Impetigo

6
IMPETIGO Pada kasus yang dialami oleh Tn. Amin diagnosa yang didapat yaitu infeksi staphylococcus dan Streptococcus.Berdasarkan atas pemeriksaan mikrobiologi penyakit yang diderita adalah pioderma primer.Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman Gram positif Staphylococcus (terutama S aureus) dan Streptococcus(S hemoliticus) atau oleh keduanya. Pioderma ini menginfeksi lapisan superficial kulit, terutama pada anak-anak yang dinamakan impetigo. Kelainan ini terdiri atas lepuh superficial yang mudah pecah dan daerah tererosi dengan permukaan gundul diliputi oleh nanah atau kerak. Pioderma ini menyebar ke tempat yang berdekatan dan sangat menular, terutama pada iklim panas dan lembab. Infeksi yang lebih meluas terjadi pada kulit yang terkena eksema atau kulit yang terluka atau pada luka bakar dan dapat berkembang menjadi selulitis Pada pioderma terdapat faktor predisposisi yaitu: 1. Higiene yang kurang, 2. Menurunnya daya tahan tubuh, misalnya akibat penyakit menahun, kurang gizi, keganasan, kanker, dsb. 3. Adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi

description

IMPETIGO4

Transcript of Impetigo

IMPETIGO

IMPETIGO

Pada kasus yang dialami oleh Tn. Amin diagnosa yang didapat yaitu infeksi staphylococcus dan Streptococcus.Berdasarkan atas pemeriksaan mikrobiologi penyakit yang diderita adalah pioderma primer.Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman Gram positif Staphylococcus (terutama S aureus) dan Streptococcus(S( hemoliticus) atau oleh keduanya. Pioderma ini menginfeksi lapisan superficial kulit, terutama pada anak-anak yang dinamakan impetigo. Kelainan ini terdiri atas lepuh superficial yang mudah pecah dan daerah tererosi dengan permukaan gundul diliputi oleh nanah atau kerak. Pioderma ini menyebar ke tempat yang berdekatan dan sangat menular, terutama pada iklim panas dan lembab. Infeksi yang lebih meluas terjadi pada kulit yang terkena eksema atau kulit yang terluka atau pada luka bakar dan dapat berkembang menjadi selulitis

Pada pioderma terdapat faktor predisposisi yaitu:

1. Higiene yang kurang,

2. Menurunnya daya tahan tubuh, misalnya akibat penyakit menahun, kurang gizi, keganasan, kanker, dsb.

3. Adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu.

Terdapat 2 jenis pioderma yakni pioderma primer dan pioderma sekunder:

1. Pada pioderma primer, kelainan terjadi pada kulit yang sebelumnya sehat. Kelainan biasanya mempunyai gambaran klinis yang khas dan disebabkan oleh satu jenis mikro-organisme.

2. Sedangkan pioderma sekunder terjadi pada kulit yang telah sakit, misalnya telah ada dermatitis atau skabies. Pada keadaan ini gambaran klinisnya menjadi tidak khas, mengikuti gambaran penyakit yang mendasarinya dan biasanya disebabkan oleh berbagai mikro-organisme.

Adanya infeksi sekunder di kulit ini dikenal dengan istilah impetigenisata.

Tanda impetigenisata ialah adanya pus, pustul, bula purulen, krusta berwarna kuning tua, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dapat disertai demam.

Berbagai jenis pioderma yang dapat dijumpai pada anak-anak antara lain ialah impetigo, folikulitis, furunkel dan karbunkel, ektima, abses multipel kelenjar keringat, selulitis, dan erisipelas.

Di RSAB Harapan Kita yang sering dijumpai ialah 3 kelainan pertama.

1. Impetigo

Impetigo ialah pioderma superfisialis - yakni penyakit yang terbatas pada epidermis - yang disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus, atau keduanya.

Kelainan umumnya tidak disertai gejala konstitusi, terjadi pada anak-anak dan mudah menular. Jika cairan lesi mengenai kulit yang sehat, misalnya karena garukan, akan timbul lesi baru (proses auto-inokulasi).

Terdapat 2 bentuk impetigo, yakni:

a. Impetigo krustosa / IK = impetigo kontagiosa = cacar madu.

IK biasanya disebabkan oleh streptokokus. Kelainan terutama terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut, berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah, sehingga saat berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning serupa madu. Bila krusta dilepaskan akan terlihat erosi di bawahnya.

Pada sebagian kasus IK (2-5%) dapat terjadi komplikasi glome-rulonefnitis.

b.Impetigo bulosa / IB = impetigo vesikobulosa = cacar monyet, cacar api.

IB biasanya disebabkan oleh stafilokokus. Kelainan umumnya terjadi di ketiak, dada dan punggung, ditandai oleh eritema, bula dan bula hipopion (bula yang berisi pus terutama di bagian bawahnya). Bula mudah pecah meninggalkan bekas berupa eritema dengan krusta di bagian tepinya (dikenal sebagai koleret), yang mirip kelainan jamur.

IB pada neonatus biasanya berat, kelainan dapat terjadi di seluruh tubuh dan disertai demam dikenal sebagai impetigo neonatorum.

Terdapat 1 bentuk kelainan kulit yang dapat dianggap merupakan varian IB yakni penyakit 4S (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome). Kelainan ini disebabkan oleh toksin jenis kuman stafilokokus tertentu. Infeksi asalnya dapat di kulit ataupun di tempat lain, misalnya bakteremia, konjungtivitis, dan abses setempat.

Kelainan ditandai oleh bula-bula luas atau pengelupasan kulit yang menyerupai sindrom Stevens Johnson.

Penanganan impetigo

Secara umum, untuk lesi yang terbatas, cukup diberikan pengobatan secara topikal sesuai kondisi kulit. Pada kasus tertentu, bila diperlukan baru ditambahkan terapi sistemik.

Pengobatan topikal diawali dengan pengompresan menggunakan larutan antiseptik untuk mengangkat krusta atau pus. Kemudian dapat dioleskan topikal antibiotika.

Untuk mencegah penyebaran lesi perlu diperhatikan cara mengeringkan badan saat mandi. Perhatikan pula handuk, pakaian, ataupun sprei yang digunakan.

Antibiotik topikal yang umum dipakai ialah dan golongan asam fusidat, mupirosin, ataupun neomisin - basitrasin. Sedapat mungkin agar dihindari pemakaian antibiotik yang lazim dipakai secara sistemik untuk pemakaian topikal. Misalnya golongan gentamisin, tetrasiklin ataupun kloramfenikol. Tujuannya antara lain untuk mencegah resistensi.

Untuk terapi sistemik dapat digunakan golongan eritromisin atau penisilin yang resisten terhadap penisilin.

Pemeriksaan mikrobiologi yang dapat dilakukan untuk mengetahui infeksi yang terjadi antara lain:

1. Bahan pemeriksaan yang diambil yaitu dengan usapan permukaan lesi atau pus pasien.

2. Apabila spesimen tidak segera dibawa ke laboratorium maka digunakan media transport/penyangga seperti Stuart Transport Medium atau Amies.

3. Uji yang pertama dilakukan adalah Uji katalase untuk membedakan antara Staphylococcus dan Streptococcus. Pada uji katalase staphylococcus menghasilkan enzim katalase yang dapat merubah hydrogen peroksidase menjadi air dan oksigen sedag pada streptococcus hasilnya negatif.

4. Uji koagulase digunakan untuk menentukan infeksi kuman dari spesies staphylococcus. Kemampuan menggumpal plasma seringkali digunakan sebagai kriteria umum dalam penentuan infeksi akut karena hanya spesies Staphylococcus aureus yang berkaitan dengan kesehatan manusia.

5. Tes manitol dapat digunakan untuk mengganti tes koagulase.S aureus dapat mengadakan fermentasi manitol dalam keadaan anaerob.

6. Uji Basitrasin dapat digunakan sebagai uji awal untuk membedakan Streptococcus beta-hemolitik group A dan Streptococcus non group A. Dalam pengujian ini cakram basitrasin yang digunakan adalah cakram yang khusus digunakan untuk identifikasi yakni yang mengandung 0,04 U. Media yang digunakan adalah media non selektif yang tidak beraktivitas sinergik dengan basitrasin dan tidak menghambat Streptococcus group A.