Indikator lakmus dan titrasi asam basa

8
Ni Made Sri Laksmi XI IA2 25 Tahun 2012 Laporan Kimia SMAN 4 SINGARAJA

description

Pratikum kimia yang membahas tentang indikator lakmus dan titrasi asam basa.

Transcript of Indikator lakmus dan titrasi asam basa

Page 1: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

Ni Made Sri Laksmi

XI IA2

25

Tahun 2012

Laporan Kimia

SMAN 4 SINGARAJA

Page 2: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

Mengenali Asam Basa dengan Indikator Lakmus

I. Tujuan

Mengamati perubahan warna lakmus dalam larutan asam dan basa.

II. Kajian Teoritis

Secara umum, asam merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air

akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dapat didefinisikan

sebagai suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (basa) atau dapat

menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Menurut Arrhenius, asam adalah

suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam

air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam

dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Dalam hal ini, pembawa sifat asam

adalah ion H+ dan pembawa sifat basa adalah ion OH .

Seperti yang kita ketahui, asam mempunyai rasa masam dan basa mempunyai

rasa pahit. Namun tidak semua asam dan basa dapat dikenali dengan cara dicicipi.

Karena banyak diantara asam dan basa yang bersifat korosif (merusak kulit) ataupun

beracun. Untuk menentukan asam dan basa kita dapat menggunakan zat indikator. Zat

indikator adalah zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan

lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi

dengan senyawa asam maupun senyawa basa). Zat indikator tersebut seperti lakmus.

Lakmus dibagi menjadi dua macam, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Lakmus

dapat berubah warnanya dengan cepat saat bereaksi dengan asam maupun basa. Warna

yang terjadi pada lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus akan berwarna merah dalam

larutan asam dan akan berwarna biru dalam larutan basa. Selain lakmus, terdapat

indikator lain seperti fenoltalein, metil jingga, metil merah, bromtimol biru dan

indikator alami.

III. Alat dan Bahan

Alat : Pipet tetes, plat tetes dan gelas kimia.

Laporan 1

Page 3: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

Bahan : Larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, lakmus merah dan lakmus biru.

IV. Langkah Kerja

1. Menyiapkan plat tetes yang bersih 1 buah.

2. Menyiapkan larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M dengan gelas kimia masing-

masing 20 mL.

3. Menyiapkan lakmus merah dan biru ukuran 1 cm x 3 cm.

4. Meneteskan HCl pada lekukan plat tetes (kira-kira 3 tetes), lalu mencelupkan

lakmus merah pada tetesan HCl tersebut dan mengamati perubahan warnanya.

Kemudian mencelupkan lakmus biru dan mengamati perubahan warnanya.

5. Meneteskan larutan NaOH pada lekukan plat tetes (kira-kira 3 tetes), lalu

mencelupkan kertas lakmus merah pada tetesan NaOH tersebut, mengamati

perubahan warnanya. Kemudian mencelupkan lakmus biru dan mengamati

perubahan warnanya.

V. Data Hasil Pengamatan

Larutan

Indikator

Trayek pH Fenolftalein

(PP)

Metil Merah

(MM)

Bromtimol Biru

(BTB)

A Tidak Berwarna Merah muda Kuning pH ≤ 4,2

B Merah Kuning Biru pH ≥ 10

C Tidak Berwarna Merah muda Kuning pH ≤ 4,2

D Tidak Berwarna Merah Kuning pH ≤ 6,0

E Tidak Berwarna Merah Kuning pH ≤ 4,2

VI. Analisis data dan Pembahasan

Dari hasil pengamatan dapat diketahui, jika larutan A yang ditetesi

Fenolftalein (PP) tidak berwarna, jika ditetesi Metil Merah (MM) berwarna merah

muda dan berwarna kuning bila ditetesi Bromtimol Biru (BTB),dengan trayek pH ≤ 4,2.

Larutan B yang ditetesi Fenolftalein (PP) akan berwarna merah, berwarna kuning jika

ditetesi Metil Merah (MM) dan berwarna biru jika ditetesi Bromtimol Biru (BTB),

dengan trayek pH ≥ 10. Larutan C yang ditetesi Fenolftalein (PP) tidak berwarna,

berwarna merah muda apabila ditetesi Metil Merah (MM) dan berwarna kuning bila

ditetesi Bromtimol Biru (BTB), dengan trayek pH ≤ 4,2. Larutan D yang ditetesi

Page 4: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

Fenolftalein (PP) tidak berwarna, berwarna merah jika ditetesi Metil Merah (MM) dan

berwarna kuning bila ditetesi Bromtimol Biru (BTB), dengan trayek pH ≤ 6,0. Larutan

E tidak berwarna jika ditetesi Fenolftalein (PP), berwarna merah jika ditetesi Metil

Merah (MM) dan berwarna kuning bila ditetesi Bromtimol Biru (BTB), dengan trayek

pH ≤ 4,2.

Dengan menggunakan indikator tunggal, seperti fenolftalein, metil merah dan

bromtimol biru, kita dapat mengenali asam dan basa tanpa menyicipinya.

VII. Simpulan

Berdadasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan warna

ketika suatu larutan ditetesi fenolftalein, metil merah dan bromtimol biru. Fenolftalein

dalam larutan asam tetap (tak berubah warnanya), sedangkan dalam larutan basa

berubah menjadi warna merah. Metil merah dalam larutan asam berwarna merah

sedangkan dalam larutan basa berwarna kuning. Bromtimol Biru dalam larutan asam

berwarna kuning, sedangkan dalam larutan basa berwarna biru. Seperti contoh larutan

D yang tidak berwarna ketika ditetesi fenolftalein, berwarna merah ketika ditetesi metil

merah dan berwarna kuning ketika ditetesi bromtimol biru.

Page 5: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

Titrasi Larutan NaOH dengan Larutan HCl 0,1 M

I. Tujuan

Menentukan konsentrasi NaOH dengan titrasi.

II. Kajian Teoritis

Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu prosedur

percobaan yang disebut titrasi asam-basa. Istilah titrasi berarti penetapan titer atau

kadar. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya

suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan

sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau

konsentrasinya.Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titran”

dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui

konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam

“buret”. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan. Titrasi dilakukan dengan cara

mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya.

Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik

stoikiometri atau titik setara.

Dalam titrasi asam-basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna

sehingga kita tidak tahu kapan titik stoikiometri tercapai. Untuk menandai bahwa titik

setara pada titrasi telah dicapai digunakan indikator atau penunjuk. Indikator asam-basa

harus berubah warna pada saat titik setara tercapai. Indikator asam basa adalah petunjuk

tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau basa. Indikator asam-basa yang

biasanya digunakan adalah indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup

akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah,

fenolftalein, alizarin kuning, danbromtimol biru.

Ada beberapa macam titrasi bergantung pada jenis reaksinya, seperti titrasi

asam basa,titrasi permanganometri, titrasi argentometridantitrasi iodometri.Dalam

titrasi, juga ada istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah pH

pada saat asam dan basa tetap ekuivalen. Sedangkan titik akhir titrasi adalah pH pada

saat indikator berubah warna. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi,

Laporan 2

Page 6: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

maka diusahakan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Oleh karena

itu, harus dipilih indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar titik ekuivalen.

Pada titrasi jumlah ekuivalen asam sama dengan jumlah ekuivalen basa, sehingga dapat

dirumuskan :

Konsentrasi asam basa menggunakan kemolaran (M), sehingga dapat dirumuskan :

III. Rumusan Pertanyaan

Berapa konsentrasi NaOH hasil titrasi ?

IV. Alat dan Bahan

Alat : Buret dengan statifnya, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur

dan pipet tetes.

Bahan : Larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH dan indikator PP.

V. Langkah Kerja

1. Memasang buret pada statif, kemudian bilas dengan aquades hingga bersih.

2. Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M.

3. Menyiapkan erlenmeyer yang bersih, kemudian mengisi dengan 10 mL larutan

NaOH (dapat diukur dengan gelas ukur namun bisa dipipet dengan pipet volumetrik

10 mL).

4. Kemudian menetesi larutan NaOH dengan indikator fenolftalein 2 tetes.

5. Meneteskan (titrasi) larutan HCl dari buret ke larutan NaOH sampai timbul biru

(hijau akan sangat baik), maka titrasi dihentikan. Mencatat volume awal buret dan

volume akhir.

6. Ulangi kegiatan seperti di atas minimal 3 kali.

Ekuivalen asam = ekuivalen basa

VA x NA = VB x NB

VA x MA x nA = VB x MB x nB

Page 7: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

VI. Hasil Pengamatan

DATA 1

Percobaan Volume HCl (mL) Volume HCl 0,1 M

1 10 17,5

2 10 18

3 10 16,4

DATA 2

Percobaan Volume CH3COOH (mL) Volume NaOH 0,1

1 10 2,1

2 10 4,8

3 10 4

VII. Analisis Data dan Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan titrasi yang dilakukan, dapat diperoleh data

sebagai berikut :

a. Rata-Rata Volume NaOH

b. Rata-Rata Volume HCl

c. Konsentrasi NaOH

VA x MA x nA = VB x MB x nB

10 . 0,1 . 1 = 3,63 . MNaOH . 1

1 = 3,63 MNaOH

MNaOH = 0,27 M

VIII. Simpulan

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi NaOH adalah 0,27 M. Hal ini

dapat diperoleh dengan menggunakan rumus konsentrasi asam basa.

Page 8: Indikator lakmus dan titrasi asam basa

Daftar Pustaka

Haryanto, Untung. 2006. LKS Kimia Kelas SMA/MA Kelas XI Semester Genap. Jawa Tengah:

VIVA PAKARINDO.

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

http://Asam.html

http://IndikatorAsamBasa«Nasruli’sBlog.html