Complete Spinal Transection
-
Upload
nurfaidahnunu -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
description
Transcript of Complete Spinal Transection
MALARIA
I. PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak-
anak dan orang dewasa di negara tropis. Diperkirakan terdapat 400 juta kasus yang
dilaporkan dari seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian setiap
tahunnya, lebih dari 90% terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun di
daerah Sub-Sahara, Afrika. (1)
Di Indonesia terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kasus kematian
setiap tahunnya. Diperkirakan 35 % penduduk Indonesia tinggal di daerah yang
beresiko tertular malaria, 167 kabupaten/kota di Indonesia merupakan wilayah
endemis malaria.(1, 2)
Plasmodium falciparum yang paling banyak menyebabkan kematian. Anak-
anak usia di bawah lima tahun dan wisatawan non-imun mudah diserang infeksi
berat. Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan manifestasi klinik dan ditemukan
parasit plasmodium pada darah perifer pasien.(1-6)
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010
adalah0,6% dimana provinsi dengan API di atas angka rata-rata nasional
adalahNusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah,
BangkaBelitung, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo,
danAceh. Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di wilayah timur Indonesia,
yaitudi Papua Barat (10,6%), Papua (10,1%) dan Nusa Tenggara Timur (4,4%).(2,7)
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan
melaluiprogram pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain
meliputidiagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, serta surveilans dan
pengendalianvektor dalam hal pendidikan masyarakat dan pengertian tentang
kesehatanlingkungan, yang kesemuanya ditujukan untuk memutus mata
rantaipenularan malaria.(2 ,7)
Kasus resistensi parasit malaria terhadap klorokuin ditemukan pertama kalidi
Kalimantan Timur pada tahun 1973 untuk P. falcifarum, dan tahun 1991untuk P.
vivax di Nias. Sejak tahun 1990, kasus resistensi tersebutdilaporkan makin meluas
di seluruh provinsi di Indonesia.Selain itu,dilaporkan juga adanya resistensi
terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) dibeberapa tempat di Indonesia.Keadaan
ini dapat ingkatkan morbiditasdan mortalitas penyakit malaria. Oleh sebab itu,
untuk menanggulangimasalah resistensi tersebut (multiple drugs resistance) dan
adanya obat antimalaria baru yang lebih paten, maka pemerintah telah
merekomendasikanobat pilihan pengganti klorokuin dan SP, yaitu kombinasi
derivate artemisinindengan obat anti malaria lainnya yang biasa disebut dengan
Artemisininbased Combination Therapy (ACT).( 8)
II. DEFINISI
Malaria adalah penyakit akut atau kronik yang ditandai dengan demam yang
rekuren, menggigil, berkeringat, lelah, anemia dan splenomegali.(2, 9)
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium, ditularkan
oleh gigitan nyamuk Anopheles betina, yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat.(10)
III. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan perkiraan terbaru WHO yang dirilis pada bulan Desember tahun
2013, terdapat sekitar 207 juta kasus malaria pada tahun 2012 (perkiraan jumlah
yang diambil antara 135 juta sampai 287 juta kasus) dan kematian sekitar 627.000
jiwa (perkiraan jumlah yang diambil antara 473.000 sampai 789.000 kematian).
Angka kematian (mortality rate) malaria secara global telah menurun sampai 45%
sejak tahun 2000, dan 49 % pada wilayah pemantauan WHO di Africa. (11)
2
Sebagian besar kematian terjadi pada anak-anak di Afrika, di mana setiap
menitnya ada satu anak yang mati karena malaria.Angka kematian anak karena
malaria di Afrika telah menurun sebesar 54% sejak tahun 2000.(11)
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatyang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risikotinggi, yaitu bayi, anak
balita, dan ibu hamil.Selain itu, malaria secaralangsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitaskerja.(2, 7)
Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemisdimana hanya
sekitar 45% penduduk di kabupaten tersebut berisikotertular malaria. Berdasarkan
hasil survei komunitas selama 2007 –2010, prevalensi malaria di Indonesia
menurun dari 1,39 % (Riskesdas2007) menjadi 0,6% (Riskesdas 2010). Sementara
itu berdasarkanlaporan yang diterima selama tahun 2000-2009, angka
kesakitanmalaria cenderung menurun yaitu sebesar 3,62 per 1.000 pendudukpada
tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada tahun 2009dan 1,96 tahun
2010. Sementara itu, tingkat kematian akibat malariamencapai 1,3%.(4,2)
Pada tahun 2007, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan kebijakan
penggunaan satu indikator untuk mengukur angka kejadian malaria yaitu dnegan
untuk menggunakan Annual Parasite Incidence (API).Kebijakan ini mensyaratkan
bahwa setiap kasus malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan sediaan
darah dan semua kasus positif harus diobati dengan pengobatan kombinasi
berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin-based Combination Therapies).(2,5, 7)
Walaupun telah terjadi penurunan Annual Parasite Incidence (API)secara
nasional, di daerah dengan kasus malaria tinggi angka APImasih sangat tinggi
dibandingkan angka nasional, sedangkan padadaerah dengan kasus malaria yang
rendah sering terjadi kejadian LuarBiasa (KLB) sebagai akibat adanya kasus
impor. Pada tahun 2011jumlah kematian malaria yang dilaporkan adalah 388
kasus.(7)
3
Sumber :Kepustakaan no 7Gambar1. Peta Stratifikasi Malaria 2009
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010adalah
0,6% dimana provinsi dengan API di atas angka rata-ratanasional adalah Nusa
Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara,Kalimantan Tengah, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, Bengkulu,Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Aceh.
Tingkat prevalensitertinggi ditemukan di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua
Barat(10,6%), Papua (10,1%) dan Nusa Tenggara Timur (4,4%).(2)
Menurut karakteristik umur, point prevalence paling tinggi adalah pada umur
5-9 tahun (0,9%), kemudian pada kelompok umur 1-4 tahun (0,8%) dan paling
rendah pada umur <1 tahun (0,3%). Sedangkan menurut period prevalence,
prevalensi paling tinggi adalah pada kelompok umur >15 tahun (10,8%), nomor
dua paling tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun (10,7%) dan paling rendah tetap
pada umur <1 tahun (8,2%). Tampak kecenderungan kelompok yang berisiko
tinggi terkena malaria bergeser dari usia>15 tahun ke usia 1-4 tahun. Oleh karena
itu perlu intervensi pencegahan malaria pada usia 1-4 tahun, memperkuat promosi
anak dibawah lima tahun tidur dibawah kelambu berinsektisida serta menyediakan
obat malaria yang sesuai dengan umur balita. (7)
4
IV. ETIOLOGI
Malaria disebabkan oleh infeksi Plasmodium, yaitu protozoa intraseluler yang
disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina sebagai vektor
malaria.Nyamuk ini umumnya aktif menggigit saat petang dan fajar.(6, 11, 12)
Selain menginfeksi manusia, plasmodium juga menginfeksi binatang seperti
golongan burung, reptil, dan mamalia.Secara keseluruhan ada lebih dari 100
plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22
pada binatang primata). Namun yang dapat menyebabkan malaria pada manusia
hanya 4, yaitu Plasmodium falciparum,Plasmodium vivax, Plasmodium malariae
dan Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax adalah
yang paling sering ditemukan.Plasmodadium falciparum yang paling mematikan.(9)
Dalam beberapa tahun terakhir dilaporkan beberapa manusia juga menderita
malaria dari infeksi Plasmodium knowlesi , yaitu spesies yang selama ini hanya
menyerang primata yang hidup di area hutan Asia Tenggara.(11)
Malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, dan dari wanita hamil ke janinnya. Meskipun demikian, resiko
penularan melalui transfusi darah sangat kecil dan telah menurun di Amerika
tetapi dapat terjadi pada pemberianwhole blood, packed red blood cells (PRC),
platelets, leukocytes, dan transplantasi organ. (12)
IV.A. TRANSMISI
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Intensitas penularan
bergantung pada faktor-faktor yang berhubungan dengan parasit, vektor, tuan
rumah (manusia), dan kondisi lingkungan. (1, 6, 11)
Nyamuk Anopheles bertelur di air dan setiap spesies memiliki pilihan
tertentu untuk bertelur, misalnya beberapa lebih menyukai di air bersih yang
dangkal, seperti sawah dan genangan air.Transmisi lebih aktif pada tempat di
5
mana nyamuk memiliki masa hidup lebih panjang (sehingga parasit memiliki
waktu untuk berkembang yang lebih lama di dalam tubuh nyamuk) dan di mana
nyamuk lebih senang menggigit manusia daripada binatang. Sebagai contoh, jenis
vektor yang ada di Afrika dengan masa hidup lebih lama dan lebih senang
menggigit manusia, sehingga lebih dari 90% angka kematian akibat malari di
dunia ada di daerah ini. (11)
Transmisi juga tergantung dari cuaca yang mempengaruhi jumlah nyamuk
yang hidup, misalnya pola hujan, temperature, dan kelembaban udara.Di banyak
tempat, transmisi terjadi secara musiman dengan puncaknya selama dan setelah
musim hujan. Epidemi malaria bisa terjadi ketika iklim dan kondisi lain tiba-tiba
cocok untuk transmisi di area di mana penduduknya sedikit atau tidak memiliki
imunitas terhadap malaria.Malaria juga bisa terjadi pada orang dengan imunitas
rendah yang pergi ke daerah dengan transmisi malaria yang tinggi.(11)
Di Indonesia konfirmasi vektor telah dilakukan sejak tahun 1919 sampai
tahun 2009, dan selama periode tersebut terdapat 25 spesies ditemukan positif
membawa parasit malaria, dengan penyebaran seperti ditunjukan dalam peta di
bawah ini.(7)
6
Sumber :Kepustakaan no 7Gambar2.Vektor Malaria di Indonesia
IV.B. SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara
alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.(2)
Spesies Plasmodium pada manusia adalah :(1-7, 9-12)
1) Plasmodium falciparum (P. falciparum).
2) Plasmodium vivax (P. vivax)
3) Plasmodium ovale (P. ovale)
4) Plasmodium malariae (P. malariae)
5) Plasmodium knowlesi (P. knowlesi)
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum
dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara
7
lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P ovale pernah ditemukan di
Nusa Tenggara Timur dan Papua. (2)
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk Anopheles betina(2)
Sumber :Kepustakaan no 2Gambar 13.Siklus hidup plasmodium.
IV.C.1. Siklus Pada Manusia.
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama
lebih kurang setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan
menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri
dari 10,000-30,000 merozoit hati (tergantung spesiesnya).(2)
Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih
kurang 2 minggu.Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman
yang disebut hipnozoit.Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama
8
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh
menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).(2)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.(2)
Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit
yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit
jantan dan betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara bersamaan. Hal ini
terkait dengan waktu dan jenis pengobatan untuk eradikasi.(2)
IV.C.2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina.
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan
menjadi zigot.Zigot berkembangmenjadi ookinet kemudian menembus dinding
lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi
ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap
ditularkan ke manusia.(2)
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam.Masa
inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium Masa prepaten adalah rentang
waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi
dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik.(2)
9
Masa Inkubasi Plasmodium(Rata-Rata)
Plasmodium Masa Inkubasi Rata-Rata
P. falciparum P. vivax P. ovale P. malariae P.knowlesi
9 – 14 hari (12) 12 – 17 hari (15)16 – 18 hari (17)18 – 40 hari (28)10 – 12 hari (11)
Sumber :Kepustakaan no 2Tabel 1.Masa inkubasi plasmodium rata-rata
V. PATOGENESIS
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel
makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin,
antara lain TNF (Tumor Nekrosis Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6
akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu
tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat plasmodium
memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum memerlukan waktu
36-48 jam, P. vivax/P. ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada P.
falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/P. ovale selang waktu satu hari, dan
P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari.(2)
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah
merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah,
sedangkan P. malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1%
dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax , P.
ovale dan P. malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. Plasmodium
falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi pada infeksi akut dan kronis.(2)
Splenomegali
10
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium
dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang
iniakan menyebabkan splenomegali.(2)
VI. MANIFESTASI KLINIS
Malaria dapat menyerupai setiap penyakit demam dan harus dicurigai pada
setiap anak demam yang baru-baru ini berada di daerah endemi malaria. Anak
yang lebih besar dapat bermanifestasi periodisitas klasik demam dan menggigil.(15)
Setelah gigitan nyamuk, anak-anak tidak menunjukkan gejala sementara
parasit menyelesaikan siklus hati dan 1 siklus erythrocytic, yang memakan waktu
8-18 hari, tergantung pada spesies.Anak-anak kemudian menjadi gelisah,
mengantuk, apatis, dan anoreksia. Anak yang lebih besar dapat mengeluh tubuh
sakit, sakit kepala, dan mual.(15)
Demam biasanya terus menerus dan mungkin sangat tinggi ( 40 ° C ) dari hari
pertama. Banyak anak hanya memiliki gejala pernafasan seperti flu, dengan batuk
ringan dan dingin. Gejala ini mereda dalam 1-2 hari, dengan atau tanpa
pengobatan.(15)
Muntah sangat sering terjadi pada anak dengan malaria dan dapat membuat
terapi oral tidak efektif.Diare ringan sering diamati, dengan konsistensi tinja
berlendir hijau. Kadang-kadang didapatkan diare dengan dehidrasi berat dan
kegagalan sirkulasi.(15)
Kejang yang bersifat umum dapat terjadi pada awal penyakit, bahkan sebelum
demam tinggi sehingga untuk membedakan dengan gangguan kesadaran akibat
malaria serebral seringkali sulit.(15)
Parasitemia pada neonatus dalam waktu 7 hari dari kelahiran menandakan
terjadinya transmisi transplasenta.Malaria bawaan ini biasanya berhubungan
dengan parasitemia plasenta, yang kadang-kadang tetap ada bahkan setelah
11
pengobatan cukup dengan obat antimalaria.Gejalanya pada bayi mengalami
demam, irritable, tidak mau menetak, anemia, ikterus, dan hepatosplenomegali.(15)
Anak-anak yang tinggal di daerah di mana malaria adalah endemik akan
sering infeksi dandapat meningkatkan serta mempertahankan kekebalan
parsialnya. Anak-anak ini sering memberikan gejala hanya demam ringan ,
anemia, nafsu makan yang buruk, dan malaise. Kelelahan, gelisah, batuk, dan
diare adalah gejala lain yang mungkin terjadi.(15)
Relaps pada penyakit malaria tergantung pada spesies Plasmodium yang
terlibat. P vivax dan P ovale keduanya menimbulkan hypnozoites di hati. P malaria
vivax dapat relaps hingga 3 tahun dan P ovale selama 1-1,5 tahun. P falciparum
dan P malariae tidak membentuk hypnozoites, sehingga mereka tidak relaps secara
baik. Namun, bisa terjadi kembali setelah suatu jangka waktu yang lama karena
bentuk erythrocytic-nya tetap hidup.(15)
Meskipun P falciparum dapat terjadi kembali sampai waktu 1 tahun, P
malariae dapat terus menyebabkan serangan malaria klinis bahkan 20 tahun setelah
infeksi awal.Hanya sporozoit (yang diperkenalkan oleh nyamuk itu sendiri) dapat
menembus sel-sel hati.Jadi, jika malaria diperoleh melalui transfusi darah atau
plasenta, tidak terjadi infeksi pada hati maka ke kambuhan tidak terjadi.(15)
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkananamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.WHO
merekomendasikan untuk mengkonfirmasi terlebih dahulu pasien suspek malaria
dengan rapid-testatau dengan mikroskop sebelum memberi pengobatan
malaria.Diagnosa pasti malaria apabila ditemukan parasit malaria dalam
darah.Hasil pemeriksaan parasitologi dapat diperoleh dalam waktu 15
menit.Pengobatan yang hanya berdasar pada gejala klinis saja hanya dapat
dipertimbangkan jika pemeriksaan secara parasitologi tidak dapat dilakukan.(2, 11)
VII.A. ANAMNESIS
12
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, mual , muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-
pegal.Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:(2)
1.Riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria
2.Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
3.Riwayat sakit malaria atau riwayat demam
4.Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
5.Riwayat mendapat transfusi darah
VII.B. PEMERIKSAAN FISIK
Terdapat gejala klinis utama dan tambahan yang dapat diperhatikan dalam
mendiagnosis malaria, yaitu: (9)
a) Gejala Utama
1) Demam yang bersifat serangan dan berulang (2, 9)
Demam yang bersifat serangan dengan interval tertentu disebut
paroksisme. Satu periode peroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yaitu
:(9)
Stadium dingin : dimulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat
dingin. Gigi gemeretak, badan gemetar, bibir dan jari-jari pucat atau
sianosis. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. (9)
Stadium demam : pada stadium ini penderita merasa kepanasan, suhu
badan meningkat dengan cepat (dapat sampai 41oC atau lebih), muka
merah, kulit kering, dan terasa sangat panas seperti terbakar.
Biasanya penderita merasa sangat haus. Stadium ini berlangsung
antara 2 sampai 12 jam.(9)
Stadium berkeringat : pada stadium ini penderita berkeringat banyak
sekali kemudian suhu badan menurun dengan cepat kadang-kadang
sampai di bawah normal. Stadium ini berlangsung 1 sampai 2 jam.(9)
13
Gejala-gejala tersebut di atas tidak selalu sama pada setiap penderita
tergantung pada spesies parasit, beratnya infeksi, umur dan status
imunitas penderita. Serangan demam ini berlangsung setiap 48 jam (hari
ke 3) dari serangan demam sebelumnya pada malaria vivax (tertian) dan
ovale, dan setiap 72 jam (hari ke 4) untuk malaria malariae (quartana).
Pada malaria falciparum serangan-serangan demam ini sering tidak
teratur dan jarang periodic.(9)
Makin muda usia maka serangan-serangan demam makin tidak spesifik
(terutama anak-anak usia <5 tahun).(9)
2) Anemia (2, 9)
Konjungtiva atau telapak tangan tampak pucat.
Sumber :Kepustakaan no 8 dan 16Gambar 15 dan 16. Telapak tangan pucat, tanda anemia
3) Pembesaran limpa (Splenomegaly) (2, 6)
b) Gejala Tambahan (9)
1) Sakit kepala, kejang
2) Lemah, lesu, nyeri otot-otot dan tulang
3) Anoreksia, mual, muntah, sakit perut dan diare
4) Ikterus
5) Pembesaran hati (hepatomegaly)
6) Tanda-tanda distress pernapasan.
14
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Bayi-bayi dan anak kecil yang mengalami demam lama (≥ 1 minggu)
dengan kausa yang tidak jelas perlu dipertimbangkan kausa malaria.(9)
Bila sudah diketahui menderita malaria maka perlu dipertanyakan tempat
tinggal, daerah asal sebelumnya, riwayat bepergian dan perjalanan
sebelumnya untuk menentukan risiko resistensi.(9)
c) Manifestasi Malaria yang Berat (9)
Manifestasi malaria berat adalah manifestasi malaria falciparum yang disertai
komplikasi, yaitu:(2, 9)
1) Hiperpireksia
2) Malaria serebral (malaria yang disertai penurunan kesadaran ringan
sampai berat)
3) Kolaps sirkulasi (renjatan)
4) Hemoglobinuria, urin berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever)
5) Koagulapati intravaskuler menyeluruh (DIC)
6) Hipoglikemia (gula darah <40 mg/dl)
7) Tanda-tanda edema paru (sindrom distress pernapasan)
8) Asidosis
9) Gagal ginjal akut (kreatinin > 1,5 mg/dl dan urin < 240 ml/m2/24 jam
untuk anak, dan < 1 ml/KgBB/jam pada bayi)
VII.C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan
pemeriksaan sediaan darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui
cara berikut.(2,9)
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar
baku) untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan
dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis.
15
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah
sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan:
1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);
2) Spesies dan stadium Plasmodium;
3) Kepadatan parasit:
a) Semi Kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
(+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %
b) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit
8.000/uL maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000
parasit/uL. Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika
jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X
50 = 225.000 parasit/uL.
Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan adalah:
16
1. pengukuran hemoglobin dan hematokrit;
2. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;
3. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah); dan
d. urinalisis
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia,termasuk
stadium gametosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat
kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua
obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu
setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan
berat badan. Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria
(OAM) kombinasi. Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah
penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan
farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.Tujuan
terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah
terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria.Pengobatan kombinasi
malaria harus(9)
a. aman dan toleran untuk semua umur;
b. efektif dan cepat kerjanya;
c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi; dan
d. harga murah dan terjangkau.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan
golongan aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40
17
mg dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per – oral
selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut:
Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
2. Artesunat – Amodiakuin
Kemasan artesunat – amodiakuin yang ada pada program pengendalian malaria
dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan 4 tablet
amodiakuin 150 mg.
A. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.
1. Pengobatan Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
sedangkan obat primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Lini pertama pengobatan malaria falsiparum dan
malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
Lini pertama
ACT+Primakuin
Tabel 1. Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut berat badan
dengan DHP dan Primakuin
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤ 5kg 6-10 kg
11-17
kg
18-30
kg 31-40kg
41-
59kg
≥60
kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
≥15
tahun
≥15
tahun
1-3. DHP 1/4 1/2. 1 1 1/2 2 3 4
1
primakui
n ¾ 1 1/2 2 2 3
18
Tabel 2 pengobatan lini pertama malaria vivaks menurut berat badan
dengan DHP dan primakuin
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤ 5kg 6-10 kg
11-17
kg
18-30
kg 31-40kg
41-
59kg ≥60 kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
≥15
tahub
≥15
tahun
1-3. DHP 1/4. 1/2. 1 1 1/2 2 3 4
1
primakui
n 1/4. 1/2 3/4. 1 1
Dosis obat
Dihydroartemisin = 2-4 mg/kgBB
Piperakuin = 16-32 mg/KgBB
Primakuin = 0.75mg/kgBB (P falciparum untuk hari 1)
Primakuin = 0.25 mg/kgBB (p. Vivax selama 14 hari)
Keterangan :
Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ berdasarkan berat badan. Apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.
1. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
2. Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
3. Apabila pasien P. falciparum dengan BB >80 kg datang kembali
19
dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan Darah
masih positif P. falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan
menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
Tabel 3 Pengobatan Lini pertama Malaria falsiparum menurut berat badan
dengan Artesunat+ Amodiakuin dan Primakuin
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10 kg
11-17
kg
18-30
kg 31-40kg
41-
49kg
50-
59kg ≥60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
≥15
tahub
≥15
tahun
≥15
tahun
1-3.
Artesunat 1/4. 1/2. 1 1 1/2 2 3 4 4
amodiakui
n 1/4. 1/2. 01-Jan 1 1/2 2 3 4 4
1 Primakuin 3/4. 1 1/2 2 2 2 3
Tabel 4. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan
dengan Artesunat+ Amodiakuin dan primakuin
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10 kg
11-17
kg
18-30
kg 31-40kg
41-
49kg
50-
59kg ≥60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
≥15
tahub
≥15
tahun
≥15
tahun
1-3.
Artesunat 1/4. 1/2. 1 1 1/2 2 3 4 4
amodiakui
n 1/4. 1/4. 1/2. 1 1/2 2 3 4 4
Jan-14 Primakuin 1/4. 1/2. 3/4. 1 1 1
20
Dosis obat:
Amodiakuin basa= 10mg/kgBB dan
Artesunat=4mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB
(P. vivax selama 14 hari)
b. Lini Kedua untuk Malaria falsiparum
Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Pengobatan lini kedua Malaria falsiparum diberikan jika pengobatan lini pertama
tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit
aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Tabel 5. Pengobatan Lini kedua untuk malaria falsiparum (dengan obat
kombinasi Kina dan Doksisiklin)
har
ijenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤ 5kg 6-10 kg
11-
17
kg
18-30
kg 31-33 34-40 41-45 46-60
>
60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahu
n
5-9
tahun
10-14
tahun 10-14
≥15
tahun
≥15
tahun ≥15
1-
3.
kina
sesuai
BB 3x ½ 3x1
3x1
1/2 3x1 ½ 3x2 3x 2 1/2
3x 2
1/2 3x3
Primakui
n 1/4. 3/4. 1 1/2 2 2 2 3 3
21
Tabel dosis Doksisiklin
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤ 5kg 6-19kg
20-
29kg 30-44kg
45-
59kg ≥60kg
0-1
bulan
2bulan-8
tahun
>8tahu
n
10-14
tahun
≥15
tahun
≥15
tahun
HARI
1-7
Doksisikli
n - -
2x25m
g 2x50mg
2x75m
g
2x100m
g
Catatan: dosis kina diberikan sesuai BB (3x10mg /kgBB/hari)
Dosis doksisiklin 3.5 mg/kg BB/hari diberikan 2x sehari (>15tahun)
Dosis Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2xsehari (8-14 tahun)
Tabel 6 Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (dengan obat
kombinasi Kina dengan Tetrasiklin)
hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10kg
11-
17kg 18-30 31-33 34-40 41-45 46-60 >60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahub
10-14
tahun
≥
15tahun
≥
15tahun
≥15
tahun
HARI
1-7 Kina
sesuai
BB 3x1/2 3x1 3x 1 ½ 3x 1 1/2 3x2 3x 2 1/2 3x 2 1/2 3x3
HARI
1
Primakui
n 3/4. 1 1/2 2 2 2 3 3
22
Tabel 7 dosis tetrasiklin
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10kg
11-
17kg
18-
30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg ≥60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-
8tahu
n
>8-
14tahun
>15tahu
n
≥15tahu
n
≥15
tahun
HARI
1-7
Tetrasikli
n
sesuai
BB 3x1/2 3x1
3x 1
1/2
4x125m
g
4x125m
g
4x250m
g
4x250m
g
Catatan: dosis tetrasiklin 4mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari
Tidak diberikan pada anak umur <8tahun
Oleh karena doksisiklin dan tetrasiklin tidak dapat diberikan pada ibu hamil mak
sebagi penggantinya dapat di pakai Klindamisin yang tersedia di Puskesmas
Tabel 8 Dosis Klindamisin pada anak
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10kg
11-
17kg
18-
30kg 31-33kg 34-40kg 41-45kg
46-
60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-
9tahu
n
10-
14tahun
10-
14tahun
≥15tahu
n
≥15
tahun
HARI
1-7
klndamisi
n 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x
Dosis anak anak 10mg/kgbb/kali diberikan 2x sehari perkapsul Klindamisin
basa 150mg dan 300 mg
23
c. lini kedua untuk malaria vivaks
Kina+primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak respon
terhadap pengobatan ACT
Tabel 9 Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks
hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10kg
11-
17kg
18-
30kg 31-33kg 34-40kg 41-45kg
46-
60kg ≥60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-
9tahu
n
10-
14tahun
10-
14tahun
≥15tahu
n
≥15
tahun
≥15
tahun
HARI
1-7 Kina
sesuai
BB 3x1/2 3x1
3x1
1/2 3x1 ½ 3x2 3x2 1/2 3x2 1/2 3x3
hari 1-
14
Primakui
n 1/4. 1/2. 3/4. 3/4. 1 1 1
(d) pengobatan malaria vivaks yang relaps
Dugaan relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis
0.25mg/kgBB/hari sudah diminum selam 14 hari dan penderita sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
pengobatan.
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan lagi regimen ACT
yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatakan menjadi 0.5 mg/kgBB/hari
24
2. Pengobatan Malaria ovale
a. Lini Pertama untuk Malaria ovale
Pengobatan Malaria ovale saat ini menggunakan Artemisinin Combination
Therapy (ACT), yaitu Dihydroartemisinin Piperakuin (DHP) atau Artesunat +
Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama
dengan untuk malaria vivaks
b. Lini Kedua untuk Malaria ovale
Pengobatan lini kedua untuk malaria ovale sama dengan untuk malaria vivaks
3. Pengobatan Malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali per hari selama 3 hari,
dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan
primakuin
4. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale dengan ACT. Pada
penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Tabel 10. Pengobatan onfeksi campur P.falciparum + P.vivax/P ovale dengan
DHP
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10kg
11-
17kg
18-
30kg 31-40kg 41-59kg ≥60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-
9tahu
n
10-
14tahun
10-
14tahun
≥15tahu
n
1-3. DHP 1/4. 1/2. 1 1 1/2. 2 3 4
25
1-14.
Primakui
n 1/4. 1/2. 3/4. 1. 1.
Tabel 11 Pengobatan infeksi campur P/falciparum + P.vivax/P ovale dengan
Artesunat + Amodiakuin
Hari jenis obat
jumlah tablet per hari menurut berat badan
≤5kg 6-10kg
11-
17kg
18-
30kg 31-40kg 41-59kg ≥60kg
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-
9tahu
n
10-
14tahun
10-
14tahun
≥15tahu
n
1-3. Aretesunat 1/4. 1/2. 1 2. 3. 4. 4.
1-14.
Amodiakui
n 1/4. 1/2. 1. 2. 3. 4. 4.
1/4. 1/2. 3/4. 1
5. pengobatan infeksi campur P/falciparum + p. Malariae
Infeksi antara p.falciparum dengan p. Malariae diberikan regimen ACT selama 3
hari dan primakuin pada hari 1.
IX. PROGNOSIS
Kematian dapat terjadi dengan salah satu spesies malaria, tetapi yang paling
sering dengan rumit malaria P. falciparum.Kemungkinan kematian meningkat
pada anak-anak dengan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya, seperti
campak, parasit usus, schistosomiasis, anemia, dan malnutrisi. Kematian adalah
jauh lebih umum di negara-negara berkembang yang miskin.(2)
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Tatura SNN. Efikasi Obat Kloroquine, Kina, Artesunate-SP, Artesunate-
Amodiaquine, Artesunate-Lumafentrin pada Anak Malaria Falciparum di
BLU RSUP Prof. Dr. RD. Kandou Manado. Sari Pediatri. 2009;10(6):417-23.
2. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2013
tentang Pedoman Tata Laksana Malaria. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia; 2013.
3. Kundu R, Ganguly N, Ghosh TK, Choudhury P, Shah RC. Diagnosis and
Management of malaria in Children. Indian Pediatrics. 2005;42:1101-14.
Epub 2 Januari 2014.
4. Stauffer W, Fischer PR. Diagnosis and Treatment of Malaria in Children.
Clinical Infectious Diseases. 2003;37:1340-8. Epub 15 November.
5. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. Guidelines for the treatment
of malaria2nd edition. Geneva: World Health Organization;2010.
6. Centre for Disease Control DaIDU, Royal Darwin Hospital. The Malaria
Treatment Guidelines. Darwin, Australia: Department of Health Northern
Territory Government; September 2012.
7. RI PDdIKK. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela: Data dan
Informasi Kesehatan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI; 2011. p. 1-17.
8. World Health Organization. Country Office for Indonesia. Pedoman elayanan
kesehatan anak di rumah sakitrujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ;
alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia. Jakarta : WHO Indonesia, 2009. p. 168-
9.
9. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUH. Malaria. Standar Pelayan Medik.
Makassar: SMF Anak RSWS; 2013. p. 19-24.
27
10. United Nations Children’s Fund. Malaria and Children: Progress in
intervention coverage. New York: UNICEF; 2007
11. World Health Organization Media Center. Malaria. World Health
Organization; 2013 [updated Desember 2013; cited 2013 23th Desember];
Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs094/en/#.
12. Krause PJ. Malaria (Plasmodium). In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson
HB, Stanton BF, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Eighteenth ed.
United States of America: Saunders, An Imprint of Elsevier 2007.
13. Sinka ME, Bangs MJ, Manguin S, Chareonviriyaphap T, Patil AP, Temperley
WH, et al. The dominant Anopheles vectors of human malaria in the Asia-
Pacific region: occurrence data, distribution maps and bionomic précis.
Parasites&Vectors.2011;4(89):1-46.http://www.parasitesandvectors.com/
content/4/1/89
14. Project MA. Mosquito Malaria Vectors
http://www.map.ox.ac.uk/explore/mosquito-malaria-vectors/bionomics/:
Malaria Atlas Project; 2014 [cited 2014 11 Januari]
15. Mehta PN, Steele RW. Pediatric Malaria Treatment & Management.
Medscape; 2013 [updated Juli 30, 2013; cited 2013 26 Desember 2013];
Available from: http://emedicine.medscape.com.
16. Crawley J, Chu C, Mtove G, Nosten F. Malaria in children. Lancet.
2010;375:1468-81. Epub 24 April 2010.
28
29