Inforum Edisi 3 Tahun 2010

52
EDISI 3 TAHUN 2010 Hari Habitat 2010 ‘Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik’ Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pertemuan Anggota Biro APMCHUD (Asia Pacific Ministerial Conference on Housing and Urban Development) Bali, 29-30 November 2010

Transcript of Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Page 1: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

EDISI 3 TAHUN 2010

Hari Habitat 2010

‘Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik’

Undang-Undang Perumahandan Kawasan Permukiman

Pertemuan Anggota Biro

APMCHUD(Asia Pacific Ministerial Conference

on Housing and Urban Development)Bali, 29-30 November 2010

Page 2: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

2

Selamat bertemu kembali pembaca kami yang setia. Sepan-jang bulan September sampai pertengahan Desember 2010, banyak peristiwa penting dan besar terkait dengan pemba-ngunan perumahan di Indonesia dan luar negeri. Semisal puncak acara peringatan Hari Perumahan Nasional (Haper-nas), yang walaupun sebenarnya Hapernas jatuh pada tang-gal 25 Agustus 2010 namun perayaan puncaknya baru pada tanggal 22 September 2010. Hal paling penting dari puncak perayaan tersebut adalah diluncurkannya logo baru Kemen-terian Perumahan Rakyat. Semoga keberadaan logo baru ini akan menghadirkan semangat baru, ide baru, komitmen terbarukan tidak hanya bagi seluruh jajaran pegawai Kemen-terian Perumahan Rakyat tetapi juga pemangku kepentingan lainnya. Pada saat bersamaan juga diumumkan pemenang penghargaan Adiupaya Puritama, yaitu penghargaan yang diberikan kepada pemerintah, swasta, dan perorangan yang berjasa pada pembangunan perumahan di Indonesia. Mudah-mudahan penghargaan ini berdampak pada percepatan pem-bangunan perumahan dan permukiman di Indonesia.

Di penghujung tahun ada satu lagi peristiwa yang cukup pen-

anggota Biro APMCHUD () yang terdiri dari 7 negara yang

diketuai oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa. Pertemuan ini menjadi penting dan bermakna khususnya bagi Indonesia, karena saat ini Indonesia menjadi ketua. Semoga kesempatan ini bisa kita manfaatkan sebesar-besarnya.

Walaupun telah berulangkali diperingati tetapi kami selalu tidak bosan-bosannya berupaya mengingatkan bahwa pada hari Senin minggu pertama bulan Oktober setiap tahun diper-ingati Hari Habitat Dunia, yang tahun ini jatuh pada tanggal 4 Oktober. Habitat, secara sederhananya adalah rumah, ma-nusia dan lingkungan. Diperingati setiap tahun untuk meng-ingatkan kita semua bahwa banyak masalah yang dihadapi dan jawabannya tergantung dari sikap kita. Mulai dari permu-kiman kumuh, kekurangan air-sanitasi-listrik, polusi udara, pemanasan global dan seterusnya. Tahun ini Hari Habitat ber-tema atau diterjemahkan menjadi Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik. Diharapkan berangkat dari rumah yang layak, akan terbentuk kota dan kehidupan lebih

-masuk penghuninya. Keluarga sejahtera berawal dari rumah yang layak.

Semua hal tersebut tidak luput dari perhatian . Ha-rapannya, dapat berperan sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan sehingga pada akhirnya menjadi bagian dari pengelolaan pengetahuan ( )perumahan dan permukiman di Indonesia.

Selamat membaca. Foto cover depan: Humas Kemenpera

Redaksi menerima artikel, berita, karikatur yang terkait bi-dang perumahan rakyat dari pembaca. Lampirkan gambar/foto dan identitas penulis ke alamat email redaksi. Naskah ditulis maksimal 5 halaman A4, Arial 12.Redaksi juga menerima saran maupun tanggapan terkait bidang perumahan rakyat ke email [email protected] atau saran dan pengaduan di www.kemenpera.go.id

Pelindung :Menteri Negara Perumahan Rakyat

Penasehat Redaksi:Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat

Penanggungjawab:Kepala Biro Perencanaan dan AnggaranKementerian Perumahan Rakyat

Redaksi :Eko Suhendratma, S.Si., MAUdi Indriyonoto

Penyunting dan Penyelaras Naskah :Jeffry, S KomTri Pudji Astuti, M.Si.

Reporter :Ristyan Mega Putra, S.Sos.

Desain dan Produksi :Akbar Pandu Pratamalistya, S.Sos.

Bagian Administrasi :Fenty Meilisya SyafrilNurul PrihatinDevi Ismiyanti

Bagian Distribusi :Ruby MarchelinusPustika Chandra Kasih, S.Sos.Sri Rahmi Purnamasari, S.Sos.

Alamat Redaksi Inforum:Bagian Humas dan ProtokolKementerian Perumahan RakyatJln. Raden Patah I No. 1 Lantai 3 Wing 3Kebayoran Baru, Jakarta SelatanTelp/Fax : (021) 724687Email : [email protected] : www.kemenpera.go.id

Page 3: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

3

Isu HijauSaat ini, masalah pembangunan sering dikaitkan dengan isu berkelanjutan atau hijau. Kita sudah sering melihat, ada beberapa majalah yang mengetengahkan arsitektur atau perancangan hijau namun skalanya sangat mikro yaitu pada rumah atau bangunan individu. Sementara itu, terkait pembangunan perumahan dan permukiman, se-pertinya isu hijau ini kurang diangkat, termasuk di majalah

ini.

Semoga ke depannya dapat mengetengahkan in-formasi terkait pembangunan perumahan dan permu-kiman yang hijau dan ramah lingkungan.

Tyas – Yogyakarta

-

Tulisan MahasiswaYth. Redaksi Inforum,

Saya adalah mahasiswa tingkat akhir di jurusan perenca-naan wilayah dan kota dan saat ini saya sedang menyusun skripsi yang mengangkat topik terkait evaluasi kebijakan pembangunan perumahan 1:3:6. Banyak rekan saya di kampus yang juga menulis skripsi dengan topik terkait perumahan, sayangnya tulisan-tulisan tersebut jarang di-publikasikan secara luas.

Apakah majalah Inforum memungkinkan untuk mener-bitkan tulisan-tulisan dari mahasiswa? Atau menge-tengahkan abstraksi atau bahkan ringkasan hasil peneli-tian, skripsi, tesis atau disertasi mahasiswa.

Anjar – Bandung

-

Hari Perumahan NasionalSetiap tahun Hari Perumahan Nasional selalu diperingati. Meski mengusung judul nasional, sepertinya gaung dari peringatan ini hanya ada di pusat saja. Masyarakat luas, termasuk di daerah menjadi kurang mengerti makna dan tujuan dari adanya peringatan ini. Saya berharap per-ingatan Hari Perumahan Nasional tidak menjadi sekedar upacara seremonial belaka. Tetapi betul betul dipahami maknanya terutama oleh pemerintah di daerah.

Angga – Surabaya

BerlanggananSepertinya belum banyak majalah di Indonesia yang secara khusus membahas mengenai kebijakan pembangunan pe-rumahan. Kebanyakan majalah yang terbit lebih fokus pada

. Kehadiran mestinya dapat memberikan angin segar dan dapat menjadi media alternatif.

Sayangnya, majalah Inforum ini agak sulit diperoleh. Ba-gaimana caranya berlangganan majalah Inforum?.

Ketut Rudi – Denpasar

--

Tambahan HalamanYth. Redaksi

Saya belum lama menjadi pembaca . Itu pun tidak sengaja membaca di salah satu ruang tunggu kementerian di Jakarta. Isinya cukup menarik tetapi sebaiknya juga me-muat tentang pembangunan perumahan skala masyarakat. Kalau memang memungkinkan sebaiknya ditambah saja jumlah halamannya.

Rudy K. – Depok

-

Page 4: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

4

Wawancara Khusus Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA.Semua Memiliki Visi yang Sama

Bagaimana Masyarakat Bisa Sejahtera

Dari Redaksi 02

Surat Pembaca 03

Daftar Isi 04

Laporan Utama 06

Wawancara Khusus 16

Wacana 20

Liputan Utama 25

Liputan 32

Intermezzo 36

Pengelolaan Pengetahuan 37

Fakta 44

Praktek Unggulan 45

Galeri Foto 48

Agenda 49Selamat Datang Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Menyambut Kelahiran UU PKP: Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman

6 20

Hari Habitat 2010 - Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik

Menpera Ajak BUMN untuk Sukseskan Program Perumahan RakyatBadan Usaha Milik Negara BUMN diharapkan dapat ikut serta dalam menyukseskan program perumahan rakyat baik melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) maupun melalui program Cor-porate Social Responsibility (CSR)-nya.

32

Tahun 2010 ini Hari Habitat memfokuskan temanya untuk membuat kota menjadi tempat

baik. Di Indonesia Hari Habitat

tapi bermakna.

Berbicara tentang Revisi Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Permukiman yang telah selesai dilaksanakan

pada akhir Desember 2010

tentang sudah terpenuhi atau

undang-undang baru ini. Inforum berkesempatan berbincang dengan

Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA. Staf Ahli Menteri Negara Perumahan Rakyat bidang Otonomi Daerah

Panja RUU Perkim Kemenpera.

25

Akhir tahun 2010 mungkin membawa angin segar bagi perkembangan perumahan di Indonesia. DPR

melakukan revisi terhadap UU No. 4 Tahun 1992. UU Perumahan dan Kawasan Permukiman diharapkan mampu menjawab berbagai persoalan yang kini ada di tengah-tengah masyarakat.

Secara umum muatan UU PKP

dibandingkan UU PP, tapi apakah amanat yang terdapat dalam UU PKP

yang ada?

Laporan Utama

Wacana

Liputan Utama

Liputan

16

Page 5: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

5

Tips Renovasi Rumah dengan Hemat

36Intermezzo

Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 - 2000

37

Info Buku

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

39 Info Regulasi

www.kemenpera.go.id42 Info Situs

Hari Habitat Dunia: Meningkatkan Kepedu-lian Bersama untuk Masa Depan Habitat

45 Praktek Unggulan

49 Agenda

SOLOMemberdayakan Sektor

Informal, Mengelola Pedagang Kaki Lima

World Habitat Day

Page 6: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

66

Laporan Utama

Akhirnya pemangku kepentingan atau seti-daknya pemerintah kini dapat bernafas lega. Undang-Undang

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (UU PKP) akhirnya disahkan oleh DPR dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 17 Desember 2010.

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera), Suharso Monoarfa, pada kesempatan saat menyampaikan Pendapat Akhir Presiden terhadap RancanganUndang-Undang (RUU) tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam Rapat Paripurna

DPR RI tersebut di Gedung Nusan-tara II DPR, mengatakan perumahan dan kawasan permukiman merupa-kan penegasan politik hukum nasio-nal di bidang perumahan dan ka-wasan permukiman.

Lebih lanjut, Menpera menambah-kan, pemerintah dalam hal ini mem-berikan apresiasi yang setinggi-ting-ginya kepada DPR RI yang telah mengambil inisatif dan menyelesai-kan RUU tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ini.

Dalam UU ini, ungkap Menpera, setidaknya ada beberapa hal penting yang diharapkan dapat mendorong peningkatan program di sektor pro-

perti Indonesia.

Pertama, perumahan dan kawasan

satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan peru-mahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan per-baikan, peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, penda-naan dan pembiayaan, dan peran serta masyarakat.

Penyelenggaraan perumahan meru-pakan tanggung jawab negara, dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, katanya.

Selamat Datang

Undang-Undang Perumahandan Kawasan Permukiman

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 7: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

7

Edisi 3Tahun 2010

7

Kedua, adanya pembagian tugas dan wewenang pemerintah dalam melak-sanakan pembinaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukim-an sepenuhnya mengacu kepada oto-nomi daerah dan kemandirian daerah serta pembagian dan pemisahan fungsi regulator dan operator.

Ketiga, pemenuhan kebutuhan ru-mah sebagai kebutuhan dasar manu-sia Indonesia dilaksanakan melalui penyelenggaraan perumahan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau badan hukum serta peran serta masyarakat.

UU ini diorientasikan dalam rangka menjamin kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan atau memiliki rumah yang layak da-lam lingkungan yang sehat, aman, se-rasi dan teratur, tandasnya.

Undang-Undang tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ini secara keseluruhan mencerminkan adanya keberpihakan yang kuat sekaligus memberikan kepastian bermukim terhadap masyarakat berpenghasilan rendah, ujar Menpera.

Untuk memastikan ketersediaan ru-mah bagi MBR, imbuh Menpera,dirinya juga berharap badan hukum yang melakukan pembangunan peru-mahan wajib mewujudkan peruma-han dengan hunian berimbang.

Materi Baru dalam UU Perumah-an dan Kawasan Permukian

Undang Undang PKP terdiri dari 18 bab dan 167 pasal, yang menunjuk-kan cukup banyaknya materi yang di-cakup. Berbeda dengan Undang Un-dang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang relatif lebih ringkas, hanya terdiri dari 10 bab dan 42 pasal.

Perbedaan utama dari UU Perumah-an dan Kawasan Permukiman (UU PKP) dengan pendahulunya adalah

kondisi yang melatar belakangi kela-hirannya. Pada saat undang-undang perkim (lama) diundangkan, era oto-nomi daerah belum dimulai sehingga perumahan belum merupakan urus-an wajib pemerintah daerah. UUD tahun 1945 juga belum diamande-men. Selain itu, kondisi perumahan dan termasuk juga perkotaan belum serumit saat ini.

Pembangunan perumahan yang te-lah menjadi urusan wajib pemerin-tah daerah sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Peme-rintahan antara Pemerintah, Peme-rintahan Daerah Provinsi, dan Pe-merintah Daerah Kabupaten/Kota, kemudian menjadikan materi tentang tugas dan wewenang dibahas secara rinci untuk masing-masing tingkatan pemerintahan mulai dari Pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Materi tugas dan wewenang tercantum dalam satu bab khusus dan 7 pasal.

Tidak sebagaimana lazimnya pada bagian Menimbang yang bersifat normatif, pada UU PKP selain hal normatif juga mencantumkan pe-negasan tentang rumah sebagai ke-butuhan dasar dan berperan strategis dalam pembentukan watak bangsa. Selain itu, dicantumkan juga negara bertanggungjawab dalam penyeleng-

garaan PKP, disertai perlunya peme-rintah lebih berperan dalam menye-diakan dan memberikan kemudahan dan bantuan bagi masyarakat. Bahkan juga mencantumkan pengakuan ter-jadinya kondisi masyarakat yang sulit memperoleh rumah yang layak dan terjangkau sebagai akibat kurangnya perhatian kepada kepentingan MBR.

Melengkapi banyaknya materi baru, beberapa istilah baru terkait juga diperkenalkan, yang tidak terdapat dalam undang undang lama seperti perumahan dan kawasan permukim-an, hirarki penanganan (rumah, pe-rumahan, kawasan permukiman, lingkungan hunian, permukiman), penyelenggaraan perumahan dan ka-wasan permukiman, kategori rumah (rumah komersial, swadaya, umum, khusus, negara), permukiman ku-muh, perumahan kumuh, pendana-an, pembiayaan, penyelenggara (seti-ap orang, badan hukum, pemerintah pusat, pemerintah daerah, menteri), dan MBR.

Hal yang baru dan paling mendasar adalah ditetapkannya lingkup peng-aturan penyelenggaraan PKP. Pene-tapan lingkup pengaturan ini bahkan secara rinci dalam 11 bab dan 142 pasal, sehingga dapat dikatakan isi undang undang ini adalah tentang penyelenggaraan perumahan dan ka-wasan permukiman. Penjelasan lebih mendalam tentang materi undang undang pada bagian lain edisi ini.

Hal paling utama yang terlihat berbe-da, bahwa UU PKP secara jelas men-cantumkan ruang lingkup penyeleng-garaan perumahan yaitu pembinaan, tugas dan wewenang, penyeleng-garaan perumahan dan kawasan per-mukiman itu sendiri, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap peru-mahan kumuh dan permukiman ku-muh, penyediaan tanah, pendanaan dan pembiayaan, hak dan kewajiban, serta peran masyarakat. Keseluruhan

Page 8: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

88

Laporan Utama

lingkup penyelenggaraan ini dirinci dalam bab tersendiri.

Hal baru lainnya yang terlihat sig-

dengan era otonomi daerah, peran Pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota diatur secara jelas; (ii) mencantum-kan peraturan pelaksanaan tidak hanya dalam bentuk peraturan pe-merintah dan keputusan menteri tetapi bahkan peraturan daerah; (iii) walaupun masalah kekumuhan da-lam UU Perkim telah tercantum, namun UU PKP lebih maju karena juga memasukkan ide pencegahan kekumuhan; (iv) pemisahan penda-naan dan pembiayaan. Pengenalan materi sistem pembiayaan terkait dengan telah diluncurkannya Fasili-tas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP); (v) pengaturan penghunian oleh orang asing telah terakomodasi, walaupun termasuk salah satu pasal yang cukup kontroversial; (vi) terkait dengan peran serta masyarakat, ter-lihat lebih maju dengan menjelaskan secara rinci bentuk peran serta terse-but. Termasuk adanya keleluasaan membentuk forum pengembangan perumahan dan kawasan permukim-an, yang fungsi dan unsurnya diatur khusus dalam 2 ayat tersendiri; (vii) penerapan larangan yang bersifat me-nyeluruh yang mencakup masyarakat, pejabat pemerintah, dan pelaku lain-nya; (viii) sanksi yang lebih rinci, ter-masuk sanksi administratif.

Selain itu, UU PKP juga menga-manatkan penyusunan undang-un-dang rumah susun dan undang-un-dang tabungan perumahan.

Walaupun banyak yang menyoroti bahwa penulisan UU PKP masih kurang tertata, tetapi masih jauh le-bih baik dibanding UU Perkim. Da-lam UU PKP, pengkategorian bab dan pasal sudah lebih baik

Pelibatan Pemangku Kepentingan

Kritik yang juga banyak didengung-kan adalah kurangnya keterlibatanpemangku kepentingan dalam proses penyusunan. Kritik ini tidak sepenuh-nya benar dengan mempertimbang-kan telah diselenggarakannya kegi-atan jaring pendapat ( ).Walaupun mungkin belum sebanyak yang diinginkan tetapi paling tidak tercatat 3 (tiga) kali jaring pendapat yaitu (i) Jaring Pendapat Komisi V DPR RI yang berlangsung di Medan dan Makassar pada tanggal 7 dan 9 Februari 2010. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengi-rimkan 2 (dua) tim yang terdiri dari 14 orang anggota untuk melakukan Jaring Pendapat ke Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sulawesi Selatan. Jaring pendapat ini ditujukan untuk menyerap aspirasi atas RUU tersebut dari seluruh pemangku kepentingan terkait di Provinsi tersebut; (ii) Dis-kusi Kelompok Terfokus Interdep dengan Komisi V DPR RI pada

tanggal 12 Februari 2010. Komisi V DPR-RI juga melakukan kegiatan diskusi dengan Sekretaris Kemente-rian Perumahan Rakyat, civitas aka-demika dari fakultas hukum, jurusan teknik sipil, jurusan teknik lingkung-an, fakultas teknik arsitektur Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran, Dirjen Cipta Karya Ke-menterian Pekerjaan Umum, Ketua Umum DPP REI, Direktur Utama Bank Tabungan Negara, Ketua Umum APERSI, Ketua Umum IAP, dan Ketua Umum MP3I; (iii) Diskusi Kelompok Terfokus yang diseleng-garakan Kemenpera dengan meng-undang para pakar pada tanggal 22 Februari 2010. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perguruan tinggi, pe-mangku kepentingan perumahan dan instansi pemerintah. Dari perguruan tinggi dihadiri oleh wakil Universitas Andalas, UGM, ITB. Pemangku ke-pentingan perumahan diwakili oleh BTN, Perum Perumnas, DPP REI, DPP APERSI, MP3I, Ikatan Arsitek Indonesia, dan Ikatan Ahli Peren-cana. Pihak Pemerintah terdiri dari Kementerian Perumahan Rakyat, Ba-dan Pertanahan Nasional, Kemente-rian Dalam Negeri, dan Kementerian Pekerjaan Umum.

Selain itu, tidak terhitung kegiatan diskusi berskala lebih kecil seperti misalnya yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Perumahan Rakyat (Forwapera), seperti misalnya Dis-kusi “Penguatan Lembaga Peruma-han untuk Penyediaan Perumahan Bagi MBR: Kajian RUU Perumahan dan Permukiman” di Jakarta, pada Desember 2010, dan diskusi “Mem-bedah RUU Perkim dalam Menjawab Tantangan Pembangunan Perumah-an ke Depan” pada Oktober 2010.

Tidak Ada Gading yang Tak Retak

Terlepas dari kelengkapan materi yang tercakup dalam UU PKP, masih terdapat kritik yang ditujukan pada

Page 9: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

9

Edisi 3Tahun 2010

9

keberadaan undang-undang ini. Kri-tik paling tajam terutama menyang-kut prosesnya yang dianggap kurang melibatkan pemangku kepentingan. Walaupun sebenarnya kegiatan jaring pendapat telah dilaksanakan pada be-berapa kesempatan.

Menyangkut isinya, kritikan utama adalah kesulitan memahami materi dalam waktu singkat terutama karena keterkaitan antarbab dan antarpasal kurang terlihat. Disarankan agar dibuatkan semacam pemetaan dalam bentuk bagan berdasarkan kategori materi sehingga keterkaitan antarbab antarpasal dapat terlihat jelas.

Terkait dengan kepedulian pada MBR, dikatakan bahwa undang-un-dang ini masih kurang memberi per-hatian. Walaupun sebenarnya kalau dicermati bahkan pasal-pasal yang menyangkut MBR terkesan banyak sekali. Bahkan pada semua bab terda-pat pasal yang terkait tentang MBR.

Bagi kelompok pelaku pembangun-an perumahan swadaya, substansi undang-undang dinilai cenderung berpihak kepada pengembang kare-na UU tersebut gagal mengatur se-cara jelas tentang perlindungan dan pemberdayaan perumahan swadaya.

Padahal, mayoritas kebutuhan peru-mahan di Indonesia dipenuhi sendiri oleh masyarakat. Walaupun jika di-simak, dalam UU PKP Pasal 15 ayat p dinyatakan bahwa pemerintah ka-bupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas salah satunya memberikan pendamping-an bagi orang perseorangan yang melakukan pembangunan rumah swadaya

Dilain pihak, para pengembang me-nyatakan banyak ancaman baik pi-dana maupun denda bagi pengem-bang jika melanggar ketentuan yang berlaku. Mestinya yang diberi sanksi adalah penghambat, bukan semata-mata para pengembang. Kritik ini juga kurang jelas mengacu kepada siapa. Walaupun demikian, dalam pasal yang mengatur sanksi, semua pemangku kepentingan baik pejabat, perorangan, maupun badan hukum yang melanggar larangan yang ter-cantum dalam undang undang akan dikenai sanksi baik administratif maupun pidana.

Ada pula yang menyatakan substansi UU berpotensi menimbulkan krimi-nalisasi terhadap masyarakat. Ini antara lain terkait adanya sanksi bagi

masyarakat yang menolak relokasi atau penggusuran. Padahal relokasi dilakukan berdasar alasan yang jelas, demi kepentingan umum, yang telah di atur dalam undang undang. Se-hingga sanksi tersebut harusnya dili-hat sebagai upaya penegakan hukum tanpa pandang bulu.

Sepertinya justru masalah utama da-lam penyusunan undang undang ini adalah tidak terjalin komunikasi yang memadai diantara pemangku kepen-tingan sehingga banyak kritik yang disampaikan pada dasarnya telah terakomodasi atau sebagian terako-modasi.

Kembali lagi bahwa tidak satu apapun yang sempurna di dunia ini. Demiki-an pula halnya dengan Undang-Un-dang PKP. Jika terdapat kekurangan, hal tersebut dapat disempurnakan melalui jalur yang disediakan untuk itu. Apakah melalui ke Mahkamah Konstitusi, atau penyem-purnaan melalui Peraturan Pemerin-tah atau peraturan pelaksanaan lain-nya yang akan segera disusun.

Pekerjaan Rumah

Terselesaikannya undang-undang ini bukan akhir dari pekerjaan buat

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 10: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

1010

Laporan Utama

pemerintah dan pemangku kepen-tingan lainnya tetapi bahkan masih menunggu banyak pekerjaan rumah. Dalam undang-undang diamanatkan dilakukannya penyusunan peraturan perundang-undangan, yang meliputi (i) 2 (dua) undang-undang yaitu un-dang undang tentang rumah susun dan undang undang tabungan peru-mahan; (ii) 5 (lima) peraturan peme-rintah; (iii) 5 (lima) peraturan daerah; dan (iv) 3 (tiga) peraturan menteri. Terkecuali penyusunan undang-un-dang, jangka waktu yang diberikan undang undang untuk memenuhi pekerjaan rumah tersebut hanya se-tahun sejak undang undang ini ber-laku. Jadi bisa dibayangkan betapa sibuknya pemerintah nantinya.

Selain pekerjaan rumah tersebut di atas, terdapat beberapa pekerjaan rumah yang tidak ditetapkan jangka waktunya tetapi tentunya juga sebaik-nya diselesaikan dalam waktu dekat. Berdasar pasal 7 dikatakan perenca-naan perumahan dan kawasan per-mukiman termuat dan ditetapkan dalam RPJP, RPJM, dan rencana ta-hunan. Pada tingkat nasional, sebe-

narnya perencanaan PKP telah tera-komodasi dalam RPJP dan RPJM, termasuk rencana tahunan. Namun yang perlu mendapat perhatian ada-lah sejauhmana perencanaan PKP di tingkat propinsi dan kabupaten/kota telah terakomodasi dalam RPJP dan RPJM daerah. Atau bahkan mungkin perencanaannya PKP nya sendiri be-lum tersedia. Ini yang akan menjadi pekerjaan rumah besar dengan mem-pertimbangkan terdapat lebih dari 500 propinsi dan kabupaten/kota.

Beberapa tugas Pemerintah lainnya menyangkut pembinaan di bidang PKP adalah merumuskan dan me-

netapkan (i) kebijakan dan strategi nasional; (ii) kebijakan nasional ten-tang pendayagunaan dan peman-faatan hasil rekayasa teknologi; (iii) kebijakan nasional tentang penye-diaan kasiba dan lisiba. Pemerintah propinsi menindaklanjuti dengan menyusun kebijakan dan strategi di tingkat propinsi. Kemudian peme-rintah kabupaten/kota menyusun dan melaksanakannya. Khusus di propinsi dan kabupaten/kota, pe-merintah setempat sesuai dengan tingkatannya ditugaskan menyusun rencana pembangunan dan pengem-bangan perumahan dan kawasan permukiman pada lintas kabupaten/kota dan kabupaten/kota yang men-jadi pengganti Rencana Pembangun-an dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D).

Kewajiban lainnya terkait peran masyarakat adalah membentuk fo-rum pengembangan PKP di setiap tingkatan pemerintahan. Pada saat ini di tingkat nasional sedang dalam proses pembentukan Kelompok Kerja Perumahan yang dapat men-jadi embrio forum tersebut.

Dalam rangka menjaga kualitas pe-nyelenggaraan pembangunan PKP, pemerintah juga ditugaskan untuk

-pada perorangan atau badan penye-lenggara pembangunan PKP.

Terakhir tentunya merupakan kegi-atan yang tak terpisahkan dari ke-beradaan UU PKP adalah sosialisasi Undang-Undang PKP kepada selu-ruh pemangku kepentingan baik di tingkat nasional, provinsi, dan kabu-paten/kota, baik pemerintah mau-pun non pemerintah.

Masih panjang perjalanan sebelum kemudian UU PKP benar-benarterlaksana di lapangan. Apapun itu, semuanya dimulai dari langkah kecil. Dimulai saat ini agar tidak kehilangan momentum (OM).

Kewajiban lainnya terkait peran

masyarakat adalah membentuk forum

pengembangan PKP di setiap tingkatan

pemerintahan.

Page 11: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

11

Undang Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman terdiri dari 18 bab dan 167

pasal, namun tulisan berikut ini tidak akan menyajikan secara keseluruhan isi undang undang tetapi hanya isu yang dianggap penting saja.

Dalam UU PKP banyak diperkenal-kan istilah baru, diantaranya adalah (i)

ada-lah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan pe-rumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan per-baikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembi-ayaan, serta peran masyarakat; (ii) -

adalah kumpulan rumah se-bagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni; (iii) adalah bagian dari lingkungan hidup di luar ka-wasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan; (iv) adalah bagian dari

kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukim-an; (v) adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumah-an yang mempunyai prasarana, sa-rana, utilitas umum, serta mempu-nyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan; (vi) -

adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, ter-masuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu; (vii)

adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan kelu-arga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemi-liknya; (viii) adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan; (ix) adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat; (x) adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (xi) adalah rumah yang

diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus; (xii) adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksana-an tugas pejabat dan/atau pegawai negeri; (xiii) adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak me-menuhi syarat; (xiv) adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian; (xv) adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran penda-patan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau sumber dana lain yang dibelan-jakan untuk penyelenggaraan peru-mahan dan kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (xvi) -

adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau seti-ap pengeluaran yang akan diterima kembali untuk kepentingan penye-lenggaraan perumahan dan kawasan permukiman baik yang berasal dari dana masyarakat, tabungan perumah-an, maupun sumber dana lainnya.

Membedah

Undang Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Edisi 3Tahun 2010

Page 12: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

12

Laporan Utama

Bagian Menimbang yang Tidak Normatif

Kemajuan lain yang terlihat jelas ada-lah adanya keberanian pihak peme-rintah untuk mencantumkan dalam bagian menimbang beberapa hal prinsip yaitu (i) setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, ber-tempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan se-hat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia; (ii) hunian yang layak berperan dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa; (iii) negara bertanggungjawab menyelenggara-kan perumahan dan kawasan permu-kiman sehingga tercapai kondisi pada item (i); (iv) pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan dan ban-tuan; (v) pertumbuhan dan pemba-ngunan wilayah kurang memperhati-kan keseimbangan bagi kepentingan MBR sehingga masyarakat sulit memperoleh rumah yang layak dan terjangkau. Keseluruhan hal yang ter-cantum dalam bagian menimbang te-lah menunjukkan bahwa roh undang-undang ini sudah sejalan dengan UUD Negara Republik Indonesia 1945 hasil amandemen, dan Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 ten-tang Hak Asasi Manusia, yang me-negaskan rumah sebagai kebutuhan dasar bahkan bagian dari hak asasi manusia. Termasuk juga, pengakuan bahwa rumah tidak hanya terkait as-

an watak bangsa. Hal yang paling mendasar adalah adanya pengakuan bahwa negara bertanggungjawab dan pemerintah perlu lebih berperan da-lam penyelenggaran perumahan dan kawasan permukiman. Tentunya pe-nyebutan secara implisit ‘kelalaian’ pemerintah sehingga masyarakat ke-sulitan memperoleh rumah yang layak dan terjangkau patut diapresiasi.

PKP Bukan Hanya Tanggung Jawab Pemerintah

Ide bahwa penyelenggaran perumah-an dan kawasan permukiman bukan

hanya menjadi ‘ ’ pemerintah terlihat jelas dalam bagian asas dan tujuan. Sebagaimana tercantum pada salah satu tujuannya yaitu “member-dayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman”. Semen-tara salah satu asasnya adalah kemi-traan. Hal ini akan semakin jelas dalam bab terkait penyelenggaraan perumahan dan kawasan permu-kiman (Bab III sampai Bab XII), khususnya pada Bab XI tentang Hak dan Kewajiban dan Bab XII tentang Peran Masyarakat. Terkait hak dan kewajiban digunakan frasa ‘setiap orang’ berhak dan berkewajiban dan seterusnya. Sementara terkait peran masyarakat dikatakan bahwa penye-lenggaraan perumahan dan kawasan perrmukiman dilakukan oleh peme-rintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat berupa memberi masukan dalam tahapan penyusunan rencana, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan, peme-liharaan dan perbaikan, dan pengen-dalian. Bahkan lebih jauh lagi keter-libatan masyarakat diwadahi melalui forum pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang ang-gotanya baik dari pemerintah mau-pun pemangku kepentingan lainnya.

Penegasan Fungsi dan Wewe-nang

UU PKP secara tegas membedakan tugas dan wewenang dari setiap ting-katan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan nuansa era otonomi. Dian-tara beragamnya tugas pemerintah, tugas merumuskan, menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional menjadi yang paling krusial. Tugas lainnya yang relatif

keahlian kepada orang atau badan hukum. Terkait peningkatan kuali-tas SDM dan penyelenggaraan PKP, pemerintah bertugas menyelenggara-kan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan PKP.

Tugas yang terkait langsung dengan terwujudnya perumahan MBR ada-lah mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan dan memfasili-tasi penyediaan PKP. Secara umum tugas pemerintah provinsi sama de-ngan pemerintah. Perbedaannya ha-nya pemerintah provinsi ditugaskan menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman tingkat provinsi. Rencana ini dikenal sebagai Rencana Pembangunan dan Pengem-bangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D). Tugas pemerintah kabupaten/kota sedikit berbeda, le-bih bersifat operasional, seperti mem-berikan pendampingan bagi orang perseorangan yang melakukan pem-bangunan rumah swadaya dan me-netapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Wewenang yang diberikan kepada pe-merintah diantaranya adalah menyu-sun dan menetapkan norma, stan-dar, pedoman dan kriteria (NSPK), menyusun dan menyediakan basis data, menyusun dan menyempurna-kan peraturan peundang-undangan, memberdayakan pemangku kepen-tingan, melakukan koordinasi, mem-fasilitasi kemitraan, melakukan evalu-asi, memfasilitasi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh. Secara umum wewenang pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota tidak berbeda kecuali bahwa pe-merintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah pada daerahnya masing-masing. Se-cara khusus, pemerintah kabupaten/kota menyediakan prasarana dan sarana bagi MBR, dan menetapkan lokasi perumahn dan permukiman kumuh

Masyarakat Berpendapatan Ren-dah (MBR) Tidak Terabaikan

Sebagaimana sering didengungkan bahwa masih sekitar 8 juta rumah tangga di Indonesia yang belum me-nempati rumah layak huni (2010). Walaupun tidak tersedia data yang

Page 13: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

13

valid, tetapi sewajarnya jika kemu-dian sebagian terbesar dari jumlah tersebut adalah MBR. Hal ini disa-dari sepenuhnya oleh penyusun un-dang-undang ini, sehingga terlihat jelas keberpihakan terhadap MBR. Ini juga sekaligus menjawab kritik-an dan kekhawatiran dari banyak orang.

Dimulai dengan penegasan ten-tang tugas pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota untuk mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR; memfasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR. Sementara pemerintah kabupaten/kota memperoleh wewenang untuk mencadangkan/menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan bagi MBR yang kemudian dikoordi-nasikan oleh pemerintah propinsi.

Perijinan pun termasuk yang dimu-dahkan, sehingga ketika kemudian ada badan hukum yang mengajukan perijinan bagi pembangunan peru-mahan MBR, menjadi kewajiban bagi pemerintah daerah memberi kemu-dahan.

Dalam pasal 54 ayat (1) secara tegas dinyatakan bahwa pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR. Walaupun ini tidak berarti pemerintah membangunkan lang-sung tetapi pemerintah dapat mem-beri kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR berupa subsidi perolehan rumah, stimulan rumah swadaya, in-sentif perpajakan, perijinan, asuransi dan penjaminan, penyediaan tanah,

sarana dan utilitas. Secara khusus juga dinyatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib mem-berikan kemudahan pembangunandan perolehan perumahan melalui program perencanaan pembangun-an perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.

Terkait pembiayaan, badan hukum yang ditugasi wajib menjamin ke-tersediaan dana murah jangka pan-jang, kemudahan dalam mendapat-kan akses kredit, dan keterjangkauan dalam membangun, memperbaiki, dan memiliki rumah. Pemerintah dan pemerintah daerah sendiri memberi-kan kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan untuk pembangunan dan perolehan rumah umum dan ru-mah swadaya bagi MBR.

Kekumuhan Mendapat Perhatian

Sebagaimana disadari oleh semua pihak bahwa masalah kekumuhan merupakan salah satu tantangan yang perlu dihadapi oleh pemerin-tah. Sampai saat ini tercatat luasan permukiman kumuh telah mencapai 57.000 ha. Hal ini disadari betul oleh para pihak penyusun undang-undang ini. Dimulai dengan penetapan pihak yang bertanggungjawab terhadap hal ini. Sebagaimana dinyatakan pada pasal 94 ayat 2 bahwa pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Peme-rintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang. Terlihat jelas bahwa

bukan hanya sekedar penanganan perumahan dan permukiman ku-muh tetapi juga termasuk pencegah-annya.

Turut ditetapkan juga kriteria keku-muhan yaitu (i) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi; (ii) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum; (iii) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum; dan (iv) pem-bangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai de-ngan rencana tata ruang wilayah.

Terkait pencegahan kekumuhan, di-laksanakan melalui pengawasan dan pengendalian dan pemberdayaan masyarakat. Hal yang menarik ada-lah dilibatkannya masyarakat dalam pencegahan kekumuhan melalui upaya pemberdayaan berupa pen-dampingan dan pelayanan informasi.

Bentuk pendampingan berupa pem-bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis untuk mewujudkan kesadaran masyarakat dalam mencegah tumbuh berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Sementara pelayanan informasi dalam bentuk pemberitaan hal-hal terkait upaya pencegahan perumahan kumuh dan permukiman kumuh, meliputi ren-cana tata ruang, perizinan, standar perumahan dan permukiman.

Terkait dengan kegiatan peremajaan dan permukiman kembali, masyarakat terdampak diberi tempat penam-pungan sementara, dan keseluruhan prosesnya melibatkan masyarakat.

Pengenalan Sistem Pembiayaan

Beberapa hal penting yang tercantum terkait pendanaan dan pembiayaan diantaranya adalah (i) sumber pen-danaan berasal dari APBN, APBD dan sumber lain yang dimungkinkan peraturan; (ii) prinsip pembiayaan baik berdasarkan prinsip konvensio-nal atau prinsip syariah melalui pembi-ayaan primer dan sekunder perumah-an; (iii) lembaga pembiayaan dapat

Anatomi Undang Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Undang undang ini terdiri dari 18 bab dan 167 pasal.

Bab I Ketentuan UmumBab II Azas, Tujuan dan Lingkup PengaturanBab III PembinaanBab IV Tugas dan WewenangBab V Penyelenggaraan PerumahanBab VI Penyelenggaraan Kawasan PermukimanBab VII Pemeliharaan dan PerbaikanBab VIII Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

terhadap Perumahan kumuh dan Permukiman Kumuh

Bab IX Penyediaan TanahBab X Pendanaan dan Sistem PembiayaanBab XI Hak dan KewajibanBab XII Peran MasyarakatBab XIII LaranganBab XIV Penyelesaian Sengketa

Bab XVI Ketentuan PidanaBab XVII Ketentuan PeralihanBab XVIII Ketentuan Penutup

Page 14: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

14

Laporan Utama

dibentuk baik oleh pemerintah mau-pun pemerintah daerah; (iv) badan hukum pembiayaan yang terkait ru-mah umum dan swadaya diwajibkan dapat menjamin ketersediaan dana murah jangka panjang, kemudahan akses bagi MBR, keterjangkauan da-lam membangun, memperbaiki atau memiliki rumah; (v) pemupukan dana dapat berasal dari dana masyarakat, dana tabungan perumahan atau dana lainnya; (vi) secara khusus dicantum-kan tentang pemberian kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan un-tuk pembangunan dan perolehan rumah umum dan rumah swadaya bagi MBR. Walaupun patut diingat bahwa sesuai dengan prinsip pembi-ayaan, dana yang diterima oleh MBR harus dikembalikan lagi. Bagian ini menjadi payung pelaksanaan Fasili-tas Likuiditas Pembiayaan Perumah-an.

Keterlibatan Masyarakat Menjadi Suatu Keniscayaan

Keterlibatan masyarakat secara tegas dinyatakan merupakan bagian dari ruang lingkup penyelenggaraan pe-rumahan dan kawasan permukiman (Pasal 4). Sebagai penegasan, secara khusus disiapkan bab tersendiri ten-tang peran masyarakat (Bab XII). Penyelenggaraan perumahan dan ka-wasan permukiman dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Bentuk keterlibatan tersebut adalah dengan memberikan masukan dalam penyusunan rencana pembangunan, pelaksanaan pembangunan, peman-faatan, pemeliharaan dan perbaikan, dan/atau pengendalian penyeleng-garaan perumahan dan kawasan per-mukiman.

Bahkan kemudian keterlibatan masyarakat diwadahi dalam forum pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, yang ber-fungsi menampung dan menyalur-kan aspirasi masyarakat, membahas dan merumuskan pemikiran arah pengembangan penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukim-an, meningkatkan peran dan peng-awasan masyarakat, memberikan masukan kepada Pemerintah; dan/atau melakukan peran arbitrase dan mediasi di bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukim-an. Anggotanya terdiri dari unsur pemerintah, asosiasi perusahaan penyelenggara PKP, asosiasi profesi penyelenggara PKP, asosiasi peru-sahaan barang dan jasa mitra usaha penyelenggara PKP, pakar di bidang PKP; dan/atau lembaga swadaya masyarakat dan/atau yang mewakili konsumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan PKP.

Terkait penanganan kumuh, pene-tapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahu-lui proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan me-libatkan peran masyarakat. Pada saat penanganan kumuh seperti perema-jaan pun dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat. Termasuk lokasi yang akan ditentukan sebagai tempat untuk pemukiman kembali ditetap-kan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.

Dimana Ada Hak Di Situ Ada Kewajiban

Hak dan kewajiban pun telah diatur dalam UU PKP. Adapun hak setiap orang adalah menempati, menikmati dan/atau memiliki/memperoleh ru-mah yang layak termasuk lingkung-

annya, melakukan pembangunan, memperoleh informasi, memper-oleh manfaat, memperoleh peng-gantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung, dan mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan terhadap hal yang meru-gikan masyarakat. Sementara kewa-jibannya adalah menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan kesehat-an; turut mencegah terjadinya hal yang merugikan dan membahayakan kepentingan orang lain dan/atau ke-pentingan umum; menjaga dan me-melihara prasarana, sarana dan utili-tas; dan mengawasi pemanfaatan dan berfungsinya PSU. Menyimak hak dan kewajiban ini, terlihat jelas bahwa penyelenggaraan PKP menjadi tang-gung jawab tidak hanya pemerintah tetapi setiap orang.

Larangan dan Sanksi

Pengaturan tentang larangan men-cakup semua pihak baik perorangan, badan hukum termasuk juga pejabat pemerintah. Secara umum, hal yang dilarang adalah tindakan yang ber-tentangan dengan aturan penyeleng-garaan PKP. Sebagai contoh, pejabat dilarang mengeluarkan izin pemba-ngunan rumah, perumahan, dan/atau permukiman yang tidak sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan ru-ang. Hal yang menarik, keberpihak-an pada MBR bahkan mengakibat-kan larangan menjual kaveling tanah matang tanpa rumah kepada badan hukum dapat dikecualikan ketika me-nyangkut pembangunan perumahan untuk MBR.

Sanksi terhadap pelanggaran terse-but berupa sanksi administratif mu-lai dari sekedar peringatan tertulis, pencabutan izin, sampai penutupan lokasi. Sementara sanksi pidana mulai dari paling ringan berupa denda Rp. 50 juta sampai paling besar Rp. 50 Miliar. Bentuk pidana penjara bahkan sampai 5 tahun. Melihat sanksi yang diterapkan, terlihat bahwa pemerin-tah serius dalam menangani penye-lenggaraan PKP (OM).

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah

dengan melibatkan peran masyarakat.

Page 15: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

15

Edisi 3Tahun 2010

15

Meski pemerintah dan DPR menyatakan bahwa RUU Per-kim sudah komprehensif dan

mengakomodir masyarakat berpenda-patan rendah (MBR), terdapat beberapa penolakan yang keras dari berbagai ka-langan terkait substansi dari RUU PKP (kini UU). Penolakan datang antara lain dari akademisi dan pegiat perumahan yang menuntut agar RUU ini dimatang-kan dulu substansinya sebelum disah-kan.

Hal-hal yang menjadi aspek yang diperdebatkan antara lain adalah mengenai: (1) Tidak dimuatnya sistem pe-nyediaan rumah yang menjamin tujuan merumahkan rakyat secara adil dan layak tercapai; (2) RUU Perkim

-mahan berbasis komunitas; (3) Adanya pasal kriminal-isasi bagi pelaku perumahan swadaya informal, dan (4)

pembahasan. Keempat hal ini merupakan kajian yang dilakukan oleh ahli dari ITB, UI, Untar dan pegiat Per-kim-HAM.

secara resmi, Inforum juga mencatat beberapa kri-

pernyataan di media massa, maupun dalam diskusi yang secara khusus membahas rancangan undang-un-dang ini. Diantaranya adalah:

-

pasal-pasal dalam RUU tersebut belum mengakomo-dasi masalah perumahan secara keseluruhan dan ter-integrasi.

-kan bahwa badan usaha atau perorangan dilarang un-tuk menjual kavling tanah kosong. Ketentuan ini diang-gap akan merugikan pengembang dan juga konsumen

atau masyarakat yang kurang mam-pu.

Daya beli konsumen Indonesia terbatas, terutama masyarakat ka-langan menengah ke bawah. Pe-luang pengembang untuk menjual pun akan berkurang karena pasal tersebut.

-lai cenderung berpihak kepada pengembang karena UU tersebut gagal mengatur secara jelas tentang

perlindungan dan pemberdayaan perumahan swadaya. Padahal, mayoritas kebutuhan perumahan di Indone-sia dipenuhi sendiri oleh masyarakat. Dilain pihak, para pengembang menyatakan banyak ancaman baik pidana maupun denda bagi pengembang jika melanggar keten-

penghambat, bukan semata-mata para pengembang.

terhadap masyarakat. Ini antara lain terkait adanya sanksi bagi masyarakat yang menolak relokasi atau penggusuran.

Beberapa pernyataan dalam undang-undang ini mengambang sehingga pengaturannya harus ditafsir-kan sendiri dari pasal-pasal yang ada. Misalnya tentang jenis perumahan, kecuali rumah khusus dan rumah

-aturannya. Juga pernyataan tentang luas minimum 36

membangun lebih kecil ataukah menjadi sasaran pe-ningkatan kualitas, masih perlu dijabarkan lebih lanjut.

menyatakan bahwa penulisan UU ini masih kurang baik sehingga agak sulit untuk memahami dengan baik. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami keseluruhan materi undang-undang ini.

Apapun, langkah telah diayun. Lebih baik bergerak ke depan dengan membenahi undang-undang ini sambil jalan (LNP/OM).

Catatan Kontroversi RUU PKP

Page 16: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

16

Wawancara Khusus

Berbicara tentang revisi Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukim-an yang telah selesai dilaksanakan pada akhir

Desember 2010 tidak terlepas dari perdebatan tentang sudah terpenuhi atau tidaknya aspirasi masyarakat dalam undang-undang baru ini. berkesempatan berbin-cang dengan Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA. Staf Ahli Menteri Negara Perumahan Rakyat bidang Otonomi Daerah yang juga bertindak sebagai Ketua Panja RUU Perkim Kemenpera untuk mengetahui lebih dalam ba-gaimana proses lahirnya Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang baru ini.

RUU ini inisiatif DPR. ...pada intinya kita ingin kondisi perumahan dan permukiman ke

depan seperti yang kita cita-citakan bersama, artinya

mempunyai suatu idealisme ke depan

kita harus seperti apa. Jadi tidak hanya merevisi saja tapi harus ada visi kita ke depan perumahan itu kita idealkan seperti apa? Oleh sebab itu, pemikiran-pemikiran ke depan inilah yang lebih mewarnai undang-undang ini. Jadi kalau agak lama masalahnya adalah demikian, RUU ini diformulasikan atau diusulkan dengan kondisi nasional yang berbeda dengan UU No. 4 Tahun 1992. UU No. 4 Tahun 1992 mempunyai kondisi ekonomi nasional yang lebih baik, bantuan luar negeri untuk perumahan juga ada, sehingga pada saat itu kondisi perumahan di Indonesia sedang . Artinya industri perumahan berjalan dengan cepat sementara masyarakat memiliki tingkat ekonomi yang cukup baik, pada waktu itu dan s -nya itu seperti bola salju bagus sekali, tetapi pada saat krisis terjadi sebuah titik balik sehingga kondisi perumahan dan permukiman menuju titik nadir yang terendah atau istilah teknisnya

.

Oleh sebab itu pemikiran pada saat kita merumuskan undang-undang, agar jangan sampai kita mengulangi kesalahan-kesalahan di masa lalu, karena itulah diskusinya menjadi panjang. Tapi sebenarnya waktu yang dibutuh-kan tidak begitu lama sebenarnya, karena kita meng-gunakan 2 masa persidangan. Dua masa persidangan ini selesai sampai dengan 90% yang 10% terakhir adalah masa persidangan ke-3, jadi sebetulnya tidak terlalu lama. Menurut penilaian saya pribadi ini tergolong cepat karena dimulai pada awal tahun 2010 dan disahkan oleh paripurna pada tahun 2010 akhir. Hanya pemba-hasannya sangat intensif. Hampir setiap pembahasan

setiap bulannya berlangsung hingga malam hari bahkan di belakang hari berlangsung hingga subuh.

Karena memang masalahnya cukup berat. Dan undang-undang yang baru ini jauh lebih komprehensif dari pada undang-undang yang lama. Dalam undang-undangyang lama permukiman hanya berbicara soal KASIBA, yang sekarang tidak, subtansi yang

Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA. - Staf Ahli Menteri Negara Perumahan Rakyat bidang Otonomi Daerah selaku Ketua Panitia Kerja RUU

Perumahan dan Kawasan Permukiman Kemenpera.

Semua Memiliki Visi yang Sama Bagaimana

Masyarakat Bisa Sejahtera

Sumber foto: BPA

Page 17: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

17

Edisi 3Tahun 2010

17

lebih luas, pembiayaan lebih luas, pengadaan tanah lebih luas, jadi memang -nya pengaturan ke depan ini adalah lebih luas.

-

Saya kira dalam menanggapi adanya inisiatif kita ber-terima kasih sekali pada DPR. Ada beberapa keuntungan jika ini merupakan inisiatif DPR. Kalau ini inisiatif DPR, berarti dalam pembahasan tidak ada fraksi, pandangan umum terhadap konsep dari RUU tidak dibagi ke dalam fraksi, meskipun fraksi-fraksi itu diberikan hak juga. Kalau inisia-tornya datang dari pemerintah itu biasanya lama dalam proses interdep. saat ini interdep-nya langsung kita tangani dalam menyusun DIM atau Daftar In-ventarisasi Masalah sesuai dengan aspirasi sektor. Itu relatif lebih cepat, hanya menyusun DIM, kita tidak diskusi lagi.

Saya kira ini hanya masalah komunikasi saja. Proses ini sudah sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2004, DPR sudah melakukan yang namanya uji publik. Uji publiknya dilakukan di Makassar, Medan, dan Jakarta. Pada saat uji publik, Pemerintah Daerah, DPRD, dan yangada di wilayah-wilayah itu diundang. Sehingga kalau itu dikatakan kurang terbuka, menurut saya sudah terbuka, karena saya ikut dalam beberapa kali uji publik tersebut. Bahkan pada saat uji publik dilakukan di Jakarta kita mengundang beberapa pakar. Pakar tersebut beberapa kali kita undang untuk memberikan masukan-masukandan kemudian masukan-masukan tersebut kita rangkum dan kemudian kita rumuskan bersama dengan Tim Ahli DPR dan proses ini tidak hanya sekali tapi kita lakukan berulang kali. Tidak hanya pakar, kita juga meminta masukan dari LSM. Hanya dalam proses meminta penda-pat dari ‘kelompok-kelompok’ masyarakat kita lumayan sulit menyimpulkan apa yang dimaui oleh masyarakat karena beberapa pendapat yang dikemukankan sering kali mengambil contoh dari kasus. Misalnya kasus ini begini…kasus itu begitu. Padahal kita sebenarnya ingin melihat sebenarnya kasus-kasus tersebut jika ditarik suatu benang merah ada apa sih?

kalau mereka merasa kasus-kasus mereka tidak da-

pat tertampung mereka akan merasa diacuhkan, padahal kalau mereka mau melihat benang merahnya, sebenarnya kasus-kasus yang ada memiliki sebuah benang merah sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan misalnya ternyata yang perlu dinormalkan adalah yang ini. Jadi bahasanya saja yang tidak sama, bahasa norma kita harus menormakan semua yang ada, tapi sebetulnya kita menampung semua aspirasi mereka. Jadi kalau ada yang merasa kurang terwadahi ya mungkin itu hanya perasaan saja. Tapi dalam prosesnya kita sudah melibatkan pakar, masyarakat hingga birokrat. Bahkan karena ini dimulai

dari DPR, DPR yang mulai mendekati birokrat.

Ada banyak masalah-masalahperumahan yang tidak bisa terse-lesaikan dengan undang-undanglama. Undang-undang lama

tidak mengatur masalah pembiayaan, masalah pengadaan tanah di undang-undang yang baru hal ini diatur, bah-kan tentang peran serta masyarakat ada 1 bab tersendiri. Kalau dulu hanya sedikit. Peran dari pemerintah harus memfasilitas ini. Jadi bukannya pemerintah lalu memba-ngun rumah, tidak demikan, peran pemerintah tetap saja menjadi fasilitator, dan yang dulu tidak ada adalah pasal-pasal tentang larangan. Pasal-pasal larangan ini berfungsi melindungi masyarakat agar bermukim atau bertempat

m

Aplela

... yang dulu tidak ada adalah pasal-

pasal tentang larangan.

Page 18: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

1818

Wawancara Khusus

tinggal di daerah yang berbahaya. Misalnya daerah dekat sutet, itu kita larang agar masyarakat tidak membuat rumah di situ, atau di daerah yang miring atau berpotensi longsor maka undang-undang itu mencegah, seperti-nya memang kejam tapi sebenarnya ini adalah upaya melindungi masyarakat. Undang-undang yang dulu juga penekanannya adalah Pembangunan Skala Besar atau KASIBA, jadi UU yang lama pasal 17 sampai dengan 24 mengaturnya hanya KASIBA saja. Nah yang baru KA-SIBA itu hanya sebagian kecil saja. Dan kita jamin ke de-pan nanti tidak boleh ada rumah yang dibangun tanpa memenuhi syarat, sehingga kita yakin ke depan rumah yang dibangun itu memenuhi syarat, syarat lingkung-an maupun syarat konstruksinya ataupun kesehatannya.

Kalau mengenai perubahan nama begini, sebelumnya kalimat perumahan dan permukiman itu seolah-olah bahwa perumahan dan permukiman itu tidak terkait dengan yang namanya pembangunan perko-taan atau . Aspirasi yang sekarang baik pemerintah maupun DPR, sebetulnya perumahan yang sekarang berkembang ini cenderung untuk membentuk kota yang tidak teratur. Ada pemisahan rumah adalah rumah dan kota adalah kota. Sekarang kita mempunyai pemikiran ke depan perumahan ini adalah bagian di dalam pembangunan perkotaan. Jadi mestinya kalau dalam bahasa Inggris .Masalahnya sekarang pada saat kita ,ini sesuatu yang baru. Pada saat penyesuaian dengan undang-undang terutama yang terkait dengan penataan ruang, harmonisasinya adalah -nya tetap

-nya diganti dengan yang namanya kawasan permukiman. kawasan permukiman ini kalau boleh saya terjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah

. Dan itu bisa berbentuk perko-taan atau bisa berbentuk perdesaan. perumahan itu adalah bagian dari perkotaan atau bagian dari perdesaan. Sehingga secara terstruktur antara perumahan kemudian perkotaan terjalin menjadi satu. Oleh sebab itu kalau mau bagus sebenarnya , tapi lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia, -nya Peruma-han, -nya karena kita harus harmonisasi dengan undang-undang lain maka komprominya menjadi Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan rumah tidak boleh lepas dari pembangunan perkotaan.

Untuk isu yang paling dalam pengambilan keputus-annya sampai di detik-detik terakhir adalah masalah pengaturan kepemilikan orang asing. Jadi kita berharap dengan orang asing dapat memiliki rumah bukan tanah itu menjadikan perdebatan yang sangat-sangat . Kalau ada orang asing yang ingin membeli rumah harapan-nya adalah pengembang akan membangun rumah yang mampu dibeli masyarakat. Jadi silahkan ambil dari

orang asing, hasil itulah yang kemudian digunakan sebagai subsidi untuk masyarakat Indo-nesia. Jadi kita tidak merugikan pengembang sebenarnya. Tetapi ada satu konsep tentang ta-nah, bahwa tanah itu tidak bisa dipisahkan antara rumah dan ba-

pertanahan adalah begitu, jadi asas perlekatan di undang-undang

pertanahan bahwa di atas tanah selama itu digunakan adalah masih bagian dari tanah.

Lalu muncul kekhawatiran jika orang asing boleh memi-liki bangunan dengan sendirinya secara otomatis memi-liki tanah, maka kedaulatan kita akan terampas. Misalnya ada suatu komplek perumahan yang dimiliki orang asing itu dijaga sedemikian rupa orang Indonesia tidak boleh masuk, itu namanya kedaulatan kita terampas. Perdebat-an tentang ini lama sekali, akhirnya diambil kompromi dihilangkan kata ‘memiliki’ menjadi ‘orang asing dapat memiliki rumah dengan hak sewa’, sehingga kekhawatir-an soal kedaulatan kita terampas di negara sendiri dapat dihilangkan. Ini yang sangat , yang lain relatif antara DPR dan pemerintah cepat penyatuannya. Sampai detik terakhir masih alot sehingga perlu adanya konsultasi de-ngan fraksi dan Bapak Menteri pun harus berkonsultasi dengan Presiden.

ini kesenjangan antara yang mencari rumah de-ngan rumah yang tersedia. Rumah yang tersedia jum-lahnya kurang dari pada orang yang mencari rumah, kesenjangan ini kita sebut . Kita samakan dulu persepsinya. Untuk itu, kita harus mengejar membangun lebih cepat lagi dari pada laju pertumbuhan kebutuhan. Selama ini intervensi pemerintah baru terbatas kepada pemberian kredit kepemilikan rumah. Dulu bahkan basis

ysnpand

pa

... perumahan ini adalah bagian di

dalam pembangunan perkotaan.

Page 19: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

19

Edisi 3Tahun 2010

19

hukumnya tidak ada, semua hanya berdasarkan Pera-turan Menteri (PERMEN), sekarang sudah diberikan dasar dalam undang-undang ini, pemerintah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memiliki rumah yang disebut dengan rumah umum, karena rumah umum itu adalah rumah yang dibangun untuk memenuhi kebutuh-an Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Harapannya kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah dapat berupa subsidi di dalam pembiayaan, dapat berupa stimulan, dapat berupa sarana prasarana umum. Bahkan ke depan kita berharap Pemerintah Daerah menyediakan tanah, dengan itu bisa dikurangi sehingga kita dapat menekan di biaya produksi. Di lain pihak, kita juga memberikan, dan seka-rang sudah jalan, masyarakat diberikan semacam pinjam-an. Jadi satu -nya kemudian masyarakat diberi-kan kemampuan untuk membelinya dengan pinjamanmelalui dana yang namanya FLPP. Harapannya ke depan nanti pemenuhan rumah bisa lebih cepat dari yang sekarang. Pembangunan rumah swadaya juga diberikan stimulan, terkadang memang pemerintah sedikit terhadap masyarakat, ternyata berdasarkan pengalaman saya

masyarakat untuk pembangunan rumah swadaya lebih besar dari pada pemerintah. Di undang-undangyang lama Rumah Swadaya belum terakomodir, yang sekarang ada. Dengan berbagai cara bersama peran pe-merintah dan masyarakat, harapannya laju pertumbuhan kebutuhan dengan laju penyediaan akan bisa sejalan.

Yang pertama, kita harus menyusun Rencana Pera-turan Pemerintah atau RPP, karena dalam UU itu ada 20 amanah RPP yang harus diselesaikan dalam waktu 1 tahun. Kedua, membentuk kelembagaan dalam 2 tahun.

Ketiga, menyusun Peraturan Daerah untuk melaksana-kan undang-undang ini dan itu semua memerlukan sosialisasi. sosialisasi yang dimaksud salah satunya adalah memberikan penjabaran tentang pasal-pasal yang berkaitan dengan pidana. Sosialisasi juga harus sampai ke penegak hukum. Selain ini, pararel mengerjakan PP, kita sudah membentuk kelompok-kelompok kerja. Dari 20 amanah itu, sementara kita kelompokkan menjadi 5 kelompok. Bisa saja nantinya ter- menjadi 3. Justru sekarang dari masyarakat yang tidak tertampung dalam undang-undang, kita masukan ke dalam PP. Dalam penyusunan RPP nanti, kita akan melakukan penjaring-an pendapat dari masyarakat, sehingga yang kurang detail dari undang-undang dapat masuk ke dalam RPP, harapannya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan undang-undang ini menjadi lebih baik.

Saya belajar berkompromi. Kenapa? Karena terkadang pemikiran saya sangat-sangat akademis. Pada level pe-neliti logika saya berjalan, tetapi pada saat saya berbicara dengan orang-orang politis, aspirasi lebih kuat. Kom-promi inilah yang menurut saya sangat menarik, kadang-kadang orang akademis berkata ‘bagaimana sih ini orang politisi, ini kok begini-begini…begini-begini…mestinyahitungannya begini’ orang politis akan bilang ‘nanti dulu itu hitungan ya hitungan tapi nanti dulu ada hal yang lain’. Nah itulah pentingnya dan disitulah pertemuan antara aspirasi dan akademis, negosiasi keduanya sangat menarik dan itu sangat . Itu pengalaman yang sangat menarik buat saya, di situlah seninya. Saya bangga bisa ikut berproses di dalamnya. Saya terharu sekali karena se-mua memiliki visi yang sama bagaimana masyarakat bisa sejahtera melalui undang-undang ini. Itu yang membuat saya berkesan karena itu merupakan suatu perjuangan yang buat saya sangat mulia.

Page 20: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

2020

Wacana

Tamat sudah riwayat UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (UU PP) yang bakal digan-

tikan oleh UU PKP. Penderitaan UU PP, yang terkatung-katung se-lama lebih dari 18 tahun akhirnya di-akhiri dengan diterimanya RUU PKP oleh sidang pleno DPR tanggal 17 Desember 2010 yang baru saja ber-lalu. Meski diprotes, didesak untuk ditunda dan diancam dengan

, realitanya toh RUU PKP jauh lebih maju daripada UU PP.

UU PP mengatur perumahan ala kadarnya karena pada waktu itu pe-mikiran terkonsentrasi pada kawasan siap bangun (Kasiba) sebagai upaya untuk mencegah perkembangan per-mukiman yang terfragmentasi dan sepotong-sepotong. Pada awal ta-hun 90an pembangunan perumahandengan luas cuma beberapa hektar tumbuh dengan pesat dan marak terutama di sekitar Jakarta. Walau-pun apabila dijumlah luas yang te-lah mencapai skala kota, tetapi tidak berwujud sebagai suatu kota. Ham-paran luas yang mencapai ratuasan hektar hanya membuahkan kum-pulan kompleks perumahan yang

-gunaan tanah, prasarana dan juga gagal membangun suatu kesatuan sosial perkotaan. Kondisi acak kini makin tampak nyata sehingga untuk mencari rumah di kawasan tersebut seperti mencari jarum di jerami. Jati diri masyarakat lebih ditentukan oleh

nama kompleksnya daripada nama kotanya. Orang lebih merasa seba-gai warga Kemang Pratama daripada warga Bekasi, sebagai misal.

Pada waktu itu para penggagas UU PP juga risau karena meskipun ada pembatasan pengembangan 300 hek-tar, ternyata pihak swasta berhasil mengorganisasikan diri untuk me-nguasai sampai 6.000 hektar. Dari sisi pengembangan kota perkembangan permukiman skala besar ini memang lebih baik ketimbang pembangunan inkremental, tetapi karena sifat ko-mersialnya pembangunan ini justru menimbulkan kantong kemewahan yang mempertajam segregasi sosial. Komersialisasi tempat tinggal ini me-nyebabkan rumah hanya diperuntuk-kan bagi yang mampu beli dan bukan untuk yang butuh rumah. Hal inilah yang menginspirasi adanya kawasan siap bangun yang dikendalikan pe-merintah yang dituangkan dalam UU PP.

Semangat mengatur Kasiba ini tidak su-

rut oleh reformasi. PP tentang Ka-siba diterbitkan tahun 1999, tujuh tahun setelah terbitnya UU PP. Pera-turan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri (BS), yang ditanda ta-ngani oleh Presiden Habibie tersebut, mengakomodasi semangat desentra-lisasi dan pengendalian tanah, tetapi kurang memperhatikan kelemahan institusional yang ada. Realita bahwa puluhan permukiman skala besar te-lah digarap badan usaha swasta de-ngan sikap komersialnya juga tidak mendapat perhatian. Karena itu PP Kasiba Lisiba BS ini tidak pernah bisa diimplementasikan. PP ini hanya melengkapi ketidak efektifan UU No mor 4 Tahun 1992.

Menyambut kehadiran UU PKP:

Undang-Undang Perumahan dan Kawasan PermukimanOleh:Tjuk KuswartojoPemerhati perumahan, perkotaan dan lingkungan hidup.

Page 21: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

21

Edisi 3Tahun 2010

21

Suasana penyelenggaraan negara pada masa kelahiran UU PP memang merupakan salah satu sebab mengapa UU PP tidak efektif. Pada masa orde baru, undang-undang memang hanya menjadi aksesori penyelenggaraan negara. Aktivitas kementerian peru-mahan lebih banyak ditujukan pada sasaran yang ditetapkan Repelita. Upaya mencapai sasaran sekian ratus ribu rumah yang harus dicapai dalam sekian tahun membawa konsekuensi upaya untuk mengimplementasikan UU sangat minim. Selama tujuh ta-hun baru satu peraturan pelaksanaan diterbitkan, itupun tidak bisa diim-plementasikan. Karena itu, dapat di-pastikan bahwa tidak akan ada yang gusar apabila UU PP diganti dengan UU PKP.

UU PKP: Apanya yang Lebih Maju.

Dibanding dengan UU PP, UU PKP memuat banyak sekali perbaikan dan hal baru yang lebih sesuai dengan realita sosial dan institusional yang akan dibawa pada masa depan yang dicita-citakan. Hanya beberapa hal saja yang dicatat dalam tulisan ini.

Dari jumlah pasalnya saja sudah ke-lihatan kemajuan UU PKP. UU PP hanya terdiri dari 41 pasal, sedang UU PKP terdiri dari 167 pasal. Arti-nya apa yang diatur oleh UU PKP jauh lebih banyak dan juga kebih rin-ci daripada yang diatur dalam UU PP. Kedua, UU tersebut memang meng-atur perumahan dan permukimansebagai kata benda, tetapi UU PKP menjadikan kata benda bermakna lebih mendalam dan lebih melu-as. Sebagai contoh UU PKP telah memperkaya apa arti rumah dengan pernyataan ‘Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tem-pat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan har-kat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya’. Sedangkan UUPP, mengartikan ‘rumah adalah se-mua bangunan yang berfungsi seba-gai tempat tinggal dan sarana pembi-

naan keluarga’. Kini statistik harus merumuskan kembali

ini.

Apakah atau perumahan meru pakan kata benda atau kerja (merumahkan yang menekankan pada prosesnya), pernah menjadi wa-cana internasional tahun 70an yang berujung pada digunakannya istilah

. UU PKP mengom-promikannya dengan memaknai pe-rumahan sebagai benda hasil upaya. Artinya meskipun obyek pengaturan-nya benda tetapi yang lebih penting lagi adalah upaya atau proses untuk mewujudkan, memelihara dan mem-perbaiki benda itu. Karena itu peng-aturan tentang proses menjadi sa-ngat dominan dalam UU PKP yang disebut dengan istilah pembinaan, pembagian tugas dan wewenang, pe-nyelenggaraan, peningkatan kualitas dan pencegahan kemerosotannya.

UU PKP lebih memperjelas dan mempertegas pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah (na-sional), provinsi dan kabupaten kota. Ujung tombak pelaksanaan adalah pemerintah kabupaten kota dengan demikian dapat diharapkan lebih se-suai dengan masalah dan potensi yang dihadapi daerah. Pemerintah (na-sional) mengatur, membina, meng-awasi dan memfasilitasi peningkatan kemampuan daerah. Sedang provinsi menjembatani kota/kabupaten dan memperantarai dangan pemerintah nasional.

UU PKP memberi porsi yang lumayan besar pada penyelenggaraan kawasan permukiman yang memang sesuai

dengan judulnya. Kawasan permu-kiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau ling-kungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Dengan ketentuan umum ini, kawasan permukiman bisa dianggap lebih luas dari kota. Apalagi yang dicoba diatur bukan hanya pem-bangunan baru seperti konsep Kasi-ba/Lisiba tetapi juga pengembangan yang ada dan pembangunan kembali. Penyelenggaraan kawasan permu-kiman ini antara lain juga dibebani tanggung jawab menjamin kepastian bermukim.

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh diatur dalam 11 pasal yang masih akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pelaksana-annya. Tentang peningkatan kualitas permukiman UU PKP memberi arahan bahwa dalam upaya pening-katan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan, strate-gi, serta pola-pola penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis (pasal 99).

Soal pertanahan, yang tidak tersentuh oleh UU PP dalam UU PKP diatur dalam 13 pasal. Pada bab tentang penyediaan tanah, UU PKP menga-manatkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas ketersediaan tanah untuk pem-bangunan perumahan dan kawasan permukiman (pasal 104). Ini mem-perkuat dan memberi makna pada rencana tata ruang yang selama ini sering menjadi dokumen yang tidak bunyi. UU PKP juga mengamanat-kan agar konsoldasi tanah yang se-lama ini hanya menjadi wacana dan eksperimen bakal dibumikan dalam aksi nyata yang akan diatur dengan peraturan pemerintah.

UU PKP memuat banyak

sekali perbaikan dan hal baru yang lebih sesuai dengan realita sosial.

Page 22: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

2222

UU PKP juga memberi arahan ten-tang pendanaan dan pembiayaan yang secara eksplisit ditujukan pada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pengaturan pendanaan dan sistem pembiayaan ini terkait de-ngan pasal 54 sampai pasal 55 yang mengatur kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR.

Catatan Penutup: Harapan dan Kekhawatiran.

Ada beberapa hal yang dimuat da-lam UU PKP ini yang dibiarkan se-bagai pernyataaan saja sedang peng-aturannya harus ditafsirkan sendiri dari pasal-pasal yang ada. Misalnya tentang jenis perumahan, kecuali ru-mah khusus dan rumah negara, jenis rumah lain tidak secara eksplisit ada pengaturannya. Juga pernyataan ten-tang luas minimum 36 m2 seperti tidak berlanjut. Apakah ada larang-an untuk membangun lebih kecil ataukah menjadi sasaran peningkatan kualitas, masih perlu dijabarkan lebih lanjut.

Secara umum muatan UU PKP cu-kup komprehensif dan relatif rinci. Ini memang memberi harapan tetapi mungkin juga menimbulkan kekha-watiran yang masih tersembunyi

atau telah termanifes. Diantara para penyelenggara perumahan dan ka-wasan permukiman mungkin ada yang menaruh harapan besar bahwa perumahan dan permukiman menja-di salah satu pusat perhatian pemba-ngunan dan penyelenggaraan negara. Walaupun demikian bukan mustahil ada yang khawatir bahwa amanat UU tidak mampu dilaksanakan oleh in-stitusi yang ada.

Kalangan yang sementara ini menda-pat barokah karena kelemahan insti-tusi memang patut khawatir. Karena dengan UU PKP, pelanggaran ter-

-tan, parasarana, sarana, dan utilitas umum dapat dikenakan sanksi pi-dana. Kriteria dan persyaratan terse-but mestinya termasuk apa yang ditetapkan Menteri seperti kriteria MBR, hunian berimbang dan keten-tuan lain yang akan diatur dengan peraturan pemerintah perancangan dan perencanaan. Bahkan transaksi yang tidak jujur telah diantisipasi oleh UU PKP ini dan telah disiap-kan rambu-rambunya. Ini semua berarti keprofesionalan akan men-jadi prasyarat penting bagi pelaku pembangunan perumahan. Artinya asosiasi pelaku pembangunan peru-

mahan juga harus menjadi wahana peningkatan kapasitas.

Dengan UU ini ada kemungkinan beberapa pemerintah daerah kha-watir tidak dapat melaksanakan tu-gasnya, tetapi mungkin juga ada yang menyambut dengan antusias karena mendapat payung undang-undangatas gagasan dan upayanya. Apa yang penting untuk diperhatikan adalah cara dan jalur yang harus ditempuh untuk melakukan tindak penangan-an perumahan dan kawasan permu-kiman, utamanya dalam peremajaan dan relokasi permukiman.

Kehkawatiran yang sudah muncul dipermukaan adalah digunakannya UU ini untuk mengkriminalkan kaum papa yang berswadaya secara tepaksa menempati lokasi yang dianggap melanggar aturan. Kekhawatiran ini mestinya bisa diredam sendiri de-ngan tekad mengawal, mengawasi dan berpartisipasi aktif konstruktif dalam perumusan peraturan pelaksa-naannya, peraturan daerah yang me-netapkan lokasi yang dianggap layak. Untuk itu, UU PKP memang perlu dipelajari secara seksama.

Bandung, Desember 2010.

Page 23: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

23

Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) melakukan peluncuran logo baru Kemente-rian pada kegiatan Resepsi Peringatan Hari Perumahan Nasional Tahun 2010 di Hotel Sultan, Jakarta (22/9) malam. Peluncuran

logo baru Kemenpera dilakukan langsung oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa didampingi oleh dua mantan Menteri Perumahan Rakyat, Mohammad Yusuf Asy’ari dan Cosmas Batubara, Sekretaris Kemenpera Iskandar Saleh dan Ketua Panitia Hapernas 2010 Jamil Anshari serta pejabat Eselon I. Peluncuran logo baru ini juga disaksikan langsung oleh seluruh perwakilan mitra kerja Kementerian seperti DPR RI, asosiasi pengembang REI, APERSI, MP3I, Bapertarum PNS, PT Jamsostek, PT SMF serta BTN.

Menpera mengungkapkan, adanya logo baru ini diharapkan dapat memberikan semangat baru baik di lingkup Kemen-pera sendiri maupun para pemangku kepentingan bidang perumahan dalam melaksanakan pembangunan perumahan bagi masyarakat. “Logo baru Kemenpera ini diharapkan dapat menjadi pemacu semangat kita semua untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat,” ujarnya saat memberikan sambutan pada Resepsi Peringatan Hari Perumahan Nasional (Hapernas) tahun 2010.

Sebelumnya, Ketua Panitia Hapernas 2010 Jamil Anshari menerangkan, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Peru-mahan Rakyat Nomor 44 Tahun 2010, tentang Penghargaan Desain Logo, Kementerian Perumahan Rakyat memutuskanpemenang berdasarkan kriteria-kriteria yaitu originalitas, kesesuaian dengan kekinian (futuristik), mudah diaplikasi-kan, relevansi dengan tupoksi Kemenpera dan unsur instansi Pemerintah.

Lebih lanjut, Jamil Anshari menerangkan, dari 114 usulan de-sain logo maka ditetapkan 2 (dua) terbaik yang didesain oleh Duardi Prihandiko sebagai pemenang utama dan Faher Er Razi sebagai pemenang Harapan Satu. Desain logo ini telah mendapat persetujuan dari Direktur Hak Cipta, Desain Indus-tri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor HKI.2-HI.01.06-29tanggal 21 September 2010 perihal Permohonan Pendapat Hukum.

Liputan Utama

Hari Perumahan Rakyat 2010:

Bentuk LOGO1.

secara teori mempunyai kehandalan dalam struk-tur serta mencerminkan 3 pelaku pembangunan perumahan rakyat, yang saling bersinergi memba-ngun, yaitu Badan/Dunia Usaha, Masyarakat, dan Pemerintah/Pemerintah Daerah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota)

2.yang menggambarkan lingkungan hunian yang 1) berupa rumah sejahtera; 2) lingkungan hunian yang sehat; dan 3) terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik yang berupa rumah (perumahan) tapak (horizontal) mapupun rumah (perumahan)

-3.bentuk atap-atap rumah yang menggambarkan salah satu fungsi rumah yaitu sebagai tempat ber-lindung, serta menunjukkan karakter rumah Indo-

lokal.-4.

-jasama di dalam Kementerian Perumahan Rakyat baik secara internal maupun dengan pihak ekster-nal.

5.perlindungan terhadap kehidupan di dalamnya.

Warna LOGOWarna Hijau: lambang bermakna kesuburan, per-1.tumbuhan, kehidupan, dan berwawasan lingkung-an.Warna Kuning-kehijauan: Kuning dalam peta tata 2.

-mukiman. Kuning-kehijauan melambangkan pem-

berwawasan lingkungan.

Kemenpera Luncurkan Logo Baru

LOGO

Page 24: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

24

Liputan Utama

“Adanya logo baru ini diharapkan dapat memberikan melalui penggambaran simbolik kepada se-luruh masyarakat tentang perumah-an dan permukiman yang mampu memenuhi kebutuhan dasar ma-nusia, dapat melindungi dan me-nyejahterakan dan bersahabat serta mendorong pemerintah kota/kabu-paten untuk mengupayakan (mem-fasilitasi) rumah sebagai kebutuhan dasar masyarakat Indonesia yang layak terjangkau dan berkelanjutan,” katanya.

Rumah Sejahtera Melalui Sinergi-tas Pusat – Daerah

Dalam peringatan puncak Hapernas 2010 ini, Menpera juga meminta kepada setiap kepala daerah un-tuk memberikan perhatian khusus terkait program perumahan di dae-rah. Pernyataan Menpera ini sejalan dengan tema Hapernas 2010 yaitu “Wujudkan Rumah Sejahtera Melalui Sinergitas Pusat–Daerah”. Untuk itu, Kemenpera siap membantu peme-rintah daerah dengan memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang perumahan mulai 2011 mendatang. Dengan demikian, pemda juga perlu memiliki tata ruang serta zonasi yang pasti untuk lahan perumahan.

Terkait dengan pembiayaan peru-mahan, Menpera kembali men-jelaskan tentang kebijakan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Dengan demikian, suku bunga KPR Sejahtera bisa ditekan hingga selama masa tenor sehingga masyarakat berpenghasilan menengah bawah dapat menjangkau harga rumah.

“Saya harap ke depan baik pemba-ngunan perumahan di daerah bisa terus ditingkatkan. Untuk itu saya mengajak seluruh kepala daerah untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakatnya. Sebab setiap orang pasti membutuhkan rumah baik sebagai tempat tinggal

maupun menunjukkan prestasi da-lam kehidupan sosialnya,” terangnya.

Penghargaan Adiupaya Puritama

Dalam kesempatan yang sama, se-bagai bentuk apresiasi terhadap para mitra kerja serta pemerintah daerah yang memberikan kontribusi dalam program pembangunan perumahan, Menpera juga memberikan peng-hargaan Adiupaya Puritama Tahun 2010, kepada Pemerintah Daerah, Pelaku Pembangunan Perumahan Sederhana Berwawasan Lingkungan, Pengelola dan Pemanfaat Rusunawa, dan Lembaga Penerbit Kredit/Pem-biayaan (LKPP).

Proses penjurian dalam penghargaan ini didasarkan pada delapan krite-ria yaitu rencana strategis daerah (Renstrada), penilaian oleh asosiasi, realisasi pengembangan perumah-an, kelembagaan pengembangan perumahan, pembiayaan pengem-bangan perumahan, pemberdayaan/kemitraan masyarakat dan pengem-bang, lingkungan, terobosan dan inovasi. Penghargaan ini diharapkan dapat mendorong dan memotivasi peningkatan upaya penyelenggaraan pengembangan program perumahan dan permukiman di daerah-daerah.

(

Kelompok Pemerintah Daeraha. Kategori Pemerintah Kota Metropolitan/Besar

1. Pemerintah Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan2. Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta3. Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

b. Kategori Pemerintah Kota Menengah/Kecil1. Pemerintah Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh2. Pemerintah Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat3. Pemerintah Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah

c. Kategori Pemerintah Kabupaten1. Pemerintah Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur2. Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan3. Pemerintah Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta

d. Kategori Pembina Pemerintah Kota Metropolitan/Besar 1. Provinsi Sumatera Selatan2. Provinsi DKI Jakarta3. Pemerintah Provinsi Riau

e. Kategori Pembina Pemerintah Kota Menengah/Kecil 1. Pemerintah Provinsi Aceh2. Pemerintah Provinsi Jawa Barat3. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

f. Kategori Pembina Pemerintah Kabupaten1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur2. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan3. Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta

Kelompok Pelaku Pembangunan Perumahan Sederhana Berwawasan Lingkungana. Kategori RSH Bersubsidi Kelompok Perumahan 100 – 500 Unit

b. Kategori RSH Bersubsidi Kelompok Perumahan diatas 500 Unit

Kelompok Pengelolaan dan Pemanfaatan Rusunawaa. Kategori Rusunawa Mahasiswa

1. Pengelola Rusunawa Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya2. Pengelola Rusunawa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Kota Malang3. Pengelola Rusunawa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kota Jakarta

b. Kategori Rusunawa Pekerja

DAFTAR PENGHARGAAN ADIUPAYA PURITAMA

Page 25: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

25

Edisi 3Tahun 2010

25

Sebagaimana tahun-tahunsebelumnya, tahun 2010 ini, Indonesia kembali ikut berpartisipasi dalam peringatan Hari Habitat

Dunia. Seperti juga penyelenggaraan Hari Habitat Dunia untuk beberapa tahun terakhir ini, penyelenggaraan tahun ini diselenggarakan secara bersama-sama oleh Kementerian Pe-rumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum dan dipusatkan di Jakarta. Untuk peringatan tahun sebe-lumnya pada tahun 2008, Hari Habi-tat Dunia diselenggarakan di Bali dan pada tahun 2009, Hari Habitat Dunia diselenggarakan di kota Palembang.

Dalam konferensi pers yang dise-lenggarakan tepat pada Hari Habitat Dunia 2010 yang jatuh pada Senin, 4 Oktober 2010, Menteri Negara Pe-rumahan Rakyat, Suharso Monoarfa mengungkapkan bahwa rumah layak huni adalah sebuah isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan permukiman yang lebih baik merupa-kan tanggung jawab bersama untuk masa depan. Pernyataan ini tentu-

nya sejalan dengan misi dari Agenda Habitat, yaitu hunian layak untuk se-mua dan urbanisasi berkelanjutan.

Pesan Hari Habitat Dunia 2010

Setiap tahun, PBB menentukan tema-tema dari peringatan Hari HabitatDunia. Tahun ini, dengan meng-angkat tema “ ”atau “Menuju Kota dan Kehidup-an Lebih Baik”. Peringatan kali ini berusaha menekankan pada pen-tingnya kualitas kota untuk menun-jang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan pe-luang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.

Dalam pesan global UN Habitat yang disampaikan oleh Inga Björk-Klevby ( -

-, UN-HABITAT), untuk menuju

kehidupan yang lebih baik tersebut, perlu adanya perwujudan kota yang lebih cerdas atau . Inga mengemukakan, hanya kota yang cerdas yang akan dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi war-

ganya. Dalam menuju un-tuk kehidupan yang lebih baik terse-but, ada lima langkah strategis yang dihimbau oleh UN Habitat yaitu: (1) Memperbaiki kualitas hidup khusus-nya pada perumahan yang berada di bawah standar, (2) Berinvestasi dalam modal manusia sebagai prasyarat dari distribusi dan pembangunan perko-taan yang lebih adil, (3) Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan melalui program padat karya dan jejaring pengaman sosial, (4) Meningkatkan partisipasi politik dalam dialog dan pengam-bilan keputusan sebagai dasar dari demokrasi, dan (5) Meningkatkan keterlibatan budaya melalui pemba-ngunan berbasis budaya untuk menu-ju keharmonisan. Kelima langkah ini diharapkan menjadi katalis penting untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi semua.

Kegiatan Hari Habitat Dunia 2010 di Indonesia

Di Indonesia, Peringatan Hari Habi-tat Dunia tahun 2010 diselenggara-kan dengan maksud untuk mening-katkan kepedulian semua pihak baik

Hari Habitat Dunia 2010

Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 26: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

2626

Liputan Utama

pemerintah pusat maupun daerah, pihak swasta, perguruan tinggi, serta masyarakat. Hari Habitat Dunia juga bertujuan untuk mendorong timbul-nya pemikiran baru atas kondisi per-mukiman saat ini. Selanjutnya, per-ingatan Hari Habitat Dunia Tahun 2010 bertujuan untuk memberikan pemahaman ke masyarakat mengenai isu perumahan dan permukiman ser-ta mendorong peran serta pemangku kepentingan bidang perumahan dan permukiman dalam kegiatan yang mendukung peningkatan pemahaman akan makna Hari Habitat Dunia dan implementasi Agenda Habitat, teru-tama generasi muda karena tanggung jawab keberlanjutan dunia di masa depan berada di tangan mereka.

Berdasarkan latar belakang tersebut, pantas jika rangkaian peringatan Hari Habitat Dunia diwarnai dengan kegi-atan antara lain berupa Seminar dan

, Jambore Sanitasi, Pelun-curan Buku sebagai acara puncak dan juga kegiatan un-tuk kaum muda di ITS Surabaya. Di luar kegiatan-kegiatan tersebut, Hari Habitat Dunia juga diperkenalkan ke masyarakat umum melalui kampanye media baik melalui televisi, radio, me-dia cetak, maupun internet.

Peningkatan Pengetahuan Permukiman untuk Menuju Kota yang Lebih Baik

Puncak Hari Habitat Dunia 2010 diadakan pada Senin, 18 Oktober 2010 dan ditandai dengan pelun-curan, pameran dan bedah buku “Kilas Balik Perumahan 1900-2000”dan “Mengusik Tata Penyelengga-raan Lingkungan Hidup dan Pemu-kiman”. Peringatan Hari Habitat Dunia melalui peluncuran buku ini memang berbeda dengan peringat-an Hari Habitat Dunia pada tahun-tahun sebelumnya. Ketua Tim Pelak-sana Peringatan Hari Habitat Dunia 2010, Oswar Mungkasa menjelaskan, adanya peluncuran buku dalam per-ingatan HHD 2010 ini diharapkan dapat lebih bermanfaat serta ber-dampak jangka panjang khususnya dalam penanganan masalah peru-mahan dan permukiman. Selain itu, terbitnya buku ini merupakan awal bersama dalam mengatasi kelemahan terbesar kita dalam hal pendokumen-tasian proses dan hasil pembangunan perumahan.

Menteri Negara Perumahan Rakyat yang memberikan sambutan dalam acara ini mengharapkan penerbitan buku bisa menjadi inspirasi bagi ge-

nerasi muda selanjutnya dalam peren-canaan dan perancangan perumahan dan permukiman yang lebih inovatif dan kreatif. Kegiatan puncak melalui peluncuran buku ini memang bertu-juan untuk meningkatkan pengeta-huan atas permukiman sebagai dasar menuju kota yang lebih baik. Turut memberi sambutan adalah Menteri Pekerjaan Umum. Peluncuran buku secara resmi ditandai dengan penye-rahan buku kepada para yang terdiri dari pelaksana pemba-ngunan, akademisi, LSM, media serta sesepuh dilanjutkan dengan bedah buku yang menghadirkan pembahas dari berbagai kalangan.

Bedah Buku yang pertama adalah tentang buku ‘Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900–2000’ yang membahas perumahan di Indonesia dalam bebe-rapa periode dalam abad ke-20. Hadirsebagai penyaji adalah penulis buku yaitu Bambang Eryudhawan dan Ark. Djauhari Sumintardja dengan pem-bahas adalah Prof. Sandi Siregar dari Universitas Katolik Parahyangan dan Dr. Ing. Jo Santoso dari Universitas Tarumanegara. Bedah buku sesi per-tama ini dimoderatori oleh Dr. Eko D. Heripoerwanto, Asisten Deputi Prasarana, Sarana dan Utilitas pada Deputi Perumahan Formal, Kemen-terian Perumahan Rakyat.

Sesi kedua Bedah Buku kemudian membahas buku ‘‘Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman” yang ditulis oleh Tjuk Kuswartojo atau yang bernama asli Kuswartojo Budiharjo. Bedah buku sesi ini menghadirkan pemba-has yaitu Prof. Bakti Setiawan dari UGM dan drs. Andrinof Chaniago M.Si. dari UI dengan Hetifah Sjaifu-dian MPP, Ph.D. yang juga merupa-kan anggota DPR RI Komisi X hadir sebagai moderator.

Buku Mengusik Tata Penyeleng-garaan Lingkungan Hidup dan Pe-mukiman ini merupakan kumpulan

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 27: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

27

Edisi 3Tahun 2010

27

tulisan Tjuk Kuswartojo sejak tahun 1980-an hingga awal abad 21 dan ter-diri dari 2 jilid buku. Jilid I dari buku ini membahas tentang Pembangunan dan Lingkungan Hidup dan Jilid II adalah tentang Perumahan dan Per-mukiman. Dalam sesi bedah buku yang diselenggarakan tanggal 18 Ok-tober 2010 tersebut, secara khusus para pembahas mengulas bagian Jilid II yang berisi tulisan-tulisan terkait peran pemerintah sebagai unsur penting penyelenggaraan dan pe-ngelolaan lingkungan hidup, perkotaan dan permukiman.

Rangkaian Kegiatan Hari Habitat 2010

Selain peluncuran buku sebagai acara pun-cak, peringatan Hari Habitat Dunia 2010 juga disertai dengan aneka kegiatan lain-nya. Rangkaian Per-ingatan Hari Habitat Dunia 2010 diawali dengan kegiat-an Seminar Nasional Habitat 2010 “ ” yang dige-lar di Hotel Sultan, Jakarta pada 30 September 2010. Seminar dengan tema “Konsep Penanganan Peru-mahan dan Permukiman Perkotaan yang Humanis dan Berkelanjutan” ini membahas kota dari aspek kelayakan huni – baik aspek sosial, ekonomi, keamanan dan lingkungan. Seminar ini diselenggarakan oleh Deputi For-mal Kementerian Perumahan Rakyat dan menghadirkan pembicara antara lain Mantan Menteri Kimpraswil, Erna Witoelar, Pengamat Sosiologi Perkotaan Imam B. Prasodjo, Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Iman Soedrajat dan juga per-wakilan dari pemerintah kota Yogya-karta, Manado, dan Palembang.

Terkait dengan sanitasi, pada 12-16Oktober 2010, Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan ke-

giatan Jambore Sanitasi di Wisma Hi-jau Cimanggis dengan tajuk “Peduli Sanitasi, Peduli Kualitas Air”. Peserta Jambore Sanitasi terdiri dari 128 pelajar dari 32 provinsi di Indonesia. Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengungkapkan bahwa Jambore Sanitasi merupakan kampa-nye nasional yang berfokus pada anak sebagai titik sentral. Mereka diharap-kan dapat menjadi agen perubahan di daerah masing-masing. Sebagai rang-

kaian Jambore Sanitasi, diadakan juga tur dengan peserta dari siswa SD di sekitar Cimanggis ke -

Lippo Karawaci dalam rangka mengenalkan secara dini pengelolaanair limbah kepada anak SD.

Pada Minggu pagi, 17 Oktober 2010, di selenggarakan Kegiatan (Sepeda Santai) Habitat. Kegiatan ini dilepas oleh Menteri Perumahan Rak-yat dan diikuti sekitar 150 orang peserta baik dari unsur pimpinan Kementerian maupun karyawan serta karyawati di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum. Sepeda santai ini mengambil rute Bundaran Senayan, Jalan Sudirman kemudian melalui Bundaran HI dan kembali ke Kantor Kemenpera. Saat berada di Bundaran HI, para peserta membagi-bagikan stiker tentang HHD 2010 kepada masyarakat umum untuk lebih mengenalkan tentang Hari Habi-tat Dunia.

Kegiatan lain yang menjadi bagian dari Rangkaian Peringatan Hari Habitat Dunia 2010 adalah Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembangunan Permukim-an dan Direktorat Penataan Bangun-an Lingkungan, Cipta Karya, Ke-menterian PU yang diselenggarakan pada 26 Oktober 2010 di Kemen-terian PU. bertajuk “Daya Dukung Perkotaan dan Adaptasi Perubahan Iklim” ini menghadirkan pembicara antara lain Onno W. Pur-

bo dan Imam B. Praso-djo. Dalam ini diadakan juga dua kelas paralel yang terdiri dari kelas “Menata Bangunan dan Lingkungan Menuju Kota Yang Berkualitas” dan “ Penataan Kawasan Kumuh yang Menjawab Tantangan Perubahan Iklim”.

Sebagai penutup rangkai-an Hari Habitat Tahun

ini, diselenggarakan kegiatan di ITS Surabaya. Dalam

acara yang berlangsung dua hari yaitu pada 8-9 November 2010 ini, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Mono-arfa dan Walikota Surabaya Tri Ris-maharini memberikan kuliah umum kepada sekitar 300 mahasiswa.

Kuliah umum ini kemudian dilanjut-kan dengan kunjungan lapangan ke kampung Tempe, Sukomanunggal, Surabaya. Pada hari kedua, Kegiatan

diisi dengan disku-si yang mengundang para pakar dan diskusi diantara kaum muda sendiri untuk membahas tindak lanjut YUF ke depannya.

sebagai penutup rangkaian Hari Habitat Dunia ini mempertegas bahwa untuk menuju kota dan kehidupan lebih baik, ke-berlanjutan masa depan perkotaan dunia berada di tangan kaum muda (LNP)

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 28: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

28

Tujuh negara yang tergabung dalam Biro Ke-3Konferensi Menteri Perumahan dan Pembangun-

Asia Pa-)

yaitu Indonesia, Fiji, Korea Selatan, Iran, Irak, Pakistan, dan India sepakat untuk menindaklanjuti Deklarasi Solo melalui penguatan tiap kelompok kerja. Kesepakatan tersebut diambil dalam Rapat Pertama Biro Ke-3 APM-CHUD yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 29 Novem-ber 2010.

Deklarasi Solo ditetapkan bulan Juni yang lalu dalam Konferensi APMCHUD di Solo. Pesan utama dari De-klarasi Solo tersebut pada dasarnya adalah mendorong pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan peru-mahan dan urbanisasi yang berkelanjutan. Deklarasi Solo juga menekankan pada peningkatan kerjasama regional

APMCHUD sendiri merupakan forum komunikasi yang

tujuan untuk menjadi pengetahuan global dan fasilitator pembangunan permukiman berkelanjutan. Per-temuan APMCHUD yang pertama dimulai pada tahun

2006 di New Delhi, India dan pertemuan yang kedua di-lakukan pada tahun 2008 di Teheran, Iran. APMCHUD didukung oleh UN-Habitat dan telah menghasilkan tiga deklarasi termasuk Deklarasi Solo. Selain melakukan per-temuan setiap dua tahun sekali, forum ini juga diselingi beberapa Rapat Biro diantara tiap pertemuan utama.

Pada konferensi di Solo, Deklarasi Solo menjadi deklarasi utama yang disepakati dan dilengkapi dengan Rencana Implementasi Solo yang memuat rencana aksi yang lebih rinci. Dalam kedua dokumen tersebut terdapat rumusan pembahasan yang dilakukan oleh lima Kelompok Kerja

ngunan perumahan dan urbanisasi berkelanjutan. Dalam konferensi tersebut, Indonesia juga ditetapkan sebagai Ketua Biro APMCHUD Ke-3 yang diwakili oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa. Sebelum-nya, Biro APMCHUD ke-2 diketuai oleh Republik Islam Iran dan Biro APMCHUD yang pertama diketuai oleh Republik India.

Rapat Biro APMCHUD

“Pada Rapat Pertama Biro APMCHUD Ke-3, kegiatan dan keberlanjutan Kelompok Kerja menjadi pokok pem-

Negara Anggota Biro APMCHUD

Menindaklanjuti Deklarasi Solo

Liputan Utama

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 29: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

29

bahasan yang penting,” ungkap Ketua Biro APMCHUD Ke-3, Suharso Monoarfa, yang juga merupakan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia. “Biro me-mutuskan untuk mendorong tindak lanjut Deklarasi Solo melalui kelima Kelompok Kerja APMCHUD.”

Kelompok Kerja yang pertama dari APMCHUD me-nangani tentang Perencanaan dan Manajemen Kota dan Pedesaan. Disadari, peran serta masyarakat penting mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi kegi-atan pembangunan perumahan, terlebih-lebih di daerah perkotaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk

Kelompok Kerja yang kedua menangani mengenai Pe-ningkatan Kualitas Permukiman Kumuh dan Informal. Dalam pembahasan pada isu ini, ditekankan bahwa un-tuk dapat berperan aktif secara efektif, masyarakat yang menempati atau hendak menempati permukiman kumuh perlu diberdayakan dalam berbagai segi kehidupan, ter-masuk di dalamnya terkait dengan ekonomi perkotaan ( ).

Kelompok Kerja yang Ke-3 dalam APMCHUD mena-ngani tentang Pelaksanaan MDGs untuk Air dan Sanitasi. Dari berbagai proyek peningkatan infrastruktur air bersih dan sanitasi, tampak bahwa keterlibatan masyarakat untuk menjaga kesinambungan penyediaan air bersih dan fasili-tas sanitasi sangatlah penting.

Kelompok Kerja yang ke-empat menangani tentang Pembiayaan Perumahan yang Berkelanjutan. Ber-bagai negara APMCHUD memiliki program pembi-ayaan yang berpihak kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah yang sukses. Untuk itu, Kelompok Kerja yang keempat medo-rong adanya kegiatan tukar-menukar pengalaman serta informasi.

Kelompok Kerja yang kelima atau terakhir memiliki tema Pembangunan Perkotaan dengan fokus pada Ben-cana Alam. Beberapa negara APMCHUD baru-baru ini mengalami bencana alam yang memberikan pengalaman kepada mereka dalam menangani pembangunan kembali sektor perumahannya. Lebih jauh, ada beberapa kota di negara-negara APMCHUD yang lebih rentan terhadap perubahan iklim dunia. Karena itu, Kelompok Kerja ini mendorong kerja sama dalam bidang penanganan ben-

cana alam dan perubahan iklim.

“Pada Rapat Pertama Biro APMCHUD Ke-3 di Bali ini,” jelas Suharso Monoarfa, “negara-negara anggota telah mengambil inisiatif untuk memimpin pengembanganKelompok Kerja. Republik Islam Iran diharapkan akan memimpin pengembangan Kelompok Kerja yang Kedua yaitu terkait permukiman kumuh. Republik Korea akan mengatur perkembangan kegiatan Kelompok Kerja yang Keempat terkait pembiayaan perumahan. Indonesia sen-diri akan mengoordinasikan kegiatan Kelompok Kerja yang Kelima yaitu mengenai pembangunan perkotaan berkelanjutan yang terkait dengan bencana alam dan per-ubahan iklim.”

Perkembangan APMCHUD

Lebih jauh, rapat ini juga membahas perkembangan AP-MCHUD sendiri. Delegasi dari negara-negara anggota sepakat untuk membina hubungan dengan organisasi dan jaringan yang juga mendorong pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perkotaan dan urbanisasi, baik di tingkat internasional maupun di dalam negeri negara-negara APMCHUD.

“Dengan demikian,” ungkap Suharso Monoarfa, “efek-

dalam pembangunan perkotaan dan urbanisasi dapat di-tingkatkan.”

Lebih jauh, Pimpinan Delegasi Republik Indonesia, Iskan-dar Saleh, yang juga merupa-kan Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat, menjelas-kan, “Kita dan berbagai ne-gara APMCHUD telah me-miliki kelompok kerja, forum dan jaringan yang bergerakdalam bidang pembangunan perkotaan dan urbanisasi. Misalnya saja, Indonesia telah memiliki Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) yang menangani air minum

dan penyehatan lingkungan, yang menghimpun berbagai unsur masyarakat, pemerintah dan swasta, serta mendo-rong pengembangan sinergi berbagai program terkait.”Rapat Pertama Biro APMCHUD Ke-3 di Nusa Dua, Bali telah menghasilkan berbagai keputusan penting bagi perkembangan APMCHUD. Rapat berikutnya direncana-kan akan berlangsung pada pertemuan UN -

di Nairobi, Kenya pada April 2011

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 30: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

30

Liputan

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urus-an Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, yang menegaskan bahwa pembangunan bidang peru-mahan dan permukiman merupakan urusan wajib peme-rintah daerah. Namun demikian, pembangunan perumahan dan permukiman bersifat kongkuren yang berarti masih ter-dapat hal yang membutuhkan sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu melalui program dekonsentrasi, Kemenpera berusaha meningkatkan peran pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan sinergitas pusat-daerah dalam pembangunan perumahan dan permu-kiman.

Program Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2010

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Peme-rintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu. Kegiatan dalam Dekonsentrasi tahun 2010 yang dilimpahkan kepada 33 provinsi di Indonesia meliputi dua kegiatan utama yaitu (i) Sosialisasi Kebijakan Bidang Perumahan; dan (ii) Pendataan dan Monitoring Bidang Perumahan.

Sosialisasi kebijakan bidang perumahan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pemerintah daerah terhadap arah kebijakan Kemenpera dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pelaksana Dekonsentrasi Provinsi dan dihadiri pemangku kepentingan lainnya yang berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman baik di provinsi maupun di kabupaten/kota. Dalam kegiatan so-sialisasi ini dipaparkan Rencana Strategis (Renstra) Kemen-pera dan instrumen kebijakan/program dari masing-masingkedeputian. Selain pemaparan dari narasumber, forum ini juga diwarnai dengan diskusi interaktif antara narasumber dan peserta mengenai isu-isu dan permasalahan pemba-ngunan bidang perumahan dan permukiman di daerah.

Untuk kegiatan pendataan dan monitoring bidang perumah-an, sebelum dilakukan pendataan dan monitoring ke daerah, kegiatan ini diawali dengan pembekalan teknis berupa bim-bingan teknis kepada tim pelaksana yang terpilih yang ter-diri dari staf pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Dari pelaksanaan kegiatan ini diharapkan pemerintah provinsi/kabupaten/kota akan mendapatkan data pembangunan perumahan terkini yang berguna untuk mengetahui kon-disi perumahan dan permukiman baik di provinsi maupun kabupaten/kota. Di akhir kegiatan pendataan, dilakukan konsinyasi pendataan untuk memvalidasi data perumahan

yang telah didapatkan.

Melengkapi kegiatan Dekonsentrasi, Kemenpera memberi-kan pembinaan kepada pemerintah provinsi melalui kegi-atan sosialisasi dekonsentrasi tahun 2010 dan bimbingan teknis (bimtek) kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pelaksana Dekonsentrasi Provinsi di In-donesia. Kegiatan sosialisasi dekonsentrasi bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang pelaksanaan Dekon-sentrasi Tahun 2010, sementara itu bimtek bertujuan untuk melatih pemerintah daerah dalam penyusunan laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiat-an dekonsentrasi. Selama pelaksanaan kegiatan Dekon-sentrasi di provinsi, Kemenpera secara aktif melakukan pendampingan dalam bentuk penugasan narasumber untuk kegiatan terkait dan bantuan konsultasi teknis bagi pemerin-tah provinsi yang membutuhkan. Hal ini dirasakan perlu sebagai bentuk perwujudan sinergitas pusat-daerah dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

Rencana Kegiatan Program Dekonsentrasi Lingkup Kemenpera Tahun 2011

Untuk kegiatan Program Dekonsentrasi Tahun 2011, akan difokuskan pada penanganan isu utama pemba-ngunan perumahan dan permukiman di daerah, yaitu (i) masih kurangnya kesadaran akan pentingnya perumahan dan permukiman; (ii) masih lemahnya koordinasi diantara pemangku kepentingan; (iii) masih belum memadainya kapasitas pemerintah daerah; (iv) masih belum tersedianya dokumen perencanaan perumahan dan permukiman yang terpadu. Penanganannya dilaksanakan melalui dua kegiatan utama yaitu (a) sosialisasi kebijakan bidang perumahan; dan (b) peningkatan kapasitas pemerintah daerah.

Sosialisasi kebijakan bidang perumahan pada tahun 2011 memiliki tujuan yang sama dengan tujuan dekonsentrasi sebelumnya, namun pada Tahun 2011 materi sosialisasi dibedakan antara materi bagi pengambil keputusan dan ma-teri bagi pelaksana. Selain itu, juga dilaksanakan pertemuan khusus dengan pimpinan daerah sebelum acara sosialisasi.

Perubahan yang mendasar pada kegiatan Dekonsentrasi 2011 yaitu direncanakannya rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang dimulai dengan fasilitasi pembentukan forum koordinasi diantara pemangku kepentingan pembangunan perumahan (kelompok kerja perumahan/pokja perumahan) di daerah kemudian dilanjutkan dengan kegiatan fasilitasi perencanaan pembangunan perumahan yang terdiri dari manajemen pendataan; penyempurnaan dan pemaduan dokumen perencanaan; dan dan evaluasi (monev) pembangunan perumahan dan permukiman (Eris)

PeningkatanSinergitas Pemerintah Pusat-DaerahMelalui Program Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat

Page 31: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

31

Sebanyak 62 Kabupaten/Kota di 22 Provinsi akan mendapatkan DAK Bidang Perumahan dan

Permukiman Tahun 2011. DAK ini bertujuan meningkatkan tersedianya rumah yang layak huni dan terjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Me-nengah (MBM) dan Masyarakat Ber-penghasilan Rendah (MBR) di dalam kawasan perumahan dan permukiman yang didukung oleh prasarana dan sarana serta utilitas yang memadai.

Daerah penerima DAK tersebut merupakan daerah yang telah lolos Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis DAK Bidang Perumahan dan permukiman. Kriteria Umum dan Kriteria Khusus diten-tukan oleh Kementerian Keuangan, sedangkan Kriteria Teknis ditentukan oleh Kemenpera.

Sebagai salah satu dari 5 bidang baru DAK Tahun 2011, konsep DAK Bidang Perumahan dan Permukiman Tahun 2011, telah disampaikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Ang-garan Kemenpera, Oswar Muadzin Mungkasa, dalam acara Sosialisasi Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2011, yang diseleng-garakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan dengan mengundang Bappeda Kabupaten/Kota dan Bappeda Provinsi di seluruh Indonesia. Kegiatan Sosialisasi ini di-selenggarakan di empat regional, yaitu

Regional I di Yogyakarta pada 27-28Oktober 2010, Regional II di Batam, Kepulauan Riau pada 3-4 November 2010, Regional III di Surabaya pada tanggal 10-11 November 2010, dan Regional IV di Jakarta pada tanggal 19-20 November 2010.

Visi DAK Bidang Perumahan dan Permukiman ini adalah “Terwujudnya Hunian Yang Layak di dalam Kawasan Perumahan dan Permukiman (yang didukung dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas yang memadai)”. Sedang-kan misinya adalah meningkatkan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau didalam lingkungan yang sehat dan aman serta didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai. Arah Kebijakan sesuai yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2011, yaitu meningkatkan penyediaan PSU ka-wasan perumahan dan permukiman sebagai stimulan untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBM dan MBR di daerah.

Lingkup kegiatan DAK Bidang Pe-rumahan dan Permukiman ini adalah pembangunan PSU yang meliputi: Ja-ringan Air Minum, Air Limbah (tangki septik komunal), Jaringan Listrik, dan Penerangan Jalan Umum.

Diharapkan dengan terbangunnya PSU tersebut akan menurunkan harga rumah sekaligus menstimulan pem-bangunan rumah baru untuk MBM/MBR di kabupaten/kota. Sehingga

keluaran yang ingin dicapai adalah dengan terbangunnya PSU kawasan perumahan dan permukiman akan terbangun 24.000 unit rumah. Alokasi sebesar Rp.150.000.000.000,00 (sera-tus lima puluh milyar rupiah).

Untuk tahun 2011, Kriteria Teknis yang digunakan (1) kepadatan pen-duduk, (2) angka perumahan, (3) kesiapan lokasi perumahan kota (dengan fokus sasaran kabupaten/kota yang telah menetapkan lokasi pembangunan kawasan perumahan dan permukiman, sudah memiliki Rencana Rinci Tata Ruang/kawasan perumahan, dan sudah menetapkan Perda Tata Ruang), serta (4) memiliki rencana pembangunan rumah tahun 2011.

Dari hasil perhitungan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus, dan Kriteria Teknis yang dilakukan oleh DJPK, penerima DAK Bidang Peru-mahan dan Permukiman Tahun 2011 adalah sebanyak 62 Kabupaten/Kota yang tersebar di 22 Provinsi. Alokasi terbesar adalah Kabupaten Bogor sebesar Rp. 5,253 Milyar dan alokasi terkecil adalah Kota Banjar Baru sebe-sar Rp. 1,186 Milyar.

Untuk mengetahui informasi kabupat-en/kota penerima DAK Bidang Peru-mahan dan Permukiman Tahun 2011, dapat diakses melalui website http://www.bpa.kemenpera.go.id (Ika).

DukungPembangunanRumah bagi MBR,Kemenpera Luncurkan DAK Bidang Perumahan dan Permukiman Tahun 2011

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 32: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

32

Badan Usaha Milik Negara BUMN diharapkan dapat ikut serta dalam menyukseskan

program perumahan rakyat baik melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) maupun melalui program

(CSR)-nya. Hal ini disampaikan Menpera Suharso Monoarfa disela-sela peresmian Rumah Susun Sejahtera Sewa Pekerja Jamsostek di Kawasan Industri Kabil, Batam, Kepulauan Riau Jumat (8/10)

Menpera Suharso Monoarfa mengajak BUMN untuk bisa menciptakan sistem pembiayaan perumahan dengan dana jangka panjang dan murah terutama bagi masyarakat berpenghasilan menengah kebawah. Dari program tersebut diharapkan terhimpun dana jangka panjang yang cukup besar untuk perumahan dengan suku bunga tetap.

Kebutuhan rumah di Indonesia saat ini, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah

diperkirakan sekitar 8 juta unit. Adapun pertambahan kebutuhan rumah setiap tahunnya berkisar 710.000 unit rumah. Oleh karenanya Menpera Suharso Monoarfa mengajak BUMN untuk berpartisipasi dalam program CSR nya untuk bersinergi dengan program pembangunan baru dan peningkatan kualitas perumahan swadaya yang di jalankan oleh pemerintah.

Upaya untuk lebih menyinergikan program CSR yang dimiliki oleh BUMN diharapkan selain dapat sebagai bagian dari tanggung jawab sosial bagi perusahaan juga diharapkan

dapat mengurangi permukiman kumuh yang terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2009 tercatat57.000 ha luasan permukiman kumuh atau naik 3.000 ha dari 54.000 pada tahun 2004 lalu

Pada kesempatan yang sama Direktur Utama Jamsostek, Hotbonar Sinaga, mengatakan pembangunan rusunawa ini merupakan upaya untuk meningkatkan manfaat kepesertaan dalam program Jamsostek melalui program peningkatan kesejahteraan peserta (DPKP) sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan ( CSR).Setiap tahunnya, Jamsostek menyisihkan 5-10 persen dari laba bersih untuk CSR yang dilaksanakan melalui DPKP serta program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).

Beberapa waktu lalu Kemenpera dan Kementerian BUMN juga sepakat untuk mengadakan kerjasama dalam rangka pemanfaatan tanah milik BUMN untuk percepatan pembangunan rumah susun sejahtera di kawasan perkotaan bagi masyarakatberpenghasilan menengah ke bawah.

Menurut Menpera, pemanfaatan lahan milik BUMN dapat menjadi bagian dari konsolidasi tanah milik pemerintah serta membantu pemerintah dalam penyediaan bank tanah ( ). Lebih lanjut Menpera mengingatkan bahwa rumah layak huni adalah sebuah isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang memerlukan perhatian khusus dari semua pihak dan harus diselesaikan oleh seluruh pemangku kepentingan bidang perumahan dan permukiman.

Liputan

Menpera Ajak BUMN untuk

Sukseskan Program Perumahan Rakyat

Rumah layak huni memerlukan perhatian

khusus dari semua pihak.

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 33: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

33

Para cendekia dan Profesional muda diharapkan bersama dengan seluruh pemangku ke-

pentingan perumahan untuk menemu-kan pengetahuan tentang bagaimana menjawab tantangan pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia saat ini. Karena perumahan merupakan gabungan dari beberapa displin ilmu baik disiplin ilmu teknika dan ilmu ekonomi khususnya perko-taan, lingkungan, dan wilayah. Hal ini disampaikan Menpera Suharso Monoarfa dalam orasi ilmiahnya dalam Upacara Dies Natalies XII dan Wisuda XIX STEKPI di Jakarta, Sabtu (23/10)

Menpera Suharso Monoarfa juga mengatakan perspektif pemikiran perkotaan telah menggugah para cendekia dan menjadikan ilmu sebagai “sektor” atau sekedar pembagian lapangan kerja. Tantangan kehidupan yang dijalani dalam kehidupan di ru-mah dan permukiman akan memaksa

disiplin dan keilmuan, dalam perspek-tif pembangunan bangsa secara jangka panjang.

“Tantangan perumahan kita tak mungkin diselesaikan hanya dengan kebijakan tentang penataan ruang

ngunan dan infrastruktur. Memang hal ini harus ada dan harus ditetap-kan dengan baik sebagai prasyarat dasar kebijakan yang benar. Namun kenyataan di lapangan, pada akhirnya akan menuntut jawaban: “atas biaya siapa, dari sumber mana, dan seberapa terjangkau”, ungkap Menpera

Pemerintah mulai tahun ini merefor-

masi kebijakan pembiayaan perumah-an bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan. Dengan mekanisme ini diharapkan dapat menurunkan tingkat suku bunga hingga satu digit atau di bawah 10 persen tetap selama masa tenor.

Menpera juga menambahkan sejak dekade sebelum krisis ekonomi dan dekade masa reformasi, bidang peru-mahan dan permukiman di Indone-sia menunjukkan beberapa fenomena menarik diantaranya keterbukaan ekonomi telah memberi kesempatan kepada pemilik modal dalam sektor perumahan yang tidak lagi didominasi oleh pemerintah. Selain itu, mening-katnya peran investasi swasta, ter-masuk modal asing ke sektor peru-mahan, properti dan infrastruktur. Perumahan juga bukan lagi menjadi sektor tersendiri melainkan menjadi bagian integral dengan pembangun-an infrastruktur, dan lebih jauh lagi,

menjadi bagian dari pembangungan perkotaan dan pengembangan wilyah. Keterlibatan langsung masyarakat, demokratisasi dan keterbukaan infor-masi telah menjadikan perumahan dan pembangunan wilayah sebagai urusan publik yang bersifat terbuka.

Hal itu membuat perumahan bukan lagi hanya urusan bangunan dan kein-sinyuran tetapi menjadi bagian penting dari kebijakan ekonomi, keuangan,

terutama ekonomi perkotaan, menjadi sangat penting dalam merumuskan pemikiran kebijakan perumahan dan pembangunan kota.

“Dengan upaya semua pihak di-harapkan dapat mewujudkan perko-taan strategik jangka panjang, untuk sekaligus membangun “budaya baru” bangsa Indonesia yang lebih mengota

kosmopolitan, terbuka, kreatif, dan kompetitif,” tambah Men-pera. ( )

Menpera Ajak Cendekia dan Profesional Muda Bersama Jawab Tantangan Pembangunan Perumahan

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 34: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

34

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa meminta agar pemerintah daerah memberikan dorongan dan insentif pada

pengembang yang menerapkan konsep . Para pengembang yang menerapkan konsep berpihak lingkungan hidup ini perlu mendapat dukungan banyak pihak untuk mengurangi adanya pemanasan global. Hal ini diungkap dalam sambutan Menpera saat menyerahkan

2010 di Hotel Manhattan, Jakarta, Selasa (14/12). Suharso menjelaskan pentingnya perhatian pada isu-isu

dan Indonesia termasuk negara yang ikut serta dalam usaha memulihkan bola bumi kita dari pemanasan global.

Hal ini juga terkait dengan RUU Perkim yang masih dibahas di DPR karena di dalam salah satu bab RUU tersebut diatur pula tentang pencegahan dan peningkatan kualitas hunian yang terkait dengan kekumuhan. Dengan adanya norma-norma ini yang sifatnya meminta masyarakat untuk lebih peduli pada aspek pencegahan dan pemulihan daerah ku-muh, maka diharapkan kualitas kehidupan hunian di daerah masyarakat tersebut dapat meningkat. Diharapkan pemu-lihan tersebut tidak hanya bersifat sosial ekonomi tetapi juga bersifat lingkungan hidup. Dengan demikian, terdapat ruang bagi pemerintah daerah untuk memberikan insentif ataupun disinsentif tersebut. Pemerintah daerah tersebut yang nantinya yang akan mendapatkan penilaian

terhadap keberhasilan penanganan kekumuhan. Untuk itu, Menpera menghimbau para pemerintah daerah untuk mem-berikan apresiasi lebih dan insentif yang tepat bagi pengem-bang yang sudah menerapkan konsep ini.

Pengembang adalah kegiatan yang mengubah tata guna lahan. juga menciptakan konsentrasi ba-ngunan dan mobilitas baru yang meningkatkan penggunaan energi, namun kegiatan ini juga memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk mengurangi laju pemanasan global. Inilah yang melatarbelakangi penganugerahan

sejak tahun 2009 oleh majalah .

Kriteria penilaian penghargaan ini antara lain pengembang perumahan mengikuti peraturan perundang-undangan; me-nyediakan sistem pengolahan sampah dengan prinsip 3R; menerapkan pengelolaan air dengan prinsip 4R; menyedia-kan infrastruktur; menyediakan akses yang mudah ke moda transportasi massal; mengalokasikan ruang terbuka hijau minimal 30%; mempunyai desain rumah inovatif, berempati dan memberikan solusi pada lingkungan dengan membatasi lahan terbangun; dan membangun partisipasi warga untuk berbudaya

Selain itu diberikan pula penghargaan pada BNI dan BTN untuk dukungannya terhadap ajang penghargaan ini.

Liputan

Menpera Minta PemdaBerikan Insentif pada Pengembang Hijau

(Green Property)

Sumber foto: Humas Kemenpera

Pemenang Kategori Perak:

dan Maple Residence Summarecon Bekasi.

Pemenang Kategori Perunggu:Kota Baru Parahyangan, Cluster Sutera Onyx Alam Sutera Serpong, Banjar Taman Ayun Puri Bali Sawangan Depok, Cluster Pine Forest Sentul City, Cluster Malibu di Kota Deltamas Cikarang, Cluster Eugenia Puri Botanical Residence Jakbar Cluster Asia

Tranqulity Modern Hill Pondok Cabe, dan Cluster

Page 35: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

35

Menpera Suharso Monoarfa meminta Pemerintah daerah dapat menggratiskan biaya

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pembangunan rumah sejahtera bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Pasalnya IMB saat ini menambah biaya pembangunan sekitar 8 persen hingga 20 persen dari total biaya pembangunan.

“Saat ini sudah ada surat edaran (SE) dari Mendagri kepada setiap Pemda agar IMB untuk rumah bagi MBR di gratiskan. Untuk itu saya minta Pemda bisa segera melaksanakannya,” ujar Suharso Monoarfa saat menjadi pem-bicara utama pada kegiatan Rakerda DPD REI Jakarta 2010 bertemakan ‘Bersama Menyelaraskan Regulasi Industri Properti’ di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu (27/10).

Menurut Menpera, jika biaya IMB bagi pembangunan rumah MBR dapat digratiskan, maka diperkirakan harga rumah yang dijual oleh pengembang bisa lebih murah. Berdasarkan hitungan yang dilakukan oleh Kemenpera, ong-kos IMB yang ada saat ini menambah biaya ongkos pembangunan rumah sekitar 8 persen hingga 20 persen.

Selain itu, Menpera juga berharap proses pengurusan IMB bisa diperce-pat dan tanpa berbelit-belit. Dengan demikian, baik pengembang mau-pun masyarakat umum tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk mengurus IMB.

“Pengurusan perijinan IMB di Jakarta saja waktunya masih cukup lama yakni sekitar 1 tahun bahkan ada yang sam-pai 2 tahun. Ke depan tentunya proses perijinan IMB ini harus dipersingkat,” tandasnya.

Lebih lanjut, Menpera menuturkan, pihaknya saat ini telah menjalin ker-jasama dengan KPK dan BPKP untuk mengatasi lamanya proses perijinan tersebut. Selain itu, pihaknya juga telah melakukan peninjauan langsung ke sejumlah lokasi di Indonesia untuk melihat sejauh mana proses perijinan IMB di daerah. Beberapa daerah terse-but di Medan, Surabaya dan Bandung.

Masalah IMB, ungkap Menpera, juga tengah di bahas dalam pembahasan

RUU Perkim. Dirinya berharap de-ngan pembahasan RUU Perkim, ke depan pengurusan IMB bisa di pang-kas secepatnya dan digratiskan.

Lebih lanjut, Menpera mengungkap-kan, pihaknya ke depan juga akan berupaya mengatur DED (

) untuk pembangu-nan rumah sejahtera tapak. Hal ini dilakukan agar material yang digu-nakan untuk membangun sebuah rumah tidak terlalu banyak terbuang. Sedangkan untuk ornamen arsitektur tidak terlalu diperlukan karena akan menambah biaya pembangunan. Sebab masyarakat lebih membutuhkan fungsi rumah ketimbang desain arsitek yang berlebihan.

“Saya ingin agar ke depan ubin yang digunakan untuk membangun sebuah rumah tidak terlalu banyak di potong. Dan mungkin jendela untuk pem-bangunan rumah bisa menggunakan alumunium”.

Menpera Minta Pemda

Gratiskan Biaya IMB

... pengurusanIMB bisa

di pangkas secepatnya dan

digratiskan.

Sumber foto: Humas Kemenpera

Page 36: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

36

Intermezzo

Tips Renovasi Rumah dengan

Hematrumah dengan hemat dan berkualitas:

Tentukan konsep tentang renovasi secara matangPada tahap ini, kita menentukan bagian rumah mana saja yang ingin kita perbaiki, bagaimana desainnya, apakah kita

ingin menggunakan material lama tentu harus dibongkar

desain berguna agar hasilnya sesuai dengan yang kita -

bongkarnya sehingga biaya yang dikeluarkan lebih banyak. Dengan mengetahui konsep dengan matang juga mem-bantu tukang mengerjakan dengan lebih cepat.

Tentukan bahan bangunan dan kualitas material bangunan yang akan digunakan

menggunakan barang-barang berkualitas sedang atau barang bekas. Bila kita memilih dengan cermat, kita dapat menemukan barang bekas tapi berkualitas baik.

Penggunaan barang-barang berkualitas sedang misalnya untuk keramik lantai, kayu-kayu, kusen, atau cat interior. Keramik yang dipasang dengan teknik yang baik dapat menghasilkan lantai yang indah walaupun menggunakan keramik kualitas sedang. Sedangkan bagian-bagian yang wajib menggunakan barang-barang dengan kualitas baik adalah pada bagian fondasi rumah, pipa air yang ditanam, struktur bangunan, rangka atap. Dapat dibayangkan bila pada bagian tadi terjadi kebocoran atau rusak, tentu kita

uang lagi. Untuk cat eksterior juga disarankan menggu-nakan kualitas baik karena bagian luar rumah biasanya terkena hujan, teriknya matahari atau udara lembab.

Menghilangkan satu bagian pekerjaan renovasi

bagian pekerjaan, sehingga waktu yang digunakan lebih cepat dan dapat menghemat biaya. Misalnya tembok tanpa diplester yang dapat membuat tembok tampak alami, atau mengecat tanpa di plamur.

Pemilihan cara pembayaranCara pembayaran umumnya terbagi dua, yaitu borongan

direnovasi dan kita sudah mengetahui konsep renovasi secara matang, maka lebih baik kita menggunakan sistem borongan. Sebaliknya, bila konsep renovasi kita belum jelas kita dapat membayar tukang secara harian.

Pilih waktu yang tepat untuk renovasiRenovasi sebaiknya jangan dilakukan saat musim hujan, karena pada musim ini tukang yang mengerjakan dapat menemui kesulitan. Selain itu, untuk bagian yang berada di luar yang sedang direnovasi menjadi sulit kering dan bahkan bisa menjadi rusak.

Dengan menerapkan jurus-jurus tadi, semoga kita bisa

rumah.

(DVD, dari berbagai sumber)

Page 37: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

37

Dalam rangka peningkatan pengetahuan akan permukiman, peringatan Hari Habitat Dunia 2010 dipuncaki dengan peluncuran dua buah buku.

Salah satu buku yang diluncurkan adalah buku berjudul Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900-2000. Buku Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 – 2000 ini merupakan karya tim penulis yaitu Ark Djauhari Sumintardja (Kepala Pusat Dokumentasi Arsitektur), Bambang Eryudhawan (Wakil Ketua IAI), dan Cor Passchier (Arsitek Belanda, penerima penghar-

Award). Buku ini membahas perumahan di beberapa periode dalam abad ke-20 di Indonesia dan terdiri dari tiga bagian.

Bagian pertama buku ini disusun oleh Cor Passchier yang mengangkat fokus pada usaha Pemerintah Belanda dalam mengatasi masalah perumahan rakyat. Passchier secara khusus pun mengulas permasalahan di kampung-kampung kota ketika kemudian Pemerintah Belanda me-nekankan pada perencanaan kota sebagai basis tindakan yang terpadu.

Bagian kedua yang disusun oleh Bam-bang Eryudhawan hadir dalam bentuk antologi yang secara kronologis me-nampilkan tulisan-tulisan terpilih tentang dinamika sejarah perumahan rakyat di Indonesia. Melalui antologi ini, pembaca diharapkan dapat dengan mudah me-mahami dinamika sejarah di masa lalu yang terkait dengan pengadaan perumah-an rakyat. Pada bagian ini, antara lain, pembaca dapat menemukan cuplikan pidato bung Hatta pada pembukaan kongres Perumahan Rakayat Tahun 1952, naskah rumah minimum dan proyek Cempaka Putih, perumahan murah Depok, hingga tulisan tentang (KIP) di Surabaya, dan berbagai tulisan lainnya.

Pada bagian terakhir yang ditulis oleh Ark. Djauhari, disam-paikan penelusuran perkembangan perumahan rakyat pada akhir kemerdekaan hingga akhir abad 20. Dengan cermat, Djauhari Sumintardja meliput tonggak-tonggak bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia yang berjuang me-menuhi kebutuhan perumahan bagi rakyat kecil.

Buku setebal 201 halaman ini dilengkapi dengan berbagai foto dan gambar yang menarik dan mampu melengkapi tulisan-tulisan yang ada. Dengan adanya kelengkapan secara visual, buku ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan perumahan rakyat di Indone-sia. Gambar-gambar tersebut contohnya antara lain adalah gambar detil rencana perumahan di Kampung Mlaten, Semarang oleh Karsten (1925), peta rencana kota baru

Kebayoran (1953), serta rancangan proyek Pulo Mas (1962) yang tidak banyak dike-tahui oleh masyarakat awam.

Dalam peringatan puncak Hari Habitat Dunia yang digelar pada Senin, 18 Ok-tober 2010, buku ini juga turut dibedah dengan mengundang pembedah buku yaitu Prof. Sandi Siregar dari Universitas Parahyangan dan Dr. Jo Santoso dari Universitas Tarumanegara. Prof. Sandi Siregar mengungkapkan bahwa meski buku ini masih perlu penyempurnaan dan koreksi terutama dalam penyelarasan antarbab, pada dasarnya buku ini baik untuk dibaca seluruh kalangan, tidak terbatas pada para pemangku kepenting-an di bidang perumahan saja, tapi bisa menjadi referensi bagi berbagai kalangan. Sementara itu, Jo Santoso memberikan kritik mengenai perlunya penjelasan dan penegasan mengenai rentang waktu dalam penjabaran buku ini.

Secara garis besar, meski masih me-nyimpan beberapa kekurangan seperti

telah disebutkan oleh para pembedah buku serta masih minimnya misal mengenai catatan tentang peran Perum Perumnas atau catatan tentang kelembagaan perumahan di Indonesia, kehadiran buku ini tetap patut untuk diapresiasi. Di tengah langkanya literatur tentang sejarah perumahan dan permukiman di Indonesia, buku ini dapat memicu munculnya kepedulian masyarakat akan sejarah perumah-an dan permukiman di Indonesia. Buku ini diharapkan dapat juga memicu munculnya literatur lain tentang sejarah perumahan di Indonesia sehingga dapat lebih memperkaya khasanah pengetahuan perumahan dan permukiman di Indonesia (LNP).

Pengelolaan Pengetahuan Info Buku

Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900-2000 (201 halaman)

Penulis:Bambang Eryudhawan, Cor Passchier, Djauhari

SumintardjaPenerbit:

Kementerian Perumahan Rakyat dan Pusat

Dokumentasi Arsitektur, 2010

Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900-2000

aK

Page 38: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

38

Info CDPengelolaan Pengetahuan

Kebutuhan pokok manusia tidak akan terlepas dari pangan, papan, dan sandang. Guna menyelaraskan kebutuhan pokok tersebut, berbagai

upaya dilakukan oleh masyarakat termasuk oleh pemerintah. Salah satu segmen masyarakat

tersebar di seluruh Indonesia, baik yang berasal dari lembaga pendidikan tinggi negeri ataupun swasta. Bentuk perhatian pemerintah terhadap kebutuhan papan mahasiswa diantaranya adalah dengan dikeluarkannya kebijakan yang mengatur mengenai bantuan rumah susun sederhana sewa bagi mahasiswa pada lembaga pendidikan berasrama. Salah satu regulasi tersebut adalah Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 9/PERMEN/M/2008 Tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pada Lembaga Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan Berasrama.

Berdasarkan peraturan tersebut, mahasiswa, siswa, santri

serta pendidik dan tenaga kependidikan yang menginginkan tinggal atau menghuni rumah susun sederhana sewa harus

merupakan golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga sangat memerlukan bantuan

kemudahan dari pemerintah. Selaras dengan itu, bantuan pembangunan Rusunawa dimaksudkan

bangunan, sehingga dapat memotivasi lembaga pendidikan tinggi, lembaga pendidikan berasrama untuk memenuhi kebutuhan asrama bagi mahasiswa dan hunian bagi pendidik

ataupun tenaga kependidikan.

CD ini berisi Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 9/PERMEN/M/2008. CD ini sangat

bermanfaat terutama bagi para mahasiswa dan akademisi dalam memahami segala sesuatu terkait bantuan pembangunan rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 9/PERMEN/M/2008 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa pada Lembaga

Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pendidikan BerasramaKementerian Perumahan Rakyat, 2008

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

(ICT), adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah kon-sep yang tidak terpisahkan.

Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pe-mrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan

antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada perte-ngahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya.

Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berba-gai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.

Di Indonesia pengaturan mengenai ICT menjadi kewenangan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Berbagai instrumen hukum telah disusun dalam rangka mengatur dan melin-

ICT.

CD ini berisi kumpulan regulasi dibidang teknologi informasi dan komunikasi yang ter-

diri dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, Instruksi

Presiden dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika. CD ini sangat bermanfaat terutama bagi para pengambil ke-bijakan, bagi para akademisi serta mahasiswa yang mendalami teknologi komunikasi dan informatika.

Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia di Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Page 39: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

39

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Info Regulasi

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 merupakan peraturan terbaru yang mengatur masalah pengadaan barang/jasa pemerintah

menggantikan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007, beserta petunjuk teknis dan seluruh perubahannya

Tujuan pokok diterbitkannya Perpres ini adalah:

Mempercepat proses pengadaan, sehingga kontrak-a.kontrak pengadaan bisa mulai dilaksanakan pada bulan Januari/Februari (Awal Tahun Fiskal yang sedang berjalan).

Diharapkan apabila pelaksanaan pekerjaan sudah dimulai pada bulan Januari/Februari, maka penyerapan APBN/APBD tidak menumpuk diserap pada triwulan keempat, namun sejak triwulan pertama sudah diserap dengan baik.

Usaha untuk mempercepat ini antara lain dilakukan dengan :

Pengangkatan pejabat perbendaharaan (Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Penerimaan,

Pemeriksa/Penerima Barang, Pejabat Penerbit SPM) diangkat tidak setiap tahun, namun jabatan tersebut berpindah apabila ada rotasi dan mutasi terhadap jabatan bersangkutan (revisi Keppres Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara);

Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP) secara permanen; dan

Penyediaan biaya untuk melakukan proses pengadaan mendahului berlakunya dokumen anggaran, dan kontrak baru ditandatangani pada waktu Dokumen Anggaran telah berlaku sah (disebutkan dalam pasal Perpres Nomor 54 Tahun 2010)

Akselerasi Penggunaan b. mulai tahun 2011, dan diwajibkan ( ) pada tahun 2012 seluruh instansi pemerintah mempergunakan sistem

; Ini adalah upaya untuk mewujudkan pasar yang terintegrasi secara nasional, untuk mencapai

tinggi; Untuk itu dilakukan pula revisi Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Jasa Konstruksi;

Penyederhanaan aturan, seperti diperkenalkannya c.Lelang Sederhana, serta Pengadaan Langsung untuk barang/jasa yang sudah memiliki harga dikenal luas (seperti, sewa hotel dan kantor);

Untuk pekerjaan yang tergantung dengan cuaca d.(seperti reboisasi, pembenihan), maupun layanan yang harus tersedia sepanjang tahun mulai tanggal 1 Januari (pelayanan perintis udara/laut, pita cukai, konsumsi/obat di Rumah Sakit, konsumsi di Lapas, pembuangan sampah, dan cleaning service) diperkenalkan kontrak tahun jamak, dan asalkan nilai kontrak tidak lebih dari Rp. 10 Miliar, persetujuan langsung dilakukan oleh Pengguna Anggaran masing-masing(tidak lagi minta persetujuan Menteri Keuangan. Di luar yang di atas, tetap perlu persetujuan Menteri Keuangan dan lain-lain.

Page 40: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

4040

Pengelolaan Pengetahuan

Agenda 21 merupakan rencana tindak komprehensif untuk diterapkan baik secara lokal, nasional,

maupun global, dan oleh organisasi dalam sistem PBB, Pemerintah, dan kelompok yang terkait pada setiap aspek di mana manusia memberikan dampak terhadap lingkungan.

Agenda 21 bersama dengan Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan/

t,dan Pernyataan mengenai Prinsip Pengelolaan Hutan Berkelanjutan/

merupakan dokumen-dokumen yang diadopsi

oleh lebih dari 178 Pemerintah pada Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan/

(UNCED) atau yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brazil, 3-14 Juni 1992.

Agenda 21 menawarkan harapan, mengundang kita untuk merencanakan dan mengambil tindakan sekarang untuk menjaga warisan yang akan diteruskan ke generasi mendatang. Agenda 21 berusaha memastikan masa depan yang berkelanjutan yang membutuhkan kesadaran yang lebih besar dari kita semua terhadap masalah-masalah serta tekad untuk

menemukan solusi.

Dengan substansi yang ada di dalamnya, Agenda 21 menjadi semacam cetak biru untuk kemitraan global yang bertujuan mewujudkan lingkungan yang berkualitas tinggi dan ekonomi yang sehat untuk semua orang di planet ini. Agenda 21 membahas isu-isu kritis yang kita hadapi sebagai komunitas global seperti kerusakan ekosistem, meningkatnya kemiskinan, kelaparan dan kesehatan yang buruk, peningkatan populasi dunia dan buta huruf. Agenda 21 terdiri dari

tantangan dan memberikan solusi yang realistis dan sederhana menuju pembangunan berkelanjutan yaitu memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Agenda 21 terdiri dari 5 bagian dengan total 40 bab. Bagian awal merupakan bagian ataupembukaan (bab 1.1-1.6). Pada bagian berikutnya adalah Bagian 1 (bab 2.1-8.54) yang memuat hubungan antara aspek sosial

Agenda 21, paragraf 1.1

Agenda

21

Page 41: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

41

Edisi 3Tahun 2010

41

dan ekonomi. Dalam bagian ini ditekankan mengenai pentingnya kerja sama internasional untuk mengimplementasikan dan mempercepat usaha menuju pembangunan berkelanjutan.

Bagian selanjutnya yaitu Bagian 2 (bab 9.1-22.9) berisi tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya untuk pembangunan yang memuat antara lain tentang konservasi pegunungan, pencegahan penggundulan hutan, perlindungan terhadap sumber air, pengelolaan sampah, limbah, dan radioaktif, serta perlindungan terhadap laut. Bagian 3 dari Agenda 21 kemudian memaparkan tentang penguatan peran dari kelompok mayoritas (bab 23.1-32.14). Dalam bab ini disebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan memang tanggung jawab utama dari setiap pemerintah namun komitmen dan keterlibatan dari berbagai kelompok sosial penting untuk mewujudkan implementasi efektif dari kebijakan setiap pemerintah yang terkait dengan Agenda 21.

Bagian terakhir dari Agenda 21 yaitu Bagian 4 berisi hal yang

implementasi seperti bagaimana memulai rencana aksi tersebut (bab 33.1-40.30). Beberapa hal yang digaris bawahi dalam bab ini antara lain adalah penggunaan teknologi, peningkatan kesadaran publik melalui pendidikan, serta berbagi data dan informasi untuk dukungan pengambilan keputusan.

Pembangunan Permukiman Berkelanjutan

Isu permukiman dibahas secara khusus dalam Agenda 21 yaitu dalam Bab 7 di bawah tajuk

Di tengah konsumsi berlebih dari kota-kota industri di dunia yang berbahaya bagi ekosistem global, kondisi negara

berkembang mengalami kondisi sebaliknya. Permukiman di negara berkembang memerlukan bahan mentah, energi, dan pembangunan ekonomi sekedar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi paling dasar dan mengatasi permasalahan sosial yang ada. Kebutuhan dasar ini harus tetap dipenuhi sembari tetap memperhatikan implikasi dari pembangunan perkotaan. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, pendampingan berupa kerjasama teknis dari dunia internasional menjadi penting karena mampu membangkitkan investasi di bidang permukiman yang sebelum tahun 1992 masih sangat kecil.

Usaha pemenuhan kebutuhan dasar untuk permukiman berkelanjutan ini perlu untuk berbasis pada kerjasama teknis, kemitraan masyarakat, dan peningkatan partisipasi dari berbagai elemen yang diterapkan dalam 8 bidang program. Delapan bidang program tersebut adalah (1) pemenuhan hunian layak untuk semua, (2) pengelolaan permukiman, (3) pengelolaan dan perencanaan tata ruang berkelanjutan, (4) penyediaan infrastruktur air, sanitasi, drainase, dan pengelolaan limbah yang terintegrasi, (5) energi dan transportasi berkelanjutan, (6) perencanaan dan pengelolaan permukiman di daerah rawan bencana, (7) aktivitas industri konstruksi yang berkelanjutan, dan (8) pengembangan dan pembangunan kapasitas SDM untuk pengembangan permukiman. Khusus untuk pemenuhan hunian layak untuk semua, sasaran yang ingin dicapai adalah untuk dapat memenuhi hunian layak untuk populasi yang terus tumbuh pesat dengan mengutamakan kaum miskin baik perdesaan maupun perkotaan namun tetap dengan mengedepankan pendekatan ramah lingkungan.

Bagian ini juga memberikan seruan

kepada negara-negara antara lain agar memperkuat strategi pemenuhan hunian layak berbasis

kaum miskin kota dan perdesaan untuk dapat memiliki akses ke perumahan melalui skema pembiayaan atau inovasi mekanisme lainnya, serta memperbaiki kondisi perdesaaan untuk mencegah dampak fenomena perpindahan dari perdesaan ke perkotaan. Untuk itu, diperlukan juga penguatan kerjasama bilateral dan multilateral untuk mendukung terpenuhinya seruan-seruan tersebut terutama di negara berkembang. Sebagai langkah implementasi, terdapat tiga hal yang penting yaitu (1) pembiayaan dan evaluasi berbasis pengeluaran, (2) pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta (3) pengembangan dan pembangunan kapasitas SDM.

Tindak Lanjut Agenda 21

Di seluruh dunia, pemerintah, kalangan bisnis, organisasi non-pemerintah dan elemen lainnya sudah menempatkan ide-ide dari Agenda 21 dalam rencana atau kebijakan masing-masing. Ini termasuk juga Indonesia yang pada tahun 1997 telah menyusun

yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Kini , hampir 20 tahun kemudian, Agenda 21 masih sangat krusial dan usaha untuk dapat menerapkannya memerlukan usaha berkali lipat dengan adanya tantangan yang semakin besar. Untuk itu, keterlibatan lintas elemen dalam menjalankan Agenda 21 sangatlah penting. Tugas ini akan membutuhkan tidak hanya kepemimpinan dan pendanaan pemerintah dan kalangan bisnis, tetapi juga visi dan kerjasama setiap warga negara. Pembangunan berkelanjutan tidak dapat dicapai tanpa semua sektor masyarakat bekerja sama (LNP).

Page 42: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

42

Hukum Propertiwww.hukumproperti.com

Situs ini merupakan penyedia jasa konsultan hukum bidang realestate/properti. Selain itu, menyajikan informasi yang terkait properti. Pengelompokkan topik berdasarkan beberapa kategori memudahkan pembaca dalam mencari informasi. yaitu, Daily tips, pembiayaan

perumahan, penyelesaian sengketa, perijinan, pertanahan, rangkuman peraturan, rumah susun dan tulisan pakar. Situs hukumproperti.com juga menyediakan fasilitas layanan konsultasi gratis bagi masyarakat yang membutuhkan. Selain menyediakan jasa konsultasi hukum properti

juga menyediakan jasa pengacara. Situs ini sangat bermanfaat bagi kita yang membutuhkan informasi tentang properti khususnya yang terkait dengan hukum properti.

Situs ini dikelola oleh Kementerian Perumahan Rakyat Republik Indone-sia. Situs ini selain sebagai alat penyebaran informasi tentang berbagai kegiatan yang dilakukan oleh KE-MENPERA juga berfungsi sebagai pusat informasi tentang perumahan dan permukiman. Di situs ini

terdapat banyak data yang dapat diperoleh seper-ti regulasi-regulasi yang berlaku (Undang-Undang,Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, dsb.) yang berhubungan dengan perumahan dan permu-kiman. Selain itu, memiliki perpustakaan digital yang dapat memberikan infor-

masi mengenai buku-buku yang dimiliki oleh Perpustakaan Kemenpera. Situs ini juga memiliki kontak pengaduan masyarakat yang mempermudah in-teraksi masyarakat dengan pemerintah.

www.kemenpera.go.id

UN-Habitatwww.unhabitat.org

Situs United Nations Human Settlements Programme (UN-HABITAT) adalah sebuah situs yang dibuat sebagai sebuah pusat informasi dan pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan isu-isu HABITAT. Situs ini juga menyediakan informasi mengenai publikasi-publikasi terbitan UN-HABITAT yang dapat diunduh secara gratis, adanya /tautan ke kumpulan pratek terbaik yang pernah dilakukan oleh beberapa kota di beberapa negara termasuk Indonesia. Selain itu situs ini memberikan informasi tentang

(YUF) dan memberikan informasi yang menarik tentang keterlibatan pemuda dalam proses pembangunan perkotaan. Situs ini sangat dianjurkan untuk di /diberi penanda bagi semua orang yang tertarik untuk mengetahui isu-isutentang perumahan dan pembangunan perkotaan.

www.habitat-indonesia.or.idSekretariat Nasional Habi-tat Indonesia atau sering disebut dengan Seknas Habitat adalah organi-sasi yang dibetuk secara bersama oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumah-an Rakyat dan memiliki tujuan untuk memperkuat jaringan dan pengetahuan perumahan dan pengem-bangan perkotaan.

Situs yang dominan dengan warna jingga ini memuat setiap informasi tentang kegiatan bidang habi-tat seperti peringatanHari Habitat Dunia setiap tahunnya dan

juga kegiatan internasional yaitu APMCHUD (Asia

) yang terakhir diselenggarakan di Solo pada 22-24 Juni 2010.

Sementara itu untuk menunjang fungsi -

, terdapat tautan ke ber-bagai institusi baik nasional maupun internasional.

Pengelolaan Pengetahuan Info Situs

jaSbyinpyh

(YUF) dan memberikan

boKinkmmted

Kementerian Perumahan Rakyat Sekretariat Nasional Habitat

Page 43: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

43

Majalah/Jurnal

Leaflet

Buku

Majalah inforum,Media Komunikasi

Komunitas Perumahan

Edisi I dan II, 2010

Pustaka Perumahan

Journal Of Housing Economics,

Published By Elsevier Voume 18,

Number 3, September 2009

BuildingProsperity,

Housing and Economics

Development, Published by Earthscan in the UK an USA, 2009

Humas Bapertarum-PNS Desember 2008

Peraturan Presiden

Republik Indonesia

Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah

PeraturanMilis Perumahanhttp://groups.yahoo.com/group/

Perumahan Rakyat

Neighborhood

Upgrading and Shelter

Sector Project (NUSSP)

Departemen Pekerjaan

Umum, Direktorat

Jenderal Cipta Karya.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun

2010 tentang Acuan Pengelolaan Lingkungan Perumahan Tapak

Warta Anggaran,

Majalah

Keuangan

Sektor Publik

Edisi 19, 2010

Jurnal LegislasiIndonesiaPenerbit : Dirjen Perundang-

Undangan Departemen

Hukum Dan Ham

Volume 5 No. 3

September 2008

IndikatorPerumahan dan

KesehatanLingkungan,

(Housing And Environmental Health Indicator) 2009

Penerbit: Badan Pusat Statistik,

Desember 2009

BKM (Badan Keswadayaan

Masyarakat) Memandirikan

Masyarakat Mengatasi

Kekumuhan, Penerbit :

NeighborhoodUpgrading and Shelter

Sector Project (NUSSP) – Dep. Pekerjaan Umum,

Ditjen Cipta Karya

Website Kementerian Perumahan Rakyat, http://www.kemenpera.go.id

Page 44: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

44

Penduduk Perkotaandan Kawasan Kumuh

Dua pesan utama dari Agenda Habitat adalah

Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi

Semua) dan (Urbanisasi

juga bahwa pada 2020, harus ada perbaikan kondisi

baik dari pemerintah, swasta, lembaga donor, organisasi

non pemerintah, atau masyarakat sendiri untuk mencapai

dilihat dari proporsi yang cenderung turun. Meski demikian

permasalahan permukiman kumuh, terutama di negara

berkembang tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi

bersama.

Secara umum, pertambahan penduduk perkotaan periode

2005-2030 (berdasar prediksi) di Oseania, Amerika Utara

dan Afrika cenderung tetap dibandingkan pada periode

sebelumnya (1980-2005). Namun, pertambahan penduduk

perkotaan di Eropa ternyata diprediksikan jauh lebih sedikit

pada periode 2005-2030 dibanding periode 1980-2005.

terlihat di kawasan Asia, yang meningkat tajam pada

periode 2005-2030 dibanding periode sebelumnya (1980-

2005). Selengkapnya pada Tabel 1.

Sementara penduduk kumuh perkotaan negara berkembang

cenderung meningkat secara absolut, namun sebenarnya

proporsinya terhadap total penduduk perkotaan terlihat

menurun (Tabel 2 dan Tabel 3)

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Daerah Kumuh Perkotaan Negara Berkembang (1990-2010 dalam ribuan)

Kawasan 1990 1995 2000 2005 2007 2010

Negara berkembang 656.739 718.114 766.762 795.739 806.910 827.690

Afrika Utara 19.731 18.417 14.729 10.708 11.142 11.836

Afrika Sub-Sahara 102.588 123.210 144.683 169.515 181.030 199.540

105.740 111.246 115.192 110.105 110.554 110.763

Asia Timur 159.754 177.063 192.265 195.463 194.020 189.621

Asia Selatan 180.449 190.276 194.009 192.041 191.735 190.748

Asia Tenggara 69.029 76.079 81.942 84.013 83.726 88.912

Asia Barat 19.068 21.402 23.481 33.388 34.179 35.713

Oseania 379 421 462 505 524 556

Tabel 2. Proporsi Penduduk di Daerah Kumuh Perkotaan Negara Berkembang (%)

Kawasan 1990 1995 2000 2005 2007 2010

Negara berkembang 46,10 42,80 39,30 35,70 34,30 32,70

Afrika Utara 34,40 28,30 20,30 13,40 13,40 13,30

Afrika Sub-Sahara 70,00 67,60 65,00 63,00 62,40 61,70

33,70 31,50 29,20 25,50 24,70 23,50

Asia Timur 43,70 40,60 37,40 33,00 31,10 28,20

Asia Selatan 57,20 51,60 45,80 40,00 38,00 35,00

Asia Tenggara 49,50 44,80 39,60 34,20 31,90 31,00

Asia Barat 22,50 21,60 20,60 25,80 25,20 24,60

Oseania 24,10 24,10 24,10 24,10 24,10 24,10

Sumber:

Fakta

. P

san

a

U

Su

im

ela

en

ar

Oseania

Tabel 1. Pertambahan Penduduk Perkotaan Dunia (dalam jutaan)

Kawasan 1980-2005 2005-2030*

Oseania 7 8

Eropa 55 21

Amerika Utara 78 80

198 175

Afrika 215 215

Asia 860 1084

*proyeksi

Page 45: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

45

Edisi 3Tahun 2010Praktek Unggulan

Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998 jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) terus meningkat. Pada tahun 2006 di kota Solo terdapat 5.817 PKL yang sebagian besar berasal dari sekitar kota

Solo dan beberapa daerah di provinsi Jawa Tengah. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya PKL yang menguasai trotoar dan ruang publik lain, hal ini bisa dilihat hampir di setiap sudut jalan. Keberadaan PKL sering mengganggu lalu lintas di jalan raya dan sering juga eksistensinya memimbulkan kesan kumuh sehingga merusak pemandangan kota. Sampah yang dihasilkan oleh PKL juga mencemari kota sehingga menimbulkan masalah baru. Upaya untuk merelokasi PKL terkadang selalu gagal dan sering

setempat dan para PKL.

Pendekatan masa lalu

telah membuat Walikota Solo yang baru Joko Widodo mencoba pendekatan yang berbeda dengan mendorong partisipasi PKL. Baginya sangatlah penting untuk memanusiawikan para PKL bukan malah memusuhinya, sehingga dalam menangani PKL, Walikota yang akrab disapa dengan Jokowi ini, membuka komunikasi yang luas dengan para PKL. Beberapa kebijakan yang diadopsi dalam mengelola PKL di kota Solo adalah: membangun komunikasi dua arah yang lebih baik (antara pemerintah dan PKL), menciptakan ruang (meliputi pengakuan

pelatihan bagi PKL.

Monumen 45 Banjarsari, sebuah taman sejarah dipilih sebagai tempat pertama untuk program Pengelolaan PKL. Rencananya

S2006 di kota Solo terdapat 5.817 PKL yang sebagian besar berasal dari sekitar kota

Solo dan beberapa daerah di provinsi Jawa Tengah. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya PKL yang menguasai trotoar dan ruang publik lain, hal ini bisadilihat hampir di setiap sudut jalan Keberadaan PKL

partisipasi PKL. Baginya sangatlah penting untuk memanusiawikan para PKL bukan malah memusuhinya, sehingga dalam menangani PKL, Walikota yang akrab disapa dengan Jokowi ini, membuka komunikasi yang luas dengan para PKL. Beberapa kebijakan yang diadopsidalam mengelola PKL di kota Solo adalah: membangun

SoloMemberdayakan Sektor Informal, Mengelola Pedagang Kali Lima

Page 46: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

4646

adalahuntuk melakukan relokasi terhadap 989 PKL yang menguasai dan menempati taman tersebut (ini merupakan tempat dengan jumlah PKL terbesar di Solo) ke pasar baru di Kithilan, Semanggi. Untuk melakukan

sebuah hal yang mudah sebab hal ini memerlukan pendekatan dengan PKL dan mencapai sebuah kesepakatan bersama dan yang terpenting adalah mendapatkan kepercayaan dari PKL. Proses ini pun dimulai dan dipimpin langsung oleh Walikota Solo yang membuka kediaman resmi sebagai tempat pertemuan untuk diskusi di antara para pemangku kepentingan.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengembalikan fungsi asal ruang publik sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat, serta

menciptakanlingkungan

yang cocok untuk PKL yang diharapkan akan dapat mampu memperbaiki taraf kehidupan mereka. Empat strategi yang diterapkan dalam program ini adalah (i) membangun komunikasi yang lebih baik antara pemangku kepentingan, (ii) menciptakan ruang yang lebih baik untuk PKL dengan cara memberikan tenda-tendamaupun perbaikan gerobak sehingga menjadi daya tarik tersendiri, (iii) memberikan kepastian hukum untuk bisnis PKL, (iv) memberikan pelatihan untuk PKL tentang mengelola dan mengembangkan bisnis mereka.

Program ini dibiayai dengan 2 cara, pertama anggaran pendanaan rutin dari Pemerintah Kota, kedua adalah dana swadaya PKL. Untuk dukungan teknik diperoleh melalui universitas terkemuka di kota Solo. Selama 3 bulan sebuah riset dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang perilaku dan kemampuan PKL; bagaimana desain terbaik untuk tempat tujuan relokasi dan pelatihan yang tepat untuk mereka. Dinas-dinas terkait seperti Dinas Parkir, Dinas PK5, Dinas Tata Kota dan Dinas Pasar terlibat aktif secara intensif dalam perencanaan strategi yang meliputi perencanaan, pembuatan desain,

pembiayaan dan koordinasi dengan para PKL. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) juga terlibat dalam memberikan pendapat

tentang strategi investasi sosial dan pendekatan dua arah untuk meminimalisasi

kemungkinan terjadinya

Dalam progam ini hal terberat adalah membangun kepercayaan dari para

PKL. Program dilasanakan dengan tahapan:

Persiapan, terdiri dari

(kewarganegaraan, jenis dagangan, gaya berjualan dan ukuran tempat) oleh lembaga akademis/universitas yang ada di kota Solo. Pertemuan resmi dengan DPRD juga dilakukan untuk melakukan konsultasi terhadap anggaran yang sesuai,

Praktek Unggulan

p y gmenguasai dan menempati taman

g gyang cocok untuk PKL yang

wan (DPika

tratan

ntukmun

alamhal

alahpercProg:

Persiapan

...membangunkomunikasi

yang lebih baik antara pemangku

kepentingan...

SOLO

Page 47: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

47

Edisi 3Tahun 2010

47

mendapatkan dukungan politik, serta merumuskan tujuan dan strategi.

. Pengembangan komunikasi yang lebih baik dengan mengundang LSM untuk membantu dalam program sebagai fasilitator masyarakat, mengundang para pemimpin informal/wakil PKL ke kediaman resmi Walikota untuk melakukan dialog. Dan setelah lebih dari 50 pertemuan, para PKL setuju untuk dipindahkan. Sebuah perjanjian ditandatangani, kota Solo setuju untuk menyediakan tempat relokasi yang sesuai, dan menyediakan kios gratis.

Universitas Sebelas Maret Surakarta membantu secara teknis terkait desain dan pembangunan pasar baru. Luas pasar yang baru adalah sebesar 11.950 m2 dan bisa menampung lebih kurang

1.018 kios, dengan total biaya pembangunan sebesar 9 miliar rupiah. Secara bersamaan, pelatihan PKL dilaksanakan, penempatan mereka di pasar baru didiskusikan dan termasuk melakukan promosi untuk menarik pembeli.

. Prosesi relokasi 989 PKL dilakukan dengan cara tradisional yang disebut sebagai Kirab. Prosesi melambangkan gerakan damai ke tempat baru dan bahwa pemerintah sedang berdiri di belakang warga negaranya. Di tempat baru, pemerintah setempat menyediakan insentif berupa kios gratis, modal kerja, izin perdagangan bebas dan masa tenggang pajak perdagangan

untuk enam bulan pertama. Mereka juga menyelenggarakan festival pasar akhir pekan di Semanggi.

. Menjamin keberlanjutan dengan bergabungnya asosiasi PKL ke dalam Koperasi

Masyarakat Mandiri. Pelatihan dan peningkatan kapasitas diberikan untuk kemajuan bisnis PKL yang telah direlokasi dan kantor-kantor dinas kota memublikasikan informasi terhadap program yang telah dilaksanakan.

dari inisiatif program ini adalah kepercayaan dan penerimaan warga negara, khususnya sektor informal. Pendekatan inklusif pemerintah telah memberikan akses yang lebih baik untuk semua institusi dan kesempatan untuk menegosiasikan keputusan yang menyangkut kehidupan sektor informal. PKL diharapkan tidak akan lagi merusak pemandangan. Mereka sekarang memiliki tempat yang lebih baik untuk bekerja, bukan hanya di Pasar Semanggi (di mana PKL bidang otomotif telah mampu meningkatkan pendapatan mereka hingga 200% - 400%), tetapi juga di

yang baru didesain agar lebih menarik dan menciptakan suasana tradisional yang unik bagi warga dan wisatawan.

Kota Solo telah mampu meningkatkan pendapatan dari PKL. Selain itu, mereka telah mampu mendapatkan kembali Taman Kota

ditanam, area untuk anak-anakuntuk bermain dibangun dan publik bisa menikmati lingkungan yang hijau dan segar.

( )

Page 48: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

48

Galeri Foto

Rumah informal di lokasi yang berbahaya, berhimpit

dengan rel kereta api.

Kota kita butuh cetak biru perencanaan yang baik?

Kali ciliwung yang terpinggirkan?

Rumah tepi sungai sebagai sumber pencemaran dan kekumuhan terus

bertambah.

Rumah Susun sumber kekumuhan baru?

Keadaaan yang kontras antara apartemen mewah dan perumahan kumuh di daerah kampung Luar Batang, Jakarta.

Page 49: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Edisi 3Tahun 2010

49

Hari Habitat Dunia atau selalu diperingati setiap hari Senin

pertama bulan Oktober. Hari Habitat Dunia ini merupakan salah satu dari peringatan hari internasional yang

ditetapkan oleh PBB dan diperingati sebagai wujud kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak untuk semua lapisan masyarakat. Peringatan Hari Habitat Dunia ini juga memiliki tujuan untuk mengingatkan perlunya tanggung jawab bersama bagi masa depan habitat manusia.

Adanya Konferensi Habitat I atau di Vancouver, Kanada pada

tahun 1976 tidak bisa dilepaskan dari sejarah munculnya peringatan Hari Habitat Dunia. Dalam konferensi yang diselenggarakan sekitar 34 tahun lalu ini, dunia mulai menyadari tentang fenomena meningkatnya urbanisasi beserta segala dampaknya terutama yang terjadi di negara berkembang. Sebelumnya, persoalan mengenai

urbanisasi dan dampaknya hampir tidak pernah menjadi prioritas PBB. Konferensi Habitat I menjadi konferensi internasional pertama dari PBB dalam hal permukiman dan kemudian melahirkan

yang menyerukan kepada semua organisasi baik di dalam dan di luar sistem PBB untuk mendukung upaya nasional dalam perancangan, penerapan formulasi, dan evaluasi proyek-proyek untuk meningkatkan kualitas

permukiman. Konferensidi Vancouver ini sekaligus mendasari dibentuknya

(UN–HABITAT), badan PBB yang membidani bidang permukiman.

Sembilan tahun kemudian, pada tahun 1985, dalam

tanggal 8 Mei 1985, muncul usulan mengenai penyelenggaraan Hari Habitat Dunia. Usulan ini kemudian diadopsi dan ditetapkan dalam Resolusi Sidang PBB tahun 1985 (

i i PBB K f i H bi I j di k f i

Agenda

TEMA HARI HABITAT DUNIA

2010 – (Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik)2009 – Planning Our Urban Future (Merencanakan Masa Depan Perkotaan Kita)2008 – Harmonious Cities (Kota yang Harmonis) 2007 – A Safe City is a Just City (Kota yang Aman adalah Kota yang Berkeadilan)2006 – Cities, Magnets of Hope (Kota, Magnet Harapan)2005 – The Millenium Goals and the City (Tujuan Pembangunan Milenia dan Kota)2004 – Cities-Engines of Rural Development (Perkotaan – Mesin Pembangunan Perdesaan)2003 – Water and Sanitation for Cities (Air dan Sanitasi bagi Perkotaan)2002 – City-to-City Cooperation (Kerjasama Antar Kota)2001 – Cities without Slums (Kota tanpa Permukiman Kumuh)2000 – Women in Urban Governance (Perempuan dalam Kepemerintahan Perkotaan)1999 – Cities for All (Kota untuk Semua)1998 – Safer Cities (Kota yang Lebih Aman)1997 – Future Cities (Kota Masa Depan)1996 – Urbanization and Human Solidarity (Urbanisasi dan Solidaritas Kemanusiaan)1995 – Our Neighborhood Curitiba (Lingkungan Kita, Curitiba)1994 – Home and the Family (Rumah dan Keluarga)1993 – Women and Shelter Development (Perempuan dan Pembangunan Rumah)1992 – Shelter and Sustainable Development (Rumah dan Pembangunan Berkelanjutan)1991 – Shelter and the Living Environment (Rumah dan Lingkungan Hidup)1990 – Shelter and Urbanization (Rumah dan Urbanisasi)1989 – Shelter, Health and the Family (Rumah, Kesehatan, dan Keluarga)1988 – Shelter and Community (Rumah dan Komunitas)1987 – Shelter for the Homeless (Rumah untuk Tunawisma)1986 – Shelter is my Right (Rumah adalah Hak Saya)

Hari Habitat Dunia Meningkatkan Kepedulian Bersama untuk Masa Depan Habitat

Page 50: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

50

sehingga Hari Habitat Dunia mulai dirayakan pada tahun 1986. Dimulainya peringatan Hari Habitat Dunia pada tahun 1986 sekaligus menandai peringatan 10 tahun dilaksanakannya

Peringatan Hari Habitat Dunia yang pertama digelar pada tahun 1986 di Nairobi, Kenya dengan tema “Rumah adalah Hak Saya” ( ). Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1996, digelar konferensi Habitat II di Istanbul, Turki yang menghasilkan Agenda Habitat. Agenda Habitat merupakan komitmen 176 kepala negara termasuk Indonesia untuk mendukung masa depan habitat manusia yang lebih baik.

Konferensi Habitat II ini menjadi semacam titik balik tentang fokus dari isu permukiman. Tema peringatan Hari Habitat Dunia yang ditentukan PBB pada tahun-tahun awal lebih menekankan pada “ ” atau hunian/rumah. Sejak tahun 1996, tema Hari Habitat Dunia menjadi lebih bergeser ke masalah perkotaan/

(lihat kotak). Kencederungan ini mungkin muncul karena adanya perkembangan pemikiran bahwa masalah permukiman adalah masalah kota ( ) dan masalah kekotaan ( ). Agenda Habitat sebagai keluaran dari Habitat II pun mencerminkan manifestasi dari kecenderungan tersebut. Melalui Agenda Habitat, negara-negara di dunia berusaha untuk mewujudkan

(Hunian yang Layak bagi Semua) dan (Urbanisasi yang Berkelanjutan).

Peringatan Hari Habitat Dunia memiliki tema yang berbeda setiap tahunnya, meski demikian tema-tema yang diangkat tersebut tetap sejalan dengan dua pesan utama Agenda Habitat yaitu

(Hunian yang Layak bagi Semua) dan (Urbanisasi yang Berkelanjutan).

Peringatan Hari Habitat Dunia menjadi momentum mempromosikan pesan-pesan utama dari Agenda Habitat tersebut. Peringatan Hari Habitat dari tahun ke tahun pun justru menjadi semakin penting. Tiga puluh empat tahun lalu, ketika Habitat I diselenggarakan, dua per tiga penduduk dunia masih tinggal di perdesaan. Kini, proporsi tersebut berbalik, sudah lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di perkotaan dan pada 2030 diperkirakan dua per tiga penduduk dunia tinggal di kota yang tentunya akan memberikan konsekuensi yang lebih besar.

Pada tahun 2010 ini, Hari Habitat Dunia jatuh pada Senin, 4 Oktober 2010 dan mengangkat tema “

” atau “Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik”. Tema ini menekankan pada pentingnya kualitas kota untuk menunjang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan peluang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.

Agenda

Page 51: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

Rangkaian Acara Hari Habitat Dunia di Indonesia

Better City, Better Life’

Fun Bike 18 Oktober - Acara Puncak HHD - Auditorium Bina Karna,

Komplek Bidakara, Jakarta, Peluncuran,

Bedah Buku, dan Pameran Buku ‘Kilas Balik

Perumahan Rakyat 1900-2000’ dan ‘Mengusik

Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup

dan Permukiman’

Youth Urban Forum

Page 52: Inforum Edisi 3 Tahun 2010

SUDAHKAN HAK ASASI MEREKA

TERPENUHI?Undang Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Pasal 129 setiap orang berhak menempati, menikmati, dan/atau memiliki/memperoleh rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.