IO Dengan Farmakodinamik

31
MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan menurunkan efektivitas obat yang berinteraksi. Interaksi obat berdasarkan mekanismenya dibedakan 1

description

interaksi obat

Transcript of IO Dengan Farmakodinamik

Page 1: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi

obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang

signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat dan efek

samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap

tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih

lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek

samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-

10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin

terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan

menurunkan efektivitas obat yang berinteraksi. Interaksi obat berdasarkan mekanismenya

dibedakan menjadi tiga macam yaitu inkompatibilitas, interaksi farmakokinetika, dan interaksi

farmakodinamik . Berdasarkan level kejadiannya, interaksi obat terdiri dari established (sangat

mantap terjadi), probable (interaksi obat bisa terjadi), suspected (interaksi obat diduga terjadi),

possible (interaksi obat mungkin terjadi, belum pasti terjadi), serta unlikely (interaksi obat tidak

terjadi). Sedangkan berdasarkan keparahannya, interaksi obat dapat diklasifiksikan menjadi tiga

yaitu mayor (dapat menyebabkan kematian), moderat (sedang), dan minor .

Fase farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh atau

mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh. Kebanyakan obat pada tubuh bekerja

1

Page 2: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enzim, dan

kerja obat non spesifik.

Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ri-

bosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor. Reseptor sendiri bisa berupa pro-

tein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau lemak. Semakin banyak reseptor yang diduduki atau

bereaksi, maka efeknya akan meningkat.

Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia berinteraksi dengan en-

zim pada tubuh. Obat ini bisa dengan cara mengikat (membatasi produksi) atau memperbanyak

produksi dari enzim itu sendiri. Contohnya obat kolinergik. Obat kolinergik bekerja dengan cara

mengikat enzim asetilkolin esterase. Enzim ini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi

asetilkolin menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolin esterase dihambat, maka asetilkolin

tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin.

Yang ketiga adalah kerja non spesifik. Maksud dari kerja non spesifik adalah obat terse-

but bekerja dengan cara tanpa mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikar-

bonat yang merubah cairan pH tubuh, alkohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang

mengikat toksin, zat racun, atau bakteri.

Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuh-

nya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (par-

sial). Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senyawa kimia juga

bisa tidak menimbulkan efek farmakologis. Zat tersebut diberi nama antagonis. Jika nantinya

obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang

lebih kuat maka dapat menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada yang kompetitif dan an-

tagonis non-kompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat yang

sama dengan obat agonis.

2

Page 3: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari efek utama obat,

mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan

respon yang terjadi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan tujuan penulisan diatas dapat dirumuskan bahwa dalam penulisan mahasiswa dapat

memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menilai secara kritis interaksi obat secara

farmakodinamika.

3

Page 4: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI INTERAKSI OBAT

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi

oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interaksi

harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara

bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang

merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan, mis-

alnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di mana probenesid

akan menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal, sehingga akan memperlambat ek-

skresi penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam tubuh.

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-

related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat

mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika

farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau

lebih zat yang berinteraksi. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama

dapat berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa

bersifat potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya

beberapa efek lainnya. Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh

kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam

lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing

satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan

yang lainnya. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan

toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila

4

Page 5: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),

misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik.

Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi

tersebut sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi.

Secara ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai,

- Terjadinya efek samping,

- Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan.

Angka kejadian (incidence) dari interaksi obat tidak terlalu jarang dalam klinik.

Menurut laporan diperkirakan +7% dari kejadian efek samping obat disebabkan karena

peristiwa interaksi obat, dan kurang lebih 1/3 dari pasien-pasien yang meninggal karena

efek samping obat (+ 4% dari kematian di rumah sakit ) dikarenakan oleh interaksi obat.

Peristiwa interaksi ini menjadi pokok yang penting untuk selalu diperhatikan dengan

melihat kebiasaan peresapan polifarmasi yang ada dalam praktek. Sebagai contoh, setiap

pasien yang datang ke Puskesmas rata-rata akan medapat obat + 4 jenis pada saat yang

bersamaan. Walaupun secara teoritik atau eksperimental kemungkinan terjadinya inter-

aksi sangat beraneka-ragam tetapi tidak semua interaksi tersebut bermakna atau penting

dalam klinik. Perubahan ini hanya menyangkut interaksi yang penting secara klinik. Ke-

pentingan klinik ini secara sekali lagi dilihat dari dampak yang terjadi apakah mempen-

garuhi terjadinya efek toksis ataukah menyebabkan kegagalan tercapainya efek terapik.

B. JENIS OBAT YANG TERLIBAT DALAM INTERAKSI OBAT

Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat :

1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengatuhi atau diubah oleh obat

lain.

2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah

aksi atau atau efek obat lain.

5

Page 6: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

B. 1. Obat obyek

Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya dipen-

garuhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri :

1) Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah

akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara far-

makologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan

kurva dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve). Peruba-

han, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat men-

gurangi manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.

2) Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic ra-

tio), artinya antara dosis toksik dan dosis terapetik tersebut perbandingannya

(atau perbedaannya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat su-

dah menyebabkan terjadinya efek toksis. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni

apakah obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknya mu-

dah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri

sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat

dengan lingkup terapetik yang sempit (narrow therapeutic range).

Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi

dalam klinik meliputi,

·         antikoagulansia: warfarin,

·         antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,

·         hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll,

·         anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll,

·         glikosida jantung: digoksin,

·         antihipertensi,

6

Page 7: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

·         kontrasepsi oral steroid,

·         antibiotika aminoglikosida,

·         obat-obat sitotoksik,

·         obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.

B. 2. Obat presipitan

Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat

mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-obat den-

gan ciri sebagai berikut:

1) Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan

menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang

tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat den-

gan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat yang ma-

suk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain lain.

2) Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)

enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang punya sifat seba-

gai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin,

fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat yang

lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan obat-obat yang dapat

menghambat metabolisme (enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason,

alopurinol, simetidin dan lain-lain akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga

terjadi efek toksik.

3) Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi

obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan di-

uretika dan lain-lain.

7

Page 8: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah kalau kita melihat dari segi interaksi far-

makokinetika, yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan

ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat bertin-

dak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

C. PEMBAGIAN DAN MEKANISME INTERAKSI

Interaksi obat berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 3 golongan besar,

1.      Interaksi farmasetik,

2.      Interaksi famakokinetik,

3.      Interaksi farmakodinamik.

C.1. Interaksi farmasetik

Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi

fisiko-kimiawi antara obat-obat sehingga mengubah (menghilangkan) aktifitas far-

makologik obat. Yang sering terjadi misalnya reaksi antara obat-obat yang dicam-

pur dalam cairan secara bersamaan, misalya dalam infus atau suntikan . Campuran

penisilin (atau antibiotika beta-laktam yang lain) dengan aminoglikosida dalam satu

larutan tidak dianjurkan. Walaupun obat obat ini pemakaian kliniknya sering

bersamaan, jangan dicampur dalam satu suntikan. Beberapa tindakan hati-hati (pre-

caution) untuk menghindari interaksi farmasetik ini mencakup,

- Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa

tidak ada interaksi antar masing-masing obat.

- Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-

sama lewat infus.

8

Page 9: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

- Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer

leaflet), untuk melihat peringatan peringatan pada pencampuran dan cara

pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi, infus

dan lain-lain)

- Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain,

perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-

lain dari larutan.

- Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama

larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang sudah

tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin dan lain-lain.

- Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang

sudah dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya.

- Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus,

kecuali kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker

rumah sakit.

C.2. Interaksi farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik terjadi bila obat presipitan mempengaruhi atau

mengubah proses absorpsi, distribusi (ikatan protein), metabolisme, dan ekskresi

dari obat-obat obyek. Sehingga mekanisme interaksi inipun dapat dibedakan sesuai

dengan proses-proses biologik (kinetik) tersebut.

C.2.1.      Interaksi dalam proses absorpsi

Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadidengan berbagai cara misal-

nya,

9

Page 10: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

- Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat

seperti morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah

absorpsi obat-obat lain.

- Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh senyawa

logam sehingga absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk

senyawa kompleks yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara

tetrasiklin dengan senyawa-senyawa logam berat akan menurunkan

absorpsi tetrasiklin.

- Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya:

umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan

bersama dengan makanan.

C.2.2.      Interaksi distribusi

Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat

dengan ikatan protein yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan

ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein

plasma. Akibatnya maka kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih

tinggi pada darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya

peningkatan efek toksik. Sebagai contoh, misalnya meningkatnya efek

toksik dari antikoagulan warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbu-

tamid, klorpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason,

sulfa atau aspirin. Hampir sama dengan interaksi ini adalah dampak pe-

makaian obat-obat dengan ikatan protein yang tinggi pada keadaan mal-

nutrisi (hipoproteinemia). Karena kadar protein rendah, maka obat-obat

dengan ikatan protein yang tinggi akan lebih banyak dalam keadaan be-

bas karena kekurangan protein untuk mengikat obat sehingga dengan do-

10

Page 11: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

sis yang sama akan memberikan kadar obat bebas yang lebih tinggi den-

gan akibat meningkatnya efek toksik. Disamping itu interaksi dalam

proses distribusi dapat terjadi bila terjadi perubahan kemampuan trans-

port atau uptake seluler suatu obat oleh karena obat-obat lain. Misalnya

obat-obat antidepresan trisiklik atau fenotiasin akan menghambat trans-

port aktif ke akhiran saraf simpatis dari obat-obat antihipertensif (guane-

tidin, debrisokuin), sehingga mengurangi/menghilangkan efek anti-

hipertensi.

C.2.3.      Interaksi dalam proses metabolisme

Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua

kemungkinan, Pemacuan enzim (enzyme induction) Suatu obat (presipi-

tan) dapat memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mem-

percepat eliminasi obat tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi (pem-

buangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnya kadar obat

dalam darah dengan segala konsekuensinya. Obat-obat yang dapat

memacu enzim metabolism obat disebut sebagai enzyme inducer. Dike-

nal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni:

- Rifampisin,

- Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.

Dari berbagai reaksi metabolisme obat, maka reaksi oksidasi

fase I yang dikatalisir oleh enzim sitokrom P-450 dalam mikrosom

hepar yang paling banyak dan paling mudah dipicu. Metabolisme suatu

obat juga dapat dihambat oleh obat lain. Obat-obat yang punya kemam-

puan untuk menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal

11

Page 12: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat dari pengham-

batan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam

darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses

eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas en-

zim metabolisme obat adalah:

- kloramfenikol

- isoniazid

- simetidin

- propanolol

- eritromisin

- fenilbutason

- alopurinol, dll.

Tergantung dari jenis obat obyek yang mengalami interaksi, yakni

terutama obat dengan lingkup terapi yang sempit, maka interaksi

metabolisme dapat membawa dampak merugikan. Umumnya secara

ringkas dapat dikatakan bahwa,

- Pemacuan enzim akan berakibat kegagalan terapi, karena kadar op-

timal tidak tercapai.

- Penghambatan enzim akan berakibat mengingkatnya kadar obat

melampaui ambang toksik.

C.2.4.      Interaksi dalam proses ekskresi

Interaksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi

terutama ginjal dapat dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yang paling

dikenal adalah interaksi antara probenesid dengan penisilin melalui

kompetisi sekresi tubuli sehingga proses sekresi penisilin terhambat,

maka kadar penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh. Interaksi

12

Page 13: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

probenisid dan penisilin adalah contoh interaksi yang menguntungkan

secara terapetik. Klinidin juga menghambat sekresi aktif digoksin den-

gan akibat peningkatan kadar digoksin dalam darah, kira-kira sampai 2

kali, sehingga terjadi peningkatan kejadian efek toksik digoksin. Sal-

isilat menghambat sekresi aktif metotreksat. Obat-obat diuretika

menyebabkan retensi lithium karena hambatan pada proses ek-

skresinya. Furosemid juga dapat meningkatkan efek toksik ginjal dari

aminoglikosida,kemungkinan oleh karena perubahan ekskresi

aminoglkosida.

C.3. Interaksi farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik berbeda dengan interaksi farmakokinetik. Pada

interaksi farmakokinetik terjadi perubahan kadar obat obyek oleh karena peruba-

han pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Pada inter-

aksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah.

Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat

presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat. Interaksi farmakodinamik

dapat dibedakan menjadi,

- Interaksi langsung (direct interaction)

- Interaksi tidak langsung (indirect interaction)

C.3.1.      Interaksi langsung

Interaksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih bekerja pada

tempat atau reseptor yang sama, atau bekerja pada tempat yang berbeda

tetapi dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir sama. Interaksi dua

13

Page 14: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

obat pada tempat yang sama dapat tampil sebagai antagonisme atau siner-

gisme. Interaksi langsung ini dapat terbagi lebih lanjut sebagai berikut.

a. Antagonisme pada tempat yang sama

Antagonisme adalah keadaan dimana efek dua obat pada tempat yang

sama saling berlawanan atau menetralkan. Banyak contoh interaksi

seperti ini, misalnya:

Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh obat nalokson.

Pengobatan aritma yang disebabkan intoksikasi antidepresan triklisik

dengan obat fisotigmin.

Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas atropin

untuk menetralisir efek-efek kolinergik yang terjadi.

b. Sinergisme pada tempat yang sama

Sinergisme adalah interkasi di mana efek dua obat yang bekerja pada

tempat yang sama saling memperkuat. Walaupun banyak contoh inter-

aksi yang merugikan dengan mekanisme ini tetapi banyak pula interaksi

yang menguntungkan secara terapetik. Contoh-contoh interaksi ini, mis-

alnya:

Efek obat pelemas otot depolarisasi (depolarizing muscle relaxants)

akan diperkuat/ diperberat oleh antibiotika aminoglikosida, kolistin

dan polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama

yakni pada motor end plate otot serang lintang.

Kombinasi obat beta-blocker dan Ca ++-channel blocker seperti ver-

apamil dapat menyebabkan aritmia/asistole. Keduanya bekerja pada

jaringan konduksi otot jantung yang sama.

14

Page 15: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

c. Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau

hampir sama.

Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun

tempat kerja atau reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan

memberikan efek yang saling memperkuat. Misalnya,

Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf

pusat,

Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap susunan

saraf pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat.

Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida

Kombinasi beberapa obat antihipertensi

C.3.2.      Interaksi tidak langsung

Interaksi tidak langsung terjadi bila obat presipitan punya efek

yang berbeda dengan obat obyek, tetapi efek obat presipitan tersebut

akhirnya dapat mengubah efek obat obyek. Beberapa contoh antara

lain,

Interaksi antara obat-obat yang mengganggu agregasi trombosit

(salisilat, fenilbutason, ibuprofen, dipiridamol, asam mefenamat,

dll.) dengan obat-obat antikoagulan seperti warfarin sehingga ke-

mungkinan perdarahan lebih besar oleh karena gangguan proses

hemostasis.

Obat-obat yang menyebabkan perlukaan gastrointestinal seperti as-

pirin, fenilbutason, indometasin, dan obat-obat antiinflamasi non-

steroid yang lain, bila diberikan pada pasien-pasien yang sedang

15

Page 16: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

mendapatkan antikoagulansia seperti warfarin, maka dapat terjadi

perdarahan yang masif dari perlukaan tadi.

Obat-obat yang menurunkan kadar kalium akan menyebabkan pen-

ingkatan efek toksik glikosida jantung digoksin. Efek toksik

glikosida jantung ini lebih besar pada keadaan hipokalemia. Tetapi

sebaliknya hipokalemia akan mengurangi efek klinik obat-obat an-

tiaritmia seperti lidokain, prokainamid, kinidin, dan fenitoin. Obat

presipitan yang mengurangi kadar kalium terutama adalah diuretika.

Efek diuresis obat-obat diuretika tertentu seperti furosemid akan

berkurang bila diberikan bersama dengan obatobat antiinflamasi

non-steroid seperti aspirin, fenilbutason, ibuprofen, indometasin,

dll. Kemungkinan oleh karena penghambatan simtesis prostaglandin

oleh obat-obat presipitan tersebut, yang sebenarnya diperlukan un-

tuk menimbulkan efek diuretika furosemid.

16

Page 17: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara teoritis banyak sekali interaksi yang mungkin terjadi dengan mekanisme

yang telah diuraikan di muka. Namun demikian, tidak semuanya memberikan dampak

klinik yang penting. Dampak klinik akan sangat tergantung pada ciri-ciri obat obyek,

yakni:

- Profil hubungan dosis (kadar) dengan respons dari obat obyek. Untuk obat-obat den-

gan kurva kadar vs. respons yang curam (steep dose-response curve), di mana peruba-

han sedikit kadar atau jumlah obat akan berpengaruh besar terhadap efek obat, maka

setiap perubahan kadar karena interaksi obat akan memberikan perubahan efek yang

sangat berarti.

17

Page 18: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

- Obat-obat dengan resiko toksik: terapetik yang rendah (low toxic:therapeutic ratio),

atau sering dikenal juga sebagai obat dengan lingkup terapi sempit. Di samping kedua

hal di atas, makna klinik interaksi obat juga akan sangat tergantung kepada jenis dari

efek yang terjadi, terutama untuk interaksi farmakodinamik, yakni apabila efek obat

obyek yang mengalami perubahan tersebut merupakan efek farmakologik utama/pent-

ing terhadap timbulnya efek terapetik maupun efek toksik dari obat. Misalnya peruba-

han sedikit saja dari efek antikoagulasi, bisa terjadi perdarahan atau kegagalan an-

tikoagulasi. Secara ringkas, makna klinik yang bisa terjadi ada 2 macam, yakni:

Meningkatnya efek toksik baik disertai dengan meningkatnya kadar obat obyek

atau tidak.

Kegagalan efek terapetik.

Perlu dicatat bahwa mekanisme interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik

tidak selamanya berdiri sendiri-sendiri. Adakalanya interaksi tersebut terjadi karena ke-

dua mekanisme tersebut, sehingga untuk ini yang penting adalah mengevaluasi/mengob-

servasi efek yang terjadi. Sebagai contoh interaksi antara aspirin dengan obat-obat hipog-

likemik atau dengan antikoagulan warfarin. Disamping interaksi kinetik pada ikatan pro-

tein, juga ada interaksi dinamik yang memperberat efek yang terjadi.

Tidak semua interaksi obat bermakna secara klinis. Beberapa interaksi obat

secara teoritis mungkin terjadi, sedangkan interaksi obat yang lain harus dihindari

kombinasinya atau memerlukan pemantauan yang cermat. Banyak interaksi obat yang

kemungkinan besar berbahaya, terjadi hanya pada sejumlah kecil pasien. Bagaimanapun,

ada bermacam-macam kelompok obat yang lebih mungkin terlibat dalan interaksi obat

yang bermakna secara klinis. Contoh obat-obat yang interaksinya bermakna klinis :

- Obat yang rentang terapinya sempit (antiepilepsi, digoksin, siklosporin, teofilinam

warfarin.

- Obat yang memerlukan pengaturan dosis teliti (obat antidiabet oral, antihipertensi)

18

Page 19: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

- Penginduksi Enzim (asap rokok, fenitoin, griseofulvin, karbamazepin, rifampisina)

- Penghambat enzim (amiodaron, diltiaze, eritromisina, fluoksetin, ketokonazol)

B. Saran

Tindakan berhati-hati atau kewaspadaan diperlukan untuk menghindari dampak

negatif dari interaksi obat. Untuk itu pegangan umum berikut mungkin bermanfaat,

1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika

memang kondisi penyakityang diobati memerlukan gabungan obat dan pengobatan

gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah manfaatnya. Misalnya:

a. pengobatan tuberkulosis,

b. pengobatan infeksi berat seperti sepsis, dan lain-lain.

2. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan, yakinkan

bahwa tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau dinamik

3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat yang

sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.

4. Jika ada interaksi, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan? Apakah perlu

pengurangan dosis obat obyek? Atau dapatkah obat obyek atau obat presipitan

diganti?

5. Evaluasi efek sesudah pemberian obat-obat secara bersamaan untuk menilai ada

tidaknya efek samping/toksik dari salah satu atau kedua obat.

6. Ikutilah sedini mungkin pemakaian obat secara bersamaan bila ternyata ada efek

samping atau efek toksik yang timbul.

19

Page 20: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, S., Farmakologi dan Terapi, edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, 271-288 dan 800-810.

Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto.

Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB, 1989

Stockley, I.H., Drug Interactions,University of Nottingham Medical School,

Nottingham, 1994.

Sulistia Gan Gunawan., Farmakologi dan Terapi, edisi V. Balai Pustaka Fakultas

Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta. 2009. 139-160

Tatro, D., Drug Interaction Facts, 6th Ed, Facts & Comparison A Wolters Kluwer

Company, 2001, 3-24.

20

Page 21: IO Dengan Farmakodinamik

MAKALAH TENTANG INTERAKSI OBAT SECARA FARMAKODINAMIKA

2013

21