Inversio Uteri (Laporan Kasus)
-
Upload
faraznasia -
Category
Documents
-
view
257 -
download
8
Embed Size (px)
description
Transcript of Inversio Uteri (Laporan Kasus)

Case Report
Atonia Uteri Ec Inversio Uteri + Post Partio Partus Maturus
Spontan Di Luar + Penurunan Kesadaran Ec Shock Hipovolemik
UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :Akbar Shiddiq 0910312080 Adefri Wahyudi 1010312079Muhamad Fakhri 1010313038
Pembimbing :dr. Muslim Nur, Sp.OG
dr.Muhammad Alam Patria, Sp.OG
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD Muhammad Zein Painan2014

LAPORAN KASUS
Nama : Ny. Benzawati
Usia : 31 tahun
No. Rekam Medik : 180422
Alamat : Batang Kapas
Pendidikan : tamat SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2014
Anamnesis :
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita usia 31 tahun datang ke IGD RSUD Painan ditemani oleh bidan
rujukan klinik batang kapas pada tanggal 4 Oktober 2014 pukul 19:10 WIB, Pasien datang ke
IGD RSUD Painan dengan penurunan kesadaran setelah melahirkan spontan di bidan 2 jam yang
lalu, pasien dirujuk karena rahim keluar saat bidan akan mengeluarkan kakak anak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Painan dengan penurunan kesadaran setelah melahirkan
spontan di bidan 2 jam yang lalu, pasien dirujuk karena rahim keluar saat bidan akan
mengeluarkan kakak anak
keluhan keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 17.30 PM
Partus Spontan dibidan sejak jam 17.30 PM
Plasenta tergantung pada vagina dan menarik uterus
Pasien ngorok (+)
Pemeriksaan Fisik :
KU : Berat
Kesadaran : Sopor
TD : tidak teraba
Nadi : halus cepat

Respirasi : 36 x/i
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Abdomen : FTU sulit teraba
Genital : PPV (+), nampak uterus dan plasenta diluar
Ekstremitas : akral dingin
Diagnosa :
Penurunan Kesadaran + shock neurogenik Ec. Inversio Uteri + Anemia Ec. Early HPP
Sikap :
- (19.25 )Lakukan ABC, patenkan jalan nafas, pemberian 02 dengan kanul 5 L/menit,
pasang dua jalur Intravena., di tangan kanan guyur RL 3 kolf , ditangan kiri , RL 2
kolf HES 2 kolf, NACl, WB 1 unit
- (20.00) Penilaian ulang
KU: Berat, Kes : Sopor, TD :80/palpasi, Nadi : 120x/I, Nafas : 34x/i
- (20.30) Dilakukan pemantauan ABC
- Pemberian SA 1 amp dan tramadol 1 amp.
- Dilakukan Reposis Uterus
- Perdarahan Pervaginam aktif kontraksi uterus jelek dilakukan reposisi bimanual
interne + pemberian uterotonika kontraksi uterus jelek siapkan darah PMI ( WB
segar) lapor OK/anestesi rencana histerektomi
- Lapor konsulen (dr.H Muslim Nur SpOG(K)
- (20.50) Pasien dibawa ke OK
- (21.00) Dilakukan laparatomi (histerektomi), dilakukan tranfusi WB segar 1 unit
intraoperasi
- (22.30) Selesai dilakukan histerektomi, kondisi post-op : TD: 60/34, Nadi : 105,
Sat :100%
- (23.00) Pasien mengalami perburukan , kesan : penurunan kesadaran + apneu

Dilakukan VTP nafas spontan tidak ada dilanjutkan UTP (23.45) nadi tidak
teraba , EKG asistole dilakukan RJP (00.25) EKG asistol Pasien dinyatakan
meninggal didepan dokter, paramedic, dan keluarga
-
Rencana : Histerektomi Cito
D.Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hemoglobin : 5,2 g % (12-14)
Tanggal 4 Oktober 2014
Pukul 21.00
Dilakukan Histerektomi
Pasien tidur telentang dalam anestesi umum
Dilakukan tindakan antiseptic pada lapangan operasi
Dipasang duk steril pada lapangan operasi
Dilakukan insisi pada linea mediana mulai ± 1 cm diatas Simpisis os pubis sampai ± 10
cm ke arah umbilical. Insisi dilanjutkan sampai sublantis
Peritoneum pucat, tampak uterus pucat, kontraksi tidak ada ( uterus kounvellaire)
dilakukan belynca kontraksi tidak ada perdarahan (+) diputuskan histerektomi
Dilakukan plika vesikovaginalis, vesika urinaria dibebaskan dan di dorong keatas , bawah
dilindungi dengan hak
Dilakukan histerektomi supra vaginal
Dinilai ulang tidak ada perdarahan intraabdomen
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
Perdarahn selama operasi ± 500cc

BAB III
Tinjauan Pustaka
3.1 Definisi
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
masuk ke dalam kavum uteri. Dapat keluar melalui kanalis servikalis sehingga menonjol ke
dalam vagina.
Pada inversio uteri, dimana uterus terputar balik dengan fundus uteri terdapat dalam
vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar, keadaan ini disebut inversio uteri completa.

Kalau hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri, disebut inversio
uteri incompleta. Kalau uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps.
Keadaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, persalinan abnormal, dan uterus non
gravid akibat mioma uteri submukosum. Kejadian inversio uteri sangat jarang dilaporkan. Shah
Hosseini dan Evrard (1989) melaporkan insiden inversio uteri sekitar 1 di antara 6.400 persalinan
di RS Women and Infant, Rhode Island. Platt dan Druzin (1981) melaporkan kejadian 28 kasus
di antara 60.000 persalinan dengan insiden sekitar 1 di antara 2100 persalinan.
Walaupun kejadian inversio uteri sangat jarang, tetapi merupakan komplikasi persalinan
yang serius. Hal ini terjadi karena inversio uteri dapat mengancam kehidupan dengan adanya
perdarahan sampai syok, sepsis, bahkan kematian. Dilaporkan 90% kematian terjadi dalam 2 jam
post partum akibat perdarahan atau syok.

3.2 Etiologi
Etiologi inversio uteri terbanyak adalah kombinasi antara implantasi plasenta di fundus
yang abnormal dan atoni uterus. Faktor-faktor predisposisinya adalah: plasenta akreta, tali pusat
pendek, implantasi plasenta di fundus, penekanan pada fundus sewaktu melahirkan plasenta,
tarikan berlebihan pada tali pusat, gangguan kontraksi uterus, kelainan kongenital uterus. Banyak
klasifikasi inversio uteri yang dikemukakan penulis, akan tetapi umumnya klasifikasi
berdasarkan waktu kejadian dan derajat kelainannya. Berdasarkan waktu kejadian :
1. Inversio akut, terjadi segera setelah persalinan.
2. Inversio subakut, terbentuknya cincin kontriksi pada servik.
3. Inversio kronik, lebih dari 4 minggu pasca persalinan.
Berdasarkan derajat kelainan :
1. Derajat satu (inkomplit), korpus uteri tidak melewati kanalis servikalis.
2. Derajat dua (komplit), korpus uteri keluar melalui cincin servik tetapi tidak mencapai
introitus vagina.
3. Derajat tiga (totalis), korpus uteri mencapai atau keluar introitus vagina.
Berdasarkan Etiologi:
1. Inversio Uteri Non Obstetri
Biasanya disebabkan oleh mioma uteri submukosum atau neoplasma yang lain
2. Inversio Uteri Obstetri
Merupakan inversio uteri tersering yang terjadi setelah persalinan.
3. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra
abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).
4. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang
dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :
1. Tonus otot rahim yang lemah, yaitu uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan,
tarikan tali pusat yang berlebihan)
3. Patulous kanalis servikalis.
Maka inversio uteri dapat terjadi waktu batuk, bersin atau mengejan, juga karena perasat Crede.
Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.
Penarikan tali pusat berlebihan menyebabkan inversio uteri

Gbr. Inversio Uteri total
3.3 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri dilakukan palpasi abdomen dan pemeriksaan
dalam.
1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang
banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang
terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam :
Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung
ke dalam.
Bila komplit, fundus uteri tidak dapat diraba, di atas simfisis uterus teraba kosong
dan dalam vagina teraba tumor lunak.
Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

3.4 Pencegahan dan Penatalaksanaan
Tertundanya penanganan akan sangat meningkatkan angka kematian. Sejumlah langkah
perlu dilakukan segera dan secara simultan. Pencegahannya yaitu hati-hati dalam memimpin
persalinan, jangan terlalu mendorong rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan
hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
Pencegahan Sebelum Tindakan, yaitu :
Koreksi Manual:
Pasang sarung tangan DTT
Uterus yang baru mengalami inversi dengan plasenta yang sudah terlepas mungkin
dengan mudah dapat dikembalikan dengan cara mendorong fundus dengan telapak tangan
dan jari tangan mengarah ke sumbu panjang vagina. Pegang uterus pada daerah insersi
tali pusat dan masukkan kembali melalui serviks. Gunakan tangan lain untuk membantu
menahan uterus dari dinding abdomen. Jika plasenta masih belum terlepas, lakukan
plasenta manual setelah tindakan koreksi, sampai sistem infus terpasang, cairan dialirkan
dan anestesia sebaiknya halotan atau enfluran telah diberikan. Obat tokolitik misalnya
terbutalin, ritodrin atau magnesium sulfat dilaporkan berhasil digunakan untuk relaksasi
uterus dan reposisi. Segera setelah uterus dikembalikan ke posisi normalnya, obat yang
digunakan untuk relaksasi dihentikan dan secara bersamaan pasien diberi oksitosin agar
uterus berkontraksi sementara operator mempertahankan fundus dalam posisi normal.
Jika koreksi manual tidak berhasil, lakukan koreksi hidrostatik.
Gambar reposisi inversio uteri secara manual

Koreksi Hidrostatik:
Pasien dalam posisi Trendelenburg, dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari
perineum.
Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi, berupa selang 2 m berujung penyemprot
berlubang lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air hangat 3 – 5 l (atau NaCl)
dan dipasang setinggi 2 m.
Identifikasi forniks posterior
Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia sekitar ujung
selang dengan tangan.
Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula.
Koreksi Kombinasi Abdominal-Vaginal
Umumnya uterus yang mengalami inversio dapat dipulihkan keposisinya yang normal
dengan teknik-teknik di atas. Apabila uterus masih tidak dapat direposisi, maka :
Kaji ulang indikasi
Lakukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum, dan singkirkan usus dengan kasa.
Tampak uterus berupa lekukan.
Dengan jari tnagn lakukan dilatasi cincin kontriksi serviks
Pasang tenakulum melalui cincing serviks pada fundus
Lakukan tarikan / traksi ringan pada fundus sementara asisten melakukan koreksi menual
melalui vagina.
Jika tindakan traksi gagal, lakukan insisi cincin konstriksi serviks di bagian belakang
untuk menghindari risiko cedera kandung kemih, ulang tindakan dilatasi, pemasangan
tenakulum dan traksi fundus.
Jika koreksi berhasil, tutup dinding abdomen setelah melakukan penjahitan hemostasis
dan dipastikan tidak ada perdarahan.
Jika ada infeksi, pasang drain karet.

Gbr. Inversi uteri komplet dilihat dari atas
Perawatan Pasca Tindakan
Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml I.V (NaCl 0,9
% atau Ringer Laktat) 10 tetes/menit.
- Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes permenit.
- Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau prostaglandin
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal :
- Ampisilin 2 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V
- Atau sefazolin 1 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V
Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal-vaginal.
Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam selama
48 jam.
- Ampisilin 2 g I.V tiap 6 jam
- Dengan gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V setiap 24 jam.
- Dengan metronidazol 500 mg I.V setiap 8 jam.
Berikan analgesik jika perlu.
Pembedahan dilakukan jika reposisi pervaginam gagal melalui laparotomi. Operasi
vaginal terdiri atas operasi menurut Kustner dan operasi menuru Spinelli. Pada operasi

pertama lingkaran dipotong di sebelah kanan, sedang pada operasi kedua pemotongan
dilakukan di sebelah depan. Pemotongan lingkaran dan dinding di atasnya memungkinkan
reposisi sesudah itu, luka dijahit kembali. Haultain dan Huntington mengusahakan reposisi
dengan laparotomi. Pada wanita yang mendekati masa akhir reproduksi dapat dilakukan
histerektomi.
3.5 Prognosis
Semakin lambat keadaan ini diketahui dan diobati makin buruk prognosis, tetapi jika
pasien dapat mengatasi 48 jam dengan inversio uteri maka maka prognosa berangsur baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri & Ginekologi, 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri &
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Elstar offset.
Bandung
2. Cunningham gary.F,dkk, 2006. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
3. Saifuddin Abdul Bari, Prof.dr.SpOG,MPH, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
KesehatanMaternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta