IDK Oki - Embriologi Sistem Genitalia

8
Embriologi Sistem Genitalia Semua mamalia betina bersifat homogamet, yaitu yang menghasilkan gamet dalam bentuk kromosom tunggal. Semua oosit secara genetik akan membawa 22 otosom dan 1 kromosom X (22X). Semua mamalia jantan bersifat heterogamet, yaitu yang memproduksi gamet dengan komplemen kromosom 22Y dan 22X. Jika mudigah memiliki faktor spesifik dari kromosom Y maka embrio akan berkembang menjadi fenotip laki-laki dan membentuk testis. Jika tidak memiliki faktor spesifik dari kromosom Y maka embrio akan berkembang menjadi fenotip wanita. Bagian kromosom Y yang mengandung gen penentu testis disebut dengan gen SRY (Sex Determining Region on Y) di lengan pendek (Yp11). Protein SRY adalah testis-determining factor yang memicu terjadinya perkembangan ke arah pria. Gonad Gonad belum memperoleh karakteristik wanita atau laki-laki sampai minggu ketujuh. Mula-mula gonad tampak sebagai sepasang bubungan longitudinal yaitu genital atau gonadal ridge yang terbentuk dari proliferasi epitel dan pemadatan mesenkim. Akan muncul sel germinativum di antara sel-sel endoderm di dinding yolk sac dekat alantois. Sel akan bermigrasi di

description

oki

Transcript of IDK Oki - Embriologi Sistem Genitalia

Embriologi Sistem Genitalia

Semua mamalia betina bersifat homogamet, yaitu yang menghasilkan gamet dalam bentuk kromosom tunggal. Semua oosit secara genetik akan membawa 22 otosom dan 1 kromosom X (22X). Semua mamalia jantan bersifat heterogamet, yaitu yang memproduksi gamet dengan komplemen kromosom 22Y dan 22X.

Jika mudigah memiliki faktor spesifik dari kromosom Y maka embrio akan berkembang menjadi fenotip laki-laki dan membentuk testis. Jika tidak memiliki faktor spesifik dari kromosom Y maka embrio akan berkembang menjadi fenotip wanita.

Bagian kromosom Y yang mengandung gen penentu testis disebut dengan gen SRY (Sex Determining Region on Y) di lengan pendek (Yp11). Protein SRY adalah testis-determining factor yang memicu terjadinya perkembangan ke arah pria.

Gonad

Gonad belum memperoleh karakteristik wanita atau laki-laki sampai minggu ketujuh. Mula-mula gonad tampak sebagai sepasang bubungan longitudinal yaitu genital atau gonadal ridge yang terbentuk dari proliferasi epitel dan pemadatan mesenkim.

Akan muncul sel germinativum di antara sel-sel endoderm di dinding yolk sac dekat alantois. Sel akan bermigrasi di sepanjang mesenterium dorsal usus belakang. Sampai di gonad primitif pada minggu kelima dan menginvasi genital ridge pada minggu keenam. Jika sel-sel gagal mencapai bubungan maka gonad tidak akan terbentuk.

Sesaat sebelum dan setibanya sel-sel germinativum, epitel genital ridge akan berploriferasi dan menembus mesenkim yang akan membentuk korda iregular; disebut korda seks primitif. Gonad wanita dan pria susah dibedakan maka disebut gonad Indeferen.

Testis

Jika mudigah laki-laki berarti sel-sel germinativum primordial akan membawa kromosom seks XY. Dibawah pengaruh SRY, korda seks terus berploriferasi dan menembus dinding medula untuk membentuk testis atau korda medularis.

Ke arah hilus, korda terurai menjadi jalinan untaian halus sel membentuk tubulus rete testis. Perkembangan berlanjut, terbentuk suatu lapisan fibrosa disebut tunika albuginea yang memisahkan korda testis dari epitel permukaan.

Bulan keempat korda testis akan berbentuk seperti tapal kuda yang terdiri dari sel germinativum primitif dan sel sustentakuler sertoli yang berasal dari epitel permukaan. Mesenkim akan menghasilkan sel interstitial leydig yang terletak diantara korda-korda testis. Pada minggu kedelapan sudah mulai menghasilkan testosteron.

Korda testis memperoleh lumen membentuk tubulus seminiferus, nanti akan mengalami rekanalisasi dan selanjutnya akan menyatu membentuk duktuli eferentes yang nerupakan bagian sisa dari tubulus eksretorik mesonefros. Saluran tersebut menghubungkan rete testis dan duktus wolffii menjadi duktus deferens.

Duktus Genitalis

Stadium Indiferen

Awalnya mudigah memiliki dua pasang duktus genitalis yaitu duktus mesonefrikus (wolffii) dan duktus paramesonefrikus (muller).

Dibagian kaudal, duktus paramesonefrikus berjalan lateral dari duktus mesonefrikus kemudian menyilang disebelah ventral untuk tumbuh ke arah kaudomedial. Di garis tengah,

duktus tersebut berkontak dengan sisi berlawanan dan menyatu membentuk kanalis uteri. Bagian ujung membentuk penebalan disebut tuberkel.

Pada apendiks epididimis, duktus mesonefros menetap dan membentuk saluran genital. Dibawah muara duktulus eferentes, duktus memanjang dan berkelok-kelok membentuk duktus epididimis. Diujung epididimis sampai vesikula seminalis, duktus mesonefros membentuk duktus deferens.

Regulasi Molekul

SRY merupakan faktor utama dan gen utama dalam pembentukan testis. SRY bekerja sama dengan gen otosom SOX9.

SRY dan SOX 9 menginduksi testis untuk mengeluarkan FGF 9 sebagai suatu faktor kemotaksis yang menyebabkan tubulus dari duktus mesonefrikus menembus gonadal ridge. Jika tidak menembus maka diferensiasi akan berhenti.

SRY melalui SOX9 akan meningkatkan produksi SF1 (Steroidgenesis Factor 1) yang merangsang diferensiasi sel sertoli dan sel leydig. Di sel leydig akan terjadi sintesis testosteron. Testosteron akan masuk ke sel jaringan sasaran tetap utuh atau diubah menjadi dihidrotestosteron oleh 5α-reduktase yang akan berikatan dengan reseptor spesifik.

Kompleks hormon reseptor akan menginduksi duktus mesofrenikus untuk membentuk bagian lainnya.

Genitalia Eksterna

Pada minggu ketiga, sel mesenkim yang berasal dari regio garis primitif bermigrasi mengelilingi kloakalos untuk membentuk sepasang lipatan kloaka.

Pada bagian kranial, akan menyatu menjadi tuberkulum genitale. Pada bagian kaudal dibagian anterior, lipatan dibagi menjadi lipatan uretra (4 minggu). Pada bagian kaudal dibagian posterior akan menjadi lipatan anus (6minggu).

Penebalan genital (genital swelling) mulai tampak dikedua sisi lipatan uretra yang akan membentuk penebalan skrotum pada laki-laki.

Perkembangan dibawah pengaruh berbagai androgen yang disekresikan oleh testis janin dan ditandai oleh pemanjangan tuberkulum genitale, dibeut phallus. Phallus menarik lipatan uretra ke arah depan sehingga membentuk dinding lateral dari alur uretra yang berjalan disepanjang kaudal tapi tidak sampai glans.

Lapisan epitel alur yang berasal dari endoderm membentuk lempeng uretra. Akhir bulan ketiga, kedua lipatan uretra menutupi alur uretra dan membentuk uretra penis; slauran tersebut tidak sampai ujung.

Bagian distal terbentuk pada akhir bulan keempat, saat sel-sel ektoderm menembus ke arah dalam dan membentuk suatu korda epitel, kemudian korda memperoleh lumen sehingga terbentuk OUE (Ostium Uretrae Eksterna).

Penebalan genital selanjutnya bergerak ke arah kaudal membentuk separuh skrotum yang dipisahkan oleh septum skrotum.

Penurunan Testis

Menjelang akhir bulan kedua, mesenterium urogenital melekatkan testis dan mesonefros ke dinding posterior abdomen. Ketika mesonefros berdegenerasi, perlekatan berfungsi sebagai mesenterium bagi gonad. Di arah kaudal mesenterium akan membentuk ligamen yang disebut ligamentum genitale kaudale.

Juga terbentuk pemadatan mesenkim yang kaya akan matriks ekstrasel disebut gubernakulum. Terus berdiferensiasi membentuk bagian ekstra-abdomen yang mengakibatkan peningkatan tekanan intra-abdomen sehingga testis bergerak melalui kanalis inguinalis.

Normalnya:

- 12 minggu: testis berada didaerah inguinal.

- 28 minggu: testis bermigrasi melalui kanalis ingunalis.

- 33 minggu: testis mencapai skrotum.

Peritoneum rongga abdomen mengalami evaginasi membentuk prosesu vaginalis; mengikuti perjalanan gubernakulum sehingga testis dilapisi oleh tunika vaginalis. Saluran sempit tempat lewatnya testis mengalami obliterasi setelah lahir atau segera setelah itu.

Selain ditutupi oleh lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus vaginalis, testis juga diselubungi oleh lapisan dinding abdomen anterior yang dilewati:

- Fasia transversalis membentuk fasia spermatika interna.

- M. Oblikus internus abdominis membentuk fasia kremasterika dan m. Kremaster.

- M. Oblikus ekstrenus abdominis membentuk fasia spermatika ekstrena.

Referensi

Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakrta : EGC, 2010.