Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

25
Filsafat Ilmu dalam Tinjauan al-Quran Oleh : Agus Jaya Pendahuluan Di dalam al-Qur’an kata ilm (‘ilma, ‘ilmi, ilmu, ilman, ilmihi, ilmuha, ilmuhum) diulang sebanyak 99 kali. 1 Bentuk- bentuk tersebut didalam terjemah al-Qur’an Departemen Agama RI, cetakan Madinah al-Munawwaroh (1990) diartikan dengan pengetahuan, ilmu, ilmu pengetahuan, kepintaran dan keyakinan. Sedang kata ilmu itu sendiri berasal dari bahasa Arab ‘alima yang berarti mengetahui, mengerti. Maknanya, seseorang dianggap mengerti karena sudah mengetahui obyek atau fakta lewat pendegaran, penglihatan dan hatinya. Jadi ‘ilmu secara teknis operasional memiliki pengertian kesadaran tentang realitas. Hal ini bisa kita temukan dalam al-Qur’an bahwa “mereka yang memiki kesadaran tentang realitas (tidak mengikuti sesuatu yang ia tidak memiliki pengetahuan tentangnya) melalui pikiran, penglihatan dan hati akan berfikir rasional dalam menggapai kebenaran. 2 1 Ali Audah, Konkordasi Qur’an 1997, Litera Antar Nusa, Mizan, Bogor Bandung , hal : 178-179 2 “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati , semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. QS : al-Isra : 36 1

Transcript of Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

Page 1: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

Filsafat Ilmu dalam Tinjauan al-QuranOleh : Agus Jaya

Pendahuluan

Di dalam al-Qur’an kata ilm (‘ilma, ‘ilmi, ilmu, ilman, ilmihi, ilmuha, ilmuhum)

diulang sebanyak 99 kali.1 Bentuk-bentuk tersebut didalam terjemah al-Qur’an Departemen

Agama RI, cetakan Madinah al-Munawwaroh (1990) diartikan dengan pengetahuan, ilmu,

ilmu pengetahuan, kepintaran dan keyakinan. Sedang kata ilmu itu sendiri berasal dari

bahasa Arab ‘alima yang berarti mengetahui, mengerti. Maknanya, seseorang dianggap

mengerti karena sudah mengetahui obyek atau fakta lewat pendegaran, penglihatan dan

hatinya. Jadi ‘ilmu secara teknis operasional memiliki pengertian kesadaran tentang

realitas. Hal ini bisa kita temukan dalam al-Qur’an bahwa “mereka yang memiki kesadaran

tentang realitas (tidak mengikuti sesuatu yang ia tidak memiliki pengetahuan tentangnya)

melalui pikiran, penglihatan dan hati akan berfikir rasional dalam menggapai kebenaran.2

Untuk lebih memahami urgensi filsafat ilmu dan kaitannya dengan wahyu maka

dalam makalah ini penulis mengangkat filsafat ilmu dalam tinjauan al-Quran.

Urgensi Filsafat Ilmu

Sebelum tembok Berlin runtuh maka peta dunia berdasarkan idiologi politik Blok

Barat dan Blok Timur. Dan sejak runtuhnya tembok Berlin pada tahun 1989 maka dunia

masuk periode tanpa batas, kemudian masuklah era Science & Technologi. Pada era ini

dunia dipetakan menurut Science & Technologi yang kemudian terbagi menjadi tiga bagian

: yaitu 15 % negara Innovator, 50 % negara Adoptor, dan 35 % negara Excluded. 15%

negara Innovator yaitu USA, Inggris, Jepang, Taiwan China, Perancis dan Jerman. Mereka

inilah yang menguasai sumber energi untuk mengubah dunia. Meskipun demikian pada

negara Innovator tetap ada wilayah yang Adaptor bahkan excluded, dan sebaliknya pada 1 Ali Audah, Konkordasi Qur’an 1997, Litera Antar Nusa, Mizan, Bogor Bandung , hal : 178-1792 “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya,

sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati , semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. QS : al-Isra : 36

1

Page 2: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

negara Excluded atau Adaptor bisa muncul teknologi canggih seperti yang dialami India

yang menekankan kunci kebangkitan melalui Universitas.

Filsafat Ilmu adalah instrumen kecil yang dibutuhkan untuk memahami bahwa

manusia adalah makhluk yang “berbuat”3 dan Tuhan adalah pemberi potensi, baik Potensi

positive maupun potensi negative.4 Selanjutnya potensi tersebut perlu dikembangkan. Guna

mengembangkan potensi ini manusia terlebih dahulu dituntut untuk mengembangkan

pengetahuan yang akhirnya akan mendorong manusia untuk berbuat dan menjadi makhluk

yang khas.5 Ada dua faktor pada diri manusia yang memicu berkembangnya pengetahuan

yaitu : bahasa yang dimiliki manusia sebagai sarana komunikasi informasi dan kemampuan

berfikir menurut alur kerangka berfikir tertentu atau dikenal dengan penalaran. Jadi,

penalaran merupakan kegiatan berfikir yang memiliki karakteristik tertentu dalam

menemukan kebenaran.6

Pengembangan potensi pada diri manusia memberikan kontribusi yang sangat besar

untuk menentukan hasil dan Filsafat Ilmu menjadi salah satu instrumen untuk membantu

dalam memahami peradaban mencapai hasil yang diinginkan.

Defenisi Ilmu

Ilmu adalah alat untuk memahami, mengerti, mengenal hal/keadaan, kemudian

mengubah sesuai dengan diri kita untuk mencapai kebutuhan kita. Atau sebaliknya, kita

menyesuaikan diri dengan keadaan sehingga bisa digiring pada tempat yang kita inginkan.

Ilmu merupakan sistem ciptaan manusia untuk memahami, menguasai, mengelola dan

mengembangkan keadaan/lingkungan dalam rangka membangun kehidupan yang lebih

baik. Atau pemerakarsa sistim tersebut yang menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk

membangun kehidupan yang lebih baik. Ilmu juga bisa diartikan lukisan dan keterangan

yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu

3 “….. dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa apa yang telah mereka perbuat”. QS : az-Zumar : 70, “….. dan hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya lalu diterangkan kepada mereka apa yang telah

mereka perbuat”. QS : an-Nur : 64, “… dan mereka dapatiapa yang telah mereka perbuat, …” QS : al-Kahfi : 494 ”dan kami berikan kepada mereka dua jalan (jalan negatif dan jalan positif).” QS : al-Balad : 105 Zulhemi, Filsafat Ilmu 2004, IAIN Raden Fatah Press, Palembang, hal : 16. 6 Zulhemi, Ibid, hal : 17.

2

Page 3: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

sejauh jangkauan logika serta dapat diamati panca indra manusia.7 (Amsal Bakhtiar, 2005 :

88). Di dalam al-Mantiq al-Aristo al-Qodim fi Dho’u al-Fikri al-Islami diebutkan bahwa

definisi ilmu adalah “pemahaman, persepsi secara mutlak, baik logis maupun tidak yang

terekam dalam akal pikiran”.8

Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang mengandung makna

ganda yaitu : pertama, merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap

pengetahuan ilmiah dipandang dari satu kebulatan (science ingenaral). Kedua, menunjuk

pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal

tertentu, yang merupakan ilmu khusus seperti antropologi, biologi, dll.9. Dengan

memahami defenisi di atas tampaklah perbedaan ilmu dengan pengetahuan. International

Discionery of Education mendefinisikan pengetahuan sebagai ‘kumpulan fakta-fakta, nilai-

nilai keterangan dan sebagainya yang diperoleh manusia melalui penelaahan, ilham atau

pengalaman. Sedang ilmu bukanlah fakta-fakta. Lebih tepatnya ilmu senantiasa

berdasarkan fakta.10

Sebagai mahluk yang “berbuat” memang Tuhan menentukan hidup manusia namun

kehidupan manusia berada pada dirinya sendiri, Tuhan memberikan kesempatan kepada

manusia untuk menentukan arah dan langkah kehidupannya sendiri. Inilah yang

membedakan antara manusia dengan makhluk lain, bahwa manusia memiliki daya upaya

untuk menentukan arah kehidupannya11 sehingga manusia mampu membuat sejarah,

peradaban dan budaya, sedangkan makhluk lain hidup dan kehidupannya ada di tangan

Tuhan. dalam hal ini bisa disimpulkan bahwa ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang

benar dan disusun dengan system dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku

universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya, dan ilmu memiliki ciri-ciri pokok :

bukan satu, melainkan banyak (plural), bersifat tebuka (dapat dikritik), dan berkaitan dalam

memecahkan masalah.12

7 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal : 88 8 Tholaat Ghonam, al-Mantiq al-Aristo al Qodim, tt, Al-Azhar Press, Kairo, Hal : 99 Zulhemi, Op. Cit hal : 19.10 Ibid11 “… sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan suatu kaum sehingga mereka merobah yang ada

pada diri mereka sendiri QS : ar-Ra’du, ayat :1112 M. Husni Maricar, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ppresentasi makalah Filsafat Ilmu PPS 3

3

Page 4: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

Bagan ilmu tersebut berbentuk :

Aktifitas

Ilmu

Metode Pengetahuan

Sumber Ilmu

Ada dua sumber ilmu dalam kehidupan manusia yaitu :

1. kesadaran tentang realitas yang diperoleh dari pendengaran, penglihatan dan hati.

Realitas utama yang dihadapi manusia ketika lahir adalah alam semesta (mikro

kosmos dan makro kosmos). Dialam inilah manusia mulai mendengar, melihat dan

merasakan obyek-obyek yang dialaminya berupa suara, bentuk dan perasaan. Alam

ini merupakan satu titik kesadaran awal untuk mengenal realitas terutama diri

sendiri. Dan setelah manusia menginjak dewasa maka ia mulai berfikir

matarealistis, yakni suatu kekuatan supranatural yang ikut berperan mengurus

proses-proses penciptaan dari tiada menjadi ada dan dari ada menjadi tiada.13 Bahwa

tangan Tuhan (invisible hand) senantiasa ada dalam setiap realita, karena ”... bahwa

segala sesuatu realita adalah dari sisi Allah swt”. .....14

2. Alam semesta adalah sumber ilmu yang kedua yang merupakan ciptaan Allah, oleh

karena ilmu yang berasal dari Allah bersifat absolut sementara ilmu yang

didapatkan melalui alam bersifat relatif.15 Dengan mempelajari kitab alam akan

mengungkapkan rahasia-rahasianya kepada manusia dan menempatkan koheransi,

konsistensi dan aturan didalamnya. Hal ini membuka peluang bagi manusia untuk

menggunakan ilmunya sebagai perantara untuk menggali kekayaan-kekayaan dan

13 Yusra Marasabessy, Filsafat Ilmu dalam Persfektif al-Qur’an, tt. Jurnal Ilmiah.14”katakanlah : ”semuanya berasal dari sisi Allah swt, ....”. QS : An Nisa : 7815 Yusra Marasabessy, op. cit

4

Page 5: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

sumber-sumber tersembunyi didalam alam dan mencapai kesejahteraan material

lewat penemuan-penemuan ilmiahnya.16 Al-Qur’an sebagai kitab ”tertutup”

merupakan kondifikasi wahyu yang menurut teori-teori keilmuan yang tak terhingga

penafsirannya sampai hari akhir, sedang alam semesta adalah kitab ”terbuka” yang

tak terhingga pula untuk dieksprimenkan sampai hari akhir. Al-Qur’an sebagai kitab

”tertutup” dan alam semesta sebagai kitab ”terbuka” saling memperkokoh eksistensi

masing-masing. Al-Qur’an memuat informasi-informasi tentang material dan

struktural alam semesta, sedang rahasia-rahasia alam semesta bisa kita cari

informaisnya lewat al-Qur’an dan alam semesta itu sendiri, karena al-Quran

merupakan wahyu Allah dan alam semesta merupakan ciptaan-Nya. Dengan

demikian realitas kebenaran bisa ditemukan dalam al-Qur’an dan alam semesta

karena keduanya berasal dari satu sumber yaitu Allah swt yang Maha Pencipta.17

Untuk menjelaskan al-Qur’an yang merupakan ”kitab terbuka” dan universal namun

masih global maka dibutuhkan as-Sunnah yang merincinya. Karena as-Sunnah juga

merupakan sumber hukum yang universal, juga merupakan sumber bagi dakwah

dan bimbingan bagi seorang muslim, disamping itu juga as-Sunnah menjadi sumber

ilmu pengetahuan relegius (keagamaan/mitos), humaniora (kemanusiaan) dan sosial

yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan

kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksprimental mereka.18

Tujuan Ilmu

Tujuan dari ilmu adalah alat untuk mengkonstruksi kehidupan. Ilmu adalah sebuah

sarana untuk “menjadi”. Menurut Brawnoski, tujuan akhir dari ilmu adalah untuk

menemukan kebenaran di dunia ini. Dalam proses pencarian kebenaran sebuah ilmiah

16 Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains menurut al-Qur’an 1990, penerj. Agus Efendi, Mizan, Bandung. Hal. 54

17 Yusra Marasabessy, Op.Cit18 Yusuf al-Qordhawy, as-Sunah Sumber Iptek dan Peradaban, penerj. Setiawan Budi Utomo,

Pustaka al-Kautsar, Jakarta : hal . 101

5

Page 6: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

pendapat-pendapat/dugaan-dugaan akan senantiasa didebat, diuji, dites, dibuktikan dan

direvisi untuk akhirnya diterima atau ditolak. Kegiatan ini menyebabkan para peneliti dari

berbagai laboratorium, perguruan tinggi berbagai negara selalu berbincang mengenai

kebenaran ilmu sehingga menggiring para cendekiawan baik secara individual maupun

kolektif selalu bertukar fikiran. Ilmu tampil menggambarkan dan memberi makna terhadap

dunia faktual.19 dan dengan ilmu juga akan membawa manusia kepada kemajuan dalam

pengetahuannya.20 Sekalipun kebenaran ilmu tidaklah mencapai kebenaran mutlak, akan

tetapi dalam keterbatasannya, ilmu membantu kehidupan dan kepentingan manusia pada

bidangnya masing-masing. Pengalaman manusia tidaklah sempurna dan pengetahuannya

tumbuh dan berkembang sepanjang pertumbuhan pengalaman itu sendiri. Pertumbuhan

merupakan salah satu hukum fundamental dalam hidup ini.21

Posisi dan Peran Ilmu

Posisi dan Peran Ilmu adalah sebagai :

a. Instrumen untuk membangun/mengkonstruksi kehidupan yang baik atau sebagai

instrumen untuk menuju puncak pencapaian yang tertinggi yang tak pernah

berhenti.22

b. Menjelaskan fenomena kehidupan. Karena tidak selayaknya seseorang mengerjakan

sesuatu tanpa ia ketahui.23

c. Meramalkan apa yang akan terjadi bila sesuatu sudah berubah / bergeser.

d. Mengidentifikasi sebab akibat.

e. Memahami peluang dan potensi untuk mengolah, memanfaatkan dan

mengembangkan termasuk mengubah tantangan menjadi modal pembangunan.24

19 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat 1995, Bumi Aksaara Jakarta, cet. 3 hal 1120 Ibid21 Ibid. Hal 25, diungkapkan oleh Harold dan dikutip oleh Burhanuddin.22 ”hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi maka

lintasilah, kamu tidak akan mampu melintasnya kecuali memiliki kekuatan (ilmu). QS : ar-Rahman : 3323 “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya,

sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati , semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. QS : al-Isra : 36

24 ”yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah nikmat yang telah dianugerahkannya kepada satu kaum sehingga kaum tersebut mengubahnya seniri....”. QS : al-Anfal 53,

6

Page 7: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

f. Menemukan hal-hal / kekuatan baru.

g. Memudahkan kehidupan

h. Ilmu tampil :

1. Mereduksi makna, karena dalam merumuskan biasanya hal yang kita tahu saja.

2. Kontradiksi, menimbulkan perbedaan pendapat.

3. Hanya mampu mencapai kebenaran sementara.

i. Ilmu memiliki :

1) Plicit knowledge, yaitu ilmu secara normatif, rumus explisit.

2) Tacit knowledge, yaitu ilmu yang kebenarannya tersembunyi.

Ilmu memberikan jawaban terhadap setiap masalah yang timbul, sedang falsafah

menganalisa kebenaran jawaban yang dikemukakan oleh ilmu tersebut, dan agama berperan

sebagai penuntun jalan mencapai puncak tertinggi dalam hidup.

Sifat/karakter Ilmu

Ilmu senantiasa berkembang, stabilitas bukanlah menjadi musuh progresifitas. Hal

ini bisa tampak pada sebuah permainan “gasingan” yang akan semakin stabil ketika

berputar dengan sangat cepat. Artinya semakin progresif sebuah ilmu maka semakin stabil.

Ilmu yang tampil untuk menjawab “bagaimana” menuntut ilmu untuk senantiasa

exis dan tanpa batas. Ilmu mengusung kebenaran namun kebenaran ilmu itu sendiri masih

tetap relatif sebagai proses yang tidak pernah selesai dan senantiasa berproses untuk

“menjadi”.

Adapun sifat ilmu tersebut adalah sebagai berikut :

Sifat Ilmu25 Sistematik

“… sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan suatu kaum sehingga mereka merobah yang ada pada diri mereka sendiri QS : ar-Ra’du, ayat :11

QS : ar-Ra’du : 1125 M. Husni Maricar, Op. Cit

7

Page 8: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

Konsisten, (antara teori satu dengan yang lain tak

bertentangan)

Eksplisit, disepakati secara universal bukan hanya

di kalangan kecil)

Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode

ilmiah)26

Rasionalits dan Spiritualitas Dalam Ilmu

Kesadaran tentang realitas yang ditangkap oleh indra dan hati, kemudian diproses

oleh akal untuk menentukan sikap ”benar atau salah” terhadap satu obyek merupakan

proses rasionalitas dalam ilmu. proses rasionalitas itu kemudian mampu mengantar manusia

untuk memahami untuk memahami metarsional sehingga muncul suatu kesadaran baru

tentang realitas metafisika, yakni apa yang terjadi dibalik obyek rasional yang bersifat fisik

itu. Kesadaran semacam ini disebut sebagai transendensi, yang diabadikan oleh Allah swt

dalam al-Qur’an :

”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan

berbaring dn mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) :

Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia.maka perihalah kami dari

siksa api neraka.27

Berbeda dengan kalangan yang hanya punya pandangan sisi material yang

menyadari keutuhan alam semesta dengna paradigma materialistik sebagai suatu proses

kebetulan yang memeang sudah ada pada alam itu sendiri. Kehidupan dan kematian

dipahami sebagai siklus alami dalam mata rantai perputaran alam semesta. Dengan

paradigma tersebut memunculkan kesadaran tentang realitas alam sebagai obyek yang

harus dieksploitasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan hedonistis yang tidak benar. Alam

26 sifat ilmu dalam bagan tersebut seiring dengan firman Allah : “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati , semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. QS : al-Isra : 36

27 QS : Ali Imron : 191

8

Page 9: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

di laboratorium untuk eksprimen atheistik mereka, dimana kesadaran spritualitas tidak

tampak bahkan senganja tidak dihadirkan dalam wacana pengembangan ilmu. orientai

mereka yang seperti itu bukan menambah kesyukuran dan ketakwaan melainkan fenomena

alam tersebut yang diciptakan (oleh yang maha pencipta) justru menambah kekufuran.28

Perkembangan Filsafat dan Ilmu

Secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu

sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang khas maka filsafat ilmu

kemudian menjadi dua bagian yaitu filsafat ilmu-ilmu Alam ( the natural science) dan

filsafat ilmu sosial (the social sciences)29 Pada perkembangan selanjutnya maka muncullah

sciences and technologi. Science sebagai ilmu fisika tampil untuk mengkonstruksi dan

technologi sebagai aplikasi.

Menurut Thomas Hugnes, sejak awal abad 21 tehnologi sudah berkembang menjadi

mandiri dan merambah pada setiap disiplin ilmu.

Untuk lebih jelasnya perkembangan filsafat dan ilmu dapat di gambarkan sebagai

berikut :

Perkembangan Filsafat dan Ilmu

Filsafat Ilmu Matematika Logika

ThalesKosmologi

PlatoFilsafat Spekulatif

Aristoteles

ThalesAstronomi Fisika

ThalesGeometri

Phythagoras

AristotelesAnalytikaDialektikaOrganan

28 QS : al-Isra’ : 94-10029 Jujun Suri Sumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer 1988, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta, cet 5 hal :

9

Page 10: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

Metafisika

Zaman Romawi KunoCicero

Pengetahuan tentang Hidup

Abad Tengah pengetahuan yang

tertinggiPelayan Teologi

Zaman ModernAbad XVII

Abad XVIII

Filsafat Mental dan Moral

Abad XXFilsafat Analitik

Zaman RenaissanceGalileoBaconMetode

Eksperimental

Zaman ModernAbad XVII

DescartesNewton

Filsafat Alam

Abad XVIIIFisika

Abad XXBerbagai Ilmu Baru

Zaman ModernAbad XVII

DescartesNewtonLeibniz

Abad XXBerbagai Cabang

Matematika

Zaman Romawi KunoLogika

Abad TengahLogika Tradisional

Zaman Modern

Abad XIXBoole

De MorganFrege

abad XXLogika modern

10

Page 11: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

FILSAFAT ILMU

Hubungan Filsafat dengan Ilmu

Filsafat adalah pemikiran sedangkan ilmu adalah ”kebenaran” jadi Filsafat Ilmu

adalah pemikiran tentang kebenaran. Apakah benar itu benar? Kalau itu benar maka akan

timbul sebuah pertanyaan ”berapa kadar kebenarannya”? Lalu apakah ukuran

kebenarannya? Dan dimana otoritas kebenarannya ? serta apakah kebenarannya itu abadi?.

Ilmu pengetahuan adalah hasil usaha pemahaman manusia terhadap berbagai

fenomena alam, manusia dan juga agama disusun dalam satu sistem dengna menggunakan

daya fikiran yang dibantu oleh panca indranya. Sedangkal filsafat adalah hasil daya upaya

manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral hakikat semua

yang ada, yaitu hakikat Tuhan, hakikat alam, hakikat manusia. Filsafat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjangkau oleh ilmu pengetahuan.30

Tujuan Filsafat dan ilmu adalah sama-sama mencari kebenaran. Hanya saja filsafat

tidak berhenti pada satu garis kebenaran, akan tetapi senantiasa mencari kebenaran-

kebenaran selanjutnya, sedangkan ilmu terkadang merasa cukup dengan sebuah kebenaran.

Bila ilmu di suntik dengan filsafat maka ilmu akan senantiasa bergerak maju untuk mencari

kebenaran yang lain lagi.

Filsafat dan ilmu bahu membahu mengusung kebenaran, namun kebenaran yang

dihasilkan oleh keduanya tetap saja bersifat relatif sebagai proses yang senantiasa

berproses dan menjadi yang tidak pernah selesai, yang dalam hukum Dialektika (Thesis,

Antithesis, Sinthesis) dan seterusnya.31

30 H. Muhammad Ansoruddin Sidik, Pengembangan Wawasan Iptek Pondok Pesantren, Jakarta : Bumi Aksara, 2001 cet. 2 hal. 49

31 Yusra Marasabessy, Op.Cit

11

Page 12: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

Kebenaran mutlak hanya ada pada wahyu Tuhan,32 walaupun demikian manusia

tetap dianjurkan untuk megikuti kebenaran relatif33 yaitu hasil tafsiran manusia tehadap

ayat-ayat Tuhan.34

Hal ini semua menandakan bahwa manusia, pemikiran dan ciptaannya bersifat

relatif. Sedang kebenaran itu sendiri identik dengan pencipta kebenaran. Karenanya yang

Maha benar hanyalah Allah swt.35

Walaupun antara filsafat dan ilmu bahu membahu dalam mengusung kebenaran

tetap saja antara keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan yang ada antara filsafat dan ilmu

tidaklah menjadikan pertentangan antara keduanya justru menjadikan keduanya saling

melengkapi dan mengisi.

Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain :

Ilmu (science) Filsafat

Anak Filsafat Induk Ilmu

Analisis, memeriksa semua gejala melalui

unsur terkecilnya untuk menperoleh

gambaran nyata menurut bagiannya.

Sinopsis, memandang alam semesta sebagai

keseluruhan agar dapat menerangkan,

menafsirkan dan memahaminya secara

keseluruhan.

Menekankan faka-fakta untuk melukiskan

obyeknya, netral dan mengabstrakkan faktor

keinginan dan penilaian manusia

Menekankan keadaan sebenarnya dari

obyek dan menentukan bagaimana

seharusnya obyek.

Memulai sesuatu dengan memakai asumsi Memeriksa dan meragukan semua asumsi

Eksprimen yang terkontrol sebagai cara

kerja dan sifat penting menguji sesuatu

dengan menggunakan penginderaan

Menggunakan semua penemuan ilmu

pengetahuan, menguji seseuatu berdasarkan

pengalaman dengan mamakai fikiran.36

32 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta : INIS, 1994, hal . 1633 QS; Az-Aumar : 17-18. maksud ungkapan relative adalah kita ambil suatu kebenaran itu, karena

kita hanya dapat hidup dengan benar apabila mengikuti kebenaran yang mutlak dan kita dapat hidup dengan wajar apabila kita mengikuti kebenaran yang relatif yang merupakan eksistensi ilmu pengetahuan dan filsafat.

34 Mastuhu, Op.Cit35 “katakanlah : sesunggunya tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha mengetahui semua yang

gaib”. QS; Saba’: 48

12

Page 13: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

Kalau dihubungkan antara ilmu dan filsafat pendidikan akan kita dapatkan

hubungna yang sangat erat dan menguatkan keyakinan bahwa materi pelajaran dapat

memberi individu kesempatan yang banyak untuk mengungkap realitas alam serta

mengembangkan orientasi, kecendrungan dan pola-pola tingkah laku yang akan

membantunya dalam memahami alam serta menjadikan manusia yang lebih responsif dan

sadar dalam berinteraksi dengan kondisi sosial sekitarnya.37

Metodologi Ilmu

Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan

dalam metode tersebut. Metodologi ilmu adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan

yang selanjutnya disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, sebab

ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat

tertentu.

Menurut Senn, metodologi ilmu merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui

sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metodologi ilmu merupakan

ekspresi cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan

diharapkan mempunyai karakteristik-karekteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan

ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang

disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.

Dalam hal ini metodologi ilmu mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif dan

induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.

Metode Ilmiah tersebut bisa dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai berikut :

Penentuan Masalah, menentukan masalah yang akan ditelaah dengan ruang lingkup dan batasan-batasan

36 H. Muhammad Ansoruddin Sidik, Op. Cit, hal 7437 Hery Noer Aly., H. Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Friska Agung Insani : Jakarta, 2000),

Cet 1. hal 44

13

Page 14: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

yang jelas.

Penyusunan Kerangka Masalah, identifikasi faktor yang terlibat dalam masalah tersebut , hingga factor-faktor tersebut membentuk kerangka masalah

Pengajuan Hipotesis, memberikan penjelasan sementara mengenai hubungan sebab akibat yang mengikat factor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut

Deduksi dari Hipotesis, langkah perantara dalam usaha menguji hipotesis yang diajukan

Pengujian Hipotesis, untuk menilai benar tidaknya sebuah hipotesis, sehingga jika hipotesis tersebut tidak terbukti maka bisa mengajukan hipotesis baru

Tidak

Benar ?

Ya

Teori, hipotesis yang terbukti kebenarannya merupakan pengetahauan baru dan dapat diterima sebagai bagian dari ilmu38

Penutup

Kontribusi Islam yang paling mendasar terhadap ilmu pengetahuan adalah prinsip-

prinsip ajaran Islam yang memberikan ruang dan kebebasan kepada manusia untuk

38 Op. Cit, QS : al-Isra : 36

14

Page 15: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

berekspresi sesuai bekal akal (amanah) yang diberikan Allah.39 Demikian juga proses

berfikir adalah ibadah40 yang sangat berharga, disamping ibadah ritual yang dibebankan

kepada setiap umat Islam yang telah mukallaf (memenuhi kriteria untuk dibebani perintah).

Dari rangkuman diatas kita temukan judtifikasi yang mapan dari Islam terhadap ilmu

pengetahuan.

Filsafat Ilmu adalah sebuah disiplin kehidupan alam menyikapi ilmu pengetahuan

yang semakin berkembang. Melihat urgensi Filsafat ilmu ini maka sudah semestinya materi

Filsafat Ilmu menjadi materi tetap di perguruan-perguruan tinggi, karena dengan

memahami filsafat ilmu bisa menjadi modal dasar untuk mengaktualisasikan pemikiran

dalam menghadapi persoalan-persoalan keilmuan dan kehidupan dari tatanan teoritis

sampai pada tatanan aflikatif.

DAFTAR PUSTAKA

39 “sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, mereka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatina, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh’. QS : al-Ahzab : 72

40 “katakanlah : sesungguhnya solatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam”.QS : al-An’am 162

15

Page 16: Filsafat Ilmu Dalam Tinjauan Al-Qur'An

AL-Qur’an dan Terjamahnya, Mujamma’ al-Malik al-Fahd li Thiba’at al-Mushaf

asy-Syarif Madinah al-Munawwarah, 1424 H.

Audah, Ali Konkordasi Qur’an, Litera Antar Nusa, Mizan, Bogor, Bandung, 1997

Aly, Hery Noer, H. Munzier S., Watak Pendidikan Islam, Friska Agung Insani :

Jakarta, cet. 1, 2000.

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Ghonaan, Tholaat, al-Mantiq al-Aristo al Qodim fi Dhou’I al-Fikri al-Islamy, Al-

Azhar Press, Kairo, Tt

Ghulsyani, Mahdi, Filsafat Sains menurut al-Qur’an, penerj. Agus Efendi, Mizan,

Bandung. 1990.

Maasabessy, Yusra, Filsafat Ilmu dalam Persfektif al-Qur’an, tt. Jurnal Ilmiah

Maricar, M. Husni, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Presentasi makalah Filsafat Ilmu

PPS 3

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta : INIS, 1994,

Al-Qordhowy, Yusuf, as-Sunah Sumber Iptek dan Peradaban, penerj. Setiawan

Budi Utomo, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 1998

Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Bumi Aksaara Jakarta, cet. 3, 1995

Sidik, H. Muhammad Ansoruddin, Pengembangan Wawasan Iptek Pondok

Pesantren, Jakarta : Bumi Aksara, cet. 2, 2001.

Sumantri, Jujun Suri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta, cet 5, 1998.

Zulhemi, Filsafat Ilmu, IAIN Raden Fatah Press, Palembang, 2004

16