III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan...
Transcript of III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan...
III
BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan Penelitian
3.1.1 Ternak Percobaan
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci peranakan New
Zealand White jantan lokal yang sudah lepas sapih berumur 45-60 hari yang berasal
dari daerah Rancaekek, Sumedang, Jawa Barat. Jumlah kelinci yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor dengan bobot rata-rata 837,6 gram. Sebelum
dimasukkan ke kandang yang sudah diberi nomor serta tag, kelinci ditimbang untuk
mendapatkan bobot awalnya dimana koefisien variasi awal kelinci adalah 1.2 %
3.1.2 Kandang Penelitian
Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan kelinci menggunakan sistem
baterai sebanyak 20 buah. Ukuran masing-masing kandang p x l x t yaitu 60 cm x
60 cm x 70 cm yang dibuat dengan besi beralaskan bambu. Setiap unit kandang
diberi nomor perlakuan dan nomor ulangan, dan masing-masing kandang
dilengkapi tempat makan dan minum.
3.1.3 Ransum
Ransum penelitian dibuat dalam bentuk pellet yang merupakan campuran
antara beberapa bahan pakan yang ditambahan dengan tanin dari ekstrak kastanya
(Castanea Sativa) dengan 4 tingkatan yang berbeda. Tanin yang akan digunakan
dalam penelitian ini merupakan produk siap pakai merk Farmatan dari PT.Eurovet
Indonesia.
Gambar 1. Label Farmatan Tanin.
Kandungan nutrien dan energi metabolis bahan pakan penyusun ransum pada
kelinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penyusun Ransum Kelinci
Bahan
Pakan
Kandungan
BK PK SK LK Abu Ca P DE*
…………………% ……………… (kkal/kg)
*Pollard 89,6 14,26 10,13 3,92 5,57** 0,07** 0,83** 3726
*Bungkil
Kelapa
91,15 21,79 13,06 12,21 6,15** 0,1** 0,54** 4003
*Bungkil
Kedelai
88,86 52,9 6,22 10,64 2,6** 0,78** 0,42** 3956
*Dedak
Padi
Halus
90,48
11,04 12,92 10,56 10,75** 0,1** 1,41** 3553
*Onggok 95,39 1,93 18,59 0,55 14,5** 0,25** 0,17** 3116
Molases 4,0 0,38 0,08 11,00 1,50 0,02 2652,00
Dikalsium
phospat 0.00 0.00 0.00 0.00 22.00 19.00 4253.00
Sumber : *Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak,
Fakultas Perternakan, Universitas Padjadjaran (2018). ** BPHPT (2013)
Adapun untuk menyesuaikan kandungan nutrisi dalam ransum basal, maka
dibandingkan kandungan nutrisi ransum basal dengan kebutuhan nutrisi kelinci
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Kadungan Nutrien Ransum Percobaan dan Kebutuhan Kelinci
Nilai Bahan Pakan Ransum Basal* Kebutuhan/Hari**
Protein Kasar (%) 15,92 16,00
Lemak Kasar (%) 11,22 10-12
Serat Kasar (%) 6,20 2
Kalsium (%) 6,39 8,75
Abu (%) 0,52 0,40
Phospor (%) 0,26 0,22
Digestible Energi 2528,38 2500,00
Sumber : *Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak,
Fakultas Perternakan, Universitas Padjadjaran (2018) **Ensminger (1991)
Susunan ransum yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 4 jenis
ransum yang diperoleh dengan melakukan perhitungan berdasarkan kebutuhan
kelinci pada masa pertumbuhan (Tabel 2).
Tabel 3. Susunan Ransum Penelitian
Bahan Pakan R0 R1 R2 R3
………………………… % ………………………
Onggok 27,73 27,73 27,73 27,73
Bungkil Kelapa 24,32 24,32 24,32 24,32
Bungkil Kedelai 8,11 8,11 8,11 8,11
Dedak Padi Halus 10,31 10,31 10,31 10,31
Pollard 27,03 27,03 27,03 27,03
Molases 2.00 2.00 2.00 2.00
Dikalsium Phospat 0.50 0.50 0.50 0.50
Tannin 0 0,25 0,50 0,75
Sumber : hasil berdasarkan perhitungan tabel 2 dan 3
Ransum yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
R0 = Ransum tanpa penambahan tanin
R1 = Ransum dengan penambahan tanin 0,25 %
R2 = Ransum dengan penambahan tanin 0,50 %
R3 = Ransum dengan penambahan tanin 0,75 %
3.2. Alat Penelitian
Adapun beberapa jenis peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya :
1. Timbangan digital kapasitas 5 kg untuk menimbang bagian karkas dan
komponen karkas kelinci peranakan New Zealand White jantan.
2. Peralatan kebersihan meliputi sapu, gayung, ember, sikat, dan selang.
3. Pisau untuk menyembelih dan memotong bagian karkas dan komponen
karkas.
4. Karung pakan sebagai tempat menyimpan pakan kelinci selama 6 minggu.
5. Label untuk memberi identitas ternak di pintu kandang.
6. Tempat pakan yang berupa mangkuk untuk tempat pakan kelinci.
7. Tempat minum untuk minum kelinci yang berupa botol dengan nipple.
8. Lampu untuk menerangi kandang.
9. Tali rapia untuk menggantung kelinci yang telah dipotong.
10. Baki untuk menempatkan karkas kelinci.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Tahap persiapan.
1) Persiapan kandang.
Sebelum kelinci dating, kandang dibersihkan dan diberi nomor kandang
serta label perlakuan dan pengulangan yang ditempet dipintu kandang. Kemudian
mengganti alas kandang berupa bamboo yang sudah tidak layak dengan yang baru.
Menempatkan tempat pakan dan minum di setiap kandang.
2) Persiapan Pakan
a) Penyusunan Formula Ransum Penelitian
Penyusunan formula ransum dilakukan dengan menggunakan Microsoft
Excel, berdasarkan kebutuhan gizi kelinci peranakan New Zealand White.
Formulasi ransum dibuat menjadi 4 perlakuan dengan tingkat penambahan tanin
dari ekstrak kastanya (Castanea Sativa) yang berbeda.
b) Pembuatan Ransum
Formulasi ransum yang telah disusun, selanjutnya dibuat menjadi ransum di
Mini Feedmil Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran sesuai masing-masing
perlakuan. Bahan pakan ditimbang sesuai dengan formulasi kemudian dimasukkan
kedalam mixer agar tercampur. Penambahan tanin dilakukan dengan mencampur
tanin kedalam molasses terlebih dahulu. Setelah tercampur rata molasses yang
sudah ditambahkan tanin dituang sedikit demi sedikit kedalam mixer yang berisi
bahan pakan. Bahan pakan yang sudah tercampur rata kemudian masuk pada proses
pelleting, yaitu membuat ransum dalam bentuk pellet.
3.2.2 Tahap Perlakuan
1. Tahap pemeliharaan
a) Kelinci yang telah dibeli dan ditimbang untuk mengambil data dari bobot
awal. Kemudian kelinci yang telah ditimbang dimasukan kedalam kandang
yang telah diberi label dan diberi air minum yang telah diberikan vitamin.
b) Ternak percobaan sebanyak 20 ekor dibagi ke dalam 20 kandang, masing-
masing terdiri dari satu ekor kelinci.
c) Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, pada pagi hari pukul
07.00 - 08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 - 17.00 WIB.
d) Ransum diberikan secara adlibitum dengan perkiraaan kebutuhan ransum
ternak sesuai dengan umur kelinci. Ransum yang diberikan sebanyak 150
gram/ekor/hari.
e) Air minum diberikan secara adlibitum.
f) Tempat minum dicuci setiap hari, setelah itu tempat minum diisi air bersih
kembali dan diberikan pada kelinci.
2. Tahap pemotongan
a) Kelinci dipuasakan terlebih dahulu selama 8 jam agar saluran pencernaan
bersih ketika disembelih dan pengeluaran darah lancar.
b) Menimbang bobot kelinci yang sudah dipuasakan sebagai bobot potong.
c) Kemudian kelinci disembelih.
d) Penyembelihan kelinci menggunakan metode Kosher Killing dengan
menghadap kiblat .
e) Kemudian kelinci digantung dengan posisi kepala berada dibawah atau
letakan pada posisi terbalik untuk mengeluarkan darah di dalamnya.
f) Melakukan pengulitan kelinci yang dimulai dari kedua ujung kaki belakang.
Serta memotong setiap cakar dan kepala kelinci.
g) Melakukan tahap pemisahan dan penimbangan karkas dan komponen
karkas (daging, tulang dan lemak).
3.2.3. Tahap Pengumpulan Data
Data bobot potong, berat karkas dan komponen karkas diambil setelah akhir
dari masa pemeliharaan. Semua kelinci yang telar diberi nomor ditimbang sebelum
dipotong untuk mendapatkan data bobot potong, kemudian kelinci disembelih,
dikuliti serta dikeluarkan jeroannya untuk mendapatkan data berat karkas.
Pemisahan daging, tulang dan lemak dari karkas utuh kelinci untuk mendapatkan
data komponen karkas.
3.2.4 Peubah yang Diamati
1. Persentase Karkas (%)
Persentase karkas dihitung dengan cara membagi bobot karkas dengan
bobot potong kelinci kemudian dikalikan 100 persen (Berg and Butterfield, 1976)
Bobot potong kelinci diketahui dengan menimbang kelinci sesaat sebelum
dipotong.
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 = (𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔) 𝑥 100%
2. Persentase Komponen Karkas (%)
a. Daging
Persentase daging dihitung dengan cara membagi bobot daging dengan
bobot karkas kemudian dikalikan 100% (Berg dan Butterfield, 1976) .
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐷𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔 = (𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠) 𝑥 100%
b. Tulang
Persentase tulang dihitung dengan cara membagi bobot tulang dengan
bobot karkas kemudian dikalikan 100% (Berg dan Butterfield,1976)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 = (𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠) 𝑥 100%
c. Lemak
Persentase lemak karkas dihitung dengan cara membagi bobot lemak
karkas dengan bobot karkas kemudian dikalikan 100% (Berg dan
Butterfield, 1976)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = (𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠) 𝑥 100%
3.3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunaka rancangan
acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan yang masing-masing diulang
sebanyak 5 kali, sehingga didapatkan 20 unit percobaan. Model matematika dari
rancangan percobaan ini berdasarkan Gasperz (1994) sebagai berikut :
𝑌𝑖𝑗 = µ+ α𝑖 + ε𝑖𝑗
Keterangan:
𝑌𝑖𝑗 : Respon hasil pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ : Nilai rata-rata umum
α𝑖 : Pengaruh perlakuan ke-i
ε𝑖𝑗 : Galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
i : Perlakuan ke-i (1,2,3,4)
j : Ulangan ke-j (1,2,3,4,5)
Asumsi :
1. Nilaiε𝑖𝑗 menyebar normal dan bebas satu sama lain.
2. Nilai harapan ∑( ε𝑖𝑗) = 0.
3. Σ(ε𝑖𝑗)2- 𝜎2 atau ε𝑖𝑗 - 𝜎2 merupakan ragam dari pengaruh pengacakan
adalah 𝜎2, jadi ε𝑖𝑗 ~ NID (0,𝜎2) adalah nilai tengah sama dengan nol dan ragam
hamparan 𝜎2.
Hipotesis yang diuji :
𝐻0 : Pengaruh perlakuan R2 ˂ (R0, R1, R3)
𝐻1 : Pengaruh perlakuan R2 > (R0, R1, R3)
Tabel 4. Analisis Sidik Ragam
Sumber
Keragaman Db JK KT Fhitung Ftabel
Perlakuan (t-1)=3 JKP JKP/db
KTP
KTG
Galat t(r-1)=16 JKG JKG/db
Total (tr-1)=19 JKT
Kaidah keputusan:
1. Jika Fhitung ≤ F0,05 artinya perlakuan berpengaruh tidak nyata (non significant),
terima H0 .
2. Jika Fhitung > F0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata (significant), tolak H0.
Apabila hasil yang diperoleh signifikan, maka dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh pada karkas dan komponen
karkas kelinci peranakan New Zealand White Jantan. Perhitungan dilakukan
menggunakan uji Jarak Berganda Duncan
LSR = SSR x Sx Sx = √KT Galat
r= √
S2
r
Keterangan :
Sx : Standard error
KT galat : Kuadrat Tengah Galat
SSR : Studentized Significant Range
LSR : Least Significant Range
r : Ulangan
Kaidah Keputusan, selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR
Bila d ≥ LSRx, berbeda nyata atau sangat nyata
d < LSRx, tidak berbeda nyata
Uji Polinomial Orthogonal digunakan untuk menentukan persamaan
hubungan antara perlakuan dengan respon. Berdasarkan persamaan hubungan
antara perlakan dengan respon tersebut dapat ditentukan nilai optimum respon.
Berikut model matematika yang digunakan:
Y = α+ β1X + β2X2 + … + βnX
n + ε
Keterangan :
α = intersepsi
βi = (i = 1,2,3,...n)koefisien regresi parsial yang berasosiasi dengan derajat
polonomial ke-i hingga ke-n;
Y = respon
X = perlakuan.
Gomez dan Gomez (1995) telah menguraikan perhitungan untuk
mendapatkan koefisien Polinomial Orthogonal untuk derajat polinomial pertama
(linier) dan derajat polinomial kedua (kubik) sebagai berikut:
L = a+ Xi
Qi b cXi + Xi2
Tabel 5. Analisis Ragam Dengan Pembandingan Polynomial Orthogonal
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas (db)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat
Tengah (KT)
Statistik Uji F
Perlakuan
Linier
Kubik
t – 1
1
1
JKP
JKP1
JKP2
KTP
KTP1
KTP2
F
F1
F2
Galat
Percobaan
Sisa JKG KTG
Total n-1 JKT
Kaidah Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil pembandingan nilai statistik
uji F yang telah dihitung dengan nilai kritis. Penentuan derajat polinomial
didasarkan pada kontras-kontras ortogonal yang nyata, sehingga akan didapatkan
hubungan fungsi respon antar perlakuan sesuai dengan derajat polinomial yang
signifikan (Widhiarih, 2001). Pengambilan keputusan diambil berdasarkan uji F
significancy tertinggi, selanjutnya di cari grafik dan persamaan.
3.3.4 Tata Letak Percobaan
Penentuan kandang untuk masing masing ternak dilakukan secara acak
dengan cara pengundian. Pengacakan, yaitu setiap unit percobaan diberi
kesempatan yang sama untuk memperoleh perlakuan tertentu. Setelah 4 perlakuan
dan kelinci yang tadi diacak, akan dilakukan perhitungan koefisien variasi di setiap
perlakuan agar seragam bobotnya (Gasperz, 1994). Pengacakan berdasarkan
perlakuan dilakukan seperti pada Ilustrasi 1
1
R2
2
R0
3
R3
4
R2
5
R1
6
R3
7
R0
8
R3
9
R0
10
R2
11
R3
12
R2
13
R0
14
R1
15
R1
16
R3
17
R0
18
R1
19
R2
20
R1
Ilustrasi 1. Tata Letak Pengacakan Perlakuan Ternak
Keterangan :
1 – 20 = Nomor kandang
R0 = Ransum tanpa penambahan tanin
R1 = Ransum dengan penambahan 0,25 % tanin
R2 = Ransum dengan penambahan 0,50 % tanin
R3 = Ransum dengan penambahan 0,75 % tanin