implementasi program rintisan sekolah bertaraf internasional (sbi)
IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH …... · SMA Negeri 1 Karanganyar sebesar 96 telah melebihi...
Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH …... · SMA Negeri 1 Karanganyar sebesar 96 telah melebihi...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
SKRIPSI
Oleh:
RUTIANA ZUHRO
K7408147
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
Oleh:
RUTIANA ZUHRO
K7408147
Skripsi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Rutiana Zuhro. (K7408147). IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA NEGERI 1
KARANGANYAR. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar, hambatan-
hambatan penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) dan upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Karanganyar dalam menghadapi
hambatan pelaksanaan program Rintisan sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan strategi studi kasus tunggal terpancang. Teknik pengumpulan data
berupa wawancara, observasi, dan analisis dokumen atau arsip. Pengambilan
sample dengan purposive snowball sampling betujuan memperoleh infromasi
secara mendalam dan dapat dipercaya dari informan yang telah ditentukan
sebelumnya. Keabsahan data diperorel melalui triangulasi sumber dan triangulasi
metode dengan menggunakan analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan program RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar sebagai suatu sistem pendidikan memiliki standar layanan
pendidikan yang mengacu pada tiga aspek, yaitu: (1) Input, terdiri atas (a)
Kurikulum, tinjauan kurikulum yang digunakan pada program RSBI SMA Negeri
1 Karanganyar belum dapat mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum
internasional melainkan menggunakan KTSP Plus yaitu dengan mengadopsi dan/
atau mengadaptasi materi-materi SNMPTN serta terdapat penambahan
penguasaan IT dan bilingual. (b) Tenaga pendidik dan kependidikan, umumnya
kualifikasi pendidikan baik tenaga pendidik maupun kependidikan SMA Negeri 1
Karanganyar telah memenuhi standar, yaitu lebih dari 30% tenaga pendidik
berpendidikan S-2 meskipun sebagian besar diantaranya tidak dapat linear dengan
latar belakang pendidikan S-1 sedangkan tenaga kependidikan sebagian besar
tamatan SMA namun terdapat beberapa yang berpendidikan S-1. Akan tetapi,
kompetensi yang dimiliki para tenaga pendidik dan kependidikan dalam
berbahasa Inggris masih rendah. (c) Sarana prasarana, ketersediaan sarana
prasarana SMA Negeri 1 Karanganyar belum dapat menunjang proses
pembelajaran program RSBI namun hanya sarana prasarana pembelajaran di
dalam kelas yang telah terpenuhi secara baik. (d) Pembiayaan, sumber pendanaan
program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar berasal dari pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pengalokasian dana dari
pemerintah dipergunakan untuk pemenuhan sarana prasana dan pengembangan
SDM sedangkan biaya operasional sekolah serta pembangunan gedung dipenuhi
melalui iuran rutin orang tua siswa. (e) Kesiswaan, untuk menjaga kualitas intake
RSBI terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon siswa,
antara lain: minimal rata-rata nilai rapor dan Ujian Akhir Negara (UN) SMP
minimal 75, mengikuti tes potensi akademik, psycho test, tes keterampilan TIK,
dan wawancara bahasa Inggris. (2) Proses, meliputi (a) Proses pembelajaran,
keberlangsungan proses pembelajaran RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar telah
berbasis IT, menggunakan bilingual meskipun pelaksanaannya belum optimal,
ABSTRAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
serta terdapat penerapan model-model pembelajaran dengan sumber belajar yang
bervariasi. (b) Penilaian, pelaksanaan penilaian hasil belajar SMA Negeri 1
Karanganyar sesuai dengan standar penilaian yang mengarah pada tiga aspek,
yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Selain itu, terdapat
pengembangan penilaian hasil belajar yang berbasis IT sedangkan penilaian
(evaluasi) program dilakukan oleh pihak-pihak terkait setiap tahunnya. (c)
Pengelolaan, SMA Negeri 1 Karanganyar melakukan pengelolaan sekolah dengan
menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang dibuktikan dengan perolehan
sertifikat ISO versi 9001: 2008 dari NQA UKAS dan sebagai usaha peningkatan
mutu sekolah melakukan kerja sama dengan sekolah/ lembaga/ institusi berataraf
internasional. (3) Output, terdiri atas (a) Akreditasi, perolehan angka akreditasi
SMA Negeri 1 Karanganyar sebesar 96 telah melebihi standar minimal akreditasi
RSBI yaitu 95. (b) Kompetensi lulusan, satuan pendidikan SMA Negeri 1
Karanganyar memiliki angka kelulusan setiap tahun mencapai 100% dan lulusan
yang diterima Perguruaan Tinggi Negeri (PTN) maupun kedinasan untuk tiga
tahun terakhir secara berturut-turut ditahun 2009 sebesar 63%, tahun 2010 sebsar
92%, dan tahun 2011 sebesar 70%. Selain itu, standar kelulusan SMA Negeri 1
Karanganyar telah melebihi SNP (Standar Nasional Pendidikan) terbukti KKM
untuk setiap mata pelajaran adalah 75. Penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar tidak selamanya berjalan dengan lancar. Hal ini terbukti dengan
adanya hambatan-hambatan yang dirasakan SMA Negeri 1 Karanganyar seperti
belum dapat mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum internasional,
mayoritas kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan dalam berbahasa Inggris
masih tergolong rendah, minimnya optimalisasi para tenaga pendidik dalam
menggunakan sarana prasarana pembelajaran yang telah tersedia, minimnya
pengertian masyarakat (stakeholders) terhadap fase pengembangan RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar, dan belum terpenuhinya sarana prasarana secara
keseluruhan. Upaya SMA Negeri 1 Karanganyar untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan RSBI dengan cara meningkatkan
hubungan kerja sama dengan sekolah bertaraf internasional dalam kegiatan adopsi
dan/ atau adaptasi kurikulum internasional, meningkatkan kompetensi pendidik
dan tenaga kependidikan melalui pemberian pelatihan-pelatihan yang berupa
pelatihan bahasa Inggris dalam rangka peningkatan kemampuan berbahasa Inggris
agar pembelajaran yang berbilingual dapat terlaksana kemudian untuk
meningkatkan kemampuan mengoperasikan IT sekolah memberikan pelatihan IT.
SMA Negeri 1 Karanganyar menyelenggarakan In House Training kepada para
pendidik dalam hal pengembangan silabus dan pendampingan bimbingan
Olimpiade Sains Nasional (OSN). Selain itu, para tenaga pendidik diwajibkan
untuk mengikuti kegiatan seminar dan workshop yang berkaitan dengan
pengembangan kompetensi, inovasi pembelajaran, serta pengembangan metode
pembelajaran. Sekolah berusaha membangun komunikasi dua arah antara sekolah
dengan masyarakat (stakeholders) agar dapat terjalin hubungan kerja sama yang
baik. Untuk pemenuhan sarana prasarana SMA Negeri 1 Karanganyar melakukan
perbaikan maupun pengadaan agar dapat menunjang jalannya proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Simpulan penelitian ini adalah pelaksanaan program RSBI SMA Negeri
1 Karanganyar telah berjalan sesuai dengan pedoman yang ada meskipun masih
terdapat beberapa komponen yang belum dapat memenuhi ketentuan indikator
kinerja kunci tambahan. Selain itu, adanya hambatan dalam pelaksanaan RSBI
mengakibatkan penyelenggaraan program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
belum dapat optimal dan efektif. Oleh karena itu, SMA Negeri 1 Karanganyar
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan program RSBI.
Kata Kunci : Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), komponen
penjamin mutu RSBI dan/ atau SBI, penyelenggaraan RSBI, kendala pelaksanaan
RSBI, upaya mengatasi hambatan pelaksanaan RSBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRACT
Rutiana Zuhro.THE IMPLEMENTATION OF INTERNATIONAL SCHOOL
PROGRAM (RSBI) IN 1 SENIOR HIGH SCHOOL OF KARANGANYAR.
Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of
Surakarta. June 2012.
This research aims to determine the implementation of International
School Program (RSBI) in 1 Senior High School of Karanganyar, the barriers in
implementing international school (RSBI) and the efforts made 1 Senior High
School of Karanganyar facing the barriers of implementation of International
School Program ( RSBI).
This study is a qualitative descriptive research using a single fixed case
study strategy. Data collection techniques in the form of interviews, observation,
and analysis of documents or records. Taking sample by using purposive sampling
snowball which aimed to obtain in-depth and flow of information from reliable
informants that had been predetermined. Data validity through triangulation of
sources and triangulation method by using an interactive analysis.
The results showed that: (1) The RSBI program include: (a) Obtaining
accreditation number in 1 Senior High School of Karanganyar is 96 has exceeded
the minimum standards of accreditation RSBI, that is 95. (b) Review the
curriculum used in the program RSBI 1 Senior High School of Karanganyar not
been able to adopt and / or adapt the international curriculum using the curriculum
KTSP Plus is adopting and / or adapt the material to adapt SNMPTN and there are
the addition of mastery of IT and English. (c) The learning process RSBI 1 Senior
High School of Karanganyar has used IT-based and bilingual, even though the
implementation is not optimal, in addition there is implementation of models of
teaching and learning resources are used for students who have been varied. (d)
Graduate education standard unit in 1 Senior High School of Karanganyar has
exceeded SNP proved KKM each subject is 75 while the graduation rate each year
to reach 100% and received a graduate of High State University and the official
for three years in a row in the year 2009 was 63%, in 2010 sebsar 92%, and in
2011 by 70%. (e) The assessment implementation of learning outcomes 1 Senior
High School of Karanganyar in accordance with the standards of judgment that
led to the three aspects, namely: cognitive, affective aspects, and psychomotor
aspects. In addition, there is the development of learning outcomes-based
assessment of IT while the assessment (evaluation) program conducted by the
relevant parties every year. (f) The Qualifications of teachers and educational staff
RSBI Karanganyar SMA 1 has met the standard, which is more than 30% of
educators educated S-2 even though most can not be linear with the educational
background of S-1 while the staff's general high school education, but there are
some who S-1 has been educated. However, the competence of teachers and the
staff in English language is still low. (g) In general, the availability of educational
infrastructure in SMA Negeri 1 Karanganyar has not been able to support the
learning of RSBI but only in the classroom learning infrastructure that has been
fulfilled as well. (h) The Management of 1 Senior High School of Karanganyar
has implemented a Quality Management System as evidenced by the acquisition
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
of the ISO 9001 version: 2008 of NQA, UKAS as an attempt to improve the
quality of schools working with the school / agency / institution of international
program. (I) The Financing of RSBI program in SMA Negeri 1 Karanganyar
comes from central government, provincial governments, local governments, and
society. The Allocation of government funds used to meet infrastructure and
human resources development facilities while the school operating costs and
construction are met through regular contributions of parents. (j) To maintain the
quality of intake RSBI there are several requirements that must be met by the
prospective students, among others: at least average grades and the State Final
Examination (UN) at least 75 junior high school, take a test of academic potential,
psycho test, a test of ICT skills , and the interview in English. (2) The Barriers in
the implementation of the RSBI program in 1 Senior High School of Karanganyar
is the majority of English language ability of teachers was still low, the lack of
community sense (stakeholders) to RSBI development phase, not the fulfillment
of the overall infrastructure. (3) The Efforts made in the face of these obstacles by
conducting trainings, IHT, workshops, seminars, MGMP, and establish in two-
way communication between the school with the community (stakeholders).
The conclusions of this research is the implementation of RSBI program
in 1 Senior High School of Karanganyar has run in accordance with existing
guidelines although there are some components that have not been able to meet
the additional key performance indicators. In addition, the presence of obstacles in
the implementation of program implementation resulted organizing RSBI program
in SMA Negeri 1 Karanganyar not be optimal and effective. Therefore, the SMA
Negeri 1 Karanganyar made various efforts to improve and enhance the quality of
RSBI program.
Keywords: international school program (RSBI), quality assurance component of
RSBI and / or SBI, organizing RSBI, RSBI implementation constraints, the
barriers of RSBI implementation, the efforts to overcome the barriers in
implementation of RSBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
MOTTO
“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu
Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhan mu yang manakah
yang kamu dustakan”
(Ar-Rahman: 29-30)
”Tuhan mu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu. Dan
sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan. Dan kelak Tuhan
mu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu lalu (hati) kamu menjadi puas”
(Ad-Duha: 3-5)
”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Al-Insyirah: 5-6)
”There’s a will, there’s a way”
(Anonim)
“God loves us in every moment,
He knows everything what we fell and need”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
PERSEMBAHAN
Teriring syukur pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
”Mami dan Papi”
Terima kasih untuk doa, kerja keras, dan pengorbanan kalian yang tiada henti.
Tak ada kasih sayang yang seindah dan setulus kasih sayangmu.
”Arsyan Fuadi”
Terima kasih karena senantiasa mendukung, memotivasi, membantu, dan
selalu mengajariku tuk tersenyum. I’m waiting you.
”My aunty, Agustin beserta keluarga”
Terima kasih atas perhatian dan bantuannya selama ini.
”Septi, Triska, Ira, Rista”
Terima kasih telah menambah warna dalam hidupku.
”Teman-teman Akuntansi angkatan 2008”
Terima kasih atas kerja samanya.
”Dek Olga dan Dek Danu”
Terima kasih untuk motivasi dan dorongannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”IMPLEMENTASI PROGRAM
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMA
NEGERI 1 KARANGANYAR”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Program
Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Program Pendidikan Ekonomi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Wahyu Adi, M. Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sri Sumaryati, S. Pd, M. Pd, selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing
II yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Kepala SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah memberi kesempatan dan
tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
8. Drs. Qomarudin, M. Hum, selaku Penanggung Jawab Program RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar yang telah bersedia menjadi informan dalam
pelaksanaan penelitian ini.
9. Sugiyarto, S. Pd, M. Pd, selaku Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1
Karanganyar yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam
pelaksanaan penelitian ini.
10. Bapak/ Ibu guru SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah bersedia menjadi
informan bagi penelitan ini.
11. Para siswa SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN REVISI ........................................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vii
HALAMAN ABSTRAC ................................................................................... ix
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... xi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... xii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
A. Kajian Teori ........................................................................................... 7
1. Tinjauan tentang Pendidikan ........................................................... 7
a. Pengertian Pendidikan ............................................................... 7
b. Tujuan Pendidikan ..................................................................... 8
2. Tinjauan tentang Kategori Sekolah ................................................. 9
a. Sekolah Standar ......................................................................... 10
b. Sekolah Mandiri ......................................................................... 11
c. Sekolah Bertaraf Internasional .................................................. 11
3. Tinjauan tentang Program RSBI ...................................................... 12
a. Pengertian RSBI ........................................................................ 12
b. Karakteristik RSBI ..................................................................... 13
c. Landasan Hukum RSBI ............................................................. 14
d. Pelaksanaan Program RSBI ................................................... .... 16
e. Kendala Pelaksanaan RSBI ....................................................... 26
B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................ 27
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 33
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................... 34
C. Sumber Data ...................................................................................... .... 35
D. Teknik Sampling ............................................................................... ..... 36
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 37
F. Validitas Data ........................................................................................ 39
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 40
H. Prosedur Penelitian ................................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 45
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................... 45
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Karanganyar .................................. 45
2. Visi, Misi, Sasaran, dan Tujuan SMA Negeri 1 Karanganyar ......... 46
3. Kondisi Lingkungan Belajar ............................................................ 48
4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Karanganyar ............................ 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
5. Sumber Daya Manusia ..................................................................... 52
B. Deskripsi Temuan Penelitian ................................................................. 53
1. Kronologi Penyelenggaraan Program RSBI
di SMA Negeri 1 Karanganyar ........................................................ 53
2. Pelaksanaan Program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar ........... 56
a. Input ...........................................................................................
1) Kurikulum ............................................................................ 56
2) Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................................... 58
3) Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................ 62
4) Pembiayaan .......................................................................... 64
5) Kesiswaan ............................................................................ 67
b. Proses ......................................................................................... 68
1) Proses Pembelajaran ............................................................ 68
2) Penilaian (Evaluasi) ............................................................. 72
3) Pengelolaan .......................................................................... 75
c. Output ........................................................................................ 77
1) Akreditasi ............................................................................ 77
2) Kompetensi Lulusan ............................................................ 78
3. Hambatan Penyelenggaraan Program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar ..................................................................................... 82
4. Upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam Mengatasi Hambatan
Penyelenggaraan Program RSBI ..................................................... 87
C. Pembahasan ........................................................................................... 92
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 100
A. Simpulan .............................................................................................. 100
B. Implikasi .............................................................................................. 104
C. Saran .................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 107
LAMPIRAN ..................................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan ................................................................................... 33
4.1 Daftar Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Karanganyar .................... 52
4.2 Daftar Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2011/ 2012 Program Akselerasi
dan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar ............................................... 53
4.3 Hasil Penilaian Akreditasi SMA Negeri 1 Karanganyar ...................... 78
4.4 Daftar Kelanjutan Studi Lulusan SMA Negeri 1 Karanganyar ke
Perguruan Tinggi ................................................................................ 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Berpikir ......................................................... 32
3.1 Kompone-komponen Analisis Data Model Interaktif ............... 41
3.2 Prosedur Penelitian .................................................................... 44
4.1 Kegiatan Diskusi Pembelajaran ................................................ 72
4.2 Pembelajaran Berbasis IT ......................................................... 72
4.3 Penggunaan Media Pembelajaran ............................................. 72
4.4 Sumber Pembelajaran melalui Blog Guru ................................. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara ................................................................................. 109
2. Field Note Informan ................................................................................... 116
3. Validitas Data (Triangulasi) ....................................................................... 172
4. Profile SMA Negeri 1 Karanganyar ........................................................... 203
5. Denah SMA Negeri 1 Karanganyar ........................................................... 206
6. Surat Keputusan Penetapan Sekolah Penyelenggara Program Rintisan
Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI) ...................... 207
7. Surat Keputusan Hasil Akreditasi TK/ RA, SD/ MI, SMP/MTs,
SMA/ MA, SMK, dan SLB Tingkat Provinsi Jateng Tahun 2011 ............. 212
8. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Karanganyar ....................................... 218
9. Data Sumber Daya Manusia SMA Negeri 1 Karanganyar ......................... 219
10. Muatan Kurikulum dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
SMA Negeri 1 Karanganyar ....................................................................... 235
11. Contoh Silabus SMA Negeri 1 Karanganyar ............................................. 238
12. Daftar Kelanjutan Studi Lulusan SMA Negeri 1 Karanganyar .................. 243
13. Daftar Distribusi Nilai Ujian Nasional Siswa ............................................ 244
14. Daftar Perolehan Trophy Kejuaraan ........................................................... 250
15. Contoh Instrumen Penilaian SMA Negeri 1 Karanganyar ......................... 251
16. Sertifikat ISO 9001: 2008 NQA, UKAS SMA Negeri 1 Karanganyar ...... 259
17. Daftar Sister School Program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar ............. 260
18. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
SMA Negeri 1 Karanganyar ....................................................................... 261
19. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 265
20. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .................................................. 270
21. Surat Keputusan tentang Ijin Penyusunan Skripsi/ Makalah ..................... 271
22. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out I ............................................... 272
23. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out II .............................................. 273
24. Surat Tidak Keberatan (STB) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Pemerintah Kabupaten Karanganyar .......................................................... 274
25. Surat Rekomendasi Research/ Survey Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Karanganyar ...................... 275
26. Surat Rekomendasi Research Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Pemerintah Kabupaten Karanganyar .......................................................... 276
27. Surat Keterangan Penelitian SMA Negeri 1 Karanganyar ......................... 277
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era persaingan global mengakibatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ditandai dengan kemudahan dan kecepatan dalam mengakses
informasi. Sebagaimana pendapat Tilaar (2004) bahwa “Salah satu gelombang
dahsyat yang melanda kehidupan manusia dewasa ini adalah globalisasi, hal ini
telah menyebabkan perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia yang
tidak diperkirakan sebelumnya”. Untuk dapat bertahan dalam era globalisasi
dibutuhkan upaya peningkatan kualitas diri suatu bangsa melalui pembangunan.
Menurut Sudarja (2005), ”Pembangunan adalah upaya suatu bangsa untuk
meningkatkan mutu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik sumber
daya manusia maupun sumber daya alam melalui proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang berkelanjutan”. (hlm. 1)
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam
menghadapi persaingan global karena SDM memiliki peran penting dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu negara.
Berdasarkan data Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) melaporkan bahwa pada tahun 2011
Indonesia menduduki peringkat ke-124 dari 187 negara dengan kata lain HDI
Indonesia mengalami kenaikan dari 125 menjadi 124 (Asmanto, 2011). Usaha
peningkatan kualitas SDM akan selalu berkaitan erat dengan pendidikan. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia
rancangan dan program pendidikan harus dibuat dengan kualitas yang baik, sebab
hal tersebut membawa implikasi positif bagi Indonesia untuk berkompetisi secara
luas dalam forum internasional.
Saat ini dunia pendidikan Indonesia telah mengupayakan penyediaan
layanan pendidikan berkualitas guna meningkatkan kualitas SDM, yakni dengan
menyelenggarakan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang terlebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dahulu diawali oleh program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan suatu kebijakan pemerintah
Indonesia untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional agar lulusan (output)
yang dihasilkan memiliki potensi dan prestasi berdaya saing secara nasional
maupun internasional. Keberadaan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) secara
yuridis telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat (3) dan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 61 ayat (1)
yang mengisyaratkan bahwa,”Sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan
pendidikan bertaraf internasional”. Selain itu, pada Rencana Strategis Departemen
Pendidikan Nasionl Tahun 2005-2009 menyebutkan bahwa,
Untuk meningkatkan daya saing bangsa perlu dikembangkan sekolah
bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/ kota melalui kerja sama yang
konsisten antara pemerintah pusat dengan pemerintah kabupaten/ kota yang
bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK menjadi
bertaraf internasional.
Menurut Direktorat Jendral Mandikdasmen (2009), ”Sekolah Bertaraf
Internasional adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan
menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan salah
satu standar negara anggota Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) dan/ atau negara maju lainnya”. (hlm. 9). Tujuan
penyelenggaraan SBI yang tertuang dalam Permendiknas no. 78 tahun 2009 yaitu
untuk menghasilkan lulusan yang memiliki : a) Kompetensi sesuai dengan standar
lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi pada salah satu sekolah
terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya; b) Daya saing
komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan
lokal di tingkat internasional; c) Kemampuan bersaing dalam berbagai lomba
internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu
dan bentuk penghargaan internasional lainnya; d) Kemampuan bersaing ke luar
negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah kejuruan; e) Dapat berbahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Inggris (skor TOEFL >7,5 dalam skala internet based test) dan/ atau bahasa asing
lainnya; f) Kemampuan berperan aktif secara internasional dalam menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangan dunia dari perspektif ekonomi, sosio-
kultural, dan lingkungan hidup; dan g) Kemampuan menggunakan dan
mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara internasional.
Untuk menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI pada satuan
pendidikan terdapat beberapa ketentuan yang wajib dipenuhi, antara lain:
terciptanya kultur “masyarakat belajar” dengan tujuan menciptakan masyarakat
yang mau belajar dan bekerja keras; terpenuhinya kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan sehingga menciptakan pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis; dan ketersediaan sarana prasarana belajar yang
memadai dan sesuai standar. Ketentuan-ketentuan tersebut mengindikasikan
bahwa untuk menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI standar minimal
yang telah dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan adalah Standar Nasional
Pendidikan.
Berlandaskan peraturan perundangan dan kebijakan pendidikan, saat ini
banyak bermunculan sekolah bertaraf internasional, baik sekolah negeri maupun
sekolah swasta berlomba-lomba menaikkan statusnya menjadi sekolah bertaraf
internasional. Berdasarkan catatan Kemendiknas, jumlah sekolah RSBI di
Indonesia mencapai 1.110 sekolah, terdiri dari 997 sekolah negeri dan 113
sekolah swasta (Dharmaningtyas, 2010). Penyelenggaraan program RSBI dan/
atau SBI sebagai upaya peningkatan kualitas SDM mendapat sambutan baik dari
masyarakat. Hal tersebut terlihat dari minat masyarakat, khususnya para orang tua
untuk mempercayakan putra-putrinya menempuh pendidikan di sekolah bertaraf
internasional tinggi sebab para orang tua percaya bahwa dengan adanya program
RSBI dan/ atau SBI kualitas layanan pendidikan yang diberikan berbeda dengan
sekolah biasa, seperti penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar,
pembelajaran berbasis IT (Information Technology), terciptanya suasana belajar
yang menyenangkan, kreatif, dan dialogis, serta terpenuhinya ketersediaan
fasilitas-fasilitas belajar. Akan tetapi, pelaksanaan RSBI dan/ atau SBI pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
komponen pendidikan, beberapa diantaranya masih terdapat kendala seperti yang
diungkapkan berikut ini;
Surya Dharma, MPA, PhD selaku Direktur Tenaga Kependidikan, Ditjen
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Depdiknas,
bahwa dari 260 kepala sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) yang mengikuti tes bahasa Inggris, sekitar 50% nilai TOEIC (Test of
English for International Communication) di bawah 245 dengan kata lain
tingkat kemampuannya di bawah elementary (dasar). Kepala sekolah yang
benar-benar mampu berbahasa Inggris dengan baik hanya sekitar 10%
dimana sebagian besar berlatar belakang sarjana pendidikan bahasa Inggris.
(Oetomo, 2012)
Para pengamat pendidikan dan masyarakat merasakan biaya pendidikan program
RSBI dan/ atau SBI sangat tinggi (mahal) sehingga menimbulkan diskriminasi
terhadap kelompok anak-anak berekonomi lemah namun memiliki kecerdasan
lebih. Fakta empiris menunjukkan bahwa jumlah siswa tidak mampu yang
menikmati subsidi silang umumnya berjumlah kecil. Selain itu, umumnya satuan
pendidikan yang menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI belum dapat
melaksanakan adaptasi maupun adopsi kurikulum Internasional dari negara-
negara OECD/ negara maju lainnya.
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan satuan pendidikan atau sub
sistem dari jalur pendidikan formal yang dikembangkan pemerintah untuk
menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI sebagai bentuk layanan
berkualitas. Oleh karena itu, pada tahun 2008 tepatnya tanggal 3 Juni Dinas P dan
K Provinsi Jawa Tengah melalui keputusannya No. 193/DIKMEN/VI/2008
merekomendasikan SMA Negeri 1 Karanganyar menjadi sekolah penyelenggara
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dengan tujuan mencetak para lulusan
yang memiliki daya saing tinggi dan berwawasan Internasional. Selanjutnya
tanggal 24 Juni 2009, SMA Negeri 1 Karanganyar resmi ditetapkan sebagai
sekolah penyelenggara program Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf
Internasional (RSMABI) sesuai dengan SK Direktur Pembinaan SMA No.
1823/C.C4/LL/2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan pengamatan selama Program Pengalaman Lapangan (PPL)
dapat diketahui bahwa SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan salah satu sekolah
berpotensi di Kabupaten Karanganyar. Adapun visi dan misi SMA Negeri 1
Karanganyar telah berorientasi pada perwujudan insan yang berdaya saing
komparatif tinggi secara nasional maupun internasional. Di samping itu, SMA
Negeri 1 Karanganyar dapat menyelenggarakan pendidikan bermutu dengan cara
memfasilitasi dan mengembangkan potensi para peserta didik maupun tenaga
pendidik untuk berprestasi serta menyediakan layanan pendidikan yang baik
dengan menerapkan kedisiplinan pada segala aspek. Sejauh ini SMA Negeri 1
Karanganyar telah menghasilkan output yang berkualitas dan berdaya saing
terbukti 70% dari lulusan SMA Negeri 1 Karanganyar dapat melanjutkan jenjang
pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, seperti UNS, UGM, UNDIP, ITB, UI,
dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar dengan
judul penelitian “Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar”.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar?
2. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar?
3. Bagaimana upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam menghadapi hambatan-
hambatan yang terjadi pada pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi SMA Negeri 1
Karanganyar dalam pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI).
3. Untuk mengetahui upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam menghadapi
hambatan-hambatan pada pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan
wawasan peneliti tentang Pelaksanaan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI).
b. Sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan
yang berhubungan dengan pelaksanaan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan khususnya SMA Negeri 1 Karanganyar sebagai
bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan atau menentukan
kebijakan dalam rangka penyelenggaraan dan usaha memperbaiki
penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional pada SMA
Negeri 1 Karanganyar.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan profesi yang penulis tekuni
sehingga dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan
secara nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan secara terminologis, menurut McLeod (dalam
Muhibbinsyah) pengertian sempit pendidikan berarti perbuatan atau
proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (2011: 10). Selain itu,
Muhibbinsyah (2011) berpendapat dalam pengertian yang agak luas
“Pendidikan diartikan sebagai sebuah prooses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan” (hlm. 10).
George F. Kneller mendefinisikan pendidikan dalam tiga cakupan
yaitu luas, teknik, dan hasil. Pengertian luas dari pendidikan adalah
menunjukkan pada suatu tindakan atau pengalaman yang
mempunyai pengaruh dan berhubungan dengan pertumbuhan atau
perkembangan pikiran (mind), watak (character), dan kemampuan
fisik (physical ability). Pengertian teknis dari pendidikan adalah
suatu proses dimana masyarakat, melalui lembaga-lembaga
pendidikan dengan sengaja mentransformasikan warisan
budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan dari
generasi ke generasi. Pengertian hasil dari pendidikan merupakan
apa yang boleh kita peroleh melalui belajar (Rohman, 2009: 7).
Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.
1889-1959) mengartikan “Pendidikan sebagai usaha menuntun segenap
kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu manusia
maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan
hidup”. (Rohman, 2009: 8). Makna pendidikan menurut yuridis atau
perundang-undangan yang berlaku, yakni UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan aktivitas atau usaha sadar untuk
meningkatkan kepribadian dan kedewasaan baik secara fisik, psikologik,
maupun sosial melalui penciptaan suasana belajar atau proses belajar
dengan jalan membina potensi-potensi pribadi, baik jasmani (panca
indera serta ketrampilan-ketrampilan) maupun rohani (cipta, rasa, dan
karsa).
b. Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan serangkaian aktivitas pengembangan
kepribadian dan kecakapan seseorang melalui proses pembelajaran,
sehingga dalam pelaksanaan aktivitas tersebut terdapat tujuan yang
hendak dicapai. Menurut Rohman (mengutip dari Dirto Hadisusanto,
1995),”Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah seperangkat
sasaran kemana pendidikan itu diarahkan” (2009: 87). Selain itu, terdapat
beberapa rumusan tujuan pendidikan menurut para ahli dalam Rohman
(2009: 92), antara lain: Crow and Crow berpendapat bahwa tujuan
pendidikan yang baik dan sehat adalah mendorong anak didik untuk
berfikir efektif, jernih, dan objektif di dalam suasana yang bagaimana
pun. MJ. Langeveld menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah
terwujudnya manusia dewasa. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa
tujuan pendidikan adalah tercapainya kesempurnaan hidup pada anak
didik. Bangsa Indonesia merumuskan tujuan pendidikan dalam
peraturaturan perundang-undangan, yakni UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Secara akademik, pendidikan memiliki beberapa tujuan.
Pertama, mengoptimalisasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang dimiliki oleh siswa. Kedua, mewariskan nilai-nilai budaya dari
generasi ke generasi untuk menghindari pengikisan budaya maupun
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, mengembangkan daya
adaptabilitas siswa untuk menghadapi kondisi masa depan yang terus
mengalami perubahan. Keempat, meningkatkan dan mengembangkan
tanggung jawab moral siswa, berupa kemampuan untuk membedakan
kebenaran dan kesalahan. Kelima, mendorong dan mengembangkan rasa
harga diri, kemandirian hidup, kejujuran dalam bekerja, dan integrasi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan umumnya bersifat universal, yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya sehingga
menjadi manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, beretos
kerja profesional, berkepribadian, mandiri, berdisiplin, cerdas, kreatif,
terampil, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
berbangsa yang berdasar atas falsafah negara Pancasila.
2. Tinjauan Tentang Kategori Sekolah
Pada umumnya proses pendidikan akan selalu berhubungan dengan
lingkungan karena keberlangsungan proses pendidikan terjadi di dalam
lingkungan tersebut. Salah satu jenis lingkungan pendidikan yang berkaitan
erat dengan proses pendidikan peserta didik adalah sekolah. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal yang dibentuk oleh pemerintah dan
masyarakat dengan fungsi untuk mendidik anak. Menurut Young Pai
(1990),”Ada dua fungsi utama pendidikan sekolah (primary function school)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yaitu: sebagai instrumen untuk mentransmisikan nilai-nilai sosial masyarakat
(to transmit societal values) dan sebagai agen untuk transformasi sosial (to be
agent of social transform)” (Rohman, 2009: 201). Oleh karena itu, sekolah
memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berlandaskan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal (2) dan (3) yang berisi tentang dasar,
fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, pemerintah mengkategorikan sekolah
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP), yaitu Sekolah Standar,
Sekolah Mandiri, dan Sekolah Bertaraf Internasional. Hal tersebut dilakukan
dengan maksud untuk peningkatan pencapaian kualitas pendidikan nasional.
Adapun penjelasan pada masing-masing kategori sekolah adalah sebagai
berikut:
a. Sekolah Standar
Menurut Aqib (2010), ”Sekolah Standar adalah sekolah yang
masih relatif banyak memiliki kekurangan atau kelemahan untuk
memenuhi kriteria sekolah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP)” (hlm. 4). Umumnya Sekolah Standar berada di daerah pinggiran/
terpencil/ terisolir dan baru dapat memenuhi sebagian kecil dari Standar
Nasional Pendidikan (SNP) sehingga mengakibatkan kualitas pendidikan
yang dimiliki bervariasi dan relatif rendah baik dari kualitas lulusan atau
perolehan prestasi akademik dan/ atau non-akademik, sarana prasarana,
dan aspek pendidikan lainnya
Pada dasarnya Sekolah Standar dapat dikembangkan menjadi
Sekolah Mandiri dengan ketetentuan seluruh aspek pendidikan pada
Sekolah Standar telah memenuhi delapan aspek Standar Nasional
Pendidikan (SNP) mencakup standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian. Upaya pengembangan dan peningkatan aspek pendidikan
Sekolah Standar diperlukan adanya kegiatan analisis SWOT beserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perumusan target yang akan dicapai (berkaitan dengan output) sehingga
sekolah dapat menggunakannya sebagai acuan dalam mencapai kategori
Sekolah Mandiri.
b. Sekolah Mandiri
Menurut Dirjen Mandikdasmen (2009),”Sekolah Kategori
Mandiri merupakan sekolah yang telah atau hampir memenuhi Standar
Nasional Pendidikan (SNP), mampu menerapkan dan mengelola
pembelajaran dengan sistem SKS” (hlm. 10). Hal ini berarti kualitas
pendidikan yang dihasilkan Sekolah Mandiri memiliki daya saing
nasional dan pengelolaan aspek-aspek pendidikan dapat berjalan dengan
baik. Seperti halnya dengan Sekolah Standar, terlaksananya keseluruhan
komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) di Sekolah Mandiri dapat
mendorong Sekolah Mandiri menjadi Sekolah Bertaraf Internasional. Hal
ini disebabkan untuk pengembangan program rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan
syarat utama yang harus dipenuhi.
c. Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut Dirjen Mendikdasmen (2009) Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) merupakan Sekolah Mandiri yang telah
memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP),
menerapkan sistem kredit semester serta mengembangkan
keunggulan yang mengacu pada peningkatan daya saing setara
dengan mutu sekolah-sekolah unggul dari negara maju (hlm. 10).
Berdasarkan pengertian tersebut, sekolah dikategori sebagai
Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah yang telah memenuhi dan
melaksanakan delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebab
pencapaian dan pelaksanaan keseluruhan SNP merupakan indikator kunci
kinerja minimal bagi Sekolah Bertaraf Internasional. Selain itu, pada
kategori Sekolah Bertaraf Internasional terdapat indikator kinerja kunci
tambahan, seperti penyelenggaraan sistem administrasi akademik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
berbasis IT (Information and Technology), memiliki muatan pelajaran
setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran sekolah unggul dari salah
satu negara OECD, menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari
SKL, penyelenggaraan proses pembelajaran dengan dwi bahasa
(billingual) pada kelompok mata pelajaran sains dan inti kejuruan dan
lain-lain.
3. Tinjauan Tentang Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI)
a. Pengertian RSBI
Guna meningkatkan kualitas SDM, bangsa Indonesia telah
mengupayakan penyediaan layanan pendidikan berkualitas dengan
menyelenggarakan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang
terlebih dahulu diawali oleh program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI). Dirjen Mendikdasmen (2009) menyatakan bahwa:
“Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah nasional
yang telah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP),
menerapkan sistem kredit semester, dan dalam sistem pendidikan
nasional Sekolah Bertaraf Internasional” (hlm. 10). Oleh karenanya,
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan suatu fase
bagi sekolah untuk melaksanakan uji coba atau pembinaan awal menuju
sekolah bertaraf internasional yang dilakukan secara bertahap dalam
mencapai standar sekolah bertaraf internasional, sehingga RSBI bersifat
sementara karena apabila selama masa uji coba atau pembinaan sekolah
telah memenuhi kriteri sebagai Sekolah Bertaraf Internasional maka
selanjutnya disebut dengan SBI (tidak lagi sebagai rintisan).
“Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah
nasional dengan standar mutu Internasional yang proses pembelajarannya
menekankan pada pengembangan daya kreasi, inovasi, dan
eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru” (Dian, 2010). Menurut
Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009, “Sekolah Bertaraf Internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(SBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan
(SNP) yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal
dari negara anggota the Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) atau negara maju lainnya”. Jadi, SBI adalah
sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan Standar Nasional
Pendidikan (SNP), meliputi: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut diperkaya,
diperkuat, dan dikembangkan melalui adaptasi atau adopsi standar
pendidikan dari salah satu negara OECD dan/ atau negara maju lain
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, reputasi
mutu yang diakui internasional, serta lulusan (output) berdaya saing
internasional seperti Cambridge, IB, TOEFL/ TOEIC, UNESCO, ISO.
Berdasarkan pengertian di atas, maka konsep SBI dapat
dirumuskan sebagai berikut: SBI = SNP + X yang berarti Sekolah
Bertaraf Internasional merupakan sekolah yang telah melaksanakan dan
memenuhi delapan aspek SNP sebagai indikator kinerja kunci minimal
dan ditambah dengan (X), yaitu penambahan, pengayaan,
pengembangan, perluasan, dan pendalaman dari delapan unsur SNP
sebagai indikator kinerja kunci tambahan yang berstandar internasional
dari salah satu anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya.
b. Karakteristik RSBI dan/ atau SBI
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan/ atau SBI
harus memiliki karakteristik keunggulan yang ditunjukkan dengan
pengakuan internasional terhadap masukan (input), proses, dan hasil
(output) pendidikan yang berkualitas dan teruji dalam berbagai aspek.
Pengakuan tersebut diperoleh melalui penggunaan standar pendidikan
internasional dan mendapatkan sertifikat berpredikat baik dari salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Tolak ukur karakteristik RSBI dan/ atau SBI adalah sekolah
harus memenuhi delapan unsur pendidikan yang secara rinci dijabarkan
dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan
mutu pendidikan telah berstandar nasional. Selain itu, sekolah harus
mampu memenuhi indikator-indikator kinerja kunci tambahan sebagai
nilai plusnya, yaitu indikator-indikator kinerja sekolah yang berstandar
internasional dari salah satu negara OECD dan/ atau negara maju lainnya.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2007 indikator kinerja kunci minimal dan kinerja kunci
tambahan adalah sebagai berikut :
Indikator kinerja kunci minimal:
- Menerapkan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP);
- Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/ SMK/ MA;
- Memenuhi Isi; dan
- Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
Keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
kerja kunci tambahan sebagai berikut:
- Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dimana setiap saat siswa dapat mengakses
transkipnya masing-masing.
- Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan
pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara
anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
- Menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih
tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.
Haryana (2007) menjelaskan bahwa karakteristik esensial dalam
indikator kunci minimal sesuai dengan SNP dan indikator kunci
tambahan (X) sebagai jaminan mutu pendidikan bertaraf
internasional meliputi beberapa objek yakni: akreditasi, Kurikulum
Standar Isi (ISI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), proses
pembelajaran, penilaian, pendidik, kepala sekolah, sarana
prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan (hlm. 159).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Landasan Hukum Penyelenggaraan RSBI dan/ atau SBI
Penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI dan/ atau SBI) merupakan suatu kebijakan
pemerintah Indonesia yang berkekuatan hukum guna memperbaiki
kualitas pendidikan nasional. Oleh karena itu, pedoman penyelenggaraan
dan pengembangan program RSBI dan/ atau SBI berlandaskan atas
beberapa peraturan perundangan dan kebijakan sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa
Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan
untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61 ayat (1) menyatakan bahwa:
“Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasaar
dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan
menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf
internasional”.
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi (ISI).
6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 23
Tahun 2006 Standar Kelulusan (SKL).
7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23
tahun 2006.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
8) Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam
Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-
2009.
a) Pemerataan dan perluasan akses.
b) Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing. Salah satunya
pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk
meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah
perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/ kota melalui
kerja sama yang konsisten antara pemerintah pusat dengan
kabupaten/ kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD,
SMP, SMA dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112
unit di seluruh Indonesia.
c) Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
Dari beberapa landasan hukum yang digunakan untuk
penyeleggaraan dan pengembangan program RSBI dan/ atau SBI,
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 merupakan landasan yang kuat
untuk menyelenggrakan satuan pendidikan bertaraf internasional. Setiap
kabupaten atau kota harus memiliki minimal sekolah SD/ MI, SMP/
MTs, SMA/ MA, dan SMK yang bertaraf internasional dan disesuaikan
dengan pemerintah daerah masing-masing yang telah diberi otonomi
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat sesuai dengan perundang-undangan.
d. Pelaksanaan Program RSBI
Sebagai suatu sistem pendidikan, setiap sekolah (SD, SMP,
SMA dan SMK) yang telah menyelenggarakan program RSBI dan/ atau
SBI harus memenuhi berbagai komponen yang sekaligus menjadi sasaran
untuk pencapaian tujuan pendidikan, yaitu terdiri dari komponen
akreditasi, komponen kurikulum, komponen standar kompetensi lulusan,
komponen pembelajaran, komponen penilaian, komponen tenaga
pendidik dan kependidikan, komponen sarana dan prasarana, komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pengelolaan, dan komponen pembiayaan. Pada praktek
penyelenggaraannya seluruh komponen tersebut merupakan objek
penjaminan mutu pendidikan.
Menurut Dirjen Mendikdasmen (2009) pelaksanaan program
Rintisan SMA Bertaraf Internasional meliputi sebelas komponen
sebagai berikut:
1) Akreditasi.
2) Pengembangan Kurikulum (KTSP).
3) Proses pembelajaran.
4) Peningkatan mutu penilaian.
5) Peningkatan mutu kompetensi lulusan.
6) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.
7) Sarana dan prasarana pendidikan.
8) Pengelolaan.
9) Pembiayaan.
10) Kesiswaan.
11) Sosialisasi program Rintisan SMA Bertaraf Internasional.
(hlm. 18)
Pengembangan Rintisan SMA Bertaraf Internasional Bertaraf
Internasional (RSMABI) berdasarkan Pedoman Penjaminan Mutu
Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang dikeluarkanMenteri Pendidikan Nasional tanggal 27
Juli 2007 terdiri dari dua fase, yaitu fase rintisan dan fase kemandirian.
Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan
(pendampingan) dan tahap konsolidasi. Tahap pengembangan
(pendampingan) berlangsung selama 3 tahun mencakup pengembangan
kemampuan SDM dan modernisasi manajemen serta kelembagaan.
Tahap konsolidasi berlangsung selama 2 tahun, pada tahap ini sekolah
diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik (the best
practices), inovasi, serta kreasi keunggulan yang mendukung
pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui
diskusi secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara
luas melalui lokakarya atau seminar. Selain itu, sekolah diharapkan dapat
menemukan kendala dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik selama
fase rintisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Fase kemandirian dimulai pada tahun keenam dimana SMA
bertaraf internasional diharapkan telah dapat bersaing secara
internasional yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam
kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan, pengelolaan, serta
kempemimpinan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berdaya
saing internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional telah
memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan dirinya
secara mandiri dan bersaing di forum internasional. Indikasi bahwa
sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase kemandirian antara
lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah bertaraf
internasional, (2) kemampuan berpikir dan kesanggupan bertindak secara
kreatif dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, (3)
kemantapan sebagai sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di
forum internasional.
Berikut adalah uraian masing-masing komponen pada
pelaksanaan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional, antara lain:
1) Akreditasi
Mutu setiap sekolah bertaraf internasional dijamin dengan
keberhasilan memperoleh akreditasi yang sangat baik dalam bentuk
serifikat berpredikat A dari BAN S/M (Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/ Madrasah) dengan perolehan nilai minimal 95. Selain itu,
terdapat pencapaian hasil akreditasi internasional dalam bidang
pendidikan dari salah satu lembaga di negara maju.
2) Pengembangan Kurikulum (KTSP)
Pada tahap pendampingan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) pada RSBI dan/ atau SBI disusun berdasarkan standar isi dan
standar kompetensi lulusan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris. RSBI dan/ atau SBI menggunakan kurikulum yang
diperkaya dengan cara mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum
sekolah negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pendidikan. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dengan
beberapa alternatif, antara lain: alternatif pertama dengan
mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD),
dan indikator dari beberapa mata pelajaran yaitu Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Bahasa Inggris dan mata pelajaran lainnya, sedangkan
alternatif kedua adalah dengan mengembangkan Standar Kompetensi
(SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) tambahan, untuk dijadikan mata pelajaran tertentu. Cakupan
serta kedalaman Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing.
Idealnya, sekolah mampu mengembangkan SK, KD, dan SKL sesuai
dengan standar yang ada dan berlaku di sekolah bertaraf internasional.
Selain itu, pengayaan muatan kurikulum berbentuk sumber belajar,
buku teks siswa, buku pegangan guru, student worksheet, dan bahan
ajar elektronik (seperti; video cassette, compact disc, audio cassette
dan digital video disc). Menerapkan sistem administrasi akademik
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta
mengembangkan kesiapan sekolah dalam menerapkan Sistem Kredit
Semester (SKS).
Pada tahap konsolidasi sekolah melaksanakan dan meningkatkan
kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap pengembangan.
Oleh karena itu, hal terpenting dalam proses ini adalah melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan
penyempurnaan. Selain itu, melakukan realisasi program kemitraan
dengan sekolah mitra dalam dan luar negeri serta lembaga sertifikasi
pendidikan internasional.
3) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran yang tercipta di RSBI dan/ atau SBI harus
interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga dapat
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Mutu proses
pembelajaran ditingkatkan dengan menerapkan model-model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pembelajaran yang telah berhasil diterapkan dengan baik pada sekolah
unggulan dari negara maju yang didukung dengan penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi pada semua mata pelajaran serta
menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika.
Pengembangan berikutnya untuk mata pelajaran ekonomi pada
jurusan IPS, selain itu setiap satuan pendidikan dapat menentukan
mata pelajaran lain yang termasuk dalam pelayanan bertaraf
internasional apabila sekolah memiliki sumber daya yang memenuhi
kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Adapun rincian tahapan pelaksanaan proses pembelajaran pada
program RSMABI yang ideal adalah sebagai berikut :
a) Pendampingan Tahun I
(1) 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar
proses SMA bertaraf internasional.
(2) 20% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual.
(3) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi
perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik
peserta didik, dan lingkungan sekolah.
(4) 20% pembelajaran bilingual telah menggunakan media
pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK.
(5) Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli
(dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu.
(6) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa (student centered).
(7) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-
based instruction)
b) Pendampingan Tahun II
(1) 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar
proses.
(2) 50% pembelajaran dilakukan secara bilingual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(3) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi
perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik
peserta didik dan lingkungan sekolah .
(4) 50% pembelajaran bilingual telah menggunakan media
pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK.
(5) Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli
(dosen) dengan proporsi sekali dalam seminggu.
(6) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa (student centered).
(7) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-
based learning).
c) Pendampingan Tahun III
Pada tahap ini sekolah sudah mempunyai perangkat pembelajaran
sesuai dengan standar proses yang telah dikembangkan.
(1) 100% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar
proses.
(2) 100% pembelajaran dilakukan secara bilingual .
(3) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi
perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik
peserta didik dan lingkungan sekolah.
(4) 100% pembelajaran bilingual telah menggunakan media
pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK .
(5) Intensitas pendampingan (In-house training)/IHT oleh tenaga
ahli (dosen) dengan proporsi sekali dalam sebulan.
(6) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan
berpusat pada siswa (student centered).
(7) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara
terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-
based learning).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4) Peningkatan Mutu Penilaian
Penilaian pada program Rintisan SMA bertaraf internasional
mencakup dua aspek, yakni penilaian hasil belajar dan penilaian
program. Kedua jenis penilaian ini berfungsi sebagai strategi
pengumpulan data dalam rangka pemantauan maupun pengambilan
keputusan tentang siswa dan pelaksanaan program.
(a) Penilaian Hasil Belajar
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, rintisan SMA bertaraf
internasional sebagai sekolah di Indonesia wajib mengikuti
ketentuan standar penilaian yang berlaku secara nasional. Namun
demikian karena rintisan SMA bertaraf internasional adalah
sekaligus juga sekolah yang merujuk sekolah bertaraf
internasional, maka sekolah harus memfasilitasi para siswa yang
ingin mengikuti ujian internasional untuk mendapatkan ijazah /
sertifikat internasional guna melanjutkan pendidikan di luar
negeri.
(b) Penilaian Program
Penilaian program merupakan bagian integral dalam program
rintisan SMA bertaraf internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara rencana yang
telah ditetapkan dengan proses dan hasil yang dicapai. Kegiatan
penilaian ini meliputi kegiatan pemantauan (monitoring) dan
evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi juga dilakukan oleh
pihak eksternal seperti Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi,
dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
5) Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan
Penetapan kompetensi lulusan RSBI dan/ atau SBI menerapkan
standar kelulusan yang lebih tinggi daripada standar nasional
pendidikan, meraih prestasi tingkat internasional pada bidang sains,
matematika, teknologi, seni dan olahraga. Lulusan memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pengakuan internasional dengan bukti mendapat sertifikat
internasional, mampu mengembangkan logika dan imajinasi secara
tertulis, menguasai penggunaan bahasa Inggris, serta menguasai
teknologi informasi dan komunikasi sebagai modal dasar dalam
berinteraksi dan berkolaaborasi dalam menghadapi kompetisi global.
6) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM)
sekolah harus mengembangkan program peningkatan kompetensi guru
melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru, minimal 30% guru
berpendidikan S2/ S3 dari perguruan tinggi yang program studinya
terakreditasi A dengan program studi sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu dan diajarkan disekolah. Selain itu, kompetensi guru
dalam pengelolaan sistem pembelajaran perlu ditingkatkan untuk
menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses
pembelajaran pada sekolah unggul bertaraf internasional. Oleh karena
itu, sekolah perlu mengembangkan kompetensi bahasa Inggris dan
kompetensi pada bidang TIK terutama untuk kelompok guru sains dan
matematika. Peningkatan mutu SDM dilakukan dengan melalui
kegitan pelatihan dalam bentuk pemagangan, studi banding, workshop
(on the job training atau off the job training) dan seminar yang
diadakan oleh masing-masing sekolah atau bekerja sama dengan
lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki kewenangan dan
kompetensi yang relevan.
7) Sarana dan Prasarana Pendidikan
RSBI dan/ atau SBI secara bertahap harus memenuhi standar sarana
dan prasarana agar dapat mendukung efektifitas proses pembelajaran
yang setara dengan proses pembelajaran sekolah unggul di salah satu
negara maju. Terdapat bebarapa pengembangan sarana dan prasarana,
antara lain: pengembangan perpustakaan yang perlu dilengkapi
dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referansi, jurnal
nasional dan internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
audio visual sehingga diharapkan dapat membantu mengasah otak,
memperluas dan memperdalam pengetahuan, serta melahirkan
kreatifitas. Ketersediaan laboratorium yang memadai dapat
menunjang proses pembelajaran, seperti laboratorium fisika, biologi,
dan kimia yang setiap sekolah bertaraf internasional harus
memilikinya masing-masing minimal satu; laboratorium bahasa;
laboratorium multimedia; laboratorium komputer yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa; dan laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial.
Untuk pengembangan diri guru baik secara indivual maupun
kelompok diperlukan Teacher Resource & Reference Centre guna
membahas masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran, berlatih
menggunakan alat, dan persiapan untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas. Selanjutnya sekolah bertaraf internasional harus
dilengkapi dengan sarana lainnya seperti ruang kelas, ruang kepala
sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, ruang OSIS dan ruang
serba guna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK.
Selain itu juga dilengkapi dengan ruang UKS, kantin, ruang ibadah,
WC, koperasi, ruang kesenian, gudang, lapangan upacara dan olahraga
dalam jumlah yang memadai dan berfungsi dengan baik.
8) Pengelolaan
Pengelolaan RSBI dan/ atau SBI menerapkan manajemen berbasis
sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas. Kultur sekolah yang perlu mendapat
perhatian adalah menegakkan disiplin, budaya baca, semangat
kompetitif, kejujuran, sopan santun, budaya malu dan kekeluargaan.
Untuk mendukung itu sekolah juga perlu menciptakan lingkungan
yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersihan,
kerapian, keamanan, keindahan, dan kerindangan. Administrasi
sekolah meliputi proses pembelajaran, kurikulum, ketenagaan,
kesiswaan, sarana prasarana, dan keuangan, harus dilakukan secara
tertib, rapi, efisien dan efektif. Pada usaha peningkatan mutu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pengelolaan, sekolah mengembangkan jaringan kerja sama tingkat
lokal, nasional, dan internasional dalam bentuk sister school. Untuk
meningkatkan mutu prosedur pengelolaan secara bertahap, sekolah
perlu mengusahakan untuk memperoleh sertifikat ISO 9001 versi
2000 dan ISO 14000.
9) Pembiayaan
Sumber pembiayaan RSBI dan/ atau SBI berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, “Biaya
penyelenggaraan SBI berasal dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/ Kota, orang tua siswa, pihak asing yang tidak
mengikat, Dunia usaha dan Dunia industri (DU/ DI)”. Pada tahap
pendampingan dan konsolidasi pembiayaan program RSMABI masih
menekankan pada subsidi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah
dengan penerapan sistem block grant.
10) Kesiswaan
Kualitas siswa di RSBI dan/ atau SBI harus diperhatikan sejak pada
saat penerimaaan siswa baru sampai pada proses dan kegiatan
pembinaan siswa hingga lulus.
Menurut Dirjen Mendikdasmen (2009), Tahapan seleksi yang
digunakan pada program Rintisan SMA Bertaraf Internasional,
antara lain:
a. Seleksi Administrasi, meliputi:
1) Nilai rapor SMP kelas VII sampai dengan kelas IX untuk
mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia,
dan Bahasa Inggris rata-rata minimal 7,5.
2) Penghargaan prestasi akademik.
3) Sertifikat dari lembaga kursus bahasa Inggris.
b. Achievement Test, meliputi: Bahasa Indonesia, Matematika,
IPA, dan IPS dengan skor minimal 7 (rentang nilai 0-10).
c. Tes kemampuan bahasa Inggris, meliputi: reading, listening,
writiing, dan speaking dengan skor minimal 7 (rentang nilai 0-
10).
d. Lulus tes psikologi (psycho test), meliputi: minat dan bakat
(aptitude test) dan kepribadian (personality test).
e. Wawancara kepada siswa dan orang tua. Wawancara dengan
siswa dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
untuk masuk program rintisan SMA bertaraf internasional.
Wawancara dengan orangtua dimaksudkan untuk mengetahui
minat dan dukungan orangtua. (hlm. 81)
11) Sosialisasi Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional
Sosialisasi program RSBI di SMA dilakukan agar program yang
direncanakan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan
(stakeholder). Sosialisasi ini mengikutsertakan kepala sekolah, guru,
tenaga administrasi sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah,
pejabat dinas pendidikan, pemerintah daerah, komisi bertaraf
internasional, dan dewan pendidikan. Materi sosialisasi meliputi
rasional, tujuan, manfaat, arah pengembangan program RSBI dan
peran lembaga terkait terhadap keberhasilan dan keberlanjutan
program rintisan SMA bertaraf internasional.
e. Kendala-Kendala Pelaksanaan RSBI
Pada umumnya pelaksanaan program RSBI dan/ atau SBI di
tingkat sekolah menengah masih terdapat kekurangan yang berdampak
terhadap mutu pendidikan maupun bagi kemajuan pendidikan.
Berdasarkan hasil temuan studi awal Balitbang Kementerian Pendidikan
Nasional pada bulan Agustus 2010 terhadap sejumlah sekolah RSBI di
enam provinsi menunjukkan potret kesuraman, terbukti penguasaan
materi (content knowledge), paedagogis, serta bahasa Inggris para guru
dan kepala sekolah yang berhasil direkam oleh instrumen tes Puspendik
menunjukkan hasil pada tingkatan medokerdan (lebih rendah). Sebagai
contoh, skor rerata guru biologi kelas RSBI hanya memperoleh 4,6
sedangkan guru kelas reguler memperoleh skor 6,0 dan hasil tes bahasa
Inggris kepala sekolah beserta guru menunjukkan kemampuan pada
kategori novice (beginner). Menurut Haryana (2007) terdapat beberapa
kendala dalam implementasi RSBI, antara lain:
1) Kurikulum sekolah RSBI pada umumnya belum mampu secara
maksimal mengadopsi dan beradaptasi dengan kurikulum dari
negara-negara OECD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Penguasaan kemampuan TIK dan bahasa Inggris yang meliputi
guru dan staf masih tergolong rendah.
3) Kualifikasi akademik guru S-2 dan tenaga administrasi masih
belum memenuhi sesuai ketentuan dan masih terkait dengan
keterbatasan dalam pendanaan.
4) Dukungan dana untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana yang
berstandar internasional baik dari pemerintah kabupaten maupun
dari komite sekolah masih belum sesuai dengan harapan.
Adanya kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
Sekolah Bertaraf Internasional tersebut maka diperlukan suatu upaya
untuk mengatasinya.
Haryana (2007) menyatakan bahwa untuk mengatasi kendala-
kendala dalam pengimplementasian RSBI, sekolah dapat
melakukan cara-cara sebagai berikut:
1) Sikap dan SDM: kerja keras, kursus, IHT (In House Tranning),
workshop.
2) Kurikulum dan pembelajaran: mengadopsi dan/ atau
mengadaptasi kurikulum Cambridge dengan krikulum
nasional, perangkat pembelajaran, PBM, dan alat evaluasi
bilingual dan berbasis IT.
3) Anggaran dan sarana/ prasarana: moving class, penjadualan,
kerja sama dengan pihak ketiga.
4) Fasilitator kurang aktif untuk dapat sharing dengan fasilitator
yang aktif.
5) Mengubah pola pikir : memperbaiki PBM, kepala sekolah
bersikap informatif dan terbuka.
6) Perubahan kebijakan sekolah berupa komitmen yang tinggi
dari tim RSBI sekolah.
Selain itu, Direktor Pembinaan SMA menentukan beberapa kebijakan
pokok untuk lebih meningkatkan efektivitas program RSBI, diantaranya
yaitu:
1) Pelaksanaan RSBI berarti mengembangkan sekolah yang fokus
pada mutu.
2) Peningkatan derajat mutu diaktualisasikan dalam indikator
pemenuhan standar.
3) Mutu berarti memenuhi kriteria target mutu tiap standar.
4) Pembaharuan mutu merupakan bagian dari perubahan budaya,
membiasakan kegiatan yang bermakna terhadap terwujudnya
mutu lulusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5) Pembelajaran pada RSBI menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
6) Penggunaan bahasa inggris sebagai pengantar dapat dilakukan
oleh pendidik yang berkompeten dalam berbahasa Inggris serta
teruji.
7) Pengembangan RSBI adalah sekolah yang menjamin siswanya
menguasai bahasa Inggris dan peningkatan kompetensi siswa
dilakukan oleh ahlinya.
8) Warga sekolah perlu ditingkatkan kompetensi bahasa
Inggrisnya agar sekolah adaptif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dunia.
9) Sekolah perlu mendorong tumbuhnya budaya ramah sosial dan
kultur mutu.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, sehingga dapat dijadikan sebagai pendukung dalam sebuah
penelitian baru. Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Mariati, 2007. “Menyoal Profil Sekolah Bertaraf Internasional”. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun ke-13, No. 067: 566-597.
Studi ini berisi tentang pengkajian penyelenggaraan sekolah bertaraf
internasional (SBI) sehingga diketahui profil SBI dan sekolah yang
menyelenggarakan kelas bertaraf internasional. Hasil studi menunjukkan
bahwa pemahaman responden atas definisi dan karakteristik SBI bervariasi,
umumnya responden menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan
bahasa Inggris, didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk
menciptakan lulusan yang dapat bersaing secara global. Pelaksanaan SBI
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) sebagai acuan utama yang diperkaya dengan
adaptasi atau adopsi kurikulum negara lain, seperti IB (International
Baccalaureate) dan Cambridge. Proses KBM menggunakan dwibahasa
(billingual) , sedangkan sistem pembelajaran menggunakan moving class,
serta team teaching. Di sisi lain, sebagian sekolah sampel masih terlihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
seperti kelas reguler berbahasa Inggris, penilaian belum menggunakan multi
teknik yang masih didominasi oleh tes baik tes tertulis maupun lisan.
Persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan terletak pada variabel yang diteliti yakni Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI), meliputi: Definisi dan karakteristik SBI; Latar belakang
pendirian SBI; Seleksi input, lulusan, dan sertifikasi siswa; Kriteria tenaga
pendidik dan kependidikan; Kelengkapan sarana dan prasarana untuk
mendukung keberlangsungan SBI; Pelaksanaan proses belajar mengajar
termasuk penilaian. Oleh karena itu, peneliti menjadikan penelitian di atas
sebagai informasi pendukung pada penelitian yang akan dilakukan.
2. Kir Haryana. 2007. “Sekolah Bertaraf Internasional”. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. Edisi Khusus II Tahun Ke-13: 152-175.
Penelitian tersebut mengkaji tentang Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) yang meliputi: konsep SBI, pemenuhan Indikator Kinerja Kunci
Minimal (IKKM) pada SBI, dan pemenuhan Indikator Kinerja Kunci
Tambahan (IKKT) pada SBI. Adapun hasil penelitiannya adalah Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI) merupakan suatu sekolah yang telah memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP) atau Indikator Kinerja Kunci Minimal
(IKKM) serta memenuhi Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT).
Pemenuhan SNP atau IKKM bagi SBI meliputi standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses pembelajaran, standar penilaian, standar tenaga
pendidik dan kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana prasarana,
dan standar pembiayaan. Pemenuhan IKKT bagi SBI merupakan perluasan
dan pendalaman terhadap IKKM atau SNP melalui adaptasi atau adopsi dari
salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang memiliki
keunggulan dalam bidang pendidikan.
Setelah mengetahui hasil penelitian Kir Haryana diperoleh informasi
pendukung berupa konsep umum beserta karateristik SBI. Hal tersebut dapat
menjadi landasan teori, khususnya pada pembahasan pelaksanaan Sekolah
Bertaraf Internasional berdasar IKKM dan IKKT dengan demikian penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kir Haryana memiliki relevansi bagi penelitian yang akan dilakukan
selanjutnya.
3. Idris HM Noor, 2011. “Evaluasi Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 17. No. 2: 254-267.
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengevaluasi PPDB (Penerimaan
Peserta Didik Baru), prestasi, pengelolaan pendanaan, dan sistem tata kelola
serta akuntabilitas penyelenggaraannnya. Sampel sebanyak 4.575.910 orang
yang diambil secara purposive dengan responden komite sekolah, kepala
sekolah, guru bahasa Inggris, matematika, dan IPA yang mengajar di kelas
reguler dan RSBI. Hasil temuannya menunjukkan kemampuan bahasa Ingsris
pendidik dan tenaga kependidikan RSBI di semua tingkat masih level novice
(skor TOEIC 10-225). Kemampuan guru bahasa Inggris kelas RSBI dan
reguler relatif sama. Di SD dan SMP, kemampuan siswa dan guru RSBI
sedikit lebih tinggi daripada kelas reguler. Kemampuan guru biologi dan
fisika kelas RSBI di SMA lebih rendah daripada guru kelas reguler serta
penggunaan dana yang kurang transparan.
Seperti halnya dengan penelitian sebelumnya, penelitian di atas dapat
dijadikan sebagai penelitian relevan pada penelitian yang akan dilakukan. Hal
ini disebabkan, hasil penelitian diatas yang berupa evaluasi penyelenggaraan
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dapat dijadikan informasi pendukung
dalam pembahasan kendala-kendala penyelenggaraan SBI pada penelitian
yang akan dilakukan.
C. Kerangka Berpikir
Era globalisasi membawa dampak tersendiri bagi pendidikan Indonesia,
khususnya pada fungsi pendidikan dalam membangun sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karenanya, Indonesia dituntut untuk melakukan peningkatan
kualitas SDM guna mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Salah satu cara peningkatan kualitas SDM Indonesia yakni dengan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kualitas rancangan dan program pendidikan sehingga membawa implikasi positif
bagi Indonesia untuk berkompetisi secara luas dalam forum internasional.
Rintisan Sekolah bertaraf Internasional (RSBI) dan/ atau Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI) merupakan wujud upaya pemerintah dalam
menyelenggarakan pendidikan bermutu yang bertujuan menghasilkan lulusan
(output) yang memiliki kompetensi tinggi serta berdaya saing komparatif tinggi
secara nasional maupun internasional. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah
satuan pendidikan atau sub sistem dari jalur pendidikan formal yang
dikembangkan pemerintah untuk menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI
sebagai bentuk layanan pendidikan berkualitas. Oleh karena itu, saat ini banyak
Sekolah Menengah Atas baik negeri maupun swasta yang menyelenggarakan
program RSBI dan/ atau SBI. Salah satunya adalah SMA Negeri 1 Karanganyar
yang merupakan sekolah menengah atas berpotensi di kabupaten Karanganyar dan
telah berpredikat RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).
Pengembangan RSBI dan/ atau SBI terdiri dari dua fase, yaitu fase
rintisan dan kemandirian. Pada fase rintisan terdiri atas dua tahap yakni tahap
pengembangan (pendampingan) yang dilakukan selama 3 tahun pertama dan
tahap konsolidasi dilakukan 2 tahun setelah tahap pengembangan setelah itu
memasuki fase kemandirian (tahun ke-6). Penyelenggaraan program RSBI dan/
atau SBI sebagai suatu sistem pendidikan memiliki standar layanan pendidikan
yang mengacu pada tiga aspek, yaitu input, proses, dan output. Adapun
komponen-komponen yang dijadikan sebagai objek penjaminan mutu dalam
pelaksanaan program RSBI dan/ atau SBI meliputi: Input terdiri dari kurikulum
(KTSP), mutu tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana
pendidikan, pembiayaan, dan kesiswaan. Proses terdiri dari proses pembelajaran,
mutu penilaian, dan pengelolaan. Output terdiri dari mutu kompetensi lulusan, dan
akreditasi.
Tentunya dalam pelaksanaan program RSBI dan/ atau SBI pada satuan
pendidikan tidak selama berjalan dengan lancar, sering kali hambatan muncul
secara umum dalam pelaksanaan program tersebut. Adapun hambatan-hambatan
yang biasa dialami oleh SMA RSBI dan/ atau SBI adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1. Ketidakmampuan sekolah dalam mengadopsi atau beradaptasi dengan
kurikulum negara-negara OECD.
2. Penguasaan TIK dan bahasa Inggris masih tergolong rendah.
3. Belum terpenuhinya kualifikasi akademik tenaga pendidik berpendidikan S-2.
4. Dukungan dana untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang
berstandar internasional baik dari pemerintah kabupaten maupun komite
sekolah masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program RSBI dan/
atau SBI, maka hendaknya sekolah dapat berupaya dalam mengatasi hambatan
tersebut. Adanya upaya sekolah dalam mengatasi hambatan tersebut, maka akan
berdampak pada pelaksanaan program RSBI dan/ atau SBI yang lebih baik. Selain
itu, sekolah yang berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dapat
meningkat menjadi SBI (Sekolah Bertaraf Internasional).
Adapun skema dari kerangka berpikir diatas adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Tuntutan era globalisasi
untuk menghasilkan SDM
berkualitas secara
nasional maupun
internasional
Pendirian Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI)
Pelaksanaan RSBI, meliputi:
Input (kurikulum, sarana
prasarana, tenaga pendidik dan
kependidikan, pembiayaan,
dan kesiswaan).
Proses (proses pembelajaran,
penilaian, dan pengelolaan).
Ouput (kompetensi lulusan dan
akreditasi).
Hambatan pelaksanaan
RSBI
Upaya untuk menghadapi
hambatan yang terjadi
Pelaksanaan RSBI yang lebih baik
dan peningkatan status menjadi
SBI sehingga dapat menghasilkan
lulusan yang berdaya saing baik
nasional maupun internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun
Ajaran 2011/ 2012. Alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di SMA
Negeri 1 Karanganyar sebagai berikut:
a. Tersedianya data-data yang dibutuhkan peneliti di SMA Negeri 1
Karanganyar sehingga, lebih memudahkan dan mendukung kelancaran
dalam pelaksanaan penelitian.
b. Saat ini SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan satu-satunya SMA di
kabupaten Karanganyar yang menyelenggarakan program Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sehingga, peneliti tertarik ingin
mengetahui implementasi RSBI di sekolah tersebut.
c. Sekolah tersebut memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan penulis untuk melakukan penelitian kurang
lebih dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
No Jenis Kegiatan Tahun 2012
Jan Feb Maret April Mei Juni
A. Perencanaan Penelitian :
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Perijinan Penelitian
B. Pelaksanaan Penelitian :
1. Pengumpulan Data
2. Analisis Data
3. Penarikan Kesimpulan
C. Penyusunan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Untuk mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap
diperlukan suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang
tepat. Bentuk penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi
permasalahan yang disajikan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
yang bertujuan agar permasalahan yang diteliti dapat diungkap secara
mendalam dengan mencari kebenaran secara ilmiah dan memandang objek
secara keseluruhan.
Sukmadinata menyatakan bahwa, “Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok” (2008:60). Pendapat lain
Moleong (2009) menyatakan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alami dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah (hlm. 6).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menganalisis fenomena, peristiwa
maupun aktivitas yang ada secara mendalam oleh peneliti atau dengan
bantuan orang lain sebagai sumber data primer dari permasalahan penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti berusaha memecahkan masalah dengan
menggambarkan keadaan obyek penelitian sesungguhnya berdasarkan fakta-
fakta yang tampak sebagaimana mestinya, yaitu tentang implementasi
program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian merupakan pola dan cara yang digunakan
berdasarkan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan
dan sasaran. Menurut Sukmadinata (2008), “Penelitian deskriptif adalah suatu
bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah ataupun rekayasa manusia” (hlm. 72).
Berdasarkan penjelasan Sutopo (2002:112), penelitian deskriptif
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Studi kasus terpancang (embedded research), yaitu penelitian yang sudah
terarah pada batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam
penelitian.
b. Studi kasus tidak terpancang (grounded research), yaitu penelitian yang
sejak awal penelitiannya tidak menyusun pertanyaan yang mengarah ke
fokus tertentu, karena sasaran penelitiannya dengan beragam masalahnya
belum diketahui atau sama sekali asing baginya.
Dari penjelasan di atas, penelitian kualitatif terdapat dua macam, antara lain:
a. Studi kasus tunggal, yaitu apabila penelitian tersebut terarah pada satu
sasaran karakteristik.
b. Studi kasus ganda, yaitu apabila penelitian tersebut memiliki lebih dari
satu sasaran yang memiliki perbedaan karakteristik.
Strategi penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian
deskriptif dengan studi kasus tunggal terpancang karena penelitian dilakukan
pada suatu unit tertentu (satu ruang lingkup) yaitu SMA Negeri 1
Karanganyar dan terpancang berarti terpusat pada tujuan untuk mengetahui
implementasi program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
C. Sumber Data
Arikunto mengemukakan bahwa, “Sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh” (2006: 129). Pada penelitian kualitatif
yang menjadi sumber data adalah manusia sebagai responden (narasumber),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sumber tertulis, sumber tempat dan peristiwa. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan berbagai macam sumber data, antara lain:
1. Narasumber (informan)
Narasumber adalah orang yang bersedia memberikan informasi
kepada peneliti sesuai dengan informasi yang dimilikinya berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Pada
penelitian ini yang menjadi narasumber adalah Wakasek Kurikulum,
Pengelola RSBI, Guru pengajar RSBI, dan Siswa kelas RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar. Oleh karena informan-informan tersebut dianggap berkompeten
dan terlibat dalam implementasi program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar.
2. Sumber Tertulis
Sumber tertulis yang berhubungan dengan permasalahan sangat
diperlukan untuk dimanfaatkan sebagai sumber data dalam penelitian.
Sumber tertulis yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini berupa arsip,
laporan, buku serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan
implementasi RSBI seperti buku paduan penyelenggaraan program RSBI,
sertifikat RSBI, dan lain-lain .
3. Sumber Tempat dan Peristiwa
Tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1
Karanganyar, berasal dari lokasi tersebut akan muncul berbagai fenomena
dan data yang diperlukan dalam penelitian, yakni implementasi RSBI.
D. Teknik Sampling
Moleong (2009) mengatakan bahwa, “Sampling ialah untuk menjaring
sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunanya
(constructions)” (hlm. 224). Sampling digunakan untuk menggali informasi yang
menjadi dasar dari rancangan dan teori. Teknik sampling digunakan untuk
menyeleksi agar pemilihan sampel sesuai dengan tujuan permasalahan yang
diteliti. Menurut Moleong, “Pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sampel bertujuan (purposive sample)” (2009: 224). Sampel bertujuan dapat
diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Rancangan sampel yang muncul: sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik
terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel secara berurutan: tujuan memperoleh variasi sebanyak-
banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan
jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: pada mulanya setiap sampel dapat
sama kegunaannya. Namun sesudah semakin banyak informasi yang masuk
maka, sampel semakin dipilih atas dasar fokus penelitian.
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: pada sampel bertujuan
seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan
informasi yang diperlukan. Jika tidak ada informasi yang dapat dijaring, maka
penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Jadi jika sudah terjadi
pengulangan informasi maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.
Selain itu, Patton (1984) menegaskan bahwa dalam pengumpulan data
dengan teknik purposive sampling, pilihan informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Sutopo,
2002: 56). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Purposive snowball
sampling dengan tujuan memperoleh informasi secara mendalam dan dapat
dipercaya dari informan yang telah ditentukan sebelumnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara khusus yang digunakan untuk
memperoleh data dalam penelitian. Data adalah bahan informasi untuk proses
berpikir eksplisit atas kemungkinan-kemungkinan pemecahan permasalahan.
Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Pada penelitian deskriptif kualitatif wawancara merupakan salah satu
bentuk teknik pengumpulan data. Sukmadinata (2006) meyatakan bahwa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
“Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan secara
lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual” (hlm. 216). Selain itu,
Moleong berpendapat, “Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu dan dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan serta pihak yang diwawancarai (interviewee)”
(2009: 186).
Menurut Moleong (mengutip dari Patton, 1980: 197) wawancara dibagi
menjadi beberapa jenis, antara lain:
a) Wawancara pembicaraan informal
Jenis wawancara ini memiliki ciri spontanitas dalam mengajukan
pertanyaan kepada yang diwawancarai dan berlatar alamiah.
b) Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka
dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan selama
wawancara berlangsung.
c) Wawancara baku terbuka
Merupakan jenis wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan baku yang bercirikan urutan pertanyaan, kata-katanya
dan cara penyajiaannya untuk setiap responden sama sehingga
keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman (probing) terbatas
(2009: 187).
Berdasarkan jenis wawancara tersebut, peneliti menggunakan
pendekatan dengan petunjuk umum wawancara dimana sebelum melakukan
wawancara terlebih dahulu menyusun kerangka pertanyaan yang relevan
dengan permasalahan.
2. Observasi
Sukmadinata (2006) mengemukakan, “Observasi adalah satu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (hlm. 220). Observasi dapat
dilakukan dengan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Ciri observasi
partisipatif adalah pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung, sedangkan observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut dalam
kegiatan hanya berperan mengamati kegiatan. Jenis observasi yang digunakan
pada penelitian ini adalah observasi nonpartisipatif yang berarti peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mengamati secara langsung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
implementasi RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar. Disamping itu, observasi
ini dilakukan secara informal dan formal. Observasi secara informal
dilakukan pada waktu peneliti kunjungan awal, sebelum secara formal
mendapatkan ijin, sedangkan observasi formal dilakukan peneliti setelah
mendapatkan ijin secara penuh dari sekolah untuk mengamati lingkungan
sekolah beserta memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
3. Analisis Dokumen
Menurut Sukmadinata, “Studi dokumenter (documentary study)
adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik yang
dihimpun dan dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah” (2006: 221).
Pada penelitian ini teknik yang dilakukan adalah menganalisis dokumen
dengan cara mengamati, mencatat, dan menyimpulkan dari dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan implementasi RSBI.
F. Validitas Data
Arikunto (2006) mengemukakan, “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan dan keshahihan suatu instrument”
(hlm. 168). Oleh karena itu, data-data yang telah terkumpul pada kegiatan
penelitian harus teruji kebenarannya (keabsahan data). Pada penelitian ini
validitas data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi. Menurut Moleong
(2009), “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data ini untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu” (hlm. 330). Moleong (mengutip dari
Denzim 1978) membedakan triangulasi menjadi empat macam, antara lain:
1. Triangulasi sumber, yaitu dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen. Dari hasil pembandingan
tersebut tidak akan banyak mendapatkan kesamaan pandangan, pikiran, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pendapat tetapi yang terpenting adalah mengetahui alasan-alasan terjadi
perbedaan-perbedaan tersebut.
2. Triangulasi metode, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dan beberapa sumber
data dengan metode sama.
3. Triangulasi penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data.
4. Triangulasi teori, yaitu dalam membahas permasalahan menggunakan lebih
dari satu teori. (2009: 330).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Triangulasi sumber digunakan untuk membandingkan data
sejenis yang berkaitan dengan pengumpulan data dari sumber data yang berbeda.
Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara informan yang
satu dengan informan yang lain sehingga dapat diketahui keabsahan dari data
yang diperoleh. Triangulasi metode dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang sejenis tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan
berbeda, yaitu dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik
wawancara dan disisi lain juga menggunakan observasi dan studi dokumentasi.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan sesuai dengan
tujuan penelitian.
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan
proses pengumpulan data sampai diperoleh suatu kesimpulan, sehingga analisis
data tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Miles dan Huberman (1974),“Ada dua model dalam
melaksanakan analisis penelitian kualitatif yaitu model analis jalinan atau
mengalir (flow model of analysis) dan model analisis interaktif (interactive model
of analysis)” (Sutopo, 2002: 94). Untuk lebih jelasnya kedua model tersebut
diarahkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Analisis jalinan (flow model of analysis) adalah model analisis yang berkaitan
dengan hubungan yang mengalir dari tiga komponen pokok yaitu reduksi
data, penarikan simpulan dan verifikasi, serta proses pengumpulan data di
lapangan, proses dengan tiga komponen analisisnya tersebut bila aktivitasnya
terjadi saling menjalin dalam bentuk arus alur kegiatan menyusun setiap
komponen analisisnya, dan dilakukan secara terus-menerus dalam proses
pelaksanaan data.
2. Analisis interaktif (interactive model of analysis) adalah peneliti tetap
bergerak di antara tiga komponen analisisnya (redukssi data, penarikan
simpulan, dan verifikasi) dengan proses pengumpulan data selama kegiatan
pengumpulan data berlangsung. Kemudian sesudah pengumpulan data
berakhir, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisisnya dengan
menggunakan waktu yang tersissa bagi penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (interactive model
of analysis). Gambar pemahaman analisis dengan metode interaktif adalah:
Gambar 3.1 Komponen-kompenen Analisis Data Model Interaktif
(Sumber: Sutopo, 2002: 96)
Penjelasan mengenai komponen analisis data adalah sebagai berikut:
Pengumpulan
Data
Reduksi
Penyajian Data
Penarikan kesimpulan
atau Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjaring data sebanyak mungkin. Pengumpulan data akan dilakukan selama
data yang diperlukan belum cukup apabila telah cukup dan dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan maka pengumpulan data dapat dihentikan.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan,
mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Proses reduksi berlangsung terus sampai laporan
akhir penelitian disusun. Reduksi merupakan bagian analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak
penting sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dengan mudah.
3. Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengorganisasikan informasi secara sistematis, menggabungkan dan
merangkai keterkaitan antar data, menggambarkan proses dan fenomena yang
ada dari obyek penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan dapat berupa kegiatan pengembangan
ketelitian dalam satuan data sehingga penarikan dalam penelitian ini
dihubungkan dengan pihak yang relevan.
Jadi, tahapan analisis data dapat dilakukan setelah kegiatan pengumpulan
data dirasa cukup kemudian dilakukan reduksi data dan dilanjutkan penyajian
data. Apabila penyajian data telah terlaksana dapat dilakukan penarikan
kesimpulan sementara atau verifikasi tetapi apabila masih ada kesalahan dapat
diperbaiki melalui pengumpulan data yang masih berlangsung. Pengumpulan data
akan tetap berlajan dan analisis tetap berjalan sampai seluruh data terkumpul dan
disusun menjadi laporan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
H. Prosedur Penelitian
Menurut Moleong (mengutip dari Bogdan, 1972) bahwa,“Dalam
penelitian kualitatif ada tiga tahapan yaitu: (1) pra lapangan, (2) kegiatan
lapangan, (3) analisis data” (2002: 127). Prosedur dalam penelitian ini
digambarkan melalui skema yang terencana dari awal sampai akhir pembuatan
laporan. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah:
1. Tahap Penyusunan Proposal dan Perijinan
Tahapan ini merupakan tahap pra lapangan, yakni dengan
merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
penelitian. Mulai dari pengajuan mini proposal, pembuatan proposal, dan
mengurus perijinan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini peneliti terjun kelapangan untuk mengumpulkan
data yang menjadi sumber data penelitian. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Ketiga
teknik tersebut digunakan agar data yang dikumpulkan benar-benar valid.
3. Tahap Analisis Data Awal
Hal ini dilakukan agar data yang diperlukan dapat terpisah dari data
yang tidak digunakan. Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang telah terkumpul sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
4. Tahap Analisis Data Akhir
Data yang dianalisis dalam tahapan ini adalah keseluruhan data yang
diperoleh dalam pengumpulan data dan merupakan data yang sangat
mendukung tujuan penelitian. Data ini sudah di analisis di awal dan dapat
dikatakan relevan dan valid.
5. Tahap Penarikan Kesimpulan
Setelah analisis data dilakukan tahapan selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan yang berdasarkan tujuan penelitian dengan didukung data yang
valid, maka hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah menyajikan hasil
penelitian dalam bentuk laporan yang disusun berdasarkan ketentuan dan
selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
Penyusunan Proposal dan
Perijinan
Persiapan
Penelitian
Pengumpulan
Data dan
Analisis Data
Analisis
data Akhir
Penarikan
Kesimpulan
Penulisan
Laporan
Penggandaan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Karanganyar
Pada awalnya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Karanganyar bernama SMA Negeri Gaya Baru yang telah berdiri sejak
tahun1961. Berdasarkan SK Menteri Pendidikan No. 21/SK/B/II tanggal 10
September 1962 SMA Negeri 1 Karanganyar dinyatakan resmi berdiri dan
yang bertindak sebagai kepala sekolah pertama adalah Bapak Sri Wirasmo.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar terletak di
Jalan A. W. Monginsidi 03 Kabupaten Karanganyar. Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 1 Karanganyar memiliki tanah seluas 11.740 m2 dengan luas
bangunan 6.625 m2 yang terbagi menjadi dua gedung yaitu gedung utara dan
gedung selatan, luas lapangan 2.330 m2, luas halaman 1.150 m
2, luas taman
240 m2, dan pagar keliling 1.395 m
2. Saat ini gedung utara SMA Negeri 1
Karanganyar masih dalam tahap renovasi dan terdiri dari beberapa ruangan,
yaitu: ruang Kepala Sekolah, ruang Tata Usaha, ruang Wakil Kepala Sekolah,
ruang Bimbingan dan Konseling, 18 ruang kelas RSBI, 2 ruang Aksel, ruang
Guru, perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium bahasa, kantin, kamar
mandi, kantin, ruang TIK, tempat parkir, dan masjid. Untuk gedung selatan
terdiri dari 9 ruang kelas RSBI, aula, 2 buah sanggar, mushola, lapangan,
kantin, tempat parkir, dan kamar mandi.
Sejalan dengan bergantinya waktu, SMA Negeri 1 Karanganyar telah
mengalami pergantian Kepala Sekolah sebanyak tiga belas kali. Berikut ini
nama-nama pejabat Kepala Sekolah sejak berdirinya SMA Negeri 1
Karanganyar sampai sekarang :
a. Sri Wirasmo ( 01-08-1961 s.d 30-09-1962 )
b. Drs. RM Gunawan Prawiro Atmojo ( 01-10-1962 s.d 06-01-1973 )
c. Drs. Wiranto Notodihardjo ( 07-01-1973 s.d 17-02-1983)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
d. Badroen Broto Kesowo, BA (18-02-1982 s.d 20-10-1992)
e. Winarno, BA (21-10-1992 s.d 31-05-1995)
f. Y. Soewardo sastro Soemarto, BA (01-06-1995 s.d 02-02-1996)
g. Drs. Soengkono (04-03-1996 s.d 20-12-2000)
h. Drs. Soeparmo (21-12-2000 s.d 13-04-2003)
i. Drs. Maryanto, MM (14-4-2003 s.d 05-06-2006)
j. Drs. Sugiyarto, M.Hum (05-06-2006 s.d 22-10-2007)
k. Drs. H. Sukiman, B.Sc, MM (22-10-2007 s.d 31-11-2008)
l. Drs. Sri Wardoyo, B.Sc, MT (1 -12-2008 s.d 18-3-2009)
m. Drs. H. Sobirin M, M.Pd (18 -3-2009 s.d sekarang)
2. Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan SMA Negeri 1 Kranganyar
a. Visi SMA Negeri 1 Karanganyar
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang
realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Bagi satuan
pendidikan visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil
sekolah yang diinginkan di masa datang.
Visi SMA Negeri 1 Karanganyar adalah ” Berbasis Teknologi,
Unggul dalam Prestasi, Luhur dalam Budi Pekerti dan Berwawasan
Internasional”.
b. Misi SMA Negeri 1 Karanganyar
Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas,
kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk
mewujudkan visi. Berikut ini merupakan misi SMA Negeri 1
Karanganyar:
1) Menyelenggarakan pelayanan sekolah yang berbasis Teknologi
Informasi.
2) Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik sesuai bakat,
minat dan potensi siswa sesuai tuntutan era globalisasi.
3) Membentuk karakter siswa beriman, bertaqwa, berbudi luhur sesuai
dengan agama dan nilai-nilai budaya daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4) Mewujudkan rasa kebersamaan, kerukunan, kekeluargaan yang
harmonis serta saling menghormati intern dan antar warga sekolah
dengan masyarakat.
5) Menjalin hubungan dengan sekolah bertaraf internasional dalam
negeri maupun luar negeri.
c. Tujuan SMA Negeri 1 Karanganyar
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, tujuan SMA Negeri
1 Karanganyar terdiri dari:
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran berbasis teknologi
dan informasi.
2) Memberikan pelayanan yang berkualitas dan berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
3) Meningkatkan prestasi akademik terutama dalam nilai Ujian Nasional
dan Olimpiade Sains Nasional dan event-event pada tingkat regional,
nasional maupun internasional.
4) Meningkatkan prestasi non akademik pada kompetisi olahraga
maupun seni pada tingkat regional, nasional maupun internasional.
5) Menciptakan kerukunan antar umat beragama dan saling menghormati
antar sesama warga sekolah.
6) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan agama untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
7) Mengadakan kerja sama dengan sekolah bertaraf internasional dalam
negeri maupun luar negeri.
8) Menjalin kerja sma untuk pendampingan dengan Perguruan Tinggi
dalam negeri maupun luar negeri.
9) Meyelenggarakan manajemen sekolah yang berbasis teknologi
informasi.
10) Meningkatkan SDM para pendidik dan tenaga kependidikan dengan
teknologi informasi danberbahasa Inggris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
d. Sasaran SMA Negeri 1 Karanganyar
1) Terwujudnya pembelajaran berbasis teknologi dan informasi.
2) Terselenggaranya pelayananan yang cepat, tepat dan memuaskan.
3) Tercapainya prestasi akademik yang unggul dalam Ujian Nasional dan
OSN.
4) Tercapainya prestasi olahraga dan seni budaya pada tingkat regional,
nasional maupun internasional.
5) Terwujudnya insan yang beriman, bertaqwa dan berbudi pekerti luhur.
6) Terwujudnya kerukunan antar warga sekolah dengan anggota
masyarakat sekitar.
7) Terciptanya jalinan kerja sama dengan SMAbertaraf internasional
dalam negeri maupun luar negeri.
8) Terwujudnya kerja sama dengan Perguruan Tinggi dalan negeri
maupun luar negeri.
9) Tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan profesional.
10) Terselenggaranya manajemen sekolah yang berbasis teknologi
informasi.
3. Kondisi Lingkungan Belajar
Pada umumnya lingkungan belajar dibagi menjadi 2 macam, yaitu;
lingkungan belajar di dalam kelas dan lingkungan belajar di luar kelas.
Kondisi proses belajar mengajar SMA Negeri 1 Karanganyar di dalam kelas
berlangsung dengan lancar dan didukung dengan sarana prasarana yang
lengkap. Setiap ruang kelas memiliki ukuran seluas 8 X 9 m2 dan rata-rata
terdiri dari 34 siswa. Adapun sarana prasarana yang tersedia disetiap ruang
kelas berupa meja dan kursi untuk siswa, meja dan kursi untuk guru,
whiteboard, satu set komputer, satu buah LCD, satu buah layar proyektor dan
dua buah AC.
Kelangsungan proses belajar mengajar SMA Negeri 1 Karanganyar
tidak hanya sebatas di dalam kelas melainkan juga di luar kelas, seperti
laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, dan fasilitas peribadatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Oleh karena itu, dengan adanya berbagai fasilitas penunjang tersebut
pelaksanaan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Karanganyar dapat berjalan
dengan maksimal meskipun kondisi SMA Negeri 1 Karanganyar sekarang
dalam proses renovasi untuk pengembangan gedung.
Selain memiliki lingkungan belajar yang kondusif dan ketersediaan
sarana prasarana cukup memadai, interaksi antara siswa dan guru terjalin
dengan baik, baik di saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Hal
tersebut dapat terlihat ketika siswa berpapasan dengan Bapak/ Ibu guru tidak
hanya mengucapkan salam namun juga menjabat tangan Bapak/ Ibu guru.
Adanya keakraban dan rasa kekeluargaan tersebut diharapkan antara guru
dengan siswa dapat saling bekerjasama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga prestasi siswa dapat mengalami peningkatan.
4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Karanganyar
Struktur organisasi sekolah merupakan gambaran tentang garis
koordinasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Struktur organisasi
SMA Negeri 1 Karanganyar adalah:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi sebagai educator, manajer, administrator dan
supervisor.
1) Kepala sekolah sebagai edukator
Kepala sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses
belajar mengajar secara efektif dan efisien.
2) Kepala sekolah selaku manajer mempunyai tugas sebagai berikut :
Menyusun perencanaan, pengorganisasian kegiatan, mengarahkan
kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap
kegiatan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses
belajar mengajar.
3) Kepala sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan
administrasi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, peng-
koordinasian dan pengawasan.
4) Kepala sekolah sebagai supervisor
Bertugas menyusun program supervisi, melaksanakan program
supervisi, dan memanfaatkan hasil supervisi.
b. Wakil Manajemen Mutu
Memiliki wewenang mengatur, menumbuhkan kesadaran tentang
pentingnya harapan stakeholders, mengendalikan dan mengembangkan
sistem mutu serta kewenangan untuk menjalin hubungan dengan pihak
luar khususnya mengenai Sistem Manajemen Mutu.
c. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
1) Menyusun program pengajaran.
2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
3) Menyusun jadwal pekan ulangan dan tes semester serta UAN/UAS.
4) Menyiapkan kriteria kenaikan kels dan pelaksanaan ujian.
5) Mengatur jadwal penerimaan buku laporan penilaian hasil belajar,
STTB/ STL.
6) Mengkoordinasikan dan mengarahkan satuan pelajaran dan silabus
kurikulum.
7) Menyusun laporan pelaksanaan ujian.
8) Mengkoordinasi pelaksanaan KBM sesuai jadwal KBM .
9) Membina lomba-lomba dalam bidang akademik.
10) Pengelolaan penjurusan.
d. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
1) Menyusun program pembinaan kesiswaan.
2) Melaksanakan bimbingan, pengarahan, pengendalian kegiatan
kesiswaan/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tertib
sekolah serta pemilihan pengurus OSIS.
3) Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi.
4) Sebagai aparatur STP2K.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
e. Wakil Kepala sekolah Bidang Sarana Prasarana
1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana sekolah (KBM,
guru, Tata Usaha, Siswa, Perpustakaan, laboraturium, kafetaria,
ekstrakurikuler, dll).
2) Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana-prasarana.
3) Mengelola pembiayaan alat-alat pengajaran.
4) Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana prasarana secara
berkala.
5) Pemeliharaan dan pengembangan perpustakaan, laboraturium dan
penataan halaman.
6) Pengendalian dalam pemeliharaan dan penjagaan kebersihan,
keindahan dan kesehatan kelas/ruang serta lingkungan sekolah
sepanjang hari.
f. Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat
1) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang
tua/wali dan masyarakat secara harmonis.
2) Membina pengembangan hubungan antara sekolah dengan lembaga
pemerintah, dunia usaha dan lembaga sosial.
3) Melakukan kegiatan promosi sekolah.
g. Kepala Tata Usaha
1) Mengkoordinasi administrasi sekolah.
2) Melaksanakan administrasi umum ke dalam dan ke luar.
3) Mengelola ketatausahaan.
4) Membuat daftar gaji.
5) Mengelola administrasi.
h. Guru
1) Melaksanakan Kegiataan Pembelajaran.
2) Mengelola kelas.
3) Membinan siswa.
4) Membuat perangkat program pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
5) Melaksanakan kegiatan penilaian PBM meliputi ulangan harian dan
tes semester.
6) Melaksanakan analisis hasil ulangan umum.
i. Wali Kelas
1) Pengelolaan kelas.
2) Penyelenggaraan administrasi kelas.
3) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.
4) Pembuatan catatan khusus tentang siswa.
5) Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar
5. Sumber Daya Manusia
a. Dewan Guru dan Karyawan
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti jumlah tenaga pendidik
(guru) SMA Negeri 1 Karanganyar adalah 80 orang sedangkan karyawan
SMA Negeri 1 Karanganyar berjumlah 24 dengan klasifikasi sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Daftar Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Karanganyar
Status Guru Karyawan
1) Tetap (PNS)
2) Tidak Tetap
63
17
8
16
JUMLAH 80 24
Sumber : Dokumen TU SMA Negeri Karanganyar
b. Siswa
Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar terbagi menjadi dua program
yaitu siswa akselerasi dan siswa RSBI. Jumlah siswa di SMA Negeri 1
Karanganyar tahun ajaran 2011/ 2012 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 4.2 Daftar Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2011/ 2012 Program
Akselerasi dan RSBI
Jenis Program Kelas L P Jumlah
1) Akselerasi X
XI
2
5
22
19
24
24
2) RSBI
X
XI
XII
92
112
134
215
194
170
307
306
304
JUMLAH 345 620 965
Sumber : Dokumen TU SMA Negeri 1 Karanganyar
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan peneliti baik melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi maka langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis terhadap data-data tersebut agar diperoleh informasi yang
berguna untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penelitian ini akan
membahas tentang pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) SMA 1 Karanganyar, hambatan pelaksanaan program RSBI dan upaya
yang dilakukan dalam menghadapi hambatan pelaksanaan program RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar. Berikut ini merupakan temuan penelitian implementasi
program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1
Karanganyar:
1. Kronologi Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar
Pada awalnya SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan satuan
pendidikan menengah atas yang hanya menyelenggarakan layanan pendidikan
kelas reguler. Keberadaan dan eksistensi SMA Negeri 1 Karanganyar dalam
berprestasi membawa dampak positif bagi SMA Negeri 1 Karanganyar
sehingga dapat menciptakan pencitraan yang baik di hadapan masyarakat
sekitar maupun stakeholders. Oleh karena itu, SMA Negeri 1 Karanganyar
dikenal sebagai sekolah favorit di Kabupaten Karanganyar. Sejalan dengan
perkembangan dunia pendidikan SMA Negeri 1 Karanganyar selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
meningkatkan kualitas sekolah dan mengembangkan potensi yang dimiliki
agar dapat bersaing dengan SMA lain baik tingkat kabupaten, korwil,
provinsi, dan bahkan nasional.
Seiring dengan adanya pengkategorian sekolah oleh pemerintah
berdasarkan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada tahun 2006
SMA Negeri 1 Karanganyar ditunjuk sebagai Sekolah Kategori Mandiri
(SKM). Setelah berjalan selama dua tahun SMA Negeri 1 Karanganyar
melakukan pengembangan kembali dan ditahun 2008 SMA Negeri 1
Karanganyar mengajukan diri agar dapat menyelenggarakan program
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan PJP RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar yang menyebutkan
bahwa,”Pada awalnya di tahun 2006 SMA Negeri 1 Karanganyar ditunjuk
sebagai Sekolah Kategori Mandiri (SKM) setelah berjalan dua tahun kami
melakukan pengembangan lagi ke arah RSBI tepatnya di tahun 2008 dengan
mengajukan diri...” (Field note Informan I, 11 April 2012)
Berdasarkan rekomendasi Dinas P dan K Provinsi Jawa Tengah No.
193/DIKMEN/VI/2008, SMA Negeri 1 Karanganyar mengembangkan satu
kelas sebagai kelas percobaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI). Selanjutnya pada tanggal 24 Juni 2009, SMA Negeri 1 Karanganyar
resmi ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara program Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) berdasarkan SK Direktur Pembinaan SMA No.
1823/C.C4/LL/2009 (terlampir). Hal tersebut sesuai dengan perkataan PJP
RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar, ”... Pada tahun 2008 kami baru membuka
satu kelas percobaan RSBI kemudian baru di tahun 2009 SMA Negeri 1
Karanganyar diverifikasi menjadi RSMABI secara by school (keseluruhan)
oleh Dirjen Pendidikan”. (Field note Informan I, 11 April 2012). Senada
dengan pernyataan Informan I, Wakasek Kurikulum mengungkapkan bahwa:
Untuk program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar telah
diselenggarakan sejak empat tahun yang lalu, yakni pada tahun 2008.
Akan tetapi, pada tahun tersebut penyelenggaraannya hanya satu kelas
sebagai percobaan kemudian di tahun 2009 penyelenggaraan RSBI
sudah menyeluruh (by school) untuk kelas X nya dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sembilan kelas RSBI sedangkan kelas XI dan XII menyesuaiakan (ada
kelas reguler dan satu kelas RSBI)... (Fiel note Informan II, 12 April
2012)
Selain itu, Bapak/ Ibu guru juga memberikan informasi yang sama
mengenai awal waktu penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar.
Menurut guru akuntansi,” Untuk RSBI pertama kali hanya percobaan satu
kelas saja di tahun 2008 kemudian di tahun 2009 pelaksanaan RSBI sudah
secara keseluruhan untuk kelas X nya” (Field note Informan IV, 24 April
2012) sedangkan guru fisika mengemukakan,” SMA Negeri 1 Karanganyar
menyelenggarakan program RSBI sejak tiga tahun yang lalu yaitu tahun 2009
secara by school jadi seluruh kelas X sudah RSBI dengan jumlah kelas 9
ruangan tetapi di tahun sebelumnya yaitu 2008 SMA negeri 1 Karanganyar
membuka 1 kelas percobaan RSBI”. (Field note Informan III, 24 April 2012)
Penyelenggaraan program RSBI bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan
daya saing komparatif tinggi baik secara nasional maupun internasional.
Berlandaskan pada tujuan penyelenggaraan program RSBI tersebut, PJP
RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar mengutarakan alasan SMA Negeri 1
Karanganyar menyelenggarakan program RSBI, bahwa:
Alasannya sendiri berhubungan dengan program pemerintah yakni
sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan. Program RSBI meliputi
delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) plus X dimana X
merupakan suatu kelebihannya seperti PBM yang berbasis IT, sarana
prasarana yang lengkap, minimal 30% guru berpendidikan S-2, dan
lain-lain. Jadi, tujuan utama program RSBI adalah meningkatkan mutu
pendidikan agar para siswa dapat melanjutkan jenjang pendidikan di
Perguruan Tinggi serta memiliki daya saing yang tinggi baik lokal,
nasional, dan bahkan internasional (Filed note Informan I, 11 April
2012)
Selain itu, Wakasek Kurikulum menuturkan alasan penyelenggaraan program
RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar adalah sebagai upaya peningkatan
kualitas pembelajaran. Jadi, berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar
adalah sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan karena konsep RSBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dan/ atau SBI adalah SNP + X dimana X merupakan pengembangan dan
pendalaman dari delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja kunci tambahan
yang berstandar internasional.
2. Pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di
SMA Negeri 1 Karanganyar
Sebagai suatu sistem pendidikan penyelenggaraan RSBI di SMA
Negeri 1 Karanganyar memiliki standar layanan pendidikan yang mengacu
pada tiga aspek, yaitu:
a. Input
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus ada dan
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya sutau proses. Segala
sesuatu yang tersebut berupa sumber daya, perangkat lunak, dan harapan-
harapan yang beruguna sebagai alat pemandu saat berlangsungnya proses.
Input bagi penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar terdiri dari;
1) Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan ketentuan
Permendiknas No. 78 Tahun 2009, kurikulum RSBI dan/ atau SBI
harus berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang
diperkaya dengan standar dari negara anggota OECD atau negara
maju lainnya.
Kurikulum yang digunakan RSBI dan/ atau SBI harus
menambahkan komponen ”X” yang belum ada dalam kurikulum
(standar isi) dimana ”X” merupakan hasil adopsi maupun adaptasi.
Hasil penambahan tersebut kemudian dioperasionalkan ke dalam
KTSP meliputi silabus, RPP, perangkat pembelajaran, media belajar,
sumber belajar, dan perangkat pendukung lainnya. Oleh karena itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
diperlukan adanya kerjasama dengan lembaga/ tenaga profesional
independen dan/ atau lembaga terkait dalam pengembangan
kurikulum.
Tinjauan kurikulum program RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar menurut PJP RSBI :
Sebenarnya untuk kurikulum itu sama dengan sekolah-sekolah
yang ada di Indonesia yaitu dengan menggunakan KTSP tetapi
karena SMA Negeri 1 Karanganyar telah RSBI maka terdapat
plus nya, plus nya adalah seperti yang tercantum dalam
Permendiknas No. 78 bahwa RSBI/ SBI harus mengadopsi dan/
atau adaptasi kurikulum negara-negara OECD atau negara maju
lainnya tetapi untuk jangka waktu dekat ini SMA Negeri 1
Karanganyar belum melaksanakan. Sebagai nilai plus nya kami
tambahkan terlebih dahulu materi-materi SNMPTN dimana
materi tersebut membekali para siswa untuk dapat diterima di
Perguruan Tinggi Negeri sehingga target kami masih Nasional
dulu karena melihat perekonomian masyarakat Karanganyar
berbeda dengan masyarakat kota tetapi kami telah membangun
kerja sama dengan lembaga-lembaga baik lokal maupun luar
negeri untuk adaptasi dan/ atau adopsi kurikulum. Misalnya,
dalam mapel biologi terdapat materi-materi tertentu yang
didalam kurikulum negara-negara maju ada sedangkan didalam
Standar Isi kami belum ada maka kami masukkan tentunya
dengan pertimbangan-pertimbangan. Selain itu, juga tidak lupa
ciri khas RSBI dengan mengembangkan pembelajaaran berbasis
IT dan juga billingual. (Field note Informan I, 11 April 2012)
Selain itu, Wakasek Kurikulum menjelaskan bahwa:
Kurikulum yang digunakan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
adalah KTSP Plus, plusnya adalah mengadopsi dan adaptasi
dengan rekan-rekan sekolah RSBI dan/ atau SBI lokal selain itu
masih ditambah adaptasi/ adopsi materi-materi SNMPTN yang
bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Negeri UNS. Bentuk
kerja sama dengan UNS berupa pengembangan silabus semua
mata pelajaran dimana kami (SMA Negeri 1 Karanganyar)
dibimbing para dosen UNS untuk bersama-sama menyusun
silabus yang dikembangkan dan disesuaikan dengan materi-
materi SNMPTN misalnya, untuk materi yang ada dalam
SNMPTN tetapi didalam Standar Isi belum ada maka kami
masukan ke dalam kurikulum sehingga kurikulum di SMA
Negeri 1 Karanganyar jelas berbeda dengan kurikulum SMA
lain. Dengan demikian, muatan mata pelajaran terdapat
pengembangan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dasar (KD) dari kegiatan adaptasi maupun adopsi dari beberapa
SMA RSBI/ SBI lokal dan saat ini kami lebih mengacu pada
materi-materi SNMPTN yang bekerja sama dengan UNS sebab
kami memiliki harapan agar ouput SMA Negeri 1 Karanganyar
dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri...(Field note
Informan II, 12 April 2012)
Hal senada disampaikan oleh Bapak/ Ibu guru mata pelajaran
akuntansi dan fisika yang menegaskan kurikulum RSBI SMA Negeri
1 Karanganyar adalah KTSP Plus dimana plus nya mengarah pada
penguasaan bahasa Inggris dan kemampuan IT serta materi
pembelajaran diperkaya dengan materi SNMPTN. (Field note
Informan III & IV, 24 April 2012)
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan, kurikulum
yang digunakan pada RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar berbeda
dengan sekolah reguler pada umumnya karena di dalam kurikulum
tersebut terdapat pengembangan dan pendalam SK, KD, dan indikator.
Pengembangan dan pendalaman SK, KD, dan Indikator tersebut
mengarah pada penyesuaian materi-materi SNMPTN. Sebagai ciri
RSBI pada muatan pelajaran SMA Negeri 1 Karanganyar
menambahkan keterampilan bahasa asing seperti bahas Inggris toefl
dan bahasa mandarin (terlampir).
2) Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun
2005,”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah”. Secara garis
besar beberapa tugas utama pendidik di satuan pendidikan
penyelenggara program RSBI dan/ atau SBI adalah sebagai berikut: a)
mengembangkan silabus; b) membuat RPP berkarakter; c) mengajar
dengan bilingual yaitu menggunakan bahasa asing salah satunya,
khususnya bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan demikian guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris; d) menerapkan model
pembelajaran agar dapat menciptakan pembelajaran yang PAIKEM;
e) mampu menggunakan perangkat IT untutk proses pembelajaran
atau untuk pengembangan profesinya; f) mengembangkan media
pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan tuntutan kurikulum
bertaraf internasional. Selain itu, sesuai dengan Permendiknas No. 78
Tahun 2009 kualifikasi tenaga pendidik RSMABI dan/ atau SMA-BI
minimal 30% pendidik berpendidikan S-2 atau S-3 sesuai dengan
bidang studi yang diampu dan berasal dari perguruan tinggi yang
program studinya terakreditasi.
Keadaan kualifikasi tenaga pendidik SMA Negeri 1
Karanganyar lebih dari 30% berpendidikan S-2, tepatnya berjumlah
27 tenaga pendidik. Selain itu, dari 70 tenaga pendidik yang telah
berstatuskan sebagai PNS sejumlah 63 guru dan 46 diantaranya telah
bersertifikasi sedangkan sisanya masih berstatuskan sebagai Guru
Tidak Tetap (GTT). Sesuai dengan pernyataan Wakasek kurikulum,
bahwa:
Kualifikasi akademik untuk guru SMA Negeri 1 Karanganyar
sudah memenuhi yaitu minimal S-1 sedangkan untuk guru yang
berpendidikan S-2 sebagai salah satu syarat RSBI sudah lebih
dari 30% tetapi kendalanya pendidikan S-2 nya tidak linear
sebab seperti yang kita ketahui bahwa sekarang belum banyak
penyelenggara program S-2 yang sesuai dengan pendidikan S-1
(Field note Informan II, 12 April 2012)
Senada dengan pernyataan Wakasek Kurikulum, PJP RSBI
menegaskan,”...Tenaga pendidik (guru) di SMA Negeri 1
Karanganyar sudah lebih dari 30% yang berpendidikan S-2 dan
sebagian besar sudah linear dengan mata pelajaran yang diampu...”
(Fied note Informan I, 11 April 2012)
Sejalan dengan program RSBI yang telah diselenggarakan
SMA Negeri 1 Karanganyar, selama tiga tahun ini kemampuan
pendidik dalam menerapkan bilingual khususnya bahasa Inggris masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
belum dapat optimal sedangkan penguasaan IT telah mengalami
peningkatan tetapi masih terdapat beberapa pendidik yang belum
dapat mengoptimalkan IT dalam pembelajaran, khususnya tenaga
pendidik senior. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Wakasek
Kurikulum berikut;
Penguasaan guru dalam menggunakan IT pada proses
pembelajaran masih 50:50 karena basic SMA Negeri 1
Karanganyar adalah SMA reguler sehingga otomatis para guru
yang dimiliki adalah guru reguler bukan guru RSBI. Akan
tetapi, melihat SMA Negeri 1 Karanganyar yang saat ini telah
berstatus RSBI kami mengusahakan perbaikan dan peningkatan
kualitas tenaga pendidik sehingga sekarang masih dalam taraf
pengembangan SDM. Untuk penguasaan IT oleh para guru baru
didominasi oleh guru-guru muda sedangkan guru-guru senior
yang sudah hampir pensiun masih perlu waktu untuk
beradaptasi, bukan berarti sudah tua tidak bisa IT jika mereka
mau belajar pasti bisa. Untuk penggunaan billingual oleh Bapak/
Ibu guru seperti yang saya sampaikan diawal bahwa billingual
digunakan baru sebatas bahasa komunikasi sebab jika dalam
menyampaikan materi pokok dengan bahasa Inggris pasti
mengalami kesulitan, belum lagi penguasaan bahasa Inggris
yang dimiliki belum menguasai sepenuhnya jadi sekarang kami
bertatih-tatih dan sedikit demi sedikit belajar bahasa Inggris
melalui pelatihan yang diberikan sekolah... (Field note Informan
II, 12 April 2012).
Di samping itu, PJP RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
membenarkan pernyataan di atas dengan mengungkapkan,
....Kompetensi guru dalam berbahasa Inggris dalam PBM masih
belum memenuhi dan penguasaan IT pun juga belum. Umumnya
baru Bapak/ Ibu guru yang masih muda yang sudah dapat
menggunakan IT tetapi bukan berarti Bapak/ Ibu guru yang
senior tidak dapat menggunakan IT secara penuh mereka juga
ikut belajar dalam pelatihan-pelatihan yang kami berikan...
(Fieldnote Informan I, 11 April 2012)
Senada dengan pernyataan PJP RSBI dan Wakasek
Kurikulum, sebagai customer pendidikan siswa kelas XII merasakan
kemampuan Bapak/ Ibu guru dalam menerapkan bilingual belum
optimal dan kompetensi dalam menggunakan IT juga belum baik. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tersebut disebabkan oleh mayoritas tenaga pendidik yang mengajar di
kelas XII adalah Bapak/ Ibu guru senior sedangkan untuk kelas X dan
XI karena mayoritas tenaga pendidik yang mengajar masih muda
maka penggunaan IT dapat teroptimalkan tetapi kemampuan
menerapkan bahasa Inggris rendah.
Pada umumnya tenaga kependidikan sekolah terdiri dari
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan
tenaga kebersihan. Kompetensi utama yang harus dimiliki oleh tenaga
kependidikan, antara lain: a) memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang tugasnya; b) memiliki keterampilan dalam sesuai dengan
bidang tugasnya; c) memiliki kemampuan berkomunikasi bahasa
asing (bahasa Inggris); d) memiliki kemampuan IT.
Saat ini tenaga kependidikan yang dimiliki SMA Negeri 1
Karanganyar sebanyak 24 orang dan 8 orang diantaranya adalah
pegawai tetap sedangkan sisanya Tenaga Tidak Tetap (TTT). Pada
umumnya kualifikasi pendidikan pegawai minimal lulusan SMA
namun ada juga yang berpendidikan S-1. Berikut ini merupakan
keterangan dari PJP RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar kaitannya
dengan kualifikasi dan kompetensi tenaga kependidikan. “Untuk
tenaga kependidikan rata-rata minimal lulusan SMA tetapi ada juga
yang Sarjana dan selain itu kebanyakan para staff kependidikan masih
TTT (Tenaga Tidak Tetap)…” (Field note Informan I, 11 April 2012).
Keterangan tersebut diperkuat juga oleh penuturan Wakasek
Kurikulum yang menjelaskan,
... Untuk tenaga kependidikan atau tenaga administrasi di SMA
Negeri 1 Karanganyar secara keseluruhan berjumlah 24 yang
PNS hanya 8 orang dan sisanya masih TTT (Tenaga Tidak
Tetap). Selain itu kualifasi tenaga administrasi di SMA Negeri 1
Karanganyar sudah sesuai yaitu minimal tamatan SMA dan
sarjana.... (Field note Informan II, 12 April 2012).
Berkaitan dengan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh
tenaga kependidikan SMA Negeri 1 Karanganyar, khususnya pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kemampuan penggunaan IT dan berbahasa Inggris telah dapat berjalan
dengan baik namun untuk kemampuan berbahasa inggris masih seperti
kemampuan Bapak/ Ibu guru. Menurut PJP RSBI,
...Untuk tenaga kependidikan penguasaan IT nya sudah dapat
berjalan khususnya dalam mengoperasikan PAS (Paket Aplikasi
Sekolah) dan penggunaan bahasa Inggris belum terlalu
diprioritaskan tetapi ada beberapa staff yang memberikan
layanannya terhadap siswa dengan menggunakan bahasa Inggris
walaupun hanya sedikit. (Field note Informan I, 11 April 2012).
Sama halnya dengan pernyataan PJP RSBI, Wakasek
Kurikulum memberikan keterangan bahwa secara kesuluruhan jumlah
tenaga kependidikan sebanyak 24 orang, 8 diantaranya merupakan
PNS dan sisanya Tenaga Tidak Tetap (TTT) serta kualifikasi yang
dimiliki tenaga kependidikan rata-rata minimal tamatan SMA namun
ada juga yang Sarjana. Selain itu, kemampuan tenaga kependidikan
dalam menggunakan IT sudah lebih baik dari sebelumnya tetapi
sebaliknya penggunaan bahasa Inggris masih rendah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kualifikasi tenaga pendidik maupun kependidikan SMA Negeri 1
Karanganyar telah memenuhi standar bahkan lebih meskipun
kesesuaian pendidikan S-2 guru SMA Negeri 1 Karanganyar tidak
dapat linear dengan mata pelajaran yang diampu. Akan tetapi,
pemenuhan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan terhadap
penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar masih
pada tahapan yang rendah khususnya kemampuuan menggunakan
bilingual (bahasa Inggris).
3) Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana untuk program RSBI dan/ atau SBI
merupakan fasilitas pendukung pencapaian target yang telah
ditetapkan oleh satuan pendidikan penyelenggara program RSBI dan/
atau SBI. Selain itu, sebagai penyelenggara program RSBI dan/ atau
SBI setiap sekolah harus memiliki sarana prasarana pokok sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
berikut; tanah (minimal luasnya 15.000 m2), gedung, ruang kelas dan
ruang lain, perpustakaan, laboratorium (fisika, kimia, biologi, bahasa,
komputer, dan IPS), kantin, auditorium, sarana olah raga, pusat belajar
dan riset guru, penunjang administrasi sekolah, unit kesehatan, toilet,
tempat ibadah, dan taman.
Setiap tahun ketersediaan sarana prasarana SMA Negeri 1
Karanganyar mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara dengan informan di setiap ruang kelas telah
dilengkapi sarana pembelajaran berbasis IT yaitu terdapat seperangkat
Personal Computer (PC), LCD, layar proyektor, dan akses internet
(wifi). Hal ini sesuai dengan pernyataan PJP RSBI bahwa, “Sarana
prasarana untuk PBM di tahun ini sudah dapat terpenuhi seperti
perangkat computer, LCD, layar proyektor, meja, kursi, papan tulis,
dan laian-lain…” (Filed note Informan I, 11 April 2012). Selain
sarana pembelajaran di dalam kelas, SMA Negeri 1 Karanganyar
selalu melakukan pemenuhan dan pembaruan sumber belajar yang
tersedia di perpustakaan serta alat-alat peraga laboratorium. Seperti
yang diutarakan oleh Wakasek Kurikulum,”Untuk ketersediaan sarana
prasarana setiap tahunnya kami mengadakan pemenuhan baik alat-alat
peraga pembelajaran di laboratorium, penambahan koleksi buku-buku
perpustakaan, pengadaan perangkat-perangkat komputer, dan lain-
lain...” (Field note Informan II, 12 April 2012)
Akan tetapi, pengembangan gedung masih belum sesuai
dengan harapan seperti, keadaan ruangan perpustakaan dan
laboratorium IPA yang masih sederhana, ruang kesehatan yang belum
menetap, belum terpenuhinya ruangan pembelajaran kesenian dan
ruang penunjang pembelajaran lainnya. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan PJP RSBI bahwa;
…Akan tetapi, untuk sarana penunjang seperti perpustakaan,
laboratorium, ruang guru, ruang OSIS, UKS sampai saat ini
belum sesuai (belum layak) masih dalam tahap pemugaran tetapi
untuk tahun ini kami masih memfokuskan penyediaan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dulu di gedung utara karena di gedung selatan hanya untuk
laboraturium saja sehingga sesuai dengan standard dan set plan
kami. (Field note Informan I, 11 April 2012).
Pernyataan di atas diperkuat oleh guru fisika yang menyatakan,
...Untuk ketersediaan sarana prasarana yang lain seperti
ketersediaan alat peraga laboratorium MIPA juga sudah
memenuhi tetapi memang ruangan masih belum sesuai dengan
set plan dan bersifat sederhana karena nanti laboratorium
tersebut akan dipindahkan. Akan tetapi ketersediaan
laboratorium untuk mapel yang saya ampu (fisika) masih
menjadi keprihatinan sebab SMA Negeri 1 Karanganyar dalam
prose pembenahan sehingga menyebabkan demonstrasi
pembelajaran di laboratorium jarang dilakukan... (Filed note
Informan III, 24 April 2012).
Di sisi lain, siswa kelas X, XI, dan XII merasakan ketersediaan sarana
prasarana pembelajaran di dalam kelas dan sumber belajar seperti
koleksi buku perpustakaan dan alat peraga telah sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran RSBI tetapi untuk sarana prasarana
penunjang di luar kelas umumya masih bersifat sederhana, seperti
ruangan perpustakaan dan laboratorium IPA.
Berdasarkan kenyataan dan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan, pada umumnya ketersediaan sarana prasana
pembelajaran program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar telah
memenuhi dan sesuai dengan standar khususnya untuk sarana
pembelajaran di dalam kelas namun untuk sarana penunjang di luar
kelas terutama berkaitan dengan kualitas ruangan belum dapat
memenuhi standar. Hal ini disebabkan saat ini RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar masih melakukan pemugaran dan pemenuhan gedung
sehingga ruangan perpustakaan, ruang kesehatan, laboratorium, dan
ruang pembelajaran lainnya masih bersifat sederhana.
4) Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sarana prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan model
kerja tetap. Biaya personal merupakan biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi meliputi
gaji serta tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan, biaya
pemenuhan perlengkapan pendidikan, dan biaya operasi tidak
langsung.
Sekolah yang bertaraf internasional memiliki konsekuensi
pembiayaan yang besar, khususnya dalam tahapan rintisan dan
pengembangan sekolah. Unsur-unsur pokok yang memerlukan
pembiayaan besar antara lain pembiayaan pengembangan SDM,
sarana prasarana, kurikulum, manajemen, PBM, dan pengembangan
lingkungan sekolah. Menurut Permendiknas No. 78 Tahun 2009
sumber pembiayaan program RSBI dan/ atau SBI berasal dari
pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kota/ kabupaten, dan
masyarakat.
Pembiayaan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar berasal dari
pemerintah yang berupa block grant dulu di tahun pertama
mendapat bantuan kurang lebih lima ratus juta sedangkan di
tahun terakhir kurang lebih hanya dua ratus juta. Selain itu,
sumbernya pembiayaan berasal dari APBD dan bantuan orang
tua siswa yang digunakan untuk pemenuhan gedung sehingga
target kami untuk 3 sampai 4 tahun kedepan pemenuhan
gedung, sarana prasarana, dan pengembangan SDM sudah harus
dapat terlaksana...ungkap PJP RSBI (Field note Informan I, 11
April 2012).
Sesuai dengan pernyataan PJP RSBI, Wakasek Kurikulum
menyampaikan bahwa;
Sumber pembiayaan berasal dari bantuan pemerintah (APBN),
provinsi (APBD 1), kota/ baupaten (APBD 2), dan masyarakat.
Untuk bantuan dana dari pemerintah baik pusat, provinsi,
maupun daerah digunakan untuk pemenuhan sarana prasarana
dan pengembanganan SDM sedangkan dana masyarakat
digunakan untuk pemenuhan operasional sehingga dalam
penyelenggaraan RSBI ini kami membutuhkan partisipasi dari
masyarakat. Besaran bantuan pemerintah untuk APBN kami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pernah medapat sekitar dua ratus jutaan, APBD 1 antara empat
ratus sampai lima raus juta, APBD 2 ada dana tujuh ratus lima
puluh juta...(Field note Informan II, 12 April 2012).
Selain itu, sumber pembiayaan dari masyarakat terdiri dari
uang pembangunan dan iuran rutin bulanan. Pada tahun ajaran
2010/2011 besaran uang pembangunan minimal Rp3.000.000 untuk
setiap siswa sedangkan uang rutin bulanan adalah 10% dari uang
pembangunan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan siswa kelas X,
”Untuk uang SPP di tahun angkatan sebesar Rp350.000,00 dengan
sistem memilih dan uang pembangunan Rp3.500.000,00...” (Field
note Informan V, 11 April 2012). Bagi siswa kelas XI uang
pembangunan minimal Rp 2.750.000,00 dan kelas XII
Rp2.500.000,00, seperti yang diungkapkan Wakasek
Kurikulum,”...Untuk irot besarnya 10% dari uang pembangunan atau
normalnya untuk kelas X Rp 300.000,00; kelas XI Rp 275.000,00;
kelas XII Rp 250.000,00...” (Field note Informan II, 12 April 2012).
Program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar menyediakan
dana bantuan bagi siswa SMA Negeri 1 Karanganyar yang berasal
dari keluarga kurang mampu tetapi berprestasi. Adapun bentuk
bantuan yang diberikan berupa keringanan maupun pembebasan.
Penanggung Jawab Program RSBI menyatakan,
...Kami memberikan beasiswa bagi anak-anak yang kurang
mampu tapi berprestasi berupa keringanan maupun pembebasan
dimana mereka dapat memperolehnya dengan mengajukan
permohonan keringanan serta melampirkan surat-surat yang
menjadi persyaratan seperti keterangan tidak mampu dan lain-
lain. Selanjutnya, dari pihak sekolah akan melakukan home visit
sehingga apabila ada anak kami yang pintar tetapi tidak mampu
maka benar-benar akan dibantu. Anggaran kami untuk
pemberian beasiswa tersebut sekitar 10% dari penerimaan
sekolah dengan jumlah penerima 10-20% dari jumlah
keseluruhan siswa. (Field note Informan I, 11 April 2012)
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan siswa kelas X sebagai salah
satu penerima beasiswa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
...Saya sendiri menerima beasiswa tersebut berupa keringanan
dan bantuan tunai yakni uang gedung mendapat potongan
Rp500.000,00 dan SPP dipotong Rp100.000,00 jadi sekarang
SPP yang saya bayarkan Rp250.000,00 dan uang pembangunan
Rp3.000.000,00 sedangkan uang tunai saat ini yang saya dapat
Rp390.000,00. (Field note Informan V, 11 April 2012)
Berdasarkan keterangan di atas diperoleh kesimpulan bahwa
sumber pembiayaan program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota/
kabupaten, dan masyarakat. Meskipun SMA Negeri 1 Karanganyar
telah menyelenggarakan program RSBI tetapi sekolah tetap
menyediakan dana bantuan bagi siswa berprestasi yang kurang
mampu secara finansial.
5) Kesiswaan
Sekolah Bertaraf Internasional mensyaratkan calon siswa
baru harus memiliki kompetensi dan kecerdasan tinggi. Beberapa
kemampuan umum yang lazim menjadi tolak ukur keinternasionalan
adalah kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, kemampuan
dalam sains, kemampuan dalam bidang teknologi, dan kemampuan
lain yang bersifat karya-karya inovatif dan kreatif.
Untuk menjaring kemampuan anak tersebut, SMA Negeri 1
Karanganyar mensyaratkan para calon siswa memiliki nilai rata-rata
rapor SMP semester 1 sampai 5 minimal 7,5 dan nilai rata-rata UN
minimal 7,5. Selain itu, para calon siswa diwajibkan menjalani tes
potensi akaademik (yang terdiri dari tes MIPA, IPS, bahasa Indonesia,
bahasa Inggris, dan TIK), psycho test, tes keterampilan TIK, dan
wawancara berbahasa Inggris. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan
PJP RSBI bahwa;
Sesuai dengan petunjuk Dirjen bahwa setiap siswa lulusan SMP
yang ingin mendaftarkan diri ke RSBI/ SBI nilai rata-rata rapor
semester 1 sampai dengan 5 minimal 75 dan melampirkan nilai
UN (Ujian Negara). Selanjutnya mengikuti Tes Potensi
Akademik (meliputi mapel MIPA, bahasa Inggris, bahasa
Indonesia, dan IPS), tes keterampilan TIK, psycho test, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
wawancara dengan bahasa Inggris...(Field note Informan I, 11
April 2012).
Salah satu siswa kelas XI menuturkan,
...Ketika saya mendaftarkan diri untuk sekolah di RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar harus melalui beberapa tes masuk seperti
tes potensi akademik, psycho test, dan wawancara dengan
bahasa Inggris tetapi untuk adek tingkat ada tambahan tes
ketrampilan TIK. Selain itu nilai UN dan nilai rapor semester 1
sampai 5 sewaktu SMP juga digunakan sebagai pertimbangan
dan persyaratan mendaftar. (Field note Informan VII, 29 April
2012).
Berdasarkan hasil observasi dan keterangan yang telah
diperoleh dapat disimpulkan bahwa prosedur Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) pada program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan seleksi. Adapun
tahapan tes seleksi terdiri dari tes seleksi administrasi (nilai rapor
semester 1-5 dan UN rata-rata minimal 75), psycho test, tes potensi
akademik, tes keterampilan TIK dan wawancara bahasa Inggris.
b. Proses
Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu
yang lain. Proses yang dimaksud adalah proses dalam pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan dan program, proses belajar
mengajar, dan proses monitoring maupun evaluasi. Adapun proses
pendidikan di SMA Negeri 1 Karanganyar kaitannya dengan
penyelenggaraan program RSBI, meliputi:
1) Proses Pembelajaran
Berdasarkan Permendiknas No. 23 Tahun 2006,”Menuntut
lulusan SMA mampu menunjukkan kesadaran hidup yang tinggi,
bersikap dan berperilaku hidup yang positif, mampu berpikir logis,
kritis, analitis dan kreatif, serta mampu memecahkan masalah secara
inovatif”. Oleh karena itu, untuk menghasilkan lulusan seperti yang
tercantum dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006 proses
pembelajaran pada program RSBI harus berpedoman pada lima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
prinsip pembelajaran seperti yang tertuang dalam PP Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 bahwa;
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi para peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup tinggi bagi prakarsa dan
kreativitas, sesuai dengan bakat minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Kelima prinsip tersebut dapat dikembangkan untuk menghasilkan
proses pembelajaran yang bercirikan internasional. Selain itu, setiap
satuan pendidikan yang menyelenggarakan program RSBI harus
menerapkan pembelajaran bilingual dan menggunakan fasilitas ICT
secara optimal.
Berdasarkan penuturan PJP RSBI proses pembelajaran
program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar telah berbasis IT dan
menggunakan bilingual walaupun hanya sebagai bahasa komunikasi
sehingga penggunaan bahasa Inggris belum dapat digunakan sebagai
bahasa pengantar penyampaian materi pembelajaran tapi sebatas
percakapan sederhana dan pengenalan istilah-istilah khusus dalam
materi, seperti pemberian salam. Senada dengan pernyataan di atas,
Wakasek Kurikulum mengungkapkan,
Proses belajar mengajar di program RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar sudah berbasis ICT sehingga didalam kelas telah
tersedia satu unit perangkat komputer lengkap dengan LCD,
layar proyektor, koneksi internet, dan AC. Untuk koneksi
internet memang bukan jadi rahasia umum bahwa keadaannya
masih belum optimal (sering putus sambung) karena terlalu
banyak pengguna sedangkan bandwitchnya terlalu kecil.
Penggunaan billingual dalam pembelajaran bersifat tidak mutlak
khususnya dalam penyampaian substansi materi pembelajaran
sehingga saat ini billingual baru digunakan sebatas bahasa
pengantar komunikasi seperti membuka menutup pelajaran,
memberikan peluang bagi siswa bertanya, dan lain-lain. Selain
itu, tidak menutup kemungkinan juga billingual digunakan
dalam mengenalkan istilah-istilah khusus dalam materi pelajaran
agar siswa tidak asing lagi dengan istilah tersebut. (Field note,
12 April 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Selain itu, sebagai salah satu komponen pelaksana pembelajaran yakni
guru fisika mengatakan,
Proses belajar mengajar yang kami lakukan mengacu pada
silabus yang ada kemudian untuk aplikasinya selama
pembelajaran kami menggunakan IT seperti kegiatan presentasi
yang memanfaatkan perangkat computer, LCD, dan layar
proyektor. Di samping itu, selama pembelajaran juga
memanfaatkan model-model pembelajaran agar anak dapat
belajar secara efektif dan kreatif dalam menerima materi tetapi
penggunaannya disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan buat saya untuk materi yang tingkatannya mudah
masih menggunakan model ceramah. Untuk penggunaan
billingual masih bersifat sebagai bahasa komunikasi tetapi saya
juga mengenalkan pada siswa istilah-istilah khusus dalam materi
dengan bahasa Inggris sebagai langkah pembiasaan... (Field note
Informan III, 24 April 2012)
Para siswa mengungkapkan hal yang sama bahwa proses
pembelajaran program RSBI telah berbasis IT dan terdapat penerapan
bilingual meskipun penggunaan bahasa Inggris sebatas bahasa
komunikasi sederhana dan pengenalan istilah-istilah khusus mata
pelajaran. Selain itu, selama proses pembelajaran para siswa juga
merasakan adanya penerapan model pembelajaran, seperti yang
diungkapkan oleh siswa kelas XII bahwa,”Ada beberapa guru yang
menerapkan model pembelajaran ada juga yang belum seperti
observasi (contextual learning), presentasi, dan lain-lain...” (Field
note Informan VI, 26 April 2012). Penerapan model pembelajaran
inovatif selalu disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan sehingga Bapak/ Ibu guru memiliki cara masing-masing
dalam penggunaan model pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
ungkapan guru fisika,”Selama pembelajaran juga memanfaatkan
model-model pembelajaran agar anak dapat belajar secara efektif dan
kreatif dalam menerima materi tetapi penggunaannya disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan buat saya untuk materi yang
tingkatannya mudah masih menggunakan model ceramah”. (Field
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
note Informan III, 24 April 2012). Akan tetapi, di sisi lain ada guru
yang merasa bahwa penggunaan model pembelajaran tidak efisien
waktu, seperti yang disampaikan oleh guru akuntansi,
...Berkaitan dengan model-model pembelajaran saya pribadi
tidak mengikuti hanya sekedar tahu dan untuk penerapannya
saya sendiri juga tidak terlalu suka dengan model-model
pembelajaran yang seperti itu karena lamban rasanya sehingga
tidak efisien waktu dalam menyampaikan materi... (Field note
Informan IV, 24 April 2012).
Bahan ajar yang digunakan pada program RSBI SMA Negeri
1 Karangayar telah bervariasi, hal ini dapat dibuktikan melalui
pernyataan PJP RSBI bahwa,”... Selain itu sumber belajar/ bahan ajar
sudah bervariasi tidak hanya berasal dari buku-buku lokal saja tetapi
juga dengan buku billingual, blog-blog yang telah disediakan oleh
Bapak/ Ibu guru, Compact Disk (CD) pembelajaran, dan native
speaker untuk mapel bahasa Inggris...”(Field note Informan I, 11
April 2012). Di samping itu, para siswa juga merasakan adanya
kebervariasian dalam penggunaan bahan ajar salah satunya adalah
siswa kelas XI yang berujar bahwa,” Bahan ajar yang digunakan
sudah bervariasi selain dari modul biasanya Bapak/ Ibu guru meminta
kami untuk mendownload materi dari internet dan banyak Bapak/ Ibu
guru yang telah memiliki blog. Hand book nya sudah bilingual dan
ada juga modul lembar latihannya”. (Field note Informan VII, 29
April 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
pelaksanaan pembelajaran program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
telah berbasis IT dan menggunakan bilingual walaupun penerapan
bahasa Inggris masih bersifat sederhana yaitu sebagai bahasa
percakapan yang belum digunakan dalam penyampaian materi pokok.
Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat pengaplikasian
model pembelajaran yang penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Di samping itu, sumber belajar yang digunakan Bapak/ Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dalam proses pembelajaran telah bervariasi, seperti dengan
menggunakan buku bilingual, video pembelajaran, download materi
melalui internet, dan lain-lain. Berikut ini merupakan gambaran
pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 1 Karanganyar;
2) Penilaian (Evaluasi)
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Di
samping itu, evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Gambar 4.1 Kegiatan Diskusi
Pembelajaran
Gambar 4.2 Pembelajaran
Berbasis IT
Gambar 4.3 Penggunaan Media
Pembelajaran
Gambar 4.4 Sumber Pembelajaran
melalui Blog Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Penyelenggaraan penilaian bagi satuan pendidikan RSBI dan/ atau
SBI meliputi penilaian hasil belajar dan penilaian program.
Sebagai sekolah penyelenggara program RSBI dan/ atau SBI
sistem penilaiannya tetap mengacu kepada SNP dan sekaligus
melakukan pengembangan dalam pelaksanaannya. Sejalan dengan
aturan PP No. 19 Tahun 2005 bahwa penilaian pendidikan pada
jenjang menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik,
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil
belajar oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Karanganyar
program RSBI oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan
untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk
ulangan harian serta penugasan baik terstruktur maupun tidak
terstruktur. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru fisika, ”Kegiatan
penilaian bisa dilakukan dengan tertulis maupun lisan, seperti
pemberian tugas terstruktur maupun tidak, kegiatan presentasi materi
pelajaran, ulangan harian, dan pengamatan-pengamatan yang
dilakukan saat pembelajaran praktek...” (Field note Informan III, 24
April 2012). Keterangan di atas diperkuat pula oleh guru akuntansi
yang menyebutkan, ”Cara penilaian yang saya lakukan dengan
ulangan harian dan penilaian tugas (baik terstruktur maupun tidak
terstruktur)...” (Field note Informan IV, 24 April 2012). Ranah
penilaian hasil belajar siswa oleh pendidik meliputi kogitif, afektif,
dan psikomorik.
Penilaian hasil belajar seperti biasa dengan ranah penilaian
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada ranah kognitif biasanya
penilaian dilakukan dengan memberikan tugas baik terstruktur
maupun tidak, ulangan harian, test tengah semester dan tes
semester. Ranah afektif penilaian dilakukan dengan melihat
keaktifan siswa selama PBM berlangsung sedangkan
psikomotor dinilai dari perilaku keterampilan anak terkait
dengan materi-materi yang membutuhkan praktek... ujar PJP
RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar (Field note, 11 April 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan
untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh
pendidik. Bentuk penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
umumnya berupa Ujian Sekolah (US), ujian semester kenaikan kelas,
dan segala bentuk ujian yang diselenggarakan sekolah. Di samping
itu, penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi
dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Penilaian hasil belajar siswa yang diselenggarakan oleh
program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar telah mengalami
pengembangan yakni berupa pengembangan instrumen penilaian
dengan cara penilaian berbasis IT dan penggunaan bahasa Inggris
disetiap instrumen penilaian. Hal tersebut sesuai dengan informasi
dari Wakasek Kurikulum yang menyampaikan,
...Untuk bobot billingual dalam instrumen penilaian khususnya
mid semester dan semester kelas X sekitar 30%, kelas XI sekitar
50% dan kelas XII sekitar 75% tetapi penerapan billingual pada
instrumen penilaian sejauh ini baru diwajibkan untuk mapel
sains sedangkan mapel IPS belum diwajibkan. Saat ini kami
mencoba melakukan pengembangan instrument penilaian yang
efektif dan obyektif bagi siswa yakni dengan cara penilaian
online... (Field note Informan II, 12 April 2012).
Pernyataan di atas diperkuat pula oleh PJP RSBI bahwa,”... Di
samping itu, saat ini terdapat media evaluasi yang obyektif dan valid
yakni e-learning evaluation yang dilaksanakan di laboratorium...”
(Field note Informan I, 11 April 2012). Demikian pula dengan
pendapat siswa kelas X dan XII yang menerangkan bahwa selama
pelaksanaan penilaian khususnya ulangan harian, tes tengah semester
dan tes semester terdapat penerapan bilingual (bahasa Inggris) kurang
lebih 30% dari jumlah soal yang diujikan untuk mata pelajaran IPA
sedangkan mata pelajaran IPS penggunaan bahasa Inggris dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
instrument penilaian belum optimal hanya beberapa mata pelajaran
IPS yang telah menerapkannya yaitu, seperti ekonomi dan sosiologi.
Di samping penilaian hasil belajar terdapat juga penilaian
(evaluasi) program yang bertujuan untuk mengetahui ketercapaian dan
kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan proses dan
hasil yang dicapai. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan pemantauan
(monitoring) dan evaluasi. Selaku PJP RSBI menjelaskan bahwa
kegiatan monitoring dan evaluasi RSBI selalu dilakukan setiap
tahunnya oleh pihak-pihak terkait seperti PEMDA, Pemerintah
Provinsi, dan Dirjen Pendidikan Pembinaan SMA. Disamping itu,
Wakasek Kurikulum mengutarakan hal yang senada dengan
pernyataan PJP RSBI untuk kegiatan monitoring dan evaluasi oleh
pihak eksternal seperti Dirjen Pembeinaan SMA, pemerintah daerah,
dan LPPM yang diselenggarakan tiap tahun.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan penilaian RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar terdiri atas
penilaian hasil belajar dan penilaian program. Penilaian hasil belajar
dibagi menjadi tiga jenis yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik,
satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar meliputi
penilaian kognitif, afektif, dan psikomorik. Selain itu, terdapat
pengembangan instrumen penilaian dengan menggunakan IT yang
disebut dengan e-learning evaluation serta terdapat penggunaan
bahasa Inggris pada sajian soal-soal evaluasi.
3) Pengelolaan
Sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan program
RSBI dan/ atau SBI dituntut untuk dapat mengelola sistem pendidikan
atau pengajaran sekolah dengan model manajemen yang memadai.
Pelaksanaan masing-masing bidang manajemen sekolah dilakukan
secara profesional dan mengarah pada manejemen bertaraf
internasional. Oleh karena itu, sekolah yang menyelenggaran program
RSBI dan/ atau SBI dalam kurun waktu lima tahun harus memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
ciri-ciri manajemen sekolah sebagai berikut: a) telah melaksanakan
manajemen berbasis sekolah secara penuh; b) mampu mencapai
manajemen dengan standar ISO 9001 (2000); pengelolaan dalam
berbagai aspek pendidikan dilakukan dengan pola manajemen
berbasis IT; c) melakukan kerja sama dengan sekolah lain yang
bertaraf internasional, baik di dalam maupun di luar negeri yang
diwujudkan dalam MOU.
Pengelolaan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar menurut PJP
RSBI telah sesuai dengan standar pengelolaan RSBI yang diatur
dalam Permendiknas No. 78 Tahun 2009. Hal tersebut dibuktikan
dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001: 2008 dari NQA, UKAS.
Senada dengan keterangan yang diberikan PJP RSBI, Wakasek
Kurikulum menuturkan,
Perolehan Sertifikat ISO di SMA Negeri 1 Karanganyar adalah
ISO versi 9001: 2008 yang diberikan oleh NQA dari UKAS.
Penilaian Sertifikat ISO bersifat keseluruhan meliputi proses
pelayanan, keuangan, proses belajar mengajar, ketersediaan
sarana dan prasarana, dan lain-lain sehingga cenderung seperti
komponen penilaian akreditasi yaitu delapan Standar Nasional
Pendidikan. Dengan demikian pengelolaan RSBI secara
keseluruhan sudah dapat dikatakan baik dan tertib baik tertib
budaya kerja maupun administrasi. (Field note Informan II, 12
April 2012).
Selain memperoleh sertifikat ISO versi 9001: 2008 dari NQA
UKAS, untuk meningkatkan mutu sekolah SMA Negeri 1
Karanganyar mengadakan kerja sama dengan sekolah bertaraf
internasional baik dalam maupun luar negeri. Penanggung Jawab
Program RSBI menyampaikan,
...Kerja sama yang kami lakukan sifatnya lokal dan
internasional. Untuk kerja sama dengan sekolah RSBI dan/ atau
SBI yang ada di Indonesia seperti; SMA Negeri 1 Surakarta,
SMA Negeri 3 Surakarta, SMA 1 Denpasar, SMA 4 Denpasar,
Sutomo Medan, dan lain-lain biasanya kerja sama dengan
sekolah-sekolah tersebut dalam bentuk pembandingan bahan
ajar, keadaan lingkungan sekolah, tukar menukar program dan
sebagainya. Sedangkan dengan pihak Perguruan Tinggi kami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
bekerja sama dengan UNS untuk melakukan pendampingan
dalam penyusunan silabus yang dikembangkan ke arah materi-
materi SNMPTN pada semua mata pelajaran. Rekan di luar
negeri dengan Singapore Pioneer Junior Collage dan Malaysia
”Sekolah Menengah Agama Persekutuan Kajang”... (Field note
Informan I, 11 April 2012)
Pernyataan di atas diperkuat dengan penuturan Wakasek Kurikulum
bahwa;
...Adapun rekan kerja sama RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
untuk yang lokal, antara lain: SMA Negeri 1 Surakarta, SMA
Negeri 3 Surakarta, SMA Negeri 1 Denpasar, SMA Negeri 4
Denpasar, SMA Negeri 78 Jakarta, dan lain-lain sedangkan
rekan kerja sama luar negeri dengan Singapore Pioneer Junior
Collage dan Sekolah Menengah Agama Persekutuan Kajang
Malaysia. Kerja sama kami biasanya berwujud tukar menukar
bahan ajar, budaya, kondisi lingkungan sekolah, adaptasi
maupun adopsi kurikulum, dan lain-lain...(Field note Informan
II 12 April 2012).
Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan RSBI
di SMA Negeri 1 Karanganyar telah berjalan dengan baik dan sesuai
standar pengelolaan RSBI yakni dibuktikan dengan diperolehnya
sertifikat ISO versi 9001: 2008 dari NQA UKAS. Upaya peningkatan
mutu RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar dilakukan dalam bentuk kerja
sama dengan sekolah bertaraf internasional baik dalam maupun luar
negeri.
c. Ouput
Ouput pendidikan merupakan prestasi sekolah yang dihasilkan
dari proses atau perilaku sekolah. Ouput SMA Negeri 1 Karanganyar
sejalan dengan penyelenggaraan program RSBI, berupa:
1) Akreditasi
Akreditasi merupakan kegiatan penilaian kelayakan suatu
program dan/ atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Saat ini akreditasi SMA Negeri 1 Karanganyar berpredikat
A dengan perolehan nilai 96 sesuai dengan SK BAP S/M Provinsi
Jawa Tengah No. 135/ BAP-SM/2011 sehingga, perolehan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
akreditasi program RSBI telah melebihi ketentuan bahwa nilai
akreditasi RSMABI dan/ atau SMA-BI diatas 95. Rincian hasil
penilaian akreditasi SMA Negeri 1 Karanganyar adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Akreditasi SMA Negeri 1 Karanganyar
Komponen Akreditasi Nilai Komponen
Standar Isi 100
Standar Proses 98
Standar Kompetensi Lulusan 96
Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan 93
Standar sarana dan Prasarana 90
Standar Pengelolaan 99
Standar Pembiayaan 98
Standar Penialaian Pendidikan 99
Sumber : Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/ Madrasah (BAN S/M)
Provinsi Jawa Tengah
Dengan demikian, program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar dapat dinyatakan layak dan sesuai dengan standar.
2) Kompetensi Lulusan
Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas setiap satuan
pendidikan diwajibkan memiliki standar kompetensi lulusan. Standar
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, maupun keterampilan dan digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. Sebagai penyelenggara program RSBI dan/
atau SBI, pengembangan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dapat
dilakukan dengan menerapkan standar kelulusan yang setara atau
lebih tinggi dari SNP dan menetapkan standar pembinaan prestasi
bidang akdemik maupun non akademik.
Standar kelulusan SMA Negeri 1 Karanganyar telah
memenuhi aturan dan untuk standar kelulusan mata pelajaran yang
dikenal dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) RSBI SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Negeri 1 Karanganyar telah melebihi SNP. PJP RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar mengungkapkan bahwa:
Aturan Standar Kelulusan (SKL) sama dengan sekolah reguler
yang terdiri dari SKL lembaga/ institusi dan SKL mata pelajaran
biasa yang disebut dengan KKM. Untuk KKM RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar semua mata pelajaran sama yaitu 75
sedangkan SKL lembaga/ institusi dari pemerintah bobot nilai
UN minimal masing-masing mata pelajaran yang diujikan
adalah 4,0 sedangkan rata-ratanya 5,5 (Field note Informan I, 11
April 2012)
Di samping itu, Wakasek Kurikulum menerangkan bahwa penerapan
standar kelulusan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar telah mengacu
pada SKL pemerintah dimana untuk bobot ketuntasan nilai minimal
UN pada masing-masing mata pelajaran UN sebesar 4,0 dengan rata-
rata nilai minimal 5,5 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
masing-masing pelajaran pada umumnya sebesar 75. (Field note
Informan II, 12 April 2012). Selain lain itu, cakupan SKL RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar terdapat pengembangan yang berupa
penambahan materi-materi SNMPTN. Hal ini sesuai dengan
pernyataan guru akuntansi,
Untuk Standar Kelulusan RSBI sama dengan sekolah lain yang
masih reguler yakni mengacu pada SKL UN (Ujian Negara)
tetapi terdapat pengembangan materi sebagai nilai plus yaitu
materi SNMPTN sedangkan untuk bobot nilai minimal UN
masing-masing mata pelajaran yang diujikan adalah 4,0 dengan
rata-rata 5,5 sedangkan KKM mata pelajaran sekolah adalah 75
(Field note Informan IV, 24 April 2012)
Guru fisika memberikan informasi yang sama berkaitan tentang SKL
RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar, bahwa:
Standar Kelulusan SMA Negeri 1 Karanganyar sudah melebihi
SKL SMA reguler untuk SKL mata pelajaran yang dikenal
dengan KKM yaitu 75 sedangkan untuk SKL lembaga/ institusi
sekalipun RSBI tetap sama karena sudah diatur oleh pemerintah
sebagai acuan penyampaian materi sebagai bekal persiapan UN
(Ujian Negara). Acuan SKL RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
diperkaya dengan materi-materi SNMPTN... (field note
Informan III, 24 April 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Sejalan dengan terselenggaranya program RSBI SMA Negeri
1 Karanganyar menetapkan standar pembinaan prestasi akademik dan
non akdemik. Oleh karena itu, SMA Negeri 1 Karanganyar selalu
mendelegasikan siswanya untuk mengikuti perlombaan-perlombaan
seperti OSN (Olimpiade Sains Nasional), perlombaan dibidang seni,
olahraga dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh PJP RSBI:
Prestasi yang pernah diraih SMA Negeri 1 Karanganyar baik
akademik maupun non akademik ditingkat kabupaten sudah
sering didapat dan saat ini kami mentargetkan prestasi SMA
Negeri 1 Karanganyar setelah berstatuskan RSBI minimal
tingkat provinsi. Sejauh ini prestasi yang telah didapat untuk
akademiknya pada lomba Olimpiade Sains Masional (OSN)
baru setingkat provinsi seperti mapel biologi dan ekonomi
sedangkan yang lain belum dapat lolos. Untuk prestasi non
akademik sudah dapat berprestasi setingkat provinsi dan
nasional seperti seni tari (tari kencar-kencar); seni musik
(keroncongan); dan dari ekskul olah raga taekwondo dan renang
(tingkat internasional) serta panahan (tingkat nasional)... (Field
note Informan I, 11 April 2012)
Sama halnya dengan penuturan Wakasek Kurikulum yang
menyebutkan, bahwa:
Prestasi yang pernah kami raih kaitannya dengan bentuk
pengembangan prestasi ketika sekolah telah RSBI sejauh ini
masih dalam tingkatan provinsi untuk prestasi akademiknya
seperti ikut serta dalam kegiatan Olimpiade Sains Nasional
(OSN) tetapi kemarin sudah ada mata pelajaran yang lolos ke
tingkat Nasional untuk mata pelajaran Ekonomi dan Biologi,
sedangkan untuk prestasi non akademik yang paling menonjol
adalah pembinaan-pembinaan ekstrakurikuler dari cabang olah
raga panahan dan taekwondo yang sering menjuari tingkat
provinsi dan nasional. Selain itu, ektrakurikuler seni tari, teater,
dan paduan suara juga mendapatkan prestasi baik ditingkat
ekskarisidenan Surakarta, provinsi, dan bahkan nasional. (Field
note Informan II, 12 April 2012)
Setiap tahun angka kelulusan siswa SMA Negeri 1
Karanganyar mencapai 100%. Berikut ini merupakan cuplikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pernyataan Wakasek Kurikulum berkaitan tentang tingkat kelulusan
dan kualitas hasil belajar siswa:
...Saat ini tingkat kelulusan di SMA Negeri 1 Karanganyar
selalu 100%. Perihal kualitas hasil belajar output RSBI untuk
yang satu kelas percobaan di tahun ajaran 2008/ 2009 peringkat
satu sampai dengan tiga diperoleh siswa RSBI semua. Jika kami
diminta untuk membandingkan antara hasil sebelum RSBI dan
yang sesudah untuk saat ini kami mengatakan jelas terdapat
perbedaan dan peningkatan tetapi apabila pembandingnya
adalah sama-sama dengan RSBI nya belum dapat kami lakukan
karena RSBI secara by school baru akan meluluskan tahun ini.
(Field note Informan II, 12 April 2012)
Selain itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari bagian
kesiswaan selama tiga tahun terakhir jumlah lulusan SMA Negeri 1
Karanganyar yang melajutkan pendidikan ke jenjang Perguruan
Tinggi adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.4 Daftar Kelanjutan Studi Lulusan SMA Negeri 1
Karanganyar ke Perguruan Tinggi
Perguruan
Tinggi
Jumlah lulusan yang diterima
2009 2010 2011
Perguruan
Tinggi Negeri
(PTN)
160 siswa 266 siswa 225 siswa
Perguruan
Tinggi
Kedinasan
41 siswa 29 siswa 30 siswa
JUMLAH 201 siswa 294 siswa 255 siswa
Sumber: Dokumen BK SMA Negeri 1 Karanganyar
Para siswa merasakan peningkatan kualitas hasil belajar
setelah mengikuti pembelajaran program RSBI SMA 1 Karanganyar
karena dengan adanya KKM 75 membuat siswa lebih giat dalam
belajar. Hal tersebut sesuai dengan penuturan siswa kelas X yang
menyatakan,” ... Faktor pendukung saya untuk lebih giat belajar
adalah dengan adanya KKM mapel 75 karena apabila saya tidak bisa
mendapat nilai minimal harus mengikuti remidi dan untuk itu saya
tidak mau”. (Field note Informan V, 11 April 2012). Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
peningkatan kualitas hasil belajar juga dirasakan oleh siswa kelas XI,
seperti yang telah dikatakan bahwa, ”Pastinya mengalami peningkatan
karena melihat KKM RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar adalah 75
menyebabkan saya untuk belajar lebih giat dan juga kemampuan
bahasa Inggris saya sekarang mengalami peningkatan”. (Field note
Informan VII 29 April 2012). Pernyataan para siswa di atas
dibenarkan oleh Bapak/ Ibu guru, salah satunya adalah guru akuntansi
yang menuturkan “Kualitas hasil belajar siswa tentu saja mengalami
perbedaan karena dengan KKM mata pelajaran 75 seluruh siswa mau
tidak mau harus mengejar sehingga apabila dalam ulangan nilai siswa
tidak memenuhi KKM maka akan diulang (remidi) dengan
memberikan soal-soal serupa…” (Field note Informan IV, 24 April
2012)
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan, Standar
Kompetensi Kelulusan yang menjadi acuan adalah SKL pemerintah
yakni sesuai dengan SNP namun terdapat pengembangan SKL
mengingat SMA Negeri 1 Karanganyar telah menyelenggarakan
program RSBI. Pengembangan SKL RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar mengacu pada penambahan materi-materi SNMPTN dan
standar kelulusan sekolah atau kriteria ketuntasan minimal RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar telah melebihi SNP yaitu 75 untuk semua mata
pelajaran. Sejauh ini SMA Negeri 1 Karanganyar telah dapat
menghasilkan output cukup berkualitas melihat tingkat lulusan yang
mencapai 100% dan kurang lebih 70% lulusan dapat diterima di
Perguruan Tinggi Negeri.
3. Hambatan Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat beberapa
hambatan dalam penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
a. Belum dapat mengadopsi/ mengadaptasi kurikulum internasional
Penyelenggaraan program RSBI dan/ atau SBI memiliki
instrumental input ideal berupa kurikulum yang diperkaya agar
memenuhi standar isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang
diperoleh dari berbagai sekolah baik dari dalam dan luar negeri dengan
reputasi internasional. Penyelenggaraan program Rintisan sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar telah
berjalan kurang lebih selama tiga tahun tetapi kurikulum yang digunakan
belum dapat mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum dari sekolah
negara-negara OECD maupun negara maju yang memiliki prestasi dalam
bidang kependidikan. Sebagaimana yang diungkap oleh PJP RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar,
Sebenarnya untuk kurikulum itu sama dengan sekolah-sekolah
yang ada di Indonesia yaitu dengan menggunakan KTSP tetapi
karena SMA Negeri 1 Karanganyar telah RSBI maka terdapat plus
nya, plus nya adalah seperti yang tercantum dalam Permendiknas
No. 78 bahwa RSBI/ SBI harus mengadopsi dan/ atau adaptasi
kurikulum negara-negara OECD atau negara maju lainnya tetapi
untuk jangka waktu dekat ini SMA Negeri 1 Karanganyar belum
melaksanakan. Sebagai nilai plus nya kami tambahkan terlebih
dahulu materi-materi SNMPTN dimana materi tersebut membekali
para siswa untuk dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri
sehingga target kami masih Nasional dulu karena melihat
perekonomian masyarakat Karanganyar berbeda dengan
masyarakat kota tetapi kami telah membangun kerja sama dengan
lembaga-lembaga baik lokal maupun luar negeri untuk adaptasi
dan/ atau adopsi kurikulum. (Field note Informan I, 11 April 2012).
Oleh karena itu, dengan belum dapat terselenggaranya kurikulum
internasional maka SMA Negeri 1 Karanganyar belum dapat
menyelenggarakan program RSBI sesuai dengan ketentuan yang ada.
b. Mayoritas kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan dalam
berbahasa Inggris masih tergolong rendah
Penggunaan bilingual dalam proses pembelajaran merupakan
salah satu ciri khas dari program RSBI. Oleh karena itu, SDM sekolah
penyelenggara program RSBI diharapkan dapat memenuhi ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya kondisi kompetensi guru dan
tenaga kependidikan SMA Negeri 1 Karanganyar dalam menerapkan
atau menggunakan bahasa Inggris tergolong masih rendah. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan PJP RSBI,”... Kompetensi guru dan tenaga
pendidik dalam berbahasa Inggris dalam PBM masih belum
memenuhi...” (Field note Informan I, 11 April 2012). Selain itu, terdapat
penuturan guru fisika yang memperkuat pernyataan diatas bahwa;
...Kendala guru dalam hal penggunaan billingual (bahasa
Inggris)masih belum menguasainya kira-kira pelaksanaannya baru
dapat 30%-40% dan baru bersifat bahasa komunikasi sederhana
sebab ada rasa kurang kepercayaan diripada kami untuk
melaksanakan billingual melihat penguasaan siswa dalam bahasa
Inggris jauh lebih baik daripada kami sehingga kami masih dalam
proses taraf belajar baik acara pengucapan dan lain-lain. (Field note
Informan III, 24 April 2012).
Di sisi lain, siswa kelas X, XI, dan XII menyatakan hal yang
sama bahwa pada umumnya penggunaan bahasa Inggris oleh Bapak/ Ibu
guru belum dapat terlaksana dengan optimal. Seluruh siswa
mengharapkan adanya peningkatan kompetensi Bapak/ Ibu guru agar
proses pembelajaran program RSBI berjalan sesuai dengan ketentuan.
c. Minimnya optimalisasi para tenaga pendidik dalam menggunakan sarana
prasarana pembelajaran
Kegiatan pembelajaran tidak selamanya berlangsung di dalam
kelas karena terdapat beberapa mata pelajaran yang membutuhkan
keterampilan praktek, terutama mata pelajaran IPA. Oleh karena itu,
dibutuhkan kesadaran para tenaga pendidik untuk dapat menggunakan
fasilitas pembelajaran yang tersedia agar melalui kegiatan praktek
tersebut siswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah didapat
sehingga, mendapat gambaran yang jelas atas materi yang diperoleh.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar telah
menyediakan ruang laboratorium bagi Bapak/ Ibu guru yang mengampu
mata pelajaran IPA, meskipun keadaan ruang laboratorium masih sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
sederhana. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dan observasi
Bapak/ Ibu guru yang mengampu mata pelajaran IPA jarang
menggunakan ruang laboratorium untuk kepentingan pembelajaran.
Umumnya untuk kegiatan praktikum berlangsung di dalam kelas.
Sebagaimana yang disampaikan siswa kelas X,”...masih minimnya
penggunaan laboratorium dalam pembelajaran untuk mapel IPA...”
(Field note, Informan V, 11 April 2012). Siswa kelas XII membenarkan
kondisi tersebut bahwa”...ruangan laboratorium IPA masih belum
nyaman dan optimalisasi belajar di laboratorium jarang baru sekali Saya
masuk ke laboratorium selama PBM. Laboratorium baru digunakan
ketika ujian praktek aja...” (Field note, Informan VI, 26 April 2012).
d. Minimnya pengertian masyarakat (stakeholders) terhadap fase
pengembangan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
Saat ini penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar telah berjalan kurang lebih selama 3 tahun dengan demikian
pelaksanaan RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar masih berada pada
tahap pengembangan. Pada tahapan ini agenda sekolah penyelenggara
program RSBI adalah melakukan pengembangan kemampuan SDM,
pengembangan sarana prasarana, dan modernisasi manajemen serta
kelembagaan. Akan tetapi, masyarakat memiliki perspektif yang lain
terhadap SMA Negeri 1 Karanganyar.
Umumnya masyarakat memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap
kesempurnaan penyelenggaraan RSBI namun melihat kondisi RSBI
SMA Negeri 1 Karanganyar yang belum dapat berjalan sempurna
mengakibatkan masyarakat (stakeholders) menuntut SMA Negeri 1
Karanganyar untuk segera menyelenggaraan RSBI yang sesuai dengan
ketentuan. Berikut ini merupakan pandangan siswa kelas XII mengenai
RSBI,” Awalnya saya berpikir RSBI itu proses belajar mengajarnya 50%
menggunakan bahasa Inggris, menjunjung tinggi kedisiplinan dan
fasilitas lengkap”. (Field note Informan VI, 26 April 2012). Selain itu
menurut siswa kelas XI, ”Gambaran RSBI menurut saya adalah sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
yang berstandar internasional sehingga tingkatannya melebihi sekolah
nasional baik dari segi prestasi, pembelajarannya, sarana prasarana, dan
lain-lain”. (Field note Informan VII, 29 April 2012).
Dengan demikian dapat diketahui bahwa umumnya siswa
berpandangan sangat tinggi terhadap RSBI sehingga melihat kekurangan
RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar menimbulkan rasa ketidakpuasan
terhadap penyelenggaraan SBI di SMA Negeri 1 Karanganyar. Berkaitan
dengan hal tersebut Wakasek Kurikulum menuturkan,
Kendala dalam penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar banyak terutama mengenai tuntutan masyarakat yang
luar biasa terhadap sekolah kami setelah berstatuskan RSBI.
Sesuatu hal yang tidak mudah bagi kami untuk memenuhi tuntutan
masyarakat dalam waktu yang singkat karena kami masih bertatih-
tatih untuk melakukan pengembangan baik SDM dan sarana
prasarana sehingga tidak mengherankan bagi kami adanya slogan
Rintihan Sekolah Bertaraf Internasional bukan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional... (Field note Informan II, 12 April 2012)
e. Belum terpenuhinya sarana prasarana secara keseluruhan
Ketersediaan ruangan pembelajaran yang memadai baik secara
kualitas maupun kuantitas merupakan suatu kewajiban bagi
penyelenggara RSBI dan/ atau SBI. Akan tetapi, bagi SMA Negeri 1
Karanganyar hal tersebut belum dapat terpenuhi untuk tahun ini karena
ruangan fasilitas penunjang pembelajaran masih dalam taraf
pembangunan agar sesuai dengan set plan SMA Negeri 1 Karanganyar.
PJP RSBI menyatakan,
Kendala yang dialami SMA Negeri 1 Karanganyar dalm
menyelenggarakan RSBI adalah tuntutan mendirikan sekolah
berkualitas yang awal sebelumnya belum ada gedung menjadi ada
gedung, penyediaan tenaga pendidik dan kependidikan yang
berkualitas padahal SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan
sekolah tertua di Karanganyar... (Field note Informan I, 11 April
2012)
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya rasa ketidaknyamanan siswa
kelas XI yang mengungkapkan,”...Fasilitas perpustakaan sekolah sudah
ada tapi belum begitu nyaman untuk ruangannya karena terlalu sempit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dan gelap. Selain itu, ruangan yang belum ada untuk pembelajaran adalah
ruang kelas untuk muatan lokal seperti seni tari dan musik yang biasanya
dilakukan di aula...” (Field note, Informan VII 29 April 2012).
Selain itu, Wakasek Kurikulum juga menyatakan,”... Gedung-
gedung masih bersifat ala kadarnya untuk laboratorium, perpustakaan,
UKS, dan lain-lain tetapi untuk ruang kelas dan sarpras penunjang belajar
dikelas sudah terpenuhi dengan baik”. (Field note, Informan II, 12 April
2012)
4. Upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam mengatasi hambatan
penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI)
Untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam penyelenggaraan
program RSBI, maka upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Karanganyar
adalah:
a. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah bertaraf
internasional baik di dalam maupun luar negeri dalam kegiatan adopsi
dan/ atau adaptasi kurikulum internasional
Sebagai upaya agar SMA Negeri 1 Karanganyar dapat
mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum internasional, maka SMA
Negeri 1 Karanganyar melakukan pendataan dan mencoba untuk
membangun hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah di negara
maju. Penanggung Jawab Program (PJP) RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar mengungkapkan,”...Untuk menjalin hubungan kerja sama
dengan sekolah luar negeri tidaklah mudah sehingga saat ini kami telah
mengawali dengan mendata sekolah-sekolah di luar negeri dan ini baru
diproses”. (Field note Informan I, 11 2012).
Upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam memperluas
hubungan kerja samanya dengan sekolah-sekolah bertaraf internasional
baik di dalam maupun luar negeri dimaksudkan agar SMA Negeri 1
Karanganyar dapat mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
internasional yang sesuai dengan kondisi sekolah. Hal ini disebabkan
terdapat komponen pendidikan yang belum dapat memenuhi tuntutan
sekolah bertaraf internasional. Selain itu, seperti yang diungkapkan oleh
PJP RSBI bahwa kondisi perekonomian masyarakat Karanganyar secara
agregat berbeda dengan masyarakat perkotaan sehingga, berpengaruh
pada proses pendanaan dalam kegiataan adopsi dan/ atau adaptasi
kurikulum internasional.
b. Peningkatan kompetensi pendidikan dan tenaga kependidikan dalam
berbahasa Inggris melalui pelatihan-pelatihan bahasa Inggris
Pada program RSBI dan/ atau SBI penggunaan IT dan bilingual
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh penyelenggara karena
kedua hal tersebut merupakan ciri khas RSBI dan/ atau SBI. Akan tetapi,
melihat kondisi kemampuan guru dan tenaga pendidik SMA Negeri 1
Karanganyar yang masih rendah, khususnya pada penggunaan bilingual
maka sekolah memberikan pelatihan-pelatihan bagi Bapak/ Ibu guru dan
tenaga kependidikan yang berupa pelatihan bahasa Inggris dan TIK.
Pengembangan SDM khususnya bagi para guru tidak hanya dengan
pelatihan saja tetapi juga dengan mengadakan dan/ atau mengikuti
workshop, seminar, dan IHT. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan PJP
RSBI bahwa;
...Upaya yang kami lakukan untuk pengembangan SDM dengan
memberikan pelatihan-pelatihan IT dann bahasa Inggris bagi
Bapak/ Ibu guru dan para staff, terdapat kegiatan worshop dan
seminar untuk peningkatan kompetensi guru dalam inovasi
pembelajaran, lesson study yang didampingi dari UNS dengan
sistem nanti ada guru yang mengajar dan diamati oleh rekan-rekan
guru lain beserta dosen. Untuk pelatihan bahasa Inggris dan IT
sendiri dilakukan setiap semester dengan bekerja sama dengan
pihak-pihak LPK seperti LPIA, LCC, Solocom dan lain-lain
dengan intensitas waktu 20 sampai 24 pertemuan selama satu
semester (dua kali seminggu) yang diselenggarakan setelah jam
sekolah berakhir. Tidak lupa juga kami selalu memberikan
motivasi bagi Bapak/ Ibu guru setiap kali ada pertemuan atau
breafing pagi untuk selalu mengikuti pelatihan yang
diselenggarakan bagi pengembangan SDM. Selain itu juga kami
mengirimkan perwakilan guru untuk mengikuti MGMP tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
kabupaten untuk tingkat sekolah reguler, MGMP tingkat korwil
Solo untuk sekolah RSBI ataupun MGMP tingkat Jateng sehingga
dapat bertemu dengan guru-gur se-Jateng dan dapat bertukar
pikiran disamping itu juga mengikuti pelatihan-pelatihan ditingkat
nsional. (Field note Informan I, 11 2012)
Senada dengan ungkapan PJP RSBI, Wakasek Kurikulum
menyampaikan,
...Untuk penguatan RSBI nya kami bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait guna meningkatkan kemampuan SDM SMA Negeri 1
Karanganyar melalui pelatihan bahasa Inggris dengan LPIA dan
LCC, pelatihan IT dengan Solocom, serta mengadakan seminar/
workshop yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru.
Untuk pelatihan bahasa Inggris dan IT dilakukan setiap semester
yakni 20 sampai 24 pertemuan dalam satu semester dimana setiap
satu minggunya dilaksanakan dua kali pelatihan setelah jam
sekolah berakhir. Target dari pelatihan pelatihan bahasa Inggris
adalah guru mampu mencapai toefl setidaknya 450 bahkan jika
memungkinkan lebih. (Field note Informan II, 12 April 2012).
Kebenaran penyelenggaran pelatihan yang diberikan oleh sekolah
terhadap para guru dapat diketahui melalui pernyataan guru fisika berikut
ini;
Bentuk pelatihan-pelatihan yang kami terima sejalan dengan
terselenggaranya program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar
antara lain; pelatihan bahasa Inggris dan komputer dengan tujuan
untuk mengefektifkan pembelajaran billingual Bapak/ Ibu guru
SMA Negeri 1 Karanganyar. Pelatihan tersebut diberirikan setelah
PBM sekolah selesai dari pukul 14.00-15.30 dengan intensitas
waktu belajaar satu minggu dua kali dan diberikan setiap semester
dengan jumlah pertemuan 16-24 pertemuan yang bekerja sama
dengan LPK seperti LCC, LPIA, dan Solocom. Pihak sekolah
mentargetkan untuk setiap guru dapat mencapai toefl minimal 450
dan saat ini rata-rata baru mecapai 350 samapai dengan 400 tetapi
ada pula yang lebih. Pelatihan TIK sejauh ini baru terlaksana 2 kali
karena sebagian besar Bapak/ Ibu guru sudah bisa menggunakan IT
dan memiliki dasar, bagi yang belum bisa biasanya belajar dengan
rekan yang lain terutama yang masih muda. Selain itu ada juga
kegiatan seminar dan workshop yang berkaitan dengan peningkatan
kompetensi guru dan inovasi pembelajaran dari sekolah dengan
mendatangkan pihak-pihak terkait dan melibatkan Bapak/ Ibu guru
untuk ikut berperan serta dalam kegiatan tersebut dan telah
terlaksana IHT (In House Tranning) pendampingan dengan dosen-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dosen UNS dalam pengembangan silabus dan rencana di tahun
depan akan melakukan pendampingan OSN (Olimpiade Sains
Nasional) karena melihat tingkat kesukaran OSN sendiri jauh diatas
rata-rata jadi jika hanya guru saja yang menghandle dirasa kurang
sehingga memerlukan pendampingan dosen (Field note Informan
III, 12 April 2012).
Berlangsungnya kegiatan pengembangan SDM SMA Negeri 1
Karanganyar melalui pelatihan-pelatihan bahasa Inggris dan IT, seminar
dan workshop tentang peningkatan kompetensi guru serta inovasi
pembelajaran, dan IHT (In House Trainning) yang berupa pendampingan
dalam menyusun silabus maupun pembinaan OSN (Olimpiade Sains
Nasional). Kegiatan-kegiatan tersebut diharapakan dapat meningkatkan
kemampuan guru dan tenaga kependidikan sehingga penyelenggaraan
program RSBI dapat berjalan sesuai dengan ketentuan.
c. Memberikan arahan dan motivasi bagi para tenaga pendidik untuk
melakukan perbaikan maupun inovasi dalam proses pembelajaran
Sebagai usaha peningkatan kualitas layanan pendidikan SMA
Negeri 1 Karanganyar selalu melakukan pengembangan kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki. Berbagai bentuk pelatihan maupun seminar
telah diselenggarakan. Selain itu, kepala sekolah SMA Negeri 1
Karanganyar selalu memberikan motivasi dan dorongan bagi para tenaga
pendidik untuk selalu melakukan perbaikan dan berinovasi dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Seiring dengan penyelenggaraan program RSBI, seluruh tenaga
pendidik diharapkan dapat mengoptimalisasikan kompetensi yang
dimiliki dengan cara memanfaatkan sarana prasarana yang telah tersedia.
Dengan demikian, proses pembelajaran yang berlangsung benar-benar
menyenangkan, kreatif, aktif, efektif, dan inovatif. Adanya proses
pembelajaran yang berkualitas diharapkan dapat menghasilkan output
yang berkualitas, yakni berdaya saing dan berprestasi.
d. Membangun komunikasi dua arah antara SMA Negeri 1 Karanganyar
dengan masyarakat (stakeholders)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Adanya ketidakpuasan yang dirasakan oleh siswa terhadap
layanan pendidikan program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
mengakibatkan timbulnya tuntutan yang besar agar SMA Negeri 1
Karanganyar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri sehingga
penyelenggaraan RSBI dapat berjalan dengan baik dan optimal. Siswa
kelas XII mengungkapakan,
Saya masih merasa belum puas atas layanan pendidikan di RSBI
SMA Negeri 1 Karanganyar teruatama pada janji sekolah masalah
wifi yang sampai sekarang tiga tahun ini belum merasakan wifi
belum bisa diakses dari dalam kelas sekalipun bisa loading nya
lama sekali. Selain itu, layanan pendidikan yang diberikan oleh
tenaga kependidikan masih belum memuaskan seperti ini mau
minta surat pengantar untuk kepentingan mendaftar ke Perguruan
Tinggi Negeri dan kedinasan prosesnya lama harus menunggu
sampai seminggu padahal kita butuh segera. (Field note Informan
VI, 26 April 2012).
Oleh karena itu, selama berjalannya program RSBI SMA Negeri
1 Karanganyar selalu berusaha memberikan pengertian kepada
masyarakat (stakeholder) agar dapat bekerjasama dalam membangun
RSBI menjadi lebih baik. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Karanganyar mengharapkan bantuan kerja sama dari masyarakat baik
berupa bantuan materiil maupun non materiil. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wakasek Kurikulum bahwa,”Sebagai jalan keluar agar
kendala-kendala yang dialami dapat teratasi maka kami bekerja sama
dengan masyarakat atau orang tua siswa dan pemerintah daerah setempat
untuk peningkatan SMA Negeri 1 Karanganyar agar kami mendapat
bantuan sarana prasarana yang lebih baik dan layak...” (Field note
Informan II, 12 April 2012).
e. Pemenuhan sarana prasarana SMA Negeri 1 Karanganyar melalui
perbaikan sarana prasarana yang telah tersedia dan pengadaan
Ketersediaan sarana prasarana yang memadai baik secara
kualitas maupun kuantitas akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan
program RSBI di setiap sekolah penyelenggara. Oleh karena itu, sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
upaya pemenuhan sarana prasarana SMA Negeri 1 Karanganyar
melakukan perbaikan dan pengembangan sarana prasarana. Adapun
upaya yang dilakukan seperti pemugaran dan penambahan ruangan kelas,
ruang laboratorium, serta pemenuhan sarana prasarana pembelajaran
yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pengungkapan PJP RSBI yang
menegaskan,
Sekolah selalu mengupayakan peningkatan dan perbaikan secara
terus menerus dan berkesinambungan baik dari infrastruktur secara
fisik maupun non fisik yang berkaitan dengan pemenuhan sarana
prasarana dan pengembangan SDM. Untuk pemenuhan
infrastruktur saat ini kami melakukan pemugaran gedung sebagai
pemenuhan kelas dan ruangan-ruangan lain seperti ruang guru,
laboratorium, dan lain-lain sehingga masih dalam tahap perbaikan
dan penataan agar sesuai dengan set plan... (Field note Informan I,
11 April 2012).
C. Pembahasan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar merupakan satu-
satunya satuan pendidikan menengah atas yang menyelenggarakan program RSBI
di Kabupaten Karanganyar. Program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
terselenggara pada tahun 2008 yang diawali dengan satu kelas percobaan
berdasarkan rekomendasi Dinas P dan K melalui keputusannyaa No.
193/DIKMEN/VI/2008. Selanjutnya pada tahun 2009, tepatnya tanggal 24 Juni
2009 penyelenggaraan program RSBI telah bersifat menyeluruh (by school)
sehingga seluruh kelas X telah berstatus RSBI. Implementasi program RSBI di
SMA Negeri 1 Karanganyar meliputi tiga aspek standar layanan pendidikan,
antara lain:
1. Input
a. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan sekolah penyelenggara program RSBI dan/
atau SBI adalah kurikulum yang diperkaya dengan cara mengadopsi dan/
atau mengadaptasi kurikulum sekolah negara maju yang memiliki
keunggulan dalam bidang pendidikan. Akan tetapi, pengadopsian dan/ atau
pengadaptasian tersebut belum dapat diaplikasi pada kurikulum SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Negeri 1 Karanganyar. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Karanganyar menggunakan kurikulum KTSP Plus, dimana plus nya
adalah dengan mengadopsi dan/ atau mengadaptasi materi-materi
SNMPTN dan mengarah pada penguasaan bahasa Inggris dan IT. Faktor
penyebab belum dapat terselenggarannya pengadopsian dan/ atau
pengadaptasian kurikulum sekolah negara maju di kurikulum SMA Negeri
1 Karanganyar karena animo masyarakat (stakeholders) Kabupaten
Karanganyar untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke luar negeri masih
rendah serta kondisi perekonomian masyarakat (stakeholders)
Karanganyar berbeda dengan mayarakat perkotaan. Oleh karena itu,
dengan adanya pengadopsian dan/ atau pengadaptasian materi-materi
SNMPTN dan penguasaan IT serta bahasa Inggris diharapkan lulusan
(output) RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar dapat diterima di Perguruan
Tinggi Negeri dan memiliki keterampilan IT serta berbahasa Inggris.
b. Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Keadaan kualifikasi tenaga pendidik SMA Negeri 1 Karanganyar lebih
dari 30% telah berpendidikan S-2, tepatnya berjumlah 27 tenaga pendidik
namun sebagian besar tidak linear. Selain itu, dari 70 tenaga pendidik yang
telah berstatuskan sebagai PNS sejumlah 63 guru dan 46 diantaranya telah
bersertifikasi sedangkan sisanya masih berstatuskan sebagai Guru Tidak
Tetap (GTT). Untuk tenaga kependidikan yang dimiliki SMA Negeri 1
Karanganyar sebanyak 24 orang dan 8 orang diantaranya adalah pegawai
tetap sedangkan sisanya Tenaga Tidak Tetap (TTT). Pada umumnya
kualifikasi pendidikan pegawai minimal lulusan SMA namun ada juga
yang berpendidikan S-1.
Berkaitan dengan tuntutan penguasaan IT dan bilingual pada program
RSBI, kemampuan para pendidikan dan tenaga kependidikan dalam
menggunakan IT telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, sebaliknya
untuk kemampuan berbahasa Inggris masih tergolong rendah. Oleh karena
itu, SMA Negeri 1 Karanganyar melakukan pengembangan kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
SDM melalui pelatihan bahasa Inggris agar penyelenggaraan RSBI dapat
memuhi ketentuan.
c. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Keputusan SMA Negeri 1 Karanganyar untuk menyelenggarakan program
RSBI menuntut sekolah untuk melakukan pemenuhan sarana prasarana
yang sesuai dengan ketentuan standar sarana prasarana RSBI. Setiap tahun
ketersediaan sarana prasarana SMA Negeri 1 Karanganyar mengalami
peningkatan. Saat ini ketersediaan sarana prasarana pembelajaran didalam
kelas telah terpenuhi secara lengkap, yaitu berupa seperangkat Personal
Computer, LCD, layar proyektor, AC, dan lain-lain. Selain itu, terdapat
pemenuhan dan pembaruan sumber belajar yang tersedia di perpustakaan
serta alat-alat peraga laboratorium.
Akan tetapi, pemenuhan sarana penunjang pembelajaran diluar kelas
sebagian masih dalam tahap pembangunan/ pemugaran, seperti
pembangunan ruang kelas, ruang guru, dan ruang pembelajaran lainnya.
Sementara ini, kondisi ruangan guru, laboratorium IPA, perpustakaan,
ruang UKS, ruang OSIS masih bersifat sederhana.
d. Pembiayaan
Seiring dengan penyelenggaraan program RSBI sumber pembiayaan yang
diperoleh SMA Negeri 1 Karanganyar untuk menunjang jalannya program
RSBI berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota/
kabupaten, dan masyarakat. Bentuk bantuan dari pemerintah pusat berupa
dana block grant, dana tersebut bersifat pancingan setiap tahun dalam
kurun waktu tertentu. Bantuan biaya yang diberikan tersebut pada tahap
awal diperuntukan bagi pemenuhan fasilitas pembelajaran, yaitu berupa
pemenuhan isi laboratorium, perpustakaan, multimedia, peralatan
pembelajaran didalam kelas, peningkatan SDM, dan pemenuhan
kebutuhan manajemen sekolah. Dengan demikian, dana dari pemerintah
pusat bukan untuk membangun gedung, ruang kelas, laboratorium, dan
kunjungan ke sekolah lain. Pemenuhan dana untuk operasional sekolah,
gedung, serta ruang belajar umumnya berasal dari iuran rutin orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
siswa. Adapun besaran iuran rutin orang tua perbulannya untuk minimal
kelas X Rp300.000,00; kelas XI Rp275.000,00; kelas XII Rp250.000,00.
Mengingat pembiayaan program RSBI yang cukup besar SMA Negeri 1
Karanganyar tetap menyiapkan anggaran bagi siswa yang berprestasi tetapi
kurang mampu dalam bentuk beasiswa baik keringanan maupun
pembebasan. Beasiswa diberikan kepada 10-20% dari jumlah kesuruhan
siswa dengan anggaran 10% dari total penerimaan sekolah.
e. Kesiswaan
Untuk menjaga kualitas intake kaitannya dengan penyelenggaraan
program RSBI, SMA Negeri 1 Karanganyar mensyaratkan para calon
siswa memiliki nilai rata-rata rapor SMP semester 1 sampai 5 minimal 7,5
dan nilai rata-rata UN minimal 7,5. Selain itu, para calon siswa diwajibkan
menjalani tes potensi akaademik (yang terdiri dari tes MIPA, IPS, bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, dan TIK), psycho test, tes keterampilan TIK,
dan wawancara berbahasa Inggris. Dengan demikian sudah dapat
dipastikan intake SMA Negeri 1 Karanganyar memenuhi kualifikasi RSBI
dan berkualitas.
2. Proses
a. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran yang berlangsung di program RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar telah berbasis IT tetapi penggunaan bilingual pada proses
pembelajaran masih bersifat bahasa komunikasi sederhana dan
pengenalan-pengenalan istilah-istilah khusus pada mata pelajaran. Hal
tersebut disebabkan oleh kemampuan guru dalam berbahasa Inggris masih
rendah. Berdasarkan hasil pengamatan pada umumnya proses
pembelajaran yang tercipta di SMA Negeri 1 Karanganyar sudah cukup
menyenangkan, terlihat adanya penerapan model-model pembelajaran
selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, untuk mendukung
jalannya proses pembelajaran para siswa telah difasilitasi sumber belajar
yang bervariasi, misalnya buku-buku bilingual, video pembelajaran, dan
blog-blog pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Akan tetapi, ditahap rintisan (pendampingan) ini proses pembelajaran
program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar belum dapat memenuhi target.
Pada tahap rintisan (pendampingan) tahun ketiga terdapat standarisasi
pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu 100% pembelajaran dilakukan
secara bilingual, 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang
dengan berpusat pada siswa (student centered), dan intensitas
pendampingan (IHT) oleh tenaga ahli yaitu dosen dengan proposi sekali
dalam sebulan. Dengan demikian, proses pembelajaran RSBI SMA Negeri
1 Karanganyar masih perlu peningkatan agar memenuhi standar.
b. Penilaian
Penilaian pada program RSBI dan/ atau SBI meliputi penilaian hasil
belajar dan penilaian program. Hal tersebut sejalan dengan
penyelenggaraan penilaian di program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar.
Sistem penilaian SMA Negeri 1 Karanganyar tetap mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan terdapat pengembangan dalam
pelaksanaannya.
Penilaian hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Karanganyar program RSBI
oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian serta
penugasan baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Bentuk penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan umumnya berupa Ujian Sekolah (US),
ujian semester kenaikan kelas, dan segala bentuk ujian yang
diselenggarakan sekolah. Di samping itu, penilaian hasil belajar oleh
pemerintah yang dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional
(UN).Pengembangan pelaksanaan penilaian program RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar berupa pengembangan instrumen penilaian dengan penilaian
berbasis IT dan penggunaan bahasa Inggris disetiap instrumen
penilaian.Untuk penilaian (evaluasi) program RSBI SMA Negeri 1
Karanganyar meliputi kegiatan monitoring dan evalauasi yang dilakukan
oleh tim monitoring dan evaluasi provinsi, kota/ kabupaten, serta Dirjen
Pembinaan SMA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
c. Pengelolaan
Pengelolaan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar telah sesuai dengan standar
pengelolaan RSBI yang diatur dalam Permendiknas No. 78 Tahun 2009.
Hal tersebut dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001: 2008
dari NQA, UKAS. Selain itu, untuk meningkatkan mutu sekolah SMA
Negeri 1 Karanganyar mengadakan kerja sama dengan sekolah bertaraf
internasional baik dalam maupun luar negeri. Adapun rekan kerja sama
dalam negeri antara lain: SMA Negeri 1 Surakarta, SMA Negeri 3
Surakarta, SMA Negeri 1 Denpasar, SMA Negeri 4 Denpasar, SMA
Negeri 78 Jakarta, SMA 1 Batik Surakarta, dan SMA Soetomo Medan.
Rekan kerja sama luar negeri dengan Singapore Pioneer Junior Collage
dan Sekolah Menengah Agama Persekutuan Kajang Malaysia. Jadi,
pengelolaan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar secara keseluruhan baik
budaya kerja, peningkatan mutu, maupun administrasi sekolah telah
berjalan tertib dan sesuai dengan ketentuan.
3. Output
a. Akreditasi
Saat ini akreditasi SMA Negeri 1 Karanganyar berpredikat A dengan
perolehan nilai 96 sesuai dengan SK BAP S/M Provinsi Jawa Tengah No.
135/ BAP-SM/2011 sehingga perolehan nilai akreditasi program RSBI
telah memenuhi ketentuan bahwa nilai akreditasi RSMABI dan/ atau
SMA-BI diatas 95. Oleh karena itu, penyelenggaraan program RSBI di
SMA Negeri 1 Karanganyar dapat dinyatakan layak dan sesuai dengan
standar.
b. Kompetensi lulusan
Standar kelulusan SMA Negeri 1 Karanganyar telah memenuhi aturan dan
untuk standar kelulusan mata pelajaran yang dikenal dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar telah
melebihi SNP. Selain itu, sejalan dengan terselenggaranya program RSBI
SMA Negeri 1 Karanganyar menetapkan standar pembinaan prestasi
akademik dan non akdemik. Oleh karena itu, SMA Negeri 1 Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
selalu mendelegasikan siswanya untuk mengikuti perlombaan-perlombaan
seperti OSN (Olimpiade Sains Nasional), perlombaan dibidang seni,
olahraga dan lain-lain.
Setiap tahun angka kelulusan siswa SMA Negeri 1 Karanganyar mencapai
100% serta rata-rata jumlah lulusan yang melanjutkan pendidikan ke
Perguruan Tinggi Negeri maupun kedinasan pada tahun 2009 sebesar 63%,
tahun 2010 sebesar 92%, dan di tahun 2011 sebesar 70%. Kualitas hasil
belajar siswa mengalami peningkatan karena standar kelulusan sekolah
untuk semua mata pelajaran (KKM) adalah 75. Selain itu, partisipasi SMA
Negeri 1 Karanganyar dalam perlombaan baik akademik maupun non
akademik banyak membuahkan hasil, salah satunya diperolehnya
kejuaraan bidang olahraga pada tingkat nasional.
Penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar tidak selamanya
berjalan dengan lancar. Hal ini terbukti dengan adanya hambatan-hambatan yang
dirasakan SMA Negeri 1 Karanganyar, seperti belum dapat mengadopsi dan/ atau
mengadaptasi kurikulum internasional, mayoritas kemampuan tenaga pendidik
dan kependidikan dalam berbahasa Inggris masih tergolong rendah, minimnya
optimalisasi para tenaga pendidik dalam menggunakan sarana prasarana
pembelajaran yang telah tersedia, minimnya pengertian masyarakat (stakeholders)
terhadap fase pengembangan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar, dan belum
terpenuhinya sarana prasarana secara keseluruhan.
Meskipun demikian SMA Negeri 1 Karanganyar selalu mengupayakan
perbaikan dan peningkatan kualitas penyelenggaraan RSBI dengan cara
meningkatkan hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah bertaraf internasional
baik di dalam maupun luar negeri dalam kegiatan adopsi dan/ atau adaptasi
kurikulum internasional, melakukan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan melalui pemberian pelatihan-pelatihan yakni pelatihan bahasa
Inggris dan TIK dengan harapan melalui pelatihan tersebut kompetensi guru
dalam berbahasa Inggris dapat meningkat sehingga, pembelajaran billingual dapat
tercipta. In House Training (IHT) merupakan bentuk pendampingan bagi para
tenaga pendidik yang dilakukan dengan pihak lain yakni UNS dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pengembangan silabus dan bimbingan olimpiade. Selain itu, SMA Negeri 1
Karanganyar selalu mengikutsertakan para tenaga pendidik dalam kgiatan
seminar, workshop, dan MGMP yang berkaitan dengan pengembangan
kompetensi, inovasi pembelajaran, serta pengembangan metode pembelajaran
melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Di samping itu, SMA Negeri 1
Karanganyar tiada hentinya membangun komunikasi dua arah antara SMA Negeri
1 Karanganyar dengan masyarakat (stakeholders) agar dapat terjalin hubungan
kerja sama yang baik. Untuk pemenuhan sarana prasarana SMA Negeri 1
Karanganyar sedang melakukan perbaikan maupun pengadaan sarana prasarana
agar dapat menunjang jalannya proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data lapangan yang telah dianalisis, maka dapat dirumuskan
kesimpulan guna menjawab perumusan masalah. Adapun kesimpulan yang dapat
diambil peneliti adalah:
1. Pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di
SMA Negeri 1 Karanganyar
Sebagai suatu sistem pendidikan penyelenggaraan RSBI di SMA
Negeri 1 Karanganyar memiliki standar layanan pendidikan yang mengacu
pada tiga aspek, antara lain:
a. Input, terdiri dari;
1) Kurikulum
Kurikulum yang digunakan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
belum dapat mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum sekolah
negara maju yang memiliki keunggulan dalam pendidikan. Akan
tetapi, SMA Negeri 1 Karanganyar menerapkan kurikulum KTSP
Plus yang merupakan kurikulum nasional pada tingkat satuan
pendidikan yang telah dikembangkan dengan mengadopsi dan/ atau
mengadaptasi materi-materi SNMPTN serta menambahakan
penguasaan IT serta kemampuan berbahasa Inggris.
2) Mutu Pendidik dan Kependidikan
Kualifikasi tenaga kependidikan dan pendidik SMA Negeri 1
Karanganyar telah memenuhi standar, yaitu lebih dari 30% pendidik
berpendidikan S-2 meskipun sebagian besar tidak linear dengan
bidangnya sedangkan tenaga kependidikan umumnya tamatan SMA
tetapi ada juga yang Sarjana. Akan tetapi, kondisi kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan dalam menyelenggaran program
RSBI kaitannya dengan penggunaan bahasa Inggris masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
3) Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pada umumnya sarana prasarana pendidikan di SMA Negeri 1
Karanganyar telah tersedia. Akan tetapi, ketersediaan tersebut belum
dapat menunjang pembelajaran program RSBI sepenuhnya. Sarana
prasarana pembelajaran didalam kelas telah terpenuhi dengan baik,
yakni terdapat seperangkat Personal Computer (PC), LCD, layar
proyektor, pendingin ruangan (AC), fasilitas wifi, dan lain-lain. Di
samping itu, ketersediaan alat peraga laboratorium dan buku-buku
sumber belajar telah sesuai dengan kebutuhan pembelajaran RSBI.
Namun, untuk ketersediaan ruangan baik secara kualitas maupun
kuantitas masih belum memadai, seperti ruangan laboratorium IPA,
perpustakaan, ruang kesehatan, ruang belajar kesenian, dan lain-lain.
4) Pembiayaan
Sumber pembiayaan program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
daerah dan masyarakat. Dana bantuan dari pemerintah berupa block
grant yang digunakan untuk pemenuhan fasilitas pembelajaran dan
pengembangan SDM. Dana untuk operasional sekolah dan
pembangunan gedung berasal dari iuran rutin orang tua siswa.
Pembiayaan SMA Negeri 1 Karanganyar tidak hanya diperuntukkan
bagi kepentingan sekolah semata namun terdapat dana yang
dianggarkan sebagai tanggung jawab sosial sekolah bagi siswa yang
kurang mampu dan berprestasi.
5) Kesiswaan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar dapat
menjaga kualitas intake program RSBI dengan mensyaratkan para
calon siswa memiliki nilai rata-rata rapor SMP semester 1 sampai 5
minimal 7,5 dan nilai rata-rata UN minimal 7,5. Selain itu, para
calon siswa diwajibkan menjalani tes potensi akaademik (yang
terdiri dari tes MIPA, IPS, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan
TIK), psycho test, tes keterampilan TIK, dan wawancara bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Inggris. Dengan demikian prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) SMA Negeri 1 Karanganyar telah sesuai dengan ketentuan
PPDB RSBI.
b. Proses, meliputi;
1) Proses pembelajaran
Proses pembelajaran yang berlangsung di program RSBI SMA
Negeri 1 Karanganyar telah berbasis IT dan terdapat penerapan
bilingual. Penggunaan bilingual hanya sebagai bahasa komunikasi
sederhana sehingga pelaksanaan bilingual belum dapat optimal.
Selain itu, SMA Negeri 1 Karanganyar memanfaatkan model-model
pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan. Sumber belajar yang digunakan siswa telah
bervariasi yakni dengan menggunakan buku-buku bilingual, video
pembelajaran, blog-blog pembelajaran, dan lain-lain.
2) Penilaian
Pelaksanaan penilaian di SMA Negeri 1 Karanganyar telah sesuai
dengan standar penilaian. Penilaian yang dilakukan meliputi
penilaian hasil belajar dan penilaian (evaluasi) program. Penilaian
hasil belajar SMA Negeri 1 Karanganyar mengarah pada tiga aspek,
yaitu; aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik serta
terdapat pengembangan penilaian hasil belajar berbasis IT. Untuk
penilaian (evaluasi) program dilakukan oleh pihak-pihak terkait,
seperti Dirjen Pembinaan SMA, tim monitoring dan evaluasi dari
provinsi maupun kota/ kabupaten.
3) Pengelolaan
Pengelolaan SMA Negeri 1 Karanganyar telah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu yang dibuktikan dengan perolehan seertifat ISO
versi 9001: 2008 dari NQA UKAS ditahun 2008. Untuk
meningkatkan mutu sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar melakukan
kerja sama dengan sekolah/ lembaga/ institusi bertaraf internasional
baik dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
keseluruhan pengelolaan SMA Negeri 1 Karanganyar telah berjalan
sesuai dengan ketentuan
c. Output, terdiri atas;
1) Akreditasi
Perolehan angka akreditasi SMA Negeri 1 Karanganyar dengan nilai
96 telah memenuhi standar akreditasi RSBI yang menetapkan batas
minimal nilai akreditasi sekolah penyelenggara RSBI dan/ atau SBI
sebesar 95.
2) Kompetensi Lulusan
Standar kelulusan satuan pendidikan yang dimiliki SMA Negeri 1
Karanganyar telah melebihi SNP, yaitu dengan Kriteria Ketentusan
Minimal (KKM) 75. Kompetensi lulusan SMA Negeri 1
Karanganyar memiliki kualitas unggul terbukti rata-rata lulusan yang
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri dan kedinasan
untuk tiga tahun terakhir sebesar 78%. Selain itu, angka kelulusan
SMA Negeri 1 Karanganyar setiap tahunnya hampir mencapai 100%
dan perolehan prestasi dalam bidang akademik masih pada tingkatan
provinsi tetapi untuk non akademik telah mencapai tingkatan
nasional.
2. Hambatan penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar
Hambatan yang dialami SMA Negeri 1 Karanganyar dalam
menyelenggarakan program RSBI, antara lain: belum dapat mengadopsi dan/
atau mengadaptasi kurikulum internasional, mayoritas kemampuan tenaga
pendidik dan kependidikan dalam berbahasa Inggris masih tergolong rendah,
minimnya optimalisasi para tenaga pendidik dalam menggunakan sarana
prasarana pembelajaran yang telah tersedia, minimnya pengertian masyarakat
(stakeholders) terhadap fase pengembangan RSBI SMA Negeri 1
Karanganya, dan belum terpenuhinya sarana prasarana secara keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
3. Upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam mengatasi hambatan
penyelenggaraan program Rintisan sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI)
Upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam mengatasi hambatan
sebagai langkah perbaikan dan peningkatan kualitas penyelenggaraan RSBI
dengan cara meningkatkan hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah
bertaraf internasional baik di dalam maupun luar negeri dalam kegiatan
adopsi dan/ atau adaptasi kurikulum internasional, meningkatkan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan melalui pemberian pelatihan-pelatihan
yang berupa pelatihan bahasa Inggris dalam rangka peningkatan kemampuan
berbahasa Inggris agar pembelajaran yang berbilingual dapat terlaksana
kemudian untuk meningkatkan kemampuan mengoperasikan IT sekolah
memberikan pelatihan IT. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Karanganyar menyelenggarakan IHT (In House Training) kepada para
pendidik dalam hal pengembangan silabus dan pendampingan bimbingan
Olimpiade Sains Nasional (OSN). Selain itu, para tenaga pendidik diwajibkan
untuk mengikuti kegiatan seminar, workshop, dan MGMP yang berkaitan
tentang pengembangan kompetensi, inovasi pembelajaran, serta
pengembangan metode pembelajaran melalui PTK (Penelitian Tindakan
Kelas). Untuk menjaga hubungan antara pihak sekolah dengan masyarakat
(stakeholders) sekolah berusaha membangun komunikasi dua arah antara
SMA Negeri 1 Karanganyar dengan masyarakat (stakeholders) agar dapat
terjalin hubungan kerja sama yang baik.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka dapat dikaji
implikasinya, baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis, yaitu:
1. Implikasi Teoretis
Penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) meliputi komponen Standar Nasional Pendidikan dimana masing-
masing komponen mengalami pengembangan sebagai indikator kinerja kunci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
tambahan. Apabila program RSBI dilaksanakan berdasarkan kriteria
penjamin mutu pendidikan bertaraf internasional dan telah terpenuhi dengan
baik maka akan dapat menghasilkan lulusan (ouput) yang memiliki
kompetensi dan berdaya saing komparatif secara nasional maupun
internasional.
2. Implikasi Praktis
Pada umumnya pelaksanaan program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar yang meliputi komponen akreditasi, kurikulum, proses
pembelajaran, standar kelulusan, penilaian, sarana prasarana, mutu pendidik
dan kependidikan, pengelolaan, pembiayaan, dan kesiswa telah berjalan
sesuai dengan pedoman yang ada. Akan tetapi, terdapat beberapa komponen
pelaksanaan RSBI yang belum sesuai dengan standarisasi RSBI dan sisi lain
dalam pelaksanaannya sekolah masih menemui kendala dalam hal rendahnya
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam berbahasa Inggris,
minimnya pengertian masyarakat (stakeholder) terhadap fase pengembangan
RSBI, dan belum terpenuhinya ruangan ruangan pembelajaran secara
keseluruhan. Hambatan-hambatan tersebut dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sehingga SMA Negeri 1 Karanganyar
mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
C. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti berusaha memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Selain melakukan penyediaan dan pengembangan sarana prasarana
hendaknya sekolah juga melakukan perawatan terhadap sarana prasarana
pembelajaran yang tersedia agar kualitas sarana prasarana tidak
mengalami penurunan.
b. Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas budaya kerja para tenaga
kependidikan yang mengedepankan sikap ramah dan cepat tanggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
terhadap pelayanan yang harus diberikan karena masih dijumpai beberapa
tenaga kependidikan yang belum dapat menerapkan hal tersebut.
c. Sebaiknya terdapat optimalisasi peran kepala sekolah sebagai supervisor,
khususnya dalam menilai kinerja para tenaga pendidik kaitannya dengan
profesionalisme dalam melaksanakan proses pembelajaran.
d. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris seluruh warga sekolah,
sekolah hendaknya mengadakan English day atau English corner yang dapat
diselenggarakan sekali dalam seminggunya atau setiap jam istirahat.
e. Disarankan agar standar jumlah siswa di kelas disesuaikan dengan
kemampuan kontrol guru agar output dari sekolah mencapai kualitas yang
memadai.
2. Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Bagi tenaga pendidik yang belum berpendidikan S-2 dan hendak
melanjutkan pada jenjang pendidikan S-2, sebaiknya melanjutkan pada
program pendidikan yang sesuai dengan bidang mata pelajaran/ latar
belakang pendidikan S-1.
b. Sebaiknya tenaga pendidik dan kependidikan lebih meningkatkan
kompetensinya melalui program sekolah antara lain pelatihan bahasa
Inggris dan TIK, seminar dan workshop peningkatan kompetensi guru dalam
inovasi pembelajaran, kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
dan kegiatan pendampingan.
c. Tenaga pendidik hendaknya melakukan optimalisasi pembelajaran dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang telah tersedia karena
siswa merasa pemanfaatan sarana prasarana khususnya laboratorium IPA
dalam pembelajaran jarang digunakan.
3. Bagi Pemerintah
Perlunya evaluasi kembali indikator kinerja kunci tambahan yang disyaratkan
dalam penyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI, seperti kurikulum
yang mengadaptasi dan/ atau adopsi kurikulum negara-negara maju, tuntutan
untuk berbahasa Inggris bagi tenaga pendidik dan kependidikan, dan
kegiataan sister schools.