Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

13
Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser Telaah Kritis Kebijakan Politik Anwar Sadat dan Akibatnya Terhadap Perubahan Arah Pergerakan Islam di Mesir Makalah Sebagai Tugas UAS Mata Kuliah Sejarah Asia Barat Modern Dosen Pengajar & Pembimbing : Drs. Suranta Abdurrahman, M.Hum Oleh : Afandi Satya . K Program Studi Sastra Arab NPM. 1106062771 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2012

description

Telaah singkat berkaitan dengan iklim politik di Mesir pasca wafatnya Presiden Gamal Abdul Naseer

Transcript of Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

Page 1: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser Telaah Kritis Kebijakan Politik Anwar Sadat dan Akibatnya Terhadap

Perubahan Arah Pergerakan Islam di Mesir

Makalah Sebagai Tugas UAS Mata Kuliah Sejarah Asia Barat Modern

Dosen Pengajar & Pembimbing :

Drs. Suranta Abdurrahman, M.Hum

Oleh :

Afandi Satya . K

Program Studi Sastra Arab

NPM. 1106062771

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

2012

Page 2: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

1

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla atas segala limpahan karunia rahmat dan nikmat-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, keluarganya dan para shahabatnya yang mulia Radhiallahuanhuma ajmain .

Amma ba’du

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Sejarah Asia

Barat Modern atau yang dikenal dengan akronim SABM. Masalah Mesir dalam kaitannya

dengan konteks politik selalu hangat dari waktu ke waktu. Mesir, seakan tidak pernah sepi

dari gejolak politik dan perubahan penguasa serta corak politiknya dari masa ke masa.

Pengaruh dan gejolak politik mesir terus berhembus mulai dari masa Fir'aun, kekaisaran

bizantium, kekhalifahan fathimiyyah, sampai pada era terbaru di abad modern, dari era

masuknya Napoleon bersamaan dengan aktivitas imperialisme yang ia usung, nasionalisme

Nasser, pembunuhan Sadath sampai dengan revolusi Mesir 2011. Mesir selalu memberikan

ruang yang cukup menarik dalam masalah politik yang seakan tak kunjung berhenti. Penulis

pada kesempatan penulisan makalah ini tertarik mengangkat tema “Iklim Politik Mesir Pasca

Wafatnya Gamal Abdul Nasser” dalam kaitannya dengan telaah kritis atas kebijakan-

kebijakan nasional Anwar Sadath yang mengantarnya pada dilematisasi Mesir pasca Nasser

yang kemudian mengantarkan dirinya tewas ditangan rakyatnya sendiri.

Penulis berharap makalah yang jauh dari kesempurnaan ini akan menjadi sebuah tolok

ukur dan pembelajaran bagi diri penulis pribadi dan pembaca secara umum. Penulis berharap

kriti, saran dan masukan dari pembaca untuk perbaikan karya ilmiah penulis di kesempatan

yang akan datang.

Hanya kepada Allah tempat berlindung dan memohon pertolongan

Depok, 4 Juni 2012

Afandi Satya .K

Page 3: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

2

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

I. Mesir 1970 4

II. Kebijakan Anwar Sadat terhadap Pergerakan Islam 5

III. Kebijakan Nasional Anwar Sadat :

Perang Yom Kippur dan Perjanjian Camp David 6

IV. Pengaruh Periode “Al Infitah” terhadap Gerakan Islam

dan Pelatihan Militer 7

V. Arus Tajam Titik Balik Berbagai Harakah Islamiyyah 8

VI. Peleburan Jamaah Jihad dengan Jamaah Islamiyyah 9

VII. Puncak Gejolak Politik Mesir, Pembunuhan Anwar Sadat 10

Kesimpulan 12

Daftar Pustaka 13

Page 4: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

3

I. Mesir 1970

Pasca kematian Gamal Abdul Nasser tahun 1970, tampuk kekuasaan mesir di ambil

alih oleh wakilnya, Anwar Sadat yang secara pribadi dipilih oleh Gamal Abdul Nasser dalam

dua periode. Rentang tahun 1964-1966 dan rentang tahun 1969-1970. Pada masa ini dikenal

dengan era “Al Infitah”1 (keterbukaan) di karenakan mesir memberikan ruang gerak dan

ruang bernafas yang cukup luas dan lega kepada kelompok-kelompok islam dibanding pada

masa ketika Presiden Gamal Abdul Nasser yang bertindak represif terhadap kalangan aktivis

islam dan oposisinya. Presiden Anwar Sadat berusaha membangun basis dukungan di

kalangan rakyat untuk menghadapi musuh-musuh politiknya.

Presiden Anwar Sadat dalam mempertahankan eksistensi kekuasaan dan

kebijakannya membutuhkan kelompok yang memiliki dukungan kuat. Pada masa tersebut,

kelompok yang memiliki dukungan terbesar dari rakyat dan merupakan manifesti kelompo

terbesar adalah Jamaah Al Ikhwanul Muslimin2. Namun sayangnya, mayoritas aktivis

Jamaah Al Ikhwanul muslimin berada di penjara sejak rezim Gamal Abdul Nasser sehingga

Presiden Anwar Sadat membuat keputusan yang kontradiktif dengan pendahulunya. Presiden

Anwar Sadat membebaskan seluruh tahanan politik bebas tanpa syarat.

Pada masa ini, atmosfer politik Mesir berubah. Jika pada masa Gamal Abdul Nasser

gerak umat muslim dibatasi, maka pada masa Anwar Sadat gerak aktivis-aktivis muslim di

permudah dan di beri kebebasan, tentu saja dibaliknya Anwar Sadat memiliki motivasi-

motivasi laten dalam kegiatan politiknya. Setelah masa Anwar Sadat berkuasa, banyak

perempuan yang memakai jilbab dan niqab (cadar), serta para lelaki memanjangkan jenggot

mereka dan menggunakan gamis. Meninggalkan baju eropa yang lazimnya harus mereka

pakai pada masa rezim Gamal Abdul Nasser. Masa pemerintahan yang sekuler, era tahun

1960-an dimana syariat benar-benar ditinggalkan3. Sampai-sampai didalam buku fi zhilalil

qur’an4 karya Sayyid Qutb, Dr. Abdullah Azzam menuturkan bahwa pada masa itu di

Universitas Al Azhar tidak ada satupun mahasiswi yang mengenakan jilbab. Kecuali saudari

perempuan Sayyid Qutb seorang.

1

1 Qishatu Jama’atul Jihad, Hal.13

2 Jama’ah yang didirikan oleh Hassan Al Banna tahun 1928

3 Qishatu Jama’atul Jihad, Hal. 14

4 Kitab Tafsir Al Qur’an kontemporer

Page 5: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

4

II. Kebijakan Anwar Sadat terhadap Pergerakan Islam

Anwar Sadat mengeluarkan banyak kebijakan yang bersifat paradoks dan diametral

demi memenuhi ambisi politiknya. Berbeda dengan pendahulunya seperti Gamal Abdul

Nasser yang konsisten dan mengeluarkan perintah tanpa tedeng aling-aling, Anwar Sadat

justru bermain kata-kata palsu demi meraih dukungan rakyat dan kelompok yang mampu

mengamankan posisinya. Dibalik kebijakannya tersebut, dia tidak menyadari bahwa titik-titik

api sedang dipersiapkan untuk membakar dirinya dan merupakan bayaran yang harus

ditunaikan atas kebijakannya sendiri. Kebijakan Terhadap Gerakan Islam dan Pengaruhnya

Terhadap Stabilisasi Rakyat menjadi bumerang yang siap memotong lehernya.

Seperti disampaikan dibagian awal makalah, pada masa awal rezim Anwar Sadat

berjalan, para aktivis yang dipenjarakan oleh Gamal Abdul Nasser dibebaskan tanpa syarat.

Kebijakan ini tentu tidak murni tulus dari hati Anwar Sadat yang kemudian menyingkap

sendiri bahwa apa yang ia lakukan atas dasar kepentingan politiknya. Bagaimanapun juga

kebijakan Anwar Sadat membuka ruang bagi aktivitas pergerakan islam membawa dampak

positif bagi umat islam secara khusus sekaligus mejadi bumerang yang tidak disadari

olehnya. Kesempatan ini, kebebasan bagi aktivitas keislaman mengakibatkan Jama’ah

Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok islam terbesar semakin massif dalam melancarkan

kegiatannya. Mereka masuk perkampungan dan merekrut tokoh-tokoh masyarakat, aktif

berkecimpung di berbagai universitas, perusahaan, dan organisasi-organisasi di Mesir. Di

bidang pemikiran, Ikhwanul Muslimin banyak menulis tentang pengecaman mereka terhadap

Gamal Abdul Nasser dan menyingkap berbagai keburukan rezimnya. Namun sayangnya,

Anwar Sadat tidak menyukai jika Jama’ah Ikhwanul Muslimin memakai nama Ikhwanul

Muslimin ketika mereka memasuki universita-universitas di Mesir untuk mendakwahkan

tentang syariat dan islam. Maka mereka menggunakan nama baru yaitu Jama’ah Islamiyyah.5

Anwar Sadat melarang penggunaan nama Ikhwanul Muslimin. Karena itulah pada akhirnya

nama Jama’ah Islamiyyah digunakan ketika mereka masuk ke organisasi persatuan

mahasiswa dan pelajar mesir. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa diterima pemerint2ah dan

kegiatan mereka tidak dicurigai.

Dengan media masuk ke organisasi persatuan mahasiswa dan pelajar mesir, Jama’ah

Islamiyyah (baca : Ikhwanul Muslimin) berhasil menyebar di berbagai universitas di Mesir.

Hampir di setiap universitas dan fakultasnya di Mesir terdapat anggota atau kepengurusan

dari Jama’ah Islamiyyah. Selain melakukan penyebaran dan perekrutan anggota, Jama’ah

Islamiyyah juga menerbitkan berbagai buku atau tulisan di antaranya Shout Al Haqq dan

Shout Al Jama’ah Islamiyyah.6 Kegiatan perekrutan dari Jama’ah Islamiyyah tidak hanya

dilakukan di Kairo saja, melainkan hal serupa juga dilakukan di selatan Mesir. Tepatnya

Universitas Asyuth. Sedangkan pada hari kamis di fakultas kedokteran Universitas Kairo, di

5 Qishatu Jama’atil Jihad, Hal. 14

6 ibid, Hal. 15

Page 6: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

5

kawasan El Qasr El Aini menjadi tempat aktivitas berkumpulnya pengurus Ikhwanul

Muslimin.7

III. Kebijakan Nasional Anwar Sadat :

Perang Yom Kippur dan Perjanjian Camp David

Pada tahun 1973, Anwar Sadat bersama pemimpin Suriah Hafedz Al Assad, bersama-

sama memimpin negaranya masing-masing, Mesir dan Suriah untuk bersekutu dalam Perang

Yom Kippur melawan Israel demi merebut kembali Semenanjung Sinai yang dicaplok oleh

Israel pada saat terjadinya Krisis Terusan Suez tahun 1956 dan Perang Enam Hari.8 Irak,

Yordania dan Libya juga turut andil dalam menyumbang pasukan dan logistik perlengkapan

perang. Perang Yom Kippur merupakan aksi balas dendam Mesir atau lebih umumnya negara

negara arab dari kekalahan pada perang tahun 1948 dan perang tahun 1967. Partai koalisi

negara-negara arab dengan jumlah yang sangat besar pada akhirnya tidak mampu

mengalahkan kekuatan militer Israel.

Kunjungan Anwar Sadat ke Jerusalem tahun 1977 atas undangan Perdana Menteri

Israel, Menache Begin merupakan awal perundingan damai antara Mesir dan Israel.9

Perjanjian Camp David 1978 dimana Anwar Sadat dan Seterunya Menache Begin

mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian. Kunjungannya ke Jerusalem terus terang menyakiti

Palestina dan dunia arab yang saat itu berjuang mengusir Israel dari Timur Tengah. Perjanjian

Camp David yang diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter dan Menteri

Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger.10

Perjanjian ini memang mengembalikan

wilayah Mesir yang sebelumnya direbut oleh Israel pada perang 1967. Tapi, Israel tidak

mengembalikan Dataran Tinggi Golan yang direbutnya dari Suriah pada perang tahun 1967.11

Perjanjian Camp David ini menyakitkan mayoritas muslim yang ada di dunia terutama Mesir

dan Palestina. Secara tidak langsung bersamaan dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut

oleh Anwar Sadat, berarti Mesir telah mengakui bahwa Israel adalah negara yang sah dengan

adanya perjanjian tersebut. Kaum muslimin, terutama yang ada di Mesir segera mengutuk

perbuatan Anwar Sadat karena apa yang dilakukannya telah berbalik seratus delapan puluh

derajat dibandingkan dengan usaha pemimpin-pemimpin Mesir terdahulu yang selalu

menampakkan perasaan nasionalisme arab-nya yang sangat tinggi seperti yang dilakukan

Nasser. Meski disisi lain Nasser melakukan hal yang terlampau represif terhadap tahanan

politik yang tak lain adalah aktivis harakah Ikhwanul Muslimin. 3

7 Qishatu Jama’atil Jihad, Hal. 15

8 http://en.wikipedia.org/wiki/Anwar_El_Sadat

9 Pembunuhan Politik dalam Sejarah Dunia, Hal. 56

10 Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Sosok yang kontroversial karena menyatakan akan berusaha

memecah belah negara-negara islam di timur tengah dan menguasainya. (lihat kitab Wa’du Kissinger) 11

http://en.wikipedia.org/wiki/Anwar_El_Sadat

Page 7: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

6

IV. Pengaruh Periode “Al Infitah” terhadap Gerakan Islam dan

Pelatihan Militer

September 1981, Anwar Sadat melakukan tindakan represif terhadap organisasi

Harakah Islamiyyah atau pergerakan islam yang di tengarai sebagai organisasi beraliran

fundamentalis.12

Bahkan Anwar Sadat tak perduli apakah mereka termasuk kumpulan pelajar

dan organisasi koptik. Apa yang dianggapnya berpotensi mengganggu stabilitas nasional

Mesir, akan segera dilakukan penangkapan dan penahanan dengan cara-cara yang represif

sehingga menyebabkan seluruh dunia mengecam atas tindak pelanggaran HAM yang

dilakukannya tersebut. Anwar Sadat menjadi orang yang dilematis, kebijakan pada awal

masa-masa pemerintahannya yang seakan bersahabat terhadap pergerakan muslim telah

hilang. Dunia akhirnya mengetahui sosok Anwar Sadat yang sesungguhnya.

Di era “Al Infitah” ini, mengakibatkan munculnya berbagai jama’ah yang bertekad

memperjuangkan islam. Terlebih setelah Anwar Sadat telah menyingkap keburukan dirinya

dengan tangannya sendiri. Berbagai jama’ah tersebut, salah satunya Jama’ah Jihad memiliki

komitmen untuk saling bekerjasama, namun faktanya belum ada sedikitpun kerjasama

diantara mereka. Al infithah sendiri dalam pengertiaannya adalah masa keterbukaan. Masa

dimana Sadat mengambil tindakan-tindakan ekonomis dengan mengubah orientasi ekonomi

Mesir menjadi sektor khusus yang dilandaskan pada politik pasar bebas.13

Pada akhirnya Jama’ah Jihad, kelompok Dr. Aiman adz dzawahiri memanfaatkan

masa keterbukaan ini dengan latihan menembak dan latihan perang kecil di sekitar piramida

Giza dan sebagian latihan lainnya di pegunungan.14

Jamaah Jihad melakukan kegiatan ini

hanya sebatas persiapan menghadapi kejadian-kejadian yang tak dipikirkan terjadi secara

spontan. Tidak ada niatan untuk melawan pemerintah. Hal ini berbeda sekali dengan

organisasi radikal lainnya yang malah merencanakan aksi kudeta terhadap kepemimpinan

Anwar Sadat. Jamaah jihad pada awalnya bukan merupakan gerakan radikal. Jamaah Jihad

lahir karena sekumpulan orang seperti Nabil Al Bara’i, Ismail At Thantawi, Sayyid Imam,

dan Aiman Adz Dzawahiri yang saat itu masih berada di sekolah Tsanawiyyah tergerak

membentuk perkumpulan organisasi Thalibul Ilmi (pengkajian ilmu-ilmu agama) karena

terinspirasi dari karya-karya Sayyid Qutb dan penjelasannya tentang islam yang sesuai

dengan realita zaman.15

Namun kegiatan mengkaji ilmu agama mulai berubah. Tepatnya sejak

Mesir kalah telak oleh Israel pada perang tanggal 5 Juni 1967. Peristiwa ini berimbas pada

organisasi mereka yang kemudian secara frontal berubah karena mereka menyadari bahwa

mereka harus menciptakan perubahan di Mesir.

4

12

Qishatu Jama’atil Jihad, Hal. 29 13

Pembunuhan Politik dalam Sejarah Dunia, Hal. 161 14

Qishatu Jama’atil Jihad, Hal. 19

Page 8: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

7

V. Arus Tajam Titik Balik Berbagai Harakah Islamiyyah

Pasca Perjanjian Camp David yang menyakitkan, beberapa harakah islamiyyah di

Mesir mulai berubah halauan menjadi harakah yang memimpikan Kudeta di Mesir. Semua

harakah yang ada di Mesir sejatinya mereka bekerja sendiri-sendiri sampai pada tahun 1979

terbentuk aliansi gabungan antara harakah-harakah yang ada untuk merencanakan

pembunuhan Anwar Sadat. Aliansi yang terbentuk dari berbagai harakah jihadi lahir seiring

dengan semakin panasnya perseteruan harakah-harakah islam yang ada dengan Anwar Sadat.

Seiring dengan terjadinya Revolusi Republik Islam Iran, kejadian ini semakin diperparah

ketika Anwar Sadat memberikan suaka politik bagi Reza Pahlevi yang dikenal sebagai

seorang tiran yang menindas umat muslim.16

Setelah sebagian besar harakah yang ada merencanakan untuk melaksanakan

pembunuhan terhadap Anwar Sadat, sang sasaran justru memahami bahwa situasi yang ada

tidak tepat baginya. Maka Anwar Sadat memanfaatkan isu yang ada melalui media massa.

Pers dan surat kabar untuk menyerang pemerintah revolusioner Iran. Sadat mencela

Khoemeni dan orang-orang yang besertanya di Republik Islam Iran sebagai Syiah yang

mencela para shahabat Rasulullah SAW. Masyarakat Mesir sesungguhnya sudah faham

apabila yang dilakukan Syiah tak lebih dari yang di ucapkan Anwar Sadat. Tetapi, karena

termakan oleh berita yang dikemas media sedemikian rupa, akhirnya sebagian masyarakat

Mesir benar benar dialihkan perhatiannya oleh Sadat dari topik yang seharusnya dibicarakan.

Kudeta.

Anwar Sadat berusaha mengalihkan perhatian masyarakat Mesir, terutama harokah-

harokah islam yang mulai merasa penat dengan kebijakan-kebijakan kontroversial yang

dilakukannya. Di daerah Az Zawiyyah Al Hamra, terjadi kerusuhan agama antara muslim

dengan Kristen Koptik.17

Suasana menjadi semakin memanas ditengah-tengah ketegangan

antara kubu muslimin dengan pemerintah. Sampai-sampai akhirnya pemerintah

menggunakan sebagian ulama untuk menjadi mediator dan menenangkan situasi kerusuhan

antar agama di Az Zawiyyah Al Hamra. Namun yang perlu diketahui adalah bahwa

sesungguhnya kerusuhan antar agama ini terjadi karena ada tangan tersembunyi yang ikut

andil sengaja dalam mengobarkan tragedi ini. Lazimnya, sebagaimana yang terjadi di negeri-

negeri muslim lainnya, intelejen pemerintah setempat merancang sebuah kerusuhan antar

umat beragama dengan tujuan membongkar jaringan pergerakan islam klandestein (bawah

tanah). Pemerintah beranggapan dengan cara inilah mereka paling mudah untuk diprovokasi,

meski harus mengorbankan penduduk setempat. (lihat CedSos Special report,cd.)

5

15

Ibid, Hal. 16 16

Ibid, Hal. 21 17

Ibid, Hal. 22

Page 9: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

8

VI. Peleburan Jamaah Jihad dengan Jamaah Islamiyyah

Muhammad Abdussalam Faraj, adalah tokoh dari Tandzim Al Jihad yang namanya

mengambang dipermukaan setelah pihak penguasa menangkapi anggotanya. Tokoh lain dari

Tandzim Al Jihad yang terkenal adalah Ibrahim Salamah. Para anggota Tandzim Al Jihad ini

memiliki hubungan dengan tokoh dari Jamaah Jihad, Dr. Aiman Adz Dzawahairi.

Abdussalam Faraj yang tidak tertangkap pemerintah mengisi aktivitasnya dengan dakwah.

Kajian Abdussalam Faraj mendapat simpati dari kaum muda terutama berkaitan dengan

gagasannya dalam perjuangan pendirian negara islam secara ilmiah. Diantara pendengar

dakwah Abdussalam Faraj ada seorang perwira menengah dalam ketentaraan Mesir yaitu

Letkol. Abud Az Zumar, dimana dia juga merupakan salah satu pimpinan Jamaah Jihad.

Alhasil, ketika selanjutnya para pendengar dakwah Abdussalam Faraj semakin banyak dan

berdatangan dari berbagai penjuru Mesir (dari kedua kelompok, Jamaah Jihad dan Jamaah

Islamiyyah), maka mereka membentuk Majelis Syura untuk akhirnya menyatu dengan

kelompok Abdussalam Faraj yang sudah terbentuk sebelumnya. Hasil penyatuan (tansiq)

diantara beberapa Jamaah Jihad ini terlihat dalam Majelis Syuro yang terdiri dari beberapa

tokoh Jamaah Jihad dan beberapa tokoh Jamaah Islamiyyah.18

Kerjasama dan aliansi yang dilakukan kedua Harokah ini dikarenakan keadaan

gejolak politik yang terjadi berkaitan dengan panasnya perseteruan antara kubu oposisi, kubu

harokah-harokah islamiyyah dan kubu pemerintah yang mewakili Anwar Sadat. Pada masa

tersebut, Anwar Sadat seringkali mencela para ulama, terutama ulama yang kritis terhadap

pemerintah. Salah satu yang menjadi korbannya adalah Syaikh Hafidz Salamah, pahlawan

pergerakan dikawasan Suez yang diejek Anwar Sadat dengan kata-kata “Orang gila dari

Suez”. Tak jauh berbeda, ulama lainnya seperti Syaikh Al Mahlawi bahkan di sindir secara

pedas oleh Anwar Sadat, “ apa dia tidur? Bagaimana anjing tidur dalam penjara?”19

Sampai pada akhirnya ketika tindakan Anwar Sadat dianggap sudah melampaui batas,

maka para tokoh aliansi jamaah bersepakat menyatakan bahwa Anwar Sadat harus dibunuh.

Salah satu alasan yang melatarbelakangi kesepakatan ini adalah Anwar Sadat telah

memelopori negara-negara Arab atas kedaulatan Israel, dimana tidak ada satupun negara Arab

yang mau mengakuinya. Kesepakatan pembunuhan ini terjadi setelah Anwar Sadat

mengesahkan lima keputusan pada tanggal 3 September 1981, yang salah satu isinya adalah

menangkap kembali 1.536 orang dimana kebanyakan sasarannya adalah para aktivis Jamaah

Islam.20

6

18

Al Islambouli, Ru’ya Al Jadiidah li Tandzim Al Jihad, karya Sayyed Ahmad 19

Qishatu Jama’atil Jihad, Hal. 29 20

Idem

Page 10: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

9

VII. Puncak Gejolak Politik Mesir, Pembunuhan Anwar Sadat

Akhirnya rezim Anwar Sadat berhasil menangkap banyak anggota Jamaah Islamiyyah

dan harokah-harokah islam lainnya sebagaimana Gamal Abdul Nasser menangkapi para

aktivis islam pada masanya. Tokoh-tokoh maupun para anggota Jamaah Islamiyyah, Jamaah

Jihad dan Jamaah lainnya yang berada dibalik jeruji rezim Anwar Sadat tetap teguh

merahasiakan rencana mereka mengadakan upaya pembunuhan Anwar Sadat dan upaya

pendirian negara islam. Kendatipun mereka mendapat siksaan yang sangat tak manusiawi

dari para penyelidik. Mayoritas masyarakat Mesir pada saat itu sudah terlalu jenuh dengan

kebijakan-kebijakan Anwar Sadat yang dianggap mengkhianati prinsip-prinsip Nasional

Mesir sebagai bagian dari negara Arab dan penduduknya yang Muslim. Akhirnya,

Abdussalam Faraj yang berhasil lolos dari upaya penangkapan rezim, tetap berdakwah

sehingga pendengar dakwahnya makin banyak. Sampai pada suatu ketika salah seorang

pendengar dakwahnya yang baru bergabung, Letkol. Khalid Islambouli mengutarakan idenya

kepada Abdussalam Faraj untuk meminta izin dibolehkan membunuh Anwar Sadat.

Abdussalam Faraj adalah seorang tokoh yang terkenal dengan sikapnya yang santun, sholih

dan sangat menguasai ilmu agama. Karena itulah, banyak dari masyarakat Mesir yang kerap

kali mendatanginya untuk menemukan jawaban ilmiah seputar apa yang dialaminya.

Sebelum upaya pembunuhan Anwar Sadat, tepatnya seminggu sebelumnya,

Abdussalam Faraj lah yang menyediakan senjata dan peluru untuknya secara sembunyi-

sembunyi. Mengingat pada saat parade militer, kesempatan yang akan dimanfaatkan oleh

Khalid Islambouli, peraturan serta pemeriksaan mengenai amunisi dan senjata sangatlah

ketat. Pada saat parade, para militer yang melakukan parade hanya membawa senjata tanpa

peluru. Semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Anwar Sadat semuanya adalah orang

orang dari daerah El-Bahri. Rencana pembunuhan ini hampir saja diketahui intelejen Mesir

ketika salah seorang anggota perencanaan pembunuhan, Nabil Al Maghribi yang bertugas

menulis pernyataan yang rencananya akan disiarkan oleh TV Al Bayan setelah pembunuhan

Anwar Sadat terjadi, ditangkap intelejen Mesir.21

Namun jiwa pejuang yang satu ini teramat

kokoh untuk menyerah pada keadaan. Ia tetap bungkam merahasiakan rencana pembunuhan

tersebut, meskipun pada akhirnya ia meninggal karena siksaan yang sangat keras dan

mengerikan dari pihak intelejen Mesir.

Peran Abdussalam Faraj dalam upaya menyatukan berbagai jamaah yang ingin

membunuh Anwar Sadat sangatlah vital. Bersamaan dengan itu, datanglah Dr. Aiman Adz

Dzawahiri untuk berdiskusi masalah agama. Sampai ketika kedua tokoh ini sampai pada

perbincangan mengenai rencana pembunuhan Anwar Sadat, mereka berdua sepakat bahwa

masalah ini sangat beresiko tinggi. Abdussalam Faraj sendiri pada awalnya tidak memberikan

izin dan menolak ide “gila” dari Khalid Islamboli yang terus mendesak agar momen parade

militer dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Abud Az Zumar, penanggung jawab militer

yang mengikuti dakwah Abdussalam Faraj pun juga menolak untuk melakukan operasi ini.

Page 11: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

10

Menurutnya rencana ini akan membahayakan organisasi yang telah lama dirintis oleh

harokah yang terlibat didalamnya, selain alasan lainnya bahwa ia ingin melakukan kaderisasi7

sebanyak mungkin dalam jangka lima tahun kedepan. Sebelum pembunuhan Anwar Sadat,

kelompok-kelompok Islam lainnya juga pernah berencana membunuh Anwar Sadat secara

langsung di rumahnya dengan mortir, tapi hal ini di urungkan karena pertimbangan-

pertimbangan seperti yang dipikirkan oleh Abdussalam Faraj, Dr. Aiman dan Abud Az

Zumar.

Namun, Khalid berkehendak lain. Khalid, yang seorang cum laude di akademi militer

Mesir terus mendesak untuk memanfaatkan momen parade militer dalam upaya membunuh

Anwar Sadat. Ia berpendapat bahwa semua eksekutor Sadat akan terbunuh secara bergiliran

ketika tertangkap dan rahasia gerakan bawah tanah Abdussalam Faraj dan rekan-rekannya

tidak akan tersingkap. Khalid terus mendesak sehingga akhirnya ia mendapat persetujuan.

Pada hari Jum’at, 2 Oktober 1981, pembagian tugas operasi pembunuhan dilakukan di rumah

Abdul Hamid bin Abdussalam yang seorang perwira desertir. Pimpinan eksekutor ditugaskan

kepada Letnan Khalid Islambouli dan anggota-anggota yang bertindak di bidang lainnya

adalah Sersan Atha Thayyal Hamidah untuk bagian peralatan dan Sersan Muhammad untuk

bagian sniper.

Akhirnya pada hari selasa, 6 Oktober 1981 operasi pembunuhan dilaksanakan. Pada

parade militer itu, saat truk yang ditumpangi Khalid melintas didepan podium tempat Anwar

Sadat, Hussein Mubarak dan petinggi Mesir lainnya duduk, Khalid menodongkan pistol

kepada pengemudi truk untuk turun dan selanjutnya drama pembunuhan berlangsung. Abbas

Muhammad, Atha Thayyal dan Khalid Islambouli menyerang Sang Pemimpin di atas tempat

duduknya. Anwar Sadat tewas di tangan rakyatnya sendiri.

21

Idem, Hal. 31

Page 12: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

11

Kesimpulan

Keadaan politik Mesir pasca wafatnya Gamal Abdul Nasser mengalami perubahan

yang cukup besar di bawah rezim pemerintahan baru Anwar Sadat. Terutama dalam masalah

kebijakannya terhadap organisasi pergerakan islam. Anwar Sadat melakukan banyak hal yang

tidak dilakukan oleh Gamal Abdul Nasser terhadap keleluasaan pergerakan islam untuk

bergerak. Bahkan Anwar Sadat membebaskan banyak tahanan yang merupakan aktivis

muslim yang di tangkap pada masa Nasser. Kebijakan Anwar Sadat ini membawa dampak

perubahan politik yang cukup besar di Mesir. Masyarakat yang sekuler pada masa Nasser

secara perlahan kembali menjadi masyarakat yang lebih dekat kepada agama. Namun

sayangnya, apa yang dilakukan oleh Sadat ternyata hanyalah sebuah intrik politik yang ia

gunakan untuk memperoleh dukungan dari masyarakat Mesir, yang secara mayoritas

memiliki hubungan yang kuat dengan organisasi pergerakan islam.

Ketika Sadat berhasil membentuk pencitraan yang baik, ia mulai melakukan banyak

keputusan menyangkut kebijakan nasional yang sangat sensitif dan kontroversial tidak hanya

untuk masyarakat Mesir. Bahkan mayoritas masyarakat Arab mengecam kebijakan Sadat.

Para pendukungnya sebagian berbalik menjadi musuh dalam selimut yang ingin segera

mendapatkan kesempatan untuk melakukan serangan-serangan fisik terhadap Sadat. Kondisi

politik Mesir menjadi berbalik. Anwar Sadat mulai menangkapi kembali organisasi

pergerakan islam yang ia tengarai mampu membahayakan kekuasaanya. Kondisi politik

Mesir menjadi semakin tidak bisa ditebak seiring gerakan-gerakan keislaman yang semula

hanya berorientasi dakwah kemudian mengganti orientasi menjadi penggulingan Sadat. Iklim

politik Mesir menjadi "abstrak" dan Anwar Sadat harus membayar gejolak politk yang secara

tidak langsung ia ciptakan sendiri dengan nyawanya.

Page 13: Iklim Politik Mesir Pasca Wafatnya Gamal Abdul Nasser - pdf

12

Daftar Pustaka

Sumber literature :

As siba’I, Hani. 2000. Qishatu Jama’atil Jihad. London : Al Maqrezy Centre for Historical

Studies

Sayyid Ahmad, Rifa’at. Al-Islambuli; Ru’yah al-Jadîdah li Tandzhîm Al-Jihâd . (nothing

information more about this book)

Siraj, Ibrahim. 2010. Pembunuhan Politik dalam Sejarah Dunia. Jakarta : Pustaka Al Kautsar

Sumber internet :

http://www.executedtoday.com/2011/04/15/1982-khalid-islambouli-and-the-assassins-of-

anwar-sadat/

http://en.wikipedia.org/wiki/Anwar_El_Sadat