III. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
Upload
khairussalwa-wasalsabila -
Category
Documents
-
view
553 -
download
9
Transcript of III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a) Pembuatan Pati Singkong
PengujianMenit Ke-
0 2 4 6 8 10
Bobot Pati
(gram)0.1628 0.1120 0.1349 0.2937 0.3120 0.2324
b) Pengendapan Larutan Pati
Pengu
jian
Atas Tengah Bawah
Menit
ke- 0
Men
it
ke-
30
Men
it
ke-
60
Men
it
ke- 0
Men
it
ke-
30
Men
it
ke-
60
Men
it
ke- 0
Men
it
ke-
30
Me
nit
ke-
60
Bobot
Pati
(gram
)
0,080,61
334,5
0,15
5
0,61
334,5
0,15
5
0,61
3
34,
5
B. Pembahasan
Separasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses produksi
bahan pertanian. Banyak variasi produk pertanian yag memerlukan pemisahan
terlebih dahulu agar produk jadi dapat digunakan. Pembersihan terhadap kotoran-
kotoran pada bahan dapat dilakukan dengan salah satu atau gabungan dari prinsip-
prinsip pemisahan, antara lain beda ukuran dimensi, beda ukuran berat, beda
bobot jenis dan beda ukuran bentuk. Pelaksanaan pemisahan dilakukan dengan
gaya fisik yang bekerja pada partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya
gravitasi, gaya sentrifugasi dan gaya kinetik yang timbul dari aliran (Idrial, 1987).
Pada pengerjaan pemisahan secara mekanis digunakan gaya mekanis yang
dikerjakan terhadap bahan yang akan dipisahkan. Pemisahan dengan gaya
mekanis ini dapat dilakukan antara lain dengan pengayakan, penyaringan,
pengendapan dan sentrifugasi. Pemisahan dengan gaya mekanis ini dapat
digunakan untuk memisahkan bahan padat atau cairan. Pemisahan mekanis
digunakan pada campuran yang heterogen, dan larutan yang tidak homogen,
terutama pada partikel yang berukuran lebih besar dari 0.1 m (Idrial, 1987).
Menurut Wiraatmadja (1981), teknik untuk pemisahan komponen-
komponen suatu campuran dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama meliputi metode-metode operasi difusional yang melibatkan perubahan
fasa atau pemindahan bahan dari suatu fasa ke fasa lainnya. Kelompok kedua
meliputi metode-metode yang disebut pemisahan mekanis yang biasanya berguna
untuk pemisahan partikel padat atau bahan cair tetes. Kedua kelompok ini dibagi
menjadi pemisahan padatan dan pemisahan sistem padatan-cairan.
1. Pemisahan campuran padatan
Pemisahan campuran partikel padatan menurut ukuran dapat dilakukan
pada suatu rangkaian penyaring yang memiliki lubang-lubang berukuran standar.
Pada hampir semua penyaring partikel jatuh melalui lubang pembukaan oleh gaya
gravitasi. Dalam sebagian kecil rancangan partikel-partikel ditekan melalui lubang
pembukaan oleh sebuah sikat atau oleh gaya sentrifugal. Partikel-partikel kasar
jatuh dengan mudah melalui lubang pembukaan yang besar paad permukaan
stasioner, akan tetapi untuk partikel-partikel halus, permukaan penyaring harus
digerakkan dengan berbagai jalan seperti goyang dan getar secara mekanik atau
elektris.
2. Pemisahan sistem padatan-cairan
Menurut Walas (1988) didalam Wiraatmadja (1981) terdapat beberapa
proses mekanis utama untuk pemisahan sistem padatan-cairan adalah sebagai
berikut :
a. Pengendapan, prinsip dari proses pengendapan adalah bahan yang lebih berat
akan jatuh terlebih dahulu dibanding dengan bahan yang bobotnya ringan.
Pengendapan dengan gravitasi (pada pengental dan penjernih), padatan
mengendap di bawah, cairan di atas
Pengendapan dengan gaya sentrifugal, padatan terlempar, cairan tetap
dalam tabung
Pengendapan dengan flotasi udara, padatan digumpalkan dengan flokulan
Pengendapan dengan flotasi media kental, menggumpalkan padatan
sehingga terpisah dari cairan
Pengendapan dengan sifat magnetik, untuk bahan-bahan yang mempunyai
sifat magnetik
b. Penyaringan (Filtrasi)
Pada saringan, dengan gravitasi
Pada filter (dengan vakum, tekanan atau sentrifugasi)
c. Pengempaan (Expressi)
Pengempaan tekanan batch
Pengempaan tekanan kontinyu (screw, roll atau discs)
Penyaringan adalah pemisahan bahan padat dari bahan cair dengan
mengalirkan campuran bahan menembus pori-pori yang cukup halus untuk
menahan bahan padat akan tetapi dapat melalukan bahan cair. Partikel yang tidak
lolos melalui pori-pori tersebut disebut dengan ”filter cake”. Pori-pori yang
dibutuhkan untuk penyaringan diperoleh dari kain penyaring dan lubang-lubang
saringan plastik, logam atau tumpukan partikel-partikel padat (Idrial, 1987).
Untuk operasi penyaringan, biasanya dilakukan apabila jumlah bahan
padat relatif kecil jika dibandingkan dengan bahan cair. Penyaringan juga
dilakukan selama proses pengendapan tidak berhasil memisahkan bahan padat
dengan bahan cair akibat perbedaan berat jenisnya sangat kecil.
Penyaringan merupakan proses yang lambat, karena kemampuan bahan
untuk menembus pori-pori saringan relatif kecil. Untuk mempercepat
penyaringan, terutama untuk bahan padat yang halus dalam cairan maka sering
digunakan tekanan. Dalam pengolahan hasil pertanian, tujuan penyaringan adalah
untuk menjernihkan atau memurnikan bahan yang diolah dan untuk mendapatkan
bahan cair. Rancangan-rancangan pengayak/penyaring (screen) banyak ditemui
dalam proses sortasi bahan pangan, adalah sebagai beikut:
Celah yang berubah-ubah (Variable
Aperture)
Celah atau lubang yang tetap (Fixed
Aperture)
- Pemutar (roller)
- Kabel kawat atau ban (belt)
- Ban dan pemutar
- Bersifat seimbang/tidak berubah
(stationary)
- Bergetar (Vibrators)
- Baling-baling (screw) - Berputar (Rotary dan Gyrators)
- Timbal balik (Recipro cuting)
Dilihat dari bahannya, proses penghancuran atau pengecilan ukuran bahan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu proses pengecilan ukuran untuk bahan padat dan
proses pengecilan ukuran untuk bahan cair. Pada proses pengecilan ukuran untuk
bahan padat dikenal berbagai macam istilah, misalnya pemotongan, penggilingan,
penggerusan, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk bahan cair dikenal proses
emulsifikasi atau atomisasi (Idrial, 1987).
Penghancuran bahan padat dilakukan secara mekanis, yaitu membaginya
atau memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Penggunaan
sistim penghancuran pada industri pengolahan hasil pertanian diantaranya adalah
penggilingan tebu, pengupasan kulit tanduk dan penghancuran pada kopi,
penggilingan cokelat, perajangan bahan yang akan disuling (minyak atsiri),
pemotongan pada pengolahan karet remah dan lain sebagainya (Idrial, 1987).
Di dalam proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan cara
diretak atau diremuk. Mekanismenya adalah bahan ditekan oleh gaya mekanis dari
mesin penghancur, penekanan awal masuk ke tengah sebagai energi desakan
(Idrial, 1987).
Bentuk, ukuran, kerapatan, spesifik gravity, kekerasan merupakan
beberapa sifat fisik hasil pertanian yang penting diperhatikan dalam proses
penghancuran untuk mendisain suatu mesin penghancur. Dalam penerapannya,
waktu juga berpengaruh dalam proses penghancuran bahan, dan trlihat bahwa
bahan akan retak pada tingkat tekanan yang rendah apabila tekanan itu
berlangsung cukup lama (Idrial, 1987).
Apabila suatu bahan yang seragam dipecahkan, setelah penggilingan
pertama ukuran bahan yang dihasilkan akan sangat bervariasi, yaitu dari yang
berukuran kasar sampai halus. Apabila proses penggilingan diulang kembali atau
diteruskan, maka fraksi yang berukuran kasar akan terus berkurang, sedangkan
fraksi yang berukuran halus agak tidak berubah. Analisa yang teliti
memperlihatkan bahwa adanya kecenderungan fraksi tertentu yang propersinya
meningkat di dalam campuran dan menjadi fraksi ukuran yang terbanyak pada
campuran setelah proses penggilingan dihentikan (Idrial, 1987).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah singkong mentah dan
pati singkong yang telah siap pakai. Menurut Sosrosoedirdjo (1982), ketela pohon
atau singkong yang dalam bahasa latinnya disebut Manihot utilissima POHL atau
Manihot esculenta CRANTZ) termasuk famili Euphorbiceae dan merupakan
tanaman daerah tropis yang banyak terdapat di Indonesia. Singkong yang ditanam
di Indonesia diduga berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang disebarkan oleh
orang-orang Spanyol dan Portugis.
Sosrosoedirdjo (1982) menambahkan singkong berdasarkan kandungan
HCN-nya digolongkan menjadi empat jenis, yaitu 1) tidak beracun, bila kadar
HCN-nya lebih kecil dari 50 mg/kg, 2) agak beracun, bila kandungan HCN-nya
antara 50-80 mg/kg, 3) beracun, bila kandungan HCN-nya antara 80-100 mg/kg,
4) dan sangat beracun, bila kandungan HCN-nya lebih besar dari 100 mg/kg.
Pembersihan merupakan suatu tindakan penting sebelum bahan diproses
lebih lanjut. Pembersihan adalah suatu proses untuk membuang kotoran dan
benda asing sehingga diperoleh komoditi yang bersih. Sortasi adalah suatu
tindakan untuk memisahkan hasil yang sudah bersih menjadi beberapa jenis mutu
berdasarkan ukuran, bentuk, kemurnian, tekstur dan lain sebagainya (Idrial, 1987).
Proses pengupasan singkong merupakan salah satu proses penting dalam
rangkaian proses pengolahan singkong. Proses pengupasan dilakukan dengan
maksud memisahkan kulit umbi dari dagingnya. Hal ini penting dilakukan sebab
kulit umbi singkong mengandung kadar HCN cukup tinggi, yaitu 3-5 kali lebih
besar daripada kandungan HCN yang terdapat pada bagian dagingnya.
Pengupasan mekanis yang lazim dilakukan untuk memisahkan kulit komoditi
hasil pertanian ada dua cara, yaitu cara pengikisan dengan pisau atau lebih dikenal
dengan sebutan “mechanical peeling” dan cara penggosokan yang lebih dikenal
dengan sebutan “abrasive peeling”.
Proses pengupasan dengan menggunakan “abrasive peeler” dilakukan
dengan cara menggosok kulit komoditi yang akan dikupas. Bahan yang digunakan
untuk menggosok ini dipilih berdasarkan tekstur komoditi yang akan dikupas.
Bila tekstur komoditi yang akan dikupas tergolong lunak, misalnya buah-buahan
berkulit tipis, maka bahan penggosok yang digunakan dapat terbuat dari karet
keras. Sedangkan untuk komoditi yang memiliki tekstur keras, misalnya singkong,
bahan penggosok yang digunakan dapat terbuat dari besi atau baja tahan karat.
Proses pengupasan menggunakan cara ini, penggunaan air masih penting, tetapi
tidak memerlukan alat penyemprot air seperti pada “mechanical peeler” (Ciptadi,
1980).
Zat pati secara kimia dibentuk dari atom karbon, hidrogen dan oksigen
dengan rumus umum (C6H10O5)n. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan
ikatan a-glukosidik. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan, fraksi
terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Pati ubi kayu
mengandung 17% amilopektin (Winarno, 1980).
Pati singkong akan coba dihasilkan dari dua jenis metode, yaitu
menggunakan settling tank dan vibrating screening. Kedua metoda ini tidak jauh
berbeda dalam proses pengendapan ataupun tatacara pengerjaannya, tetapi akan
terdapat sedikit perbedaan hasil antar keduanya.
a) Pembuatan Pati Singkong
Penggunaan vibrating screener pada praktikum ini bertujuan untuk
mendapatkan pati singkong melalui proses pemisahan. Pemisahan
campuran partikel padatan menurut ukuran dapat dilakukan pada suatu
rangkaian penyaring yang memiliki lubang-lubang berukuran standard.
Pemisahan sistem padatan-cairan mempunyai bidang aplikasi yang sangat
luas dalam agroindustri. Banyak alat pemisahan bahan cair dan padatan
yang terbagi sangat halus ditemukan secara independen dalam sejumlah
industri sehingga mempunyai karakter yang berbeda. Sampai saat ini
seleksi peralatan untuk aplikasi pemisahan padatan-cairan spesifik lebih
merupakan proses scale-up yang didasarkan langsung pada pengalaman
dengan bahan proses Sosrosoedirdjo (1982).
Awalnya singkong yang masih mentah dikupas dan dibersihkan,
daging singkong yang telah bersih ditimbang dan dicatat bobotnya. Daging
singkong ini yang merupakan bahan utama dalam pembuatan pati
singkong. Singkong yang telah bersih digiling terlebih dahulu dan
dicampur dengan air sampai membentuk larutan anatara daging singkong
hasil gilingan dengan air. Proses pemarutan daging singkong ini
menggunakan alat sebagai berikut:
Hasil giling ini yang kemudian dimasukkan ke dalam vibrating
screener dan mengalami proses pengayakan. Seperti yang dijelaskan
Fellow (1988), pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran
partikel padatan yang mempunyai berbagai ukuran bahan dengan
menggunakan ayakan. Untuk memisahkan bahan-bahan yang telah
dihancurkan berdasarkan keseragaman
ukuran partikel-partikel bahan, dilakukan dengan pengayakan dengan
menggunakan ayakan standar. Pengayak (screener) dengan berbagai
desain telah digunakan secara luas pada proses pemisahan bahan pangan
berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin-mesin sortasi, tetapi
pengayak juga dapat digunakan sebagai alat pembersih dan sebagai
pemisah kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku.
Pengayakan memudahkan untuk mendapatkan tepung dengan ukuran yang
seragam. Dengan demikian pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu
metoda pemisahan berbagai campuran partikel padat sehingga didapat
ukuran partikel yang seragam serta terbebas dari kontaminan yang
memiliki ukuran yang berbeda dengan menggunakan alat pengayak.
Screener merupakan suatu permukaan yang memiliki banyak
apertures dalam suatu ukuran tertentu. Material yang memiliki berbagai
macam ukuran akan melewati atau tertahan di screener ini tergantung
kepada ukuran partikel yang lebih kecil atau lebih besar dari ukuran
aperture screener. Sistem bukaan dari permukaan screener bervariasi,
seperti bentuk lingkaran, persegi ataupun persegi panjang. Penggunaan
bentuk bukaan ini tergantung dari ukuran, karakteristik material dan
kecepan gerakan screener. Efisiensi kerja screener tergantung pada tingkat
kesempurnaan pemisahan material ke dalam fraksi ukuran di atas atau di
bawah dimensi ukuran aperture. Screener dibatasi untuk ukuran material
di atas 250 mm. Ukuran partikel material yang lebih halus akan
dipisahkan melalui metode classification. Ukuran screener yang
digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm (metrik). Mesh
adalah jumlah lubang yang terdapat dalam 1 inchi persegi (square inch),
sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan
merupakan besar material yang diayak. Perbandingan antara luas lubang
bukaan dengan luas permukaan screener disebut presentase opening
(Anonim, 2009).
Terdapat beberapa jenis pengayak yang sering digunakan pada
industri:
1) Pengayak Berbadan Datar: Pengayak jenis ini bentuknya sangat
sederhana, banyak ditemukan di areal-areal pertanian, saat proses
sortasi awal dari kentang, wortel dan lobak. Alat pengayak datar
ganda digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkan ukuran
dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan) juga
digunakan dalam proses pengolahan dan produk akhir seperti tepung
jagung. Alat pengayak datar secara umum terdiri dari satu atau lebih
lembaran pengayak yang dipasang bersama-sama dalam sebuah kotak
yang tertutup rapat, pergerakannya dapat menggunakan berbagai alat.
Tetapi biasanya alat tersebut terdiri dari bola-bola runcing dari kart
yang keras, yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak.
Tujuannya adalah untuk meminimumkan kerusakan akibat pergesekan
antara lubang-lubang pengayak dengan partikel bahan yang halus.
2) Pengayak Drum: Pengayak drum merupakan alat yang digunakan
pada proses sortasi berdasarkan ukuran bentuk untuk kacang polong,
jagung, kacang kedelai dan kacang lainnya yang sejenis. Bahan
pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh berguling yang
dihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortasi drum biasanya diperlukan
untuk memisahkan bahan pangan ke dalam dua atau lebih aliran,
karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak.
3) Pengayak Sortasi: Menggunakan pengayak sortasi dengan variabel
celah dan tahap-pertahap. Termasuk dalam kelompok ini adalah jenis-
jenis khusus dari tipe sortasi roller belt dan sorter roller seperti tipe
baling-baling.
4) Pengayak screener: Pengayak screener dengan berbagai desain telah
digunakan secara luas pada proses pemisahan bahan pangan
berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin-mesin sortasi, tetapi
pengayak juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisahan
kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku. Pergerakan
bahan pangan diatas pengayak dapat dihasilkan oleh gerakan berputar,
gerakan dari tangkai yang menyangga badan pengayak ataupun dari
getaran alat.
Penggunaan screener bisa dalam keadaan kering (dry) atau basah
(wet), dalam keadaan tetap (stationary) atau dalam keadaan bergetar
(vibrating). Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk
material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 mesh. Sedangkan
pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang halus
mulai dari ukuran 20 mesh sampai dengan ukuran 35 mesh (Anonim,
2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi performa screener antara lain
adalah feed rate, vibration pada screener dan sudut datang serta orientasi
partikel saat di screener. High feed rate diperlukan untuk mengurangi
waktu pengayakan yang lama. Vibration pada screener bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi. Semakin tinggi laju feed rate maka semakin besar
vibration yang dilakukan (Anonim, 2009).
Prinsip pemisahan yang dilakukan oleh mesih separator adalah dengan
menggunakan filter/saringan yang memiliki ukuran tertentu sehingga
antara bahan yang berbeda fase dapat terpisahkan. Kemudian pada saat
pemisahan, mesin akan menggerakkan vibrating chamber dengan tujuan
untuk meratakan permukaan bahan yang akan dipisahkan sehingga bahan
tersebut terpisah dengan merata, seperti halnya pemisahan dengan
menggunakan ’ayakan’. Mesin pemisahan ini juga menggunakan motor
dan kopling yang berfungsi untuk menggerakkan vibrating chamber dan
mengatur seberapa besar getaran yang dibutuhkan. Semakin tinggi getaran
yang terjadi maka akan semakin merata pula permukaan bahan yang akan
dipisahkan.
Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan permukaan bahan
yang akan disaring juga berfungsi untuk mengarahkan bahan yang tidak
tersaring, dalam hal ini ampas, untuk masuk ke saluran keluar, sedangkan
untuk larutan yang telah terpisahkan akan keluar melalui saluran yang
berada di bawah saringan/filter.
Pada vibrating screener ukuran screen yang digunakan akan terus
mengecil ukuran mesh-nya dari atas ke bawah. Hal ini menyebabkan
bahan yang sampai pada tempat terakhir (tempat bahan hasil pengayakan
keluar) memiliki ukuran yang sangat kecil dan seragam. Bahan hasil
proses inilah yang kemudian diendapkan untuk mendapatkan pati
singkong.
Tujuan dari proses screening antara lain adalah:
1) Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk
beberapa proses berikutnya
2) Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan
(primary crushing) atau over size ke dalam proses pengolahan
berikutnya, sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap
berikutnya (secondary crushing)
3) Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir
4) Mencegah masuknya under size ke permukaan (Brennan, 1968).
Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1) Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2) Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3) Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4) Komposisi air dalam material yang akan diayak
5) Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak (Brennan,
1968).
Kapasitas screener ditentukan oleh:
1) Luas penampang screener
2) Ukuran bukaan
3) Sifat dari umpan seperti: berat jenis, kandungan air, dan suhu
4) Tipe mechanical screener yang digunakan (Wirakartakusumah,1992).
Mekanisme kerja vibrating screener adalah motor arus bolak balik
tiga fasa dipasang pada bagian bawah alat penyaring dengan menggunakan
penguat (mur dan baut) yang diberi pegas (per). Saat motor dioperasikan
alat penyaring akan bergetar yang disebabkan oleh putaran motor yang
diberi beban pada rotornya, kemudian alat penyaring dapat
mendistribusikan bahan yang siap untuk diproses (Heldman, 1981).
Mesin vibrating screener menggunakan prinsip gabungan antara
penyaringan dan pengayakan dengan adanya getaran. Saringan bergetar
yang diamati pada praktikum ini terdiri dari dua tingkat saringan. Tujuan
dari pemakaian dua saringan ini adalah pada saringan pertama untuk
memisahkan ampas bahan yang ingin dipisahkan dari suspensi, sedangkan
pada saringan kedua agar proses penyaringan lebih sempurna. Bila ingin
mendapatkan pati dengan pengolahan melalui mesin vibrating screener,
maka dilakukan proses lanjutan dengan pengendapan. Pengendapan
suspensi pati dapat dilakukan pada settling tank.
Penggunaan vibrating screener pada industri pembuatan pati
memberikan keuntungan yang sangat besar karena proses pengolahan akan
lebik efektif. Saat parutan pati dicampur dengan air untuk mengeluarkan
pati dari selnya, maka semua komponen-komponen dari singkong juga
ikut keluar dan tercampur. Campuran ini terdiri dari lemak, protein, HCN,
dan komponen-komponen minor lainnya. Untuk mendapatkan pati murni
tentu harus dilakukan proses separasi atau pemisahan. Pada saringan
vibrating screener larutan campuran dituangkan. Saat terjadi getaran yang
bersumber dari motor listrik yang menggerakkan pegas pada alat, saringan
akan mengayak ampas-ampas singkong dan sekaligus menyaring larutan
pati melewati saringan tersebut. Saat mengayak, ampas tersebar di atas
saringan karena adanya getaran. Selanjutnya suspensi memasuki saringan
kedua di bawahnya untuk disaring lebih sempurna, dan larutan pati
ditampung pada wadah penampung yang berada di bagian bawah alat.
Untuk mendapatkan pati, suspensi selanjutnya dapat diendapakan pada
settling tank.
Dengan prinsip kerja vibrating screener seperti yang diilustrasikan di
atas maka dapat dikatakan sangat besar manfaat proses separasi untuk
memperoleh suatu produk yang diinginkan seperti yang dijelaskan
Wirakartakusumah (1992), bahwa manfaat dari pengayakan dan
penyaringan adalah untuk memisahkan bahan pangan yang telah
mengalami proses pencampuran, untuk memisahkan bahan pangan
berdasarkan ukuran (besar, kecil, panjang, atau pendek), untuk
memisahkan bahan pangan dari kontaminan, sebagai alat pembersih,
sebagai alat yang dapat berfungsi sebagai indikator keseragaman bahan
pangan, dan mudah memperoleh bahan yang lembut.
Pada proses pengayakan dan penyaringan, bahan dibagi menjadi
bahan kasar yang tetinggal dan bahan halus yang lolos melalui ayakan.
Bahan yang tertinggal hanyalah partikel-partikel yang berukuran lebih
besar dari pada lubang saringan, sedangkan bahan yang lolos berukuran
lebih kecil dari pada lubang-lubang saringan tersebut. Dalam praktek,
sering terjadi penyimpangan. Penyimpangan dapat dinyatakan dalam
efisiensi, yaitu perbandingan antara jumlah bahan yang lolos dalam
kenyataannya dan jumlah bahan yang lolos secara teoritik. Efisiensi selalu
lebih kecil dari satu atau kurang dari 100%.
Faktor – faktor yang mempengaruhi lolosnya undersize adalah: ukuran
absolut dari bukaan permukaan ayakan, persentase bukaan terhadap total
luas permukaan ayakan, ukuran relatif partikel, sudut jatuh partikel dan
kecepatan jatuh partikel. Efisiensi dari proses pengayakan tergantung
pada:
a. Rasio ukuran minimal partikel yang bisa melewati lubang ayakan,
yaitu: 0,17-1,25 x ukuran lubang ayakan
b. Persentase total area ayakan yang terbuka
c. Teknik pengumpanan dan kecepatan pengumpanan
d. Keadaan fisik dari material itu sendiri (kekerasan, bentuk partikel
seperti bulat, gepeng, ataupun jarum, dan kandungan air)
e. Ada atau tidak adanya penyumbatan lubang screener
f. Ada atau tidak adanya korosi pada ayakan (kawat)
g. Mekanisme gerakan pengayakan (getaran)
h. Desain mekanis dari ayakan tersebut dan kemiringan ayakan
(biasanya 12o-18o) (Brown,1950).
Gerakan partikel pada permukaan ayakan dipengaruhi oleh gaya
gravitasi dan kekuatan yang digunakan oleh permukaan. Gerakan biasanya
bersifat translasi (translation) cepat pada kapasitas besar, sentuhan yang
kontinyu, berguling (turn over) yang menyebabkan orientasi pergantian
partikel serta pengeluaran (ejecting), yaitu pembuangan keluar partikel.
Gerakan dan waktu tinggal bahan di atas ayakan harus dipilih agar setiap
butiran paling sedikit satu kali berada pada sebuah lubang ayakan.
Efisiensi pengayakan akan turun jika bahan yang diayak memebentuk
lapisan yang terlalu tebal atau bergerak terlalu cepat. Disamping itu
gerakan yang terlalu kuat dapat menyebabkan pengecilan ukuran akibat
pengikisan terutama pada bahan yang lunak, dengan akibat efisiensi
pengayakan yang diperoleh tidak benar.
Gerakan bahan di atas saringan saat proses pengayakan dan
penyaringan ditimbulkan oleh getaran. Getaran merupakan suatu
mekanisme yang sering kali digunakan dalam beberapa mekanisme kerja
mesin. Ada kalanya mesin tidak membutuhkan getaran sama sekali,
bahkan getaran itu akan mengganggu mekanisme kerja suatu mesin,
sehingga pada mesin-mesin tertentu bahkan dipasang redaman untuk
meredam getaran yang terjadi tetapi tidak diinginkan. Namun pada sisi
lain, ada kalanya mesin sangat membutuhkan mekanisme getaran untuk
mendukung mekanisme kerjanya (Brown,1950).
Pada mekanisme kerja alat pengayak dan penyaring pada beberapa
industri, misalnya industri pembuatan pati, mekanisme getaran sangat
diperlukan. Bahan yang berada di atas pengayak apabila bergetar akan
terayak dan cairan secara otomatis akan tersaring melewati penyaring.
Getaran yang diinginkan memang sengaja diadakan. Adapun cara untuk
membangkitkan getaran itu menurut Brown (1950), ada bermacam-
macam. Cara yang digunakan pada pengayak bergetar menggunakan
mekanisme gerak yang seimbang dibangkitkan oleh motor yang
menggerakkan pegas pada alat. Pengayak akan digetarkan oleh motor
dengan bantuan roda eksentrik. Pada bagian pengayak ini digunakan
beberapa pegas untuk membantu getaran agar lebih sempurna. Bahan yang
halus keluar melalui saringan bagian bawah. Ampas yang tidak tersaring
tetap berada pada bagian atas saringan. Mekanisme getar pada bagian ini
menggunakan motor yang telah dilengkapi roda eksentrik untuk
menghasilkan gerak.
Ayakan bergetar (vibrating screener) dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan getarannya, yaitu:
1) Getaran berputar (incline) dimana terjadi gerakan berputar pada pusat
secara mekanis dengan kecepatan amplitudo sebesar 600-7000 rpm
2) Getaran horizontal terjadi gegalan linier dengan komponen vertikal
sebagai pengangkat dengan kecepatan amplitudo 600-3000 rpm
3) Getaran acak (probability) terjadi gerakan yang bervariasi (Brennan,
1968).
Menurut Brennan (1968) ayakan getar dapat di klasifikasikan
berdasarkan beberapa faktor seperti:
1) Getaran yang terjadi di atas permukaan ayakan.
2) Tempat terjadinya getaran
3) Proses getaran
4) Sifat alami dari permukaan pengayakan
5) Bentuk ayakan
Contoh beberapa gerakan pada ayakan getar yang disebabkan oleh
beberapa faktor yang telah disebutkan di atas menurut Wirakartakusumah
(1992), adalah:
1) Tidak seimbangnya katrol, yaitu satu batang sepusat dengan pembalik
arah yang dapat disetel dan dua bearing. Gerakan berputar keluar
menghasilkan suatu getaran yang menyebabkan material bergerak
kesana kemari. Bekerja dengan frekuensi 500-2500 rpm. Biasanya
pada ayakan Light Duty Screener .
2) Gerakan eksentrik batang dengan batang eksentrik dan dua bearing.
3) Penggetar elektromagnet, dengan osilasi frekuensi yang tinggi.
Dalam industri, vibrating screener atau ayakan bergetar merupakan
alat ayak yang baik dan sering digunakan di masa sekarang dengan alasan
mempunyai kapasitas ayakan yang cukup besar dengan ruang penampung
yang cukup, biaya operasi dan perawatan yang relatif murah (tahan
perawatan sampai dengan per ton ayakan) dan mampu memisahkan
mineral dari ukuran 25 cm sampai dengan ukuran 250 μm.
Praktikum ini tidak membahas dengan detail ukuran dari masing-
masing screen pada vibrating screener yang digunakan. Sehingga sulit
membandingkan ukuran screen pada laboratorium dan pasaran. Hasil dari
vibrating screener kemudian diedapan dan diambil sampelnya setiap 2
menit dalam jangka waktu total selama 10 menit dengan masing-masing
sampel sebanyak 20 mL. Ternyata semakin lama waktu pengedapan,
semakin besar juga kecepatan linier pati (cm/menit).
Contoh spesifikasi beberapa model alat dari vibrating screener yang
umumnya digunakan dalam perindustrian adalah seperti pada tabel berikut
ini.
Technical parameters of High frenquency vibrating screener :
ModelScreener square
(m2)
Thickness of input
material l(%)
Capacity
(ton/hour)
Power
(kw)
GPS-4 4.5 30%-40% 15-25 0.72
GPS-5 5.2 30%-40% 20-30 1.1
GPS-6 6 30%-40% 24-36 1.5
GPS-8 8.1 30%-40% 32-48 2.2
(Sumber: http://www.chinavibratingscreen.com/chinavibratingscreen.com)
(Sumber: http://worldtechnique indonetwork.co.id/1596902/vibrating-screen-
mesin.htm.)
Mesin pada gambar di atas dapat digunakan untuk mengayak
bebatuan, pupuk kompos serta lainnya yang membutuhkan hasil partikel
yang lebih kecil. Mesin ini memiliki kapasitas: 500 kg-2ton per jam.
Mesin dapat mengayak otomatis, dengan bantuan vibrator. Screen atau
ayakannya berjenis single atau double dengan screen berukuran 2,5cm-
400 mesh.
Model VS – 60 VS - 70
Diameter 60" 70"
No. of Decks2 x (20/40 MG mesh
screen)*
2 x (20/40 MG mesh
screen)*
Drive1500 RPM
(3 Separation)1500 RPM (3 Separation)
Motor 4 HP 380 V 3 Phase 50 Hz5.5 HP 380 V 3 Phase 50
Hz
(Sumber: http://www.chinavibratingscreen.com/chinavibratingscreen.com)
b) Pengendapan Larutan Pati
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan terhadap pati singkong
yang diendapkan pada sebuah bak besi yang disebut settling tank. Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya,
serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya (Winarno, 2002). Pati
terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, yaitu:
a. Amilosa, merupakan fraksi yang terlarut dalam air panas yang
mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-1,4-D-glukosa.
b. Amilopektin, merupakan fraksi yang tidak larut dalam air panas dan
mempunyai struktur bercabang dengan ikatan α-1,6-D-glukosa.
Meyer (1973), menyatakan bahwa pati mempunyai sifat tidak larut
dalam air, dengan larutan iodin memberikan warna biru. Bentuk
mikroskopis granula menandakan sumber patinya. Konstituen utama pati
adalah amilosa (15–20%) yang mempunyai struktur heliks tak bercabang
dan memberikan warna biru dengan iodin serta dengan jelas cenderung
mengadakan retrodegradasi dan amilopektin (80–85%) yang tersusun dari
rantai bercabang dan hanya memberikan warna merah dengan iodin karena
tidak terbentuk helix serta sedikit cenderung mengadakan retrodegradasi.
Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang tidak melarut di dalam
air sehingga dapat dipisahkan dari air (Winarno, 2002).
Pati sebanyak 1 kg dicampur dengan 50 liter air. Kemudian langsung
diambil sampel pada menit ke-0 pada bagian atas, bagian tengah, dan
bagian bawah. Pada bagian atas, bobot pati yang telah diendapkan adalah
sebesar 0,08 gram. Pada bagian tengah, bobot pati yang telah diendapkan
didapat sebesar 0,613 gram. Pada bagian bawah, bobot pati setelah
diendapkan adalah sebesar 34,5 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pada
menit ke-0 sudah diperoleh endapan pada larutan tersebut karena bobot
pati pada bagian bawah lebih besar daripada bobot pati bagian tengah dan
atas.
Selanjutnya pati didiamkan selama 30 menit dan kemudian diambil
sampel pada bagian atas, tengah, dan bawah. Pada bagian atas, endapan
pati memiliki bobot sebesar 0,155 gram. Pada bagian tengah diperoleh
bobot endapan pati sebesar 0,613 gram. Pada bagian bawah, endapan pati
memiliki bobot sebesar 34,5 gram. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada
menit ke-0 sudah diperoleh endapan pada larutan tersebut karena bobot
pati pada bagian bawah lebih besar daripada bobot pati bagian tengah dan
atas.
Pati kemudian diendapkan lagi selama 30 menit. Pada menit ke-60 ini
diambil pula sampel untuk diendapkan pada bagian atas, tengah, dan
bawah. Pada bagian atas, bobot pati yang telah diendapkan sebesar 0,155
gram. Pada bagian tengah, endapan pati memiliki bobot sebesar 0,613
gram. Pada bagian bawah, bobot endapan pati adalah sebesar 34,5 gram.
Hal ini menunjukkan bahwa pada menit ke-0 sudah diperoleh endapan
pada larutan tersebut karena bobot pati pada bagian bawah lebih besar
daripada bobot pati bagian tengah dan atas.
Apabila dilihat dari sampel yang diambil untuk diendapkan, warna
larutan pada menit ke-60 lebih jernih daripada menit ke-30 dan menit ke-0.
Namun apabila dilihat dari bobot endapan, tidak memperlihatkan bahwa
menit ke-60 lebih jernih daripada menit ke-30 dan menit ke-0. Hal tersebut
terjadi karena terjadi kesalahan metode dalam pengambilan sampel larutan
pati yang akan diendapkan, baik cara pengambilan maupun waktu yang
digunakan dalam pengambilan sampel larutan pati.
Menurut Qasim (2000), suspensi pati dibiarkan mengendap di dalam
wadah pengendap selama 12 jam untuk mencapai pengendapan yang
maksimal. Pati akan mengendap sebagai pasta dan setelah itu dapat
dikeringkan untuk selanjutnya digiling menjadi pati.
Menit ke-60bawah
Menit ke-60tengah
Menit ke-60atas
Menit ke-30atas
Menit ke-30tengah Menit ke-30
bawah
Menit ke-0tengah
Menit ke-0atas
Menit ke-0bawah