INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

71
INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa) SKRIPSI DISUSUN OLEH : FARIS MUHAMMAD CANCER SHARIEF NIM : 2016 11 177 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK ELEKTRO JAKARTA, 2020

Transcript of INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

Page 1: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

HALAMAN JUDUL

INSTITUT TEKNOLOGI -PLN

KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH

MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

FARIS MUHAMMAD CANCER SHARIEF

NIM : 2016 11 177

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK ELEKTRO

JAKARTA, 2020

Page 2: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN SKRIPSI

KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH

DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH

MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)

Disusun Oleh:

FARIS MUHAMMAD CANCER SHARIEF NIM: 201611177

Diajukan untuk memenuhi persyaratan pada

Program Studi Strata Satu Teknik Elektro

FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN INSTITUT TEKNOLOGI PLN Jakarta, 20 Agustus 2020

Mengetahui,

Kepala Program Studi S1 Teknik Elektro

(Tony Koerniawan, S.T., M.T.)

Disetujui, Pembimbing Skripsi Pertama

(Syarif Hidayat, S.Si, M.T.)

Pembimbing Skripsi Kedua

(Ir. Tasdik Darmana, M.T.)

Page 3: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Faris Muhammad Cancer Sharief

NIM : 20161177

Jurusan : S1 Teknik Elektro

Judul Skripsi : KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)

Telah disidangkan dan dinyatakan lulus Sidang Skripsi pada Program Sarjana Strata 1 (S1), Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi – PLN pada tanggal 14 Agustus 2020.

Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1.Tony koerniawan,S.T.,M.T. Ketua Penguji

2. Sugeng Purwanto,S.T.,M.Sc. Sekretaris

3. Rizki pratama putera,S.T.,M.T. Anggota

Mengetahui :

Kepala program studi S1 Teknik elektro

(Tony koerniawan,S.t.,M.T.)

PRODIS1ELEKTRO
Textbox
(Tony Koerniawan, S.T., M.T)
Page 4: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Page 5: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat:

Syarif Hidayat, S.Si., M.T. Selaku Pembimbing I Ir. Tasdik Darmana, M.T. Selaku Pembimbing II

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya

sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :

1. Bapak Tony Koerniawan, ST., MT Selaku Ketua Prodi S1 Teknik Elektro.

2. Ibu Oktaria Handayani, S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

Yang telah mengijinkan melakukan pengumpulan data, serta telah

mendidik dan mengajari mahasiswa yang bersangkutan untuk

menyelesaikan tugas akhir skripsi di kampus IT – PLN Jakarta.

.

Banda Aceh, 25 Juli 2020 Hormat Saya Faris Muhammad Cancer Sharief 2016-11-177

Page 6: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

vi

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH

DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG

BLANG ACEH MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA SAMPAH (PLTSa)

Faris Muhammad Cancer Sharief (2016-11-177)

Dibawah bimbingan Syarif Hidayat,S.Si, M.T.

ABSTRAK

Pencemaran area akibat sampah terus menjadi lama akan

semakin mengkhawatirkan. Tetapi dikala yang sama tenaga fosil yang ada terus menjadi menurun, sehingga manusia wajib mengganti tren penciptaan serta pemakaian bahan bakar, dari bahan bakar fosil ke bahan bakar non fosil ataupun tenaga baru terbarukan. Sehingga diperlukan pemecahan konkrit ialah pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah buat mengambil alih bahan bakar fosil. Sampah yang dinilai jadi sumber kasus nyatanya bisa diolah jadi pelet sampah serta mempunyai nilai kalor yang besar ialah 3. 802 Kkal/ Kilogram( hasil uji laboratorium tekmira). Nilai kalor tersebut setara dengan nilai kalor dari batu bara muda, sehingga sampah bisa digunakan bagaikan bahan bakar buat pengganti tenaga fosil. Pada Kajian Kelayakan Pemanfaatan Sampah di Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dibutuhkan 4 unit Trillion Gasifier (TG180) dan 2 unit genset caterpillar C399 dengan keluaran 600 kW. PLTSa dengan bahan bakar pelet sampah dinilai lebih efisien dan layak dibangun karena dengan Investasi sebesar Rp. 7.388.745.900,-.Dengan harga jual listrik Rp. 1.500,- per kWh dan bunga bank sebesar 12% pertahun menghasilkan NPV 11.472.014.458, IRR 19,943%, BCR 2,553 dan PBP 2 Tahun 5 bulan. Maka pemanfaatan pelet sampah sebagai bahan bakar PLTSa gasifikasi Downdraft sangat layak dibangun di kelurahan ujong blang.

Kata kunci : Pemanfaatan Sampah,PLTSa, gasifikasi downdraft,BBK

Page 7: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

vii

INSTITUTE OF TECHNOLOGY PLN

WASTE UTILIZATION FEASIBILITY ASSESSMENT

IN THE CITY OF LHOKSEUMAWE KELURAHAN

UJONG BLANG ACEH

BECOME A WASTE POWER PLANT (PLTSa)

Faris Muhammad Cancer Sharief (2016-11-177)

Under the guidance of Syarif Hidayat,S.Si, M.T.

ABSTRACT

Environmental pollution due to waste will be increasingly worrying. But at the same time there is less and less available fossil energy, so humans must change trends in the production and use of fuels, from fossil fuels to non-fossil fuels or new renewable energy. So that a concrete solution is needed, namely the construction of a waste power plant to replace fossil fuels. Waste which is considered to be the source of the problem turns out to be able to be processed into garbage pellets and has a high heating value of 3,802 Kcal / Kg (Tekmira laboratory test results). The heating value is equivalent to the heating value of young coal, so that waste can be used as fuel to replace fossil energy. In the Feasibility Study of Waste Utilization in Lhokseumawe City, Ujong Blang Village, as a Waste Power Plant, 4 Trillion Gasifier (TG180) and 2 C399 caterpillar generator units with 600 kW output. PLTSa with waste pellet fuel is considered more efficient and feasible to be built because with an investment of Rp. 7,388,745,900, - with the selling price of electricity Rp. 1,500 per kWh and bank interest of 12% per year resulting in NPV of 11,472,014,458, IRR of 19,943%, BCR of 2,553 and PBP for 2 years and 5 months. So the use of waste pellets as Downdraft gasification fuel PLTSa is very feasible to be built in the village of Ujong Blang.

Keywords: Waste utilization,PLTSa,Downdraft gasification, fuel

Page 8: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : Faris Muhammad Cancer Sharief

NIM : 2016-11-177

Program Studi : S1

Jurusan : Teknik Elektro

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalty Non ekslusif (Non-

exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KOTA

LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH MENJADI

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty

Non ekslkusif ini Institut Teknologi – PLN berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database)

merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik

Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Banda Aceh

Pada Tanggal : 10 Agustus 2020

Yang Menyatakan

(Faris Muhammad Cancer Sharief)

Page 9: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... v

INSTITUT TEKNOLOGI PLN ................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................. vi

ABSTRACT .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

DAFTAR TABEL........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiii

BAB I .......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar belakang .............................................................................. 1

1.2 Permasalahan Penelitian .............................................................. 2

1.2.1 Identifikasi Masalah ....................................................................... 2

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah................................................................ 2

1.2.3 Rumusan masalah ........................................................................ 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 3

1.3.1 Tujuan penelitian ........................................................................... 3

1.3.2 Manfaat penelitian ......................................................................... 3

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................... 3

BAB II ......................................................................................................... 5

LANDASAN TEORI .................................................................................... 5

2.1 Tinjauan Pustaka........................................................................... 5

2.2 Landasan Teori ............................................................................. 6

2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ............................... 6

2.2.2 Definisi Sampah ............................................................................ 6

2.2.3 Jenis – jenis dan dampak negatif dari sampah ............................. 7

2.2.4 Pengolahan sampah ..................................................................... 9

2.2.5 Pengelolaan Sampah di Kota Lhokseumawe Aceh ..................... 10

2.2.6 Teknologi Pengolahan Sampah Menjadi Tenaga Listrik (PLTSa)

Page 10: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

x

11

2.2.7 Aspek Biaya PLTSa .................................................................... 17

2.2.8 Parameter Kelayakan Proyek ...................................................... 19

BAB III ...................................................................................................... 22

METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 22

3.1 Analisis Kebutuhan ..................................................................... 22

3.2 Perancangan Penelitian .............................................................. 23

3.3 Teknik Analisis ............................................................................ 24

BAB IV ...................................................................................................... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 25

4.1 Proses Pembuatan Pelet Dari Sampah ....................................... 25

4.2 Kebutuhan Daya Penduduk Kelurahan Ujong Blang ................... 29

4.3 Rencana Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ....................................................................................... 30

4.4 Kondisi kelistrikan Eksisting Kota Lhokseumawe Aceh ............... 31

4.5 Perencanaan Mesin Yang Akan Digunakan Dengan Teknologi Gasifikasi .................................................................................................. 32

4.6 Analisis Kelayakan ...................................................................... 35

4.7 Analisa Finansial ......................................................................... 39

BAB V ....................................................................................................... 46

PENUTUP ................................................................................................ 46

5.1 Simpulan ..................................................................................... 46

5.2 Saran........................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 48

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 49

Page 11: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Kebutuhan mesin pada pabrik pelet ................................................. 27

Tabel 4. 2 Komponen yang terdapat pada TG180 ............................................ 33

Tabel 4. 3 Keperluan Pekerjaan Sipil ................................................................ 35

Tabel 4. 4 Keperluan Elektrikal serta Mekanikal ............................................... 36

Tabel 4. 5 Biaya EPC ........................................................................................ 36

Tabel 4. 6 Biaya Tunjangan Pegawai ............................................................... 38

Tabel 4. 7 Biaya Operasi dan Pemeliharaan..................................................... 38

Tabel 4. 8 Aspek biaya PLTSa Pelet Sampah .................................................. 39

Tabel 4. 9 Kelayakan Finansial ......................................................................... 40

Page 12: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Jenis-jenis sampah ........................................................................ 8

Gambar 2. 2 dampak negatif akibat sampah ...................................................... 9

Gambar 2. 3 Teknologi pembakaran langsung ................................................ 12

Gambar 2. 4 Teknologi gasifikasi ...................................................................... 14

Gambar 2. 5 Teknologi biogas .......................................................................... 15

Gambar 2. 6 Pelet sampah ............................................................................... 17

Gambar 3. 1 Flow chart penelitian .................................................................... 23

Gambar 4. 1 Diagram alur pembuatan pelet sampah ....................................... 25

Gambar 4. 2 Contoh sketsa tempat yang akan dipergunakan guna memanen

hasil pelet sampah ............................................................................................ 26

Gambar 4. 3 Data Sampah Perhari ................................................................... 27

Gambar 4. 4 Proses pelet sampah menjadi listrik ............................................. 28

Gambar 4. 5 Data Jumlah penduduk Sumber:Badan Pusat Statistik ................ 29

Gambar 4. 6 Perencanaan Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik

Tenaga Sampah. .............................................................................................. 31

Gambar 4. 7 Trilion Gasifier (TG180) ................................................................ 33

Gambar 4. 8 Genset Caterpillar G399 .............................................................. 35

Page 13: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RAB PT.ALAM HIJAU ENERGI ..................................................... 50

Lampiran 2 Parameter PLTSa (PT.AHE) .......................................................... 51

Lampiran 3 NPV ................................................................................................ 52

Lampiran 4 IRR ................................................................................................. 53

Lampiran 5 BCR ............................................................................................... 54

Lampiran 6 PBP ................................................................................................ 55

Page 14: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pencemaran terhadap lingkungan dikarenakan sampah sudah semakin

membahayakan apabila tidak diatasi dengan serius.pencemaran akibat sampah

dampaknya terhadap tanah, air dan udara.proses terjadinya pencemaran

lingkungan akibat sampah adalah terjadi berbagai unsur yaitu organik dan

anorganik yang tertimbun dan menjadi satu.sampah yang tertimbun sangat lama

tidak dilakukan pengolahan akan sangat berpotensi menjadi biang bahan

pencemar.kondisi tersebut akan semakin parah dengan adanya hujan yang

membasahi tumpukan sampah

Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi semakin besar pula

energi yang dibutuhkan manusia.akan tetapi di waktu yang sama energy fosil

yang telah tersedia akan semaking berkurang, sehingga penduduk bumi wajib

mengubah gaya produksi dan pemakaian bahan bakar, seperti bahan bakar

energi terbarukan atau non fosil, seperti pembangkit listirk tenaga sampah, air,

panas bumi, surya, angin dan lainnya.

Dari semua potensi sumber energi terbarukan yang saat ini belum

termanfaatkan dengan baik dan menjadi permasalahan serius khususnya di

perkotaan adalah sumber energi terbarukan dari sampah. Sebagai contoh

adanya sampah di Kota Lhokseumawe Aceh yang saat ini menghasilkan sampah

sekitar 75.000 kg setiap hari diperkirakan mampu menghasilkan energi listrik

sekitar 15 MW yang bisa membantu kebutuhan listrik di Kota Lhokseumawe

Kelurahan Blang ujong Aceh yang berbeban puncak sekitar 28, 3 MW. Jadi

dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Kota Lhokseumawe Aceh

bisa membantu kebutuhan listrik dan mengurangi sampah yang ada. Selain

sampah potensi yang lainnya adalah matahari, jadi di Kota Lhokseumawe Aceh

pembangkit alternatifnya yang cocok adalah pembangkit listrik tenaga surya

karena di lhokseumawe Aceh ini adalah kota terbesar kedua setelah banda Aceh

dimana banda Aceh merupakan ibu kota Aceh, lhokseumawe Aceh ini banyak

Page 15: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

2

penduduk luar yang berkunjung sehingga Kota Lhokseumawe Aceh ini sebagai

jalur lintas sumatera dimana lhokseumawe ini kota tempat beristirahat yang ramai

diminati sehingga dengan adanya PLTSa kita dapat memanfaatkan sampah-

sampah dengan jumlah banyak sehingga Kota Lhokseumawe Aceh menjadi kota

ramah lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas adanya sumber daya lebih mudah didapatkan

dikarenakan sampah sangat mudah didapatkan karena semakin banyak

penduduk bumi maka makin banyak juga produksi sampah, sehingga sampah

dapat dijadikan sebagai bahan ideal guna diolah menjadi energi terbarukan

1.2 Permasalahan Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian berikut untuk mengkaji kelayakan

pemanfaatan sampah di Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh

menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah berikut mengkaji :

1. Sumber data yang diperoleh dari Dinas lingkungan hidup (DLH), Badan

Pusat Statistik (BPS) dan PT.AHE (Alam hijau energi) yang terkait pada

penelitian ini.

2. Subjek penelitian pada lingkup Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang

.

3. Referensi yang di peroleh dari jurnal dan buku mengenai Pembangkit Listrik

Tenaga Sampah (PLTSa) yang sudah lebih dulu terdapat di indonesia.

4. Tidak melakukan pembahasan tentang penyambungan keluaran

pembangkit pada jaringan PLN.

5. Tidak melakukan pembahasan tentang finansial pembuatan pellet sampah

6. Mengetahui tentang analisa ekonomi perencanaan pembagunan PLTSa

dengan bahan bakar pellet sampah di Kota Lhokseumawe kecamatan

Ujong Blang Aceh

1.2.3 Rumusan masalah

Page 16: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

3

Rumusan masalah yang penulis ingin dijabarkan ialah:

1. Bagaimana kelayakan pembangunan PLTSa dengan bahan bakar pelet

sampah di Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh?

2. Bagaimana potensi keekonomian pembangunan Pembangkit Listrik

Tenaga Sampah di Kota Lhokseumawe kecamatan Ujong Blang Aceh?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Skripsi berikut bertujuan guna:

1. Mengetahui perencanaan pada suatu proses pembangunan Pembangkit

Listrik Tenaga Sampah dan proses menjadi pelet sampah sampai menjadi

listrik.

2. Mengetahui kajian kelayakan finansial Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

dengan bahan bakar pelet sampah.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang nantinya didapatkan dalam skripsi berikut ialah :

1. Guna mendapatkan pengalaman operasional pada suatu industri tentang

penerapan ilmu pengetahuan serta technology menurut bidang yang

didalami penulis.

2. Guna salah satu referensi serta sumber ilmu pengetahuan pada penulis

maupun membaca dan pihak lain yang berkepentingan .

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berikut terbagi dalam 5 (lima) BAB, yakni BAB I terdiri

dari ringkasan materi dasar berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, rumusan masalah, serta yang terakhir sistematika penulisan.

BAB ll yaitu landasan teori tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

serta tahapannya hingga menjadi listrik. BAB lll yaitu metodologi penelitian,

mencakup tahapan penelitian yang penulis laksanakan dari awal hingga tahap

penulisan laporan. BAB lV yaitu mencakup mengenai tahap pellet sampah

sampai menjadi listrik serta hasil dari perhitungan ekonomu di Kota

Page 17: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

4

Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh. BAB V yaitu kesimpulan serta saran

Page 18: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut (Rachmad Ikhsan, 2014) Penggunaan LFG atau Landfill Gas

guna menghitung analisis ekonomi seperti penentuan nilai NPV, BCR, ROI, PP

di Kota Banda Aceh menggunakan Least Cost Method. Hasil dari perhitungan

menggunakan Least Cost Method didapat nilai potensi gas yang diperoleh =

1.992.522 m3/tahun serta energi listrik yang diperoleh ialah 15.065.329.579, IRR

=24%, BCR = 3,73 serta nilai PP = 4,01 Tahun, jadi hasil perolehan itu dapat

memenuhi kriteria kelayakan untuk dilakukan proyek pembangunan PLTSa di

Kota Banda Aceh.

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau PLTSa ialah pembangkit listrik

thermal beruap supercritical steam yang menggunakan sampah sebagai bahan

bakarnya atau lebih tepatnya gas methan pada sampah. Panas yang dihasilkan

dari sampah atau gas methan pada sampah yang di bakar akan memanaskan

uap pada boiler steam supercritical. Turbin uap serta flywheel yang terhubung

dalam generator dinamo bergerak akibat dari uap kompresi tinggi yang

dihasilkan. Kemudian, dengan perantara gear transmisi (transmisi otomatis)

karenanya dapat memproduksi listrik.

Suatu material yang tidak sengaja terbuang ataupun dibuang dengan

sengaja dari sumber aktivitas manusia tertentu ataupun tahap alam yang tak lagi

memiliki nilai ekonomi disebut juga sampah. Disebutkan juga pada Undang-

undang No 18 tahun 2008 mengenai Pengelolaan Sampah, dijabarkan juga

makna dari sampah yaitu sisa aktivitas keseharian manusia serta atau dari

tahapan alam yang berwujud padat.

Akibat positif yang diberikan pasca pencabutan subsidi BBM dimana

hendak berkembangnya kemampuan tenaga alternatif spesialnya tenaga

biomasa dari limbah sampah yang belum terolah buat memadai keperluan listrik

buat wilayah 3T. Pemanfaatan sampah itu sanggup mengubah tenaga fossil

Page 19: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

6

yang makin menipis serta pula garapannya bisa menuntaskan kasus di wilayah

perkotaan. Sampah bisa diolah sehingga jadi dalam wujud briket sampah

ataupun bio–arang bagaikan substitusi bahan bakar rumah tangga konvensional

misalnya BBM serta gas LPG pula bisa dibangun jadi pellet yang memiliki kalori

besar bagaikan bahan baku pada pembangkit listrik. Parameter temperatur

proses karbonisasi diamati mempergunakan tungku pirolisa bersuhu 250°C,

300°C, serta 350°C juga dilaksanakan dalam penelitian tersebut. Briket dibentuk

melalui penggerusan serta pengayakan bagi butiran berukuran 40 mesh

sementara cara pencampuran serta pembentukannya yaitu menggunakan alat

cetak briket berbahan pembantu guna merekatkan yakni tepung kanji. Kemudian

menggunakan sinar matahari untuk proses pengeringan briket. Buat pengujian

mutu briket dicoba terhadap parameter perbandingan pencampuran arang serta

temperatur pada proses karbonisasi. Hasil uji coba briket yang dikatakan

bagaikan mutu baik merupakan yang mempunyai nilai kalor.(Supriatno)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

PLTSa merupakan pembangkit listrik yang bahan bakarnya memanfaatkan

limbah sampah. Sampah digunakan buat memanaskan air dalam boiler. Boiler

hendak menciptakan uap panas yang setelah itu dimasukkan ke dalam turbin

uap yang nantinya hendak menggerakkan generator sehingga bisa dihasilkannya

listrik.

PLTBM ataupun pembangkit listrik tenaga biomassa merupakan

pembangkit listrik dengan memakai bahan bakar dari biomassa buat penuhi

kebutuhan listrik dalam jumlah beban yang relative kecil. PLTBM memiliki

komponen pendukung yang berbeda dengan pembangkit listrik yang lain dimana

biomassa mempunyai ciri yang berbeda. Antara lain komponen pendukung

tersebut merupakan perlengkapan permanen gas, water trap, gas holder serta

digester.

2.2.2 Definisi Sampah

Page 20: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

7

Menurut SK SNI Tahun 1990, sampah merupakan limbah yang tersusun

dari sifat zat organik serta sifat non organik dimana sekiranya tidak diperlukan lagi

serta harus dilakukan pengelolaan agar nantinya tak membahayakan lingkungan

serta investasi pembangunan dapat terlindungi.

Para pakar memaknai sampah dengan pengertian yang berbeda – beda.

Tanjung mendefinisikan sampah yaitu sesuatu yang sudah tidak memiliki

kegunaan lagi yang sudah dibuang baik sengaja atau tidak sengaja oleh

penggunanya. Bahar, sampah adalah barang buangan berwujud padat yang

dengan adanya bahan padat tersebut dapat mengakibatkan menurunnya nilai –

nilai estetika pada lingkungan, membawa penyakit, nilai sumber daya,

menyumbat saluran air, menimbulkan polusi, serta banyak akibat negative lain

yang dapat disebabkan. Mustofa, sampah adalah material tak berharga lagi pada

pemakaiannya, barangnya cacat ataupun rusak.

Jadi dari definisi tersebut disimpulkan bahwasanya yang dimaksud

dengan sampah ialah benda yang berbentuk padat yang sudah tidak bernilai dan

berguna bagi pemakainya atau pemiliknya

2.2.3 Jenis – jenis dan dampak negatif dari sampah

2.2.4.2 Jenis Sampah

Kriteria berdasarkan sifat, bentuk dan sumbernya.

Kriteria sampah berdasarkan sifat ada dua jenis yakni sampah organik

serta anorganik.

1. Sampah organik ialah tipe sampah yang gampang membusuk, tersusun

dari senyawa tanaman serta hewan yang diperoleh dari alam ataupun

hasil aktivitas perikanan, pertanian ataupun sejenisnya. Sampah tipe ini

bisa dengan gampang terurai dalam proses natural. Misalnya: daun, kulit

telur, kayu, sampah dapur, kertas, kardus serta lainnya.

2. Sampah anorganik ialah tipe sampah yang susah membusuk, umumnya

bersumber dari energi alam yang tidak bisa diperbaharui semacam minyak

bumi, mineral ataupun proses industri. Sebagian tipe sampah anorganik

secara totalitas tidak bisa terurai oleh alam, serta sebagian yang lain bisa

Page 21: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

8

terurai oleh alam tetapi dalam jangka waktu yang sangat lama. Contohnya:

karet, kaca, plastik, logam, kaleng, serta lain– lain.

Gambar 2. 1 Jenis-jenis sampah

2.2.4.3 Dampak Negatif Keberadaan Sampah

Menurut (Faizah, 2008), dampak negatif akan timbul apabila sampah tidak

dikelola secara sistematis serta bertahap. Diantaranya dampak yang ditimbulkan

ialah:

1. Kesehatan, yakni diantaranya dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit.

2. Lingkungan, yakni diantaranya punahmya flora serta fauna dan

menipisnya lapisan ozon.

3. Sosial ekonomi, yaitu pemandangan yang buruk serta berdampak pada

pariwisata.

Page 22: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

9

Gambar 2. 2 dampak negatif akibat sampah

2.2.4 Pengolahan sampah

UU nomor 18 Tahun 2008 mendefinisikan pengelolaan sampah

merupakan aktivitas sistematis, merata serta berkelanjutan yang meliputi proses

pengurangan serta penindakan terhadap sampah. Dasar pada pengolahan

sampah yaitu mencakup lima aspek yakni mencegah dari sumbernya (pollution

prevention), pengurangan jumlah sampah (waste minimation), daur ulang

(recycling), pengolahan sampah yang tak mampu didaur ulang (treatment) serta

pembuangan (disposal). Aspek pertama sampai ketiga, erat hubungannya

dengan budaya masyarakat untuk aspek keempat serta kelima berhubungan

dengan teknologi.

2.2.6.2 Pengolahan sampah di Luar Negeri

Pengolahan sampah di luar negeri yang diuji coba di Eropa, Australia,

serta Jepang. Mereka menuju pada pengurangan timbunan sampah sejumlah

75% ialah memfokuskan dalam 3R (reduce, recycle and reuse). Pengelolaan

sampah diawali dari rumah tangga ialah dengan pemisahan sampah organik

serta anorganik, kantong sampah terbentuk dari material yang bisa di daur ulang,

serta sampah organic diangkut oleh truk yang mempunyai drum berbalik yang

sudah diperlengkapi dengan pisau pencacah serta mikroba yang bisa merombak

bahan organik (Siregar).

Teknologi oleh Keppler Seghers berpusat di negeri Belgia, tetapi industri

tersebut sudah membangun PLTSa di Cina, Korea, Italia, serta di negaranya

sendiri di Belgia. Informasi–informasi yang didapatkan dalam plant berikut

merupakan: sampah yang dipergunakan pada teknologi tersebut merupakan

sampah perkotaan, dengan 60% isi air sampah, pre- treatment yang dicoba ialah

sampah diaduk dalam bunker sepanjang 3–5 hari. Dengan ditaksir nilai kalor

merupakan sehabis pre-treatment merupakan 1000- 1400 kkal/ kilogram dengan

hasil output listrik 24 MW. Dengan temperature pembakaran diatas 850°C serta

waktu start up: 20 jam, lindi yang bisa diproduksi ialah 20% dari kapasitas

sampah.

2.2.6.3 Pengolahan Sampah di Indonesia

Page 23: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

10

Posisi TPA Kota DKI Jakarta di wilayah Bantar Gebang–Bekasi.

Pengelolaan sampah dengan Metode Activated Sludge System (danau yang

diterapkan areasi dengan pengaduk bertenaga besar). Pada penerapannya

Pemda DKI Jakarta membayar Royalty ke Pemda Bekasi sejumlah Rp 60 juta/

ton sampah. Tujuan ASC ialah supaya bebas bau, panorama alam tak nikmat,

serta kemunculan penyakit.

Bandung mempunyai banyak posisi buat TPA semacam Jelekong,

Cicabe, Cikubang, serta Sarimukti. Tetapi, seluruhnya cuma bertabiat sedangkan

akibat keterbatasan lahan. Sehabis tragedy longsoran sampah pada TPA

Leuwigajah di tahun 2004, Pemkot Bandung telah mencanangkan mengelola

sampah dengan dengan metode pembakaran buat menciptakan listrik, tetapi

karna kasus lokasi yang memperoleh penolakan terus menerus proyek itu

dihibahkan pada Pemkab Bandung.

Kota Surabaya mempunyai TPA di wilayah Sukolilo serta Sidoharjo,

pada pengelolaan sampah Dinas Kebersihan mempunyai unit Incinerator

ataupun mesin pembakar dari Inggris. Pada keyataannya pengaplikasian

Incinerator kurang cocok buat diterapkan sebab kandungan air sampah

Indonesia sangat besar (lebih dari 80%).

2.2.5 Pengelolaan Sampah di Kota Lhokseumawe Aceh

Sistem Sistem pengelolaan sampah di Kota Lhokseumawe masih belum

optimal, dilihat dari metode kelola sampah masih mempergunakan sistem

kumpul angkut buang. Selain itu, tingkat pelayanan sampah hanya sebesar 38%,

sedangkan sampah yang tidak terlayani akan menyebabkan tumpukan sampah

di berbagai tempat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan sampah Kota

Lhokseumawe masih dibawah standar pelayananan minimal yaitu 60%-90%. jadi

Untuk itu diperlukan peningkatan terhadap penanganan sampah yang optimal

khususnya pada pemanfaatan sampah untuk mengurangi timbunan sampah dan

beban di TPA mengurangi sampah yang ada kita dapat mendirikan Pembangkit

Listrik Tenaga Sampah dikarenakan sampah yang terdapat pada Kota

Lhokseumawe Aceh mayoritasnya ialah sampah organik dan anorganik

Page 24: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

11

2.2.6 Teknologi Pengolahan Sampah Menjadi Tenaga Listrik (PLTSa)

Terdapat berbagai bentuk teknologi pemanfaatan sampah yang dapat

diolah menjadi energi listrik seperti:

1. Pembakaran

2. Gasifikasi

3. Biogas

4. Sampah dirubah menjadi pelet

2.2.7.2 Proses Pembakaran

Teknologi pembakaran sampah bisa menciptakan panas yang nantinya

dipergunakan guna pemanasan air di dalam boiler guna menghasilkan uap. Uap

yang dihasilkan bisa dijual ataupun pula bisa dikonversikan jadi listrik dengan

turbin uap. Efisiensi dari trknologi thermal bisa menggapai 18%- 27%(dikala

menciptakan listrik) buat pembangkit berdimensi 25.000 hingga 600.000 ton per

tahun. Teknologi tersebut pula hendak menghasilkan sisa dari sampah berbentuk

abu, abu terbang, abu boiler, serta residu scrubber droprasi pembersihan

cerobong gas (Harahap, 2018)

Pengoperasian pada PLTSa yang memakai technology thermal wajib

dilindungi pada kondisi temperatur pembedahan kritis. Jika suhunya rendah,

senyawa beracun organic volatile ataupun VOC yang beresiko tidak bisa terurai

sempurna yang bisa mengganggu area serta Kesehatan manusia, dan ketentuan

standar keamanan nasional secara tidak langsung hendak dilanggar akibat emisi

gas pembangkit. Oleh sebab itu buat menggapai serta memikirkan temperatur

pembedahan minimum yang nyaman dikala volume aliran sampah bisa jadi

rendah ataupun memiliki kandungan air yang besar, bahan bakar bonus

semacam minyak bisa jadi dibutuhkan.

Page 25: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

12

Gambar 2. 3 Teknologi pembakaran langsung

2.2.7.3 Teknologi Gasifikasi

Prinsip gasifikasi ialah sampah dikonversi jadi syngas-gas yang biasanya

tersusun dari hydrogen serta karbon dioksida dengan tata cara kekkurangan

hawa. Gas ini langsung bisa dimanfaatkan guna penggerak turbin gas, ataupun

bisa dipergunakan guna bahan bakar, setelah dibersihkan dari hydrogen sulfide

serta ammonia dalam turbin uap. komponen utama pada tahap gasifikasi

merupakan gasifer.(Siregar)

Didalam gasifier berlangsung proses gasifikasi yang tersusun dari

beberapa elemen, yakni :

1. Reaktor

Lokasi munculnya perubahan bio massa menjadi gas merupakan fungsi

utama reaktor. Bio massa dibakar di temperatur 500-1200°C. Karenanya unsur

C6H10O5 (Selulosa) terpecah menjadi CO, H2 serta CH4.

A. Zona Pengeringan

Yakni proses dimana kandungan pada air pada bio massa diekstraksi

menjadi bentuk uap tanpa dekomposisi kimia dari biomassa tersebut. Biomassa

+ Panas = Biomassa kering + Uap

B. Zona Pirolisis

Sehabis dicoba pengeringan bahan bakar hendak hadapi penyusutan

serta menerima panas sebesar 250-500°C dalam keadaan tidak terdapat hawa.

Page 26: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

13

Pirolisis diawali dengan dekomposisi hemiselulosa di 200-250°C, dekomposisi

hemiselulosa hingga 350°C, serta pirolisis terhenti di 500°C. Berikutnya terjadi

pengarangan di 500-900°C, terjalin di batasan zona pirolisis serta oksidasi.

Produk tahap itu dibagi jadi produk cair(Tar), produk gas(H2, CO, H2O, CH4)

serta arang. Respon kimia pirolisis bisa disusun seperti berikut:

Pelet sampah yang kering + panas = arang + tar + gas (H2, CO, H2O, CH4).

C. Zona Pembakaran

Tahap menciptakan panas yang digunakan guna memanaskan susunan

karbon yang terdapat di bawah. Arang tercipta dari ujung zona pirolis setelah itu

masuk dalam oksidasi, setelah itu terbakar di zona pembakaran pembedahan

yang besar 900-1400°C. Pada gasifier downdraft suhu yang tinggi tersebut

hendak menghancurkan substansi tar agar isi tar jadi lebih rendah. Buat

menyempurnakan proses oksidasi dibutuhkan distribusi oksigen yang

menyeluruh sehingga bisa dihasilkan temperatur optimal dalam totalitas tahap

gasifikasi. Dekat 20%, arang dan volatile teroksidasi dengan menggunakan O2

yang terbatas, sisanya 80% arang turun ke bawah ke bagian reduksi yang hampir

keseluruhannya hendak dipergunakan, cuma menyisakan abu yang terjatuh

pada tempat pembuangan.

2C + O2 = 2CO + Energi termal 2CO + O2 = 2 CO2 + Energi termal

Tar minyak metana, dll = CO, CO2, H2O, CH4 + Energi termal

D. Zona Reduksi

Sesi berikut merupakan sesi akhir dalam reaktor gasifikasi serta proses

berarti supaya bisa terjadinya sebagian senyawa yang bermanfaat buat

combustible gas semacam H2, CH4, CO yang biasa diketahui dengan producer

gas. Prosedur dicoba dalam temperatur 400- 900°C.

1. Cyclone

Gas yang dihasilkan di proses berikut adalah dari reaktor yang

terpisahkan dari partikel debu, tar serta gas yang dipergunakan.

2. Wet Scrubber

Penyaring gas yang sudah terpisahkan di cyclone dari tar serta sisa

Page 27: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

14

debu.

3. Dry Filter

Tahap penyaringan gas sampai menghasilkan kualitas gas yang lebih

kering serta bersih sebelum di injeksikan menuju mesin pembangkit listrik.

4. Gas Tank

Tempat untuk menyimpan dan menjaga kestabilan volume dari gas

untuk siap di injeksikan ke mesin pembangkit.

Gambar 2. 4 Teknologi gasifikasi

2.2.7.4 Biogas

Biogas ialah hasil proses anaerobic fermentation. anaerobic fermentation

ialah tahap biologis dimana kuman mikrobiologi menguraikan zat- zat organic

pada sampah. Setelah itu dari proses tersebut hendak menciptakan gas- gas

yang gampang dibakar misalnya gas metan(CH4). Gas metan tersebut bisa

dimanfaatkan bagaikan bahan bakar. Sebab prosesnya sangat bergantung pada

kuman, proses ini membutuhkan waktu yang lama serta cuma bisa menciptakan

listrik berskala relatif kecil. Tahap yang dibutuhkan 4-6 minggu dengan 1m3

menciptakan 1,25 kWh, tidak hanya itu tahap biogas berikut berikut hanya dapat

diimplementasikan pada sampah organik..

Dua metode yaitu anaerob digestion serta landfill gasification

(penumpukan) merupakan metode yang menggunakan teknoplogi biologi untuk

mngkonversi sampah menjadi energi listrik.

Page 28: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

15

1. Anaerob Digestion

Biogas dihasilkan dengan terdapatnya dorongan kuman

metanogen ataupun metanogenik. Kuman ini secara natural ada pada

limbah yang memiliki bahan organic semacam limbah ternak serta

sampah organik. Tahap itu pula diucap dengan anaerobic digestion.

2. Landfill Gasifacation

Gas yang diproduksi limbah padat yang dibuang merupakan

definisi dari Gas Landfill. Sampah ditimbun serta di tekan secara mekanis

serta tekanan dari lapisan diatasnya.

Gambar 2. 5 Teknologi biogas

2.2.7.5 Pelet Sampah

Pelet sampah merupakan alternatif energy baru yang dapat

memproduksi gas dari tahap gasifikasi. Sehingga semua sampah dapat

digunakan untuk bahan bakar padat bermulalah konsep Zero Waste.

Proses secara kimia- hayati seperti digestasi an- aerobis serta timbunan

sanitasi pula bisa menciptakan gas biologi yang bersih, hendak namun pula

mempunyai efek kebocoran gas timbunan, dan mempunyai efisiensi tenaga yang

rendah. Pemprosesan limbah serta sampah lewat proses gasifikasi modern

tingkatkan efisiensi hingga 90% serta pula banyak kurangi akibat emisi bagi area.

1. Peyeumisasi

Peyeumisasi adalah sampah organic kering, plastik yang dimasukkan

kedalam keranjang bambu. Proses ini berguna mengecilkan berat sampah

Page 29: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

16

serta menurunkan kadar air dalam sampah organic kering selama

seminggu.

2. RDF (Refuse Derived Fuel)

Tahap ini merupakan kenaikan nilai kalori sampah, dengan

metode biomekanis, paling utama buat merendahkan kandungan air

sampah serta kurangi emisi gas beresiko untuk area.

3. Gasifikasi

Gasifikasi ialah sesuatu mekanisme guna memproses pelet serta

briket. Keduanya dimasukan ke reaktor setelah itu dipanaskan di suhu

500-1200°C hingga lapisan senyawa C6H10O5 hendak berganti jadi CO,

H2, serta CH4. Pelet serta briket nantinya berperan bagaikan gas

pembakaran yang panasnya hendak dipergunakan untuk listrik.

4. Lindi

Lindi ialah produk dari tahap digestasi yang merupakan tahap

pengolahan sampah merubah ke gas metan serta cairan lindi.

Berikut ialah uraian proses pengolahan sampah sampai jadi listrik

kerakyatan ataupun LK:

1. Sampah organik serta non-organik dipisah dengan menempatkan ember

buat organik.

2. Petugas mengumpulkan serta memasukkan sampah organic ke digester

yang terletak pada lumbung LK

3. Jika terdapat sampah organik dicacah dulu setelah itu dicampurkan

dengan lidi supaya dapat jadi kompos supaya dapat ditambahkan ke

digester.

4. Sampah non-organik yang masih berharga semacam plastik sisa

dikumpulkan buat dijual

5. Sampah non-organik serta sisa-sisa sampah yang lain dihancurkan

dengan terbakar pada tungku. Panas yang tercipta hendak dikumpulkan

ke wujud biogas storage yang hendak didistribusikan ke genset yang

berikutnya hendak jadi energi listrik yang berguna untuk warga atau

masyarakat.

Page 30: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

17

Gambar 2. 6 Pelet sampah

2.2.7 Aspek Biaya PLTSa

2.2.7.1 Capital Cost

Ialah bayaran yang wajib senantiasa dikeluarkan baik pembangkit baik

dioperasikan maupun tidak. Komponen tersebut biasanya tersusun dari bayaran

konstruksi pembangkit semacam pekerjaan sipil, bayaran pembelian turbin,

generator dll.

Elemen biaya pembangunan PLTSA yakni:

a. Engineering

Diantaranya detail desain, supersive, pembangunan serta

penyiapan dokumen teknis akhir untuk pembangunan pembangkit.

b. Peralatan Elektrik-Mekanik

Diantaranya pengadaan sarana serta peralatan yang akan di

gunakan.

c. Biaya Sipil

Pekerjaan pembangunan pembangkit meliputi pembangunan

konstruksi dan jalan raya.

d. Biaya Pengembangan

Indirect cost ataupun bayaran pengembangan. Elemen berikut

diperhitungkan sebagai akibat dari tahap penyiapan serta perencanaan

pembanguna pembangkit yang tak gambang serta membutuhkan

Page 31: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

18

terdapat aktivitas pendukung.

Perkiraan biaya pengembangan dikategorikan dalam:

Manajemen proyek(10%) dari total bayaran raga pajak

Kontrak, Tender, serta Sah(5%) dari total bayaran raga serta pajak

diasumsikan buat PPN sebesar 10%

Total Capital Cost diperoleh dengan menjumlahkan seluruh Overnight

Cost dengan memperhitungkan beban bunga sepanjang masa konstruksi.

Overnight Cost diperoleh dari penjumlahan seluruh bayaran Engineering,

Procurement, serta Construction(EPC Cost) ditambahkan development cost

serta other cost.

2.2.7.2 Biaya Tetap Operasi dan Pemeliharaan

Bayaran senantiasa pembedahan serta pemeliharaan ialah bayaran

senantiasa yang bertabiat relative senantiasa sejauh masa pengoperasian

serta tak berbanding lurus dengan penciptaan listrik, antara lain: asuransi

pembangkit, bayaran pendapatan pegawai, pajak, dll.

Bayaran pembedahan serta pemeliharaan yang bersifat sistem berganti

sejauh masa pengoperasian yang berbanding lurus dengan penciptaan listrik

serta pola pengoperasian pembangkit. Bayaran tersebut diantaranya semacam

pelumas, konsumsi air, pemeliharaan teratur bersumber pada jumlah

pembedahan, suku cadang, dll.

2.2.7.3 Biaya Bahan Bakar

Peraturan Menteri Tenaga serta Sumber Energi Mineral No 12 Tahun

2017 memastikan bayaran bahan bakar buat pembangkit.

2.2.7.4 Faktor Diskonto

Nilai waktu duit ialah perihal yang bisa menyebabkan terdapatnya

perbandingan nilai duit pada waktu yang hendak tiba dengan saat ini. Perihal ini

bisa diatasi dengan didiskontokan nilai pada waktu mendatang supaya nilainya

sama dengan nilai mata duit dikala ini. Aspek diskonto merupakan aspek yang

Page 32: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

19

digunakan buat memperhitungkan sekarangkan penerimaan pada waktu

mendatang. Aspek diskonto bisa di tentukan dengan metode menetukan

tingkatan diskonto yang berbentuk tingkatan suku bunga pasar ataupun bunga

bank.

(2.1)

dimana

DF = diskon faktor

i = Tingkat diskonto atau bunga bank n = masa operasi

2.2.8 Parameter Kelayakan Proyek

Parameter universal yang melaporkan sesuatu proyek ataupun usaha

supaya bisa dikatakan layak antara lain:

Net Present Value (NPV)

NPV ialah nilai saat ini dari totalitas discount cash flow ataupun

cerminan ongkos total ataupun pula bisa diucap bagaikan pemasukan

total proyek dilihat dengan nilai saat ini. Secara matematik nilai NPV bisa

dicari dengan memakai persamaan berikut:

(2.2)

Dimana :

NPV = Net Present Value

K = Discount rate yang dipakai

COF = Cash outflow atau investasi

CIFt = Cash in flow di periode t

N = Periode terakhir cash flow yang diharapkan

Internal Rate of Return (IRR)

IRR ialah besar tingkatan keuntungan yang dipakai guna

pelunasan total modal yang di pinjam supaya tercapainya penyeimbang

kearah nol dengan dengan pertimbangan keuntungan. IRR diarahkan

pada wujud persentase(%) per periode serta umumnya bernilai positif

(I>0). Perhitungan guna memperoleh nilai IRR mempergunakan

Page 33: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

20

persamaan:

(2.3)

dimana:

IRR =Internal Rate of Return (%)

NPV1 =Net Present Value bertingkat bunga rendah

NPV2 = Net Present Value bertingkat bunga tinggi

i1 = tingkat bunga pertama (%)

Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR merupakan perbandingan pemasukan total sepanjang

waktu operasi pembangkit dan biaya investasi awal. Guna mencari BCR

bisa diperoleh dengan mempergunakan rumus:

(2.4)

Payback Periode (PP)

Payback Periode merupakan berapa lama waktu yang

dibutuhkan guna pengembalian dana investasi mempergunakan rumus:

(2.5)

Perhitungan Spesific Fuel Consumption (SFC)

Spesific Fuel Consumption (SFC) merupakan jumlah bahan

bakar yang digunakan oleh pembangkit buat menciptakan energi 1 kw

sepanjang 1 jam. Bersumber pada SPLN Nomor. 80 Tahun 1989

dugunakan persamaan guna menghitung mengkonsumsi bahan bakar

sebagai berikut:

(2.6)

Dimana :

Q = jumlah bahan bakar yang dipergunakan (dalam ton)

Page 34: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

21

kWH = jumlah kWH yang dibangkitkan oleh generator (Kwh)

Page 35: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Analisis Kebutuhan

Dalam skripsi berikut peneliti hendak memakai tata cara kuantitatif

disebabkan pada riset ini diisi dengan wujud angka- angka. Riset kuantitatif itu

merupakan riset yang banyak buat mengunakan angka mulai dari pengambilan

informasi serta pengertian pada informasi tersebut, dan penampilan pada

hasilnya..

Beberapa aspek yang penting lainnya juga dapat diperhatikan dan di

Analisa untuk kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) aspek

teknis dan aspek social serta aspek lingkungan.

3.1.1 Variabel

Variable pada penelitian merupakan poin perhatian pada suatu penelitian,

sementara data ialah hasil dari pencatatan pada penelitian studi kelayakan

pemanfaatan pelet sampah di Kelurahan Ujong Blang menjadi PLTSa di

Kelurahan Ujong Blang, terbagi menjadi dua variable, yaitu :

1. Variabel independen

Variable indenpenden adalah variable yang menyebabkan

perubahan.variable indenpenden pada penelitian ini yaitu perencanaan PLTSa

di Kelurahan Ujong Blang.

2. Variabel dependen

Variable denpenden adalah variable yang menjadikan akibat perubahan .

Pada penelitian ini variable dependennya yaitu studi kelayakan pemanfaatan

pelet sampah di Kota Lhokseumawe Aceh menjadi PLTSa di Kelurahan Ujong

Blang.

Page 36: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

23

3.2 Perancangan Penelitian

Guna mengkaji riset ini, dibutuhkan lapisan kerangka kerja ataupun Frame

Work yang tahap-tahapnya jelas. Rancangan kerja berikut ialah tahapan yang

dapat diterapkan guna menjabarkan permasalahan. Adapun rancangan kerja

pada riset yang hendak dipergunakan dapat diamati pada bagan berikut.

Gambar 3. 1 Flow chart penelitian

Page 37: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

24

3.3 Teknik Analisis

Teknis analisi data yang akan dipergunakan dalam penelitian ialah:

1. Studi Literatur

Studi literatur dapat dilaksanakan guna memperoleh teori-teori yang

mendukung topik, kondisi tersebut berguna dalam penentuan metode pengolah

data serta analisa.

2. Pengumpulan Data

Digunakan tehnik observasi serta wawancara guna menganalisis serta

mengamati objek penelitian guna memperoleh informasi serta data yang

dibutuhkan peneliti.

3. Pengolahan Data

Data diolah dengan kuantitatif maupun kualitatif. Data secara kualitatif

dapat diolah dengan cara penjelasan deskriptif. sedangkan kuantitatif dapat

dilakukan perhitungan dengan matematis bedasarkan teori tersebut.

4. Penyajian Data

Data dijabarkan pada bentuk grafik maupun table agar mempermudah

pembacaan dan melampirkan dokumentasi guna pembuktian objek penelitian

tersebut.

Page 38: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pembuatan Pelet Dari Sampah

Tata cara ilmiah yang sanggup memproses sampah organik serta non

organik dalam bak penampung dengan menggunakan kuman karenanya

sampah tersebut bisa menciptakan produk briket sampah yang mempunyai kalori

2500– 4000 kkal. Proses peunyeumisasi yang hendak mengganti sampah jadi

sumber tenaga yang yang mempunyai keahlian setingkat batu bara. Tahap

penyeumisasi ialah tahap yang sangat efisien dikarekan tanpa wajib terlebih dulu

memisahkan sampah organik serta anorganik, berikut tahapan produksi pelet

sampah:

Sampah Logam

Sampah anorganik

Bahan Baku Sampah Mesin Penghancur

(Pencacah) Gas Metan

Mesin penghancur (Pelembut) Lindi Bak Penampung

Mesin pencetak pelet Hasil Produksi Pelet Gambar 4. 1 Diagram alur pembuatan pelet sampah

Page 39: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

26

4.5.1 Proses pembuatan pelet sampah

1. Pemisah antara logam serta sampah lain

Sampah yang hendak diolah jadi pelet wajib bebas dari sampah logam

serta sampah yang tak mempunyai energi bakar.

2. Mesin pencacah (Hammer Mill)

Hammer mill berperan bagaikan penggiling bahan baku supaya bahan

baku jadi lebih halus. Beroperasi dengan memukul bahan baku yang

dimasukkan menngunakan mata hammer bermotor penggerak

berkecepatan besar.

3. Bak penampung

Dipergunakan untuk penampung sampah yang sudah dicacah dalam

mesin penghancur bagaikan wadah buat melaksanakan pembusukan

yang mana sampah yang sudah hancur diberi ragi supaya membagikan

hasil briket dari sampah plastik yang sudah hadapi pembusukan ataupun

proses fermentasi kurang lebih sepanjang 7– 10 hari setelah itu sampah

dikirim ke konveyor buat dilembutkan lagi setelah itu di cetak jadi

konveyor.

4. Mesin Pencetak Pelet (peketisasi)

Merupakan tahap akhir dalam proses TOSS. Dengan tekanan yang

terjalin di mesin pelet menyebabkan produk penciptaan pelet mempunyai

kepadatan serta mutu sesuai dengan harapan.

Sumber: PT. AHE Gambar 4. 2 Contoh sketsa tempat yang akan dipergunakan guna

memanen hasil pelet sampah

Page 40: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

27

4.5.2 Produksi sampah menjadi pelet sampah

Tabel 4. 1 Kebutuhan mesin pada pabrik pelet

Sumber: PT. AHE

Semua kebutuhhan mesin di pabrik pelet bersumber pada rencana

pabrik pelet guna bekerja 24 jam. Bersumber pada mesin nantinya pula

diperlukan sebagian tenaga kerja buat mengoperasikan mesin tersebut.

Gambar 4. 3 Data Sampah Perhari

Sumber: Dinas Lingkungan hidup Kota Lhokseumawe Aceh

Page 41: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

28

Sampah total yang didapat dari data Dinas Lingkungan Hidup di Kota

Lhokseumawe Aceh dari seluruh sampah mencapai 86.630 Kg per hari,

Namun dapat dibulatkan 75.000 kg per hari dikarenakan sampah tiap

harinya akan berkurang dan bertambah jadi dari data tersebut dibulatkan

menjadi rata-rata. hingga pabrik pelet wajib sanggup menampung segala

sampah tersebut dan mengelolanya jadi bahan bakar. Kapasitas

penciptaan yang direncanakan di pabrik pelet berikut menggapai 37. 500

Kilogram per hari. Yang mana total sampah yang tiba/hari hadapi proses

pemilahan yang sanggup kurangi 10% hingga 20% jumlah sampah

(sampah yang masih bisa dijual), 5% residu(sampah yang tak mempunyai

energi bakar), serta 25% hadapi penyusutan dari tahap peuyeumisasi.

Jadi 50% total penyusutan sampah dari total sampah fresh yang masuk.

4.5.3 Proses pelet sampah hingga menjadi listrik

Gambar 4. 4 Proses pelet sampah menjadi listrik

Pelet sampah yang sudah terbuat hendak didistribusikan ke posisi

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah serta ditaruh dalam Gudang. Pelet

sampah dimasukkan dalam reaktor gasifier, di reaktor pelet sampah

terbakar sampai menciptakan syn gas. Pembakaran hendak berlangsung

Page 42: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

29

sepanjang 45 menit. Sehabis pembakaran dalam tabung reaktor, syn gas

hendak masuk ke cyclone buat memisahkan syn gas dengan partikel debu

serta didinginkan dalam wet scrubber. Sehabis proses pendinginan syn

gas hendak disaring kembali di dalam dry filter guna mendapatkan syn gas

bermutu bagus. Syn gas yang bermutu baik hendak ditaruh di gas tank

saat sebelum diinjeksikan ke mesin genset. Gas tank hendak melindungi

tekanan gas antara 0, 5– 1 Bar. Syn gas diinjeksikan ke dalam genset

guna diganti ke listrik, serta siap buat didistribusikan ke konsumen.

4.2 Kebutuhan Daya Penduduk Kelurahan Ujong Blang

Berdasarkan perolehan data di PT. AHE, kebutuhan daya penduduk di

Kelurahan Ujong Blang rata – rata setiap harinya mengkonsumsi 1040 Watt daya

jadi dapat dihitung guna memenuhi kebutuhan daya penduduk .

Gambar 4. 5 Data Jumlah penduduk Sumber:Badan Pusat Statistik

Page 43: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

30

Kebutuhan daya penduduk:

T=P.U (4.1)

Dimana : T= Total

P = Daya listrik dalam satuan watt(W) U = Unit Rumah

Jadi T = P x U

1040 Watt × 1025 unit x 45% Total = 479, 700 kWh

Sehingga total kebutuhan listrik rumah penduduk di Kelurahan Ujong

Blang ialah 479,700 kWh

4.3 Rencana Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga

Sampah

Lokasi rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah,

dicapai selama kurang lebih 15 menit dari Kota Lhokseumawe, terletak di Kota

Lhokseumawe Kecamatan Banda Sakti Kelurahan Ujong Blang, berkoordinat

5°12'42."N Lintang Utara 97°06'52."E Bujur Timur.

Page 44: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

31

Gambar 4. 6 Perencanaan Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah.

4.4 Kondisi kelistrikan Eksisting Kota Lhokseumawe Aceh

Sistem kelistrikan eksisting di Aceh tersusun dari sistem interkoneksi 150

kV Sumut-Aceh serta sub-sistem isolated bertegangan distribusi 20 kV. Dekat

70% dari sistem kelistrikan Aceh disuplai sistem interkoneksi 150 kV Sumbagut

serta 30% sisanya disuplai pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini wilayah

yang telah disuplai sistem interkoneksi 150 kV ialah tepi laut timur Provinsi Aceh

lewat 7 gardu induk berlokasi di Kabupaten/ Kota; Tamiang, Aceh Timur, Langsa,

Lhokseumawe, Bireun, Pidie Jaya, Pidie, Banda Aceh serta Aceh Besar, dengan

sebagian besar posisi pembangkit terletak di Sumut. Segala daerah tepi laut

barat serta tengah Aceh dan kepulauannya masih disuplai oleh PLTD berbahan

bakar HSD lewat sistem kelistrikan 20 kV.

Page 45: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

32

4.5 Perencanaan Mesin Yang Akan Digunakan Dengan Teknologi

Gasifikasi

4.5.1 Data Pengujian Gasifikasi Menggunakan Trillion Gasifier (TG30)

Bersumber pada perolehan informasi pada pengujian yang diterapkan di

Kabupaten Klungkung Bali dengan memakai TG30 serta generator set 33KVA

sepanjang 3 x 8 jam. Diperlukan 10 Kilogram pelet sampah perjamnya buat bisa

melaksanakan gasifikasi dan menciptakan listrik. Dalam pengujian itu

genset(generator set) memakai 2 bahan bakar(bi- fuel), ialah syn-gas serta solar

dengan perbandingan 80%: 20%.

4.5.2 Rancangan PLTSa Yang Akan Di Bangun Di Kelurahan Ujong Blang

Sangat erat kaitannya dari kapasitas PLTSa yang dirancang dengan hasil

penciptaan pelet, proses gasifikasi serta generator set yang digunakan. Terus

menjadi baik mutu pelet yang dibuat hingga hendak terus menjadi baik syngas

yang dihasilkan lewat tahap gasifikasi dan menyebabkan genset bisa bekerja

dengan normal hingga bisa menciptakan listrik.

1. Teknologi Gasifikasi

Rancangan yang dikerjakan oleh PT. AHE diperlukan 4 unit TG180.

Pemasok gas utama 3 unit, serta cadangan satu unit. Ada pula pertimbangan

memakai TG180 sebab banyak wilayah di Indonesia yang telah memakai

teknologi tersebut, efisiensi gasifikasi telah terbukti buat dipakai pada bermacam

beban, maintenance gasifikasi lebih gampang, serta konstruksi pekerjaan sipil

guna gasifikasi lebih simpel.

Page 46: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

33

Gambar 4. 7 Trilion Gasifier (TG180)

Tabel 4. 2 Komponen yang terdapat pada TG180

Page 47: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

34

2. Genset (Generator Set)

Genset ialah singkatan dari “generator set” ialah mesin ataupun

penggerak yang tersusun dari pembangkit listrik(generator) bermesin penggerak

yang tersusun dalam satu kesatuan guna menciptakan sesuatu tenaga dengan

besaran spesifik. Diharapkan dengan pengoperasian 3 unit gasifikasi(TG180)

sanggup memenuhi keperluan gas genset yang dipergunakan dalam sumber

PLTSa.

Page 48: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

35

Gambar 4. 8 Genset Caterpillar G399

4.6 Analisis Kelayakan

4.6.1 Analisa finansial Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pelet Sampah

Kelayakan finansial sangat berarti guna memperhitungkan kelayakn

investasi suatu pembangunan pembangkit listrik. Analisis finansial bisa

dipergunakan buat mengambil keputusan yang mengacu pada investasi yang

dikeluarkan terhadap keuntungan yang didapatkan sepanjang PLTSa pelet

sampah itu bekerja. Komponen-komponen bayaran guna pembangunan

pembangkit listrik tenaga pelet sampah berikut dapat dipecah dalam:

A. Biaya Investasi

Ialah fixed cost, ialah bayaran yang senantiasa wajib dikeluarkan

walaupun pembangkit beroperasi ataupun tidak.

Berikut hitungan bayaran investasi guna pembangunan pembangkit

listrik tenaga pelet sampah terdiri dari bayaran buat pekerjaan sipil, elektro

mekanika, desain, pemasangan/ konstruksi, pengadaan, serta tercantum

pajak dan bunga.

Tabel 4. 3 Keperluan Pekerjaan Sipil

Page 49: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

36

Sumber: PT. AHE

Tabel 4. 4 Keperluan Elektrikal serta Mekanikal

Sumber: PT. AHE

Tabel 4. 5 Biaya EPC

Page 50: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

37

Sumber: PT. AHE

Berdasarkan tabel (4.5) bisa diamati bahwasanya besarnya biaya

investasi dalam pembangunan PLTSa pelet sampah ialah Rp.

7.388.745.900,-

B. Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Biaya O/M merupakan biayan yang wajib diberikan secara

senantiasa pada tiap tahunnya. Bayaran pembedahan serta pemeliharaan

terdiri dari bayaran buat keperluan pegawai/ karyawan, bayaran

pemeliharaan teratur serta penjelasan pada masing- masing tahunnya dan

bayaran yang lain semacam pendapatan, bayaran kantor, pajak bumi

Page 51: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

38

serta bangunan, serta suku cadang.

Tabel 4. 6 Biaya Tunjangan Pegawai

Sumber: PT. AHE

Tabel 4. 7 Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Dapat diamati pada table di atas bayaran total guna operasional

serta pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ataupun PLTSa

dalam satu tahun ialah Rp. 2.651.369.059,00 ataupun Rp. 593,47 per

kWh. Pendapatan karyawan bersumber pada UMR ACEH yakni Rp.

3.500.000,00.

Parameter anggapan dasar guna rencana pada pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah pula dibutuhkan. Anggapan dasar

yang diartikan merupakan anggapan–anggapan yang berlaku universal

buat segala perencanaan PLTSa yang dianalisis. Anggapan dasar yang

dipergunakan guna menghitung kelayakan finansial pada PLTSa pelet

sampah ialah:

1. Usia ekonomis diasumsikan 12 tahun (ialah perkiraan usia

perlengkapan PLTSa pelet sampah).

Page 52: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

39

2. Jangka waktu guna pembangunan proyek tersebut diasumsikan

sepanjang 2 tahun dengan Investment Disbrusment:

Tahun 1 : 40 persen

Tahun 2 : 60 persen

3. Tingkatan bunga pinjaman diasumsikan 12%

4. Nilai tukar dolar terhadap rupiah yakni Rp 14.200.

4.7 Analisa Finansial

Analisa finansial dicoba guna mengenali besar keuntungan secara

ekonomi yang hendak didapatkan owner proyek jika pembangunan pembangkit

listrik tenag pelet sampah itu bisa berjalan. Bayaran investasi guna PLTSa pelet

sampah cocok perhitungan ialah Rp. 7.388.745.900,- Peneliti menghitung

bayaran pembangunan PLTSa pelet sampah serta kriteria kelayakan proyek

tersebut memakai parameter Net Present Value(NPV), Internal Rate of

Return(IRR), Payback Period(PP), serta Benefit Cost Ratio(BCR).

Aspek Biaya PLTSa Pelet Sampah

Tabel 4. 8 Aspek biaya PLTSa Pelet Sampah

Menurut table aspek biaya diatas PLTSa pelet sampah didapatlah

pengeluaran yakni Rp. 957,- per kWh. Jadi listrik PLTSa pelet sampah bisa dijual

ke PLN seharga Rp. 1.500,- per kWh. Dikarenakan BPP di Kelurahan Ujong

Blang yakni Rp. 1.673,- per kWh. Karenanya PLN bisa menghemat 10,34%.

(INDONESIA, 55 K/20/MEM/2019)

Pendapatan PLTSa Sistem gasifikasi Downdraft

Page 53: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

40

Guna evaluasi pemasukan yang didapatkan PLTSa pelet sampah sistem

gasifikasi Downdraft masing-masing tahunnya bisa dihitung bersumber pada

85% dikalikan dengan harga jual listrik per kWh kemudian dikalikan total

penciptaan tahunan.

𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 = 85% × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑊ℎ × 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛

Menurut besar priduksi tahunan, tiap tahun bisa ditentukan pendapatan

PLTSa pelet sampah sistem gasifikasi Downdraft. Bagi harga jual ke listrik PLTSa

pelet sampah seharga Rp.1.500 /kWh. Jadi pendapatan yang didapatkan tiap

tahun ialah:

Benefit = 85% x Rp. 1.500 /kWh x 4.467.600 kWh

= Rp.5.696.160.000.

Maka diperoleh kelayakan finansial sebagai berikut:

Tabel 4. 9 Kelayakan Finansial

Investasi Rp 7.388.745.900

Pendapatan (Benefit) Rp 5.696.160.000

Biaya O&M Rp 2.651.369.059

Perhitungan kelayakan Finansial Pembangkit Listrik Tenaga

Biomassa

A. Net Present Value

NPV ialah selisih pengeluaran serta pendapatan yang sudah didiskom

dengan social opportunity cost of capital bagaikan diskon aspek, ataupun

dengan istilah lain arus kas yang diperkirakan di waktu yang hendak tiba

yang didiskonto dikala ini.

Bersumber pada pengolahan tabel dalam lampiran B total PV Gross

B– O& Meter yang ialah hasil kali Gross B– O& Meter dengan

Page 54: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

41

aspek diskonto yakni Rp. 18.860.760.358,- serta total bayaran investasi

sepanjang masa konstruksi yakni Rp. 7.388.745.900,-. hingga nilai NPV

PLTBM bisa dihitung:

= Rp. 18.860.760.358 – Rp. 7.388.745.900

= Rp. 11.472.014.458, -

Hasil perhitungan menampilkan kalau nilai NPV lebih besar dari 0, jadi

nilai NPV bernilai Positif. NPV adalah Rp. 11.472.014.458,- menunjukkan

kalau arus kas proyek telah memadai buat membayar modal yang

diinvestasikan serta bisa membagikan tingkatan pengembalian yang

dibutuhkan atas modal itu, hingga proyek PLTSa pelet sampah tersebut

bisa dinyatakan layak.

B. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return ialah tata cara perhitungan tingkatan

pengembalian, yang mana nilai bersih saat ini dari seluruh arus kas dari

investasi tertentu sama dengan nol.

IRR ialah penanda tingkatan efisiensi suatu investasi, dengan

memandang berapa besar suku bunga yang bisa diberi bila dibanding

dengan suku bunga bank yang berlaku. Guna menghitung IRR tadinya

wajib dicari discount rate yang menciptakan NPV positif, setelah itu dicari

discount rate yang menciptakan NPV negative.

Menurut hasil olah data IRR di lampiran C diperoleh nilai NPV positif

Rp 11.472.014.458,- dalam suku bunga 41% serta nilai NPV negatif Rp –

82.620.935,- dalam suku bunga 41% jadi bisa dihitung nilai IRR

menggunakan rumus:

Page 55: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

42

= 12% + 11.472.014.458

11.472.014.458−(−82.620.935)

× (41% − 12%) = 19, 943% I’ = suku bunga memberikan nilai NPV positif I” = suku bunga memberikan nilai NPV negatif

NPV’ = NPV posotif NPV” = NPV negatif

Hasil dari perhitungan tersebut didapatlah nilai IRR 19,943% serta

nilai tersebut lebih besar dibanding dengan suku bunga yang dipergunakan

ialah 12%. Perihal ini melaporkan kalau proyek PLTSa pelet sampah sistem

gasifikasi downdraft Layak secara finansial.

C. Benefit Cost Ratio (BCR)

BCR ialah rasio antara benefit dengan Total cost. Perhitungan nilai

ekuivalen bisa dicoba dengan memakai salah satu dari analisis nilai saat

ini, nilai di waktu yang hendak tiba ataupun nilai tahunan. Secara universal

sesuatu proyek bisa disebut layak secara finansial merupakan bila B/C lebih

dari 1 yang maksudnya keuntungan yang hendak didapatkan lebih besar

dari bayaran pengembalian investasi.

Berdasarkan pengolahan informasi tabel lampiran D di lampiran total

nilai Net Benefit Cost di masa konstruksi bernilai positif yakni Rp

7.388.745.900, serta sehabis masa pembedahan diperoleh nilai total Net

Benefit Cost yakni Rp 18.860.760.358 Sehingga bisa dihitung rasio benefit

terhadap Cost yang sudah didiskontokan:

= 18.860.760.358

7.388.745.900

= 2, 553

Bersumber pada perhitungan yang sudah dicoba tersebut diperoleh

Page 56: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

43

nilai BCR 2,553 nilai tersebut memenuhi syarat BCR > 1 yang maksudnya

kalau keuntungan yang diperoleh sepanjang masa pembedahan lebih

besar dibanding besarnya bayaran investasi yang dikeluarkan guna

mendirikan pembangkit, jadi proyek PLTSa Pelet Sampah sistem gasifikasi

downdraft secara finansial l.

D. Pay Back Period

Pay Back Period ialah lama waktu jumlah pokok investasi/ modal

yang ditanam pada sesuatu proyek hendak kembali. Perolehan PBP

merupakan Kala nilai kumulatif berganti dari nilai negative jadi nilai positif.

PBP pula hendak bisa mengenali seberapa kilat modal hendak tertutup.

Dalam perencanaan PLTSa Pelet Sampah sistem gasifikasi

downdraft ini total bayaran investasi yang diperlukan guna pembangunan

yakni Rp. 7.388.745.900,- menurut hasil pengolahan informasi tabel PBP di

lampiran E bayaran investasi hendak tertutup pada tahun ke 3, sebab di

tahun ke 3 nilai komulatif Gross B– O&M telah melebihi nilai investasi Rp.

9.134.462.823.

Tahun Kembali bisa dikenal dengan menyamakan nilai investasi

terhadap pemasukan masing- masing tahunnya sehabis dikurangi dengan

bayaran O&M:

PBP = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

× 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠

= 7.388.745.900

3.044.820.941 × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

= 2, 42 x 1 tahun = 2 tahun 5 bulan

Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dicoba diperolehlah lama

periode pengembaliannya merupakan 2 tahun 5 bulan. Perolehan nilai PBP

lebih pendek dibanding usia PLTSa Pelet Sampah sistem gasifikasi

downdraft ialah 12 tahun hingga proyek PLTSa Pelet Sampah tersebut

dinilai Layak secara finansial.

Page 57: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

44

4.7.2 Finansial Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Finansial PLTSa bisa dilamati pada komponen C ialah bayaran guna

bahan bakar. Komponen C bisa dihitung dari kebutuhan bayaran bahan

bakar perbulan dipecah dengan penciptaan perbulannya. Buat memperoleh

perhitungan bayaran butuh dikenal SFC (spesific fuel consumption), sebab

SFC tersebut melaporkan jumlah konsumsi bahan bakar yang disantap

oleh pembangkit guna menciptakan energi 1 kwh/ jam.

Perhitungan Finansial:

a. Kapasitas yang dibutuhkan : 600 kW

b. Produksi bulanan : 𝐶𝐹 ×𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖×8760 12

𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

PLTSa = 85%×600 𝑘𝑊×8760

= 372.300 kWh /bulan 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

1. SFC kebutuhan pelet untuk membangkitkan 1 kWh

PLTSa : 0, 86

2. Kebutuhan bahan bakar

𝑆𝐹𝐶 × 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

PLTSa = 0, 86 × 372.300 𝑘𝑊ℎ

= 320.178 kg

3. Perhitungan finansial

𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟

PLTSa

Harga Pelet = Rp. 600 /Kg

Biaya perbulan = 320.178 Kg x Rp. 600 /Kg

= Rp. 192.106.800.

4. Komponen C

𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

PLTD =

𝑅𝑝. 1.256.512.500

372.300 𝑘𝑊ℎ /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

Page 58: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

45

= Rp. 3.375

PLTSa =

𝑅𝑝. 192.106.800

372.300 𝑘𝑊ℎ /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

= Rp. 516

Bersumber pada perhitungan finansial bahan bakar ataupun

komponen C tersebut bisa disimpulan ialah pemakaian PLTSa dengan

memakai bahan bakar pelet sampah yakni Rp. 516 per-kWh perbulannya.

Page 59: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

46

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Menurut pembahasan serta hasil dari kajian kelayakan pemanfaatan

sampah di Kota Lhoksemawe Kelurahan Ujong Blang guna dijadikan Pembangkit

Listrik Tenaga Pelet Sampah atau PLTSa, diperoleh sejumlah kesimpulan, yakni

:

1. Pada Kota Lhokseumawe Aceh, sampah yang dapat diolah melalui proses

peunyeumisasi untuk dijadikan pelet sampah perharinya diperoleh 37.500

Kg pelet sampah, jadi tiap bulannya diperoleh 1.125.000 Kg pelet sampah

karenanya dapat memenuhi untuk kebutuhan bahan bakar pada

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 750 kVA dengan sistem dasifikasi

downdraft, serta bisa dikembangkan di Kelurahan Ujong Blang dengan

mempergunakan gasifier (TG180) yang memerlukan pelet sebanyak

320.178 Kg setiap bulannya.

2. Menurut hasil perhitungan dari kelayakan finansial PLTSa berbahan bakar

pelet sampah yakni:

(a) NPV lebih dari 0 (>0) yakni 11.472.014.458

(b) IRR lebih dari suku bunga (12%) yakni 19,943%.

(c) BCR lebih dari 1(>1) yakni 2,553.

(d) Jangka waktu untuk pengambilan modal (PBP) kurang dari perkiraan

masa operasi pembangkit yakni didapatkan di tahun ke - 3.

5.2 Saran

Sejumlah saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian berikut ialah:

1. Perlunya melakukan penilaian terhadap Pembangkit Listrik Tenaga

Sampah (PLTSa) dengan memakai bahan bakar pelet sampah terkait

proses pembangkit listriknya supaya didapatkan jalan keluar pengolahan

sampah guna mengatasi permsalahan listrik yang ada di Indonesia.

Page 60: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

47

2. Perlunya dilakukan kajian lanjutan terkait kemudahan pemanfaatan

sampah kota untuk digunakan sebagai pelet sampah yang nantinya akan

menjadi pemasok bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Sampah serta

guna mengurangi sampah yang terdapat di perkotaan dan dirumah -

rumah.

Page 61: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

48

DAFTAR PUSTAKA Faizah. (2008). “Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat (studi

kasus di kota yogyakarta).”

Harahap, A. H. (2018). “Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Di

Kota Pekanbaru.” Hidup, D. L. (n.d.). DKI Jakarta.

Ikromi, M. (2017). “Feasibility Study Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga

Sampah (Studi Kasus TPA, Bakung Bandar Lampung.” INDONESIA, M. E.

(55 K/20/MEM/2019).

Nofri Dodi, S. S. (n.d.). “Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik

Tenaga Sampah (PLTSa) Kota Padang (Studi Kajian Di TPA Air Dingin

Kota Padang.” Nusantara, P. L. (n.d.). Jakarta.

Pujotomo, I. (n.d.). “Potensi Pemanfaatan BIOMASSA sekam Padi Untuk

Pembangkit Listrik Melalui Teknologi Gasifikasi.”

Rachmad Ikhsan, S. (2014). “Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik

Tenaga Sampah (PLTSa) Di TPA Kota Banda Aceh,” 5.

Sihite, A. S. (n.d.). “Studi Pengolahan Sampah Untuk Bahan Bakar Pembangkit

Listrik Tenaga Sampah Mini Di Kawasan Medan Sungga.”

Siregar, K. (n.d.). Dr. S.TP, M.SI. “Teknologi Gasifikasi Dan Proses Produksinya.”

Statistik, B. P. (n.d.). Jakarta.

Supriyatno, M. C. (n.d.). “Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan

Kampus.” POLBAN BANDUNG, 5.

Syafrizal. (2014). “Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Kota (PLTSa)

Type Incinerator Solusi Listrik Alternatif Kota Medan,” 5.

Page 62: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

49

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal

Nama : Faris Muhammad Cancer Sharief

NIM : 2016-11-177

Tempat /Tanggal Lahir : Bukit Tinggi, 13 Juli 1998

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Menikah

Program Studi : S1-Teknik Elektro

Alamat Rumah :Apartemen Taman Semanan Indah,Tower

Alamanda Lt 5 No.8 Cengkareng, Jakarta Barat

Telp / Hp : +6281288312977

Email : [email protected]

Pendidikan :

Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus

SD MIN Model 1 Banda Aceh - 2010

SMP SMP Fatih Bilingual School Banda Aceh

- 2013

SMA SMA Fatih bilingual School Banda Aceh

IPA 2016

Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jakarta, 16 Januari 2020

(Faris MCS)

Page 63: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

50

LAMPIRAN

Lampiran 1 RAB PT.ALAM HIJAU ENERGI

Sumber gaji pegawai berdasarkan UMR ACEH Sumber Gasifikasi: http://www.trilliongasifier.com/ Sumber Engine Gas: https://www.olx.co.id/

Page 64: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

51

Lampiran 2 Parameter PLTSa (PT.AHE)

Page 65: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

52

Lampiran 3 NPV

Page 66: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

53

Lampiran 4 IRR

Page 67: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

54

Lampiran 5 BCR

Page 68: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

55

Lampiran 6 PBP

Page 69: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

56

INSTITUT TEKNOLOGI-PLN

DAFTAR KONSULTASI SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Nama Mahasiswa : Faris Muhammad Cancer sharief

NIM : 201611177

Program Studi : Teknik Elektro

Jenjang : Sarjana

Pembimbing Utama (Materi) : Syarif Hidayat, S.Si, M.T.

Judul Skripsi : Kajian Kelayakan Pemanfaatan Sampah di Kota

Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh

Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

(PLTSa)

No. Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing

1 14 Maret 2020 Konsultasi bagian Judul

2 18 April 2020 Konsultasi bagian Latar Belakang

3 26 April 2020 Konsultasi bagian rumusan masalah

4 10 Mei 2020 Konsultasi bagian tinjauan pusaka

5 23 Mei 2020 Konsultasi bagian PLTsa

6 18 Juni 2020 Konsultasi sampah dijadikan pelet

7 25 Juni 2020 Konsultasi teknologi gasififikasi

8 28 Juni 2020 Konsultasi bagian hammer mill

9 30 Juni 2020 Konsultasi kebutuhan daya

10 5Juli 2020 Konsultasi bagian Abstrak

11 14 Juli 2020 Konsultasi bagian daftar pusaka

12 22 Juli 2020 Konsultasi bagian kesimpulan

Page 70: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

57

INSTITUT TEKNOLOGI-PLN

DAFTAR KONSULTASI SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Nama Mahasiswa : Faris Muhammad Cancer sharief

NIM : 201611177

Program Studi : Teknik Elektro

Jenjang : Sarjana

Pembimbing Utama (Materi) : Ir. Tasdik Darmana, M.T.

Judul Skripsi : Kajian Kelayakan Pemanfaatan Sampah di

Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang

Aceh Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga

Sampah (PLTSa)

No. Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing

1 19 Maret 2020 Judul Skripsi

2 21 April 2020 Latar Belakang

3 28 April 2020 Tujuan dan Manfaat

4 12 Mei 2020 Rumusan Masalah

5 25 Mei 2020 Tinjauan Pustaka

6 20 Juni 2020 Teori Pendukung

7 26 Juni 2020 Penulisan sesuaikan dengan

format

8 28 Juni 2020 Riview data

9 30 Juni 2020 Simpulan

10 7 Juli 2020 Abstrak

11 18 Juli 2020 Revisi Abstrak

12 24 Juli 2020 Review Bab 1-5

Page 71: INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …

58