INQUIRY Complete Rev

download INQUIRY Complete Rev

of 10

Transcript of INQUIRY Complete Rev

INQUIRY (PENYELIDIKAN)Ketika suatu sengketa di antara para pihak didasari perbedaan pendapat mengenai perkara-perkara faktual, solusi logisnya kerap kali berupa membentuk komisi penyelidikan resmi yang dilakukan oleh para pengamat bereputasi baik guna mengetahui dengan pasti fakta-fakta yang dipersengketakan. Ketentuan untuk penyelidikan tersebut resmi pertama kali di tegaskan dalam Konferensi Den Haag 1899 sebagai alternatif yang boleh diambil untuk penggunaan arbitrase. Namun, teknik tersebut terbatas karena hanya relevan untuk kasus sengketa internasional yang tidak melibatkan kehormatan atau kepentingan vital para pihak, dengan konflik berpusat pada ketidaksepahaman mengenai fakta-fakta khusus yang dapat diselesaikan dengan mengadakan investigasi yang menyeluruh dan tidak memihak. Konvensi Den Haag 1899Pada tanggal 15 Februari 1898, kapal perang Maine Amerika Serikat, di jangkar pelabuhan Havana, hancur oleh ledakan yang menewaskan 259 perwira dan para awak kapal. Hubungan Amerika Serikat dan Spanyol sudah tegang dan menurut Amerika perlu sedikit dorongan untuk melihat insiden Maine sebagai karya kekuatan Eropa. Meskipun Spanyol membantah kewenangan dan membentuk komisi penyelidikan yang menemukan ledakan tersebut terjadi oleh sebab-sebab internal, kecurigaan Amerika dikonfirmasi ketika komisi saingan, yang terdiri dari personil angkatan laut AS, memutuskan bahwa Maine telah dihancurkan oleh sebuah tambang kapal selam. Akan salah untuk menganggap bahwa insiden Maine adalah penyebab dasar dari perang Spanyol-Amerika, efek pencetusnya tidak lebih dari perbedaan pendapat tentang adanya bukti interpretasi, cukup terkesan delegasi Konferensi Perdamaian Den Haag 1899 bagi mereka untuk memberikan perhatian serius terhadap masalah fact-finding dalam sengketa internasional. Fokus perdebatan di konferensi adalah dari dana usulan delegasi Rusia untuk penggantian komisi nasional penyelidikan yang telah terbukti sangat memuaskan dalam kasus Maine, dengan komisi internasional untuk penyelidikan yang berimbang tentang fakta-fakta dan keadaan sengketa internasional. Setelah diskusi itu terungkap, antara lain sumber keraguan, rasa takut beberapa negara kecil bahwa komisi penyelidikan dapat digunakan sebagai jubah untuk intervensi asing, konferensi akhirnya setuju bahwa komisi tersebut yang dapat diterima, memberikan sejumlah kondisi penting yang terpenuhi. Komisi penyelidikan hanya boleh digunakan untuk sengketa 'yang melibatkan kehormatan atau kepentingan mendasar, bahwa mereka harus menangani pertanyaan berupa fakta dan bukan pertanyaan hukum, dan akhirnya bahwa baik penciptaan dari komisi, maupun pelaksanaan temuannya harus dianggap sebagai kewajiban. Dengan kualifikasi ini, pengaturan untuk penciptaan dan pengoperasian komisi dimana penyelidikan diuraikan dalam enam artikel dari Convention Den Haag 1899.The Dogger Bank inquiryModel inquiry adalah salah satu penyelesaian sengketa ketika negosiasi mengalami jalan buntu dan tidak dimungkinkannnya ada mediator untuk menangani sebuah masalah. Inquiry pada dasarnya adalah sebuah model penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak lain di dalam sebuah sengketa, yang tidak memiliki interest atau tujuan pada sengketa yang sedang terjadi. Pihak ketiga tersebut tidak sedang mengejar kepentingan lain pada sengketa yang sedang berjalan, dan benar-benar ditunjuk dan disepakati oleh kedua belah pihak yang sedang bersengketa untuk dapat memberikan penyelesaian. Pada akhirnya, inquiry memberikan dampak hukum yang lebih mengikat kepada kedua belah pihak yang bersengketa.Pada kasus inquiry Dogger Bank 1904, kapal perang Rusia (armada laut) yang sedang dalam perjalanan untuk membantu Rusia dalam perang antara Jepang dan Rusia dari Laut Baltik tidak sengaja memasuki kawasan penangkapan ikan dekat Dogger Bank (kawasan lepas pantai Inggris). Dengan klaim (praduga) mendapatkan serangan torpedo dari Jepang, kapal laut Rusia menembaki perahu nelayan Inggris yang ada di dekatnya. Untuk mengatasi masalah ini, aktivitas diplomatik yang intens dari Perancis membujuk kedua negara (Inggris-Rusia) untuk membentuk suatu komisi penyelidikan berdasarkan the Hague Convention.Akhirnya, dibentuklah komisi inquiry (observer independen) yang beranggotakan Perancis, Austro Hungary,danAmerikaSerikat untuk menyelidiki sengketa ini. Setelah melakukan penyelidikan selama dua bulan, pada Februari 1905, komisi menyampaikan hasil penyelidikan bahwa tidak ditemukan adanya serangan torpedo yang dipergunakan sebagai alas an kapal Rusia melakukan serangan (opening fire) keperahu nelayan Inggris di Dogger Bank. Oleh karena itu, kedua belah pihak sepakat bahwa Rusia harus membayar ganti rugi sebesar 65.000 pounds keInggris.Komisi inquiry berdasarkan Konvensi Den Haag berperan sebagai Komisi Pencari Fakta yang bebas dari segala kepentingan para pihak yang bersengketa yang mana menekankan adanya korelasi antara isu hukum dan faktual. Hal yang perlu digarisbawahi dalam kasus Dogger Bank 1904 adalah komisi inquiry (Perancis, Austro-Hungary, dan Amerika Serikat) sebelum melakukan penyelidikannya telah terlebih dahulu memperluas prosedur standar komisi yang kemudian menjadi dasar perubahan pengaturan komisi dari The Convention 1899 ke the Hague Convention 1907. Inquiry di Bawah Aturan Konvensi Den Haag 1907

Kasus pertama yang menggunakan konvensi ini adalah kasus mengenai serangkaian peristiwa yang terjadi di lepas pantai Tunisia selama perang Turki-Italia pada tahun 1911-1912. Dalam hal ini, meskipun Perancis merupakan pihak yang netral dalam perang itu, namun pemerintah Italia menduga kuat bahwa kapal Perancis terlibat pengiriman selundupan ke Turki. Intersepsi kapal Perancis yang melewati laut lepas oleh angkatan laut Italia telah menyebabkan dua sengketa yang dirujuk ke arbitrase pada tanggal 25 januari 1912 yang mana kapal Perancis Tavignano ditangkap dan dua kapal lainnya di tembak, sedangkan menurut Perancis mereka dalam wilayah perairan Tunisia. Maka disepakati untuk merujuk hal tersebut kepada komisi penyelidikan sesuai Konvensi Den Haag 1907.Penyelidikan utama komisi terdiri dari Perancis, Italia dan seorang perwira angkatan laut Inggris, yakni untuk menentukan tepatnya dimana controversial insiden terjadi. Dalam upaya menseriusi konflik ini, komisi tidak membatasi diri dalam pemeriksaan saksi, dokumen dan mendatangi langsung tempat kejadian perkara. Dalam laporan, disimpulkan bahwa tidak ada yang lebih dari pada indikasi terhadap tempat terjadinya perkara. Dari temuan komisi, jelas bahwa kapal Tavignano tidak ada kepastian yang jelas berada dalam wilayah perairan Tunisia, sementara insiden penembakan yang dilakukan pada dua kapal Perancis lainnya dipastikan memang terjadi oleh Komisi.Keputusan untuk membentuk komisi penyelidikan, disertai dengan kesepakatan yang yang dipertimbangkan bahwa langkah berikutnya dari penyelidikan ini merujuk pada aspek hukum sengketa ke arbitrase. Setelah menerima laporan dari komisi, keputusan diambil, dan sebelum kasus ini didengar didalam pengadilan, maka perlu diselesaikan diluar pengadilan ketika pemerintah Italia menyetujui untuk membayar 5.000 francs. Kasus Tavignano menunjukkan bagaimana keadaan lain dapat menjadi dasar bagi arbitrase dalam menempatkan isu-isu yang disengketakan komisi penyelidikan. Komisi penyelidikan untuk kasus Tavignano idealnya dibentuk sesuai prosedur dari ketentuan Konvensi Den Haag 1907 dengan penyelesaian penyelidikan dalam waktu kurang dari 1 bulan. Hal ini berarti komisi penyelidikan dipaksa untuk meninggalkan isu krusial yang belum terselesaika, dilain sisi Perancis dan Italia menyepakati kasus Tavignano dimasukkan dalam perjanjian arbitrase dengan syarat penyertaan laporan dari Komisi penyelidikan yang juga dianggap tidak mengikat.Kenyataannya sengketa tersebut pada akhirnya diselesaikan melalui arbitrase, menunjukkan bahwa fact finding merupakan pertimbangan awal dalam penyelesaian sengketa Internasional sebelum ke arbitrase. Kasus yang bersangkutan dengan kasus sebelumnya yang menggunakan konvensi Den Haag 1907, pada tanggal 7 mei 1917 kapal selam Jerman dikejar karena membawa selundupan dan menenggelamkan sebuah kapal Norwegia di lepas pantai utara Spanyol. Seperti dalam insiden Tavignano, Jerman menyatakan kapal selamnya berada dilaut lepas. Setelah perundingan diplomatik yang panjang, Spanyol dan Jerman sepakat membentuk komisi penyelidikan di bawah konvensi Den Haag 1907 dengan tugas memutuskan peristiwa penting yang sebenarnya terjadi.Disebut The Tiger Commission, seperti pendahulunya terdiri dari perwira angkatan Laut, perwakilan dari pihak-pihak yang berselisih, serta Denmark sebagai pihak yang netral dalam kasus ini. Pada akhirnya, pengejaran dan penangkapan terjadi di perairan Spanyol. Meskipun mirip dengan banyak kasus sebelumnya, penyelidikan Tiger berisi beberapa tempat menarik yang menjadi tinjauan mereka dalam proses terjadinya perkara. Dan ini adalah kasus pertama dimana para pihak dalam enquiry menyepakati sebelumnya untuk menerima laporan Komisi penyelidikan sebagai laporan yang mengikat. Berangkat dari konvensi Den Haag, proses fact finding untuk mencapai penyelesaian sengketa Internasional merupakan acuan dalam menunjukkan bahwa prosedur penyelidikan ini cukup fleksibel sebagai pengganti Arbitrase.Namun bukti mengenai lokasi kapal selam dan korbannya pada saat materi pembuktian sangat sulit ditafsirkan. Dalam bagian ini karena lokasi kapal dilaut seringkali sulit ditentukan secara tepat. Dalam situasi tersebut arbitrase diharapkan dapat menghasilkan argumen utama atas beban pembuktian karena arbitrase memungkinkan dalam menilai bukti-bukti yang sulit ditafsirkan.

Praktek Treaty 1911-1940Keinginan negara untuk membuat pola Konvensi Den Haag, yang begitu jelas dalam Tubantia, telah mengilhami sejumlah perkembangan penting. Pada tahun 1911, Amerika Serikat melakukan negosiasi perjanjian dengan Perancis dan Inggris yang menyatakan bahwa semua perbedaan atau kontroversi antara pihak-pihak harus disampaikan melalui arbitrase atau melalui Komisi Tinggi Penyelidikan. Namun, dalam perkembangannya, perjanjian tidak memiliki keterbatasan untuk jenis sengketa yang bisa diselidiki, wewenang komisi untuk membuat rekomendasi, serta temuan fakta dan sejauh mana keputusan oleh komisi mengenai apakah sengketa tunduk pada arbitrase yang mengikat para pihak. Antara tahun 1913 dan 1940, Amerika Serikat menyimpulkan lebih lanjut dari serangkaian perjanjian, yang dikenal sebagai perjanjian Bryan, berdasarkan Konvensi Den Haag. Meskipun terbatas untuk materi, perjanjian ini mempunyai kekuatan untuk membuat rekomendasi, yang berisi inovasi lain, bahwa komisi yang diatur oleh perjanjian itu harus permanen dan tidak merupakan badan ad hoc. Terinspirasi oleh awal perjanjian Bryan, Argentina, Brazil dan Chili menyimpulkan apa yang disebut ABC Treaty pada tahun 1915, Inggris membuat perjanjian mirip dengan Brazil dan Chili pada tahun 1919, dan pada tahun 1923 enam belas negara bagian Amerika Serikat menyimpulkan Perjanjian Gondra dengan pengaturan untuk penyelidikan dengan aturan yang sama.Praktek perjanjian yang baru saja dijelaskan tidak menghasilkan serangkaian penyelidikan seperti yang dihasilkan oleh Konvensi Den Haag, namun ini merupakan langkah penting dalam pengembangan penyelesaian sengketa. Dalam perjanjian ini terdapat pengakuan awal dari tiga prinsip penting untuk perkembangan penyelesaian sengketa lebih lanjut, yaitu: bahwa komisi permanen menyatakan bahwa jenis sengketa yang dapat diselidiki harus tidak dibatasi, dan bahwa kemampuan komisi untuk berkontribusi pada penyelesaian sengketa dapat ditingkatkan dengan mengizinkan mereka untuk membuat rekomendasi.

Review Penyelidikan Red Crusader (The Red Crusader Inquiry)

Seperti dalam kasus-kasus lain yang telah kita bahas, insiden tersebut muncul dari peristiwa yang terjadi di laut. Pada tanggal 29 Mei 1961, kapal lindung perikanan Niels Ebbesen milik Denmark dengan alat tangkap dalam air, menemui kapal pukat (penangkap ikan) Inggris, Red Crusader, di wilayah dekat dengan Kepulauan Faroe. Denmark menuduh kapal pukat tersebut melakukan penangkapan ikan secara illegal, komandan Denmark memaksa kapal Inggris tersebut untuk berhenti dan melakukan penahanan dengan menempatkan dua anggota dari kru mereka di kapal tersebut. Sementara dalam perjalanan menuju pelabuhan di Faroes, awak Red Crusader berhasil melumpuhkan penjaga dan berbalik arah. Dikejar oleh kapal Denmark, kapal pukat itu ditembakkan dengan tembakan keras dan mengalami kerusakan pada haluannya, tiang, antena nirkabel dan instalasi radar. Sebuah kapal Inggris datang di tempat kejadian, dan setelah orang Denmark yang melakukan penahanan telah kembali ke kapal mereka, ketiga kapal menuju Aberdeen. Dalam suatu pertemuan diplomatik yang diadakan antara kedua negara, jelas bahwa pemerintah Denmark memandang insiden tersebut sebagai hal yang serius, karena orang Denmark yang berada dalam kapal tersebut (Red Crusader) tidak bersenjata. Hal itu dilakukan sesuai dengan permintaan sebelumnya dari pemerintah Inggris bahwa langkah tersebut akan mengurangi ketegangan ketika kapal pukat ikan milik Inggris ditangkap. Dengan tujuan untuk menyelesaikan sengketa Inggris dan Denmark, setelah beberapa kali mengadakan negosiasi, akhirnya kedua negara ini bersepakat membentuk suatu komisi penyelidikan untuk menyelidiki insiden tersebut. Tiga anggota dari Komisi terdiri dari para pengacara internasional yang masing-masing berasal dari Belgia and Perancis dan Inspektur Jenderal Pelayaran Belanda. Kerangka acuannya adalah:. . . untuk menyelidiki dan melaporkan kepada kedua Pemerintah:(i) fakta-fakta yang mengarah ke penangkapan kapal penangkap ikan Inggris Red Crusader pada malam hari tanggal 29 Mei 1961, dipertanyakan juga apakah Red Crusader sedang memancing, atau dengan alat tangkap yang tidak disimpan, dalam garis biru pada peta dilampirkan pada Persetujuan antara kedua Pemerintah mengenai peraturan memancing di sekitar Kepulauan Faroe diresmikan dengan Pertukaran Nota pada 27 April 1959;(ii) keadaan penangkapan, dan (iii) fakta dan peristiwa yang terjadi setelahnya sebelum Red Crusader mencapai Aberdeen.Komisi menerima submisi tertulis dari Inggris dan Denmark dan mengadakan dengar pendapat secara lisan di Den Haag. Laporan yang cukup besar disampaikan kepada para pihak pada Maret 1962. Di dalamnya Komisi menyampaikan penjelasan rinci tentang peristiwa yang menggambarkan insiden dan menarik kesimpulan utama sebagai berikut:1. Tidak ada bukti bahwa Red Crusader telah memancing dalam area terlarang, meskipun kapal itu di wilayah dengan alat tangkapnya yang tidak disimpan. 2. Kapal Red Crusader ditangkap, tapi nakhoda kemudian berubah pikiran 'berusaha untuk melarikan diri dan menghindari otoritas yurisdiksi semula dimasuki secara benar, diterima'.3. Penembakan yang dilakukan komandan Denmark yang melarikan diri merupakan tindakan 'melebihi penggunaan kekuatan bersenjata yang diperbolehkan karena keadaan tidak membenarkan tindakan kekerasan tersebut. 4. Para perwira angkatan laut Inggris berupaya untuk menghindari jalan kekerasan' antara kapal Denmark dan Red Crusader, dan menunjukkan sikap dan perilaku yang 'tanpa cela'.Komisi penyelidikan yang memfasilitasi penyelesaian sengketa antara dua negara ini, mengumumkan dalam laporannya bahwa Inggris dan Denmark telah sepakat untuk menyelesaikan masalah dengan saling membebaskan tuntutan terhadap klaim masing-masing.Proses Red Crusader dibagi menjadi tahap tertulis dan lisan, dimana untuk pemeriksaan utama dari saksi dilakukan oleh perwakilan dari pihak yang bukan dari anggota Komisi. Namun, hasil laporan ini tidak langsung dipublikasikan, berbeda dengan hasil laporan komisi sebelumnya. Prosedur yang dijalankan mengikuti pola pengadilan.

The Letelier and Moffitt case

Penyelidikan Red Crusader diikuti hampir tiga puluh tahun kemudian oleh keputusan dalam kasus Letelier dan Moffitt, yang pertama, dan sejauh ini satu-satunya, merupakan penyelidikan yang dilakukan oleh komisi yang dibentuk berdasarkan salah satu perjanjian Bryan.Keadaan yang memunculkan kasus yang tidak biasa dan diperhitungkan untuk sejumlah fitur yang membedakan pekerjaan komisi ini dari pendahulunya. Sengketa ini bermula dari pembunuhan Mr. Orlando Letelier pada tahun 1976, mantan Menteri Luar Negeri Chile, yang tewas di Washington DC ketika sebuah bom yang telah ditempatkan di mobilnya meledak . Ledakan itu juga menewaskan seorang wanita Amerika , Mrs Moffitt. Sementara suaminya terluka parah, keduanya juga sedang berpergian dengan menggunakan mobil. Kerabat dan keluarga dari mendiang Mrs. Moffitt dan Mr Letelier kemudian membawa kasus ini ke Amerika Serikat untuk melawan Republik Chille, menuntut negara agar bertanggung jawab atas ledakan itu. Setelah penolakan permohonan kekebalan berdaulat , klaim itu berhasil dan penuntut diberikan sekitar 5 juta dolar sebagai gantinya. Namun, putusan tersebut dianggap tidak memuaskan merasa tidak puas dan Pengadilan AS kemudian menolak upaya untuk mendapatkan eksekusi terhadap aset maskapai penerbangan nasional Chili.Pada tahun 1988 Amerika Serikat membuat klaim internasional melawan Chile sehubungan dengan kematian dan cidera yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut berdasarkan ketentuan dari perjanjian Bryan - Su'arez Mujica tahun 1914 diantara kedua negara. Meskipun Chile menolak untuk bertanggung jawab atas insiden itu, hal ini justru menunjukkan bahwa mereka siap untuk melakukan pembayaran ex gratia ke Amerika Serikat, atas nama keluarga korban. Dalam pandangan konsesi ini Amerika Serikat dan Chile dapat disimpulkan bahwa Perjanjian pada tahun 1990 di mana Chile sepakat untuk membuat pembayaran ex gratia sesuai dengan jumlah yang harus dibayar jika kewajiban itu telah ditetapkan. Perjanjian ini menyatakan bahwa jumlah pembayarannya akan ditentukan oleh Komisi yang didirikan berdasarkan perjanjian tahun 1914 dan bahwa ini adalah satu-satunya pertanyaan yang telah diputuskan.Lima anggota komisi ditunjuk untuk berkompromi, terdiri dari Hakim Aguilar Mawdsley dari Pengadilan Internasional, dari Guyana, sebagai presiden, Sir John Freeland, Anggota Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa dari Inggris, dan Profesor F. Orrego Vicuz~na, seorang ahli hukum Amerika Latin, bersama-sama dengan nasional dari masing-masing pihak. Komisi menerima pengajuan tertulis dari Amerika Serikat dan Chili dan atas permintaan para pihak meminta keuntungan dari fasilitas yang disediakan oleh Komisi Inter-Amerika tentang Hak Asasi Manusia. Dalam putusannya, yang disampaikan pada Januari 1992, Komisi meninjau berbagai masalah hukum dan fakta yang berkaitan untuk pertanyaan kompensasi, dan setelah mempertimbangkan berbagai klaim individu, dengan suara bulat hanya memberikan sekitar total 2,5 juta dollar. Sesuai dengan tujuan awal para pihak, keputusan telah menyelesaikan sengketa secara efektif. Perlu diingat bahwa para pihak sudah menjalankan keputusan Komisi yang telah mengikat yakni dalam jangka waktu satu bulan, Chile sepakat untuk membayar jumlah total diberikan untuk dibagikan kepada para keluarga yang ditinggalkan. Seperti di Red Crusader, tugas yang diberikan kepada Komisi dalam hal ini pada dasarnya peradilan dan ini tercermin dalam semua tahap pekerjaan. Keanggotaannya, seperti yang disebutkan, termasuk tiga pengacara internasional terkemuka, dan meskipun sifat dari masalah ini membuat pemeriksaan saksi menjadi tidak penting, akan tetapi para pihak mengajukan apa yang berlaku adalah pembelaan tertulis dan bisa komentar secara tertulis pada pengamatan yang lain. Tidak ada pengaturan untuk publikasi keputusan yang telah dibuat, meskipun bukan berarti bahwa hal ini harus dirahasiakan.Keputusan Komisi, seperti dilansir dalam laporan Red Crusader, beberapa putusan hukum yang penting ibarat penemuan fakta yang banyak. Memang, mantan jauh lebih penting di sini daripada di kasus sebelumnya, karena kompensasi merupakan masalah prinsip pemerintahan yang digunakan sebagai penilaian kerangka kerja untuk mengidentifikasi fakta yang relevan.Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kompromi diperlukan Komisi dalam pengambilan keputusannya 'sesuai dengan prinsip yang berlaku hukum internasional, merujuk antara lain kepada keputusan Pengadilan Permanen dari Keadilan Internasional dalam kasus pabrik Chorz'ow dan praktek peradilan dan pengadilan arbitrase sehubungan dengan kerugian non-uang, serta pertanyaan seperti keterpencilan dan kompensasi untuk biaya khusus. Arti penting dari keputusan adalah sebagai bentuk kontribusi untuk hukum internasional disamping itu juga untuk menggali pendapat Professor Orrego Vicuz~na.Tentu saja, Komisi tidak memutuskan bahwa Chile bertanggung jawab atas aksi terorisme, tapi fakta bahwa jumlah yang terlibat dibayar ex gratia mempengaruhi baik dasar hukum keputusan, asli maupun argumentasi Sebagaimana yang telah diamati oleh Profesor Orrego Vicuz~na, pihak mempertentangkan kasus mereka dengan keterampilan profesional serta ' setiap poin yang relevan, dipertentangkan dengan hukum dan fakta oleh para pihakselama proses berjalan. Jadi meskipun Amerika Serikat ikut dalam perjanjian 1914 'untuk menyelidiki dan melaporkan fakta-fakta' seputar kematian korban, Komisi yang akhirnya mengatur fungsinya menjadi lemah seperti komisi penyelidikan dari jenis tradisional dan lebih seperti pengadilan arbitrase, menghasilkan keputusan yang mengikat dan memutuskan masalah hukum berdasarkan fakta. Kasus Letelier dan Moffitt menegaskan secara umum bahwa pada mulanya komisi penyelidikan kadang-kadang digunakan tidak sebagaimana mestinya. Dan secara spesifik, kita akan menemukan lagi di Bab 5, dimana solusi sesuai dengan yang diinginkan, prosedur seperti penyelidikan dan arbitrase memungkinkan isu-isu tertentu yang harus diselesaikan dengan otoritas penuh, sementara meninggalkan yang lain, seperti tanggung jawab, kegamangan.

Makna dari PenyelidikanPertimbangan oleh suatu lembaga untuk pengelolaan batasan yang relatif sempit dari sengketa, penyelidikan tidak diragukan lagi telah terlibat digunakan dalam kasus-kasus di mana 'kehormatan' dan 'kepentingan esensial', untuk penentuan hukum serta masalah yang sebenarnya oleh kompisisi dan dengan cara kerja yang lebih erat mirip pengadilan daripada komisi penyelidikan. Adanya jarak sampai empat puluh tahun tentang kasus Red Cruser pada tahun 1962, dan meskipun dengan ketentuan rumit juga berbagai perjanjian Resolusi Majelis Umum mendesak penggunaan prosedur pencarian fakta, hanya pada kasus ini. Kecenderungan ini yang tampaknya bertentangan pada usaha menangani penyelesaian sengketa internasional yang baik dalam dunia modern .Pemanfaatan penyelidikan untuk sengketa beragam seperti kasus Dogger Bank dan Tavignano ini mengingatkan bahwa di mana negara berdaulat yang bersangkutan dalam bingkiai subordinat fungsi . Karena sengketa internasional adalah sangat jauh berbeda dalam keadaan dan perkaraan suatu subjek, tidaklah mengherankan bahwa untuk dalam prosedur pencarian mereka yang disesuaikan dan telah dapat diterima negara dalam teknik penyelidikan untuk menyediakan berbagai solusi yang institusional. Fakta dari penyelidikan kasus Tiger , kasus RedCrusade penyelesaiannya lewat arbitrase dan penyelidikan kasus Letelier dan Moffitt. Timbul pertanyaan. Mengapa kemudian jika prosedur penyelidikan begitu fleksibel , apakah tidak bisa lebih luas digunakan ? jawabannya sangat lebih kompleks .Pertama adalah jelas penyelidikan mudah diabaikan itu kadang-kadang perlu untuk pengaturan tentang aturan penyelidikan karena dalam situasi dimana fakta yang yang ada dapat untuk interpretasi berbeda dan perlu membuktikan atau setuju untuk dinegosiasikan. Titik kedua adalah bahwa ketika penyelidikan ada pilihan cara-cara yang dapat dilakukan tanpa bantuan dari sumberdaya dari Konvensi Den Haag. Liga Bangsa-Bangsa pernah membentuk komisi penyelidikan sendiri dalam tujuh kasus. PBB telah menggunakan penyelidikan dengan cara yang sama.. komisi Kompensasi yang didiriakan PBB dalam setelah diadakan peneyelidikan dalam kasus invasi irak ke kuwait yang memungkinkan proses pemerintah, perusahaan dan organisasi internasional untuk mengklaim kompensasi dinilai dapat diterima pembayaran dari dana khusus yang dibiayai dari retribusi penjualan minyak Irak . Sebuah klaim dengan jumlah yang sangat besar tersebut kini telah ditinjau. Peninjauan yang dilakukan berlawan dengan apa yang mungkin dipikir, proses yang terlibat di sini bukan arbitrase atau ajudikasi , tetapi bersifat administratif seperti isu yang lebih luas dari kewajiban DK terhadap kassus Irak telah diselesaikan tahun 1991. Badan-badan khusus juga dapat melakukan penyelidikan dalam situasi tertentu. ILO pada beberapa kesempatan telah membuat Komisi penyelidikan yang dibuat untuk berurusan dengan keluhan yang berhubungan dengan Konvensi buruh dan pada tahun 1983 ICAO menginstruksikan Sekretaris Jenderal untuk menyelidiki insiden KE 007, yang melibatkan sebuah jet jumbo Korea Selatan yang menembak jatuh dari atas wilayah Uni Soviet. Laporan penyelidikan mengeluh kurangnya kerjasama Soviet dan tidak mampu untuk menemukan kejelasan pada semua aspek dari insiden. Namun, untuk menentukan fakta-fakta dan menjadiakan dasar untuk resolusi di mana Dewan ICAO mengutuk serangan Soviet. Resolusi pada gilirannya diadopsi pada Mei 1984 dalam Amandemen Konvensi Chicago tentang penerbangan sipil, dirancang untuk mengurangi risiko insiden semacam itu di masa depan. Di sini, kemudian, penyelidikan oleh sebuah organisasi mungkin tanpa persetujuan dari salah satu negara yang terlibat, dan, meskipun laporan tidak dapat dikatakan telah menyelesaikan sengketa, memiliki dasar penting terhadap konsekuensinyaPada tahun 1993, Bank Dunia membuat semacam standar prosedur permintaan untuk mendirikan inspeksi Panel untuk menerima dan memeriksa permintaan dari masyarakat, organisasi-organisasi atau kelompok yang percaya mereka mungkin terpengaruh oleh proyek yang didanai oleh Bank dan mengklaim proyek mungkin melanggar kebijakan dan praktek operasional Bank. Tugas Panel adalah pertama untuk merekomendasikan kepada Dewan Eksekutif Apakah masalah harus diselidiki dan kemudian, jika diminta untuk melakukannya pelaksanakan pemeriksaan. Temuan-temuan dari Panel tidak mengikat, tapi karena investigasi mereka berbasis pada imparsial, sebagai evaluasi memiliki aspek kuasi-yudisial, tetapi jelas menggabungkan elemen fakta penting. Panel Bank Dunia sudah mulai mengembangkan praktik yang berguna. Bank pembangunan Inter-Amerika dan Bank Pembangunan Asia sekarang memiliki mekanisme yang sama.Organisasi regional dari waktu ke waktu juga mendirikan Komisi penyelidikan dan, seperti yang akan kita lihat dalam Bab 8, Konvensi Hukum laut 1982 memiliki ketentuan untuk penyelidikan dalam artikel-artikel tentang 'khusus arbitrase'. Tercatat bahwa permintaan penyelidikan akhir ini menjadi sebuah kompenen penyelesain hukum. Oleh karena itu dengan terbentuknya dasar hukum mengadili dalam pengadilan permanen dan mengantikan cara mengadili dalam pengadilan internasional lampau, litigasi telah bekerja dalam sejumlah sengketa yang mungkin telah menjadikan penyelidikan sebagai pertimbangan . Demikian juga, kita akan melihat di bab berikutnya penyelidikan awal Komisi dalam periode perang dan kemudian oleh Komisi konsiliasi, yang menunjukkan bahwa campuran penyelidikan dengan konsiliasi di era Liga Bangsa-bangsa juga membingungkan.Kenyataan bahwa sekarang ada banyak alternatif yang bisa dipakai Komisi penyelidikan karena ada sejumlah kasus yang relatif kecil sebagai alasan. Namun, ada penjelasan yang ketiga dan lebih mendasar. Semua bentuk penyelesaian pihak ketiga telah dibuktikan kurang populer daripada yang sebuah antisipasi. Negara tidak ada memiliki alasan kuat untuk menganggap penyelidikan lebih menarik daripada penyelesaian hukum seperti yang akan lihat nanti, mereka siap untuk merujuk perselisihan ke pengadilan internasional. Faktanya adalah bahwa negara-negara sering kurang tertarik dalam menyelesaikan sengketa ketika memiliki pandangan mereka menang. Insiden KE 007 sempurna menggambarkan ini. Insiden ini, dalam beberapa hal yang mengingatkan urusan Bank Dogger, dianggap cocok untuk sebuah komisi penyelidikan jenis tradisional. Memang benar bahwa kepentingan sebuah masalah yang melibatkan keamanan, tuduhan memata-matai dan mungkin pertanyaan tentang rantai komando pada kasus Soviet, Fleksibilitas dalam prosedur yang tersedia untuk penyelesaian sengketa bukanlah kekurangan mengenai apa yang bisa dicegah, tapi keengganan dari Uni Soviet melaporan insiden atau tindakan yang menantang di forum internasional. Meskipun hal ini tidak bisa mencegah masalah yang sedang diselidiki oleh ICAO, itu jelas mengesampingkan kemungkinan konsesual komisi penyelidikan dari pertimbangan yang telah kami tulis.Karena itu hanya dalam situasi yang mana dalam lingkup kondisi untuk menyiapkan sebuah komisi penyelidikan. Sudah terindikasi bahwa ini adalah masalah sengketa dengan banyaknya fakta hukum atau kebijakan, bahwa tidak ada prosedur lain sedang bekerja dan yang paling penting dari semua, bahwa para pihak bersedia untuk menerima versi kejadian yang mereka berikan dapat saja salah. Suatu kombinasi dari keadaan tersebut sangat sering tidak terjadi. Ketika itu terjadi, hasil yang sangat memuaskan dari dua kasus tadi menunjukkan bahwa Komisi Internasional penyelidikan sebagai sarana untuk penyelesaian sengketa masih dapat menghasilkan hasil yang bermanfaat.

1