IPM Tabalong Kalsel
-
Upload
abdulchalik40 -
Category
Documents
-
view
982 -
download
5
description
Transcript of IPM Tabalong Kalsel
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 1
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009”. Saya berharap agar laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pembangunan manusia dan sekaligus merupakan masukan untuk penyusunan perencanaan pembangunan manusia yang baik, sistematis, menyelurh, terpadu dan berkelanjutan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tabalong dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Kiranya kerjasama ini dapat berkesinambungan dan ditingkatkan untuk kemajuan pembangunan Kabupaten Tabalong.Terbitnya publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2009”, merupakan hasil kerja sama yang baik antara Badan Pusat Statistik dengan Pemerintah Daerah kabupaten Tabalong, ditunjang pula dari swasta. Saya berharap agar publikasi ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh berbagai pihak yang terkait dalam pembangunan daerah untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan dan menyusun perencanaan yang sistematik, menyeluruh dan terpadu.
Atas partisipasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong dan semua pihak yang turut ambil bagian dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita. Amin
Wassalamualaikum Wr. Wb.Tanjung, Juli 2009
Bupati Tabalong
Drs. H. RACHMAN RAMSYI, M.Si
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TABALONGJl. Jaksa Agung Soeprapto No.82 71513 TanjungTelp/Fax. (0526)2021214, e-mail : [email protected]
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullillah dengan selesainya penyusunan publikasi “Indeks Pembangunan Manusia Tahun
2009”. Penerbitan ini merupakan hasil kerjasama BPS Kabupaten Tabalong dengan Bappeda Kabupaten
Tabalong.
Publikasi ini menyajikan informasi umum tentang analisis situasi pembangunan manusia di Kabupaten
Tabalong di lihat dari aspek kehidupan social ekonomi, antara lain demografi, pendidikan, kesehatan dan
kegiatan ekonomi lainnya. Sumber data pokok yang digunakan adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) dan data lain yang menunjang.
Indeks Pembangunan Manusia mengukur kesejahteraan manusia secara menyeluruh, namun demikian
indikator ini tidak dengan sendirinya menyajikan gambaran secara menyeluruh. Indikator IPM harus dilengkapi
dengan informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif yang harus dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Tabalong.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 2
BUPATI TABALONG
Semoga publikasi ini bermanfaat bagi kemajuan kesejahteraan penduduk Kabupaten Tabalong.
Tanjung, Juli 2009
Kepala Badan Pusat StatistikKabupaten Tabalong,
HARYADI, S.ENIP. 19591224 198002 1 001
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 3
DAFTAR ISI
Kata Sambutan.......................................................................................... i
Kata Pengantar......................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
Daftar Tabel..............................................................................................v
Daftar Gambar........................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................2
1.3. Ruang Lingkup..................................................................3
1.3.1 Lingkup Materi …………………………………………3
1.3.2 Lingkup Wilayah ……………………………………… 4
BAB II. DATA DAN METODOLOGI
2.1. Basis Data Pembangunan Manusia..................................5
2.2. Data Indeks Pembangunan Manusia................................6
2.3. Konsep Perhitungan IPM..................................................7
2.3.1 Usia Hidup................................................................7
2.3.2 Pengetahuan ...........................................................8
2.3.3 Standar Hidup Layak................................................9
2.3.4 Tahapan Perhitungan IPM .....................................11
2.3.5 Kategori Peringkat Pembangunan Manusia ..........13
BAB III. ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA
3.1. Kependudukan................................................................14
3.1.1 Demografi Kependudukan .....................................14
3.1.2 Kepadatan dan Komposisi Penduduk ....................17
3.2. Pendidikan ......................................................................22
3.2.1 Partisipasi Sekolah ................................................26
3.3. Ketenagakerjaan .............................................................30
3.3.1. Angkatan Kerja .....................................................31
3.4. Kesehatan .......................................................................35
3.4.1. Penolong Kelahiran ..............................................36
3.4.2. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan ..........................37
3.5. Perumahan dan Lingkungan ...........................................38
3.5.1. Kualitas Rumah Tinggal .......................................39
3.5.2. Fasilitas Rumah ....................................................41
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 4
BAB IV. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TABALONG
4.1. Angka Harapan Hidup (e0)...............................................43
4.2. Angka Melek Huruf..........................................................45
4.3. Rata-rata Lama Sekolah.................................................46
4.4. Konsumsi riil per kapita...................................................47
4.5. IPM Kabupaten Tabalong................................................49
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM...12
Tabel 3.1. Distibusi Penduduk kab. Tabalong.....................................18
Tabel 3.2. Angka beban ketergantungan............................................19
Tabel 3.3. Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin.......................20
Tabel 3.4. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru................................................23
Tabel 3.5. Rasio Murid-sekolah,murid-kelas,murid-guru.....................25
Tabel 3.6. APK, APM dan APS menurut usia sekolah........................27
Tabel 3.7. TPAK, TKK dan TPT menurut jenis kelamin......................31
Tabel 3.8. Persentase Penolong Persalinan Bayi ……………………..37
Tabel 3.9. Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan....... …………………38
Tabel 3.10. Persentase Rumah Tangga menurut luas lantai............................40
Tabel 4.1. Angka Harapan Hidup..................................................................44
Tabel 4.2. Persentase Penduduk usia 15 tahun ke atas yang melek huruf 45
Tabel 4.3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong ..................50
Tabel 4.4. Status Pembangunan manusia berdasarkan Nilai IPM......51
Tabel 4.5. Perbandingan IPM Kabupaten/Kota...................................53
Tabel 4.6. Perbandingan Laju Reduksi Shortfall ................................56
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Perbandingan Jumlah Penduduk....................................16
Gambar 3.2. Piramida Penduduk Kabupaten.......................................17
Gambar 3.3. Persentase Penduduk menurut jenis kelamin.................21
Gambar 3.4. APK, APM dan APS .......................................................28
Gambar 3.5. Persentase Penganggur Terbuka menurut kategori pengangguran terbuka 33
Gambar 3.6. Banyaknya Pengangguran Terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan 34
Gambar 3.7 Indikator Perumahan di kabupaten Tabalong .................41
Gambar 4.1 Perbandingan Angka Harapan Hidup .............................44
Gambar 4.2 Perkembangan IPM ........................................................52
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah menempatkan manusia
sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Hal ini
berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan
ekonomi, pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif
yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada
semua tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka
panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan
manusia di sekililing pembangunan.
Pembangunan manusia menurut HDR adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-
pilihan yang dimiliki manusia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah
untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses
terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya dan tujuan utama dari
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati
umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan
suatu kenyataan yang sederhana, namun seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek yang
berorientasi pada hal-hal yang bersifat materi.
Paradigma pembangunan manusia memiliki empat komponen utama, yaitu:
1. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan
berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja.
2. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap
peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan
mendapatkan keuntungan dari peluang yang tersedia.
3. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi
sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya, baik fisik,
manusia dan alam harus dapat diperbaharui.
4. Pemberdayaan. Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukan semata-mata
dilakukan untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan
keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi tentang kondisi penduduk
dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan di Kabupaten
Tabalong. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan pengambilan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 7
kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di Kabupaten Tabalong,
termasuk penentuan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan manusia.
Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi :
1. Mengidentifikasi kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan manusia, meliputi
sektor kesehatan, pendidikan, dan aktivitas ekonomi di Kabupaten Tabalong.
2. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang pembangunan manusia di Kabupaten
Tabalong.
3. Memberikan gambaran tentang perkembangan ukuran pembangunan manusia (IPM) dan
indikator-indikator sosial lainnya di Kabupaten Tabalong.
4. Merumuskan implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai masalah yang
merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan pembangunan manusia.
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Lingkup Materi
Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi :
- Identifikasi kondisi bariabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang meliputi : lamanya
hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (decent living).
- Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait dengan IPM,
meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
- Pengukuran besaran angka IPM Kabupaten Tabalong.
- Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kabupaten Tabalong.
- Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan besaran angka IPM
yang diperoleh dan hasil analisis situasi pembangunan manusia di Kabupaten Tabalong.
1.3.2. Lingkup Wilayah
Lokasi penelitian mencakup wilayah Kabupaten Tabalong
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 8
BAB II
DATA DAN METODOLOGI
Pada dasarnya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan, kualitas
keputusan sangat tergantung informasi yang mendasarinya. Oleh sebab itu, perencanaan
pembangunan harus memperhatikan terhadapap masalah pengumpulan dan penyajian informasi.
Perlu diingat bahwa pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan
semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik.
2.1. Basis Data Pembangunan Manusia
Perencanaan pembangunan manusia perlu menyadari bahwa yang berguna bagi
perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau informasi yang memberikan gambaran
keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data
serta kualitas data yang dkumpulkan. Perencana pembangunan manusia harus dapat
memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan melalui sensus maupun
survei yang diperoleh dari instansi-instansi terkait terutama yang terkait dengan kesehatan,
pendidikan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, perumahan dan sanitasi, dan
pengeluara rumah tangga.
Informasi yang diperlukan tersebut bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Perencana harus
menyadari bahwa kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga
keduanya diperlukan untuk analisis, monitoring, dan evaluasi yang lebih baik.
2.2. Data Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indeks komposit yang
dikembangkan UNDP untuk mengukur pencapaian upaya pembangunan manusia dari berbagai
perspektif. Indek Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-
rata sederhana dari indeks harapan hidup (eo ), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama
sekolah), indeks standar hidup layak.
Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah usia hidup (longevity),
pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Usia hidup dapat diukur dengan
angka harapan hidup atau eo yang dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung (metode
Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang
masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah
yang dihitung berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas KOR). Sebagai catatan,
UNDP dalam publikasi tahunan HDR (Human Development Report) sejak tahun 1995 menggunakan
indikator partisipasi Sekolah Dasar, menengah dan tinggi sebagai pengganti rata-rata lama sekolah
karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global. Indikator angka melek huruf
diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama
sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu tingkat/kelas yang
sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 9
Komponen standar hidup layak dapat diukur dengan menggunakan indikator rata-rata
konsumsi riil yang telah disesuaikan. UNDP menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB)
per kapita riil yang telah disesuaikan sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia
indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara.
2.3. Konsep Perhitungan IPM
Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia
adalah Human Development Index (HDI) atau IPM. Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).
2.3.1 Usia Hidup
Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia
hidup yang panjang dan sehat. Indikator yang digunakan untuk mengkur usia hidup dengan
mempertimbangkan ketersediaan data secara global, dalam hal ini UNDP memilih indikator angka
harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan eo. angka kematian bayi
(IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator tersebut dinilai tidak peka bagi negara-
negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan
tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode
tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang
dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh
dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun survei.
2.3.2. Pengetahuan
Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator, yaitu
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak
tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah, dan
tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua kurang sesuai sebagai indikator dampak.
Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah
secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan
tersedianya data susenas kor atau data instasional.
Indikator angka melek huruf dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis.
Pengolahannya dapat dilakukan dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (dapat membaca dan
menulis) dan berkode 2 (dapat membaca dan menulis huruf lainnya). Kemudian
membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus.
Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi
data. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu
tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari
penghitungan dengan menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut akan diperoleh
data lama sekolah masing-masing indiviu yang kemudian digunakan sub program MEANS dalam
paket SPSS untuk menghitung rata-rata lama sekolah agregat.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 10
2.3.3. Standar Hidup Layak
Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara
luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengkur
unsur itu. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP memilih GDP
per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak.
Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak
diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai
unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai
tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen
bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan
dalam perhitungan IPM. dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan
menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil per
kapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya.
Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB per kapita tidak dapat digunakan untuk
mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk
(yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan konsumsi per kapita riil yang telah
disesuaikan untuk keperluan yang sama.
Untuk menghitung konsumsi per kapita riil yang disesuaikan pertama dihitung terlebih
dahulu daya beli untuk tiap unit barang atau Purchasing Power Parity (PPP/unit).
Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus :
)
Dimana :
E(I,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-1
P(9,j) : Harga komoditi j
Q(i,j) : Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten/kota ke-i
Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian
rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
D(i)* = D(i) jika D(i)
= Z+2(D(i) – Z)(1/2) jika Z<D(i)
= Z+2(Z)(1/2)+3(D(i) – 2Z)(1/3) jika 2Z<D(i)
= Z+2(Z)(1/2)+3(D(i) – 2Z)(1/3)+4(D(i)-3Z)(1/4) jika 3Z<D(i)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 11
PPP /unit =
Dimana :
D : konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit
Z : Treshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya
menggunakan garis kemiskinan)
2.3.4. Tahapan Perhitungan IPM
Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tahap Pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM
(Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan = X2 dan Standar Hidup Layak = X3)
Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :
Indeks X(i)=[X(i)-X(i)min]/[X(i)maks-X(i)min] ........... (1)
Dimana :
X (i) = Indikator ke-i (i = 1,2,3)
X (i)maks = Nilai maksimum X(i)
X (i)min = Nilai minimum X(i)
Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM
Indikator Komponen
IPM [=X(i)]
Nilai
Maksimum
Nilai
MinimumCatatan
(1) (2) (3) (4)
Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP)Rata-rata lama sekolah
15 0 Sesuai standar global (UNDP)
Konsumsi per kapita yang disesuaikan
732.720 360.000UNDP menggunakan GDP per kapita riil yang disesuaikan
Sumber : Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenas, UNDP)
Tahapan Kedua perhitungan adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing
indeks Xi dengan rumus :
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 12
Indeks Pembangunan Manusia
= 1/3
= 1/3[X(1)+X(2)+X(3)] ......................... (2)
Dimana:
X (1) : Indeks harapan hidup
X (2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf)+1/3 (indeks rata-rata lama
Sekolah)
X (3) : Indeks standar hidup layak
Tahap Ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur
kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.
r ={ (IPMt+n – IPMt) / (IPMideal – IPMt) x 100}1/n
dimana :
IPMt = IPM pada tahun t
IPMt+n = IPM pada tahun t+n
IPMideal = 100
2.3.5. Kategori Peringkat Pembangunan Manusia
Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,00 dengan kategori
Tabel 2.2
Peringkat Kinerja Pembanguna Manusia
Skala kinerja IPM Kategori
> 80,00 Tinggi
66,00 – 79,9 Menengah Atas
50,00 – 65,9 Menengah Bawah
< 50,00 rendah
BAB III
ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 13
KABUPATEN TABALONG
Hasil pembangunan manusia di Kabupaten Tabalong selain tercermin dari indikator agregat
IPM juga digambarkan dari pencapaian indikator tunggal yang terkait dengan kesejahteraan
penduduk Kabupaten Tabalong baik dari bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan. Pemantauan indikator tunggal tersebut sanagt
bermanfaat untuk mengenali aspek-aspek yang dapat mempengaruhi perkembangan IPM.
3.1. KEPENDUDUKAN
Dalam melaksanakan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan.
Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran
pembangunan. Oleh karena itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan
kualitas, pengendalian kuantitas, serta pengarahan mobilitas untuk menunjang tercapainya
keberhasilan pembangunan, yaitu meningkatnya kesejahteraan penduduk.
3.1.1. Demografi Kependudukan
Istilah demografi pertama kali dipakai oleh Achille Guillard dalam karangannya yang
berjudul “Elements de Statistique Humanie on Demografic Compares” pada tahun 1885. Sejak saat
itu ilmu demografi terus berkembang seiring dengan fenomena dan dinamika kehidupan di
masyarakat. Moh. Yasin dalam tulisannya tentang Arti dan Tujuan Demografi tahun 1981
menyimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-
perubahan penduduk yang dipengaruhi oleh komponen-komponen perubahan seperti kelahiran,
kematian, migrasi. Dari komponen perubahan tersebut akan di dapat suatu keadaan dan komposisi
yang menggambarkan keadaan penduduk pada suatu wilayah.
Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang
dibutuhkan dalam proses pembangunan, disampin juga sebagai konsumen dalam pembangunan.
Dalam konteks penduduk sebagai SDM mengandung artian bahwa penduduk/manusia memiliki
peranan dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA).
Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil apabila memiliki kemampuan dalam
menjawab semua tantangan dalam pembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya
alam maupun sebagai pengguna/konsumen sumber daya alam.
Berdasarkan hasil registrasi penduduk, penduduk Kabupaten Tabalong pada tahun 2008
berjumlah 193.000 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2007, jumlah
penduduk Kabupaten Tabalong secara absolut menngalami peningkatan 2011 jiwa dengan laju
pertumbuhan 1,04%.
Perbandingan jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan, terlihat bahwa pada tahun
2008 Kecamatan Murung Pudak memiliki jumlah penduduk terbanyak sejumlah 32.463 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Kecamatan Muara Harus sebanyak 5.880 jiwa.
Gambar 3.1
Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Tahun 2008
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 14
Kecamatan
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Kecamatan 17.839 6.414 20.823 5.880 14.722 28.625 32.463 19.681 7.580 6.333 19.884 12.756
Banua Law as
Pugaan KeluaMuara Harus
Tanta TanjungMurung Pudak
HaruaiBintang
AraUpau
Muara Uya
Jaro
Berdasarkan kelompok umur dapat dibuat sebuah piramida penduduk yang akan
memudahkan dalam mencermati komposisi penduduk. Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa sampai
dengan tahun 2008 penduduk Kabupaten Tabalong mulai mengalami kenaikan angka kelahiran. Hal
ini terlihat dari lebih besarnya kelompok umur 0-4 tahun dibandingkan kelompok usia di atasnya (5-9
tahun). Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbesar terdapat pada kelompok umur 10-14
tahun sebesar 20.715 (10,73%) dan kelompok umur tahun 15-19 tahun sebesar 20.917 (10,84%).
Gambar 3.2
Piramida Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2008
Laki-laki
Penggolongan menurut usia produktif maka penduduk Kabupaten Tabalong dibedakan
menjadi 3 kelompok usia belum produktif (0-14 tahun) sebanyak 56.081 jiwa, kelompok usia
produktif (15-64 tahun) sebanyak 129.947 jiwa, dan kelompok usia lanjut (65 tahun lebih) sebanyak
6.972 jiwa.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 15
-12.000 -8.000 -4.000 0 0 4.000 8.000 12.000
0-45-9
10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-74
75+
perempuan
3.1.2 Kepadatan dan Komposisi Penduduk
Kepadatan penduduk dapat menimbulkan masalah perumahan, kesehatan, dan keamanan
yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesejahteraan yang telah dicapai.
Kepadatan penduduk pada tahun 2008 telah mencapai 49 jiwa per Km2. Angka ini tidak
menunjukkan kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya
Tabel 3.1
Distribusi Penduduk Kabupaten Tabalong Menurut Kecamatan
Tahun 2008
KecamatanLuas daerah
(Km2)Jumlah
PendudukKepadatanPenduduk
(1) (2) (3) (4)Banua Lawas 161,67 17.839 110
Pugaan 64,06 6.414 100
Kelua 115,78 20.823 180
Muara Harus 62,90 5.880 93
Tanta 172,10 14.721 86
Tanjung 323,34 28.625 89
Murung Pudak 118,72 32.463 273
Haruai 469,77 19.681 42
Bintang Ara 391,50 7.580 19
Upau 323,00 6.333 20
Muara Uya 924,16 19.884 22
Jaro 819,00 12.756 16
Jumlah 3.946,00 94.794 49
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong
Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan di antaranya terlihat pada komposisi
penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak
produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 ke atas) yang berarti semakin
rendahnya angka beban ketergantungan (dependency ratio) karena semakin kecil angka beban
ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan
kualitas dirinya.
Berdasarkan kelompok umur dapat dihitung besarnya Rasio Ketergantungan (Dependency
Ratio) yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di
bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif
(umur 15-64 tahun). Dari tabel di bawah di dapat Angka Ketergantungan Penduduk Tabalong
sebesar 48,52. Ini berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 48 orang usia
tidak produktif.
Tabel 3.2
Angka Beban Ketergantungan Penduduk menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 16
Jenis kelaminUsia produktif (15-
64)
Usia tidak produktifDependency Ratio
(0-14) (65 +)
Laki-laki 64.670 28.293 3.132 48,59
Perempuan 65.276 27.788 3.840 48,45
Laki-laki + perempuan 129.947 56.081 6.972 48,52
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong
Terkait dengan IPM besarnya angka ketergantungan akan mengurangi keluasaan pilihan
bagi usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap
turunnya angka IPM.
Dari komposisi struktur umur dapat di persiapkan suatu perencanaan dari berbagai aspek
seperti pendidikan, penciptaan lapangan kerja dan sarana kesehatan masyarakat serta beberapa
perencanaan untuk pelayanan jasa publik.
Komposisi penduduk juga dapat dilihat dari perbandingan antara penduduk laki-laki dan
perempuan. Perbandingan tersebut didefinisikan sebagai rasio jenis kelamin atau sex ratio.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin ini sangat penting artinya untuk melihat keseimbangan
antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Keseimbangan antara penduduk laki-laki dan
perempuan akan mempengaruhi kondisi dari sosial dan ekonomi rumah tangga serta
keberlangsungan reproduksi.
Tabel 3.3
Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2008
kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio jenis
kelamin(1) (2) (3) (4)
Banua Lawas 8.601 9.238 93Pugaan 3.121 3.292 95Kelua 10.194 10.630 96Muara Harus 2.847 3.034 94Tanta 7.135 7.587 94Tanjung 14.304 14.321 100Murung Pudak 16.500 15.963 103Haruai 9.888 9.793 101Bintang Ara 3.891 3.689 105Upau 3.148 3.185 99Muara Uya 10.015 9.869 101Jaro 6.453 6.303 102
Jumlah 96.096 96.904 99
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Tabalong menunjukkan angka di bawah 100 yaitu 99.
Artinya jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Tabalong lebih banyak dari penduduk laki-laki,
dengan kata lain untuk setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki. Jika dilihat persebarannya per
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 17
kecamatan, kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Haruai, Bintang Ara, Muara Uya, Jaro angka di
atas 100, sementara untuk kecamatan-kecamatan lain nilainya di bawah 100.
Dari angka rasio jenis kelamin tersebut diatas dapat dilihat juga bahwa distribusi penduduk
laki-laki dan perempuan di Kabupaten Tabalong cukup merata, karena angka rasio jenis kelamin
yang tidak terlalu jauh dari angka 100, sehingga jika dipersentasikan maka distribusi persentase
antara laki dan perempuan pun tampak cukup seimbang.
Gambar 3.3
Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2008
3.2 PENDIDIKAN
Menurut Sept. P dan K, 1976 dalam Azwini Kartoyo dan Diah Widarti (1998) disebutkan
bahwa hakikat dari pendidikan merupakan suatu usaha sadar manusia untuk mengembangkan
kepribadian dan meningkatkan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Usaha yang dimaksud bukan hanya usaha perorangan dan bukan pula hanya usaha
pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan
keluarga. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 Bab XIII pasal 31 yang berbunyi :
Ayat 1. “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”
Ayat 2. “Pemerintah mengusahakan penyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional
dan diatur oleh Undang-Undang”
Ini menyiratkan bahwa pendidikan sudah merupakan tuntutan hidup masyarakat Indonesia.
Pendidikan merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk meningkatkan pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Implementasi dari UUD 1945 tersebut di tetapkannya Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dituangkan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1994.
Sumber daya manusia berperan penting terhadap kemajuan suatu bangsa, oleh karena itu perlu
diupayakan peningkatan sumber daya manusia demi tercapainya keberhasilan pembangunan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan kualitas melalui
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 18
laki-laki49,79%perempuan
50,21%
bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan formal
maupun informal.
Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar.
Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk
mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah misalnya dengan meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah
juga melaksanakan program wajib belajar 9 tahun dan sampai saat ini masih melanjutkan program
wajib belajar 6 tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan
anak semakin membaik dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk.
Tabel 3.4
Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru di Kabupaten Tabalong
Tahun 2008
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Sekolah Kelas Ruang Kelas Murid Guru
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. TK/MI
TK/MI Negeri 3 13 11 462 33
TK/MI Swasta 142 283 264 8.559 436
2. SD
SD Negeri 239 1.728 1.730 28.707 3.327
SD Swasta 28 204 203 2.745 53
3. SLTP
SMP Negeri 68 344 377 8.913 786
SMP Swasta 16 73 73 2.052 85
4. SMU/SMK
Negeri 19 171 180 5.669 436
Swasta 8 36 44 1.153 10
Pada tahun 2008 terlihat bahwa terdapat 145 Taman kanak-kanak di mana 142 diantaranya
adalah TK Swasta. Hal ini menunjukkan adanya peran serta aktif masyarakat dalam menggalakkan
pendidikan usia dini. Pendidikan pra sekolah cukup penting untuk mengembangkan kecerdasan
anak mengingat daya serap otak terhadap berbagai ilmu dan informasi terbentuk maksimal pada
anak usia dini, sehingga diperlukan akses serta fasilitas yang memadai untuk mendukungnya.
Tabel diatas juga memperlihatkan jumlah dan guru dengan rasio 19, yang berarti satu orang guru
mempunyai beban mengajar 19 murid. Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
maksimal. Jumlah murid TK yang relatif kecil dibandingkan jumlah total penduduk Kabupaten
Tabalong berusia pra sekolah, menunjukkan bahwa angka partisipasi untuk mengikuti pendidikan
pra sekolah masih rendah, kemungkinan disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya
orang tua dalam mengikutsertakan anaknya pada pendidikan pra sekolah.
Untuk tingkat sekolah dasar, terdapat 267 SD/MI baik negeri maupun swasta. Jumlah murid
yang terdaftar pada sekolah dasar di Kabupaten Tabalong adalah sebanyak 31.452 siswa. Jika
dilihat persebarannya, jumlah fasilitas ini tersebar merata hampir setiap desa pada tiap kecamatan.
Rasio murid dan guru untuk tingkat sekolah dasar 9 siswa. Begitu pula rasio murid kelas, dimana
satu buah kelas menampung 16 siswa. Dengan jumlah guru serta ruang kelas yang memadai
diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, tentu saja jika jumlah tersebut
didukung oleh sarana dan prasarana lainnya seperti meja, kursi dan lainnya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 19
Dari tabel diatas juga dapat terlihat jumlah fasilitas pendidikan, dimana untuk SMP/MTS
hanya terdapat 84 buah sekolah baik negeri maupun swasta dengan beban yang terjadi pada
tingkat SMP/MTS adalah 130 siswa untuk satu sekolah 13 orang siswa untuk satu orang guru.
Untuk jenjang menengah atas dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana belajar mengajar
serta tenaga pendidik lebih sedikit dibandingkan jenjang dibawahnya. Pada tahun 2007 Sekolah
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah adalah sebanyak 27 buah sekolah yang terdiri dari 19 buah
SMU/SMK/MA Negeri dan 8 buah SMU/SMK/MA Swasta. Jumlah sekolah tersebut dapat
menampung sebanyak 6.822 orang murid yang tersebar pada SMU/SMK/MA Negeri sebanyak
5.669 orang murid dan 1.153 orang murid pada SMU/SMK/MA Swasta. Jumlah guru yang tersedia
pada jenjang ini adalah sebesar 330 orang guru yang tersebar pada SMU/SMK/MA Negeri
sebanyak 436 orang guru dan 10 orang guru pada SMU/SMK/MA Swasta. Beban sekolah yang
terjadi pada jenjang menengah atas ini adalah 252 orang murid pada satu sekolah dan 15 murid
untuk satu orang guru.
Tabel 3.5
Rasio Murid-Sekolah, Rasio Murid-Kelas, dan Rasio Murid-Guru
Menurut jenjang Pendidikan Tahun 2008
Tingkat PendidikanRasio Murid-
Sekolah
Rasio Murid-
KelasRasio Murid-Guru
Taman kanak-kanak 62,21 32,80 19,23
SD/Sederajat 117,79 16,27 9,30
SMP/Sederajat 130,53 26,29 12,58
SMU/Sederajat 252,66 32,95 15,29
Sumber : Tabalong Dalam Angka 2009
Rasio Murid-Sekolah diatas menunjukkan kemampuan sekolah menampung murid.
Sedangkan rasio murid-guru menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar. Indikator ini juga
dapat digunakan untuk melihat tingkat mutu pengajaran di kelas karena semakin tinggi nilai rasio
berarti semakin kurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap murid sehingga mutu
pengajaran cenderung rendah. Sementara itu indikator rasio murid-kelas menunjukkan kepadatan
kelas pada suatu jenjang pendidikan.
3.2.1 Partisipasi Sekolah
Partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Tabalong dalam pendidikan sekolah dasar hingga sekolah
menengah diharapkan akan dapat memberikan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan
datang. Ukuran-ukran yang digunakan untuk mengkaji partisipasi sekolah merupakan suatu
indikator proses yang menunjukkan proses pendidikan atau bagaimana program pendidikan
diimplementasikan di masyarakat. Dalam hal ini ukuran-ukuran yang digunakan adalah angka
partisipasi kasar (APK), angka partisipasi sekolah (APS), dan angka partisipasi murni (APM).
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 20
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasiio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang
sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tertentuA. APK menunjukkan tingkat partispasi pendudukk secara umum
di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya
serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK SD merupakan
perbandingan antara jumlah murid SD semua umur dengan jumlah anak usia 7-12 tahun. APK SLTP
merupakan perbandingan antara jumlah murid SLTP semua umur dengan jumlah anak usia 13-15
tahun. APK SLTA merupakan perbandingan antara jumlah murid SLTA semua umur dengan jumlah
penduduk usia 16-18 tahun.
Dari Tabel 3.6, nilai APK pada jenjang sekolah dasar pada tahun 2008 sebesar 114,17.
Angka ini menunjukkan persentase murid yang sedang sekolah di jenjang SD/sederajat yang
berumur 7-12 tahun.
Tabel 3.6
APK, APM dan APS menurut Usia sekolah
Tahun 2008
Usia SekolahAngka Partisipasi
APK APM APS
7-12 114,17 92,48 97,98
13-15 73,62 59,25 87,51
16-18 62,78 50,81 53,82
Sumber : BPS Kab. Tabalong, Susenas 2008
APK untuk jenjang sekolah menengah baik SMP maupun SMU nilai dibawah seratus. Hal ini
mengindikasikan bahwa hanya sebagian dari anak berusia 13-15 tahun dan 16-18 tahun yang
sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan kemungkinan sisanya sedang sekolah pada jenjang
pendidikan di bawahnya/di atasnya atau bahkan mereka tidak sekolah lagi.
Angka Partisipasi Murni
Angka partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.
APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu.
Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekkolah di setiap jenjang
pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik
karena melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai
dengan standar tersebut.
Gambar3.4
APK, APM dan APS menurut Usia Sekolah
Tahun 2008
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 21
APK pada jenjang SD/sederajat pada tahun 2008 sebesar 114,17 persen sedang APM
SD/sederajat hanya sebesar 92,48 persen berarti bahwa murid SD/sederajat yang berumur 7-12
tahun sebanyak 92,48 persen, ada selisih antara APK dan APM 21,68 persen, yang memiliki arti
bahwa di antara murid SD/sederajat sebanyak 21,68 persennya berumur kurang dari 7 tahun atau
lebih dari 12 tahun. Pada jenjang SMP/sederajat APK-nya sebesar 73,62 persen sedang APM-nya
59,25 persen yang berarti hanya 59,25 persen penduduk usia 13-15 tahun yang terserap sebagai
murid SMP/sederajat dan sisanya bisa terserap pada jenjang pendidikan SD, SMU atau bahkan
tidak sekolah lagi. Selisih antara APK dan APM-nya 14,38 persen, memiliki arti bahwa diantara
murid SMP/sederajat 14,38 persennya berumur kurang dari 13 tahun atau lebih dari 15 tahun.
Begitu pula untuk jenjang SMU/sederajat, nilai APK-nya juga lebih besar dari APM.
Angka Partisipasi Sekolah.
Angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan berapa banyak penduduk usia pendidikan
yang sedang bersekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar indikator
inilah yang digunakan sebagai petunjuk berhasil tidaknya program tersebut. Sebagai standar
program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai APS SD lebih dari 97 persen dan APS lebih dari
70 persen.
Hasil SUSENAS tahun 2008, APS untuk usia 7-12 tahun sebesar 97,98 persen, sedangkan
untuk APS penduduk usia 13-15 tahun sebesar 87,51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa APS
SMP/sederajat telah mencapai target baik secara total maupun menurut jenis kelamin sehingga
dapat dikatakan bahwa penerapan kebijakan pemerintah tentang progam wajib belajar 9 tahun di
kabupaten Tabalong hampir berhasil.
APS dikombinasikan dengan APM dapat menunjukkan jenjang pendidikan yang sedang
ditempuh oleh penduduk dengan usia pendidikan tertentu. Selain itu, APS juga dapat
menggambarkan penduduk pada usia pendidikan yang sedang tidak bersekolah, baik karena belum
pernah bersekolah atau karena drop out sehingga tentunya hal ini dapat semakin memperjelas arti
APK.
Keberadaan penduduk yang terkategori dalam usia pendidikan namun tidak bersekolah baik
karena belum pernah sekolah maupun karena drop out merupakan permasalahannya yang harus
dipecahkan karena mereka adalah kunci utama penggerak roda pembangunan nantinya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 22
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
7-12 13-15 16-18
APK
APM
APS
3.3. KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untukmencapai
kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan
seluruh masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam kehidupan
manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan
manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan hidup sehari-hari yang berarti dapat menjadi
penggerak utama ketiga aspek komponen IPM, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan
dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Setiap upaya pembangunan
kemudian selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk
dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran pembangunan adalah
terciptanya lapangan kerja baru dan mengurangi jumlah pengangguran.
3.3.1. Angkatan Kerja
Pada tahun 2008 terdapat 136.919 penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas). Jumlah
penduduk yang sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 70,94 persen dari
penduduk usia kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja di Kabupaten
Tabalong cukup besar sehingga harus diimbangi dengan permintaan tenaga kerja yang besar pula
agar angka pengangguran dapat lebih ditekan. Dari total angkatan kerja di Kabupaten Tabalong,
sebanyak …..berstatus bekerja.
Tabel 3.7
TPAK, TKK dan TPT Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008
Indikator NakerJenis Kelamin
Laki-laki Perempuan L +P
TPAK84,40 62,31 73,44
TKK94,53 95,94 95,12
TPT4,88 2,64 3,77
Dari tabel diatas terlihat bahwa TPAK laki-laki lebih besar daripada perempuan. Dominasi
laki-laki dalam pasar tenaga kerja dimungkinkan karena terkait erat dengan budaya bahwa laki-
lakilah yang memiliki tanggung jawab utama untuk mencari nafkah.
Lebih jauh dari angkatan kerja tersebut dapat dikaji berapa orang di antara angkatan kerja
tersebut yang telah bekerja yang berarti menunjukkan ukuran Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) dan
seberapa besar dari angkatan kerja tersebut yang menjadi pengangguran terbuka, yaitu dengan
menggunakan indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 23
Pada tahun 2008 jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Tabalong 3,77 persen dari
penduduk usia kerja. Jumlah pengangguran terbuka tersebut cukup rendah, hal ini disebabkan oleh
penduduk di kabupaten Tabalong sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Sebagaimana
diketahui bahwa penyerapan tenaga kerja untuk sektor ini sangat tinggi sehingga angka
penganggurannya kecil.
Pengangguran terbuka (open unemployment) didefinisikan sebagai angkatan kerja yang :
Tidak bekerja dan mencari pekerjaan;
Tidak bekerja dan mempersiapkan usaha;
Tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan;
Tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai
bekerja.
Pengertian pengangguran tidak dapat disamakan dengan pencari kerja, karena sering kali
terjadi diantara pencari kerja terdapat mereka yang tergolong bekerja, namun karena berbagai
alasan masih mencari pekerjaan lain.
Gambar 3.5
Persentase Penganggur Terbuka menurut
Kategori Pengangguran Terbuka
Tahun 2008
Dari gambar diatas terlihat bahwa sebanyak 54 persen angkatan kerja merasa tidak
mungkin mendapat pekerjaan, yang menyebabkan mereka menjadi pengangguran. Hal ini dipicu
oleh terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada di kabupaten Tabalong. Misalnya, mau melamar di
perusahaan tambang tidak memenuhi syarat kelayakan pendidikan maupun ketrampilan. Dengan
demikian pemerintah harus lebih memperhatikan guna meningkatkan produktivitas dan kreativitas
penduduk, yaitu dengan memperluas kesempatan kerja yang tidak hanya pada sektor unggulan
saja, namun sektor-sektor lain harus diupayakan tercipta. Dengan demikian variasi dan banyak
pilihan pekerjaan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkesinambungan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 24
Gambar 3.6
Banyaknya Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi
Yang ditamatkan dan Jenis Kelamin
Tahun 2008
Jika dilhat klasifikasi penganggur berdasarkan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan, terlihat
bahwa tamatan SD/MI 30,55 persen penganggur. Hal ini perlu dimaklumi angkatan kerja berbekal
ijazah SD acapkali dianggap tidak memiliki kemampuan apa-apa. Namun dengan berbekal ijazah
tertinggi yaitu lulusan SMA/SMK mencapai 36,50 persen angka penganggurannya. Hal ini diduga
karena banyak lulusan SMA/SMK banyak tidak diterima di perguruan tinggi atau sedang mencari
pekerjaan.
3.4. KESEHATAN
Undang-undang kesehatan Nomor 23/1992 merupakan landasan atau pokok-pokok tentang
kegiatan bidang kesehatan. Undang-undang tersebut mencantumkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat. Dalam undang-undang tersebut ditekankan desentralisasi pertanggungjawaban operasional
dan kewenangan daerah sebagai syarat untuk keberhasilan dan kelangsungan pembangunan di
bidang kesehatan.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan upaya-upaya melalui pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan dan pemukiman, perbaikan gizi,
penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Strategi
yang ditempuh melalui pengelolaan kesehatan terpadu yaitu dikembangkannya upaya-upaya yang
lebih mendorong peran serta masyarakat, peningkatan kualitas pelayanan, baik yang berkaitan
dengan jangkauan maupun kemampuannnya agar masyarakat terutama yang berpenghasilan
rendah dapat menikmati pelayanan yang berkualitas, terus memperhatikan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran secara serasi dan bertanggung jawab, pengadaan dan
peningkatan kualitas sarana kesehatan, kemampuan dan persebaran tenaga kesehatan dan tenaga
penunjang kesehatan lainnya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 25
Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah
angka kesakitan (morbidity Rate). Meningkatnya derajat kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
produktifitas penduduk sehingga dapat mencapai kesejahteraan.
3.4.1 Penolong Kelahiran
Menurut beberapa survei, lebih dari 80 persen penyebab kematian ibu hamil/bayi pada saat
melahirkan/persalinan disebabkan oleh tiga masalah pokok, yaitu pendarahan (40-60 %), infeksi
jalan lahir (20-30 %), dan keracunan kehamilan (20-30 %). Ketiga hal tersebut berkaitan erat
dengan status gizi, Higiene-sanitasi, kesadaran hidup sehat, dan jangkauan serta mutu pelayanan
kesehatan.1 Kondisi ini menunjukkan bahwa peranpenolong kelahiran sangat penting bagi
keselamatan bayi dan ibu yang melahirkan . kendalanya adalah bahwa tidak semua masyarakat
mampu membiayai persalinan dengan dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih seperti
dokter/bidan. Keberhasilan persalinan akan menunjang angka harapan hidup.
Salah satu indikator dari pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penolong persalinan.
Indikator ini adalah persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga terdidik seperti dokter, bidan
dan tenaga medis lainnya. Indikator ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan
pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran di mana resiko kematian amat tinggi.
Tabel 3.8
Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir
Tahun 2008
Penolong KelahiranKelahiran
Pertama Terakhir
(1) (2) (3)
Dokter 15,84 16,80
Bidan 46,73 56,10
Dukun bersalin 36,55 26,66
Famili/keluarga 0,44 0,00
Lainnya 0,44 0,44
Total 100,00 100,00
Sumber : BPS Kab. Tabalong, Susenas 2008
Pada dasarnya, kesadaran masyrakat sudah cukup tinggi akan pentingnya kesehatan.
Tenaga bidan sudah mulai diminati masyarakati dengan persentase pertolongan pertama 46,73
persen dan pertolongan terakhir 56,10 persen, namun demikian jasa dukun bersalin masih cukup
tinggi sebesar 36,55 persen untuk pertolongan pertama.
3.4.2 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
1 Pokok Pikiran Tentang Kebijaksanaan Nasional “Gerakan Sayang Ibu” dalam INKESRA DKI Jakarta 2002Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 26
Salah satu sarana kesehatan yang berada sampai level kecamatan adalah keberadaan
Puskesmas. Peningkatan derajat kesehatan penduduk dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan. Disamping puskesmas, tingkat
ketersediaan dokter dapat memberikan gambaran tingginya tingkat perlindungan terhadap
penduduk di suatu daerah. Sebagaimana terlihat pada tabel 3.9 dimana pada tahun…
Tabel 3.9
Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
Tahun 2007-2008
Indikator Kesehatan 2007 2008
(1) (2) (3)
Jumlah Penduduk 190.989 193.00
Jumlah Puskesmas 15 15
Jumlah Pustu 50 56
Jumlah Dokter Spesialis 6 7
Jumah Dokter Umum 35 38
Jumlah Dokter Gigi 14 10
Jumlah Perawat 176 166
Jumlah Bidan 110 152
Jumlah Dukun Bayi/Bidang Kampung 191 191
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Tabalong
3.5 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Rumah dikategorikan sebagai bagian dari kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia
selain sandang dan pangan. Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung
tetapi jauh lagi sebagai tempat tinggal lebih menonjol. Bahkan menurut Jatman (1948:170) rumah
sudah menjadi bagian dari gaya hidup, simbol status, dan juga menunjukkan identitas pemiliknya.
Secara umum kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang
digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Oleh karena itu,
aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu
sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal dan ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan
bagi penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, tingkat kesejahteraan juga dapat digambarkan dari
fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas perumahan yang baik dan
penggunaan fasilitas perumahan yang menandai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
3.5.1 Kualitas Rumah Tinggal
Manusia dan alam lingkungannya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Lingkungan ini berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik bisa berupa alam
sekitar yang alamiah dan buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam, maka
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 27
manusia berusaha membuat tempat perlindungan yang pada akhirnya disebut rumah atau tempat
tinggal.
Sebagai makhluk sosial manusia selalu ingin bersama manusia lain, maka muncul
kelompok rumah-rumah yang disebut pemukiman. Rumah bisa dimasukkan sebagai bagian dari
kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia disamping sandang dan pangan.
Rumah yang sehat dan nyaman adalah rumah yan grelatif luas. Semakin tinggi tingkat
kesejahteraan rumah tangga maka semakin luas rumah yang ditempati. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 50
m2.
Keadaan perumahan penduduk di Kabupaten Tabalong pada umumnya memiliki luas lantai
50-99 m2, yaitu sebesar 42,51 persen. Namun cukup banyak pula rumah tangga yang berdiam pada
kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat sehat atau luas lantai kurang dari 50 m2. Sempitnya
rumah yang didiami oleh penduduk ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan maupun menurunkan
derajat kesehatan penghuninya yang kemudian pada akhirnya dapat menurunkan tingkat
kesejahteraan penduduk.
Tabel 3.10
Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2008
Luas Lantai
(m2)Persentase
<50 45,45
50-99 42,51
>99 12,03
Total 100,00
Sumber : BPS Kab. Tabalong, Susenas 2008
Kualitas rumah juga ditinjau dari segi jenis lantai, atap dan dinding terluas yang digunakan.
Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2008, dilihat menurut jenis lantainya sebanyak 98 persen rumah
penduduk telah menggunakan bahan bukan tanah, karena rata-rata rumah di Kabupaten Tabalong
berupa panggung yang berlantaikan kayu. Ditinjau dari atap yang digunakan pada umumnya
masyarakat telah menggunakan bahan dari jenis seng 58,98 persen. Sedangkan dinding-dinding
rumah di kabupaten Tabalong hampir seluruhnya menggunakan bahan yang permanen, yaitu kayu
sebesar 85,78 persen.
3.5.2. Fasilitas Rumah
Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali
adalah tersedianya listrik, air bersih serta tersedianya jamban.
Berdasarkan data Susenas Tahun 2008, lebih dari 89 persen rumah tangga di kabupaten
Tabalong telah memfasilitasi rumahnya dengan listrik baik dari PLN maupun Non PLN. Hal ini
berarti pelayanan listrik telah menjangkau lebih dari seluruh wilayah kabupaten Tabalong. Namun
demikian masih terdapat 7,96 persen rumah tangga masih menggunakan pelita sebagai sumber
penerangan.Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 28
Gambar 3.7. Indikator Perumahan di Kabupaten Tabalong
Tahun 2008
85,78
98,37
12,87
78,2
65,63
84
40,85
Kayu
Bukan Tanah
Sumur terlindung
Leher angsa
Kayu Bakar
WC >= 10 m
Fasilitas minum sendiri
Pada Tahun 2008 rumah tangga di Kabupaten Tabalong yang telah menggunakan fasilitas
air bersih sebanyak 77 persen dimana hanya 28,28 persen sumberair bersih rumah tangga dari
leding. Keberadaan sumber air bersih pada rumah tangga mendukung keberhasilan pembangunan
kesehatan. Dengan mulainya sadar akan kesehatan penduduk telah banyak membuat tempat
pembuangan akhir (WC) dengan menggali tanah dan mengatur jarak tanah dengan sumber air
bersih, dimana jarak idealnya >10 meter sudah mencapai 84 persen.
Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan
berisiko penularan penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan. Masalah kondisi lingkungan
tempat pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko pencemaran yang mungkin
ditimbulkan.
Rumah-rumah di Kabupaten Tabalong sebagian besar telah menyediakan fasilitas buang air
besar meskipun penggunaannya masih ada yang digunakan secara bersama-sama. Adapun jenis
kloset yang digunakan sebanyak 78,20 persen berjenis leher angsa.
BABIV
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN TABALONG
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 29
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang mengukur
tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar
(basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar tersebut adalah umur panjang dan sehat
yang diukur dengan Indeks Kesehatan (IK), pengetahuan dan keterampilan yang diukur dengan
Indeks Pendidikan (IP), serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai
standar hidup hidup layak yang diukur dengan Indeks Daya Beli (IDB). Indikator dampak sebagai
komponen yang dibutuhkan perhitungan IPM yang digunakan adalah angka harapan hidup waktu
lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah,
serta pengeluaran konsumsi per kapita.
4.1. Angka Harapan Hidup (e0)
Sebagai salah satu indikator kesehatan, umur harapan hidup digunakan untuk mengukur
pencapaian pembangunan manusia. Angka harapan hidup diartikan sebagai umur yang mungkin
dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Tahun 2008, umur harapan hidup di Kabupaten
Tabalong tercatat 62,68 yang berarti rata-rata umur yang mungkin dicapai dari sejak lahir sampai
meninggal dunia penduduk Kabupaten Tabalong sebesar 62 tahun.
Gambar 4.1
Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Tabalong dengan Kalimantan Selatan
62,54
62,68
62,60
62,80
62,40
62,45
62,50
62,55
62,60
62,65
62,70
62,75
62,80
62,85
2007 2008
Tabalong Kalimantan Selatan
Pada tahun 2008, angka harapan hidup provinsi Kalimantan Selatan sedikit lebih tinggi
dengan angka harapan hidup Kabupaten Tabalong yaitu 62,80.
Tabel 4.1Angka Harapan Hidup di Kabupaten tabalong danKalimantan Selatan Tahun 2006,2007 dan 2008
Tahun Tabalong Kalimantan Selatan
(1) (2) (3)
2006 62,40 62,40
2007 62,54 62,60
2008 62,68 62,80Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 30
Sumber: BPS Kabupaten Tabalong
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka harapan hidup penduduk Kabupaten
Tabalong adalah yang terendah keempat dari 13 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan,
atau hanya di atas Kabupaten Barito Kuala (59,6), Hulu Sungai Utara (60,8) dan Kabupaten
Balangan (60,2).
4.2. Angka Melek Huruf
Kemampuan membaca dan menulis dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus
dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi
dalam pembangunan. Angka Melek Huruf menunjukkan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas
yang dapat membacadan menulis.
Tabel 4.2
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tabalong
Tahun 2006, 2007 dan 2008
Tahun Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
2006 97,49 89,80 93,57
2007 98,22 90,56 94,19
2008 97,84 91,96 94,80
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong
Pada tahun 2008, total penduduk usia 15 tahun ke atas di kabupaten Tabalong yang dapat
membaca dan menulis sebesar 94,80 persen. Dengan begitu, mayoritas penduduk di kabupaten
Tabalong sudah dapat menikmati pendidikan dengan baik.
Pencapaian angka melek huruf tertinggi pada tahun 2008 di Provinsi Kalimantan Selatan
adalah kota Banjarmasin, yaitu sebesar 96,91 persen sedangkan angka terendah di kabupaten
Barito Kuala sebesar 89,79 persen.
4.3. Rata-rata Lama Sekolah
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 31
Pencapaian aktual :94,80
Terburuk : 0 %
Aktual : 94,90 %
Ideal : 100 %
Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang dicapai oleh
masyarakat di suatu daerah. Semakin lama rata-rata sekolah berarti semakin tinggi jenjang
pendidikan yang dijalani. Untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, pemerintah telah
mencanangkan program wajib belajar 9 tahun atau pendidikan dasar hingga tingkat SLTP.
Angka rata-rata lama sekolah di kabupaten Tabalong tahun 2008 sebesar 7,76 tahun.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding angka provinsi yang sebesar 7,40 tahun.
4.4. Pengeluaran Riil yang disesuaikan
Konsumsi riil per kapita memberikan gambaran tingkat daya beli masyarakat. Sebagai salah
satu komponen yang digunakan dalam melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah,
variabel ini sangat penting karena dapat mempengaruhi derajat kesehatan untuk meningkatkan
umur harapan hidup serta kemampuan menyekolahkan anak. Tingkat kesejahteraan dikatakan
meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil per kapita yaitu peningkatan nominal pengeluaran
rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama.. Pada tahun 2008, konsumsi
riil per kapita di Kabupaten Tabalong sebesar 629,40 rupiah. Dibandingkan pengeluaran pada tahun
2007 yang sebesar 627,26 rupiah maka terjadi kenaikan sebesar 0,33 persen.
Kenaikan pengeluaran riil perkapita pada kurun waktu tersebut perlu diperhatikan secara
struktur pengeluaran. Kenaikan ini mungkin jadi merupakan salah satu imbas kebijakan yang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 32
Pencapaian aktual :7,76 tahun
Terburuk : 0 %
Aktual : 7,76 %
Ideal : 15 %
Pencapaian aktual :629,40
Terburuk : 360.000
Aktual : 629,40
Ideal : 737,720
diambil pemerintah dalam usaha mengurangi tekanan terhadap beban anggaran dengan cara
penghapusan secara bertahap subsidi pemerintah pada harga bahan bakar minyak. Pengurangan
subsidi pada BBM mengakibatkan kenaikan harga BBM, sehingga sebagai komoditi yang memiliki
efek pengali maka akan mengakibatkan kenaikan pada harga komoditas lainnya baik yang
dihasilkan melalui proses produksi dengan menggunakan bahan bakar minyak maupun komoditas
yang tidak menggunakan minyak sebagai biaya antara dalam proses produksi.
Selain kuantitas pengeluaran perkapita sebagai salah satu ukuran tingkat standard hidup
layak maka perlu diperhatikan pola pengeluaran rumah tangga dalam suatu wilayah. Salah satu
indikator kesejahteraan di masyarakat adalah persentase pengeluaran rumah tangga yang
dikelompokan menjadi dua golongan yaitu pegeluaran untuk makanan dan pengeluaran non
makanan. Umumnya pada negera berkembang pola pengeluaran rumah tangga masih
terkonsentrasi pada kelompok makanan. Untuk masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang baik
maka pendapatan rumah tangga digunakan tidak hanya digunakan untuk pengeluaran makanan
tetapi juga terdistribusi penggunaannya pada kelompok non makanan sebagai usaha perbaikan
kualitas hidup, seperti biaya sandang, pendidikan, kesehatan dan tabungan.
4.5. IPM Kabupaten Tabalong
IPM merupakan gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan
manusia di suatu daerah, sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah
tersebut. Perkembangan angka IPM memberikan inidikasi peningkatan atau penurunan kinerja
pembangunan manusia pada suatu daerah.
Dimasukkannya konsep pembangunan manusia ke dalam kebijakan pembangunan sama
sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu. Hal ini bertujuan untuk
semakin tergambarnya kondisi masyarakat sehingga kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi, mengurangi kemiskinan absulut dan mencegah keruskan lingkungan. Perbedaan yang
diperlihatkan melalui IPM adalah sudut pandang pembangunan manusia. Semua tujuan yang
disebutkan di atas diletakan dalam kerangka untuk mencapai tujuan utama, yaitu memperluas
pilihan-pilihan manusia.
Dari waktu ke waktu, berbagai laporan pembangunan manusia di tingkat global memberikan
usulan kebijakan baik dalam skala internasional maupan agenda nasional. Tujuan utama dari usulan
tingkat dunia adalah untuk memberi masukan bagi paradigma baru pembangunan manusia yang
berkelanjutan dan berlandaskan pada keamanan manusia (human security)., kemitraan baru antara
negara berkembang dan negara maju, bentuk kerjasama internasional yang baru, serta
kesepakatan global yang baru. Di sisi lain, usulan tingkat nasional meletakan titik berat pada
keutamaan manusia dalam proses pembangunan, pada keutuhan akan kemitraan baru antara
negara dan pasar, serta bentuk kerjasama baru antara pemerintah, institusi masyarakat madani,
komunitas dan rakyat.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 33
Tabel 4.3
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong
Tahun 2006, 2007 dan 2008
Uraian 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4)
Angka Harapan Hidup 62,40 62,54 62,68
Indeks Pendidikan (IP)
- Indeks Melek Hurup 95,92 95,93 95,93
- Indeks Rata-rata Lama Sekolah
7,76 7,76 7,76
Indeks Pengeluaran Riil Perkapita yang diseuaikan
625,13 627,26 629,40
Indeks Pembangunan Manusia. 68,27 68,51 68,75
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong
Dari agregat ketiga indikator tunggal IPM kabupaten Tabalong yang telah dibahas
sebelumnya diperoleh angka IPM tahun 2008 sebesar 68,75 (sebagaimana terlihat pada tabel 4.3).
pencapaian angka IPM tersebut lebih tinggi bila dibandingkan tahun sebelumnya, keadaan tahun
2007 sebesar 68,51, hal ini menunjukkan ada peningkatan kinerja pembangunan manusia di
Kabupaten Tabalong.
Indeks Harapan hidup dari 62,40 pada tahun 2006 menjadi 62,68 pada tahun 2008. Indeks
pendidikan mengalami kenaikan disebabkan kenaikan angka melek hurup dari 95,92 menjadi 95,93
pada tahun 2007, dan rata-rata lama belajar dari 7,6 pada tahun 2006 sampai pada tahun 2008.
Kenaikan kuantitas pengeluaran riil perkapita yang dari 627,26 pada tahun 2007 menjadi 629,40
tahun 2008.
Tabel 4.4
Status Pembangunan Manusia Berdasarkan
Nilai Indeks Pembangunan Manusia
No Nilai Tingkatan Status
(1) (2) (3)
1. < 50 Rendah
2. 50 – 65 Menengah Bawah
3. 66 – 80 Menengah Atas
4. > 80 Tinggi
Sumber : BPS Kabupaten Tabalong
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 34
Status pembangunan manusia di suatu wilayah melalui IPM dibagi ke dalam tiga kelompok,
yaitu rendah untuk wilayah dengan IPM kurang dari 50, menegah untuk wilayah dengan IPM antara
50 hingga 80 dan tinggi untuk wilayah dengan IPM di atas 80. Untuk keperluan perbandingan antar
kabupaten/kota maka tingkat status menegah dipecah menjadi dua yaitu menengah bawah dan
menengah atas dengan kriteria seperti terlihat pada tabel 4.4.
Grafik 4.2. Perkembangan IPM Kabupaten Tabalong
Dengan capaian angka IPM sebesar 68,75 menurut konsep pembangunan manusia yang
dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masuk dalam kategori kinerja
pembangunan manusia Menengah Atas, yaitu dikasaran angka IPM 66 – 80.
Salah satu kegunaan IPM selain untuk mengukur tingkat pembangunan manusia juga
digunakan untuk mengetahui perbandingan pembangunan manusia antar wilayah. Berdasarkan
tabel 4.5 dapat dilihat sejauh mana posisi pencapaian pembangunan manusia di wilayah Kalimantan
Selatan.
Tabel 4.5
Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota
Kabupaten / Kota 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4)
Tanah Laut 68,83 69,85 70,89
Kotabaru 69,71 69,98 70,25
Banjar 68,97 69,43 69,89
Barito Kuala 65,16 65,89 66,63
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 35
IPM Kabupaten Tabalong
67,20
67,60
68,27
68,51
68,75
66,00
66,50
67,00
67,50
68,00
68,50
69,00
2004 2005 2006 2007 2008
Tapin 69,03 69,34 69,65
Hulu Sungai Selatan 68,51 69,35 70,20
Hulu Sungai Tengah 68,89 69,29 69,69
Hulu Sungai Utara 66,80 67,01 67,22
Tabalong 68,27 68,51 68,75
Tanah Bumbu 67,72 67,88 68,04
Balangan 64,83 65,13 65,43
Kota Banjarmasin 72,04 72,38 72,72
Kota Banjarbaru 73,20 73,58 73,96
Kalimantan Selatan 67,75 68,01 68,27
Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Selatan
Dalam skala nasional peringkat IPM Kabupaten Tabalong terus mengalami penurunan.
Pada tahun 1996 peringkat IPM Tabalong adalah 215. Hal ini terus mengalami penurunan menjadi
peringkat 302 dan 309 pada tahun 2007 dan 2008. Dalam wilayah Kalimantan Selatan maka
Kabupaten Tabalong masih mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan wilayah
kabupaten/kota lainnya. Perlunya perhatian serius bagi pembangunan sumber daya manusia terlihat
berdasarkan peringkat Kabupaten Tabalong yaitu peringkat 9 pada tahun 2007 dan 2008. Hal ini
semakin membuktikan bahwa terjadi kesenjangan antara pembangunan ekonomi dengan hasil
pencapaian pembangunan manusia di wilayah Kabupaten Tabalong yang kaya dengan hasil
pertambangan.
4.6. Laju Pencapaian IPM (Reduksi Shortfall)
Indikator lain perlu diperhatikan adalah perbedaan laju perubahan IPM selama periode
waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan rata-rata reduksi shortfall per tahun. Nilai shortfall
mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang
harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh IPM. Kondisi ideal tertinggi
yang dapat dicapai oleh IPM sebesar 100. Nilai reduksi shortfall yang besar menandakan
peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa laju perubahan
IPM tidak bersifat linear, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada IPM yang lebih tinggi.
Formula penghitungan reduksi Shortfall adalah:
dimana: IPMt = IPM pada tahun t
IPMt+n = IPM pada tahun t+n
IPMideal = 100
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 36
Kecepatan perkembangan IPM yang dicapai oleh Kabupaten Tabalong kurun waktu 2006-
2007 mencapai 0,75 ada sedikit penurunan dibanding kurun waktu sebelumnya yang mencapai
1,95. Dengan asumsi situasi kondisi pelaksanaan pembangunan manusia di Kabupaten Tabalong
mendatang diharapkan stabil.
Tabel 4.6
Perbandingan Laju Pencapaian IPM (Reduksi Shortfall) Kabupaten/Kota
Kabupaten / Kota 2005-2006 2006-2007
(1) (2) (3)
Tanah Laut 1,75 3,27
Kotabaru 1,52 0,89
Banjar 2,97 1,50
Barito Kuala 1,87 2,09
Tapin 1,25 1,00
Hulu Sungai Selatan 1,06 2,67
Hulu Sungai Tengah 1,27 1,28
Hulu Sungai Utara 2,28 0,63
Tabalong 1,95 0,75
Tanah Bumbu 1,22 0,50
Balangan 1,50 0,85
Kota Banjarmasin 1,99 1,23
Kota Banjarbaru 0,73 1,43
Kalimantan Selatan 0,94 0,82
Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Selatan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Tabalong Tahun 2009 37