Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

download Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

of 23

Transcript of Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    1/23

    1

    INKONTINENSIA URIN DALAM KEHAMILAN

    I. PENDAHULUAN

    Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang cukup sering dijumpai

    pada orang berusia lanjut, khususnya perempuan. Inkontinensia urin seringkali tidak

    dilaporkan oleh pasien atau keluarganya, antara lain karena menganggap bahwa masalah

    tersebut merupakan masalah yang memalukan untuk diceritakan. Pada wanita perubahan

    fisik akibat kehamilan, melahirkan dan menopause sering menyebabkan stres

    inkontinensia. Pada wanita menurunnya kadar estrogen dapat menyebabkan tekanan otot

    disekitar urethra lebih menurun sehingga meningkatkan kemungkinan kebocoran. Insiden

    inkontinensia stres meningkat pada wanita yang menopause.1,2

    Inkontinensia urin dapat mengenai perempuan pada semua usia dengan derajat

    dan perjalanan penyakit yang bervariasi. Walaupun jarang mengancam jiwa inkontinensia

    urin dapat memberikan dampak serius pada kesehatan fisik, psikologi dan sosial pasien.

    Inkontinensia urin sering ditemukan pada kondisi hamil maupun postpartum dikarenakan

    kehamilan sendiri dapat menginduksi perubahan anatomi dan fisiologi traktus urinarius.

    Pembesaran ginjal biasanya dikarenakan dilatasi pelvis akibat hydro-ureter yang

    biasanya terjadi pada kehamilan 7 minggu. Pada traktus urinarius bagian bawah, kandung

    kemih dan uretra menjadi hiperemis serta bengkak akibat otot detrusor yang hipertropi

    dibawah efek estrogen namun dengan demikian kandung kemih menjadi hipotonik.

    Peningkatan frekuensi miksi dan nokturi seringkali ditemukan sebagai gejala pada ibu

    hamil. Normalnya pada ibu yang tidak hamil miksi dapat terjadi empat hingga enam kali

    dan jarang pada malam hari. Penigkatan frekuensi miksi meningkat pada kehamilan yang

    ke-7 minggu. Kesulitan pengosongan kandung kemih meningkat pula pada kehamilan,

    inkontinensia urgensi cenderung meningkat pada kehamilan akibat ketidakstabilan otot

    detrusor. Inkontinensia urin stress meningkat pula pada kehamilan, akibat beban

    myogenik atau neurogenik spingter uretra.3,4

    II. DEFINISI

    Inkontinensia urin disebut juga ketidakmampuan menahan air kencing.

    Berdasarkan International Continence Society, inkontinensia urin adalah keluhan

    berkemih tanpa disadari (involunter) akibat gangguan fungsi saluran kemih bagian bawah

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    2/23

    2

    yang dipicu oleh sejumlah penyakit sehingga menyebabkan pasien berkemih pada situasi

    yang berbeda.4,5

    Inkontinensia Urine merupakan symptom storage. Dengan definisi sebagai berikut: 5

    Keluhan setiap keluarnya urine yang tidak dapat dikendalikan (definisi ini untukkeperluan studi epidemiologi)

    Keluarnya urine yang tidak dapat dikendalikan yang menyebabkan problemsosial dan hygiene.

    III. EPIDEMIOLOGI

    Inkontinensia urine adalah masalah kesehatan yang signifikan di seluruh duniadengan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan sosial dan ekonomis pada

    individu dan lingkungannya. Hu dan rekan memperkirakan biaya total dari inkontinensia

    di Amerika Serikat pada tahun 2000 adalah sekitar 19,5 juta dollar. Inkontinensia

    memiliki pengaruh ekonomis yang lebih besar daripada penyakit kronis lainnya.6

    Inkontinensia urine lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria. Terdapat banyak

    penelitian epidemiologis mengenai inkontinensia pada wanita, tetapi berbeda dalam hal

    definisi, pengukuran inkontinensia, metodologi survei, dan pemilihan kohort membuatnya

    sulit untuk melakukan perbandingan. Terdapat penelitian epidemiologis di Amerika

    mengidentifikasi angka prevalensi sebesar 10-40% wanita tua yang mengalami

    inkontinensia. Hunskaar dan rekan (2005) meringkas data epidemiologis yang tersedia

    dan menyimpulkan bahwa prevalensi inkontinensia urine pada wanita tua mengalami

    peningkatan yang stabil (30% hingga 50%). Pada wanita tua inkontinensia yang sering

    terjadi adalah inkontinensia tipe campuran. Seperti yang telah disinggung diatas, resiko

    inkontinensia urine meningkat seiring dengan peningkatan usia. Telah lama dicurigai

    bahwa terdapat hubungan antara inkontinensia dengan menopause. Puncak prevalensi

    inkontinensia adalah pada wanita yang telah menopause.6,7

    Inkotinensia urin sering terjadi pada wanita hamil maupun postpartum. Banyak

    artikel yang menerbitkan tentang inkotinensia urin dalam kehamilan, namun tidak banyak

    ulasan yang memfokuskan pada insiden dan prevalensi inkotinensia urin pada kehamilan.

    Inkotinensia urin biasanya terjadi pada wanita yang belum pernah melahirkan (nulipara).

    Pada sebuah studi norwegia mengemukakan bahwa prevalensi inkotinensia urin terjadi

    pada wanita berusia 20-34 tahun dan 35-44 tahun masing-masing 8% dan 15%. Insiden

    inkotinensia urin menurun pada trimester satu, meningkat pesat pada trimester kedua dan

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    3/23

    3

    terus meningkat hingga trimester berikutnya. Beberapa penelitian melibatkan populasi

    yang besar berbasis kohort telah diterbitkan selama beberapa tahun terakhir. Sebuah studi

    kohort spanyol pada tahun 2012 yang terdiri dari 1.128 wanita nulipara sebelum

    kehamilan memiliki kuisioner tentang data tiap trimester, artikel ini mengemukakan

    bahwa kejadian kumulatif inkotinensia urin pada kehamilan sebesar 39%. Sebuah studi

    diaustralia pada tahun 2009 yang terdiri dari 1.507 wanita nulipara yang diwawancara

    dari awal kehamilan hingga akhir kehamilan menemukan bahwa prevalensi inkotinensia

    dalam kehamilan sebesar 45%. Tahun 2001 dari hasil penelitian di norwegia pada 43.279

    wanita hamil menunjukan inkotinensia urin pada kehamilan 30 minggu antara nulipara

    dan para masing-masing 39% dan 49%. Inkotinensia stress merupakan inkotinensia yang

    peling sering terjadi.7

    IV. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN KEMIH BAWAH

    IV.I. ANATOMI

    Sistem urinarius terbagi atas 2 sistem bagian, yaitu traktus urinarius atas dan traktus

    urinarius bawah8

    1. Traktus urinarius atas terdiri atas ginjal dan ureter. Berfungsi untuk menyaring darahdan memproduksi urin.

    2. Traktus urinarius bawah terdiri atas kandung kemih (blader), uretra dan spingteruretra. Berfungsi menyimpan dan mengeluarkan urin

    Gambar 1. Struktur Saluran Kemih Bagian Bawah

    (diambil dari kepustakaan 8)

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    4/23

    4

    KANDUNG KEMIH

    Kandung kemih adalah organ berongga berotot yang biasanya terletak dibelakang

    simpisis pubis dan tertutup peritoneum dibagian superior dan anterior. Kandung kemih

    terdiri dari sincitium serat otot polos yang kenal sebagai otot detrusor. Kontraksi dari otot

    detrusor ini mengakibatkan penurunan diameter kandung kemih. Sel-sel otot polos dalam

    detrusor secara signifikan memiliki jumlah asetilkolin yang banyak, yang mana mewakili

    suplai saraf kolenergik parasimpatis.9

    Vesika urinaria (kandung kemih) umumnya mudah menampung 350 ml, akan

    tetapi dapat pula terisi cairan 600ml atau lebih. Struktur kandung kemih berbentukpiramid. Apeks piramid ini arahnya kedepan dan dari situ terdapat suatu korda fibrosa

    yaitu urakus, yang berjalan keatas menuju umbilikus menjadi ligamentum umbilikale

    media. Basis (permukaan posterior) kandung kemih berbentuk segitiga. Pada wanita

    diantara kandung kemih dan rektum ada vagina. Permukaan inferolateral vagina di

    inferior berbatasan dengan dasar panggul dan dianterior dengan lapisan lemak retropubis

    dan os pubis. Leher kandung kemih menyatu dengan prostat pada pria sedangkan pada

    wanita langsung melekat kefasia pelvis. Membrana mukosa kandung kemih membentuk

    lipatan bila kandung kemih kosong kecuali membrana yang melapisi basis (disebuttrigonum) yang tetap halus. Angulus superior trigonum menendai pintu masuk orifisium

    ureter. Terdapat peninggian muskularis, yaitu lipatan intereureterika, yang berjalan

    diantara orifisium ureter. Angulus inferior dari trigonum ini berbatasan dengan meatus

    uretra interna. Lapisan otot kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos membentuk

    trabekula yang disebut (otot) detrusor. Detrusor menebal dileher kandung kemih dan

    membentuksfingter vesika.5,10

    Arteria vesicalis superior dan arteria vesicalis inferior dipercabangkan oleh

    arteria iliaca interna. Aliran darah venous dari daerah muara ureter dan dari collum

    vesicae bergabung dengan pembuluh vena dari prostat dan uretra dan bersama-sama

    bermuara kedalam vena iliaca interna. Plexus vesicalis dibentuk oleh serabut-serabut

    sympathis dan parasympathis, mengandung komponen motoris dan sensibel. Serabut

    efferent parasympathis (= nervus erigentis ) berasal dari medulla spinalis segmen sacralis

    24 menuju ke m.detrusor, berganti neuron pada dinding vesica urinaria. Berfungsi pula

    sebagai penghambat (inhibitory fibers) bagi otot polos vesicae dan m.sphincter urethrae.

    Stimulus parasympathis menimbulkan kontraksi dinding vesica urinaria dan relaksasi

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    5/23

    5

    sphincter urethrae. Stimulus sympathis menyebabkan kontraksi otot-otot trigonum

    vesicae, muara ureter dan sphincter urethrae, dan disertai relaksasi otot dinding vesica.

    Serabut sensibel membawa stimulus nyeri dan stimulus pembesaran vesica (distension,

    vesica terisi penuh). Stimulus nyeri dibawa oleh serabut-serabut sympathis dan

    parasympathis. Nyeri pada vesica dapat menyebar pada regio hypogastrica ( referr`ed

    pain ), sedangkan nyeri pada daerah trigonum vesicae dapat menyebar sampai ke ujung

    penis atau clitoris.11

    SFINGTER URETRA

    Dalam tubuh manusia, sfingter uretra internal dan eksternal adalah otot yangmembantu mengontrol aliran urin dari tubuh. Manusia memiliki sfingter uretra internal

    dan eksternal. Sfingter uretra eksterna pada wanita hanya berfungsi untuk mencegah urin

    kelur, tetapi otot-otot yang sama pada pria juga membantu dalam ejakulasi dan mencegah

    air mani masuk ke vesica urinaria. Inkontinensia urin dapat terjadi ketika salah satu dari

    otot-otot sfingter yang rusak. Sfingter uretra internal terletak di dalam tubuh, di luar

    vesica urinaria. Sfingter uretra internal ditemukan setelah bagian bawah vesica urinaria.

    Sfingter ini merupakan lanjutan dari oto-otot polos vesica urinaria yang dikenal sebagai

    muskulus sfingter vesisae internus atau muskulus lisosfingter. Kontraksi otot sfingter iniadalah secara autonom, yang berarti bahwa seseorang tidak dapat mengendalikannya.

    Sfingter uretra eksterna adalah otot lurik yang dapat dikendalikan atau disebut juga

    voluter. Sfingter ini disebut juga muskulus rabdosfingter eksternus.13

    URETRA

    -Saluran terakhir dari sistem urinarius mulai dari orificium internum urethra sampai keorificium urethra externa(tempat keluarnya urin).

    -Urethra laki-laki lebih panjang dari wanita karena pada laki-laki ada penis dan kelenjarprostat sedangkan pada wanita tidak ada.

    -Panjang Urethra laki-laki 18-20 cm sedangkan pada wanita hanya 5-8 cm-Terbagi 3 daerah pada pria ,yaitu: Urethra Protica yang dimulai dari orificium urethra

    internum sampai ke uretra yang ditutupi oleh kelenjar prostat dan berada dalam rongga

    panggul. Cairan mani ditambah dengan sperma masuk ke dalam urethra pars prostatica

    kemudian keluar melalui orificium urethra externa. Daerah yang kedua yaitu urethra

    pars membranacea yaitu dari pars prostatica sampai bulbus penis pars caverhosa

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    6/23

    6

    (urethra ini paling pendek sekitar 1-2 cm). Daerah urethra yang terakhir adalah urethra

    pars cavernosa (Spongiosa), dari daerah bulbus penis sampai orificium urethra

    externum. Berjalan dalam corpus cavernosa urethra (penis) panjang 12-15 cm dan

    bermuara pada 2 macam kelenjar yaitu kelenjar para urethralis dan kelenjar bulbo

    urethalis.

    -Vascularisasi urethra : A. dorsalis penis dan A. bulbo urethalis.-Persarafan urethra : N. Pudendus -> N. Dorsalis Penis.13IV.II. FISIOLOGI

    Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang mengawali

    reflek kontraksi adalah 150 - 200 ml, namun volume ini masih bisa dikontrol oleh otak.

    Didalam otak terdapat daerah perangsangan untuk berkemih di pons dan daerah

    penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat berkontraksi walau hanya

    mengandung beberapa milliliter urine oleh perangsangan volunter reflek pengosongan

    spiral. Kontraksi volunter otot-otot dinding perut juga membantu pengeluaran urine

    dengan menaikkan tekanan intra abdomen. Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc

    terasa sensasi kencing dan apabila dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses

    berkemih yaitu relaksasi spingter (internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi

    otot detrusor buli-buli. Tekanan uretra posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O

    sementara itu tekanan didalam kandung kemih naik sampai 40 cmH2O sehingga urin

    dipancarkan keluar melalui uretra.6,11

    Proses berkemih dibagi atas 2 fase, yaitu fase pengisian dan fase pengosongan,

    1. Fase PengisianDinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun dalam serabut-serabut spiral,

    longitudinal dan sirkuler, tetapi batas yang jelas dari lapisan otot ini tidak terlihat.Kontraksi peristalitik yang reguler terjadi 1-5 kali permenit yang menggerakkan urine

    dari pelvis ginjal ke kandung kemih, dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron

    sesuai dengan gerakan gelombang peristaltik. Ureter berjalan miring melalui dinding

    kandung kemih dan walaupun disini tidak terdapat alat seperti spingter uretra, jalannya

    yang miring cenderung membiarkan ureter tertutup, kecuali sewaktu gelombang

    peristaltik guna mencegah refluk urine dari kandung kemih.13

    Mekanisme miksi dipengaruhi oleh lantai pelvis, dinding abdomen dan diafragma

    thoracis. Sebelum miksi berlangsung, terjadi kontraksi otot-otot dinding abdomen dan

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    7/23

    7

    diafragma thoracis sehingga tekanan intrabdominal meningkat dan diikuti oleh relaksasi

    m.pubococcygeus. selanjutnya collum vesicae bergerak turun dengan segera diikuit oleh

    kontraksi detrusor. Pada saat yang sama terjadi kontraksi serabut-serabut longitudinal otot

    dinding uretra (berhubungan dengan m.detrusor) yang membuat uretra menjadi lebih

    pendek serta membuka ostium uretra internum, lalu urine mengalir keluar. Apabila

    m.pubococcygeus berkontraksi maka collum vesika terangkat kembali kekranial, diikuit

    oleh relaksasi m.detrusor dan serabut longitudinal otot dinding uretra, dengan demikian

    uretra menjadi penjang kembali (bentuk semula), ostium uretra internum menutup dan

    urin berhenti mengalir keluar.13

    2. Fase PengosonganPengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor tekanan intra

    vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama untuk

    berkontraksinya kandung kemih secara volunter. Selama berkemih otot-otot perineal dan

    muskulus spingter uretra eksternus mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor

    mengalami kontraksi yang menyebabkan urin keluar melalui uretra.14

    Pada awal mikturisi, aktivitas aferen kandung kemih mengaktifkan pusat

    mikturisi pontine, yang menghambat refleks spinal. Relaksasi otot uretra dimediasi oleh

    aktivasi jalur parasimpatis pada uretra yang memicu pelepasan neutrotransmiter inhibitor

    nitrat oksida dan dengan penghapusan input ekstitatori adrenergic dan kolinergik somatik

    leeher kandung kemih dan uretra akan terbuka sehingga terjadilah proses mikturisi.6,11

    V. FAKTOR RESIKO DAN PATOFISIOLOGI

    V.I. FAKTOR RISIKO

    Kehamilan dan persalinan pervaginam merupakan faktor risiko yang signifikan,

    namun menjadi kurang penting dengan usia. Berlawanan dengan kepercayaan populer

    sebelumnya, menopause tampaknya tidak menjadi faktor risiko untuk inkontinensia urin

    dan ada bukti yang bertentangan mengenai histerektomi. Diabetes mellitus merupakan

    faktor risiko pada kebanyakan studi. Penelitian juga menunjukkan bahwa estrogen

    substitusi oral dan indeks massa tubuh merupakan faktor risiko penting dimodifikasi

    untuk Inkontinensia urin. Meskipun hilangnya fungsi kognitif ringan bukan merupakan

    faktor risiko untuk inkontinensia urin, sehingga meningkatkan dampak dari inkontinensia

    urin.14

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    8/23

    8

    USIA

    Pada tahun 1998 berdasarkan rapat National Institutes of Health mengungkapkan bahwa

    meningkatnya usia meningkatkan faktor resiko terjadinya inkotinensia urin. Beberapa

    studi melaporkan bahwa peningkatan prevalensi dan beratnya inkontinensia urin

    berhubungan dengan umur. Peningkatan prevalensi pada wanita dewasa berhubungan

    dengan kelemahan struktur otot pelvic dan jaringan penyokong uretra. Sebagai tambahan

    faktor-faktor pada orang tua seperti kurangnya pergerakan dan penurunan status mental

    dapat meningkatkan resiko terjadinya inkotinensia urin.15

    HEREDITER

    Beberapa penelitian telah menjelaskan bagaimana dasar-dasar genetik pada atropi dan

    kelemahan jaringan penunjang memberikan kontribusi pada inkotinensia urin stress. Pada

    penelitian yang dilakukan oleh Mushkat and colleagues pada penelitiannya menyatakan

    bahwa bahwa transmisi pembawaan dari keluarga dapat meningkatkan insiden

    inkotinensia urin stress.15

    OBESITAS

    Beberapa studi melaporkan bahwa resiko inkotinensia urin pada wanita meningkatdengan meningkatnya indeks massa tubuh (IMT). Pada suatu studi prospektif pada wanita

    yang menjalani operasi untuk menurunkan berat badannya mengemukakan bahwa

    penurunan angka inkotinensia setelah berat badannya turun.15

    KEHAMILAN DAN PARITAS

    Beberapa studi menghubungkan paritas sebagai faktor resiko untuk inkotinensia urin.

    Peneliti mendokumentasikan insiden inkotinensia urin meningkat pada kehamilan sekitar

    26%, selain itu wanita dapat mendapatkan inkotinensia kembali seiring jalannya waktu.

    Kemungkinan hubungan ini semua berhubungan dengan dinding panggul mengalami

    kompresi selama kehamilan dan perenggangan atau robekan jaringan ikat dinding

    panggul selama kehamilan serta melahirkan.15

    Efek kehamilan dan partus pervaginam menyebabkan inkotinensia urin masih

    diperdebatkan. Salah satu studi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan catatan

    medis pada 189 wanita untuk melihat gejala menopaus di klinik genokologi, didapatkan

    98 pasien menderita inkotinensia urin dan pada multivarietas analisis terungkap bahwa

    inkotinensia urin hampir lima kali lebih tinggi pada wanita yang setidaknya satu kali

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    9/23

    9

    hamil dibandingkan wanita yang belum pernah hamil. Resiko inkotinensia urin meningkat

    tiga kali labih tinggi pada wanita yang menjalani seksio sesar saja dibandingkan wanita

    yang tidak pernah hamil. Data ini menunjukkan bahwa kehamilan merupakan faktor

    resiko terjadinya inkotinensia urin.15

    MEROKOK

    Beberapa penelitian menghubungkan inkotinensia urin stress dan inkotinensia urin

    urgensi dengan merokok pada wanita. Bump dan McClish meniliti pada 606 wanita yang

    memiliki riwayat merokok (sering, kadang-kadang atau tidak pernah) dan setelah

    dilakukan serangkaian test didapatkan bahwa 322 wanita mengalami inkotinensia urin.

    Inkotinensia urin secara signifikan meningkat pada kelompok yang sering dan kadang

    merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Bump dan McClish menemukan

    bahwa pada perokok terjadi peningkatan resiko terjadinya inkotinensia meskipun spingter

    uretranya masih kuat. Mereka berspekulasi peningkatan dan lebih kuatnya kekuatan batuk

    berhubungan dengan merokok.15

    RAS

    Beberapa penelitian mengemukakan bahwa pada wanita afrika-amerika mempunyaiprevalensi yang lebih rendah mendapatkan inkotinensia urin dibandingkan wanita

    kaukasia. Distudi berbasis populasi pada orang tua (>70 tahun) noninstitutionalized

    Americans, didapatkan 16% wanita Afrika-Amerika dilaporkan mengalami inkotinensia

    urin pada tahun sebelumnya sedangkan secara statistik ada perbedaan signifikan pada

    wanita kaukasia yaitu 23%.15

    V.II. PATOFISIOLOGI

    Kemajuan dan keberhasilan tatalaksana inkontinensia urin tentu saja tidak akan

    lepas dari pemahaman akan patofisiologi inkontinensia uri yang lebih mendalam.

    Sejumlah penelitian, diawali oleh penelitian Marshall et al, richardson dan McGuire,

    melaporkan bahwa inkontinensia urin ternyata tidak hanya disebabkan oleh kegagalan

    penyokong uretra tetapi juga karena penutupan leher vesika yang tidak adekuat dan

    gangguan pada sistem kendali inkontinensia urin (neuromuskular). Pemahaman itu

    memicu kesimpulan bahwa tatalaksana yang diberikan pada perempuan dengan

    inkotinensia urin harus disesuaikan dengan jenis inkotinensia urin dan penyebab

    kerusakan.4

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    10/23

    10

    Gambar 2. Pendesakan fasia endopelvis menuju fasia arkus tendineus pelvis dan otot levator ani

    (diambil dari kepustakaan 4)

    Irisan lateral organ panggul pada gambar diatas menujukan anatomi yang

    berkaitan dengan sistem kendali miksi. Beberapa komponen penting yang berperan ialah

    otot levator ani yang berjalan dari tulang pubis menuju kesfingter ani dibalik rektum

    untuk menyokong organ pelvis. Otot itu berjalan disebelah lateral fasia arkus tendineus

    pelvis yang merupakan fasia endopelvis yang menghubungkan tulang pubis dengan spina

    isciadika. Fasia tersebut cenderung berperanan pasif dalam mekanisme kontinensia tetapi

    hubungan fasia itu dengan otot levator ani merupakan elemen penting dalam sistem

    kendali ini. Hubungan tersebut memungkinkan kontraksi aktif otot pelvis untuk memicu

    elevasi leher vesika dan relaksasinya menyebabkan penurunan leher vesika.4

    Pada model konseptual dijelaskan bahwa stabilitas lapisan penyokong cenderung

    lebih mempengaruhi terjadinya miksi dibandingkan dengan tinggi uretra. Individu dengan

    lapisan penyokong yang kuat, uretra akan ditekan antara tekanan abdominal dan fasia

    pelvis pada arah yang sama. Kondisi tersebut diibaratkan seseorang dapat menghentikan

    aliran air melalui selang taman dengan menginjak selang dan menekan kearah lantai keras

    yang mendasari. Jika lapisan dibawah uretra tidak stabil dan tidak memberikan tahanan

    yang kokoh terhadap tekanan abdominal yang menekan uretra, maka tekanan yang

    berlawanan akan menyebabkan hilangnya penutupan dan kerja oklusi akan berkurang.

    Kondisi yang terjadi selanjutnya dapat diibaratkan seperti saat seorang mencoba

    menghentikan aliran air melalui selang taman dengan menginjak selang yang berada

    diatas tanah liat.4

    Kelemahan otot dasar panggul akibat mobilitas dari leher kandung kemih dan

    uretra, dapat menyebabkan ketidakmampuan spingter uretra mencekik. Ketika ibu hamil

    batuk, bersin, tertawa atau mengedan dapat meningkatkan tekanan intraabdominal dan

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    11/23

    11

    tekanan tersebut akan ditransmisikan ke kandung kemih. Ketika tekanan didalam

    kandung kemih lebih tinggi daripada tekanan penutupan diuretra, dapat menyebabkan

    kelemahan pada spingter uretra sehingga terjadilah inkotinensia urin. Kehamilan

    merupakan salah satu faktor resiko terjadinya inkotinensia urin pada wanita. Studi yang

    dilakukan pada wanita hamil secara signifikan ditemukan kelemahan otot dasar panggul

    pada wanita hamil tersebut. Kehamilan mungkin berhubungan dengan penurunan

    kekuatan otot dasar panggul yang mana nantinya dapat menyebabkan inkotinensia urin

    stress, namun bagaimapun juga penyebab pasti dari inkotinensia urin pada wanita hamil

    belum diketahui dengan pasti.16

    Penambahan berat badan pada kehamilan kemungkinan dapat meningkatkan

    peningkatan tekanan pada otot dasar panggul dan kandung kemih, yang mana nantinya

    dapat mempengaruhi mobilitas dari uretra. Lebih dalam lagi peningkatan berat badan

    dapat mengganggu aliran darah dan inervasi saraf kandung kemih serta uretra. Beberapa

    studi menunjukan hubungan antara obesitas dan inkotenensia urin stress pada ibu hamil,

    Liang et al melaporkan wanita dengan indeks massa tubuh >30 kg/m2akan meningkatkan

    terjadinya inkotinensia urin stress selama kehamilan. Sebagai tambahan peningkatan

    indeks massa tubuh tidak hanya berhubungan inkotinensia urin namun juga berhubungan

    dengan prolaps organ pelvis. Gyhagen et al menemukan bahwa prolaps organ pelvis yangsimptomatik meningkat dengan bertambahnya indeks massa tubuh, merka juga

    menemukan bahwa wanita dengan prolaps dasar panggul lebih sering mendapatkan

    inkotinensia urin dibandingkan dengan wanita yang yang tidak menderita prolaps organ

    panggul.16

    Pertumbuhan uterus dan fetus sendiri memberikan kontribusi pada stress kronik

    pada otot dasar panggul. Pada multigravida dapat terjadi penurunan kekuatan otot dasar

    panggul pada 22-35% wanita dengan kehamilan umur 20 minggu hingga 6 minggu

    postpartum.16

    Pada saat hamil dan melahirkan dapat menekan nervus pudendal, aspek caudal otot

    levator ani, fascia penyokong organ pelvis dan spingter anal interna. Tekanan ini dapat

    mengurangi kekuatan otot dasar panggul dan meningkatkan mobilitas kandung kemih

    serta uretra. Wijma et al mengemukakan bahwa peningkatan mobilitas dari leher

    kandungkemih ditemukan pada wanita hamil. Jundt et al mengemukakan pula bahwa

    wanita hamil dengan inkotinensia urin memiliki mobilitas leher kandung kemih daripada

    wanita yang tidak hamil.16

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    12/23

    12

    Perubahan jumlah relaxin dan progesteron selama kehamilan kemungkinan

    mempunyai peranan dalam terjadinya inkotinensia urin. Relaxin memainkan peranan

    penting dalam proses miksi selama kehamilan, karena dapat menstimulasi pertumbuhan

    jaringan ditraktus urinarius bawah dan menigkatkan tekana uretra. Relaxin meningkat

    pada kehamilan 10-14 minggu dan menurun menjadi stabil pada kehamilan 17-24

    minggu, yang nantinya akan mengurangi perkembangan epitel uretra sehingga dapat

    menurunkan tekanan uretra. Pada wanita hamil dengan inkotinensia urin mempunyai

    tekanan uretra yang rendah dibandingkan wanita hamil normal, kosentrasi relaxin yang

    rendah pada kehamilan berhubungan dengan tingginya prevalensi inkotinensia urin pada

    trimester kedua dan ketiga.16

    Progesteron meningkat salama kehamilan dari 24 ng/ml pada minggu ke 8

    kehamilan menjadi 150 ng/ml pada minggu ke 36 kehamilan. Peningkatan progesteron

    kemungkinan dapat membuat otot polos di sistem urinarius menjadi relax, yang nantinya

    akan meurunkan tonus ureter, kandung kemih dan uretra.16

    Ekspansi uterus dan peningkatan berat badan janin sesuai usia kehamilan terutama

    pada terimester ketiga berhubungan dengan inkotinensia urin. Karena secara langsung

    dapat menekan kandung kemih yang dapat mengubah posisi leher kandung kemih dan

    mengurangi kapasitasnya, hal ini berkontribusi terhadap tekanan kandung kemih yangmelebihi tekanan uretra sehingga menyebabkan kebocoran urin. Secara fisiologis pada

    prenatal terjadi perubahan seperti penigkatan tekanan akibat pertumbuhan uterus dan

    berat badan janin, bersamaan dengan kehamilan pula terjadi perubahan hormon

    progesteron, estrogen dan relaxin yang nantinya dapat menurunkan kekuatan spingter.

    Kelemahan otot kandung kemih menyebabkan mobilitas leher kandung kemih dan uretra,

    sehingga menyebabkan ketidak mampuan spingter uretra. Oleh karena itu ketika tekanan

    intra abdomen meningkat dengan batuk, bersin, tertawa atau bergerak tekanan dalam

    kandung kemih menjadi besar dari tekanan penutupan uretra dan nantinya spingter uretra

    tidak cukup kuat untuk memepertahankan penutupan uretra.16

    Meskipun hubungan antara inkotinensia urin dan kehamilan jelas, namun

    mekanisme yang terlibat didalamnya masih belum jelas. Ada yang berpendapat hal itu

    bisa disebabkan oleh perubahan hormonal dan mekanis yang terjadi selama periode

    kehamilan. Setelah kehamilan, kadar hormon pada kebanyakan wanita akan stabil dan

    rahim akan kembali keukuran semula. Peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada

    wanita selama periode post partum menunjukkan pada kehamilan dengan efek hormonal

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    13/23

    13

    dan mekanik merupakan faktor resiko yang penting dalam terjadinya inkotinensia urin

    dalam kehamilan.16

    VI. KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIS

    Klasifikasi dibawah ini telah disetujui oleh ICS (International Continence Society):

    Stress urinary incontinenceStrees inkotinensia terjadi karena mekanisme spingter uretral yang tidak adekuat

    untuk menahan urine pada saat keluar dari kandung kemih. Pasien biasanya

    menggambarkan pengeluaran urin sedikit-sedikit secara tidak sengaja pada saat

    melakukan aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdominal, seperti batuk, tertawa,

    bersin atau mengangkat beban. Seringkali stress inkontinensia urin terjadi pada wanita

    dewasa (dengan riwayat hamil dan melahirkan pervaginam), inkontinensia stress biasanya

    disebabkan oleh kelemahan dasar panggul dan lemahnya sphincter vesikouretral. Pada

    keadaan normal tekanan penutupan uretra merespon terhadap pengisisan kandung kemih,

    perubahan posisi, stress seperti batuk dan bersin. Spingter memiliki mekanisme sendiri

    untuk meningkatkan resistensi uretra dengan demikian menghalangi perembesan urin.18,19

    Stress inkontinensia dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:20

    1. Tipe 0 : pasien mengeluh adanya kebocoran namun tidak dapat dibuktikan melaluipemeriksaan.

    2. Tipe 1 : inkontinensia urin dapat terjadi dengan pemeriksaan manuver stress dan adasedikit penurunan uretra pada leher vesica urinaria.

    3. Tipe 2 : inkontinensia urin terjadi pada pemeriksaan dengan penurunan uretra padaleher vesica urinaria 2 cm atau lebih.

    4. Tipe 3 : uretra terbuka (lead peep) dan area leher vesica urinaria tampak kontraksi.

    Urge urinary incontinenceYaitu inkontinensia yang berhubungan dengan aktivitas detrusor, disebut juga

    instabilitas detrusor. Jenis inkontinensia ini dikarakteristikan dengan tidak adanya

    pembatasan kontraksi kandung kemih dan banyak terjadi pada orang tua. Pasien

    seringkali menggambarkan gejalanya tidak dapat mengontrol keinginan untuk

    mengosongkan kandung kemih. Simptom lainnya adalah meningkatnya frekuensi

    brekemih dan terjadina nokturia.4

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    14/23

    14

    Mixed urinary incontinenceMixed urinary incontinence merupakan gabungan gejala inkontinensia urgensi

    dan inkontinensia stress. Pada inkontinensia jenis ini terjadi disfungsi detrusor (motorik

    atau sensorik)dan berhubungan dengan aktivitas spingter uretra. Yang berarti terjadi

    pengeluaran urin yang tidak disengaja yang berkaitan dengan urgensi dan juga dengan

    batuk dan bersin.19

    Inkontinensia fungsionalSelain ketiga inkontinensia diatas juga terdapat inkontinesia fungsional atau

    transien. Inkontinensia fungsional terkait dengan gangguan kognitif, fisiologis, atau fisik

    yang membuatnya sulit untuk mencapai toilet atau kencing dengan cara yang benar.

    Singkatan yang berguna untuk mengingat penyebab inkontinensia urine fungsional atau

    transien adalah DIAPPERS: Delirium, Infeksi, Atrofi, Farmakologi, Psikologi, esccesive

    urin production, Retriksi Mobilitas , dan Stool Impaksi.20

    Inkontinesia overflowOverflow inkontinensia merupakan keluarnya urin secara tidak terkendali yang

    dihubungkan dengan overdistensi dari kandung kemih. Dua proses yang melibatkan yaitu

    retensi urin akibat obstruksi kandung kemih atau tidak adekuatnya kontraksi kandung

    kemih. Hal ini dapat terjadi secara sekunder dari kerusakan otot detrusor yang memicu

    kelemahan otot detrusor. Selain itu obstruksi uretra juga dapat memicu distensi kandung

    kemih.19

    VII. DIAGNOSIS

    Penegakan diagnosis inkontinensia urin itu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada umumnya keluhan penderita yaitu:

    - Kencing keluar pada waktu batuk, tertawa, bersin dan latihan.

    - Keluarnya kencing tidak dapat ditahan.

    - Kencing keluar menetes pada keadaan kandung kencing penuh.

    Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi pemeriksaan abdomen, vaginal, pelvis,

    rektal dan penilaian neurologis. Pada pemeriksaan abdomen bisa didapatkan distensi

    kandung kemih, yang menunjukkan suatu inkontinensia luapan, dan dikonfirmasi dengan

    kateterisasi. Inspekulo bisa tampak prolaps genital, sistokel dan rektokel. Test sederhana

    dapat dikerjakan setelah pemeriksaan fisik untuk membantu dalam menentukan tindakan

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    15/23

    15

    selanjutnya. Test Q-tip (the cotton swab test), merupakan test sederhana untuk

    menunjukan adanya inkontinensia stres sejati. Penderita disuruh mengosongkan kandung

    kemihnya, urine ditampung. Kemudian spesimen urine diambil dengan kateterisasi.

    Jumlah urine dari kencing dan kateter merupakan volume kandung kemih. Volume

    residual menguatkan diagnosis inkontinensia luapan. Spesimen urine dikirim ke

    laboratorium.4,13

    Untuk menegakkan diagnosis, hal yang perlu dievaluasi sebagai faktor-faktor

    terjadinya inkontinensia urin yaitu:4,22

    Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

    diagnosis inkontinensia urin adalah sebagai berikut:4,5

    1. Sitoskopi : dipakai untuk menentukan adanya radang, tumor, striktur, perubahanstruktut vesika urinaria yang kiranya dapat menimbulkan inkontinensia.

    2. Urethrosistografi : dapat memperlihatkan keadaan urethra, vesika urinaria, dan sudutantara urethra dan vesica urinaria untuk memicu etiologi inkontinensia urin.

    3. Sfingterometri : menunjukkan bahwa tahanan dari muskulus rhabdosfingter lebihtinggi daripada muskulus lissosfingter dengan memanfaatkan miografi.

    4. USG : untuk melihat kelainan pada vesica urinaria5. Foto konvensional : untuk melihat kelainan pada panggul.

    VIII. PENATALAKSANAAN

    A. Farmakoterapi1. Penggunaan obat untuk overactivitas bladder/overactivitas destrusor

    Baru-baru ini besar meta-analisis dari obat antimuscarinic paling banyak

    digunakan telah jelas menunjukkan obat ini memberikan manfaat klinis yang signifikan

    terhadap inkontinensia urin. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan obat

    terbaik untuk pengobatan lini pertama, kedua, atau ketiga. Tak satu pun dari obat

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    16/23

    16

    antimuscarinic umum (darifenacin, fesoterodine, oxybutynin, propiverine, solifenacin,

    tolterodine dan trospium) digunakan sebagai pengobatan lini pertama yang ideal untuk

    semua pasien. Pengobatan yang optimal harus individual, mengingat co-morbiditas

    pasien, penggunaan obat yang bersamaan dan profil farmakologi dari obat yang

    berbeda.4,14,23

    2. Penggunaan obat pada stress inkontinensiaFarmakologi pengobatan stress inkontinensia bertujuan untuk meningkatkan

    kekuatan penutupan intrauteral dengan meningkatkan kontraksi otot halus dan lurik

    uretra. Beberapa obat dapat menyebabkan peningkatan semacam itu. Namun penggunaan

    klinis obat-obatan ini dibatasi oleh keberhasilan yang rendah dan / atau efek samping

    yang tinggi.17

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    17/23

    17

    3. Penggunaan terapi hormonalEstrogen membantu menjaga kesehatan jaringan yang penting untuk transmisi

    tekanan normal di dalam uretra. Yang termasuk jaringan tersebut adalah termasuk otot

    sphincter, jaringan urothelium dan pembuluh darah, serta sekresi uretra yang dapat

    membantu untuk menciptakan sebuah 'segel'. Estrogen pengganti (sintesis) telah

    dipromosikan sebagai solusi untuk inkontinensia urin pada wanita menopause, meskipun

    modus tindakan utamanya tidak jelas.14,22

    B.Terapi fisik1. Latihan otot-otot dasar panggul

    Program rehabilitasi dasar panggul ditujukan untuk memperkuat otot-otot dasar

    panggul. Otot-otot ini termasuk kelompok levator ani, sfingter anal eksternal, dan lurik

    sfingter uretra. Program rehabilitasi dapat mencakup informasi lisan atau tertulis yang

    sederhana, latihan dilakukan dengan biofeedback, kontraksi otot panggul dirangsang oleh

    stimulasi listrik fungsional atau kombinasi di atas. Pelatihan otot lantai panggul (juga

    disebut Kegel) adalah pengobatan yang efektif bagi wanita dengan inkontinensia stres dan

    campuran. Hal ini juga mungkin efektif dalam mengobati inkontinensia mendesak biladigunakan dalam kombinasi dengan pelatihan kandung kemih. Penilaian terhadap

    kekuatan otot dasar panggul dengan pemeriksaan dubur atau vagina digital idealnya harus

    dilakukan selama penilaian sebelum memulai pelatihan dasar otot panggul. Fokus dari

    pelatihan ini adalah untuk membangun kekuatan, daya tahan, dan koordinasi otot-otot

    dasar panggul. Sebuah program yang efektif dapat meningkatkan kekuatan kontraktil dan

    meningkatkan nada istirahat dari dasar panggul, yang memberikan dukungan baik dari

    organ panggul. Instruksi dapat diberikan oleh dokter perawatan primer, atau dengan

    bantuan seorang terapis fisik. Direkomendasikan bahwa pasien melakukan 8-12

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    18/23

    18

    kontraksi maksimal dengan lambat dan berkelanjutan selama 6-8 detik masing-masing

    sebanyak tiga kali sehari, seolah-olah pasien sedang menahan kencing. Pelatihan otot

    dasar panggul harus dilanjutkan selama 3-4 bulan sebelum menilai hasil.4,14,21,23

    2. Vaginal cones/kerucut vaginaKarena pelatihan otot dasar panggul memiliki tingkat penghentian yang tinggi,

    vaginal cones dikembangkan untuk membuatnya lebih mudah untuk melakukan kontraksi

    otot panggul. Kerucut ditempatkan di vagina di atas tingkat otot-otot dasar panggul.

    Kontraksi otot ini diperlukan untuk mencegah kerucut tergelincir keluar dari vagina.

    Biasanya dianjurkan dilakukan dua kali sehari selama 15 menit. Kerucut vagina adalah

    dari berbagai berat, dan seorang wanita memasukkan kerucut berat semakin berat karena

    ia mampu mempertahankan itu. Keuntungan menggunakan kerucut sebagai metode

    melatih otot-otot panggul termasuk kemudahan penggunaan, kurva belajar dangkal, dan

    komitmen waktu yang singkat setiap hari, yang semuanya dapat menyebabkan kepatuhan

    meningkat.21

    3. Stimulasi listrikMetode ini paling sedikit diterima dalam terapi walaupun sudah rutin digunakan

    selama 2 dekade. Prinsip stimulasi elektrik adalah menghasilkan kontraksi otot lurik

    uretra dan parauretra dengan memakai implant/non-implant (anal atau vaginal) elektrode

    untuk meningkatkan tekanan uretra. Aplikasi stimulasi dengan kekuatan rendah selama

    beberapa jam per hari selama beberapa bulan. Terdapat 64 % perbaikan penderita dengan

    cara implant, tapi metode ini tidak populer karena sering terjadi efek mekanis dan

    morbiditas karena infeksi. Sedang stimulasi non-implant terdiri dari generator mini yang

    digerakkan dengan baterai dan dapat dibawa dalam pakaian penderita dan dihubungkan

    dengan elektrode anal/vaginal. Bentuk elektrode vaginal : ring, Hodge pessary,

    silindris.21,22

    4. Terapi magnetikTerapi magnet bertujuan untuk merangsang otot-otot dasar panggul dan / atau

    akar sacral dengan menempatkan mereka dalam medan elektromagnetik. Terapi stimulasi

    magnetik disampaikan melalui perangkat portabel untuk pengobatan inkontinensia urin

    selama 8 minggu. Dalam studi pertama, pada wanita dengan inkontinensia stres, urgensi

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    19/23

    19

    atau campuran, secara signifikan memperlihatkan banyak perempuan dalam kelompok

    terapi magnet melaporkan perbaikan gejala.23,24

    C.Behavioural terapiBladder training (pelatihan kandung kemih) adalah pendekatan perilaku secara

    luas digunakan dan sangat membantu untuk inkontinensia. Hal ini bertujuan untuk

    mengurangi episode mengompol karena kontraksi detrusor tak terbatas dengan

    menempatkan pasien pada program berkemih dijadwalkan dengan peningkatan bertahap

    dalam durasi antara void, dan menggunakan teknik penekanan mendesak dengan

    gangguan atau relaksasi. Pendekatan ini paling sering digunakan untuk pengobatan urge

    inkontinensia, tetapi juga dapat meningkatkan gejala stres dan inkontinensia campuran.

    Hal ini paling efektif untuk pasien yang tidak mempunyai gangguan secara fisik dan

    kognitif, dan membutuhkan pasien yang termotivasi. Hasil ditingkatkan dengan

    pendidikan pasien dan dukungan positif oleh para profesional kesehatan.23,24

    D.Alat Mekanis(Mechanical Devices)1. Tampon : Tampon dapat membantu pada inkontinensia stres terutama bila kebocoran

    hanya terjadi intermitten misal pada waktu latihan. Penggunaan terus menerus dapat

    menyebabkan vagina kering/luka.

    2.Edward Spring : Dipasang intravagina. Terdapat 70 % perbaikan pada penderita dginkontinensia stres dengan pengobatan 5 bulan. Kerugian terjadi ulserasi vagina.

    3.Bonnass Device: Terbuat dari bahan lateks yang dapat ditiup. Bila ditiup dapatmengangkat sambungan urethrovesikal dan urethra proksimal.22

    E. Penanganan operasi1. Penanganan operasi untuk inkontinensia overflowa. Stimulasi saraf sacral

    Prinsip neuromodulation adalah bahwa stimulasi listrik sesuai jalur refleks sacral

    akan menghambat perilaku refleks kandung kemih. Permanen implan stimulator akar

    sacral telah dikembangkan untuk memberikan rangsangan kronis langsung ke akar saraf

    S3. Pasien pertama menjalani evaluasi perkutan saraf di mana jarum dimasukkan melalui

    foramina sacral di bawah anestesi lokal. Hal ini terhubung ke sumber rangsangan

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    20/23

    20

    eksternal dan dibiarkan di tempatnya selama beberapa hari. Mereka yang menunjukkan

    respon yang memuaskan untuk evaluasi saraf perkutan kemudian dapat melanjutkan ke

    implan permanen.23

    b. Cystoplasty AugmentationCystoplasty Augmentation bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kandung

    kemih fungsional dengan bivalving dinding kandung kemih dan menggabungkan segmen

    usus ke dalam cacat yang dihasilkan. Paling umum, dilakukan pada segmen ileum tetapi

    kadang-kadang digunakan segmen ileocaecal dan sigmoid. Segmen usus lain yang

    tervaskularisasi telah digunakan, dengan dan tanpa permukaan epitelnya, namun teknik

    ini kebanyakan diterapkan kepada anak-anak.23

    c. Urinary diversionUrinary diversion menunjukkan bahwa drainase urin telah dialihkan jauh dari

    uretra. Hal ini paling sering dicapai dengan cara transposing ureter ke segmen terisolasi

    dari ileum, yang digunakan untuk membuat kulit tetap stoma (ileum saluran). Urine yang

    mengalir terus menerus, dikumpulkan dalam kantong stoma, yang melekat pada kulit

    dinding perut. Segmen usus lain dapat digunakan termasuk segmen jejunum dan kolontetapi ini tidak biasa. Kontinen diversi urin dapat dicapai dengan penciptaan stoma

    abdominal catheterisable, atau dengan pembentukan kandung kemih dubur. Teknik-

    teknik ini sebagian besar digunakan pada anak-anak dan pasien dengan disfungsi kandung

    kemih neurogenik dan jarang pada wanita dewasa dengan UI.23

    d. Detrusor myectomyDetrusor myectomy bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih

    fungsional dengan excising otot kandung kemih dari fundus kandung kemih dengan

    meninggalkan mukosa secara utuh, sehingga menciptakan diverticulum lebar berleher

    permanen. Cacat ini biasanya ditutupi dengan segmen omentum dimobilisasi. Secara

    teoritis, tindakan ini dapat menghindari komplikasi yang berkaitan dengan perlengketan

    penempatan usus.23

    2. Penanganan operasi untuk inkontinensia stressPenatalaksanaan stres inkontinensia urine secara operatif dapat dilakukan dengan

    beberapa cara meliputi :

    a. Operasi untuk menambah penutupan sfingter. Prosedur di bagian ini meliputisuntikan agen bulking uretra dan implan yang bertujuan untuk menyumbat uretra.23

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    21/23

    21

    b. suspensi abdominal leher kandung kemih, misalnya colposuspension, MarshallMarchetti Krantz (MMK).

    c. Metode sling seperti ension-free vaginal tape (TVT), Aldridge sling.d. Periurethral injectablese. Endoscopic bladder neck suspensionf. Anterior repairg. Artificial urinary sphincter.23,24

    IX. KESIMPULAN

    Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang dapat dijumpai pada

    semua umur, khususnya pada perempuan dengan derajat dan variasi perjalanan penyakit.

    Inkontinensia urin terjadi ketika ada disfungsi baik dalam fungsi penyimpanan atau

    kadang-kadang dalam fungsi pengosongan saluran kemih bawah. Penegakan diagnosis

    inkontinensia urin itu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    penunjang.Klasifikasi inkontinensia urin dapat dibagi menjadi lima secara garis besar,

    yaitu stress inkontinensia urin, urge inkontinensia urin, overflow inkontinensia urin,

    mixed inkontinensia urin, dan fungsional inkontinensia urin. Untuk mendiagnois

    inkontinensia urin kita dapat melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    penunjang. Penatalaksanaan inkontinensia urin dapat secara konservatif, behavioural, dan

    operatif.

  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    22/23

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Setiati Siti, Dewa I Putu P. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. SudoyoAru W,dkk. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat

    Penerbitan Ilmu Penyakit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. Hal: 1392-

    99.

    2. Jenis inkotinensia urin. [cited on 2013] . [online on marc 2013]. M3. Iman, B susanto. Inkontinensia Urin pada Perempuan. Dalam : Maj Kedokt indon.

    Volume 58 No 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. H. 258-64

    4. Salick A, Tajammul A, et al.Frequency of urinary symptomps in pregnancy. Biomedicajournal vol.21,2005

    5. Buku ilmu kandungan biru hal 460-76. Urinary Incontinence: Epidemiology, Pathophysiology, Evaluation, and Management

    Overview. In: Victor W. Nitti MJGB, MD, editor. Campbell-Walsh Urology. 9th ed:

    Saunders, An Imprint of Elsevier; 2007.

    7. Epidemiology of Urinary Incontinence. In: Horst-Dieter Becker AS, DiethelmWallwiener and Tilman T. Zittel, editor. Urinary and Fecal Incontinence. New York:

    Springer Berlin Heidelberg; 2005. p. 1-10.

    8. Lower Urinary Tract Anatomy and Physiology. [cited on 2012] . [online on descember2012]. http://www.life-tech.com/education/urology-education/introduction-to-

    urodynamics/lower-urinary-tract-anatomy-and-physiology/

    9. Faiz O., Moffat D., Pelvis II Isi Dalam Panggul. In: At a Glance Series Anatomy. Jakarta:Erlangga;2008

    10. What is the uretral. [cited on 2012] . [online on descember 2012].http://www.wisegeek.com/what-is-the-urethral-sphincter.htm

    11. Amithia Sarah. Anatomi Makroskopis dan Mikroskopis Vesika Urinaria dan Uretra.[cited on 2011] . [online on descember 2012]. http://id.shvoong.com/medicine-and-

    health/medicine-history/2240925-anatomi-makroskopis-dan-mikroskopis-vesika/

    12. Furqan., Evaluasi Biakan Urin Pada Penderita BPH Setelah Pemasangan Kateter Menetap: Pertama Kali fan Berulang. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara. 2007

    13. A. Schrder, P. Abrams, Et al. Guidelines on Urinary Incontinence. European Associationof Urology. 2010.P:1-10

    http://www.life-tech.com/education/urology-education/introduction-to-urodynamics/lower-urinary-tract-anatomy-and-physiology/http://www.life-tech.com/education/urology-education/introduction-to-urodynamics/lower-urinary-tract-anatomy-and-physiology/http://www.life-tech.com/education/urology-education/introduction-to-urodynamics/lower-urinary-tract-anatomy-and-physiology/http://www.wisegeek.com/what-is-the-urethral-sphincter.htmhttp://www.wisegeek.com/what-is-the-urethral-sphincter.htmhttp://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2240925-anatomi-makroskopis-dan-mikroskopis-vesika/http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2240925-anatomi-makroskopis-dan-mikroskopis-vesika/http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2240925-anatomi-makroskopis-dan-mikroskopis-vesika/http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2240925-anatomi-makroskopis-dan-mikroskopis-vesika/http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2240925-anatomi-makroskopis-dan-mikroskopis-vesika/http://www.wisegeek.com/what-is-the-urethral-sphincter.htmhttp://www.life-tech.com/education/urology-education/introduction-to-urodynamics/lower-urinary-tract-anatomy-and-physiology/http://www.life-tech.com/education/urology-education/introduction-to-urodynamics/lower-urinary-tract-anatomy-and-physiology/
  • 7/23/2019 Inkontinensia Urin Dalam Kehamilan

    23/23

    23

    14. Santiagu Stanley K, Arianayagam Mohan, Wang Audrey. Urinary incontinencePathophysiology and management outline. Reprinted from Australian Family Physician

    Vol. 37, No. 3; 2008. P:1-5.

    15. Saigal C, Litwin M S, Epidemiology of Female Urinary Incontinence in Female Urology,Urogynecology adn Voiding Disfunction. Newyork : Marcel Dekker; 2005. P 43-51

    16. Sangsawang B, stress Urinary Incontinence in Pregnant Women : a Review ofPervalence, Pathophysiology and Treatment. Newyork: Journal of Urogynecology.2012

    17. American Urological Association. Urinary Incontinence. [cited on august 2012] . [onlineon descember 2012].www.aua.org/urinaryinkontinence.pdf

    18. Urinary Incontinence. In: Emil A. Tanagho M, Anthony J. Bella, MD, & Tom F. Lue,MD, editor. Smith's General Urology. 17th ed. New York McGraw-Hill Companies;

    2008. p. 486-502.

    19. Geriatric Medicine. Harrison's Internal Medicine. New York: The McGraw-HillCompanies; 2005.

    20. INKONTINENSIA URIN. [cited on august 2012] . [online on descember 2012].http://digilib.unsri.ac.id/download/INKONTINENSIA%20URINE.pdf

    21. Jackowski Leslie, Rowett Debra, Scheurer Danielle. Diagnosing and treating urinaryincontinence. Pennsylvania. 2010. P:1-56

    22. Welsh Andrew. Urinary incontinence the management of urinary incontinence in women.Chapter 3 and 4. London; RCOG Press: 2006. P:21-85.

    23. Robert Magali, Ross Sue. Conservative Management of Urinary Incontinence. 2006. P:1-6

    24. Elder Rose , Kelleher Cornelius. Urogynaecology. Rosevear Sylvia K . In: Handbook ofGynaecology Management. Chapter 9. London; Blackweel Science. 2002. P: 292-320

    http://www.aua.org/urinaryinkontinence.pdfhttp://www.aua.org/urinaryinkontinence.pdfhttp://www.aua.org/urinaryinkontinence.pdfhttp://digilib.unsri.ac.id/download/INKONTINENSIA%20URINE.pdfhttp://digilib.unsri.ac.id/download/INKONTINENSIA%20URINE.pdfhttp://digilib.unsri.ac.id/download/INKONTINENSIA%20URINE.pdfhttp://www.aua.org/urinaryinkontinence.pdf