Inversio Uteri Lengkap (1)

33
KATA PENGANTAR Alhamdulillah syukur kehadrat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya makalah mandiri ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr.Freddy dan teman-teman atas bimbingan dalam penulisan makalah ini. Dengan berbagai cara sejak membaca, memberikan saran maupun membantu data-data dan berdiskusi adalah bagian yang tak dapat diabaikan dalam mewujudkan tulisan ini. Kepada yang terlibat secara langsung dan tidak langsung, penulis menyampaikan rasa terima kasih setulusnya. Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambahkan ilmu pengetahuan dan melatih diri untuk menghadap kasus-kasus yang mungkin. Penulis menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan penulisan makalah ini. Namun, bagaimanapun juga, tanggungjawab akhir dari penulisan ini ada pada penulis. Sebagai penutup, penulis berharap semoga tulisan ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang tertarik dengan masalah yang akan diuraikan. Bogor, 20 Oktober 2011, 1

Transcript of Inversio Uteri Lengkap (1)

Page 1: Inversio Uteri Lengkap (1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah syukur kehadrat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya

makalah mandiri ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada

dr.Freddy dan teman-teman atas bimbingan dalam penulisan makalah ini. Dengan berbagai

cara sejak membaca, memberikan saran maupun membantu data-data dan berdiskusi adalah

bagian yang tak dapat diabaikan dalam mewujudkan tulisan ini. Kepada yang terlibat secara

langsung dan tidak langsung, penulis menyampaikan rasa terima kasih setulusnya. Penulisan

makalah ini juga bertujuan untuk menambahkan ilmu pengetahuan dan melatih diri untuk

menghadap kasus-kasus yang mungkin. Penulis menyadari makalah ini masih memiliki

kekurangan, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan

penulisan makalah ini. Namun, bagaimanapun juga, tanggungjawab akhir dari penulisan ini

ada pada penulis.

Sebagai penutup, penulis berharap semoga tulisan ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-

pihak lain yang tertarik dengan masalah yang akan diuraikan.

Bogor, 20 Oktober 2011,

……………………….

Penulis

1

Page 2: Inversio Uteri Lengkap (1)

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan ................................................................................................. (3)

BAB II

Definisi ...........................................................................................................(6)

Insiden ............................................................................................................(6)

Klasifikasi ......................................................................................................(6)

Manifestasi Klinik .........................................................................................(7)

Faktor yang Mempermudahkan .................................................................(7)

Etiologi ......................................................................................................... (7)

Diagnosa ........................................................................................................(7)

Patofisiologi ...................................................................................................(9)

Diagnosis Banding

Atonia Uteri .........................................................................(10)

Retensio Plasenta .................................................................(10)

Robekan Jalan Lahir ..........................................................(12)

Sisa Plasenta ........................................................................(15)

Penatalaksanaan .........................................................................................(15)

Komplikasi ..................................................................................................(21)

Pencegahan .................................................................................................(21)

BAB III

Kesimpulan ..................................................................................................(22)

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................(23)

2

Page 3: Inversio Uteri Lengkap (1)

BAB I. PENDAHULUAN

Pendarahan Post Partum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih

setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari kala

I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai,

kemudian kala II dimana serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala

janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai

dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan

postpartum terjadi setelah kala III persalinan selesai.

Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan

menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun

merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga

berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan

wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok .1,2

Klasifikasi Klinis

1) Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan

Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca

persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca

persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan

lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

3

Page 4: Inversio Uteri Lengkap (1)

2) Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau

Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan

sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder sering

diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang

tertinggal.

Tabel 2. Pendarahan Pasca persalinan

Penyebab Perdarahan Postpartum

Penyebab perdarahan Postpartum antara lain :

1. Atonia uteri 50% - 60%

2. Retensio plasenta 16% - 17%

3. Sisa plasenta 23% - 24%

4. Laserasi jalan lahir 4% - 5%

5. Kelainan darah 0,5% - 0,8%

4

Page 5: Inversio Uteri Lengkap (1)

Gejala Klinik Perdarahan Postpartum

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari

volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada

kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang

terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan

tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan

kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.1

BAB II. ISI PEMBAHASAN

5

Page 6: Inversio Uteri Lengkap (1)

INVERSIO UTERI

2.1 DEFINISI

Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa sehingga

lapisan endometriumnya dapat tampak sampai di luar perineum atau dunia luar. Pada

inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah

dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi

tiba-tiba dalam kala III persalinan atau segera setelah plasenta keluar .1

2.2 INSIDEN

Inversio uteri adalah suatu kejadian emergency obstetrik yang sangat jarang

terjadi. Insiden dalam terjadinya inversio uteri adalah sebanyak 1 : 20.000 persalinan.

Jika ianya tejadi haruslah di tangani dengan cepat karena dapat menyebabkan

terjadinya kematian akibat pendarahan yang banyak.1,3

2.3 KLASIFIKASI

Tabel 3. Tingkat Inversio Uteri

Tingkat Inversio Uteri Keterangan

Pertama - Inversio uteri hanya sampai ostium uteri internum.

- Masih teraba sedikit fundus uteri atau terdapat lekukan.

Kedua - Seluruh endometrium terbalik tetapi tidak sampai di luar

perineum

- Sewaktu palpasi tinggi fundus uteri sudah tidak dapat di

raba/ hilang

Ketiga - Seluruh dinding endometrium terbalik sampai tampak di

luar perineum.

- Fundus uteri sama sekali tidak dapat di raba.

Keempat - Vagina juga ikut keluar bersama inversio uteri yaitu keluar

6

Page 7: Inversio Uteri Lengkap (1)

bersama melalui vulva.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

a. Uterus tidak teraba

b. Lumen vagina terisi massa yang bewarna merah lembayung

c. Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)

d. Perdarahan segera

e. Nyeri abdomen bawah karena penarikan pada ovarium dan peritoneum

f. Berasa ingin defikasi 4

2.5 FAKTOR YANG MEMPERMUDAHKAN

Struktur uterus yang abnormal yang melibatkan connective tissues seperti

pada Marfan’s syndrome atau Ehler’s Syndrome.

Plasenta yang menempel di tempat yang salah seperti pada plasenta

previa.

Tali pusat yang terlalu pendek.

Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya

Tarikan tali pusat yang berlebihan.3

2.6 ETIOLOGI

Grande multipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra

abdominal yang tinggi seperi batuk mengejan.

Tindakan melalui cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat , manual

plasenta yang di paksa sedangakn plasenta masih menempel di dinding

rahim.2,4

2.7 DIAGNOSIS

Anamnesis

Pasien sering datang dengan pendarahan setelah melahirkan. Pendarahan dapat

terjadi dengan atau tanpa adanya rasa nyeri. Selalunya pasien datang dalam

7

Page 8: Inversio Uteri Lengkap (1)

kondisi yang sudah lemas.Pasien mengeluh juga adanya massa merah yang

menonjol keluar jika ianya inversio tngkat 4.

Pemeriksaan fisik:

Saat di palpasi tinggi fundus uteri dapat di raba sebagian atau sudah tidak dapat

teraba lagi. Jika tinggi fundus uteri masih teraba ianya dapat di rasakan seperti

adanya lekukan ke dalam. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam di mana

untuk melihat adakah pendarahan datangnya dari robekan rahim, sisa plasenta

atau plasenta yang masih belum keluar.

Pemerikaan Penunjang

Antara modilitas yang dapat di gunakan adalah USG. Gambaran transabdominal

dalam potongan melintang di panggul bawah, rahim tampak sebagai tanda target

dengan fundus yang bagian dalam hiperechoic, yang dikelilingi lingkaran

hipoechoic. Menunjukkan cairan antara ruang fundus terbalik dan dinding

vagina. Endometrium sejajar di tepi dari fundus terbalik.

Gambaran transabdominal pada potongan sagital, uterus tampak sebagai

gambaran cermin terbalik dari uterus yang normal. Fundus uteri berada di vagina

dengan cairan di fornik vagina. Kedua permukaan serosa berlawanan

menggambarkan garis endometrium atau garis semu.1,2,5

Gambar 2. Gambaran inversio uteri pada USG

2.8 PATOFISIOLOGI

8

Page 9: Inversio Uteri Lengkap (1)

Mekanisme patofisiologis yang mendasari inversio uteri yang sebenarnya masih

belum diketahui. Secara klinis, faktor utama yang mempengaruhi untuk inversi uteri

adalah plasenta yang berimplantasi di fundus, lemah dan lunaknya endometrium di

lokasi implantasi plasenta, serta dilatasi serviks segera post partum. Dalam beberapa

kasus, terdapatnya tali pusat yang pendek dan tarikan tali pusat yang berlebihan juga

berkontribusi untuk inversi uteri.

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau

seluruhnya masuk. Ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat

ekstrem. Inversio uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem

berupa terbaliknya terus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan

berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri.

Untuk menghasilkan suatu inversi, uterus harus melanjutkan kontraksi pada waktu

yang tepat untuk memaksa fundus sebelumnya terbalik atau massa fundus plasenta,

terbalik ke arah segmen bawah uterus. Jika serviks berdilatasi kekuatan kontraksi

cukup dan cukup kuat, dinding endometrium melalui itu, menghasilkan inversi

lengkap. Jika situasi kurang ekstrem dari dinding itu, fundus sendiri terjebak dalam

rongga rahim, menghasilkan inversi parsial.

Dalam inversi lengkap pada fundus melalui serviks, jaringan serviks berfungsi

sebagai band konstriksi dan edema cepat bentuk. Massa kemudian tumbuh semakin

prolaps dan akhirnya menghalangi aliran vena dan arteri, menyebabkan terjadinya

edema. Jadi, penanganan inversi uteri menjadi lebih sulit. Dalam kasus-kasus kronis

atau yang lambat ditangani, bisa menyebabkan nekrosis jaringan.

Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak, maka

inversio uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu

terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang

menyertainya. Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III

aktif khususnya bila dilakukan tarikan talipusat terkendali pada saat masih belum ada

kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk klasifikasi tindakan iatrogenik. 3,4

2.9 DIAGNOSIS BANDING

9

Page 10: Inversio Uteri Lengkap (1)

a. Atonia uteri

Merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan

sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu

menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah

terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah

yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas

keseluruhan. Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan

bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan pasca

persalinan. Miometrum lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh

pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga

tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah partus, dengan

adanya susunan otot seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit

pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan

menyebabkan terjadinya pendarahan pasca persalinan.

Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :

Partus lama

Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada hamil

kembar, hidramnion atau janin besar

Multiparitas

Selain karena sebab di atas atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan

kala III persalinan, yaitu memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha

melahirkan plasenta, dimana sebenarnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.4

b. Retensio Plasenta

Klasifikasi

Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain :

Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

fisiologis.

10

Page 11: Inversio Uteri Lengkap (1)

Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai sebagian lapisan miometrium

Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai/melewati lapisan miometrium

Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding

uterus

Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri

Tabel 4. Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Gejala Separasi / akreta

parsial

Plasenta

inkarserata Plasenta akreta

Konsistensi

uterus

Kenyal Keras Cukup

Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat

Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid

Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada

Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur

Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka

Separasi

plasenta

Lepas sebagian Sudah lepas Melekat

seluruhnya

Syok Sering Jarang Jarang sekali

Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah fundus naik dimana pada perabaan uterus terasa bulat

dan keras, bagian tali pusat yang berada di luar lebih panjang dan terjadi perdarahan

sekonyong-konyong. Cara memastikan lepasnya plasenta:

a. Kustner

Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan di atas simfisis.

Bila tali pusat tak tertarik masuk lagi berarti tali pusat telah lepas.

11

Page 12: Inversio Uteri Lengkap (1)

b. Strassman

Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri mengetuk-ngetuk fundus.

Jika terasa getaran pada tali pusat, berarti tali pusat belum lepas.

c. Klein

Ibu disuruh mengejan. Bila plasenta telah lepas, tali pusat yang berada diluar

bertambah panjang dan tidak masuk lagi ketika ibu berhenti mengejan.

Apabila plasenta belum lahir ½ jam-1 jam setelah bayi lahir, harus diusahakan untuk

mengeluarkannya. Tindakan yang dapat dikerjakan adalah secara langsung dengan

dengan manual plasenta.3,4

c. Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca

persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan

serviks atau vagina .Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan

perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan

setelah persalinan.

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang

bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi

yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat

berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan

dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat

arterill atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber

perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum

setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan

melakukan ligasi.

Robek Vulva

Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul luka

pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi

kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak, khususnya pada luka dekat

klitoris.

12

Page 13: Inversio Uteri Lengkap (1)

Robekan perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi

di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut

arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah

panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia

suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.

Tingkatan robekan pada perineum:

– Tingkat 1: hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek

– Tingkat 2:dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan

otot-otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka.

– Tingkat 3 : robekan total m. Spintcher ani externus dan kadang-kadang

dinding depan rektum.

Pada persalinan yang sulit, dapat pula terjadi kerusakan dan peregangan m.

puborectalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Kejadian ini

melemahkan diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya

prolapsus uteri.

Robekan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum jarang dijumpai.

Kadang ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai

akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.

Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan

spekulum. Robekan atas vagina terjadi sebagai akibat menjalarnya robekan

serviks. Apabila ligamentum latum terbuka dan cabang-cabang arteri uterina

terputus, dapat timbul perdarahan yang banyak. Apabila perdarahan tidak bisa

diatasi, dilakukan laparotomi dan pembukaan ligamentum latum. Jika tidak

berhasil maka dilakukan pengikatan arteri hipogastika.

13

Page 14: Inversio Uteri Lengkap (1)

Robekan serviks

Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang

multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan

serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen

bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun

plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu

dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

Apabila ada robekan, serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam

ovum, supaya batas antara robekan dapat dilihat dengan baik. Apabila serviks

kaku dan his kuat, serviks uteri dapat mengalami tekanan kuat oleh kepala

janin, sedangkan pembukaan tidak maju. Akibat tekanan kuat dan lama ialah

pelepasan sebagian serviks atau pelepasan serviks secara sirkuler. Pelepasan

ini dapat dihindarkan dengan seksio secarea jika diketahui bahwa ada distosia

servikalis. Apabila sudah terjadi pelepasan serviks, biasanya tidak dibutuhkan

pengobatan, hanya jika ada perdarahan, tempat perdarahan di lanjut. Jika

bagian serviks yang terlepas masih berhubungan dengan jaringan lain,

hubungan ini sebaiknya diputuskan.3,4

d. Sisa Plasenta

Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum

terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan pasca persalinan

14

Page 15: Inversio Uteri Lengkap (1)

sekunder). Pendarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh

retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah

persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang

hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan.

Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka

uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan

perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan

dengan sisa plasenta.3,4

2.10 PENATALAKSANAAN

Prinsip penanganan pada pasien yang datang dengan inversio uteri melibatkan dua

kompenen penting yaitu:

a. Menangani syok akibat pendarahan yang banyak

b. Mereposisi semula uterus ke tempatnya.

Pasien dengan pendarahan post partum harus di tangani dengan mengadakan

resusitasi dan penanganan pendarahan obstetrik serta kemungkinan adanya syok

hipovolemik. Resusitasi cairan melibatkan cairan ringer laktat. Pemberian cairan

kristaloid dalam volume yang besar baik dengan NaCl atau Ringer Laktat melaui

akses intravena perifer. RL merupakan cairan yang cocok kaena biaya ringan dan

kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi darah.

Pemberian cairan dekstrosa seperti D 5 % tidak memiliki peran dalam

penanganan pendarahan post partum. Penggantian cairan yang melibatkan kristaloid

tidak tahan lama di intra vaskular tetapi sebaliknya terjadi pergeseran ke ruangan

interstitial yang akan menyebabkan edema perifer. Jika kehilangan darahnya banyak

membutuhkan penambahan transfusi sel darah merah.

Jika pendarahan masih berlanjutan dan di perkirakan melebihi 2000 mL atau

keadaan klinis pasien menunjukkan tanda tanda syok walaupun telah di lakukan

resusitasi. Komponen darah yang biasanya di gunakan adalah PRC untuk

15

Page 16: Inversio Uteri Lengkap (1)

menggantikan pembawa oksiegn yang hilang dan untuk mengembalikan volume

sirkulasi.

Pasien yang datang dengan inversio uteri selalu akan datang dengan pendarahan

yang hebat dan di sertai dengan syok. Apabila inversio uteri dengan gejala syok harus

di atasi dulu dengan infue IV cairan elektrolit dan transfusi darah, segera itu barulah

dapat di lakukan reposisi secara manual , hidrostatik atau secara operasi melalui

transabdominal maupun transvaginal.

Langkah reposisi inversio uteri secara manual dengan cara:

a. Memberikan mucle relaksan padanya sehingga otot rahim menjadi lemas.

Relaksan akan membuatkan otot rahim lemas.

b. Relaksan yang di anjurkan adalah:

Anestesi umum

Pemberian tokolisis relaksan otot uterus yaitu:

Tokolisis merupakan suatu relaksasi uterus sebelum di lakukan reposisi

manual atau pun repososi hidrostatik. Antara obat yang menjadi pilihan

sebagai tokolisis adalah:

Mg S04 4- 6 g IV selama 4 menit

Nitrogliserin 100 mcg IV

Terbutaline 0, 25 mg IV

Uterotonika yang dapat diberikan adalah seperti oksitosin yang mempunyai efek kerja

cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah. Ergometrin dan prostagladin

juga dapat di gunakan untuk mencegah tpedarahan.

Oksitosin merupakan homon sintetik yang di produksi oleh lobus posterior hipofisis.

Obat ini dapat menimbulkan kontraksi uterus, ianya dapat diberikan IM , IV , untuk

pendarahan aktif dapat di berikan lewat infus dengan Ringer Laktat. Efek sampingnya

sangat sedikit seperti nausea, vomitus.

Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan

terjadinya tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Ianya mempunyai dosis

maksimum 1, 25 mg, dan dapat di berikan langsung melalui IV bolus 0,12 mg. Obat 16

Page 17: Inversio Uteri Lengkap (1)

ini dikenali sebagai vasospasme perifer dan dapat menyebabkan hipertensi. Jadi tidak

boleh diberikan pada penderita hipertensi.

Prostagladin merupakan analog 15 metil prostagladin F2 alfa. Obat ini dapat di

berikan secara intravaginal, intravena, intramuskular, atau rectal. Pemberian IM

adalah sebanyak 0,25 mg yang dapat di pakai sampai dosis maksimum 2 mg.

Pemberian lewat rektal dapat mencapai 5 tablet 200 ug yaitu 1 g. Efek sampingnya

adalah nausea, vomitus, diare, sakit kepala di sebabkan kontraksi otot halus dan juga

bekerja di termoregulasi sentral sehingga menyebabkan muka kemerahan,

berkeringat.1

Reposisi Manual

Teknik Johnson :

-Seluruh telapak tangan di masukkan ke dalam vagina untuk mendorong

inversio uteri untuk masuk kembali

-Setelah berhasil lakukan pijitan bimanual antara tangan intra uterine dan

tangan lainnya di fundus uteri yang telah di reposisi

-Masukkan bolus uterotonik ( oksitosin atau methergin) sehingga timbul

kontraksi yang dapat mempertahankan fundus uteri di tempatnya

-Jika di pandang perlu dapat di pertahankan dengan memasang tampon

uterovaginal.

-Tampon dapat di pertahankan 24 jam atau lebih dan selanjutnya di tarik

sedikit sehingga tidak menimbulkan inversio kembali.

-Sementara menarik tampon , dapat di masukkan uterotonik secara drip.

17

Page 18: Inversio Uteri Lengkap (1)

Gambar 2. Teknik reposisi manual

Menurut teknik Jones:

-Di pergunakan telunjuk , untuk melakukan reposisi fundus uteri sehingga

dapat mencapai posisi semula pada intra uterine.

-Dorong fundus kearah umbilikus dapat memungkinkan ligamentum uterus

menarik uterus kembali ke posisi semula.

-Bila dengan upaya reposisi tersebut plasenta masih melekat jangan lakukan

pelepasan plasenta, tetapi baru di lakukan setelah reposisi berhasil dengan

baik. Ini karena jika plasenta di lepaskan ianya dapat memicu kepada

pendarahan yang hebat.

Koreksi Hidrostatik :

– Pasien dalam posisi trendelenburg dengan kepala lebih rendah sekitar 50

cm dari perineum.

– Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi,berupa selang 2 m berujung

penyemprot berlubang lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air

hangat 2-5 L( NaCl atau RL ) dan dipasang setinggi 2 m.

– Identifikasi forniks posterior.

– Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia

sekitar ujung selang dengan tangan.

– Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula.

Gambar 3. Teknik hidrostatik

Bentuk – bentuk reposisi inversio yang lain:

18

Page 19: Inversio Uteri Lengkap (1)

a.Transabdominal :

Teknik Haultain

Di kerjakan secara laparotomi dengan dinding belakang lingkaran kontraksi di

incisi secara longitudinal sehingga memungkinkan penyelenggaraan reposisi

uterus sedikit demi sedikit, kemudian luka di bawah uterus di jahit dan luka

laparotomi di tutup. Uterotonika di berikan supaya uterus mengalami

kontraksi.

Teknik Huntington

Dinding abdomen di buka dan bagian inversio uteri akan terlihat. Dua allis

forcep akan di gunakan untuk mengambil bagian fundus uteri dan forceps di

tamponekan pada fundus. Di lakukan sedemikian rupa supaya uterus tadi

dapat di keluarkan dari cincin kontraksi dan dapat di reposisikan kepada

keadaan yang normal kembali.

Gambar 5. Teknik operasi abdominal

b. Transvaginal

Teknik Kustner ( forniks anterior) dan Teknik Spinelli ( teknik

posterior).Merupakan teknik operasi melalui transvaginal di mana fundus uteri di

ganti melalui pemotongan servik anterior dan posterior.

19

Page 20: Inversio Uteri Lengkap (1)

c. Histerektomi

-Tidak mungkin di lakukan reposisi

-Jaringan nekrosis akibat iskemik jaringan

-Terdapat infeksi yang cukup membahayakan jiwa

Perawatan Pasca Tindakan

a. Jika inversi sudah diperbaiki,berikan infuse oksitisin 20 unit dalam 500

ml NaCl 0.9 % atau ringer laktat sebanyak 10 tetes/menit.

b. Jika dicurigai terjadi perdarahan,berikan infus sampai dengan 60 

tetes/ menit.

c. Jika kontraksi uterus kurang baik,berikan ergometrin 0,2 mg .

d. Berikan antibiotic propilaksis dosis tunggal:

Ampisilin 2g I.V dan metronidazol 500 mg I.V

e. Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi

abdominal vaginal.

f. Jika ada tanda infeksi berikan antibiotik kombinasi sampai pasien bebas

demam selama 48 jam.3,4

2.11 KOMPLIKASI

a. Gangguan miksi dan stress inkotenesi

Apabila seluruh uterus tertarik ke awah ini menyebabkan fascia dinding depan

vagina mengendor dan vesika urinaria akan terdorong ke belakang. Selain itu

uretra juga turut ke bawah bersama dengan penurunan cavum uteri.

b. Inkarserasi usus

Ini dapat terjadi karena ruang yang kosong antara cavum dauglasi terisi usus halus

atau sigmoid masuk ke dalam karena dinding uterus sudah menonjol keluar.5

2.12 PENCEGAHAN

Hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong

rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam

menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.5

20

Page 21: Inversio Uteri Lengkap (1)

BAB III.

KESIMPULAN

Inversio uteri adalah salah satu dari kejadian pendarahan post partum. Perdarahan

Postpartum adalah suatu kejadian mendadak dan tidak dapat diramalkan yang merupakan

penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Sebab yang palig umum dari pendarahan Seorang

ibu dengan pendarahan hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis

yang sesuai, termasuk pemberian obat-obatan, prosedur klinis sederhana, transfusi darah dan

atau operasi. Semua ibu hamil harus didorong untuk mempersiapkan kehamilan dan

kesiagaan terhadap komplikasi, dan agar melahirkan dengan bantuan seorang dokter atau

bidan, yang dapat memberikan perawatan pencegahan pendarahan Postpartum. Keluarga dan

masyarakat harus mengetahui tanda-tanda bahaya utama, termasuk pendarahaan masa

kehamilan. Semua ibu harus dipanatau secara dekat setelah melahirkan terhadap tanda-tanda

pendarahan tidak normal, dan para pemberi perawatan harus dapat dan mampu menjamin

akses ke tindakan penyelamatan hidup bila mana diperlukan.1,3

21

Page 22: Inversio Uteri Lengkap (1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Obstetrical Hemorrhage. Dalam:

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Williams Obstetrics. Edisi ke-23. New

York. McGraw Hill,2010; 757 – 801

2. KA. Rana, P.S. Patel. Complete uterine inversion. American Institute of Ultrasound

in Medicine .J Ultrasound Med 2009; 28:1719–1722

3. MK Karkata. Pendarahan Pasca Persalinan. Dalam: Prawihardjo S. Ilmu Kebidanan.

Edisi ke-4. Jakarta. PT Bima Pustaka,2010; 522 – 29

4. JP O’Grady, ME Rivlin. Uterine Inversion, Malposition of the Uterus. Dalam :

Obstetric Syndromes and Conditions. New York, NY: Parthenon; 2006

5. RS Gibbi, BY Karlan, AF Harney et all. Post Partum Hemorrhage. Dalam : RS Gibbi,

BY Karlan, AF Harney et all. Danforth's Obstetrics and Gynecology. Edisi ke-10.

New York. Lippincott Williams & Wilkins, 2008

22

Page 23: Inversio Uteri Lengkap (1)

23