inkontinensia urin

12
DEFINISI Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol; secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi sosial dan interpersonal. Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses) (brunner, 2011). Pengertian Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya ( Martin dan Frey, 2005 ). ETIOLOGI Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain disebabkan

description

inkontinensia urin

Transcript of inkontinensia urin

DEFINISIInkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol; secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi sosial dan interpersonal.Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses) (brunner, 2011).Pengertian Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya ( Martin dan Frey, 2005 ).

ETIOLOGISeiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain disebabkan a. melemahnya otot dasar panggul, Kelemahan otot dasar panggul dapat terjadi karena kehamilan, setelah melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina. Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otototot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya Inkontinensia urin. b. kebiasaan mengejan yang salah c. karena penurunan estrogen.Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya Inkontinensia urin.Penyebab yang paling sering ditemukan adalah infeksi kandung kemih (sistitis). Penyebab lainnya adalah: Efek samping obat Penyakit yang mempengaruhi pergerakan atau menyebabkan linglung Asupan minuman yang mengandung kafein atau alkohol berlebihan Keadaan yang menyebabkan iritasi kandung kemih atau uretra (misalnya vaginitis atropik atausembelit yang berat).

Inkontinensia menahun bisa terjadi akibat: Perubahan di dalam otak Perubahan di dalam kandung kemih atau uretra Kelainan saraf yang menuju atau berasal dari kandung kemih. Perubahan-perubahan ini terutama sering ditemui pada usia lanjut dan wanita pasca menopause.

Tabel 1.1JenisPenyebab

Inkontinensia desakan Infeksi saluran kemih. Kandung kemih yg terlalu aktif. Penyumbatan aliran kemih. Batu & tumor kandung empedu. Obat, terutama diuretic.

Inkontinensiakarena stres Kelemahan pada sfingter (otot yang mengendalikan aliran kemih dari kandung kemih). Pada wanita,berkurangnya tahanan terhadap aliran kemih melalui uretra, biasanya karena kekurangan estrogen. Perubahan anatomis yang disebabkan oleh melahirkan banyak anak atau pembedahan panggul. Pada pria, pengangkatan prostat atau cedera pada bagian atas uretra atau leher kandung kemih.

Inkontinensia aliran berlebih Penyumbatan aliran air kemih, biasanya disebabkanoleh pembesaran atau kanker prostat (pada pria) dan karena penyempitan uretra(pada anak-anak). Kelemahan otot kandung kemih. Kelainan fungsi saraf. Obat-obatan.

Inkontinensia total : kebocoran berkesinambungan karena spingter tidak menutup Cacat bawaan Cedera pada leher kandung kemih (misalnya karena pembedahan)

Inkontinensia psikogenik : Hilangnya pengendalian karena kelainan psikis Gangguan emosional (misalnya depresi)

Inkontinensia campuran : Gabungan dari berbagai keadaan diatasBanyak wanita yang mengalami inkontinensia campuran antara stress & desakan Gabungan dari berbagai penyebab diatas

EPIDEMIOLOGIprevalensi Inkontinensia urinlebih tinggi terjadi pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya usia, BMI, riwayathisterektomi, monopause, status depresi dan paritas(Melville et al, 2005 ). Prevalensinya pada wanita berkisar antara 3-55ya bergantung pada batasan dankelompok usia. Prevalensi baru meningkat seiring denganpertambahax usia.z Prevalensi pada percmpuan usia di atas 80 tahun mencapal 46%. Prevalensi dan berat gangguan meningkat dengan bertambahnnya umur dan paritas. Pada usia 15 tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedang pada usia 35-65 tahun mencapai 12%. Prevalansi meningkat sampai 16% pada wanita usia lebih dari 65 tahun. Pada nulipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita dengan anak satu mencapai 10% dan meningkat sampai 20% pada wanita dengan 5 anakDi Indonesia, survey Inkontinensia urinyang dilakukan oleh Divisi Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo pada 208 orang usia lanjut di lingkungan Pusat Santunan Keluarga di Jakarta (2002), mendapatkan angka kejadian Inkontinensia urin tipe stress sebesar 32.2 %. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Poli Geriatri RS Dr. Sardjito didapatkan angka prevalensi Inkontinensia urin sebesar 14.47 % ( Setiati dan Pramantara, 2007 ).FAKTOR RISIKO

Faktor resiko yang berperan memicu inkontinensia urin pada wanita adalaha. Faktor kehamilan dan persalinanEfek kehamilan pada inkontinensia urin tampaknya bukan sekedar proses mekanik inkontinensia urin pada perempuan hamil dapat terjadi dari awal kehamilan hingga masa nifas, jadi tidak berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh uterus.Prevalensi inkontinensia urin meningkat selama kehamilan dan beberapa minggu setelah persalinan.b. Tingginya usia, paritas dan berat badan bayi tampaknya berhubungan dengan inkontinensia urin.c. Wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak mengalami inkontinensia urin d. Menopause cenderung bertindak sebagai kontributor untuk resiko terjadinya inkontinensia urin.KLASIFIKASIBerdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) : Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPERS yaitu : delirium, infeksi dan inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin production(produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction (impaksi feses). Inkontinensia urin kronik ( Persisten ) Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama ( lebih dari 6 bulan ). Ada 2 penyebab kelainanmendasar yang melatar belakangi Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu : menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dankarena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress, urge, overflow, mixed).a. Inkontinensia urin tipe stress : Inkontinensia urin ini terjadi apabila urin secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar panggul, operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi (misalnya dengan Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.Inkontinesia urin tipe stress dapat dibedakan dalam 4 jenis yaitu1. Tipe 0 :pasien mengeluh kebocoran urin tetapi tidak dapat dibuktikan melalui pemeriksaan2. Tipe 1 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan manuver stress dan adanya sedikit penurunan uretra pada leher vesika urinaria3. Tipe 2 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan penurunan uretra pada leher vesika urinaria 2 cm atau lebih 4. Tipe 3 :uretra terbuka dan area leher kandung kemih tanpa kontraksi kandung kemih. Leher uretra dapat menjadi fibrotik (riwayat trauma atau bedah sebelumnya) dengan gangguan neurologic atau keduanya. Tipe ini disebut juga defisiensi sfingter intrinsicb. Inkontinensia urin tipe urge timbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot ini bereaksi secara berlebihan. Inkontinensia urin ini ditandai dengan ketidak mampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul. Manifestasinya dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak ( urge ), kencing berulang kali ( frekuensi ) dan kencing di malam hari ( nokturia ).c. Inkontinensia urin tipe overflow : pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih, umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah. Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing ( merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih ), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah. Inkontinensia tipe overflow ini paling banyak terjadi pada pria dan jarang terjadi pada wanita.d. Inkontinensia tipe campuran (Mixed) : merupakan kombinasi dari setiap jenis inkontinensia urin di atas. Kombinasi yangpaling umum adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi atau tipe stress dan tipe fungsional.MANIFESTASI KLINIS Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya. Gejala-gejala ini sangat spesifik untuk inkontinensia stres. 2. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan gambaran seringnya terburu-buru untuk berkemih. 3. Enuresis nokturnal: 10% anak usia 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun mengompol selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan sesuatu yang abnormal dan menunjukkan adanya kandung kemih yang tidak stabil.4. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah, menetes), trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal), fistula (menetes terus-menerus), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang mendasari

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK AnamnesisAnamesa meliputi faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya inkontinensia pada seseorang dan mungkin dapat membantu penyembuhan.Hal-hal penting yang perlu ditanyakan adalah sbb : Hal-halyang perlu ditanyakan antara lain pola berkemih (voiding) dan mengompol, frekuensi dan volume urin,kebiasaan defekasi serta pola kepribadian. Pemeriksaan Fisik meliputi:Pemeriksaan abdomen untuk memeriksa kandung kemih penuh atau kosong, perkembangan psikomotor,inspeksi daerah genital dan punggung, refleks lumbosakral dan pengamatan terhadap polaberkemih. Pemeriksaan laboratoriumurinalisis, biakanurin, pemeriksaan kimia darah dan uji faal ginjal perlu dilakukan terhadap semua kasus inkontinensia urin) maupun pencitraan.

MSU MSU merupakan pemeriksaan radiografi vesikaurinaria dengan pemakaian kontras yang dimasukkan melalui kateter urin kemudian dilakukanpemeriksaan fluoroskopi secara intermitten selama pasien berkemih. EndoscopyPemeriksaan urodinamik terindikasi pada kasus yang diduga buli-buli neurogenik yang tidakselalu dapat terdiagnosis hanya berdasarkan pemeriksaan fisik-neurologik, ataupun pada sekitar 20%kasus yang belum jelas diagnosisnya dengan pemeriksaan baku seperti USG dan MSU.Penderita dengan LUT, endoscopy dianjurkan apabila terdapat : Curiga ada keganasan buli-buli (hematuria) LUTS dengan keluhan sakit waktu berkemih yang diduga ada kelainan di dalam kandung kencing Diduga ada vesicovaginal fistula Pemeriksaan Urodynamic Test urodinamik meliputi uroflowmetri dan sistometri. Sistometri merupakan test yang paling penting, karena dapat menunjukan keadaan kandung kemih yang hiperaktif, normal maupun hipoaktif. Diagnostik imaging meliputi USG,CT scan dan IVP yang digunakan untuk mengidentifikasi kelainan patologi (seperti fistel/tumor) dan kelainan anatomi (ureter ektopik). Test tambahan yang diperlukan untuk evaluasi diagnostik yaitu Pessary Pad TestPenderita minum 500 ml air selama 15 menit untuk mengisi kandung kemih. Setelah jam, penderita melakukan latihan selama 45 menit dengan cara : berdiri dari duduk (10 kali), batuk (10 kali),joging di tempat (11 kali), mengambil benda dari lantai (5 kali), dan mencuci tangan dari air mengalir selama 1 menit. Test positif bila berat Pad sama atau lebih besar dari 1g. Test ini dapat menunjukan adanya inkontinesia stres hanya bila tidak didapatkan kandung kemih yang tidak stabil.PENATALAKSANAAN MEDIS

Latihan otot-otot dasar panggul Latihan penyesuaian berkemih Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogen Tindakan pembedahan memperkuat muara kandung kemih1. Inkontinensia urgensi a. Latihan mengenal sensasi berkemih dan penyesuaianyb. Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogenc. Tindakan pembedahan untuk mengambil sumbatan dan lain-lain keadaan patologik yang menyebabkan iritasi pada saluran kemih bagian bawah.d. Kateterisasi, bila mungkin secara intermiten, dan kalau tidak mungkin secara menetap.e. Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan2. Inkontensia overflow a. Kateterisasi, bila mungkin secara intermiten, dan kalau tidak mungkin secara menetapb. Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan 3. Inkontinensia tipe fungsional a. Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan berkemih b. Pekaian dalam dan kain penyerap khusus lainnyac. Penyesuaian/modifikasi lingkungan tempat berkemihd. Kalau perlu digaunakan obat-obatan yang merelaksasi kandung kemih