Ikterus Neonatorum

28
Ikterus Neonatorum

Transcript of Ikterus Neonatorum

Page 1: Ikterus Neonatorum

IkterusNeonatorum

Page 2: Ikterus Neonatorum

Kelompok 1

Siska

Heni

Euis

Dida

Page 3: Ikterus Neonatorum

Latar Belakang

• Salah satu penyebab kematian bayi tertinggi adalah ensefalopati bilirubin >> komplikasi ikterus neonatorum.

• Lebih dari 50% bayi baru lahir mengalami ikterus neonatorum dalam minggu pertama kehidupannya.

• Fisiologis >> Patologis >> Kematian.

Page 4: Ikterus Neonatorum

Definisi

• Ikterus/Jaundice : Warna kuning pada kulit dan mukosa akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (>5 mg/dL).

• Hiperbilirubin (>13 mg/dL): Komplikasi dari ikterus yang menyebabkan infeksi pada otak.

Page 5: Ikterus Neonatorum

Metabolisme Bilirubin

• Produksi• Transporta

si• Konjugasi• Ekskresi

Page 6: Ikterus Neonatorum

Metabolisme Bilirubin

Page 7: Ikterus Neonatorum

Patofisiologi

Gangguan Metabolisme

Bilirubin

Produksi tinggi ><

Ekskresi rendah

Ikterus Neonatorum

Page 8: Ikterus Neonatorum

Etiologi

1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.

3. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver).

Page 9: Ikterus Neonatorum

Faktor Risiko

• Faktor Maternal : ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani), komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh), penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik, dan ASI;

• Faktor Perinatal : trauma lahir (sefalhematom, ekimosis), infeksi (bakteri, virus, protozoa); dan

• Faktor Neonatus : prematuritas, faktor genetik, polisitemia, obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol), rendahnya asupan ASI, hipoglikemia, dan hipoalbuminemia.

Page 10: Ikterus Neonatorum

Batasan Ikterus Neonatorum

Ikterus Fisiologis

Hiperbilirubinemia

Ikterus Patologis

Page 11: Ikterus Neonatorum

Ikterus Fisiologis

• Ikterus timbul pada hari ke 2 – 4.• Bilirubin serum meningkat dengan

kecepatan kurang dari 5 mg/dl per 24 jam.

• Kadar bilirubin serum kurang dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan kurang dari 14 mg/dl pada bayi preterm.

• Dapat menghilang dengan sendirinya.

• Tidak perlu penanganan khusus.

Page 12: Ikterus Neonatorum

Ikterus Patologis

• Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.

• Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl per 24 jam.

• Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih besar dari 14 mg/dl pada bayi preterm.

• Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan (prolonged jaundice), atau

• Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl.

Page 13: Ikterus Neonatorum

Hiperbilirubinemia

• Lebih dikenal dengan istilah kernikterus atau ensefalopati bilirubin karena bilirubin yang tidak terkonjugasi sampai pada otak.

• Dalam hal ini, kadar bilirubin dalam darah lebih dari 13 mg/dl.

Page 14: Ikterus Neonatorum

Jenis-jenis Ikterus

• Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama,

• Ikterus yang timbul 24- 72 jam sesudah lahir,

• Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama, dan

• Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya.

Page 15: Ikterus Neonatorum

Penatalaksanaan

1

•Identifikasi & Klasifikasi•P

enilaian klinis

2

•Tegakkan diagnosa•D

iagnosis banding

3

•Tangani sesuai kewenangan•F

oto terapi, IVIG, transfusi tukar

Page 16: Ikterus Neonatorum

Derajat Ikterus

I. Kepala dan leher = 5 mg/dL

II. I + sampai pusat = 9 mg/dL

III. II + sampai lutut = 11,4 mg/dL

IV. III + lengan & tungkai = 12,4 mg/dL

V. IV + sampai telapak tangan & kaki = 16 mg/dL

Page 17: Ikterus Neonatorum

Diagnosis Banding

• Hari ke 1 • Penyakit hemolitik (bilirubin indirek)

• Inkompatibilitas darah (Rh, ABO)

• Sterositosis• Anemia hemolitik non

sterositosis• Ikterus obstruktif

(bilirubin direk)• Hepatits neonatal

Page 18: Ikterus Neonatorum

Diagnosis Banding

• Hari ke 2 sampai ke 5

• Kuning pada bayi premature

• Kuning fisiologik• Sepsis• Darah

ekstravaskular• Polisitemia• Sterositosis

congenital

Page 19: Ikterus Neonatorum

Diagnosis Banding

• Hari ke 5 sampai 10

• Sepsis• Kuning karena ASI• Defisiensi G6PD• Hipotiroidisme• Galaktosemia• Obat-obatan

Page 20: Ikterus Neonatorum

Diagnosis Banding

• Hari ke 10 sampai lebih

• Atresia biliaris• Hepatitis neonatal• Kista koledokus• Sepsis (terutama

infeksi saluran kemih)

• Stenosis pilorik

Page 21: Ikterus Neonatorum

Pencegahan

• Inisiasi Menyusu Dini• Pemberian cukup minum pada bayi• Meminimalisir faktor risiko• Sering berjemur

Page 22: Ikterus Neonatorum

What should Midwife do??

• Lakukan upaya pencegahan.

• Jika sudah terjadi, kenali > pahami > tangani sesuai kewenangan.

Page 23: Ikterus Neonatorum

Tinjauan Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “SU” UMUR 4 HARI DENGAN IKTERUS NEONATORUM DI RUANG PERAWATAN PERINATAL RESIKO

TINGGI RSUD BANGLI TANGGAL 4 – 5 MEI 2011

• Riwayat Intranatal : Bayi tidak langsung menangis, terdapat cephal hematom, tidak dilakukan IMD.

• Faktor Risiko Infeksi : KPD & asfiksia.

Page 24: Ikterus Neonatorum

Lanjutan …

• Pemeriksaan Fisik : terdapat cephal hematom, sklera ikterik, leher ikterik, kulit ikterik, BAB berwarna cokelat kekuningan dan BAK berwarna jernih kekuningan.

• Bilirubin total : 8,13 mg/dL.• Planning : Foto terapi & pemberian

cefotaxime.

Page 25: Ikterus Neonatorum

Kesimpulan

• Upaya pencegahan terjadinya ikterus neonatorum dapat dilakukan sejak asuhan kehamilan atau lebih jauh lagi pada saat persiapan kehamilan, yang merupakan tugas seorang Bidan yang menjadi ujung tombak pelayanan KIA.

• Asuhan kebidanan yang berkualitas dapat diberikan hanya jika Bidan mengerti dan paham tentang apa yang sedang ia hadapi dan apa yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

Page 26: Ikterus Neonatorum

• Bidan dapat memberikan konseling pada orang tua, baik dalam upaya promotif dan preventif, ataupun upaya kuratif dan rehabilitatif.

• Bidan juga dituntut untuk dapat mengetahui batasan antara ikterus fisiologis dan ikterus patologis sehingga dapat melakukan kegiatan rujukan yang cepat dan tepat. Dengan demikian, upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilakukan Bidan, khususnya dalam kasus ikterus neonatorum dapat dilakukan secara optimal.

Page 27: Ikterus Neonatorum
Page 28: Ikterus Neonatorum