BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - UKSW

35
58 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Mengenai Danamon Simpan Pinjam 1. Bank Danamon Indonesia 1.1. Sejarah Bank Danamon Indonesia 1 Bank Danamon beroperasi pertama kali pada tanggal 16 Juli 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia atau PT. Indonesian Copra Banking Corporation Limited. Kemudian pada tahun 1960 berubah nama menjadi Bank Persatuan Nasional lalu berubah lagi menjadi PT. Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976. Kemudian pada 24 Oktober 1989 Bank Danamon melakukan go public, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 Desember 1989. Selanjutnya untuk menunjukkan diri sebagai bank yang sudah go public maka pada tanggal 28 November 1996 secara resmi berubah nama menjadi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Pada tahun 1997, sebagai akibat dari krisis finansial di Asia, Bank Danamon pun ikut menghadapi rush yaitu kejadian penarikan simpanan dana pihak ketiga dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat sehingga akhirnya oleh pemerintah ditaruh di bawah pengawasan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) sebagai bank yang diambil alih (BTO - Bank Take Over). Kemudian pada tanggal 27 Maret 2000 secara resmi terdapat delapan bank yaitu Bank Tiara Asia, Bank Duta, Bank Nusa Nasional, Bank Tamara, Bank Pos Nusantara, Bank Rama, Bank Risjad Salim Internasional dan Bank Jaya 1 www.danamon.co.id (diunduh pada 21 Agustus 2012)

Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - UKSW

58

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Mengenai Danamon Simpan Pinjam

1. Bank Danamon Indonesia

1.1. Sejarah Bank Danamon Indonesia1

Bank Danamon beroperasi pertama kali pada tanggal 16 Juli 1956 dengan

nama Bank Kopra Indonesia atau PT. Indonesian Copra Banking Corporation

Limited. Kemudian pada tahun 1960 berubah nama menjadi Bank Persatuan

Nasional lalu berubah lagi menjadi PT. Bank Danamon Indonesia pada tahun

1976. Kemudian pada 24 Oktober 1989 Bank Danamon melakukan go public, dan

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 Desember 1989.

Selanjutnya untuk menunjukkan diri sebagai bank yang sudah go public maka

pada tanggal 28 November 1996 secara resmi berubah nama menjadi PT. Bank

Danamon Indonesia, Tbk.

Pada tahun 1997, sebagai akibat dari krisis finansial di Asia, Bank

Danamon pun ikut menghadapi rush yaitu kejadian penarikan simpanan dana

pihak ketiga dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat sehingga akhirnya

oleh pemerintah ditaruh di bawah pengawasan BPPN (Badan Penyehatan

Perbankan Nasional) sebagai bank yang diambil alih (BTO - Bank Take Over).

Kemudian pada tanggal 27 Maret 2000 secara resmi terdapat delapan bank yaitu

Bank Tiara Asia, Bank Duta, Bank Nusa Nasional, Bank Tamara, Bank Pos

Nusantara, Bank Rama, Bank Risjad Salim Internasional dan Bank Jaya

1 www.danamon.co.id (diunduh pada 21 Agustus 2012)

59

Internasional yang secara hukum bergabung dengan Bank Danamon (legal

merger). Dalam penggabungan ini Bank Danamon bertindak sebagai surviving

bank (pihak yang menerima penggabungan), dengan kata lain Bank Danamon

menjadi bank utama dalam penggabungan tersebut.

1.2. Kepemilikan Saham Bank Danamon Indonesia2

Pada tahun 1999, pemerintah melalui BPPN melakukan rekapitalisasi3

Bank Danamon sebesar Rp 32 milyar dalam bentuk Surat Hutang Pemerintah

(Government Bonds). Kemudian pada tanggal 16 Juni 2003, Pemerintah

melepaskan 51% sahamnya pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. kepada

Konsorsium Asia Financial Indonesia (AFI) yang beranggotakan Temasek

Holding (Pte) Ltd. dan Deutche Bank.

Hingga tanggal 31 Desember 2011, 67,37% saham Bank Danamon

dimiliki oleh Asia Financial Indonesia Pte. Ltd. dan sebesar 32,63% oleh publik.

Kemudian pada tahun 2012 DBS Groups Holding, salah satu bank terbesar di

Asia, memastikan membeli saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk., dengan

cara DBS Grup Holdings mengambil alih 100% saham Fullerton Financial

Holding Pte. Ltd di Asia Financial Indonesia Pte. Ltd., pemilik 67,37% saham PT

Bank Danamon Indonesia Tbk. Sampai saat ini, rencana akuisisi ini masih

diproses oleh Bank Indonesia. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dikatakan

2 Dapat dilihat pada www.danamon.co.id ; www.bisnis.com ; www.republika.co.id; www.detik.com 3 Rekapitalisasi berkaitan dengan suatu perombakan struktur modal (seperti penambahan modal) dalam suatu organisasi. Dalam dunia perbankan, program rekapitalisasi dimaksudkan untuk menjaga atau mempertahankan keberadaan bank-bank yang memiliki prospek untuk hidup dan berkembang melalui restrukturisasi kepemilikan (penyuntikan modal).

60

bahwa hingga pada saat ini Bank Danamon Indonesia merupakan bank swasta

nasional di Indonesia.

1.3. Profil Bank Danamon Indonesia 4

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. merupakan salah satu bank swasta

nasional yang ada di negara Indonesia. Saat ini Danamon adalah bank ke-enam

terbesar di Indonesia berdasarkan aset, dengan jaringan cabang ke-dua terbesar,

yaitu lebih dari 3000 kantor cabang dan point of sales, termasuk unit Danamon

Simpan Pinjam dan unit Syariah, serta kantor-kantor cabang anak perusahaannya.

Bank Danamon memiliki visi yaitu “Kita peduli dan membantu jutaan orang

untuk mencapai kesejahteraan”, serta misi yaitu “Menjadi lembaga keuangan

terkemuka di Indonesia, mencakup semua segmen nasabah, dan perusahaan

pilihan terbaik untuk berkarya (employer of choice)”.

Salah satu bisnis yang dapat dikatakan tergolong baru yang dikembangkan

oleh Bank Danamon adalah bisnis yang ditujukan kepada konsumen menengah

bawah (mass market) yang merupakan pasar terbesar di negara ini. Mass Market

terdiri dari consumer (employed) yaitu mereka yang bekerja dengan

berpenghasilan kurang dari Rp. 5 juta per bulan, dan pengusaha kecil (self

employed) yaitu mereka yang menjalankan usaha sendiri.

Pada bulan Januari 2004, Bank Danamon membentuk divisi mass market

yang kemudian dilanjutkan dengan pendirian outlet yang melayani kebutuhan

keuangan pengusaha mikro dan kecil. Pada bulan Maret 2004, divisi mass market

membuat pilot project outlet pelayanaan pembiayaan self employed mass market

4 www.danamon.co.id (diunduh pada 17 Juli 2012)

61

Segment dengan brand name Danamon Simpan Pinjam, di dua Provinsi pada

awalnya, yaitu di Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI Jakarta. Lokasi outlet

adalah di pasar-pasar tradisional sesuai dengan target market yang ditetapkan.

2. Danamon Simpan Pinjam5

Danamon Simpan Pinjam merupakan salah satu bentuk layanan dari Bank

Danamon untuk pengusaha mikro, kecil dan menengah, baik dalam hal

pembiayaan (kredit) maupun simpanan (tabungan dan deposito). Dalam definisi

Bank Danamon, usaha mikro dan kecil adalah usaha yang memiliki tingkat

penjualan tahunan tidak lebih dari Rp. 2 miliar atau memiliki kebutuhan pinjaman

antara Rp. 1 juta hingga Rp. 500 juta. Danamon Simpan Pinjam terdiri dari 2 unit

layanan bisnis yaitu :

1. Unit Pasar Model

Pada unit Pasar Model ini fokus melayani nasabah pada komunitas

Pasar Inti dan Plasma, yang melayani individu dengan usaha sendiri yang

bersifat informal dengan kebutuhan pembiayaan maksimal Rp.

500.000.000,00. Produk pinjaman yang saat ini telah disalurkan ke

nasabah oleh DSP Pasar Model terdiri dari empat jenis, yaitu :

a) Dana Pinjam 50 (DP 50), yakni pinjaman dengan agunan untuk

keperluan modal usaha dan investasi dengan nominal pinjaman

antara Rp. 5.000.000,00 sampai dengan Rp. 50.000.000,00.

5 www.danamon.co.id (diunduh pada 17 Juli 2012

62

b) Dana Pinjam 200 (DP 200), yakni pinjaman dengan agunan untuk

keperluan modal usaha dan investasi dengan nominal pinjaman

antara Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 500.000.000,00.

c) Dana Siaga, yakni pinjaman tanpa agunan dengan plafon pinjaman

Rp. 1.000.000,00 sampai dengan Rp. 50.000.000,00 khusus untuk

debitur yang sebelumnya telah menerima pinjaman di DSP dengan

status lancar plafon pinjaman bisa sampai dengan Rp.

100.000.000,00. Produk pinjaman ini diperuntukkan bagi nasabah

yang memiliki pinjaman di bank atau lembaga keuangan lain

selama minimal 12 bulan dengan status pinjaman lancar

d) Dana Talangan, yakni pinjaman tanpa agunan dengan plafon

pinjaman Rp. 250.000,00 sampai dengan Rp. 10.000.000,00

diperuntukkan bagi nasabah yang telah memiliki tabungan di Bank

Danamon Indonesia selama minimal 3 bulan.

2. Unit Solusi Modal

Pada unit Solusi Modal ini fokus melayani individu yang memiliki

usaha sendiri, dengan target utama para pengecer atau retailer. Kebutuhan

pembiayaan yang diberikan maksimal Rp. 50.000.000,00. Produk

pinjaman yang saat ini telah disalurkan kepada nasabah oleh DSP Solusi

Modal hanya ada 1, yaitu Solusi Modal. Produk ini adalah pinjaman tanpa

agunan dengan plafon pinjaman maksimal Rp. 50.000.00,00. Dengan

63

jangka waktu angsuran yang diberikan yaitu minimal 6 bulan dan

maksimal 3 tahun, diperuntukkan bagi nasabah yang memiliki usaha.

B. Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga6

1. Profil Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, DSP merupakan salah satu divisi

yang ada pada Bank Danamon Indonesia. DSP Solusi Modal itu sendiri

merupakan salah satu unit pada DSP yang fokus dalam hal simpanan yang berupa

tabungan dan deposito, serta pembiayaan berupa kredit tanpa agunan yang

disalurkan hanya kepada nasabah yang memiliki usaha. DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga merupakan divisi self employee mass market yang berada di

bawah Bank Danamon Indonesia regional Jawa Tengah, yang didirikan pada

bulan Januari tahun 2008, bertempat di Jalan Jendral Sudirman ruko Shoping

Centre nomor 5 lantai 2.

6 Nanda Ferri K, Credit Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, (wawancara di Salatiga : April 2012 – Juli 2012)

64

Berikut ini adalah struktur organisasi pada Danamon Simpan Pinjam

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga:

Struktur organisasi tersebut merupakan susunan dan hubungan dari posisi

yang ada pada Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga.

Struktur tersebut dapat menunjukkan hirarki organisasi, pembagian wewenang

serta tanggung jawab. Adapun wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi

yang ada pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga adalah sebagai berikut:

• UM : Unit Manager

Terdapat satu Unit Manager pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga, yang bertugas memimpin dan bertanggung-jawab atas

operasional DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga serta sebagai

C. O C. O A. O A. O A. O A. O A. O A. O P. O P. O

F. C F. C

U. M

65

pengambil keputusan atas semua hal yang ada pada DSP unit Solusi

Modal, seperti aplikasi permohonan kredit, penanganan terhadap tagihan

serta kredit macet dan lain sebagainya. Unit Manager pada DSP Solusi

Modal unit Pasaraya Salatiga ini bertanggungjawab kepada Bank

Danamon Indonesia regional Jawa Tengah.

• CO : Credit Officer

Terdapat dua Credit Officer (yang kemudian dirubah menjadi Credit

Analyst Officer) pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, yang

bertugas melakukan survey dan menganalisis mengenai permohonan

kredit yang masuk dan juga mengenai kredit macet.

• AO : Account Officer

Terdapat enam Account Officer pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga, yang bertugas sebagai accounting melakukan hal-hal yang

berkaitan dengan pembukuan serta sebagai marketing dalam hal

pemasaran, yang salah satunya adalah mencari nasabah baru, baik nasabah

kredit maupun nasabah simpanan.

• PO : Payment Officer

Terdapat dua Payment Officer pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga, yang bertugas sebagai Teller PickUp, maksudnya adalah sebagai

teller seperti pada bank umum lainnya namun PO lah yang mengunjungi

nasabah debitur untuk menangani dalam hal tagihan angsuran, yang

bersifat sistem parsial (menitipkan sebagian angsuran di bawah nominal

yang semestinya), maupun yang melakukan bayar tunai.

66

• FC : Field Collection

Terdapat dua Field Collection pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga, yang bertugas sebagai collector pada DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga yang melakukan penagihan kepada nasabah kredit

mengenai tagihan angsuran yang telah digolongkan kedalam kredit macet.

Pihak DSP tidak menggunakan jasa penagihan hutang atau Debt Collector.

Field Collection sendiri dibagi kedalam dua bagian tugas, maksudnya

adalah bagian pertama bertugas untuk melakukan penagihan kepada

debitur yang memiliki keterlambatan 31 hari sampai dengan 120 hari.

Bagian kedua bertugas melakukan penagihan kepada debitur yang

memiliki keterlambatan lebih dari 120 hari.

2. Kredit pada Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga

Kredit yang disalurkan oleh Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga bernama Solusi Modal. Produk kredit ini merupakan pinjaman

yang diberikan kepada nasabah debitur yang memiliki usaha, tanpa diperlukan

adanya jaminan tambahan atau agunan. Ketentuan mengenai kredit pada DSP

Solusi Modal adalah sebagai berikut :

1) Prosedur pemberian kredit

Nasabah yang mengajukan kredit pada Danamon Simpan Pinjam

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga diwajibkan untuk memiliki sebuah usaha.

Menurut penulis, adanya syarat kepemilikan usaha tersebut menunjukkan

67

bahwa keberadaan usaha tersebut menjadi jaminan bagi pihak DSP.

Maksudnya adalah jaminan berupa keyakinan atas kemampuan calon nasabah

debitur, bahwa nantinya debitur mampu melunasi kewajibannya dengan

mengandalkan penghasilan dari usaha miliknya tersebut.

Pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga bersedia menyalurkan

kreditnya kepada tiap debitur yang memiliki sebuah usaha, apapun jenis

usahanya kecuali jenis peternakan. Hal ini dikarenakan pihak DSP

menganggap bahwa jenis usaha peternakan tersebut memiliki resiko yang

besar. Menurut penulis hal ini menunjukkan salah satu penerapan dari prinsip

kehati-hatian oleh pihak DSP, sesuai dengan Pasal 29 ayat (3) yang

menyebutkan“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib

menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah

yang mempercayakan dananya kepada bank”. Apabila pihak DSP

menyalurkan kredit kepada debitur yang memiliki usaha peternakan, dimana

usaha tersebut memiliki resiko yang besar, maka ditakutkan hal itu dapat

merugikan pihak DSP atau dapat juga membahayakan dana milik nasabah

yang disimpan di DSP.

Berikut ini adalah prosedur serta persyaratan yang harus ditempuh dan

dipenuhi dalam penyaluran kredit oleh DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga:

68

a. Persyaratan calon debitur

Pada saat pengajuan aplikasi permohonan kredit, calon debitur wajib

memberikan persyaratan yang standar seperti halnya pengajuan kredit

pada umumnya, seperti:

• Identitas diri: KTP suami dan/atau istri (bagi yang telah

berkeluarga), kartu keluarga;

• Surat keterangan usaha;

• Rekening listrik/telepon,air;

• Dan persyaratan tambahan lainnya jika dibutuhkan.

b. Persyaratan usaha calon debitur

Mengingat bahwa adanya suatu usaha yang dimiliki calon debitur adalah

menjadi hal yang diwajibkan dalam penyaluran kredit tanpa agunan oleh

DSP Solusi Modal unit Pasaraya, maka berikut ini adalah persyaratan

yang sangat diperhatikan oleh pihak DSP mengenai kriteria usaha milik

calon nasabah debitur :

• Usaha permanen, artinya lokasi usaha tersebut tidak berpindah-

pindah dan juga tidak bongkar pasang.

• Lama usaha minimal 2 tahun di tempat yang sama, artinya

usaha tersebut harus sudah beroperasi dengan baik selama 2 tahun

sebelum nasabah mengajukan permohonan kredit.

• Historikal dengan bank tidak ada masalah, artinya calon debitur

diharapkan tidak mempunyai catatan buruk pada pihak Bank

Danamon maupun pihak bank lainnya, sehubungan dengan adanya

69

kredit macet maupun permasalahan lainnya. Hal ini dapat diketahui

dengan dilakukannya BI-Checking.

• Usaha harus milik sendiri, artinya calon nasabah debitur tidak

melakukan join usaha dengan pihak lain, usaha juga tidak boleh

frenchise.

Dalam upaya menilai prospek usaha milik calon debitur ini, pihak DSP

sangat memperhatikan mengenai prinsip 6C’s Analysis yaitu mengenai

Capital, Capacity, Constraints. Adanya syarat usaha yang harus milik

calon debitur itu menunjukkan bahwa calon debitur memiliki modal

sendiri (Capital) sehingga pihak DSP mendapatkan kepercayaan bahwa

calon debitur tersebut memiliki kesungguhan dan tanggung jawab dalam

menjalankan usahanya karena ikut menanggung resiko terhadap gagalnya

usaha miliknya sendiri.

Kemudian adanya syarat usaha yang permanen di tempat yang sama,

menunjukkan bahwa usaha milik calon debitur itu berjalan lancar atau

tidak memiliki batasan atau hambatan (Constraints) untuk dilakukan di

tempat atau lokasi usahanya tersebut sebelum dan kedepannya setelah

mengajukan kredit, sehingga dapat meyakinkan DSP untuk memberikan

kredit padanya.

Lalu adanya syarat mengenai waktu yaitu usaha milik calon debitur sudah

berjalan minimal dua tahun, menunjukkan bahwa calon debitur tersebut

memiliki kemampuan (Capacity) dalam menjalankan usahanya selama dua

tahun sebelum ia mengajukan kredit kepada DSP, sehingga pihak DSP

70

memiliki keyakinan bahwa calon debitur tersebut mampu untuk

mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari

usahanya.

c. Survey dan analisis kredit

Setelah calon debitur mengajukan aplikasi permohonan kredit, selanjutnya

pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya akan melakukan survey dan analisa

terhadap calon debitur tersebut untuk menilai dan mengetahui mengenai

kelayakan dan keadaan calon debitur, baik dalam kehidupan pribadi

maupun dalam lingkungan usaha. Selain itu, pihak DSP Solusi Modal unit

Pasaraya juga melakukan BI checking terhadap calon nasabah debitur. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui sejarah peminjaman calon debitur

tersebut.

Upaya yang dilakukan oleh pihak DSP dalam melakukan survey dan

analisis kredit ini adalah untuk mengetahui Character atau keadaan watak

dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan

usaha. Manfaat dari diketahuinya Character adalah untuk mengetahui

sampai sejauh mana kemauan dan kemampuan calon debitur untuk

memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan kredit nantinya. Menurut

penulis hal ini menunjukkan bahwa pihak DSP menerapkan prinsip kehati-

hatian sebelum akhirnya memutuskan untuk menyalurkan kredit bagi

calon nasabah debiturnya.

71

2) Plafon Kredit dan Jangka waktu pinjaman

Ketentuan mengenai plafon kredit serta jangka waktu pinjaman yang

diberikan oleh pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya kepada nasabah

debiturnya adalah sebagai berikut :

a. Untuk plafon kredit yang diberikan sebesar Rp. 5.000.000,00 hingga

Rp. 10.000.000,00 maka jangka waktu pinjaman yang diberikan adalah

enam bulan sampai dengan satu tahun.

b. Untuk plafon kredit yang diberikan sebesar Rp. 10.000.000,00 hingga

Rp. 20.000.000,00 maka jangka waktu pinjaman yang diberikan adalah

enam bulan sampai dengan dua tahun.

c. Untuk plafon kredit yang diberikan sebesar Rp. 20.000.000,00 hingga

Rp. 50.000.000,00 maka jangka waktu pinjaman yang diberikan adalah

enam bulan sampai dengan tiga tahun.

3) Sanksi keterlambatan

Bagi nasabah debitur yang dengan sengaja maupun tidak sengaja

terlambat dalam membayar angsuran pinjaman, maka pihak DSP Solusi

Modal unit Pasaraya mengenakan sanksi berupa denda, dengan ketentuan

sebagai berikut:

Denda yang dikenakan bagi debitur yang terlambat dalam membayar

angsuran tersebut dihitung untuk tiap hari keterlambatannya. Ketentuan ini

merupakan salah satu bentuk dari akibat hukum bagi debitur sebagai hukuman

72

atau sanksi, dimana debitur diharuskan membayar penggantian kerugian

(berupa biaya, rugi, bunga) yang telah diderita oleh kreditur. Hal ini

berdasarkan pada Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

C. Prosedur Penyelesaian Kredit Macet pada Danamon Simpan Pinjam

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga7

1. Klasifikasi Kualitas Kredit DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

Di dalam Undang-Undang Perbankan tidak terdapat ketentuan yang

mengatur mengenai klasifikasi kualitas kredit, sedangkan Bank Indonesia telah

menetapkan mengenai penggolongan kualitas kredit yang terdapat dalam Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 30/267/KEP/DIR jo Surat Edaran

Bank Indonesia Nomor : 30/16/UPPB tanggal 27 Febuari 1998 yang telah

diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor :7/2/PBI/2005, Pasal 12

ayat (3) tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Namun ternyata pihak

DSP Solusi Modal memiliki ketentuan sendiri mengenai penggolongan kualitas

kredit. Menurut penulis, dalam hal ini pihak Danamon Simpan Pinjam Solusi

Modal unit Pasaraya Salatiga ataupun pihak Bank Danamon Indonesia

dimungkinkan untuk menetapkan penggolongan kredit macet yang berbeda

selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan yang telah ditetapkan oleh

Bank Indonesia. Adanya perbedaan kriteria kredit macet ini merupakan sebuah

upaya dari DSP untuk dapat memelihara dan meningkatkan kredit lancar di DSP

agar tidak menjadi kredit dalam status macet/loss menurut ketentuan Bank 7 Nanda Ferri K, Credit Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, (wawancara di Salatiga : April 2012 – Juli 2012)

73

Indonesia. Dengan ditetapkannya suatu kredit menjadi macet oleh DSP dimana

kredit tersebut belum dianggap macet/loss menurut kriteria Bank Indonesia, maka

akan lebih memudahkan bagi DSP untuk merubah atau meningkatkan kredit

tersebut menjadi lancar kembali, supaya kredit macet (menurut DSP) tersebut

tidak berkembang menjadi kredit macet/loss menurut Bank Indonesia.

Ketentuan mengenai penggolongan kualitas kredit yang terdapat pada

Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga dilihat dari usia

ketertinggalan atau hari keterlambatan pembayaran angsuran yang dihitung sejak

debitur jatuh tempo. Usia ketertinggalan ini biasanya dinyatakan dalam istilah

Day Past Due (DPD). Penggolongan kredit tersebut yaitu :

1. Kredit Lancar (DPD 1 – 30)

Pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga yang dapat dikategorikan

sebagai kredit lancar adalah kredit yang pembayaran angsurannya lancar,

atau yang memiliki keterlambatan hanya satu hingga tiga puluh hari yang

dihitung sejak jatuh temponya pembayaran angsuran.

2. Kredit Macet (DPD > 30)

Pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga yang dapat dikategorikan

sebagai kredit macet adalah kredit yang pembayaran angsurannya

memiliki keterlambatan melebihi tiga puluh hari, yang dihitung sejak jatuh

temponya pembayaran angsuran.

74

2. Ketentuan Penyelesaian Kredit Macet DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga

Apabila suatu kredit telah ditetapkan sebagai kredit macet, maka pihak

DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, dalam hal ini adalah Credit Officer

akan melakukan survey dan analisa ulang terhadap debitur macet tersebut. Hal ini

bertujuan agar pihak DSP mengetahui keadaan atau kondisi keuangan debitur

yang sebenarnya, yang kemungkinan keadaan atau kondisi debitur tersebut telah

berubah dari keadaan awal, sehingga selanjutnya dapat diketahui langkah apa

yang tepat dan dapat ditempuh untuk menyelesaikan kredit macet tersebut.

Langkah penyelesaian yang diterapkan pada tiap debitur macet tentunya akan

berbeda, disesuaikan dengan hasil survey dan analisa ulang yang telah dilakukan

sebelumnya.

Ketentuan yang ditempuh dalam menghadapi kredit macet yang telah

ditetapkan oleh DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga sebagaimana tercantum

dalam Memorandum Review Penyelesaian Kredit versi 4.00-

0000015/MPK/08788/0809 adalah sebagai berikut :

1) Penagihan

Pada langkah ini terbagi dalam tiga tahap penagihan yang juga disertai

dengan diberikannya Surat Peringatan kepada debitur macet, dengan

ketentuan sebagai berikut :

• Tahap 1

Penagihan tahap 1 diterapkan pada DPD 30 – 90 hari, yang disertai

dengan Surat Peringatan pertama

75

• Tahap 2

Penagihan tahap 2 diterapkan pada DPD 90 – 150 hari, yang

disertai dengan Surat Peringatan kedua

• Tahap 3

Penagihan tahap 3 diterapkan pada DPD lebih dari 90 hari, yang

disertai dengan Surat Peringatan ketiga.

Pada seluruh debitur macet akan didatangi oleh bagian field

collection dengan tujuan untuk menagih pembayaran angsuran. Yang

terjadi selama ini di DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, tidak perlu

menunggu sampai penagihan dan surat peringatan ketiga terlebih dahulu

untuk dapat mencari jalan keluarnya. Artinya adalah, apabila setelah

dilakukannya penagihan dan surat peringatan yang pertama maka debitur

sudah menunjukkan itikad baiknya maka tidak perlu menunggu penagihan

kedua dan ketiga untuk menentukan tindakan penyelesaian lebih lanjut.

2) Sistem Parsial

Dalam hal keuangan debitur yang ternyata tidak mampu

melakukan pembayaran angsuran dengan nominal yang telah ditentukan

tetapi debitur tersebut memiliki itikad baik untuk membayar angsuran,

maka dimungkinkan adanya pembayaran angsuran oleh debitur dengan

sistem parsial. Maksudnya adalah, teller pickup akan mengambil uang

seadanya dari debitur sebagai pembayaran angsuran kredit, namun

nominalnya dibawah nominal angsuran yang telah ditetapkan. Sistem

parsial ini juga dikenal dengan istilah “menyicil”, dalam artian debitur

76

menyicil pembayaran angsurannya. Apabila debitur telah membayar

angsuran dengan sistem parsial, maka pihak DSP belum akan melakukan

tindakan penyelesaian lebih lanjut. Walaupun debitur telah membayar

angsurannya dengan sistem parsial, namun debitur itu tetap dianggap

sebagai debitur macet karena jumlah angsuran yang dibayarnya (dengan

menyicil) masih kurang atau tidak sesuai dengan nominal yang

semestinya.

Menurut penulis, walaupun dalam aturan yang ditentukan oleh

Bank Indonesia tidak ada pengaturan mengenai pembayaran dengan sistem

parsial namun hal ini dimungkinkan untuk dilakukan oleh debitur.

Berdasarkan Pasal 1390 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

menyebutkan “tiada seorang berutang dapat memaksa orang yang

mengutangkan padanya menerima pembayaran utangnya sebagian demi

sebagian, meskipun utangnya itu dapat dibagi-bagi”, artinya adalah

debitur tidak dapat memaksakan kepada pihak DSP untuk membayar

angsurannya dengan sistem parsial seperti ini, namun dalam hal ini pihak

DSP lah yang menawarkan kepada debitur untuk membayar angsuran

dengan sistem parsial.

3) Negoisasi

Pada langkah ini pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

mengupayakan penyelesaian kredit macet melalui upaya non litigasi

terhadap debitur macet, dengan melakukan negoisasi berupa anjuran atau

tawaran untuk menemukan dan menentukan langkah penyelesaian yang

77

tepat. Hal ini bertujuan untuk menemukan titik temu antara kepentingan

pihak DSP dengan kepentingan debitur, disesuaikan dengan kemampuan

debitur tersebut. Langkah yang dianjurkan atau ditawarkan tersebut terdiri

dari 4 langkah, yaitu :

a. Novasi

Novasi adalah dibuatnya perjanjian kredit yang baru, dengan

adanya pengalihan atas nama bagi debitur yang meninggal atau

terkena musibah. Apabila terjadi kondisi dimana suatu kredit

menjadi tak terbayarkan yang diakibatkan debitur mengalami

musibah ataupun kematian, dengan kata lain debitur tersebut tidak

lagi dapat meneruskan isi perjanjian, maka ahli warisnya dapat

meneruskan perjanjian kredit yang telah ada sebelumnya dengan

cara dibuatnya perjanjian kredit yang baru, dengan adanya

pengalihan atas nama bagi debitur yang meninggal atau terkena

musibah tersebut. Ketentuan ini menurut penulis telah sesuai

dengan Pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

menyatakan bahwa ada tiga macam jalan untuk melaksanakan

pembaharuan utang, yang salah satunya adalah apabila seorang

berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama,

yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya

b. Memo Restruktur Kredit

Yang dimaksud dengan Memo Restruktur Kredit adalah adanya

suatu perubahan persyaratan kredit dengan menjadikannya suatu

78

perjanjian kredit yang baru, khusus terhadap nasabah debitur yang

macet. Perubahan persyaratan kredit tersebut meliputi konversi

seluruh tunggakan menjadi pokok kredit baru yang disertai dengan

perubahan mengenai jangka waktu kredit, jadwal pembayaran serta

perubahan pada bunga yang dikenakan.

c. Memo Intern Cut Lose

Yang dimaksud dengan Memo Intern Cut Lose adalah pelunasan

suatu kredit yang hanya bayar pokok saja. Artinya adalah debitur

hanya dibebankan untuk melakukan pelunasan terhadap sebagian

tunggakannya saja, yaitu tunggakan pokoknya. Jadi debitur

tersebut dibebaskan dari bunga kreditnya. Memo Intern Cut Lose

hanya diterapkan khusus terhadap nasabah debitur yang macet,

maksudnya adalah debitur lancar tidak diperkenakan meminta

untuk melunasi tunggakan pokoknya saja.

Apabila ada debitur yang melakukan pelunasan bayar pokok ini,

maka bagi Field Collection yang menanganinya akan diberi

sejumlah fee atau komisi yang besarnya ditentukan oleh pihak

DSP.

d. Memo Internal

Yang dimaksud dengan Memo Internal adalah diberikannya

potongan angsuran untuk bayar pokok saja bagi nasabah debitur

yang memiliki keterlambatan 31 – 90 hari. Kesempatan ini hanya

diberikan satu kali saja bagi debitur macet.

79

Ketiga langkah tersebut diatas yaitu memo restruktur kredit, memo intern

cut lose dan memo internal, merupakan ketentuan yang ditetapkan pihak

DSP dengan mengacu pada ketentuan yang telah diatur oleh Bank

Indonesia dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi

Kredit yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000. Dalam ketentuan tersebut disebutkan

bahwa restrukturisasi kredit adalah upaya yang dilakukan oleh bank dalam

usaha perkreditan agar penanggung hutang dapat memenuhi

kewajibannya. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan penurunan

suku bunga, pengurangan tunggakan bunga, pengurangan tunggakan

pokok, perpanjangan waktu, penambahan hutang, pengambilalihan aset

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan konversi kredit menjadi modal.

Sedangkan upaya yang dilakukan oleh pihak DSP dalam menerapkan

restrukturisasi kredit tersebut adalah dengan membuat ketentuan yaitu

memo restruktur kredit, memo intern cut lose dan memo internal.

4) Upaya Hukum

Pada langkah ini, dimungkinkan bagi pihak DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga untuk menempuh upaya hukum. DSP Solusi Modal

sebagai salah satu divisi pada Bank Danamon Indonesia yang notabene

ialah salah satu bank swasta di Indonesia, maka dapat mengajukan gugatan

perdata kepada debitur ke Pengadilan Negeri atas dasar wanprestasi.

Dalam hal ini segala barang milik debitur macet menjadi jaminan

80

pelunasan atas hutangnya kepada pihak DSP, jadi apabila debitur

wanprestasi maka pihak DSP berhak menuntut debitur untuk menjual harta

kekayaannya dan kemudian hasil penjualan harta debitur tersebut menjadi

sumber pelunasan bagi hutangnya kepada pihak DSP.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, diketahui bahwa sejak

didirikannya hingga sampai pada saat ini pihak DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga belum pernah melakukan penyelesaian kredit macet

melalui prosedur hukum karena adanya pertimbangan tertentu. Hal-hal

yang menjadi pertimbangan pihak DSP tersebut tidak dapat penulis

ketahui, namun pada umumnya pihak bank memilih untuk tidak

menempuh upaya hukum dikarenakan faktor biaya, waktu, serta adanya

citra baik yang perlu dijaga oleh pihak bank dimata masyarakat.

3. Data Debitur Macet

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Danamon Simpan

Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, maka dapat penulis ketahui data-data

mengenai debitur kredit yang termasuk dalam penggolongan kredit macet oleh

DSP. Berikut ini merupakan jumlah debitur macet di DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga yang telah terselesaikan pada tahun 2011 (tabel 1), serta jumlah

tindakan penyelesaian permasalahan kredit macet pada tahun 2011 (chart 1),

sebagai berikut:

81

Tabel 1

Jumlah debitur macet di DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga tahun 2011

NO KETERLAMBATAN DEBITUR KETERANGAN

1 31 – 60 hari 3 Memo Internal = 3

2 61 – 90 hari 5 Memo Intern Cut Lose = 3

Memo Internal = 1

Memo Restruktur Kredit = 1

3 91 – 120 hari 4 Memo Intern Cut Lose = 4

4 121 – 150 hari 3 Memo Intern Cut Lose = 3

5 151 – 180 hari 1 Memo Intern Cut Lose = 1

6 +180 hari 7 Memo Restruktur Kredit = 7

Sumber : diolah dari data sekunder (data yang diberikan oleh Nanda Ferri K, Credit

Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga).

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa selama tahun 2011, permasalahan kredit

yang telah diselesaikan oleh pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

adalah sejumlah 23 debitur dari jumlah total 99 debitur macet yang ada, yaitu

sebagai berikut:

a) Pada hari keterlambatan 31-60 hari terdapat 3 debitur yang diberi tindakan

memo internal.

82

b) Pada hari keterlambatan 61-90 hari terdapat tindakan memo intern cut lose

pada 3 debitur, memo internal pada 1 debitur, serta memo restruktur kredit

pada 1 debitur.

c) Pada hari keterlambatan 91-120 hari terdapat 4 debitur yang diberi

tindakan memo intern cut lose.

d) Pada hari keterlambatan 121-150 hari terdapat 3 debitur yang diberi

tindakan memo intern cut lose.

e) Pada hari keterlambatan 151-180 hari terdapat 1 debitur yang diberi

tindakan memo intern cut lose.

f) Pada hari keterlambatan lebih dari 180 hari terdapat 7 debitur yang diberi

tindakan memo restruktur kredit.

Pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, tindakan penyelesaian

seperti tersebut diatas diberikan kepada debitur bukan hanya berdasar pada hari

keterlambatan saja. Untuk tindakan memo internal memang hanya diberikan

kepada debitur dalam keterlambatan 31 hingga 90 hari, namun tetap ada

pertimbangan lainnya. Dalam semua tindakan yang akan diberikan oleh pihak

DSP tentunya juga akan memperhatikan itikad baik debitur, tunggakan atau sisa

pinjaman debitur, keadaan serta kondisi keuangan (kemampuan bayar) debitur,

serta pertimbangan-pertimbangan lain.

83

Sumber : diolah dari data sekunder (data yang diberikan oleh Nanda Ferri K, Credit

Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga).

Pada chart 1 dapat dilihat jumlah debitur pada masing-masing langkah

penyelesaian permasalahan kredit yang telah ditempuh oleh DSP Solusi Modal

unit Pasaraya Salatiga selama tahun 2011. Chart 1 menunjukkan bahwa

penyelesaian yang ditempuh oleh pihak DSP selama tahun 2011 adalah upaya

penyelesaian non litigasi, sedangkan penyelesaian melalui jalur litigasi tidak

ditempuh oleh DSP. Pada penyelesaian secara non litigasi ini, urutan yang

terbanyak pertama adalah penyelesaian dengan memo intern cut lose sejumlah 11

debitur; yang kedua yaitu penyelesaian dengan memo restruktur kredit sejumlah 8

debitur; yang ketiga yaitu penyelesaian dengan memo internal sejumlah 4 debitur.

Dimungkinkan oleh penulis bahwa dengan ditempuhnya penyelesaian secara non

84

litigasi ini, pihak DSP berusaha mengupayakan agar kredit yang macet dapat

menjadi lancar kembali tanpa harus ditempuhnya proses penyelesaian melalui

jalur litigasi dikarenakan pihak DSP ingin menjaga citra baiknya dimata

masyarakat dan juga dimata Bank Indonesia.

4. Contoh Langkah Penyelesaian Kredit Macet yang Telah Diterapkan pada

Debitur oleh DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga Selama Tahun

20118

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat mengetahui

berapa banyak debitur yang memiliki tunggakan kredit, serta seberapa banyak

debitur yang telah diberi tindakan penyelesaian oleh DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga selama tahun 2011. Dari sejumlah 99 debitur macet yang ada,

belum semua permasalahan kredit macet tersebut mampu diselesaikan oleh pihak

DSP. Berikut ini adalah beberapa contoh penyelesaian permasalahan kredit yang

telah diterapkan terhadap 23 debitur pada tahun 2011:

1) Memo Restruktur Kredit

Penulis mengambil contoh dalam permasalahan Ny. En yaitu

debitur yang memiliki usaha warung sembako dengan keterlambatan 61

hari, dimana omset usahanya tidak memadai karena ternyata keadaan

debitur tersebut tidak sama dengan data yang diambil pada saat survey

awal. Langkah yang ditempuh oleh pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga adalah dengan melakukan kunjungan untuk menentukan

8 Nanda Ferri K, Credit Analyst Officer Danamon Simpan Pinjam Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, (wawancara di Salatiga : April 2012 – Juli 2012)

85

kemampuan bayar Ny. En lalu melakukan analisa ulang terhadap

keuangan debitur tersebut. Jumlah pinjaman awal Ny. En adalah Rp.

10.000.000,00 dalam jangka waktu 24 bulan dengan angsuran sebesar Rp.

697.000,00 tiap bulannya. Ny. En tidak dapat membayar angsuran lagi

setelah berjalan lancar selama 12 bulan, maka Ny. En memiliki sisa pokok

pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,00. Melihat dari hasil analisa ulang

terhadap kemampuan bayar Ny. En, maka pihak DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga mengambil langkah penyelamatan dengan mengubah

persyaratan kredit, yaitu mengubah sisa pokok pinjaman sebesar Rp.

5.000.000,00 tersebut menjadi kredit baru (dalam perjanjian nomor

0000712/RK/08788/0811). Jadi pinjaman baru Ny. En sebesar Rp.

5.000.000,00 dalam jangka waktu 24 bulan dengan angsuran sebesar Rp.

300.000,00. Nominal angsuran yang baru tersebut disesuaikan dengan

kemampuan bayar Ny. En.

Dapat dilihat dari permasalahan tersebut, bahwa adanya

penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan

perpanjangan jangka waktu kredit yang dilakukan dengan cara

mengkonversi seluruh tunggakan/sisa pinjaman menjadi pokok kredit baru

apabila dikaitkan dengan ketentuan yang diberikan oleh Bank Indonesia,

maka dapat dikatakan bahwa pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga melakukan tindakan Restructuring yang dikombinasikan dengan

Rescheduling, namun dengan istilah lain yang telah ditetapkan oleh DSP

yaitu memo restruktur kredit.

86

Ketentuan ini menurut penulis telah sesuai dengan Pasal 1413

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa ada tiga

macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang, yang salah satunya

adalah apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru

guna orang yang mengutangkan kepadanya yang menggantikan utang

yang lama, yang dihapuskan karenanya. Jadi dalam hal ini debitur

membuat perjanjian kredit yang baru dengan pihak DSP dimana terjadi

perubahan persyaratan kredit pada perjanjian yang baru tersebut.

2) Memo Intern Cut Lose

Penulis mengambil contoh dalam permasalahan Tn. Jk yang

memiliki usaha bengkel sepeda motor dengan keterlambatan 91 hari

dimana usaha bengkelnya tersebut terpaksa tidak beroperasi lagi karena

Tn. Jk mengalami kecelakaan sehingga mengalami cacat tubuh permanen.

Langkah yang ditempuh oleh pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya

Salatiga adalah dengan melakukan kunjungan untuk menentukan

kemampuan bayar Tn. Jk lalu melakukan analisa ulang terhadap keuangan

debitur tersebut. Melihat dari keadaan Tn. Jk yang sudah tidak lagi

melakukan kegiatan usahanya tersebut, maka pihak DSP Solusi Modal unit

Pasaraya Salatiga menyarankan kepada Tn. Jk untuk melunasi sisa

pinjamannya dengan mendapat potongan. Sisa pinjaman yang dimiliki Tn.

Jk adalah Rp. 5.000.000,00 jadi yang harus dibayarkan oleh Tn. Jk adalah

sebesar 70% dari Rp. 5.000.000,00 yaitu Rp. 3.500.000,00. Potongan yang

diberikan kepada Tn. Jk sebesar 30% tersebut (nomor

87

0000707/CL/08788/0611) dianggap sebagai bunga yang dibebaskan atau

tidak perlu dibayar oleh Tn. Jk karena melakukan pelunasan sisa

pinjamannya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pihak DSP

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga melakukan tindakan Reconditioning

atau persyaratan kembali terhadap debitur dengan perubahan peryaratan

kredit yang diberikan yaitu berupa pembebasan terhadap seluruh hutang

bunga, namun dengan istilah lain yang telah ditetapkan oleh DSP yaitu

Memo Intern Cut Lose. Dalam hal ini debitur dinilai memang tidak

sanggup membayar bunga karena debitur hanya mencapai tingkat kembali

pokok.

3) Memo Internal

Penulis mengambil contoh dalam permasalahan Tn. Ed yaitu

debitur yang memiliki usaha fotocopy di daerah sekitar kampus

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan keterlambatan 72 hari

dimana omset usahanya sedang menurun karena kebanyakan mahasiswa

sedang dalam masa libur. Langkah yang ditempuh oleh pihak DSP Solusi

Modal unit Pasaraya Salatiga adalah dengan melakukan kunjungan untuk

menentukan kemampuan bayar Tn. Ed lalu melakukan analisa ulang.

Setelah dilihat bahwa keterlambatan Tn. Ed adalah 72 hari, serta

sehubungan dengan alasan Tn. Ed terlambat membayar angsurannya

tersebut, maka pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga mengambil

langkah penyelamatan dengan memberi kesempatan bagi Tn. Ed untuk

88

membayar angsuran pokoknya saja tanpa bunga. Besar angsuran yang

harus dibayar Tn. Ed tiap bulan adalah Rp. 825.000,00., jika hanya

membayar angsuran pokoknya maka Tn. Ed hanya perlu membayar

sebesar Rp. 775.000,00. (nomor 0000680/MI/08788/0211).

Disebutkan oleh pihak DSP bahwa bagi debitur yang memiliki

keterlambatan 31 hari sampai dengan 90 hari, apabila menunjukkan itikad

baik maka debitur tersebut akan diberikan kesempatan satu kali untuk

membayar angsuran pokoknya saja, yang berarti tidak perlu membayar

bunganya.

Berdasarkan contoh tersebut dapat diketahui bahwa pihak bank

memberikan salah satu keringanan yang termasuk dalam tahap

reconditioning (seperti yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia), yaitu

dengan dilakukannya pembebasan bunga yang sifatnya hanya untuk

sementara. Dikatakan sementara karena, kesempatan pembebasan bunga

tersebut hanya diberikan satu kali kepada debitur macet. Mengenai

ketentuan ini pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga disebut

dengan istilah memo internal.

Menurut penulis, ketentuan yang mengatur mengenai bunga yang

terdapat pada memo intern cut lose dan memo internal adalah sah untuk

dilakukan, karena telah ditentukan oleh Bank Indonesia dan juga

berdasarkan pada ketentuan Pasal 1397 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata yang menyatakan “seorang yang mempunyai suatu utang untuk

mana harus dibayarnya bunga, tak dapat, tanpa izin si berpiutang,

89

menggunakan pembayaran yang ia lakukan untuk pelunasan uang pokok

lebih dahulu dengan menunda pembayaran bunga”, dalam hal ini pihak

DSP lah yang berinisiatif menawarkan atau membuat kebijakan mengenai

bunga tersebut, bukan debitur.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, dapat diketahui bahwa

didalam menghadapi kondisi dan berbagai permasalahan kredit seperti contoh

tersebut diatas pihak DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga lebih

mengutamakan untuk menggunakan upaya non litigasi (melalui negosiasi

langsung dengan debitur) dibandingkan menempuh upaya litigasi. Penyelesaian

yang diterapkan akan berbeda pada tiap debiturnya tergantung dari hasil negosiasi

yang disetujui dan mampu untuk dilaksanakan bagi pihak debitur maupun

kreditur. Langkah-langkah yang dimungkinkan untuk ditempuh dalam

menghadapi permasalahan kredit pada DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga

dapat diketahui sebagai berikut:

1. Pembayaran angsuran dengan sistem parsial (menyicil)

2. Dibuatnya perjanjian kredit baru dengan mengubah persyaratan kredit,

meliputi perubahan jangka waktu dan bunga kredit, serta jadwal

pembayaran.

3. Pembebasan bunga kredit, untuk keseluruhan tunggakan bunga maupun

pembebasan bunga untuk satu kali angsuran

4. Dibuatnya perjanjian kredit baru dengan adanya pengalihan atas nama

bagi debitur yang meninggal atau terkena musibah

90

5. Ditempuhnya upaya hukum dengan mengajukan gugatan perdata kepada

debitur.

Tidak ditempuhnya penyelesaian permasalahan kredit melalui jalur hukum

menurut penulis dapat dilihat dari beberapa alasan, yaitu yang pertama adalah

apabila melihat dari besarnya plafon kredit yang disalurkan oleh DSP Solusi

Modal unit Pasaraya Salatiga serta biaya yang dibutuhkan apabila pihak DSP akan

menempuh upaya hukum. Apabila kedua hal tersebut dibandingkan, maka

kemungkinan pihak DSP akan memperoleh keuntungan yang tidak banyak. Dapat

penulis katakan seperti itu karena, jumlah dana kredit yang diharapkan dapat

diterima kembali dari debitur kepada DSP, akan berkurang nilainya mengingat

pihak DSP pun harus mengeluarkan biaya untuk menempuh upaya hukum. Alasan

yang kedua menurut penulis adalah waktu dan proses. Apabila DSP menempuh

upaya hukum, kemungkinan akan membutuhkan waktu yang cukup lama serta

proses yang cukup rumit. Sebenarnya jika menempuh penyelesaian non litigasi

pun mungkin juga akan membutuhkan waktu yang cukup lama, namun menurut

penulis proses dalam penyelesaian non litigasi tidak lebih rumit dari proses dalam

upaya hukum. Mengenai waktu dan proses dalam penyelesaian non litigasi

tentunya akan tergantung dari itikad baik tiap debitur serta bagaimana pendekatan

yang dilakukan oleh pihak DSP kepada debitur macetnya.

Dalam penyelesaian permasalahan kredit melalui upaya non litigasi pada

DSP Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, langkah yang paling sering ditempuh

adalah memo intern cut lose dan memo restruktur kredit. Menurut penulis dengan

dilakukannya kedua langkah tersebut akan menguntungkan bagi kedua belah

91

pihak. Dalam memo intern cut lose, pihak debitur akan diuntungkan dengan tidak

perlu membayar tunggakan bunga kreditnya, sedangkan bagi pihak DSP walaupun

tidak mendapat pelunasan bunga dari debitur namun DSP akan mendapat

pengembalian dana kreditnya. Dalam langkah penyelesaian ini penulis melihat

bahwa pihak DSP lebih mementingkan adanya pemasukan/pengembalian dana

yang telah disalurkannya dalam bentuk kredit dengan adanya pelunasan.

Mengenai bunga, pihak DSP tentunya telah mendapat pemasukan bunga kredit

dari pembayaran angsuran (pokok dan bunga) yang telah dilakukan oleh debitur

sebelumnya.

Selanjutnya menurut penulis dengan ditempuhnya memo restruktur kredit pihak

DSP lah yang akan lebih diuntungkan. Dengan dibuatnya perjanjian baru yang

disertai perubahan jangka waktu kredit dan bunga yang dikenakan bagi debitur

maka akan memberi pemasukan yang lebih besar bagi kreditur jika dilihat untuk

total keseluruhan jumlah yang harus dibayarkan debitur. Dapat penulis katakan

seperti itu karena, sebenarnya dengan adanya perubahan persyaratan ini justru

akan lebih memperbanyak jumlah dana yang harus dikembalikan oleh debitur

kepada pihak DSP. Namun dalam memo restruktur kredit ini, pihak debitur juga

diuntungkan dengan adanya perubahan jangka waktu tersebut karena akan lebih

meringankan dalam membayar angsuran kreditnya.

Dengan ditempuhnya penyelesaian kredit macet secara non litigasi,

diharapkan pihak DSP dapat sejalan dengan visi dari Bank Danamon Indonesia

yaitu “Kita peduli dan membantu jutaan orang untuk mencapai kesejahteraan”.

Penyelesaian secara non litigasi dilakukan agar dalam menangani kredit macet

92

diharapkan pihak DSP juga dapat berpartisipasi dalam memberikan solusi atau

jalan keluar bagi kelangsungan usaha milik debitur, selain untuk mendapatkan

kembali dana yang disalurkan dalam bentuk kredit tersebut. Tujuan dari

pemberian solusi atau jalan keluar bagi pihak debitur macet adalah agar debitur

dapat segera melunasi sebagian atau seluruh pinjamannya kepada pihak DSP

Solusi Modal unit Pasaraya Salatiga, sehingga permasalahan ini tidak berlanjut

sampai ke jalur hukum / proses pengadilan. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari kerugian lebih lanjut bagi kedua belah pihak, baik dari segi waktu

ataupun materi.