Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

90

description

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012 is a comparative measure of life expectancy, literacy, education and standard of living in 2012 published by Statistics Lhokseumawe working with the Regional Development Planning Agency City Government Lhokseumawe.HDI is used to classify whether a city is a city forward, growing town or city retarded and also to measure the impact of economic policies on quality of human life in Lhokseumawe.

Transcript of Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Page 1: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012
Page 2: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

PENGHITUNGAN DAN ANALISIS INDEKS PEMBANGUNANMANUSIA KOTA LHOKSEUMAWE 2012

Katalog BPS : 4102002.1174

Ukuran Buku : 21 cm x 29 cm

Jumlah Halaman : 80 + vii halaman

Naskah :

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit :

Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik

Diterbitkan Oleh :

Badan Pusat Statistik bekerjasama denganBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lhokseumawe

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Page 3: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

SAMBUTAN

Kota Lhokseumawe sebagai daerah yang sedang berkembang

memerlukan suatu data dan indikator dalam rangka menunjang proses

perencanaan pembangunan termasuk pembangunan manusia. Salah

satu indikator keberhasilan pembangunan manusia adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM).

Penyusunan buku “Penghitungan dan Analisis Indeks

Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe Tahun 2012” dapat

memberikan gambaran tentang indikator keberhasilan pembangunan

manusia di Kota Lhokseumawe, seperti angka harapan hidup, angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta tingkat daya beli

masyarakat. Hasilnya diharapkan sebagai bahan acuan dalam

perencanaan pembangunan manusia Kota Lhokseumawe di masa

mendatang.

Akhirnya, semoga buku “Penghitungan dan Analisis Indeks

Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe Tahun 2012” dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, umumnya

kepada masyarakat luas. Kepada semua pihak yang telah

berpastisipasi dalam penyusunan buku ini, saya ucapkan terima kasih.

Lhokseumawe, November 2013

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kota Lhokseumawe

Kepala,

Ir. Azwar, M.Si

Page 4: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan

rahmat serta hidayah-Nya, hingga tersusun buku “Penghitungan dan

Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe Tahun

2012” oleh BPS Kota Lhokseumawe berkerjasama dengan BAPPEDA

Kota Lhokseumawe. Publikasi ini dapat digunakan untuk mengukur

kinerja pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe.

Berbagai kebijakan yang mengarah pada peningkatan kualitas

manusia telah ditempuh oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe. Data

yang tersaji pada buku ini kami jadikan sebagai alat pemantauan

terhadap perkembangan pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe

serta dapat digunakan sebagai bahan akuntabilitas publik yang

mengevaluasi kinerja pemerintah.

Kepada tim penyusun, kami ucapkan terima kasih atas daya dan

upaya dalam penyusunan buku ini. Akhirnya saran dan kritik sangat

kami harapkan untuk penyempurnaan penyusunan buku ini di masa

mendatang.

Lhokseumawe, November 2013

Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe

Kepala,

Mughlisuddin, SE

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan

rahmat serta hidayah-Nya, hingga tersusun buku “Penghitungan dan

Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe Tahun

2012” oleh BPS Kota Lhokseumawe berkerjasama dengan BAPPEDA

Kota Lhokseumawe. Publikasi ini dapat digunakan untuk mengukur

kinerja pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe.

Berbagai kebijakan yang mengarah pada peningkatan kualitas

manusia telah ditempuh oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe. Data

yang tersaji pada buku ini kami jadikan sebagai alat pemantauan

terhadap perkembangan pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe

serta dapat digunakan sebagai bahan akuntabilitas publik yang

mengevaluasi kinerja pemerintah.

Kepada tim penyusun, kami ucapkan terima kasih atas daya dan

upaya dalam penyusunan buku ini. Akhirnya saran dan kritik sangat

kami harapkan untuk penyempurnaan penyusunan buku ini di masa

mendatang.

Lhokseumawe, November 2013

Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe

Kepala,

Mughlisuddin, SE

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan

rahmat serta hidayah-Nya, hingga tersusun buku “Penghitungan dan

Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe Tahun

2012” oleh BPS Kota Lhokseumawe berkerjasama dengan BAPPEDA

Kota Lhokseumawe. Publikasi ini dapat digunakan untuk mengukur

kinerja pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe.

Berbagai kebijakan yang mengarah pada peningkatan kualitas

manusia telah ditempuh oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe. Data

yang tersaji pada buku ini kami jadikan sebagai alat pemantauan

terhadap perkembangan pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe

serta dapat digunakan sebagai bahan akuntabilitas publik yang

mengevaluasi kinerja pemerintah.

Kepada tim penyusun, kami ucapkan terima kasih atas daya dan

upaya dalam penyusunan buku ini. Akhirnya saran dan kritik sangat

kami harapkan untuk penyempurnaan penyusunan buku ini di masa

mendatang.

Lhokseumawe, November 2013

Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe

Kepala,

Mughlisuddin, SE

Page 5: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTARSAMBUTAN

iii

DAFTAR ISI iiiDAFTAR TABEL vDAFTAR GAMBAR vii

BAB I PENDAHULUAN 21.1 Latar Belakang1.2 Tujuan1.3 Manfaat1.4 Ruang Lingkup

2788

BAB II METODOLOGI 92.1 Metode Pengumpulan Data2.2 Metode Pengolahan Data2.3 Metode Analisis dan Penghitungan IPM

2.3.1 Rumus Umum IPM2.3.2 Angka Harapan Hidup2.3.3 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah2.3.4 Purchasing Power Parity (PPP)2.3.5 Perubahan IPM

2.4 Metode Penyajian

91112121417192324

BAB III GAMBARAN UMUM 283.1 Kondisi Geografis3.2 Kondisi Pemerintahan3.3 Kondisi Demografi3.4 Kondisi Ketenagakerjaan3.5 Kondisi Perekonomian

3.5.1 Struktur Ekonomi3.5.2 Pertumbuhan Ekonomi

28293236393946

BAB IV INDIKATOR KESEHATAN 51

BAB V INDIKATOR PENDIDIKAN 545.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat5.2 Angka Melek Huruf5.3 Rata-rata Lama Sekolah

555657

BAB VI INDIKATOR DAYA BELI 606.1 Pengeluaran Konsumsi Per Kapita6.2 Daya Beli Penduduk

6063

Page 6: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

iv

Halaman

BAB VII PERKEMBANGAN IPM 677.1 Indeks Pembangunan Manusia7.2 Shortfall IPM

6771

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 758.1 Kesimpulan8.2 Implikasi Kebijakan

8.2.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan8.2.2 Strategi dan Sasaran Pembangunan Manusia

75767678

Page 7: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai Ekstrim Komponen Indeks Pembangunan Manusia(IPM) yang Digunakan dalam Penghitungan 13

Tabel 2.2 Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untukMenghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 19

Tabel 2.3 Klasifikasi IPM 24

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Lhokseumawe per Kecamatan 29

Tabel 3.2 Nama Gampong Berdasarkan Kecamatan dan Kemukimandi Kota Lhokseumawe 30

Tabel 3.3 Jumlah dan Tingkat Kepadatan Pendudukdi Kota Lhokseumawe Tahun 2012 32

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia Produktifdi Kota Lhokseumawe Tahun 2012 33

Tabel 3.5 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang BekerjaBerdasarkan Sektor Pekerjaan Utama di KotaLhokseumawe Tahun 2012 37

Tabel 3.6 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota LhokseumaweAtas Dasar Harga BerlakuMenurut Sektor, 2009-2012 Dengan Migas (persen) 40

Tabel 3.7 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota LhokseumaweAtas Dasar Harga BerlakuMenurut Sektor, 2009-2012 Tanpa Migas (persen) 44

Tabel 3.8 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Dalam PDRB KotaLhokseumawe Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor,2009-2012 Dengan dan Tanpa Migas (persen) 48

Tabel 6.1 Pendapatan Per Kapita Kota Lhokseumawe Tahun 2008-2012 (Rp) 62

Page 8: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

vi

Tabel 7.1

Tabel 7.2

Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Lhokseumawe Tahun2012

Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Lhokseumawe Tahun2012

69

70

Page 9: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Piramida Penduduk Kota Lhokseumawe Tahun 2012 35

Gambar 3.2 Peranan PDRB Dengan Migas Kota LhokseumaweTahun 2012 43

Gambar 3.3 Peranan PDRB Tanpa Migas Kota Lhokseumawe Tahun2012 46

Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup di Kota Lhokseumawe Tahun2007 - 2012 52

Gambar 5.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke AtasMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan danJenis Kelamin di Kota Lhokseumawe Tahun 2012 56

Gambar 5.2 Angka Melek Huruf di Kota Lhokseumawe Tahun 2007 -2012 57

Gambar 5.3 Rata-rata Lama Sekolah di Kota Lhokseumawe Tahun2007 - 2012 58

Gambar 6.1 Pengeluaran Per Kapita Sebulan Kota Lhokseumawedan Provinsi Aceh Tahun 2011-2012 61

Gambar 6.2 Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan KotaLhokseumawe, 2007-2012 (Rp 000) 64

Gambar 6.3 Indeks Daya Beli Kota Lhokseumawe Tahun 2007-2012 65

Gambar 7.1 Perkembangan IPM Kota Lhokseumawe dan BeberapaKabupaten/Kota Lainnya di Aceh Tahun 2007 - 2012 67

Gambar 7.2 Perkembangan Reduksi Shortfall IPM KotaLhokseumawe Tahun 2007 - 2012 72

Page 10: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB I

PENDAHULUAN

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 11: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Perhitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan manusia (human development)

merupakan suatu paradigma yang menempatkan manusia

sebagai titik sentral sehingga setiap upaya pembangunan

mempunyai ciri dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam

kerangka ini maka pembangunan daerah ditujukan untuk

meningkatkan partisipasi penduduk dalam semua proses

pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

melakukan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai

sumber daya baik dari aspek fisik (kesehatan), intelektualitas

(pendidikan), kesejahteraan ekonomi (daya beli) maupun

moralitas (iman dan takwa). Hal ini sesuai dengan tujuan

pembangunan yang tercantum dalam UUD 1945, yaitu

“memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa” yang secara implisit juga mengandung

makna pemberdayaan manusia.

Dalam perspektif United Nations Development

Programme (UNDP), pembangunan manusia (human

development) dirumuskan sebagai “perluasan pilihan” bagi

penduduk (enlarging the choices of people), yang dapat dilihat

sebagai proses upaya ke arah perluasan pilihan dan

sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut

(UNDP, 1990). Pada saat yang sama pembangunan manusia

I

Page 12: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Perhitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

3

dapat dilihat juga sebagai pembangunan (formation)

kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan,

pengetahuan dan ketrampilan; sekaligus sebagai

pemanfaatan (utilization) kemampuan/ketrampilan mereka

tersebut.

Konsep pembangunan di atas jauh lebih luas

pengertiannya dibandingkan konsep pembangunan ekonomi

yang menekankan pada pertumbuhan (economic growth),

kebutuhan dasar (basic needs), kesejahteraan masyarakat

(social welfare), atau pembangunan sumber daya manusia

(human resource development). Karena konsep pembangunan

UNDP mengandung empat unsur, yaitu : produktivitas

(productivity), pemerataan (equity), kesinambungan

(sustainability), dan pemberdayaan (empowerment).

Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi

pelaku atau sasaran yang ingin dicapai. Dalam kaitan ini

UNDP melihat pembangunan manusia sebagai semacam

“model” pembangunan tentang penduduk, untuk penduduk,

dan oleh penduduk.

a. tentang penduduk; berupa investasi di bidang

pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial

lainnya;

b. untuk penduduk; berupa penciptaan peluang

kerja melalui perluasan (pertumbuhan) ekonomi

dalam negeri; dan

c. oleh penduduk; berupa upaya pemberdayaan

(empowerment) penduduk dalam menentukan

Page 13: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Perhitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

4

harkat manusia dengan cara berpartisipasi dalam

proses politik dan pembangunan.

Untuk melihat sejauh mana capaian pembangunan

manusia di suatu daerah, maka kehidupan masyarakat perlu

dipantau perkembangannya. Pemantauan bertujuan untuk

mengevaluasi kemajuan hasil pembangunan. Selain itu juga

sebagai kerangka akuntabilitas publik untuk mengevaluasi

kinerja pemerintah daerah sebagai penyelenggara

pemerintahan di tingkat kabupaten/kota.

Bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh

aspek kehidupan masyarakat, baik yang berkaitan dengan

individu dalam hal kelangsungan hidup secara individu

(kebutuhan dasar, kesehatan dan KB), tumbuh kembang

(pendidikan, gizi), partisipasi (ketenaga-kerjaan, politik),

perlindungan (kesejahteraan sosial, hukum dan ketertiban),

maupun yang berkaitan dengan wilayah seperti

kependudukan, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi.

Berbagai indikator dapat digunakan untuk memantau

kemajuan pembangunan di suatu daerah, baik indikator

ekonomi maupun indikator sosial. Dalam konteks

masyarakat sebagai obyek pembangunan, maka diperlukan

suatu indikator untuk mengukur perkembangan

kehidupan/tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Untuk melihat tingkat kesejahteraan dari segi ekonomi

secara umum, indikator yang tepat digunakan adalah PDRB.

Untuk melihat gambaran tingkat kesejahteraan sosial dalam

arti lebih sempit, dapat menggunakan indikator IMH (Indeks

Page 14: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Perhitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

5

Mutu Hidup), karena indikator IMH hanya

mempertimbangkan variabel-variabel sosial saja. Sedangkan

untuk melihat gambaran tingkat kesejahteraan sosial dan

ekonomi secara luas, dapat menggunakan indikator IPM

(Indeks Pembangunan Manusia), karena IPM

mempertimbangkan variabel-variabel sosial dan ekonomi.

UNDP sejak tahun 1990 menggunakan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index

(HDI) untuk mengukur keberhasilan atau kinerja

(performence) suatu negara atau daerah dalam bidang

pembangunan manusia. Pada tahun 2010 UNDP merubah

metodologi dan direvisi pada tahun 2011. Negara India mulai

mengaplikasikan metode ini tahun 2011. Namun untuk

penyusunan buku IPM Kota Lhokseumawe Tahun 2011 ini

Kami belum menggunakan metode penghitungan terbaru.

Adapun keunggulan IPM metode baru ini yaitu

menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat

membedakan dengan baik. PNB menggantikan PDB

dikarenakan lebih menggambarkan pendapatan masyarakat.

Angka melek huruf tidak digunakan lagi karena tidak dapat

membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik,

karena angka melek huruf sebagian daerah sudah tinggi.

Namun ada implikasi dari perubahan metodologi ini,

yaitu level IPM menjadi lebih rendah akibat dari perubahan

indikator dan metode agregasi. Natinya jika IPM ini berubah

signifikan tentu berdampak pada capaian pemda setempat.

Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi yang baik agar

Page 15: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Perhitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

6

pihak-pihak terkait dapat memahami perubahan yang terjadi

itu diakibatkan perubahan metode penghitungan.

Konsep pembangunan manusia memiliki dimensi yang

sangat luas. Menurut UNDP upaya ke arah “perluasan

pilihan” hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk

paling tidak memiliki : peluang berumur panjang dan sehat,

pengetahuan ketrampilan yang memadai, dan peluang untuk

merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan

yang produktif (misalnya dapat bekerja dan memperoleh

“uang” sehingga memiliki daya beli). Dengan kata lain,

tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut minimal sudah

dapat merefleksikan tingkat keberhasilan pembangunan

manusia suatu negara/daerah.

Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur di

atas, UNDP menyusun suatu indeks komposit berdasarkan

pada 3 (tiga) indikator, yaitu : Angka Harapan Hidup (life

expectancy at age o : eo), Angka melek huruf penduduk

dewasa (adult literacy rate : Lit), Rata-rata lama sekolah

(mean years of schooling : MYS), serta Purchasing Power

Parity (merupakan ukuran pendapatan yang sudah

disesuaikan dengan paritas daya beli). Indikator pertama

mengukur “umur panjang dan sehat”, dua indikator

berikutnya mengukur “pengetahuan dan ketrampilan”,

sedangkan indikator terakhir mengukur kemampuan dalam

mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga

indikator inilah yang digunakan sebagai komponen dalam

penyusunan IPM/HDI.

Page 16: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Perhitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

7

Pengukuran tingkat pemenuhan ketiga indikator di atas

dilakukan dengan sistem pengukuran yang dipakai oleh

UNDP dalam menyusun IPM global. Hal ini didorong harapan

agar indeks yang dihasilkan terbanding secara nasional

maupun internasional.

Bagi daerah-daerah yang relatif baru seperti Kota

Lhokseumawe, kegiatan penyusunan IPM memiliki peran

sangat strategis dalam perencanaan pembangunan regional

khususnya pembangunan manusia. Dalam evaluasi

pembangunan manusia, IPM ini dapat diamati

perkembangannya setiap periode sehingga dapat diketahui

seberapa besar percepatan pembangunan manusia antar

periode. Di sisi lain, secara cross section IPM juga dapat

digunakan sebagai indikator pembanding antar wilayah

untuk melihat posisi relatif pembangunan manusia suatu

wilayah terhadap wilayah lain.

1.2 Tujuan Kegiatan perhitungan dan analisis Indeks

Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe bertujuan untuk

melihat kondisi pembangunan manusia dan diharapkan

mampu digunakan sebagai pembanding kinerja

pembangunan manusia antar waktu dan antar daerah.

Page 17: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Perhitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

8

1.3 Manfaat Beberapa manfaat penting yang dapat diperoleh dari

perhitungan dan analisis Indeks Pembangunan Manusia

Kota Lhokseumawe adalah sebagai berikut :

1. sebagai bahan Laporan Pembangunan Manusia

(Human Development Report) di Kota Lhokseumawe,

2. sebagai alat bantu pemerintah dalam rangka

melakukan perencanaan dan evaluasi

pembangunan daerah,

3. sebagai bahan akuntabilitas publik terhadap kinerja

pemerintah daerah khususnya dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan

4. sebagai basis data dan data acuan bagi pihak lain

yang berkepentingan.

1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup bahasan dalam penyusunan publikasi

ini adalah wilayah administratif Kota Lhokseumawe.

Page 18: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB II

METODOLOGI

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 19: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

9

METODOLOGI

2.1 Metode Pengumpulan Data

Metode penghitungan IPM yang dilakukan pada buk ini

masih menggunakan metode yang lama. Informasi yang

dicakup dalam kegiatan penyusunan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) Kota Lhokseumawe adalah data sekunder

yang diperoleh dari lembaga, institusi maupun instansi

pemerintah yang relevan. Data-data tersebut secara garis

besar adalah sebagai berikut :

1. Indiktor Kesehatan, yang meliputi angka harapan

hidup dan IMR, dengan data dasar adalah jumlah

wanita usia subur 15-49 tahun (wus), status

perkawinan wus, jumlah anak lahir hidup maupun

anak lahir mati dari wus, dan life table model

western dari UN (United Nations).

2. Indikator Pendidikan, yang meliputi rata-rata lama

sekolah (mean years school) dan angka melek huruf

(literacy rate), dengan data pokok jumlah penduduk

yang bersekolah, pendidikan tertinggi yang

ditamatkan, dan kemampuan baca tulis penduduk.

3. Indikator Daya Beli, yang meliputi indeks kemahalan

dan paritas daya beli yang menggunakan data

pokok:

II

Page 20: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

10

a. Pengeluaran konsumsi makanan maupun non

makanan oleh penduduk

b. Harga 27 paket komoditi dasar di Kota

Lhokseumawe dan di Kota Banda Aceh sebagai

pembanding.

Penggunaan harga-harga komoditi di Kota Banda

Aceh sebagai angka pembanding dimaksudkan

agar dapat terlihat kewajaran harga-harga dari 27

komoditi tersebut, mengingat Kota Banda Aceh

sebagai pusat perekonomian di wilayah Propinsi

Aceh.

Tingkat daya beli penduduk menggambarkan

kondisi relatif daya beli antar wilayah dan antar

waktu. Sehubungan dengan hal tersebut daya beli

penduduk ini harus disesuaikan dengan

komponen lain seperti indeks harga dan indeks

kemahalan melalui formula atkinson. Angka daya

beli yang dihasilkan tidak dapat diinterpretasikan

berdasarkan angka nominalnya, melainkan harus

diinterpretasikan secara riil dengan

membandingkan antar wilayah dan antar waktu.

Harga 27 paket komoditi yang dimaksud di sini

adalah komoditi terpilih untuk menghitung paritas

daya beli.

Page 21: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

11

2.2 Metode Pengolahan Data

Setelah tahap pengumpulan data selesai, tahap

berikutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan cara manual dan dengan

bantuan komputer atau software.

- Tahap pertama pengolahan data, metode yang

digunakan adalah secara manual (pra komputer).

Pengolahan data secara manual ini terdiri atas tahap

pemeriksaan (verification) dan penyuntingan-

pengkodean (editing coding).

- Tahap kedua, setelah tahap manual selesai,

pengolahan data dilanjutkan dengan bantuan

komputer. Pada tahap ini dilakukan perekaman data

(entry data) dengan menggunakan paket program

SPSS (Statistical Program for Social Science),

pengecekan hasil entry (validasi), dan proses

tabulasi untuk mempermudah analisis.

Secara rinci tahapan dalam pengolahan data dalam

kegiatan ini adalah:

1. Pengelompokan data (data batching)

2. Pemeriksaan data hasil lapangan (verifikasi)

3. Perekaman data (entry)

4. Pengecekan konsistensi data (validasi)

5. Tabulasi

Page 22: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

12

2.3 Metode Analisis dan Penghitungan IPM

Analisis yang dilakukan dalam penyusunan Indeks

Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe menggunakan

metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis

deskriptif ditujukan untuk memperoleh gambaran atau

deskripsi dari angka IPM dan berbagai indikator turunannya.

Berbagai data yang ada melalui analisis kuantitatif berupa

perhitungan-perhitunagn tertentu sangat diperlukan untuk

pembentukan indikator kesehatan, indikator pendidikan,

dan indikator daya beli sebgai pembentuk angka IPM.

2.3.1 Rumus Umum IPM

Seperti dikemukakan sebelumnya komponen IPM terdiri

dari angka harapan hidup (eo), angka melek huruf (Lit), rata-

rata lama sekolah (MYS), dan Purchasing Power Parity (PPP).

Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung

indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan

1 (keadaan terbaik). Lebih kanjut komponen angka melek

huruf dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi satu

sebagai indikator pendidikan dengan perbandingan 2:1.

Dalam laporan ini indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan

(dikalikan 100) untuk mempermudah penafsiran. Teknik

penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti

rumus sebagai berikut:

Page 23: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

13

Xi – Xi min Indeks Xi = Xi maks – Xi min di mana:

Xi = Indikator ke-i (i=1,2,3)

Xi maks = Nilai maksimum Xi

Xi min = Nilai minimum Xi

Ketiga indeks yang dihitung ini (X1,X2,X3) adalah:

1. Indeks Harapan Hidup (Indeks X1)

2. Indeks Pendidikan (Indeks X2)

3. Indeks Daya Beli (Indeks X3)

Dengan nilai maksimum dan minimum sebagai berikut :

Tabel 2.1 Nilai Ekstrim Komponen IPM

Komponen IPM (Xi) Nilai Maksimum

Nilai Minimum

Angka Harapan Hidup (e0) 85 25

Angka Melek Huruf (Lit) 100 0

Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 15 0

Daya Beli (Real Per Capita Expenditure/Real PPP Adjusted) (Rp 000) 792.720 360.000

Nilai maksimum dan minimum untuk komponen angka

harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama

sekolah adalah sama seperti yang digunakan UNDP dalam

Page 24: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

14

menyusun IPM global tahun 1994, kecuali untuk nilai real

PPP adj telah disesuaikan dengan keadaan negara Indonesia.

Setelah ketiga angka indeks tersebut dihasilkan, maka

dapat dihitung IPM secara global:

X1 + X2 + X3 3 ;

di mana :

X1 = Indeks Harapan Hidup

X2 = Indeks Pengetahuan (2/3 Indeks Melek Huruf

+ 1/3 Indeks Lama Sekolah)

X3 = Indeks Standar Hidup Layak

2.3.2 Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup pada waktu lahir (e0), yaitu rata-

rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh sekelompok orang

yang dilahirkan pada suatu waktu tertentu dengan asumsi

pola mortalitas untuk setiap kelompok umur pada masa

yang akan datang tetap.

Variabel e0 diharapkan mencerminkan “lama hidup”

sekaligus “hidup sehat” suatu masyarakat. Meskipun

sebenarnya angka morbiditas/kesakitan akan lebih valid

dalam mengukur ‘hidup sehat’, akan tetapi hanya sedikit

negara yang memiliki data morbiditas yang dapat dipercaya,

maka variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan

perbandingan.

IPM =

Page 25: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

15

Penghitungan angka harapan hidup Kota Lhokseumawe

dilakukan dengan menggunakan bantuan tabel kematian (life

tables) dan software Mortpak-Lite. Angka harapan hidup

dihitung dengan metode tidak langsung yaitu : Brass variant

Trussel dan bantuan Life Tables model Western. Data dasar

yang digunakan untuk penghitungan metode tidak langsung

adalah “rata-rata anak lahir hidup” dan “rata-rata anak

masih hidup” dari wanita per kelompok umur. Oleh karena

itu, metode penghitungan tersebut memerlukan data-data

sebagai berikut :

1. Jumlah wanita per kelompok usia (15-19, 20-24, 25-

29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49)

2. Anak Lahir Hidup (ALH) dari wanita per kelompok

usia (15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-

49)

3. Anak Masih Hidup (AMH) dari wanita per kelompok

usia (15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-

49)

Melalui metode ini secara tidak langsung juga

menghasilkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-

IMR). IMR merupakan suatu indikator kesehatan dan

kesejahteraan rakyat yang sangat penting. IMR didefinisikan

sebagai banyaknya atau tingkat kematian bayi sebelum

mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada suatu

daerah dalam waktu tertentu.

Page 26: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

16

IMR dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Jika angka IMR < 40 (Hard Rock), berarti tingkat

kesehatan dan kesejahteraan ibu yang melahirkan

baik, namun pada level ini sangat sulit diupayakan

penurunan angka IMR-nya.

2. Jika angka IMR antara 40-70 (Intermediate Rock),

berarti tingkat kesehatan dan kesejahteraan ibu

yang melahirkan sedang (agak baik), namun pada

level ini agak sulit diupayakan penurunan angka

IMR-nya.

3. Jika angka IMR > 70 (Soft Rock), berarti tingkat

kesehatan dan kesejahteraan ibu yang melahirkan

buruk, namun pada level ini cukup mudah

diupayakan penurunan angka IMR-nya.

Adapun tahapan yang dilakukan untuk memperoleh

Angka Harapan Hidup adalah sebagai berikut:

1. Cari jumlah wanita per kelompok usia; 15-19, 20-

24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49 (Wi)

2. Cari jumlah anak lahir hidup dari wanita per

kelompok usia; 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39,

40-44, 45-49 (ALHi)

3. Cari jumlah anak masih hidup dari wanita per

kelompok usia; 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39,

40-44, 45-49 (AMHi)

4. Cari Pi = ALHi/∑Wi (i = kelompok umur)

5. Cari Si = AMHi/∑Wi (i = kelompok umur)

6. Cari Di = 1- (Si/Pi) (i = kelompok umur)

Page 27: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

17

7. Cari xQ0 = Di x Ki (Ki untuk setiap kelompok umur

diperoleh dari table Trussel)

8. Cari IMR dari xQ0 untuk kelompok umur 20-24, 25-

29, 30-34 dengan bantuan Life Tables model

Western

9. Cari rata-rata ketiga IMR tersebut (=IMR)

10. Cari level dari IMR dengan bantuan Life Tables

model Western

11. Dari level yang diperoleh maka akan diperoleh pula

e0.

2.3.3 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Untuk mengukur dimensi pengetahuan BPS

menggunakan kombinasi angka melek huruf dan rata-rata

lama sekolah penduduk dewasa (15 tahun ke atas). Kedua

indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat

pengetahuan dan ketrampilan penduduk.

Angka melek huruf didefinisikan sebagai kemampuan

membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Angka

ini diolah dari variabel kemampuan baca tulis dari Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor. Pentingnya angka

melek huruf (Lit) sebagai komponen IPM tidak banyak

diperdebatkan. Permasalahannya hanya sebatas kepekaan

Lit sebagai ukuran dimensi pengetahuan karena dinilai

angkanya sudah cukup tinggi di semua wilayah Indonesia.

Dampak kelemahan tersebut berkurang dengan

dimasukkannya variabel rata-rata lama sekolah (MYS) dalam

Page 28: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

18

penghitungan indeks pendidikan (IP) yang menurut UNDP

dihitung dengan cara sebagai berikut:

IP = 2/3 Indeks Lit + 1/3 Indeks MYS

Rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan

dua variabel dasar dalam kuesioner Kor-Susenas, yaitu kelas

tertinggi yang pernah/sedang diduduki dan pendidikan

tertinggi yang ditamatkan. Penghitungan MYS dilakukan

dengan cara penghitungan tidak langsung. Langkah pertama

adalah memberikan bobot variabel “pendidikan tertinggi yang

ditamatkan” kemudian langkah selanjutnya menghitung

rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai bobotnya.

Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut:

10

fi * LSi i=1

MYS = 10 fi i=1

di mana:

MYS = rata-rata lama sekolah

fi = frekuensi penduduk untuk jenjang

pendidikan i

Si = skor untuk masing-masing jenjang

pendidikan i

LSi = 0 (bila tidak/belum pernah sekolah)

Page 29: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

19

LSi = Si (bila tamat)

LSi = Si + kelas yang diduduki-1 (bila masih

bersekolah dan pernah tamat)

LSi = kelas yang diduduki-1 (bila jenjang yang

diduduki SD/SR)

i = jenjang pendidikan (1,2,3,....,11) Tabel 2.2 Jenjang Pendidikan dan Skor Yang Digunakan Untuk

Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Jenjang Pendidikan Skor

(1) (2)

1. Tidak/belum pernah sekolah

2. SD/MI/sederajat

3. SLTP/MTs/sederajat/Kejuruan

4. SMU/MA/sederajat

5. SM Kejuruan

6. Diploma I

7. Diploma II

8. Diploma III/Sarjana Muda

9. Diploma IV/S1

10. S2

11. S3

0

6

9

12

12

13

14

15

16

18

21

2.3.4 Purchasing Power Parity (PPP) Dengan dimasukkannya variabel PPP sebagai ukuran

paritas daya beli, IPM secara konseptual jelas lebih lengkap

dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia daripada

IMH atau PQLI. Karena IMH yang tinggi hanya merefleksikan

Page 30: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

20

kondisi masyarakat yang memiliki peluang hidup panjang

(dan sehat) serta tingkat pendidikan (dan ketrampilan) yang

memadai. Menurut UNDP kondisi tersebut belum

memberikan gambaran yang ideal karena belum

memasukkan aspek peluang kerja/berusaha yang memadai

sehingga memperoleh sejumlah “uang” yang memiliki daya

beli (purchasing power). Pemenuhan kebutuhan seperti itulah

yang dicoba diukur dengan PPP.

Komponen standar hidup layak dihitung dengan rata-

rata konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dengan

metode Atkinson. UNDP dalam menyusun IPM global,

menggunakan PDB per kapita untuk mengukur standar

hidup layak. Untuk kepentingan penghitungan IPM

Kabupaten/Kota, BPS tidak menggunakan pendapatan per

kapita. Alasannya pendapatan per kapita hanya mengukur

produksi suatu wilayah sehingga tidak mencerminkan daya

beli riil masyarakat yang merupakan fokus perhatian IPM.

Sebagai penggantinya BPS menggunakan indikator dasar

rata-rata pengeluaran per kapita.

Data pengeluaran per kapita dihitung dari data Susenas

Kor yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga

menjamin keterbandingan antar waktu dan antar wilayah di

Indonesia. Dalam tahapan penyesuaian ini dihitung juga

indeks kemahalan dengan tujuan menstandarkan nilai “beli

atau manfaat” rupiah di seluruh Indonesia dan didiscount

dengan formula Atkinson. Ilustrasinya adalah bahwa

kenaikan Rp 50.000,- bagi kabupaten/kota yang memiliki

Page 31: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

21

pengeluaran per kapita Rp 100.000,- akan memiliki nilai

“beli” atau nilai “manfaat” yang berbeda dengan kenaikan

yang sama bagi kabupaten/kota yang memiliki pengeluaran

per kapita Rp 500.000,-

Secara garis besar, proses penyesuaian untuk

menghitung angka indeks daya beli adalah sebagai berikut :

1. Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari

Susenas Kor (=A)

A = Pengeluaran seluruh penduduk untuk barang dan jasa

Jumlah seluruh penduduk

2. Menyesuaikan nilai A (mark-up) dengan data Susenas

Modul sekitar 20 persen (=B). Penyesuaian ini

diperlukan karena data pengeluaran hasil survei,

dalam hal ini data konsumsi Susenas Kor, cenderung

under estimate.

B = 1,2 x A

3. Mendeflasikan nilai B dengan IHK/Indeks Harga

Konsumsen (=C). Bagi daerah yang tidak memiliki

data inflasi, IHK bias didekati dengan IHK ibukota

propinsi (jika dekat) atau inflasi PDRB.

C = B IHK

4. Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit) yang

disebut dengan indeks kemahalan. Indeks

kemahalan (PPP/unit) dimaksudkan untuk

menstandarkan nilai rupiah di semua wilayah

Indonesia. Oleh karena itu, berdasarkan standar

baku penghitungan IPM secara nasional digunakan

Page 32: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

22

harga-harga pada wilayah Jakarta Selatan sebagai

pembanding. Penghitungan PPP/unit dilakukan

sesuai rumus :

E(i,j) j

PPP/Unit = p(9,j) q(i,j)

j

di mana :

E(i,j) = Total pengeluaran untuk komoditi j di kab/kota

p(9,j) = Harga komoditi j di Jakarta Selatan q(i,j) = Total komoditi j (unit) yang di konsumsi

di kab/kota

5. Membagi nilai C dengan PPP/unit (=D)

6. Menyesuaikan (mendiscount) nilai D dengan formula

Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai

marginal utility dari D (riil/PPPadj) (=D*). Rumus

Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-

rata konsumsi riil secara matematis dapat

dinyatakan sebagai berikut:

D(i)* = D(i) jika D(i) Z

= Z+2(D(i) –Z)(1/2) jika Z<D(i)2Z

= Z+2(Z)(1/2) +3(D(i)-2Z)1/3 jika 2Z<D(i)3Z

= Z+2(Z)(1/2)+3(Z)(1/3)+4(D(i)-2Z)(1/4) jika 3Z<D(i)4Z dimana:

D(i) = konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan

dengan PPP/unit (hasil tahapan 6)

Page 33: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

23

Z = threshold atau tingkat pendapatan tertentu

yang digunakan sebagai batas kecukupan

(biasanya menggunakan garis kemiskinan) yang

dalam laporan ini Z ditetapkan sebesar

Rp 1.500,- per kapita sehari atau Rp 547.500,-

per kapita setahun

2.3.5 Perubahan IPM Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari

dua segi, yaitu :

1. Kecepatan Perubahan IPM (shortfall)

Kecepatan perubahan IPM dalam suatu periode

dapat dilihat dari angka shortfall. Angka tersebut

mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara

“jarak yang sudah ditempuh” dengan yang “harus

ditempuh” untuk mencapai kondisi yang ideal

(IPM=100). Semakin tinggi angka shortfall, semakin

cepat kenaikan IPM. Secara formulasi reduksi

sortfall (r) adalah:

IPM t1 – IPM t0 R = x100

IPM ref – IPM t0

di mana :

IPM t0 = IPM tahun dasar

IPM t1 = IPM tahun terakhir

IPM ref = IPM acuan atau ideal yang dalam hal

ini sama dengan 100

Page 34: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

24

2. Meningkatnya status pembangunan manusia

berdasarkan klasifikasi berikut :

Tabel 2.3 Klasifikasi IPM

Nilai IPM Status Pembangunan Manusia

< 50 50 IPM < 66 66 IPM < 80 80

Rendah Menengah bawah Menengah atas Tinggi

2.4 Metode Penyajian

Penyajian data merupakan salah satu hal yang sangat

penting dalam penyusunan publikasi atau buku. Hal ini

berkaitan dengan kemudahan para pengguna atau

konsumen publikasi IPM Kota Lhokseumawe. Penyajian data

dalam penyusunan IPM ini akan berbentuk tulisan, grafik,

dan tabel. Penyajian isi materi akan disajikan secara

terstruktur dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pertama ini akan dijelaskan tentang

latar belakang, maksud, tujuan, dan ruang

lingkup dari penghitungan dan analisis IPM Kota

Lhokseumawe.

BAB II METODOLOGI

Bagian ke dua ini menjelaskan berbagai metode

atau teknik yang digunakan dalam pengumpulan

Page 35: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

25

data, pengolahan data, berbagai formulasi

penghitungan indikator, dan metode analisis.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bagian ke tiga ini menjelaskan secara ringkas

mengenai kondisi wilayah Kota Lhokseumawe,

seperti kondisi geografis, musim, pemerintahan,

kependudukan, perekonomian, dan sosial

budaya.

BAB IV INDIKATOR KESEHATAN

Bagian ke empat ini merupakan bagian awal dari

substansi publikasi IPM. Dalam bagian ini akan

dijelaskan secara rinci mengenai kondisi

kesehatan penduduk berdasarkan relevansinya

dengan penghitungan IPM, seperti kematian bayi

dan angka harapan hidup.

BAB V INDIKATOR PENDIDIKAN

Bagian ini akan menjelaskan secara rinci

mengenai kondisi pendidikan masyarakat

berdasarkan relevansinya dengan penghitungan

IPM, seperti tingkat pendidikan penduduk, rata-

rata lama sekolah, dan angka melek huruf.

BAB VI INDIKATOR DAYA BELI

Bagian ini merupakan bagian terakhir dari

substansi publikasi IPM. Di bagian ini akan

dijelaskan kondisi daya beli masyarakat

Page 36: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

26

berdasarkan relevansinya dengan penghitungan

IPM, seperti variabel pengeluaran konsumsi

penduduk dan daya beli penduduk.

BAB VII PERKEMBANGAN IPM

Bagian ke tujuh ini merupakan bagian pokok

karena di dalamnya akan dijelaskan mengenai

kondisi pembangunan manusia di Kota

Lhokseumawe yang ditunjukkan oleh indikator

IPM beserta kecepatan perubahan pembangunan

manusia (shortfall).

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Bagian penutup ini berisi tentang kesimpulan

hasil berbagai penghitungan indikator beserta

model implikasi kebijakan yang akan

direkomendasikan kepada Pemerintah Kota

Lhokseumawe.

Page 37: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB III

GAMBARAN UMUM

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 38: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

28

GAMBARAN UMUM

Kota Lhokseumawe merupakan salah satu daerah

otonom baru dalam Provinsi Aceh. Kota Lhokseumawe

pemekaran dari kabupaten induknya yaitu Kabupaten Aceh

Utara yang dibentuk dengan Undang-undang No. 2 Tahun

2001 tanggal 21 Juni 2001.

3.1 Kondisi Geografis

Kota Lhokseumawe adalah salah satu kota setingkat

kabupaten yang berada di wilayah timur Provinsi Aceh.

Terletak pada posisi astronomis 04o54’ – 05o18’ Lintang Utara

dan 96o20’ – 97o21’ Bujur Timur.

Kota Lhokseumawe secara administratif memiliki batas

sebagai berikut :

Curah hujan di Kota Lhokseumawe rata-rata berkisar

20 – 283 mm pada tahun 2011 setara dengan suhu udara

antara 23 oC - 34 oC. Wilayah Kota Lhokseumawe berada pada

ketinggian antara 2 – 24 meter dpl (di atas permukaan laut).

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta Makmur (Aceh

Utara)

Sebelah Barat : Kecamatan Dewantara (Aceh Utara)

Sebelah Timur : Kecamatan Syamtalira Bayu (Aceh

Utara)

III

Page 39: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

29

Luas wilayah Kota Lhokseumawe berdasarkan undang-

undang No. 2 Tahun 2001 seluas 181,06 Km² atau 18.106

Ha yang meliputi 3 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan

Banda Sakti, Kecamatan Blang Mangat, dan Kecamatan

Muara Dua. Pada tahun 2006 terjadi pemekaran wilayah

Kecamatan Muara Dua menjadi kecamatan Muara Dua dan

Kecamatan Muara Satu. Rincian luas wilayah kecamatan

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Lhokseumawe per Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah

Km² Ha

1. Blang Mangat 56,12 5.612

2. Muara Dua 57,80 5.780

3. Muara Satu 55,90 5.590

4. Banda Sakti 11,24 1.124

Jumlah 181,06 18.106

Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe

3.2 Kondisi Pemerintahan

Sejak tahun 2006, secara administrasi Kota

Lhokseumawe terdiri dari:

- 4 ( empat ) kecamatan

- 9 ( sembilan ) kemukiman

- 68 ( enam puluh delapan ) gampong

Page 40: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

30

Tabel 3.2 Nama Gampong Berdasarkan Kecamatan dan Kemukiman di Kota Lhokseumawe

No. Urut

I BANDA SAKTI I. Mukim Lhokseumawe Selatan 1 Kuta Blang

2 Kota Lhokseumawe3 Mon Geudong4 Keude Aceh5 Simpang Empat6 Pusong Lhokseumawe7 Lancang Garam 8 Pusong Baru9 Kampung Jawa Baru

II. Mukim Lhokseumawe Utara 10 Kp Jawa Lama11 Hagu Teungoh12 Uteun Bayi13 Ujong Blang14 Hagu Selatan15 Tumpok Teungoh16 Hagu Barat Laut17 Ulee Jalan18 Banda Masen

II MUARA DUA

I. Mukim Kandang 1 Alue Awe2 Blang Crum3 Cut Mamplam4 Meunasah Mee5 Cot Girek Kandang6 Meunasah Manyang7 Meunasah Blang

II. Mukim Cunda 8 Keude Cunda9 Meunasah Uteunkot Cunda10 Lhokmon Puteh11 Meunasah Mesjid12 Meunasah Panggoi13 Meunasah Paya Bili14 Meunasah Alue15 Paya Peunteuet16 Blang Poh Roh17 Paloh Batee

Nama Gampong Nama Kecamatan dan Mukim

Page 41: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

31

No. Urut

III MUARA SATU

I. Mukim Paloh Timur 1 Cot Trieng2 Paloh Punti3 Padang Sakti4 Meuria Paloh5 Meunasah Dayah6 Blang Panyang

II. Mukim Paloh Barat 7 Ujong Pacu8 Blang Pulo9 Blang Naleung Mameh

10 Batuphat Timur11 Batuphat Barat

IV BLANG MANGAT

I. Mukim Meuraksa 1 Kuala2 Blang Cut3 Mesjid Meuraksa4 Jambo Timu5 Tunong6 Blang Teueu7 Teungoh

II. Mukim Peunteuet 8 Baloy9 Blang Peunteuet

10 Kumbang Peunteuet11 Mesjid Peunteuet12 Ulee Blang Mane13 Keude Peunteuet14 Mane Kareung15 Asan Kareung

III. Mukim Mangat Makmu 16 Rayeuk Kareung 17 Alue Lim

18 Blang Buloh19 Blang Weu Panjou20 Jeulikat21 Blang Weu Baroh22 Seuneubok

Nama DesaNama Kecamatan dan Mukim

Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe

3.3 Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun

2011 mencapai 175.082 jiwa dengan komposisi penduduk

Page 42: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

32

laki-laki sebanyak 87.392 jiwa dan penduduk perempuan

sebanyak 87.690 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas

wilayah Kota Lhokseumawe yang seluas 181,06 km2, maka

kepadatan penduduk di kota ini mencapai 967 jiwa per km2.

Dari empat kecamatan yang ada di Kota

Lhokseumawe, Kecamatan Banda Sakti adalah kecamatan

dengan penduduk terbanyak, mencapai 75.226 jiwa.

Kecamatan Blang Mangat merupakan kecamatan dengan

jumlah penduduk paling sedikit yaitu 22.186 jiwa.

Tabel 3.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sumber : Bappeda Kota Lhokseumawe

Kecamatan Banda Sakti memiliki tingkat kepadatan

tertinggi mencapai 6.693 jiwa per km2. Adapun Kecamatan

Blang Mangat adalah wilayah yang memiliki tingkat

kepadatan terendah yaitu 395 jiwa per km2.

Penduduk (jiwa)

Luas Wilayah ( Km2 )

Kepadatan (jiwa/km2)

(2) (3) (4)

1 22.186 56,12 395

2 Muara Dua 45.221 57,80 782

3 Muara Satu 32.449 55,90 580

4 Banda Sakti 75.226 11,24 6693

175.082 181,06 967

Kecamatan

(1)

Blang Mangat

Jumlah

Page 43: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

33

Komposisi penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun

2011 untuk kelompok usia 0-14 tahun sebesar 32,1 persen.

Kelompok usia 15-64 tahun 65,29 persen dan kelompok usia

65 tahun ke atas 2,61 persen. Rasio beban tanggungan

(dependency ratio) sebesar 53,18 yang berarti sebanyak ± 53

penduduk usia non produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun

ke atas) di Kota Lhokseumawe di tanggung oleh 100

penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). Tingginya

angka tersebut dapat menyebabkan pembangunan manusia

di Kota Lhokseumawe terhambat. Hal ini dikarenakan

sebagian pendapatan yang diperoleh golongan penduduk

usia produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk usia non produktif.

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Usia Produktif di Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik

Laki-laki Perempuan(1) (2) (3) (4)

0 - 14 tahun 28.983 27.227 56.210

15 - 64 tahun 56.510 57.792 114.302

65 + tahun 1.899 2.671 4.570

Jumlah 87.392 87.690 175.082

Angka Ketergantungan 54,65 51,73 53,17

Kelompok UsiaJenis Kelamin

L+P

Page 44: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

34

Perubahan demografis yang selalu mendapat

perhatian dalam analisis kependudukan adalah perubahan

struktur umur. Perubahan struktur umur ini umumnya

akibat dari menurunnya tingkat fertilitas dan mortalitas.

Proporsi penduduk yang berumur muda akan mengalami

penurunan, sedangkan proporsi penduduk yang berumur

tua akan mengalami peningkatan. Keadaan struktur umur

penduduk akan tampak jelas dengan menggunakan piramida

penduduk.

Piramida penduduk menggambarkan perkembangan

penduduk pada setiap kelompok umur yang berbeda. Bentuk

piramida penduduk dipengaruhi oleh tingkat kelahiran,

tingkat kelangsungan hidup setiap kelompok umur, dan oleh

perpindahan penduduk. Penduduk dengan tingkat kelahiran

tinggi biasanya ditandai dengan bentuk piramida penduduk

yang alasnya besar dan berangsur mengecil hingga puncak

piramida. Tingkat kelahiran rendah ditandai oleh bentuk

piramida dengan alas tidak begitu besar dan tidak langsung

mengecil hingga puncaknya. Adapun tingkat kelangsungan

hidup dan tingkat perpindahan penduduk pada setiap

kelompok umur akan mempengaruhi fluktuasi pada

piramida.

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa

penduduk Kota Lhokseumawe tahun 2011 dapat digolongkan

penduduk muda. Artinya, lebih banyak jumlah penduduk

kelompok usia muda.

Page 45: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

35

Gambar 3.1 Piramida Penduduk Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Batang piramida untuk kelompok umur 0-4 tahun dan

5-9 tahun masih relatif panjang dari kelompok umur lainnya,

kecuali kelompok umur 15-19 tahun. Hal ini berarti fertilitas

di kota ini masih cukup tinggi. Apabila dibandingkan dengan

batang piramida kelompok umur 10-14 yang hampir sama,

maka dapat ditafsirkan paling tidak dalam 15 tahun terakhir

tidak terjadi penurunan kelahiran yang berarti. Bahkan

untuk penduduk berjenis kelamin perempuan selama 25

tahun terakhir tidak terjadi penurunan kelahiran yang

berarti karena panjang batang piramida yang hampir sejajar.

Dengan angka harapan hidup sebesar 71,17 dan

dengan membandingkan piramida penduduk, dapat dilihat

Page 46: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

36

bahwa penduduk yang berumur 70 tahun ke atas adalah

penduduk perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa

penduduk perempuan memiliki harapan hidup yang lebih

panjang dari penduduk laki-laki di Kota Lhokseumawe.

3.4 Kondisi Ketenagakerjaan

Peningkatan jumlah penduduk di Kota Lhokseumawe

berakibat pada meningkatnya jumlah penduduk usia kerja

(tenaga kerja). Dengan demikian jumlah penduduk yang

memasuki angkatan kerja juga akan meningkat. Seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk yang akan memasuki

pasar kerja, maka penciptaan dan perluasan lapangan kerja

produktif diupayakan dapat terlaksana secara mantap

seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Dalam rangka memperluas lapangan kerja produktif

dan mengurangi pengangguran, Pemerintah Kota

Lhokseumawe harus mengupayakan berbagai kegiatan

melalui beberapa program di bidang ketenagakerjaan.

Program-program tersebut diharapkan dapat memperluas

lapangan kerja maupun meningkatkan kualitas pekerja.

Namun, upaya-upaya tersebut harus dilakukan

berkesinambungan karena pertumbuhan tenaga kerja baru

yang memasuki pasar kerja ke depan akan semakin tinggi.

Page 47: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

37

Tabel 3.5 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Sektor Pekerjaan Utama di Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sektor Klasifikasi Daerah Jumlah Pedesaan Perkotaan (1) (2) (3) (4)

Pertanian

Manufaktur

9.113

797

4.795

1.702

13.908

2.499

Jasa

7.119 44.879 51.998

Jumlah 17.029 51.376 68.405

Sumber: BPS Kota Lhokseumawe

Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang

bekerja di Kota Lhokseumawe tahun 2011 adalah sebesar

68.405 jiwa. Dari sejumlah itu penduduk perkotaan yang

bekerja mempunyai persentase sebesar 75,1 persen, sisanya

adalah penduduk pedesaan. Terjadi peningkatan jumlah

penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja dari

tahun 2010 yaitu sebesar 9.927 jiwa atau sebesar 16,98

persen.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota

Lhokseumawe pada tahun 2011 adalah 62,07. TPAK

merupakan rasio antara angkatan kerja dengan jumlah

penduduk usia kerja. Angka ini juga dapat menggambarkan

jumlah penduduk yang masuk dalam dunia kerja. Angka

TPAK sebesar 62,07 dapat diartikan diantara 100 orang

penduduk usia kerja terdapat 62 orang yang bekerja atau

mencari pekerjaan. TPAK penduduk pedesaan di Kota

Page 48: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

38

Lhokseumawe lebih besar daripada penduduk perkotaan. Hal

ini menunjukkan keadaan bahwa penduduk pedesaan lebih

banyak yang bekerja dan aktif mencari pekerjaan dibanding

penduduk perkotaan.

Indikator ketenagakerjaan yang tak kalah penting

untuk diamati adalah tingkat pengangguran terbuka.

Pengangguran terbuka didefinisikan sebagai orang yang

sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan

usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena

merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan,

termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi

belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk

orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga,

sehingga hanya orang yang temasuk angkatan kerja saja

yang merupakan pengangguran terbuka.

Angka TPT Kota Lhokseumawe untuk wilayah

perkotaan adalah 7,34 sedangkan angka TPT untuk wilayah

pedesaan lebih tinggi yaitu sebesar 8,49. Penggangguran

terbuka sebagian besar adalah pencari kerja, sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar angkatan kerja di

pedesaan masih membutuhkan lapangan kerja untuk

mereka.

Page 49: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

39

3.5 Kondisi Perekonomian

3.5.1 Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian menunjukkan besarnya

kontribusi masing-masing sektor ekonomi di suatu daerah.

Dengan mengamati struktur perekonomian akan tampak

seberapa besar kekuatan ekonomi suatu negara atau

daerah. Indikator makro semacam ini sangat penting bagi

pengambilan keputusan untuk menentukan arah dan

sasaran kebijakan pembangunan di masa yang akan datang.

Pola kegiatan ekonomi Kota Lhokseumawe sejak

tahun 2008 dapat dikatakan sama. Kontribusi terbesar

selalu disumbangkan oleh sektor sekunder. Walaupun

mengalami penurunan di tiap tahunnya, kontribusi sektor

sekunder selalu lebih dari 50 persen. Sektor yang

mempunyai peningkatan berarti tiap tahun adalah sektor

tersier. Sektor primer mempunyai kontribusi terkecil dalam

perekonomian Kota Lhokseumawe.

Apabila dilihat dari sektor-sektor pembentuk sektor

sekunder, maka diketahui bahwa selama periode 2008

hingga 2011 sektor industri pengolahan mempunyai peranan

paling besar, bahkan sangat mendominasi dalam struktur

ekonomi Kota Lhokseumawe secara keseluruhan. Kendati

demikian, kontribusinya dalam kurun waktu tersebut

cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata

penurunan 5,8 persen tiap tahunnya. Kontribusi tahun 2008

mencapai 62,0 persen dan terus menurun menjadi 46,6

persen pada tahun 2011.

Page 50: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

40

Tabel 3.6 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Lhokseumawe Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor, 2008-2011 Dengan Migas (persen)

Sektor 2008 2009 2010*) 2011**)

(1) (2) (3) (4) (5) Primer 4,58 4,77 4,91 5,13 1. Pertanian 4,43 4,61 4, 74 4,95 2. Pertambangan & Penggalian 0,15 0,16 0,17 0,18 Sekunder 67,14 62,49 57,76 54,89 3. Industri Pengolahan 62,00 55,84 49,92 46,6 4. Listrik & Air Minum 0,06 0,07 0,09 0,10 5. Bangunan/Konstruksi 5,08 6,58 7,75 8,19 Tersier 28,29 32,75 37,32 39.98 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 20,30 23,45 26,77 28,88 7. Pengangkutan & Komunikasi 4,27 5,09 6,09 6,43 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

0,98 1,26 1,48 1,61

9. Jasa-jasa 2,74 2,95 2,98 3,06

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Lhokseumawe Ket: *) Angka Revisi **) Angka Sementara

Industri pengolahan menjadi leading sector

perekonomian wilayah Lhokseumawe karena pengaruh

beberapa industri besar terutama industri pengolahan migas

yakni PT Arun. Meskipun mengalami penurunan peranan

dalam perekonomian dikarenakan produksi migas yang

menurun, sektor industri pengolahan migas masih menjadi

primadona dalam perekonomian Kota Lhokseumawe.

Page 51: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

41

Sementara itu sektor bangunan/konstruksi memberikan

kontribusi sebesar 8,19 persen pada tahun 2011. Sektor ini

cenderung mengalami kenaikan sejak tahun 2008 sejalan

dengan maraknya pembangunan properti seperti perumahan

dan pertokoan di wilayah kota ini.

Sektor sekunder mengalami penurunan sejalan

dengan berkurangnya peranan sektor industri pengolahan

dalam perekonomian Kota Lhokseumawe. Dua sektor lainnya

yakni sektor konstruksi dan sektor listrik, air, dan gas,

masing-masing mengalami kenaikan selama empat tahun

terakhir. Meskipun demikian kenaikan tersebut tidak

signifikan menaikkan share sektor sekunder karena

dominasi sektor industri pengolahan yang cukup besar.

Secara keseluruhan, kontribusi terbesar kedua pada

perekonomian Lhokseumawe selama empat tahun terakhir

diberikan oleh sektor tersier terutama sektor perdagangan,

hotel dan restoran. Sektor ini mengalami kenaikan dari share

sebesar 20,30 persen pada tahun 2008 menjadi 28,88 persen

pada tahun 2011. Sektor yang mempunyai sumbangan

terbesar kedua terhadap sektor tersier adalah sektor

perhubungan dan komunikasi. Sektor ini mengalami

kenaikan rata-rata satu persen selama empat tahun terakhir.

Sektor pendukung sektor tersier rata-rata semua

mengalami kenaikan share selama empat tahun terakhir. Hal

ini menyebabkan sektor tersier juga terdukung kenaikannya.

Sektor jasa-jasa mengalami kenaikan meskipun cenderung

stabil selama empat tahun, sedangkan sektor keuangan,

Page 52: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

42

persewaan, dan jasa perusahaan mempunyai kontribusi

sebesar 0,98 – 1,61 persen.

Sektor pertanian mempunyai andil yang cenderung

stabil dalam perekonomian Kota Lhokseumawe dengan

besaran 4,43 – 4,95 persen. Pada tahun 2011 peranan sektor

pertanian adalah sebesar 4,95 persen; terbesar kelima dalam

perekonomian Kota Lhokseumawe. Konversi lahan pertanian

yang terjadi sebagai konsekuensi dari wilayah yang berstatus

kota memerlukan perhatian lebih. Konversi lahan yang

terjadi harus diusahakan ke sektor-sektor produktif agar

perekonomian tetap stabil, bahkan meningkat.

Berbeda dengan sektor pertanian, kontribusi sektor

pertambangan dan penggalian sebagai bagian dari sektor

primer sangat kecil dan juga cenderung stabil. Kontribusi

yang diberikan terhadap perekonomian Kota Lhokseumawe

hanya sebesar 0,16 persen pada tahun 2008 dan empat

tahun kemudian, yaitu tahun 2011 menunjukkan besaran

yang mengalami hanya sedikit kenaikan menjadi 0,18

persen.

Berdasarkan struktur perekonomian yang terbentuk

sepanjang periode 2008 hingga 2011, masih mengukuhkan

Kota Lhokseumawe sebagai kota indutri migas terbesar di

Aceh, dengan kontribusi kelompok sektor sekunder

mencapai lebih dari 50 persen terhadap perekonomian Kota

Lhokseumawe sendiri. Kontribusi yang telah diberikan oleh

masing-masing kelompok sektor tentunya harus lebih

dioptimalkan, meskipun nantinya optimalisasi kontribusi ini

Page 53: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

43

tentunya akan sangat tergantung pada kinerja ekonomi

masing-masing sektor di tahun-tahun yang akan datang.

Gambar 3.2 Peranan PDRB Dengan Migas Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Sementara itu jika sektor migas dikeluarkan dari

peranannya terhadap perekonomian Kota Lhokseumawe,

akan terlihat bahwa PDRB tahun 2011 didominasi oleh

kelompok tersier. Share sebesar 72,81 persen diberikan oleh

sektor tersier. Besaran share sektor tersier terhadap

perekonomian Kota Lhokseumawe tanpa migas, sangat

mendominasi karena jauh diatas 50 persen.

Page 54: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

44

Tabel 3.7 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Lhokseumawe Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor, 2008-2011 Tanpa Migas (persen)

Sektor 2008 2009 2010*) 2011**)

(1) (2) (3) (4) (5) Primer 11,69 10,52 9,53 9,34 1. Pertanian 11,32 10,17 9,20 9,02 2. Pertambangan & Penggalian 0,37 0,34 0,33 0,32 Sekunder 16,01 17,27 17,97 17,85 3. Industri Pengolahan 2,88 2,61 2,74 2,75 4. Listrik & Air Minum 0,14 0,15 0,17 0,19 5. Bangunan/Konstruksi 12,98 14,51 15,06 14,91 Tersier 72,30 72,21 72,50 72,81 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 51,88 51,71 52,00 52,60 7. Pengangkutan & Komunikasi 10,92 11,23 11,84 11,71 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

2,51 2,78 2,88 2,93

9. Jasa-jasa 6,99 6,50 5,79 5,57

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Lhokseumawe Ket: *) Angka Revisi **) Angka Sementara

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan

kontribusi terbesar dari total PDRB tanpa migas dan

merupakan leading sector dari sektor tersier. Sektor ini terus

meningkat dari tahun ke tahun, walaupun kenaikannya

cenderung stabil. Sektor pengangkutan & komunikasi serta

sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga

semakin meningkat dalam kurun waktu 2008-2011 dengan

Page 55: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

45

peningkatan yang relatif kecil. Sektor jasa-jasa mengalami

penurunan share selama kurun waktu empat tahun, dari

6,99 persen pada 2008 menjadi 5,57 persen pada 2011.

Kelompok primer berada pada posisi kedua terbesar

peranannya dalam pembentukan PDRB Kota Lhokseumawe.

Pada tahun 2011 kelompok primer ini memberikan

kontribusi sebesar 9,34 persen. Namun, kontribusi yang

diberikan cenderung menurun setiap tahunnya. Misalnya

saja pada tahun 2008 kontribusi kelompok ini mencapai

angka 11,69 persen dan menjadi 9,34 persen pada tahun

2011. Sektor yang dominan pada kelompok primer adalah

sektor pertanian dimana pada tahun 2011 memberikan

kontribusi sebesar 9,02 persen. Sementara itu peranan

sektor pertambangan dan penggalian menyumbang tidak

lebih dari setengah persen sejak periode 2008-2011.

Yang berada di posisi ketiga adalah kelompok

sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor

listrik dan air bersih serta sektor konstruksi. Kelompok

sekunder ini lebih didominasi oleh sektor konstruksi yang

memberikan kontribusi sebesar 14,91 persen pada tahun

2011. Sektor konstruksi juga menunjukkan kecenderungan

meningkat peranannya setiap tahun, hanya terjadi sedikit

penurunan pada tahun 2011.

Sementara itu sektor industri pengolahan

memberikan kontribusi sebesar 2,75 persen pada tahun

2011. Sedangkan sektor listrik dan air bersih kontribusinya

masih sangat kecil baru mencapai 0,18 persen terhadap

Page 56: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

46

pembentukan PDRB Kota Lhokseumawe tahun 2011. Sektor

ini juga merupakan sektor yang paling kecil kontribusinya

terhadap nilai PDRB.

Gambar 3.3 Peranan PDRB Tanpa Migas Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

3.5.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah

satu ukuran kinerja pembangunan daerah khususnya di

bidang perekonomian. Pertumbuhan ekonomi ini dapat

dilihat dari laju pertumbuhan PDRB atas harga konstan,

yaitu dengan menghilangkan faktor perubahan harga (inflasi)

dan menggunakan faktor pengali harga konstan (at constant

price inflation factor) sehingga diperoleh gambaran

peningkatan produksi secara makro.

Page 57: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

47

Sesuai dengan panduan dari “The System of National

Accounts 1993 (SNA)”, pembagian nilai pertumbuhan

ekonomi untuk negara Indonesia dibagi ke dalam dua

bagian, yaitu pertumbuhan PDRB Dengan Migas dan Tanpa

Migas. Nilai pertumbuhan PDRB Kota Lhokseumawe dengan

dan tanpa migas adalah tidak sama karena kegiatan sub

sektor pertambangan dan industri pengolahan migas

terdapat di kota ini, bahkan menjadi leading sector.

Pertumbuhan ekonomi Kota Lhokseumawe sangat

dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor industri, terutama

industri minyak dan gas. Selama kurun waktu 2008 hingga

2010, pertumbuhan ekonomi menunjukkan kecenderungan

yang menurun seiring dengan menurunnya pertumbuhan

sektor industri pengolahan di Kota Lhokseumawe yang

didominasi industri gas alam cair oleh PT Arun, NGL. Namun

pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sedikit meningkat

dengan seiring semakin baiknya pertumbuhan sektor tersier

terutama pada sektor perdagangan. Ekonomi tumbuh

sebesar 2,18 persen pada tahun 2011.

Tanpa faktor minyak dan gas, sektor listrik dan air

minum adalah sektor dengan pertumbuhan terbesar. Sektor

jasa-jasa cenderung mengalami penurunan sejak tahun 2009

menuju tahun 2011, sedangkan sektor industri pengolahan

migas tetap tumbuh minus, hanya saja semakin kecil

dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukkan

bahwa penurunan produksi Gas Alam pada tahun 2011

tidak begitu drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Page 58: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

48

Tabel 3.8 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kota Lhokseumawe Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor, 2008-2011 Dengan dan Tanpa Migas (persen)

Sektor 2008 2009 2010*) 2011**)

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 1,23 1,54 2, 22 3,65 2. Pertambangan & Penggalian 2,81 3,29 5,26 4,48 3a. Industri Pengolahan (12,56) (15,08) (17,19) (1,31) 3b. Industri Pengolahan 4,05 2,35 2,29 4,38 4. Listrik & Air Minum 7,13 10,76 12,26 14,09 5. Bangunan/Konstruksi 6,64 4,29 4,41 3,91 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 9,41 7,94 8,07 6,54 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,96 4,58 5,02 4,59 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

5,43 5,51 8,75 6,96

9. Jasa-jasa 3,05 3,51 2,85 2,76

PDRB Dengan Migas (5,69) (6,57) (6,45) 2,18 PDRB Tanpa Migas 6,38 5,66 5,93 5,31

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe Ket: *) Angka Revisi **) Angka Sementara

Pertumbuhan ekonomi Kota Lhokseumawe tanpa

memasukkan unsur minyak dan gas tahun 2011 sebesar

5,31 persen yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB atas

dasar harga konstan tahun 2000. Secara sektoral di tahun

2011 seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan

positif dan pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut

dialami oleh sektor listrik dan air bersih sebesar 14,09

persen; sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan

sebesar 6,96 persen; sektor perdagangan, hotel, dan restoran

Page 59: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

49

6,54 persen; pertambangan dan penggalian 4,48 persen;

pengangkutan dan komunikasi 4,59 persen; konstruksi 3,91

persen; industri pengolahan 4,38 persen; pertanian 3,65

persen; serta sektor jasa-jasa secara mengejutkan tumbuh

terkecil yaitu sekitar 2,76 persen.

Page 60: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB IV

INDIKATOR KESEHATAN

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 61: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

51

INDIKATOR KESEHATAN

Kondisi kesehatan penduduk merupakan salah satu

modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Hal ini

dikarenakan aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap

kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku

pembangunan. Kondisi kesehatan penduduk dapat ditinjau

dari dua sisi, yaitu sisi derajat kesehatan dan dari sisi status

kesehatan. Derajat kesehatan penduduk dapat diukur

melalui angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR)

dan Angka Harapan Hidup (Life Expectancy at Birth). Dua

ukuran ini merupakan indikator penting dalam

penghitungan IPM.

Angka harapan hidup memberikan banyak arti dalam

kaitannya dengan berbagai faktor kehidupan masyarakat.

Angka harapan hidup atau yang dikenal dengan istilah Life

Expectancy at Birth merupakan rata-rata peluang hidup

penduduk. Dari angka harapan hidup tersebut tercermin

tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya kualitas

kesehatan penduduk di suatu wilayah.

Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi,

maka angka harapan hidup penduduk di Kota Lhokseumawe

pun mengalami peningkatan. Secara perlahan peluang hidup

penduduk di Kota Lhokseumawe menunjukkan perbaikan

pada tahun 2011. Angka harapan hidup penduduk kota ini

pada tahun 2011 mencapai 71,17 tahun, sedikit lebih baik

IV

Page 62: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

52

dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 70,81 tahun.

Hal ini berarti pada tahun tersebut penduduk Kota

Lhokseumawe memiliki harapan hidup sekitar 71 tahun.

Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup di Kota Lhokseumawe Tahun 2006 – 2010

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Page 63: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB V

INDIKATOR

PENDIDIKAN

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 64: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

54

INDIKATOR PENDIDIKAN

Pada era globalisasi saat ini keberhasilan suatu bangsa

di ajang internasional tidak lagi hanya ditentukan oleh

keunggulan komparatif, seperti kekayaan sumber daya alam

yang dimiliki. Akan tetapi, akan lebih ditentukan oleh

keunggulan kompetitif yang dalam hal ini berkaitan dengan

kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas

sumberdaya manusia bertitik tolak pada upaya

pembangunan bidang pendidikan. Oleh karena itu,

pendidikan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi instrumen

yang sangat penting. Melalui pendidikan diharapkan akan

terbentuk SDM berkualitas dan berdaya guna bagi

pembangunan.

Bagi pemerintah keuntungan yang akan diperoleh dari

investasi di bidang pendidikan antara lain bahwa pendidikan

merupakan salah satu cara memerangi kemiskinan,

mengurangi ketimpangan pendapatan, dan meningkatkan

produktivitas tenaga kerja. Adapun bagi masyarakat,

pendidikan yang semakin baik merupakan modal dalam

memperebutkan kesempatan kerja sehingga pada akhirnya

akan meningkatkan pendapatan mereka.

Untuk mengetahui perkembangan pembangunan

pendidikan di Kota Lhokseumawe akan dijelaskan mengenai

kondisi pendidikan penduduk melalui pendekatan indikator

turunan dari IPM.

V

Page 65: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

55

5.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Kualitas sumber daya manusia secara spesifik dapat

digambarkan dari tingkat pendidikan penduduk. Komposisi

penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan

memberikan gambaran tentang kualitas sumberdaya

manusia. Kebutuhan akan tenaga kerja berpendidikan tinggi

dirasakan sangat penting bagi kepentingan pembangunan.

Hal ini berkaitan dengan daya saing SDM antar daerah

dalam menghadapi era kompetisi global di masa mendatang.

Penduduk Kota Lhokseumawe yang berumur 10 tahun

ke atas pada tahun 2011 yang berijazah (pendidikan tertinggi

yang ditamatkan) SMA sederajat sebesar 33,65 persen;

berijazah SMP sederajat sebanyak 20,36 persen; SD

sederajat sebanyak 22,03 persen; dan perguruan tinggi

sebanyak 9,39 persen. Sementara itu persentase penduduk

berumur 10 tahun ke atas yang belum/tidak tamat SD

adalah 14,56 persen.

Berdasarkan fakta bahwa sebagaian besar penduduk

berpendidikan SMA sederajat, maka pembangunan sumber

daya manusia di bidang pendidikan di Kota Lhokseumawe

dapat dikatakan telah berlangsung dengan baik karena

sebagian besar penduduk telah melampaui Program Wajib

Belajar 9 Tahun. Hal ini berkaitan dengan daya saing dengan

sumber daya manusia daerah lain dalam menghadapi era

kompetisi global di masa mendatang. Dengan kualifikasi

penduduk di bidang pendidikan yang cukup, diharapkan

Kota Lhokseumawe mampu menghadapi persaingan

Page 66: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

56

tersebut. Penduduk yang berpendidikan akan menambah

peluang partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.

Gambar 5.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

5.2 Angka Melek Huruf

Pada tingkat makro ukuran yang sangat mendasar dari

pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk.

Minimal penduduk harus mempunyai kemampuan membaca

dan menulis agar dapat menerima informasi secara tertulis,

dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan, dan

dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara wajar.

Dengan kata lain, kemampuan baca tulis merupakan

keterampilan minimum yang dibutuhkan penduduk untuk

dapat menuju hidup sejahtera. Dalam penghitungan IPM,

Page 67: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

57

kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis dilihat

dari angka melek huruf (Literacy Rate) penduduk umur 15

tahun ke atas.

Pada tahun 2011 angka melek huruf penduduk Kota

Lhokseumawe umur 15 tahun ke atas mencapai 99,64

persen. Dengan kata lain, sebesar 0,36 persen penduduk

umur 15 tahun ke atas di kota ini belum atau tidak dapat

membaca dan menulis. Namun, dapat dimaklumi karena

pada umumnya penduduk yang belum atau tidak membaca

dan menulis tersebut terkonsentrasi pada penduduk

kelompok umur tua.

Gambar 5.2 Angka Melek Huruf di Kota Lhokseumawe Tahun 2007 - 2011

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

5.3 Rata-rata Lama Sekolah

Ukuran lain dari pendidikan adalah rata-rata lama

sekolah (Mean Years School). Secara umum indikator ini

Page 68: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

58

menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh

penduduk dewasa (15 tahun ke atas). Semakin tinggi angka

rata-rata lama sekolah penduduk, berarti semakin baik

tingkat pendidikan tersebut.

Gambar 5.3 Rata-rata Lama Sekolah di Kota Lhokseumawe Tahun 2007 - 2011

Sumber: BPS Kota Lhokseumawe

Pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah penduduk

umur 15 tahun ke atas di Kota Lhokseumawe mencapai

10,04 tahun. Artinya, mayoritas penduduk dewasa di kota ini

pernah mengenyam pendidikan formal hingga 10 tahun.

Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kota

Lhokseumawe umur 15 tahun ke atas telah mengenyam

pendidikan sampai kelas 1 SMA. Program wajib belajar

sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah dapat

dikatakan telah terwujud.

Page 69: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB VI

INDIKATOR DAYA

BELI

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 70: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

60

INDIKATOR DAYA BELI

Daya beli masyarakat merupakan variabel yang

mencerminkan kemampuan masyarakat dalam membeli

barang-barang dan jasa. Tingkat daya beli masyarakat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain pendapatan,

pengeluaran konsumsi, indeks harga konsumen, dan indeks

kemahalan. Oleh karena itu, pendapatan yang tinggi tidak

menjamin daya beli masyarakat yang tinggi pula. Faktor

inflasi merupakan salah satu faktor utama yang menentukan

seberapa riil nilai uang yang dimilki masyarakat. Artinya,

seberapa mampu masyarakat belanja dengan uang yang

dipegangnya.

Jika dilihat kemampuan membeli barang dan jasa

(daya beli) antar wilayah, maka daya beli itu sendiri

merupakan sesuatu yang relatif. Artinya, pertanyaan

“Apakah daya beli masyarakat suatu wilayah lebih baik dari

daya beli masyarakat di wilayah lain”, maka faktor relatif-nya

daya beli tersebut melatarbelakangi penghitungan indeks

kemahalan.

6.1 Pengeluaran Konsumsi Per Kapita

Pengeluaran konsumsi merupakan variabel yang

memiliki kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Oleh karena itu, pengeluaran

VI

Page 71: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

61

konsumsi per kapita adalah variabel yang cukup penting

sebagai alat pemantau perkembangan standar hidup

penduduk di suatu wilayah. Sebagai contoh, penentuan

jumlah penduduk miskin di suatu wilayah ditentukan

berdasarkan pengeluaran konsumsi per kapita penduduk.

Selain itu, pengeluaran konsumsi per kapita ini juga

merupakan perkiraan pendapatan per kapita penduduk

suatu wilayah. Bagi penduduk dengan pendapatan

menengah ke bawah penggunaan uang untuk pengeluaran

konsumsi merupakan pengeluaran terbesar di banding

pengeluaran non konsumsi.

Tabel 6.1 Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Kota Lhokseumawe dan Propinsi Aceh Tahun 2010-2011 (Rp)

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Nilai pengeluaran konsumsi masyarakat diperoleh dari

kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dari

tabel terlihat bahwa pengeluaran rata-rata per bulan

Tahun Wilayah

Rata-rata pengeluaran

makanan sebulan

Rata-rata pengeluaran

bukan makanan sebulan

Pengeluaran per kapita

Persentase Rata-rata

pengeluaran makanan sebulan

Persentase Rata-rata

pengeluaran bukan

makanan sebulan

2010 Kota Lhokseumawe 319.287

268.423 587.710 54,33 45,67 Provinsi Aceh 327.839 208.780 536.620 61,09 38,91

2011 Kota Lhokseumawe 345.893 284.984 630.877 54,82 45,17 Provinsi Aceh 329.832 227.097 556.929 59,22 40,77

Page 72: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

62

masyarakat untuk makanan persentasenya lebih besar

daripada pengeluaran bukan makanan. Nilai pengeluaran

per kapita per bulan masyarakat Kota Lhokseumawe lebih

tinggi daripada rata-rata pengeluaran untuk Provinsi Aceh.

Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat

salah satunya dapat menggunakan indikator pendapatan per

kapita. Indikator ini didapatkan dari besaran nilai PDRB per

kapita. Pendapaten per kapita merupakan nilai perkiraan

pendapatan per jumlah penduduk selama satu tahun.

Perkembangan pendapatan per kapita Kota Lhokseumawe

atas dasar harga berlaku tahun 2008-2011 dengan atau

tanpa migas dapat dilihat pada tabel 6.2.

Tabel 6.2 Pendapatan Per Kapita Kota Lhokseumawe

Tahun 2008-2011 (Rp)

Tahun ADHB ADHK 2000

Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas (1) (2) (3) (4) (5)

2008 62.281.175,84 24.370.659,77 28.174.858,22 11.957.043,19

2009 61.303.014,79 27.798.726,29 25.799.053,18 12.382.035,84

2010 62.109.299,97 31.978.315,17 23.697.901,82 12.878.843,73

2011 62.335.661,23 34.233.708,95 23.675.479,55 13.263.279,21

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Untuk melihat seberapa besar tingkat pertumbuhan

per kapita secara riil akibat peningkatan output adalah

dengan memperhatikan perkembangan pendapatan per

kapita atas dasar harga konstan. Atas dasar harga konstan

tahun 2000, pendapatan per kapita penduduk Kota

Page 73: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

63

Lhokseumawe selama kurun waktu 2008 sampai 2011 tanpa

migas meningkat 10,92 persen. Tahun 2008 pendapatan per

kapita tersebut sebesar Rp 11.957.043,19 dan meningkat

menjadi Rp 13.263.279,21 pada tahun 2011. Jadi, secara

rata-rata hanya mengalami peningkatan 2,73 persen per

tahun.

Pengaruh sektor migas terhadap pendapatan

penduduk cukup besar. Kendati demikian pengaruh sektor

ini memberikan dampak penurunan terhadap pendapatan

per kapita penduduk karena produktivitas ataupun output

dari sektor ini mengalami penurunan tiap tahunnya. Baik

berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan,

pendapatan per kapita dengan memasukkan nilai sektor

migas akan mengalami penurunan.

Pendapatan per kapita penduduk Kota Lhokseumawe

atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 tanpa sektor

migas adalah sebesar Rp 34.233.708,95. Nilai ini mengalami

peningkatan sebesar 40,47 persen dari tahun 2008. Dengan

demikian nilai pertumbuhan pendapatan per tahunnya

adalah sebesar sekitar 10,12 persen.

6.2 Daya Beli Penduduk

Berdasarkan data pengeluaran per kapita penduduk,

maka dapat dilihat bagaimana tingkat daya beli penduduk di

Kota Lhokseumawe. Tingkat daya beli penduduk ini

menggambarkan kondisi relatif daya beli antar wilayah dan

antar waktu. Pada penghitungan IPM, daya beli penduduk

Page 74: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

64

disesuaikan dengan komponen lain, seperti indeks harga dan

indeks kemahalan melalui formula Atkinson. Oleh karena

itu, angka daya beli yang dihasilkan tidak dapat

diinterpretasikan berdasarkan angka nominal, melainkan

harus diinterpretasikan secara riil dengan membandingkan

antar wilayah dan antar waktu. Angka daya beli ini dibaca

sebagai nilai pada kondisi tahun 2000.

Gambar 6.1 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Kota Lhokseumawe Tahun 2007–2011 (Rp 000)

Sumber: BPS Kota Lhokseumawe

Perkembangan daya beli masyarakat Kota

Lhokseumawe berangsur menunjukkan peningkatan. Setelah

ditimbang dengan indeks harga konsumen, indeks

kemahalan, dan disesuaikan dengan formula Atkinson, maka

daya beli penduduk Kota Lhokseumawe tahun 2011

mencapai Rp 638.45,-. Artinya, karena daya beli telah

ditimbang dengan faktor indeks harga (tahun dasar 2000),

Page 75: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

65

maka kemampuan penduduk membeli barang dan jasa

selama satu tahun tersebut setara dengan nilai uang sebesar

Rp 638.45,- di tahun 2000.

Nilai indeks daya beli Kota Lhokseumawe tahun 2010

adalah sebesar 63,34. Indeks ini mengalami kenaikan setiap

tahun, dari tahun 2006 sebesar 60,43; tahun 2007 sebesar

62,00; tahun 2008 sebesar 62,57; dan tahun 2009 sebesar

63,34.

Gambar 6.2 Indeks Daya Beli Kota Lhokseumawe Tahun 2007–2011

Sumber: BPS Kota Lhokseumawe

Page 76: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB VII

PERKEMBANGAN IPM

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 77: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

67

PERKEMBANGAN IPM

7.1 Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan empat variabel yaitu angka harapan

hidup, tingkat melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan daya

beli masyarakat diperoleh indeks harapan hidup, indeks

pengetahuan, dan indeks standar hidup layak. Dari ketiga

indeks ini dihasilkan indeks pembangunan manusia (IPM)

Kota Lhokseumawe.

Gambar 7.1 Perkembangan IPM Kota Lhokseumawe dan Beberapa Kabupaten/Kota Lainnya di Aceh Tahun 2007 - 2011

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

VII

Page 78: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

68

Apabila dibandingkan antar kabupaten/kota di Aceh,

kondisi pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe berada

di peringkat kedua di bawah Kota Banda Aceh. Jika

dibandingkan dengan IPM rata-rata Aceh, IPM Kota

Lhokseumawe berada di atas rata-rata pembangunan

manusia di Aceh. Kondisi ini disebabkan pembangunan

manusia di seluruh aspek, bidang kesehatan yang

dicerminkan oleh angka harapan hidup, bidang pendidikan

yang dicerminkan oleh rata-rata lama sekolah dan angka

melek huruf, serta bidang ekonomi yang dicerminkan oleh

daya beli masyarakat, berada di atas rata-rata Aceh.

Nilai IPM Kota Lhokseumawe berselisih tipis dengan

Kota Sabang yang menempati peringkat ketiga di Aceh.

Peringkat berikutnya yaitu Kota Langsa kemudian

Kabupaten Aceh Tengah. Sementara kabupaten induk Aceh

Utara menduduki peringkat ke delapan se-Aceh. Propinsi

Aceh sendiri menempati peringkat ke-16 IPM secara

nasional.

Pada tahun 2011 angka IPM Kota Lhokseumawe

mencapai 76,68. Selama kurun waktu 2007 sampai 2011

angka IPM kota ini menunjukkan peningkatan yang cukup

berarti. Selain itu, selama lima tahun terakhir status

pembangunan manusia di Kota Lhokseumawe masuk dalam

kategori menengah atas. Hal ini ditunjukkan dari angka IPM

yang selalu berada di atas angka 66.

Pada tahun 2011 indeks pendidikan (pengetahuan)

sebesar 88,74 diatas indeks harapan hidup sebesar 76,95

Page 79: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

69

dan indeks daya beli (standar hidup layak) sebesar 64,35.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil pencapaian pembangunan

manusia di bidang pendidikan relatif lebih baik jika

dibandingkan dengan bidang kesehatan dan ekonomi.

Tingginya nilai indeks pendidikan ini sangat dipengaruhi

oleh keberadaan berbagai perguruan tinggi, meningkatnya

jumlah sarana pendidikan, dan berkurangnya angka putus

sekolah.

Lhokseumawe merupakan kota terbesar kedua di

Propinsi Aceh dimana keadaan fasilitas penunjang

pembangunan manusia seperti pendidikan dan kesehatan

telah cukup memadai. Table 7.1 dan 7.2 menunjukkan

banyaknya sarana pendidikan (sekolah) dan sarana

kesehatan pada tahun 2011 di Kota Lhokseumawe, baik

negeri maupun swasta.

Tabel 7.1 Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

1 Blang Mangat 13 7 2 2

2 Muara Dua 19 8 7 5

3 Muara Satu 10 8 6 0

4 Banda Sakti 29 12 12 3

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah 71 35 27 10

KecamatanJenjang Pendidikan Umum

SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Akademi/ PT

Page 80: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

70

Jumlah sarana pendidikan yang memadai

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

meneruskan pendidikan sampai ke jenjang yang diinginkan,

tidak hanya sampai pada level pendidikan dasar dan

menengah namun juga sampai ke level perguruan tinggi.

Lokasi akademi atau perguruan tinggi yang berada di

kawasan Kota Lhokseumawe menambah iklim pendidikan

menjadi lebih maju karena akses terhadap sarana

pendidikan menjadi semakin mudah. Selain itu kemajuan

sector pendidikan dapat meningkatkan indeks pendidikan

melalui persentase melek huruf dan rata-rata lamanya

bersekolah.

Tabel 7.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Lhokseumawe Tahun 2011

Praktek Dokter

Puskesmas

Pustu PuslingPosyan

du

Polin des &Poskes

des

Toko Obat

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Blang Mangat 0 2 7 2 29 12 4

2 Muara Dua 10 1 4 1 24 8 4

3 Muara Satu 0 1 2 1 15 10 5

4 Banda Sakti 26 2 8 2 32 4 12

36 6 21 6 100 34 25

No Kecamatan

Sarana Kesehatan Dasar

(2)

Jumlah

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Page 81: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

71

Meskipun letak Rumah Sakit Umum Daerah yang

agak jauh dari pusat kota, tidak menjadi penyebab

masyarakat yang bertempat tinggal di pusat kota kesulitan

mendapatkan pelayanan kesehatan. Terdapat praktek dokter

dan rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat umum. Dengan adanya sarana kesehatan yang

mencukupi juga dapat menekan angka kematian bayi dan

kematian maternal. Secara tidak langsung hal ini dapat

meningkatkan angka harapan hidup bagi masyarakat Kota

Lhokseumawe.

7.2 Shortfall IPM

Angka shortfall diilustrasikan sebagai rasio

pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh

terhadap jarak yang harus ditempuh untuk mencapai

kondisi ideal (IPM=100). Jadi, semakin besar nilai shortfall,

maka semakin cepat waktu yang akan ditempuh untuk

menuju kondisi pembangunan manusia yang diharapkan.

Nilai shortfall ini sangat erat kaitannya dengan evaluasi

percepatan pembangunan manusia di suatu daerah.

Berdasarkan angka IPM yang disajikan pada gambar 7.2

diketahui bahwa nilai shortfall (r) tahun 2011 sebesar 2,44.

Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2010

sebesar 2,28. Hal ini berarti pada tahun 2011 terjadi

percepatan dalam pencapaian kondisi ideal dibanding tahun

sebelumnya.

Page 82: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

72

Gambar 7.2 Perkembangan Reduksi Shortfall IPM Kota Lhokseumawe Tahun 2006 - 2010

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Untuk mencapai kondisi IPM ideal bukan merupakan

hal yang mudah. Berbagai faktor harus diperhatikan oleh

pihak pemerintah baik pusat maupun daerah. Pertama,

masalah kesehatan, akses ke sarana kesehatan dan fasilitas

kesehatan, seperti puskesmas, bidan desa, dan tenaga

kesehatan yang lain harus cukup. Selain itu, program

imunisasi bayi dan penyuluhan bagi masyarakat maupun

ibu hamil dan menyusui harus terus digalakkan.

Kedua, masalah pendidikan, jumlah dan daya

tampung sekolah, kualitas sekolah, kualitas pengajar, rasio

murid guru yang ideal serta akses ke sarana pendidikan baik

tingkat SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi sudah

harus ada dan memadai. Hal ini dikarenakan sebagai salah

satu syarat kondisi ideal pembangunan manusia adalah

Page 83: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

73

pendidikan yang ditamatkan tiap penduduk minimal

setingkat sarjana muda (MYS=15).

Selain aspek kesehatan dan pendidikan, hal penting

lainnya adalah masalah perekonomian penduduk. Tingkat

perekonomian masyarakat yang berhasil tidak cukup hanya

diukur dari tingginya PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), namun harus lebih

menyentuh ke masyarakat, yaitu dengan tingginya daya beli.

Diharapkan dengan pendapatan per kapita yang tinggi

disertai inflasi yang rendah dan relatif stabil akan

meningkatkan daya beli masyarakat.

Pada dasarnya dalam pembangunan manusia tidak

hanya pihak pemerintah saja yang berperan. Masyarakat

dituntut berpartisipasi aktif, sedangkan pihak pemerintah

hanya sebagai fasilitator. Dengan kata lain, masyarakat

tidak hanya sebagai obyek pembangunan, tetapi sekaligus

sebagai subyek pembangunan.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

dan pendidikan dapat membantu meningkatkan

pembangunan manusia. Dengan kesehatan yang terjamin

dan pendidikan yang tinggi masyarakat dapat dengan lancar

beraktivitas menggali potensi-potensi yang ada dengan

bekerja atau menciptakan lapangan kerja sendiri. Hal ini

berdampak pada tingginya pendapatan yang diperoleh.

Pendapatan yang tinggi tentu akan mendongkrak daya beli

masyarakat sehingga perekonomian dapat berjalan stabil.

Page 84: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

BAB VIII

KESIMPULAN

http://www.bappedalhokseumawe.web.id

Page 85: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

75

KESIMPULAN

DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Angka harapan hidup di Kota Lhokseumawe

mencapai 71,17 tahun yang berarti rata-rata usia

hidup setiap penduduk Kota Lhokseumawe

mencapai usia 71 tahun.

2. Angka melek huruf di Kota Lhokseumawe sebesar

99,64 menunjukkan masih ada 0,36 persen

penduduk usia 15 tahun ke atas masih belum bisa

baca tulis.

3. Rata-rata lama sekolah penduduk di Kota

Lhokseumawe sebesar 10,04 menunjukkan rata-

rata lama sekolah penduduk kota ini sekitar 10

tahun atau setara dengan kelas 1 SMA. Hal ini

menunjukkan program wajib belajar 9 tahun sudah

terwujud.

4. Daya beli penduduk tahun 2010 yang

direpresentasikan dari angka rata-rata pengeluaran

riil per kapita di Kota Lhokseumawe mencapai Rp

638.450,-.

VIII

Page 86: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

76

5. IPM Kota Lhokseumawe pada tahun 2011 mencapai

76,68; berarti tingkat pencapaian pembangunan

manusia di Kota Lhokseumawe sudah di atas rata

rata tingkat pencapaian pembangunan manusia di

Propinsi Aceh (72,16).

6. Shortfall IPM di Kota Lhokseumawe pada tahun

2011 sebesar 2,44 menunjukkan tingkat

percepatan pembangunan manusia di Kota

Lhokseumawe termasuk tinggi dibandingkan

beberapa kabupaten/kota lain di Propinsi Aceh.

8.2 Implikasi Kebijakan 8.2.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan

Permasalahan-permasalahan pokok pembangunan

manusia yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab

rendahnya indikator IPM antara lain meliputi :

1. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi,

2. Rendahnya pendapatan per kapita,

3. Semakin bertambahnya angka pengangguran,

4. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia

dari sisi kesehatan dan pendidikan, serta

5. Adanya kenaikan beberapa harga barang-barang

kebutuhan pokok yang dirasakan berat oleh

masyarakat sehingga mengurangi tingkat daya beli.

Permasalahan dan tantangan pembangunan manusia

yang dihadapi ini akan menentukan agenda, sasaran, serta

Page 87: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

77

program pembangunan manusia yang juga harus bersifat

lintas sektoral dan lintas koordinasi. Permasalahan-

permasalahn ini harus dicari penyelesaiannya secara tepat

sasaran dan berangsur. Rendahnya pertumbuhan ekonomi

dan pendapatan per kapita mengakibatkan rendah serta

menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat

menimbulkan berbagai masalah sosial yang mendasar.

Kesejahteraan masyarakat sangat dipengaruhi oleh

kemampuan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan

secara adil dan merata.

Luasnya cakupan pembangunan manusia, maka

peningkatan IPM sebagai manifestasi pembangunan manusia

dapat ditafsirkan sebagai keberhasilan dalam meningkatkan

kemampuan dalam mempeluas pilihan-pilihan (enlarging the

choices of people). Untuk meningkatkan IPM, tidak hanya

semata tergantung pada pertumbuhan ekonomi. Agar

pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan

manusia, maka petumbuhan ekonomi harus disertai dengan

syarat cukup, yaitu pemerataan pembangunan.

Pemerataan pembangunan diperlukan untuk

menjamin semua penduduk dapat menikmati hasil-hasil

pembangunan. Diketahui beberapa faktor penting dari hasil

pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan

manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Dua faktor

penting ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu

dimiliki agar mampu meningkatkan potensinya.

Page 88: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

78

Umumnya semakin tinggi kapabilitas dasar yang

dimiliki suatu daerah, semakin tinggi peluang untuk

meningkatkan potensi wilayah tersebut. Ada dua hal pokok

yang harus diperhatikan untuk mempercepat pembangunan

manusia, yaitu (1) distribusi pendapatan yang merata dan (2)

alokasi belanja publik yang memadai untuk pendidikan dan

kesehatan.

8.2.2 Strategi dan Sasaran Pembangunan Manusia

Berdasarkan nilai masing-masing indikator IPM dan

beberapa identifikasi penyebabnya seperti telah diuraikan

pada bab-bab sebelumnya, maka Pemerintah Kota

Lhokseumawe diharap dapat membuat implikasi kebijakan

yang tepat sasaran. Implikasi kebijakan yang dapat dibuat

untuk perencanaan pembangunan adalah dititikberatkan

kepada peningkatan atau pemberdayaan perekonomian

rakyat dan tentunya dengan tidak mengesampingkan

pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan.

Diharapkan dengan sedikit lebih memacu pembangunan di

bidang ekonomi, terutama yang lebih menyentuh

peningkatan daya beli masyarakat, maka nantinya

pencapaian ideal pembangunan manusia dapat tercapai

secara bersamaan dengan pembangunan di bidang

kesehatan dan pendidikan. Karena jika tidak, pembangunan

manusia di bidang ekonomi akan tertinggal jauh dengan

pencapaian pembangunan di bidang ksehatan dan

pendidikan.

Page 89: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

79

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa rendahnya

pembangunan manusia yang dicerminkan oleh rendahnya

taraf kesehatan dan pendidikan disebabkan oleh

keterbatasan perekonomian penduduk atau daya beli

penduduk yang rendah. Untuk memiliki pendidikan yang

tinggi dan memiliki drajat kesehatan yang baik diperlukan

biaya yang besar. Hal ini akan sulit terealisasi jika daya beli

penduduk masih rendah. Jika daya beli penduduk tinggi,

maka pendidikan dan kesehatan penduduk dapat erjamin

secara mandiri oleh penduduk itu sendiri. Sementara untuk

meningkatkan daya beli, penduduk harus memiliki

kesehatan yang terjamin dan pendidikan yang memadai.

Sebagai konsekuensi logis, penduduk dapat beraktivitas

dengan lancar dalam rangka menggali potensi-potensi yang

ada sehingga akan memiliki tingkat pendapatan yang tinggi.

Pendapatan yang tinggi tentu turut mendongkrak

daya beli masyarakat sehingga perekonomian dapat berjalan

stabil. Oleh karena itu, permasalahan ketiga indikator IPM

ini saling berkaitan dan tidak dapat dibuat kebijakan secara

parsial, tetapi harus simultan.

Salah satu strategi yang cukup tepat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan dan taraf pendidikan

masyarakat di daerah yang memiliki penduduk dengan daya

beli rendah adalah melalui program pendidikan dan

kesehatan gratis (bebas biaya). Hal ini memang cukup berat

bagi pemerintah karena membutuhkan anggaran yang besar,

terlebih sarana dan prasarana juga harus dilengkapi. Saat

Page 90: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2012 / Human Development Index (HDI) 2012

Penghitungan dan Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Lhokseumawe 2011

80

ini beberapa daerah kabupaten/kota di Indonesia sudah

melaksanakan program tersebut. Artinya, program tersebut

bukan merupakan hal yang mustahil untuk dilaksanakan.

Pada jangka pendek mungkin hanya terjadi sedikit

pergeseran positif pada beberapa indikator kesehatan dan

pendidikan, namun paling tidak dapat mendongkrak tingkat

daya beli penduduk. Hal ini dikarenakan pendapatan yang

seharusnya dikelarkan untuk akses pendidikan dan

kesehatan dapat berfungsi untuk jenis pengeluaran lain.

Dalam jangka panjang akan tampak hasil yang diharapkan,

yaitu tersedianya manusia Kota Lhokseumawe yang

berkualitas, memiliki pendidikan yang memadai dan

kesehatan yang terjamin. Hal tersebut pada akhirnya dapat

menjadi modal dasar pembangunan yang baik dalam rangka

memacu pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

pendapatan.