INFEKSI SALURAN KEMIH.docx

37
INFEKSI SALURAN KEMIH LAPORAN KASUS INDIVIDU SISTEM PERKEMIHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun oleh : Nama : Windayona Hadi Prasetya NIM : 1002108

Transcript of INFEKSI SALURAN KEMIH.docx

INFEKSI SALURAN KEMIH

LAPORAN KASUS INDIVIDU SISTEM PERKEMIHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Disusun oleh :Nama: Windayona Hadi PrasetyaNIM: 1002108

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

A. Pengertian1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)2.Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

B. Anfis Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas: Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.2.2. GinjalGinjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.Fungsi ginjal:1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.4. Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.Uji fungsi ginjal terdiri dari:1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus, maka protein dapat bocor dan masuk ke urine.2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12 jam untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.Struktur ginjalSetiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.

Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri). Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.Fisiologi ginjalGinjal berfungsi:1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolism protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).Di samping itu ginjal juga membentuk hormone dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium di usus.Filtrasi glomerulusKapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil sepeti elektrolit, asam amino, glukosa dan sisa nitrogen. Glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena anteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan yang lebih kecil, sehingga darah mending air dan partikel yang terlarutdalam plasma masuk ke dalam kapsula bowman. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula bowman disebut sebagai filtrasi glomerulus.

Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga faktor tersebut yaitu:1. Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membrane semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membrane semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membrane semipermeabel. Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat membrane semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan plasma.2. Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmitik darah.3. Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat kapsula bowman bekerja sama untuk meningkatkan gerakan air dan molekul permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam kapsula bowman.Proses pembentukan urineGlomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.Ada tiga tahap pembentukan urine:1) Proses filtrasiTerjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ke tubulus ginjal.2) Proses reabsorpsiProses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tublus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.3) Proses sekresiSisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.Peredaran darah ginjalginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabanganarteri arteri renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Di sini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.Persarafan ginjalGinjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembu;uh darah yang masuk ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon adrenalin dan hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.Reabsorpsi dan sekresi tubulusSewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui bagian-bagian tubulus. Sebelum diekskresikan sebagai urine beberapa zat diabsorpsi kembali secara selektif dari tbulus dan kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain de sekresikandari darah ke dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat dalam urine akan menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus).

Ekskresi urine Filtrasi glomerulus Reabsorpsi tubulus + Sekresi tubulusa. Reabsorpsi tubulusGinjal menangani beberapa zat yang yang difiltrasi secara bebas dalam ginjaldan diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda. Kecepatan masing-masing zat dapat dihitung sebagi berikut.Filtrasi Kecepatan filtrasi glomerulus x Kecepatan plasmaPenghitungan ini menganggap bahwa zat-zat difiltrasi secara bebas dan tidak terikat pada protein plasma. Kebanyakan zat proses filtrasi golmerulus dan reabsorpsi tubulus secara kuntitatif relatif sangat besar terhadap sekresi urine. Sedikit saja perubahan pada filtrasi glomerulus atau reabsorpsi secara potensial dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar. Beberapa produk buangan seperti ureum dan kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan diekskresi dalam jumlah yang relatif besar.

Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus ditranspor melintasi membran epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus kembali ke dalam darah. Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat terlarut dapat ditranpor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluler) atau melalui ruang sambungan antar-sel (jalur para seluler). Setelah diabsorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan interstisial air dan zat terlarut ditranpor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan cara ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid.

Traspor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATF) disebut transfor aktif primer. Transpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber energi seperti yang diakibatkan oleh gradien ion, disebut transpor aktif sekunder.

b. Reabsorpsi tubulus proksimalSecara normal sekitar 65% dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai persentase terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa henle. Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis. Sel tubuh proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan membran brush boerder dimuati molekul protein yang mentranspor ion natrium melewati membran lumen yang bertalian dengan mekanisme transpor nutrien organik (asam amino dan glukosa). Tubulus proksimal merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan basa, organik seperti garam garam empedu, oksalat, urat, dan katekolamin. Regulasi reabsorpsi tubulus penting untuk mempertahankan suatu keseimbangan yang tepat antara reabsorpsi tubulus dan filtrasi glomerulus. Adanya mekanisme saraf, faktor hormonal, dan kontrol setempat yang meregulasi reabsorpsi tubulus untuk mengatur filtrasi glomerulus maka reabsorpsi beberapa zat terlarut dapat diatur secara bebas terpisah dari yang lain terutama melalui mekanisme pengontrolan hormonal.Abnormalitas kongenitalKelainan kongenital ginjal dapat terjadi, termasuk:1. Tidak terdaptnya ginjal.2. Ginjal berbentuk seperti sepatu kuda.3. Kista ginjal, dimana ginjal mempunyai kista dalam jumlah yang besar sebagai akibat dari kesalahan perkembangan dalam perkembangan tubulus.Penyakit ginjalPenyakit pada ginjal dapat mengganggu fungsi nefron, dan apabila sejumlah besar nefron mengalami kerusakan maka akan terjadi kerusakan fungsi ginjal: sekresi urina hilang, albumin atau darah dapat terlihat pada urine, produk metabolisme (misalnya urea) yang seharusnya di ekskresi tidak diekskresi dan terjadi penumpukan dalam darah, serta keseimbangan asam basa tubuh menjadi terganggu. Pada glomerulus nefritis akut ginjal mengalami perbesaran, glomerulus merupakan bagian khusus yang terkena. Pada sindroma nefrotik terdapatnya protein dalam urine menyebabkan terjadinya retensi cairan dalam jaringan. Pada glikosuria renalis glukosa bocor ke dalam urine sebagai akibat kelainan kongenital pada anatomi dan fungsi nefron.Gagal ginjal akut dapat timbul sebagai akibat:1. Gangguan sirkulasi renalis (misalnya pada syok, penurunan curah jantung ditujukan pada otak dan jantung menyebabkan kerusakan pada ginjal).2. Glomerulo nefritis berat3. Penyumbatan traktus urinarius oleh batu ginjal.Bila gagal ginjal terjadi pada beberapa jam, tubulus ginjal akan mengalami kerusakan permanen. Pada urine yang disekresi terhenti sama sekali (terjadi urinarius) atau berkurang dalam jumlah yang sangat kecil (oligura), terdapat perubahan keseimbangan asam basa yang berat dan produk akhir metabolisme tubuh tidak diekskresi. Gagal ginjal kronik merupakan akibat dari kerusakan nefron yang permanen ole penyakit ginjal apa saja yang berat, adanya bukti terjadi gagal ginjal terlihat apa bila sekitar 75% dari nefron sudah tidak berfungsi.Pada diabetik insipidus antidiuretik hormon tidak dibentuk oleh kompleks hipotalamuspituitari dan sebagai konsekuensinya air tidak direabsorpsi dalam duktus kolektikus, dan pasien mengeluarkan jumlah urine banyak yang pekat.Abnormalitas kandungan urine:1. Glukose2. Benda-benda keton3. Garam empedu4. Pigmen empedu5. Protein6. Darah7. Beberapa obat-obatan2.3. UreterTerdiri dari 2 saluran pipa, masingmasing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.Lapisan dinding abdomen terdiri dari:1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)2. Lapisan tengah lapisan otot polos3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosaLapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik. Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna. Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan mesenterium. Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria. Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari vesika urinaria. Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.Pembuluh darah ureter1. Arteri renalis2. Arteri spermatika interna3. Arteri hipogastrika4. Arteri vesika inferiorPersarafan ureterPersarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus vagusrantai eferen dari nervus torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.2.4. Vesika urinariaVesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari:1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis dan prostat.2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Pembuluh limfe vesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi limfatik iliaka interna dan eksterna.Lapisan otot vesika urinariaLapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos yang tersusun dan saling berkaitan dan disebut m. detrusor vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya membentuk pleksus venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus yang mengalirkan darah ke vena iliaka interna.Persarafan vesika urinariaPersarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke vesika urinaria melalui pleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang keluar dari nervus splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3 dan 4 berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika urinaria/ Sebagian besar serabut aferen sensoris yan g keluar dari vesika urinaria menuju sistem susunan saraf pusat melalui nervus splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpatis melalui pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal ke-1 dan ke-2 medula spinalis.2.5. UretraUretara merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Uretra priaPad laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya 20 cm. uretra pada laki-laki terdiri dari:1. Uretra prostatia2. Uretra membranosa3. Uretra kevernosaLapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria sampai orifisium eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari bagian-bagian berikut:Uretra prostatika merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan hampir vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari basis sampai ke apaks dan lebih dekat ke permukaan anterior.Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apaks glandula prostata dan bulbus uretra. Pars membranesea menembus diagfragma urogenitalis, panjangnya kira-kira 2,5 cm, di belakang simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis penis yang mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan ligamentum arquarta pubis.Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars membranasea sampai ke orifisium dari diafragma urogenitalis. Pars kavernosus uretra berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan penis berkontraksi, pars kavernosus akan membelok ke bawah dan ke depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi ke belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam glans penis yang akan membentuk fossa navikularis uretra.Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi berupa sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan panjangnya 6 mm. glandula uretralis yang akan bermuara ke dalam uretra dibagi dalam dua bagian, yaitu glandula dan lakuna. Glandula terdapat di bawah tunika mukosa di dalam korpus kavernosus uretra (glandula pars uretralis). Lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna yang lebih besar dipermukaan atas di sebut lakuna magma orifisium dan lakuna ini menyebar ke depan sehingga dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui sepanjang saluran.Uretra wanitaUretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas, panjangnya 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapiosan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi. Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina dan 2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria dan terdiri lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longggar yang ditandai dengan banyak sinus venosus merip jaringan kavernosus. MikturisiMikturisis adalah peristiwa pembentukan urine. Karena dibuat di dalam, urine mengalir melalaui ureter ke kandung kencing. Keinginan membuang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kencing, dan tekanan ini di sebabkan isi urone di dalamnya. Hal ini terjadi bila tertimbun 170 sampai 230 ml. mikturisi adalah gerak reflek yang dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi pada manusia. Gerakannya ditimbulkan kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga abdomen, dan berbagai organ yang menekan kandung kencing membantu mengkosongkannya. Kandung kencing dikendalikan saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari pleksus hipogastrik.Ciri-ciri urine yang normalJumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi beda-beda sesaui jumlah cairan yang dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protain dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jenjot lendir tipis tanpak terapung di dalamnya. Baunya tajam. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. Berat jenis berkisat dari 1010 sampai 1025.Komposisi urine normalUrine terutama terdiri atas air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persen air dan benda padat dalam urine adalah seperti berikut: Air 96% Benda padat 4% (terdiri atas urei 2% dan produk metabolik lain 2%)Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum.Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg setiap 100 cm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine.Kretin adalah hasil buangan kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain mencangkup benda-benda purin, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat.Elektrolit atau garam, seperti natrium kalsium dan kalium klorida, diekskresikan untuk mengimbangijumlah yang masuk melalui mulut.

C. KlasifikasiJenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:1. Kandung kemih (sistitis)2. uretra (uretritis)3. prostat (prostatitis)4. ginjal (pielonefritis)Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:1. ISK uncomplicated (simple)ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih. 2. ISK complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.c. Gangguan daya tahan tubuhd. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.

D. Etiologi1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicatedc. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektifb. Mobilitas menurunc. Nutrisi yang sering kurang baikd. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humorale. Adanya hambatan pada aliran urinf. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

E. PatofisiologiInfeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu: masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya: Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif. Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik System imunnitas yng menurun Adanya hambatan pada saluran urin Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

F. Tanda dan GejalaTanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis): Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis Hematuria Nyeri punggung dapat terjadiTanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis) Demam Menggigil Nyeri panggul dan pinggang Nyeri ketika berkemih Malaise Pusing Mual dan muntah

G. Pemeriksaan Penunjang1. Urinalisis Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.2. Bakteriologis Mikroskopis Biakan bakteri3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.5. Metode tes Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). Tes- tes tambahan:Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

H. PenatalaksanaanPenanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas: Terapi antibiotika dosis tunggal Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu Terapi dosis rendah untuk supresiPemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya: Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan Interansi obat Efek samping obat Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjalResiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:1. Efek nefrotosik obat2. Efek toksisitas obatPemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut: Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/ Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/ Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan? Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?

I. PrognosisPrognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus dan penyebab terjadinya infeksi tersebut.

J. Komplikasi1. Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan gangguan fungsi ginjal.2. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension3. ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral palsy, fetal death.4. Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.5. Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.6. Abses perinefrik

K. Pencegahan1. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri , bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari ISK.2. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui sistem urine.3. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau ISK.4. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.5. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya dalam sistem saluran kemih.6. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan berpotensi berkembang biaknya bakteri. Hindari sandal jepit.

L. Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : ISKSub Tema: Pencegahan ISKWaktu Pertemuan : 60 menitHari, Tanggal: Kamis, 29 Oktober 2012Pukul : 08.00 WIB- 09.00 WIBSasaran : Ny .ToniTempat : Kediaman Ny. Toni

I. Tujuan Instruksional Umum : Setelah malakukan penyuluhan diharapkan Ny.Toni dapat mengerti tentang ISK

II.Tujuan Instruksional Khusus : a. Ny.Toni mengetahui definisi ISK dengan benarb. Ny.Toni jelas terhadap penyebab ISK dengan benarc. Ny.Toni dapat memahami tanda dan gejala ISK dengan benard. Ny.Toni dapat mengetahui cara pencegahan ISK dengan benarIII.Pokok materia. Definisi ISKb. Penyebab ISKc. Tanda dan gejala ISKd. Pencegahan ISK

IV. Metode : Ceramah dan tanya jawab

V. Kegiatan penyuluhan:KegiatanPenyuluhAudiencewaktu

Pendahuluan dan ApresiasiMemperkenalkan diri dan memberikan kesempatan audience memberikan pendapatnyaMemberikan pendapat yang diketahuinya10 Menit

IsiMateri tentang ISK:a. Definisi ISKb. Penyebab ISKc. Tanda dan gejala ISKd. Pencegahan ISKMendengarkan35 Menit

PenutupEvaluasi kesimpulan pemberian pesan dan mengucapkan salam penutup/tahapan terminasiMendengarkan dan bertanya15Menit

VI.Media : Power Point

VII.Evaluasi : Memberikan pertanyaan kepada Ny.Toni secara lisan.- Bagaimana pencegahan penyakit ISK?

Yogyakarta, 28 Oktober 2012PembimbingPenyuluh

Diah Pujiastuti S. Kep . NsWindayona Hadi Prasetya

M. ASUHAN DASAR KEPERAWATANPengkajian1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko: Adakah riwayat infeksi sebelumnya? Adakah obstruksi pada saluran kemih?3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial. Bagaimana dengan pemasangan kateter foley? Imobilisasi dalam waktu yang lama. Apakah terjadi inkontinensia urine?4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) Adakah disuria? Adakah urgensi? Adakah hesitancy? Adakah bau urine yang menyengat? Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine? Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.5. Pengkajian psikologi pasien: Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

Diagnosa Keperawatan Yang Timbul1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Intervensi Keperawatan1. Dx 1 : Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.Kriteria evaluasi:Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggulIntervensi:a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulangRasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkanb. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeric. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokusRelaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.e. Berikan perawatan perinealRasional: untuk mencegah kontaminasi uretraf. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.g. Kolaborasi: Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakitRasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannyaRasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyerih. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hariRasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu membilas saluran berkemih

2. Dx 2:Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.Kriteria Evaluasi:Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)Intervensi:a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urinRasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasib. Tentukan pola berkemih pasien c. Dorong meningkatkan pemasukan cairanRasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.d. Kaji keluhan kandung kemih penuhRasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaranRasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusatf. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jamRasional: untuk mencegah statis uring. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatininRasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

3. Dx 3:Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.Intervensi:a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanngRasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaanRasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakand. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakterie. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

N. JurnalFAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN RAWAT INAP USIA 20 TAHUN KE ATAS DENGAN KATETER MENETAP DI RSUD TUGUREJO SEMARANGRizki Artika Putri, Yunie Armiyati, Mamat Supriyono

ABSTRAKInfeksi saluran kemih (ISK) merupakan 40 % dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80 % ISK terjadi sesudah instrumentasi, terutama oleh kateterisasi. Infeksi ini terjadi akibat adanya ketidakmampuan dalam mengendalikan maupun menghindari faktor risiko. Secara umum faktor risiko ini dibagi menjadi 2 faktor, faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin, penyakit, virulensi kuman dan faktor risiko yang dapat diubah antara lain prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter, lama penggunaan kateter, ukuran dan tipe kateter, personal hygiene dan asupan cairan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISK pada pasien dengan kateter menetap. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional, jumlah sampel 30 responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian dengan Fisher Exact Test menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kejadian ISK dengan lama penggunaan kateter (p=0,0001) dan perawatan kateter (p=0,009). Hasil analisis multivariat, diketahui bahwa lama penggunaan kateter merupakan faktor risiko paling dominan yang berpengaruh terhadap kejadian ISK pada pasien dengan kateter menetap. Pasien dengan lama penggunaan kateter > 3 hari mempunyai risiko 56,07 kali dapat terkena ISK dibandingkan dengan pasien yang menggunakan kateter 3 hari. Uji probabilitas membuktikan bahwa 25 % kejadian ISK pada pasien dengan kateter menetap disebabkan oleh penggunaan kateter >3 hari. Rekomendasi dari penelitian ini adalah agar lebih memperhatikan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian ISK pada pasien dengan kateter menetap, terutama faktor risiko yang dapat diubah seperti lama penggunaan kateter dan perawatan kateter.

DAFTAR PUSTAKADoenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan KeperawatanNugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.