Indepth report menuju era keterbukaan informasi

6
Indepth Report Menuju Era Keterbukaan Informasi? oleh : Firdaus Cahyadi Yayasan Satudunia

description

 

Transcript of Indepth report menuju era keterbukaan informasi

Page 1: Indepth report menuju era keterbukaan informasi

Indepth Report

Menuju Era Keterbukaan Informasi?

oleh :

Firdaus Cahyadi

Yayasan Satudunia

Page 2: Indepth report menuju era keterbukaan informasi

Informasi dan Komunikasi adalah Hak

Di dalam Undang Undang Dasar (UUD)

1945 Pasal 28F disebutkan bahwa “Setiap

orang berhak untuk berkomunikasi dan

memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan

sosialnya”. Apa itu artinya? Artinya

negara memiliki kewajiban untuk

melindungi, memenuhi dan menghormati hak atas informasi itu.

Sudah benar bila dalam UUD 1945 negara menempatkan informasi dan

berkomunikasi sebagai hak warga negara. Betapa tidak, dengan informasi dan

berkomunikasi, kita bisa lebih memahami sebuah persoalan yang menyangkut

kepentingan publik dengan jernih dan jelas. Dengan pemahaman yang jernih dan

jelas itu, kita sebagai warga negara dapat ikut berpartisipasi dalam berbagai

pengambilan kebijakan politik. Meningkatnya partisipasi politik ini diyakini dapat

mendorong munculnya kebijakan negara yang lebih berpihak pada kepentingan

publik.

Berbeda dengan era Orde Baru yang mengendalikan arus informasi demi

kelanggengan sebuah rejim pemerintahan. Di era reformasi ini, tuntutan akan

perubahan atas keterbukaan informasi semakin menguat. Dan akhirnya tuntutan

itu terpenuhi dengan munculnya Undang Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008

Page 3: Indepth report menuju era keterbukaan informasi

tentang Keterbukaan Informasi publik. Pemberlakuan UU KIP ini seharusnya

menjadi tonggak awal bagi pemenuhan hak warga negara atas informasi.

Pertanyaan berikutnya tentu saja adalah benarkah dengan diberlakukan UU KIP

tersebut menjadi pertanda bahwa negeri ini telah memasuki era keterbukaan

informasi?

Keterbukaan atau Kriminalisasi Informasi

Berita mengejutkan itu datang pada Desember 2010

silam. Yudi Latif, Direktur Eksekutif Reform Institute

pada Senin (13/12/2010) lalu dilaporkan ke Polisi oleh

para kader Partai Golkar dengan tuduhan mencemarkan

nama baik pimpinan partainya, Aburizal Bakrie. Yudi

dilaporkan karena dalam wawancaranya dengan sebuah

stasiun TV Swasta (10/12) dinilai mengaitkan Gorup Usaha milik keluarga Bakrie

dengan praktik mafia pajak yang dilakukan Gayus Tambunan.

Dalam laporan polisi bernomor TBL/498/XII/2010/Bareskrim itu, Yudi dilaporkan

atas dugaan pelanggaran Pasal 310 dan atau Pasal 311 KUHP dan atau Pasal 45

ayat (2) jo Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik (ITE).

Berbeda dengan UU KIP menjadi pertanda pemerintah telah membuka kran

keterbukaan informasi, UU ITE justru menjadi pertanda bagi kembali maraknya

kriminalisasi informasi. Bukan hanya Yudi Latif, sejak disahkan, UU ITE ini telah

Page 4: Indepth report menuju era keterbukaan informasi

memakan sejumlah korban.

Adalah Prita Mulyasari, seorang

perempuan yang pernah menjadi

korban pasal karet pencemaran nama

baik UU ITE. Ia dituduh mencemarakan

nama baik Rumah Sakit Omni

Internasional karena menuliskan sikap

kritisnya melalui email. Selain Prita, ada pula Bambang Kisminarso yang nyaris

menjadi korban pasal karet UU ITE. Polisi sempat menahannya berserta anaknya

M. Naziri atas tuduhan telah menghina anak presiden dalam pelanggaran

ketentuan pencemaran nama baik melalui UU ITE.

Sebabnya, Bambang Kisminarso mengajukan pengaduan kepada komisi

pengawasan pemilu daerah bahwa para pendukung putra Presiden Indonesia

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membagi- bagikan uang kepada para

calon pemilih.

Perlawanan yang cukup keras dari pengguna internet pada kasus Prita Mulyasari

melawan RS OMNI Internasional membuat pemerintah berencana untuk merevisi

UU ITE. Salah satu yang hendak direvisi adalah pasal karet dalam UU tersebut.

Namun, nampaknya pemerintah masih setengah hati untuk merevisinya.

Pasalnya, hingga report ini ditulis, belum ada draft naskah akademis mengenai

Page 5: Indepth report menuju era keterbukaan informasi

revisi UU ITE tersebut yang dipublikasikan.

Di tengah meningkatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),

keberadaan pasal karet pencemaran nama baik menjadi sebuah ancaman bagi

kebebasan masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi.

Sebelumnya, pasal karet pencemaran nama baik di KUHAP juga telah memiliki

sejarah kelam untuk membungkam suara-suara kritis.

Beberapa korban dari masyarakat pun berjatuhan oleh pasal karet pencemaran

nama baik di KUHAP. Adalah Fifi Tanang, seorang penulis surat pembaca di

sebuah surat kabar. Dituduh mencemarkan nama baik PT Duta Pertiwi melalui

tulisannya di kolom surat pembaca. Kemudian Alex Jhoni Polii, warga Minahasa,

yang memperjuangkan kepemilikan tanahnya melawan PT. Newmont Minahasa

Raya (NMR). Dituduh melakukan tindak pidana pencemaran nama baik dan

perbuatan tidak menyenangkan.

Dr. Rignolda Djamaluddin, ia dinilai telah mencemarkan nama baik perusahaan

tambang emas PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) karena pernyataannya

tentang gejala penyakit Minamata yang ditemukan pada beberapa warga Buyat

Pante.

Yani Sagaroa dan Salamuddin, kedua orang itu dituding telah mencemarkan

nama baik perusahaan karena pernyataanya bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara

Page 6: Indepth report menuju era keterbukaan informasi

(NNT) harus bertanggung jawab atas penurunan kualitas kesehatan yang dialami

masyarakat Tongo Sejorong sejak perusahaan tersebut membuang limbah

tailingnya ke Teluk Senunu.

Beberapa aktivis seperti Usman Hamid, Koordiantor Kontras, Emerson Yuntho

(Koordinator ICW), dan Illian Deta Arta Sari (aktivis ICW) pernah nyaris menjadi

korban pencemaran nama baik. Sikap kritis mereka yang membuat beberapa

aktivis itu dikenai pasal karet pencemaran nama baik.

Bahan Bacaan:

1. Brief Paper-RUU Konvergensi Telematika,

http://www.satudunia.net/content/brief-paper-ruu-konvergensi-telematika

2. Notulensi FGD Satudunia, “Adopsi ICT di NGOs dan Dampaknya Bagi

Masyarakat Rentan”, 20 Juli 2010

3. Notulensi diskusi Satudunia, “Tragedi Lumpur Lapindo, Menggagas

Perlawanan di Dunia Maya” , 28 Oktober 2010.

4. Kertas Posisi Satudunia tentang ICT,

http://www.satudunia.net/content/kertas-posisi-satudunia-tentang-ict