III. BAB III PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA GEMPA DAN ... · Berorientasi pada masyarakat dan...
Transcript of III. BAB III PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA GEMPA DAN ... · Berorientasi pada masyarakat dan...
III. BAB III PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI NAD
III.1. Kerusakan Yang Ditimbulkan Oleh Gempa Bumi & Tsunami
Pada tanggal 26 Desember 2004, suatu gempa yang paling dahsyat selama 40
tahun terakhir menghantam lautan Hindia, 150 km dari perairan propinsi NAD.
Gempa tersebut memicu terjadinya tsunami dimana dua belas negara terkena
imbasnya. Di Nanggroe Aceh Darussalam, diperkirakan 200 ribu orang
meninggal, 2300 km jalan tidak dapat dilalui lagi, 9 pelabuhan rusak berat, 8
lapangan udara, 120 buah jembatan utama dan 1500 jembatan kecil turut rusak.
Hal tersebut diperparah lagi oleh tingginya pencemaran air tanah, buruknya
sanitasi, hancurnya irigasi dan suplai tenaga listrik yang minim. Diperkirakan
akan dibutuhkan pembangunan rumah antara 80.000 sampai 110.000 buah rumah
untuk 500.000 jiwa yang kehilangan tempat tinggal. Pembangunan kembali
fasilitas infrastruktur membutuhkan biaya sekitar 30 trilyun rupiah (Progress
report BRR, Desember 2006).
III.2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Di NAD
Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, selanjutnya
pemerintah, menyusun tiga langkah recovery, yang meliputi tahap tanggap
darurat, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap tanggap darurat diarahkan
untuk penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan, tahap rehabilitasi diarahkan
untuk memperbaiki pelayanan publik pada tingkat memadai dan tahap
rekonstruksi diarahkan untuk membangun kembali masyarakat dan kawasan.
Ketiga tahapan tersebut di laksanakan pada rentang waktu mulai Januari 2005
sampai dengan Desember 2009. Gambar berikut menunjukkan tahapan recovery
masyarakat dan wilayah NAD:
42
Gambar III-1 Tahapan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di NAD Sumber: Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2005
Dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan masyarakat di NAD,
ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Berorientasi pada masyarakat dan partisipatif;
2. Pembangunan berkelanjutan, yang mengutamakan keseimbangan aspek
kelayakan ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially
acceptable) dan ramah lingkungan (environmentally sound);
3. Holistik, pembangunan kembali NAD harus mempertimbangkan seluruh
aspek kehidupan dan berdasarkan pada strategi yang komprehensif;
4. Terpadu, koordinasi dan strategi yang efektif untuk menjamin konsistensi dan
keefektifan antara program sektoral dan regional di tingkat nasional maupun
daerah;
5. Efisien, transparan dan akuntabel;
6. Adanya monitoring dan evaluasi yang efektif.
III.3. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kembali Infrastruktur
Kebijakan dan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas infrastruktur di NAD
disusun dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
43
1. Memprioritaskan penyediaan prasarana dan sarana untuk memenuhi
kebutuhan dasar serta prasara untuk memperlancar logistik.
a. Menetapkan prioritas utama pada pembangunan kembali perumahan, air
minum, sanitasi dan drainase.
b. Memprioritaskan pelaksanaan rehabilitasi prasarana akses masuk antara
lain pelabuhan laut dan bandar udara strategis beserta jaringan jalan
pendukungnya.
2. Membangun kembali sistem trasportasi dan komunikasi yang memadai untuk
mendukung kelancaran hubungan antar wilayah di dalam propinsi dan antar
propinsi serta luar negeri.
a. Membuka jalan akses dan jalur jalan utama (nasional), dilanjutkan
dengan pembukaan jalur transportasi yang terintegrasi untuk
memperlancar distribusi logistik yang efisien dan pengembangan
wilayah.
b. Merehabilitasi fasilitas telekomunikasi yang ada dan merekonstruksi
fasilitas komunikasi baru melalui teknologi nir-kabel untuk mendapatkan
kemudahan akses telekomunikasi baik lokal, SLJJ, maupun, SLI.
3. Merehabilitasi fasilitas distribusi energi dan kelistrikan sebagai upaya
mendukung kembalinya aktivitas sosial dan perekonomian.
a. Memprioritaskan rehabilitasi jaringan distribusi kelistrikan.
b. Mengarahkan upaya rekonstruksi untuk mendukung diversifikasi sumber
energi listrik.
4. Mendukung upaya menjaga ketersediaan pangan.
a. Memprioritaskan rehabilitasi jaringan irigasi pada wilayah dimana petani
penggarapnya telah siap dan diutamakan pada wilayah-wilayah pusat
kegiatan ekonomi dan pemukiman.
b. Membantu upaya perbaikan jaringan tambak rakyat, khususnya pada
jaringan primer dan sekunder
5. Memulihkan rasa aman bagi penduduk terkena bencana melalui peningkatan
penyiapan fasilitas infrastruktur untuk mendukung upaya penyelamatan
terhadap bencana.
44
a. Mengatasi masalah genangan melalui rehabilitasi dan pembangunan
saluran drainase utama atau perbaikan alur alam.
b. Merehabilitasi dan merekonstruksi drainase kawasan perkotaan untuk
mengurangi potensi dampak negatif kerusakan lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
c. Membangun sistem peringatan dini dan fasilitas penyelamatan (escape
facilities) pada daerah-daerah rawan bencana tsunami.
d. Mengendalikan banjir daerah pemukiman dan perkotaan melalui
kegiatan normalisasi sungai, perbaikan/pembangunan tanggul, dan
perbaikan fasilitas pengendali banjir.
6. Menerapkan secara konsisten prinsip-prinsip investasi yang didasarkan pada
kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, osial, budaya dan agama.
a. Melakukan studi kelayakan ekonomi, teknis, lingkungan, sosial, budaya
dan agama untuk setiap kegiatan peningkatan dan pembangunan fasilitas
baru sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk melakukan investasi.
b. Memprioritaskan optimalisasi prasarana dan sarana yang telah dibangun,
sebelum menetapkan pembangunan fasilitas baru.
c. Menerapkan keterpaduan intermoda prasarana dan sarana dalam
menetapkan prioritas pelaksanaan kegiatan.
d. Keputusan jadwal pelaksanaan kegiatan perlu selalu memperhatikan
tingkat kepentingan (urgency) dan kesiapan (readiness).
e. Menerapkan metoda pelaksanaan dan sistem logistik yang efisien
f. Melakukan konsultasi publik, yang antara lain ditujukan untuk menggali
dan mengakomodasi nilai budaya lokal dan agama.
III.4. Realisasi Pembangunan Kembali Infrastruktur
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi bidang infrastruktur terdiri dari: Jalan dan
Transportasi (Udara, Darat dan Laut), SAR, Pos dan Telematika, Sumber Daya
Air (Irigasi, Pengamanan Pantai, Pengendalian Banjir), Energi dan Listrik, Air
Bersih, Sanitasi dan Persampahan serta Pembinaan Bangunan Umum. Proses
tersebut telah berlangsung sejak tahun 2005 sampai 2007. Beberapa
perkembangan yang dapat dicatat dari proses tersebut adalah:
45
III.4.1. Sub-Bidang Jalan Dan Jembatan
Sampai dengan akhir tahun 2006, total jalan yang telah ditangani (rehabilitasi dan
rekonstruksi) mencapai 957 km terdiri dari jalan Nasional sepanjang 295 km,
jalan propinsi 203 km (Propinsi NAD: 76 km dan Kepulauan Nias 127 km) dan
jalan kabupaten sepanjang 459 km, dengan total biaya Rp. 1.699 milyar. Pada
tahun 2007 diprogramkan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan sepanjang 738 km,
yang terdiri dari jalan Nasional 212 km, jalan propinsi 155 km (Prop. NAD : 32
km dan Nias 123 km), dan jalan kabupaten sepanjang 371 km. Total anggaran
tahun 2007 sebesar 1.609 milyar Rupiah. Sehingga sampai akhir tahun 2007 akan
ditangani jalan sepanjang 1.695 km jalan dengan total biaya mencapai 3,31 trilyun
Rupiah, seperti diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel III-1 Rekapitulasi Realisasi Tahun 2005-2006 dan Program 2007 Sub Bidang Jalan
Dan Jembatan
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
III.4.2. Sub Bidang Transportasi
Untuk prasarana transportasi, sampai dengan tahun 2006 telah ditangani
pelabuhan laut sebanyak 10 unit dan 5 unit pelabuhan penyeberangan.
Diantaranya satu pelabuhan penyeberangan di Ule lheu ditangani langsung
melalui dana Non APBN. Pelabuhan udara yang telah ditangani sebanyak 6 unit.
Selain itu juga telah dibangun 1 unit landasan udara/airstrip di Calang. Pada tahun
anggaran 2007 diprogramkan penanganan untuk 7 unit bandara, 3 di antaranya
merupakan penanganan baru, sedangkan 4 unit merupakan lanjutan. Selain itu
juga direncanakan pembangunan airstrip di Blangkejeren (Gayo Luwes) dan
RENCANA REAL 05-06 PROG 07 NO KEGIATAN SAT RUAS KM ON BGT OF BGT ON-OFF ON OFF ON-OFF
1 Lintas Timur NAD Km 4 257 0 0 0 3 0 3
2 Lintas Barat NAD Km 4 441 132 152 284 179 30 209
3 Lintas Tengah NAD
Km 8 341 11 0 11 0 0 0
4 Lintas Lainnya NAD
Km 46 1455 76 0 76 32 0 32
5 Jalan Kab./Kota Km 23 Kab 1900 459 0 459 371 0 371
TOTAL 4394 678 152 830 585 30 615
46
Teluk Dalam (Nias Selatan) serta landasan heli/helipad di Pulau Rondo-Aceh
Besar. Selanjutnya pelabuhan laut yang ditangani sebanyak 8 unit (5 unit
penanganan baru dan 3 unit penanganan lanjutan) dan pelabuhan penyeberangan
sebanyak 4 unit (1 penanganan baru dan 3 unit penanganan lanjutan tahun 2006),
seperti diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel III-2 Rekapitulasi Realisasi Tahun 2005-2006 Dan Program Tahun 2007 Sub-Sektor Perhubungan
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
Berdasarkan Rencana Induk, kebutuhan terminal dan stasiun DAMRI sebanyak 27
unit. Sampai dengan 2006, 7 unit terminal dan stasiun DAMRI sedang dalam
proses pembangunan. Pada tahun 2007 dialokasikan pembangunan terminal
sebanyak 6 unit. Gambaran realisasi dan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi
transportasi diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan penyeberangan ditargetkan sebanyak 9
unit sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk. Dari keseluruhan jumlah
tersebut, 7 unit telah ditangani pada tahun anggaran 2005-2006. Satu unit yakni
pelabuhan penyeberangan Meulaboh dilaksanakan pada TA 2007. Realisasi
pembangunan terminal bis dan pool DAMRI serta pelabuhan penyeberangan
ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
REAL 05 -06 PROG '07 05 - 07 NO BANGUNAN/GEDUNG RCN
BARU % KE RCN BARU LAMA BARU % KE
RCN 1 PEL. LAUT 17 10 59% 5 3 15 88% 2 PEL. FERRY 9 7 78% 1 3 8 89% 3 BANDARA 9 6 67% 3 4 9 100% 4 AIRSTRIP 0 1 0 2 0 3 0 5 HELIPED 0 0 0 1 0 1 0 6 TERMINAL BUS 29 8 28% 5 0 13 45% 7 KANTOR SAR 1 1 100% 0 1 1 100% 8 KANTOR BMG 8 8 100% 0 0 8 100% 9 KANTOR POS 19 11 58% 5 0 16 84%
47
Tabel III-3 Realisasi Pembangunan Terminal Bis
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 Tabel III-4 Realisasi Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
Rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan di NAD dalam Rencana Induk ditetapkan
sejumlah 12 unit. Dari jumlah tersebut, 10 unit telah dan sedang dilaksanakan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksinya sedangkan 8 unit (5 baru dan 3 lanjutan)
REAL 05-06 DIPA '07 NO TERMINAL BIS/APK RENCANA INDUK
BARU BARU LANJUT 1 Banda Aceh 4 2 2 2 Singkil 1 1 1 3 Bireuen 1 4 Lhokseumawe 1 5 Calang 1 1 6 Blang pidie 1 1 1 7 Kota Makmur 1 8 Aceh Besar 1 9 Langsa 1
10 Aceh Utara 3 1 1 11 Kebon Tengah 1 12 Aceh Timur 3 1 13 Bakongan 1 14 Sigli 1 15 Kuala Simpang 1 16 Simeulu 0 1 1 17 Takengon 0 1 18 Stasiun Damri B. Aceh 1 1 19 Pool Damri (tersebar) 2 20 Poo Damri Meulaboh 1 21 Pool Damri Lhokseumawe 1
TOTAL 27 7 3 6
REAL 05 - 06 2007 NO PEL. FERRY LOKASI RCN
BARU LANJUT BARU LANJUT
1 ULEE LHEU B. ACEH 1 1 1 2 BALOHAN SABANG 1 1 3 LABUHAN HAJI A. SELATAN 1 1 4 LAMTEH A. BESAR 1 1 5 SINABANG SIMEULU 1 1 1 6 MEULABOH A. BARAT 1 1 7 PULAU BANYAK A. SINGKIL 1 8 SINGKIL A. SINGKIL 1
TOTAL 8 5 1 2
48
diprogramkan pada tahun 2007. Sampai akhir 2007 diperkirakan telah ditangani
10 unit pelabuhan dari Rencana Induk sebanyak 12 unit. Ada 3 unit pelabuhan
dalam Rencana Induk yang belum ditangani yakni Sabang, Sibadeh, dan Sigli.
Sementara itu terdapat 1 unit pelabuhan (Kuala Langsa) di luar Rencana Induk
yang ditangani. Di luar itu juga dibangun dermaga di Pulau Rondo.
Tabel III-5 Realisasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pelabuhan Laut
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 Rehabilitasi dan rekonstruksi bandar udara sesuai dengan Rencana Induk
dilaksanakan sebanyak 9 unit. Dari jumlah tersebut 6 unit diantaranya telah dan
sedang dilaksanakan pada tahun 2005 – 2006. Tiga unit lainnya akan dilaksanakan
pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2008 kegiatan difokuskan pada
pengembangan Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) dan Bandara Cut Nyak
Dhien Nagan Raya. Tabel berikut menunjukka perkembangan pembangunan
bandar udara:
REALISASI 05 - 06 PROGRAM 2007 NO PELABUHAN
LAUT LOKASI RENCANA INDUK BARU LANJUT BARU LANJUT
1 SABANG SABANG 1
2 MALAHAYATI ACEH BESAR 1 1 1
3 KRUENG GEUKUH LHOKSEUMAWE 1 1
4 KUALA LANGSA LANGSA 1
5 MEULABOH A. BARAT 1 1 1
6 CALANG A. JAYA 1 1
7 SUSOH A. BARAT DAYA 1 1
8 TAPAK TUAN A. SELATAN 1 1 1
9 SINGKIL A. SINGKIL 1 1
10 SIBADEH A. SELATAN 1
11 SNABANG SIMEULUE 1 1
12 SIBIGO SIMEULUE 1 1
13 SIGLI PIDIE 1
TOTAL 12 5 5 3
49
Tabel III-6 Realisasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bandar Udara
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
Pembangunan airstrip telah dilaksanakan dengan dana Off-Budget pada tahun
2005 untuk pembangunan airstrip Calang. Satu unit airstrip direncanakan
dibangun di Blangkejeren dan Simeulue pada TA 2007. Sementara helipad pada
tahun 2007 direncanakan sebanyak 1 unit dan 2008 sebanyak 2 unit, masing-
masing di Pulau Rondo, Pulau Breuh,dan Pulau Banyak.
Tabel III-7 Realisasi Pelaksanaan Bandar Udara Perintis (Airstrip)
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007 Tabel III-8 Realisasi Pelaksanaan Landasan Heli (Heliped)
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
LANDASAN RCN INDUK REAL 05-06 RKA07 NO BANDARA
AWAL AKHIR VOL. RP. MYR BARU RP
MY BARU LANJUT RP.MY
1 MAIMUN SALEH 1850 M X 30 M 1 25.1 1 12.25 1 1.41
2 SULTAN ISK. MUDA 2500 M X 45 M 2950 M X 45 M 1 474.5 1 88.38
3 CUT NYAK DHIEN 1000 M X 30 M 1700 M X 30 M 1 141.6 1 20.75 1 8.85
4 T. CUT ALI 750 M X 23 M 1250 M X 30 M 1 21.8 0.29 1 8.08
5 LASIKIN 750 M X 23 M 1500 M X 30 M 1 25.6 1 24.8 1 13.93
6 KUALA BATE 750 M X 23 M 1300 M X 30 M 1 22 0.29 1 19.69
7 REMBELE 1200 M X 30 M 1 26.1 1 10.96 1 5.99
TOTAL 7 736.7 4 69.34 3 4 146.33
RCN INDUK REAL 05-06 RKA 07 NO LANDASAN
UDARA LOKASI # RP.
MYR BARU RP. MYR BARU LANJUT RP.
MYR
1 AIRSTRIP CALANG A. JAYA 1 0.7
2 AIRSTRIP BLANGKEJREN
GAYO LUWES 1 8.2
3 AIRSTRIP SIBIGO SIUMELUE
TOTAL 0 0 1 0.7 1 0 8.2
R.INDUK REAL 05-06 RKA 07 NO LANDASAN HELI LOKASI
VOL. RP. MYR BARU RP. MYR BARU LANJUT RP. MYR
1 PULAU RONDO A. BESAR 1 1.4
2 PULAU BREUH A. BESAR
3 PULAU BANYAK SINGKIL
TOTAL 0 0 0 0 1 0 1.4
50
III.4.3. Sub-Bidang Energi Dan Kelistrikan
Program rehabilitasi dan rekonstruksi bidang energi dan listrik yang dilaksanakan
oleh BRR lebih difokuskan pada pelayanan sambungan rumah untuk rumah-
rumah yang baru dibangun, jaringan tegangan rendah (JTR), penggantian diesel-
diesel pembangkit listrik yang rusak dan tidak fungsional dan sebagian jaringan
tegangan menengah (JTM). Dari target 119.253 sambungan rumah, sampai
dengan Desember 2006 telah dicapai pengadaan sebanyak 71.993 unit (60%).
Pemasangan sambungan rumah terus dilaksanakan sesuai dengan progress
penyelesaian pembangunan rumah bagi korban bencana tsunami.
Pada tahun anggaran 2007, sasaran yang akan dicapai adalah pengadaan
sambungan rumah sebanyak 64.387 unit (54%). Dengan demikian secara
keseluruhan, target yang telah di capai sampai dengan 2007 untuk pengadaan
listrik (sambungan rumah) mencapai 136.380 unit atau melebihi target yang
tercantum dalam Rencana Induk. Kelebihan alokasi ini dimaksudkan untuk
memenuhi target sambungan bagi pembangunan rumah baru sebanyak 120.000
unit dan permintaan masyarakat lainnya seperti bangunan fasilitas umum, fasilitas
sosial, bangunan publik lainnya.
Dari target sasaran 2.394 km JTR dan 1.046 km JTM, sampai Desember 2006
telah dilaksanakan sebanyak 397.8 km JTR dan 256.5 km JTM. Pada tahun
anggaran 2007 sasaran yang akan dicapai sepanjang 397.6 km JTR dan 212.5 km
JTM. Dengan demikian masih terdapat sisa target sebesar 1,636.6 km JTR dan
577.9 km JTM. Sedangkan target sasaran 736 unit Gardu Distribusi (GD) dan 6
unit Gardu Hubung (GH), sampai Desember 2006 telah tercapai 217 GD dan 3
unit GH. Tahun anggaran 2007 sasaran yang akan dicapai sebanyak 260 unit GD
dan 1 unit GH. Dengan demikian masih terdapat sisa target sebesar 298 unit GD.
Pembangunan pembangkit listrik dengan target 16 unit, sampai Desember 2006
telah berhasil dicapai 11 unit pembangkit listrik. Pada tahun anggaran 2007 tidak
ada pengadaan dan pemasangan pembangkit listrik. Target pembangkit listrik
tersebut belum termasuk target rekonstruksi pembangunan baru Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan dengan kapasitas 2X42 MW.
51
Pembangunan PLTA Peusangan akan dibiayai JBIc dengan percepatan proses
pinjaman sehingga pelaksanaannya dapat dimulai akhir tahun 2007. Sebagai
tambahan dari pemenuhan target rekonstruksi tersebut, PT. PLN juga sudah
memproses tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu
Bara sebesar 2X100 MW di kabupaten Nagan Raya. Disamping itu Departemen
ESDM akan memproses tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP) sebesar 2X20 MW di Seulawah, kabupaten Aceh Besar.
Untuk bangunan gedung layanan umum, dari sasaran target 6 unit bangunan
gedung, BRR hanya akan membangun satu gedung pelayanan masyarakat di
Merduati. Masih terdapat sisa target 5 gedung kantor termasuk kantor wilayah.
Khusus untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau jaringan listrik, BRR
membiayai pengadaan 1.691 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan 1
unit Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH). Disamping itu Departemen
ESDM melalui program Listrik Desa mengadakan 1.000 unit PLTS pada tahun
anggaran 2006. Pada tahun anggaran 2007 sasaran yang akan dicapai 469 unit.
Tahun anggaran 2008, perlu dilanjutkan pengadaan PLTS sebanyak 1.000 unit.
Realisasi rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kelistrikan dijelaskan pada tabel
dibawah ini.
52
Tabel III-9 Realisasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bidang Kelistrikan Dan Energi
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
III.4.4. Sub-Bidang Sumber Daya Air
Sub-bidang ini terdiri dari irigasi, sungai dan pengendalian banjir dan
pengamanan pantai. Dari 118.028 ha target rehabilitasi dan rekonstruksi sub
bidang Irigasi, sampai dengan Desember 2006 telah dilaksanakan rehabilitasi dan
rekonstruksi prasarana irigasi seluas 78.766 ha (125%). Tahun anggaran 2007,
terdapat penambahan seluas 31.212 Ha sehingga total luas irigasi adalah 108.181
(172%).
Dari target 138.796 meter sungai yang harus direhabilitasi dan direkonstruksi,
sampai dengan Desember 2006 telah dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi
sungai sepanjang 78.689 meter (57%). Pada TA 2007 akan ditangani 12.163 m.
Sehingga pada akhir Tahun anggaran 2007, sasaran yang akan dicapai adalah
sepanjang 90.852 meter (65%).
REALISASI 05-06 NO KEGIATAN
PEMBANGUNAN SAT RENC. INDUK APBN NON
APBN TOTAL PROG. 2007 KET.
1 Pengadaan generator PLTD Unit 7 12 12
2 Perbaikan kantor PT. PLN Pkt 5 1
3 Pengadaan PLTD Apung Baru
Lok X Unit X MW
2X2X6 MUSEUM
4 PLTA Peusangan Unit X MW 4X21 PLN 2008
5 PLTM (Mini Hidro) Unit 2 6 PLTMH (Mikro Hidro) Unit 1 1 10 7 PLTS (Surya) Unit 1691 1000 2691 442 8 PLTGU Banda Aceh MW 2X30 0
9 Jaringan Tegangan Menengah (SUTM dan SKTM)
Km 1804 381 381 283
10 Jaringan tegangan rendah (SKTR) Km 2714 518 518 414
11 Sambungan Pelanggan Unit 119253 76623 76623 64387 12 Gardu Distribusi Unit 883 239 239 318 13 Gardu Hubung Unit 6 3 3 1 14 Depo BBM Unit 3 1 1 1 SIMEULUE 15 Gedung ESDM Unit 1 3 3 DINAS
16 Gedung Pemantau Gunung Api Unit 3 3 3
53
Dari target 69.058 meter pantai yang harus dilindungi, pada tahun anggaran 2005-
2006 telah dikerjakan bangunan pengaman pantai sepanjang 57.854 meter (84%)
dan pada tahun anggaran 2007 sepanjang 23.376 meter. Target yang akan dicapai
pada akhir tahun anggaran 2007 adalah sebesar 81.230 meter atau 118% dari
target dalam Rencana Induk. Rekapitulasi pembangunan sub-sektor sumberdaya
air tampak pada tabel berikut:
Tabel III-10 Rekapitulasi Realisasi Tahun 2005-2006 Dan Program Tahun 2007 Sub-Sektor
Sumberdaya Air
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
III.4.5. Sub-Bidang Air Bersih dan Sanitasi
Sub-bidang ini terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan
sampah dan drainase. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam rangka penyediaan
air minum dan air bersih telah berjalan sejak tahun 2005 dan tahun 2007. Sampai tahun
ketiga telah teralokasi dana sebesar Rp. 309,943 miliar atau sebesar 13.54% dari target
(on budget yang terserap dan telah dialokasikan pada tahun 2007). Komponen terbesar
adalah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi air bersih atau sebesar 63,53% atau sebesar Rp.
196,906 miliar, untuk komponen air limbah sebesar Rp. 23,093 miliar (7,45%),
komponen persampahan sebesar Rp. 50,407 miliar (16,26%), dan komponen drainase
sebesar Rp. 39,536 miliar (12,76%), seperti diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel III-11 Rekapitulasi Realisasi 2005-2006 dan Rencana 2007 Sub-Sektor Air Bersih dan
Sanitasi
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
REALISASI TAHUN 2005-2006 2005-2007 NO KEGIATAN
PEMBANGUNAN SAT RENCANA INDUK
APBN NON APBN TOTAL
PROG. 2007
TOTAL
1 IRIGASI HA 118028 78766 78766 31212 109978
2 SUNGAI DAN PENGENDALIAN BANJIR
M 138796 76689 2000 78689 12163 90852
3 PENGAMAN PANTAI M 69058 57854 57854 23376 81230
REALISASI TAHUN 2005-2006 NO KEGIATAN
PEMBANGUNAN SAT RENC. INDUK APBN NON
APBN TOTAL PROG. 2007
2005-2007
1 AIR BERSIH LT/DTK 3,256 135 135 345 480
2 PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH 543,217 1,400 1,400 290,310 291,710
3 SAMPAH RUMAH 543,217 636 636 1,665 2,301 4 DRAINASE M' 106,347 16,662 16,662 26,595 43,257
54
III.4.6. Sub-Bidang Bangunan Umum
Pelaksanaan proyek bangunan umum baru diprogramkan pada tahun 2007 dan
rencana untuk tahun 2008. Beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi
pembangunan Pusat Pelatihan (Puslat) mitigasi tsunami, escape building, museum
tsunami, laboratorium dan peralatan
Tabel III-12 Program 2007 dan Rencana 2008 untuk Fasilitas BangunanUmum
Sumber: Buku Rencana Aksi BRR, 2007
Secara umum realisasi anggaran BRR untuk semua bidang telah mencapai 25
trilyun rupiah lebih, baik yang berasal dari dana on budget maupun off budget
seperti diperlihatkan pada tabel berikut:
REALISASI 2005-2006 NO KEGIATAN
PEMBANGUNAN SAT. RCN. INDUK APBN NON
APBN TOTAL PROG 2007
2005-2007
1
Pembangunan pusat pelatihan tsunami NAD daerah bencana B. Aceh
4
2 Escape Hill Unit 5
3 Desain dan konstruksi escape building A. Jaya Unit 1 1 1
4 Desain dan konstruksi escape building A. Barat
Unit 1 1 1
5 Desain dan konstruksi escape building Lhokseumawe
Unit 1 1 1
6 Desain dan konstruksi escape building Bireuen Unit 1 1 1
7 Desain dan konstruksi escape building Pidie Unit 1 1 1
8 Museum pusat pengembangan tsunami di Banda Aceh
2
9
Pembangunan pusat kualitas struktural di Banda Aceh dan peralatan untuk laboratorium
1
10
Koordinasi dan Konsultasi rencana kerja dan program pemerintah
55
Tabel III-13 Realisasi Anggaran BRR 2005 – 2006 baik berasal dari APBN maupun non APBN
Sumber: BRR NAD & Nias 2006-2007
III.5. Pengambil Kebijakan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Untuk melaksanakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi masyarakat dan wilayah
NAD dan Nias dibentuklah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan
Wilayah NAD dan Nias (BRR NAD & Nias). Badan ini mempunyai tiga
kelengkapan organisasi, yaitu:
a. Dewan Pengarah: bertugas memberikan arahan dalam perumusan,
perencanaan dan pelaksanaan proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Anggota
JUMLAH (RP) JUMLAH (RP) NO BIDANG/SUB BIDANG ON BUDGET 2005-
2006 OFF BUDGET 05-
06 I PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN 3,703,250,340,446 3,934,718,495,600 1. PERUMAHAN 2,819,336,906,609 3,678,832,106,000 2. TATA RUANG, PSD DAN PERTANAHAN 883,913,433,837 255,886,389,600II INFRASTRUKTUR 2,355,190,563,475 2,156,761,520,000
1. PERHUBUNGAN, TELEKOMUNIKASI, POS/ASDP 472,604,860,283
2. JALAN DAN JEMBATAN/UASR 800,032,250,603 806,758,515,600 3. AIR BERSIH, SANITASI DAN PERSAMPAHAN 152,416,292,911 1,337,171,525,200 4. ENERGI DAN LISTRIK 301,503,644,911 5,807,785,200 5. IRIGASI 216,402,840,005 7,023,694,000
6. PENGENDALIAN BANJIR & PENGAMANAN PANTAI 412,230,674,762
III EKONOMI DAN USAHA 968,498,929,140 1,823,313,601,200
1. PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN 299,152,067,325 595,426,741,600
2. KELAUTAN DAN PERIKANAN 320,026,127,544 173,655,110,600 3. KEHUTANAN 32,237,729,098 86,827,555,300 4. PENGEMBANGAN USAHA 45,300,677,097 587,992,534,400 5. INDUSTRI 46,924,747,072 61,024,970,800 6. PERDAGANGAN, PARIWISATA, INVESTASI 24,928,925,779 6,860,541,200 7. KOPERASI DAN UKM 161,413,021,549 86,827,555,300 8. TENAGA KERJA 38,515,633,676 224,698,592,000
IV PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PERAN PEREMPUAN 1,042,727,115,236 4,231,846,507,200
1. PENDDIKAN 400,157,959,445 1,783,247,297,600 2. KESEHATAN 600,491,793,294 2,182,454,314,000 3. PERAN PEREMPUAN 42,077,362,497 266,144,895,600V KELEMBAGAAN DAN SDM 965,907,990,203 1,334,018,501,200 1. KELEMBAGAAN DAN PEMERINTAH 275,953,171,058 1,013,317,274,400 2. KELEMBAGAAN, HUKUM DAN KEAMANAN 278,726,875,934 275,413,960,000 3. YUDIKATIF, LEGISLATIF, MATRA-MATRA 411,227,943,211 45,287,266,800
VI SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA 757,660,076,317 373,258,306,000 1. SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN 124,059,418,761 64,845,767,600 2. AGAMA 559,234,947,433 70,127,920,000 3. BUDAYA 74,365,710,123 238,284,618,400 PERENCANAAN 223,116,492,278 21,123,089,600
SEKRETARIAT, KOMUNIKASI DAN INFORMASI (ADMINISTRASI) 419,750,280,116 962,172,542,400
TOTAL 10,436,101,787,211 14,837,212,563,200
56
dewan pengarah merupakan representasi berbagai pemangku kepentingan
(stakeholder) yang terdiri dari unsur masyarakat, unsur akademisi, unsur
pemerintahan dan unsur-unsur lain yang mendukung fungsi pengarah.
Anggota dewan pengarah bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa
aspirasi berbagai pihak yang diwakilinya telah terakomodasi dalam proses
rehabilitasi dan rekonstruksi. Dewan pengarah memberi laporan atas
pelaksanaan tugasnya langsung kepada presiden.
b. Dewan Pengawas: bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
proses rehabilitasi dan rekonstruksi, menerima dan menindaklanjuti
pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dan melakukan audit
pelaksanaan tugas Badan Pelaksana. Dalam melakukan audit dan membantu
tugas-tugasnya, Dewan Pengawas dapat menggunakan jasa profesional
auditor independen atau tenaga ahli lainnya. Pelaksanaan tugas-tugas
tersebut dilaporkan secara berkala kepada Presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Anggota Dewan Pengawas berasal dari individu-
individu yang memiliki pemahaman memadai dibidang pengawasan, yang
terdiri dari unsur-unsur tokoh nasional dan tokoh masyarakat Aceh yang
independen. Selain itu dimungkinkan dari perwakilan negara donor menjadi
anggota Dewan Pengawas. Hasil pengawasan terbuka untuk publik.
c. Badan Pelaksana (Bapel): Badan pelaksana bertugas merumuskan
kebijakan strategi dan kebijakan operasional, menyiapkan rencana tindak
dan melaksanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi untuk proyek-proyek tertentu sesuai kesepakatan
instansi/institusi lainnya dan memastikan penggunaan dana rehabilitasi dan
rekonstruksi dilakukan dengan menjunjung tinggi integritas dan bebas dari
tindak pidana korupsi, mengelola sumber daya yang ada baik sumber daya
manusia maupun sumber daya keuangan untuk melaksanakan rehabilitasi
dan rekonstruksi, menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait, meminta
bantuan berupa informasi dan dukungan teknis dalam pelaksanaan tugasnya
kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pihak-pihak terkait
lainnya, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi
57
dan rekonstruksi yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
pihak-pihak terkait lainnya. Pelaksanaan tugas BRR mengacu pada rencana
induk dan rencana rinci rehabilitasi dan rekonstruksi yang disusun oleh
pemerintah bersama pemerintah daerah.
Struktur organisasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi NAD disusun dalam
susunan sebagai berikut:
Gambar III-2 Sruktur organisasi BRR dan kaitannya dengan instansi lain
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2005
Struktur organisasi Bapel BRR NAD & Nias terdiri dari ketua dibantu beberapa
orang wakil ketua dan deputi-deputi. Untuk memudahkan koordinasi antara
masyarakat di wilayah-wilayah kerja BRR yang tersebar di beberapa daerah, maka
dibentuklah kantor regional BRR yang mewakili 8 wilayah. Struktur organisasi
Bapel dan kantor-kantor wilayah diperlihatkan pada gambar berikut:
58
Gambar III-3 Struktur organisasi Badan Pelaksana BRR Sumber: Website e-aceh-nias.org
:
59
Gambar III-4 Struktur Organisasi Kantor Perwakilan BRR NAD & Nias Sumber: Website e-aceh-nias.org
Dalam melaksanakan tugasnya BRR dibantu oleh satuan-satuan kerja (Satker)
yang anggotanya berasal dari instansi-instansi teknis di lingkungan Pemda NAD
dan anggota perseorangan lainnya yang dinilai cakap melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan. Satker-satker tersebut diawasi oleh deputi-deputi seperti tampak
pada tabel di bawah ini:
Tabel III-14 Satuan Kerja (Satker) Yang Bernaung Di Bawah Deputi-Deputi
DEPUTI SATUAN KERJA (SATKER) A DEPUTI PENGAWASAN A1 Bidang Pengawasan B DEPUTI KEUANGAN DAN PENDANAAN B1 Pembinaan Keuangan dan Pendanaan C DEPUTI AGAMA, SOSIAL DAN BUDAYA C1 Pemulihan dan Pengembangan Bidang Agama, Sosial dan Budaya
D1 Pemberdayaan Ekonomi dan Pengembangan Usaha D2 ETESP - ADB Perikanan 2007 D DEPUTI EKONOMI DAN USAHA D3 ETESP ADB Pertanian 2007/ Deputi Ekus E1 Peningkatan Sarana Air Bersih dan Sanitasi NAD E2 Peningkatan SAPRAS Sekolah / Madrasah E3 Pendidikan Tinggi NAD
E DEPUTI PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PERAN PEREMPUAN
E4 Pendidikan Di DEPAG NAD
60
DEPUTI SATUAN KERJA (SATKER) E5 Bidang Kesehatan, Pendidikan dan Gender E6 Pelayanan Kesehatan NAD E7 Pendidikan Menengah (Lanjutan) E8 Pelayanan Kesehatan NAD (ADB) E9 Pelayanan Kesehatan NAD (Lanjutan) F1 Pengembangan Perumahan dan Permukiman NAD - ADB F2 Bantuan Perumahan dan Pemukiman Kembali / BPPK NAD F3 Infrastruktur Kawasan dan Permukiman F4 Pengelolaan Pertanahan NAD-Nias F5 Infrastruktur Kawasan Siap Huni F6 Bantuan Sosial Bertempat Tinggal dan Perbaikan Rumah F7 Prakarsa Pembangunan Partisipatif F8 Kedeputian Perumahan dan Permukiman F9 Pengembangan Perumahan dan Permukiman (MDTF)
F10 Penanggunalangan Kemiskinan di Perkotaan F11 Penataan Ruang dan Lingkungan Permukiman F12 Perumahan dan Permukiman NAD Wilayah I F13 Perumahan dan Permukiman NAD Wilayah II F14 Perumahan dan Pemukiman NAD Wilayah III
F DEPUTI PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
F15 Perumahan dan Permukiman NAD Wilayah IV
G1 Rehab, Peningkatan, Pembangunan Fasilitas Pos, Telekomunikasi dan Transportasi Udara NAD
G2 Pembinaan Perencanaan Jalan NAD G3 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Nasional NAD G4 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Provinsi NAD G5 Irigasi NAD
G6 Pemeliharaan, Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembangunan Transportasi Laut NAD
G7 Pemeliharaan, Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembangunan Transportasi Darat NAD
G8 Peningkatan Kualitas Jasa Energi dan Ketenagalistrikan NAD
G9 Penyelenggaraan dan Pendaftaran Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara NAD
G10 Infrastruktur, Lingkungan dan Pemeliharaan NAD
G DEPUTI INFRASTRUKTUR, LINGKUNGAN DAN PEMELIHARAAN
G11 Peningkatan Kapasitas Rekonstruksi Infrastruktur NAD H1 Peningkatan Sarana dan Prasarana Gedung Keuangan Negara H2 Dukungan Bantuan Pemerintah Daerah - SPADA H3 Penguatan Kelembagaan Komunikasi dan Informasi NAD -NIAS H4 Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan NAD - NIAS H5 Pengembangan Pertahanan MATRA Darat NAD H6 Pengembangan Pertahanan MATRA Laut NAD - NIAS H7 Pengembangan Pertahanan MATRA Udara NAD - NIAS H8 Pengembangan Fasilitas POLRI H9 Pusat Pembelajaran dan Pengembangan SDM
H10 Pengembangan SAPRAS Hukum NAD H11 Peningkatan dan Penataan Kapasitas Kelembagaan NAD - Nias
H DEPUTI KELEMBAGAAN DAN PENGEMBANGAN SDM
H12 Penataan dan Pengelolaan SDM dan Aparatur NAD - Nias Sumber: Website e-aceh-nias.org
III.6. Sumber Dana Dan Besar Pendanaan
Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Masyarakat NAD dan
Nias memberikan estimasi kebutuhan dana untuk pembangunan kembali Aceh
dan Nias mencapai Rp 60 Triliun. Sesuai perkembangan di lapangan, kebutuhan
dana diperkirakan meningkat menjadi Rp 74,8 Triliun.
Kebutuhan anggaran sebesar ini diantaranya dipenuhi dari APBN sebesar Rp 25,5
Triliun hingga akhir tahun 2007. Sisanya diharapkan dapat dipenuhi dari APBN
61
2008-2009, kontribusi masyarakat dan swasta, negara donor, LSM asing, badan
kerja sama multilateral dan Badan PBB. Secara umum, sumber pendanaan
rekonstruksi Aceh dan Nias berasal dari sumber-sumber berikut:
1. APBN
2. Non-APBN yang terdiri dari bantuan negara dan institusi keuangan
internasional, masyarakat dan swasta, LSM dalam dan luar negeri, bantuan
bilateral, lembaga multilateral dan Badan PBB.
III.6.1. Dana Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN)
Potensi pendanaan yang berasal dari APBN terdiri dari:
a. Dana rupiah murni. Dalam APBN 2005 dana rupiah murni yang bisa
digunakan untuk mendukung pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi antara
lain berasal dari dana cadangan umum sebesar 2 trilyun rupiah, dana
moratorium paris club sebesar Rp. 3,9 trilyun. Disamping itu juga terdapat
dana departemen/lembaga yang berada di propinsi NAD baik berupa dana
dekonsentrasi, tugas pembantuan maupun dana instansi pusat yang
kewenangannya tidak didesentralisasikan seperti bidang agama, bidang
peradilan serta bidang keuangan. Untuk kebutuhan tahun anggaran 2006 dan
tahun-tahun berikutnya dana kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi akan
langsung di
b. Hibah luar negeri baik sifatnya bilateral maupun multilateral;
c. Realokasi atau reprogramming dana pinjaman luar negeri yang sedang
berjalan dialihkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi di nad dan nias;
d. Pinjaman luar negeri baru (apabila diperlukan);
e. Penundaan dana pembayaran bunga dan pokok hutang luar negeri akibat
moratorium di Paris Club.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi masyarakat
dan wilayah NAD secara umum ada tiga kelompok, yaitu:
1. Pemerintah Indonesia (Government of Indonesia, GOI)
2. Negara-negara yang telah berjanji akan membantu rehabilitsi dan rekonstruksi di
NAD baik secara bilateral maupun multilateral, dan
3. Lembaga Swadaya Masyarakat (Non Government Organization, NGO)
62
Besar alokasi dana dari masing-masing pihak tersebut diperlihatkan pada gambar
dibawah ini
Gambar III-5 Alokasi Dana Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Dari Ketiga Donatur Sumber: BRR NAD & Nias dan Perhitungan staf Bank Dunia Gambar III-6 Besar dana yang dibelanjakan pada masing-masing sektor Sumber: BRR NAD & Nias dan Perhitungan staf Bank Dunia
63
Gambar III-7 Perbandingan besar dana yang dijanjikan, dialokasikan dan dibelanjakan
sampai Desember 2006 Sumber: BRR NAD & Nias dan Perhitungan staf Bank Dunia
III.6.2. Non APBN (Off Budget)
Pembiayaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang bersumber dari sumbangan
dunia/Internasional, disebut dana Non APBN atau lebih dikenal dengan sebutan
’off budget’s karena merupakan anggaran yang bersumber bukan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Pembiayaan Non APBN ini menangani
semua aspek kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Sampai Juli 2007, BRR telah
mencatat komitmen dana non APBN mencapai Rp 31,7 Triliun. BRR juga
memobilisasi dana melalui Recovery Aceh Nias Trust Fund (RANTF), yang telah
berhasil mengumpulkan dana (managed fund) hingga Rp 140 Miliar. Dengan
demikian, total komitmen yang diperoleh dari dana APBN dan Non-APBN
sampai akhir 2007 mencapai Rp 57,2 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 76
persen kebutuhan total dari rehabilitasi dan rekonstruksi.
Tabel berikut menjelaskan pembiayaan rehabilitasi dan rekonstruksi Prov.NAD-
Nias berdasarkan sektor pemulihan.
64
Tabel III-15 Daftar Pembiayaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD & Nias Berdasarkan Sektor Pemulihan yang berasal dari dana off budget
Sumber: Website e-aceh-nias.org
Negara-negara yang turut membantu proses recovery mulai tahap tanggap darurat
sampai tahap rehabilitasi dan rekonstruksi tidak kurang dari 44 negara, dengan
total komitmen bantuan sebesar USD 2,420,460,386 dan 57% diantaranya telah
direalisasikan yaitu sebesar USD 1.373.474.380. Disamping itu bantuan dari
Organisasi non pemerintah/Non Government Organization (NGO) baik dalam
maupun luar negeri yang terlibat dalam proses recovery di NAD mencapai 300
lembaga dengan total bantuan mencapai USD 1.275.251.225 dengan tingkat
relialisasi mencapai 67% atau USD. 848.931.381 (Website e-aceh-nias.org).
III.6.3. Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Swasta
Guna menjaga keselarasan partisipasi oleh semua pihak swasta dalam pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi di NAD, dibentuklah suatu mekanisme yang
mengatur administrasi dan koordinasi antar pihak-pihak terlibat. Koordinasi
partisipasi swasta dilaksanakan oleh Bapel. Lembaga ini mengkoordinasikan
2005 2006 2007 NO BIDANG PEMULIHAN
KOMITMEN (USD)
REALISASI (USD)
KOMITMEN (USD)
REALISASI (USD)
KOMITMEN (USD)
REALISASI (USD)
1
PERUMAHAN, PEMUKIMAN, TATA RUANG, PERTANAHAN & LINGKUNGAN HIDUP
604,485,111 231,087,189 146,985,458 180,251,212 22,556,973 46,048,948
2 INFRASTRUKTUR 573,046,776 205,793,204 199,485,166 77,180,957 5,849,444 9,671,646
3 SOSIAL KEMASYARAKATAN 756,021,749 370,457,692 180,103,231 125,028,992 28,921,981 32,053,684
4 PEREKONOMIAN 261,000,851 136,164,460 121,195,137 67,888,236 12,670,068 13,968,858
5 KELEMBAGAAN DAN HUKUM 181,062,385 107,329,082 82,415,109 35,512,339 6,639,074 10,139,874
6 BIAYA ADMINISTRASI DAN BIAYA LAIN-LAIN
28,710,662 7,808,422 7,650,651 13,678,678 1,696,531 1,285,399
7 TIDAK DIALOKASIKAN 115,208,350 69,677,804 31,303,268 10,531,209 38,229 223,633
8 SEMUA SUB-SEKTOR YANG DIDEFINISIKAN
500,000 500,000
9 SUB-SEKTOR LAIN-LAIN 2,681,172 449,803 393,711 1,672,658
TOTAL 2,522,717,056 1,129,267,656 769,531,731 511,744,281 78,372,300 113,392,042
65
semua elemen yang terlibat baik dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
maupun pihak swasta yang ingin terlibat dalam pembangunan kembali NAD.
Prosedur bantuan swasta ini disusun seperti tampak pada gambar III.8 di bawah
ini. Partisipasi swasta dimulai dari inisiatif yang dikoordinasikan oleh Bapel dan
Pemda untuk melihat keterkaitan antara inisiatif swasta tersebut dengan master
plan dan keinginan masyarakat. Setelah melakukan koordinasi Bapel melakukan
konfirmasi dan menerbitkan persetujuan teknis atas inisiatif tersebut. Persetujuan
teknis diteruskan untuk dituangkan dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani
oleh swasta dan Bapel. Kesepakatan tersebut dapat dipakai sebagai acuan oleh
pihak swasta untuk melakukan kontrak dengan pihak ketiga, dan Bapel
melaporkan jumlah dana ke Departemen Keuangan untuk dicatat dalam register.
Pada tahap implementasi Bapel, Pemda dan swasta bersama-sama terlibat
melaksanakan kegiatan. Setelah implementasi selesai, Departemen Keuangan
mencatat sebagai penerimaan negara. Prosedur pelaksanaan bantuan swasta
selengkapnya ditampilkan pada bagan di bawah ini:
Gambar III-8 Prosedur bantuan swasta dalam rehabilitasi dan rekonstruksi NAD Sumber: Perpres 30 tahun 2005
66
Kebutuhan pendanaan bagi rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur berdasarkan
assesment yang dilakukan oleh Bappenas dan Bank Dunia adalah sebesar 26, 6
trilyun rupiah. Untuk itu dioptimalkan sumber-sumber pendanaan yang terdiri dari
APBN, APBD, Hibah (grant) dan Dana masyarakat.
III.7. Proyek-Proyek Yang Patut Diterapkan VE
Proyek-proyek yang patut untuk diterapkan VE dinilai berdasarkan tiga kriteria,
yaitu: menelan biaya dengan jumlah besar, tingkat kompleksitas yang tinggi dan
sumber anggarannya berasal dari anggaran pemerintah. Progress report BRR per-
Desember 2006 menyebutkan, mulai tahun 2007 akan dimulai pembangunan
beberapa infrastruktur yang memenuhi kriteria tersebut di atas, seperti:
1. Transportasi terdiri dari:
a. Jalan dan jembatan: rehabilitasi jalan Calang – Meulaboh sepanjang 122
Km, rehabilitasi underway B. Aceh – Calang, rehabilitasi jalan lintas timur
dari B. Aceh – Sumatera Utara sepanjang 490 Km.
b. Rehabilitasi jalan lintas timur NAD sebanyak 4 ruas dengan panjang
lintasan 257 km
c. Rehabilitasi dan peningkatan jalan lintas tengah NAD dengan panjang
lintasan 341 km
d. Pelabuhan: penyelesaian desain untuk pelabuhan di Lamno (A. Jaya),
terminal ferry di Meulaboh termasuk juga reklamasi pantai.
e. Airport: bandara perintis di Calang, Sibigo (Simeulu) dan Blang pidie
(A.selatan), peningkatan bandara Sultan Iskandar Muda di A. Besar.
2. Water supply: rehabilitasi water treatment dan jaringan distribusi air bersih,
seawater desalination plant di Ulee Lheu, Banda Aceh, rehabilitating Banda
Aceh’s water treatment plant di Lambaro,
3. Sanitasi: rehabilitasi sewage treatment plant di Banda Aceh.
4. Irigasi: rehabilitasi 65,000 hektar sistem irigasi.
5. Pembangunan jaringan tegangan listrik.
6. Bangunan pencegah banjir dan rehabilitasi sungai.
7. Pembangunan escape building.
67
Proyek-proyek infrastruktur tersebut nantinya akan dikelompokkan kedalam 7
(tujuh) kategori infrastruktur yang akan ditangani baik oleh BRR NAD & Nias,
Pemerintah Daerah Aceh maupun negara donor asing melalui NGO-NGO yang
masih beroperasi di NAD yaitu:
1. Jalan dan Transportasi
2. Energi & Telekomunikasi
3. Sumber Daya Air
4. Air dan Sanitasi
5. Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan
6. Kawasan Percontohan, dan
7. Bangunan Gedung Negara dan Rumah
Data yang diterima dari BRR Aceh & Nias memperlihatkan nilai proyek yang
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur masih sangat besar. Baik dana
yang bersumberkan dari APBN yang dikelola oleh BRR, Dana dari negara donor
maupun dana yang bersumberkan dari APBD Nanggroe Aceh Darussalam.
Besar anggaran biaya proyek infrastruktur untuk tahun 2007, 2008 dan 2009 yang
bersumber dari APBN adalah sebagai berikut:
Tabel III-16 Alokasi Anggaran Pembangunan Infrastruktur Sumber Biaya APBN
Besar anggaran biaya proyek infrastruktur untuk tahun 2007, 2008 dan 2009 yang
bersumber dari negara donor adalah sebagai berikut:
BRR NO INFRASTRUKTUR 2007 2008 2009 Total Anggaran
per Item 1 Jalan dan Transportasi 1,169,005,272,000 2,229,670,413,000 1,723,121,500,000 5,121,797,185,000 2 Energi & Telekomunikasi 237,568,188,000 128,881,882,000 28,183,094,000 394,633,164,000 3 Sumber Daya Air 320,580,561,275 357,215,000,000 374,111,750,000 1,051,907,311,275 4 Air dan Sanitasi 179,225,803,000 620,509,441,000 594,692,488,000 1,394,427,732,000
5 Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan 20,866,516,000 89,400,000,000 110,266,516,000
6 Kawasan Percontohan 75,222,499,700 75,222,499,700
7 Bangunan Gedung Negara dan Rumah 84,220,472,000 215,760,079,000 299,980,551,000
8
Jasa konsultansi Infrastructure Reconstruction Enabling Program (IREP)
158,650,000,000 142,870,994,000 81,447,749,000 382,968,743,000
Total Anggaran Pertahun 2,245,339,311,975 3,784,307,809,000 2,801,556,581,000 8,831,203,701,975
68
Tabel III-17 Alokasi Anggaran Pembangunan Infrastruktur Sumber Biaya Negara Donor
Besar anggaran biaya proyek infrastruktur untuk tahun 2007, 2008 dan 2009 yang
bersumber dari APBD NAD adalah sebagai berikut: Tabel III-18 Alokasi Anggaran Pembangunan Infrastruktur Sumber Biaya APBD NAD
Dari segi besar anggaran proyek, kompleksitas, dan sumber anggaran biaya
proyek, tampaknya program value improvement akan krusial diterapkan di NAD,
setidaknya sampai tahun 2009.
III.8. Tantangan-Tantangan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masa Depan
Kedepan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di NAD menghadapi banyak
tantangan, baik dari aspek internal pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
maupun aspek eksternal yang turut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Aspek-aspek tersebut kami bagi dalam 3 aspek
utama, yaitu aspek sosial budaya, aspek politik dan keamanan, dan aspek kesiapan
DONOR NO INFRASTRUKTUR 2007 2008 2009 Total Anggaran per Item
1 Jalan dan Transportasi 4,829,641,301,200 276,000,000 276,000,000 4,830,193,301,200 2 Energi & Telekomunikasi - 3 Sumber Daya Air - 4 Air dan Sanitasi -
5 Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan -
6 Kawasan Percontohan -
7 Bangunan Gedung Negara dan Rumah -
8 IREP - Total Anggaran Pertahun 4,829,641,301,200 276,000,000 276,000,000 4,830,193,301,200
NAD NO INFRASTRUKTUR 2007 2008 2009 Total Anggaran per
Item 1 Jalan dan Transportasi 346,444,010,500 1,260,639,872,000 1,850,390,680,000 3,457,474,562,500 2 Energi & Telekomunikasi 52,333,090,900 232,269,239,500 152,507,470,000 437,109,800,400 3 Sumber Daya Air 1,126,023,000 1,274,350,000 1,322,759,000 3,723,132,000 4 Air dan Sanitasi 6,013,178,000 10,815,149,000 12,062,422,000 28,890,749,000
5 Infrastruktur Lingkungan dan Pemeliharaan 10,001,730,300 23,810,538,300 50,303,376,500 84,115,645,100
6 Kawasan Percontohan -
7 Bangunan Gedung Negara dan Rumah -
8 IREP - Total Anggaran Pertahun 415,918,032,700 1,528,809,148,800 2,066,586,707,500 4,011,313,889,000
69
pemerintah daerah menerima peralihan tanggung jawab pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi dari BRR NAD & Nias.
III.8.1. Sosial Budaya
Pasca gempa dan tsunami pada akhir tahun 2004 lalu, pertumbuhan perekonomian
NAD sempat terpuruk menjadi minus 13% pada tahun 2005 (Kompas, 5 Januari
2008). Setahun kemudian setelah berlimpahnya bantuan dan peredaran uang di
NAD, pertumbuhan perekonomian NAD melesat naik menjadi melebihi 5% pada
tahun 2006. Pertumbuhan ini melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun
pertumbuhan perekonomian tersebut belum mampu mengurangi jumlah
pengangguran yang mencapai lebih dari 10%.
Disamping kelompok masyarakat yang tidak terserap dengan baik dalam proses
perbaikan ekonomi dimasa rehabilitasi dan rekonstruksi ini, ada juga kelompok
kecil masyarakat yang menikmati lezatnya proses pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi. Kelompok masyarakat tersebut umumnya adalah kelompok
masyarakat yang memiliki keterampilan yang saat ini dibutuhkan. Kelompok
tersebut selanjutnya hidup dalam budaya konsumerisme yang tinggi dan menjadi
sangat materialis. Perubahan pola hidup suatu kelompok masyarakat disatu sisi
dan kondisi pengangguran yang masih tinggi disisi lain kelak akan dapat
menimbulkan persoalan sosial. Konflik horizontal yang muncul karena
kecemburuan sosial harus diwaspadai dan diantisipasi sedini mungkin.
Disamping permasalahan tersebut, permasalahan kemandirian masyarakat di NAD
juga harus turut diperhatikan. Ketergantungan yang sangat besar pada bantuan
pihak lain menimbulkan sikap malas berusaha dan selalu menuntut jerih payah
terhadap usaha yang diberikan, sehingga semangat solidaritas, ketulusan dan
selalu menjunjung kepentingan umum menjadi diabaikan.
III.8.2. Politik dan keamanan
Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah Indonesia dan
kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM), merubah peta politik daerah. GAM
yang awalnya adalah organisasi ilegal dan bergerak di bawah tanah, kemudian
70
menjadi organisasi legal dengan syarat atribut-atribut yang menunjukkan identitas
GAM harus dilepaskan. Selanjutnya GAM berubah menjadi Komite Peralihan
Aceh (KPA). Para mantan personil GAM yang sekarang menjadi KPA, umumnya
adalah kelompok masyarakat dengan keterampilan minim dan tidak diserap dalam
proses perbaikan ekonomi pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi ini. Kebutuhan
ekonomi disatu sisi dan sikap mental yang buruk disisi lain menyebabkan mereka
kemudian kembali pada aktifitas lama mereka ketika masih menjadi anggota
GAM, yaitu melakukan pungutan pada proyek-proyek konstruksi. Aktifitas
tersebut meskipun ilegal namun dibiarkan tetap berlangsung tanpa ancaman
hukum. Pungutan yang dapat mencapai 8 hingga 10 persen tersebut kemudian
menyebabkan banyak kontraktor yang tidak mampu menyelesaikan proyek,
terlebih bagi mereka yang menawar dengan harga yang sangat rendah pada saat
pelelangan. Disamping kontraktor tersebut juga banyak muncul kontraktor-
kontraktor nakal yang memang tidak mempunyai keahlian mengelola proyek
konstruksi dan hanya ingin mendapatkan keuntungan semata. Mereka umumnya
menggunakan paksanaan untuk dapat memenangkan proyak dan kemudian
melarikan diri setelah mendapatkan uang muka (Kompas, 5 Januari 2008).
III.8.3. Kesiapan Pemerintah Daerah Menerima Peralihan Tanggung jawab dari BRR NAD & Nias
Wewenang dan tanggung jawab yang akan dialihkan oleh BRR kepada
pemerintah daerah sangatlah berat. BRR NAD saat ini mengkoordinasikan
pelaksanaan 12.000 proyek dengan alokasi dana mencapai 80 trilyun rupiah.
Beban tersebut selanjutnya akan dipikul oleh pemerintah yang kemampuan
aparaturnya dalam mengelola proyek masih dipertanyakan. Lemahnya fungsi
manajerial, fungsi koordinasi, fungsi pengawasan dan penerapan kebijakan yang
lemah menjadi persoalan klasik pemerintah daerah di NAD. Sebagai contoh
lemahnya fungsi-fungsi tersebut adalah pembangunan rumah bagi korban tsunami
yang tumpang tindih disatu sisi dimana ada 1 keluarga yang mendapatkan 10 buah
rumah, sementara ada keluarga lainnya yang masih tinggal di barak-barak
pengungsian.
71
Karena itu perlu disiapkan langkah-langkah yang sistematis dalam proses
peralihan wewenang dan tanggung jawab yang besar ini, supaya tidak
memunculkan masalah baru dikemudian hari.