepala madrasah, kinerja mengajar guru, dan mutu madrasah aliyah swasta di Kabupaten Bandung Barat berada pada katagori tinggi. Kemampuan manajerial kepala madrasah berkontribusi secara signifikan terhadap mutu madrasah dan berada pada katagori kuat, kinerja mengajar guru berkontribusi secara signfikanterhadap mutu madrasah dan berada pada katagori cukup kuat, dan secara bersama-sama kemampuan manajerial kepala madrasah dan kinerja mengajar. Guru berkontribusi secara signifikan terhadap mutu madrasah dan berada pada katagori kuat.
Persamaan Kinerja Guru Perbedaan Kemampuan manajerial kepala madrasah
3. Nama Peneliti/Tahun
Husaini Usman dan Nuryadin Eko Raharjo, 2013.
Judul Strategi kepemimpinan pembelajaran menyongsong implementasi kurikulum 2013.
Pendekatan Dan Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep strategi kepemimpinan pembelajaran. Perbedaan pembelajaran di SMK dengan SMA membawa konsekuensi strategi kepemimpinan pembelajaran yang berbeda pula. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis grounded theory. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi
Hasil Penelitian
Konsep strategi kepemimpinan pembela jaran menyongsong implentasi Kurikulum 2013 meliputi
14
empat kategori yaituketeladanan, pembelajaran dikelas dan luar kelas, kultur sekolah,dan penguatan.Keteladanan adalah ucapan, bahasa tubuh, sikap, dan tindakan positif yang dapat dicontoh oleh orang lain.Pembelajaran adalah kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi untuk mentransformasikan, melestarikan, dan mengkritisi iptek dan kultur yang dilakukan di dalam dan di luar kelas. Kultur sekolah adalah keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, norma-norma, tradisi bersama yang mengikat kebersamaan seluruh warga sekolah. Kultur SMK adalah kultur kewirausahaan. Penguatan adalah usaha-usaha profesional yang dilakukan seseorang atau melalui orang lain untuk meningkatkan mutu hasil dan proses pembelajaran di dalam dan diluarkelas. Strategi kepemimpinan pembelajaran saat ini belum sepenuhnya mendukung implementasi Kurikulum 2013.
Persamaan Kepemimpinan Demokratis Perbedaan Strategi kepemimpinan pembelajaran
4. Nama Peneliti/Tahun
Yusni Hastian
Judul
Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe
Tempat Penelitian
SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe
Pendekatan Dan Analisis
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan instrumen angket.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda, dan korelasi Pearson Produc Moment. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresiŶ=12,77+0,402X + 0,673X. Uji keberartian persamaan regresi diperoleh Fhitung = 43,626 dengan harga probabilitas sebesar p= 0,000 < 0,05, menunjukkan bahwa secara simultan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja dengan kinerja guru.
15
Sedangkan uji koefisien korelasi r = 0,828 dengan koefisien deterrminasi R = 0,670 yang berarti bahwa kinerja guru 66% dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin kerja, sedangkan sisanya 34% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Sedangkan uji parsial menunjukan bahwa (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru; dan (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin kerja dengan kinerja guru.
Persamaan Kinerja Guru Perbedaan Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah
5 Nama Peneliti/Tahun
Kasidah, Murniati AR, Bahrun, 2017.
Judul Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh.
Tempat Penelitian
Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh
Pendekatan Dan Analisis
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Program kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru diawali dengan musyawarah antara kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah dan guru senior dalam menyusun program sekolah pada awal tahun ajaran baru, memperdayakan guru sesuai dengan kemampuan dan kemauan guru, menjalin kerja sama, melengkapi sarana prasarana serta aktif dalam Kelompok Kerja Guru (KKG); (2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam membina, membimbing guru dengan menggunakan gaya instruktif, konsultatif, partisipatif, delegatif dalam mengarahkan dan mempengaruhi guru untuk mencapai tujuan pendidikan; (3) Hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru, program pelatihan belum mengakomodir semua jenis ketunaan yang ada,
16
hasil pelatihan belum mengimbas kepada kinerja guru- guru, kekurangan guru berpendidikan khusus luar biasa, masih kurang sarana dan prasarana pendukung pembelajaran..
Persamaan Kinerja Guru. Perbedaan Kepemimpinan kepala sekolah
17
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepemimpinan
Sebelum membahas mengenai kepemimpinan sebelumnya akan
dibahas terlebih dahulu mengenai pemimpin. Perkataan pemimpin atau
leader mempunyai macam-macam pengertian. Definisi mengenai
pemimpin banyak sekali, yaitu banyak pemimpin yang meminati masalah
pemimpin tersebut. Karena itu kepemimpinan merupakan dampak
interaktif dari faktor individu atau pribadi dengan faktor situasi.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu kemampuan dan kesiapan
kepala sekolah untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan dan
menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.17
Beberapa pengertian kepemimpinan yang dikutip Garry A. Yulk
di dalam terjemahan Jusuf Udaya dalam buku Abdul Azis Wahab18 adalah:
a. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang hendak dicapai
bersama (Hemhill dan Coons).
b. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam
17 Maulana Akbar Sanjani, “Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah”,Jurnal Serunai
Administrasi Pendidikan Vol.7, No.1, Desember 2018, 79. 18 Abdul Azis Wahab, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan:Telaah
terhadap organisasi dan pengelolaan organisasi pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), 82-83.
18
suatu situasi tertentu, yamg diarahkan melalui proses komunikasi
kearah satu atau beberapa tujuan tertentu (Weschler dan Massarik).
c. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah
kelompok yang di organisasikan ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan
Behling).
d. Kepemimpina adalah sebuah proses memberi makna (pengaruh yang
bermakna) terhadap suatu kolektif dan mengakibatkan kesediaan untuk
melakukan usaha yang di inginkan dalam mencapai sasaran (Jacobs
dan Jacques).
Kim dan Maubourgne (sebagaimana dikutip oleh Abdullah
Munir19) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk
menginspirasi kepercayaan dan dukungan kepada orang-orang yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dari lembaga. Beliau
memberikan beberapa pengertian dari kepemimpinan, yaitu:
a. Pengaruh antar individu yang diarahkan melalui komunikasi menuju
tercapainya tujuan-tujuan dari lembaga.
b. Tambahan atau kenaikan gaji akan berpengaruh terhadap kinerja
disamping penambahan peralatan mekanis dan arahan-arahan atau
perintah-perintah.
c. Suatu tindakan yang merupakan suatu ajakan agar komunitas-
komunitas lain beraksi atau merespons untuk melakukan suatu
pekerjaan secara bersama-sama dengan satu arah atau tujuan.
19 Abdullah Munir, Menjadi kepala sekolah efektif, (Yogyakarta :Ar-Ruzz Media, 2008),
32.
19
d. Seni mempengaruhi orang lain melalui bujukan atau contoh dengan
mengikuti suatu standar atau keharusan dalam mengerjakan pekerjaan
tersebut.
Menurut Hadari Nawawi20 bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi
orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada
pencapaian tujuan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa untuk dapat
mempengaruhi atau menggerakan orang lain dengan penuh kesadaran dan
senang hati melakukan dan mengikuti kehendak pemimpin maka
pemimpin tersebut harus memiliki kemampuan dan memiliki sifat-sifat
khusus.
Sedangkan menurut Soepardi yang dikutip E Mulyasa21
mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk meggerakan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum
(kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media
manajemen mau bekerja dalam rangka mencapaia tujuan administrasi
secaraefektifdanefisien”.
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan, bahwa pada
kepemimpinan itu terdapat unsur-unsur sebagai berikut: Kemampuan
20 Hadari Nawawi, Metodologi penelitian bidang sosial (Yogyakara: Gadjahmada
Press, 2003), 81. 21 E. Mulyasa, Manajemen berbasis sekolah: Konsep, strategi, dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya 2008), 107.
20
mempengaruhi orang lain, bawahan, dan kelompok, Kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain, Untuk mencapai
tujuan organisasi atau kelompok.
Kepala sekolah/madrasah sebagai manajer pendidikan adalah
merupakan aplikasi dari fungsi manajemen yang ditangan pemimpin
organisasi. Kutipan ini menjelaskan bahwa tugas kepala sekolah sebagai
seorang manajer dan administrator pendidikan itu sebenarnya mencakup
fungsi-fungsi pokok manajemen, yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian.22
2. Gaya dan Tipe Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai sifat, kebiasaan temperamen, watak
dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya
yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya hidupnya ini pasti akan
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinan, sehingga muncul beberapa tipe
kepemimpinan misalnya: tipe-tipe karismatik, paternalistic, militeistis,
otokratis, laissez faire, populis, administratif, dan demokratis.
Kepala sekolah berorientasi kepada tugas artinya mengarahkan,
mengawasi secara ketat bawahannya untuk memastikan bahwa tugas yang
dijalankan bawahan memuaskan. Kepala sekolah yang berorientasi kepada
bawahan mencoba memotivasi dan bukan mengendalikan, mendorong
bawahan untuk melaksanakan tugas dengan membiarkan mereka
berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi mereka, membentuk
22 Sonedi, Tutut Sholihah. Dihasbi “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru”,AnteriorJurnal,Volume18Issue1,December2018,Page13– 22
21
hubungan persahabatan saling percaya dan saling menghormati antar
anggota organisasi sekolah.
Menurut pendekatan sistem, gaya kepemimpinan memandang
organisasi sebagai suatu sistem yang berguna, terdiri atas bagian-bagian
yang saling berkaitan. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dapat
diwujudkan dalam gaya kepala sekolah dalam memimpin bawahannya.
Gaya kepemimpinan merupakan pola-pola perilaku pemimpin yang
digunakan untuk mempengaruhi aktifitas orang-orang yang dipimpin
untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Aktivitas pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi dapat berupa pengembangan program
sekolah, memperhatikan warga sekolah, bagaimana pemimpin
berkomunikasi dengan bawahan, dan dapat dikatakan sebagai seorang
kepala sekolah dalam mempengaruhi warga sekolah yang dipimpinnya
melalui proses untuk mencapai tujuan sekolah.
Dalam bukunya Kartini Kartono23 “Pemimpin dan Kepemimpinan”
menyebutkan bahwa ada tuju tipe kepemimpinan sebagi berikut:
a. Tipe Karismatis
b. Tipe Paternalistis dan Maternalistis
c. Tipe militeristis
d. Tipe Otokratis atau Otoritatif
e. Tipe laisser Faire
f. Tipe administratif atau eksekutif
23 Kartini Kartono, Pemimpin dan kepemimpinan, (Jakarta: Rajawali, 1990), 56.
22
g. Tipe Kepemimpinan Demokratis.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Indrawijaya dalam Rivai “gaya kepemimpinan demokratis pada
umumnya berasumsi bahwa pendapat orang banyak lebih baik dari
pendapatnya sendiri dan adanya partisipasi akan menimbulkan
tanggung jawab bagi pelaksanaannya. Asumsi lain bahwa partisipasi
memberikan kesempatan kepada para anggota untuk mengembangkan
diri mereka.24
Menurut Anshory untuk memperoleh suatu kepemimpinan
demokratis yang efektif dalam organisasi kerja yang terdiri dari pimpinan
dan bawahan dalam suatu organisasi, ditentukan oleh penerapan
musyawarah mufakat, mengambil keputusan yang tepat, saling
menghormati dan bertanggungjawab. Dan ini saling memberikan kaitan
satu sama lainnya dalam mencapai tujuan organisasi.25
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pemimpin yang
demokratis mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan
masukan dari seluruh anggota organisasi. Akan tetapi dalam setiap
pengambilan keputusan pemimpin harus dapat mengacu pada tujuan
organisasi dengan mengoptimalkan segala potensi sumber daya yang
tersedia. Pemimpin yang demokratis selalu bersikap merakyat dengan
24 Rivai, Veithzal dkk. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. (Jakarta:
Rajawali, 2014 ), 267. 25 Nyamin Sucipto, “Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru Di Sd Negeri Terapung Kabupaten Kolaka”,JurnalTangible, Volume 3 No 2, Desember 2018, 126.
23
seluruh anggota organisasi. Hubungannya dengan para anggota
bukan seperti hubungan antara majikan dan bawahannya saja,
melainkan sebagai pemimpin yang selalu bersikap kekeluargaan,
dimana dapat menjadi kakak terhadap saudara-saudaranya.
Setiap tindakan yang dilakukan selalu berpangkal pada
kepentingan dan kebutuhan bersama dengan mempertimbangkan dan
memperhatikan kemampuan setiap anggota organisasi. Setiap
masukan ataupun kritikan dari para anggota organisasi selalu
dijadikan umpan balik dan bahan pertimbangan dalam setiap
pengambilan kebijakan guna mencapai tujuan organisasi. Dengan
demikian pemimpin yang demokratis dapat dikatakan memberikan
kepercayaan penuh kepada bawahannya bahwa mereka mempunyai
kemampuan dalam melaksanakan setiap tugas ataupun pekerjaan yang
diberikan.
Rivai Terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki seseorang
dalam kepemimpinan demokratis, diantaranya: dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha
mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi daripada bawahannnya; senang
menerima saran, pendapat, dan bahkan kritikan dari bawahannya;
selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork dalam
usaha pencapaian tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-
24
luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian
diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama;
tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha
untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.26
Disamping itu, pemimpin yang demokratis selalu berusaha
memupuk rasa kekeluargaan, persatuan dan solidaritas, serta selalu
memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada semua anggota
organisasi dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya.
Agar setiap anggota organisasi memiliki kecakapan dalam
memimpin, seorang pemimpin yang demokratis selalu
memberikan kesempatan kepada semua anggota organisasi
dengan jalan pendelegasian sebagian kekuasaannya dan sebagian
tanggung jawabnya. Menurut Sudriamunawar dalam Ariani adapun ciri-
ciri seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan
demokratis antara lain:
a. Semua kebijakan dirumuskan melalui musyawarah dan diputuskan
oleh kelompok, sedangkan pemimpin mendorong.
b. Ditetapkan kegiatan secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan kelompok. Apabila diperlukan saran teknis, pemimpin
mengajukan beberapa alternatif untuk dipilh.
26 Rivai, Veithzal dkk. Pemimpin dan Kepemimpinan...,. 20.
25
c. Setiap anggota bebas bekerja sama dengan siapapun dan
pembagian tugas diserahkan kepada kelompok.27
Adapun indikator gaya kepemimpinan demokratis yang telah
disesuaikan dengan ciri-cirinya menurut Pasolong dalam Ariani
diantaranya adalah:
a. Keputusan dibuat bersama
Pemimpin yang demokratis tidak sungkan untuk terlibat
bersama-sama dengan bawahan untuk membuat keputusan serta
melakukan aktivitas kerja demi pencapaian tujuan organisasi.
b. Menghargai potensi setiap bawahannya
Kepemimpinan demokratis menghargai setiap potensi individu
dan bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan
bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat dan kondisi yang tepat.
c. Mendengar kritik, saran/pendapat dari bawahan
Mendapat kritikan, saran/pendapat dari bawahan merupakan
hal yang wajar dalam kehidupan organisasi. Dengan demikian
akan ada kecenderungan untuk lebih meningkatkan potensi diri dan
bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya serta belajar dari kesalahan
yang telah dilakukan.
d. Melakukan kerjasama dengan bawahannya.
27 Rivai, Veithzal dkk. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta:
Rajawali, 2014), 20.
26
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu bekerja
sama/ terlibat langsung secara bersama-sama dalam menjalankan
tugas demi pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin juga tidak
sungkan untuk terjun langsung kelapangan untuk menjalankan
tugas.
4. Kepemimpinan yang Efektif
Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara
lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan
kualitas/mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai
kepemimpinannya. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
memiliki kriteria sebagai berikut:28
1) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melakukan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, proaktif.
2) Dapat menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan
3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan secara aktif dalam rangka mewujudkan
tujuan sekolah dan pendidikan.
4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
5) Bekerja dengan tim manajemen.
6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai
28 E. Mulyasa, Menjadi guru professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 126.
27
dengan ketentuan yang ditetapkan
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat
berdasarkan kriteria, mampu memberdayakan guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
Kepala sekolah dapat menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan, mampu membangun hubungan
yang harmonis dengan guru, masyarakat dalam rangka mewujudkan
tujuan sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah jangan sekali-kali
menerapkan konsep conflict management, agar semua komponen dapat
kompak. Prinsip kebersamaan, bekerja dengan tim jangan dilupakan.
Dengan perilaku kepala sekolah yang demikian sangat diyakini akan
berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Dari bandingan-bandingan yang diberikan di atas, tampak
betapa tinggi sifat-sifat dan syarat-syarat yang dituntut bagi seorang
pemimpin. Di dalam kenyataan memang tidak mudah bagi seorang
pemimpin untuk memenuhi sifat-sifat tersebut secara sempurna.
Padahal diharapkan seorang kepala sekolah benar- benar telah
memiliki kompetensi yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang pemimpin.
5. Syarat-syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu
dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu sebagai berikut:
28
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga
orang mampu atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut
patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu.
c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap
melebihi dari kepemimpinan anggota biasa.
Menurut Ngalim Purwanto29 beberapa sifat yang diperlukan
dalam kepemimpinan pendidikan:
a. Rendah hati dan sederhana
b. Bersifat suka menolong
c. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
d. Percaya pada diri sendiri
e. Jujur adil dan dapat dipercaya
f. Keahlian dalam jabatan.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku seorang pemimpin
antara lain:
a. Keahlian dan pengetahuan yang di miliki untuk menjalankan
kepemimpinannya jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpi itu
29 Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervisi pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), 55.
29
melaksanakan tugas jabatannya.
b. sifat-sifat kepribadian pemimpinnya, sifat-sifat kepribadian
pengikut/kelompok yang dipimpinnya.
c. Sanksi-sanksi yang ada dari tangan pemimpin30
Kepemimpinan kepala sekolah menjadi salah satu masukan
satuan yang menjalankan tugas dan fungsi serta berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses persekolahan. Kepemimpinan kepala sekolah
berperan sebagai motor penggerak sekaligus penentu arah kebijakan
sekolah yang akan menentukan cara pencapaian tujuan-tujuan sekolah
dan pendidikan.31
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk
senantiasa meningkatkan efektifitas kinerjanya sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan dan mencapai tujuan sekolah. Sehingga
berdasarkan uraian di atas maka pengertian kepemimpinan kepala
sekolah dalam penelitian ini adalah perilaku kepala sekolah dalam
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinasi bawahannya agar dapat
bekerja sama melakukan aktivitas pekerjaan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan di sekolah.
6. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Salah satu peran penting yang harus di laksakan oleh seorang
kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah adalah menjalankan fungsi
30 Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervisi pendidikan, 57. 31 E.Mulyasa, Menjadi guru professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 126.
30
kepmimpinan (leadership). Menurut Beyer32. Maksud kutipan ini adalah
kepala sekolah memperkembangkan kesuksesan setiap siswa dengan
memantapkan pengelolaan organisasi, pengoperasian, dan sumber-
sumber daya menuju lingkungan belajar yang aman, efisien, dan efektif.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah yaitu
memberdayakan semua warga sekolah untuk mewujudkan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler, tujuan institusional, dan tujuan
pendidikan nasional secara efektif dan efisien. Fungsi kepemimpinan
kepala sekolah memberdayakan semua sumber daya dan kegiatan
sekolah secara aman, efektif, dan efisien menurut visi yang jelas,
mampu melaksanakan perubahan, mampu menciptakan relasi kerja dan
iklim belajar yang kondusif baik secara internal maupun eksternal demi
kesuksesan para siswa dalam belajar.
Menurut Bass dan avolio dalam buku Husaini Usman33, terdapat
4 dimensi pokok dalam fungsi kepemimpinan.
a. Pertama idealized influence, yaitu kepemimpinan kepala sekolah
yang memiliki idealisme yang tinggi, visi yang jelas, dan kesadaran
akan tujuan yang jelas. Kepala sekolah memiliki visi pendidikan
yang memahami tujuan sekolah dan mampu mewujudkannya. Fungsi
ini mendatangkan rasa hormat (respect) dan percaya diri (confidence)
dalam diri para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya.
32 Beyer, Bonnie, An imperative for leadership preparation programs:Preparing
future leader to meet the needs of students, schools, and communities, 2009, 8. 33Husaini Usman, Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 323.
31
Karakteristikatau komponen kepemimpinan dalam fungsi ini berupa:
1) melibatkan para staff, guru, dan pegawai serta stakeholder
lainnya dalam penyusunan visi, misi, tujuan, rencana strategis
sekolah, dan program kerja tahunan sekolah,
2) kepemimpinan yang selalu mengutamakan mutu secara
terencana, sistematis, dan berkesinambungan.
b. Kedua, inspirational motivation, yaitu fungsi kepemimpinan kepala
sekolah yang mengilhami dan selalu memberikan semangat kepada
para guru, pengawai, dan semua warga sekolah lainnya untuk
berprestasi
Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang mampu
menempatkan diri sebagai orang yang patut diteladani. Fungsi
kepemimpinan kepala sekolah yang mengunakan prinsip
kebersamaan dalam menangani beban tugas.
Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang mampu
mengekspresikan harapan-harapan yang jelas dan
mendemonstrasikan komitmen terhadap pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah. Komponen kepemimpinan dalam fungsi ini
yaitu:
1) Menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis, partisipatif,
dan kolegatif
2) Lebih menekankan pengembangan suasana kerja yang kondusif,
informal, rileks, dan didukung motivasi instrinsik yang kuat
32
sebagai landasan peningkatan produktivitas kerja,
3) Mengembangkan nilai-nilai kebersamaan, kesadaran kelompok
dan berorganisasi, menghargai consensus, saling percaya,
toleransi, semangat untuk maju, dan kesadaran untuk berbagi
dalam kreativitas dan ide-ide baru serta komitmen kuat untuk
sekolah lebih maju
4) Peduli dan mengembangkan nilai-nilai afiliatif
5) Peduli dan mengembangkan nilai-nilai kreativitas para guru,
pegawai, dan siswa, dan
6) mengembangkan kerja sama tim yang kuat dan kompak.
c. Ketiga, intellectual stimulation, yaitu fungsi kepemimpinan kepala
sekolah yang mengarahkan para guru, pegawai, dan warga sekolah
lainnya dengan selalu menggunakan pertimbangan rational.
Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang selalu mendorong
dan membuka peluang timbulnya kreativitas dan inisiatif baru, ide-
ide baru dan cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Dalam
komponen ini, yang terkait berupa:
1) Kepemimpinan yang menekankan pengembangan budaya kerja
yang positif, etos kerja, etika kerja, disiplin, transparan, mandiri,
dan berkeadilan,
2) Lebih bersifat memberdayakan para guru dan staf daripada
memaksakan kehendak kepala sekolah
3) Kepemimpinan yang mendidik
33
4) Kompeten dalam hal-hal teknis pekerjaan maupun pendekatan
dalam relasi interpersonal Keempat, individualized consideration,
yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang memberikan focus
perhatian pada individu dan kebutuhan pribadinya.
Fungsi kepemimpinan kepala sekolah yang mampu
mendengarkan dengan seksama dan membuat pertimbangan
berdasarkan kebutuhan dan potensi untuk mengembangkan kinerja,
prestasi, dan karir para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya.
Dalam komponen ini, yaitu: 1) kepemimpinan yang tanggap dan
peduli dengan kepedulian para anggota, 2) berorientasi pada
pengembangan profesionalisme para guru dan pegawai, 3)
kepemimpinan yang peduli terhadap perasaan dan kebutuhan
pengikutnya.
d. Keempat, charisma yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang
mempengaruhi para pengikutnya dengan ikatan-ikatan emosional
yang kuat sehingga menimbulkan rasa kagum dan segan kepada
pribadi pemimpinnya, mampu membangkitkan motivasi yang kuat
untuk selalu bekerja keras, kesadaran akan kehidupan berorganisasi,
menghormati dan merasa memiliki dan merasa bertanggung jawab
terhadap organisasi.
Dalam komponen ini yang terkait dengan fungsi charisma
yaitu: 1) mengembangkan karakter pribadi yang terpuji, jujur, dapat
dipercaya, dan memiliki integritas tinggi, 2) mampu memecahkan
34
masalah dengan pendekatan yang santun, lembut, dan arif, 3)
memiliki sifat kebapakan (paternalistik) yaitu tegas, arif dalam
mengambil keputusan dan sifat keibuan (maternalistik) yaitu lembut,
rela berkorban, pendamai, tempat mencurahkan perasaan hati.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut tampak bahwa fungsi
kepemimpinan yang dijalankan kepala sekolah sangat penting bagi
kehidupan sekolah. Kepala sekolah merupakan penggerak utama semua
proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Karena itu fungsi
kepemimpinan kepala sekolah harus dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kelima aspek dalam fungsi kepemimpinan kepala
sekolah yang transformational. Hal ini akan menjadi pendorong utama
pemberdayaan para guru dan pegawai untuk berkinerja tinggi dan
membawa perubahan budaya sekolah menuju kualitas yang lebih baik.
B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan
kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan
motivasi dalam menghasilkan sesuatu.34
Muhammad As’ad menyatakan bahwa kinerja adalah kesuksesan
seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja itu berkenaaan
dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Orang
yang tingkat kinerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif,
34Muliana, “KepemimpinanKepala SekolahDalamMeningkatkanKinerja żuru ẒStudi
KasusSMPNegeri1BandaAcehẓ”JurnalSerambiTarbawai,Vol.9,No.01,Januari2018,4.
35
begitu juga sebaliknya orang yang tingkat kinerjanya tidak mencapai
standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif atau berkinerja
rendah.35
Selanjutnya Suryadi mengutip dari Seribner (1979) mengatakan
bahwa kinerjaatauperformansiberasaldariakarkata”to performance”
yang mempunyai beberapa arti yang berarti: 1) mengerjakan atau
membawa, 2) menganti atau mengisi seperti sumpah, 3) menghabisi atau
menyelesaikan suatu penanganan, dan 4) mengerjakan apa yang
diharapkan dari seseorang atau mesin. Maka beliau menyimpulkan
bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu lembaga, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan lembaga
bersangkutan secara legal atau tidak melangggar hukum serta sesuai
dengan moral atau etika36. Rendahnya kinerja guru akan berpengaruh
terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan berpengaruh juga
terhadappelaksanaan pendidikan.37
Roeky Achmad S kinerja merupakan hasil atau apa yang keluar
dari suatu pekerjaan dan sumbangan mereka pada lembaga. Prestasi
kerja adalah suatu hasil kerja yang dikerjakan atau yang dihasilkan atau
diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja adalah hasil
35 MuhammadAs’ad, Psikologi industri (Yogyakarta: Liberty, 2003), 47. 36 Suryadi Prawerosentono, Kebijakan kinerja karyawan: Kiat membangun lembaga
kompetitif menjelang perdagangan bebas dunia, (Yogyakarta:BPFE 1999), 1-2. 37 Karweti, Engkay. "Pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah dan faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja terhadap kinerja guru SLB di Kabupaten Subang." Jurnal penelitian pendidikan 11.2 (2010): 77-89.
36
kerja berdasarkan penilaian tentang tugas dan fungsi jabatan sebagai
pendidik, manajer lembaga pendidikan, administrator, supervisor,
inovator, dan motivator atau apa pun yang penilaiannya dilaksanakan
oleh suatu institusi tertentu, baik lembaga internal maupun eksternal.
Dengan demikian, kinerja dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan suatu
perbuatan, prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui
keterampilan yang nyata, sehingga kinerja dapat pula diartikan sebagai
penampilan kerja.38
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kinerja merupakan hasil kerja kualitas maupun kuantitas yang dicapai
oleh seseorang atau sekelompok guna melaksanakan tugas kerja sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Kinerja dalam arti sebagai penampilan kerja menuntut adanya
pengekspresian potensi seseorang, dan pengekspresian ini menuntut
pengambil alihan tanggung jawab atau kepemilikan menyeluruh
seseorang pekerja terhadap pekerjaaanya. Seseorang yang dapat
mengekspresikan potensinya secara optimal akan menangani suatu
pekerjaan dengan baik dan akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh
karena itu, dalam hal ini peran lingkungan pekerjaan seperti suasana
kerja, gaya kepemimpinan, iklim organisasi, dan kerjasama dengan
38 Roeky Achmad S, Sistem manajemen kinerja, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000), 6.
37
rekan sejawat sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap kinerja
pekerja baik secara individual maupun secara kelembagaan.
David dkk dalam Ahyat Muh mengungkapkan: ”untuk dapat
mengetahui tingkat kualifikasi kinerja guru dan tingkah lakunya harus
melingkupi tiga kategori guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang
dikelolanya, yaitu merencanakan atau mempersiapkan aktifitas ruang
kelas, mengorganisasikan sekaligus melakukan kontrol terhadap sikap
siswa dalam proses belajarnya, dan mengajar dalam arti terfokus pada
penyediaan bimbingan belajar bagi siswa. Belajar mengajar pada
hakikatnya dapat menjadi dua aktifitas, yaitu kegiatan belajar dan
kegiatan mengajar dan masing-masing kegiatan memiliki makna yang
berbeda”.39
Bertolak dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kinerja guru atau prestasi kerja
(performance) guru adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu
dengan output yang dihasilkan tercermin baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Untuk melihat kinerja seseorang atau suatu argumentasi harus
mengacu pada aktifitas orang tersebut selama melaksanakan tugas pokok
yang menjadi tanggung jawabnya. Maksudnya adalah tingkat kualifikasi
39 Ahyat Muh, “Kinerja Guru Kontrak Second Junior Secondary Education Project (Proyek JSE II) SLTP Amuntai Tengah Kabupaten Hulu sungaiUtari”. Tesis, (Yogyakarta: UNY, 2002), 13.
38
kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang
dikerjakannya. Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam
kesehariannya tercermin pada peran dan fungsinya tersebut. Maka
kinerja guru dalam kegiatannya seperti merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi
oleh sikap mental dan profesionalisme guru.
Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan,
disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual juga
harus mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-
hal yang bersifat teknis ini terutama kegiatan mengelola dan
melaksanakan interaksi belajar mengajar yang tercantum dalam sepuluh
kompetensi guru di atas. Apabila guru sudah dapat menguasai dan
memahami ke-sepuluh kompetensi tersebut, maka kinerjanya pun
otomatis akan meningkat.
2. Indikator Kinerja Guru
Jabatan sebagai seorang guru bukan hanya sebagai jabatan
fungsional tetapi lebih bersifat profesional, artinya jabatan yang lebih
erat kaitannya dengan keahlian dan keterampilan yang telah dipersiapkan
melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus dalam bidangnya.
Karena guru telah dipersiapkan secara khusus untuk berkiprah dalam
bidang pendidikan, maka jabatan fungsional guru bersifat profesional
yang selalu dituntut untuk terus mengembangkan profesinya. A. Tabrani
Rusyan dkk, menyarankan bahwa dalam rangka mengatasi
39
permasalahan-permasalahan global sekolah perlu menerapkan
budaya Kinerja dalam proses pembelajaran dengan cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan para siswa.
b. Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses
pembelajaran.
c. Mendorong lahirnya “Sumber Daya Manusia” yang berkualitas
melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Menata pendayagunaan proses pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran berdaya guna dan berhasil guna.
e. Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul dalam
proses pembelajaran.
f. Memotivasi peserta didik, menghargai, dan mengejar kualitas yang
tinggi melalui proses pembelajaran.
g. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
globalisasi.
h. Memberi perhatian kepada peserta didik yang berbakat.
i. Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan bukan
kepada ijazah.
j. Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya
pola pikir siswa yang lebih demokratis.
k. Membudayakan nilai-nilai yang mencintai kualitas kepada peserta
didik.
40
l. Membudayakan sikapn kerja keras, produktif, dan disiplin.40
Indikator Kinerja Guru dapat mengacu pada pendapat Nana
Sudjana dkk, tentang kompetensi Kinerja guru, yaitu:
a. Menguasai bahan yang akan diajarkan.
b. Mengelola program belajar mengajar.
c. Mengelola kelas.
d. Menggunakan media/sumber pelajaran.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar.
g. Menilai prestasi siswa.
h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.41
3. Manajemen Kinerja Guru dalam Sistem Organisasi Sekolah
Menurut Oemar Hamalik manajemen organisasi membutuhkan
suatu pendekatan sistem termasuk organisasi sekolah. Dalam
pendekatan organisasi sekolah dapat dilihat sebagai suatu sistem
kesatuan yang saling berkaitan antara faktor input, proses, output,
dampak, dan lingkungan dalam menjalankan fungsinya termasuk
pengelolaan kinerja guru.42
40 A. tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar( Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2000), 11. 41 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Pembelajaran (Bandung: Sinar Baru, 2004), 107. 42 Oemar Hamalik, Manajemen pengembangan kurikulum, (Bandung: PPs UPI dan
Remaja Rosdakarya, 2007), 45.
41
Menurut Roeky Achmad S. manajemen kinerja berkaitan dengan
usaha yang dilakukan pimpinan organisasi untuk merencanakan,
mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan. Jadi sekolah
sebagai suatu organisasi pendidikan membutuhkan suatu pendekatan
sistem dalam merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi
sekolah.43
Jadi manajemen kinerja guru pada organisasi sekolah merupakan
usaha sistematis mengelola kinerja para guru dengan tujuan
meningkatkan kinerjanya baik secara individu maupun berkelompok
dan meningkatkan kinerja organisasi sekolah secara keseluruhan
sebagai suatu sistem yang padu. Selain itu, manajemen kinerja
guru di sekolah juga merupakan proses yang mengutamakan
komunikasi yang terbuka dan dalam relasi kemitraan antara
kepala sekolah sebagai pemimpin dan para guru sebagai staff pendidik
profesional. Komunikasi tersebut dilaksanakan melalui kepemimpinan
dalam menetapkan tujuan pendidikan, rencana kerja, memberi umpan
balik, penilaian kinerja dan pengembangan sekolah.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk
kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada
kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling
43 Roeky Achmad S, Sistem manajemen kinerja (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000), 6.
42
banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan
atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja, menurut Suryadi
Prawirosentono faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:
a. Efektivitas dan efisiensi. Efektivitas suatu orang adalah ukuran yang
ditunjukkan oleh kenyataan bahwa tujuan orang tersebut dapat
dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Efisiensi
berkaitan dengan jumlah yang dikeluarkan dalam upaya mencapai
tujuan.
b. Otoritas dan tanggung jawab. Authority (otoritas) adalah sifat dari
suatu komunikasi atau perintah dalam suatu kegiatan organisasi
formal yang dimiliki (diterima) oleh peserta organisasi kepada para
anggota organisasi lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai
dengan kontribusinya.
c. Disiplin, meliputi disiplin waktu dan disiplin kerja.
d. Inisiatif dan kreatifitas, ialah kemampuan memberdayakan daya
pikir untuk menyelesaikan pekerjaan kantor, kreatifitas dalam bentuk
ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan
organisasi.44
Keberhasilan organisasi dipengaruhi oleh struktur organisasi
yang tepat, pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dari
para peserta yang berkecipung dalam organisasi tersebut. Tanggung
44 Suryadi Prawerosentono, Kebijakan kinerja karyawan: Kiat membangun lembaga
kompetitif menjelang perdagangan bebas dunia, 29-32.
43
jawab akan tugasnya atau rasa tanggung jawab berkaitan atau dapat
dikaitkan dengan tingkat disiplin para peserta organisasi. Semakin baik
disiplin para peserta organisasi, diharapkan kinerja organisasi dalam
mencapai tujuan akan bertambah baik. Inisiatif yang merupakan
pencerminan kreatifitas ide yang bernuansa daya dorong dalam
mencapai tujuan organisasi dengan baik. Di samping itu efektivitas dan
efisiensi dapat menjadi tolak ukur kinerja suatu organisasi, kinerja
sebagai hasil kerja yang dicapai dalam lingkup pekerjaan atau jasa yang
bersangkutan di lingkungan sebuah organisasi.
5. Penilaian Kinerja Guru
Tugas manajer (kepala sekolah) terhadap guru salah
satunya adalah melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini
mutlak dilaksanakan untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai
oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai setiap guru baik, sedang, atau
kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan berguna bagi sekolah
dalam menetapkan kegiatannya. Malayu SP Hasibuan mengatakan
bahwa penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk
mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya. 45
Sementara itu, Husaini Usman ada lima faktor yang menjadi
kriteria paling populer dalam membuat penilaian kinerja yaitu (1)
kualitas pekerjaan, meliputi: akurasi, ketelitian, penampilan, dan
45 Malayu SP Hasibuan, Manajemen sumber daya manusia Cetakan I (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), 87.
44
penerimaan keluaran, (2) kuantitas pekerjaan, meliputi: volume keluaran
dan kontribusi, (3) supervisi yang diperlukan, meliputi: saran, arahan,
dan perbaikan, (4) kehadiran, meliputi: regulasi, dapat dipercaya
atau diandalkan dan ketepatan waktu, (5) konservasi, meliputi:
pencegahan pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan peralatan.46
Aspek aspek kinerja ini dapat dijadikan landasan ukuran dalam
mengadakan pengkajian tingkat kinerja seseorang. Berdasarkan uraian
tersebut disimpulkan bahwa kinerja secara umum dapat diukur
menurut bermacam-macam aspek kualitas kerja, kuantitas kerja,
ketepatan waktu pelaksanaan, biaya, inisiatif, pengetahuan dan
kemampuan bekerja atau kompetensi, perencanaan kerja, komunikasi,
supervisi, kehadiran dan konservasi. Permendiknas Nomor 41 tahun
2007 mengatur tentang standar formal proses pembelajaran di sekolah.
Standar proses tersebut meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan penilaian
pembelajaran, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian.
Penentuan aspek pengukuran dilakukan dengan melihat relevansi,
signifikansi, dan cakupan yang komprehensif terhadap kinerja guru
tersebut untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien mengenai standar formal proses pembelajaran di
sekolah.
46 Husaini Usman, Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 458.
45
Riggio mengatakan bahwa aspek-aspek yang diukur dalam
penilaian kinerja karyawan atau pegawai pada sebuah organisasi
secara umum mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Prestasi kerja
Prestasi kerja berkaitan dengan segala sesuatu yang
diperoleh karyawan atau pegawai dengan membudayakan segala
potensi yang dimiliki. Prestasi kerja dapat dilihat dari kecakapan,
keterampilan, kesungguhan kerja, dan hasil kerja. Seorang pegawai
yang memiliki kecakapan, keterampilan, kesungguhan kerja, dan
hasil kerja yang tinggi akan menghasilkan prestasi kerja yang
tinggi. Tinggi rendahnya kecakapan, keterampilan, kesungguhan
kerja, dan hasil kerja seorang pegawai akan mempengaruhi
kinerjanya
b. Tanggung jawab
Tanggung jawab seorang karyawan atau pegawai
berkaitan dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk menjalankan
pekerjaannya. Tanggung jawab seorang karyawan dapat diukur
dari pelaksanaan tugas, dedikasi yang dimiliki, serta
kemampuannya untuk bertanggung jawab terkait dengan semua
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya selama waktu berlangsung.
46
c. Ketaatan
Ketaatan karyawan atau pegawai berkaitan dengan
disiplin yang dimilikinya dalam menjalankan pekerjaannya.
Disiplin ini dilihat dari ketepatan waktu kerja, penggunaan jam
kerja, dan kepatuhan terhadap semua aturan yang berlaku dalam
sebuah organisasi. Ketaatan juga berkaitan dengan sikap sopan
santun selama bekerja. Ada kalanya karyawan menunjukkan sikap
yang kurang sopan pada saat bekerja. Hal ini dapat menjadi salah
satu indikator karyawan yang kurang bertanggungjawab.
d. Kejujuran
Dalam bekerja setiap karyawan dituntut untuk bersikap
jujur. Kejujuran dalam hal ini dimaksudkan dengan keikhlasan
dalam melaksanakan pekerjaan yang diserahkan kepadanya.
e. Kerjasama
Kerjasama merupakan salah satu faktor penting yang
harus dimiliki setiap karyawan-karyawan yang tidak mampu
bekerjasama dengan orang lainmerupakan cerminan
ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
kerja.47
C. Kerangka Berpikir
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi
47 Riggio, S.E, Instroduction to industrial and organizational psychology 4th. Edition.
New Jersey: Prentice Hall, 2003), 64.
47
sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka kepemimpinan kepala sekolah
perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan peran dari kepala sekolah itu
sendiri dan personil sekolah lainnya guna mencapai hasil yang diharapkan.
Menurut Gibson yang dikutip oleh Ilyas (1999:57) untuk mencapai
kinerja yang baik ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku
kerja dan kinerja yaitu: Pertama, variabel individu, yang meliputi:
Kemampuan dan keterampilan; Latar belakang keluarga, tingkat sosial,
pengalaman, umur, etnis, jenis kelamin; Kedua, variabel organisasi, yang
mencakup antara lain: Sumber daya; Kepemimpinan; Imbalan; Struktur;
Desain pekerjaan; Ketiga, variabel psikologis, yang meliputi: Presepsi; Sikap;
Kepribadian; Belajar; Motivasi.48
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin pendidikan,
yaitu memimpin guru, membina kerjasama yang harmonis antar anggota staf
sehinggga dapat membangkitkan semangat kerja, motivasi kerja bagi guru
yang dipimpin serta menciptakan suasana yang konduktif. Kepemimpinan
yang bagus, kerjasama yang harmonis serta suasana yang konduktif
menjamin guru menjadi senang untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya. Disamping itu kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci
proses pemberdayaan kegiatan pendidikan di sekolah. Unsur kepemimpinan
kepala sekolah adalah pengaruh yang dimilikinya dan kemampuan
48 Indrawati, Yuliani. "Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru matematika dalam
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (kbk) pada sekolah menengah atas Kota Palembang." Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya 4.7 (2006): 41-58.
48
menggunakan pengaruh tersebut serta akibat pengaruh itu bagi orang yang
hendak dipengaruhi yaitu para guru. Pengaruh tersebut diwujudkan melalui
fungsi kepemimpina kepala sekolah yaitu charisma, idealized influence,
inspirational motivation, intellectual stimulation, individual consideration.
Pengelolaaan fungsi kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, dengan demikian keberhasilan
tujuan pendidikan akan mudah tercapai.
Dalam mempimpin guru setiap top mamupu middle management
memiliki fungsi kekepimpinan masing-masing. Kepemimpinan yang
digunakan adalah fungsi kepemimpinan adminstratif, idealized influence,
inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individual
consideration. Keberhasilan pendidikan di sekolah bukan saja ditentukan
oleh kepemimpinan adminstratif pemimpin, melainkan juga para bawahan
(guru) sebagai pelaksana akan memberikan peranan yang sangat penting
dalam sekolah. Kepemimpinan seorang pemimpin pada umumnya ingin
merefleksikan sifat-sifat dan tujuan dari kelompoknya. Keberhasilan
organisasi atau perubahan juga sangat ditentukan oleh keberhasilan pemimpin
dengan kepemimpinan dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya.
Pelaksanaan suatu kepemimpinan tidak terlepas dari perilaku atau cara-cara
yang diterapkan oleh pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya, sehingga
bawahan akan menjalankan tugas atau pekerjaannya secara efektif dan
produktif juga pemimpin menerapkan fungsi kepemimpinan tertentu, maka
Kinerja guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah akan sangat baik.
49
Tolak ukur dari kinerja guru sendiri meliputi aktivitas yang berkaitan
dengan kemampuan guru mengelola pembelajaran peserta didik yaitu
pemahaman tentang peserta didik, perancangan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk dapat
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Di samping itu
motivasi kerja guru sebagai perangsang keinginan dan daya gerak yang
menyebabkan seorang guru bersemangat dalam mengajar. Guru yang
bersemangat dalam mengajar terlihat dalam ketekunannya ketika
melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang tinggi dalam memecahkan masalah,
penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini berdampak pada prestasi kerja, teori
diatas dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh antara kepemimpinan
kinerja guru.
D. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
dalam penelitian, di mana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.49 Seorang peneliti memerlukan hipotesis yang akan
mengarahkan rencana dan arah penelitiannya. Tanpa hipotesisi (ide) yang
mengarahkan, peneliti sulit mencari fakta yang ingin dikumpulkan dan sukar
menetukan mana yang relevan dan mana yang tidak.
1. Ha Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2013), 64.
KEPALA SEKOLAH
KINERJA GURU
50
Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Sila Kecamatan
Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020?
Ho Tidak Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Sila
Kecamatan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020?
2. Ha Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Nurul Mukhtar
Kecamatan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020?
Ho Tidak Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Nurul
Mukhtar Kecamatan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020?
3. Ha Ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Darul Hamid
Kecamatan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020?
Ho Tidak ada Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Darul
Hamid Kecamatan Bolo Tahun Pelajaran 2019/2020?
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Pendekatan Penelitian
Sebagai langkah awal dalam melakukan suatu peneli tian adalah
membuat desain suatu peneli tian atau menentukan langkah-langkah
dalam peneli tian. Desain peneli tian merupakan “rencana tentang suatu
cara mengumpulkan dan menganalisis suatu data agar dapat dilaksanakan
secara lebih ekonomis serta sistematis dengan tujuan penelitian itu”50
Desain penelitian yang peneli ti gunakan dalam melakukan
peneli tian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
rancangan multisitus, karena penelitian ini menggunakan dua subjek, latar
atau tempat penyimpanan data. Subjek penelitian ini lebih dari satu,
karena sesuai dengan pendapat Bogdan, penelitian menggunakan
multisitus berusaha mengkaji beberapa subyek tertentu dan
membandingkan dan mempertentangkan beberapa subyek tersebut.
Aturannya subyek yang diperbandingkan harus sejenis sebanding.
Untukitu peneliti mengambil subyek sekolah yang sama-sama dari
lembaga pendidikan islam swasta yakni MTs Sila, MTs Nurul Mukhtar,
MTs Darul Hamid, “peneli tian kuantitatif bertujuan untuk membuktikan
teori51, menunjukkan pengaruh antar variabel dan membuat prediksi”.
Peneli ti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
50 Nasution, Metodologi Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 23. 51 Setiyati, Sri. "Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi Kerja, dan budaya
sekolah terhadap kinerja guru." Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 22.2 (2014): 200-206.
52
rumus regresi linier sederhana karena sesuai dengan masalah yang akan
diteli ti dan data yang akan dikumpulkan merupakan data yang berupa
angka, selanjutnya ditabulasi dalam bentuk tabel yang disediakan.
Dengan memakai pendekatan kuantitatif dapat memberikan hasil
penelitian yang reabili tas atau valid sehingga kesimpulannya dapat
berlaku untuk semua populasi dalam obyek peneli tian ini.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel penelitian yang terdiri
dari:
1. Variabel bebas (independent) yaitu gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah
2. Variabel terikat (dependent) yaitu tentang kinerja guru
C. Populasi dan sampel
Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah peneli tian, maka peneli tiannya tersebut merupakan peneli tian
populasi. Populasi adalah ”semua subjek atau objek sasaran
peneli tian”52. Sedangkan menurut pendapat lain, populasi merupakan
”keseluruhan subjek peneli tian” 53
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud
dengan populasi adalah keseluruhan dari subyek yang diteli ti, bisa berupa
individu, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lain yang menjadi subyek
52 Supardi, Metodologi Penelitian (Mataram : Yayasan Cerdas, 2006), 27. 53 Suharsimi Arikunto, Metodologi Pebelitian Suatau Pendekatan Praktik ( Jakarta : PT
Aneka Cipta, 2001), 108.
53
peneli tian. Adapun populasi yang dimaksud dalam pelaksanaan peneli tian
ini adalah kepala sekolah dan guru se Kecematan Bolo.
Suharsimi berpendapat bahwa apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga peneli tiannya tersebut merupakan
peneli tian populasi, jika subyeknya penelitiannya besar dapat diambil
10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari
kemampuan peneli ti yang dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya,
sempit luasnya wilayah pengamatan setiap subyek, karena ini
menyangkut banyak sedikitnya data dan besar kecilnya resiko yang
ditanggung oleh peneli ti.54 Dalam penelitian ini ada tiga MTs se
kecematan bolo dengan total guru berjumlah 135 orang, kemudian
peneliti mengambil sampel sebanyak 40% yaitu 54 orang guru.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ada beberapa cara atau tekhnik
untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Tekhniknya sebagai berikut:
1. Koesioner atau angket
Kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh suatu informasi dari responden”.55
Instrumen angket digunakan untuk mendapatkan suatu data56 tentang
pengaruh gaya kepemimpinan adminstratif kepala sekolah terhadap
kinerja guru.
54 Suharsimi Arikunto, Metodologi Pebelitian, 120. 55 Supardi, Metodologi Penelitian, 29. 56 Rahardja, Alice Tjandralila. "Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan
Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta." Jurnal Pendidikan Penabur. III (3).[Online]. Tersedia: Www. Bpkpenabur. Or. Id/jurnal.[20 Oktober 2005] (2004).
54
Kisi-kisi Koesioner Gaya Kepemimpinan Demokratis (X)
NO indikator Soal Jumlah 1 Keputusan dibuat bersama
a. Pemimpin tidak sungkan untuk terlibat bersama-sama dengan bawahan untuk membuat keputusan
b. melakukan aktivitas kerja demi pencapaian tujuan organisasi.
1,2,3, 4, 5 5
2 Menghargai potensi setiap bawahannya a. Kepemimpinan demokratis
menghargai setiap potensi individu b. bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing,
c. mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat dan kondisi yang tepat.
6,7,8,910 5
3 Mendengar kritik, saran/pendapat dari bawahan
a. Mendapat kritikan, saran/pendapat dari bawahan merupakan hal yang wajar dalam kehidupan organisasi.
b. meningkatkan potensi diri dan bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya serta
c. mampu belajar dari kesalahan yang telah dilakukan.
11,12,13,14,15 5
4 Melakukan kerjasama dengan bawahannya. a. mampu bekerja sama/ terlibat
langsung secara bersama-sama dalam menjalankan tugas demi pencapaian tujuan organisasi.
b. Pemimpin juga tidak sungkan untuk terjun langsung kelapangan untuk menjalankan tugas.
16, 17, 18, 19 4
55
Kisi- Kisi Koesioner Kinerja Guru
NO indikator Soal Jumlah 1 Menguasai bahan yang akan diajarkan. 1,2,3 3
2 Mengelola kelas 4,5,6,7 4
3 Menggunakan media/sumber pelajaran 8,9,10,11 4
4 Mengelola interaksi belajar mengajar 12, 13, 14, 15 4
5 Menilai prestasi siswa 16, 17, 18, 19 4
Kuesioner ini terdiri dari 38 item pernyataan, 19 item tentang
gaya kepemimpinan demokratis (koesioner 1), 19 item tentang kinerja
guru (koesioner 2), dan akan dibagikan kepada 135 guru, dengan
sample yang di ambil 40% yaitu 54 guru, 4 pil ihan respons yaitu,
pilihan jawaban SL (Selalu) = 4, SR (Sering) = 3, KK (Kadang-kadang)
= 2, TP (Tidak pernah )= 1.
Kuesioner ini dibuat untuk mendapatkan nilai X (Gaya
Kepemimpinan Demokratis), Y (Kinerja Guru) pada rumus tekhnik
analisis data.
2. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
yang di perlukan
a. Data Sekolah
b. Surat Pengantar Penelitian Dari Bappeda
c. Surat Penarikan Penelitian
d. Angket yang Dibagikan
3. Observasi
56
Dalam metode ini, peneli ti mencatat apa yang dilihat dan
didengar di lokasi peneli tian mengenai gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah dan kinerja guru, dan dengan metode ini, peneli ti
berusaha untuk mengetahui kenyataan sesungguhnya, kesesuaian antara
keterangan yang didapati dari responden dengan kenyataan yang
sebenarnya di lingkungan sekolah.
E. Tekhnik Analisi Data
Berdasarkan masalah, tujuan, dan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini, maka tekhnik analisis data yang digunakan adalah:
1. Uji keabsahan Instrumen
a. Validasi Ahli
Validasi instumen/angket dilakukan oleh Dr. H. Adi Fadli,
M.Ag. dan Dr. Emawati M.Ag Dosen Program Study Pasca
Sarjana Manajemen Pendidik Islam, Universitas Islam Negeri
Mataram. Validasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
digunakan untuk merevisi Instrumen/ Angket kompetensi
Pedagogik, kompetensi sosial, dan berpikir kreatif. hasil validasi
dari ahli diperoleh dengan cara penilaian melaui lembar validasi.
b. Validasi Butir
Validitas berarti “ketepatan suatu alat ukur (instrumen)
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.57Validitas adalah
salah satu ciri yang menandai suatu instrument yang baik.
57 Arief Furqan, Pengantar Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2007),
293.
57
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Instrument yang
digunakan dalam pelaksanaan peneli tian ini adalah angket
(kuesioner), maka peneliti harus menguji kevalidan angket sebelum
disebarkan pada saat penelitian dengan begitu, angket yang
digunakan layak untuk dipakai atau dipergunakan. Pada penelitian
ini ada dua angket yang harus diuji kevalidannya yaitu gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah (X), kinerja guru (Y).
Dimana peneliti mengambil 20 orang guru di MTs sekecamatan
Woha Kabupaten Bima untuk mengisi angket uji validitas.
Menurut Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan dalam
SuharsimiArikunto “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia
“valid” biasa disebutdenganistilah“sahih”.58
Rumus yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis
validitas butir angket adalah rumus product moment yang
dikemukakan oleh Pearson, 59 di hitung dengan menggunakan aplikasi
SPSS 16.0
Keterangan: rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y,
dua variabel yang dikorelasikan.
58 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), 64. 59 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, 72.
58
∑xy = jumlah perkalian x dengan y X = angka mentah variabel x Y = angka mentah variabel y x2 = kuadrat dari x y2 = kuadrat dari y
c. Uji Reliabilitas
Suatu angket yang baik harus memiliki keterpercayaan yang
kuat. Angket dikatakan mempunyai reliabilitas yang kuat jika angket
tersebut memberikan hasil yang tetap untuk beberapa kali pengukuran
bila mengukur objek yang sama. Jadi reliabilitas angket berhubungan
dengan suatu masalah ketetapan hasil angket.60 Selanjutnya
menggunakan rumus Alpha Cronbach, di hitung dengan menggunakan
aplikasi SPSS 16.0
Dimana: koefisien reliabilitas
= korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua.61
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis
diterima atau ditolak dengan syarat bahwa sampel harus berdistribusi
normal.62 Uji Hipotesis menggunakan rumus Regresi Linier
Sederhana.63 Diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0
Y = a + bX
60 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, 86. 61. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, 359. 62Sugiyono, Statistik Penelitian, 273 63 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (bandung : alfabeta, 2015), 275.
59
Dimana :
Y = Subyek dalah variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y ketika X = 0 (Harga Konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka
arah garis turun
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu64
64Sugiono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Al fabeta, 2015),261.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Uji Prasyarat Instrumen
1. Validasi Butir
Pada penelitian ini ada tiga angket yang harus diuji kevalidannya yaitu
angket tentang kepemimpinan demokratis (X), dan kinerja guru (Y). Dimana
peneliti mengambil membagikan koesioner kepada 30 orang guru MTs
sekacamatan woha kabupaten bima untuk mengisi angket uji validitas yang
kemudian dioleh kedalam aplikasi SPSS 16.0 dengan taraf signifikan 5 % dan
diperoleh nilai r tabel dengan N (30) = 0,36165 dan dikatakan Valid apabila r
hitung > r table = Valid.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Angket Gaya Kepemimpinan Demokratis66
No Item rxy r table (5%) (30) Keterangan 1 0,264 0,361 Tidak Valid 2 0,371 0,361 Valid 3 0,467 0,361 Valid 4 0,363 0,361 Valid 5 0,157 0,361 Tidak Valid 6 0,465 0,361 Valid 7 0,571 0,361 Valid 8 0,349 0,361 Tidak Valid 9 0,548 0,361 Valid 10 0,047 0,361 Tidak Valid 11 0,397 0,361 Valid 12 0,350 0,361 Tidak Valid 13 0,615 0,361 Valid
65 Sugiono, Statistika untuk Peneltian, 373. 66 Lampiran 3
61
14 0,676 0,361 Valid 15 0,588 0,361 Valid 16 0.607 0,361 Valid
17 0,517 0,361 Valid
18 0,676 0,361 Valid
19 0,467 0,361 Valid (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Berdasarkan uji validasi dengan menggunakan program SPSS 16.0
bahwa angket gaya kepemimpinan demokrasi kepala sekolah yang digunakan
dalam penelitian ada yang tidak valid yaitu item 1, 5, 8, 10, 12 kemudia item
soal tersebut di hapus dan hanya diambil yang valid saja untuk digunakan dan
layak dipakai pada saat penelitian .
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Angket Kinerja Guru67
No Item rxy r table (5%) (30) Keterangan 1 0,591 0,361 Valid 2 0,498 0,361 Valid 3 0,387 0,361 Valid 4 0.512 0,361 Valid 5 0.363 0,361 Valid 6 0,323 0,361 Tidak Valid 7 0,271 0,361 Tidak Valid 8 0,588 0,361 Valid 9 0,315 0,361 Tidak Valid 10 0,462 0,361 Valid 11 0,376 0,361 Valid 12 0,391 0,361 Valid 13 0,440 0,361 Valid 14 0,388 0,361 Valid 15 0,471 0,361 Valid 16 0,413 0,361 Valid
17 0,121 0,361 Tidak Valid
18 0,261 0,361 Tidak Valid
19 0,382 0,361 Valid (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
67 Lampiran 3
62
Berdasarkan uji validasi dengan menggunakan program SPSS 16.0
bahwa angket gaya kepemimpinan demokrasi kepala sekolah yang digunakan
dalam penelitian ada yang tidak valid yaitu item 6, 7, 9, 17, 18 kemudia item
soal tersebut di hapus dan hanya diambil yang valid saja untuk digunakan dan
layak dipakai pada saat penelitian
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus alpha dengan
menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Dengan taraf signifikansi = 0,05 (5%).
Instrumen dapat dikatakan reliabel jika nilai rhitung > nilai rtabel
Tabel 4.8 Tabel uji Reliabilitas68
Variabel rxy Taraf 5% (30) keterangan X (Gaya Kepemimpinan Demokratis)
0,704 0,361 Reliable
Y (Kinerja Guru) 0,779 0,361 Reliable
(Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Hasil uji reliabelitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas angket X
sebesar angket 0,704 Y sebesar 0,779, dan angket dengan r table 0,361
berdasarkan nilai koefisien reliabilitas tersebut dapat disimpilkan bahwa r
hitung > r tabel. Jadi semua angket dalam penelitian ini reliabel atau
konsisten, sehingga dapat digunakan sebagai instrument penelitian.
B. Deskripsi Data hasil Penelitian
1. Interpretasi data Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala
Sekolah (X)
Tabel 4.9
68 Lampiran 3
63
Distribusi Nilai Gaya Kepemimpinan Demokratis (X)69
N Mean Median Mode Std. Dev Variance Range Min Max Sum
54 49.43 50.00 53 5.629 31.683 30 33 63 2669
(Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Tampilan tabel output SPSS di atas menunjukkan jumlah
responden (N) ada 54, dari 54 responden ini jumlah angket terkecil
(Minimum) adalah 33 dan jumlah angket terbesar (Maximum) 63, nilai
range merupakan selisih nilai minimum dan maximum yakni sebesar 30
dan nilai sum merupakan penjumlahan nilai gaya kepemimpinan
demokratis kepala sekolah ke-54 guru (responden) yaitu sebesar 4083.
Rata-rata nilai dari 54 responden atau mean sebesar 49.43 dengan standar
deviasi sebesar 5,629.
Analisa Prosentase
Tabel 4.10 Hasil Prosentase Variabel Gaya Kepemimpinan Demokratis (X)70
Variabel Kategori Kriteria F % Kompetensi Pedagogik (X1)
Tinggi ≥55,05 7 13.0 Sedang 43.81 - 55,00 43 79.6 Rendah ≤43.81 4 7,4
Jumlah 54 100% (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Data di atas menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan
Demokratis untuk kategori tinggi dengan frekuensi 7 dan prosentase
sebesar 13.0%. Gaya Kepemimpinan Demokratis untuk kategori
sedang dengan frekuensi 43 dan prosentase sebesar 79.6% dan Gaya
Kepemimpinan Demokratis untuk kategori rendah dengan frekuensi 4
69 Lampiran 7 70 Lampiran 7
64
dan prosentase sebesar 7.4%, jadi dapat disimpulkan bahwa Gaya
Kepemimpinan Demokratis rata-rata sedang. Karena dari tabel di atas
telah membuktikan bahwa prosentase yang paling banyak
menunjukkan pada kategori sedang sebesar 76.9% dengan jumlah
frekuesi 43.
Gambaran lebih jelas adalah melihat gambar perbandingan
Gaya Kepemimpinan Demokratis dibawah ini :
Gambar 4.1 Diagram Gaya Kepemimpinan Demokratis (X)
(Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Pada gambar diagram prosentase Gaya Kepemimpinan
Demokratis di datas dapat dilihat bahwa untuk kategori tertingi
prosentasi sebesar 7,4%, kategori sedang 76.9% dan kategori rendah
13.0%. Dari tabel di atas telah membuktikan bahwa prosentase yang
paling banyak menunjukkan pada kategori sedang sebesar 76.9%.
13.0%
76. 9%
7.4%
65
Dapat disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan Demokratis yang
dimiliki oleh Kepala Sekolah MTs Sekecematan Bolo.
2. Interpretasi data Kinerja Guru (Y)
Tabel 4.9 Distribusi Nilai Kinerja Guru (Y)71
N Mean Median Mode Std. Dev Variance Range Min Max Sum
54 47.96 49.00 51 7.201 51.848 35 29 64 2590
(Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Tampilan tabel output SPSS di atas menunjukkan jumlah
responden (N) ada 54, dari 54 responden ini jumlah angket terkecil
(Minimum) adalah 29 dan jumlah angket terbesar (Maximum) 64, nilai
range merupakan selisih nilai minimum dan maximum yakni sebesar 35
dan nilai sum merupakan penjumlahan nilai gaya kinerja guru ke-51 guru
(responden) yaitu sebesar 2590. Rata-rata nilai dari 54 responden atau
mean sebesar 47.96 dengan standar deviasi sebesar 7.201.
Analisa Prosentase
Tabel 4.10 Hasil Prosentase Variabel Gaya Kepemimpinan Demokratis (X)72
Variabel Kategori Kriteria F % Kompetensi Pedagogik (X1)
Tinggi ≥55,16 7 13.0 Sedang 40.76 - 55,16 40 74.1 Rendah ≤40.76 7 13.0
Jumlah 54 100% (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Data di atas menunjukkan bahwa Kinerja Guru untuk kategori
tinggi dengan frekuensi 7 dan prosentase sebesar 13.0%. Kinerja Guru
71 Lampiran 7 72 Lampiran 7
66
untuk kategori sedang dengan frekuensi 40 dan prosentase sebesar
74.1% dan Kinerja Guru untuk kategori rendah dengan frekuensi 7 dan
prosentase sebesar 13.0%, jadi dapat disimpulkan bahwa Kinerja Guru
rata-rata sedang. Karena dari tabel di atas telah membuktikan bahwa
prosentase yang paling banyak menunjukkan pada kategori sedang
sebesar 74.1% dengan jumlah frekuesi 40.
Gambaran lebih jelas adalah melihat gambar perbandingan
Kinerja Guru dibawah ini :
Gambar 4.1 Diagram Kinerja Guru (Y)
(Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Pada gambar diagram prosentase Kinerja Guru di datas dapat
dilihat bahwa untuk kategori tertingi prosentasi sebesar 13.0%,
kategori sedang 74.1% dan kategori rendah 13.0%. Dari tabel di atas
telah membuktikan bahwa prosentase yang paling banyak
13.0%
74.1%
13.0%
67
menunjukkan pada kategori sedang sebesar 74.1%. Dapat disimpulkan
bahwa Kinerja Guru yang dimiliki oleh guru MTs Sekecematan Bolo
sedang.
a. Uji Hipotesis
1. Uji analisis regresi linier sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menguji
pengaruh suatu variabel dependen terhadap variabel independen
Dasar pengambilan keputusan : pengambilan keputusan dalam
uji regresi linier sederhana dapat mengacu pada dua hal yakni :
A. Membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05
1) Jika nilai signifikansi < 0,05, artinya variabel X1/X2
berpengaruh terhadap variabel Y.
2) Jika nilai signifikansi > 0,05, artinya variabel X1/X2 tidak
berpengaruh terhadap variabel Y
B. Membandingkan nilai thitung dengan ttabel
1) Jika nilai FHitung > Ftabel artinya variabel X1/X2 berpengaruh
terhadap Variabel Y
2) Jika nilai FHitung < Ftabel artinya variabel X1/X2 tidak
berpengaruh terhadap variabel Y
Pengujian Hipotesis gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru sekecamatan Bolo
(Ho) : Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah terhadap kinerja guru sekecamatan Bolo.
68
(Ha) : Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja gurusekecamatan Bolo
Tabel 4.22 Output Coefficiens X terhadap Y73
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1. (Constant)
Gaya Kepemimpinan
Demokratis.
29.365
.376
8.433
.170
.294
3.482
2.219
.001
.031
a. Dependent Variable: berpikir kretaif (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Ouput (Coefficients) : diketahui nilai constant (a) sebesar
29.365, sedang nilai gaya kepemimpinan kepala sekolah (b/Koefisisen
regresi) sebesar 0,376, kemudian masukkan ke dalam persamaan regresi
linier sederhana sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 29.365 + 0,376X
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan :
1) Kostanta (a) sebesar 29.365, mengandung arti bahwa nilai konsisten
variabel kemampuan kinerja guru adalah positif yaitu sebesar
29.365
2) Koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan demokratis X
sebesar 0,376 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai gaya
73 Lampiran 12
69
kepemimpinan demokratis, maka nilai kinerja guru siswa bertambah
sebesar 0,376. Koefisien tersebut bernilai positif. Sehingga dapat
dikatan bahwa arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif
Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana
1) Berdasarkan nilai signifikansi : dari tabel Coeffisients diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,031 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah (X)
berpengaruh terhadap variabel kinerja guru (Y)
2) Berdasarkan nilai t : diketahui nilai thitung sebesar 2.219> ttabel 2,021
Jadi, dapat disimpulkan bahwa H diterima yang berarti terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis (X) terhadap kemampuan
kinerja guru (Y)
Pengujian Hipotesis Masing-masing Situs Penelitin
C. Situs 1: Madrasah Tsanawiyah Sila
1) (Ho) : Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs Sila
(Ha) :Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru MTs Sila
Tabel 4.22 Output Coefficiens X terhadap Y74
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
74 Lampiran 12
70
2. (Constant) Demokratis.
35.596
.261
12.329
.252 .238
2.887
1.038
.010
.313
b. Dependent Variable: Kinerja Guru (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Ouput (Coefficients) : diketahui nilai constant (a) sebesar
35.596, sedang nilai gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah
MTs Sila (b/Koefisisen regresi) sebesar 0,261, kemudian masukkan ke
dalam persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 35.596 + 0,261X
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan :
1) Kostanta (a) sebesar 35.596, mengandung arti bahwa nilai
konsisten variabel kemampuan kinerja guru MTs Sila adalah
positif yaitu sebesar 35.596
2) Koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan demokratis X
sebesar 0,261 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai
gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah MTs Sila, maka
nilai kinerja guru MTs Sila bertambah sebesar 0,261. Koefisien
tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatan bahwa arah
pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif
Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana
3) Berdasarkan nilai signifikansi : dari tabel Coeffisients diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,010< 0,05, sehingga dapat disimpulkan
71
bahwa variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah MTs Sila (X)
berpengaruh terhadap variabel kinerja guru MTs Sila (Y)
4) Berdasarkan nilai t : diketahui nilai thitung sebesar 2.887> ttabel 0.444
(T table lihat lampiran 9)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa H diterima yang berarti terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis MTs Sila (X) terhadap
kemampuan kinerja guru MTs Sila (Y)
D. Situs 2: Madrasah Tsanawiyah Nurul Mukhtar
3) (Ho) : Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs Nurul Mukhtar
(Ha) :Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru MTs Nurul Mukhtar
Tabel 4.22 Output Coefficiens X terhadap Y75
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
3. (Constant)
Demokratis.
20.280
.573
10.369
.204
.541
1.956
2.807
.065
0.11
c. Dependent Variable: Kinerja Guru (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Ouput (Coefficients) : diketahui nilai constant (a) sebesar
20.280, sedang nilai gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah
75 Lampiran 12
72
MTs Nurul Mukhtar (b/Koefisisen regresi) sebesar 0,573, kemudian
masukkan ke dalam persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 20.280 + 0,573X
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan :
1) Kostanta (a) sebesar 20.280, mengandung arti bahwa nilai
konsisten variabel kemampuan kinerja guru MTs Nurul Mukhtar
adalah positif yaitu sebesar 20.280
2) Koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan demokratis X
sebesar 0,573 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah MTs Nurul Mukhtar,
maka nilai kinerja guru MTs Nurul Mukhtar bertambah sebesar
0,573. Koefisien tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatan
bahwa arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif
Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana
5) Berdasarkan nilai signifikansi : dari tabel Coeffisients diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,065< 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah MTs Nurul
Mukhtar (X) berpengaruh terhadap variabel kinerja guru MTs
Nurul Mukhtar (Y)
6) Berdasarkan nilai t : diketahui nilai thitung sebesar 1.956> ttabel 0.444
73
Jadi, dapat disimpulkan bahwa H diterima yang berarti terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis MTs Nurul Mukhtar (X)
terhadap kemampuan kinerja guru MTs Nurul Mukhtar (Y)
E. Situs 3: Madrasah Tsanawiyah Darul Hamid
3) (Ho) : Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs Darul Hamid
(Ha) :Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru MTs Darul Hamid
Tabel 4.22 Output Coefficiens X terhadap Y76
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
4. (Constant)
Demokratis.
27.900
.388
15.998
.326
.270
1.744
1.190
.098
.249
d. Dependent Variable: Kinerja Guru (Sumber: Data Primer Diolah Melaui SPSS 16.0 2019)
Ouput (Coefficients) : diketahui nilai constant (a) sebesar
27.900, sedang nilai gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah
MTs Darul Hamid (b/Koefisisen regresi) sebesar 0,388, kemudian
masukkan ke dalam persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 27.900 + 0,388X
Persamaan tersebut dapat diterjemahkan :
76 Lampiran 12
74
a) Kostanta (a) sebesar 27.900, mengandung arti bahwa nilai konsisten
variabel kemampuan kinerja guru MTs Darul Hamid adalah positif
yaitu sebesar 27.900
b) Koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan demokratis X sebesar
0,388 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah MTs Darul Hamid, maka
nilai kinerja guru MTs Darul Hamid bertambah sebesar 0,388.
Koefisien tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatan bahwa
arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif
Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana
7) Berdasarkan nilai signifikansi : dari tabel Coeffisients diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,098< 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah MTs Darul
Hamid (X) berpengaruh terhadap variabel kinerja guru MTs Darul
Hamid (Y)
8) Berdasarkan nilai t : diketahui nilai thitung sebesar 1.744> ttabel 0.444
Jadi, dapat disimpulkan bahwa H diterima yang berarti terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis MTs Darul Hamid (X)
terhadap kemampuan kinerja guru MTs Darul Hamid (Y)
75
BAB V
PEMBAHASAN
Gaya kepemimpinan demokratis menurut Nawawi yaitu gaya
kepemimpinan dimana pemimpin menempatkan manusia dan bawahan sebagai
faktor terpenting dalam organisasi dan berorientasi pada hubungan kemanusiaan.
Kepemimpinan demokratis menganggap sebagai rekan atau pasangan dalam
melaksanakan tugas. Dalam kepemimpinan demokratis kebijaksanaan dan
keputusan dibuat bersama bawahan dan atasan (kepala sekolah dan guru),
Wewenang kepala sekolah tidak mutlak, Kepala sekolah bersedia melimpahkan
sebagia wewenangnya kepada wakil kepala sekolah atau guru, keputusan dibuat
bersama, kebijakan dibuat bersama, komunikasi berlangsung timbal balik,
pengawasan dilakukan secara wajar, pujian dan kritikan seimbang. Sedangkan
menurut Pamudji kepemimpinan demokratis cenderung mengimplementasikan
nilai-nilai demokratis yakni; memberikan hak dan kesempatan yang sama pada
setiap individu untuk mengaktualisasikan diri, mendorong untuk berpartisipasi
aktif dalam pengambilankeputusan, menumbuhkan dan mengembangkan
kehidupan bersama dalam kebersamaan melalui kerja sama yang saling mengakui
dan menghargai, jujur dan sportif.77
“Kinerjaadalahhasilkerjasecarakualitasdankuantitasyangdicapaioleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.Pemberian hadiah untuk merangsang bekerja sungguh-
sungguh, sudah menjadi kebiasaan dan dapat di terima oleh kebanyakan orang,
77Idawati, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru, Jurnal Eklektika,
Oktober 2013, Volume 1 Nomor 2,155.
76
karena hadiah berfungsi sebagai motivator kerja.Guru di tuntut memiliki kinerja
yang mampu memberikandan realisasikan harapan dan keinginan semua pihak,
terutama masyarakat umum yang mempercayai sekolah dan guru dalam membina
anak didik.78kinerja merupakaan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengantanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi mutu hasil kerja seseorang dalam melaksanakan
tugas, maka semakin baik pula kinerjanya, yang pada akhirnya akan berkontribusi
bagi peningkatankinerja organisasi secara keseluruhan. 79Indikator efektivitas
dalam pendidikan menurut Uhar dalam buku Barnawi dan Arifin80
mengemukakan “upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja
pegawai pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan organisasi yang tidak pernah
berakhir”.Ada dua strategi penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kinerja guru, yaitu pelatihan dan motivasi kerja.Pelatihan digunakan untuk
menangani rendahnya kemampuan guru, sedangkan motivasi kinerja digunakan
untuk menangani rendahnya semangat dan gairah kerja.
Berdasarkan hasil pengolahan data menerangkan bahwa terdapat pengaruh
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepela sekolah terhadap kinerja guru di
MTs sekecamatan Bolo Kab. Bima , yang dibuktikan dengan perolehan koefisien
sebesar 0,376. Angka kaoefisien regresi tersebut memberikan interpretasi bahwa
78Ahmad Jakaria, Cut Zahri Harun, Khairuddin, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Di Mtsn Rukoh Banda Aceh , Volume 4, No. 4 November 2016, 3. 79Zuryati, Dr. Djailani AR, M. Pd., Dr. Nasir Usman, M. Pd., Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah DalamMeningkatkan Kinerja Guru Pada Sdn 7, Volume 3, No. 2, Mei 2015, 39. 80 Barnawi dan Arifin, Etika dan Profesi Pendidikan (Jogjakarta: Ar- Nuz Media, 2012),
78-79.
77
responden yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah akan
berbanding lurus dengan kinerja guru. Dalam artian ,gaya kepemimpinan
demokratis kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru.
Adanya keeratan hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah dengan kinerja guru di MTs sekecamatan Bolo tahun Pelajaran 2019/2020
dilihat pada tabel correlation di Bab V dengan hasil signifikansi sebesar 0,031
dan koefisien korelasi sebesar 0,294 yang artinya, telah terjadi korelasi antara
gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru.
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru di MTs Sila
Berdasarkan hasil pengolahan data menerangkan bahwa terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja
guru di MTs sila, yang dibuktikan dengan adanya hubungan yang linier antara
variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru di
lihat dari nilai nilai Fhitung = 2.887> 0.444. Ada hubungan yang signifikan
antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja
guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,010 < 0,05.
Kostanta (a) sebesar 35.596 mengandung arti bahwa nilai konsisten
variabel kinerja guru adalah positif yaitu sebesar 35.596, Koefisien regresi
variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah X sebesar 0,261
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai gaya kepemimpinan
demokratis kepala sekolah, maka nilai kinerja guru bertambah sebesar 0,261.
Koefisien tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa arah
78
pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif yang artinya perolehan
koefisien sebesar 0,261 tersebut memberikan interpretasi bahwa responden
yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah akan
berbanding lurus dengan kinerja guru. Dalam artian , peningkatan gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru.
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru di MTs Nurul Mukhtar
Berdasarkan hasil pengolahan data menerangkan bahwa terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja
guru di MTs Nurul Mukhtar, yang dibuktikan dengan adanya hubungan yang
linier antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan
kinerja guru di lihat dari nilai nilai Fhitung = 1,956> 0.444. Ada hubungan yang
signifikan antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan
kinerja guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,065 < 0,05.
Kostanta (a) sebesar 20.280 mengandung arti bahwa nilai konsisten
variabel kinerja guru adalah positif yaitu sebesar 20.280, Koefisien regresi
variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah X sebesar 0,573
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai gaya kepemimpinan
demokratis kepala sekolah, maka nilai kinerja guru bertambah sebesar 0,573.
Koefisien tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa arah
pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif yang artinya perolehan
koefisien sebesar 0,573 tersebut memberikan interpretasi bahwa responden
yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah akan
79
berbanding lurus dengan kinerja guru. Dalam artian , peningkatan gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru.
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru di MTs Darul Hamid
Berdasarkan hasil pengolahan data menerangkan bahwa terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja
guru di MTs Darul Hamid, yang dibuktikan dengan adanya hubungan yang
linier antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan
kinerja guru di lihat dari nilai nilai Fhitung = 1,744> 0.444. Ada hubungan yang
signifikan antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan
kinerja guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,098 < 0,05.
Kostanta (a) sebesar 27.900 mengandung arti bahwa nilai konsisten
variabel kinerja guru adalah positif yaitu sebesar 27.900, Koefisien regresi
variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah X sebesar 0,388
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai gaya kepemimpinan
demokratis kepala sekolah, maka nilai kinerja guru bertambah sebesar 0,388.
Koefisien tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa arah
pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif yang artinya perolehan
koefisien sebesar 0,388 tersebut memberikan interpretasi bahwa responden
yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah akan
berbanding lurus dengan kinerja guru. Dalam artian , peningkatan gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru.
80
Berdasarkan hasil pengolahan data keseluruhan MTs sekecamatan Bola
menerangkan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru sekecamatan Bolo, yang dibuktikan dengan adanya
hubungan yang linier antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah dan kinerja guru di lihat dari nilai nilai Fhitung = 4,925> 2,021. Ada
hubungan yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah dan kinerja guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,031< 0,05.
Kostanta (a) sebesar 29,365 mengandung arti bahwa nilai konsisten
variabel kinerja guru adalah positif yaitu sebesar 29,365, Koefisien regresi
variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah X sebesar 0,376
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 nilai gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah, maka nilai kinerja guru bertambah sebesar 0,376. Koefisien
tersebut bernilai positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa arah pengaruh variabel
X terhadap Y adalah positif yang artinya perolehan koefisien sebesar 0,376
tersebut memberikan interpretasi bahwa responden yang memiliki gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah akan berbanding lurus dengan kinerja
guru. Dalam artian , peningkatan gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah
dapat meningkatkan kinerja guru. Kemudian koefisisen determinasi (R Square)
sebesar 0,087, yang mengandung pengertian bahwa pengeruh variabel bebas (gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah) terhadap variabel terikat (kinerja guru)
adalah sebesar 0.87% .
Penemuan baru (Novelty) dalam penelitian ini adalah interpretasi data
gaya kepemimpinan demokratis untuk kategori tinggi dengan frekuensi 7 dan
81
prosentase sebesar 13.0%. Gaya Kepemimpinan Demokratisuntuk kategori sedang
dengan frekuensi 43 dan prosentase sebesar 79.6% dan Gaya Kepemimpinan
Demokratisuntuk kategori rendah dengan frekuensi 4 dan prosentase sebesar
7.4%, jadi dapat disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan Demokratis rata-rata
sedang. Karena dari data di atas telah membuktikan bahwa prosentase yang paling
banyak menunjukkan pada kategori sedang sebesar 76.9% dengan jumlah frekuesi
43. Kemudian Kinerja Guru untuk kategori tinggi dengan frekuensi 7 dan
prosentase sebesar 13.0%. Kinerja Guru untuk kategori sedang dengan frekuensi
40 dan prosentase sebesar 74.1% dan Kinerja Guru untuk kategori rendah dengan
frekuensi 7 dan prosentase sebesar 13.0%, jadi dapat disimpulkan bahwa Kinerja
Guru rata-rata sedang. Karena dari data di atas telah membuktikan bahwa
prosentase yang paling banyak menunjukkan pada kategori sedang sebesar 74.1%
dengan jumlah frekuesi 40.
Berdasarkan hasil hitung ke tiga MTs tersebut semuanya memiliki
pengaruh dengan menggunakan SPSS bahwa arah pengaruh peningkatan gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di ungguli oleh
MTs Nurul Muhtar yaitu pengaruh peningkatannya sebesar 0.573 kemudian di
urutan ke dua MTs Darul Hamid sebesar 0.388 dan yang terahir MTs Sila sebesar
0.261.
Berdasarkan hasil penelitian pembagian koesioner/angket tentang
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja gurur
sekecamatan Bolo Kab. Bima Tahun pelajaran 2019/2020 terdapat hubungan yang
linier, signifikan dan koefisien bernilai positif yang artinya hipotesis dugaan
82
sementara diterima. Jadi gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolahberpengaruh terhadap kinerja guru di MTs sekecamatan Bolo Kab. Bima
tahun pelajaran 2019/2020.
83
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru di MTs Sila
Berdasarkan hasil pengolahan data menerangkan bahwa terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap
kinerja guru di MTs sila, yang dibuktikan dengan adanya hubungan yang
linier antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan
kinerja guru di lihat dari nilai nilai Fhitung = 2.887> 0.444. Ada hubungan
yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala
sekolah dan kinerja guru dengan tingkat signifiknsi sebesar 0,010 < 0,05.
Berdasarkan hasil penjumlahan item angket variabel gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah bahwa yang pengaruhnya
sangat tinggi dari lima indikator kinerja guru adalah item ke dua
(Menghargai potensi setiap bawahannya) dan kinerja guru adalah item ke
lima (Menilai prestasi siswa)
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru di MTs Nurul Mukhtar
Berdasarkan hasil pengolahan data menerangkan bahwa terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap
kinerja guru di MTs Nurul Mukhtar, yang dibuktikan dengan adanya
hubungan yang linier antara variabel gaya kepemimpinan demokratis
84
kepala sekolah dan kinerja guru di lihat dari nilai nilai Fhitung = 1,956>
0.444. Ada hubungan yang signifikan antara variabel gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru dengan
tingkat signifiknsi sebesar 0,065 < 0,05.
Berdasarkan hasil penjumlahan item angket variabel gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah bahwa yang pengaruhnya
sangat tinggi dari lima indikator kinerja guru adalah item ke dua
(Menghargai potensi setiap bawahannya) dan kinerja guru adalah item ke
lima (Menilai prestasi siswa)
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru di MTs Darul Hamid
Berdasarkan hasil pengolahan data menerangkan bahwa terdapat
pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap
kinerja guru di MTs Darul Hamid, yang dibuktikan dengan adanya
hubungan yang linier antara variabel gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah dan kinerja guru di lihat dari nilai nilai Fhitung = 1,744>
0.444. Ada hubungan yang signifikan antara variabel gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah dan kinerja guru dengan
tingkat signifiknsi sebesar 0,098 < 0,05.
Berdasarkan hasil penjumlahan item angket variabel gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah bahwa yang pengaruhnya
sangat tinggi dari lima indikator kinerja guru adalah item ke empat
85
(Melakukan kerjasama dengan bawahannya) dan kinerja guru adalah
item ke lima (Menilai prestasi siswa)
Berdasarkan hasil hitung ke tiga MTs tersebut semuanya memiliki
pengaruh dengan menggunakan SPSS bahwa arah pengaruh peningkatan gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di ungguli
oleh MTs Nurul Muhtar yaitu pengaruh peningkatannya sebesar 0.573
kemudian di urutan ke dua MTs Darul Hamid sebesar 0.388 dan yang terahir
MTs Sila sebesar 0.261.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada pengujian
hipotesis disimpulkan terdapat pengaruh gaya kepemimpinan demokratis
kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs sekecematan Bolo Tahun pelajaran
2019/2020, digunakan rumus regresi linier sederhana dengan menggunakan
aplikasi SPSS 16.0. gaya kepemimpinan demokratis (X) terhadap kemampuan
kinerja guru (Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,031< 0,05 dan nilai
thitung sebesar 4.925> ttabel 2,021, maka kontribusi Ho ditolak dan Ha diterima.
Kemudian koefisisen determinasi (R Square) sebesar 0,087 yang mengandung
pengertian bahwa pengeruh variabel bebas (gaya kepemimpinan demokratis)
terhadap variabel terikat (kinerja guru) adalah sebesar 0.87%.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan tentang pengaruh gaya
kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs se
kecematanbolo Tahun pelajaran 2019/2020, maka saran-saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
86
1. Bagi kepala sekolah
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk dapat
mengembangkan kualitas pembelajaran dan pengembangan profesi guru
agar tujuan nasional pendidikan tercapai.
2. Bagi Bapak/Ibu Guru
Diharapkan Bapak/Ibu guru untuk selalu berperan aktif dalam
meningkatkan dan membangun kemampuan profesi keguruan.melalui
pendekatan sintifik dengan berbagai macam metode dan strategi
pembelajaran yang bervariatif serta senantiasa mengupayakan untuk
meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
3. Bagi Siswa/Siswi
Siswa diharapkan untuk senantiasa ikut berperan dalam proses
pembelajaran di kelas untuk dapat meningkatkan kemampuan kompetensi
mereka secara mandiri, serta senantiasa melakukan kegiatan reflektif di
akhir pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan:Telaah terhadap organisasi dan pengelolaan organisasi pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.
Abdullah Munir, Menjadi kepala sekolah efektif, Yogyakarta :Ar-Ruzz Media,
2008. Ahyat Muh,“Kinerja Guru Kontrak Second Junior Secondary Education Project
(Proyek JSE II) SLTP Amuntai Tengah Kabupaten Hulu sungaiUtari”.Tesis, Yogyakarta: UNY, 2002.
Alfira Mulya Astuti, Statistika Penelitian , Mataran : Insan Madani Publishing
Mataram, 2016. Anasa Sudijono, Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012. Arief Furqan, Pengantar Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: pustaka pelajar,
2007. As’adutTabi’in,“KompetensiżurudalamMeningkatkanMotivasiBelajarpada
MTsN Pekana Heran Indragri Hulu”, Jurnal AL- Thariqah 1, no 2 Desember 2016.
Beyer, Bonnie, An imperative for leadership preparation programs:Preparing
future leader to meet the needs of students, schools, and communities, 2009, 8.
E. Mulyasa, Manajemen berbasis sekolah: Konsep, strategi, dan Implementasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya 2008. E. Mulyasa , Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan
kemandirian guru dan sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
88
E. Mulyasa, Menjadi guru professional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Euis karwati & Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas; Guru Profesional Yang
Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, Dan Berprestasi, Bandung: Alfabeta, 2015.
Żaisal Subair, “Karakteristik Perusahaan dan Industri Terhadap Pengungkapan
dalam Laporan Keuangan pada PerusahaanManufakturyangżoPublik”,Jurnal Emba Vo. 1 No.3 Juni 2013.
Żitriani Nur Sholichan, “Pengaruh EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual
Quotient) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Al-Kautsar Blimbing-Malang”,Tesis.
Hadari Nawawi, Metodologi penelitian bidang sosial Yogyakara:
Gadjahmada Press, 2003. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, Guru dan Dosen. http://cnx.org/content/m19029/1.2/?format=pdf, 10 Juli 2019, 20.23 WIB. Husaini Usman, Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008. Husaini Usman, Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan, Jakarta:Bumi
Aksara, 2008. Kartini Kartono, Pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta: Rajawali, 1990. Lalu mukhtar & Hully, Profesi Keguruan Tutuntan Bagi Para Pendidikan,
Mataram: Alam Tara Institut, 2012. Maimun, Menjadi guru yang dirindukan, pelita yang menerangi jalan hidup
siswa, Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta, 2011. Malayu SP Hasibuan, Manajemen sumber daya manusia Cetakan I, Jakarta:
Bumi Aksara, 2001. MuhammadAs’ad, Psikologi industri, Yogyakarta: Liberty, 2003. Nasution, Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2004. Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervisi pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
89
Noeng Muhadjir, Ilmu pendidikan dan perubahan sosial. Yogyakarta: Rake Sarasin,1999.
Oemar Hamalik, Manajemen pengembangan kurikulum, Bandung: PPs UPI dan
Remaja Rosdakarya, 2007. Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen”,Jakarta:Sinarżrafika,2008. Riggio, S.E, Instroduction to industrial and organizational psychology 4th.
Edition. New Jersey: Prentice Hall, 2003. Roeky Achmad S, Sistem manajemen kinerja, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000. Roeky Achmad S, Sistem manajemen kinerja, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000. Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka setia, 2015. Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: Gramedia Persada,
2007. SriKoriatyDKK,“PengaruhKompetensiżuruTerhadapMotivasiBelajarSiswa
SMK Negeri Jurusan TKJ Sekota Pontianak”, Jurnal pendidikan informatika dan sains 6, no 1, Juni 2017.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta,
2013. Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, bandung : alfabeta, 2015. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta:
Bumi Aksara, 2003. Suharsimi Arikunto, Metodologi Pebelitian Suatau Pendekatan Praktik, Jakarta :
PT Aneka Cipta, 2001. Supardi, Metodologi Penelitian, Mataram : Yayasan Cerdas, 2006. Suryadi Prawerosentono, Kebijakan kinerja karyawan: Kiat membangun
lembaga kompetitif menjelang perdagangan bebas dunia, Yogyakarta:BPFE 1999.
Suryadi Prawerosentono, Kebijakan kinerja karyawan: Kiat membangun
lembaga kompetitif menjelang perdagangan bebas dunia.
90
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Galia Indonesia, 2003.
HasanBaharun, “Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah”, At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, Vol. 6 No. 1, Januari 2017.
Muhammad Nadir , “Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru Dan Pegawai Pada Smp Negeri 3 Pamboang” JurnalPendidikan PEPATUDZU Media Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol. 13, No. 2, Nopember 2016.
YULIANHEROSITA,“ImplementasiModelKepemimpinanDemokratisKepala
Sekolah Dalam Meningkatkan DisiplinżuruMengajar”. Maulana Akbar Sanjani, “Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah”,Jurnal
Serunai Administrasi Pendidikan Vol.7, No.1, Desember 2018. Abdul Azis Wahab, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan:Telaah
terhadap organisasi dan pengelolaan organisasi pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008).
Sonedi, Tutut Sholihah.Dihasbi “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru”, Anterior Jurnal, Volume 18 Issue 1,December 2018.
Muliana, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja żuru
ẒStudi Kasus SMP Negeri 1 Banda Acehẓ” Jurnal Serambi Tarbawai,Vol.9, No. 01, Januari 2018.
Ahyat Muh,“Kinerja Guru Kontrak Second Junior Secondary Education Project
(Proyek JSE II) SLTP Amuntai Tengah Kabupaten Hulu sungaiUtari”.Tesis, (Yogyakarta: UNY, 2002).
Nyamin Sucipto, “Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru Di Sd Negeri Terapung Kabupaten Kolaka”, JurnalTangible, Volume 3 No 2, Desember 2018.
NasibTuaLumbanżaol,“Teori dan Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah” Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2017.
Ali, S. N. M., Harun, C. Z., & Djailani, A. R. (2015). Gaya Kepemimpinan
91
Baihaqi, M. I. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja żuru di MA Ma’arif SelorejoBlitar. Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 7(2), 97-106.
Deviyanti, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah
Dasar Negeri Di Kecamatan Batam Kota-Kepulauan Riau (Studi Perbandingan Antara Guru PNS Dan non PNS) (Doctoral dissertation, Universitas Terbuka).
Dwijaksara, K. A., Tripalupi, L. E., & Made Artana, M. P. (2015). Studi
Komparasi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Laki-Laki dengan Perempuan dalam Menciptakan Kepuasan Kerja Guru SLTP Swasta Se-Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 5(1).
Indrawati, Yuliani. "Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru matematika
dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (kbk) pada sekolah menengah atas Kota Palembang." Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya 4.7 (2006): 41-58.
Jaedun, A. (2009). Evaluasi kinerja profesional guru. Makalah. Jaedun@ yahoo.
com. hal1-16. html. Kartowagiran, B. (2011). Kinerja guru profesional (Guru pasca sertifikasi). Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 3(3). Karweti, Engkay. "Pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah dan faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja terhadap kinerja guru SLB di Kabupaten Subang." Jurnal penelitian pendidikan 11.2 (2010): 77-89.
Khodijah, N. (2013). Kinerja guru madrasah dan guru pendidikan agama Islam
pasca sertifikasi di Sumatera Selatan. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 5(1). Octavia, L. S., & Savira, S. I. (2017). Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Upaya Meningkatkan Kinerja Guru dan Tenaga Kependidikan. Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, 1(1), 7-14.
Rahardja, Alice Tjandralila. "Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru
dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta." Jurnal Pendidikan Penabur. III (3).[Online]. Tersedia: Www. Bpkpenabur. Or. Id/jurnal.[20 Oktober 2005] (2004).
Setiyati, Sri. "Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi Kerja, dan
budaya sekolah terhadap kinerja guru." Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 22.2 (2014): 200-206.
92
Sudharta, V. A. (2017). Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Perspektif Psikologi. JMSP (Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan), 1(3), 208-217.
SUSANTO, Hary. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sekolah
menengah kejuruan. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2012, 2.2. Zulkifli, M., Darmawan, A., & Sutrisno, E. (2014). Motivasi Kerja, Sertifikasi,
Kesejahteraan dan Kinerja Guru. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02).
Zuryati, Z., Djailani, A. R., & Usman, N. (2015). Gaya Kepemimpinan Kepala
sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada SDN 7 Muara Dua Lhoksuemawe. Jurnal Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Unsyiah, 3(2), 74105.
93
94
95
96
97
98
99
102
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Fakhrurrazi Rizki
Tempat/tanggal Lahir : Bima, 24 November 1995
Alamat Rumah : kabupaten bima, desa rada, kec.bolo
Nama ayah : zulkifli
Nama ibu : hamilah
B. Riwayat Pendidikan
SD : SDN Rada (2007)
SMP : SMPN 3 Bolo (2010)
MA/SMA : MAN 3 Bima (2013)
S1 : STKIP Bima (2017)
Mataram, 16 juni 2020
Penulis
Fakhrurrazi Rizki