Edisi 80 (Oktober 2010)

download Edisi 80 (Oktober 2010)

of 16

Transcript of Edisi 80 (Oktober 2010)

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    1/16

    Harga Rp. 2000

    Selamat

    Hari Tani

    Nasional

    danSetengah

    Abad UUPA

    www.spi.or.id

    Edisi 80Oktober 2010

    Petani SPITeriakkan Haknyadi Istana Presiden

    Presiden Komit-men MempercepatReforma Agraria

    La Via CampesinaDesak PBB SegeraAtasi Krisis Pangan Rais Amsar,

    Majelis Nasional Petani SPI

    "Selamat Hari Tani Nasional bagiseluruh petani Indonesia "3 4 5

    INDEKS BERITA

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Ribuan petani SPI yang berasal dariJawa Barat dan Banten turun ke jalananibukota untuk memperinga Hari TaniNasional dan Setengah Abad Undang-

    Undang Pokok Agraria (UUPA) (24/09)

    JAKARTA. Pagi itu, 24 Septem-ber 2010, langit Jakarta begitucerah seakan mendukung per-ayaan Hari Raya Kaum Tani In-donesia. Ribuan massa SerikatPetani Indonesia yang berasal

    dari Banten dan Jawa Barat te-lah berkumpul untuk meraya-kan hari dimana Undang-Un-dang yang pro terhadap rakyat(baca: petani) disahkan olehPresiden Soekarno.

    50 tahun lalu, Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)dilahirkan dan diharapkan da-pat menjadi tonggak peruba-han kehidupan kaum tani yanglebih baik, dimana telah terjadiketimpangan struktur agrariaakibat budaya feodalisme dan

    praktik penjajahan kolonialBelanda selama 350 tahun.Walaupun kenyataannya kinikaum petani Indonesia masihsangat jauh dari sejahtera, tapisetidaknya semangat merekamasih tetap menyala untukmenuju perubahan di HariTani yang ke-50 ini.

    Hidup Petani !!!

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    2/16

    2 PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arin Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zen Redaktur Pelaksana &

    Sekretaris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan,

    Wilda Tarigan, Syahroni Reporter: Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Tri Es Ningrum, Megawa,Andriana Keuangan: Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi: Jl. Mampang

    Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    Saatnya Petani Bersatu

    JAKARTA. Serikat Petani In-donesia (SPI) bersama AliansiPetani Indonesia (API) danWahana Masyarakat Tani Indo-nesia (WAMTI) melaksanakanSemiloka Forum Petani Na-sional di gedung YTKI Jakarta(21/09). Kegiatan ini merupa-kan rangkaian dari peringatansetengah abad Hari Tani Na-

    sional pada 24 September.Henry Saragih, Ketua

    Umum SPI mengungkapkanbahwa acara ini merupakanreleksi Hari Tani yang ke-50sekaligus ajang menuju kon-solidasi petani nasional.

    Pencapaian Ormas Taniseperti SPI dan lainnya sudahcukup membanggakan danberhasil merepresentasikankepentingan petani kecil. Per-juangan konsolidasi yang dim-ulai dari kampung-kampung

    akhirnya berhasil membawasuara petani sampai ke tingkatinternasional. Pengakuan HakAsasi Petani oleh PBB meru-pakan contoh nyata dari kerjakeras kita selama ini ungkapHenry.

    Henry yang menjadi nara-sumber dalam acara ini juga

    HARI TANI 24 SEPTEMBER

    menyampaikan bahwa angga-pan umum tentang krisis pan-

    gan yang saat ini terjadi di dun-ia merupakan omong kosongbelaka. Menurutnya pangandunia saat ini cukup berlimpahnamun bukan digunakan untukmemenuhi konsumsi manusiamelainkan dijadikan bahan ba-kar alternatif (biofuel) dan di-gunakan untuk industry skalabesar.

    Jadi saat ini kontrol pan-gan tidak lagi di tangan petanikecil, melainkan berada diperusahaan-perusahaan trans-

    nasional (TNCs) yang hanyaberorientasikan keuntunganbelaka ujar Henry yang jugaKoordinator Umum La ViaCampesina (Gerakan Petani In-ternasional).

    Agusdin Pulungan dariWAMTI mengungkapkan bah-wa petani bergantung padanegara. Saat ini pembangunansarana pertanian yang betul-betul untuk petani tidak di-lakukan oleh Pemerintah kita.Distribusi anggaran yang tidakmerata dimana 70 persen dia-lokasikan untuk pembangunanperkotaan dan sisanya untukpedesaan adalah bukti nyataungkapnya.

    Selain diikuti oleh 13 or-ganisasi tani di Indonesia, ac-ara ini juga dihadiri oleh paraakademisi seperti Profesor Gu-nawan Wiradi dan Prof. Dr. Se-diono MP. Tjondronegoro dariInstitut Pertanian Bogor (IPB).Acara ini juga menghadirkan M.Husein Sawit yang merupakanpeneliti riset bidang ekonomi

    dan kebijakan pertanian seba-gai narasumber.

    Saya sangat senang danbangga bisa hadir di forumpetani nasional ini. Inilah saat-nya kaum tani bersatu danbersama-sama membangunmasyarakat tani di Indonesiaungkap Gunawan Wiradi.#

    Dapur Tani

    -Henry Saragih -

    Saat hendak menulis releksi Hari Tani Nasional, 24September, yang terbayang adalah keadaan kelam, suram,

    dan seram.Bulan depan di Roma, Organisasi Pangan dan Perta-

    nian (FAO) akan bersidang membahas kelaparan yang saatini dialami lebih dari satu miliar jiwa. Padahal, tahun 1996jumlahnya 825 juta. TargetMillennium Development Goals(MDGs) untuk menghapus kelaparan 50 persen pada tahun2015 tidak tercapai.

    Awal Desember 2010 akan berlangsung sidang Con-ference of Parties (COP) Ke-16 tentang Perubahan Iklimdi Cancun, Meksiko. Banyak pihak yang pesimistis karenaCopenhagen Accordyang dihasilkan COP sebelumnya tidakbisa menjadi pegangan.

    Di Tanah Air, rakyat yang antre berdesak-desakan saatpembagian zakat menjadi bukti betapa kemiskinan lebih

    suram daripada angka kemiskinan dari Badan Pusat Statis-tik.Cuaca tidak menentu telah menggagalkan rencana

    tanam dan panen. Adakah harapan bagi petani di tengahkekelaman itu?

    Umumnya orang miskin di Indonesia adalah merekayang tinggal di desa. Banyak penduduk desa yang men-ganggur karena tak memiliki tanah untuk bertani. Mayori-tas hanya menguasai tanah di bawah 0,5 hektar atau 0,5-1hektar. Mereka masuk kategori orang miskin dan rawanmiskin. Merekalah yang mendapat jatah beras untuk orangmiskin (raskin), penerima bantuan langsung tunai (BLT),dan pengobatan gratis. Banyak orang menilai, semua pro-gram itu bersifat karikatif, tidak membebaskan rakyat dari

    kemiskinan. Akan tetapi, sangat sedikit yang memberikanalternatif yang sungguh membebaskan.

    Tanah untuk petani

    Untuk menyejahterakan petani, pemerintah perlusegera melaksanakan landreform dengan membagikantanah kepada orang-orang yang tak bertanah dan petanigurem. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyonotidak perlu ragu menjalankan Program Pembaruan AgrariaNasional (PPAN) yang sudah dicanangkan pada awal Janu-ari 2007 dan awal Januari 2010.

    Kalau sebelumnya pemerintah menyebut angka 9,6juta hektar untuk landreform, sebaiknya jumlahnya di-genapkan menjadi 10 juta hektar. Target ini harus dicapaiselama lima tahun ke depan, dengan syarat tanahnya suburdan tidak merusak hutan lindung.

    - Bersambung ke edisi berikutnya -

    Tulisan ini dimuat di harian Kompas, Jumat 24 September 2010

    Gunawan Wiradi

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    3/16

    3PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    Petani SPI Teriakkan Haknya di Istana Negara

    JAKARTA. Ribuan massa Se-rikat Petani Indonesia (SPI)tumpah ruah melakukan aksidi jalanan Jakarta untuk mem-peringati Peringatan Hari TaniNasional dan setengah abadUndang-Undang Pokok Agrar-ia (UUPA) (24/09). Massa SPIyang berasal dari Banten danJawa Barat ini mulai berkum-pul di mesjid Istiqlal Jakarta se-jak Kamis malam (23/09) danbergerak ke istana pukul 9 pagihari jumatnya.

    Agus Ruli Ardiansyah,

    HARI TANI 24 SEPTEMBER

    Henry Saragih (mengangkat tangan), Ketua Umum SPI melakukan orasi polik danmenyampaikan tuntutan kaum tani di depan istana negara di Jakarta pada peri-ngatan Hari Tani yang lalu (24/09).(Bawah) Long march ribuan massa SPI menuju istana negaraI,membawa balihobesar berisikan sembilan tuntutan kaum tani Indonesia

    Sepasang buruh tani sedang membersihkan padi hasil panen. Petani jumlahnyamencapai 50 persen atau sekitar 112 juta jiwa dari seluruh penduduk Indonesia

    koordinator aksi menyebutkanbahwa tanggal 24 Septemberini adalah Hari Rayanya kaumtani di Indonesia.

    Jadi sebagai masyarakattani kita wajib merayakan HariRaya kita. Oleh karena itu hariini kita melakukan aksi damaimenuju istana negara untukmendesak Presiden agar benar-benar serius memperhatikankesejahteraan kaum tani. Hariini kita teriakkan hak petaniyang selama ini sering dilupa-

    kan pemerintah teriak Ruli

    sebelum melepas massa aksi.Dalam aksi ini massa SPI

    membawa sembilan tuntutanyakni agar pemerintah segerameredistribusikan 9,6 juta hek-tar tanah kepada rakyat tanimelalui pembaruan agraria na-sional yakni: mentertibkan danmemberdayakan 7,3 juta hek-tar tanah terlantar untuk pem-baruan agraria dan produksipangan untuk kedaulatan pan-gan, kedaulatan energi sertaperumahan rakyat; melindungipertanian kecil berbasis ke-luarga dan tolak korporatisasi

    pertanianterutama proyekfood estate; menghentikan kek-erasan dan kriminalisasi ter-hadap petani; menyegerakandibuatnya Undang-Undang ten-tang Perlindungan Hak AsasiPetani; mencabut Undang-Un-dang Perkebunan, Kehutanan,Sumber Daya Air, Pangan, Per-tambangan, Penanaman Modal,Minerba, Konservasi SumberDaya Alam, Perlindungan La-han Pertanian Berkelanjutan,Sistem Budidaya Tanaman, Per-lindungan Varietas Tanaman,Perikanan, dan Pengelolaan

    Wilayah Pesisir dan Pulau-Pu-lau Kecil karena bertentangan

    dengan Pancasila dan mandatUUD 1945, serta UUPA 1960;menolak Rancangan UndangUndang yang berpotensi mer-ugikan kaum tani, sepertiRancangan Undang-UndangPengadaan Tanah, Pertanahan,Hortikultura.

    Kami juga menuntut agarpemerintah segera memben-tuk komisi Ad hoc penyelesaiankonlik agraria dan pelaksanareforma agraria; melindungidan memenuhi hak mendasar

    petani serta akses terhadapsumber-sumber agraria, benih,pupuk, tekhnologi, modal danharga produksi pertanian; ser-ta agar pemerintah mengakuibahwa tanggal 24 Septemberadalah Hari Tani Nasionalungkap Ruli yang juga KetuaDepartemen Politik, Hukumdan Keamanan SPI.

    Selain SPI, aksi ini juga dii-kuti oleh 44 organ pendukung.

    Sementara itu, wakil SPIditerima oleh Staf Ahli Presi-denan dan pihak BPN di dalamistana. #

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    4/16

    4 PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA

    SPI Pertanyakan Komitmen Presidententang Percepatan Reforma Agraria

    JAKARTA. Di istana, massa aksiSPI pada peringatan Hari Tanidan setengah abad Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)diterima Velix Wanggai, StafKhusus Presiden BidangPembangunan Daerah danOtonomi Daerah, bersamaJusuf Gunawan Djangkar,Staf Khusus Presiden BidangPangan dan Energi. Hadir jugaYuswanda Tumenggung, Deputi

    Pengaturan dan PenataanPertanahan, Badan PertanahanNasional (BPN) dan beberapaDeputi Sekretariat Kabinet(24/09).

    Massa aksi Serikat PetaniIndonesia (SPI) diwakili olehHenry Saragih, Ketua UmumSPI, tiga orang petani anggotaSPI, serta perwakilan dari

    Henry Saragih (memakai kopiah), Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) bersama wakil SPI dan gerakan rakyat lain-nya (sebelah kanan) berdialog dengan Velix Wanggai (keenam dari kiri), Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerahdan Otonomi daerah bersama beberapa perwakilan dari staf ahli menterri dan BPN (sebelah kiri) di Istana negara, Jakarta(24/09).

    organisasi pendukung AksiHari Tani Nasional ini.

    Henry Saragihmenyampaikan bahwapemerintah perlu segeramelaksanakan land reformdengan membagikan tanahkepada orang-orang yang takbertanah dan petani gurem.Pemerintahan PresidenSusilo Bambang Yudhoyonotidak perlu ragu menjalankan

    Program Pembaruan AgrariaNasional (PPAN) yang sudahdicanangkan pada awal Januari2007 dan awal Januari 2010.

    Jika lahan 10 juta hektaritu didistribusikan kepadaempat juta kepala keluargapetani, masing-masing akanmenerima 2,5 hektar. Multiefekpositif akan terjadi mulai dari

    lapangan kerja yang tersediahingga jumlah pendudukmiskin yang meningkatkesejahteraannya ungkapHenry.

    Pemerintah juga harusmembatasi impor pangan.Ketergantungan padapasar pangan dunia harusdihentikan. Kalau tidak,Indonesia akan terus dalamcengkeraman spekulan pangan

    dunia kata Henry yang jugaKoordinator Umum La ViaCampesina (Gerakan PetaniInternasional).

    Menanggapi penjelasanHenry, Velix menyebutkanbahwa penertiban tanahterlantar telah menjadi salahsatu agenda nasional, sehinggaapabila terdapat kasus-kasus

    penyelesaian konlik agrariayang berlarut-larut, pihaknya

    terbuka untuk menerimamasukan mengenai pola-polaresolusi konlik agraria yangefektif dari organisasi petani.

    Presiden SBY memberikankomitmen yang tinggi untukpercepatan pelaksanaanreforma agraria dan penataanpertanahan nasional kataVelix.

    Velix juga menyampaikan,saat ini pemerintah sedangmenyiapkan RUU Pertanahandan PP Reforma Agrariayang direncanakan selesaipada Desember 2010. RUUPertanahan juga mencakupsinkronisasi dan harmonisasiberbagai peraturanperundangan terkait tanah,seperti UU Peraturan DasarPokok-Pokok Agraria, UUPerlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup, UU PenataanRuang, UU Perkebunan, sertaUU Pertambangan, Mineral,dan Batubara.

    Kebijakan land reformdan pemberian akses

    kepada masyarakat untukmemanfaatkan tanahnyamenjadi aspek penting yangtercakup dalam PP ReformaAgraria, tambah Velix.

    Henry Saragihmenambahkan bahwa semogajanji Presiden kali ini tidakhanya manis di mulut sajatanpa adanya pelaksanaanyang nyata.

    "SPI bersama organisasidan gerakan rakyat lainnyaakan melihat selama setahun

    ke depan mengenai realisasidari janji-janji Bapak Presidenkarena masalah ini menyangkuthajat hidup para petanikita yang selama ini sudahterlalu sering dilupakan olehpemerintah" tambah Henry.#

    TOLAK FOOD ESTATE ! ! !www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    5/16

    PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 80 OKTOBER 2010

    La Via Campesina Desak PBB Segera Atasi Krisis Pangan

    Henry Saragih (Ketua Umum SPI dan Koordinator Umum La Via Campesina) berpidato di forum resmi FAO.

    Henry mengoyak dan memakan kertas deklarasi FAO tentang Food Securityyang dianggap gagal mengurangi,

    bahkan menambah angka kelaparan dunia

    JAKARTA. Dari 11 - 16 Oktober2010 ini, sidang pleno KomiteKeamanan Pangan DuniaPBB diadakan di Roma, Italia.Perwakilan petani dari La Via

    Campesina juga hadir bersamaperwakilan dari gerakanmasyarakat sipil lainnya didunia untuk meminta solusinyata bagi krisis pangandunia yang sudah semakinpermanen.

    Henry Saragih, KoordinatorUmum La Via Campesinamenyebutkan bahwa dalampertemuan ini, pihak La ViaCampesina juga akan mendesakPBB segera mengambillangkah-langkah konkret

    untuk mengatasi masalah

    spekulasi komoditas pangandan perampasan tanah.

    Perampasan tanah petanioleh pihak-pihak yang tidakbertanggung jawab semakin

    memperparah krisis pangandunia, karena sumber-sumber produksi milik petanidirampas ungkap Henry.

    S e b e l u m n y a ,organisasi akar rumputmenyelenggarakan sebuahforum Organisasi MasyarakatSipil yang diselenggarakandari 8-10 Oktober ini, - juga diRoma - dan membahas usulan-usulan yang kemudian akandipresentasikan ke Pemerintahdan PBB.

    Dengan adanya reformasi

    Komite Ketahanan PanganDunia (CFS) dari PBB,masyarakat dan organisasisipil kini lebih permanenberkonsultasi, tetapi partisipasi

    penuh para produsen makananskala kecil (baca: petani) masihbelum dijamin.

    Saat ini kebijakanpangan kita dikendalikan olehpandangan dari negara-negaradonor kaya, lembaga-lembagatidak demokratis sepertiBank Dunia, dan perusahaanpertanian multinasionaldengan anggaran lobi selangittutur Henry yang juga KetuaUmum Serikat Petani Indonesia(SPI).

    Henry menambahkan,

    agenda CFS menunjukkanpeningkatan kepentinganpara pemodal besar akanpangan dan produk pertanianmelalui perampasan tanah,berspekulasi dengankomoditas pangan, dan

    seringnya bahan pangandigunakan sebagai agrofuel(bahan bakar alternatif).Spekulasi keuangan telahdiakui secara luas sebagaipenyebab utama dari krisispangan pada 2007-2008 dankarenanya harus berhenti ditingkat internasional atauregional jika kita benar-benaringin mencegah hal ini terjadilagi tutur Henry.

    Henry jugamenggarisbawahi mengenai

    pengadopsian mekanismeuntuk mengatur pasarpertanian yang selaludikendalikan WTO (OrganisasiPerdagangan Dunia)dan berbagai kebijakanperdagangan bebas regionallainnya.

    Selain itu, pencarianglobal untuk akuisisi besarlahan pertanian sama sekalitidak akan memperkuatprodusen lokal dan hanyadapat memburuk akses mereka

    terhadap tanah dan karenanyaharus dihentikan segera paparHenry.

    CFS ini bisa menjadi ruangbagi pelaksanaan kedaulatanpangan, tetapi harus mampumenghadirkan solusi nyatadan mau mendengarkansuara petani kecil, serta tidakmemberikan legitimasi bagip e r u s a h a a n - p e r u s a h a a nraksasa yang berbasiskankeuntungan belaka tambahHenry.#

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    6/16

    6 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 80 OKTOBER 2010

    PERUBAHAN IKLIM

    Solusi Rakyat Melawan Perubahan Iklim

    JAKARTA. Gerakan sosialdari seluruh dunia akan

    melakukan mobilisasi massapada pertemuan COP 16 dariKonvensi Kerangka KerjaPBB tentang PerubahanIklim (UNFCCC) yang akanberlangsung di Cancun dari29 November - 10 Desember2010.

    Henry Saragih, KoordinatorUmum La Via Campesinamengatakan pada COP15 di Kopenhagen tahunlalu, UNFCC menunjukkanketidakmampuan pemerintah

    untuk mengatasi akarpenyebab dari kekacauan iklimsaat ini.

    Bahkan menurut Henry,pada saat terakhir, AmerikaSerikat dengan sangat tidakdemokratis mendorongsebuah kebijakan yang disebut"Persetujuan Kopenhagen",yaitu berupaya untukmemindahkan perdebatantentang perubahan iklim keluardari PBB dan janji-janji Kyotoserta mendukung pasar bebassebagai solusi.

    Negosiasi Iklim BerubahMenjadi Pasar yangPotensial

    Negara-negara maju, secarahistoris bertanggung jawabatas sebagian besar emisi gasrumah kaca. Mereka cenderungmenciptakan trik untukmenghindari mengurangiemisi mereka sendiri.Misalnya, "Clean DevelopmentMechanism" (CDM) (MekanismePembangunan Bersih) dibawah Protokol Kyoto yangmemungkinkan negara maju

    untuk terus menghasilkangas rumah kaca dengan

    hanya membayar kompensasirendah kepada negara-negaraberkembang.

    Yang sebenarnyaterjadi adalah perusahaan-perusahaan transnasionalmemperoleh keuntunganganda, mencemari lingkungansekaligus memberikan solusiyang salah ucap Henry.

    Henry kemudianmencontohkan perusahaanMonsanto yang mencobameyakinkan kita bahwa

    perkebunan monokulturkedelai transgenik round-up siap memenuhi syaratuntuk kredit karbon karenamereka berkontribusi padapengurangan gas rumah kacayang memanaskan bumidengan mengumpulkan bahanorganik di dalam tanah. Namunfakta mengungkapkan bahwamasyarakat yang tinggal dekatperkebunan monokulturkedelai adalah contoh hidupdari efek buruk monokulturini.

    Alasan palsu serupadigunakan untuk menjualkredit karbon berdasarkanmonokultur hutan, tanamanagrofuel, atau produksi hewanindustri.

    Namun sayangnya cukupbanyak pemerintahan negaraberkembang yang tertarikoleh potensi keuntungan,bertaruh atas solusi palsu danmenolak untuk menerapkanlangkah-langkah yang efektifmenghadapi perubahan iklim,seperti mendukung pertanianberkelanjutan, berorientasiproduksi pada pasar internal,

    dan menetapkan kebijakanpenghematan energi yang

    efektif untuk industry ungkapHenry.

    Kami Menuntut Penerapandari Solusi ribuan oranguntuk perubahan iklim

    Sekarang waktunyaUNFCCC untuk memulaikebijakan tegas dan lebihberkontribusi untukmemecahkan kekacauan iklim.Negara-negara di dunia perlumengambil komitmen yang

    kuat dan mengikat agar secararadikal mengurangi emisi gasdan mengubah modus produksidan konsumsi mereka.

    Perubahan iklim jugamemperburuk krisis migrasi(perpindahan penduduk).Kekeringan, banjir mengerikanyang disebabkan oleh badaiberat, pencemaran air, erositanah dan degradasi, sertadampak merusak lain daribencana lingkungan neoliberal.Bencana lingkungan inimengakibatkan perpindahanribuan orang, terutama kaumperempuan dan petani daridesa yang terpaksa merekamenuju kota dan mencarisarana untuk kelangsunganhidup bagi mereka dan keluargamereka.

    Henry Saragihmengungkapkan, diperkirakan50 juta orang telah dipaksauntuk bermigrasi karenadampak perubahan iklim.

    Jumlah para pengungsiiklim ini telah membengkakmenjadi 200 juta manusia,bahkan menurut IOM(International Organization

    of Migration-OrganisasiInternasional untuk Migrasi)

    krisis ini akan jauh lebih burukapabila tidak segera ditanganidan merupakan salah satukasus terburuk jelas Henry.

    Henry menambahkanbahwa La Via Campesina telahmemiliki solusinya. Aprillalu, lebih dari 35.000 orangberkumpul di Cochabamba,Bolivia di Konferensi Rakyattentang Perubahan Iklimdan Hak Ibu Bumi demimemperluas visi baru untukmenyelamatkan planet ini.

    Konferensi ini menghasilkanribuan solusi yang datangdari orang-orang efektif untukmenghadapi krisis iklim.

    Kami menuntut UNFCCCmendukung usulan PerjanjianRakyat di Cochabamba danmenolak semua solusi palsuuntuk saat ini sebut Henry.

    Beberapa solusi yangdihasilkan di Cochabambatersebut antara lainmempertahankan hak atastanah dan hutan, menolakgeoengineering (teknologisejenis GMO yang cenderungmerugikan petani kecil),menolak semua skemaperdagangan karbon danMekanisme PembangunanBersih, dan menolak segalapartisipasi Bank Duniadalam pengelolaan dana dankebijakan yang berkaitandengan perubahan iklim.

    Kita perlu jutaanmasyarakat petani danmasyarakat adat untukmemberi makan dunia danmendinginkan planet tambahHenry. #

    GLOBALIZE HOPE

    GLOBALIZE STRUGGLE

    www.viacampesina.org

    GLOBALKAN HARAPAN, GLOBALKAN PERJUANGAN

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    7/16

    7PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 80 OKTOBER 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA

    16 Oktober: Hari Internasional Melawan Perusahaan Agribisnis

    JAKARTA. Pada pertemuanKonvensi PBB mengenaiKeanekaragaman Hayati(Convention in Biodiversity-CBD) di Nagoya, Jepang,sekaligus untuk menandai HariPangan Sedunia pada tanggal16 Oktober 2010, La ViaCampesina mengajak seluruhdunia untuk mengecamperusahaan agribisnis sepertiMonsanto yang berperan dalamkehancuran dan korporatisasikeanekaragaman hayati dankehidupan.

    Henry Saragih, KoordinatorUmum La Via Campesinamengungkapkan, walaupunPBB menyatakan 2010 adalahTahun Keanekaragaman HayatiInternasional, CBD malahberperan dalam kerusakankeanekaragaman.

    Seperti halnyahewan, warga dunia jugamelihat hilangnya ribuanvarietas tanaman ketikaperusahaan agribisnismerusak, mencemarkan danmemprivatisasikan warisan

    dunia yang tersimpan di dalam

    bibit dan tanaman yang dijagagenerasi petani selama ribuantahun di Bumi ucapnya.

    Sejak 1900, sekitar 90%dari keanekaragaman genetikatanaman pertanian telahhilang dari ladang petani.Keanekaragaman hayati jugaterancam oleh perampasantanah dan perpindahanmasyarakat yang benar-benarmelindungi keanekaragamanhayati.

    Sementara itu, Henrymengemukakan bahwaperusahaan agribisnis jugaberusaha untuk memonopolibibit melalui penggunaan bibithibrida, dan proses hukumdan paten akan benih yangmembuat benih petani illegalmenjadi ilegal. hak kekayaanintelektual sistem yangditegakkan atau dilaksanakanoleh lembaga seperti WTOatau TRIPS yang menempatkanalam ke tangan swasta.

    Monsanto telah menjadiraksasa sejati perusahaan yang memiliki hampir

    seperempat dari pasar benih

    yang dipatenkan di seluruhdunia, dan terus mengambilalih perusahaan benih terutamadi Eropa. Sepuluh perusahaanterbesar yang mengontrolhampir 70% dari benih dunia.Perusahaan ini sekarangmemasuki fase "bantuanbisnis", dengan menjual bibitdi Afrika dengan Bill GatesFoundation melalui "Aliansiuntuk Revolusi Hijau di Afrika(Alliance for a Green Revolutionin Africa-AGRA)".

    Tidak hanya menjual bibit,Monsanto juga menyediakanbahan kimia beracun denganpengaruh yang sangat buruk.Monokultur pertanian danbahan kimia pertanianakan menghancurkankeanekaragaman hayati duniaserta masyarakat petani.

    Dalam dunia Monsanto,Syngenta, Bayer dan lain-lain, tidak ada ruang untukkeanekaragaman hayati, yangada hanya keseragaman,bioteknologi dan keuntunganungkap Henry yang juga Ketua

    Umum Serikat Petani Indonesia

    (SPI) ini.Dalam pengambilan

    keputusan yang berhubungandengan perubahan iklim,perusahaan agribisnis jugabertindak agresif dalammempromosikan teknologiyang merusak keanekaragamanhayati seperti tanaman ataubenih transgenik. Mereka jugaacap kali menyajikan solusipalsu yang dijanjikan akanlebih baik untuk mengatasiperubahan iklim.

    La Via Campesina tahubetul bahwa masa depan

    planet tergantung padakemampuan kita untukmelindungi, memeliharadan mempromosikankeanekaragaman hayati. La ViaCampesina yang teridiri daripetani baik laki-laki maupunperempuan mengusulkanuntuk mengembangkankekayaan dan keragamanpertanian kita, varietastanaman, budaya dan tradisipertanian. Benih adalahbagian dari warisan dunia danharus tetap digunakan publikberbasiskan masyarakat, bukankepemilikan pribadi.

    Ini adalah modelpertanian para petani yangkaya atas keberagaman danmemungkinkan kita untukberadaptasi dengan perubahandemograi dan iklim yangsudah tersedia bagi kita ujarHenry.

    Ketika kita menghadapiperusahaan agribisnismelalui alternatif lain, kitamenolak untuk mengakuihak mereka sebagai pemilikkeanekaragaman hayati diplanet ini, dan kita juga akanmenghadapi mereka melaluitindakan politik di FAO, CBDdan Perundingan iklim PBB(UNFCCC) tambah Henry.

    Akhirnya melalui La ViaCampesina, Henry menyerukanaksi di seluruh dunia, pada16 Oktober untuk melindungikeanekaragaman hayati danmenghadapi perusahaan-perusahaan transnasional

    seperti Monsanto. #

    Demo tolak Monsato yang dilakukan oleh petani Hai beberapa waktu yang lalu.

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    8/16

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    9/16

    9PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA

    Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia sedang melakukan orasi didepan istana Presiden RI pada saat peringatan Hari Tani yang lalu (24/09)

    Ketegasan dan Kepemimpinan Presiden Kunci SuksesPembaruan Agraria

    JAKARTA. Pada tanggal 31 Jan-uari 2007, pidato Presiden SBYsecara luar biasa mencetuskanrencana pelaksanaan pemba-ruan agraria. Pembaruan agrar-ia (atau reforma agraria) ada-lah redistribusi dan tata ulang

    tanah, air, dan kekayaan alamyang terkandung di dalamnyauntuk sebesar-besarnya ke-makmuran rakyat. Harapannyatentu saja untuk mengubahstruktur kepemilikan tanah, airdan kekayaan alam yang tidakadil.

    Rata-rata kepemilikan ta-nah petani kecil (2003) menu-run dari 0.26 hektar menjadihanya 0.17 hektar dalam satudekade. Jurang kepemilikan ta-nah juga sangat dalam, 11 pers-en keluarga ternyata memiliki

    45 persen lebih total tanah diIndonesia. Dalam perkebunansawit, pihak swasta dan negaramemiliki 66 persen lebih totaldari luasan kebun seluruh nu-santara, sementara rakyat han-ya sekitar 30 persen saja.

    Fakta ini menunjukkankeadilan sosial dalam kepemi-likan tanah di negeri ini sepertiterlempar kembali ke era kolo-nialisme, jelas Henry Saragih,Ketua Umum Serikat Petani In-donesia (SPI).

    Di sisi lain, petani memangwajar menuntut penataankembali hak dan akses atastanah, karena jumlah keluargatani yang meningkat rata-rata2.2 persen per tahun. Pada ta-hun 2008 ada sekitar 28,3 jutakeluarga tani. Jumlah tenaga

    kerja yang terlibat pada sek-

    tor pertanian adalah 42,8 jutajiwa (2010) dari keseluruhanangkatan kerja nasional yangmencapai 107,4 juta jiwa. Inimenunjukkan pertanian masihsangat diandalkan sebagaihajat hidup orang banyak.

    Presiden SBY tidak usahragu lagi untuk membagikantanah kepada petani gurem danmereka yang tak punya tanah,tegas Henry. Program pemba-ruan agraria nasional yang di-canangkan seperti menunggu

    kepemimpinan presiden, kar-ena selama 3 tahun implemen-tasinya tak dirasakan, tambahdia.

    Pemerintahan SBY se-jauh ini hanya berkutat padapembaruan agraria yangformal dan sesuai rekomen-dasi proyek Bank Dunia (1995-2004, Land AdministrationProject). Di lapangan, programmasih berkutat pada sertifika-si, pemetaan, registrasi tanahserta pembebasan tanah un-

    tuk proyek investasi dan in-frastruktur.Presiden, jika mengerti UU

    Pokok Agraria 1960 dan UUD1945, harus mengembalikanpembaruan agraria ke jalurnyayang benar, lanjut Henry. Pro-gram tersebut harus direvital-isasi, dan idealnya dipimpinlangsung oleh presiden sebagaifokus kebijakan pemerintahsetidaknya hingga tahun 2014,ujar Henry.

    Redistribusi tanah seluas

    9,25 juta hektar dapat mem-buka jutaan lapangan kerja,menggairahkan ekonomi pede-saan, dan yang paling utamaadalah memecahkan masalahkemiskinan. Jika merunutPasal 8 Perpu No. 56/1960 un-tuk batas minimum yang dapatmenjamin kelangsungan hidupkeluarga, maka akan ada po-tensi lebih dari 4,62 juta kelu-arga yang akan mendapatkanpenghidupan yang layakdis-amping untuk memenuhi ke-butuhan pangan dan kedaula-

    tan pangan negeri ini.

    Dalam kerangka ini, pro-gram pembaruan agraria jugaakan berdampak positif padapengurangan jumlah kela-paran, serta pencapaian target-target Tujuan PembangunanMilenium (MDGs) yang sejauhini dikritik hebat.

    Bagi petani, hampir musta-hil ada cara lain untuk bertanitanpa punya tanah. Peringatan50 tahun Hari Tani Nasionalpada 24 September 2010 iniadalah momentum emas bagi

    pemerintahan SBY untuk men-jalankan pembaruan agrariasejati. Presiden SBY harusmembuktikan dengan tegaskepemimpinannya dalam pro-gram populer inisebagaibukti bahwa pembaruan agrar-ia bukan sekadar gincu manissaat kampanye.

    Dalam implementasinya,sangat krusial melibatkanorganisasi tani di tingkat na-sional. Hal ini untuk memasti-kan subjek pembaruan agraria

    yang berhak mendapatkan ta-nah (beneficiary). Organisasitani dan masyarakat sipil jugapunya pengetahuan dimanatanah-tanah yang cocok untukpertanian serta mengalamikonflik agrariahal yang jugasangat mendesak untuk dis-elesaikan dalam pelaksanaanprogram ini.

    SPI dan seluruh anggota-nya di seluruh Indonesia mem-peringati Hari Tani Nasionaldengan tuntutan utama (Tanah

    untuk Petani). Puluhan ribupetani mulai dari Suma- teraUtara hingga Nusa TenggaraTimur turun ke jalan menuntuthak-hak mereka atas tanah.

    Petani ada di garda de-pan pembangunan. Memasti-kan hak-hak mendasar kamiterpenuhi berarti juga melak-sanakan pembangunan yangberkeadilan sosial bagi selu-ruh rakyat Indonesia, pungkasHenry.#

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    10/16

    10 PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    AKSI HARI TANI 24 SEPTEMBER

    Bunga Rampai Aksi SPI pada Hari Tani Nasional di Berbagai Wilayah

    Bersambung Ke Halaman 11

    JAKARTA. Selain melakukanpengerahan massa di ibukota,

    Serikat Petani Indonesia (SPI)juga melakukan aksi peringa-tan Hari Tani Nasional dan set-engah abad Undang-UndangPokok Agraria (UUPA) di be-berapa wilayah di Indonesia.

    Ribuan petani anggotaSPI Sumatera Utara (Sumut)juga melakukan aksi di Kan-tor Gubernur Sumatera Utaradan Badan Pertanahan Na-sional (BPN) Sumut di Medan(24/08). Massa mendesak pe-merintah segera menuntaskankasus-kasus tanah di SumateraUtara.

    Selain itu, massa petanijuga meminta semua HGU pe-rusahaan perkebunan, baikmilik pemerintah maupunswasta, yang bermasalah den-gan petani dicabut dan meng-hentikan penerbitan HGU baru.Massa petani juga mendesakaparat kepolisian menghen-tikan kriminalisasi dan kek-erasan petani anggota SPI yangmemperjuang hak atas tanah.

    Kami juga meminta agartanah-tanah terlantar seluas9,2 juta Ha dibagikan kepadapetani atau penggarap tandasWagimin, Ketua Badan Pelaksa-na Wilayah (BPW) SPI Sumut.

    Massa petani juga menun-tut UUPA (Undang-UndangPokok Agraria ) sebagai satu-satunya payung hukum agrarianasional.

    Sementara itu, aksi massajuga dilakukan oleh SPI Sumat-era Barat (Sumbar) (24/08).Selain melakukan long march

    di jalanan kota Padang, massajuga melakukan audiensi ke Ba-dan Ketahanan Pangan (BKP)Sumbar.

    50 tahun lalu, UUPA di-sahkan sebagai payung hu-

    kum agraria di Indonesia da-lam merombak ketidakadilan

    struktur agrarian warisan ko-lonial. UUPA adalah realisasidari pasal 33 UUD 1945 yangmengamanatkan kekayaanalam dan cabang produksi yangterkait hajat hidup orang ban-yak, dikelola sebesar-besarnyauntuk kemakmuran rakyat,ungkap Sukardi Bendang, Ket-ua BPW SPI Sumbar.

    Tidak mau kalah, SPI Jambibersama elemen rakyat lainnyajuga menggelar aksi serupadengan melakukan long marchdari Universitas Jambi-Bank In-donesia-DPRD Jambi (24/09)di Jambi.

    Sarwadi, Ketua BPW SPIJambi menyampaikan bahwaPeringatan Hari Tani Nasionalini dilakukan untuk menyadar-kan Pemerintah bahwa prosespembangunan ekonomi selamaini telah keliru karena berten-tangan dengan filosofi dan sua-sana kebathinan pasal 33 UUD1945 dan UUPA No. 5 Tahun1960.

    Di Lampung, BPW SPILampung bersama ratusanorang dari berbagai unsurbaik petani, aktivis, nelayan,dan mahasiswa juga melaku-kan aksi di Bandar Lampung.Dalam aksinya mereka meng-ingatkan masih banyaknyapetani gurem yang terpinggir-kan dalam konflik-konflik ta-nah. Konsentrasi penguasaantanah oleh perkebunan besardan penguasaha swasta me-nyebabkan kaum tani gurembanyak kehilangan tanah. Aksi

    ini dipusatkan di Tugu Adipuradan Kantor Wilayah Badan Per-tanahan Nasional Lampung.

    Wahyudin, Ketua BPW SPILampung, mengatakan bahwacukup banyak petani di tanahair yang tidak memiliki lahangarapan sendiri dan ini adalahsebuah ironi.

    Kenyataannya, tanah-ta-nah banyak dimiliki para kaumpemodal dan kapitalis. Lebihdari 50 persen petani tidak pu-

    (Atas) Massa SPI wilayah SumateraUtara melakukan aksi di depan kantorGubernur Sumatera Utara (24/09).(Tengah) Massa SPI wilayah SumateraBarat melakukan aksi di Dewan Keta-hanan Pangan, Sumatera Barat (24/09).(Bawah) Massa SPI wilayah SumateraSelatan melakukan aksi di depan kantor

    Gubernur Sumatera Selatan (27/09).

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    11/16

    11PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    HARI TANI 24 SEPTEMBER

    Setengah Abad UUPA 1960: TahunEmas Perjuangan Rakyat Tani,Laksanakan Pembaruan AgrariaSejati!

    Sambungan dari hal. 10 Petani dan ...

    nya tanah garapan, ujarnya.Di lain kesempatan, ratu-

    san petani SPI yang tergabungdalam Panitia Bersama Per-ingatan Hari Tani Nasional ke50 melakukan aksi di depankantor Gubernur Jawa Timur

    (Jatim)di Jalan Pahlawan, Sura-baya (24/09).

    Ruslan, Ketua BPW SPI Ja-tim menyebutkan bahwa sejakdulu, nasib petani khususnyaburuh tani selalu terlunta-lun-ta. Meski kelahiran Undang-Undang Pokok Agraria nomor5 tahun 1960 sudah berusiasetengah abad, namun UUPAyang tanggal penetapannya di-jadikan hari tani nasional itutidak membawa perubahan na-sib terhadap petani.

    Petani juga selalu menjadikorban dari kekuasaan dan in-trik-intrik kepentingan pemer-intah ucap Ruslan.

    Dalam memperingati HariTani Nasional ini, SPI NusaTenggara Barat (NTB) jugamelakukan aksi di depan kan-tor Gubernur NTB di Mataram(24/04). Wahidjan, Ketua SPINTB menuntut agar Pemerin-tah meningkatkan kesejahter-aan petani dengan membuatkebijakan upah buruh tani

    dan menaikkan harga gabahpetani. Pemerintah juga harus

    menghentikan kebijakan im-por beras dan menjamin ket-ersediaan pupuk bagi petani,tambah Wahidjan.

    Sementara itu, SPI NusaTenggara Timur (NTT) melaku-kan aksi damai menuntut Pe-merintah Daerah (Pemda)setempat melakukan rekon-struksi tapal batas tanah diRuteng, Manggarai (24/09).

    Hal ini dilakukan karena Pem-da setempat belum juga me-realisasikan program tersebutsementara petani sangat mem-butuhkan mengingat lahangarapan petani saat ini makinsempit.

    Martinus Sinani, KetuaBPW SPI NTT juga mengung-kapkan agar pemerintah Mang-garai bersikap tegas terhadapperusahaan pertambangandi Kanggarai karena kegiatanpertambangan turut mengeruklahan garapan petani menjadi

    JAKARTA. Lima puluh tahunyang lalu, Undang-UndangNo. 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar PokokAgraria (UUPA) disahkan se-bagai payung hukum agrariadi Indonesia dalam merom-bak ketidakadilan strukturagraria warisan pemerintahkolonial. UUPA 1960 ada-lah realisasi dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal

    33 yang mengamanatkankekayaan alam dan cabangproduksi yang terkait hajathidup orang banyak, dikelolauntuk sebesar-besarnya ke-makmuran rakyat.

    Hari Kelahiran UUPA No.5Tahun 1960 ditetapkan seba-gai Hari Tani Nasional olehPresiden Soekarno mela-lui Keputusan Presiden No.169 Tahun 1963, mengingatmasyarakat Indonesia yangagraris, maka UUPA 1960 di-

    harapkan akan mengakhiriderita kaum tani. Secara his-toris, petani terbukti tang-guh melawan pemerintahankolonial dan partisipasinyakonkret dalam perang rev-olusi kemerdekaan nasionalIndonesia. Oleh karena itubagi rakyat miskin, terutamapetani gurem dan buruh tani,lahirnya UUPA 1960 meru-pakan tonggak yang sangatberharga untuk dilaksana-kannya pembaruan agraria.

    Namun demikian sudah50 tahun sejak UUPA 1960ditetapkan, keadaan petanidi Indonesia tetap terpurukdan belum ada perbaikantaraf hidup yang berarti.Data BPS (Sensus Pertanian2003) menyatakan jumlahrumah tangga petani naikmenjadi 25,4 jutaatau ter-jadi kenaikan sebesar 5,4juta rumah tangga dalamsatu dekade terakhir.

    Henry Saragih, KetuaUmum Serikat Petani In-

    sempit. Pemerintah perlu men-

    cabut kuasa pertambanganyang dengan 23 izin pertam-bangan sudah dikeluarkan pe-merintah. Pertambangan jugamenimbulkan gangguan pada

    alam dan berdampak pada kri-sis air bagi lahan persawahandi Manggarai ungkap Marti-nus Sinani.

    Aksi ini sendiri diterimaoleh Wakil Bupati Manggarai,Deno Kamelus.

    Selain itu, SPI bekerjasamadengan gerakan rakyat lainnyajuga melakukan Aksi PerayaanHari Tani Nasional dan Seten-gah Abad UUPA di berbagaiwilayah seperti Yogyakarta,Banyumas (Jawa Tengah), dan

    beberapa tempat di Sulawesidan Kalimantan.

    Di hari yang berbeda(27/04), BPW SPI SumateraSelatan (Sumsel) hingga beritaini dinaikkan juga melakukanaksi memperingati Hari TaniNasional dan setengah abadUUPA di kantor Gubernur Sum-sel dan BPN Sumsel. Aksi ini di-terima langsung oleh Gubernurdan pihak BPN setempat.

    Rohman, Ketua BPW SPISumsel mengatakan bahwa

    pengkhianatan terhadap UUPAselama 50 tahun ini yangmenyebabkan penindasan,pemiskinan, dan pembodohanterhadap petani. Saatnya Pem-baruan Agraria Sejati ditegak-kan dan menjadi jalan keluarbagi kesejahteraan dan keadi-lan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.

    Seharusnya di usia emas-nya, pengkhianatan terhadapUUPA ini, petani Indonesia har-us bangkit dan berjuang ber-

    sama memperjuangkan haknyaatas lahan dan kesejahtearan,tegas Rohman.

    Rohman juga mengatakanagar Gubernur Sumsel AlexNoerdin dan pihak BPN Sum-sel jangan hanya berjanji danmembuka ruang dialog sajatanpa ujung penyelesaian.

    Kepemimpinan yang prorakyat harus dibuktikan den-gan terselesaikannya sengketalahan di Sumsel dan kesejahter-an petani, tambahnya.#

    donesia (SPI) menngatakanbahwa jumlah rumah tanggapetani ini pun diperkirakanakan terus meningkat.

    "Hingga tahun 2008, darihasil proyeksi Serikat PetaniIndonesia (SPI), berdasarkantingkat pertumbuhan keluargapetani sebesar 2,2 persen pertahun terdapat 28,3 juta ru-mah tangga petani, dan 15,6juta diantaranya merupakan

    rumah tangga petani gurem"kata Henry.

    Henry juga menyebutkanbahwa jumlah rumah tanggapetani gurem dengan pengua-saan lahan kurang dari 0,5 hek-tar, baik milik sendiri maupunmenyewa, malah meningkatdari 10,8 juta keluarga tahun1993 menjadi 13,7 juta keluar-ga tahun 2003 (naik 2,6 persenper tahun). Persentase rumahtangga petani gurem terhadaprumah tangga pertanian peng-

    guna lahan juga meningkatdari 52,7 persen (1993) men-jadi 56,5 persen (2003).

    "Kenaikan ini menunjuk-kan semakin miskinnya petaniakibat semakin sempitnya la-han pertanian' ungkap Henry.

    Data BPS juga menunjuk-kan bahwa luas lahan perta-nian padi di Indonesia padatahun 2010 tinggal 12,870juta hektar, menyusut 0,1%dari tahun sebelumnya yangberjumlah 12,883 juta hektar.

    Luas lahan pertanian secarakeseluruhan termasuk non-padi pada 2010 diperkirakanberjumlah 19,814 juta hektar,menyusut 13 persen diband-ing tahun 2009 yang mencapai19,853 juta ha. Kondisi ini yangterus memperparah kehidupanpetani.

    Dihubungkan dengan luaspertanian, maka Nilai TukarPetani (NTP) yang berfluktu-asiserta tidak ada kenaikan

    Bersambung Ke Halaman 15

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    12/16

    12 PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    Menyikapi Kenaikan Harga Beras Jelang Lebaran dan Akhir Tahun

    KEBIJAKAN AGRARIA

    Seorang petani sedang membajak sawahnya. Kenaikan harga beras yangcenderung terjadi menjelang Hari Besar dak selalu menguntungkan petani

    JAKARTA. Setiap tahun menje-lang dan sepanjang bulan Ra-madhan, Lebaran, Hari RayaNatal, Tahun Baru dan IdulAdha, kebutuhan bahan pan-gan di pasaran, terutama berasdipastikan naik.

    Tahun ini, hingga saat inisaja, kenaikan harga beras su-dah mencapai kurang lebih36%. Harga beras kualitas pre-mium sudah mencapai lebihdari Rp7000 per kg, beraskualitas medium Rp6500 kg,dan beras dengan kualitas yanglebih rendah sekitar Rp6000per kg.

    Di sejumlah daerah, hargaberas kualitas premium bah-kan sudah mencapai lebih dariRp7500 per kg. Bandingkan

    saja dengan tahun-tahun sebe-lumnya dimana harga tertinggihanya berada pada kisaran Rp5500-Rp6000.

    Henry Saragih, KetuaUmum Serikat Petani Indone-sia menyampaikan bahwa trenkenaikan harga yang lebih daribiasanya ini tentunya akansangat memukul masyarakat

    miskin yang rata-rata 73%pendapatannya sudah habisuntuk pemenuhan kebutuhanpangan.

    "Namun lagi-lagi, ter-indikasi kuat pemerintah akankembali menerapkan kebi-jakan yang dianggapnya seba-gai obat mujarab yakni denganmelakukan operasi pasar (OP)guna menyiasati persoalan ini"ungkapnya.

    Padahal, dengan operasipasar, dimana pemerintahmenggelontorkan beras den-gan harga normal, berapa punpermintaannya, selalu menjadisolusi jangka pendek. Karenadisamping terbatasnya stok be-ras yang ada saat ini, beras yangdijual dalam operasi pasar pun

    bisa dibeli oleh siapa saja ter-masuk pedagang dan spekulan,apalagi stok beras di daerahjuga relatif tidak merata sesuaikebutuhan.

    Dalam banyak kasus dansudah menjadi semacam tra-disi pasar, spekulan atau dis-tributor menahan penjualan-nya selama 2-3 bulan sebelum

    momentum hari-hari besardan kemudian mendongkrak

    harganya tanpa mempedu-likan kemampuan daya belimasyarakat.

    Ironisnya, pedagang danspekulan biasanya memilikipersediaan beras yang relatifbesar karena biasanya merekalebih leluasa membeli beraslangsung dari petani dalamjumlah besar.

    Tanpa banyak persyaratanseperti yang diajukan Bulog,seperti kadar air dan persenpatahan beras, pedagang bisa

    menyerap lebih banyak gabahdari petani. pedagang pun bera-ni membeli di atas HPP (HargaPatokan Petani) yang ditetap-kan, hal ini untuk menumpukpersediaan beras.

    Di sisi yang berbeda, petaniharus berhadapan dengan ting-ginya biaya produksi menyusulkenaikan HET pupuk, biaya ek-stra untuk penanaman kembalipadi yang rusak akibat banjiratau angin ribut sehingga ter-paksa menjual berasnya ketengkulak yang bekerja samadengan pedagang, agar lebihcepat terjual.

    Henry menambahkan bah-wa akibat kondisi cuaca yangtidak menentu di sejumlah sen-tra padi anggota SPI Jawa Ten-gah penurunan produksi gabahpada musim panen tahun ini cu-kup besar, jika tahun lalu mer-eka bisa mendapat 70 karung(sekitar 4 ton) per hektar padamusim tanam tahun ini jumlahtersebut menurun hingga 17-20 karung (kurang lebih 1 ton)

    per hektar. Sementara di JawaBarat produksi musim panenini turun 3,1 persen dibanding-kan tahun lalu.

    " Pemerintah sebagai regu-lator seharusnya sudah menge-tahui dengan baik bahwa per-mintaan bahan pangan pokok,khususnya beras, selalu melon-jak dalam suasana hari besar

    dan dapat memprediksinya se-cara lebih akurat" sebutnya.

    "Sehingga tidak terus-menerus melakukan kebijakantemporer bernama operasipasar. Apapun kebijakannya,pemerintah sudah waktunyamenerapkan kebijakan ber-jangka panjang yang mampusecara efektif menekan lajukenaikan harga beras sebagaikebutuhan pokok masyarakatbangsa ini, mengingat ting-ginya tren kenaikan harga yangterjadi" kata Henry.

    Henry kemudian juga me-

    nyampaikan bahwa pemerin-tah harus melakukan berbagaipembenahan yang fundamen-tal di sektor pertanian sepertidengan perluasan lahan perta-nian padi melalui program landreform dengan membagikanlahan-lahan terlantar kepadapetani, mempermudah Buloguntuk menyerap gabah daripetani dengan memperhatikanbiaya produksi, menghilangkanruang gerak pedagang menjadispekulan beras yang hanya me-mentingkan keuntungannyasendiri dan sangat mengancamkedaulatan pangan nasional.

    Lebih lanjut di tengah kon-disi iklim yang semakin tidakmenentu dibutuhkan lebihbanyak pelatihan dan dukun-gan pemerintah bagi petaniuntuk beradaptasi terhadapperubahan iklim, khususnyabagi petani yang hidup di pesi-sir. Naiknya muka air laut aki-bat perubahan iklim dapat ber-potensi menurunkan produksipadi hingga 2 juta ton akibat

    hilangnya 100.000-300.000hektar sawah.

    "Selain itu, dibutuhkan jugaadanya perlakuan-perlakuankhusus bagi rakyat miskinyang hampir sebagian besarpendapatannya habis untukmemenuhi kebutuhan panganserta insentif yang memadaibagi para petani" ucap Henry.#

    TOLAK IMPOR BERAS ! ! !www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    13/16

    13PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    KEBIJAKAN AGRARIA

    SPI Menolak Rencana Impor Beras

    JAKARTA. Dewan PengurusPusat Serikat Petani Indonesia(DPP SPI) menolak dengantegas rencana Pemerintah yangakan membuka keran imporseluasnya bagi pemasukanberas karena akan berdampaksangat buruk bagi pertanianpadi di tanah air.

    Henry Saragih, KetuaUmum SPI, mengatakan bahwaSPI tidak dapat menerimarencana Pemerintah memberiperizinan impor beras. Kamidengan tegas menolak rencanaini karena begitu banyakdampak ikutan yang akanditimbulkannya, ujarnya, hariini (21/9) di Jakarta.

    Menurutnya, pemasukanberas impor sama sekalibukan menjadi solusi untukmengantisipasi ancamankekurangan stok nasional.Impor beras, diyakininya malahakan melemahkan kemampuanIndonesia untuk memastikanketersediaan pangan dalamnegeri karena Indonesia akan

    terperangkap dalam spekulasi

    perdagangan pangan dunia.Seperti diketahui,

    Pemerintah melaluiDepartemen Pertanian(Deptan) berencanamemberikan perizinanimportasi beras denganalasan untuk memperkuatstok nasional. Deptan berdalihkebijakan ini bukan merupakanbentuk dari kegagalankementerian tetap hanyasebagai ujud kewaspadaanPemerintah untukmengantisipasi terjadinyaancaman ketersediaan berasakibat minimnya stok beras diBulog yang hanya sebanyak 1,4juta ton.

    Impor beras, lanjut Henry,akan sangat menekan produksipangan yang dilakukan olehpara petani dan pada akhirnyakomoditas beras akan bernasibsama dengan komoditaspeternakan pertanian lain.Dimana selama ini komoditas-komoditas tersebut dipasokdari luar negeri meskipun

    dapat ditanam atau diproduksi

    dengan baik di Indonesia,seperti kacang kedelai, susu,daging dan tepung terigu.

    Dan yang paling parah, kataHenry, yang juga KoordinatorUmum La Via Campesina, imporberas akan menghabiskanbegitu banyak devisa negara.Diperkirakannya, anggaranyang harus dikeluarkan olehPemerintah untuk mengimporkomoditas-komoditas itu sajasudah mencapai US$5 miliarper tahun.

    Karena itu kamimenganggap rencanakebijakan impor beras inimenunjukkan Pemerintahtelah gagal menyiapkanketersediaan pangannasional, tegasnya. Padahal,menurutnya Pemerintahdapat mengeluarkan berbagaikebijakan yang efektif untukmasalah ini, seperti denganmengintegrasikan pasokanberas yang ada pada petani danmasyarakat.

    Selain itu, katanya,

    Pemerintah juga dapat

    mengintegrasikan beras yangada di tangan para spekulan

    agar dapat dikelola oleh Bulog.Tarik beras dari para spekulan,dengan mengeluarkankeppres misalnya, supayamereka tidak terus-terusanmelakukan penimbunanberas, sambungnya.Kebijakan-kebijakan ini inimenurutnya sangat mungkindilakukan oleh Pemerintah danserikat petani juga mendesakagar pemerintah segeramelakukannya.

    Peringatan Hari Tani

    Nasional (HTN) ke-50 pada 24September 2010 nanti, serikatpetani juga mendesakkanbeberapa tuntutan lainkepada Pemerintah untukmelakukan pembaruan agraria.Diantaranya meredistribusikansegera 9,6 juta ha lahan kepadarakyat tani dan menertibkan 7juta ha tanah terlantar untukreforma agraria, kebutuhanpangan, energi dan perumahanrakyat.

    Kemudian SPI jugamenuntut pemerintahmengganti kebijakan revolusihijau dengan model pertanianberkelanjutan (agroekologis)dan juga menolak kebijakankorporatisasi pertanian (foodestate).

    Tuntutan-tuntutan ituakan sampaikan kepadaPemerintah dalam aksinasional peringatan hari tanisekaligus mosi tidak percayakepada Pemerintahan saat ini,tegas Henry.#

    Massa dalam aksi Hari Tani Nasional 24 September 2010 yang lalu membawa spanduk yang menuntut pemerintah untukmenolak dan menghenkan impor bahan pangan seper beras dan lainnya.

    Situsnya petani SPI:

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    14/16

    14 PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    HARI TANI 24 SEPETEMBER

    Setengah Abad Pengingkaran UUPA, Setengah Abad Pemiskinan Petani

    Sejengkal Tanah tumpahdarah kami.!!

    JAKARTA. Kesejahteraan kaumtani dan organisasi kaum tanitidak lepas dari perkembangandi lingkungan sekitarnya,mulai dari kampung, dusun,desa, kota/kabupaten, hingganasional dan internasional; baikdari segi sosial ekonomi, budayamaupun politik. Karenanyaseiring dengan perkembanganinformasi, teknologi danpenerapan demokrasi, petanitidak hanya memantau lintangwaluku untuk musim tanampadinya, namun mau tidak maujuga harus memantau apa yangterjadi di balai desa, pendopobupati, kantor kementrianpertanian, istana negara danbahkan kantor pusat BankDunia, IMF, WTO, FAO danIFAD.

    Dua badan terakhirini merupakan lembagaInternasional di bawah PBByang mengurus pangan,pertanian dan pembiayaanpembangunan pertanianInternasional. Lebih dari ituFAO dan IFAD sudah sekianlama menjalin kerjsa samadengan Pemerintah Indonesiauntuk program-programpembangunan Pertanian diIndonesia.

    Henry Saragih, KetuaUmum Serikat Petani Indonesia(SPI) menyebutkan bahwadalam tiga tahun terakhir ini,situasi pangan dan pertanianInternasional dapat dikatakantidak stabil, oleh karena

    terpaan krisis keuanganglobal, krisis energi dan krisisperubahan iklim. Terpaantersebut menghasilkan dampakkemiskinan dan kelaparan.Khususnya di kawasanpedesaan. Laporan FAO(2010) menyebutkan bahwa

    kelaparan penduduk duniatahun 2009 mencapai 1.02

    milyar, sementara kelaparandi Indonesia dilaporkanberjumlah 36.7 juta.

    "Hal ini dapat diartikanbahwa ada persoalan yangsangat serius dalam aksesterhadap alat produksi, modeproduksi, distribusi dan pasar,sehingga buruh tani dan petanikecil di pedesaan menjadimiskin dan lapar karenatermarginalkan dalam sistempembangunan pertanian yangtidak adil" ungkap Henry.

    "Hari ini bisa kita lihatbetapa besar dominasikorporasi pertanian. Limaperusahaan menguasai 90persen perdagangan panganbiji-bijian global, tiga puluhkorporasi utama retail panganmenguasai sepertiga penjualanglobal, dan enam korporasimenguasai 75 persen pasarpestisida global" sambungnya.

    Dengan demikian dalamsistem yang tidak adiltersebut, krisis harga panganyang mudah muncul tidaksemata karena permasalahanproduksi semisal karenaperubahan iklim, tetapi jugaoleh permainan harga melaluipenciptaan kondisi kelangkaanpangan. Sebagai akibatnyaburuh tani, petani miskin danrakyat pedesaan mengalamikesulitan untuk membelipangan tersebut. BPS (2010)mencatat bahwa kemiskinanpedesaan lebih tinggi dari kotadengan jumlah masing-masing20.62 juta dan 29.93 juta orang.

    Jumlah kemiskinan pedesaanini sebenarnya setara denganjumlah petani gurem yangtercatat sebanyak 13.7 juta KKpada tahun 2003 dan 15.6 jutaKK pada tahun 2008.

    Henry menambahkanbahwa pada 21 September 2010

    telah dilakukan pertemuanForum Petani Nasional dalam

    rangka refleksi menujukonsolidasi petani seluruhIndonesia.

    Forum ini dihadiri oleh13 organisasi petani seluruhIndonesia yang menyimpulkanbahwa, ada sembilan masalahpokok yang dihadapi olehpetani di Indonesia yakni;Kepemilikan lahan yang dimilkipetani sangat sempit, rata-rata0,3 Hektare per rumah tanggapetani; Akses air yang sulit,selain karena kekeringan yangsemakin sering terjadi jugakarena privatisasi sumber-sumber air oleh pemilik modal;Kebijakan perbenihan nasionalyang diskriminatif terhadapkreatifitas petani pemiliabenih; Belum ada jaminanperlindungan harga yang adilbagi di tingkat petani, sehinggapasar dimonopoli oleh pemodalbesar dan korporasi pertanian;Sulitnya akses permodalanuntuk petani di pedesaan,sehingga banyak petani yangtergantung pada tengkulakatau rentenir.

    Kemudian, lemahnyadukungan pemerintah dalammendukung infrastrukturpertanian (Irigasi, Jalan,Teknologi tepat guna) dansaprodi kepada petani;Terjadi ledakan hama yangsulit dikendalikan olehpetani, karena iklim yangekstrim, sehingga masatanam ke-2 banyak petanigagal panen; Masih tingginyaketergantungan petani

    terhadap pupuk dan pestisidakimia akibat revolusi hijau dimasa lalu; serta Rendahnyaketerlibatan Organisasitani terhadap perencanaan,kebijakan dan pembangunanpertanian di Indonesia.

    Oleh karena itu, Henry

    menambahkan untukmenyikapi permasalahan

    tersebut diatas, makaForum Petani Nasionalmenuntut pemerintah untukmelaksanakan beberapahal yakni melaksanakanPembaruan Agraria sesuaidengan amanat UUPA1960, dengan segeramendistribusikan 9,2juta hektar seperti yangdirencanakan dalam PPAN.Meninjau kembali UU SumberDaya Air No. 7/2004 yangmenghambat akses petaniterhadap air dan lebih lanjutUndang-undang lainnya yangmerugikan petani.

    Pemerintagh juga harusmelakukan perubahan UUSistem Budidaya TanamanNo. 12/1992 dan UU No.29/2000 tentang PerlindunganVarietas Tanaman yangdiskriminatif terhadap petanikecil; Melindungi hargaproduk pertanian di tingkatpetani dan memastikanpraktek perdagangan yangadil; Memberikan kemudahanakses permodalan terhadappetani kecil dan menyediakandana talangan bagi petaniuntuk tunda jual; Memberikansubsidi tepat sasaran sesuaidengan kebutuhan petani;Mendiseminasikan informasimengenai perubahan iklim danadaptasi terhadap perubahaniklim di sektor pertanian; sertadengan sungguh-sungguhmenjalankan program GoOrganic dan membatasiiperedaran input kimia yang

    berpotensi merusak alam."Pemerintah juga harus

    melibatkan organisasipetani dalam perencanaanpembangunan dan kebijakanyang terkait dengankepentingan petani diIndonesia" tambah Henry.#

    Keluarga Besar Serikat Petani Indonesia (SPI) mengucapkan:Selamat Hari Tani Nasional dan 50 Tahun UUPA No.5 Tahun 1960

    24 September 2010:"Laksanakan Segera Pembaruan Agraria Sejati demi Keadilan Sosial Indonesia

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    15/16

    15PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    Sambungan dari hal. 11 Setengah Abad ...

    signifikan, yang artinya petanimakin sulit memenuhi kebutu-han hidup yang layak.

    Achmad Ya'kub, Ketua De-partemen Kajian Strategis Na-sional SPI menyebutkan bahwapada Maret 2003 NTP secara

    nasional turun 3,58 persendibanding bulan Februari2003, yaitu dari 123,04 menja-di 118,64. NTP nasional bulanJuni 2010 sebesar 101,39, atauhanya naik tipis 0,22 persendibanding bulan sebelumnya.Belum lagi pada Juni-Juli 2010,terjadi inflasi di daerah perde-saan di Indonesia sebesar 0,71persen terutama dipicu olehsubkelompok bahan makanan.

    "Tren kenaikan harga pan-gan juga terus berlangsung

    hingga September 2010 (sebe-lum Idul Fitri), yang membuatpetani yang hidup di bawahgaris kemiskinan sangat men-derita" ungkap Ya'kub.

    Di sisi lain, ada peningkatanjumlah tenaga kerja di sektorpertanian yang menurut dataBPS mencapai mencapai 42,8juta orang pada bulan Febru-ari 2010. Jumlah ini merep-resentasikan 40 persen darikeseluruhan angkatan kerjanasional yang mencapai 107,4

    juta orang.

    Sementara, angka pengang-guran ternyata melonjak. Padatahun 2001 angka pengang-guran terbuka sebanyak 8 jutaorang atau sekitar 8,10 persen.Tahun 2003 angka tersebutmeningkat menjadi 10,13 juta

    atau 9,85 persen.Ya'kub juga menyebutkan

    bahwa dalam situasi ketiadaanpembaruan agraria dan sem-pitnya lahan petani, konflikagraria antara petani melawanpengusaha dan negara berlang-sung secara masif dan berlarut-larut. Dalam konflik ini, petaniterus dihadapkan dengan pen-angkapan, penembakan sertaberbagai tindak kekerasan dankriminalisasi. "Sementara itu,di tengah mahalnya Satuan

    Produksi Pertanian, inisiatifpara petani pemulia benih un-tuk menyediakan benih lokalyang murah bagi petani, justrudikriminalkan di Kediri padatahun 2005 yang lalu" ungkapYa'kub.

    Sementara itu, perem-puan dan laki-laki mengalamidampak yang sama, tapi perangender menempatkan perso-alan laki-laki dan perempuanberbeda. Selama ini, perem-puan banyak mengalami dis-

    kriminasi terhadap hak-hak

    mendasarnya. Akibatnya ke-pentingan, peran, pengalaman,pengetahuan dan kerja perem-puan dalam banyak kesempa-tan menjadi tidak diperhitung-kan. Situasi tersebut semakinmenguatkan ketidakadilan ter-

    hadap perempuan, dan padaakhirnya berimplikasi kehilan-gan akses dan kontrol terhadapsumber-sumber produksinya.

    Perempuan dan anak-anakadalah salah satu kelompokyang paling rentan dalam ka-sus kelaparan, terutama didaerah pedesaan (Dewan HAMPBB, 2010).

    Fakta lain yang sangat iro-nis mengingat Indonesia ada-lah bangsa agraris, produsendan lumbung pangan adalah

    saat kita menjadi pengimporpangan terbesar di dunia saatini. Sejak tahun 1998-2006,hampir 50 persen beras yangdiperdagangkan di tingkat in-ternasional (sekitar 2 juta tonlebih) di impor ke Indonesia.Ini belum termasuk ketergan-tungan impor 70 persen darikebutuhan susu nasional, 50persen daging, 45 persen ke-delai, 15 persen kacang tanah,13 persen garam, dan 10 pers-en jagung.

    Secara umum ketergantun-

    gan pangan melalui impor telahmenghabiskan dana 51 triliunrupiah tiap tahunnya.

    Henry menambahkan,dalam rangka memperingatiHari Tani Nasional dan seten-gah abad UUPA ini, SPI ber-

    sama organisasi rakyat lainnyamenuntut sembilan hal kepadapemerintahan SBY yakni: mere-distribusikan segera 9,6 jutahektar tanah kepada rakyattani melalui pembaruan agrar-ia nasional; mentertibkan danmemberdayakan 7,3 juta hek-tar tanah terlantar untuk pem-baruan agraria dan produksipangan untuk kedaulatan pan-gan, kedaulatan energi sertaperumahan rakyat; melindungipertanian kecil berbasis ke-

    luarga dan tolak korporatisasipertanianterutama proyekfood estate.

    Menghentikan kekerasandan kriminalisasi terhadappetani. Segera dibuat Undang-Undang tentang PerlindunganHak Asasi Petani; mencabutUndang-Undang Perkebunan,Kehutanan, Sumber Daya Air,Pangan, Pertambangan, Pena-naman Modal, Minerba, Kon-servasi Sumber Daya Alam,Perlindungan Lahan Pertanian

    Berkelanjutan, Sistem Budida-ya Tanaman, Perlindungan Va-rietas Tanaman, Perikanan, danPengelolaan Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil karenabertentangan dengan Pancasi-la dan mandat UUD 1945, sertaUUPA 1960; menolak Rancan-gan Undang Undang yang ber-potensi merugikan kaum tani,seperti Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah,Pertanahan, Hortikultura; me-nyegerakan untuk membentuk

    Komisi Ad hoc PenyelesaianKonflik Agraria dan PelaksanaReforma Agraria; Melindungidan penuhi hak mendasarpetani serta akses terhadapsumber-sumber agraria, benih,pupuk, tekhnologi, modal danharga produksi pertanian;

    "Yang terakhir adalahadanya pengakuan pemerintahbahwa tanggal 24 Septemberadalah Hari Tani Nasional' tam-bah Henry.#

    Massa aksi Hari Tani Nasional 24 September 2010 lalu, membawa spanduk berisi sembilan tuntutan kaum tani Indonesia

  • 8/3/2019 Edisi 80 (Oktober 2010)

    16/16

    16 PEMBARUAN TANI EDISI 80 OKTOBER 2010

    GALERI FOTO

    Peringatan Hari Tani Nasional & Setengah Abad UUPA, 24 September 2010Selamat Berhari Raya Kaum Tani Indonesia

    Ribuan Massa Serikat Petani Indonesia (SPI) yang berasal dari Banten dan Jawa Barat bersukacita dengan turun ke jalanan ibukota untuk melakukanaksi merayakan Peringatan Hari Tani Nasional dan Setengah Abad UUPA (24/09/'10). Foto-foto di atas menunjukkan antusiasme kaum tani SPI (baca:Indonesia) untuk merayakan Hari Raya mereka, Hari Raya Kaum Tani Indonesia.

    k b h h ( k ) b h d 'k b l ( l