INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER...

107
INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER PRANCIS OPERASI BARKHANE DI MALI UTARA PERIODE 2014-2019 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Hana Febiani 11151130000045 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER...

Page 1: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI

MILITER PRANCIS OPERASI BARKHANE DI MALI

UTARA PERIODE 2014-2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Hana Febiani

11151130000045

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine
Page 3: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine
Page 4: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine
Page 5: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis intervensi militer Prancis Operasi Barkhane di Mali

Utara periode 2014-2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan apa saja

faktor-faktor yang membuat Prancis mempertahankan intervensi militenya yang

kedua, Operasi Barkhane, di Mali Utara periode 2014-2019 dengan menjabarkan

fakta-fakta yang dikategorikan ke dalam faktor sejarah, internal, dan eksternal.

Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka sebagai sumber data. Kerangka

pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep Kebijakan Luar Negeri.

Dari hasil analisis dengan menggunakan teori tersebut ditemukan bahwa Prancis

mempertahankan intervensi militer Operasi Barkhane berdasarkan faktor-faktor

yang mengandung kepentingan nasional Prancis. Walaupun intervensi militer yang

dilakukan Prancis menuai kontroversi seperti tingginya biaya operasional, namun

Prancis mempertahankan kebijakan luar negerinya karena dipengaruhi beberapa

faktor yang menjadi alasan dari pengambilan keputusan kebijakan Prancis.

Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa faktor-faktor Prancis

mempertahankan intervensi militer Operasi Barkhane pada konflik Mali Utara

periode 2014-2019 dikategorikan ke dalam tiga faktor. Pertama, faktor sejarah

berkaitan dengan Françafrique (hubungan antara Prancis dan negara-negara bekas

jajahannya) dan Dette de sang (hutang darah). Kedua, faktor internal meliputi

stabilitas politik demi keberlangsungan keuntungan ekonomi Prancis di Mali,

bahasa dan budaya, dan keamanan dalam negeri. Faktor terakhir merupakan faktor

eksternal berkaitan erat dengan respon Prancis atas resolusi Dewan Keamanan

(DK) PBB, bentuk dari pelaksanaan Prancis terhadap tanggung jawab utamanya

dalam DK PBB, permintaan bantuan dari pemerintahan Mali, eksistensi global, dan

war on terror.

Kata kunci: Operasi Barkhane, Intervensi Militer, Konflik Mali Utara,

Prancis, Terorisme, Afrika, Kepentingan Nasional.

Page 6: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rakhmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas

limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER PRANCIS

OPERASI BARKHANE DI MALI UTARA PERIODE 2014-2019.”

Skripsi ini untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program Studi Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dalam proses pengerjaannya terdapat dukungan dari berbagai pihak yang

dengan tulus memberikan motivasi untuk penulis agar menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karenanya, penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan moral maupun materil,

Bapak Mardani Suryajaya dan Mama Upi Ade Yani tersayang, serta Adikku

Yulita Mutiadani yang selalu memberikan semangat;

2. Bapak Robi Sugara M.Sc, selaku Dosen Mata Kuliah Strategic Studies dan

Resolusi Konflik sekaligus Dosen Pembimbing yang dengan tanpa lelah

memberi arahan, bimbingan, dan saran kepada penulis dari proses

menentukan tema hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga selalu

diberikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah;

3. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas segala

ilmu dan bimbingan yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

Terlebih untuk Bapak Ahmad Al Fajri, M.A. yang selalu bersedia

Page 7: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

vii

memberikan masukan kepada penulis dan Bapak Badrus Sholeh, Ph.D

selaku Dosen Pembimbing Akademik;

4. Seluruh kawan satu kelas dan organisasi penulis, HI B 2015 “Revolutioner

Class”, DEMA FISIP, KKN BERES, dan PMII Komfisip atas solidaritas,

pengalaman, dan pembelajaran;

5. Seseorang tersayang dan tercinta yang telah menemani selama lebih dari

tiga tahun, Boeike Adam Noor, yang mendukung dalam masa senang

maupun sulit dan selalu ada di sisi, hati, dan pikiran penulis;

6. Segenap member Anak Mecin, Syifa, Firda, Zara, Mawar, Dovi, Jihan,

Niken, Bang Tia, Asry, Hijri, Aul, dan Ica. Semoga tidak pernah melupakan

perjuangan dari maba hingga sekarang dan selalu dilimpahkan rezeki,

kesehatan, dan kesuksesan;

7. Sahabat tersayang sedari masa SMP, Awil, Tipun, dan Risma. Serta sahabat

yang selalu memberikan dukungan tanpa kenal lelah sejak SMA, Kiduy

Sukiduy, semoga selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan;

Penulis berdoa semoga pihak-pihak yang memberikan dukungan moril dan

materil dicurahkan rahmat dan nikmat dari Allah SWT. Akhir kata, Penulis tidak

memungkiri bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya penulis

terbuka pada kritik dan saran yang membangun demi kemajuan di masa depan.

Penulis berharap skripsi ini dapat menyuguhkan wawasan bagi pembaca.

Jakarta, 29 Oktober 2019

Page 8: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI .................................. iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6

E. Kerangka Pemikiran.................................................................... 9

1. Kebijakan Luar Negeri ………………………………......…... 9

F. Metode Penelitian ..................................................................... 12

G. Sistematika Penelitian ............................................................... 14

BAB II INTERVENSI MILITER PRANCIS DI AFRIKA ....................... 16

A. Intervensi Militer Operasi Sangaris ........................................... 17

B. Intervensi Militer Operasi Épervier ........................................... 23

BAB III INTERVENSI MILITER PRANCIS DI MALI UTARA ............. 31

A. Konflik di Mali Utara ................................................................ 31

B. Intervensi Militer Operasi Serval............................................... 42

C. Intervensi Militer Operasi Barkhane .......................................... 43

BAB IV FAKTOR-FAKTOR PRANCIS MEMPERTAHANKAN

INTERVENSI MILITER OPERASI BARKHANE PADA

KONFLIK MALI UTARA PERIODE 2014-2019 ........................ 58

A. Faktor Sejarah ........................................................................... 59

Page 9: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

ix

B. Faktor Internal .......................................................................... 65

C. Faktor Eksternal ........................................................................ 69

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 76

A. Kesimpulan ................................................................................ 76

B. Saran ......................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xii

Lampiran ……………………………………………………………...………...xxi

Page 10: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

x

DAFTAR SINGKATAN

AFISMA African-led International Support Mission to Mali

AQIM Al-Qaeda in the Islamic Maghreb

AS Amerika Serikat

DCSD Directorate of Cooperation of Security and Defence

DGSE Directorate General for External Security

DK Dewan Keamanan

ECOWAS Economic Community of West African States

G5 Gens 5 du Sahel

HAM Hak Asasi Manusia

ICRC International Comitte of the Red Cross

IPM Indeks Pembangunan Manusia

ISIS Islamic State in Iraq and Syria

JNIM Jama'ah Nusrat Al-Islam wa Al-Muslimin

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

MINUSCA United Nations Multidimensional Integrated Stabilization

Mission in the Central African Republic

MINUSMA United Nations Multidimensional Integrated Stabilization

Mission in Mali

MNLA National Movement for the Liberation of Azawad

MOJWA Movement for Oneness and Jihad in West Africa

NATO North Atlantic Treaty Organization

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

R2P Responsibility to Protect

RAF Royal Air Force

RECAMP Reinforcement of African Capacity to Maintain Peace

UA Uni Afrika

UE Uni Eropa

UNDP United Nations Development Programme

Page 11: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Peta Sahel .......................................................................... 30

Gambar III.1 Peta Mali ..................................................................................32

Gambar III.2 PDB Mali .......................................................................... 33

Gambar III.3 Riwayat Pemberontakan MNLA ........................................ 36

Gambar III.4 Peta Sebaran Grup Teroris Bersenjata di Afrika ................. 41

Gambar III.5 Skema Operasi Barkhane ................................................... 53

Page 12: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skripsi ini membahas bagaimana intervensi militer Prancis di Afrika,

bagaimana intervensi militer Prancis di Mali, dan apa saja faktor Prancis

mempertahankan intervensinya. Sejak masa dekolonialisasi pada 1960-an negara-

negara jajahan Prancis di Afrika, Prancis telah melakukan berbagai operasi militer

sebagai wujud intervensi yang dilakukannya atas respon masalah-masalah domestik

dari negara-negara bekas jajahannya. Sejak 1960 ketika sebagian besar koloni

Afrika-nya memperoleh kemerdekaan, Prancis telah meluncurkan lebih dari lima

puluh intervensi militer di benua tersebut.1 Saat ini, Prancis memiliki lebih dari

3.000 tentara yang tersebar di lima negara di Afrika, yakni Mali, Mauritania,

Burkina Faso, Niger dan Chad. Beberapa intervensi militer seperti Operasi Épervier

di Chad, Operasi Serval di Mali, dan Operasi Barkhane di Mali, dilakukan oleh

Prancis atas respon terhadap ancaman serius terorisme di wilayah Sahel.

Intervensi militer Prancis di Mali yang pertama terkait dengan konflik Mali

pada 2012 dinamakan operasi militer Serval. Pada 11 Januari 2013, Presiden

Hollande mengumumkan peluncuran operasi militer ini. Bantuan Mali secara

khusus merupakan atas permintaan pemerintah Mali. Satu hari setelah operasi

militer Serval diumumkan, yakni pada 12 Januari 2013, ratusan tentara Prancis telah

1 N. K. Powell. Battling Instability? The Recurring Logic of French Military Interventions in

Africa. (African Security, 10(1), 2016) Hlm. 47 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/19392206.2016.1270141

Page 13: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

2

terlibat dalam konflik di Mali. Sekitar 4.000 orang pasukan Prancis didukung oleh

2.000 pasukan Chad dalam koordinasi dengan tentara Mali. Operasi ini menuai

kesuksesan diukur dari terbunuhnya tiga dari lima pemimpin kelompok Islam

militan dan kelompok Islam militan mengalami kekalahan baik dari kota maupun

pegunungan Adrar.2

Operasi militer Serval diklaim telah tercapai tujuannya pada musim panas

2014 oleh Presiden Hollande. Akan tetapi, Prancis melanjutkan intervensi

militernya di tahun itu yang disebut sebagai Operasi Barkhane. Operasi Barkhane

adalah operasi anti-pemberontakan di wilayah Sahel yang dimulai pada 1 Agustus

2014. Operasi militer lanjutan ini memiliki mandat untuk beroperasi lintas batas

dan menargetkan ekstremis Islam di beberapa wilayah sub-saharan Afrika, terutama

di Mali. Tidak seperti Serval, Barkhane bersifat preventif dalam tujuannya.

Sedangkan operasi militer Serval ditujukan untuk memperbaiki konflik yang telah

terjadi. Operasi Barkhane didukung oleh kekuatan 3,500 tentara militer Prancis

yang bertujuan untuk melindungi ibu kota Mali, Bamako, dan mengambil kembali

wilayah yang dikuasai kelompok militan.3

Konflik bersenjata di Mali berawal dari pemberontakan-pemberontakan yang

terjadi pada 2012. Pemberontakan di Mali berasal dari beberapa kelompok yang

memiliki tujuan berbeda. Kelompok-kelompok tersebut antara lain National

2 Isaline Bergamaschi. French Military Intervention in Mali: Inevitable, Consensual yet

Insufficient. (International Journal of Security & Development, 2(2): 20, 2013) Hlm. 2 [database on-line] terdapat dalam https://www.stabilityjournal.org/articles/10.5334/sta.bb/

3 Christopher S. Chivvis. The French War on Al Qa’ida in Africa (New York: Cambridge University Press, 2015) Hlm. 62 [Sumber buku]

Page 14: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

3

Movement for the Liberation of Azawad (MNLA), Ansar Dine, Movement for

Oneness and Jihad in West Africa (MOJWA), dan Al-Qaeda in the Islamic

Maghreb (AQIM). MNLA yang didukung oleh Suku Tuareg memulai

pemberontakan dengan tujuan pembebasan wilayah Azawad terhadap pemerintah

pusat Mali. Kelompok ini berhasil menguasai Azawad dan memproklamasikan

kemerdekaan Azawad pada April 2012. Selanjutnya, terjadi konflik antara MNLA

dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine didukung oleh MOJWA

dan AQIM yang memberlakukan syari’ah Islam di Azawad.4

Pada Operasi Serval, Prancis telah menghabiskan rata-rata € 2,7 juta per hari

untuk intervensi militernya di Mali. Perang Mali menelan biaya € 70 juta bagi

Prancis yang sarat utang hingga 2013. Menteri Luar Negeri Prancis, Fabius,

mengatakan pengeluaran ini merupakan upaya yang besar dari Prancis yang

berjuang untuk menyeimbangkan anggarannya sambil mengatasi rendahnya

pertumbuhan ekonomi dan tingginya tingkat pengangguran.5 Sedangkan tahun lalu,

Operasi Barkhane merupakan bagian terbesar dari biaya € 1,3 milyar untuk

intervensi militer Prancis di luar negeri, menurut kementerian pertahanan Prancis.

Pada 2018, Prancis mencari peningkatan dana untuk pasukan gabungan dari € 250

juta menjadi € 300 juta per tahun. Presiden Prancis Emmanuel Macron juga akan

mengumumkan peningkatan 40% dalam bantuan pembangunan Prancis ke negara-

4 Isaline Bergamaschi. French Military Intervention in Mali: Inevitable, Consensual yet

Insufficient. (International Journal of Security & Development, 2(2): 20, 2013) Hlm. 2 [database on-line] terdapat dalam https://www.stabilityjournal.org/articles/10.5334/sta.bb/

5 Joseph Bamat. Mali war costs debt-laden France 70 million euros. [database on-line] terdapat dalam https://www.france24.com/en/20130207-mali-war-costs-france-70-million-euros diakses 5/2/2019

Page 15: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

4

negara G5 Sahel menjadi € 1,2 miliar selama lima tahun.6

Prancis menempati posisi ketiga pada peringkat hutang tertinggi di Eropa

setelah Yunani dan Itali.7 Badan pengawas keuangan publik Prancis mendesak

Macron untuk melangkah lebih jauh dalam mengurangi utang negara yang

merupakan salah satu yang tertinggi di Eropa. Peningkatan pendanaan harus

diseimbangkan dengan komitmen Macron untuk mengatasi pengeluaran berlebihan

Prancis, yang telah membuat negara itu berulang kali melanggar peraturan Eropa

tentang defisit. Defisit anggaran diperkirakan oleh kementerian ekonomi menjadi

2,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Prancispada 2018, sementara utang

publik diperkirakan mencapai 2,2 triliun euro, setara dengan 96,8% dari PDB.8

Sementara itu, pada 1 Juli 2013 pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

telah turut serta dalam penanganan konflik di Mali. Misi pasukan perdamaian

tersebut adalah untuk mendukung otoritas transisional Mali dalam stabilisasi

negara, berfokus pada perlindungan warga sipil, pemantauan Hak Asasi Manusia

(HAM), dan mempersiapkan pemilihan umum yang inklusif dan damai. Misi

perdamaian yang diprakarsai oleh PBB ini disebut United Nations

Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA).

MINUSMA memiliki kekuatan berupa 12.640 personil berseragam, dimana 11.200

6 Financial Times. Emmanuel Macron seeks more EU funding for southern Sahara campaign.

Terdapat dalam https://www.ft.com/content/428bfe88-1709-11e8-9e9c-25c814761640 [database on-line] diakses 5/2/2019

7 CIA. The World Factbook: Mali. (2017) [database on-line] terdapat dalam https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2186rank.html diakses 11/7/2019

8 France 24. France to hike defence spending by over 40 percent. (2018) [database on-line] terdapat dalam https://www.france24.com/en/20180208-france-hike-defence-military-spending-over-40-percent-nato diakses 5/2/2019

Page 16: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

5

anggota militer dan 1.440 polisi.9

Maka berdasarkan hal-hal tersebut, motivasi politik Prancis di balik intervensi

militer lanjutan di Mali menarik untuk dibahas. Prancis memiliki pasukan yang

ditempatkan di beberapa negara di Afrika Barat. Dengan begitu pengeluaran yang

dibutuhkan Prancis dalam intervensi militer ini kian membesar. Adanya pasukan

PBB yang turut terlibat dalam penanganan konflik ini dan isu keuangan domestik

yang menerpa Prancis membuat suatu pertanyaan apa saja faktor-faktor Prancis

tetap mempertahankan operasi militernya di Mali pada periode 2014-2019. Skripsi

ini berfokus pada 2014-2019 berdasarkan periode Operasi Barkhane yang dimulai

pada 2014 dan masih berlangsung hingga sekarang.

B. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban dari pertanyaan, yaitu: “Apa

saja faktor-faktor yang membuat Prancis mempertahankan kebijakan

intervensi militer pada konflik yang terjadi di Mali Utara pada 2014-2019?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui kebijakan intervensi militer Prancis di Afrika.

b. Mengetahui kebijakan intervensi militer Prancis di Mali Utara.

c. Mengetahui faktor-faktor Prancis mempertahankan intervensi militernya di

Mali pada 2014 – 2019.

9 Lotte Vermeij. MINUSMA: Challenges on the Ground. (Norwegia Institute of International

Affairs, 2015) Policy Brief 19/2015. Hlm. 2 [database on-line] terdapat dalam https://www.nupi.no/nupi_eng/Publications/CRIStin-Pub/MINUSMA-Challenges-on-the-Ground

Page 17: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

6

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

a. Menambah bahan pustaka bagi akademisi Hubungan Internasional

selanjutnya yang berkaitan dengan intervensi militer Prancis dan konflik

yang terjadi di Mali.

b. Menjadi referensi bagi praktisi maupun bagi pengambil kebijakan.

c. Sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan secara ilmiah dan menambah

baik pengetahuan maupun referensi bagi khalayak yang membacanya.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya telah ada penelitian terkait kebijakan intervensi militer Prancis

dalam konflik di Mali Utara, salah satunya dalam jurnal yang ditulis oleh Isaline

Bergamaschi, French Military Intervention in Mali: Inevitable, Consensual yet

Insufficient pada tahun 2013.10 Dalam tulisannya Bermagaschi memaparkan

intervensi militer Prancis yang pertama pada 11 Januari 2013. Ia memberikan

analisis mengenai peristiwa yang mengarah pada krisis ganda yang terjadi di

wilayah utara dan selatan Mali yaitu konflik bersenjata antara pemerintah dan

kelompok pemberontak. Bermagaschi mengatakan bahwa intervensi militer Prancis

merupakan suatu hal yang tak dapat dihindarkan berdasarkan pada konsesus yang

luas, namun demikian hal tersebut tidaklah cukup untuk mengatasi akar penyebab

krisis multidimensi yang terjadi disana. Persamaan yang dimiliki penelitian yang

ditulis oleh Bergamaschi dengan skripsi ini yakni sama-sama memberikan

informasi mengenai awal mula konflik Mali, intervensi Prancis yang pertama di

10 Isaline Bergamaschi. French Military Intervention in Mali: Inevitable, Consensual yet

Insufficient. (International Journal of Security & Development, 2(2): 20, 2013) Hlm. 4 [database on-line] terdapat dalam https://www.stabilityjournal.org/articles/10.5334/sta.bb/

Page 18: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

7

Mali, dan mengapa Prancis merasionalkan tindakannya tersebut. Akan tetapi, dalam

penelitian ini tidak dibahas lebih lanjut mengenai intervensi militer Prancis yang

kedua di Mali. Hal ini yang menjadi perbedaan utama dengan skripsi ini.

Penelitian mengenai riwayat operasi militer Prancis di Mali yang berjudul

From Operation Serval to Barkhane Understanding France’s Increased

Involvement in Africa in the Context of Françafrique and Postcolonialism oleh

Carmen Cuesta Roca menjelaskan analisanya atas isu Françafrique yang berarti

hubungan Prancis dengan negara-negara bekas koloninya, khususnya Mali. Prancis

memiliki hubungan yang kompleks dengan Afrika, dan ikatan ini tidak mudah

terputus. Penulis menjelaskan saat ini keputusan dan sikap pemerintah Prancis

menunjukkan bahwa Prancis tidak akan bisa menjaga jarak dari bekas jajahannya

dalam waktu dekat.11 Penelitian Roca dan skripsi ini sama-sama menjelaskan

bagaimana isu Françafrique mempengaruhi kebijakan intervensi militer Prancis di

Mali. Namun, yang menjadi perbedaan dengan skripsi ini adalah penelitian ini tidak

memberikan informasi lebih lanjut mengenai apa saja yang menjadi faktor-faktor

lain Prancis mempertahankan intervensi militernya di Mali. Sementara hal tersebut

dijelaskan pada skripsi ini.

Cristopher Griffin dalam artikelnya yang berjudul Operation Barkhane and

Boko Haram: French Counterterrorism and Military Cooperation in the Sahel

menyinggung sejarah intervensi Prancis di Mali dan daerah lainnya di Afrika.

11 Carmen Cuesta Roca. From Operation Serval to Barkhane: Understanding France’s

Increased Involvement in Africa in the Context of Françafrique and Postcolonialism. (2015) [jurnal on-line] terdapat dalam http://jpinyu.com/wp-content/uploads/2015/05/3-Hollande.pdf

Page 19: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

8

Artikel ini membahas kampanye koalisi Prancis dan negara-negara bekas

jajahannya melawan terorisme yang terjadi Nigeria dan Mali dalam konteks

kerjasama militer Prancis dengan negara-negara Francophone yang terlibat.

Pemerintah Prancis secara aktif mendukung dan memfasilitasi tindakan ofensif

terhadap ancaman terorisme tersebut melalui Operasi Serval dan Barkhane. Operasi

Barkhane memiliki tujuan utama untuk menahan ancaman Al Qaeda dalam

Maghreb Islam. Akan tetapi, operasi ini juga dirancang dengan cara bekerja sama

dengan negara-negara mitra, untuk mencegah hubungan antara Boko Haram dan

kelompok-kelompok teroris lainnya di Sahel.12 Penelitian ini sama-sama membahas

sejarah intervensi militer Prancis di Afrika, khususnya Mali. Namun, perbedaan

dengan skripsi ini terletak pada penjelasan mengenai faktor-faktor Prancis

mempertahankan intervensi militernya di Mali sejak 2012 hingga sekarang.

Selanjutnya penelitian yang berjudul The roots of Mali’s conflict: Moving

beyond the 2012 crisis oleh Grégory Chauzal bertujuan untuk mengeksplorasi akar

penyebab yang paling menonjol dan pengaruh global yang menyebabkan krisis

Mali pada 2012. Laporan ini membahas masalah-masalah lokal yang memainkan

peran penting dalam merusak perdamaian dan keamanan Mali dan menjelajahi

dinamika internasional yang telah berkontribusi terhadap konflik ini. Atas dasar

analisis itu, laporan ini berusaha untuk memberikan banyak informasi mengenai

aktor lokal dan internasional yang sekarang berkontribusi di wilayah Sahel, dan di

12 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and

military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi: TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) [jurnal on-line] terdapat dalam http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

Page 20: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

9

Mali khususnya. Informasi tersebut juga termasuk seperti apa tantangan politik,

sosial dan perkembangan yang tetap harus diperhatikan untuk mencegah

terulangnya konflik bersenjata dan jatuhnya kelembagaan pemerintah.13 Penjelasan

mengenai aktor-aktor utama dalam konflik bersenjata di Mali menjadi persamaan

penelitian oleh Chauzal dengan skripsi ini. Sedangkan perbedaannya terdapat pada

analisa lebih lanjut mengenai pencegahan terulangnya konflik bersenjata dan

runtuhnya pemerintahan. Skripsi ini berfokus pada konflik bersenjata yang terjadi

di Mali, intervensi militer Prancis di Mali, dan apa saja faktor Prancis

mempertahankan intervensi militernya di Mali.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep Kebijakan Luar Negeri

untuk dapat menjelaskan permasalahan yang sedang diteliti.

1. Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat

oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau aktor-

aktor internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional yang

terdapat dalam kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri terdiri dari dua elemen

yaitu kepentingan nasional yang akan dicapai dan instrumen atau alat yang

digunakan untuk mencapainya.14 Tujuan nasional yang akan dicapai melalui

13 Grégory Chauzal. The roots of Mali’s Conflict Moving Beyond the 2012 Crisis. (Netherlands

Institute of International Relations Clingendael, 2015) [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.clingendael.org/sites/default/files/pdfs/The_roots_of_Malis_conflict.pdf

14 Theodore A. Columbis & James Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power. (Bandung: C.V Abardin, 1990). Hlm. 126.

Page 21: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

10

kebijakan luar negeri merupakan formulasi konkret dan dirancang dengan

mengaitkan kepentingan nasional terhadap situasi internasional yang sedang

berlangsung serta kekuatan yang dimiliki untuk mencapainya.15

Menurut Holsti, lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan serta

aktivitas negara terhadap lingkungan internal dan eksternalnya dalam upaya

mencapai kepentingan nasionalnya dari lingkungan tersebut. Holsti mendefinisikan

kebijakan luar negeri sebagai ide-ide atau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

para pembuat keputusan untuk menyelesaikan sebuah masalah ataupun untuk

mempromosikan sejumlah perubahan baik itu berupa kebijakan, perilaku,

maupuntindakan dari negara lain serta aktor non-negara lainnya di lingkungan

internasional.16

Dalam bukunya yang berjudul The Primacy of the National Interest,

Morgenthau mencoba menjelaskan mengenai kebijakan luar negeri yang didasari

atas kepentingan nasional atau prinsip moral. Jika kebijakan luar negeri berpihak

secara dominan kepada prinsip moral dan bukan pada kepentingan nasionalnya

maka terancam gagal. Kebijakan luar negeri suatu negara tidak akan berhasil

apabila tidak bermuatan kepentingan internasional. Morgenthau mengkritik

Doktrin Truman karena memposisikan prinsip moral universal misalnya kebebasan

dan demokrasi di atas kepentingan nasional sebagai standar dari kebijakan luar

15 Anak Agung Banyu Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2005). Hlm. 51. 16 K. J. Holsti. Politik Internasional. Kerangka untuk Analisis. Edisi ke 4. Diterjemahkan oleh:

M. Tahir Azhary (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1992) Hlm. 265. [Sumber Buku]

Page 22: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

11

negeri Amerika Serikat (AS).17

Kepentingan nasional dapat membantu untuk menganalisa hubungan

internasional, baik untuk mendeskripsikan, meramalkan, ataupun menganjurkan

perilaku internasional.18 Karena kepentingan nasional merupakan konsep abstrak

yang meliputi berbagai kategori dan keinginan dari suatu negara berdaulat. Hal

inilah yang menyebabkan bahwa kepentingan juga menjadi penentu terakhir dalam

menganalisa kebijakan luar negeri.19 Menurut Holsti, kebijakan luar negeri suatu

negara dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

eksternal yaitu faktor-faktor non-domestik suatu negara yang mempengaruhi

negara dalam melakukan dan mengeluarkan kebijakan luar negeri. Faktor eksternal

yang mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri yaitu struktur sistem

internasional, kebijakan dari negara lain, masalah global dan regional sektor privat,

hukum internasional dan opini publik. Sedangkan faktor internal adalah faktor

domestik yang mempengaruhi negara dalam menyusun dan mengeluarkan

kebijakan luar negeri. Faktor internal atau faktor domestik yang mempengaruhi

pembuatan kebijakan luar negeri yaitu kebutuhan sosioekonomi atau kebutuhan

keamanan, karakteristik geografi dan topografi, opini publik domestik, struktur

pemerintahan dan filosofi, birokrasi, dan pertimbangan etik. Selain faktor eksternal

dan faktor internal, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses

17 Hans J. Morgenthau. The Primacy of the National Interest. The American Scholar. Vol. 18,

No. 2 (SPRING 1949). Hlm. 210 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.jstor.org/stable/41205156

18 Mas’oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. (Jakarta: Pustaka LP3S, 1990). Hlm. 162 [Sumber buku]

19 Robert Jackson & Georg Sorensen. Introduction to International Relations. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Hlm. 89 [Sumber buku]

Page 23: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

12

pembuatan kebijakan luar negeri. Faktor-faktor tersebut adalah persepsi dan posisi

terhadap pengaruh dari perumusan kebijakan luar negeri, misalnya latar belakang

atau sejarah suatu subjek.20

Merujuk pada konsep kebijakan luar negeri di atas, Prancis mengambil

kebijakan dalam mempertahankan intervensi militer Operasi Barkhane di Mali atas

dasar faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negerinya. Dalam

menerapkan kebijakan luar negeri berupa intervensi militer di Mali Utara, Prancis

memiliki alasan rasional yang dijelaskan oleh beberapa faktor, seperti yang

dikemukakan oleh Holsti, yakni faktor sejarah, internal, dan eksternal. Untuk itu,

konsep kebijakan luar negeri dianggap mampu untuk menjelaskan mengapa Prancis

mempertahankan kebijakan luar negerinya di Mali berdasarkan pengaruh berupa

faktor-faktor dalam perumusan kebijakan luar negeri Prancis.

F. Metode Penelitian

Suatu penelitian harus menggunakan metode-metode yang sistematik dan

teratur agar dapat mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian adalah suatu

teknik yang digunakan dalam penelitian. Setiap penelitian harus didasarkan pada

suatu kerangka tertentu sehingga sesuai dengan hasil penelitian yang didapat.

Skripsi ini menggunakan metodologi penelitian sosial kualitatif. Metode

penelitian kualitatif menurut Salkind adalah, ilmu penelitian sosial atau perilaku

yang mengeksplorasi proses yang menekankan pada perilaku manusia dengan

20 K. J. Holsti. Politik Internasional. Kerangka untuk Analisis. Edisi ke 4. Diterjemahkan oleh:

M. Tahir Azhary (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1992) Hlm. 269-306. [Sumber Buku]

Page 24: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

13

menggunakan teknik eksplanatori seperti wawancara, studi kasus, dan teknik-

teknik personal lainnya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan Salkind

tersebut yaitu, metode kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada

penggunaan teknik-teknik personal. Metode penelitian kualitatif didasarkan pada

data-data primer dan sekunder yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel,

waawancara serta sumber-sumber lain yang relevan dengan materi penelitian.21

Adapun kekurangan metode penelitian pada skripsi ini terletak pada tidak adanya

sumber wawancara. Wawancara tidak dilakukan karena minimnya akses kepada

narasumber yang berkaitan dengan topik penelitian dan telah sumber berupa buku,

jurnal, artikel, dan berita telah memadai untuk memberikan materi penelitian.

Proses pengerjaan skripsi ini dimulai sejak Mei 2019 dan berjalan selama 5 bulan

hingga Oktober 2019.

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif. Metode

deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai data-data yang ada. Metode deskriptif digunakan dalam

penelitian ini untuk menjelaskan keterlibatan Prancis dalam konflik yang

berlangsung di Mali. Metode deskriptif juga akan membantu penulis untuk

menjelaskan tentang alasan Prancis melakukan intervensi militer pada konflik yang

terjadi di Mali Utara pada 2014-2019.

21 Neil J. Salkind, Exploring Research. (New Jersey: Pearson Education, 2018), Hlm. 254

[Sumber buku]

Page 25: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

14

2. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan melakukan penelitian studi pustaka. Sumber

data-data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berasal dari perpustakaan,

jurnal online, dan berita. Data tersebut berbentuk kutipan tulisan yang termuat

dalam buku yang berkaitan dengan penelitian, artikel-artikel dari jurnal akademis,

serta artikel-artikel yang berasal dari situs-situs internet yang relevan dengan kasus

yang diteliti.

G. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dari penelitian. Dalam bab ini dijelaskan

latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian tinjauan pustaka, kerangka

pemikiran metode penelitian, serta sistematika penelitian. Pembahasaan pada bab

ini bertujuan untuk mengetahui maksud, tujuan, dan metode yang digunakan dalam

penelitian ini.

BAB II INTERVENSI MILITER PRANCIS DI AFRIKA

Bab ini menjelaskan dua intervensi militer Prancis di Afrika yakni Operasi

Sangaris dan Operasi Épervier. Penulis memaparkan hal tersebut guna memperoleh

informasi mengenai riwayat singkat intervensi Prancis di Afrika sejak

dekolonialisasi dan grup teroris bersenjata yang memicu intervensi militer tersebut.

BAB III INTERVENSI MILITER PRANCIS DI MALI UTARA

Bab ini menjelaskan intervensi militer Prancis yakni Operasi Serval dan

Page 26: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

15

Operasi Barkhane. Penjelasan mengenai dua hal tersebut bertujuan untuk

mengetahui bagaimana peran, strategi dan kekuatan militer Prancis dalam konflik

bersenjata di Mali sejak 2012. Hal ini penting untuk diketahui guna melihat

bagaimana perbandingan antara intervensi militer Prancis yang pertama dan kedua

di Mali.

BAB IV FAKTOR-FAKTOR PRANCIS MEMPERTAHANKAN

INTERVENSI MILITER OPERASI BARKHANE DI MALI UTARA

Bab ini menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan luar negeri

Prancis untuk mempertahankan operasi lanjutan terkait dengan konflik di Mali

Utara. Dalam bab ini dijelaskan faktor-faktor sejarah, internal dan eksternal yang

memengaruhi hal tersebut. Pemaparan faktor-faktor ini bertujuan untuk menjawab

pertanyaan penelitian mengenai apa saja faktor-faktor Prancis mempertahankan

intervensi militer Operasi Barkhane di Mali Utara pada periode 2014-2019.

BAB V

Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran atas penelitian mengenai faktor-

faktor Prancis mempertahankan intervensi militer Operasi Barkhane di Mali Utara

pada periode 2014-2019. Bab ini bertujuan untuk merangkum secara singkat dari

hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

Page 27: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

16

BAB II

INTERVENSI MILITER PRANCIS DI AFRIKA

Bab ini menjelaskan dua intervensi militer Prancis di Afrika yakni Operasi

Sangaris dan Operasi Épervier. Penulis memaparkan hal tersebut guna memperoleh

informasi mengenai riwayat singkat intervensi Prancis di Afrika sejak

dekolonialisasi dan grup teroris bersenjata yang memicu intervensi militer tersebut.

Intervensi militer Prancis di negara-negara bekas jajahannya di Afrika

menjadi kebijakan yang konsisten sejak dekolonisasi. Sejak 1960, Prancis

melaksanakan sekitar 46 operasi militer di kawasan tersebut. Dimulai dari operasi

militer pertama di Gabon (1964), dan termasuk di era pasca-Perang Dingin: Operasi

Noroit (Rwanda 1990-1993), Operation Verdier (Benin 1991), Operation Godoria

(Djibouti 1991), Operasi Baumier (Zaire 1991), Operasi Addax (Angola 1992),

Operasi Simbleau (Sierra Leone 1992), Operasi Iskoutir (Djibouti 1992-1993),

Operasi Oryx (Somalia 1992-1993), Operasi Balata (Kamerun 1994), Operasi

Amaryllis (Rwanda 1994), Operasi Diapason (Yemen 1994), Operation Turquoise

(Zaire / Rwanda 1994), Operasi Azalée (Kamerun 1995), Operasi Almandin

(Republik Afrika Tengah 1996–1997), Operation Pelican (Congo-Brazzaville

1997), Operation Licorne (Pantai Gading 2002), Operasi Artemis (Republik

Demokratik Kongo), Operasi EUFOR-Chad (Chad 2007–2008), Operasi Atalante

(Djibouti 2008), Operasi Harmattan (Libya 2011), Operasi Serval (Mali 2012),

Operasi Épervier (Chad 1986–2014), Operasi Sangaris (2013–2016), dan Operasi

Page 28: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

17

Barkhane (Mali 2014).22

Dalam penelitian ini, penulis mengambil dua operasi militer Prancis di

Afrika, yakni Operasi Sangaris dan Operasi Épervier. Dua operasi militer ini dipilih

karena berkaitan erat dengan isu yang diangkat oleh penulis dalam penelitian.

Operasi Sangaris memiliki persamaan dengan Operasi Serval dan Operasi Barkhane

dalam landasan hukum peluncurannya berdasarkan Resolusi DK PBB. Pada

Operasi Sangaris, Presiden Hollande mengatakan mengadaptasi yang telah

dilakukan di Operasi Serval di Mali terutama dalam hal alasan yang mengizinkan

Prancis mengintervensi Republik Afrika Tengah beserta strategi militernya. Selain

itu, pada Operasi Sangaris, Prancis juga menghadapi ancaman grup teroris

bersenjata yang identik dengan Operasi Barkhane. Selanjutnya, Operasi Épervier

merupakan operasi yang berubah menjadi Operasi Barkhane akibat lingkup

kawasan yang kini tidak hanya berfokus kepada satu negara melainkan berlangsung

di wilayah Sahel dengan ancaman grup teroris bersenjata yang juga sama yakni

AQIM, MOJWA, Ansar Dine, dan JNIM.

A. Intervensi Militer Operasi Sangaris (2013-2016)

Pada 5 Desember 2013, Presiden Prancis, François

Hollande, mengumumkan sebuah keputusan untuk memperkuat kontingen militer

Prancis di Republik Afrika Tengah atau Central African Republic (CAR) untuk

mencegah bencana kemanusiaan di negara itu. Keputusan ini didahului oleh adopsi

22 D. A. Yates. French Military Interventions in Africa. (The Palgrave Handbook of

Peacebuilding in Africa, 2018) Hal. 391-392 [Jurnal on-line] diunduh dari https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-62202-6_22

Page 29: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

18

oleh Resolusi 2127 DK PBB yang secara khusus mengatur dukungan PBB untuk

African-led International Support Mission to the Central African Republic (dalan

bahasa Prancis: MISCA), yang kekuatannya diperkirakan akan mencapai 4.000

orang secara keseluruhan dan pasukan Afrika ini didukung secara dominan oleh

pasukan Prancis, dengan otorisasi untuk menggunakan kekuatan sebagaimana

mestinya.23 Penamaan Operasi Sangaris mengacu pada kupu-kupu Afrika yakni

Cymothoe sangaris. CAR terkenal sebagai habitat dari jutaan jenis kupu-kupu.

Pemilihan nama ini dikarenakan kupu-kupu tidak berbahaya, tidak bertahan lama,

dianggap cantik dan secara politis benar.24

Ketika Presiden CAR, François Bozizé, menghubungi Prancis untuk

meminta bantuan pada Desember 2012, Presiden Hollande awalnya menolak untuk

membantu dengan menggarisbawahi bahwa Prancis tidak akan meluncurkan misi

sepihak tanpa persetujuan dari komunitas internasional. Pada 5 Desember 2013, DK

PBB mengizinkan Operasi Sangaris oleh Prancis, dan juga misi yang dipimpin Uni

Afrika, MISCA.25

Baik operasi militer MISCA dan Sangaris beroperasi di bawah mandat Bab

VII Piagam PBB dan secara khusus merupakan respon dari Resolusi 2127 DK

23 Ministère De Armées. Operation Sangaris. (10 Desember 2013) [database on-line]

terdapat dalam https://www.defense.gouv.fr/operations/terminees/sangaris/dossier-de-presentation-de-l-operation-sangaris/operation-sangaris2 diakses pada 16/10/2019

24 Lexpress. Centrafrique: pourquoi l'opération militaire porte-t-elle le nom d'un papillon?. (5 Desember 2013) [database on-line] terdapat dalam https://www.lexpress.fr/actualite/monde/centrafrique-pourquoi-l-operation-militaire-porte-t-elle-le-nom-d-un-papillon_1305533.html diakses pada 16/10/2019

25 Blandine Sixdenier. Stability Spectrum: The Battle for Stabilization in The Central African Republic. (Institut de Recherche Stratégique de l'Ecole Militaire, Research paper No. 42 July 2017) Hal. 5 [jurnal on-line] diunduh dari https://www.irsem.fr/data/files/irsem/documents/document/file/1197/NR_IRSEM_42.pdf

Page 30: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

19

PBB.26 Sebagaimana tanggung jawab utama Prancis sebagai anggota tetap DK PBB

dalam Bab VII, Pasal 39, DK PBB memiliki tanggung jawab utama untuk

“Menentukan keberadaan ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian,

atau tindakan agresi dan akan membuat rekomendasi, atau memutuskan tindakan

apa yang akan diambil untuk mempertahankan atau memulihkan perdamaian dan

keamanan internasional.”27

Resolusi 2127 DK PBB diadopsi dengan latar belakang terbunuhnya ribuan

orang selama konflik kekerasan agama dan etnis antara umat Kristen dan Islam di

negara itu pada Maret 2013 yang menjerumuskan negara ke dalam perang saudara.

Sebagian besar ketegangan berasal dari konflik agama antara pejuang Séléka

(Muslim) dan Anti-Balaka (Kristen). Faktor-faktor lain yang berkontribusi

termasuk perbedaan etnis di antara faksi-faksi eks-Séléka dan antagonisme historis

antara para petani, yang sebagian besar terdiri dari anti-balaka, dan kelompok-

kelompok nomaden, yang merupakan sebagian besar pejuang Séléka. Hingga 2016,

Lebih dari 1,1 juta orang telah meninggalkan rumah mereka di negara berpenduduk

sekitar 5 juta orang, jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah CAR.28

Prancis dalam koordinasi dengan Afrika dan dukungan dari negara-negara

Eropa lainnya telah menempatkan 600 tentara Prancis di lokasi pada 5 Desember

26 European Parliament. Parliamentary Question. (6 Maret 2014) [database on-line]

terdapat dalam http://www.europarl.europa.eu/sides/getAllAnswers.do?reference=E-2013-014455&language=EN diakses pada 15/10/2019

27 United Nations. Legal Framework. [database on-line] tersedia dalam http://legal.un.org/repertory/art39.shtml diakses pada 15/10/2019

28 Al-Jazeera. Displaced and forgotten in Central African Republic. (27 Juli 2016) https://www.aljazeera.com/indepth/inpictures/2016/07/displaced-forgotten-central-african-republic-160717113644108.html diakses pada 15/10/2019

Page 31: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

20

2013, yakni hari pertama operasi ini diberlakukan. Menteri Pertahanan Prancis Jean

Yves Le Drian mengatakan pasukan Perancis yang menjalankan Operasi Sangaris

telah mencapai tujuan mereka untuk mengakhiri pertempuran, bertransisi dengan

misi penjaga perdamaian PBB dan memastikan bahwa CAR melangsungkan

pemilihan umum secara damai. Pada 2016, Prancis menarik 2.000 personelnya dan

menyisakan 350 personel untuk menyerahkan misi selanjutnya kepada United

Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in the Central African

Republic (MINUSCA) karena Prancis mengklaim telah berhasil mencapai tujuan di

Operasi Sangaris.29

Menteri Pertahanan Prancis, Le Drian memperkirakan Operasi Sangaris

menelan biaya tambahan € 100 juta dari anggaran pertahanan Prancis pada 2014.

Namun, Prancis tetap menjadi militer kelas berat di dunia ini. Anggaran

pertahanannya mencapai $ 61,2 miliar pada 2013 dan dengan demikian merupakan

anggaran pertahanan nasional terbesar di antara negara-negara anggota UE (Uni

Eropa) dan terbesar kelima di dunia, hanya dilampau oleh Amerika Serikat, Cina,

Rusia, dan Arab Saudi.30

Keberhasilan tentara Prancis di Operasi Sangaris yakni mereka mampu

beradaptasi dan menjadi efektif secara militer. Operasi Sangaris memang tidak

menyelesaikan krisis di CAR hingga sekarang, tetapi membantu menghindari

29 BBC News. France Ends Sangaris Military Operation in CAR. (31 Oktober 2016) [database

on-line] terdapat dalam https://www.bbc.com/news/world-africa-37823047 diakses pada 15/10/2019

30 Benedikt Erforth. Contemporary French Security Policy in Africa - On Ideas and Wars. (Palgrave, 2019) Hal. 158 [jurnal on-line] diunduh dari https://www.palgrave.com/gp/book/9783030175801

Page 32: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

21

genosida. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi pelucutan senjata, pembinaan

struktur administrasi, dan mempelopori bantuan kemanusiaan. Operasi Sangaris

setidaknya berhasil menjadi operasi penghubung bagi MINUSCA.31 Tujuannya

adalah hanya untuk mengendalikan apa yang benar-benar diperlukan dan untuk

beroperasi di tempat yang paling padat penduduknya lalu menyerahkan kontrol dari

setiap lokasi untuk pasukan internasional sesegera mungkin. Dalam operasi

penghubung ini, pasukan Prancis harus fokus pada clear yakni mengeliminasi

ancaman-ancaman yang ada, hold yakni mengamankan stabilitas area, dan build

yakni memfasilitasi agar area dapat ditangani lebih lanjut dengan pendekatan

peacebuilding oleh pasukan multinasional, organisasi internasional, dan

pemerintah daerah.32

Meskipun tujuan utama Operasi Sangaris adalah untuk mencegah genosida,

teteapi kepentingan politik dan ekonomi Prancis juga dipertaruhkan. Operasi

Sangaris menggambarkan bagaimana pencegahan genosida dan kepentingan dapat

hidup berdampingan dalam menjelaskan mengapa suatu intervensi militer

dilakukan. Seperti yang dikatakan De Gaulle, “negara tidak memiliki teman, hanya

kepentingan”. Dalam hal ini, intervensi militer dilakukan demi mencegah

runtuhnya CAR sekaligus sebagai alat untuk mencapai kepentingan geopolitik

31 Rémy Hémez. Operation Sangaris A Case Study in Limited Military Intervention. (Military

Review, 2016) Hal. 73 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.armyupress.army.mil/Portals/7/military-review/documents/Military-Review-20161231-art014.pdf

32 Rémy Hémez. Operation Sangaris A Case Study in Limited Military Intervention. (Military Review, 2016) Hal. 75-76 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.armyupress.army.mil/Portals/7/military-review/documents/Military-Review-20161231-art014.pdf

Page 33: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

22

Perancis. Terletak di jantung Afrika, CAR memegang posisi geostrategis yang

penting. Perancis memiliki banyak kepentingan ekonomi di negara-negara tetangga

CAR. Oleh karena itu Prancis harus menjaga stabilitas negara tersebut karena

gejolak di dalam CAR dapat membuat ketidakstabilan di Afrika. Selain itu, CAR

kaya akan sumber daya alam yang penting secara strategis.33

Ketika melakukan intervensi di Mali dan CAR, Prancis tidak hanya ikut

berkontribusi stabilitas internasional tetapi juga memuaskan citra dirinya di mata

dunia. Prancis ada di sistem internasional sebagai aktor keamanan di benua Afrika,

sebagai promotor demokrasi dan pembela hak asasi manusia. Dengan kata lain,

peran Prancis dalam sistem internasional terkait dengan ketidakstabilan Afrika.

Prancis hanya bisa menjadi pelindung regional Afrika selama Negara-negara Afrika

berperan sebagai orang yang dilindungi. Dengan demikian Prancis tergantung pada

narasi menjadi kekuatan yang berpengaruh dalam hal ini di dunia. Untuk

mempertahankan narasi ini, diperlukan kebijakan untuk mengkonfirmasi wacana

dan mempraktikkan konsepsi peran Prancis. Jika, suatu hari, para pemimpin Afrika

tidak menggunakan bantuan Prancis lagi dalam masalah keamanan, identitas

nasional dan tujuan Prancis di dunia sistem internasional akan terancam secara

serius.34

33 Blandine Sixdenier. Stability Spectrum: The Battle for Stabilization in The Central African

Republic. (Institut de Recherche Stratégique de l'Ecole Militaire, Research paper No. 42 July 2017) Hal. 6 [jurnal on-line] diunduh dari https://www.irsem.fr/data/files/irsem/documents/document/file/1197/NR_IRSEM_42.pdf

34 Benedikt Erforth. Contemporary French Security Policy in Africa - On Ideas and Wars. (Palgrave, 2019) Hal. 175 [jurnal on-line] diunduh dari https://www.palgrave.com/gp/book/9783030175801

Page 34: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

23

B. Intervensi Militer Operasi Épervier (1986 - 2014)

Operasi Épervier dimulai pada Februari 1986 di Chad atas permintaan

negara Chad untuk berkontribusi pada pemulihan perdamaian dan pemeliharaan

integritas teritorial negara tersebut. Pasukan Operasi Épervier memiliki dua misi

permanen antara lain, pertama, melindungi kepentingan Prancis dan, khususnya,

keamanan warga negara Prancis yang tinggal di Chad, sesuai dengan perjanjian

kerjasama teknis yang ditandatangani antara Prancis dan Chad. Kedua,

menyediakan dukungan logistik (pengisian bahan bakar, bahan bakar, transportasi,

pelatihan, medis, intelijen) kepada pasukan bersenjata Chad. Operasi ini berarti

sparrowhawk, diartikan dari bahasa Prancis, karena mengandalkan kekuatan udara

Prancis dalam penerapannya.35

Selain itu, pasukan Operasi Épervier memberikan bantuan medis kepada

penduduk dan mendukung tindakan, terutama di bidang akses ke air, pendidikan

dan kesehatan. Pasukan ini juga, dengan cara yang sama seperti pasukan yang

diposisikan sebelumnya dan dalam operasi eksternal di Afrika Tengah dan Barat,

pasukan Epervier berpartisipasi dalam operasi Prancis yang sedang berlangsung di

daerah Sahel dan mendukung mereka, seperti yang saat ini berlaku untuk Operasi

Serval di Mali dan Operasi Sangaris di CAR. Pada 2019, Pasukan Épervier

berkekuatan sekitar 950 personel.36

35 Ministère De Armées. Operation Épervier. (24 Februari 2014) [database on-line] terdapat

dalam https://www.defense.gouv.fr/operations/terminees/operations-epervier-1986-2014/dossier/les-elements-francais-au-tchad-eft diakses pada 15/10/2019

36 Ministère De Armées. Operation Épervier. (24 Februari 2014) [database on-line] terdapat dalam https://www.defense.gouv.fr/operations/terminees/operations-epervier-1986-2014/dossier/les-elements-francais-au-tchad-eft diakses pada 15/10/2019

Page 35: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

24

Konflik Chad-Libya adalah serangkaian bentrokan sporadis di Chad antara

1978 hingga 1987 antara pasukan Libya dan Chad. Libya telah terlibat dalam urusan

internal bahkan Chad sebelum 1978 dan sebelum Muammar Gaddafi naik ke

kekuasaan di Libya pada 1969. dimulai dengan Perang Sipil Chad ke sengketa

wilayah antara Libya-Chad di Chad utara pada 1968. Gaddafi awalnya bermaksud

untuk mengklaim Jalur Aouzou, bagian paling utara Chad, yang ia klaim sebagai

bagian dari Libya dengan alasan perjanjian yang tidak diratifikasi dari periode

kolonial.37

Prancis mengklaim melakukan Operasi Épervier atas dasar menanggapi

permintaan bantuan dari pemerintah Chad, menyebut negara itu mitra penting

dalam perang melawan terorisme. Para pejabat Chad mengatakan serangan itu sah

dan perlu untuk mencegah aktivitas teroris.38 Chad merupakan negara di Afrika

yang paling banyak menerima intervensi militer Prancis. Pada tahun 1978, Prancis

memulai Operasi Tacaud di Chad yang bertujuan mendukung tentara Chad dan

melindungi ibukotanya, Ndjamena, dari pasukan pemberontak. Pada tahun 1983,

Perancis meluncurkan intervensi terbesarnya sejak perang Aljazair dengan memulai

Operation Manta dan mengirimkan 3.500 tentara untuk membantu menghentikan

serangan oleh pasukan oposisi pemerintah dan agresi Libya. Pada Februari 1986,

Presiden Libya, Qadhafi meluncurkan misil dan agresi ofensif yang mendorong

37 Kenneth Michael Pollack. Arabs at War: Military Effectiveness 1948–1991. (University of

Nebraska Press, 2002) Hal. 375 [jurnal on-line] diunduh dari https://www.cfr.org/book/arabs-war 38 Salem Solomon. French Airstrikes in N. Chad Affirm Support for President Déby. (10

Februari 2019) [database on-line] terdapat dalam https://www.voanews.com/africa/french-airstrikes-n-chad-affirm-support-president-deby diakses pada 15/10/2019

Page 36: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

25

konflik ini ke garis merah, yang menyebabkan Prancis memulai Operasi Épervier.39

Pada 1960-an dan 1970-an, Prancis membantu Chad dalam melancarkan

perang kontra-pemberontakan melawan Front Pembebasan Nasional Chad. Pada

tahun 1986, Prancis kemudian mendirikan Operasi Épervier untuk melawan

ekspansionisme Libya. Presiden Chad, Hissène Habré, yang dijatuhi hukuman pada

tahun 2017 karena kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan

penyiksaan, merupakan sekutu utama Prancis dan Amerika Serikat (AS) dalam

melawan ekspansionisme Gaddafi di Chad. Kemudian lewat Operasi Épervier,

Prancis mendukung pemerintah Chad dengan alasan menjaga stabilitas, dan selama

beberapa dekade, kehadiran militer Prancis telah memungkinkan untuk mendukung

pemerintah berikutnya di Chad. Mereka pertama kali mendukung Presiden Habré

sebelum mengalihkan dukungan pada Presiden Idriss Déby yang telah menjadi

presiden Chad sejak merebut kekuasaan dengan dukungan Prancis pada 1990.40

Sejak itu, Déby telah menghadapi beberapa pemberontakan serius. Pada

bulan April 2006 hingga Februari 2008, pemberontak bahkan berhasil mencapai ibu

kota N’ Djamena. Dukungan Prancis saat itu memiliki strategi yakni berbagi

intelijen dengan tentara Chad, unjuk kekuatan dengan penerbangan pesawat tempur

dengan tingkat rendah di atas markas-markas pemberontak, dan tembakan

39 Stephen Burgess. Military Intervention in Africa: French and US Approaches Compared.

(JEMEAA Spring 2019) Hal. 76 [jurnal on-line] diunduh dari https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/JEMEAA/Journals/Volume-01_Issue-1/JEMEAA_01_1_burgess.pdf

40 Marielle Debos. Airstrikes and “stability”: What’s the French army doing in Chad?. (14 Februari 2019) [database on-line] terdapat dalam https://africanarguments.org/2019/02/14/airstrikes-stability-what-french-army-doing-chad/ diakses pada 15/10/2019

Page 37: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

26

peringatan. Pada 2008, strategi militer berubah menjadi pencegahan pasokan

amunisi ke Libya serta melindungi bandara ibukota. Namun, pada 2019, pendekatan

Prancis telah berubah secara signifikan. Mereka tidak lagi puas untuk menciptakan

kondisi yang memenangkan tentara Chad. Kini Prancis melancarkan serangan

udara terhadap pemberontak, terutama pada grup teroris bersenjata itu sendiri.41

Setidaknya terdapat tiga grup teroris bersenjata yang menunjukkan

eksistensinya di seluruh wilayah Sahel. Grup teroris bersenjata tersebut memicu

Prancis untuk tetap melanjutkan intervensi militernya di Chad, bahkan di Sahel,

karena ancamannya tersebar di Sahel sehingga hal ini menjadi masalah regional.

Sahel adalah zona transisi yang luas di Afrika Barat dimana kontur wilayah ini

didominasi oleh gurun pasir. Istilah tersebut mencakup lima negara Afrika Barat

berbahasa Prancis yakni Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Niger. Wilayah

ini telah berada dalam cengkeraman krisis yang berkepanjangan sejak negara-

negara itu menjadi merdeka, dan ruang lingkup serta jangkauan luar dari masalah

mereka sangat luas sehingga masyarakat internasional tidak dapat melakukan apa-

apa selain berusaha membebaskan mereka lewat intervensi militer, bantuan sosial,

dan dukungan lainnya.

Tiga grup teroris bersenjata yang tersebar di Sahel antara lain AQIM,

MOJWA, dan Ansar Dine. AQIM dan cabang dan sekutunya terutama pejuang

Belmokhtar telah melakukan beberapa serangan besar terhadap wilayah Afrika.

41 Marielle Debos. Airstrikes and “stability”: What’s the French army doing in Chad?. (14

Februari 2019) [database on-line] terdapat dalam https://africanarguments.org/2019/02/14/airstrikes-stability-what-french-army-doing-chad/ diakses pada 15/10/2019

Page 38: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

27

Belmokhtar adalah pemimpin AQIM yang paling menonjol dengan kehadiran

berulang di Libya. Serangan hotel termasuk serangan November 2015 di Bamako

(Mali) serangan Januari 2016 di Ouagadougou (Burkina Faso) dan serangan Maret

2016 di Grand Bassam (Pantai Gading). Serangan pada infrastruktur energi

termasuk dua insiden: penyanderaan massal di fasilitas gas Tigentourine di In

Amenas, Aljazair oleh unit Belmokhtar pada Januari 2013, dan pemboman bunuh

diri dalam waktu bersamaan terhadap tambang uranium Somair di Arlit, Niger, dan

sebuah barak tentara di Agadez, Niger, pada Mei 2013. Belmokhtar menyatakan

insiden ini sebagai balas dendam atas intervensi yang dipimpin Prancis di Mali.42

Perekrutan jihadis MOJWA menjangkau Afrika utara dan barat, khususnya

Aljazair, Mauritania, Mali, dan Niger. Metode perekrutan yang tepat dari kelompok

ini tidak diketahui, tetapi satu taktik yang paling populer adalah iming-iming untuk

memerangi pengaruh dan kepentingan Prancis di wilayah tersebut. 43 Ansar Dine

berafiliasi dengan AQIM, meskipun tidak pernah secara publik diakui oleh AQIM

sebagai afiliasi resmi. Ansar Dine terkenal karena pengambilalihan Mali utara yang

bekerja sama dengan MNLA, AQIM, dan MOJWA setelah kudeta Mali 2012.

Ansar Dine menduduki dan menerapkan hukum Syariah di Timbuktu dan

sekitarnya dari Juni 2012 hingga Januari 2013 dan berakhir ketika militer Prancis

turun tangan. Pada awal Juli 2012, Ansar Dine menjadi berita utama nasional ketika

42 Alexander Thurston. Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM): An Al-Qaeda Affiliate Case

Study. (CNA, 2017) Hlm. 17-18 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.cna.org/CNA_files/PDF/DIM-2017-U-016119-2Rev.pdf

43 Nivedita Ray. The Rise of Islamic Terrorism in Mali. (Indian Council of World Affairs, 2016) Hlm. 8 [jurnal on-line] terdapat dalam https://icwa.in/pdfs/IB/2014/RiseofIslamicTerrorisminMaliIB06012015.pdf

Page 39: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

28

menghancurkan tujuh mausoleum di Timbuktu, yang merupakan bagian dari situs

Warisan Dunia PBB. Pada bulan Maret 2017, Ansar Dine bergabung dengan Al

Mourabitoun, kelompok jihad lokal Front Pembebasan Macina, dan cabang Sahara

untuk membentuk Jamaat Nusrat al-Islam wal Muslimeen (JNIM). AQIM

menyetujui merger dan menerima sumpah kesetiaan JNIM.44

Selain itu, terdapat beberapa grup teroris bersenjata yang merupakan cabang

atau berafiliasi dengan tiga grup teroris bersenjata di atas. Mereka adalah Jama'at

Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM) dan Al-Murabitoun. JNIM merupakan

grup teroris bersenjata yang berafiliasi dengan al-Qaeda. JNIM mengumumkan

keberadaannya pada bulan Maret 2017 dalam rilis video yang menampilkan para

pemimpin bagian-bagian komponennya yakni Ansar Dine, AQIM, dan al-

Mourabitoun. JNIM terus beroperasi di seluruh Mali dan ke Burkina Faso dan

Niger, melakukan serangan kompleks, pembunuhan, dan serangan improvisasi alat

peledak pada pasukan PBB, Mali, dan Prancis.45

Menteri Pertahanan Prancis, Le Drian memperingatkan untuk tidak

membiarkan grup teroris bersenjata mendirikan tempat perlindungan teroris hingga

di luar kendali, seperti apa yang Al Qaeda telah capai di Afghanistan. Ia

mengatakan “Bagian utara Mali telah menjadi tempat perlindungan bagi AQIM dan

sekutunya yang mengancam seluruh sub-wilayah (Sahel) dan berpotensi wilayah

44 Center for International Security and Cooperation. Mapping Militants Organization: Ansar

Dine. (Juli 2018) [database on-line] terdapat dalam https://cisac.fsi.stanford.edu/mappingmilitants/profiles/ansar-dine#highlight_text_7828 diakses 2/7/2019

45 European Council on Foreign Relations. JNIM. [database on-line] terdapat dalam https://www.ecfr.eu/mena/sahel_mapping/jnim diakses pada 15/10/2019

Page 40: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

29

nasional Prancis.”46

Keputusan Prancis untuk menempatkan markas utama Operasi Barkhane di

N 'Djamena, Chad, menunjukkan bahwa mereka menghadapi beragam ancaman di

seluruh wilayah Sahel. Menurut Andrew Lebovich, mantan konsultan Sahel untuk

Open Society Institute Afrika Barat, sementara Chad jauh dari Mali, dengan

berpusat di Chad memungkinkan Prancis untuk menyebar pasukannya dengan cara

yang mereka anggap perlu untuk operasi di Sahel. Tetapi para ahli strategi Prancis

harus memastikan bahwa tujuan untuk upaya anti-terorisme di seluruh Sahel tidak

menjadi tujuan yang tidak memungkinkan atau utopis.47

Konflik Chad-Libya secara resmi berakhir pada Oktober 1988, ketika Chad

melanjutkan kembali hubungan diplomatik formal dengan Libya. Secara teori,

Operasi Épervier, yang awalnya dibuat untuk mengandung ekspansionisme Libya,

seharusnya berakhir dengan penyelesaian semua masalah di antara kedua negara.

Akan tetapi, dengan munculnya ancaman grup teroris bersenjata di Chad, bahkan

di seluruh wilayah Sahel, Chad dilihat sebagai kapal induk Prancis di Sahel. Operasi

Épervier tetap aktif dengan bergabung pada Agustus 2014 menjadi Operasi

Barkhane. Inisiatif Prancis baru ini menyerap Operasi Épervier di Chad dan Operasi

Serval di Mali. Dengan sekitar 4.500 tentara dikerahkan di lima negara Sahel,

46 D. A. Yates. French Military Interventions in Africa. (The Palgrave Handbook of

Peacebuilding in Africa, 2018) Hal. 393 [Jurnal on-line] diunduh dari https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-62202-6_22

47 Celeste Hicks. Operation Barkhane: Why France chose Chad as key counter-terrorism partner. (3 September 2014) [database on-line) terdapat dalam https://africanarguments.org/2014/09/03/operation-barkhane-why-france-chose-chad-as-key-counter-terrorism-partner-by-celeste-hicks diakses pada 15/10/2019

Page 41: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

30

Barkhane saat ini merupakan penempatan Prancis terbesar di luar negeri.48

Selain itu, Prancis juga ikut memprakarsai dibentuknya G5 Sahel Joint

Force. Operasi gabungan ini disahkan oleh Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni

Afrika pada April 2017 dan diperkuat oleh adopsi Resolusi 2359 DK PBB pada

Juni 2017. Ia mendapat dukungan kuat dari Perancis, yang telah memiliki sekitar

4.000 tentara yang dikerahkan ke wilayah tersebut untuk bekerjasama dengan

pasukan G5 dan secara langsung berperang dengan grup teroris bersenjata di

seluruh wilayah Sahel. Dalam fase awalnya, negara-negara anggota G5 yakni

Burkina Faso, Mali, Mauritania, Niger, dan Chad akan berupaya meningkatkan

keamanan di sepanjang perbatasan mereka melalui peningkatan kerja sama dan

penyebaran patroli bersama untuk melarang aliran kelompok-kelompok teror dan

penyelundup manusia yang saat ini melintasi ini batas-batas negara dapat diatasi

dengan lebih mudah.49

Gambar II.1.Peta Sahel

Sumber: CSIS50

48 Marielle Debos. Airstrikes and “stability”: What’s the French army doing in Chad?. (14

Februari 2019) [database on-line] terdapat dalam https://africanarguments.org/2019/02/14/airstrikes-stability-what-french-army-doing-chad/ diakses pada 15/10/2019

49 Jennifer G. Cooke. Understanding the G5 Sahel Joint Force: Fighting Terror, Building Regional Security?. (CSIS, 15 November 2017) [database on-line] terdapat dalam https://www.csis.org/analysis/understanding-g5-sahel-joint-force-fighting-terror-building-regional-security diakses pada 15/10/2019

50 Jennifer G. Cooke. Understanding the G5 Sahel Joint Force: Fighting Terror, Building Regional Security?. (CSIS, 15 November 2017) [database on-line] terdapat dalam

Page 42: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

31

BAB III

INTERVENSI MILITER PRANCIS DI MALI UTARA

Bab ini berisi pembahasan mengenai dua intervensi militer Prancis yang

diluncurkan di Mali sejak 2012, yaki Operasi Serval dan Operasi Barkhane. Prancis

melakukan dua intervensi militer internasional yang berperan dalam mengatasi

masalah-masalah konflik melalui Operasi Serval dan Barkhane, sesuai dengan

resolusi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2085 yang

dikeluarkan pada 20 Desember 2012. Pembahasan ini bertujuan untuk memberikan

penjelasan tentang bagaimana kebijakan yang diambil oleh Prancis dalam

menyikapi konflik sipil di Mali Utara. Prancis mengintervensi dalam konteks

Resolusi 2085 dan pasal 51 Bab 7 Piagam PBB. Prancis dengan demikian

mengajukan tiga argumen hukum: 1) Pembelaan diri kolektif berdasarkan pasal 51

Piagam PBB; 2) Persetujuan pemerintah Mali yang sah; dan 3) Otorisasi oleh DK

PBB.

A. Konflik di Mali Utara

Mali merupakan negara yang terletak di sebelah barat daratan benua Afrika

dan tidak memiliki garis pantai. Dengan luas 1,240,000 kilometer persegi, Mali

menempati posisi negara terbesar ke-8 di Afrika. Mali atau secara resmi disebut

sebagai Republik Mali merupakan negara bekas jajahan Prancis selama kurun

https://www.csis.org/analysis/understanding-g5-sahel-joint-force-fighting-terror-building-regional-security diakses pada 15/10/2019

Page 43: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

32

waktu dari 1892 hingga 1960. Mali memperoleh kemerdekaannya atas Prancis pada

22 September 1960.51

Gambar III.1. Peta Mali

Sumber: US Department of State52

Sekitar 65% dari total luas Mali merupakan daerah gurun. Sungai Niger

menciptakan delta pedalaman yang besar dan subur mengalir ke timur laut melintasi

Mali dari Guinea sebelum berbelok ke selatan dan akhirnya bermuara di Teluk

Guinea. Wilayah Mali meliputi tiga zona: zona Sudan selatan yang dibudidayakan,

zona Sahel semi-gurun tengah, dan zona Sahara gurun utara. Medan ini sebagian

besar adalah sabana di selatan dan datar hingga dataran tinggi (ketinggian 200-500

meter) di utara. Ada perbukitan terjal di timur laut, dengan ketinggian hingga 1.000

meter. Niger (dengan 1.693 kilometer di Mali) dan Senegal adalah dua sungai

terbesar di Mali. Niger umumnya digambarkan sebagai sumber kehidupan Mali,

sumber makanan, air minum, irigasi, dan transportasi.53

51 Library of Congress. Federal Research Division. Country Profile: Mali. (January, 2005) Hlm.

4-5 [database on-line] terdapat dalam https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/Mali.pdf 52 CIA. Mali. https://www.state.gov/p/af/ci/ml/ 53 Library of Congress. Federal Research Division. Country Profile: Mali. (January, 2005) Hlm.

4-5 [database on-line] terdapat dalam https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/Mali.pdf

Page 44: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

33

Populasi Mali berjumlah sekitar 19,7 juta orang pada tahun 2019.54

Penduduk Mali yang memeluk agama Islam mendominasi sekitar 95% dari

populasi Mali. Hampir semua Muslim adalah Sunni dan kebanyakan mengikuti

tasawuf. Sedangkan 5% dari seluruh populasi memeluk agama Kristen, di antaranya

sekitar dua pertiga adalah Katolik Roma dan sepertiga Protestan. Sisanya tidak

memiliki afiliasi dengan agama manapun.55 Sekitar 34,1% dari populasi adalah

Bambara. Perkiraan pada kelompok etnis lain antara lain: Fulani atau Peul (14,7%),

Sarakole (10,8%), Senufo-Minyanka (10,5%), Dogon (8,9%), Malinke (8,7%),

Bobo (2,9) %), Songhai (1,6%), Tuareg (antara 9% -10%), dan komunitas kecil

lainnya seperti Bozo-Somono, Khassonke atau Arab (Maure).56

Gambar III.2.PDB Mali

Sumber: World Bank57

54 UNFPA. World Population Dashboard: Mali. [database on-line] terdapat dalam

https://www.unfpa.org/data/world-population/ML diakses pada 10/5/2019 55 United States Department of State. Mali 2018 International Religious Freedom Report.

(International Religious Freedom Report for 2018) Hlm. 2 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.state.gov/wp-content/uploads/2019/05/MALI-2018-INTERNATIONAL-RELIGIOUS-FREEDOM-REPORT.pdf

56 CIA. The World Factbook: Mali Geography. (2019) [database on-line] https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ml.html diakses 11/5/2019

57 World Bank. Mali. https://data.worldbank.org/country/mali

Page 45: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

34

Meskipun memiliki produksi emas yang tinggi, Mali tetap menjadi salah

satu negara termiskin di dunia, berada di peringkat ke-182 dari 187 negara dalam

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2012. Peningkatan absolut jumlah orang

miskin dari 5,7 juta orang pada tahun 2001 menjadi 6,4 juta pada tahun 2010. Lima

tahun berikutnya, Mali mencoba memperbaiki standar sumber daya manusia

dengan meningkatkan pendidikan berupa pendaftaran sekolah dasar. Namun, Mali

tetap tertinggal di belakang pada sebagian besar indikator sosial dan diperkirakan

gagal mencapai sebagian besar Milennium Development Goals United Nations

Development Programme (UNDP). Selain itu, tren dalam kemiskinan dan indikator

sosial sangat bervariasi berdasarkan wilayah Mali. Karena beberapa kemajuan lebih

banyak dicapai di wilayah Mali barat dan selatan namun kemiskinan masih bertahan

di Mali Utara.58

Mali secara geografis dan ekonomi terbagi antara wilayah utara dan selatan.

Kondisi geografis wilayah utara didominasi pedesaan yang masyarakatnya hidup

dalam kemiskinan akibat kekeringan. Wilayah utara ini sering dianggap

mengandalkan berbagai kegiatan perdagangan manusia, narkoba, penggelapan

mobil, senjata dan isu migran. Sedangkan bagian selatan Mali disebut sebagai

useful Mali karena melintasnya Sungai Niger di tengahnya dan memiliki kondisi

cuaca yang menguntungkan. Daerah budidaya utama Mali terletak di wilayah

selatan. Misalnya, kapas yang merupakan salah satu ekspor utama Mali, sebagian

58 European Parliament. Mali: Economic Factors Behind The Crisis. (Belgia: European Union,

2014) Hlm. 5 [jurnal on-line] terdapat dalam http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/etudes/join/2014/433754/EXPO-DEVE_ET(2014)433754_EN.pdf

Page 46: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

35

besar ditanam di wilayah Sikasso, Ségou, Koulikoro dan Kayes. Millet, sorgum,

atau kacang tanah, juga diproduksi di wilayah tersebut.59

Sumber daya alam Mali berupa emas menempati urutan tertinggi ketiga di

Afrika. Emas juga merupakan salah satu produk ekspor utama negara tersebut. Pada

2017, Mali bermitra dagang dalam jumlah terbesar dengan Senegal, Afrika Selatan,

dan Cina. Emas, batu & logam mulia, hewan hidup, dan kapas menjadi sumber daya

alam yang paling banyak diekspor oleh Mali. Pada tahun yang sama, sektor industri

teratas di negara ini merupakan pemrosesan makanan, konstruksi, penambangan

fosfat dan emas.60

Menurut sejarahnya, Mali telah mengalami masalah selama bertahun-tahun

dengan pemberontakan suku Tuareg di wilayah utara negara itu sebelum kudeta

pada 2012. Setelah tahun 1993, perdamaian Tamanrasset mengakhiri

pemberontakan Tuareg yang cukup besar kala itu. Salah satu upayanya adalah

mengikutsertakan mantan pemberontak ke dalam tentara Mali. Akan tetapi hal itu

tidak berhasil. Karena selama dua dekade berikutnya, ada desersi yang terus-

menerus, dan para desertir menciptakan milisi di utara negara itu. Selain itu, korupsi

juga merupakan masalah yang signifikan di Mali. Dengan demikian Tentara Mali

berada dalam kondisi buruk bahkan sebelum 2012. 61

59 European Asylum Support Office. Mali Country Focus. (EASO Country of Origin

Information Report, Desember 2018) Hlm. 14 [jurnal on-line] tersedia dalam https://www.easo.europa.eu/sites/default/files/publications/EASO-COI-report-Mali-Country-Focus-2018.pdf

60 Global Edge Education. Mali Economy. [database on-line] terapat dalam https://globaledge.msu.edu/countries/mali/economy diakses 1/6/2019

61 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and military cooperation in the Sahel. (TRENDS Research & Advisory, 2015) Hlm. 20 [jurnal on-line] http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

Page 47: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

36

Pada 1990, Tuareg mengembangkan gerakan politik yang sepenuhnya dapat

dikenali dan disatukan melalui pembentukan kelompok pembebasan yang pada

waktu itu disebut Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Azawad atau MNLA

(National Movement for the Liberation of Azawad). MNLA dibentuk secara resmi

setelah serangan di Menaka, sebuah kota di Mali utara, tempat senjata dan

kendaraan dicuri dari angkatan bersenjata Mali. Pada saat serangan itu, para

pemberontak bukanlah kelompok militan yang diakuin yakni akuisisi senjata dan

kendaraan dari militer negara menandai awal legitimasi kelompok pemberontak ini.

Menanggapi pemberontakan, pemerintah Mali mengerahkan dua pertiga dari

pasukan militernya untuk membatasi dan menghilangkan pengaruh pemberontakan.

Banyak korban bentrokan antara militer dan pemberontakan adalah warga sipil.

Insiden itu mendorong banyak orang untuk bergabung dengan kekuatan yang

nantinya menjadi MNLA.62

Gambar III.3.Riwayat Pemberontakan MNLA

Sumber: The Roots of Mali’s Conflict63

62 Baz Lecocq dan Georg Klute. Tuareg separatism in Mali. (SAGE Publications, Vol. 68, No.

3 September 2013) Hlm. 428 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.jstor.org/stable/24709398

63 The Roots of Malis Conflict, diakses pada 10/5/2019 [jurnal on-line]

https://www.clingendael.org/sitesdefault/files/The_roots_of_Malis_conflict.pdf

Page 48: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

37

MNLA dibentuk pada Oktober 2011 sebagai gerakan politik yang akan

menuntut otonomi di Mali melalui politik. Setelah tuntutan gerakan diabaikan, lebih

banyak orang bergabung dengan gerakan ini. Alih-alih meminta otonomi politik

dan kesetaraan seperti tujuan pembentukan awal, MNLA menyatakan bahwa

tujuannya adalah untuk menjadikan Azawad sebuah negara merdeka. Pada Januari

2012, MNLA melancarkan serangan di Menaka pada brigade militer negara.64

Pada 17 Januari 2012, MNLA melancarkan pemberontakan terhadap

pemerintah Presiden Amadou Toumani Touré untuk mendirikan negara Azawad.

Pemberontakan ini dipimpin oleh suku Tuareg, sebuah kelompok etnis yang tidak

memiliki hak politik yang telah mengorganisir pemberontakan sebelumnya di Mali.

Akibat dari penyebaran senjata atas ketidakstabilan politik di Libya, MNLA yang

didukung oleh Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM), Movement for Oneness

and Jihad in West Africa (MOJWA), dan Ansar Dine mendapatkan akses

persenjataan baik pistol maupun laras panjang, dengan cepat mencetak serangkaian

kemenangan. Namun, tidak lama setelah mereka merebut kota-kota Mali di Utara,

pihak grup terorisme bersenjata mengklaim akan menerapkan hukum syariah di

Mali Utara. Dengan begitu, MNLA resmi meyatakan tidak terlibat atas perebutan

kota-kota Mali Selatan karena merasa dikhianati oleh sekutunya tersebut. Ketika

ketidakstabilan politik melanda Mali hingga ke wilayah selatan, pasukan Prancis

melakukan intervensi pada Januari 2013 untuk menghentikan masuknya kelompok

Islam ke wilayah Mopti di Mali selatan. Prancis dengan cepat merebut kembali

64 Alexis Arieff. Conflict in Mali. (Congressional Research Service, 2019) [jurnal on-line]

terdapat dalam https://fas.org/sgp/crs/row/IF10116.pdf

Page 49: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

38

kota-kota besar di utara. Akan tetapi ketika pemerintah Mali dan beberapa

aliansinya bertindak untuk menyatukan kembali dan membangun kembali negara

itu, interaksi militer dari internal maupun eksternal berisiko merusak rekonstruksi

dan menabur benih konflik di masa depan. 65

Jatuhnya kota Konna ke tangan kelompok teroris membuat Mali meminta

bantuan militer kepada negara yang dekat secara faktor sejarah dengannya, yakni

Prancis. Selain itu, Mali juga mengirimkan surat permintaan bantuan terhadap PBB

untuk melegalkan intervensi militer Prancis dan bantuan lainnya. Konna adalah

penyangga terakhir antara pemberontak dan Mopti, sekitar 50 km (30 mil) selatan,

yang merupakan kota utama di wilayah itu dan dipandang sebagai pintu gerbang ke

utara negara itu. Setelah berjam-jam pertempuran senjata, pejuang Islam bersenjata

berat berparade dengan kemenangan melalui pusat Konna, mengatakan mereka

akan mendorong untuk mengambil Mopti dan kota tetangganya, Sevare.66

Sejumlah faktor kompleks telah menyebabkan munculnya terorisme di

Mali. Faktor pertama adalah meningkatnya krisis politik di Libya pada 2011-2012

sehingga menyebabkan beredarnya senjata ke Mali Utara yang memicu gejolak

pemberontakan terjadi pada 2012. Faktor kedua merupakan krisis dalam

pemerintahan Mali yakni lemahnya lembaga peradilan dan tingginya tingkat

korupsi. Faktor ketiga meliputi kompetisi kasat mata antara wilayah utara dan

65 Alex Thurston. Mali: The Disintegration of a “Model African Democracy” (Stability, 2013)

DOI: http://dx.doi.org/10.5334/sta.aq Hlm. 1 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.researchgate.net/publication/271341240_Mali_The_Disintegration_of_a_Model_African_Democracy

66 The Telegraph. Mali asks for help from France as Islamist rebels push forward. (2013) [database on-line] terdapat dalam https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/africaandindianocean/mali/9794871/Mali-asks-for-help-from-France-as-Islamist-rebels-push-forward.html diakses 10/7/2019

Page 50: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

39

selatan akibat kesenjangan ekonomi dan sosial. Faktor keempat merupakan

gagalnya perjanjian damai antara pemerintah Mali dan suku Tuareg sejak awal

pemberontakan pada masa lampau. Faktor kelima yakni adanya keinginan untuk

menyerang Prancis dimana Prancis memang menjadi target utama dari beberapa

jaringan terorisme di Afrika, contohnya Al-Murabitoun. Faktor keenam adalah

besarnya skala kemiskinan, ketidaksetaraan, kurangnya pendidikan, pengangguran,

khususnya di wilayah utara, dan kurangnya kebijakan pemerintah yang dinamis

untuk masyarakat yang kurang mmapu sehingga menyediakan ruang yang luas

untuk radikalisasi.67

Konflik Mali melibatkan banyak kelompok dan aliansi yang mengakibatkan

dampak berkelanjutan atas kekerasan yang tidak sengaja termasuk ke dalam unsur

intervensi militer asing. Konflik ini membuat beberapa pihak luar ikut campur,

seperti pasukan Prancis, Uni Afrika (UA) dan ECOWAS, dan PBB.68 Intervensi

militer yang dipimpin Prancis memang mendorong mundur kelompok-kelompok

bersenjata yang menduduki utara Mali, tetapi pelanggaran hukum dan pelanggaran

terus meningkat dari pertengahan 2014, termasuk oleh kelompok-kelompok yang

terkait dengan Al-Qaeda. Pada 2015 dan 2016, pelanggaran semakin memburuk

dan semakin menyebar ke daerah-daerah pusat Mali.69 Pada pertengahan 2018,

67 Nivedita Ray. The Rise of Islamic Terrorism in Mali. (Indian Council of World Affairs, 2016)

Hlm. 4-5 [jurnal on-line] terdapat dalam https://icwa.in/pdfs/IB/2014/RiseofIslamicTerrorisminMaliIB06012015.pdf

68 Susanna D. Wing. French intervention in Mali: strategic alliances, long-term regional presence? (Semantic Scholar, 2016) Hlm. 65 [jurnal on-line] terdapat dalam https://pdfs.semanticscholar.org/b94d/063cf25076f18d11af69548b1593b621431c.pdf

69 Human Rights Watch. Mali Conflict and Aftermath: Compendium of Human Rights Watch Reporting 2012-2017. Hlm. 3 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.hrw.org/sites/default/files/report_pdf/malicompendium0217.pdf

Page 51: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

40

lebih dari 75.000 orang Mali mengungsi secara domestik dan lebih dari 140.000

orang adalah pengungsi di negara-negara tetangga. Ketidakamanan dan kurangnya

layanan dasar di Mali utara telah menghambat pengembalian pengungsi.70

Dalam upaya kontra-terorisme di Afrika, Prancis memiliki dua operasi

militer yang mengintervensi wilayah rawan konflik Sahel khususnya di Mali.

Operasi Serval berlangsung selama dua tahun di Mali utara bertujuan untuk

mengusir militan Islam dari Mali utara, yang telah mulai menguasai kota-kota

hingga ke pusat Mali.71 Operasi ini dinamai Serval, yang berarti kucing liar asli

Afrika berukuran sedang seperti cheetah. Pada 11 Januari 2013, Presiden Prancis,

François Hollande, memberikan perintah eksekutif bagi militer Prancis untuk

memulai Operasi Serval. Operasi Serval diluncurkan mengikuti Resolusi DK PBB

2085 pada 20 Desember 2012 dan permintaan resmi oleh pemerintah sementara

Mali untuk bantuan militer Prancis.72

70 Alexis Arieff. Conflict in Mali. (Congressional Research Service, 2019) Dalam

https://fas.org/sgp/crs/row/IF10116.pdf 71 Adam Nossiter. France Battling Islamists in Mali. (11 Januari 2013) [database on-line]

terdapat dalam https://www.nytimes.com/2013/01/12/world/africa/mali-islamist-rebels-france.html?hp&_r=1&.France diakses 2/8/2019

72 Elsa Buchanan. Mali hotel attack: The history of Islamist insurgency in the former French colony. (20 November 2015) [database on-line] terdapat dalam https://www.ibtimes.co.uk/mali-hotel-attack-history-islamist-insurgency-former-french-colony-1529724 diakses 2/8/2019

Page 52: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

41

Gambar III.4.Peta Sebaran Grup Teroris Bersenjata di Afrika

Sumber: NATO73

Pada 12 Januari 2013, ratusan tentara Prancis terlibat dalam operasi militer

di Mali dengan fokus khusus dalam Pertempuran Konna. Tentara Mali mengklaim

bahwa dengan bantuan mereka, mereka telah merebut kembali Konna dari pihak

grup teroris bersenjata yang telah jatuh beberapa hari sebelumnya. Serangan udara

Prancis relatif menghentikan gerak maju pemberontak ke selatan dan

menghancurkan sebuah pos komando utama Ansar Dine di dekat Konna.74

73 NATO. Security and Stability in Africa: Draft General Report. [jurnal on-line]

https://www.nato-pa.int/sites/default/files/2019-

04/083%20PC%2019%20E%20-%20SECURITY%20AND%20STABILITY%20

IN%20AFRICA%20-%20DRAFT%20GENERAL%20REPORT.pdf 74 Robyn Dixon. France airstrikes in Mali repel Al Qaeda-linked militants. (2013) [database

on-line] terdapat dalam https://www.latimes.com/world/la-xpm-2013-jan-12-la-fg-france-mali-fighting-20130113-story.html diakses pada 10/9/2019

Page 53: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

42

B. Intervensi Militer Operasi Serval

Intervensi militer Prancis di Mali yang pertama terkait dengan konflik Mali

pada 2012 dinamakan operasi militer Serval. Pada 11 Januari 2013, Presiden

Hollande mengumumkan peluncuran operasi militer ini. Bantuan Mali secara

khusus merupakan atas permintaan pemerintah Mali. Satu hari setelah operasi

militer Serval diumumkan, ratusan tentara Prancis memasuki telah terlibat dalam

konflik di Mali. Sekitar 4.000 orang pasukan Prancis didukung oleh 2.000 pasukan

Chad dalam koordinasi dengan tentara Mali. Operasi ini menuai kesuksesan diukur

dari terbunuhnya tiga dari lima pemimpin kelompok Islam militan dan kelompok

Islam militan mengalami kekalahan baik dari kota maupun pegunungan Adrar.75

Upaya Prancis untuk merebut kembali Mali utara dari pemberontak

bersenjata, termasuk kelompok garis keras Islamis, menelan biaya rata-rata 2,7 juta

euro per hari sejak diluncurkan pada 11 Januari 2013. Angka itu dibandingkan

dengan biaya rata-rata 1,6 juta euro per hari untuk intervensi yang menggulingkan

pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada 2011, dan 1,4 juta euro per hari untuk

perang anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Afghanistan.76

Tujuan awal serangan udara dan darat pada Operasi Serval adalah untuk

menghentikan agresi koalisi pemberontak Tuareg dan pejuang Islam yang telah

mengklaim sekitar setengah wilayah Mali dari pasukan pemerintah. Tiga dari lima

75 Isaline Bergamaschi. French Military Intervention in Mali: Inevitable, Consensual yet

Insufficient. (International Journal of Security & Development, 2(2): 20, 2013) Hlm. 2 [database on-line] terdapat dalam https://www.stabilityjournal.org/articles/10.5334/sta.bb/

76 Joseph Bamat. Mali war costs debt-laden France 70 million euros. [database on-line] terdapat dalam https://www.france24.com/en/20130207-mali-war-costs-france-70-million-euros diakses 5/2/2019

Page 54: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

43

pemimpin Islam, Abdelhamid Abou Zeid, Abd El Krim dan Omar Ould Hamaha

terbunuh, sementara Mokhtar Belmokhtar melarikan diri ke Libya dan Iyad ag

Ghali melarikan diri ke Aljazair.77

Setelah berakhirnya Operasi Serval, Prancis mengakui perlunya

memberikan stabilitas di wilayah Sahel yang lebih luas dengan membantu berbagai

pemerintah kawasan memerangi terorisme. Mantan Menteri Pertahanan Prancis,

Jean-Yves Le Drian, mengatakan bahwa Prancis mengakui bahwa "masih ada risiko

besar yang berkembang para jihadis di daerah yang membentang dari Tanduk

Afrika ke Guinea-Bissau." Karena itu Operasi Barkhane diluncurkan agar untuk

menjamin keamanan negara-negara Sahel, dan pada dasarnya keamanan Prancis.

Operasi ini merupakan penerus Operation Serval, misi militer Prancis di Mali.78

Operasi Serval merupakan misi vital karena sebagaimana dinyatakan oleh Tramond

dan Seigneur, operasi ini berhasil merebut kembali kota-kota utara yang paling vital

bagi pemerintahan Mali. Sedangkan, rezim kelompok teroris memburuk karena

kalah dalam pertempuran.79

C. Intervensi Militer Operasi Barkhane

Prancis melakukan Operasi Barkhane sebagai respon atas permintaan dari

77 Elsa Buchanan. Mali hotel attack: The history of Islamist insurgency in the former French

colony. (20 November 2015) [database on-line] terdapat dalam https://www.ibtimes.co.uk/mali-hotel-attack-history-islamist-insurgency-former-french-colony-1529724 diakses 2/8/2019

78 Maxime H.A. Larivé. Welcome to France's New War on Terror in Africa: Operation Barkhane. (7 Agustus 2014) [database on-line] terdapat dalam https://nationalinterest.org/feature/welcome-frances-new-war-terror-africa-operation-barkhane-11029?page=0%2C1 diakses 2/8/2019

79 Olivier Tramond dan Philippe Seigneur. Operation Serval Another Beau Geste of France in Sub-Saharan Africa?, (November, 2014) Hlm. 1 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.armyupress.army.mil/Portals/7/military-review/Archives/English/MilitaryReview_20141231_art014.pdf

Page 55: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

44

pemerintah Mali dan keluarnya Resolusi DK PBB 2085. Kata Barkhane diambil

dari bahasa Prancis yang artinya gundukan berbentuk bulan sabit, mengacu pada

kontur gurun wilayah sahel. Karena untuk dukungan PBB, misinya dapat

dikategorikan sebagai multilateral. Begitu pasukan Prancis tiba Mali, Prancis

bekerja keras untuk memastikan legalitas melalui kerangka kerja PBB agar sesuai

dengan interpretasi Resolusi PBB 2085. Akan tetapi resolusi ini hanya mengizinkan

satu misi intervensi militer PBB untuk Afrika.80 Bergamaschi dan Diawara

mengklaim "Keputusan Prancis untuk intervensi adalah sepihak.” Lebih lanjut,

mereka menyimpulkan bahwa ini adalah keputusan bilateral atas pertimbangan

dukungan yang diminta langsung oleh Mali. Ini bukan berarti Prancis bertindak

semata-mata karena kewajiban atau sebagai respons terhadap Mali meminta

bantuan, tetapi permintaan tersebut memberikan kesempatan yang dapat disusupi

kepentingan Prancis.81

Operasi Barkhane merupakan bagian terbesar dari biaya 1,3 milyar euro

untuk intervensi militer Prancis di luar negeri, menurut kementerian pertahanan

Prancis. Pada 2018, Prancis mencari peningkatan dana untuk pasukan gabungan

dari € 250 juta Euro menjadi 300 juta euro per tahun. Presiden Prancis Emmanuel

Macron juga akan mengumumkan peningkatan 40% dalam bantuan pembangunan

Prancis ke negara-negara G5 Sahel menjadi 1,2 miliar euro selama lima tahun

80 United Nations. Resolution 2085. (December 20, 2012) [database on-line] terdapat dalam

https://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2085 diakses 2/8/2019 81 Isaline Bergamaschi dan Diawara. The French military intervention in Mali: Not exactly

Françafrique but definitely postcolonial. (2014) Hlm. 3 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.academia.edu/5328698/The_French_Military_Intervention_in_Mali_Not_Exactly_Fran%C3%A7afrique_But_Definitely_Post-colonial

Page 56: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

45

terhitung dari 2018.82

Operasi Barkhane tidak seperti Operasi Serval, karena tujuannya adalah

mencegah bukan merebut kembali kota-kota dari tangan teroris di Mali. Sementara

Serval bertujuan memperbaiki masalah itu memburuk di Mali, Operasi Barkhane

telah dicap sebagai operasi kontrateroris. Presiden Hollande mengatakan kekuatan

Barkhane akan memungkinkan untuk "cepat dan efisien bertindak jika terjadi

krisis.”83 Ada satu yang menjadi perbedaan dasar yakni Operasi Serval diluncurkan

setelah presiden Mali Dioncounda Traore meminta bantuan dari PBB dan Prancis.

Sementara, Operasi Barkhane tidak memiliki alasan peluncuran seperti itu. Operasi

Barkhane hanya merupakan kelanjutan Operasi Serval. Sehingga kelanjutannya

berdasarkan apa yang telah dimulai oleh Prancis pada operasi sebelumnya.

Operasi Barkhane memiliki misi untuk menjadi pilar kontraterorisme

Prancis di wilayah Sahel. Menurut Menteri Pertahanan Prancis, Jean-Yves Le

Drian, tujuan utama Operasi Barkhane adalah upaya kontra-terorisme. Ia

mengatakan "Tujuannya adalah untuk mencegah apa yang saya sebut jalan raya dari

semua bentuk lalu lintas untuk menjadi tempat perjalanan permanen, di mana

kelompok-kelompok jihad antara Libya dan Samudra Atlantik dapat membangun

kembali diri mereka sendiri, yang akan membawa konsekuensi serius bagi

keamanan kita." Presiden Hollande menyatakan pasukan Barkhane akan

82 Financial Times. Emmanuel Macron seeks more EU funding for southern Sahara campaign.

Terdapat dalam https://www.ft.com/content/428bfe88-1709-11e8-9e9c-25c814761640 [database on-line] diakses 5/2/2019

83 Isaline Bergamaschi dan Diawara, The French military intervention in Mali: Not exactly Françafrique but definitely postcolonial. (2014) Hlm. 9 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.academia.edu/5328698/The_French_Military_Intervention_in_Mali_Not_Exactly_Fran%C3%A7afrique_But_Definitely_Post-colonial

Page 57: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

46

memungkinkan "intervensi cepat dan efisien jika terjadi krisis" di wilayah tersebut.

Operasi ini akan menargetkan para ekstrimis Islam di Mali, Chad dan Niger, dan

akan memiliki mandat untuk beroperasi lintas perbatasan, yakni di negara-negara

yang tergabung dengan G5 atau Gens 5 du Sahel yang beranggotakan Burkina

Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Niger.84

Pada Januari 2015, sebanyak 3400 pelatih bekerja di Mali dan Angkatan

Darat Mali telah meningkat menjadi sekitar 8.000-8.200 personil. Data terbaru

tentang kemajuan di Angkatan Darat Mali tetap tidak tersedia pada saat penulisan.

Pada saat yang sama, ada keengganan awal untuk membiarkan Tentara Mali

memulai misi stabilisasi di utara setelah keberangkatan Prancis. Baik pihak

berwenang Prancis dan Mali khawatir tentang potensi 'tindakan penindasan' oleh

tentara Mali pada populasi di utara karena perselisihan etnis dan kebencian terkait

kekalahan 2012. Kapasitas Tentara Mali untuk menghadapi kebangkitan kelompok-

kelompok teroris juga menjadi masalah. Pada 21 Mei 2014, terjadi pertempuran

besar antara pasukan pemberontak Tuareg dan Tentara Mali di Kidal, di mana

Tentara Mali dikalahkan dan kehilangan banyak wilayah di utara. Prancis berharap

untuk memberikan tanggung jawab keamanan kepada Tentara Mali untuk

menangani apa yang menjadi 'pemberontakan tingkat rendah' di utara negara itu,

tetapi untuk saat ini, tampaknya tidak berhasil. Keterlibatan antara Tentara Mali,

bersekutu dengan pasukan stabilisasi PBB, United Nations Multidimensional

Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA), dan kelompok-kelompok

84 Umberto Bacchi. France Launches New Sahel Counter-Terrorism Operation Barkhane. (14

Juli 2014) [database on-line] terdapat dalam https://www.ibtimes.co.uk/france-launches-new-sahel-counter-terrorism-operation-barkhane-1456646 diakses 2/8/2019

Page 58: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

47

jihadis, berlanjut pada tahun 2016.85

Pada 1 Agustus 2014, Prancis mengakhiri Operasi Serval, dan

menggabungkan pasukan Serval dan Epervier ke dalam Operasi Barkhane. Kantor

pusatnya berada di N'Djamena, dan terdiri dari 3000-3500 tentara, 200 kendaraan

lapis baja, 6 pesawat tempur, 3 pesawat tak berawak, dan berbagai peralatan

transportasi. Misi Barkhane adalah untuk membantu negara-negara Sahel dalam

perang melawan terorisme dan untuk menghentikan kelompok-kelompok teroris

dari membangun kembali tempat-tempat perlindungan mereka di wilayah tersebut.

Operasi Barkhane adalah 'regionalisasi' terhadap terorisme di Sahel.86

Perubahan penting telah terjadi dalam hal stabilitas politik, pemerintahan

yang demokratis, pertumbuhan ekonomi, dan supremasi hukum di Mali setelah

intervensi militer dan non-militer internasional. Intervensi ini setidaknya telah

membantu memulihkan tatanan konstitusional di Bamako melalui pemilihan umum

yang bebas dan adil pada tahun 2013. Demikian pula, intervensi ini telah

bermanfaat bagi ekonomi yang telah mulai pulih dan tumbuh lagi. Dari 0% pada

2012, tingkat pertumbuhan PDB tahunan Mali naik menjadi 1,7% pada 2013 dan

85 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and

military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi: TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) Hlm. 21 [jurnal on-line] terdapat dalam http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

86 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi: TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) Hlm. 24 [jurnal on-line] terdapat dalam http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

Page 59: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

48

menjadi 6,8% pada 2014 dan diperkirakan akan tetap di atas 5% hingga 2017.87

Pada 20 Februari 2019, Prancis mengumumkan bahwa pasukan dalam

Operasi Serval dan Barkhane telah menetralisir lebih dari 600 jihadis sejak awal

operasi, termasuk sebanyak 200 jihadis ternetralisir hanya di tahun 2018.88 Militer

Prancis adalah yang paling banyak terlibat secara global di Eropa, dan salah satu

dari angkatan bersenjata yang paling mumpuni yakni bersama dengan Inggris.

Selain 13.000 tentara Prancis yang dikerahkan di Prancis untuk meningkatkan

keamanan dalam negeri, hampir 6.000 tentara Prancis saat ini berpartisipasi dalam

operasi militer di Afrika dan Timur Tengah. Angka ini termasuk 4.000 tentara yang

melakukan operasi kontraterorisme di wilayah Sahel Afrika dan 1.100 tentara

memerangi Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) dan mendukung pasukan Irak.89

Operasi Barkhane sebagai strategi intervensi militer Prancis di wilayah

Sahel bertujuan untuk memastikan bahwa negara-negara yang terkait memperoleh

kapasitas untuk memastikan keamanan mereka secara mandiri. Ini didasarkan pada

pendekatan global (politik, keamanan dan pembangunan) yang komponen

militernya dibawa oleh Operasi Barkhane dan dilakukan oleh tentara Prancis.

Dalam konteks saat ini, upaya Operasi Barkhane difokuskan pada pertarungan

langsung melawan ancaman teroris, dukungan pasukan negara-negara yang

87 Mathieu Bere. Armed Rebellion, Violent Extremism, and the Challenges of International

Intervention in Mali. (African Conflict and Peacebuilding Review 7, no. 2, 2017) Hlm. 70 [jurnal on-line] terdapat dalam http://jstor.org.library.ualr.edu/stable/10.2979/africonfpeacrevi.7.2.03

88 Lexpress. Sahel : plus de 600 djihadistes "neutralisés" par l'armée française depuis 2015. (2019) [database on-line] terdapat dalam https://www.lexpress.fr/actualite/monde/afrique/sahel-plus-de-600-djihadistes-neutralises-par-l-armee-francaise-depuis-2015_2064409.html diakses 2/8/2019

89 Paul Belkin. France and U.S.-French Relations: In Brief. (Congressional Research Service, 19 April 2018) Hlm. 6 [jurnal on-line] terdapat dalam https://fas.org/sgp/crs/row/R45167.pdf

Page 60: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

49

bekerjasama, dukungan kekuatan dan tindakan internasional yang mendukung

populasi untuk memungkinkan asecara bertahap kembali normal di bidang-bidang

di mana otoritas negara dipertanyakan. Operasi Barkhane sedang mengembangkan

strategi resolusi krisis zona di Sahel. Hal itu bergantung pada kapasitas mitranya di

jalur Sahel-Sahara untuk memusatkan upayanya pada wilayah Liptako-Gourma,

namun tetap dapat melakukan intervensi di seluruh wilayah Sahel-Sahara sesuai

kebutuhan. Kemiskinan, kurangnya pendidikan, ketidaksetaraan, dan degradasi

lingkungan keamanan adalah hal-hal yang selalu bermunculan dan Operasi

Barkhane bekerja untuk mencegah lingkaran setan ini setiap hari dengan negara-

negara yang bekerjasama dengannya.90

Pada awal peluncuran Operasi Barkhane, Prancis menghadapi pertempuran

pertama di awal November 2014 dengan mengakibatkan 24 jihadis tewas. Seorang

juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan pasukan Prancis telah membunuh

Ahmed al-Tilemsi, yang memiliki hadiah $ 5 juta untuk kepalanya setelah

Departemen Luar Negeri Prancis mendaftarkannya sebagai "teroris global khusus."

Ahmed al-Tilemsi merupakan salah satu pendiri Movement for Oneness and Jihad

in West Africa (MOJWA). Hal ini merupakan kesuksesan besar pertama pasukan

Prancis pada Operasi Barkhane di bulan Desember 2014.91

Pada 2015 penyerangan dari grup teroris bersejata di Mali terus berlangsung

90 Ministère De Armées. DOSSIER DE PRESSE Opération Barkhane. (Bureau relations médias

de l’État-major des armées, Juli 2019) Hlm. 7 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.defense.gouv.fr/content/download/492362/8406707/DP-BARKHANE-0118.pdf

91 Rukmini Callimachi. French Forces Kill a Leader of Jihadists in Mali Raid. (11 Desember 2014) [database on-line] terdapat dalam https://www.nytimes.com/2014/12/12/world/africa/french-forces-kill-jihadi-ahmed-tilemsi-mali.html diakses 10/8/2019

Page 61: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

50

terhadap pangkalan militer Prancis dan sekutunya. Namun terdapat suatu peristiwa

penting yang terjadi pada tahun ini, yakni penyerangan Hotel Bamako oleh teroris

Al-Murabitoun yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan grup teroris bersenjata

lainnya di Mali. Penyerangan tersebut diluncurkan pada 20 November 2015.

Pasukan khusus Prancis, untuk mendukung pasukan Mali, berkontribusi pada

pembebasan 170 orang yang disandera oleh 2 teroris di hotel Blu Radisson di

Bamako. 'Teroris' terbunuh dan para sandera disandera berhasil terlepas. Peristiwa

ini setidaknya mengakibatkan tewasnya 19 warga sipil dan asing serta dua jihadis

pelaku penyarangan, sedangkan tujuh orang terluka dalam serangan itu.92

Pada 12 April 2016, tiga tentara Prancis terbunuh ketika mereka

melancarkan oeprasi penyisiran anggota grup teroris bersenjata di wilayah Tessalit.

Konvoi tersebut terdiri dari sekitar 60 kendaraan pelacak ke kota padang pasir utara

Tessalit yang akhirnya menabrak tambang. Selanjutnya, seorang tentara Prancis

lainnya tewas pada 4 November 2016 setelah ledakan sebuah tambang di kota

Abeibara, menjadikan 2016 tahun paling mematikan bagi pasukan Prancis yang

berpartisipasi dalam Operasi Barkhane.93

Pertempuran sengit antara pasukan Prancis dan kelompok-kelompok Jihad

berlanjut pada musim panas 2017, dengan 8 tentara Prancis terluka oleh serangan

92 The Guardian. Mali attack: more than 20 dead after terrorist raid on Bamako hotel. (2015)

[database on-line] terdapat dalam https://www.theguardian.com/world/2015/nov/20/mali-attack-highlights-global-spread-

extremist-violence diakses 11/8/2019 93 The Guardian. Three French soldiers killed by Mali Mine Blast. (2016) [database on-line]

terdapat dalam https://www.theguardian.com/world/2016/apr/13/three-french-soldiers-killed-mali-

mine-blast-operation-barkhane diakses 11/8/2019

Page 62: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

51

mortir di pangkalan mereka di Timbuktu pada 1 Juni. Pada malam 17 Juni 2017,

Prancis harus menerima kematian tentaranya yang ke sepuluh di Mali pada operasi

serangan udara militer Prancis di bagian timur laut Mali.94

Pada tanggal 14 Februari 2018, serangan udara Prancis menewaskan

sedikitnya 10 jihadis di perbatasan antara Aljazair dan Mali.95 Dua tentara Prancis

dari Resimen Spahi 1 terbunuh dan satu pasukan kolonel itu terluka di bagian kepala

pada 21 Februari 2018 ketika kendaraan lapis baja yang mereka tumpangi melindas

ranjau tanah di tambang antara kota Gao dan Menaka.96 Selanjutnya, pada 14 April

2018, aktivis JNIM (Jama'at Nasr al-Islam wal Muslimin), koalisi grup teroris

bersenjata yang berafiliasi dengan al-Qaeda, melancarkan serangan ke sebuah

pangkalan militer sementara Prancis di Timbuktu hingga melukai beberapa tentara

Prancis sebelum dibalas oleh gabungan pasukan Mali dan Amerika.97 Empat tentara

Prancis terluka parah oleh serangan bom bunuh diri terhadap patroli gabungan

Prancis-Mali di Gao pada 1 Juli 2018. Sedangkan sebuah mobil dengan bahan

peledak menyerang pangkalan patroli Prancis dan PBB di Gao utara. Peristiwa

94 RFI. Mali: attaque à Tombouctou contre les casques bleus et la force Barkhane. (2017)

[database on-line] terdapat dalam http://www.rfi.fr/afrique/20170601-mali-attaque-tombouctou-contre-casques-bleus-force-barkhane?ref=tw_i diakses 11/8/2019

95 News 24. French forces kill at least 10 jihadists in Mali: military sources. (14 Februari 2014) [database on-line] terdapat dalam https://www.news24.com/Africa/News/french-forces-kill-at-least-10-jihadists-in-mali-military-sources-20180214 diakses 11/8/2019

96 France 24. Two French soldiers killed by explosive device in Mali. (21 Februari 2018) [database on-line] terdapat dalam http://www.france24.com/en/20180221-mali-french-soldiers-killed-explosive-device-sahel diakses 12/8/2019

97 News Corp Australia Network. Militants disguised as peacekeepers attack French and UN bases in Mali. (16 April 2018) [database on-line] terdapat dalam https://www.news.com.au/world/militants-disguised-as-peacekeepers-attack-french-and-un-bases-in-mali/news-story/02e7fedc0e0588b064445b667a72df8a diakses 12/8/2019

Page 63: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

52

tersebut membunuh 4 warga sipil dan melukai 31 orang lainnya termasuk tentara.98

Memasuki tahun 2019, sebuah alat peledak improvisasi militan menabrak

kendaraan lapis baja Prancis yang melakukan operasi anti-teroris di wilayah Mopti

pada 2 April, menewaskan seorang dokter tentara Prancis dan melukai seorang

lainnya dengan luka serius.99 Dua komando Prancis dari Korps Marinir terbunuh

pada 9 Mei di Burkina Faso Utara pada misi penyelamatan yang berhasil

menyelamatkan empat sandera, termasuk dua orang warga negara Prancis, dan

seorang wanita warga negara AS dan Korea Selatan, yang telah diculik oleh

kelompok Islam.100 Hingga Juli 2019, setidaknya telah gugur 14 tentara Prancis

terhitung sejak dimulainya Operasi Barkhane. Jumlah tersebut lebih besar

dibandingkan kerugian yang diderita pihak militer Prancis pada pendahulunya,

Operasi Serval, yang menelan korban sebanyak 10 tentara Prancis.101

Operasi Barkhane juga memberikan kontribusi untuk kepentingan populasi

lokal. Selama berlangsungnya operasi, terutama dengan pasukan mitra, bantuan

medis gratis ditawarkan kepada penduduk. Hal ini merupakan peluang untuk

berdialog dan mempromosikan penerimaan intervensi militer oleh rakyat Mali dan

sekitarnya. Tindakan kemanusiaan ini secara tidak langsung berkontribusi bagi

98 Thomson Reuters. Mali car bombing kills 4 civilians, wounds 31 others, including soldiers.

(1 Juli 2018) [database on-line] terdapat dalam https://www.cbc.ca/news/world/mali-french-soldiers-car-bomb-attack-1.4730322 diakses 12/8/2019

99 AFP. French military doctor killed in Mali. (3 April 2019) [database on-line] terdapat dalam https://www.yahoo.com/news/french-military-doctor-killed-mali-215421082.html diakses pada 2/8/2019

100 BBC News. French troops free hostages in Burkina Faso. (10 Mei 2019) [database on-line] terdapat dalam https://www.bbc.com/news/world-africa-48228353 diakses 2/8/2019

101 Ministère De Armées. DOSSIER DE PRESSE Opération Barkhane. (Bureau relations médias de l’État-major des armées, Juli 2019) Hlm. 21 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.defense.gouv.fr/content/download/492362/8406707/DP-BARKHANE-0118.pdf

Page 64: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

53

efektivitas operasi militer yang bertujuan berkontribusi pada kembalinya

keamanan. Barkhane juga mendukung proyek-proyek yang membantu langsung ke

masyarakat. Misalnya: akses ke air, energi, kesehatan atau pendidikan. Pada tahun

2018, hampir 70 proyek sipil-militer dilaksanakan untuk kepentingan populasi,

termasuk 23 proyek yang ditujukan untuk wilayah Liptako, terutama di sekitar kota-

kota di Delimane, Ansongo dan Menaka Mali.102

Gambar III.5.Skema Operasi Barkhane

Sumber: France Defence Ministry103

Di antara 23 proyek ini, tercatat: 8 proyek penyediaan air yang

menghasilkan rehabilitasi amenara air di Tin-Hana, pengeboran lubang bor dan

pemasangan sumur dikota Menaka, atau pembelian pompa motor di kota Delimane

102 Ministère De Armées. DOSSIER DE PRESSE Opération Barkhane. (Bureau relations médias

de l’État-major des armées, Juli 2019) Hlm. 11 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.defense.gouv.fr/content/download/492362/8406707/DP-BARKHANE-0118.pdf

103 France Defence Ministry. Operation Barkhane. https://www.defense.gouv.fr/content/download/492362/8406707/DP-BARKHANE-0118.pdf

Page 65: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

54

dan Menaka. 5 proyek agropastoralisme, di antaranya penciptaan pasar berkebun di

Delimane atau renovasi susu Menaka. 3 proyek infrastruktur yang secara khusus

memungkinkan pembangunan jembatan Tassiga dan perbaikan tempat sampah

Lelehoye. Sejak 1 Januari 2019, lebih dari 30 proyek sipil-militer telah

dilaksanakan untuk masyarakat, termasuk 13 proyek untuk wilayah Liptako-

Gourma. Dalam pencapaian ini juga termasuk 4 proyek infrastruktur, 2 proyek

pasokan air, 5 proyek sehubungan dengan pendidikan dan akses ke informasi.104

Prancis bahkan memiliki prospek demografis yang baik, dengan tingkat

kelahiran tepat di atas tingkat penggantian terutama di antara populasi imigrannya.

Mereka terlalu besar untuk gagal. Prancis memiliki masalah pertumbuhan yang

lambat, pengangguran, keuangan publik yang buruk, dan masalah struktural.

Mereka merasa sulit untuk mereformasi dan menghadapi lingkungan politik yang

semakin sulit. Hutang setara Prancis adalah sekitar 280% dari (Produk Domestik

Bruto) PDB, naik 66% sejak 2007. Ini mengabaikan kewajiban pensiun dan

perawatan kesehatan yang tidak didanai serta komitmen kontinjensi terhadap dana

talangan zona euro. Utang akan meningkat di tingkat kritis dengan cepat tanpa

tindakan korektif. 105

Presiden Macron telah meminta pengurangan dalam upaya untuk mematuhi

pedoman defisit anggaran Uni Eropa (UE). Dia kemudian menyetujui peningkatan

104 Ministère De Armées. DOSSIER DE PRESSE Opération Barkhane. (Bureau relations médias

de l’État-major des armées, Juli 2019) Hlm. 13 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.defense.gouv.fr/content/download/492362/8406707/DP-BARKHANE-0118.pdf

105 Satyajit Dash. France and Italy could be the next European economies to crash. (29 Mei 2016) [database on-line] terdapat dalam https://www.independent.co.uk/voices/france-and-italy-next-economic-crash-europe-a7054801.html diakses 11/8/2019

Page 66: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

55

anggaran pertahanan 2018, membawa pertahanan tahunan Prancis anggaran

menjadi sekitar € 34,2 miliar (sekitar $ 42,3 miliar), atau sekitar 1,8% dari PDB.106

Pada Februari 2018, Presiden Macron merilis anggaran pertahanan untuk enam

tahun yang diusulkan dimana pengeluaran pertahanan tahunan akan meningkat

sampai Prancis mencapai target 2% pengeluaran dari PDB Prancis pada 2025.

Rencana anggaran ini diharapkan akan disetujui oleh parlemen pada pertengahan

tahun 2018, dimana kita akan melihat peningkatan belanja pertahanan sebesar € 1,7

miliar (sekitar $ 2,1 miliar) setiap tahun hingga 2022 dan sebesar € 3 miliar (sekitar

$ 3,7 miliar) per tahun sesudahnya. Meskipun komandan militer Prancis

menyambut positif sumber daya tambahan, beberapa analis berpendapat bahwa

angkatan bersenjata dapat ditekan untuk mempertahankan tempo operasional

mereka saat ini sambil menyikapi prioritas lain seperti modernisasi pencegah misil

nuklir Prancis. Pihak lain mencatat bahwa tekanan anggaran dapat menambah

tingkat urgensi terhadap upaya Prancis untuk menempa kebijakan pertahanan UE

yang lebih ambisius dan untuk membangun kapasitas mitra regional, khususnya di

Afrika.107

Pada 2017, sebuah studi berjudul "Mali-Meter" dilakukan oleh Yayasan

Friedrich-Ebert di Mali pada tingkat kepuasan Operasi Barkhane dengan hasil:

48,6% responden mengatakan mereka puas dengan pekerjaan Barkhane di Mali

(13,2% sangat puas dan 35,6% agak puas) dibandingkan dengan 36% (16,6% agak

106 Paul Belkin. France and U.S.-French Relations: In Brief. (Congressional Research Service,

19 April 2018) Hlm. 7 [jurnal on-line] terdapat dalam https://fas.org/sgp/crs/row/R45167.pdf 107 Paul Belkin. France and U.S.-French Relations: In Brief. (Congressional Research Service,

19 April 2018) Hlm. 7 [jurnal on-line] terdapat dalam https://fas.org/sgp/crs/row/R45167.pdf

Page 67: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

56

tidak puas dan 19,8% sangat tidak puas. Mayoritas responden dari kota Koulikoro

(66,9%), Mopti (76%), Timbuktu (67,7%), Gao (87,7%), Menaka (84,8%) dan

Taoudeni (61,2%)%) mengatakan mereka puas dengan Operasi Barkhane.

Mayoritas responden di kota Kayes (67,6%), Kidal (72%) dan Bamako (52,6%),

sebaliknya, mengaku tidak puas dengan Operasi Barkhane.108

Amerika Serikat (AS) memberikan Bantuan bilateral berjumlah total sekitar

$ 132 juta pada tahun 2017, bantuan ini bertujuan untuk mendukung pembangunan,

program kesehatan, mitigasi konflik, peningkatan tata kelola, dan profesionalisme

militer. AS juga menyediakan bantuan kemanusiaan ($ 48 juta pada 2017),

dukungan finansial untuk MINUSMA ($ 271 juta pada 2017), pelatihan dan

peralatan bilateral untuk pasukan Afrika yang dikerahkan di bawah MINUSMA,

dan dukungan logistik untuk operasi militer Prancis. Departemen Luar Negeri AS

telah menjanjikan total lebih dari $ 100 juta dalam bantuan militer untuk inisiatif

pasukan G5.109

Konferemsi Tingkat Tinggi (KTT) Inggris-Prancis di Paris berlangsung

pada bulan Maret 2016 menghasilkan pemerintah Inggris mengumumkan bahwa

mereka akan mempertimbangkan untuk memberikan dukungan kepada Operasi

Barkhane. Sekretaris Pertahanan Inggris Michael Fallon kemudian mengumumkan

bahwa Inggris akan memberikan dukungan pengangkutan udara strategis bulanan

108 Timbuktu Institute. Etude : Les maliens méconnaissent la mission de l’UE et se divisent

sur barkhane. (6 Juni 2017) [database on-line] terdapat dalam http://www.maliweb.net/armee/etude-maliens-meconnaissent-mission-de-lue-se-divisent-barkhane-2301602.html diakses 3/8/2019

109 Alexis Arieff. Conflict in Mali. (Congressional Research Service, 2019) [jurnal on-line] terdapat dalam https://fas.org/sgp/crs/row/IF10116.pdf

Page 68: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

57

kepada pasukan Prancis di Afrika.110 Pada Juli 2018, tiga helikopter Royal Air

Force (RAF) Chinook tiba di Mali untuk memberikan dukungan logistik dan

pergerakan pasukan ke Prancis dan pasukan militer lainnya yang beroperasi di

daerah itu. Penempatan ini merupakan tambahan dari 90 pasukan Inggris yang

sudah dikerahkan di wilayah tersebut. Hingga 2019, alat transportasi militer Inggris,

RAF Chinooks Mk5 telah mengangkut lebih dari 700 tentara Prancis, persediaan,

dan 70 ton logistic operasi militer di seluruh Mali.111

110 Ministry of Defence UK. Defence Secretary secures progress on Brimstone sales as

unmanned aircraft project moves forward. (3 Maret 2016) [database on-line] https://www.gov.uk/government/news/defence-secretary-secures-progress-on-brimstone-sales-as-unmanned-aircraft-project-moves-forward diakses 1/7/2019

111 Forces Network. RAF Chinooks Begin Mali Deployment With French Military. (20 September 2018) [database on-line] terdapat dalam https://www.forces.net/services/raf/raf-chinooks-begin-mali-deployment-french-military diakses 1/7/2019

Page 69: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

58

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR PRANCIS MEMPERTAHANKAN INTERVENSI

MILITER OPERASI BARKHANE DI MALI UTARA

Bab ini berisi faktor-faktor yang menjadi alasan Prancis mempertahankan

intervensi militernya di Mali Utara pada 2014-2019, yang dibagi menjadi tiga sub-

bab: Pertama, Faktor Sejarah; Kedua, Faktor Internal; Ketiga, Faktor Eksternal.

Tujuan dari bab ini adalah untuk menyajikan analisa penulis mengenai relevansi

kerangka teori terhadap masalah penelitan.

Merujuk pada konsep kebijakan luar negeri, Prancis mengambil kebijakan

dalam mempertahankan intervensi militer Operasi Barkhane di Mali atas dasar

faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negerinya. Dalam menerapkan

kebijakan luar negeri berupa intervensi militer di Mali Utara, Prancis memiliki

alasan rasional yang dijelaskan oleh beberapa faktor, seperti yang dikemukakan

oleh Holsti, yakni faktor sejarah, internal, dan eksternal. Untuk itu, konsep

kebijakan luar negeri dianggap mampu untuk menjelaskan mengapa Prancis

mempertahankan kebijakan luar negerinya di Mali berdasarkan pengaruh berupa

faktor-faktor dalam perumusan kebijakan luar negeri Prancis.

Dalam kaitannya dengan analisa penulis, skripsi ini menganalisa fakta-fakta

yang ditemukan dengan mengkategorikannya ke dalam variabel-variabel atau

faktor-faktor yang mempengaruhi Prancis dalam mempertahankan Operasi

Barkhane pada konflik Mali Utara periode 2014-2019 untuk menjelaskan konsep

kebijakan luar negeri Prancis dalam intervensi militer ini. Fakta-fakta tersebut

Page 70: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

59

berupa adanya hubungan historis antara Prancis dengan negara-negara jajahannya

dan hutang darah antara Prancis dan negara jajahannya pada masa Perang Dunia II,

menumpas terorisme di Mali Utara guna mempertahankan stabilitas politik demi

keberlangsungan keuntungan ekonomi Prancis di Mali, promosi bahasa dan budaya

Prancis di Mali Utara (bahkan di seluruh negara Francophone), keamanan dalam

negeri dari serangan terorisme, respon Prancis atas resolusi DK PBB, bentuk dari

pelaksanaan Prancis terhadap tanggung jawab utamanya dalam DK PBB,

permintaan bantuan dari pemerintahan Mali, eksistensi global, dan war on terror.

A. Faktor Sejarah

Pertama-tama perlu menguraikan ringkasan sejarah keterlibatan Prancis di

Afrika, dengan penekanan pada eksklusivitas hubungan Prancis dengan negara-

negara bekas koloni pada periode dekolonisasi. Dengan begitu, diperlukan

interpretasi dari istilah Françafrique (Kata Prancis digunakan untuk

menggambarkan hubungan spesial antara Prancis dan Afrika). Françafrique

memberikan penjelasan mengenai debat yang selama ini tercipta dan kepentingan

dibalik tindakan atas intervensi Prancis di Mali.

Tentu saja, prioritas angkatan bersenjata Prancis selalu menjadi prioritas

utama melindungi wilayah nasionalnya, tetapi sejak 1996, Angkatan Darat Prancis

mencurahkan sebagian besar perhatiannya untuk Operasi Extérieures artinya

operasi di luar negeri. Akibatnya, pada 2016 terjadi perdebatan mengenai

keseimbangan antara intervensi di luar negeri dan kehadiran di wilayah nasional.

Setelah Januari 2015, tentara menghabiskan 35-45% tambahan waktu mereka untuk

beroperasi di Prancis. Setelah Angkatan Darat Prancis mencapai pasukan

Page 71: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

60

operasional 77.000 tentara pada 2018, tentara akan mendedikasikan tidak lebih dari

20 hingga 25% dari waktu mereka untuk operasi domestik.112

Dari tahun 1950 hingga 1970-an, kemerdekaan menjadi kenyataan bagi

banyak negara bekas jajahan Prancis. Banyak kemerdekaan dicapai di sekitar waktu

yang sama dan tanpa kekerasan besar (kecuali Kamerun). Prancis memiliki strategi

khusus dalam kemitraan keamanan dengan negara Afrika. Pada saat kemerdekaan

negara kolonialnya, Pemerintah Prancis menciptakan tentara nasional Afrika yang

akan berfungsi sebagai cabang dari Tentara Prancis di luar negeri. Dalam hal ini

konteks perjanjian keamanan bilateral ditandatangani dengan masing-masing

negara yang baru merdeka. Terbukti antara 1960 dan 1993, dua lusin perjanjian

ditandatangani antara Prancis dan sebagian besar bekas koloninya. Prancis telah

melakukan intervensi militer di Afrika lebih dari 50 kali sejak 1960. Dengan

demikian, Prancis terus berlanjut untuk mempertahankan hubungan ekonomi dan

politiknya dengan negara-negara bekas jajahannya.113

Kerjasama militer oleh Prancis di Afrika sejak awal 1960-an telah menjadi

sarana mempertahankan status quo di dalam negara-negara di Afrika bekas jajahan

Prancis. La Cooperation Militaire telah terbukti tahan lama dan sukses selama 60

tahun terakhir dalam memenuhi tujuan kebijakan luar negeri dan pertahanan

Prancis di Afrika tetapi harus menjalani perombakan struktural dan ideologis utama

112 Rémy Hémez. Modernization Among Us Partners: The French Army at a Crossroads.

(2017) Hlm. 107-108 [jurnal on-line] terdapat dalam https://ssi.armywarcollege.edu/pubs/parameters/Issues/Spring_2017/12_Hemez_FrenchArmyCrossroads.pdf

113 Carmen Cuesta Roca. From Operation Serval to Barkhane: Understanding France’s Increased Involvement in Africa in the Context of Françafrique and Postcolonialism. (2015) Hlm. 3 [jurnal on-line] terdapat dalam http://jpinyu.com/wp-content/uploads/2015/05/3-Hollande.pdf

Page 72: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

61

untuk memenuhi urgensi dari sistem internasional pasca perang dingin dan

meningkatnya tuntutan untuk disiplin fiskal seperti semua aspek lain dari

pertahanan Prancis dan pembentukan kebijakan luar negeri. Kebijakan baru yang

diberlakukan adalah Program RECAMP (Renforcement des Capacités Africaines

de Maintien de la Paix/Reinforcement of African Peacekeeping Capabilities).

RECAMP merupakan sebuah model yang mengintegrasikan kebutuhan mendesak

dari negara-negara Afrika untuk peningkatan kapasitas pemeliharaan perdamaian

dan pembentukan kembali hukum dan ketertiban di Afrika sejalan dengan tujuan

Prancis untuk mempertahankan intervensi yang efektif, efisien dan murah di

Afrika.114

Bantuan militer Prancis kepada mitra regional di Sahel bukanlah fenomena

baru. Tercatat sejak kemerdekaan negara-negara Francophone (negara-negara yang

menjadikan Bahasa Prancis sebagai salah satu bahasa nasionalnya), terutama Mali,

Prancis telah terlibat dalam kerjasama militer tahun 1960 – 2014. Dalam

keterlibatannya dengan negara-negara Francophone, Prancis berdasar pada tiga

elemen utama, yakni (1) pasukan yang ditempatkan di Prancis di pangkalan-

pangkalan Afrika, (2) program pelatihan RECAMP, dan (3) program kerja sama

militer bilateral yang dijalankan oleh De la Coopération de Sécurité et de Défense

(Directorate of Cooperation of Security and Defence atau DCSD). Prancis

memfasilitasi bantuan kepada sekutu-sekutu Francophonenya melalui apa yang

oleh pemerintah Prancis disebut ‘kerja sama operasional militer’ untuk intervensi

114 Omobolaji Ololade Olarinmoye. France's New Military Policy in Africa: RECAMP in Central

African Republic. (Journal of Contemporary Politics, Vol. 1, No. 1, University of Ado-Ekiti, Mei 2007) Hlm. 2 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.academia.edu/1545292/RECAMP_in_Central_Africa

Page 73: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

62

demi pemeliharaan perdamaian, dan 'kerja sama struktural' untuk misi rutin

membantu negara membangun dan memelihara militer mereka.115

Dengan dekolonisasi sebagian besar Kekaisaran Prancis di Afrika Barat dan

Tengah pada tahun 1960, Prancis menegosiasikan perjanjian bilateral pertahanan

dan kerja sama militer untuk mempertahankan kehadiran militer permanen di benua

itu. Sejumlah pangkalan Prancis tetap dibuka, tetapi dengan cepat berkurang setelah

pemotongan tentara setelah berakhirnya Perang Aljazair pada tahun 1962. Jaringan

pangkalan Prancis digunakan untuk mendukung intervensi militer di Afrika, yang

dimulai dengan intervensi di Gabon pada tahun 1964 sebagai tanggapan terhadap

upaya kudeta, dan masih berlanjut hingga hari ini. Menurut Pemerintah Prancis,

pada musim panas 2014, Prancis memiliki 7515 tentara yang dikerahkan di Afrika,

tidak termasuk kekuatan pasukan Prancis di Operai Barkhane. Struktur pangkalan

saat ini sedang ditata ulang seputar prinsip akses ke Sahel. Basis permanen utama

di Prancis adalah Dakar, Libreville, dan Djibouti (Abu Dhabi juga dihitung untuk

jaringan Afrika). Prancis juga mencari cara untuk mengatur di pangkalan yang lebih

kecil di Néma (Mauritania), Gao (Mali), Agadez dan Arlit (Niger), dan Zouar

(Chad). Niamey juga merupakan pangkalan yang lebih kecil, di mana tentara

Prancis dan AS memiliki drone yang beroperasi di seluruh wilayah tersebut.116

115 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and

military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi: TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) Hlm. 19 [jurnal on-line] terdapat dalam http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

116 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and

military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi: TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) Hlm. 10 [jurnal on-line] terdapat dalam http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

Page 74: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

63

Mengenai masalah terorisme di Sahel, Prancis telah meningkatkan bantuan

militernya ke negara-negara yang sekarang disebut ‘G5 Sahel’, yang diciptakan

pada 2014 untuk kerja sama keamanan antara Mauritania, Mali, Niger, Burkina

Faso, dan Chad. dan didukung oleh pasukan reaksi cepat Guépard di Prancis.117

Gagasan bahwa Prancis dapat dan harus terus membantu negara-negara

bekas jajahannya di Afrika terkait erat dengan gagasan hutang, yakni hutang

Prancis ke Afrika pada masa penjajahan. Lebih spesifik yakni hutang atas

partisipasi militer Afrika di beberapa perang, khususnya, dua perang dunia. Kala

itu, tentara Afrika yang melayani Prancis adalah dikenal sebagai tirailleurs

sénégalais, meskipun perekrutan tidak hanya terbatas di Senegal. Gagasan tentang

"hutang darah” (dette de sang) atau hutang kolonial masih terasa hadir pada

keterlibatan Prancis di wilayah ini.118

Hubungan ini sering disebut sebagai la Françafrique. Istilah ini bukan

merupakan hal yang baru, namun, maknanya mungkin telah berubah seiring

pergeseran hubungan antara Prancis dan negara bekas jajahannya di Afrika. Pada

tahun 1963 Felix Houphouët-Boigny, mantan presiden Pantai Gading, menciptakan

istilah Françafrique. Awalnya gagasan Françafrique memang positif karena

digunakan “untuk menggambarkan nasib bersama dan mempromosikan hubungan

khusus antara Prancis dan Afrika yang ingin dipertahankan.” Namun kemudian

117 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and

military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi: TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) Hlm. 10 [jurnal on-line] terdapat dalam http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

118 Carmen Cuesta Roca. From Operation Serval to Barkhane: Understanding France’s Increased Involvement in Africa in the Context of Françafrique and Postcolonialism. (2015) Hlm.7 [jurnal on-line] terdapat dalam http://jpinyu.com/wp-content/uploads/2015/05/3-Hollande.pdf

Page 75: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

64

istilah ini memiliki konotasi negatif karena sering digunakan untuk menuduh

Prancis atas dugaan hubungan neokolonial Prancis dengan bekas jajahannya.119

Prancis telah melakukan intervensi di Afrika sejak 1830 ketika menginvasi

dan menjajah Aljazair. Pada 1900, Prancis telah menaklukkan Afrika Barat Laut,

mengalahkan sejumlah kerajaan yang mahir secara militer di Sahel. Prancis

mendirikan pos-pos militer kolonial di seluruh Sahel dan Sahara dan menggunakan

Legiun Asing dan pasukan lain untuk menjatuhkan pemberontakan terhadap

otoritasnya. Prancis menciptakan negara-negara Aljazair, Mali, Niger, Chad,

Mauritania, dan Burkina Faso dan menganggap koloninya sebagai bagian dari

metropol. Warga negara Prancis menjalankan pemerintahan, perusahaan dan militer

di koloninya, dan pola ini terbawa ke era pasca-kemerdekaan. Sejak 1960 dan

seterusnya, Prancis mempertahankan warga negaranya dan perusahaan serta pos-

pos militernya di Afrika Barat, dan intervensi militer berkala di kawasan itu dalam

mendukung rezim adalah salah satu indikator neo-kolonialisme. Yang paling

penting adalah operasi penambangan uranium di Niger dan di tempat lain yang

memicu industri tenaga nuklir Prancis yang luas. Prancis menganggap Afrika Barat

sebagai wilayah pengaruhnya, dan hingga 1994, Paris keberatan atas kunjungan

Menteri Luar Negeri AS ke Mali.120

Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan bangsa Prancis dalam ikut terlibat

dengan negara-negara bekas jajahannya, terutama Mali, dijelaskan oleh hubungan

119 Tony Chafer. Hollande and Africa Policy. (Modern Contemporary France, 22, no. 4 2014)

Hlm. 529 [jurnal on-line] terdapat dalam http://dx.doi.org/10.1080/09639489.2014.957966 120 Stephen Burgess. Military Intervention in Africa French and US Approaches Compared.

(ASPJ Africa & Francophonie - 2nd Quarter, 2018) Hlm. 11 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/ASPJ_French/journals_E/Volume-09_Issue-2/burgess_e.pdf

Page 76: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

65

Françafrique dan dette de sang (hutang darah) yang membuat Prancis secara

rasional mempertahankan intervensi militernya sebagai alat untuk memberikan

pengaruh dominan di negara-negara bekas jajahannya tersebut atas faktor sejarah

merupakan salah satu kepentingan nasionalnya.

B. Faktor Internal

Keamanan domestik Prancis menjadi salah satu hal terpenting Prancis

mempertahankan intervensi militer di Mali. Sejak bergejolaknya terorisme di Mali

sekitar 2012, Prancis telah menghadapi tiga serangan terorisme di kota-kota besar

Prancis. Hal tersebut membuat Prancis harus bertindak untuk menjaga kemanan

dalam negerinya dari terorisme.

Pada Januari 2015, tiga teroris membunuh 17 orang di tiga serangkaian

serangan yang berbeda dengan tujuan untuk menyerang kantor penerbitan majalah

Charlie Hebdo, petugas polisi, dan supermarket lokal. Para pelaku adalah semua

warga negara Prancis di bawah pengawasan yang berbeda. Setidaknya salah satu

penyerang dilaporkan bergabung dengan anggota Al Qaeda di Semenanjung Arab

dan satu lagi berjanji setia kepada Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).

Pada November 2015, serangan berencana di Paris menewaskan 130 orang

dan 350 orang terluka di enam lokasi di seluruh kota. Serangan ini merupakan

insiden teroris paling mematikan yang pernah terjadi di tanah Prancis. Sebagian

besar dari 11 pelaku adalah warga negara Prancis yang terpapar paham radikalisme

dari jaringan teroris ISIS, Al-Qaeda, dan Ansar Dine.

Pada Juli 2016, seorang warga Tunisia yang tinggal di Prancis menewaskan

84 orang dan melukai 202 orang dengan menabrakan truk seberat 19 ton ke

Page 77: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

66

kerumunan masyarakat pada perayaan Hari Nasional di Nice. Meskipun ISIS

mengklaim kesetiaan pelaku tersebut, pelaku dilaporkan melakukan radikalisasi

diri untuk waktu yang relatif singkat sebelum serangan dan sebelumnya tidak

diketahui oleh otoritas anti terorisme.121

Jumlah warga negara Prancis yang dilatih bertarung dengan organisasi teroris

menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Prancis karena hal tersebut merupakan

sumber masalah serangan terorisme terbanyak di Prancis. Prancis yang merupakan

rumah bagi populasi Muslim terbesar di Eropa (diperkirakan 5,7 juta orang, atau

sekitar 8,8% dari total populasi Prancis pada 2017), Perkiraan menunjukkan bahwa

hingga 1.600 warga negara Prancis melakukan perjalanan ke Suriah, Irak, dan

berbagai negara di Afrika.122

Prancis memang mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk

mempertahankan perannya sebagai pemain utama di Afrika. Intervensi militer tidak

murah begitu pula bantuan pembangunan yang dikirim Prancis ke Afrika. Prancis

memiliki masalah ekonomi dalam negerinya sendiri dan karenanya semakin sulit

untuk membiayai operasinya di Afrika. Salah satu faktor Prancis tetap

mempertahankan intervensinya adalah bahwa 28 negara anggota Uni Eropa (UE)

menjadi lebih aktif di Afrika. Oleh karena itu, hal ini berdampak pada kebijakan

nasional Prancis sendiri di Afrika. Menurut Philippe Hugon, ahli studi Afrika-

Prancis, meski Prancis sekarang kurang terlibat dalam perdagangan, keuangan, dan

investasi, tetapi tetap mempertahankan pengaruhnya terhadap kebijakan moneter

121 Paul Belkin. France and U.S.-French Relations: In Brief. (Congressional Research Service,

19 April 2018) Hlm. 4 [jurnal on-line] terdapat dalam https://fas.org/sgp/crs/row/R45167.pdf 122 Paul Belkin. France and U.S.-French Relations: In Brief. (Congressional Research Service,

19 April 2018) Hlm. 4 [jurnal on-line] terdapat dalam https://fas.org/sgp/crs/row/R45167.pdf

Page 78: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

67

dan kehadiran militernya. Namun, Prancis menghadapi persaingan yang semakin

ketat. Cina telah menjalin hubungan dekat dengan banyak negara Afrika dan AS

juga telah menunjukkan komitmen yang lebih besar ke Afrika dalam beberapa

tahun terakhir.123

Selain itu demi terciptanya kestabilan ekonomi Mali dan berkembangnya

Bahasa Prancis juga menjadi salah satu faktor Prancis mempertahankan intervensi

militernya di negara itu. Kepentingan nasional Prancis terletak pada banyaknya

perusahaan-perusahaan Prancis yang berada di Afrika. Prancis mempertahankan

cengkeraman kuat pada negara bekas jajahannya mengingat sebuah fakta bahwa

perusahaan-perusahaan telekomunikasi besar Prancis, bank-bank dan raksasa ritel

menjamur di negara-negara seperti Senegal, Mali, dan sekitarnya. Terdapat 300 juta

penutur bahasa Prancis di seluruh dunia saat ini. Jumlah ini naik hampir 10% sejak

2014 dan survei terbaru menunjukkan bahwa 44% dari mereka tinggal di sub-

Sahara Afrika. Pada tahun 2050, 85% penutur bahasa Prancis dapat hidup di benua

itu, menurut perkiraan oleh organisasi yang memantau statistik siapa yang berbicara

bahasa tersebut.124

Pada 2016, surplus perdagangan Prancis dengan negara-negara sub-Sahara

Afrika mencapai level tertinggi selama 10 tahun pada € 3,5 miliar. Angka itu

mencapai di € 2,9 miliar pada 2017. Ekspor Prancis ke wilayah sub-Sahara Afrika

menyumbang 2,4% dari semua ekspor Prancis sebanyak € 11,1 miliar pada 2017.

123 Jens Borchers. Why are former colonies in Africa so important to France? (6 Mei 2017)

[database on-line] terdapat dalam https://mg.co.za/article/2017-05-06-why-are-former-colonies-in-africa-so-important-to-france diakses 13/8/2019

124 BBC News. Why the Future of French is African. (8 April 2019) [database on-line] terdapat dalam https://www.bbc.com/news/world-africa-47790128 diakses 13/8/2019

Page 79: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

68

Lebih dari sepertiga eksportir Prancis mengekspor ke Afrika (38.000 bisnis Prancis

diekspor ke Afrika antara tahun 2002 dan 2017). Lebih dari 1.100 perusahan

Prancis hadir di Afrika dengan lebih dari 2.109 anak perusahaan.125

Afrika muncul sebagai landasan dari upaya Presiden Macron untuk

meningkatkan pengaruh global Prancis. Presiden Macron telah menjelaskan bahwa

keterlibatan Prancis yang kuat di panggung dunia akan menjadi prioritas

pemerintahannya, ia menyatakan dengan tegas bahwa "Prancis kembali." Macron

mencoba untuk mengimbangi kritik bahwa Prancis ingin membangun kembali

cengkeraman atas Afrika dengan mengatakan ia merupakan generasi baru yang

mencari kemitraan yang setara, dan bukan dominasi di benua itu. Presiden Macron

mengatakan, “I am from a generation that doesn’t come to tell Africans what to

do.”126

Dari Serval ke Barkhane, operasi militer Prancis di Afrika diduga bertujuan

"untuk memerangi terorisme" dan lebih khusus untuk "mengembalikan

kedaulatannya Mali atas Timbuktu dan Kidal". Tetapi, tentu saja, tujuan lain dari

operasi militer ini adalah untuk melindungi kepentingan ekonomi dan geostrategis

Prancis di wilayah tersebut, seperti eksploitasi uranium Niger dan emas Mali. Juga,

diketahui bahwa Prancis berada di belakang penciptaan G5 Sahel (kerangka kerja

kelembagaan untuk kerja sama regional dalam pengembangan dan kebijakan

keamanan, menggabungkan Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, dan Chad). G5

125 France Diplomatie. Economic relations between France and Africa. (Februari 2019)

[database on-line] terdapat dalam https://www.diplomatie.gouv.fr/en/country-files/africa/economic-relations-between-france-and-africa/ diakses 1/9/2019

126 France 24. Macron’s soft power push in Africa is key to 'making France great again. (3 Juli 2018) [database on-line] terdapat dalam https://www.france24.com/en/20180703-macron-soft-power-push-africa-make-france-great-again-global-influence-diplomacy diakses 1/9/2019

Page 80: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

69

membantu Prancis menyegel pengaruh militernya di kawasan itu dan Presiden

Macron tampaknya berkomitmen untuk mempertahankan status quo Prancis di

wilayah itu sampai sekarang.127

Dengan demikian, dari sudut pandang keseluruhan, kerja sama militer

Prancis di Afrika tampaknya setidaknya sebagian berhasil, karena telah membantu

pasukan lapangan Chad, Niger dan Kamerun yang telah terbukti efektif melawan

Boko Haram, setidaknya untuk saat ini. Ini memungkinkan Prancis untuk membuat

koalisi negara-negara Francophone (negara yang berbicara bahasa Prancis,

terutama negara dimana bahasa Prancis adalah bahasa nasional mereka/negara

bekas jajahan Prancis) yang dapat mengambil inisiatif operasional melawan

ancaman teroris, tanpa keterlibatan langsung Prancis dalam pertempuran. Ini adalah

bagian dari prakarsa Prancis untuk membuat negara-negara Afrika memimpin

dalam menyelesaikan masalah militer mereka sendiri, tetapi juga melayani

kepentingan nasional Prancis.128

C. Faktor Eksternal

Sejak pecahnya konflik di Mali Utara pada 2012, Prancis mengedepankan

intervensi militernya berdasarkan resolusi-resolusi yang dikeluarkan DK BB,

dimana Prancis ikut memprakarsai resolusi tersebut sebagai bentuk tanggung jawab

Prancis sebagai salah satu anggota tetap DK PBB dan dukungannya terhadap

127 Pape Samba Kane. Macron's Francafrique. (23 Juli 2017) [database on-line] terdapat

dalam https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2017/07/macron-francafrique-170721190500965.html

128 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi: TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) Hlm. 21-22 [jurnal on-line] terdapat dalam http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

Page 81: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

70

perdamaian dunia yang digaungkan oleh PBB. Tindakan Prancis di Mali selalu

merupakan bentuk dukungan kepada deretan resolusi DK PBB antara lain resolusi

2056 (5 Juli 2012) yang menjadi keputusan PBB paling awal pada konflik ini,

resolusi 2085 (20 Desember 2012) mengenai perizinan peluncuran African-led

International Support Mission to Mali (AFISMA) untuk periode awal satu tahun,

resolusi 2100 mengenai perizinan peluncuran United Nations Multidimensional

Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA), resolusi 2391 (8 Desember

2017) mengenai gabungan misi MINUSMA dan G5, hingga resolusi paling baru

2480 (28 Juni 2019) yang meluncurkan misi kelanjutan dari MINUSMA dan

AFISMA, yakni United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission

in the Central African Republic (MINUSCA).129 Hal ini juga merupakan bentuk

dari pelaksanaan Prancis terhadap tanggung jawab utamanya dalam DK PBB.

Sebagaimana tanggung jawab utama Prancis dalam Bab VII, Pasal 39, DK PBB

memiliki tanggung jawab utama untuk “Menentukan keberadaan ancaman terhadap

perdamaian, pelanggaran perdamaian, atau tindakan agresi dan akan membuat

rekomendasi, atau memutuskan tindakan apa yang akan diambil ... untuk

mempertahankan atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional.”130

Fenomena intervensi Prancis di Mali dan wilayah Afrika lainnya banyak

diidentikan dengan konsep war on terror yang dilakukan Amerika Serikat (AS).

Banyak yang memprediksikan Mali adalah Afghanistan selanjutnya atas penilaian

129 United Nations Security Council. Security Council Resolutions: Mali. (2019) [database on-

line] terdapat dalam https://www.securitycouncilreport.org/un_documents_type/security-council-resolutions/?ctype=Mali&cbtype=mali diakses 2/9/2019

130 United Nations, “Legal Framework”, tersedia dalam http://legal.un.org/repertory/art39.shtml diakses pada 11 September 2019

Page 82: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

71

perlakukan dari Prancis dan AS. Pelabelan ini dapat merendahkan motivasi di

belakang operasi Prancis di Afrika. Karena pada dasarnya pengertian tentang

Françafrique tidak didasarkan pada eksploitasi negara-negara Afrika untuk

kemajuan kekuatan Prancis sendiri, melainkan memandang Operasi Barkhane

dengan cara yang sama seperti war on terror, atas dasar penunjukan bahwa Prancis

menggunakan kerangka justifikasi dari kontra-terorisme untuk tetap terlibat di

kawasan dan mendapat manfaat dari keterlibatan ini. Manfaat tersebut termasuk

membela posisi Prancis di PBB, juga di arena internasional.131

Proliferasi senjata dari Libya memiliki efek penting pada erupsi konflik di

Mali dan Sinai. Juru bicara Tuareg menyimpulkan tentang asal-usul pemberontakan

2012 ketika ia mengatakan bahwa "Krisis Libya mengguncang rentetan konflik di

Utara. Banyak saudara kita kembali dari Libya dengan membawa senjata." DK PBB

pada 2015 melaporkan hal yang sama menyimpulkan bahwa "senjata yang berasal

dari Libya telah secara signifikan memperkuat kapasitas militer kelompok teroris

yang beroperasi di berbagai wilayah, termasuk Aljazair, Mesir, Mali, dan Tunisia

pada khususnya. 132

Mali menyalahkan proliferasi senjata paling jelas dari Libya yang berdampak

pada konflik yang berlangsung hingga sekarang. Ratusan pejuang etnis Tuareg

meninggalkan Libya setelah konflik Libya 2011 dan melaju melintasi gurun ke Mali

131 Carmen Cuesta Roca. From Operation Serval to Barkhane: Understanding France’s

Increased Involvement in Africa in the Context of Françafrique and Postcolonialism. (2015) Hlm.6 [jurnal on-line] terdapat dalam http://jpinyu.com/wp-content/uploads/2015/05/3-Hollande.pdf

132 Nicholas Marsh. Brothers Came Back with Weapons: The Effects of Arms Proliferation from Libya. (PRISM, Vol. 6, No. 4, The Struggle for Security in Africa, 2017) Hlm. 81 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.jstor.org/stable/26470483

Page 83: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

72

utara, dan membawa serta senjata seperti senjata anti-tank, mortir, dan senapan

mesin berat. Mereka bergabung dengan separatis Tuareg setempat dan pada Januari

2012 memulai pemberontakan. Dalam waktu tiga bulan pemerintah telah

kehilangan kendali atas sebagian besar wilayah Mali utara.133

Pada permulaannya, misi Serval dan Barkhane dibingkai dalam 'perang

melawan teror'. Seperti yang dikatakan Bruce Charbonneau dan Jonathan Sears,

'penggunaan istilah-istilah seperti Islamis, jihadis, salafi, dan teroris untuk

mengekspresikan pertimbangan keamanan melegitimasi kekerasan militer

internasional dan itu melegitimasi prioritas ontologis yang diberikan kepada negara

Mali.' Pentingnya membingkai teroris Ancaman semakin jelas dalam legitimasi

pemerintah sementara Mali. Penekanan pada kekerasan Islamis dan 'teroris'

membuat intervensi militer Prancis dan otoritas elit politik Mali menjadi tidak

bermasalah: 'otoritas sementara jelas memanfaatkan persepsi yang tersebar luas

tentang ancaman Islamis, dan itu secara efektif mengumpulkan dukungan

internasional untuk pemerintah Mali di waktu ketika kedudukan domestiknya

diragukan'. 134

Operasi Barkhane menandai perubahan dalam strategi militer Prancis dari

pendekatan menargetkan teroris di Mali Utara menjadi pendekatan regional di

wilayah Sahel. Argumen liberal tentang intervensi akan memberikan klaim bahwa

133 Nicholas Marsh. Brothers Came Back with Weapons: The Effects of Arms Proliferation

from Libya. (PRISM, Vol. 6, No. 4, The Struggle for Security in Africa, 2017) Hlm. 82 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.jstor.org/stable/26470483

134 Susanna D. Wing. French intervention in Mali: strategic alliances, long-term regional presence? (Semantic Scholar, 2016) Hlm. 72 [jurnal on-line] terdapat dalam https://pdfs.semanticscholar.org/b94d/063cf25076f18d11af69548b1593b621431c.pdf

Page 84: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

73

hal ini mendukung keadilan global, legal, dan mendukung aturan hukum global dan

pendapat regional/internasional mengenai apa yang hal yang bertanggung jawab

secara moral untuk dilakukan. Argumen yang lebih kritis adalah bahwa ini adalah

langkah neokolonialis Prancis untuk membudidayakan diri mereka secara geografis

di wilayah Sahel. Yang muncul di permukaan adalah bahwa Prancis diundang untuk

melakukan intervensi. Presiden Hollande menekankan dalam pidatonya di

pangkalan udara militer Prancis di Chad, “Jika kita membiarkan teroris makmur di

bagian benua Afrika ini, akan ada konsekuensi bagi Eropa dan Prancis.” Dalam

pernyataan berikut, Presiden Hollande merasionalisasi ekspansi militer di wilayah

tersebut dan intervensi di Mali dengan menekankan peran sebagai 'penyelamat'.

Hollande menegaskan bahwa 'kelompok teroris dipatahkan' berkat kedekatan

pasukan udara dan darat Prancis dengan pasukan Mali.135

Ancaman ekstremisme kekerasan dan terorisme, tumpang tindih dengan

pemberontakan separatis, juga memiliki aspek transnasional. Kelompok teroris

dominan, AQIM, dikaitkan dengan militan di seluruh Sahara dan Sahel. Ancaman

ini mendorong intervensi kontra-pemberontakan regional dan internasional yang

mendesak. Prancis menyatakan khawatir atas pengambilalihan yang akan datang

oleh kaum Islamis dan akhirnya melanjutkan Operasi Serval ke Operasi Barkhane

atas permintaan pemerintah Mali. Prancis membuat prioritas mereka memerangi

kelompok-kelompok ekstremis yang kejam, dan dengan melakukan hal itu

memutuskan kesepakatan dengan kaum nasionalis Tuareg yang cenderung sekuler.

135 Susanna D. Wing. French intervention in Mali: strategic alliances, long-term regional

presence? (Semantic Scholar, 2016) Hlm. 74-75 [jurnal on-line] terdapat dalam https://pdfs.semanticscholar.org/b94d/063cf25076f18d11af69548b1593b621431c.pdf

Page 85: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

74

Walau diperkirakan 1.500 warga Mali melarikan diri ke negara-negara tetangga

pada minggu pertama pertempuran, menambah sekitar 144.500 pengungsi Mali di

sekitar wilayah itu, dan 300.000 pengungsi secara internal. Namun, misi ini secara

luas dianggap sukses karena memenangkan pertempuran paling intens pada fase

pertama konflik tersebut.136

Kepentingan dalam perang melawan terorisme di Afrika tampaknya cukup

baru bagi Prancis, bahkan jika pemerintah Prancis telah memperhatikan kegiatan

kelompok selama beberapa waktu. Serangan ke wilayah sekutu-sekutu

Francophone-nya membuat Prancis meningkatkan bantuan militernya dan

mendukung operasi di negara-negara tersebut. Di luar kekhawatiran tentang

serangan langsung pada sekutunya, Prancis khawatir tentang potensi hubungan

antara kelompok-kelompok teroris di Sahel. Pemerintah Prancis sudah khawatir

pada tahun 2014 dengan tanda-tanda tentang kemungkinan Boko Haram untuk

berhubungan dengan AQIM. 'Ikrar kesetiaan' Boko Haram dengan Negara Islam di

Maret 2015 memperkuat ketakutan itu.137

Budaya strategis Operasi Barkhane telah membantu mendefinisikan alasan

berlangsungnya operasi. Prancis dihadapkan dengan ancaman terhadap tanah air

dan kepentingan di Afrika Barat. Misi Barkhane ada dua: mendukung pasukan

bersenjata Afrika dalam memerangi grup teroris dan membantu mencegah

136 Susanna D. Wing. French intervention in Mali: strategic alliances, long-term regional

presence? (Semantic Scholar, 2016) Hlm. 74-75 [jurnal on-line] terdapat dalam https://pdfs.semanticscholar.org/b94d/063cf25076f18d11af69548b1593b621431c.pdf

137 Christopher Griffin. Operation Barkhane and Boko Haram: French counterterrorism and military cooperation in the Sahel. (TRENDS Research & Advisory, 2015) Hlm. 27 [jurnal on-line] http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

Page 86: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

75

pembentukan kembali markas dan benteng mereka. Strategi Prancis saat ini

berfokus pada kontraterorisme yang menggabungkan bantuan sosial, kekuatan

darat, dan kekuatan udara. Prancis cenderung menghindari bantuan sosial agar

digarap oleh PBB dan entitas lainnya. Operasi Barkhane menampilkan pendekatan

komprehensif yang melibatkan PBB, Uni Eropa (UE) dan Uni Afrika (UA), yang

semuanya mendukung upaya Prancis dan terlibat dalam proses keamanan dengan

pelatihan dan misi penjaga perdamaian. Prancis juga telah bekerja erat dengan mitra

G5 Sahel (Mauritania, Mali, Niger, Chad dan Burkina Faso) melalui proses

"Pembesaran Kemitraan." G5 adalah badan utama bagi negara-negara Sahel untuk

mengoordinasikan perjuangan mereka melawan kekerasan ekstremisme. Oleh

karena itu, budaya strategis Prancis jauh lebih multilateral daripada tiga dekade lalu,

meskipun Prancis masih memegang peranan utama.138

138 Stephen Burgess. Military Intervention in Africa French and US Approaches Compared.

(ASPJ Africa & Francophonie - 2nd Quarter, 2018) Hlm. 14 [jurnal on-line] terdapat dalam https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/ASPJ_French/journals_E/Volume-09_Issue-2/burgess_e.pdf

Page 87: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prancis mempertahankan intervensi militernya di Mali berdasarkan beberapa

faktor yang di dalamnya terdapat kepentingan nasional Prancis sebagai rational

actor, di antaranya faktor sejarah, internal, dan eksternal. Masing-masing faktor

memiliki kepentingan nasional Prancis untuk terus menunjukan eksistensi dan

pengaruhnya di Mali serta negara-negara sub-sahara Afrika. Faktor sejarah

berkaitan erat dengan riwayat keterlibatan Prancis dengan negara bekas koloninya,

hubungan ini disebut Françafrique dan dette de sang. Faktor internal meliputi

stabilitas politik demi keberlangsungan keuntungan ekonomi Prancis di Mali,

bahasa dan budaya, dan yang paling penting yakni keamanan dalam negeri. Faktor

terakhir merupakan faktor eksternal berkaitan erat dengan respon Prancis atas

resolusi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bentuk dari

pelaksanaan Prancis terhadap tanggung jawab utamanya dalam DK PBB,

permintaan bantuan dari pemerintahan Mali, eksistensi global, dan war on terror.

Intervensi militer yang dipimpin Prancis ditujukan mencegah "Afganisasi

Mali." Seperti Afghanistan di bawah rezim Taliban, Mali berada di bawah risiko

besar jatuh di bawah kontrol jihadis bertekad untuk menerapkan Syariah yang ketat

di Mali utara. Beberapa hal seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat,

ancaman terhadap integritas wilayah Mali, risiko regional dan ketidakamanan

internasional, membuat Prancis, DK PBB, Economic Community of West African

Page 88: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

77

States (ECOWAS), Uni Afrika (UA), Uni Eropa (UE), dan segenap negara-negara

di dunia bersimpatik untuk membantu menumpas terorisme yang terjadi di Mali.

Tidak ada keraguan bahwa, bagi pemerintah Prancis, Operasi Barkhane

adalah intervensi militer yang diluncurkan di bawah kebutuhan perang global

melawan teror. Perang atau intervensi ini sering dibandingkan dengan Afghanistan.

Karena tentara Mali tidak dapat menghadapinya, dan organisasi regional Afrika

lambat dalam merespon, militer Prancis dianggap sebagai alternatif 'normal' dalam

konteks Francophone Afrika-Prancis.

B. Saran

Agar intervensi militer dalam mendukung negara Mali lebih efektif dalam

menyelesaikan krisis yang kompleks di Mali, penting untuk lebih mengeksplorasi

strategi non-militer untuk mencegah radikalisasi atau perekrutan individu oleh

kelompok jihadis. Selain itu, harus ada strategi yang tepat untuk deradikalisasi dan

reintegrasi militan. Terdapat pula juga kebutuhan akan strategi komunikasi yang

lebih efektif yang bertujuan mengurangi kesalahpahaman dengan penduduk lokal

dan untuk mengoptimalkan kerjasama dengan mereka. Dalam kasus Mali, penting

untuk memberdayakan warganya untuk memimpin dan memiliki upaya

membangun perdamaian yang memuaskan. beragam pendorong konflik, termasuk

agama dan budayanya sumber.

Untuk Pemerintah Mali:

Mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa pasukan keamanan

mematuhi hukum humaniter internasional dan memang fokus hanya untuk

melindungi warga sipil dan memastikan keamanan yang memadai,

Page 89: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

78

termasuk dari bandit dan kriminalitas di daerah-daerah di bawah kendali

pemerintah;

Menyelidiki dan menuntut secara tepat anggota pasukan keamanan Mali

dan kelompok bersenjata non-negara yang melakukan pelanggaran hukum

dan pelecehan kemanusiaan internasional; dan

Memastikan polisi pemerintah memenuhi peran mereka dengan menemani

tentara Mali dalam operasi setiap saat. Pastikan bahwa MINUSMA

memiliki sumber daya, personel, peralatan, dan pelatihan yang diperlukan

untuk melaksanakan tugasnya untuk melindungi warga sipil di lingkungan

yang sangat menantang.

Untuk Kelompok Bersenjata Non-Negara:

Mematuhi Hukum Humaniter Internasional, termasuk dengan

memperlakukan semua tahanan secara manusiawi;

Berhenti menyerang pasukan penjaga perdamaian dan staf;

Menyelidiki dan menghukum para pejuang yang melakukan pelanggaran

serius.

Page 90: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xii

DAFTAR PUSTAKA

[Sumber Buku]

Chivvis, Christopher S. The French War on Al Qa’ida in Africa (New York:

Cambridge University Press, 2015)

Holsti, K. J.. Politik Internasional. Kerangka untuk Analisis. Edisi ke 4.

Diterjemahkan oleh: M. Tahir Azhary (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1992)

Johnson, Robert dan Timothy Clack. At the End of Military Intervention. (Oxford:

Oxford University Press, 2015).

Mochtar, Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.

(Jakarta: Pustaka LP3S, 1990)

Salkind, Neil J. Exploring Research. (New Jersey: Pearson Education, 2018)

Sorensen, Robert Jackson dan George. Introduction to International Relations.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)

[Jurnal On-line]

Arieff, Alexis. Conflict in Mali. (Congressional Research Service, 2019) terdapat

dalam https://fas.org/sgp/crs/row/IF10116.pdf

Belkin, Paul. France and U.S.-French Relations: In Brief. (Congressional Research

Service, 19 April 2018) terdapat dalam

https://fas.org/sgp/crs/row/R45167.pdf

Bere, Mathieu. Armed Rebellion, Violent Extremism, and the Challenges of

International Intervention in Mali. (African Conflict and Peacebuilding

Review 7, no. 2, 2017) terdapat dalam

http://jstor.org.library.ualr.edu/stable/10.2979/africonfpeacrevi.7.2.03

Bergamaschi, Isaline dan Diawara. French military intervention in Mali: Not

exactly Françafrique but definitely postcolonial. (2014) terdapat dalam

https://www.academia.edu/5328698/The_French_Military_Intervention_i

n_Mali_Not_Exactly_Fran%C3%A7afrique_But_Definitely_Post-

colonial

Burgess, Stephen. Military Intervention in Africa: French and US Approaches

Compared. (JEMEAA Spring 2019) diunduh dari

https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/JEMEAA/Journals/Volume-

01_Issue-1/JEMEAA_01_1_burgess.pdf

Page 91: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xiii

Chafer, Tony. Hollande and Africa Policy. (Modern Contemporary France, 22, no.

4 2014) terdapat dalam http://dx.doi.org/10.1080/09639489.2014.957966

Chauzal, Grégory. The roots of Mali’s Conflict Moving Beyond the 2012 Crisis.

(Netherlands Institute of International Relations Clingendael, 2015)

terdapat dalam

https://www.clingendael.org/sites/default/files/pdfs/The_roots_of_Malis_

conflict.pdf

Erforth, Benedikt. Contemporary French Security Policy in Africa - On Ideas and

Wars. (Palgrave, 2019) diunduh dari

https://www.palgrave.com/gp/book/9783030175801

European Asylum Support Office. Mali Country Focus. (EASO Country of Origin

Information Report, Desember 2018) tersedia dalam

https://www.easo.europa.eu/sites/default/files/publications/EASO-COI-

report-Mali-Country-Focus-2018.pdf

Griffin, Christopher. Operation Barkhane and Boko Haram: French

counterterrorism and military cooperation in the Sahel. (Abu Dhabi:

TRENDS Research & Advisory, Mei 2015) terdapat dalam

http://trendsinstitution.org/wp-content/uploads/2015/06/Operation-

Barkhane-and-Boko-Haram-Christopher-Griffin.pdf

Hémez, Rémy. Modernization Among Us Partners: The French Army at a

Crossroads. (2017) terdapat dalam

https://ssi.armywarcollege.edu/pubs/parameters/Issues/Spring_2017/12_

Hemez_FrenchArmyCrossroads.pdf

Hémez, Rémy. Operation Sangaris A Case Study in Limited Military Intervention.

(Military Review, 2016) terdapat dalam

https://www.armyupress.army.mil/Portals/7/military-

review/documents/Military-Review-20161231-art014.pdf

Lecocq, Baz dan Georg Klute. Tuareg separatism in Mali. (SAGE Publications,

Vol. 68, No. 3 September 2013) terdapat dalam

https://www.jstor.org/stable/24709398

Library of Congress. Federal Research Division. Country Profile: Mali. (January,

2005) terdapat dalam https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/Mali.pdf

Marsh, Nicholas. Brothers Came Back with Weapons: The Effects of Arms

Proliferation from Libya. (PRISM, Vol. 6, No. 4, The Struggle for Security

in Africa, 2017) terdapat dalam https://www.jstor.org/stable/26470483

Ministère De Armées. DOSSIER DE PRESSE Opération Barkhane. (Bureau

relations médias de l’État-major des armées, Juli 2019) terdapat dalam

Page 92: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xiv

https://www.defense.gouv.fr/content/download/492362/8406707/DP-

BARKHANE-0118.pdf

Morgenthau, Hans J., Another Great Debate: the National Interest of the United

States. (New York: University Press of America, 1952) terdapat dalam

https://www.jstor.org/stable/1952108?read-

now=1&seq=7#metadata_info_tab_contents

Morgenthau, Hans J.. The Primacy of the National Interest. The American Scholar.

Vol. 18, No. 2 (SPRING 1949) terdapat dalam

https://www.jstor.org/stable/41205156

Olarinmoye, Omobolaji Ololade. France's New Military Policy in Africa: RECAMP

in Central African Republic. (Journal of Contemporary Politics, Vol. 1,

No. 1, University of Ado-Ekiti, Mei 2007) terdapat dalam

https://www.academia.edu/1545292/RECAMP_in_Central_Africa

Pollack, Kenneth Michael. Arabs at War: Military Effectiveness 1948–1991.

(University of Nebraska Press, 2002) diunduh dari

https://www.cfr.org/book/arabs-war

Powell, N. K. Battling Instability? The Recurring Logic of French Military

Interventions in Africa. (African Security, 10(1), 2016) terdapat dalam

https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/19392206.2016.1270141

Ray, Nivedita. The Rise of Islamic Terrorism in Mali. (Indian Council of World

Affairs, 2016) terdapat dalam

https://icwa.in/pdfs/IB/2014/RiseofIslamicTerrorisminMaliIB06012015.p

df

Ray, Nivedita. The Rise of Islamic Terrorism in Mali. (Indian Council of World

Affairs, 2016)

https://icwa.in/pdfs/IB/2014/RiseofIslamicTerrorisminMaliIB06012015.p

df

Roca, Carmen Cuesta. From Operation Serval to Barkhane: Understanding

France’s Increased Involvement in Africa in the Context of Françafrique

and Postcolonialism. (2015) terdapat dalam http://jpinyu.com/wp-

content/uploads/2015/05/3-Hollande.pdf

Sixdenier, Blandine. Stability Spectrum: The Battle for Stabilization in The Central

African Republic. (Institut de Recherche Stratégique de l'Ecole Militaire,

Research paper No. 42 July 2017) diunduh dari

https://www.irsem.fr/data/files/irsem/documents/document/file/1197/NR

_IRSEM_42.pdf

Page 93: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xv

Thurston, Alex. Mali: The Disintegration of a “Model African Democracy”

(Stability, 2013) DOI: http://dx.doi.org/10.5334/sta.aq terdapat dalam

https://www.researchgate.net/publication/271341240_Mali_The_Disinte

gration_of_a_Model_African_Democracy

Thurston, Alexander. Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM): An Al-Qaeda

Affiliate Case Study. (CNA, 2017) terdapat dalam

https://www.cna.org/CNA_files/PDF/DIM-2017-U-016119-2Rev.pdf

Tramond, Olivier dan Philippe Seigneur. Operation Serval Another Beau Geste of

France in Sub-Saharan Africa? (November, 2014) terdapat dalam

https://www.armyupress.army.mil/Portals/7/military-

review/Archives/English/MilitaryReview_20141231_art014.pdf

United States Department of State. Mali 2018 International Religious Freedom

Report. (International Religious Freedom Report for 2018) terdapat dalam

https://www.state.gov/wp-content/uploads/2019/05/MALI-2018-

INTERNATIONAL-RELIGIOUS-FREEDOM-REPORT.pdf

United States Department of State. Mali 2018 International Religious Freedom

Report. (International Religious Freedom Report for 2018) terdapat dalam

https://www.state.gov/wp-content/uploads/2019/05/MALI-2018-

INTERNATIONAL-RELIGIOUS-FREEDOM-REPORT.pdf

Wing, Susanna D. French intervention in Mali: strategic alliances, long-term

regional presence? (Semantic Scholar, 2016) terdapat dalam

https://pdfs.semanticscholar.org/b94d/063cf25076f18d11af69548b1593b

621431c.pdf

Yates, D. A. French Military Interventions in Africa. (The Palgrave Handbook of

Peacebuilding in Africa, 2018) diunduh dari

https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-62202-6_22

[Database On-line]

AFP. French military doctor killed in Mali. (3 April 2019) terdapat dalam

https://www.yahoo.com/news/french-military-doctor-killed-mali-

215421082.html

Al-Jazeera. Displaced and forgotten in Central African Republic. (27 Juli 2016)

https://www.aljazeera.com/indepth/inpictures/2016/07/displaced-

forgotten-central-african-republic-160717113644108.html

Bacchi, Umberto. France Launches New Sahel Counter-Terrorism Operation

Barkhane. (14 Juli 2014) terdapat dalam

Page 94: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xvi

https://www.ibtimes.co.uk/france-launches-new-sahel-counter-terrorism-

operation-barkhane-1456646

Bamat, Joseph. Mali war costs debt-laden France 70 million euros. terdapat dalam

https://www.france24.com/en/20130207-mali-war-costs-france-70-

million-euros

BBC News. France Ends Sangaris Military Operation in CAR. (31 Oktober 2016)

terdapat dalam https://www.bbc.com/news/world-africa-37823047

BBC News. French troops free hostages in Burkina Faso. (10 Mei 2019) terdapat

dalam https://www.bbc.com/news/world-africa-48228353

BBC News. Why the Future of French is African. (8 April 2019) terdapat dalam

https://www.bbc.com/news/world-africa-47790128

Bergamaschi, Isaline. French Military Intervention in Mali: Inevitable, Consensual

yet Insufficient. (International Journal of Security & Development, 2(2):

20, 2013) terdapat dalam

https://www.stabilityjournal.org/articles/10.5334/sta.bb/

Borchers, Jens. Why are former colonies in Africa so important to France? (6 Mei

2017) terdapat dalam https://mg.co.za/article/2017-05-06-why-are-

former-colonies-in-africa-so-important-to-france

Buchanan, Elsa. Mali hotel attack: The history of Islamist insurgency in the former

French colony. (20 November 2015) terdapat dalam

https://www.ibtimes.co.uk/mali-hotel-attack-history-islamist-insurgency-

former-french-colony-1529724

Callimachi, Rukmini. French Forces Kill a Leader of Jihadists in Mali Raid. (11

Desember 2014) terdapat dalam

https://www.nytimes.com/2014/12/12/world/africa/french-forces-kill-

jihadi-ahmed-tilemsi-mali.html

Center for International Security and Cooperation. Mapping Militants

Organization: Ansar Dine. (Juli 2018) terdapat dalam

https://cisac.fsi.stanford.edu/mappingmilitants/profiles/ansar-

dine#highlight_text_7828

CIA. The World Factbook: Mali Geography. (2019)

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-

factbook/geos/ml.html

CIA. The World Factbook: Mali. (2017) terdapat dalam

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-

factbook/rankorder/2186rank.html

Page 95: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xvii

Cooke, Jennifer G.. Understanding the G5 Sahel Joint Force: Fighting Terror,

Building Regional Security?. (CSIS, 15 November 2017) terdapat dalam

https://www.csis.org/analysis/understanding-g5-sahel-joint-force-

fighting-terror-building-regional-security

Dash, Satyajit. France and Italy could be the next European economies to crash.

(29 Mei 2016) terdapat dalam

https://www.independent.co.uk/voices/france-and-italy-next-economic-

crash-europe-a7054801.html

Davis, Ra’phael. Addressing Conflict in Mali: Political, Humanitarian, and

Security Problems. (Sigma IOTA RHO Journal of International Relations,

2018) terdapat dalam

http://www.sirjournal.org/research/2018/10/1/addressing-conflict-in-

mali-political-humanitarian-and-security-problems

Debos, Marielle. Airstrikes and “stability”: What’s the French army doing in

Chad?. (14 Februari 2019) terdapat dalam

https://africanarguments.org/2019/02/14/airstrikes-stability-what-french-

army-doing-chad/

Dixon, Robyn. France airstrikes in Mali repel Al Qaeda-linked militants. (2013)

terdapat dalam https://www.latimes.com/world/la-xpm-2013-jan-12-la-

fg-france-mali-fighting-20130113-story.html

European Council on Foreign Relations. JNIM. terdapat dalam

https://www.ecfr.eu/mena/sahel_mapping/jnim

European Parliament. Parliamentary Question. (6 Maret 2014) terdapat dalam

http://www.europarl.europa.eu/sides/getAllAnswers.do?reference=E-

2013-014455&language=EN

Financial Times. Emmanuel Macron seeks more EU funding for southern Sahara

campaign. Terdapat dalam https://www.ft.com/content/428bfe88-1709-

11e8-9e9c-25c814761640

Forces Network. RAF Chinooks Begin Mali Deployment With French Military. (20

September 2018) terdapat dalam https://www.forces.net/services/raf/raf-

chinooks-begin-mali-deployment-french-military

France 24. France to hike defence spending by over 40 percent. (2018) terdapat

dalam https://www.france24.com/en/20180208-france-hike-defence-

military-spending-over-40-percent-nato

France 24. Macron’s soft power push in Africa is key to 'making France great again.

(3 Juli 2018) terdapat dalam https://www.france24.com/en/20180703-

macron-soft-power-push-africa-make-france-great-again-global-

influence-diplomacy

Page 96: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xviii

France 24. Two French soldiers killed by explosive device in Mali. (21 Februari

2018) terdapat dalam http://www.france24.com/en/20180221-mali-

french-soldiers-killed-explosive-device-sahel

France Diplomatie. Economic relations between France and Africa. (Februari

2019) terdapat dalam https://www.diplomatie.gouv.fr/en/country-

files/africa/economic-relations-between-france-and-africa/

Global Edge Education. Mali Economy. terapat dalam

https://globaledge.msu.edu/countries/mali/economy

Hicks, Celeste. Operation Barkhane: Why France chose Chad as key counter-

terrorism partner. (3 September 2014) terdapat dalam

https://africanarguments.org/2014/09/03/operation-barkhane-why-france-

chose-chad-as-key-counter-terrorism-partner-by-celeste-hicks

Human Rights Watch. Mali Conflict and Aftermath: Compendium of Human

Rights Watch Reporting 2012-2017. terdapat dalam

https://www.hrw.org/sites/default/files/report_pdf/malicompendium0217.

pdf

ICRC. How is the Term “Armed Conflict” Defined in International Humanitarian

Law. (International Comitter of the Red Cross Opinion Paper. Maret 2008)

terdapat dalam

https://www.icrc.org/eng/resources/documents/article/other/armed-

conflict-article-170308.html

Kane, Pape Samba. Macron's Francafrique. (23 Juli 2017) terdapat dalam

https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2017/07/macron-

francafrique-170721190500965.html

Larivé, Maxime H.A. Welcome to France's New War on Terror in Africa:

Operation Barkhane. (7 Agustus 2014) terdapat dalam

https://nationalinterest.org/feature/welcome-frances-new-war-terror-

africa-operation-barkhane-11029?page=0%2C1

Lexpress. Centrafrique: pourquoi l'opération militaire porte-t-elle le nom d'un

papillon?. (5 Desember 2013) terdapat dalam

https://www.lexpress.fr/actualite/monde/centrafrique-pourquoi-l-

operation-militaire-porte-t-elle-le-nom-d-un-papillon_1305533.html

Lexpress. Sahel : plus de 600 djihadistes "neutralisés" par l'armée française depuis

2015. (2019) terdapat dalam

https://www.lexpress.fr/actualite/monde/afrique/sahel-plus-de-600-

djihadistes-neutralises-par-l-armee-francaise-depuis-2015_2064409.html

Page 97: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xix

Ministère De Armées. Operation Épervier. (24 Februari 2014) terdapat dalam

https://www.defense.gouv.fr/operations/terminees/operations-epervier-

1986-2014/dossier/les-elements-francais-au-tchad-eft

Ministère De Armées. Operation Sangaris. (10 Desember 2013) terdapat dalam

https://www.defense.gouv.fr/operations/terminees/sangaris/dossier-de-

presentation-de-l-operation-sangaris/operation-sangaris2

Ministry of Defence UK. Defence Secretary secures progress on Brimstone sales

as unmanned aircraft project moves forward. (3 Maret 2016)

https://www.gov.uk/government/news/defence-secretary-secures-

progress-on-brimstone-sales-as-unmanned-aircraft-project-moves-

forward

News 24. French forces kill at least 10 jihadists in Mali: military sources. (14

Februari 2014) terdapat dalam

https://www.news24.com/Africa/News/french-forces-kill-at-least-10-

jihadists-in-mali-military-sources-20180214

News Corp Australia Network. Militants disguised as peacekeepers attack French

and UN bases in Mali. (16 April 2018) terdapat dalam

https://www.news.com.au/world/militants-disguised-as-peacekeepers-

attack-french-and-un-bases-in-mali/news-

story/02e7fedc0e0588b064445b667a72df8a

Nossiter, Adam. France Battling Islamists in Mali. (11 Januari 2013) terdapat

dalam https://www.nytimes.com/2013/01/12/world/africa/mali-islamist-

rebels-france.html?hp&_r=1&.France

Parliament UK. Intervention: When, Why and How? (2014) terdapat dalam

https://publications.parliament.uk/pa/cm201314/cmselect/cmdfence/write

v/intervention/int10.htm

RFI. Mali: attaque à Tombouctou contre les casques bleus et la force Barkhane.

(2017) terdapat dalam http://www.rfi.fr/afrique/20170601-mali-attaque-

tombouctou-contre-casques-bleus-force-barkhane?ref=tw_i

Solomon, Salem. French Airstrikes in N. Chad Affirm Support for President Déby.

(10 Februari 2019) terdapat dalam

https://www.voanews.com/africa/french-airstrikes-n-chad-affirm-

support-president-deby

The Guardian. Mali attack: more than 20 dead after terrorist raid on Bamako hotel.

(2015) terdapat dalam

https://www.theguardian.com/world/2015/nov/20/mali-attack-highlights-

global-spread-extremist-violence

Page 98: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xx

The Guardian. Three French soldiers killed by Mali Mine Blast. (2016) terdapat

dalam https://www.theguardian.com/world/2016/apr/13/three-french-

soldiers-killed-mali-mine-blast-operation-barkhane

The Telegraph. Mali asks for help from France as Islamist rebels push forward.

(2013) terdapat dalam

https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/africaandindianocean/mali/

9794871/Mali-asks-for-help-from-France-as-Islamist-rebels-push-

forward.html

Thomson Reuters. Mali car bombing kills 4 civilians, wounds 31 others, including

soldiers. (1 Juli 2018) terdapat dalam

https://www.cbc.ca/news/world/mali-french-soldiers-car-bomb-attack-

1.4730322

Timbuktu Institute. Etude : Les maliens méconnaissent la mission de l’UE et se

divisent sur barkhane. (6 Juni 2017) terdapat dalam

http://www.maliweb.net/armee/etude-maliens-meconnaissent-mission-

de-lue-se-divisent-barkhane-2301602.html

UNFPA. World Population Dashboard: Mali terdapat dalam

https://www.unfpa.org/data/world-population/ML

United Nations Security Council. Security Council Resolutions: Mali. (2019)

terdapat dalam

https://www.securitycouncilreport.org/un_documents_type/security-

council-resolutions/?ctype=Mali&cbtype=mali

United Nations. Charter of the United Nations. terdapat dalam

http://legal.un.org/repertory/art51.shtml

United Nations. Legal Framework. tersedia dalam

http://legal.un.org/repertory/art39.shtml

United Nations. Legal Framework. Tersedia dalam

http://legal.un.org/repertory/art39.shtml

United Nations. Resolution 2085. (December 20, 2012) terdapat dalam

https://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2085

Vermeij, Lotte. MINUSMA: Challenges on the Ground. (Norwegia Institute of

International Affairs, 2015) Policy Brief 19/2015. terdapat dalam

https://www.nupi.no/nupi_eng/Publications/CRIStin-Pub/MINUSMA-

Challenges-on-the-Ground

Page 99: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xxi

Lampiran 1

Resolusi 2085

United Nations S/RES/2085 (2012)

Security Council Distr.:

General

20 December 2012

Resolution 2085 (2012)

Adopted by the Security Council at its 6898th meeting, on 20

December 2012 The Security Council,

Recalling its resolutions 2056 (2012) and 2071 (2012), its Presidential

Statements of 26 March 2012 (S/PRST/2012/7), 4 April 2012 (S/PRST/2012/9) as

well as its Press Statements of 22 March 2012, 9 April 2012, 18 June 2012,

10 August 2012, 21 September 2012, 11 December 2012 on Mali,

Reaffirming its strong commitment to the sovereignty, unity and territorial

integrity of Mali,

Emphasizing that the situation and entrenchment of terrorist groups and

criminal networks in the north of Mali continue to pose a serious and urgent

threat to the population throughout Mali, and to the stability in the Sahel

region, the wider African region and the international community as a

whole,

Condemning strongly the continued interference of members of the Malian

Defence and Security Forces in the work of the Transitional authorities of

Mali, stressing the need to work expeditiously toward the restoration of

democratic governance and constitutional order in Mali and taking note of

the on-going efforts of the Secretary-General, including through the Special

Representative of the Secretary-General for West Africa, to assist the

Transitional authorities of Mali in developing a roadmap for the electoral

process and national dialogue,

Remaining seriously concerned over the insecurity and the significant ongoing

humanitarian crisis in the Sahel region, which is further complicated by the

presence of armed groups, including separatist movements, terrorist and

criminal networks, and their increased activities, as well as the continued

Page 100: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xxii

proliferation of weapons from within and outside the region that threaten

peace, security, and stability of States in this region,

Condemning strongly all abuses of human rights in the north of Mali by

armed rebels, terrorist and other extremist groups, including those involving

violence against civilians, notably women and children, killings, hostage-

taking, pillaging, theft, destruction of cultural and religious sites and

recruitment of child soldiers, reiterating that some of such acts may amount

to crimes under the Rome Statute and that their perpetrators must be held

accountable and noting that the Transitional authorities of Mali referred the

situation in Mali since January 2012 to the International Criminal Court on

13 July 2012,

12-66067 (E)

*1266067*

Page 101: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xxiii

Recalling the letter of the Transitional authorities of Mali dated 18 September 2012 addressed

to the Secretary-General, requesting the authorization of deployment through a Security

Council resolution, under Chapter VII as provided by the United Nations Charter, of an

international military force to assist the Armed Forces of Mali to recover the occupied regions

in the north of Mali and recalling also the letter of the Transitional authorities of Mali dated 12

October 2012 addressed to the Secretary-General, stressing the need to support, including

through such an international military force, the national and international efforts to bring to

justice the perpetrators of war crimes and crimes against humanity committed in the north of

Mali,

Taking note of the endorsement of the Strategic Concept for the Resolution of the Crisis in Mali

at the second meeting of the Support and Follow-Up Group on the Situation in Mali in Bamako

on 19 October 2012, attended by ECOWAS Member States, countries of the region and other

international partners, as well as its adoption by the African Union Peace and Security Council

on 24 October 2012,

Taking note of the final communiqué of the Extraordinary Session of the authority of ECOWAS

Heads of State and Government held in Abuja on 11 November 2012 and of the subsequent

communiqué of the African Union Peace and Security Council on 13 November 2012 endorsing

the Joint Strategic Concept of Operations for the International Military Force and the Malian

Defence and Security forces,

Welcoming the appointment of Romano Prodi as Special Envoy of the Secretary General for the

Sahel, as well as the appointment of Pierre Buyoya as High Representative of the African Union

for Mali and the Sahel and encouraging them to work in close coordination with the Special

Representative of the Secretary- General for West Africa and the ECOWAS mediator,

Welcoming the efforts of the ECOWAS-led mediation, with the support of the Special

Representative of the Secretary-General for West Africa, the Organization of Islamic Cooperation

(OIC) and neighbouring countries of Mali,

Taking note of the Secretary-General’s report on Mali dated 28 November 2012 (S/2012/894)

for continued action on the political and security tracks and a comprehensive solution to the

crisis affecting Mali,

Emphasizing that the Malian authorities have primary responsibility for resolving the inter-linked

crises facing the country and that any sustainable solution to the crisis in Mali should be Malian -

led,

Encouraging the international community to provide support to resolve the crisis in Mali through

coordinated actions for immediate and long-term needs, encompassing security, development and

humanitarian issues,

Determining that the situation in Mali constitutes a threat to international peace and security,

Acting under Chapter VII of the Charter of the United Nations,

I. Political process

1. Urges the transitional authorities of Mali, consistent with the Framework agreement

of 6 April 2012 signed under the auspices of ECOWAS, to finalize a transitional roadmap

through broad-based and inclusive political dialogue, to fully

Page 102: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xxiv

restore constitutional order and national unity, including through the holding of peaceful, credible

and inclusive presidential and legislative elections, in accordance with the agreement mentioned

above which calls for elections by April 2013 or as soon as technically possible, requests the

Secretary-General, in close coordination with ECOWAS and the African Union, to continue to

assist the transitional authorities of Mali in the preparation of such a roadmap, including the

conduct of an electoral process based on consensually established ground rules and further urges

the transitional authorities of Mali to ensure its timely implementation;

2. Demands that Malian rebel groups cut off all ties to terrorist organizations, notably

Al-Qaeda in Islamic Maghreb (AQIM) and associated groups, and take concrete and visible

steps to this effect, takes note of the listing of Movement of Unity and Jihad in Western Africa

(MUJWA) on the Al-Qaeda sanctions list established and maintained by the Committee pursuant

to resolutions 1267 (1999) and 1989 (2011) and further reiterates its readiness to continue to

adopt further targeted sanctions, under the above-mentioned regime, against those rebel groups

and individuals who do not cut off all ties to Al-Qaeda and associated groups, including AQIM

and MUJWA;

3. Urges the transitional authorities of Mali to expeditiously put in place a credible

framework for negotiations with all parties in the north of Mali who have cut off all ties to

terrorist organizations, notably AQIM and associated groups including MUJWA, and who

recognize, without conditions, the unity and territorial integrity of the Malian State, and with a

view to addressing the long-standing concerns of communities in the north of Mali, and requests

the Secretary-General, through his Special Representative for West Africa, in coordination with

the ECOWAS Mediator and the High Representative of the African Union for Mali and the

Sahel, and the OIC, to take appropriate steps to assist the transitional authorities of Mali to

enhance their mediation capacity and to facilitate and strengthen such a dialogue;

4. Condemns the circumstances that led to the resignation of the Prime Minister and

the dismissal of the Government on 11 December 2012, reiterates its demand that no member

of the Malian Armed Forces should interfere in the work of the Transitional authorities and

expresses its readiness to consider appropriate measures, as necessary, against those who take

action that undermines the peace, stability, and security, including those who prevent the

implementation of the constitutional order in Mali;

5. Calls upon all Member States to implement their obligations pursuant to resolution

1989 (2011) and 2083 (2012) and strongly condemns incidents of kidnapping and hostage taking

by Al-Qaeda in Mali and across the Sahel region with the aim of raising funds or gaining political

concessions;

II. Security process

Training of Malian forces

6. Emphasises that the consolidation and redeployment of the Malian Defence and

Security forces throughout the Malian territory is vital to ensure Mali’s long term security and

stability and to protect the people of Mali;

7. Urges Member States, regional and international organizations to provide

coordinated assistance, expertise, training, including on human rights and international

humanitarian law, and capacity-building support to the Malian Defence

Page 103: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

xxv

and Security Forces, consistent with their domestic requirements, in order to restore the authority

of the State of Mali over its entire national territory, to uphold the unity and territorial integrity

of Mali and to reduce the threat posed by terrorist organizations and associated groups, further

invites them to regularly inform the Secretariat of their contributions;

8. Takes note of the commitment of Member States and international organizations to

the rebuilding of the capacities of the Malian Defence and Security forces, including the planned

deployment by the European Union of a military mission to Mali to provide military training and

advice to the Malian Defence and Security Forces;

Deployment of AFISMA

9. Decides to authorize the deployment of an African-led International Support

Mission in Mali (AFISMA) for an initial period of one year, which shall take all necessary

measures, in compliance with applicable international humanitarian law and human rights law

and in full respect of the sovereignty, territorial integrity and unity of Mali to carry out the

following tasks:

(a) To contribute to the rebuilding of the capacity of the Malian Defence and Security

Forces, in close coordination with other international partners involved in this process, including

the European Union and other Member States;

(b) To support the Malian authorities in recovering the areas in the north of its territory

under the control of terrorist, extremist and armed groups and in reducing the threat posed by

terrorist organizations, including AQIM, MUJWA and associated extremist groups, while taking

appropriate measures to reduce the impact of military action upon the civilian population;

(c) To transition to stabilisation activities to support the Malian authorities in

maintaining security and consolidate State authority through appropriate capacities;

(d) To support the Malian authorities in their primary responsibility to protect the

population;

(e) To support the Malian authorities to create a secure environment for the civilian-led

delivery of humanitarian assistance and the voluntary return of internally displaced persons and

refugees, as requested, within its capabilities and in close coordination with humanitarian actors;

(f) To protect its personnel, facilities, premises, equipment and mission and to ensure

the security and movement of its personnel;

10. Requests the African Union, in close coordination with ECOWAS, the Secretary-

General and other international organizations and bilateral partners involved in the Malian crisis,

to report to the Security Council every 60 days on the deployment and activities of AFISMA,

including, before the commencement of offensive operations in the north of Mali, on: (i) the

progress in the political process in Mali, including the roadmap for the restoration of

constitutional order and negotiations between the Malian authorities and all parties in the north

of Mali who have cut off all ties to terrorist organizations; (ii) the effective training of military

and police units of both AFISMA and the Malian defence and security forces in their obligations

under international human rights, humanitarian and refugee law; (iii) the operational readiness

of AFISMA, including the level of staffing leadership and equipment of the units, their

operational adaptation to the climate and terrain

Page 104: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

26

conditions and ability to conduct joint armed operations with logistical, air

and ground fire support; (iv) the efficiency of the chain of command of

AFISMA, including its interaction with that of the Malian Defence and

Security Forces and further expresses its willingness to monitor closely

these benchmarks before the commencement of offensive operations in the

north of Mali;

11. Emphasizes that the military planning will need to be further

refined before the commencement of the offensive operation and requests

that the Secretary-General, in close coordination with Mali, ECOWAS,

the African Union, the neighbouring countries of Mali, other countries in

the region and all other interested bilateral partners and international

organizations, continue to support the planning and the preparations for

the deployment of AFISMA, regularly inform the Council of the progress

of the process, and requests that the Secretary-General also confirm in

advance the Council’s satisfaction with the planned military offensive

operation;

12. Requests the Secretary-General to provide, as and when

requested by the Malian authorities, support in critical areas that will be

required to accompany or follow a military operation in the north of Mali,

with respect to the extension of the Malian State authority, including rule

of law and security institutions, mine action, promotion of national

dialogue, regional cooperation, security sector reform, human rights and

the initial demobilization, disarmament and reintegration of former

combatants;

International support

13. Calls upon Member States, including from the Sahel region,

to contribute troops to AFISMA in order to enable AFISMA to fulfil its

mandate, welcomes the troop contributions already pledged by ECOWAS

countries and further encourages Member States to cooperate closely with

the African Union, ECOWAS, the United Nations, countries contributing

troops and other donors to this end;

14. Urges Member States, regional and international

organizations to provide coordinated support to AFISMA, including

military training, provision of equipment, intelligence, logistical support

and any necessary assistance in efforts to reduce the threat posed by

terrorist organizations, including AQIM, MUJWA and associated

extremist groups in accordance with paragraph 9 (b), in close coordination

with AFISMA and the Malian authorities;

15. Calls upon the transitional authorities of Mali and all other

parties in Mali to cooperate fully with the deployment and operations of

AFISMA, in particular by ensuring its safety, security and freedom of

movement with unhindered and immediate access throughout the territory

Page 105: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

27

of Mali to enable it to fully carry out its mandate and further calls upon

neighbouring countries of Mali to take appropriate measures to support

the implementation of AFISMA mandate;

16. Demands that all parties in Mali take appropriate steps to

ensure the safety and security of humanitarian personnel and supplies, and

further demands that all parties in Mali ensure safe and unhindered access

for the delivery of humanitarian aid to persons in need of assistance across

Mali, consistent with international humanitarian, human rights and

refugee law and the guiding principles of humanitarian assistance;

Human rights

17. Emphasizes that the Malian authorities have

primary responsibility to protect civilians in Mali, further

recalls its resolutions 1674 (2006), 1738 (2006) and 1894

(2009) on the protection of civilians in armed conflict, its

resolutions 1612 (2005), 1882 (2009) and 1998 (2010) on

Children And Armed Conflict and its resolutions 1325

(2000), 1820 (2008), 1888 (2009), 1889 (2009), and 1960

(2010) on Women, Peace and Security, and calls upon all

military forces in Mali to take them into account;

18. Emphasizes that any support provided by the

United Nations, regional and subregional organizations and

Member States in the context of the military operation in Mali

shall be consistent with international humanitarian and

human rights law and refugee law, further requests the

Secretary-General to ensure the relevant capacity within the

United Nations presence as referred to in paragraph 23 below

in order to observe adherence to international humanitarian

and human rights law with regards to military operations in

the north of Mali and include in his regular reports to the

Security Council, as referred to in paragraph 24 below, the

situation of civilians in the north of Mali and any violation of

human rights law, international humanitarian law and refugee

law in the north of Mali, as well as to advise on ways to

mitigate any adverse impact of military operations on the

civilian population, including on women and children;

19. Calls upon AFISMA, consistent with its

mandate, to support national and international efforts,

including those of the International Criminal Court, to bring

to justice perpetrators of serious human rights abuses and

violations of international humanitarian law in Mali;

Funding

20. Calls upon Member States and international

organisations, to provide financial support and contributions

Page 106: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

28

in kind to AFISMA to enable its deployment and

implementation of its mandate and welcomes the willingness

of the European Union to provide such financial support to

AFISMA through the mobilization of the African Peace

Facility;

21. Expresses its intention to consider the provision

of a voluntary and a United Nations-funded logistics support

packages to AFISMA, including equipment and services for

an initial period of one year, takes note of the letter of the

Secretary-General (S/2012/926) on the possible deployment

of a logistics support package to AFISMA and on the support

financial costs and, to this effect, requests the Secretary-

General, in coordination with the African Union, ECOWAS

and the Malian authorities, to further develop and refine

options within 30 days of the adoption of this resolution for

such a voluntary and a United Nations-funded logistics

support packages, including detailed recommendations for a

swift, transparent and effective implementation;

22. Requests the Secretary-General to establish a

trust fund through which Member States can provide

earmarked and/or non-earmarked financial support to

AFISMA and/or to the training and equipping of Malian

Defence and Security forces, also requests the Secretary-

General to support, in coordination with the African Union

and ECOWAS, the holding of a donors conference to solicit

contributions to this trust fund as soon as possible, calls upon

Member States to contribute generously and promptly to the

trust fund, while noting that the existence of the trust fund

does not preclude the conclusion of direct bilateral

arrangements and further requests the African Union, in

consultation with ECOWAS and the Secretary-General, to

submit budgetary request to this trust fund;

United Nations presence and reporting

23. Requests the Secretary-General to establish, in

consultation with the Malian authorities, a multidisciplinary

United Nations presence in Mali, in order to provide

coordinated and coherent support to (i) the on-going political

process and

(ii) the security process, consistent with paragraph 12 above

and including support to the planning, deployment and

operations of AFISMA and therefore requests the Secretary-

General to submit as soon as possible specific and detailed

proposals to the Council for further consideration;

24. Requests the Secretary-General to keep the

Page 107: INTERVENSI MILITER: STUDI KASUS INTERVENSI MILITER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50059/1/HANA F… · dengan kelompok-kelompok Islam, antara lain, Ansar Dine

29

Council regularly informed of the situation in Mali and to

report back to the Council, through the provision of written

reports, every 90 days, on the implementation of this

resolution, including on the United Nations support to the

political and security efforts to solve the crisis in Mali, the

deployment and preparation of AFISMA and updated

information and recommendations related to a voluntary and

United Nations-funded support packages to AFISMA;

25. Decides to remain actively seized of the matters.