antangan Diversity of (Media) Content Dalam Era Surplus Keterbukaan
Penerapan Keterbukaan Ideologi Pancasila Pada Era Global
-
Upload
nurfajriutami -
Category
Documents
-
view
825 -
download
1
description
Transcript of Penerapan Keterbukaan Ideologi Pancasila Pada Era Global
PERWUJUDAN KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA TERHADAP GLOBALISASI
Disusun oleh :
NURFAJRI UTAMI
XII IPA 2
SMA NEGERI 1 (SSN) MAROS
TAHUN AJARAN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang MahaKuasa, atas rahmat dan hidayah-Nya,
maka karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam mewujudkan
karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ini mencoba untuk memberi jawaban akan masalah-
masalah yang timbul di dinamika kehidupan ber-Pancasila. Ini diharapkan mampu
untuk memberikan pembenaran terhadap Pancasila, sehingga akan menambah teori-
teori dan memperkuat penerapan Pancasila sebagai pondasi nasional dan ideologi dari
orang Indonesia.
Saya menyadari bahwa pembuatan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan . Oleh karena itu , saya senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan karya tulis ini . Akhirnya , semoga karya tulis ilmiah ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Maros, September 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... -
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
A. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
3. Tujuan ............................................................................................................. 2
B. RUANG LINGKUP / ISI .......................................................................................... 3
1. Pengertian Ideologi ........................................................................................ 3
2. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka ................................................................ 3
3. Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di Era Globalisasi ............... 4
4. Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan
Negara Indonesia ............................................................................................ 7
C. PENUTUP ............................................................................................................. 11
1. Kesimpulan ..................................................................................................... 11
2. Saran .............................................................................................................. 11
3. Daftar Pustaka ................................................................................................ 12
ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya
harus kita sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, mengikuti
perkembangan jaman. Tanpa nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa misalnya kita
saksikan betapa masyarakat di negara-negara industri maju kehilangan nilai-nilai
etik, moral, spiritual. Tanpa nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, kita saksikan
betapa kemajuan ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai
manusia justru memerosotkan nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa nilai-nilai persatuan
dan kesatuan misalnya, jelas pasti akan terjadi konflik-konflik antar bangsa, dan
bahkan dari dalam bangsa itu sendiri akan ada perpecahan. Tanpa nilai-nilai
kedaulatan rakyat, hal yang akan terjadi adalah munculnya kekuatan-kekuatan
otoriter yang akan menindas yang lemah, dan pada akhirnya hanya akan
mengalami keruntuhan. Tanpa nilai-nilai keadilan sosial, misalnya kita lihat
kemajuan ekonomi yang mendatangkan kesenjangan sosial dan keresahan.
Perbedaan antara yang kaya dan yang miskin sangat jauh sekali, dan itu berpotensi
mengundang adanya kriminalitas.
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapan yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita
mengenal ada tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai
instrumental sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai
keadaan dan nilai praktis berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya.
1
2. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan karya tulis ini, ada beberapa masalah terkait yang akan
diangkat oleh penulis, diantaranya:
a. Apakah makna yang tepat dari Pancasila sebagai ideologi terbuka?
b. Bagaimanakah perwujudan dari Pancasila sebagai ideologi terbuka di era
globalisasi saat ini?
c. Apa sajakah yang harus kita lakukan terhadap pengaruh-pengaruh globalisasi?
3. Tujuan
Tujuan Penulisan karya tulis ilmiah ini mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Adapun tujuan saya ialah :
1. untuk menyelesaikan tugas pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2. untuk mengetahui makna dan hakikat pancasila sebagai ideologi terbuka.
3. mengetahui perwujudan pancasila sebagai ideologi terbuka yang dipengaruhi
globalisasi.
4. Mengetahui Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi pada Bangsa dan Negara
Indonesia
B. RUANG LINGKUP / ISI
1. Pengertian ideologi
Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” yang berarti cita-cita dan “logy”
yang berarti pengetahuan, ilmu faham.
Dari beberapa pengertian yang sudah ada dapat kita pahami adanya
beberapa bagian pokok dalam ideologi yaitu:
a. Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis
b. Pedoman tentang cara hidup
c. Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok (kelas, negara)
d. Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya
Jadi ideologi merupakan hasil refleksi (perenungan) manusia terhadap dunia
kehidupannya. Sehingga keyakinan terhadap ideologinya semakin mantap pula
tekad untuk melaksanakannya.
2. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila adalah ideologi yang terbuka, yang dimaksud dari keterbukaan
ideologi Pacasila adalah karena pelaksanaan nilai-nilai Pancasila disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada. Ideologi terbuka memiliki keluwesan dan
kelenturan terhadap perkembangan dan tuntutan zaman. Meskipun zaman telah
berubah karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun substansi
dan esensi ideologi itu dapat memberi harapan-harapan yang akan memberi
kehidupan yang lebih baik sehingga mendorong perkembangan pemikiran-
pemikiran baru yang sangat dibutuhkan sesuai dengan perkembangan zaman.
Tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti perkembangan seperti di negara
lain, akan tetapi tetap terarah sesuai dengan aturan agama dan norma-norma yang
berlaku.
2
3. Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di Era Globalisasi
Tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian
bangsa, dan kini mau tidak mau, suka tidak suka, bangsa Indonesia berada di
pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara
Indonesia tidak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup di tengah-tengah pergaulan
dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja
mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut
menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya
sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-
rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Maka kini, konsep pembangunan modern harus
membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri.
Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa
Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan,
dan keterampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal
dari kebudayaan bangsa lain. Hanya, persoalannya, dalam kondisi yang serba
terbuka seperti saat ini justru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik
nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri
sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai
terserap bulat-bulat. Nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam
hati sanubari rakyat dinilai usang.
Perhatikan saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air
yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia seperti telah
ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB menganut faham
demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta
musyawarah dan mufakat. Sistem politik yang berkembang saat ini sangat
gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem 34
politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat
dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan
tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh
berbuat semaunya dan tidak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang
lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang
dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang
serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian.
Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para
elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya
semata.
Pancasila sebagai ideologi terbuka sangat mungkin mampu untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun
demikian, faktor manusia baik pejabat negara maupun rakyat Indonesia sangat
menentukan dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Maka dengan adanya pernyataan bahwa Pancasila adalah sebagai ideologi
terbuka, maka kita tetap berpegang pada nilai dasarnya yang bersifat tetap,
sedangkan nilai pelaksanaannya dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika
masyarakat Indonesia.
Sumbangan karangan Dr. Alfian di dalam seminar “Pancasila sebagai Ideologi
dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”,
menegaskan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi.
a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi
itu secara riil berakar dan hidup dalam masyarakat atau bangsa, terutama
karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarahnya. Pancasila memenuhi dimensi ini dengan baik.
b. Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung
idealisme, yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui
perwujudan atau pengalamannya dalam praktek kehidupan bersama-sama
mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya. c. Dimensi fleksibilitas atau
dimensi kelenturan, yaitu bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang
memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran
baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau meningkatkan
hakekat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Pancasila
sebagai ideologi nasional memenuhi tiga dimensi tersebut di atas. Pancasila
sebagai ideologi memiliki dimensi fleksibilitas, karena di dalamnya terkandung
nilai-nilai sebagai berikut:
a. Nilai Dasar
Merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang terdapat
di dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial) kemudian
dijabarkan menjadi nilai-nilai instrumental dan nilai praxis yang lebih
bersifat fleksibel dalam bentuk aturan atau norma-norma yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Nilai Instrumental
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar secara lebih kreatif dan
dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan perundang- undangan
yang lainnya, dalam Tata Urutan Peraturan Perundang- undangan Negara
menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2004. Nilai Instrumental dapat
berubah atau diubah.
c. Nilai Praxis
Merupakan nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata
sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun
bernegara. Nilai praxis juga dapat berubah atau diubah.
6
4. Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan Negara
Indonesia
Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif.
Globalisasi membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan
manusia melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi
juga memberikan tantangan kepada suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi
pengaruh global pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dapatkah
ia menjaga eksistensinya atau justru menjadi korban atas semua pengaruh global
tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat menjadi berkah apabila suatu bangsa
dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi akan menjadi musibah atau
mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak mempunyai kesiapan untuk
memasukinya.
Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan
bangsa asing. Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
eraglobalisasi ini tidak mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi budaya
sebagai akibat frekuensi hubungan antar bangsa yang semakin intensif merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi. Akibatnya nilai-nilai sosial budaya
negara lain yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita pun akan
masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sikap
yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi supaya kita tidak sekedar
menjadi obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi subyek yang mampu
memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat bagi kemajuan
bangsa.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang
dapat dilakukan, antara lain:
a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat
atau globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat
semua negatif.
7
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat
sebagai akibat atau asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu
saja, akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian
suatu bangsa.
Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh
globalisasi tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif
terhadap segala kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri
dari segala perubahan tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak terhadap
pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Dengan demikian kita akan menerima
segala pengaruh yang bersifat positif demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan
rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang akan membawa akibat
kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita sebagai bangsa.
Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu
saja adalah ideologi nasional yaitu Pancasila. Artinya pengaruh atau nilai-nilai
tersebut kita hubungkan dengan Pancasila apakah bertentangan atau justru dapat
memperkaya nilai-nilai bangsa kita dan mendatangkan kemajuan bagi bangsa.
Demi meningkatkan kesiapan bangsa ini untuk menghadapi pengaruh
globalisasi yang makin deras. Penerimaan masuknya pengaruh, ilmu pengetahuan
dan teknologi maupun modal asing ke Indonesia selain bersikap selektif, kita harus
meningkatkan ketahanan nasional bangsa kita dalam aspek kehidupan.
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi di bidang politik, maka
hal-hal yang perlu ditempuh adalah:
Menumbuhkan sistem pemerintahan demokrasi yang kuat dan tahan uji serta
mampu mengelola konflik kepentingan antar kelompok.
Mengembangkan kesadaran politik dan demokrasi terhadap warga negara.
Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena kehidupan politik. 8
Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar dapat menjalankan fungsi
dan peranannya secara baik dan benar.
Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa.
Menegakkan supremasi hukum.
Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.
Agar bangsa kita memiliki ketahanan di bidang ekonomi maka hal-hal yang
perlu ditingkatkan oleh bangsa Indonesia maka upaya efisiensi dan efektivitas
ekonomi di era globalisasi yang harus dilakukan antara lain:
Memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme
Melanjutkan pembangunan yang berdasarkan atas keadilan sosial, yaitu
pembangunan yang diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat secara adil dan
merata, pembangunan yang bukan hanya untuk dinikmati kelompok tertentu.
Mengurangi atau menghilangkan ketergantungan terhadap pihak asing, artinya
bersikap mandiri.
Meletakkan fondasi ekonomi yang kuat sesuai dengan karakteristik bangsa.
Penegakan hukum yang adil, artinya menerapkan fungsi dan tujuan hukumke
semua warga negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Aparatur negara yang bersih dan berwibawa.
Sedangkan dalam aspek nilai-nilai sosial budaya hal-hal yang harus kita
lakukan guna menghadapi arus globalisasi adalah dengan menyeleksinya dengan cara:
Membangun kesetiaan terhadap ideologi nasional yaitu Pancasila.
Mengembangkan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Menggali dan mengembangkan nilai seni budaya dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Sikap bangsa Indonesia yang tepat dalam mengambil manfaat dari lajunya
arus globalisasi adalah: 9
Meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa.
Regulasi yang dibuat hendaknya tidak mengorbankan kepentingan nasional
secara keseluruhan.
Segenap lapisan masyarakat hendaknya berpartisipasi untuk menghindari
dampak negatif globalisasi termasuk mengendalikan anarkisme.
Memperkokoh ketahanan nilai-nilai lokal melalui keteladanan yang baik,
termasuk meningkatkan nilai-nilai religius.
Memantapkan identitas nasional, integrasi nasional, dan wawasan kebangsaan
melalui sifat saling menghargai, solidaritas, keterbukaan dan toleransi.
Berdasarkan seluruh uraian di atas bangsa Indonesia dapat merespon era
globalisasi dengan tepat dan mampu memanfaatkan peluang yang ada,
menghadapi tantangan yang muncul dan menolak dampak negatifnya maka akan
terbuka jalan untuk membangun masyarakat Indonesia yang adil, makmur, maju,
dengan tetap berkepribadian indonesia.
1000
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” yang berarti cita-cita dan “logy”
yang berarti pengetahuan, ilmu faham, merupakan hasil refleksi (perenungan)
manusia terhadap dunia kehidupannya. Pancasila sebagai ideologi terbuka
memiliki keluwesan dan kelenturan terhadap perkembangan dan tuntutan zaman.
Di era globalisasi Pancasila juga berfungsi sebagai alat penyeleksi pengaruh-
pengaruh dari globalisasi itu sendiri. Haruslah kita menolak segala bentuk
pengaruh negatif dari globalisasi agar bangsa kita tidak hancur. Sebaliknya kita
bisa menggunakan pengaruh positif dari globalisasi untuk memperbaiki negara
kita dan memajukannya dalam segala aspek kehidupan demi terciptanya
kehidupan yang adil, makmur, maju untuk seluruh rakyat Indonesia secara merata
dan tidak pernah kehilangan jati diri bangsa kita.
2. Saran
Untuk bisa memperbaiki kembali hal-hal negatif yang sering terjadi di
Indonesia, kita harus membuat agar agama menjadi alat yang paling efektif untuk
memperbaikinya. Dengan menanamkan sejak dini arti kehidupan, dan kebenaran
yang ada dalam agama akan membantu mengefektifkan perbaikan aspek-aspek
kehidupan.
Selain itu peningkatan kualitas pendidikan juga harus dikembangkan agar
kita mempunyai generasi yang cerdas-cerdas dan mampu memimpin bangsa ini
menuju ke tingkatan yang terbaik.
11
3. Daftar Pustaka
http://untukpendidikan.wordpress.com/2010/02/25/menggali-kembali-
peran-pancasila-sebagai-idiologi-terbuka-di-era-reformasi/
Modul Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA-SMK-MAK
kelas XII, 2010.
http://abdulghanni.blogspot.com/2011/02/makalah-peran-pancasila-di-
era.html
http://mjieschool.multiply.com/journal/item/20/
Pancasila_Sebagai_Ideologi_Terbuka_PKn_Kelas_XII_Semester_1_
Listyarti Retno.2007.Pendidikan KEWARGANEGARAAN untuk SMA dan MA
kelas XII. Jakarta: esis.
12