Ilmu Rijal Al

download Ilmu Rijal Al

of 16

Transcript of Ilmu Rijal Al

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    1/16

    "Ilmu Rijal Al- Hadits"

    Bismillah....

    Ilmu Rijalul Hadits merupakan salah satu ilmu yang paling penting dalam ilmu Hadits danmenjadi salah satu ilmu yang diutamakan oleh para ulama hadits.

    Yang menjadi pokok pembicaraan dalam ilmu Rijalul Hadits ini adalah orang2 yang berada padasanad hadits, yaitu para perawi hadits.

    Ilmu ini terbagi kedalam dua bagian besar, yaitu :1. Tarikh ar-Ruwah yaitu ilmu tentang sejarah para perawi hadits

    2. Jarh wa Tadil yaitu ilmu yang menerangkan adil dan tidaknya seorang perawi hadits.

    Insya Allah, kita coba bahas sedikit satu persatu dari kedua bagian ilmu Rijal Al-Hadits ini.

    Yang pertama : Ilmu Tarik ar-Ruwah.

    Secara umum, ilmu Tarikh ar-Ruwah bisa didefinisikan sebagai berikut :Ilmu yang menerangkan keadaan2 perawi hadits dari hal hari kelahiran dan kewafatannya,

    nama aslinya, kunyahnya, nasabnya, guru-gurunya, masa mulai mendengar hadits, orang2 yang

    meriwayatkan darinya, negerinya, tempat tinggalnya, rihlahnya, sejarah kedatangannya ke

    suatu negeri dan segala hal yang berhubungan antara perawi2 tersebut dengan hadits.

    Ilmu ini lahir bersamaan dengan lahirnya sejarah periwayatan hadits di dalam Islam dan para

    ulama hadits sangat mementingkan ilmu ini supaya diketahui keadaan perawi2 dalam sanad

    suatu hadits agar diketahui ke-mutashil dan ke-munqathi-annya (bersambung dan tidaknya suatu

    sanad), tentang ke-marfu-an dan ke-mauquf-annya (sampai dan tidaknya suatu hadits kepadaNabi shallallaahu 'alaihi wa sallam) dan sebagainya, sehingga nantinya dapat diketahui apakah

    hadits itu shahih, dhaif atau bahkan maudhu.

    Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata :

    Tatkala para perawi telah menggunakan kedustaan, kamipun menggunakan sejarah.

    Diantara usaha para ulama untuk mengetahui sejarah para perawi ini adalah dengan caraberinteraksi langsung dengan para perawi yang semasa dengan beliau semua sehingga para

    ulama tersebut betul2 mengetahui dengan pasti hal ihwal tentang seorang perawi dan semua itumereka hafal, catat dan kumpulkan di dalam kitab2 karya mereka yang selanjutnya menjadi

    rujukan dari para ulama setelahnya.

    Ada satu contoh kecil dan menarik tentang masalah ini...Dari Ibrahim Ath-Thaalaqaaniy, ia berkata :

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    2/16

    : : :

    : : : : : )) : . )).Aku pernah berkata kepada Abdullah bin Al-Mubarak : "Wahai Abu Abdirrahman, haditsyang berbunyi : "Sesungguhnya kebajikan setelah kebajikan adalah engkau shalat untuk kedua

    orang tuamu bersama shalatmu, dan engkau puasa untuk keduanya bersama puasamu".Abdullah berkata : "Wahai Abu Ishaq, dari siapa hadits ini ?".Aku menjawab :"Ini berasal dari hadits Syihab bin Kharasy".

    Ia berkata : "Tsiqah, lalu dari siapa ?".

    Aku menjawab : "Dari Al-Hajjaaj bin Dinar".Ia berkata : "Tsiqah, lalu dari siapa ?".

    Aku berkata : "Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam".

    Ia berkata : "Wahai Abu Ishaq, sesungguhnya antara Al-Hajjaj bin Dinar dengan Nabishallallaahu alaihi wa wa sallam terbentang padang sahara luas yang dapat memutuskan leher

    orang yang menyeberanginya.."

    (Maksudnya bahwa Al-Hajjaj bin Dinar telah diketahui bukanlah seorang dari kalangan sahabat

    rasulullah dan tidak pernah bertemu dengan rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sehinggajika ia berkata :"Dari rasulullah.." atau "Telah bersabda rasulullah.." tanpa menyebutkan perawi

    diantara ia dengan rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam maka dapat dipastikan bahwa sanad

    hadits itu terputus.)

    Alhamdulillah usaha ini diteruskan dan senantiasa dipelihara oleh para ulama dari masa ke masa

    dan atas kesungguhan dan ketelitian para ulama hadits dalam menyelidiki dan mengumpulkansejarah para perawi ini, maka alhamdulillah- dengan se-izin Allah terkumpullah suatu

    perbendaharaan besar yang menerangkan sejarah para perawi hadits dengan selengkap-

    lengkapnya dan semua itu kemudian para ulama simpan dalam kitab2 karya mereka.

    Ada ulama yang dalam kitabnya hanya khusus menerangkan tentang nama dan kunyah dari para

    perawi.Ada yang khusus menerangkan tentang nama2 yang hampir sama.

    Ada yang menerangkan khusus para perawi dari kalangan sahabat2 rasulullah shalallaahu alaihiwa sallam.

    Ada yang khusus menerangkan tentang silsilah keturunan para perawi.

    Dan lain sebagainya.

    Diantara kitab2 yang paling masyhur yang menerangkan sejarah para perawi ini ialah :

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    3/16

    1. Al-Asma wa al-Kuna karya Ali ibnu Abdullah al-Madani rahimahullah (lahir 161 H wafat

    234 H).

    Kitab ini khusus menerangkan tentang nama dan kunyah dari para perawi.2. Thabaqat Al-Kubra karya Muhammad ibnu Saad rahimahullah (lahir 168 H- wafat 230 H).

    3. At-Tarikhul Kabir karya imam Bukhari rahimahullah (lahir 194 H wafat 256 H).

    Di dalam kitab ini diterangkan kurang lebih sejumlah 40.000 biografi perawi2 dari kalanganlaki2 dan wanita.

    4. Tarikh Naisabur karya imam Al-Hakim (lahir 321 H wafat 405 H)

    5. Al-Istiab Fii Marifat al-Ashab karya Ibnu Abdil Barr rahimahullah (lahir 368 H wafat 463H).

    Di dalamnya diterangkan kurang lebih 4225 sahabat rasulullah shalallaahu alaihi wa sallam dari

    kalangan laki2 dan wanita.

    6. Tarikh Baghdad karya Al-Khatib al-Baghdadi (lahir 392 H wafat 463 H).Di dalam kitab ini diterangkan kurang lebih sejumlah 7.831 biografi para perawi.

    7. Al-Ansab karya Ibnu Muhammad as-Sanani rahimahullah (lahir 506 H wafat 562 H).

    Di dalam kitab ini diterangkan tentang silsilah keturunan para perawi.

    8. Tahdzib Al-Kamal Fii Asma Ar-Rijal karya Al-Hafizh al-Mizzi rahimahullah (lahir 654 H wafat 742 H)

    9. Al-Musytabah Fii Asma ar-Rijal karya imam Adz-Dzahabi rahimahullah (lahir 673 H wafat784 H).

    Di dalam kitab ini diterangkan nama2 dari para perawi yang mirip.

    10. Tahdzib at-Tahdzib karya Al-Hafizh ibnu Hajar al-Asqalani (lahir 773 H wafat 853 H)

    11. Dan banyak lagi kitab2 lainnya.

    Yang paling pertama kali harus kita kenal dan ketahui serta menjadi pembahasan pertama dalam

    bagian ini tentu saja adalah para perawi yang menerima hadits secara langsung dari RasulullahMuhammad shallallaahu alaihi wa sallam, yaitu dari kalangan sahabat2 beliau radhiyallaahu

    anhum.

    JARH WA TA'DIL (Men-cacat-kan dan meng-adil-kan

    rawi)

    ILMU JARH WA TADIL

    (Mencatat dan mengadilkan rawi)

    A. Definisi

    Lafadz jarh, menurut muhadditsin ialah sifat seorang rawi yang dapat mencacatkan keadilan

    dan kedhabitanya. Men-jarh atau men-tajrih seorang rawi berarti menyifati seorang rawi dengan

    sifat-sifat yang dapat menyebabkan kelemahan atau tertolak apa yang diriwayatkan nya.

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    4/16

    Men-tadil seorang rawi berarti memberikan sifat-sifat terpuji kepada seorang rawi hingga apa

    yang diriwayatkanya dapat diterima . Rawi yang dikatakan adil adalah orang yang dapat

    mengendalikan sifat-sifat yang dapat menodai agama dan keperwiraannya.

    Apabila seorang rawi dijarh oleh para ahli sebagai seorang rawi yang cacat, maka

    periwayatannya harus ditolak dan apabila seorang rawi dipuji sebagai seorang yang adil, makaperiwayatannya diterima selama syarat-syarat yang lain untuk menerima hadits dipenuhi.

    Ilmu jarh wa tadil berarti ilmu yang membahas tentang kritik adanya aib (cacat) ataumemberikan pujian pujian adil kepda seorang rawi.

    Dr. 'Ajjaj al-Khathib mendefinisikannya sebagai berikut :

    Adalah suatu ilmu yang membahas perihal para rawi dari segi-segi diterima atau ditolak

    periwayatannya

    B. Faidah Ilmu Jarh wa Tadil

    Faedah mengetahui ilmu Jarh wa Tadil ialah untuk menetapkan apakah periwayatan seorang

    rawi itu dapat diterima atau harus ditolak sama sekali. Apabilah seorang rawi sudah di tarjih

    sebagai rawi yang cacat maka periwayatanya ditolak dan apabilah seorang rawi ditadil sebagi

    orang yang adil maka periwayatanya diterima, selama memenuhi syarat-syarat yang lain untuk

    menerima hadits dipenuhi.

    - Macam-macam kecacatan Rawi

    Cacat (keaiban) rawi itu banyak. Akan tetapi umumnya berkisar pada 5 macam, yaitu :

    1. Bidah (melakukan tindakan tercela, diluar ketentuan Syara)

    Rawi yang disifati dengan bidah adakalanya tergolong orang-orang yang di anggap kafir dan

    adakalanya tergolong orang yang difasikan. Mereka yang dianggap kafir adalah golongan

    Rafidhah yang mempercayai bahwa Tuhan itu menyusup (bersatu) pada sayyidina Ali dan pada

    imam-imam yang lain , dan mempercayai bahwa Ali akan kembali lagi ke dunia sebelum harikiamat.

    Sedangkan orang-orang yang dianggap fasiq ialah orang yang mempunyai Itikad bertentangan

    dengan dasar syariat.

    2. Mukhalafah (meriwayatkan hadits yang berbeda dengan periwayatan rawi yang lebih tsiqah).

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    5/16

    Apabila rawi yang bagus ingatannya dan jujur meriwayatkan suatu hadits yang berlawanan

    maknanya dengan orang yang lebih kuat ingatannya atau berlawanan dengan kebanyakan orang,

    yang kedua periwayatan tersebut tidak dapat disatukan/digabungkan maknanya. Periwayatan

    demikian disebut "Syadz", dan kalau perlawanan itu berkesangatan atau rawinya lemah sekali

    hapalannya, periwayatannya disebut "Munkar".

    3. Ghalath (banyak kekeliruan dalam periwayatannya)

    Ghalath (slaah) itu kadang-kadnag banyak dan kadang-kadnag sedikit. Seorang rawi yang disifati

    banyak kesalahan dalam riwayatanya maka hendaknya diadakan peninjauan kembali terhadap

    hadits-hadits yang telah diriwayatkannya, akan tetapi jika periwayatnya tadi juga terdapat dalam

    periwatan rawi yang disifati dengan ghalath, maka haditsnya tsb dapat di pakai melalui sanad

    hadits kedua ini tapi apabila tidak ada maka haditsnya di tawaqufkan.

    4. Jahalatul hal (tidak dikenal identitasnya)

    Jahalatul hal merupakan pantangan untuk diterimanya haditsnya, selama belum jelas identitas

    rawinya. Apabila sebagian orang telah mengenal identitasnya dengan baik, kemudian ada yang

    mengingkarinya, dalam hal ini didahulukan penetapan orang yang telah mengenalnya, sebab

    tentu ia lebih tahu dari orang yang mengingkarinya.

    5. Dawal inqitha (diduga keras sanadnya terputus)

    Misalnya menuduh rawi men-tadlis-kan atau meng-irsal-kan suatu hadits.

    - Jalan-jalan untuk mengetahui keadilan dan kecacatan rawi dan masalah-masalahnya

    Keadilan seorang rawi daat diketahui dengan salah satu dari dua ketetapan berikut :

    a. Bi-Syuhrah, karena kepopulerannya di kalangan ahli ilmu bahwa dia terkenal sebagai orang

    yang adil. Seperti: Anas bin Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Syubah bin Al-Hajjaj, Asy-SyafiI,

    Ahmad dan lain sebagainya. Mereka yang sudah terkenal sebagai orang yang adil di kalangan

    para ahli ilmu, maka mereka tidak perlu lagi untuk diperbincangkan keadilannya.

    b. [b]Pujian dari seseorang yang adil (tazkiyah). Yaitu ditetapkan sebagai rawi yang adil oleh

    orang yang adil, yang semula rawi yang dita'dilkan itu belum dikenal sebagai rawi yang adil.

    Begitupun kebalikannya dengan jarh.

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    6/16

    1. Syarat-syarat bagi pentadil (muaddil) dan pentarjih (jarih)

    a) Berilmu pengetahuan

    b) Takwa

    c) Wara (orang yang selalu menjauhi perbuatan maksiat, syubhat, doea kecil, dan makruhat)

    d) Jujur

    e) Menjauhi fanatik glongan

    f) Mengetahui sebab-sebab mentadil dan dan mentajrih. (Mufassar)

    2. Dapatkan pen-tadil-an dan pen-tajrih-an seseorang tanpa menyebutkan sebab-

    sebabnya

    Disini terdapat perselisihan pendapat tapi yang dianut oleh para muhadditsin seperti Bukhari

    Muslim, Abu Dawud, dll adalah bahwa Mentadil tanpa menyebutkan sebab-sebabnya itu boleh

    karena sebab-sebanya itu banyak sekali dan jika disebutkan bisa menyibukkan kerja saja tapikalau dalam hal tajrih tidak boleh kerena setiap pentarjih mempunyai sebab-sebab yang berbeda-

    beda, padahal jarh dapat berhasil dengan satu sebab, maka perlu diterangkan cacat seorang rawi.

    3. Jumlah orang yang di pandang cukup untuk mentadil dan mentarjih rawi-rawi

    Dalam hal ini terdapat perselisihan pendapat :

    a) Pedapat fuqoha Madinah minimal 2 orang baik dalam syahadah maupun riwayah

    b) Cukup 1 orang dalam riwayah dan bukan dalam soal syahadah, sebab bilangan tidak jadisyarat dalam penerimaan hadits.

    c) Cukup 1 orang saja, baik dalam soal riwayah maupun dalam soal syahadah.

    4. Pertentangan antara Jarh dan Tadil

    Apabila terjadi pertentangan antara jarh dan ta'dil pada seraong rawi, dimana sebagian ulama

    mentadil dan sebagian yang lain mentakhrij maka dalam hal ini terdapat ada 4 pendapat :

    i. Jarhi harus didahulukan secara mutlak walau jumlah muaddil lebih banyak dari pada jarhnya.

    Sebab bagi rajih tentu lebih mengetahui tentang sisi batin dari rawi daripada muaddil. Pendapat

    ini dianut oleh Jumhur 'ulama.

    ii. Tadil harus didahulukan dari jarh

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    7/16

    Karena jarihh bisa salah dalam mencacatkan rawi apalagi kalau ada rasa benci maka pasti sebab

    pentarjihanya bersifat subyektif berbeda dengan muaddil dalam menilai rawi mereka lebih

    mendahulukan kelogisan atau obyektif

    iii. Bila jumlah muaddilnya lebih banyak dari rajih maka didahulukan tadil

    Karena jumlah yang banyak memperkuat kedudukan mereka

    iv. Masih tetap dalam pertentangan selama belum ditentukan yang menjarhnya.

    Pengarang at-Taqrib mengemukakan sebab timbulnya khilaf ini ialah jika jumlah mu'adiil lebih

    banyak dari jarih, tetapi kalau jumlahnya seimbang atau lebih sedikit antara mu'addil dan jarih,

    maka didaulukan jarh, dan ini merupaka putusan 'ijma.

    5. Susunan lafadz-lafadz untuk mentadil dan mentarjih rawi

    Ibnu Hajar menyusun ke dalam 6 tingkatan, yaitu

    1) Berbentuk afalut tafdhil atau ungkapan lain yang setara maknanya dengan afalut tafdhil.

    Contoh :

    (Orang yang paling tsiqah)

    (orang yang paling mantap hafalan dan keadilanya)

    (orang yang paling top keteguhan hati dan lidahnya)

    (orang yang tsiqoh melebihi orang yang tsiqoh)

    2) Berbentuk pengulangan lafadz yang sama atau dalam maknanya saja

    Contoh:

    (Orang yang teguh lagi teguh)

    (orang yang tsiqah lagi tsiqah)

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    8/16

    (orang yang ahli lagi petah lidahnya)

    (orang yang teguh lagi tsiqah)

    (orang yang hafidz lagi petah lidahnya)

    (orang yang kuat ingatan lagi meyakinkan ilmunya )

    3) Menggunakan Lafadz yang mengandung arti kuat ingatan

    Contoh:

    (orang yang teguh hati dan lidahnya )

    (orang yang meyakinkan ilmunya)

    (orang yang tsiqoh)

    (orang yang kuat hafalanya)

    (orang yang petah lidahnya)

    4) Menggunakan Lafadz yang tidak menggunakan arti kuat ingatan dan adil Contoh:

    (orang yang sangat jujur)

    (orang yang dapat memegang amanat)

    (orang yang tidak cacat)

    5) Menggunakan lafadz yang menunjukkan kejujuran rawi tanpa ada kedhabitn

    Contoh:

    (orang yang berstatus jujur)

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    9/16

    ((orang yang baik haditsnya

    ( (orang yang bagus haditsnya

    ((orang yang haditsnya berdekatan dengan hadits-hadits orang lain yang tsiqoh

    6) Menggunakan lafadz yang menunjukkan arti mendekati cacat. Seperti sifat-sifat diatas yang

    diikuti kafadz inssaAllah, atau ditashghitkan, atau lafadz tersebut dikaitkan dengan

    pengharapan .

    Contoh:

    (orang yang jujur, jika Allah menghendaki)

    (orang yang diharapkan tsiqah)

    (orang yang shalih)

    (orang yang diterima haditsnya)

    Untuk mentajrih hadits ada 6 tingkatan lafadz yang digunakan :

    1) Menggunakan lafadz lafadz afalut tafdhil atau ungkapan-ungkapan lain yang serupa

    denganya menunjukkan amat cacatnya rawi.

    Contoh:

    (orang yang paling dusta)

    (orang yang paling bohong) (orang yang paling top kebohonganya)

    2) Menggunakan lafadz lafadz sighot mubalaghoh menunjukkan amat cacatnya rawi.

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    10/16

    Contoh:

    ((orang yang pembohong

    (orang yang pendusta)(orang yang penipu)

    3) Menunjukkan tuduhan dusta, bohong atau yang lainya

    Contoh:

    (orang yang dituduh bohong)

    (orang yang dituduh dusta)

    (orang yang perlu diteliti)

    (orang yang gugur)

    ((orang yang hadtsnya telah hilang

    ((orang yang ditinggal haditsnya

    4) Menunjukkan amat lemahnya rowi

    Contoh:

    ((orang yang dilempar haditsnya

    (orang yang lemah)

    ((orang yang ditolak hadtsnya

    5) Menunjukkan kacaunya hafalan rawi

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    11/16

    Contoh:

    (orang yang tidak dapat dibuat hujjah hadtsnya)

    (orang yang tidak dikenal identitasnya)((orang yang munkar haditsnya

    ((orang yang kacau haditsnya

    (orang yang banyak menduga-duga)

    6) Menggunakan lafadz-lafadz yang dekat dengan sifat adil tapi menunjukkan kelemahanya.

    Contoh:

    (orang yang didhoifkan haditsnya)

    (orang yang diperbincangkan)

    (orang yang disingkiri)

    (orang yang lunak)

    (orang yang tidak dapat digunakan hujjah haditsnya)

    [size] [/size] (orang yang tidak kuat)

    C. Kitab-kitab ilmu Jarh wa Tadil

    1. Marifatur rijal, karya Yahya Ibni Main, merupakan kitab pertama yang sampai pada kita, juzI buku tersebut berupa manuskrip ( tulisan tangan) berada di Darul Kutub Adh-Dhahiriyah

    2. Ad-Dhuafa, karya Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhpri . Dicetak di Hindia tahun 320

    H

    3. At-Tsiqat, karya Abu Hatim bin Hibban Al-Busty (wafat tahun 304 H). Ingat bahwa beliau ini

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    12/16

    sangat muda mentadil rawi jadi hati-hati atas pendapatnya. Naskah asli kitab ini ditemukan di

    Darul Kutub Al-Mishriyah dengan tidak lengkap.

    4. Al-jarhu wa tadil, karya Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razy (240-326 H), kitab ini

    merupakan kitab yang terbesar dan mempunyai banyak faidah bagi kita. Terdiri dari 4 jilid yang

    memuat 18.055 rawi, sering di setak berkali-kali dan terakhir dicetak di India pada tahun 1373 H

    menjadi 9 jilid, 1 jilid I dijadikan mukaddimah dan jilid yang lainya dijadikan 2.

    5. Mizanul Itidad, karya Imam Syamsuddin Muhammad Ad-Dzahabi (673-748), terdi dari 3

    jilid, sudah dicetak berkali-kali dan terakhir dicetak di Mesir tahun 1325 H mencakup

    10.907oran rijalus sanad.

    6. Lisanul Mizan, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany (773-852 H) memuat 14.343 rijalus

    sanad, dicetak di India pada th 1329-1331 dalam 6 jilid.

    --------

    Dikutip dari : Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Drs. Fatchur Rahman, "PT. AlMa'arif Bandung",

    Bab IV, hal. 307 dengan peringkasan.

    Al-Jarh wat Tadil Khusus untuk Para Perawi Hadits

    Sesungguhnya ilmu al-jarh wat tadil adalah khusus untuk para perawi yangbermasalah dalam periwayatan haditsnya. Dan apa yang dipraktikkan oleh paraulama salaf dalam hal ini sama sekali bukan ghibah. Ketika hadits-hadits telahdibukukan dan masa para perawi telah berlalu, maka selesailah sudah al-jarh wattadil. Ia sama sekali tidak bisa diterapkan pada seorang muslim yang bukanperawi, apalagi diterapkan terhadap para ulama dan syuhada yang sangatdimuliakan Allah dan dicintai oleh kaum muslimin.

    Demikian adalah pendapat para ulama tentang al-jarh wat tadil :

    Syaikh Shalih bin Muhammad Al-Luhaidan berkata, Al-Jarh wat tadil telah habismasanya. Ia sudah tidak ada lagi sekarang.1

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    13/16

    Syaikh Abdul Aziz bin Abdilah Ar-Rajihi berkata, Ilmu al-jarh wat tadil suahselesai, karena ia sekarang telah terbukukan rapi dalam berbagai kitab. Begitu puladengan hadits-hadits Nabi, ia telah terbukukan dalam berbagai kitab shahih, sunan,musnad, dan mujamsehingga sekarang tidak ada lagi al-jarh wa tadil. Dan, al-

    jarh wat tadil itu memang khusus untuk para ahli hadits.2 Syaikh Hasan bin Falah Al-Qahthani berkata, Besar sekali bedanya antara ilmual-jarh wat tadil yang dipraktikkan oleh para ulama salaf dalam kitab-kitab dankarya-karya mereka, dengan pelecehan terhadap para ulama dan daI, pencemarannama baik, dan penyebaran aib serta kesalahan seseorang denganmengatasnamakan al-jarh wat tadil yang terjadi sekarang ini.3

    Syaikh Ridha Ahmad Shamadi berkata, Tidak usah dijarh orang yang tidak perludijarh, seperti para ulama yang periwayatan hadits mereka tidak dibutuhkan.4

    Ibnul Murabith (w. 485 H) berkata, Hadits-hadits telah dibukukan dan tajrih punsudah tidak ada faedahnya lagi.5

    Syaikh Athiyah bin Muhammad Salim berkata,6 Dan tidak termasuk dalam halitu apa yang disebut al-jarh wat tadil. Seperti orang yang mengatakan; si fulanmudallis,7 atau si fulan sifatnya begini Sebab, yang semacam ini terdapat faedahdi dalamnya bagi kaum muslimin, agar mereka berhati-hati terhadap hadits-haditsyang diriwayatkannya.8

    Dan yang lebih luar biasa lagi adalah pendapat Syaikh yang sangat merekabanggakan [terlebih diriku: peny.] yaitu Syaikh Shalih Fauzan. Sebenarnya aku jugamau menampilkan pendapat Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq. Tapi karena beliausangat dibenci oleh orang-orang Salafi Ekstrim, maka aku cukupkan saja denganpendapat Syaikh Shalih Fauzan berikut ini:

    Syaikh Shalih Fauzan: Tidak Ada Ulama Al-Jarh wat Tadil Pada Masa Ini

    Dalam satu kesempatan, terjadi dialog tanya jawab antara Syaikh Dr. Al-AlamahShalih bin Fauzan hafizhahullah dengan seorang thalibul ilmi (Pelajar/Penuntut ilmu):

  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    14/16

    Penanya: Syaikh yang mulia, siapakah yang dimaksud dengan ulama al-jarh wattadil pada masa kita sekarang ini?

    Syaikh: Demi Allah, kami tidak mengetahui seorang pun ulama al-jarh wat tadilpada saat ini. Sekarang ini para ulama al-jarh wat tadil telah berada di dalamkubur. Akan tetapi, perkataan mereka tetap ada di dalam kitab-kitab mereka, kitabal-jarh wat tadil. Al-jarh wat Tadil itu hanya ada dalam ilmu sanad dan riwayathadits. Dan mencela manusia serta menjatuhkannya bukanlah bagian dari ilmu al-jarh wat tadil. Mengatakan si fulan begini si fulan begitu memuji sebagianorang dan mencela sebagian yang lain adalah ghibah dan namimah. Dan itu bukanal-jarh wat tadil.

    Penanya: Anda mengatakan bahwa al-jarh wat tadil pada zaman ini sudah tidakada lagi, hal ini akan membuat sebagian orang memahami Anda tidak memandangperlunya membantah ahlu bidah dan para penyeleweng agama?

    Syaikh: Al-jarh wat tadil itu bukan ghibah dan namimah seperti yang banyak terjadisekarang ini,9 khususnya di sebagian kalangan penuntut ilmu. Wahai saudaraku, al-jarh wat tadil itu adalah bagian dari ilmu isnad dalam hadits, dan ini adalah

    spesialisasi para imam dan ahli hadits. Dan, kami tidak tahu siapa yang termasukulama al-jarh wat tadil sekarang ini, dimana ulama tersebut menguasai sanad-sanad hadits dan mampu memilah mana yang shahih dan mana yang dhaif. Kamitidak mengetahui seorang pun sekarang! Ya inilah dia yang dimaksud dengan al-jarh wat tadil.10

    Footnote:

    [1] Http://www.almanhaj.net/vb/showthead.php?p=34223[2] Ibid.

    [3] An-Naqd; Adabuhu wa Dawafiuh/Syaikh Hasan bin Falah Al-Qahthani/Hlm34/Penerbit Dar Al-Humaidhi, Riyadh/Cetakan pertama/1993m-1414H.

    [4] Lihat artikel; Al-Jarh wat Tadil Indal Muhadditsin/Syaikh Ridha Ahmad Shamadi,

    http://www.almanhaj.net/vb/showthead.php?p=34223http://www.almanhaj.net/vb/showthead.php?p=34223
  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    15/16

    di http://saaid.net/doat/rida-samadi/5.doc

    [5] Ibid. Menukil dari; Ar-Rafu wat Takmil fil Jarhi wat Tadil/Syaikh Abdul Hayy Al-Laknawi/Tahqiq:Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah/Hlm 50. Buku ini juga bisadidownload di http://www.waqfeya.com/open.php?cat=12&book=623 atau

    http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=9&book=1415 dan beberapa situslain.

    [6] Beliau menyampaikan ini ketika membahas masalah ghibah terhadap orangyang sudah meninggal.

    [7] Mudallis, yaitu: Seorang perawi yang tidak menyebutkan dari siapa diamendengar hadits yang diriwayatkannya, namun dia menyebutkan perawi (syaikh)yang di atasnya sehingga mengesankan dia mendengar langsung dari syaikhtersebut. Meski banyak ulama tsiqah yang melakukan tadlis, tetapi mayoritas imamhadits mengatakan bahwa hal ini tidak bisa diterima. Imam Asy-SyafiI mengatakan,Tadlis adalah saudaranya dusta. Adapun Al-Hafizh Ibnu Ash-Shalah berkata,Tadlis itu bukan dusta, tetapi dia itu semacam perkataan yang mengesankansesuatu dengan lafal yang tidak tegas. (Lihat lebih rinci tentang tadlis, mudalis,dan dua macam tadlis di: Muqaddimah Ibnu As-Shalah; Al-Baits Al-Hatsits fiIkhtishar Ulum Al-Hadits/Ibnu Katsir; Al-Mukhtashar fi Ushul Al-Hadits/As-Syarif Al-Jurjuni; Al-Muqizhah fi Ilmi Mushthalah Al-Hadits/Imam Adz-Dzahabi; Tadbir Ar-Rawi/Imam As-Suyuthi; Al-Kifayah fi Ilmi Ar-Riwayah/Al-Khathib Al-Baghdadi; dankitab-kitab lain yang sejenis.

    [8] Syarh Bulugh Al-Maram/Syaikh Atihyah bin Muhammad Salim/Pelajaran nomor

    123. Sumber: http://www.islamweb.net. Kitab yang bersumber dari ceramah haditsini terdapat dalam Program Al-Maktabah Asy-Syamilah.

    [9] Syaikh Shalih Fauzan benar, sesungguhnya ghibah yang banyak terjadi sekarangini memang tidak termasuk dalam al-jarh wat tadil.

    [10] http://www.almanhaj.net/vb/showthread.php?p=34223

    http://saaid.net/doat/rida-samadi/5.dochttp://www.waqfeya.com/open.php?cat=12&book=623http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=9&book=1415http://www.islamweb.net/http://www.almanhaj.net/vb/showthread.php?p=34223http://saaid.net/doat/rida-samadi/5.dochttp://www.waqfeya.com/open.php?cat=12&book=623http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=9&book=1415http://www.islamweb.net/http://www.almanhaj.net/vb/showthread.php?p=34223
  • 8/7/2019 Ilmu Rijal Al

    16/16