1. Al Qur'an

23
BAB II PEMBAHASAN 2.1Pengertian Al-Quran Secara etimologis, kata Al-Qur’an merupakan mashdar dari kata qa-ra-a, yang berarti “bacaan” dan “apa yang tertulis padanya”. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: : امة ي ق لا( ةَ انْ رُ قْ عِ بَ ّ ت اَ ة فَ نْ اَ رَ قَ ِ اَ ة . فَ انْ رُ قَ ة وَ عْ مَ ج اَ نْ يَ لَ عَ ّ * نِ ا17 - 18 ) Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al- Qiyamah, 17-18). Adapun definisi Al-Qur’an secara terminologi, menurut sebagian ulama’ Ushul Fiqih adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam Bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya merupakan Ibadah, tertulis dalam mushaf, dimulai dari surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas. Mengacu kepada definisi di atas, beberapa ulama’ menyimpulkan bahwa Al-Qur’an memiliki beberapa ciri:

description

Pendidikan Agama Islam

Transcript of 1. Al Qur'an

Page 1: 1. Al Qur'an

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Quran

Secara etimologis, kata Al-Qur’an merupakan mashdar dari kata qa-ra-a, yang

berarti “bacaan” dan “apa yang tertulis padanya”. Sebagaimana disebutkan dalam firman

Allah:

القيامة . ) : قرانه فاتبع نه قرأ فإذا وقرانه جمعه علينا (18-17ان

Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan

membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah

bacaannya itu. (Q.S. Al- Qiyamah, 17-18).

Adapun definisi Al-Qur’an secara terminologi, menurut sebagian ulama’ Ushul

Fiqih adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam Bahasa

Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya

merupakan Ibadah, tertulis dalam mushaf, dimulai dari surat Al-Fatihah dan ditutup

dengan surat An-Nas. 

Mengacu kepada definisi di atas, beberapa ulama’ menyimpulkan bahwa Al-

Qur’an memiliki beberapa ciri:

a. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Apabila bukan kalam Allah dan tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,

maka tidak dinamakan Al-Qur’an. Bukti Al-Qur’an adalah kemukjizatan yang

dikandung Al-Qur’an sendiri yaitu dari struktur bahasa, isyarat-isyarat ilmiyah yang

dikandungnya, dan peramalan-peramalan masa depan yang diungkapkan oleh Al-

Qur’an.

Page 2: 1. Al Qur'an

b. Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa ayat Al-

Qur’an, seperti:

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

العالمين ( رب لتنزيل ه األمين) (192وإن وح الر به من) 193نزل لتكون قلبك على

مبين) (194المنذرين ( عربي )195بلسان

Artinya: “Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan

semesta alam, Dia dibawa turun oleh     Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam

hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-

orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas” (QS

Asyu’ara : 192-195).

c. Al-Qur’an itu dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya secara mutawatir

(dituturkan oleh orang banyak kepada orang banyak sampai sekarang. Mereka tidak

mungkin sepakat untuk berdusta).

d. Membaca setiap kata dalam Al-Qur’an akan mendapat pahala dari Allah, baik bacaan

itu berasal dari hafalan sendiri maupun dibaca langsung dari mushaf Al-Qur’an.

e. Ciri terakhir dari Al-Qur’an yang dianggap sebagai suatu kehati-hatian bagi para

ulama’ untuk membedakan antara Al-Qur’an dengan kitab-kitab lainnya adalah

bahwa Al-Qur’an dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas. Tata urutan

surat yang terdapat dalam Al-Qur’an, disusun sesuai dengan petunjuk Allah melalui

Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, tidak boleh diubah dan diganti

letaknya.

Page 3: 1. Al Qur'an

2.2 Kandungan Al-Quran

2.2.1 Segi Keagamaan

Isi atau kandungan ajaran Al-Qur’an pada hakikatnya mengandung lima

prinsip, sebab tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW

untuk diteruskan kepada umatnya yakni untuk menyampaikan lima prinsip yang

terdapat di dalam Al-Qur’an, yaitu sebagi berikut.

a. Tauhid

Untuk meluruskan kepercayaan yang menyimpang dari Tuhan dan untuk

membimbing ke arah yang lurus, maka diutuslah para Nabi/Rasul secara silih

berganti mulai Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi penutup.

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW keadaan manusia pada umunya telah

menyimpang dari ajaran tauhid dan ajaran-ajaran lainnya dari para nabi dan rasul

sebelumnya, sekalipun sebagian mereka ada pula yang masih mengaku percaya

kepada ke-esaan Tuhan(tauhid). Tetapi sebenarnya tauhidnya sudah tidak murni lagi

sebab Tuhan tidak dianggap tidak tunggal sepenuhnya, melainkan ia terdiri dari

beberapa oknum misalnya doktrin trimurti atau trinitas dari agama hindu dan

Kristen. 

b. Tadzkir (Wa’du dan Wa’id)

Tadzkir adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman

Allah SWT berupa siksa neraka. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-

orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga. 

c. Ibadah

Ibadah merupakan buah atau hasil dari tauhid. Seseorang yang berkeyakinan adanya

Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat kesempunaannya, maka orang

Page 4: 1. Al Qur'an

tersebut akan terdorong untuk menyembahNya atau beribadah hanya kepadaNya. 

Pokok ajaran tentang ibadah dalam surat Al Fatihah

نستعين اك وإي نعبد اك إي

Artinya: “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami

meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5)

Ayat tersebut mengandung pokok ajaran tentang tauhid, juga mengandung ajaran

tentang ibadah, yaitu menyembah dan mengabdi yang hanya ditujukan kepada Allah

SWT. Ibadah bagi manusia adalah berfungsi sebagai manifestasi manusia bersyukur

kepada Tuhan pencipta atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan

kepada manusia, dan juga berfungsi sebagai realisasi dan konsekuensi manusia atas

kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebab tidaklah cukup bagi manusia

hanya beriman tanpa disertai dengan amal ibadah, sebagaimana pula tidak cukup

bagi manusia beramal tanpa dilandasi dengan iman.

d. Jalan dan cara mencapai kebahagiaan

Setiap orang yang beragama pasti bercita-cita ingin mendapatkan kebahagiaan di

dunia maupun di akhirat. Untuk bisa mencapai cita-citanya itu, Tuhan dalam Al-

Qur’an memberikan petunjuk-petunjuk-Nya bahwa manusia harus menempuh jalan

yang lurus, jalan yang dirihai oleh Allah SWT dengan cara menghayati dan

mematuhi segala aturan agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-

Nya. 

e. Cerita-cerita / sejarah-sejarah umat manusia sebelum Nabi Muhammad SAW

Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang

mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami

kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan

Page 5: 1. Al Qur'an

kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari

sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar. 

2.2.2 Segi Keilmuan

Tidak sedikit kita dapati di dalam Al-Qur’an pesan-pesan penting yang

merujuk kepada fenomena-fenomena kealaman (keilmuan). Al-Qur’an adalah sumber

segala pelajaran dan pengetahuan, di dalamnya pembicaraan-pembicaraan dan

kandungan isinya tidak semata-mata terbatas pada bidang-bidang keagamaan, ia

meliputi berbagai aspek hidup dan kehidupan manusia. Al-Qur’an bukanlah kitab

filsafat atau ilmu pengetahuan yang lain, akan tetapi di dalamnya terdapat bahasan-

bahasan mengetahui ilmu pengetahuan. Sekarang banyak ditemukan orang yang

mencoba menafsirkan beberapa ayat Al-Qur’an dalam sorotan pengetahuan ilmiah

modern dengan tujuan untuk menunjukan mu’jizat Al-Qur’an dalam lapangan 

keilmuan untuk meyakinkan orang-orang non-muslim akan keagungan dan keunikan

Al-Qur’an, dan untuk menjadikan kaum muslimin bangga memiliki Al-Qur’an ini. 

2.3 Al-Quran Sebagai Wahyu

2.3.1 Pengertian wahyu

Dalam syariat Islam, wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah, yang

diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara

langsung (Wikipedia, 2015). Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitive) dan

materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh

karena itu, dikatakan bahwa wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat

yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain

(“Definisi Wahyu”, t.t.).

Page 6: 1. Al Qur'an

Sebenarnya kata wahyu memiliki definisi tertentu yang kebanyakan bukanlah

definisi sesungguhnya. Pada dasarnya, manusia seperti kita tidak dapat melakukan

pendefinisian terhadap hakikat dan esensi wahyu, karena wahyu bukanlah hubungan

seperti biasanya yang memungkinkan kita untuk mendefinisikannya (Amini, t.t).

Pendefinisian yang telah terjadi pada kata wahyu tidak lebih hanya sekadar penjelasan

kata. Berikut beberapa pendapat mengenai definisi kata wahyu:

a. Ustad Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam Risalah at-Tauhid adalah

pengetahuan yang didapat oleh seseorang dari dalam dirinya dengan disertai

keyakinan bahwa pengetahuan itu datang dari Allah melalui perantara ataupun tidak

(Wikipedia, 2015).

b. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan bahwa wahyu secara terminologi adalah

nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-

nabi-Nya, sebagaimana dipergunakan juga untuk Al-Quran. Wahyu yang dimaksud

di sini adalah khusus untuk Nabi, sedangkan ilham adalah khusus pula selain Nabi.

Jadi, beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini

jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari

mana datangnya (Jalius, 2013). Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus,

sedih dan senang.

2.3.2 Cara wahyu diterima Nabi SAW

Cara-cara turunnya wahyu kepada Nabi SAW menurut Islamquest (2015)

memiliki tiga bentuk, yaitu:

a. Percakapan khafi (tersembunyi) tanpa ada perantara antara Allah SWT dengan Nabi

SAW. Bentuk wahyu seperti ini kadang terjadi ketika Nabi SAW sedang terjaga

(terbangun). Dan kadang terjadi ketika sedang tertidur.

Page 7: 1. Al Qur'an

b. Pembicaraan di balik tabir, yang dalam istilah al-Qur’an disebut min waraai

hijaabin. Pada bentuk wahyu ini, Allah SWT berbicara dengan nabi SAW tanpa

perantara malaikat. Nabi pun mendengar kalam Allah SWT. Namun, kalam Allah itu

muncul dari sebuah tempat khusus atau sesuatu yang khusus. Seperti yang terjadi

pada Nabi Musa AS ketika berdialog dengan pohon (Wahyu, t.t.). Pada bentuk

wahyu ini terdapat sebuah perantara yang dikenal dengan istilah hijab atau tabir.

Namun, media ini tidak berbicara, tapi suara itu muncul dan terdengar dari balik

hijab atau tabir tersebut. Yang dimaksud di balik tabir disini bukan di belakang, akan

tetapi di luar sesuatu dan meliputi hal tersebut.

c. Dengan mengirim utusan, melalui malaikat penyampai wahyu. Pada bentuk wahyu

ini, hubungan antara Allah SWT dengan nabi terjalin melalui perantara malaikat

Jibril AS. Malaikat Jibril datang dari sisi Allah membawa ilmu pengetahuan,

makrifat, serta pesan-pesan Ilahi, kemudian disampaikan ke dalam hati mulia nabi

dan nabi pun mendengarnya melalui hati (Wahyu, t.t.). Ketika turun untuk

menyampaikan wahyu menurut Mahadteebee (2011) malaikat Jibril juga terkadang

menyerupai seorang manusia yang berparas tampan dan hal ini paling sering terjadi.

Malaikat Jibril AS juga terkdanag datang dalam bentuk aslinya, tapi hal ini jarang

terjadi.

2.3.3 Al -Quran Diturunkan Secara Berangsur-Angsur

Sebagaimana kita tahu, bahwa Al-Quran tidak turun sekaligus kepada

Rasulullah SAW. Al-Quran diturunkan secara berangsur angsur selama 22 tahun, 2

bulan, 22 hari atau 23 tahun. Melalui dua masa perjalanan Rasul, di Mekkah dan di

Madinah dimana 13 tahun turun di Makkah dan 10 tahun turun di Madinah, yang

menimbulkan adanya klasifikasi yang disebut surat Makiyah dan surat Madaniah.

Page 8: 1. Al Qur'an

Menurut artikel “Sejarah Turunnya Al-Quran” turunnya Al-Quran pada suatu

waktu, kadang hanya terdiri dari beberapa ayat saja dan kadang-kadang terdiri dari

beberapa ayat, lima sampai sepuluh ayat bahkan ada yang hanya satu ayat. Tetapi ada

pula yang sekali turun terdiri dari satu surat lengkap yaitu terdiri dari beberapa surat

yang pendek, seperti Surat Al-Fatihah, Surat Al-Ikhlas, Al-Alaq, dan sebagainya.

Kita tahu bahwa Allah mencipatakan sesuatu tanpa sia-sia. Begitupun dengan

sistem penurunan Al-Quran yang berangsur-angsur ini juga pasti memiliki hikmah.

Hikmah-hikmah tersebut menurut Islampos dalam artikel yang berjudul “Hikmah di

Balik Turunnya Al-Quran Secara Berangsur-angsur” yaitu:

a. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan enggan melaksanakan

suruhan dan larangan, sekiranya suruhan dan larangan itu sekaligus banyak.

b. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan

kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur’an diturunkan sekaligus.

(ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh)

c. Turunnya suatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih

mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

d. Memudahkan penghafalan. Orang orang musyrik yang telah menanyakan mengapa

Al-Quran tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam surat Al-Furqon :

32, ‘Mengapakah Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Kemudian

dijawab dalam di dalam ayat itu, Demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak

menetapkan hati.

e. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau

penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas

r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al-Qur’an diturunkan sekaligus.

Page 9: 1. Al Qur'an

2.4 Kedudukan dan Fungsi Al-Quran

2.4.1 Kedudukan Al-Quran

a. Al-Qur’an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman. Disiplin ilmu yang

bersumber dari Al-Qur’an di antaranya yaitu ilmu tauhid (teologi), ilmu hukum, ilmu

tasawuf, ilmu filasafat islam, ilmu sejarah islam, dan ilmu pendidikan islam.

b. Al-Quran sebagai Wahyu Allah SWT, yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu

Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi.

c. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, Al-Qur’an merupakan khabar

yang di bawah nabi yang datang dari Allah dan di sebarkan kepada manusia.

d. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim menjadikan Al-

Qur’an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di hadapi.

e. Sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada zaman

rasulallah dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan datang.

f. Al-Quran sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, Al-Qur’an itu tidak akan

terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber hukum,

sumber ilmu pengetahuan dan lain-lain.

g. Al-Qur’an di nukil secara mutawattir artinya, Al-Qur’an disampaikan kepada orang

lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat

untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal

mereka.

h. Al-Qur’an sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat Al-Qur’an sebagai

sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam kata lain bahwa Al-Qur’an

menempati posisi awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah. Ini pun ditegaskan

dalam QS An-Nisa,04:59.

Page 10: 1. Al Qur'an

2.4.2 Fungsi Al-Quran

a. Al-Huda (petunjuk), Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi al-Qur'an

sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, al-Qur'an

adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang

beriman.

b. Al-Furqon (pemisah), Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk

membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara

yang benar dan yang salah.

c. Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi

penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah

penyakit Psikologis).

2.5 Penulisan dan Pembukuan Al-Quran

2.5.1 Pembukuan Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW setelah menerima wahyu kemudian mengangkat para

Sahabat-Sahabatnya sebagai penulis wahyu Al-Qur'an seperti : Ali bin Abi Tholib,

Muawiyah, 'Ubai bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit. Ketika Wahyu atau Ayat Al-Qur’an

turun, Nabi Muhammad SAW kemudian memerintahkan Ali bin Abi Thalib,

Muawiyah, 'Ubai bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit. menuliskannya dan menunjukkan

tempat Ayat tersebut dalam Surat Al-Qur’an, sehingga penulisan pada lembar itu

membantu penghafalan di dalam hati. Para sahabat juga menuliskan Al-Qur'an yang

telah turun di tempat lainnya seperti pada pelepah kurma , lempengan batu, daun lontar,

kulit atau daun kayu, dan lain-lain.

Zaid bin Tsabit, menjelaskan : "Kami menyusun Al-Qur'an dihadapan

Rasulullah pada kulit binatang." Pembukuan Al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad

Page 11: 1. Al Qur'an

SAW tidak terkumpul dalam satu mushaf; yang ada pada seseorang belum tentu

dimiliki orang lain. Para ulama telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka, di

antaranya Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan

Abdullah bin Mas'ud telah menghafalkan seluruh isi Al-Qur'an di masa Nabi

Muhammad SAW. Dan Zaid bin Tsabit adalah orang yang terakhir kali membacakan

Al-Qur'an di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW. wafat ketika Al-Qur'an telah dihafal dan ditulis dalam

mushaf yang tersusun dalam bentuk : Ayat-ayat dan Surat-surat dipisah-pisahkan, atau

dibukukan Ayat-ayatnya saja dan setiap surah berada dalam satu lembar secara terpisah

dalam tujuh huruf.

Pembukuan Al-Qur'an pada masa ini belum dikumpulkan dalam satu mushaf

yang lengkap. karena Nabi Muhammad SAW masih selalu menunggu turunnya Wahyu

berikutnya .Ketika Wahyu turun, para Sahabat dan para Qurra ( pembaca Al-Qur’an )

segera menghafalnya dan para Sahabat segera menulisnya.

Kadang–kadang dalam Wahyu yang turun mengandung Ayat Nasikh dan

Mansukh . Terdapat ayat yang menasikh (menghapuskan) sesuatu yang turun

sebelumnya ( Mansukh ) Bentuk penulisan Al-Qur'an itu tidak menurut tertib urutan

turunnya /nuzulnya, tetapi setiap ayat yang turun dituliskan ditempat penulisan sesuai

dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW. Pengumpulan Qur'an dimasa Nabi ini

dinamakan:

a. Penghafalan

b. Pembukuan yang pertama

2.5.2 Pembukuan Al-Qur'an pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar diangkat menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah. Ia

Page 12: 1. Al Qur'an

dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan sebagian

orang Arab. Karena itu ia segera menyiapkan pasukan dan mengirimkannya untuk

memerangi orang-orang yang murtad itu. Peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun

12 H melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Qur'an. Dalam peperangan ini tujuh

puluh Qorri ( Sahabat yang hafal Al Qur’an ) gugur. Umar bin Khatab merasa sangat

khawatir melihat kenyataan ini, lalu ia menghadap Abu Bakar dan mengajukan usul

kepadanya agar mengumpulkan dan membukukan Qur'an karena dikhawatirkan akan

musnah, sebab peperangan Yamamah telah banyak membunuh para qorri'.

Abu Bakar menolak usulan itu dan berkeberatan melakukan apa yang tidak

pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar tetap membujuknya, sehingga Allah

membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut, kemudian Abu

Bakar memerintahkan Zaid bin Sabit, untuk membukukan Al Qur’an. Abu Bakar

menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar. Pada mulanya Zaid menolak

seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya lalu bertukar pendapat, sampai

akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada perintah penulisan Al-Qur'an itu.

Zaid bin Sabit melalui tugasnya yang berat ini dengan bersadar pada hafalan yang ada

dalam hati para qurra dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-

lembaran (kumpulan) itu disimpan ditangan Abu Bakar. Setelah ia wafat pada tahun 13

H, lembaran-lembaran itu berpindah ke tangan Umar dan tetap berada ditangannya

hingga ia wafat. Kemudian mushaf itu berpindah ketangan Hafsah putri Umar. Pada

permulaan kekalifahan Usman, Usman memintanya dari tangan Hafsah.

2.5.3 Pembukuan Al-Qur'an pada masa Usman bin Affan

Page 13: 1. Al Qur'an

Penyebaran Islam bertambah dan para qurra pun tersebar di berbagai wilayah,

dan penduduk disetiap wilayah itu mempelajari qira'at (bacaan) dari qari yang dikirim

kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qiraat) Qur'an yang mereka bawakan berbeda-

beda sejalan dengan perbedaan 'huruf ' yang dengannya Al-Qur'an diturunkan. Apabila

mereka berkumpul disuatu pertemuan atau disuatu medan peperangan, sebagian mereka

merasa heran dengan adanya perbedaan qiraat ini. Terkadang sebagian mereka merasa

puas, karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu semuanya disandarkan kepada

Rasulullah. Tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak akan menyusupkan keraguan

kepada generasi baru yang tidak melihat Rasulullah sehingga terjadi pembicaraan

bacaan mana yang baku dan mana yang lebih baku. Dan pada gilirannya akan

menimbulkan saling bertentangan bila terus tersiar. Bahkan akan menimbulkan

permusuhan dan perbuatan dosa. Fitnah yang demikian ini harus segera diselesaikan.

Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Iraq, diantara

orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Huzaifah bin al-Yaman. Ia banyak

melihat perbedaan dalam cara-cara membaca Qur'an. Sebagian bacaan itu bercampur

dengan kesalahan; tetapi masing-masing memepertahankan dan berpegang pada

bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan

mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan demikian Huzaifah segara menghadap

Usman dan melaporkan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Usman juga

memberitahukan kepada Huzaifah bahwa sebagian perbedaan itu pun akan terjadi pada

orang-orang yang mengajarkan Qiraat pada anak-anak. Anak-anak itu akan tumbuh,

sedang diantara mereka terdapat perbedaan dalam qiraat. Para sahabat amat

memprihatinkan kenyataan ini karena takut kalau-kalau perbedaan itu akan

menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin

Page 14: 1. Al Qur'an

lembaran-lembaran yang pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat

Islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan tetap pada satu huruf.

Usman kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah (untuk meminjamkan

mushaf Abu Bakar yang ada padanya) dan Hafsah pun mengirimkan lembaran-

lembaran itu kepadanya. Kemudian Usman memanggil Zaid bin Sabit , Abdullah bin

Zubair, Said bin 'As, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam. Ketiga orang terakhir ini

adalah orang Quraisy, lalu memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak

mushaf, serta memerintahkan pula agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga

orang Quraisy itu ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Qur'an turun dengan logat

mereka.

Mereka melakukan perintah itu. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi

beberapa mushaf, Usman mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada Hafsah.

Kemudian Usman mengirimkan ke setiap wilayah mushaf baru tersebut pada setiap

wilayah yaitu masing-masing satu mushaf. Dan ditahannya satu mushaf untuk di

Madinah, yaitu mushafnya sendiri yang dikenal dengan nama "mushaf Imam".

Penamaan mushaf itu sesuai dengan apa yang terdapat dalam riwayat-riwayat

dimana ia mengatakan: " Bersatulah wahai umat-umat Muhammad, dan tulislah untuk

semua orang satu imam (mushaf Qur'an pedoman)." Kemudian ia memerintahkan untuk

membakar mushaf yang selain itu. Umatpun menerima perintah dengan patuh, sedang

qiraat dengan enam huruf lainnya ditingalkan. Keputusan ini tidak salah, sebab qiraat

dengan tujuh huruf itu tidak wajib. Seandainya Rasulullah mewajibkan qiraat dengan

tujuh huruf itu semua, tentu setiap huruf harus disampaikan secara mutawatir sehingga

menjadi hujjah. Tetapi mereka tidak melakukannya. Ini menunjukkan bahwa qiraat

dengan tujuh huruf itu termasuk dalam katergori keringanan. Dan bahwa yang wajib

Page 15: 1. Al Qur'an

ialah menyampaikan sebagian dari ketujuh huruf tersebut secara mutawatir dan inilah

yang terjadi.