IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B...

103
IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL APT SATELIT NOAA UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI SUHU PERMUKAAN LAUT BERBASIS CITRA Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Elektro Oleh Restu Nopiandi Irawan F1B 011 072 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM 2017

Transcript of IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B...

Page 1: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL

APT SATELIT NOAA UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI

SUHU PERMUKAAN LAUT BERBASIS CITRA

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Elektro

Oleh

Restu Nopiandi Irawan

F1B 011 072

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2017

Page 2: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL

APT SATELIT NOAA UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI

SUHU PERMUKAAN LAUT BERBASIS CITRA

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Elektro

Oleh

Restu Nopiandi Irawan

F1B 011 072

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2017

Page 3: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

ii

Page 4: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

iii

Page 5: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya yang

belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar atau diploma pada perguruan tinggi

manapun, dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang

lain yang diterbitkan atau yang tidak diterbitkan, kecuali kutipan berupa data atau

informasi yang sumbernya dicantumkan dalam naskah dan Daftar Pustaka.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung-

jawab, dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti

melakukan duplikasi terhadap karya ilmiah lain yang sudah ada.

Mataram, 23 Januari 2017

Restu Nopiandi Irawan

F1B 011 072

Page 6: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

v

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang atas segala berkat, bimbingan, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Implementasi Sistem Penerima

Dan Pengolah Sinyal APT Satelit NOAA untuk Memperoleh Informasi Suhu

Permukaan Laut Berbasis Citra”.

Pembuatan Tugas Akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Telekomunikasi dan

pengambilan data dilakukan di rumah yang berada di Desa Jatisela Kecamatan Gunung

Sari untuk peletakan groud station. Akhir kata semoga tidaklah terlampau berlebihan,

bila penulis berharap hasil karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, 23 Januari 2017

Penulis

Page 7: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dukungan ilmiah maupun

materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Yusron Saadi ST., M.Sc., Ph.D. selaku dekan Fakultas Teknik Universitas

Mataram

2. Bapak Sudi M. Al Sasongko, ST., MT. selaku ketua Jurusan Teknik Elektro

3. Bapak Cahyo Mustiko O. M., ST., MSc., Ph.D. sebagai dosen pembimbing utama

yang telah memberi saran dan ide pada konsep perancangan dari Tugas Akhir ini

4. Bapak I Made Budi Suksmadana, ST., MT. selaku dosen pembimbing pendamping

atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara penulisan laporan

ilmiah yang baik pada Tugas Akhir ini

5. Bapak Sudi M. Al Sasongko, ST., MT. selaku dosen penguji.

6. Bapak Made Sutha Yadnya, ST., MT. selaku dosen penguji.

7. Bapak Abdullahh Zainuddin, ST., MT. selaku dosen penguji.

8. Orang tua tercinta H. Hoh Ali dan Hj. Saupiah, beserta saudara Misi Hendri Alfiyan

dan Ahmad Ashril Rizal yang telah memberi dukungan baik moral maupun materil

sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Eka Listiany atas dukungan dan semangatnya selama proses penyusunan Tugas

Akhir ini.

10. Teman-teman angkatan 2010, 2011, dan 2012 bidang keahlian telekomunikasi yang

menemani sehari-hari dalam proses perancangan maupun pengukuran, khususnya

Nairon, Sandhi, Yusron, beserta sahabat akrab Waesal, Wahyu, Awan, dan Heri.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Semoga Allah Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas bantuan

yang diberikan kepada penulis.

Page 8: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ................................................... iv

PRAKATA ............................................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xiii

ABSTRAK ............................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2

1.6 Sistematika Penulisan Laporan ........................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 4

2.2 Satelit Cuaca NOAA ............................................................................. 5

2.3 Instrumen Satelit NOAA ...................................................................... 7

2.4 Tipe Transmisi Satelit Cuaca .............................................................. 8

2.4.1. APT (Automatic Picture Transmission) ..................................... 8

2.4.2. HRPT (High Resolution Picture Transmission) ......................... 9

2.4.3. GVAR (Goes Variable) dan LRIT (Low Rate Information

Transmission ............................................................................... 9

2.5 Satelit Cuaca pada Oseanografi .......................................................... 9

2.6 Sistem APT ............................................................................................ 10

2.6.1 Sistem Akuisisi Data Satelit NOAA/AVHRR-APT ................... 10

2.6.2 Format Data Sinyal APT ............................................................. 11

Page 9: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

viii

2.7 Antena untuk Sistem APT ................................................................... 13

2.7.1 Gain ............................................................................................. 14

2.7.2 Impedansi Masukan .................................................................... 14

2.7.3 Bandwidth ................................................................................... 15

2.7.4 Polarisasi ..................................................................................... 16

2.7.5 Pola Radiasi ................................................................................ 16

2.8 Receiver RTL2832U R820T ................................................................. 17

2.9 Software Defined Radio ....................................................................... 19

2.10 Aplikasi WxtoImg ................................................................................. 19

2.11 Algoritma Suhu Permukaan Laut NOAA/AVHRR .......................... 21

2.12 Model Warna HSV ............................................................................... 23

2.13 Regresi Polinomial ................................................................................ 24

BAB III. METODE PERANCANGAN

3.1 Rancangan Sistem ................................................................................. 26

3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 27

3.3 Langkah-langkah Perancangan ........................................................... 28

3.3.1 Studi Literatur ............................................................................. 28

3.3.2 Pembuatan Antena Crossed Dipole ............................................ 28

3.3.3 Pengujian Antena ........................................................................ 29

3.3.4 Instalasi Sistem Penerima Sinyal APT Satelit NOAA ................ 31

a. Instalasi aplikasi SDRSharp .................................................. 31

b. Instalasi aplikasi VBCable .................................................... 32

c. Instalasi aplikasi WxtoImg ................................................... 33

3.3.5 Implementasi Sistem Penerima dan Akuisisi Sinyal APT .......... 34

3.3.6 Perancangan Program Decoding Menggunakan Aplikasi

Matlab ......................................................................................... 34

3.3.7 Implementasi APT sebagai Informasi SPL ................................. 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Antena .................................................................................. 40

4.2 Pengujian Implementasi Sistem Penerima Sinyal APT .................... 42

4.3 Pengujian Program Decoding APT dengan aplikasi Matlab ............ 43

4.4 Analisa Program Decoding Mengunakan Aplikasi Matlab .............. 44

4.5 Analisa Citra SPL ................................................................................. 47

Page 10: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

ix

4.5.1. Persamaan pendekatan Penentuan SPL ...................................... 47

4.5.2. Analisa SPL Harian .................................................................... 51

4.5.3. Validasi Data ............................................................................... 55

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 57

5.2 Saran ...................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 58

LAMPIRAN ............................................................................................................ 60

Page 11: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skematik orbit satelit polar ............................................................... 5

Gambar 2.2 Perbandingan orbit satelit polar dan geostasioner ............................ 6

Gambar 2.3 Arsitektur NOAA-N Prime ............................................................... 7

Gambar 2.4 Komponen stasiun penerima APT .................................................... 10

Gambar 2.5 Format frame APT ............................................................................ 11

Gambar 2.6 Detail sinkronisasi APT .................................................................... 13

Gambar 2.7 Typical radio system ......................................................................... 14

Gambar 2.8 Antena sebagai beban dari rangkaian sebelumnya ........................... 15

Gambar 2.9 Polarisasi circular ............................................................................. 16

Gambar 2.10 Ilustrasi pola radiasi antena dalam dua dimensi ............................... 17

Gambar 2.11 Konfigurasi tuner R820T .................................................................. 18

Gambar 2.12 Tampilan aplikasi SDRSharp ............................................................ 19

Gambar 2.13 Tampilan aplikasi WxtoImg ............................................................. 20

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ..................................................................... 27

Gambar 3.2 Splitter 137,5 MHz ........................................................................... 29

Gambar 3.3 Konfigurasi pengukuran antena pada VNWA .................................. 30

Gambar 3.4 Diagram alir pengujian antena .......................................................... 31

Gambar 3.5 Blok diagram sistem penerima sinyal APT ...................................... 31

Gambar 3.6 Properties pengaturan aplikasi VBCable .......................................... 32

Gambar 3.7 Konfigurasi audio aplikasi SDRSharp .............................................. 33

Gambar 3.8 Konfigurasi recording aplikasi WxtoImg ......................................... 33

Gambar 3.9 Sistem komunikasi ............................................................................ 34

Gambar 3.10 Diagram alir decoding sinyal APT ................................................... 35

Gambar 3.11 Lanjutan diagram alir decoding sinyal APT ..................................... 35

Gambar 3.12 Tampilan program decoding menggunakan aplikasi Matlab ............ 38

Gambar 3.13 Blok diagram pengolahan citra SPL ................................................. 39

Gambar 4.1 Hasil pembuatan antena crossed dipole ............................................ 40

Gambar 4.2 Pengukuran S11 dan VSWR antena crossed dipole ......................... 41

Gambar 4.3 Tampilan sinyal penerimaan APT .................................................... 42

Gambar 4.4 Citra hasil decoding sinyal APT ....................................................... 43

Gambar 4.5a Hasil decoding dengan Matlab ......................................................... 44

Page 12: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

xi

Gambar 4.5b Hasil decoding dengan Wxtomg ....................................................... 44

Gambar 4.6 Tampilan akhir program decoding menggunakan Matlab ................ 44

Gambar 4.7 Data audio sinyal APT ...................................................................... 45

Gambar 4.8 Data audio sinyal APT hasil normalisasi .......................................... 45

Gambar 4.9 Data audio sinyal APT hasil demodulasi AM .................................. 46

Gambar 4.10 Data audio sinyal APT hasil sinkroniasi ........................................... 46

Gambar 4.11 Data citra hasil decoding sinyal APT ............................................... 47

Gambar 4.12 Grafik persamaan indeks hue terhadap SPL ..................................... 48

Gambar 4.13 Kurva hubungan indeks hue dengan SPL ......................................... 50

Gambar 4.14 Lokasi titik sampel data SPL ............................................................ 51

Gambar 4.15 Citra SPL tanggal 30 Juli 2016 pukul 02:37:50 wita ........................ 52

Gambar 4.16 SPL tanggal 30 Juli 2016 pukul 02:37:50 wita ................................. 53

Gambar 4.17 Grafik perubahan SPL pagi dan sore pada koordinat

8°22' LS,116°48' BT ......................................................................... 55

Page 13: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 POES operational status ...................................................................... 6

Tabel 2.2 Karakteristik transmisi sinyal APT ...................................................... 12

Tabel 2.3 Pemasangan tuner pada RTL2832U .................................................... 18

Tabel 2.4 Koefisien algoritma NLSST ................................................................ 22

Tabel 2.5 Koefisien algoritma NLSST day split dan NLSST nigth triple ........... 23

Tabel 3.1 Ukuran elemen antena crossed dipole 137,5 MHz .............................. 28

Tabel 4.1 Hasil pengukuran parameter S11 dan VSWR antena .......................... 41

Tabel 4.2 Hasil Mean Absolute Percentage Error (MAPE) ............................... 49

Tabel 4.3 Ketentuan indeks hue penentuan SPL ................................................. 50

Tabel 4.4 SPL pada titik koordinat 8°22' LS,116°48' BT .................................... 54

Tabel 4.5 Perbandingan SPL Matlab dan SPL IRIDL ......................................... 56

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Script Program Matlab ......................................................................... 60

Lampiran 2 Data sampel SPL dan indeks hue ......................................................... 67

Lampiran 3 Hasil Citra SPL 23 Juli – 10 Agustus 2016 ......................................... 69

Lampiran 4 Data Harian SPL menggunakan Citra Google Earth ........................... 73

Lampiran 5 Data Harian SPL 23 Juli – Agustus 2016 ............................................ 77

Lampiran 6 Data Harian SPL Hasil Program dan SPL Hasil IRIDL ...................... 79

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian ....................................................................... 87

Page 14: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AM Amplitude Modulation / Modulasi Amplitudo

APT Automatic Picture Transmission

AVHRR Advanced Very High Resolution Radiometric

BT Bujur Timur

FM Frequency Modulation / Modulasi Frekuensi

GOES Geostationary Operational Environmental Satellite

HSV Hue, Saturation, Value

LS Lintang Selatan

MAPE Mean Absolute Percentage Error

NOAA National Oceanic and Atmospheric Administration

POES Polar-Orbiting Operational Environmental Satellite

RGB Red, Green, Blue

RHCP Right Hand Circular Polarization

SPL Suhu Permukaan Laut

Sst Sea surface temperature

UTC Universal Time Coordinated

VHF Very High Frequency

Page 15: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

xiv

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang implementasi sistem penerimaan dan

pengolahan sinyal APT (Automatic Picture Transmission) satelit NOAA untuk

memperoleh informasi SPL (Suhu Permukaan Laut) berbasis citra. Sistem penerima

yang digunakan terdiri dari beberapa perangkat keras antara lain antena turnstile

(crossed dipole) 137,5 MHz, VHF Amplifier, USB DVB-T/DAB/FM, dan Laptop yang

berisi perangkat lunak untuk melakukan pengolahan sinyal dan citra. Perangkat lunak

yang digunakan antara lain Wxtoimg untuk melakukan proses decoding, SDRSharp

untuk memantau spektrum sinyal yang diterima, VBCable untuk menghubungkan audio

virtual antaara SDRSharp dengan Wxtoimg, dan Matlab R2014b untuk melakukan

pembacaan nilai SPL pada citra di titik koordinat tertentu.

Pengujian yang dilakukan adalah mengukur kinerja antena turnstile berdasarkan

parameter return loss, di mana nilai return loss yang didapatkan sebesar -21,48 dB

setara dengan nilai VSWR 1,19. Untuk implementasi penerimaan sinyal, sistem dapat

menerima sinyal APT dengan baik dan dapat melakukan proses pengolah sinyal. Sinyal

yang diterima kemudian diolah untuk menghasilkan citra SPL menggunakan aplikasi

Wxtoimg yang kemudian disimpan ke dalam citra jpeg. Untuk mendapatkan nilai SPL

pada titik tertentu menggunakan Matlab dilakukan dengan cara membentuk sebuah

persamaan polinomial yang menghubungkan antara nilai indeks hue citra dengan SPL,

diperoleh persamaan polinomial orde 3 yang memiliki koefisien determinasi sebesar

0,967 dengan tingkat error sebesar 0,249. Nilai SPL yang mampu dihasilkan

menggunakan persamaan ini berkisar antara 0,01977°C sampai dengan 29,32°C.

Nilai SPL yang diperoleh saat dibandingkan dengan data hasil pengolahan

IRIDL (International Research Institute - Data Library), diperoleh selisih nilai SPL

berkisar 2,4°C yang dipengaruhi oleh perbedaan jumlah kanal yang digunakan pada

masing-masing sistem.

Kata Kunci:

USB DVB-T/DAB/FM, Sinyal APT, Turnstille, Wxtoimg, SPL.

Page 16: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

xv

ABSTRACT

This thesis discusses about the implementation of NOAA satellite receiver

system and APT (Automatic Picture Transmission) signal processing in gathering Sea

surface temperature (Sst) based on image. Receiving system used contained of several

hardware such as 137.5 MHz Turnstille antenna, VHF Amplifier, USB DVB-

T/DAB/FM, and a Laptop contained of software for processing signal and image.

Software used were Wxtoimg for decoding process, SDRSharp for monitoring received

signal spectrum, VBCable for connecting audio virtual between SDRSharp and

Wxtoimg, and Matlab R2014b for identifying SST value on image in certain coordinate.

The experiment was done by measuring antenna performance based on return

loss parameter, which return loss score obtained was -21.48 dB which was equivalent

with the score of VSWR 1.19. For the implementation of signal receiving, the system

could receive APT signal well and can perform signal processing. The received signal

is then processed to produce the Sst image using an application Wxtoimg which is then

stored in a jpeg image. For obtaining Sst value on specific coordinate, Matlab was used

within formulating a polynomial equation which connected image Hue index and Sst,

third order polynomial equation which had determination coefficient 0.967 with error

rate 0.249 was obtained. Sst value which was able to be obtained using this equation

was between 0.01977°C until 29.32°C.

Sst value obtained when it was compared with result data of IRIDL

(International Reseach Institute - Data Library) had different Sst value about 2.4°C

which was influenced by the different amount of channel used in each system.

Keywords:

USB DVB-T/DAB/FM, APT Signal, Turnstille, Wxtoimg, Sst.

Page 17: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Lombok memiliki wilayah laut seluas 6.471,18 km2. Perairan Pulau

Lombok yang cukup luas tersebut membutuhkan pemantauan dan kajian parameter

kelautan untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi di laut. Salah satu

parameter kelautan yang menentukan kualitas perairan adalah suhu permukaan laut

(SPL). SPL merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi metabolisme dan

perkembangbiakan organisme laut, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penentuan

lokasi budi daya laut. Perairan Pulau Lombok membutuhkan kajian tentang SPL untuk

usaha budi daya laut dikarenakan Pulau Lombok merupakan salah satu kawasan yang

ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan usaha minapolitan budidaya kelautan.

Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi alam

yang mempengaruhi perairan tersebut. Perubahan tersebut bisa terjadi secara harian,

musiman, tahunan maupun jangka panjang, terutama pada lapisan permukaan. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pemantauan SPL secara berkesinambungan.

Untuk memperoleh informasi SPL, komunikasi satelit merupakan salah satu cara

yang dapat digunakan. Komunikasi satelit memberikan layanan komunikasi jarak jauh

yang dapat diakses dan dimanfaatkan secara langsung. Informasi SPL merupakan hasil

ekstraksi dari proses scanning menggunakan sensor radiometrik yang terdapat pada

satelit cuaca / weather satellite. Salah satu satelit cuaca yang dapat digunakan untuk

memperoleh informasi SPL adalah satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric

Administration).

Hasil dari radiometer scanning berupa citra radiometric yang berisikan citra

visible dan inframerah. Pengiriman informasi ini dilakukan melalui bebarapa jenis yang

dikelompokkan berdasarkan resolusi spasial citra dan jenis komunikasi yang digunakan.

Salah satu komunikasi yang dikembangkan oleh NOAA adalah Automatic Picture

Transmission (APT). Namun demikian, untuk mendapatkan informasi tersebut,

dibutuhkan suatu stasiun bumi yang dapat menerima informasi dan melakukan ekstraksi

informasi yang sesuai dengan informasi satelit NOAA. Oleh sebab itu diperlukan

sebuah sistem komunikasi yang mampu menerima sinyal APT dari satelit dan mampu

menerjemahkan sinyal tersebut untuk digunakan sebagai informasi SPL.

Page 18: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

2

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana membangun sistem untuk memperoleh dan mengolah informasi

sinyal APT serta mengimplementasikannya untuk menghasilkan informasi SPL berbasis

citra.

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini dibuat aplikasi antarmuka yang dapat mengekstraksi

informasi sinyal APT dan citra SPL hasil decoding algoritma SPL dengan batasan

permasalahan antara lain

1. Algoritma decoding SPL diproses menggunakan aplikasi WxtoImg.

2. Tidak melakukan koreksi terhadap awan pada citra SPL.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui cara memperoleh dan mengolah sinyal APT NOAA yang

didapatkan dari USB receiver dengan menggunakan aplikasi MATLAB

2014b.

2. Mengimplementasikan sistem penerimaan sinyal APT NOAA sebagai

sistem informasi SPL berbasis citra.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sistem yang dapat

memberikan informasi awal data suhu permukaan laut.

2. Mengetahui proses ekstraksi data sinyal APT dari satelit NOAA menjadi

sebuah data digital berupa citra visible dan infra merah.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini tersusun menjadi beberapa bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, maksud

dan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan laporan.

Page 19: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab ini berisi beberapa rujukan penelitian yang berkaitan dengan topik

yang dibahas, dan teori-teori dasar yang mendukung topik ini.

BAB III METODE PERANCANGAN

Pada bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian yaitu

menggunakan metode perancangan uji coba perangkat, kemudian analisis data

hasil uji coba.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan data hasil pengukuran uji coba sistem informasi yang

telah dirancang dan hasil analisis terhadap hasil pengukuran dan data yang

diperoleh dari sistem tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran yang didapatkan

berdasarkan analisis pada BAB IV.

Page 20: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Kusuma (2008) menganalisa suhu permukaan laut yang diperoleh dari sensor

satelit NOAA/AVHRR dengan sensor satelit EOS AQUA/TERRA MODIS. Dalam

penelitiannya diperoleh bahwa kecerahan kanal 4 NOAA memiliki nilai lebih tinggi

daripada kanal 31 Modis. Akan tetapi algoritma yang digunakan pada SPL Modis

memiliki nilai lebih baik karena SPL modis memiliki kanal tambahan yang berfungsi

untuk lebih peka terhadap refleksi cahaya.

Rizkinia (2008) melakukan perhitungan dan penentuan lokasi perbedaan suhu

permukaan laut menggunakan data NOAA/AVHRR APT dengan menggunakan data

APT level 0 dan mengubahnya ke data APT level 2, di mana data level 2 yang diperoleh

adalah citra hasil pseudocolor yang dilakukan dalam aplikasi Wxtoimg. Penelitian yang

dilakukan adalah membandingkan hasil suhu permukaan laut dengan menggunakan

kanal 3 dengan kanal 4 APT. Dengan membandingkan keduanya, diperoleh letak

geografis perbedaan suhu permukaan laut dengan algoritma yang dikembangkan.

Victor (2012) merancang antena double cross dipole dan merealisasikan antena

tersebut untuk stasiun bumi sebagai penerimaan sinyal satelit NOAA. Pada penelitian

ini digunakan aplikasi Orbitron untuk mendeteksi kedatangan satelit dan aplikasi

wxtoImg sebagai penerjemah sinyal ke dalam informasi citra cuaca. Antena yang

dirancang sudah memenuhi parameter yang direncanakan dan mampu menerima sinyal

satelit NOAA.

Rajan, dkk (2013) memberikan gagasan tentang stasiun cuaca dapat menerima

dan memproses sinyal satelit untuk menghasilkan gambar yang kemudian dapat

membantu dalam hal mengamati kondisi cuaca. Penelitian yang dilakukan

menggunakan perangkat keras berupa antena Quadrifilar Helix (QFH), perangkat

penerima, dan soundcard PC. Keluaran dari soundcard dicatat sebagai file wave. File

ini kemudian diolah menggunakan perangkat lunak untuk diterjemahkan sebagai

gambar yang menjelaskan tentang berbagai kondisi lingkungan. Penelitian ini

memberikan laporan yang komprehensif tentang prosedur konstruksi antena dan teknik

pemrosesan sinyal yang digunakan untuk mencapai gambar cuaca dibaca lengkap. Hasil

Page 21: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

5

yang diperoleh adalah gambar-gambar yang menjelaskan kondisi lingkungan yang

diperoleh dari satelit.

2.2. Satelit Cuaca NOAA

NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) mengembangkan

satelit cuaca yang dikelompokkan berdasarkan orbit satelitnya yaitu orbit polar dan

geostasioner. Satelit NOAA dengan orbit polar dikenal dengan sistem satelit POES

(Polar-orbiting Operational Environmental Satellites). Sistem ini menawarkan

keuntungan cakupan harian secara global, dengan membuat orbit kutub hampir 14 kali

per hari di ketinggian sekitar 520 mil atau 837 km di atas permukaan bumi.

Gambar 2.1 Skematik orbit satelit polar.

(Campbel, 2011)

Orbit normal sebuah satelit membentuk elips dengan pusat berada pada titik

fokus bumi dengan karakteristik apogee (titik terjauh dengan bumi), perigee (titik

terdekat dengan bumi), ascending node (titik di mana satelit melalui ekuator dari selatan

ke utara), descending node (titik di mana satelit melalui ekuator dari selatan ke utara),

dan inclination (inklinasi) pada gambar 3.1 menunjukkan bahwa inklinasi didefinisikan

sebagai sudut yang terbentuk antara poros bumi kutub utara tegak lurus dengan garis

orbit satelit (Campbel, 2011).

Saat ini satelit dengan sensor AVHRR pada orbit polar yang aktif sebanyak tiga

buah dengan sistem koleksi data bekerjasama dengan satelit MetOp yang juga

Page 22: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

6

membawa sensor AVHRR di dalamnya. Tabel 2.1 menunjukkan nama satelit POES dan

status operasionalnya.

Tabel 2.1 POES operational status (NOAA,2012)

Satelit Status Operasional Status

NOAA-11, -12, -14, -16, -17 Decommissioned Red

NOAA-15 AM Secondary Green

NOAA-18 PM Secondary Green

NOAA-19 PM Primary Green

Satelit aktif ditandai dengan label Green pada tabel 2.1 menandakan semua

instrumen pada satelit tersebut dalam keadaan baik. Sedangkan warna merah

menunjukkan keadaan satelit yang tidak digunakan atau mengalami kerusakan.

Satelit NOAA dengan orbit geostasioner dikenal dengan nama satelit GOES

(Geostationary Operational Environmental Satellites). Satelit geostasioner mengorbit

bumi di atas ekuator pada ketinggian 35.880 km, sehingga pergerakan satelit cuaca

geostasioner tetap mengikuti rotasi bumi. Satelit ini dapat merekam dan

mentransmisikan secara kontinyu gambar setengah bagian bumi yang berada di

bawahnya dengan peran sensor yang dimiliki (Rajan, 2013). Perbedaan secara grafis

kemampuan scanning antara orbit polar dengan geostasioner ditunjukkan pada gambar

2.2 tersebut.

Gambar 2.2 Perbandingan orbit satelit polar dan geostasioner.

(NOAA, 2009)

Page 23: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

7

2.3. Instrumen Satelit NOAA

Satelit NOAA dilengkapi dengan beberapa instrumen yang digunakan untuk

memonitor aktifitas dan keadaan bumi seperti gambar 2.3 berikut ini.

Search and Rescue

Receiving Antenna

Advanced Microwave

Sounding Unit / A1

Advanced Very

High Resolution

Radiometer

High Resolution

Infrared Sounder

Microwave

Humidity Sounder

Search and Rescue

Transmitting Antenna

Solar Backscatter Ultraviolet

Spectral Radiometer

Advanced Microwave

Sounding Unit / A2

Total Energy Detector

Panel Surya

Gambar 2.3 Arsitektur NOAA-N Prime.

(NASA, 2012)

Advanced Very High Resolution Radiometer (AVHRR) merupakan enam kanal

imaging radiometer yang mendeteksi energi pada cahaya tampak dan inframerah dalam

spektrum elektromagnetik. Instrumen ini melakukan pengukuran energi solar yang

direfleksikan, energi radiasi termal dari daratan, lautan, awan, dan pengaruhnya

terhadap atmosfer. Instrumen ini menyediakan data hasil radiometer dalam resolusi

spasial sebesar 1,1 km pada ketinggian terendah. Di mana, resolusi spasial merupakan

ukuran terkecil dari objek yang dapat dibedakan oleh sensor atau ukuran daerah yang

dapat disajikan oleh setiap piksel. Dengan demikian resolusi 1,1 km menunjukkan skala

1,1 x 1,1 km di lapangan (Kusuma, 2008).

High Resolution Infrared Radiation Sounder (HIRS) digunakan untuk mengukur

pergerakan radiasi pada spektrum inframerah. Data ini juga digunakan untuk

menjelaskan suhu permukaan lautan, level total atmosfer, ketinggian awan dan radiasi

permukaan. Advanced Microwave Sounding Unit (AMSU) digunakan untuk mengukur

perubahan radiasi pada spektrum microwave. Data dari instrumen ini dihubungkan ke

HIRS dan digunakan untuk mengkalkulasikan suhu atmosfer dan kelembaban

Page 24: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

8

permukaan bumi. Microwave Humidity Sounder (MHS) merupakan instrumen yang

menjadi satu kesatuan dengan AMSU untuk membaca kelembaban udara. AMSU

memberikan bantuan pada MHS dalam hal penginderaan jauh dari atmosfer. Solar

Backscatter Ultraviolet Spectral Radiometer (SBUV) dirancang untuk melakukan

pemetaan dalam skala global, total konsentrasi dan distribusi vertical stratosfer ozon.

Space Environment Monitor (SEM) melakukan pengukuran intensitas radiasi dan fluks

muatan pada ketinggian satelit. Hal ini menyediakan informasi mengenai fenomena

terrestrial sebagai peringatan badai matahari yang kemudian merusak komunikasi,

kerusakan panel surya dan sebagainya. Data Collection System (DCS) merupakan

sistem yang berguna untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari stasiun bumi

kemudian dikirimkan pada pusat data yang berada di bumi.(NASA, 2012).

Search And Rescue (SAR) instrumen merupakan bagian dari dari instrumen

Emergency Locator Transmitter (ELTs), Emergency Position-Indicating Radio

Beacons (EPIRBs), dan Personal Locator Beacons (PLBs) yang beroperasi pada

frekuensi 121,5 MHz, 243 MHz, dan 406 MHz. NOAA membawa dua instrumen untuk

mendeteksi keadaan darurat (emergency) yaitu SARR (Search and Rescue Repeater /

Canada) dan SARP (Search and Rescue Processor / Francis). Digital Data Recorder

(DDR) merupakan media media yang digunakan untuk merekam seluruh informasi dari

instrumen. Dua buah DDR yang dipaketkan menjadi satu disebut dengan SSR (Solid

State Recorder). Untuk ruang angkasa, lima buah DDR dipaketkan menjadi satu untuk

mendapatkan performa rekaman yang lebih baik.

2.4. Tipe Transmisi Satelit Cuaca

Transmisi yang dilakukan terbagi ke dalam beberapa tipe transmisi yang

dikelompokkan berdasarkan jenis informasi yang berbeda.

2.4.1. APT (Automatic Picture Transmission)

APT merupakan sistem paling sederhana untuk mendapatkan data secara

realtime dari satelit cuaca pada saat orbit satelit berada di sekitar stasiun penerima.

Sistem yang digunakan juga paling sederhana, namun memiliki kelemahan yaitu

resolusi spasial yang lebih besar. Sehingga citra yang diperoleh dari penerimaan sinyal

APT memiliki resolusi yang tidak begitu besar (Robel et al., 2014).

Page 25: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

9

2.4.2. HRPT (High Resolution Picture Transmission)

Format data HRPT berbentuk digital dan dikirimkan oleh satelit POES dengan

format 360 baris permenit. Data yang dikirimkan tidak hanya informasi imagery, tetapi

informasi bebapa instrumen lainnya juga dikirimkan melalui frekuensi yang sama.

Komponen yang digunakan menggunakan antena parabola dilengkapi dengan satelit

tracker yang dilengkapi Low Noise Amplifier dan mampu menerima data dengan

bandwidth sebesar 3 MHz.

Saat imagery HRPT dikirimkan sebagai sinyal digital(655 kilobit per detik), split

phased encoded, modulasi fasa), pada frekuensi radio 1698 MHz, 1707 MHz atau

1702,5 MHz pada keadaan standby, secara tepat stasiun bumi menerima,

mendemodulasi, dan menampilkan pada komputer (Robel et al., 2014).

2.4.3. GVAR(Goes Variable) dan LRIT(Low Rate Information Transmission)

Tipe transmisi ini dikhususkan untuk komunikasi dengan satelit yang berada

pada orbit geostasioner yaitu GOES. Komponen yang digunakan hampir sama dengan

komponen pada HRPT, perbedaannya terletak pada sistem satelit tracking. Pada sistem

HRPT, satelit tracker tidak digunakan karena posisi satelit statis terhadap antena

penerima pada stasiun bumi. Perbedaan lainnya yaitu format data yang dikirimkan lebih

besar sehingga membutuhkan memori yang lebih besar (Robel et al., 2014).

2.5. Satelit Cuaca pada Oseanografi

Peran satelit pada masa datang akan semakin berkembang untuk mendukung

operasional nelayan dan analisa retrospektif tentang data iklim dan historis untuk

menentukan sistem jangka panjang dan variasi pada penangkapan ikan. Hal ini

disebabkan oleh pemkembangan pada akuisisi data, mass storage, dan teknologi

komunikasi data, ketika dipasangkan (Rizkinia, 2008).

Pemanfaatan produk penginderaan jauh antara lain yaitu :

1. Mendukung penangkapan ikan laut oleh nelayan;

2. Menyediakan pengolahan sumber daya laut dengan informasi untuk penangkapan

dan mortalitas ikan;

3. Menyediakan informasi indikasi iklim dampak El Nino;

4. Meningkatkan pemahaman dasar ilmiah mengenai penangkapan ikan laut.

Page 26: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

10

2.6. Sistem APT

Sistem APT terdiri dari dua hal utama yaitu sistem akuisisi data dan format data

yang diterima melalui sinyal APT. Sistem akuisisi membahas tentang susunan

perangkat keras yang digunakan untuk penerimaan sinyal APT, kemudian pada

pembahasan format data menjelaskan tentang karakteristik dari sinyal yang diterima dan

tata cara yang digunakan untuk melakukan pengolahan sinyal APT untuk diubah ke

bentuk citra.

2.6.1. Sistem Akuisisi Data Satelit NOAA/AVHRR-APT

Komunikasi dengan sistem APT merupakan salah satu jenis komunikasi

realtime antara satelit cuaca NOAA dan stasiun penerima yang ada di bumi. Gambar 2.4

menunjukkan komponen-kompenen yang digunakan pada stasiun penerima.

Gambar 2.4 Komponen stasiun penerima APT.

(Robel et al., 2014).

Komponen-komponen utama penyusun stasiun penerima data APT satelit cuaca

adalah antena, pre amplifier, radio penerima, demodulator dan komputer. Spesifikasi

komputer minimum untuk penerima data APT satelit cuaca yaitu Processor minimum

Intel Pentium II, Random Access Memory sebesar 16 MB, operating sistem Windows

NT dan perlengkapan komunikasi serial (Robel et al., 2014). Perangkat yang digunakan

mampu mencakup fungsi-fungsi antara lain sebuah metode untuk memprediksi

kedatangan satelit, aplikasi untuk melakukan proses demodulasi, menampilkan cakupan

wilayah satelit, dan untuk memanipulasi citra (Rajan, 2013).

Page 27: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

11

2.6.2. Format Data Sinyal APT

APT dibuat untuk komunikasi data secara realtime yang berupa gambar video.

Urutan data yang dihasilkan merupakan hasil proses modulasi amplutido sinyal

pembawa 2400 Hz dengan 8 MSB (Most Significant Bit) dari 10 bit data digital

AVHRR. Hasilnya ini yaitu sebuah sinyal dengan amplitudo bervariasi sesuai dengan

data digital asli AVHRR.

Transmisi penyiaran APT terdiri dari dua kanal citra, informasi telemetri, dan

data sinkronisasi, dengan kanal citra yang biasanya disebut video A dan video B. Semua

data ini ditransmisikan sebagai scanline horizontal. Garis A lengkap sepanjang 2080

piksel, dengan setap citra menggunakan 909 piksel dan yang tetap ada telemetri dan

sinkronisasi. Garis ditransmisikan dengan kecepatan 2 perdetik yang senilai dengan

4160 kata per detik (Rizkinia, 2008). Format frame yang ditransmisikan dijelaskan pada

gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5 Format frame APT.

(Robel et al., 2014).

Pemrosesan instrumen AVHRR data termodulasi amplitudo pada sinyal

pembawa 2400 kHz. Sebgai catatan, setiap frame telemetri berisi 16 point dengan rate

sebesar 1 frame per 84 detik. Frekuensi pembawa maksimum didefinisikan sebagai

amplitudo gray scale wedge 8 seperti format frame APT pada gambar 2.5. Proses ini

Page 28: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

12

menghasilkan indeks modulasi 87% ±5% (tidak termasuk 92%). Tabel 2.2 menunjukkan

karakteristik transmisi sinyal APT.

Tabel 2.2 Karakteristik transmisi sinyal APT (Robel et al., 2014).

Frekuensi Band 136 MHz – 139 MHz

Stabilitas Frekuensi ±0.002 %

Rate dan Tipe Modulasi ±17 kHz dengan subcarrier 2,4 kHz

EIRP ±33,5 dBm

Line Rate 120 lines/menit

Resolusi Data 4,0 km

Power Transmitter 5 W (37 dBm)

Polarization RCP

Dua dari enam kemungkinan kanal spektral AVHRR termultiplexing sehingga

kanal A data APT diperoleh dari satu kanal spektral AVHRR scan line pertama dan

kanal B diperoleh dari kanal spektral lain yang terkandung dalam scan line kedua

AVHRR. Scan line AVHRR ketiga dihilangkan dari APT sebelum proses ini diulang.

Dua kanal spektral ditentukan oleh ground command dan tidak dapat dipilih oleh

pengguna. Hasil pengolahan di APT mengandung 1/3 dari data dari AVHRR 360 scan

lines/menit. Oleh karena itu, resolusi APT secara proporsional berkurang dan diterima

di stasiun bumi pada rate 120 baris per menit dari video (Robel et al., 2014).

Satu baris APT, yang terdiri dari satu baris Video A dan satu baris Video B,

merupakan keluaran setiap pemindaian AVHRR ketiga. Tambahan data AVHRR

selanjutnya muncul di salah satu ujung setiap baris dan periode pengulangan 64 detik

yang didefinisikan sebagai panjang frame APT. Tingkat garis yang dihasilkan dua baris

per detik. Data ditransmisikan secara terus menerus pada frekuensi VHF sebagai sinyal

analog yang terdiri dari sebuah frekuensi subcarrier AM 2400 Hz yang dimodulasikan

pada RF carrier 137,1000 MHz atau 137,9125 MHz. Untuk proses sinkronisasi agar

diperoleh hasil akhir APT, ketentuan sinyal yang digunakan terangkum dalam gambar

2.6.

Page 29: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

13

Gambar 2.6 Detail sinkronisasi APT.

(Robel et al., 2014)

2.7. Antena untuk Sistem APT

Pada sistem APT, jenis antena yang digunakan adalah antena dengan polarisasi

circular yang bertujuan tidak lain untuk mengurangi efek depolarisasi yang terjadi saat

menembus awan. Ada beberapa jenis antena yang dapat digunakan untuk sistem

penerimaan sinyal APT, di antaranya adalah antena crossed dipole atau turnstile, helix,

dan quadrifilar helix(QHA).

Pada dasarnya, antena merupakan komponen yang sangat penting sebagai

penerima dan pengirim isyarat elektromagnet untuk diubah kembali ke besaran elektrik.

Gambar 2.7. menjelaskan tentang prinsip kerja radio di mana pada suatu sistem

pengiriman informasi antara pemancar dan penerima pada komunikasi yang

memanfaatkan gelombang elektromagnet membutuhkan antena. Sumber informasi

biasanya termodulasi dan diperkuat pada pemancar kemudian diteruskan ke antena

pemancar melalui saluran transmisi yang memiliki impedansi karakteristik khas 50 atau

75 Ohm. Antena memancarkan informasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik

dengan cara yang efisien di mana informasi tersebut dibawa oleh antena penerima dan

dieteruskan ke penerima melalui saluran transmisi yang lain (Huang et al., 2008).

Page 30: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

14

Gambar 2.7 Typical radio system.

(Huang et al., 2008)

Sistem antena untuk penerimaan satelit cuaca terdiri dari dua elemen yaitu

antena dan sistem transmisi. Desain umum menentukan sebaik apakah sistem antena

berfungsi dan pengaruhnya terhadap kualitas data satelit yang diperoleh. Ada tiga hal

yang menyusun desain antena untuk satelit cuaca antara lain (Robel et al., 2014);

1. Ukuran fisik komponen antena ditentukan berdasarkan frekuensi sistem transmisi

yang ditujukan pada penerima. Secara umum berada pada frekuensi VHF (Very

High Frequency), elemen driven atau elemen radiasi memiliki ukuran ¼ atau ½

panjang gelombang.

2. Desain antena harus mengikuti polarisasi pengirim sinyal frekuensi radio.

3. Antena harus memiliki gain yang baik untuk menghasilkan sinyal dengan noise

minimum saat digunakan pada perangkat radio penerima.

Beberapa komponen yang menjadi parameter utama dalam pembuatan antena

untuk penerima satelit cuaca antara lain adalah gain, impedansi masukan, bandwidth,

polarisasi, dan pola radiasi.

2.7.1. Gain

Gain antena menggambarkan kemampuan suatu antena memancarkan sinya dan

seberapa kuat intenitas antena tersebut untuk menerima sinya pada suatu titik arah

antena tersebut. Antena dengan radiasi terarah (directional) akan mempunyai faktor

penguatan yang lebih baik dibanding yang ke segala arah (omnidirectional). Dalam

kasus penggunaan antena dipole, penambahan komponen director pada antena dengan

jarak 0,15λ dari kompenen driven akan meningkatkan gain antena (Alaydrus, 2011).

2.7.2. Impedansi Masukan

lmpedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang diberikan oleh antena

kepada rangkaian di luar, pada suatu titik acuan tertentu. Pada gambar 2.8 menunjukkan

saluran transmisi penghubung yang dipasangkan antena sebagai beban dengan

impedansi beban sebesar Zin yang merupakan perbandingan tegangan dan arus.

Page 31: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

15

Impedansi masukan penting untuk pencapaian kondisi matching pada saat antena

dihubungkan dengan sumber tegangan, sehingga semua sinyal yang dikirirn ke antena

akan terpancarkan. Atau pada antena penerima, jika kondisi matching tercapai, energi

yang diterima antena akan bisa dikirimkan ke receiver (Alaydrus, 2011).

Gambar 2.8 Antena sebagai beban dari rangkaian sebelumnya.

(Alaydrus, 2011)

Untuk mengetahui baik tidaknya antena dengan saluran transmisinya digunakan

beberapa perhitungan seperti koefisien pantul, VSWR dan return loss (Huang, 2008).

Kondisi beban dengan impedansi Zin yang dipasangkan pada saluran transmisi dengan

impedansi gelombang sebesar Zo akan mengakibatkan refleksi sebesar Γ (Alaydrus,

2011). Koefisien refleksi (koefisien pantul), VSWR dan return loss dapat dihitung

dengan persamaan :

Koefisien refleksi :

.................................................... (2-1)

Return Loss : (| |) ............................... (2-2)

VSWR : | |

| | .............................................. (2-3)

Dalam aplikasinya sebuah antena sering dianggap telah merniliki kinerja refleksi

yang bagus jika faktor refleksinya LRT ≤ -10dB (10% energinya direfleksikan kembali

ke pemancar) dan VSWR < 1,92 (Alaydrus, 2011).

2.7.3. Bandwidth

Bandwidth didefinisikan sebagai rentang frekuensi kerja suatu antena. Pada

suatu antena terdapat frekuensi kerja pada frekuensi tengah (fc), namun antena tersebut

masih mampu menerima sinyal pada frekuensi di bawah fc (fl) dan frekuensi di atas fc

(fu). Range pengukuran tersebut disebut dengan bandwidth. Nilai bandwidth dalam hal

proses diperoleh dari persamaan :

BW =

........................................................................ (2-4)

Page 32: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

16

2.7.4. Polarisasi

Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vektor medan listrik yang

diradiasikan oleh antena pada arah propagasi. Jika jalur dari vektor medan listrik maju

dan kembali pada suatu garis lurus dikatakan berpolarisasi linier, jika vektor medan

listik konstan dalam panjang tetapi berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan

berpolarisasi lingkaran (circular) seperti ditunjukkan pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Polirasi circular

(Alaydrus, 2011)

Polarisasi circular digunakan dengan tujuan mengantisipasi kemungkinan

penerimaan sinyai yang tidak diketahui polarisasinya. Pada aplikasi satelit, sinyal akan

mengalami depolarisasi ketika menembus awan. Polarisasi gelombang akan berubah ke

arah yang tidak bisa diprediksikan. Bagi gelombang berpolarisasi eliptis hal ini tidak

berpengaruh. (Alaydrus, 2011).

Frekuensi putaran radian adalah ω dan terjadi satu dari dua arah perputaran. Jika

vektornya berputar berlawanan arah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kanan

(right hand polarization) dan yang searah jarum jam dinamakan polarisasi tangan kiri

(left hand polarization).

2.7.5. Pola Radiasi

Pola radiasi dari sebuah antena merupakan gambaran medan radiasi/daya

sebagai fungsi sudut pada jarak tertentu yang cukup besar menunjukkan medannya

(Huang et al., 2008). Pola radiasi antena merupakan sebuah gambar grafik yang

melambangkan perangkat radiasi antena sebagai sebuah fungsi posisi pada koordinat

spheris (koordinat bola). Jenis – jenis umum pola radiasi antena berupa pola daya yang

menggambarkan normalisasi daya terhadap posisi koordinat spheris, dan pola medan

yang menggambarkan normalisasi medan listrik | | dan medan magnet | | terhadap

posisi koordinat spheris. Gambar 2.10 memberikan ilustrasi pola radiasi dalam

koordinat dua dimensi.

Page 33: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

17

Gambar 2.10 Ilustrasi pola radiasi antena dalam dua dimensi.

(Huang et al., 2008)

Parameter – parameter pola radiasi antena;

1. Radiation lobe merupakan puncak intensitas radiasi tertinggi disekitar daerah

intensitas radiasi terendah.

2. Main Lobe merupakan cuping radiasi pada arah radiasi maksimum.

3. Minor Lobe merupakan cuping radiasi lainnya dari pada cuping utama.

4. Side Lobe merupakan sebuah cuping radiasi dalam arah lainnya daripada arah

radiasi yang dipusatkan.

5. Back Lobe merupakan kebalikan daripada cuping radiasi terhadap cuping utama.

6. Half Power Beamwidth (HPBW) merupakan lebar sudut berkas utama pada titik

setengah daya antena.

7. First Null Beamwidth (FNBW) merupakan lebar sudut antara bagian null (kosong)

pertama pada sisi lain berkas utama.

2.8. Receiver RTL2832U R820T

Dalam berbagai jenis komunikasi, receiver merupakan komponen penting yang

menyusun sistem komunikasi. Dengan berkembangnya teknologi, sistem penerima

dalam komunikasi dirancang untuk menjadi alat yang relatif murah dan compatible.

Saat ini sudah ada receiver yang mampu digunakan untuk menerima data dengan

rentang frekuensi yang lebar, salah satunya adalah DVB-T/DAB/FM.

Page 34: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

18

Gambar 2.11 Konfigurasi tuner R820T.

(Rafael Microelectronic, 2011).

Pada gambar 2.11 memperlihatkan sebuah receiver dengan tuner menggunakan

chip Rafael Micro R820T, yang mampu bekerja dengan baik pada frekuensi 42 MHz

sampai dengan 1002 MHz. Pada gambar 2.11, digital demodulator yang ada di pasaran

untuk membentuk sebuah USB receiver yaitu chip Realtek RTL2832U yaitu chip

demodulator menggunakan COFDM dengan standar ETSI EN300 744. Dengan

menggabungkan kedua chip ini, kinerja receiver DVB-T/DAB/FM dapat mendukung

penggunaan perangkat penerima berupa USB. USB receiver ini memiliki beberapa jenis

penggunaan chip seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Pemasangan Tuner pada RTL2832U (Markgraf et al., 2014).

Tuner Frequency range

Elonics E4000 52 - 2200 MHz dengan gap dari 1100 MHz sampai 1250 MHz

Rafael Micro R820T 24 - 1766 MHz

Rafael Micro R828D 24 - 1766 MHz

Fitipower FC0013 22 - 1100 MHz

Fitipower FC0012 22 - 948.6 MHz

FCI FC2580 146 - 308 MHz dan 438 - 924 MHz

Tabel 2.3 memperlihatkan rentang frekuensi yang lebih tinggi dihasilkan dengan

menggunakan chip RTL2832u dengan chip Rafael Mikro R820T atau R828D.

Pemasangan RTL2832u dengan R820T mampu menerima sinyal dengan frekuensi dari

24 MHz sampai dengan 1766 MHz tanpa gap.

Proses dilakukan dalam perangkat ini terdiri dari beberapa langkah antara lain

(Rajan, 2013):

1. Analog RF masuk ke dalam tuner Rafael Micro R820T, dilakukan proses down-

conversion menjadi I/Q baseband.

2. Mengubah sinyal ke dalam bentuk audio codec, dan digitalisasi menggunakan ADC.

3. Hasil audio digital yang diperoleh kemudian dikirimkan ke PIC, melalui USB.

Page 35: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

19

2.9. Software Defined Radio

Sebuah receiver SDR dapat dilakukan proses tuning ke berbagai frekuensi dan

mendecode different modulations/skema encoding melalui spektrum frekuensi yang

lebar dengan kata lain hardware yang dapat diprogram dengan kontroler berupa

software (Rajan et al., 2013).

SDR dirancang untuk memungkinkan penggunaan

perangkat keras seperti mixer, filter, amplifier, modulator/demodulator dan sebagainya

dalam sebuah aplikasi.

Salah satu aplikasi yang tergolong sebagai SDR adalah SDRSharp seperti yang

tampak pada gambar 2.12. SDRSharp adalah aplikasi milik Airspy yang digunakan

untuk melakukan proses untuk mengendalikan perangkat keras yang termasuk dalam

SDR. Proses yang dapat dilakukan di antaranya yaitu tuning frekuensi, memilih jenis

modulasi dan menampilkan spektrum sinyal berupa user interface. Untuk mendapatkan

informasi satelit, yang perlu dilakukan adalah mengetahui informasi sinyal yang

digunakan dan mengetahui waktu satelit melewati daerah sekitar penerima.

Gambar 2.12 Tampilan aplikasi SDRSharp.

(Airspy, 2016)

2.10. Aplikasi WxtoImg

WxtoImg atau dibaca Wx to Image adalah singkatan dari Weather Facsimile

Image. WxtoImg merupakan perangkat lunak / program grafis yang didesain untuk

melakukan decoding sinyal APT yang diterima oleh oleh receiver dan dikirimkan

melalui soundcard. WxtoImg adalah decoder satelit cuaca (WXSat) APT yang

terautomasi penuh, dapat menerima sinyal APT dan mendecoding secara realtime

(Rajan, 2013).

Page 36: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

20

Citra SPL yang diperoleh dari aplikasi Wxtoimg merupakan citra buatan yang

berasal dari kanal 4 untuk mewarnai citra. Daratan dan awan dengan ketebalan tinggi

akan berwarna hitam. Pembacaan suhu pada bisa saja salah dikarenakan oleh kandungan

awan, baik awan tipis maupun tebal tetap dievaluasi, ataupun dari noise pada

sinyal.(Wxtoimg, 2015).

Gambar 2.13 Tampilan Aplikasi WxtoImg.

(Rizkinia, 2008)

Gambar 2.13 merupakan tampilan aplikasi WxtoImg yang menunjukkan citra

SPL di daerah Sumatera dan Jawa, dengan tanda-tanda berupa penomoran untuk

menunjukkan bagian-bagian pada aplikasi Wxtoimg. Nomor 1 menunjukkan Menu bar.

Nomor 2 merupakan baris informasi yang terdiri dari tipe satelit (arah, sudut elevasi

maksimum, dan azimuth), tanggal, dan waktu berlangsungnya proses scanning. Nomor

3 sampai dengan nomor 10 merupakan baris status yang secara berturut-turut adalah

status pelaksaan program, waktu, elevasi dan koordinat pada gambar, titik koordinat

peta, jarak lokasi kursor dari titik satelit penerima (pada peta), informasi suhu pada

lokasi kursor, total waktu yang diggunakan pada proses scanning dalam detik.(Rizkinia,

2008).

Page 37: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

21

Untuk mendapatkan citra SPL menggunakan aplikasi ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa tahapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi level 2,

di mana data level 2 merupakan data yang telah diproses untuk menghasilkan produk

data geofisik seperti suhu kecerahan, radiasi, tutupan awan, NDVI, SPL, LST, dan titik

api. Tahapan yang dilakukan di dalam program untuk mendapatkan citra SPL secara

umum tersusun sebagai berikut.(Rizkinia, 2008).

1. Pembacaan sinyal APT untuk daerah yang dilalui satelit saat penerimaan sinyal;

2. Penghilangan telemetri untuk mendapatkan citra daerah cakupan saja;

3. Koreksi geometris citra, hal ini perlu dilakukan karena kondisi bumi yang tidak

datar untuk disesuaikan kembali;

4. Penerapan algoritma Sea Surface Temperature dilakukan di dalam program dengan

menggunakan teknik pseudo-coloring berdasarkan kecerahan kanal pada sinyal

radiometrik citra yang diperoleh.

2.11. Algoritma Suhu Permukaan Laut NOAA/AVHRR

Dengan memanfaatkan algoritma tertentu untuk mengolah informasi dari satelit,

maka didapatkan dengan cara sedemikian sehingga diperoleh informasi Suhu

Permukaan Laut (SPL). SPL merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi

metabolisme dan perkembangbiakan organisme laut. Yang mana pada daerah dengan

suhu tinggi menunjukkan lokasi perkumpulan mikroorganisme laut yang menjadi

penunjang untuk sistem kehidupan organisme laut terutama ikan laut. Salah satu contoh

daerah yang membutuhkan informasi SPL adalah Pulau Lombok yang mana informasi

ini dapat dijadikan bahan dasar untuk mengetahui kemungkinan keberadaan ikan laut.

Penjelasan terkait algoritma yang digunakan untuk memperoleh informasi SPL

adalah dengan menggunakan data tiap kanal AVHRR. Untuk mendapatkan informasi

SPL, rentang radiasi yang mempengaruhi atmosfer saat sinyal ditransmisikan adalah 3,5

µm sampai dengan 12,5 µm (infra merah). Prosedur yang digunakan untuk menentukan

suhu permukaan laut dari data spektrum radiometer adalah algoritma non-linear sea

surface temperature (NLSST). NLSST menggunakan algoritma multi-channel sea

surface temperature (MCSST) sebagai estimasi pertama suhu permukaan laut dengan

hubungan non-linier. Baik MCSST maupun NLSST adalah model statistik yang

koefisien-koefisiennya disediakan oleh NOAA’s National Environmental Satellite Data

and Information Service (Robel et al., 2014).

Page 38: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

22

( ) ( )( ) ( )( ) ................. (2-5)

Pada pembaharuan sistem, algoritma MCSST telah diubah menjadi persamaan

penentuan suhu berdasarkan algoritma NLSST Day Split dan NLSST Night Triple yang

terdapat pada NOAA-KLM User Guide, yaitu

( ) ( ) ( ) ( )( ) .............. (2-6)

( ) ( ) ( ) ( )( ) .......... (2-7)

Di mana A1,2,3,4 adalah nilai koefisien

B1,2,3,4 adalah nilai koefisien

T3 adalah suhu kecerahan kanal 3 AVHRR (Kelvin)

T4 adalah suhu kecerahan kanal 4 AVHRR (Kelvin)

T5 adalah suhu kecerahan kanal 5 AVHRR (Kelvin)

Tf adalah Suhu daerah yang dianalisa (°Celcius)

θ adalah sudut zenith satelit

NLSST adalah non-linear SST (°Celcius)

NL(4/5) adalah NLSST Day Split

NL(3/4/5) adalah NLSST Night Triple

Untuk nilai masing-masing koefisien algoritma NLSST terdapat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Koefisien algoritma NLSST (Robel et al., 2014)

Satelit Waktu Koefisien

NOAA-15 Siang A1 = 0,913116; A2 = 0,0905762;

A3 = 0,476940; A4 = 246,887

NOAA-15 Malam A1 = 0,922560; A2 = 0,0936114;

A3 = 0,548055; A4 = 248,819

NOAA-16 Siang A1 = 0,914471; A2 = 0,0776118;

A3 = 0,668532; A4 = 246,116

NOAA-16 Malam A1 = 0,898887; A2 = 0,0839331;

A3 = 0,755283; A4 = 244,006

NOAA-17 Siang A1 = 0,936047; A2 = 0,0838670;

A3 = 0,920848; A4 = 253,951

NOAA-17 Malam A1 = 0,938875; A2 = 0,08642265;

A3 = 0,979108; A4 = 255,023

Untuk nilai masing-masing koefisien algoritma NLSST Day Split dan NLSST

Night Triple terdapat pada tabel 2.5.

Page 39: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

23

Tabel 2.5 Koefisen algoritma NLSST Day Split dan NLSST Night Triple (Robel et al.,

2014).

Satelit Algoritma Waktu Koefisien

NOAA-15 NLSST Day Split Siang B1 = 0,9367; B2 = 0,0864;

B3 = 0,5979; B4 = 253,8050

NOAA-15 NLSST Night Triple Malam B1 = 0,9799; B2 = 0,0364;

B3 = 1,195; B4 = 266,0100

NOAA-16 NLSST Day Split Siang B1 = 0,9018; B2 = 0,0824;

B3 = 0,6923; B4 = 244,5447

NOAA-16 NLSST Night Triple Malam B1 = 0,9802; B2 = 0,0331;

B3 = 0,17227; B4 = 266,5712

NOAA-17 NLSST Day Split Siang B1 = 0,9367; B2 = 0,0329;

B3 = 1,9592; B4 = 254,2330

NOAA-17 NLSST Night Triple Malam B1 = 0,9984; B2 = 0,0329;

B3 = 0,9984; B4 = 271,3281

Suhu Permukaan Laut (SPL atau dalam bahasa Inggris disingkat SST) dapat

digunakan sebagai salah satu parameter penentuan daerah potensi ikan di mana ikan-

ikan akan berkumpul pada daerah perairan yang memiliki perbedaan suhu yang cukup

tinggi (Rizkinia, 2008). Karena keterbatasan kanal AVHRR dalam sistem APT, maka

algoritma penentuan SPL dilakukan dengan menggunakan proses pseudo-coloring di

dalam aplikasi Wxtoimg, dengan cara memberikan warna tergantung pada intensitas

radiometrik sinyal APT yang digunakan sehingga diperoleh kurva enhancement color

pada citra SPL hasil pseudo-coloring tersebut.

2.12. Model Warna HSV

Dalam citra digital, ada beberapa model warna citra yang telah menjadi

standardisasi untuk memungkinkan dilakukannya pewarnaan dengan algoritma yang

ditentukan sesuai kebutuhan. Teknik perwarnaan ini dikenal dengan pseudo-coloring.

Untuk keperluan penampilan warna, yang umum digunakan adalah citra dengan format

RGB (Red, Green, Blue), sedangkan untuk teknik perhitungan yang dilakukan

menggunakan komputer lebih umum menggunakan citra format HSV (Hue, Saturation,

Value). Hue menyatakan warna sebenarnya, seperti merah, violet, dan kuning dan

digunakan menentukan kemerahan, kehijauan, dan sebagainya. Saturasi biasa disebut

chroma yaitu kemurnian atau kekuatan warna. Value diartikan sebagai brightness.

kecerahan dari warna, semakin besar nilai value maka semakin cerah dan muncul

variasi-variasi baru dari warna tersebut.

Page 40: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

24

Citra dengan format HSV digunakan karena dapat merepresentasikan warna

sesuai dengan kemampuan mata manusia. Diperoleh dengan cara mengubah komponen

warna RGB ke dalam komponen yang terdapat pada format HSV. Langkah tersulit

dalam konversi RGB ke HSV adalah penentuan nilai hue, di mana nilai hue merupakan

representasi yang dihitung berdasarkan derajat pergeseran dalam ketentuan yang

ditetapkan. Nilai hue berada pada rentang 0 sampai 1 dengan nilai, di mana nilai 0

sampai 1 diperoleh dengan pergeseran sudut dalam proses konversi citra dari format

kubik RGB ke fomat silinder format citra HSV. Sudut-sudut yang terbentuk untuk

mengkonversi RGB ke format HSV adalah 0° mereprensentasikan warna merah, 120°

merepresentasikan warna hijau, 240° merepresentasikan warna biru, dan seterusnya

dengan beda sudut 120°.(Fortner et al., 1997).

Perhitungan nilai hue dilakukan menggunakan algoritma RGB to HSV yang

dikenal dengan model Hexcone. Tahapan algoritma yang digunakan sebagai berikut.

(Smith, 1978).

1. Nilai R, G, dan B dengan skala 0 sampai 255 diubah ke domain nilai 0 sampai 1.

2. Menentukan ekivalen H, S, dan V yang masing-masing berada pada rentang 0

sampai 1.

( ) ............................................................................................ (2.8)

( ) ............................................................................................ (2-9)

................................................................................ (2-10)

; .......................................................................... (2-11)

{

( )

(

)

(

)

................................................................. (2-12)

2.13. Regresi Polinomial

Regresi polinomial digunakan untuk menentukan fungsi polinomial yang paling

sesuai dengan kumpulan titik data (xn,yn) yang diketahui. Regresi polinomial

membarikan nilai lebih akurat daripada regresi linear karena penggunaan metode regresi

linier dipaksakan hanya untuk mengikuti grafik hasil pengukuran berupa linear,

sedangkan regresi polinomial yang mana untuk beberapa kasus metode ini akan

Page 41: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

25

memberikan hasil yang lebih cocok dengan kenyataan dari bentuk sebaran

data.(Yudiaatmaja, 2013).

Prinsip dari metode kuadrat terkecil dapat diperluas lagi untuk pencocokan data

hasil pengukuran kepada sebuah polinomial orde tertentu. Secara umum, polinomial

berorde ke N dapat dituliskan sebagai

2

0 1 2 ... N

nf x a a x a x a x ................................................................. (2-13)

di mana f(x) adalah variabel yang dicari nilainya, a adalah koefisien pada persamaan,

dan x adalah nilai yang menjadi variabel bebas pada persamaan.

Page 42: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

26

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1. Rancangan Sistem

Rancangan sistem pada penelitian ini secara umum merupakan sistem minimum

stasiun penerima data dari satelit cuaca NOAA dengan tipe transmisi APT. Sistem

terdiri dari sebuah perangkat penerima (USB receiver) yang mampu bekerja untuk

aplikasi FM sesuai dengan frekuensi kerja sistem APT satelit NOAA. Frekuensi kerja

sistem APT satelit NOAA ini berada pada pita frekuensi VHF 137 MHz sampai dengan

138 MHz. Perangkat penerima yang digunakan adalah USB receiver FM yang

dilengkapi dengan konektor pendukung untuk komunikasi serial berupa USB. Untuk

dapat bekerja pada frekuensi yang digunakan oleh satelit tersebut, dibutuhkan antena

yang sesuai agar diperoleh kualitas sinyal yang baik. Antena yang dimaksud adalah

antena crossed dipole 137,5 MHz.

Sinyal yang diterima dari antena dijadikan masukan pada amplifier VHF untuk

meningkatkan kuat sinyal sebelum dilakukan proses demodulasi pada USB receiver.

Sinyal keluaran dari proses demodulasi kemudian ditampilkan dalam aplikasi

SDRSharp untuk memantau spektrum audio yang diterima secara realtime. Spektrum

sinyal ini kemudian dikirimkan langsung berupa audio menjadi masukan pada aplikasi

WxtoImg melalui port serial virtual menggunakan aplikasi VB cable untuk

dilakukannya proses perekaman. File rekaman suara yang diterima akan disimpan

secara otomatis dalam bentuk file audio dengan format file *.wav dengan frekuensi

sampling 11025 Hz yang tersimpan pada audio library aplikasi WxtoImg.

File rekaman yang telah tersimpan tersebut masih berupa sinyal audio dengan

frekuensi sub-pembawa 2400 Hz, sehingga masih perlu dilakukan proses demodulasi

2400 Hz untuk mendapat informasi yang tersimpan sebenarnya. Setelah dilakukan

proses demodulasi, informasi yang diperoleh masih merupakan informasi berupa data

level 0 atau data mentah yang perlu diolah menjadi data level 2 untuk mendapatkan

informasi geografis berupa citra SPL. Proses pengolahan data untuk menghasilkan citra

SPL dilakukan dengan menggunakan algoritma SST (Sea Surface Temperature) yang

terdapat pada aplikasi WxtoImg. Gambar 3.1 merupakan diagram alir yang

menunjukkan proses yang akan dilakukan pada penelitian ini.

Page 43: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

27

Mulai

Studi Literatur

Pembuatan antena Crossed Dipole

137,5 MHz

Instalasi sistem penerima sinyal

APT

satelit NOAA

Penerimaan Sinyal APT dan

Akuisisi Data

Decoding sinyal APT

Analisa Hasil

Selesai

Pengujian antena Crossed Dipole

137,5 MHz

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.2. Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan beberapa alat dan bahan yang terdiri dari perangkat

keras dan perangkat lunak. Perangkat-perangkat keras yang dimaksud adalah sebagai

berikut.

1. Antena Crossed Dipole 137.5 MHz

2. Kabel coaxial RG 8

3. SDR-kits DG8SAQ

4. Amplifier VHF

5. USB receiver RTL2832U R820T

6. Laptop

Untuk perangkat lunak yang digunakan antara lain :

5. Aplikasi MATLAB R2014b

6. Aplikasi SDRSharp (SDR# v1.0.0.1361)

7. Aplikasi VB Cable

8. Aplikasi WxtoImg

9. Aplikasi Google Earth

Page 44: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

28

3.3. Langkah-langkah Perancangan

3.3.1. Studi Literatur

Studi literatur ini merupakan tahapan awal untuk mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan penelitian yaitu dengan mengumpulkan berbagai sumber informasi.

Pentingnya studi literatur ini dilakukan agar peneliti memiliki pengetahuan dasar yang

kuat untuk melakukan tahap perancangan sampai dengan tahap implementasinya.

Adapun sumber informasi yang dikumpulkan berasal dari buku, jurnal, maupun artikel

yang berkaitan dengan satelit NOAA, dan proses pengubahan sinyal APT ke dalam

gambar.

3.3.2. Pembuatan Antena Crossed Dipole

Antena yang digunakan pada penelitian ini yaitu antena Crossed dipole atau

dikenal dengan antena Turnstile yang mampu berkerja pada range frekuensi 137 MHz

sampai dengan 138 Mhz. Penggunaan antena ini didasarkan pada jenis polarisasi

circular antena pemancar yang terdapat pada satelit yaitu right hand circular

polarization, sehingga untuk dapat menerima data dari satelit dibutuhkan juga antena

dengan polarisasi yang sama dengan tujuan untuk mengurangi tingkat redaman

atmosfer.

Pembuatan antena pada penelitian ini menggunakan metode matching frekuensi

gamma match untuk membuat elemen driven antena dipole

. Antena ini terdiri dari

dua buah antena dipole dengan elemen reflector, driven, dan director yang tersusun di

arah vertical dengan perbedaan sudut sebesar 90 derajat. Dengan memilih frekuensi

kerja antena berada pada fc = 137,5 MHz maka panjang gelombangnya (λ) adalah :

λ =

=

2,182 m

Karena panjang elemen dipole yang dibuat menggunakan ukuran , maka

hasil perhitungan ukuran panjang masing-masing elemen dirangkum dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Ukuran elemen antena crossed dipole 137,5 MHz

Elemen Panjang Elemen (λ) Panjang Elemen (cm)

Driven 0,47 λ 102,6

Reflector 0,5 λ 109,1

Director 0,406 λ 88,6

Driven – reflector 0,15 λ - 0,25 λ 32,73 – 54,55

Driven – director 0,3 λ - 0,4 λ 65,46 – 87,28

Page 45: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

29

Untuk menggabungkan dua buah antena dipole menjadi antena crossed dipole

dibutuhkan splitter yang berkerja pada frekuensi yang sama dengan antena tersebut

yaitu coaxial splitter 137,5 MHz. Penggabungan bertujuan untuk membentuk polarisasi

right hand cilcular, dengan cara membentuk beda fasa 90° antara antena dipole 1 dan

antena dipole 2. Beda fasa ini diperoleh dengan menambahkan panjang kabel feeder

antena dipole 2 sepanjang ¼ λ. Dengan catu daya, amplitudo dan frekuensi yang sama

maka akan diperoleh perbedaan fasa saja pada kedua antena. Rancangan dimensi splitter

terdapat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Splitter 137,5 MHz

Untuk membentuk beda fasa antara antena dipole 1 dengan antena dipole 2

digunakan kabel RG58 sebagai kabel feeder menuju splitter dengan panjang tambahan

¼ λ pada antena dengan perhitungan selisih jarak masing-masing antena ke feeder

sebagai berikut.

Panjang jarak dari antena dipole 1 ke feeder pada splitter adalah

Panjang jarak dari antena dipole 2 ke feeder pada splitter adalah

Maka selisih jarak antara keduanya sebesar adalah

3.3.3. Pengujian Antena

Pengujian antena dilakukan dengan mengukur nilai return loss dan nilai VSWR

antena menggunakan alat ukur SDR-kits DG8SAQ VNWA (Vector Network Analyzer).

Prosedur pengukuran pada VNWA adalah sebagai berikut.

1. Melakukan proses kalibrasi alat ukur SDR-kits DG8SAQ sesuai dengan frekuensi

kerja yang ingin ditampilkan pada layar melalui aplikasi VNWA pada laptop.

2. Mengatur aplikasi VNWA untuk menampilkan rentang frekuensi pengukuran mulai

dari 100 MHz sampai dengan 500 MHz lalu mengaktifkan pilihan tampilan

Page 46: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

30

parameter S11 untuk mengukur nilai return loss dan VSWR. Setelah pengaturan

selesai kemudian melakukan kalibrasi dengan tujuan untuk validitas pengukuran,

dengan cara membuat kondisi alat ukur sesuai standar.

3. Setelah kalibrasi selesai, melakukan pengukuran dengan cara menghubungkan

antena yang akan diukur pada port TX Out VNWA dengan konfigurasi sebagai 3.3.

Gambar 3.3 Konfigurasi pengukuran antena pada VNWA

4. Menampilkan rentang rekuensi pengukuran dengan menekan tombol “continuous”

sebagai tombol start dan stop pada aplikasi VNWA.

5. Mengatur trace 1 untuk menampilkan S11 dB, dan trace 2 S11 VSWR.

6. Menambahkan marker normal pada frekuensi 137,5 MHz untuk menampilkan nilai

parameter return loss dan VSWR pada frekuensi 137,5 MHz.

7. Melakukan proses optimasi antena dengan cara menggeser konfigurasi antena untuk

menghasilkan nilai return loss (S11) kurang dari -10dB pada frekuensi yang

diinginkan.

8. Mengambil gambar (screenshot) hasil pengukuran parameter tersebut.

9. Mengulangi langkah 6 dan seterusnya untuk pengukuran antena dengan gabungan

dua buah antena dipole menggunakan splitter, dan pengukuran dengan menambhkan

elemen reflector dan director.

Page 47: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

31

Gambar 3.4 menunjukkan diagram alir dari proses pengujian antena yang

dilakukan pada penelitian ini.

Mulai

Kalibrasi VNWA

Tampilkan Nilai

s11 dan VSWR

S11 ≤ -10 dB

Optimasi Antena

Export Data s11 dan simpan

screenshoot pengukuran

Selesai

Ya

Tidak

Gambar 3.4 Diagram alir pengujian antena

3.3.4. Instalasi Sistem Penerima Sinyal APT Satelit NOAA

Pada proses ini dilakukan penginstalan dan pemasangan keseluruhan perangkat

yang digunakan untuk menerima sinyal APT satelit NOAA. Perangkat-perangkat yang

dimaksud tergolong ke dalam perangkat keras dan perangkat lunak. Untuk instalasi

perangkat keras yaitu menghubungkam segala jenis perangkat yang digunakan seperti

antena, penguat VHF, USB receiver FM, dan Laptop. Secara grafis, instalasi perangkat

yang dimaksud ditunjukkan dengan blok diagram yang terdapat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Blok diagram sistem penerima sinyal APT

Page 48: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

32

Karena data yang diterima dari perangkat keras masih berupa informasi yang

belum terolah, maka dibutuhkan perangkat lunak yang dapat mengolah data tersebut

sehingga diperoleh informasi yang diinginkan. Adapun langkah-langkah penginstalan

perangkat lunak adalah sebagai berikut.

a. Instalasi aplikasi SDRSharp

Aplikasi ini diperoleh dari link http://airspy.com/download/. Prosedur install

dilakukan dengan mengekstrak file *.zip ke folder yang diinginkan. Aplikasi ini

digunakan untuk melakukan tuning frekuensi sesuai dengan frekuensi yang digunakan,

dan menampilkan spektrum frekuensi yang dimaksud.

b. Instalasi aplikasi VBCable

Aplikasi ini digunakan sebagai vitual serial port untuk komunikasi antara

aplikasi SDRSharp dengan aplikasi WxtoImg. Format yang digunakan adalah stereo

pada sample rate 44100 Hz.

Gambar 3.6 Properties pengaturan aplikasi VB cable

Keluaran dari aplikasi SDRSharp diubah menjadi Cable Input (VB-Audio

Virtual Cable) seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.7. Sample rate SDRSharp

merupakan konfigurasi standar dari aplikasi ini yaitu 48000 sample/second dan

masukan berasal dari soundcard windows pada laptop. Aplikasi ini diperoleh pada link

unduh http://vb-audio.pagesperso-orange.fr/.

Page 49: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

33

Gambar 3.7 Konfigurasi audio aplikasi SDRSharp.

c. Instalasi Aplikasi WxtoImg

Proses instalasi aplikasi WxtoImg ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

1. Mengunduh aplikasinya di link http://www.wxtoimg.com/downloads/.

2. Menginstall aplikasinya

3. Mengatur lokasi Ground Station sesuai dengan lokasi penerimaan sinyal APT.

4. Mengubah pengaturan Recording Options sesuai dengan perangkat yang digunakan

yaitu mengubah adalah port masukan suara yang akan VB Audio Virtual dengan

sample rate 11025 Hz.

Gambar 3.8 Konfigurasi recording options aplikasi WxtoImg

Page 50: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

34

3.3.5. Implementasi Sistem Penerima dan Akuisisi Sinyal APT

Pada bagian ini proses implementasi dan akuisisi data sinyal APT dari sistem

yang telah terinstal. Langkah awal dari keseluruhan sistem ini adalah memprediksi

waktu kedatangan satelit NOAA dengan menggunakan aplikasi WxtoImg. Kemudian

melakukan monitoring adanya sinyal APT dari satelit NOAA menggunakan aplikasi

SDRSharp dengan mengatur frekuensi yang ditampilkan sesuai dengan frekuensi satelit

yang akan melalui ground station (stasiun bumi). Gambar 3.9 menjelaskan bagian-

bagian yang dilalui oleh sinyal untuk bisa memberikan informasi.

Gambar 3.9 Sistem komunikasi.

Proses akuisisi data terjadi pada saat satelit mengirimkan sinyal APT, sinyal

APT berisikan sinyal hasil modulasi amplitudo dengan frekuensi carrier 2400 Hz yang

dikirimkan melalui frekuensi pembawa band VHF berada di rentang 137 MHz sampai

138 MHz dengan modulasi frekuensi. Sinyal yang datang ditampilkan dalam bentuk

spektrum pada aplikasi SDRSharp dengan menujukkan adanya peningkatan puncak

spektrum sinyal dan kerapatan daya pada frekuensi carrier yang digunakan. Dalam

penelitian ini, perekaman dilakukan dengan menggunakan fitur rekam otomatis pada

aplikasi WxtoImg dengan hasil keluaran rekaman berupa file *.wav.

3.3.6. Perancangan Program Decoding Menggunakan Aplikasi Matlab

Program decoding menggunakan aplikasi Matlab bertujuan sebagai

implementasi tentang pemahaman proses pengubahan sinyal APT ke dalam gambar dan

cara memberikan informasi tambahan berupa legenda pada citra suhu permukaan laut

Page 51: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

35

agar mudah dimengerti. Pada program decoding menggunakan aplikasi Matlab ini

dilakukan beberapa proses seperti yang dijelaskan berikut ini.

1. Decoding sinyal rekaman dari aplikasi WxtoImg dengan format file *.WAV

kemudian diolah untuk mendapatkan citra inframerah dan citra cahaya tampak yang

masing-masing memiliki kanal. Diagram alir program terdapat pada gambar 3.10

dan gambar 3.11.

Mulai

Load file *.wav

Inisialisasi sebagai sinyal, Fs=11025 Hz

Normalisasi sinyal

Sinyal=(sinyal(i)-mean)/amplitudo

maksimum

Serahkan nilai sinyal

Ensig=(abs)sinyal

Korelasi sinyal sync dengan y

Inisialisasi variabel sebagai syncA

Tentukan kemungkinan jumlah baris dan

kolom matriks

Jml_baris = length(syncA)*2/Fs

Jml_kolom = 0,5*Fs

Demodulasi sinyal AM dengan filter

Out_filt=filter(B,A,ensig)

Normalisasi output_filter

Inisialisasi variabel sebagai y

Bentuk sinyal sync

t=[0:1/Fs:1/160];

cA=(square((2*pi)*1040*t));

Tentukan jumlah kemungkinan baris

terbanyak

[H,I]=max(syncA((i-1)*

jml_kolom+1:i*jml_kolom))

list(i)=I+jml_kolom*i

end

i=1:jml_barris

Tentukan jarak antara akhir sinyal sync

dengan akhir sinyal sync empat baris

sebelumnya.

test(1:4)=[0, 0, 0, 0];

for i=5:(length(list)-1)

test(i)=list(i)-list(i-4);

end

Break 1

Break 1

count = 1

start = 0

WhileStart == 0

test(count) = ...

if test(count)>(2*Fs-5)

if test(count)<(2*Fs+5)

start = list(count)

count = count+1

stop

ya

tidak

tidak

ya

count = length(cA)

end Break 2

Inisialisasi num (B),

denum (A) LPF

[B,A]=Butter(9,1000/(Fs/2),’low’)

Gambar 3.10 Diagram alir decoding sinyal APT

Page 52: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

36

Break 2

badcount = 0

goodindex = count

k = count

If test(k)>(2*Fs-5)

&& test(k)<(2*Fs+5)

If test(k)>(2*Fs-5)

&& test(k)<(2*Fs+5)

goodlist(k-count+1)=list(k);

badcount=0;

goodindex=k; badcount = badcount+1;

goodlist(k-count+1=

list(goodindex)+

floor((Fs/2)*badcount);

end

k = length(list)-1)

Tentukan panjang

masing-masing baris

colums = ceil(Fs/2)

rows=floor((length(y)-

start)/colums);

(rows/2-floor(rows/2))==0

rows=rows-3max_kolom = colums-1;

max_baris = rows-1

raw(i,1:5513) = y(goodlist(i):

goodlist(i)+max_kolom);

end

i=1:max_baris;

Break 3

Break 3

M(k,1:4161)=

resample(raw(k,1:colums),1200,1590);

end

k=1:length(goodlist);

Fs = 4160;

Scale = 1

Cari rentang nilai minimum dan

maksimum M

range=(maxM-minM);

Map=M./range;

minMap=min(min(Map));

Map=Map-minMap;

Normalisasi ke skala

antara 0 255

Map=Map*255*.25^scale;

Tampilkan gambar APT

Colormap gray

Selesai

Gambar 3.11 Lanjutan diagram alir decoding sinyal APT

Pada gambar 3.10 dan 3.11 menjelaskan proses pada program decoding sinyal

APT menjadi sebuah citra. Pada proses ini dilakukan pengubahan data audio menjadi

citra dilakukan dalam beberapa tahapan yang terbagi ke dalam proses numerik dan

proses vektor. Proses numerik dimulai dari proses pembacaan file audio untuk

Page 53: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

37

dinormalisasi agar nilai setiap amplitudo berada pada rentang nilai -1 sampai dengan

+1, setelah itu dilakukan proses demodulasi untuk menghilangkan frekuensi pembawa

audio yang berada pada frekuensi 2400 Hz dengan menggunakan filter. Setelah

frekuensi pembawa dihilangkan, keluaran dari proses demodulasi dinormalisasi kembali

untuk mendapatkan rentang nilai yang sama dan diinisialisasi sebagai variabel y.

Setelah itu, dilakukan proses sinkronisasi sinyal dengan tujuan untuk mendapatkan

sinyal sesuai dengan standar sinyal audio yang sebenarnya dimiliki oleh NOAA. NOAA

memberikan dua jenis sinyal yang dapat digunakan untuk sinkronisasi, yaitu sinyal

dengan periode 1/4160 detik dalam bentuk pulsa untuk APT sync A dan sinyal square

untuk APT sync B. Dalam penelitian digunakan sinyal square dikarenakan pembuatan

yang lebih mudah dipahami. Frekuensi sinyal square memiliki frekuensi 1040 Hz

dengan 7 gelombang. Cara melakukan proses sinkronisasi yaitu dengan menggunakan

korelasi dan mende inisikan keluarannya sebagai variabel “syn A”. Dengan

diperolehnya sinyal sampai proses tersebut, selanjutnya dilakukan proses pembentukan

matriks.

Ketentuan yang digunakan yaitu pembentukan kesesuaian jumlah baris dan

kolom menggunakan frekuensi sampling, yaitu 11025 Hz. Tahapannya yaitu

menentukan jarak sinyal “syn A” dari ujung sampai ke empat terakhir untuk

mengetahui batas telemetri. Setelah mengetahui jaraknya, dilakukan pengujian untuk

mendapatkan jumlah baris dan kolom dengan teknik looping yang digunakan oleh Mark

Roland di Jayhawk Laboratory. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan titik tepat

kesesuaian jumlah sinyal dengan banyaknya vektor matriks gambar yang akan

terbentuk. Setelah melalui proses looping diperoleh, sinyal yang memenuhi kriteria

sebagai sinyal in ormasi disimpan dalam variabel “goodlist”. Langkah selanjutnya yaitu

menentukan banyak kolom, banyak kolom ditentukan dengan nilai Fs/2. Sedangkan

untuk banyaknya baris ditentukan dengan menggunakan permisalan untuk mendapatkan

panjang data goodlist mencukupi nilai keseluruhan matriks yang sudah dibentuk.

Setelah itu yaitu melakukan proses resample, untuk menerapkan sinyal sampling

yang baru pada citra, yaitu 4160 Hz. Setelah diperoleh matriks penuh, matriks disimpan

dalam variabel M yang kemudian dinormalisasi ke dalam bentuk citra dengan nilai

piksel berada di antara 0 sampai 255.

Page 54: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

38

2. Menampilkan hasil keluaran dari aplikasi WxtoImg untuk memberikan informasi

SPL berupa citra SPL dengan menambahkan fitur colorbar tipe jet pada gambar

keluaran Matlab dengan menunjukkan suhu dalam derajat celcius pada dengan

rentang warna yang telah ditentukan pada aplikasi WxtoImg.

Gambar 3.12 Tampilan program decoding menggunakan aplikasi Matlab

3. Menyimpan citra hasil proses dari program pada aplikasi Matlab beserta informasi

berupa waktu dan tanggal perolehan data dalam file gambar dengan format

penamaan file sebagai berikut:

“YYYYMMDDhhmmss.jpg.”

Tahapan selanjutnya seteleh diperolehnya citra SPL yaitu menampilkan hasil

pada website dengan tujuan untuk publikasi citra SPL tersebut.

3.3.7. Implementasi APT sebagai Informasi SPL

Untuk mengimplementasikan data APT sebagai informasi SPL diperlukan

proses pembentukan ke data level 2 dengan tahapan metode yang tercantum pada bab 2

halaman 20 laporan ini. Data APT merupakan data mentah atau data level 0, untuk

membentuk data level 2 dilakukan dalam aplikasi WxtoImg dengan memanfaatkan file

rekaman data yang telah tersimpan dalam direktori aplikasi WxtoImg. Sesuai tujuan

penelitian ini, algoritma decoding yang digunakan pada aplikasi WxtoImg adalah

algoritma Sea Surface Temperature (SST) NOAA.

Page 55: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

39

Untuk memperoleh data yang diinginkan, terdapat beberapa langkah mulai dari

memotong bagian telemetri dan koreksi geometris kemudian melakukan pemotongan

citra dengan menggunakan tools projection options pada aplikasi WxtoImg. Sehingga

data yang diperoleh berupa itra SPL dengan batasan daerah 3°00‘S, 109°00’E sampai

13°00’S, 120°00’E. Diagram alir proses perolehan itra SPL ditunjukkan pada gambar

3.13.

Mulai

Load File WAV

Menghilangkan telemetri (crop

telemetri)

Koreksi Geometris

Membatasi daerah penelitian dengan

projection option

Enhancement Sea Surface Temperature

(NOAA)

Save as Image

Selesai

Gambar 3.13 Blok diagram pengolahan citra SPL

Setelah memperoleh citra SPL yang diinginkan, selanjuntnya yaitu menentukan

persamaan pendekatan untuk mendapatkan nilai SPL pada beberapa titik koordinat yang

berada pada lautan sekitar pulau Lombok untuk mengetahui perubahan nilai SPL harian

pada titik-titik tersebut.

Page 56: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Antena

Hasil fisik antena yang dibentuk pada penelitian ini merupakan gabungan dua

buah antena dipole untuk membentuk polarisasi circular dengan tambahan elemen

reflector dan director. Bentuk fisik pembuatan akhir antena ditunjukkan pada gambar

4.1.

Gambar 4.1 Hasil pembuatan antena crossed dipole

Pada pengujian antena, parameter yang diukur adalah besarnya energi yang

dipantulkan kembali ke catu antena dengan cara mengukur nilai S11 atau return loss

dan VSWR antena crossed dipole pada frekuensi 137 MHz sampai dengan 138 MHz.

Dengan mengetahui besarnya return loss, dapat diketahui besarnya energi yang dapat

diterima oleh antena. Hasil pengujian antena ditunjukkan pada gambar 4.2 Pada gambar

4.2 terdapat nilai return loss sebesar -21,48 dB yang. Dengan nilai return loss tersebut

maka didapatkan besarnya energi yang dipantulkan kembali melalui perhitungan seperti

berikut.

| | .......................................................................... (4-1)

| |

........................................................................... (4-2)

| |

| | ................................................................... (4-3)

Page 57: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

41

Dengan perhitungan di atas, maka didapatkan bahwa energi yang dipantulkan

oleh antena kembali ke catu sebesar 0,7 %.

Gambar 4.2 Pengukuran S11 dan VSWR antena crossed dipole

Gambar 4.2 menunjukkan nilai VSWR dan S11 optimum berada pada frekuensi

255 MHz dengan S11 sebesar -35,43 dB dan VSWR 1,03 yang ditujukkan pada marker

1. Kemudian pada frekuensi 137,5 MHz, nilai S11 dan VSWR yang ditunjukkan marker

2 berada di nilai -21,48 dB dan 1,19. Meskipun nilai optimum ditujukkan pada

frekuensi 255 MHz, antena masih mampu bekerja dengan baik pada frekuensi 137,5

MHz. Tabel 4.1 menunjukkan nilai S11 dan VSWR masing-masing frekuensi di rentang

137 MHz sampai 138 MHz.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran parameter S11 dan VSWR antena

Frekuensi (MHz) S11 (dB) VSWR

137.0 -21.98 1.17

137.1 -21.86 1.18

137.2 -21.76 1.18

137.3 -21.67 1.18

137.4 -21.57 1.18

137.5 -21.48 1.19

137.6 -21.38 1.19

137.7 -21.29 1.19

137.8 -21.19 1.19

137.9 -21.10 1.19

138.0 -21.00 1.20

Page 58: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

42

Hasil pengukuran nilai S11 dan VSWR yang ada pada tabel 4.1 menunjukkan

nilai VSWR dari frekuensi 137 MHz sampai dengan 138 MHz kurang dari 1,5. Nilai

VSWR merupakan konversi dari nilai S11 yang menunjukkan perbandingan nilai

tegangan maksimum gelombang berdiri dengan tegangan maksimum gelombang

berjalan yang terjadi. Dengan nilai VSWR yang diperoleh tersebut maka antena yang

dibuat sudah cukup baik untuk dijadikan sebagai antena penerima sinyal APT.

4.2. Pengujian Implementasi Sistem Penerima Sinyal APT

Pada pengujian implementasi sistem penerima APT yang dilakukan adalah

menguji kemampuan sistem melakukan penerimaan sinyal APT. Hasil yang diperoleh

merupakan hasil decoding data suara menjadi sebuah citra dengan menggunakan

aplikasi WxtoImg. Proses pengujian yang dilakukan adalah dengan melihat kesesuaian

bentuk sinyal yang ditampilkan pada aplikasi SDRSharp, di mana pada saat penerimaan

sinyal APT terdapat 16 buah puncak gelombang yang menunjukkan satu frame sinyal

APT sperti yang terdapat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Tampilan Sinyal Penerimaan APT

Pada gambar 4.3 tampilan SDRSharp menunjukkan frekuensi dalam MHz pada

sumbu X dengan center tuning ditandai oleh garis merah. Pada sumbu Y menunjukkan

besarnya kuat sinyal suara yang diterima melalui soundcard dalam satuan dB. Sinyal

yang dihasilkan kemudian diproses dalam aplikasi Wxtoimg untuk dilakukannya proses

Page 59: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

43

demodulasi AM dan decoding untuk mengubahnya ke dalam bentuk citra. Hasil dari

decoding sinyal APT merupakan citra visible dan inframerah yang menunjukkan nilai

intensitas radiometrik yang diperoleh oleh sensor AVHRR. Gambar 4.4 menunjukkan

citra hasil decoding sinyal APT menjadi sebuah citra.

Gambar 4.4 Citra hasil decoding sinyal APT

Gambar 4.4 adalah citra hasil decoding yang diperoleh dari satelit NOAA 19

pada tanggal 30 Juli 2016 waktu 02:37:50 Wita. Dari gambar tersebut dapat dilihat

terdapat dua buah kanal pada data APT yaitu kanal A (sebelah kiri) sebagai citra

inframerah dan kanal B (sebelah kanan) adalah citra visible. Kedua kanal ini merupakan

isi dari sinyal APT yang diperoleh dari proses demodulasi AM sinyal audio yang

diperoleh. Kedua informasi berupa citra ini merupakan informasi sensor data AVHRR

level 0.

Gambar tersebut jika diolah ke level data yang lebih tinggi akan membentuk

sebuah citra suatu lokasi yang diisi dengan overlay peta. Data lainnya yang diperoleh

saat proses implementasi sistem penerima APT tidak semua memiliki kualitas citra yang

sempurna dengan kata lain tingkat noise yang diterima tidak sama untuk masing-masing

citra. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca saat penerimaan sinyal, lintasan

orbit, dan kemiringan satelit saat mengirim sinyal APT.

4.3. Pengujian Program Decoding APT dengan Aplikasi Matlab

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan decoding menggunakan program yang

dibentuk dengan aplikasi Matlab, yang menjadi aspek utama program decoding adalah

Page 60: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

44

kemampuan program mengubah sinyal audio menjadi sebuah data APT yang berbentuk

gambar. Gambar yang dimaksud adalah hasil resample sinyal audio menjadi data

grayscale dengan nilai intensitas piksel berada pada rentang 0 sampai 255. Hasil yang

diperoleh terdapat pada gambar 4.5a dan gambar 4.5b.

Gambar 4.5a Hasil decoding dengan

Matlab

Gambar 4.5b Hasil decoding dengan

WxtoImg

Hasil pengolahan sinyal APT menggunakan program pada aplikasi Matlab

ditunjukkan pada gambar 4.5a, jika dibandingkan dengan hasil decoding dengan

menggunakan aplikasi WxtoImg (gambar 4.5b) menunjukkan hasil yang berbeda.

Perbedaan jelas keduanya terlihat pada tingkat kecerahan gambar dan ukuran, di mana

ukuran yang dihasilkan bergantung pada resampling matriks citra.

4.4. Analisa Program Decoding Menggunakan Aplikasi Matlab

Hasil akhir dari progam decoding menggunakan aplikasi Matlab terdapat pada

gambar 4.6 berikut ini.

Gambar 4.6 Tampilan akhir program decoding menggunakan Matlab.

Page 61: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

45

Pada program decoding yang dibuat seperti pada gambar 4.6 menggunakan

aplikasi Matlab, ada beberapa proses yang dilakukan mengikuti acuan dalam petunjuk

informasi pengolahan sinyal APT. Proses-proses tersebut merupakan pemrosesan data

berupa matriks yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan citra dari sinyal APT

yang diperoleh. Program decoding dilakukan dengan membaca file audio yang

merupakan data audio rekaman yang diperoleh dari aplikasi WxtoImg dengan frekuensi

sampling sebesar 11025 Hz. Tampilan sinyal audio rekaman tersebut dalam aplikasi

Matlab ditunjukkan pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Data audio sinyal APT.

Pada gambar 4.7 pada sumbu x menunjukkan waktu dalam detik untuk setiap

sinyal yang diterima dalam satuan dB audio. Dari gambar tersebut sumbu x dibatasi

untuk menampilkan nilai yang terdapat pada detik 300 sampai dengan detik ke 305

dengan tujuan untuk memperjelas tampilan sinyal di mana pada setiap satu detik terdiri

dari dua buah informasi yang masih berbentuk sinyal hasil modulasi amplitudo. Untuk

memperoleh sinyal dengan amplitudo yang seragam sehingga lebih mudah dalam

pemrosesan data, diperlukan proses normalisasi terhadap sinyal audio tersebut. Hasil

dari proses normalisasi terdapat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Data audio sinyal APT hasil normalisasi.

Page 62: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

46

Setelah hasil normalisasi didapatkan, proses yang dilakukan adalah

menghilangkan sinyal sub-pembawa yang terdapat pada sinyal audio dengan

menggunakan metode envelope detection, yaitu dengan menggunakan low pass filter.

Di mana filter tersebut diperoleh secara automatis dengan bantuan function pada

aplikasi Matlab untuk mendapatkan nilai numerator dan denumerator filter yang

kemudian digunakan untuk proses penjendelaan. Penjendelaan dilakukan dengan tujuan

menghilangkan sinyal yang memiliki nilai amplitudo di luar nilai yang diharapkan

untuk melepaskan sinyal sub-pembawa 2400 Hz. Hasil dari demodulasi terdapat pada

gambar 4.9.

Gambar 4.9 Data audio sinyal APT hasil demodulasi AM.

Sinyal hasil demodulasi pada gambar 4.9 kemudian diproses pada tahapan

sinkronisasi dengan tujuan menyamakan informasi sesuai dengan standar sinyal APT

agar dapat dibentuk sesuai dengan proses-proses yang berada pada tahap pembentukan

matriks yang dijadikan sebagai citra. Proses ini dilakukan dengan mensinkronkan sinyal

hasil demodulasi dengan sinyal yang dibangkitkan melalui function Matlab,

menggunakan cara korelasi. Hasil proses sinkronisasi terdapat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10 Data audio sinyal APT hasil sinkronisasi.

Page 63: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

47

Sinyal hasil sinkronisasi yang ditunjukkan pada gambar 4.10 terdiri dari matriks

satu baris dengan nilai-nilai intensitas piksel sinyal APT yang kemudian akan

dimasukkan ke dalam matriks sehingga dihasilkan sebuah gambar APT seperti yang

ditunjukkan pada gambar 4.11 berikut ini.

Gambar 4.11 Data citra hasil decoding sinyal APT.

4.5. Analisa Citra SPL

4.5.1. Persamaan Pendekatan Penentuan SPL

Pada decoding sinyal APT, hasil yang diperoleh adalah citra dengan level 0.

Untuk memperoleh data citra SPL, data tersebut dibentuk ke level data yang lebih tinggi

dengan tujuan untuk memberikan informasi geometris yang diperoleh dari sistem

pembacaan sensor AVHRR. Data SPL merupakan data level 2 karena dilengkapi

dengan informasi lokasi, geometrik, dan data termal yang diinginkan. Untuk

menhasilkan sinyal APT menjadi citra SPL diperoleh dari aplikasi WxtoImg algoritma

dengan menggunakan metode Enhancement SST NOAA. Hasil pengolahan dengan

metode ini menghasilkan data berupa gambar dengan format warna RGB (Red, Green,

Blue) yang masing-masing pikselnya mewakili jarak 1,885 km atau 1 menit pada

proyeksi koordinat mercator. Pewarnaan yang digunakan untuk mewakili rentang suhu

menggunakan enam rentang nilai skala pewarnaan yang dapat diperoleh dari

enhancement curve pada aplikasi tersebut. Namun demikian, pada kurva enhancement

dalam program dapat menimbulkan nilai SPL yang sama untuk nilai intensitas masing-

masing komponen RGB yang berbeda. Oleh sebab itu diperlukan suatu persamaan

Page 64: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

48

pendekatan agar mempermudah dalam memperoleh nilai SPL tiap titik tanpa melalui

aplikasi WxtoImg.

Untuk memberikan persamaan tersebut dilakukan dengan cara mengkonversi

citra RGB ke format HSV, di mana citra HSV mampu menginterpretasikan warna yang

dapat diterima langsung oleh mata manusia. Dalam hal ini, parameter yang digunakan

hanya indeks hue saja. Untuk mendapatkan nilai hue dari citra di mana nilai hue dapat

mewakili masing-masing kombinasi gabungan R, G, dan B.

Dengan mengumpulkan nilai SPL beserta indeks hue pada beberapa titik dari

citra SPL yang sudah didapatkan melalui aplikasi WxtoImg, diperoleh persamaan yang

menunjukkan pendekatan nilai indeks hue terhadap SPL. Persamaan ini diperoleh

melalui aplikasi Matlab dengan cara memasukkan nilai indeks hue ke dalam persamaan

polinomial orde 1, orde 2, orde 3, dan orde 4 untuk mendapatkan nilai SPL yang

kemudian dibandingkan dengan nilai SPL yang ditunjukkan pada aplikasi WxtoImg.

Gambar 4.12 menunjukkan grafik persamaan yang diperoleh.

Gambar 4.12 Grafik persamaan indeks hue terhadap SPL.

Page 65: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

49

Gambar 4.12 menunjukkan nilai SPL yang diperoleh dengan persamaan

polinomial orde 1, orde 2, orde 3 dan orde 4 saat dibandingkan dengan nilai SPL yang

ditujukkan pada aplikasi WxtoImg. Dari gambar 4.12 tersebut, nilai SPL yang

dihasilkan dari masing-masing persamaan garis telah mendekati nilai SPL yang

ditunjukkan pada aplikasi Wxtoimg. Dengan menghitung besarnya persentase error

rata-rata absolut dari tiap persamaan, diperoleh bahwa persentase error rata-rata absolut

terkecil terdapat pada persamaan polinomial orde 3. Adapun nilai persentase error rata-

rata absolut dari masing-masing persamaan terdapat pada tabel tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Mean Absolute Percentage Error (MAPE).

Jenis Persamaan Koefisien

Determinasi

Error Absolut

Rata-rata

Persentase Error

Rata-rata (%)

Polinomial Orde 1 0,954 0,358 35,82

Polinomial Orde 2 0,957 0,309 30,94

Polinomial Orde 3 0,967 0,249 24,92

Polinomial Orde 4 0,967 0,255 25,50

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa koefisien determinasi menggunakan

persamaan polinomial orde 3 dan orde 4 mencapai 0,967. Persentase error rata-rata

terkecil terdapat pada persamaan polinomial orde 3 yaitu sebesar 24,92%. Dengan kata

lain, nilai yang dihasilkan dengan menggunakan persamaan polinomial orde 3 memiliki

75,08% mewakili data sebenarnya.

Peluang kesalahan yang dimiliki oleh persamaan polinomial orde 3 memiliki

nilai sebesar 0,249. Dengan demikian, persamaan yang digunakan untuk penentuan nilai

SPL pada tiap titik adalah persamaan polinomial orde 3, dengan nilai koefisien-

koefisien yang terdapat pada persamaan 4-4 berikut.

…………………. (4-4)

SPL yang mampu dihasilkan dengan menggunakan persamaan ini berada pada

nilai 0°C sampai dengan 30°C berdasarkan kurva enhancement pada aplikasi Wxtoimg

yang merupakan hasil pembentukan menggunakan data NOAA yang diperoleh dari

situs resmi NOAA, untuk itu diperlukan pembentukan kurva batasan rentang nilai hue

yang mampu menghasilkan SPL pada nilai tersebut yaitu dengan cara memberikan nilai

Page 66: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

50

hue dari 0 sampai dengan 1 pada persamaan 4-1, maka diperoleh grafik persamaan pada

gambar 4.12.

Gambar 4.13 Kurva hubungan indeks hue dengan SPL

Pada gambar 4.13 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan persamaan 4-1

akan memperoleh nilai SPL antara 0,01977°C dengan nilai indeks hue sebesar 0,6863,

sampai dengan 29,32°C dengan nilai indeks hue sebesar 0. Dengan demikian nilai suhu

yang berada di luar batas tersebut dianggap sebagai daratan dan atau daerah dengan

tingkat ketebalan awan yang sangat tinggi. Untuk nilai indeks hue yang secara

keseluruhan terdapat di lampiran 2. Tingkat ketebalan awan yang terdapat pada citra

tidak dilakukan proses masking sehingga akan berpengaruh terhadap nilai SPL saat laut

dalam keadaan berawan. Tabel 4.3 menunjukkan ketentuan yang digunakan untuk

mendapatkan nilai SPL berdasarkan penjelasan tersebut.

Tabel 4.3 Ketentuan indeks hue penentuan SPL

No Nilai

Keterangan Indeks Hue SPL (°C)

1 0 ≤ hue ≤ 0,6863 29,32 ≤SPL ≤ 0,01977 Lautan

2 1 ≥ hue ≥ 0,6867 0 Daratan, Berawan

Page 67: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

51

4.5.2. Analisa SPL Harian

SPL harian diperlukan untuk mengetahui perubahan suhu permukaan laut pada

suatu hari di titik-titik koordinat tertentu. Pada penelitian ini diperoleh informasi SPL

menggunakan persamaan 4-1 pada titik koordinat yang dipilih untuk mengetahui adanya

perubahan SPL. Titik-titik koordinat yang dipilih tersebut merupakan titik-titik yang

berada pada laut pulau Lombok seperti yang terdapat pada gambar 4.14.

Gambar 4.14 Lokasi titik sampel data SPL

Data citra SPL yang dikumpulkan adalah data pada tanggal 23 Juli, 24 Juli, 26

Juli sampai dengan 31 Juli 2016, 2 Agustus, 3 Agustus, dan tanggal 7 Agustus sampai

dengan 10 Agustus 2016. Dengan demikian jumlah data yang terkumpul sebanyak 14

hari terdiri dari 28 citra SPL . Titik lokasi yang diambil merupakan titik yang berada di

sekitaran laut pulau Lombok dengan jarak sekitar 5 mil dari pesisir pantai yang mana

titik tersebut berada pada masing-masing arah yaitu utara, timur, selatan dan barat

diwakili dengan empat buah titik.

Page 68: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

52

Untuk mendapatkan informasi SPL di titik-titik koordinat tersebut, data yang

digunakan adalah citra SPL yang diperoleh dari aplikasi WxtoImg dengan menerapkan

algoritma SST NOAA, tipe proyeksi Mercator, dan pemotongan citra pada batasan

daerah mencakup daerah jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat yang berada pada

koordinat lintang mulai dari 3°00’ LS sampai 13°00’ LS dan bujur 109°00’ BT sampai

dengan 120°00’ BT seperti yang terdapat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 Citra SPL tanggal 30 Juli 2016 pukul 02:37:50 Wita

Pada gambar 4.15 tersebut menunjukkan SPL pagi hari pada tanggal 30 Juli

2016. Setelah mendapatkan citra SPL seperti pada gambar 4.15, selanjutnya dilakukan

plot nilai SPL dalam numerik ke dalam citra menggunakan aplikasi google earth pada

titik-titik sampel yang telah ditentukan yaitu daerah yang diberikan tanda dalam

lingkaran. Setelah mendapatkan informasi tersebut, dapat terbentuk informasi seperti

gambar 4.16 yaitu citra dari aplikasi google earth dengan informasi SPL pada titik

koordinat tertentu mengacu pada gambar 4.14.

Page 69: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

53

Gambar 4.16 SPL tanggal 30 Juli 2016 pukul 02:37:50 Wita

Gambar 4.16 menunjukkan nilai SPL pada beberapa titik koordinat yang berada

di sekitar pulau Lombok pada tanggal 30 Juli 2016 pukul 02.37:37:50 wita, di mana

nilai SPL tertinggi terjadi di koordinat 8°41' LS, 116°39' BT. Citra ini diperoleh dari

aplikasi google earth yang kemudian diberikan informasi tambahan berupa nilai SPL

pada beberapa titik koordinat. Pada gambar 4.16 menunjukkan nilai SPL tertinggi

berada pada titik koordinat 8° 32' 00" LS, 116° 44' 00" BT yaitu titik yang berada di

wilayah laut Lombok sebelah timur. Untuk informasi citra data lainnya terdapat pada

lampiran 4 laporan ini.

Dalam sehari, citra SPL yang diperoleh terdiri dari dua buah citra yaitu citra

SPL Lintasan PM dan SPL Lintasan AM. Lintasan PM merupakan lintasan yang

melalui daerah sekitar ground station pada pagi hari, dan Lintasan AM merupakan

lintasan yang melalui daerah sekitar ground station pada malam hari. Penamaan lintasan

ini disesuaikan dengan waktu melintasi orbit sesuai dengan waktu di pusat data yaitu

menggunakan format UTC dengan beda 8 jam. Tabel 4.4 menunjukkan nilai SPL yang

diperoleh pada salah satu titik koordinat yaitu 8°22' LS,116°48' BT.

Page 70: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

54

Tabel 4.4 SPL pada titik koordinat 8°22' LS,116°48' BT

Tanggal Nama Satelit SPL (°C)

Lintasan PM Lintasan AM Lintasan AM Lintasan PM

23-07-2016 NOAA 15 NOAA 15 24.46 25.86

24-07-2016 NOAA 15 NOAA 15 28.67 24.2

26-07-2016 NOAA 18 NOAA 18 15.47 15.11

27-07-2016 NOAA 19 NOAA 15 25.11 24.13

28-07-2016 NOAA 15 NOAA 15 20.52 25.23

29-07-2016 NOAA 19 NOAA 18 24.13 26.34

30-07-2016 NOAA 19 NOAA 18 21.24 24.86

31-07-2016 NOAA 18 NOAA 18 18.42 24.82

02-08-2016 NOAA 18 NOAA 19 25.84 22.81

03-08-2016 NOAA 15 NOAA 18 14.7 24.25

07-08-2016 NOAA 19 NOAA 19 19.96 23.6

08-08-2016 NOAA 18 NOAA 18 22.74 19.78

09-08-2016 NOAA 19 NOAA 19 26.2 24.67

10-08-2016 NOAA 18 NOAA 19 26.78 25.99

Dari tabel 4.4 dapat diperoleh grafik yang menunjukkan perbedaan nilai SPL

pada saat satelit melalui orbit lintasan AM dan lintasan PM. Nilai SPL yang ditunjukkan

dari tanggal 23 Juli sampai dengan 10 Agustus 2016 sangat fluktuatif. Data tabel 4.4

dapat diubah ke dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.17 untuk mempermudah

pemahaman tentang tingkat fluktuasi data.

Grafik yang ditunjukkan pada gambar 4.17 menunjukkan perubahan SPL pada

satu titik sampel yaitu titik koordinat 8° 22' LS,116° 48' BT sejak tanggal 23 Juli sampai

dengan 10 Agustus 2016. SPL terendah terjadi pada siang hari yaitu pada tanggal 26

Juli dan 3 Agustus 2016 dengan nilai SPL sebesar ±15 °C, sedangkan SPL tertinggi

terjadi pada tanggal 24 Juli 2016 saat siang hari yaitu sebesar 28,67 °C. Rendahnya nilai

SPL pada tanggal 26 Juli dan 3 Agustus disebabkan karena pengaruh sinyal radiometrik

yang diterima oleh satelit merupakan sinyal radiometrik hasil pantulan dari awan.

Page 71: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

55

Gambar 4.17 Grafik perubahan SPL pagi dan sore pada koordinat 8°22' LS,116°48' BT.

Pada saat kondisi hujan lebat, SPL yang dihasilkan melalui program

menunjukkan nilai SPL 0 °C, hal ini terjadi karena intensitas radiometrik yang diterima

memiliki kandungan awan yang mengakibatkan warna pada citra memiliki nilai indeks

hue berada di luar batas kurva hubungan hue dan SPL yang terdapat pada gambar 4.13.

Untuk hasil perhitungan SPL pada titik koordinat lainnya terdapat pada lampiran 5.

4.5.3. Validasi Data

Untuk menunjukkan tingkat kebenaran hasil dan faktor koreksi dari sistem yang

digunakan, perlu dilakukan pengujian terhadap kebenaran data. Dalam hal ini, data yang

dijadikan sebagai sumber akhir untuk melakukan validasi adalah data hasil pengolahan

menggunakan lima buah kanal NOAA/AVHRR oleh IRIDL (International Research

Institute - Data Library). Dengan mengambil beberapa sampel titik koordinat yang

memiliki informasi SPL, kemudian membandingkan nilai SPL pada beberapa titik

lokasi, maka diperoleh perbandingan seperti pada tabel 4.5.

Page 72: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

56

Tabel 4.5 Perbandingan SPL Matlab dan SPL pengolahan IRIDL

Koordinat Suhu Permukaan Laut (°C)

Latitude Longitude Matlab IRIDL

Deg Min Deg Min 23 Juli 23 Jjuli

-10 53 114 7 26.15 28.18

-10 53 115 7 26.71 28.49

-10 53 116 7 27.14 28.42

-10 53 117 7 26.82 28.45

-10 53 118 7 25.86 27.91

-10 38 114 7 22.43 28.18

-10 38 115 7 26.24 28.35

-10 38 116 7 26.54 28.44

-10 38 117 7 26.51 28.6

-10 38 118 7 26.43 28

-10 23 114 7 25.07 28.18

-10 23 115 7 26.58 28.28

-10 23 116 7 26.65 28.39

-10 23 117 7 26.72 28.62

-10 23 118 7 25.93 28.08

-10 8 114 7 22.33 28.2

-10 8 115 7 26.63 28.27

-10 8 116 7 26.61 28.32

-10 8 117 7 26.70 28.53

-10 8 118 7 26.00 28.07

-9 53 114 7 24.57 28.32

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, selisih nilai rata-rata antara SPL hasil pengolahan

menggunakan aplikasi Matlab dengan SPL hasil pengolahan IRIDL sebesar 2,4°C.

Selisih nilai yang dihasilkan selalu bernilai positif, dikarenakan penggunaan jumlah

kanal pada SPL Matlab hanya menggunakan 2 buah kanal AVHRR, kemudian tidak

dilakukan faktor koreksi terhadap awan, sedangkan pada SPL pengolahan IRIDL

menghasilkan SPL yang lebih tinggi dikarenakan menggunakan 5 kanal AVHRR. Pada

saat penggunaan kanal yang lebih banyak, maka dapat diperoleh faktor koreksi untuk

mendapatkan nilai SPL yang lebih baik. Untuk data nilai SPL hasil program Matlab dan

IRIDL secara keseluruhan terdapat pada lampiran 5.

Page 73: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

57

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan antara lain

1. Sistem yang dibentuk dengan menggunakan perangkat penerima yang tersusun dari

antena crossed dipole, perangkat VHF amplifier, USB receiver RTL2832U R820T,

dan aplikasi SDRSharp yang terhubung menggunakan aplikasi kabel virtual (VB-

Cable) dengan aplikasi WxtoImg dapat menerima sinyal APT serta data yang

diperoleh dapat diolah menggunakan aplikasi Matlab.

2. Antena crossed dipole yang dibentuk memiliki spesifikasi frekuensi center 137,5

MHz dengan nilai return loss sebesar -21,48 dB.

3. Untuk menentukan SPL tiap titik pada citra dengan menggunakan nilai indeks hue

citra yang dimasukkan ke dalam variabel persamaan polinomial orde 3 pada

persamaan

menghasilkan SPL maksimum sebesar 29,32°C dengan tingkat kesalahan rata-rata

keseluruhan data sebesar 24,91%, dengan demikian sistem sudah dapat digunakan

namun masih memiliki tingkat kesalahan yang cukup besar.

5.2 Saran

1. Pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan koreksi ulang terhadap geometrik dan

melakukan koreksi terhadap awan sehingga diperoleh suhu yang sesuai dengan pada

kenyataannya.

2. Dengan besarnya persentase kesalahan data, maka perlu dilakukan perbaikan sistem

kembali pada penelitian selanjutnya.

3. Perlu menambahkan aplikasi tracking agar dapat melakukan tuning otomatis pada

aplikasi radio tuner yang yang digunakan.

Page 74: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

58

DAFTAR PUSTAKA

[1] Airspy, 2016, Quick Start Guide, tersedia di www.airspy.com/quickstart.

Diakses 21-01-2017.

[2] Alaydrus, Mudrik., 2011, Antena Prinsip dan Aplikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

[3] Campbel, J. B., and Wynne, H., 2011, Introduction to Remote Sensing Fifth

Edition, The Guilford Press, New York, London.

[4] Fortner, Brand., Meyer, T. E., 1997., Number by Color : A guide to using color

to understand technical data, ISBN 978-1-4612-1892-0, Springer-Verlag New

York Inc, USA, New York.

[5] Huang, Yi., and Boyle, K., 2008, Antennas From Theory to Practice, John

Wiley & Sons Ltd, United Kingdom.

[6] Markgraf, Steve., Stolnikof, Dimitri., and Hoernchen., 2014, rtl-sdr, tersedia di

sdr.osmocom.org/trac/wiki/rtl-sdr. Diakses 15-09-2015.

[7] Kusuma, Asep., 2008, Analisa Suhu Permukaan Laut Pada Sensor Satelit

NOAA/AVHRR dan EOS AQUA/TERRA MODIS, Skripsi Universitas Indonesia.

[8] NASA, 2012, NOAA-N Prime, tersedia di www.nasa.gov/pdf/298662main_

NOAA-N%20Prime%20Booklet%2012-16-08.pdf., Diakses 07-07-2015.

[9] NOAA, 2009, User's Guide for Building and Operating Environmental Satellite

Receiving Station, tersedia di http://noaasis.noaa.gov/NOAASIS/., Diakses 06-

09- 2015.

[10] NOAA, 2012, POES Operational Status, tersedia di http://www.ospo.noaa.gov,

Diakses 07-07-2015.

[11] Rafael Microelectronics. Inc., 2011, R820T High Performance Low Power

Advanced Digital TV Silicon Tuner Datasheet.

[12] Rajan, Poornima., Soman, K.P., and Sundaram, S.G.A., 2013, Weather Pattern

Monitoring Using SDR, International Journal of Advanced Electrical and

Electronics Engineering (IJAEEE), ISSN 2278-8948, Volume-2, Issue-2, 2013.

[13] Rizkinia, Mia., 2008, Perhitungan dan Penentuan Lokasi Perbedaan Suhu

Permukaan Laut Menggunakan Data NOAA/AVHRR-APT, Skripsi Universitas

Indonesia.

[14] Robel, J., and Graumann, A., 2014, NOAA KLM User Guide with NOAA-N, N

Prime, and MetOp Supplements., NOAA, Asheville, North Carolina.

Page 75: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

59

[15] Smith, Alvy Ray., 1978, Color Gamut Transform Pairs, Siggraph 78 Conference

Proceeding, Aug 1978, 12-19. Edited by : Beatty, John C., and Booth, Kellogg

S., 1982, Tutorial : Computer Graphics, IEEE Computer Society Press, Silver

Spring, MD, 2nd

edition, 1982, 376-383.

[16] Victor, 2012, Perancangan dan Realisasi Antena Double Cross Dipole untuk

Stasiun Bumi Sebagai Antena Penerima Sinyal Satelit NOAA, Skripsi

Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

[17] WxtoImg, 2015, Central North Publishing Ltd.

[18] Yudiaatmaja, Fridayana., (2013), Analisis Regresi Dengan Menggunakan

Aplikasi Komputer Statistik SPSS, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 76: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

60

LAMPIRAN 1

Script Program MATLAB

1. Program Decoding APT

clear all, close all, clc;

[FileName PathName] =

uigetfile('C:\Users\trilogy\Pictures\WXtoImg\audio\*.wav','Load

Audio File'); [x,Fs] = audioread([PathName '/' FileName]); sinyal=x(1:length(x),1); %%definisikan nilai x sebagai sinyal

%%# normalisasi sinyal ampitudo_maks = max([max(sinyal), abs(min(sinyal))]); %%cari

amplitudo maksimum sinyal=sinyal-mean(sinyal); sinyal_norm=sinyal./ampitudo_maks; % normalisasi sinyal masukan

%%# Demodulasi AM [B,A] = butter(9,1200/(Fs/2),'low'); %low pass filter mag_sinyal=abs(sinyal_norm); %searahkan sinyal AM out_filt=filter(B,A,mag_sinyal); %Lakukan proses filter pada

Envelope detection out=out_filt-mean(out_filt); %hilangkan komponen DC y=out/max(out); %Normalisasi sinyal

%%# Buat sinyal sinkronisasi t=[0:1/Fs:1/160]; %Panjang sinyal sync time pada

frekuensi sampling cA=(square((2*pi)*1040*t)); %buat sinyal pulsa sync f=1040

Hz hA=conv(transpose(cA),y(1:length(y)));%lakukan korelasi syncA=hA(length(cA):length(hA)); %Menghilangkan ekor konvolusi

%%# Variabel sumbu x untuk grafik t_sync=linspace(0,length(syncA)/Fs,length(syncA)); t_x=linspace(0,length(x)/Fs,length(x)); t_sn=linspace(0,length(sinyal_norm)/Fs,length(sinyal_norm)); t_y=linspace(0,length(y)/Fs,length(y)); figure(1); plot(t_x,x); title('Sinyal Audio APT'); xlabel('waktu (detik)'),ylabel('amplitude (dB)'); xlim([300 301]); hold on plot(t_sn,sinyal_norm) title('Sinyal Normalisasi Audio APT') xlabel('waktu (detik)'),ylabel('amplitude (dB)'); xlim([300 301]);

figure(3),plot(t_y,y) title('Sinyal Hasil Demodulasi') xlabel('waktu (detik)'),ylabel('amplitude (dB)'); xlim([300 301]); figure(4),plot(t_sync,syncA)

Page 77: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

61

title('Sinyal Hasil Sinkronisai') xlabel('amplitude (dB)'),ylabel('amplitude (dB)'); xlim([300 301]); %%#=========== Pemrosesan matriks dari file WAV ============= %%# Menentukan kemungkinan panjang baris dan kolom jml_baris=floor(length(syncA)*2/Fs); %%Menentukan kemungkinan baris

pada gambar jml_kolom=floor(.5*Fs); %%Menentukan panjang kolom setiap baris %%# Menentukan nilai korelasi terbesar untuk menentukan baris

sebagai awal for i=1:jml_baris; [H,I]=max(syncA((i-1)*jml_kolom+1:i*jml_kolom)); list(i)=I+jml_kolom*i; end %%# Mentukan jarak masing-masing baris pada bagian akhir syncA

dengan awal syncA berikutnya %dan empat baris syncA sebelumnya ke posisi yang aktif test(1:4)=[0, 0, 0, 0]; for i=5:(length(list)-1) test(i)=list(i)-list(i-4); end %%# Menentukan syncA yang terdeteksi pertama kali dengan jarak yang

tepat %start menentukan di mana sampel pertama dari baris pertama berada count=1; start=0; while(start==0) if test(count)>(2*Fs-5) if test(count)<(2*Fs+5) start=list(count); end end count=count+1; end badcount=0; %%mengacu ke sincA dengan jarak yang tidak tepat goodindex=count;%%daftar indeks titik untuk masing-masing baris for k=count:(length(list)-1) if test(k)>(2*Fs-5) && test(k)<(2*Fs+5) %%Memeriksa jiki indeks

benar-benar berjark 2 detik dengan indeks sebelumnya goodlist(k-count+1)=list(k);%%jika benar, tambahkan

nilai ke daftar badcount=0;%%Mereset nilai badcount goodindex=k;%%simpan goodindeks terakhir else %%Jika tidak nilai badcounts dijumlahkan dengan 1 badcount=badcount+1; %%Nilai indeks yg tidak bagus diinterpolasi dari nilai

terakhir yang dketahui goodlist(k-count+1)=list(goodindex)+floor((Fs/2)*badcount); end end %%# Menentukan panjang tiap baris berdasarkan Fs colums=ceil(Fs/2); %%# Menentukan jumlah baris dari data rows=floor((length(y)-start)/colums); if (rows/2-floor(rows/2))==0 rows=rows-3 end max_baris=rows-1; max_kolom=colums-1;

Page 78: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

62

%%# Membentuk matriks menggunakan interpolated index for i=1:max_baris; raw(i,1:5513)=y(goodlist(i):goodlist(i)+max_kolom); end %%# Resamples sinyal untuk memperoleh skala 1:1 for k=1:(length(goodlist)-3) M(k,1:4161)=resample(raw(k,1:colums),1200,1590); length_M=length(M); end Fs=4160; %%Sampling Frekuensi Citra scale=1; %%# Normalisasi data gambar ke skala antara 0 sampai 255 if length_M==length(M) minM=min(min(M)); maxM=max(max(M)); range=(maxM-minM); Map=M./range; minMap=min(min(Map)); Map=Map-minMap; Map=Map*255*.25^scale; figure(5); imagesc(Map); axis off; colormap(gray); end %%#...................... Flip Gambar APT .......................... %Flip image dilakukan saat satelit melakukan scanning dari arah yang %berlawanan, jika satelit datang dari selatan maka bagian atas citra

%adalah bagian selatan maka perlu dilakukan flipping dan normalisasi

%kembali %%*************************Flip Image************************ % M=flipud(M); % M=fliplr(M); % minM=min(min(M)); % maxM=max(max(M)); % range=(maxM-minM); % Map=M./range; % minMap=min(min(Map)); % Map=Map-minMap; % Map=Map*255*.25^bright; % figure(1) % imagesc(M); % axis image; % colormap(gray); %------------------------------------------------------------------

Page 79: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

63

2. Program Pencarian Koefisien Polinomial

% Cari Koefisien POLYNOM clear all, close all, clc; [ndata, text, alldata] = xlsread('D:\MATFILE TUGAS

AKHIR\AAA_CARI_KOEFISEIN_POLYk.xlsx',2); suhu=ndata(1:60,3); hue_rata=ndata(1:60,2); % ================ SPL dengan Polinomial =================== [k1,S1]=polyfit(hue_rata,suhu,1); %orde 1 [suhu_pdkt1,delta1] = polyval(k1,hue_rata,S1); [k2,S2]=polyfit(hue_rata,suhu,2); %orde 2 [suhu_pdkt2,delta2] = polyval(k2,hue_rata,S2); [k3,S3]=polyfit(hue_rata,suhu,3); %orde 3 [suhu_pdkt3,delta3] = polyval(k3,hue_rata,S3); [k4,S4]=polyfit(hue_rata,suhu,4); %orde 4 [suhu_pdkt4,delta4] = polyval(k4,hue_rata,S4); % ================= Koefisien Korelasi ===================== R1 = corr2(suhu,suhu_pdkt1); R2 = corr2(suhu,suhu_pdkt2); R3 = corr2(suhu,suhu_pdkt3); R4 = corr2(suhu,suhu_pdkt4); Rsq1 = 1 - sum((suhu - suhu_pdkt1).^2)/sum((suhu - mean(suhu)).^2); Rsq2 = 1 - sum((suhu - suhu_pdkt2).^2)/sum((suhu - mean(suhu)).^2); Rsq3 = 1 - sum((suhu - suhu_pdkt3).^2)/sum((suhu - mean(suhu)).^2); Rsq4 = 1 - sum((suhu - suhu_pdkt4).^2)/sum((suhu - mean(suhu)).^2); % =======MAPE/Mean Absolute Persentage Error DATA========== MAE1= abs(((suhu - suhu_pdkt1)./suhu)); MAE1=mean(MAE1); MAE2= abs(((suhu - suhu_pdkt2)./suhu)); MAE2=mean(MAE2); MAE3= abs(((suhu - suhu_pdkt3)./suhu)); MAE3=mean(MAE3); MAE4= abs(((suhu - suhu_pdkt4)./suhu)); MAE4=mean(MAE4); MAPE1=(MAE1*100); MAPE2=(MAE2*100); MAPE3=(MAE3*100); MAPE4=(MAE4*100); % % =================== Data Statistik ===================== data_perbandingan = [hue_rata suhu suhu_pdkt1 suhu_pdkt2 suhu_pdkt3

suhu_pdkt4]; data_stats = [R1 MAE1 MAPE1 ;R2 MAE2 MAPE2;R3 MAE3 MAPE3;R4 MAE4

MAPE4]; % % ============ Plot Grafik =================== %%=== Plot Polinom Orde 1 figure(1) subplot(2,2,1),plot(hue_rata,suhu,'+k','LineWidth',0.7); hold on grid on plot(hue_rata,suhu_pdkt1,'-b','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt1+4*delta1,'-.r','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt1-4*delta1,'-.r','LineWidth',1) xlabel('indeks hue'),ylabel('Suhu \circ C'); title('Perbandingan SPL WxtoImg dengan Persamaan Polynomial Orde

1',... 'FontSize',10) legend('SPL Pembanding (WxtoImg)','Polynomial Orde

1','Location','southwest');

Page 80: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

64

xlim([-0.02 max(hue_rata)+0.02]) %%=== Plot Polinom Orde 2 subplot(2,2,2),plot(hue_rata,suhu,'+k','LineWidth',0.7); hold on grid on plot(hue_rata,suhu_pdkt2,'-b','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt2+4*delta2,'-.r','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt2-4*delta2,'-.r','LineWidth',1) xlabel('indeks hue'),ylabel('Suhu \circ C'); title('Perbandingan SPL WxtoImg dengan Persamaan Polynomial Orde

2',... 'FontSize',10) legend('SPL Pembanding (WxtoImg)','Polynomial Orde

2','Location','southwest'); xlim([-0.02 max(hue_rata)+0.02]) %%=== Plot Polinom Orde 3 subplot(2,2,3),plot(hue_rata,suhu,'+k','LineWidth',0.7); hold on grid on plot(hue_rata,suhu_pdkt3,'-b','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt3+4*delta3,'-.r','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt3-4*delta3,'-.r','LineWidth',1) xlabel('indeks hue'),ylabel('Suhu \circ C'); title('Perbandingan SPL WxtoImg dengan Persamaan Polynomial Orde

3',... 'FontSize',10) legend('SPL Pembanding (WxtoImg)','Polynomial Orde

3','Location','southwest'); xlim([-0.02 max(hue_rata)+0.02]) %%=== Plot Polinom Orde 4 subplot(2,2,4),plot(hue_rata,suhu,'+k','LineWidth',0.7); hold on grid on plot(hue_rata,suhu_pdkt4,'-b','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt4+4*delta4,'-.r','LineWidth',1) plot(hue_rata,suhu_pdkt4-4*delta4,'-.r','LineWidth',1) xlabel('indeks hue'),ylabel('Suhu \circ C'); title('Perbandingan SPL WxtoImg dengan Persamaan Polynomial Orde

4',... 'FontSize',10) legend('SPL Pembanding (WxtoImg)','Polynomial Orde

4','Location','southwest'); xlim([-0.02 max(hue_rata)+0.02])

Page 81: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

65

3. Program Perhitungan SPL

clear all, clc, close all ; [FileName PathName] =

uigetfile('C:\Users\trilogy\Pictures\WXtoImg\Data_Penelitian\*.jpg'

,'Load Citra SPL'); rgb=imread([PathName FileName]); %#createfigure a=figure(1); imshow(rgb); Tanggal=[FileName(7:8) '-' FileName(5:6) '-' FileName(1:4)]; Waktu = [FileName(9:10) ':' FileName(11:12) ':' FileName(13:14)]; title(['SPL ' Tanggal sprintf('\n') Waktu ' Wita']) %#Text Latitude text(-80, 0, ['3\circ 00 ' char(39) ' S'], 'clipping', 'off'); text(-80, 111, ['5\circ 00 ' char(39) ' S'], 'clipping', 'off'); text(-80, 278, ['8\circ 00 ' char(39) ' S'], 'clipping', 'off'); text(-91, 446, ['11\circ 00 ' char(39) ' S'], 'clipping', 'off'); text(-91, 560, ['13\circ 00 ' char(39) ' S'], 'clipping', 'off'); %#Text Longitude text(78, 578, ['111\circ 00 ' char(39) ' E'], 'clipping', 'off'); text(260, 578, ['114\circ 30 ' char(39) ' E'], 'clipping', 'off'); text(450, 578, ['118\circ 00 ' char(39) ' E'], 'clipping', 'off'); hold on; %# plot garis latitude plot([0,613],[111,111],'Color','w','LineWidth',1) plot([0,613],[278,278],'Color','w','LineWidth',1) plot([0,613],[446,446],'Color','w','LineWidth',1) %# plot garis longitude plot([112,112],[0,560],'Color','w','LineWidth',1) plot([305,305],[0,560],'Color','w','LineWidth',1) plot([501,501],[0,560],'Color','w','LineWidth',1) %#Pemberian Label labels={'0 \circC','5 \circC','10 \circC','15 \circC','20

\circC',... '25 \circC','30 \circC'}; colorbar('Ticks',[1,12,23,33,44,53,62],... 'TickLabels',labels,'Location','eastoutside'); ax = gca; load('SPLCmaps','mycmap') colormap(ax,mycmap) %#simpan File OutNameFile=[FileName(1:14) 'SPL']; saveas(a,['D:\SPLData\Modified\',OutNameFile],'png');

%#Ubah ke citra HSV hsi = rgb2hsv(rgb); h = hsi(:,:,1); %#Mencari indeks hue pada koordinat tertentu hue

=[h(291,397);h(287,407);h(288,419);h(292,430);h(300,435);h(309,433)

;h(318,427);h(326,427);...

h(335,420);h(336,410);h(333,398);h(330,384);h(326,376);h(315,380);h

(312,389);h(302,389)];

for i=1:length(hue) if (hue(i,1)>0.6867) hue(i,1)=1;

Page 82: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

66

elseif (hue(i,1)<0.003); hue(i,1)=1; else hue(i,1)=hue(i,1); end end

%Perhitungan SPL menggunakan Persamaan Orde 4 p=[-135.4151 126.1837 -65.5054 29.3187];% cari nilai SPL suhu=polyval(p,hue); suhu=round(suhu,2); for j=1:length(suhu) if (suhu(j,1)>30) suhu(j,1)=0; elseif suhu(j,1)<3.7; suhu(j,1)=0; else suhu(j,1)=suhu(j,1); end end

Page 83: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

67

LAMPIRAN 2

SAMPEL SPL Dan INDEKS HUE

No Indeks Hue

Suhu Permukaan Laut (°C)

Pembanding

(WxtoImg)

Polinomial

Orde1

Polinomial

Orde 2

Polinomial

Orde 3

Polinomial

Orde 4

1 0.001691129 29.5 28.360912 27.678794 29.208302 29.566381

2 0.004306206 28 28.263891 27.601964 29.038969 29.360162

3 0.009102935 29 28.085929 27.460623 28.732782 28.989938

4 0.017065978 30 27.790494 27.224801 28.236884 28.397706

5 0.018084503 27.5 27.752706 27.194531 28.174555 28.323923

6 0.03145939 27 27.256488 26.794805 27.378627 27.394844

7 0.037774933 28.5 27.022177 26.604611 27.017016 26.980919

8 0.048083569 26.5 26.639719 26.29217 26.445673 26.33759

9 0.048151536 26 26.637197 26.290102 26.441982 26.333477

10 0.065938076 25.5 25.977303 25.745177 25.509224 25.312082

11 0.070052212 25 25.824666 25.618084 25.302594 25.090729

12 0.088554001 24.5 25.138236 25.041668 24.413428 24.158851

13 0.097637091 24 24.801246 24.755774 23.999832 23.736857

14 0.104457936 23.5 24.548188 24.539824 23.698665 23.43415

15 0.118938975 23 24.010931 24.077761 23.084785 22.828932

16 0.12099768 22.5 23.934551 24.011676 23.000221 22.746784

17 0.135571457 21.5 23.393853 23.541033 22.419846 22.190741

18 0.142153428 22 23.149657 23.326856 22.167782 21.953326

19 0.183777557 20 21.605371 21.949079 20.701537 20.61469

20 0.189992272 21 21.374801 21.739912 20.499363 20.434675

21 0.233799163 17.5 19.749533 20.24003 19.170475 19.262753

22 0.236030334 18.5 19.666755 20.162444 19.106576 19.206385

23 0.239258555 19 19.546985 20.049981 19.014653 19.125208

24 0.248476475 18 19.204994 19.727519 18.755408 18.895537

25 0.277810088 19.5 18.116695 18.688218 17.955892 18.176195

26 0.292341029 20.5 17.577586 18.165968 17.569608 17.819951

27 0.342052961 16 15.733237 16.342158 16.256575 16.550791

28 0.344734052 17 15.633766 16.242161 16.18486 16.47869

29 0.37622972 15 14.465254 15.054954 15.323278 15.591552

30 0.403223122 14.5 13.463779 14.019096 14.543733 14.761321

31 0.411875412 15.5 13.142772 13.683482 14.283025 14.479446

32 0.422252031 16.5 12.757792 13.278687 13.962191 14.130516

33 0.427255621 13.5 12.572155 13.082601 13.80405 13.957877

34 0.447647497 9.5 11.815601 12.277438 13.133939 13.2235

35 0.454747867 12.5 11.552172 11.994814 12.890094 12.955791

36 0.458707963 13 11.40525 11.836676 12.751547 12.803712

37 0.485199618 12 10.42239 10.769408 11.773722 11.734009

38 0.488813072 10.5 10.288328 10.622568 11.632968 11.580906

39 0.504182506 14 9.7181108 9.9946074 11.012702 10.910026

40 0.530384786 11 8.7459868 8.9113731 9.867997 9.6921177

Page 84: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

68

SAMPEL SPL Dan INDEKS HUE

No Indeks Hue

Suhu Permukaan Laut (°C)

Pembanding

(WxtoImg)

Polinomial

Orde1

Polinomial

Orde 2

Polinomial

Orde 3

Polinomial

Orde 4

41 0.531381168 10 8.7090203 8.8698663 9.8221408 9.6439523

42 0.534935179 3 8.5771639 8.721627 9.6571193 9.4710456

43 0.539222407 11.5 8.4181045 8.5424139 9.4549859 9.2601736

44 0.564793137 9 7.4694115 7.4646373 8.1762737 7.9507421

45 0.571843213 6 7.2078485 7.1648104 7.8005504 7.574334

46 0.583870509 8 6.7616269 6.650643 7.1350686 6.9171582

47 0.588481946 8.5 6.5905392 6.4526116 6.8714728 6.6602345

48 0.597264081 7.5 6.2647155 6.0741078 6.3561299 6.1634878

49 0.598745314 7 6.2097607 6.010091 6.2674546 6.0787525

50 0.600525705 2.5 6.1437068 5.9330773 6.16019 5.9765436

51 0.617132689 5 5.5275754 5.2111651 5.1230787 5.0046083

52 0.627558506 4.5 5.1407699 4.7546732 4.4371234 4.3778273

53 0.629674773 3.5 5.0622549 4.6617043 4.2944982 4.2490924

54 0.630006965 5.5 5.0499303 4.6471015 4.2720051 4.2288394

55 0.632106693 6.5 4.9720288 4.5547399 4.1291656 4.1005398

56 0.643826451 4 4.5372171 4.0373351 3.3105343 3.3756256

57 0.65311942 1 4.1924411 3.6247976 2.6350463 2.7905937

58 0.653977086 0.5 4.1606211 3.5866225 2.5715028 2.7361614

59 0.661354064 1.5 3.8869297 3.2575632 2.0164236 2.2650185

60 0.686045074 2 2.970875 2.1469824 0.0438761 0.6522289

Page 85: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

69

LAMPIRAN 3

Hasil Citra SPL 23 Juli – 10 Agustus 2016

No Tanggal SPL Pagi / Lintasan PM SPL Sore / Lintasan AM

1 23 Juli

2016

2 24 Juli

2016

3 26 Juli 2016

4 27 Juli

2016

Page 86: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

70

5 28 Juli

2016

6 29 Juli

2016

7 30 Juli

2016

8 31 Juli

2016

Page 87: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

71

9

02

Agustus 2016

10

03

Agustus

2016

11 07

Agustus

2016

12 08

Agustus

2016

Page 88: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

72

13 09

Agustus

2016

14 10

Agustus

2016

Page 89: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

73

LAMPIRAN 4

Data Harian SPL Menggunakan Citra Google Earth

Page 90: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

74

Lampiran 4 : Data Harian SPL Menggunakan Citra Google Earth

Page 91: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

75

Lampiran 4 : Data Harian SPL Menggunakan Citra Google Earth

Page 92: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

76

Lampiran 4 : Data Harian SPL Menggunakan Citra Google Earth

Page 93: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

77

LAMPIRAN 5

Lampiran 5: Data Harian SPL Pada Titik Tertentu

NO LONGITUDE LATITUDE

SUHU PERMUKAAN LAUT PAGI / LINTASAN PM

JULI AGUSTUS

23 24 26 27 28 29 30 31 2 3 7 8 9 10

05:45:18 05:21:00 06:03:46 03:12:06 05:21:15 02:49:09 02:37:50 06:46:50 06:23:16 06:10:54 02:47:19 06:54:59 02:24:51 06:31:15

1 116° 08' E 8° 13' S 24.96 21.52 25.33 11.77 24.80 26.51 26.12 25.22 25.87 16.27 22.92 0.00 25.27 25.26

2 116 ° 18' E 8° 08' S 21.81 20.00 21.74 4.34 22.15 23.31 25.97 20.32 20.23 25.92 15.82 5.43 26.15 26.72

3 116° 30' E 8° 08' S 19.57 26.15 0.00 17.63 19.78 0.00 7.03 0.00 0.00 21.86 15.82 0.00 24.13 17.32

4 116° 42' E 8° 13' S 19.95 20.22 21.72 4.92 23.15 24.13 23.31 28.02 0.00 12.55 15.27 4.92 22.27 23.15

5 116° 48' E 8° 22' S 25.86 24.20 15.11 24.13 25.23 26.34 24.86 24.82 22.81 24.25 23.60 19.78 24.67 25.99

6 116° 44' E 8° 32' S 22.94 23.10 24.50 23.31 25.30 15.43 26.29 25.39 22.51 24.26 25.14 0.00 25.12 26.61

7 116° 39' E 8° 41' S 26.16 24.22 5.81 0.00 25.10 23.39 25.42 25.56 22.58 24.33 24.64 0.00 25.65 26.07

8 116° 39' E 8° 51' S 26.50 25.26 16.76 4.24 25.23 18.13 25.91 23.45 22.68 23.11 20.20 0.00 25.77 26.16

9 116° 31' E 8° 59' S 26.26 24.79 26.17 5.79 24.53 17.48 26.05 15.13 22.38 23.32 22.32 0.00 25.53 25.96

10 116° 21' E 9° 01' S 26.42 24.85 25.66 4.86 23.95 25.66 25.60 12.85 23.58 19.31 22.72 0.00 25.23 25.48

11 116° 07' E 8° 58' S 26.30 25.18 25.38 7.00 25.06 25.36 26.06 20.48 24.91 19.32 18.96 0.00 25.32 25.34

12 115° 56' E 8° 54' S 25.92 18.49 24.49 8.38 24.91 23.47 21.39 25.36 23.55 20.87 18.63 0.00 24.51 25.48

13 115° 44' E 8° 49' S 25.76 21.15 24.92 18.09 24.59 25.53 17.04 25.87 23.37 14.81 17.40 0.00 25.43 25.82

14 115° 48' E 8° 39' S 25.50 23.27 0.00 7.81 24.84 25.10 25.76 25.38 22.18 17.80 23.38 0.00 25.39 25.46

15 115° 59' E 8° 35' S 24.26 22.95 12.46 5.26 24.77 28.54 25.27 25.27 24.97 14.84 12.00 0.00 23.42 24.64

16 115° 58' E 8° 23' S 26.03 24.87 17.80 13.45 24.56 25.82 25.83 25.68 24.04 11.27 18.40 24.13 24.53 26.48

Page 94: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

78

Lampiran 5: Data Harian SPL Pada Titik Tertentu

NO LONGITUDE LATITUDE

SUHU PERMUKAAN LAUT MALAM / LINTASAN AM

JULI AGUSTUS

23 24 26 27 28 29 30 31 2 3 7 8 9 10

18:18:06 17:53:19 18:43:38 18:18:22 17:53:34 18:08:50 17:57:27 17:46:10 14:43:45 18:54:28 15:27:36 17:53:53 15:04:36 14:53:15

1 116° 08' E 8° 13' S 25.94 27.41 17.37 26.37 22.55 26.77 23.07 25.42 25.94 23.77 10.60 16.92 19.10 27.60

2 116 ° 18' E 8° 08' S 25.97 27.28 21.93 26.23 24.27 26.61 23.67 25.82 26.39 23.06 8.36 20.82 25.49 27.55

3 116° 30' E 8° 08' S 24.97 29.72 20.61 26.13 25.61 26.42 25.86 25.94 25.86 17.16 15.82 22.49 26.35 27.19

4 116° 42' E 8° 13' S 25.13 29.09 24.51 25.39 21.35 26.10 26.20 22.63 26.04 14.51 11.65 27.05 25.74 27.05

5 116° 48' E 8° 22' S 24.46 28.67 15.47 25.11 20.52 24.13 21.24 18.42 25.84 14.70 19.96 22.74 26.20 26.78

6 116° 44' E 8° 32' S 19.62 27.23 16.08 25.27 20.71 24.72 24.31 23.61 25.63 16.38 24.49 22.33 26.45 0.00

7 116° 39' E 8° 41' S 22.48 26.55 16.30 24.51 22.78 21.69 16.90 25.17 25.83 18.92 5.43 23.10 28.43 0.00

8 116° 39' E 8° 51' S 26.10 25.94 23.94 21.65 19.45 17.14 19.11 25.14 25.51 20.48 23.20 20.12 26.32 26.30

9 116° 31' E 8° 59' S 26.26 25.91 25.68 23.63 25.91 13.32 23.12 25.69 25.25 20.63 23.60 22.74 0.00 26.43

10 116° 21' E 9° 01' S 25.76 26.92 24.70 17.63 25.58 18.75 23.92 25.43 25.45 18.83 22.78 22.94 29.54 24.23

11 116° 07' E 8° 58' S 25.11 27.07 23.49 16.38 25.69 24.20 24.84 25.26 25.35 16.92 23.82 22.88 26.60 24.84

12 115° 56' E 8° 54' S 26.20 26.77 24.59 23.49 24.93 25.62 17.47 24.56 25.17 17.60 0.00 20.55 26.69 25.68

13 115° 44' E 8° 49' S 26.81 26.58 24.98 24.80 24.51 25.51 21.07 24.19 24.28 23.32 0.00 18.40 27.04 26.16

14 115° 48' E 8° 39' S 26.15 25.69 15.55 25.42 22.08 25.38 17.76 25.30 25.29 23.38 0.00 22.93 26.92 26.11

15 115° 59' E 8° 35' S 25.19 23.08 10.56 25.29 21.73 25.56 21.01 25.23 18.00 22.96 0.00 19.44 26.48 14.01

16 115° 58' E 8° 23' S 25.83 26.26 7.62 24.38 24.17 25.19 23.15 24.98 25.39 23.90 0.00 19.23 24.23 26.43

Page 95: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

79

LAMPIRAN 6

Lampiran 6: Data Harian SPL Hasil Program dan SPL Hasil IRIDL

NOAA HASIL PROGRAM MATLAB

LATITUDE LONGITUDE JULI AGUSTUS

Deg Min Deg Min 23 24 26 27 28 29 30 31 2 3 7 8 9 10

-10 53 114 7 26.15 25.22 26.86 25.86 25.69 25.71 25.64 24.76 24.34 24.77 20.65 3.03 22.29 26.19

-10 53 115 7 26.71 25.06 26.44 25.70 23.16 25.65 25.94 25.39 25.56 22.61 22.41 12.07 25.97 26.36

-10 53 116 7 27.14 26.79 26.53 25.87 25.38 25.41 25.43 24.59 24.94 22.33 19.58 11.75 25.44 26.08

-10 53 117 7 26.82 28.05 27.62 27.24 27.04 25.97 25.81 24.29 23.20 23.89 17.43 11.43 26.02 25.64

-10 53 118 7 25.86 26.38 26.63 27.71 27.08 24.96 26.11 24.83 24.41 21.49 16.40 12.89 23.07 18.73

-10 38 114 7 22.43 25.14 26.45 25.85 20.67 25.88 25.84 24.51 24.29 25.24 25.13 7.60 23.07 24.97

-10 38 115 7 26.24 24.82 26.68 26.21 22.44 26.12 26.04 25.41 25.75 23.22 9.42 6.68 25.60 26.06

-10 38 116 7 26.54 27.23 27.45 27.05 22.56 25.52 26.04 25.11 25.41 23.45 21.38 13.49 25.69 25.96

-10 38 117 7 26.51 26.67 27.39 26.90 26.23 25.64 25.59 25.15 24.15 24.11 19.16 11.61 24.68 25.76

-10 38 118 7 26.43 27.33 26.27 25.95 26.40 24.69 24.91 24.84 23.27 21.80 15.33 12.86 25.15 18.78

-10 23 114 7 25.07 24.93 26.71 26.24 20.96 26.24 25.98 24.22 20.14 25.29 20.27 7.58 24.85 26.33

-10 23 115 7 26.58 25.32 26.66 26.10 24.55 25.66 25.86 24.13 25.59 21.45 9.43 11.17 25.77 26.19

-10 23 116 7 26.65 27.26 26.45 25.89 23.89 25.99 25.97 24.51 23.78 22.00 20.75 23.31 25.77 25.85

-10 23 117 7 26.72 25.71 26.42 25.70 26.10 23.88 24.22 25.20 24.18 24.22 12.44 11.16 21.29 25.64

-10 23 118 7 25.93 27.47 26.28 24.99 25.90 24.89 24.77 23.64 18.44 19.30 5.63 12.83 25.68 19.70

-10 8 114 7 22.33 23.76 26.60 26.53 23.15 25.98 25.56 24.91 19.97 24.96 12.02 9.74 23.89 26.05

-10 8 115 7 26.63 25.64 26.62 25.61 25.08 26.25 25.66 24.76 25.72 22.51 9.62 18.95 25.43 25.86

-10 8 116 7 26.61 27.35 26.82 24.18 25.40 25.51 24.95 24.06 24.74 20.07 21.02 12.52 25.79 25.69

-10 8 117 7 26.70 27.48 25.93 21.59 25.55 24.68 25.34 24.56 25.10 20.23 10.02 9.85 25.67 25.65

-10 8 118 7 26.00 27.59 25.23 18.92 24.99 25.30 24.02 25.08 20.96 19.90 0.00 13.02 26.15 23.40

-9 53 114 7 24.57 23.80 26.66 25.31 23.81 25.87 25.80 24.02 22.12 23.98 17.02 14.04 23.68 25.93

Page 96: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

80

-9 53 115 7 26.39 25.73 26.54 24.12 23.93 25.93 25.39 23.85 25.55 21.28 12.18 17.15 25.48 25.43

-9 53 116 7 26.53 27.38 26.19 21.34 25.98 25.67 25.51 25.25 25.31 16.23 14.82 12.33 25.86 24.84

-9 53 117 7 26.50 26.80 26.21 12.07 26.23 25.11 24.97 24.30 23.86 22.82 18.57 12.06 26.11 25.15

-9 53 118 7 25.56 26.98 24.79 20.43 23.78 22.58 24.22 25.36 23.52 21.16 2.25 12.71 25.81 24.14

-9 38 114 7 25.85 25.32 26.51 25.70 24.72 25.77 25.10 23.93 20.99 23.17 24.18 19.01 23.93 25.94

-9 38 115 7 26.39 25.74 26.24 24.71 26.04 25.47 25.15 23.33 25.66 17.77 9.91 13.73 25.44 25.85

-9 38 116 7 26.59 26.68 26.55 18.48 26.20 25.64 25.32 25.11 24.97 17.99 19.72 12.33 25.86 25.22

-9 38 117 7 26.27 25.25 26.08 4.43 25.96 20.91 24.95 24.18 23.98 17.26 19.02 11.83 25.86 25.36

-9 38 118 7 26.35 24.31 24.26 18.98 24.58 24.43 23.95 25.55 24.38 19.33 6.20 10.47 25.98 18.88

-9 23 114 7 26.30 25.56 26.42 24.89 24.96 25.93 25.25 23.62 24.95 22.90 11.24 19.88 23.92 26.24

-9 23 115 7 26.27 25.67 26.39 19.73 23.93 25.36 25.36 24.37 24.85 19.54 12.10 10.23 20.23 25.93

-9 23 116 7 26.56 26.29 25.68 16.68 25.30 25.30 24.66 24.62 25.52 18.89 24.07 12.33 26.03 25.22

-9 23 117 7 26.36 23.15 25.89 13.49 22.10 19.12 21.81 23.56 21.69 17.82 22.64 12.52 26.14 25.50

-9 23 118 7 26.12 26.32 19.40 24.51 26.05 24.58 24.80 25.47 23.21 18.23 8.80 2.50 26.30 17.72

-9 8 114 7 26.52 25.35 25.57 23.91 21.24 25.69 25.15 19.93 23.70 23.03 12.10 20.50 22.33 26.14

-9 8 115 7 26.54 25.56 25.81 17.32 24.68 25.77 24.59 25.42 25.23 22.22 18.28 11.87 22.53 25.81

-9 8 116 7 26.38 26.25 25.48 11.92 24.80 22.90 23.59 21.75 25.35 19.11 24.10 12.60 25.89 25.46

-9 8 117 7 24.37 24.57 22.76 15.55 23.40 23.69 12.71 24.36 22.68 13.58 18.62 9.20 26.03 24.24

-9 8 118 7 26.43 26.98 24.77 17.16 25.99 24.11 20.27 25.31 24.55 19.55 16.61 4.03 26.31 17.48

-7 53 115 7 24.08 25.45 21.07 19.88 20.62 23.37 22.08 25.53 21.09 16.24 17.95 20.86 26.54 25.29

-7 53 116 7 25.55 22.91 23.34 22.81 26.08 26.45 24.60 25.49 26.07 11.57 7.75 15.55 25.77 26.82

-7 53 117 7 26.70 26.26 15.09 22.08 26.17 27.11 25.04 26.27 25.63 13.99 21.67 18.05 25.99 26.27

-7 53 118 7 25.73 27.61 14.47 20.79 26.19 20.34 20.67 26.54 7.55 8.23 15.83 6.44 25.79 21.03

-7 38 114 7 21.56 13.87 5.26 13.55 13.57 13.27 13.23 8.95 13.71 12.80 4.18 12.31 13.96 14.34

-7 38 115 7 23.52 25.81 15.68 20.32 25.11 26.42 26.37 25.49 25.42 15.37 22.41 22.57 25.11 26.88

-7 38 116 7 19.10 25.75 13.10 24.03 25.43 26.91 23.85 25.88 25.96 11.28 13.34 8.74 26.19 26.66

-7 38 117 7 26.20 10.69 19.14 23.50 26.52 26.86 26.12 26.29 25.43 15.41 22.74 11.34 25.80 26.24

Page 97: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

81

-7 38 118 7 26.33 12.56 10.88 24.82 26.31 27.34 26.62 26.21 12.24 10.02 14.98 7.69 26.13 13.87

-7 23 114 7 25.31 25.92 22.88 21.54 23.67 25.59 24.39 25.65 21.49 20.58 19.12 24.26 22.25 27.06

-7 23 115 7 25.19 25.30 18.42 22.14 20.88 26.41 26.22 25.15 26.10 12.17 23.07 24.12 22.68 27.44

-7 23 116 7 15.85 25.89 14.97 23.39 20.61 26.11 24.38 25.00 25.73 11.26 14.08 8.19 26.14 26.41

-7 23 117 7 25.40 26.49 14.15 23.64 26.94 26.53 25.31 26.21 21.70 18.77 20.36 15.72 25.59 26.23

-7 23 118 7 26.02 26.12 11.82 24.34 26.44 27.05 26.45 26.27 9.84 10.29 14.40 5.97 26.02 16.69

-7 8 114 7 25.14 25.58 21.15 24.21 21.55 26.45 25.49 23.06 24.59 20.77 24.63 24.58 25.37 28.08

-7 8 115 7 16.30 25.31 19.41 25.12 24.12 26.59 26.08 25.80 25.98 24.94 25.56 24.82 25.42 27.37

-7 8 116 7 13.23 25.65 21.16 23.18 24.37 26.73 20.84 24.54 25.58 11.31 24.67 11.04 26.06 26.00

-7 8 117 7 26.06 12.11 19.59 22.64 27.12 22.97 25.94 26.23 18.27 13.75 16.54 8.27 25.61 24.68

-7 8 118 7 25.95 27.05 16.88 25.27 25.94 26.61 26.20 26.15 15.01 10.91 15.45 11.66 25.88 26.68

-6 53 114 7 23.58 24.08 14.37 24.88 23.74 26.29 24.64 25.88 25.74 12.20 18.96 23.70 21.08 27.00

-6 53 115 7 21.80 25.32 22.33 23.55 21.90 26.15 24.52 26.15 23.45 11.58 21.82 21.11 25.26 25.99

-6 53 116 7 15.67 24.75 20.11 20.18 25.82 26.60 21.54 23.01 25.77 13.88 25.23 11.95 26.30 26.16

-6 53 117 7 25.08 27.00 20.71 23.91 27.22 26.24 25.52 24.51 18.84 10.77 16.71 12.68 25.85 10.31

-6 53 118 7 25.81 26.83 16.92 23.13 24.64 26.55 26.15 25.90 9.44 17.86 16.67 7.61 25.81 12.27

-6 38 114 7 23.32 21.97 15.21 22.45 23.28 26.22 25.26 25.86 24.23 12.81 25.21 24.96 16.60 24.92

-6 38 115 7 21.37 25.20 15.02 23.66 24.52 26.35 20.08 25.64 25.36 15.74 19.67 25.46 25.97 24.60

-6 38 116 7 13.32 25.35 21.08 23.28 26.43 26.77 25.44 21.64 25.80 11.48 23.74 14.98 26.02 26.41

-6 38 117 7 25.64 25.91 20.20 24.02 26.53 26.72 26.44 23.33 12.68 21.61 18.92 5.43 24.28 18.87

-6 38 118 7 25.21 27.08 20.23 13.24 26.75 26.35 26.47 25.68 11.45 10.88 7.35 10.55 25.04 4.65

-6 23 114 7 21.99 19.88 10.32 24.73 23.53 26.18 25.73 24.86 23.47 18.33 24.05 23.65 19.66 26.66

-6 23 115 7 16.80 24.85 11.57 23.99 24.39 26.33 16.37 23.05 25.61 19.17 25.14 24.32 25.17 26.68

-6 23 116 7 25.40 24.44 16.77 25.05 25.98 26.61 17.29 24.49 20.90 14.03 18.05 12.77 25.81 26.29

-6 23 117 7 26.06 23.90 21.08 20.93 26.23 26.55 26.46 16.29 12.73 10.72 13.16 16.99 25.92 15.39

-6 23 118 7 25.93 27.15 16.56 20.54 26.56 26.61 26.37 25.43 6.21 19.33 2.27 14.39 19.29 2.63

-6 8 114 7 14.80 23.83 15.42 25.00 23.30 26.02 25.67 24.85 24.55 25.27 24.19 15.58 21.70 20.97

Page 98: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

82

-6 8 115 7 13.24 19.45 12.58 24.81 24.69 25.99 18.93 20.91 20.23 15.75 25.40 24.25 24.48 26.10

-6 8 116 7 13.20 22.22 11.61 25.37 26.05 26.36 17.35 19.48 20.76 9.11 24.16 15.06 26.18 26.44

-6 8 117 7 26.19 25.52 21.33 20.50 26.13 26.59 26.43 12.63 15.25 14.73 14.37 10.15 26.33 20.72

-6 8 118 7 25.96 26.81 16.85 25.36 26.35 26.89 24.60 23.74 11.42 7.05 7.80 12.55 25.90 12.89

Page 99: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

83

Lampiran 6: Data Harian SPL Hasil Program dan SPL Hasil IRIDL

DATA SPL HASIL IRIDL

LATITUDE LONGITUDE NOAA NCDC OISST version2 AVHRR sst

JULY AUGS

Deg Min Deg Min 23 24 26 27 28 29 30 31 2 3 7 8 9 10

-10 53 114 7 28.18 27.85 27.54 27.7 27.81 27.64 27.44 27.43 27.49 27.76 27.78 28.27 28.43 28.55

-10 53 115 7 28.49 27.97 27.52 27.63 27.81 27.71 27.52 27.51 27.9 27.97 28.18 28.27 28.23 28.3

-10 53 116 7 28.42 27.86 27.61 27.77 28.01 27.98 27.74 27.64 27.77 27.71 27.66 27.48 27.52 27.74

-10 53 117 7 28.45 28.15 27.78 27.74 27.79 27.72 27.49 27.35 27.54 27.65 27.64 27.48 27.41 27.53

-10 53 118 7 27.91 27.46 27.27 27.42 27.48 27.41 27.33 27.3 27.62 27.8 27.52 27.49 27.53 27.51

-10 38 114 7 28.18 27.8 27.44 27.57 27.69 27.59 27.43 27.47 27.6 27.85 27.85 28.24 28.44 28.58

-10 38 115 7 28.35 27.84 27.39 27.58 27.82 27.73 27.55 27.58 28.08 28.08 28.33 28.27 28.2 28.27

-10 38 116 7 28.44 27.94 27.72 27.87 28.04 27.93 27.63 27.55 27.7 27.68 27.78 27.59 27.58 27.76

-10 38 117 7 28.6 28.29 27.91 27.83 27.73 27.63 27.37 27.24 27.49 27.63 27.55 27.5 27.43 27.45

-10 38 118 7 28 27.53 27.25 27.38 27.38 27.31 27.29 27.29 27.74 27.89 27.54 27.5 27.64 27.58

-10 23 114 7 28.18 27.77 27.35 27.45 27.61 27.55 27.41 27.44 27.64 27.85 27.88 28.21 28.38 28.56

-10 23 115 7 28.28 27.77 27.29 27.52 27.83 27.78 27.62 27.67 28.19 28.17 28.34 28.17 28.06 28.16

-10 23 116 7 28.39 27.91 27.66 27.81 27.95 27.82 27.5 27.51 27.56 27.6 27.85 27.69 27.66 27.77

-10 23 117 7 28.62 28.26 27.87 27.77 27.67 27.58 27.37 27.26 27.45 27.6 27.51 27.52 27.44 27.36

-10 23 118 7 28.08 27.61 27.29 27.43 27.38 27.31 27.3 27.28 27.82 27.92 27.61 27.59 27.8 27.66

-10 8 114 7 28.2 27.82 27.36 27.42 27.56 27.5 27.33 27.3 27.56 27.76 28.04 28.14 28.34 28.58

-10 8 115 7 28.27 27.75 27.32 27.6 27.94 27.89 27.77 27.82 28.29 28.21 28.22 27.98 27.9 28.03

-10 8 116 7 28.32 27.83 27.48 27.64 27.83 27.8 27.53 27.59 27.55 27.63 27.94 27.87 27.8 27.83

-10 8 117 7 28.53 28.14 27.75 27.72 27.7 27.66 27.51 27.41 27.55 27.65 27.63 27.63 27.53 27.41

-10 8 118 7 28.07 27.67 27.38 27.54 27.52 27.42 27.37 27.27 27.78 27.88 27.65 27.68 27.92 27.74

-9 53 114 7 28.32 27.97 27.46 27.53 27.61 27.49 27.29 27.26 27.51 27.71 28.25 28.25 28.42 28.68

Page 100: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

84

-9 53 115 7 28.3 27.87 27.55 27.81 28.15 28.13 27.98 28.03 28.31 28.19 28.2 27.95 27.9 28.02

-9 53 116 7 28.22 27.77 27.29 27.53 27.69 27.78 27.56 27.64 27.57 27.61 28 28.02 27.96 27.97

-9 53 117 7 28.51 28.09 27.68 27.75 27.75 27.75 27.6 27.49 27.65 27.74 27.76 27.79 27.69 27.55

-9 53 118 7 28.01 27.66 27.42 27.65 27.64 27.57 27.5 27.29 27.8 27.94 27.71 27.79 28 27.8

-9 38 114 7 28.54 28.19 27.73 27.79 27.76 27.62 27.41 27.43 27.67 27.81 28.5 28.42 28.61 28.88

-9 38 115 7 28.27 27.94 27.69 28.02 28.34 28.36 28.14 28.11 28.24 28.05 28.15 27.99 27.96 28.03

-9 38 116 7 28.09 27.72 27.1 27.27 27.4 27.64 27.49 27.54 27.54 27.53 27.96 28.05 28.05 28.05

-9 38 117 7 28.51 28.07 27.7 27.84 27.81 27.69 27.47 27.39 27.65 27.73 27.83 27.88 27.82 27.69

-9 38 118 7 28.01 27.69 27.43 27.76 27.73 27.63 27.6 27.36 27.89 28.04 27.71 27.85 28.05 27.86

-9 23 114 7 28.82 28.55 28.08 28.1 28 27.78 27.61 27.68 27.94 28 28.72 28.6 28.78 29.03

-9 23 115 7 28.28 28.04 27.75 28.09 28.35 28.36 28.1 28.02 28.12 27.87 28.03 27.87 27.88 27.93

-9 23 116 7 27.98 27.66 26.93 27.11 27.16 27.42 27.23 27.26 27.32 27.34 27.89 28 28.05 28.06

-9 23 117 7 28.54 28.25 27.78 27.93 27.8 27.61 27.24 27.18 27.6 27.65 27.87 27.95 27.93 27.8

-9 23 118 7 28.25 27.88 27.54 27.9 27.81 27.64 27.54 27.38 27.98 28.19 27.61 27.79 28 27.85

-9 8 114 7 29.07 28.9 28.34 28.38 28.18 27.91 27.77 27.88 28.14 28.09 28.72 28.68 28.89 29.11

-9 8 115 7 28.36 28.22 27.68 28.07 28.27 28.21 27.89 27.75 27.98 27.73 27.93 27.79 27.86 27.83

-9 8 116 7 28.02 27.79 26.81 27.08 27.14 27.26 27.01 27.13 27.32 27.32 27.94 28.02 28.13 28.1

-9 8 117 7 28.57 28.37 27.82 27.92 27.71 27.47 27.02 27.07 27.54 27.64 27.91 28.01 28.05 27.93

-9 8 118 7 28.65 28.22 27.75 27.98 27.84 27.67 27.48 27.35 28 28.21 27.48 27.65 27.87 27.76

-7 53 115 7 29.12 29.09 28.44 28.59 28.65 28.67 28.55 28.58 28.81 29.05 28.55 28.66 28.97 28.96

-7 53 116 7 28.81 28.67 28.16 28.3 28.27 28.31 28.27 28.4 28.7 28.97 28.56 28.57 28.72 28.78

-7 53 117 7 29.06 28.91 28.36 28.23 28.26 28.31 28.23 28.38 28.7 28.92 28.56 28.62 28.74 28.83

-7 53 118 7 29.01 28.93 28.67 28.62 28.6 28.47 28.46 28.55 28.77 28.81 28.67 28.8 28.83 28.72

-7 38 114 7 29.41 29.26 28.61 28.76 28.75 28.64 28.65 28.64 29.4 29.08 28.76 28.9 29.19 29.14

-7 38 115 7 29.07 28.97 28.43 28.48 28.53 28.47 28.32 28.41 28.7 28.88 28.47 28.53 28.84 28.82

-7 38 116 7 28.71 28.58 28.25 28.33 28.29 28.3 28.21 28.35 28.61 28.81 28.52 28.6 28.65 28.7

-7 38 117 7 28.88 28.74 28.28 28.19 28.24 28.29 28.21 28.37 28.63 28.67 28.43 28.5 28.57 28.62

Page 101: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

85

-7 38 118 7 28.79 28.79 28.53 28.4 28.39 28.27 28.24 28.38 28.62 28.52 28.56 28.64 28.6 28.52

-7 23 114 7 29.29 29.13 28.52 28.65 28.62 28.44 28.48 28.53 29.32 28.99 28.82 28.83 29.15 29.08

-7 23 115 7 28.99 28.85 28.39 28.42 28.42 28.29 28.17 28.33 28.56 28.69 28.39 28.36 28.68 28.66

-7 23 116 7 28.71 28.57 28.27 28.35 28.34 28.33 28.17 28.33 28.53 28.67 28.48 28.65 28.62 28.66

-7 23 117 7 28.76 28.64 28.3 28.27 28.27 28.26 28.16 28.31 28.48 28.4 28.37 28.42 28.43 28.39

-7 23 118 7 28.6 28.6 28.37 28.18 28.14 28.05 28 28.13 28.36 28.13 28.39 28.38 28.3 28.23

-7 8 114 7 29.15 29.05 28.53 28.6 28.54 28.27 28.32 28.37 29.16 28.86 28.83 28.75 29.07 28.98

-7 8 115 7 28.88 28.71 28.33 28.38 28.35 28.14 28.03 28.25 28.41 28.48 28.32 28.25 28.57 28.57

-7 8 116 7 28.81 28.66 28.3 28.39 28.38 28.31 28.13 28.3 28.46 28.48 28.46 28.67 28.59 28.6

-7 8 117 7 28.71 28.6 28.41 28.39 28.33 28.25 28.15 28.26 28.36 28.15 28.36 28.39 28.33 28.21

-7 8 118 7 28.46 28.44 28.24 28.02 27.95 27.91 27.87 27.98 28.13 27.79 28.15 28.11 28.04 27.95

-6 53 114 7 28.94 28.89 28.45 28.49 28.42 28.11 28.13 28.18 28.83 28.58 28.69 28.53 28.87 28.78

-6 53 115 7 28.7 28.6 28.26 28.33 28.28 28.04 27.94 28.18 28.33 28.33 28.34 28.21 28.55 28.54

-6 53 116 7 28.89 28.73 28.34 28.46 28.4 28.28 28.13 28.28 28.36 28.33 28.47 28.66 28.57 28.55

-6 53 117 7 28.75 28.65 28.52 28.51 28.41 28.29 28.25 28.28 28.32 27.99 28.39 28.4 28.3 28.17

-6 53 118 7 28.48 28.42 28.15 27.98 27.87 27.88 27.87 27.94 27.97 27.57 27.91 27.87 27.83 27.71

-6 38 114 7 28.78 28.77 28.4 28.39 28.31 27.97 27.93 27.98 28.5 28.23 28.51 28.35 28.65 28.55

-6 38 115 7 28.59 28.48 28.13 28.25 28.18 27.95 27.83 28.08 28.21 28.21 28.38 28.22 28.55 28.55

-6 38 116 7 28.93 28.72 28.37 28.48 28.37 28.22 28.08 28.21 28.29 28.23 28.55 28.67 28.6 28.55

-6 38 117 7 28.9 28.8 28.61 28.6 28.45 28.34 28.37 28.31 28.33 27.85 28.54 28.55 28.43 28.3

-6 38 118 7 28.68 28.56 28.27 28.08 27.96 27.94 27.94 27.99 28.02 27.52 27.72 27.81 27.76 27.59

-6 23 114 7 28.77 28.82 28.43 28.35 28.24 27.86 27.76 27.82 28.21 27.97 28.34 28.24 28.47 28.38

-6 23 115 7 28.52 28.42 28.06 28.17 28.05 27.82 27.62 27.91 28.05 28.12 28.42 28.25 28.57 28.54

-6 23 116 7 28.91 28.8 28.41 28.51 28.32 28.17 28.01 28.15 28.22 28.22 28.61 28.69 28.66 28.58

-6 23 117 7 28.99 28.87 28.58 28.59 28.42 28.34 28.44 28.34 28.41 27.94 28.76 28.77 28.66 28.52

-6 23 118 7 28.9 28.77 28.45 28.27 28.11 28.03 27.93 28.03 28.15 27.6 27.8 27.86 27.81 27.59

-6 8 114 7 28.88 28.97 28.57 28.41 28.25 27.87 27.7 27.75 28.11 27.92 28.27 28.15 28.37 28.29

Page 102: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

86

-6 8 115 7 28.53 28.43 28.05 28.09 27.91 27.71 27.44 27.76 27.92 28.11 28.44 28.32 28.55 28.49

-6 8 116 7 28.83 28.72 28.32 28.47 28.25 28.1 27.97 28.11 28.18 28.28 28.68 28.74 28.76 28.64

-6 8 117 7 29 28.86 28.51 28.58 28.38 28.35 28.47 28.39 28.51 28.14 28.92 28.94 28.85 28.67

-6 8 118 7 29.07 28.95 28.64 28.47 28.33 28.17 27.88 28.06 28.28 27.65 28.09 28.16 27.98 27.72

Page 103: IMPLEMENTASI SISTEM PENERIMA DAN PENGOLAH SINYAL …eprints.unram.ac.id/7064/1/RESTU NOPIANDI I_F1B 011072.pdf · atas saran dan kritiknya mengenai metode penelitian dan tata cara

87

LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI PENELITIAN

Antena Crossed Dipole

Perangkat outdoor Ground Station

Perangkat indoor Ground Station Penerimaan APT