IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT...

93
IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESIS HELTI ANDRAINI 80823 Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Sains PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

Transcript of IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT...

Page 1: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT

TESIS

HELTI ANDRAINI 80823

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam mendapatkan gelar Magister Sains

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2011

Page 2: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

i

ABSTRACT

Helti Andraini. 2011. “Identification of Insecticide Residue on Tomato”. Thesis. Graduate Program. Padang State University.

Identification research of the impact of insecticide residue on tomato

plant (Lycopersicum commune) have been done at the center of vegetable plantation in Alahan Panjang village Solok District West Sumatra Province from May to September 2009..

The objective of this research were to identify the insecticide residue at tomato and to know the post harvest and farmer perception affect to insecticide residue rate at tomato.

Analysis of insecticide residue was conducted in a laboratory, while the method of taking sample implemented, was simple random sampling among the farmers who were planted tomato of that season. Identification of insecticide residue was done at the third of harvesting time that was decided as the peak of production. All samples were taken at the field was brought to the laboratory for the analysis of the insecticide residue based on the treatments such as: (1) without washing, (2) washing with only water, (3) washing with mama lemon detergent 0,2% and then washing with water, and (4) removing the inner skin of tomato. Every treatments was extracted and the residue of insecticide was identified. For the identification of the insecticide residue was used the Gas Chromatography and High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method, Otherwise the farmer perception to the insecticide application was collected through the survey method among the farmers who planted the tomato. The insecticide residue data was analysis as described above, and data farmer perception was analysis with univariate analysis.

The result of this research show that: at production center of vegetable at Solok District from three locations of the experiment such as: Jorong Alahan Panjang, Taluak Dalam, and Taratak Galundi was found 5 (five) kinds of insecticide residue with active ingredient known as Diazinon, Permethrin, Delthamethrin and Profenofos with concentration below maximum residue limit (MRL), and Chlorantriniliprole with concentration higher than MLR. After washing of tomato that the amount of insecticide was found decreasing and when the inner skin of tomato was removed, there was no insecticide residue was found, but if the farmer applied high doses and frequency there were more residue investigated. It could be understood that less of knowledge of the farmer in the pesticide application was the main problem to be overcome, which are caused the negative impact. From the survey data was found that the frequency of insecticide application more than ten time for one planting season and application was done one or two days before harvesting the tomato.

Page 3: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

ii

ABSTRAK

Helti Andraini. 2011. “Identifikasi Residu Insektisida Pada Buah Tomat”.Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Padang.

Peneltian identifikasi residu insektisida pada buah tomat (Lycopersicum

commune) telah dilakukan di sentra produksi sayuran Kabupaten Solok Sumatera Barat yaitu Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti dari bulan Mei hingga September 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kadar residu insektisida dan pengaruh perlakuan pasca panen serta dampak persepsi petani, terhadap kadar residu insektisida pada buah tomat.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis residu insektisida di laboratorium dan wawancara dengan petani setempat. Penentuan petani responden dilakukan dengan pengambilan contoh secara acak yang sedang menanam tomat, sedangkan pengambilan sampel di lapangan dilakukan secara acak pada panen ketiga (panen terbesar). Setelah pengambilan sampel dilapangan langsung dibawa ke laboratorium untuk di analisis sesuai dengan masing-masing perlakuan, yaitu: (1) tanpa dicuci, (2) dicuci dengan air saja, (3) dicuci dengan deterjen mama lemon 0,2% kemudian dicuci dengan air dan (4) dikupas kulit arinya. Masing-masing perlakuan diekstrak dan diidentifikasi kadar residunya. Untuk identifikasi residu insektisida digunakan metoda Kromatografi Gas dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC), sedangkan untuk mengetahui persepsi petani dilakukan dengan metoda survei dan wawancara dengan petani tomat. Data residu insektisida dideskripsikan, sedangkan data persepsi petani diolah secara analisis univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sentra produksi sayuran Kabupaten Solok, dari tiga lokasi yaitu: Jorong Alahan Panjang, Taluak Dalam, Taratak Galundi, ditemukan 5 jenis residu insektisida dengan bahan aktif Diazinon, Permetrin, Deltametrin, Profenofos dengan kosentrasi tidak melebihi BMR yang ditetapkan oleh pemerintah, dan Klorantriniliprol melebihi BMR. Setelah proses pencucian buah tomat terjadi penurunan pada residu insektisida dan pada tomat yang dibuang kulit arinya tidak dijumpai residu insektisida. Adanya residu insektisida pada tomat karena dosis dan frekuensi penyemprotan insektisida yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani tentang dampak negatif dari pemakaian pestisida. Dari hasil wawancara dengan petani frekuensi penyemprotan lebih dari sepuluh kali untuk satu musim tanam dan penyemprotan dilakukan satu sampai dua hari sebelum panen.

Page 4: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

iii

Persetujuan Akhir Tesis

Nama Mahasiswa : Helti Andraini

NIM : 80823 N a m a Tanda Tangan Tanggal Prof. Dr.Ir. Fachri Ahmad, MSc Pembimbing I

Prof. Dr. Agus Irianto Pembimbing II

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Mukhaiyar Prof. Dr. Eri Barlian, MSi NIP. 19500612 17603 1 005 NIP. 19610724 198703 1 003

Page 5: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

iv

Persetujuan Komisi

Ujian Tesis Magister Sains

No. N a m a Tanda Tangan

1.

Prof. Dr.Ir. Fachri Ahmad, MSc (Ketua)

2.

Prof. Dr. Agus Irianto (Sekretaris)

3.

Prof. Dr. Eri Barlian, MSi (Anggota)

4.

Drs. Ali Amran MPd, MA, PhD (Anggota)

5.

Dr. Abdul Razak SSi, MSi (Anggota)

Mahasiswa:

Nama : Helti Andraini NIM : 82803 Tanggal Ujian : 24 Januari 2011

Page 6: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

v

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya Tulis saya berupa tesis dengan judul Identifikasi Residu

Insektisida Pada Buah Tomat adalah asli belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang

maupun di Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, pemikiran dan rumusan saya sendiri

tanpa bantuan dari pihak lain kecuali arahan dari pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah

ditulis, dipublikasikan oleh orang lain kecuali kutipan secara tertulis

dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan dalam naskah saya

dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan dalam daftar

pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dari

pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa

pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena Karya Tulis ini, serta

sangsi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku.

Padang, Januari 2011

Saya Yang Menyatakan,

HELTI ANDRAINI NIM: 80823

Page 7: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan pada Allah SWT, dimana berkat

Rahmat dan KaruniaNYA penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dari

hasil penelitian dengan judul ”Identifikasi Residu Insektisida Pada Buah

Tomat”. Penelitian lapangan dilaksanakan di Nagari Alahan Panjang

Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dan analisis residu insektisida

pada buah tomat dilaksanakan di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dan

Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang.

Dengan selesainya penulisan tesis ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.Dr.Ir. H. Fachri Ahmad, MSc sebagai pembimbing pertama dan Prof.Dr. H. Agus Irianto sebagai

pembimbing kedua yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan

semangat serta penuh perhatian yang tidak henti-hentinya kepada penulis dari

awal sampai akhir penyelesaian tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan penghargaan dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof.Dr. Eri Barlian, MSi, selaku Ketua Program Ilmu Lingkungan

yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan tesis

ini.

2. Bapak Drs. Ali Amran, MPd, MA., PhD. dan Dr. Abdul Razak, SSi, MSi,

yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan dalam

penyempurnaan tesis ini.

3. Direktur Pascasarjana UNP, Staf Pengajar dan Staf Sekretariat PPs

Universitas Negeri Padang yang telah membantu dalam memberikan

kemudahan mulai dari proses perkuliahan sampai kepada proses

penyelesaian perkuliahan.

4. Rektor UMMY Solok yang memberikan izin kuliah dan BPPS Dikti

Kemendiknas yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan pada PPs

UNP.

Page 8: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

vii

5. Kepala dan staf laboratorium UPTD BPTPH Provinsi Sumbar yang telah

memberikan fasilitas dalam pelaksanaan uji laboratorium insektisida pada

buah tomat.

6. Kepala dan Staf laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Padang yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan uji

laboratorium insektisida pada buah tomat.

7. Kepala UPTD dan PPL KCD Dinas Pertanian Kecamatan Lembah Gumanti

Kabupaten Solok yang telah mrembantu dalam pelaksanaan penelitian

lapangan di Nagari Alahan Panjang.

8. Khususnya kepada suami tercinta (Ir. H. Nusyirwan Hasan, MSc., PhD) dan

anak-anak.tercinta (Andri Rahman Nusyirwan, SE dan Ilham Rahman

Nusyirwan) yang tetap memberikan semangat dan dorongan serta doa

selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kepada rekan-rekan mahasiswa ilmu lingkungan yang telah memberikan

bantuan selama mengikuti pendidikan. Staf pustaka PPs UNP dan semua

pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis berharap kiranya tesis ini dapat berguna bagi semua

pihak yang memerlukan dan menambah wawasan dalam bidang Ilmu

Lingkungan.

Padang, Januari 2011

Penulis

Page 9: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK BAHASA INGGRIS i

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ii

PERSETUJUAN AKHIR TESIS iii

PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS iv

SURAT PERNYATAAN v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 5

1.3. Pembatasan Masalah 5

1.4. Tujuan Penelitian 7

1.5. Manfaat Penelitian 7

BAB II. KAJIAN TEORI

2.1. Landasan Teori 9

2.1.1. Paparan Pestisida Terhadap Manusia 10

2.1.2. Pestisida 12

2.1.3. Penggolongan Pestisida 13

2.1.4. Pengaruh Pestisida Terhadap Lingkungan 15

2.1.5. Residu Pestisida 17

2.1.6. Toksisitas Pestisida Pada Manusia 18

2.1.7. Pengertian Deterjen dan Manfaatnya 19

Page 10: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

ix

2.1.8. Dampak Negatif Deterjen 21

2.1.9. Cara Mengurangi Residu Pestisida 21

2.1.10. Tanaman Tomat (Lycopersicum commune) 22

2.2. Kerangka Pemikiran 27

2.3. Hipothesis 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 31

3.2. Definisi Operasional 31

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian 33

3.4. Teknik Pengumpulan Data 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL 38

1. Analisis Residu Insektisida Pada Buah Tomat 38

2. Analisis Deskriptif (Univariat) 44

4.2. PEMBAHASAN 49

4.2.1. Analisis Residu Insektisida 49

4.2.2. Analisis Persepsi dan Tindakan Petani Tentang

Aplikasi Insektisida

57

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 61

5.2. Implikasi 62

5.3. Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 65

DAFTAR RIWAYAT PENELITI 69

Lampiran 70

Page 11: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

x

DAFTAR TABEL

1. Komposisi nilai gizi buah tomat segar per 100 gram buah tomat 26

2. Hasil analisis residu insektisida pada sayuran cabe dan kubis 29

3. Hasil análisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong

Alahan Panjang (lokasi satu), 2009

38

4. Hasil análisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong

Taluak Dalam (lokasi dua), 2009.

41

5. Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong

Taratak Galundi (lokasi tiga), 2009

43

6. Distribusi frekuensi pendidikan petani tomat di Nagari Alahan

Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, 2009

44

7. Distribusi frekuensi pengalaman petani tomat di Nagari Alahan

Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, 2009

45

8. Distribusi frekuensi pengetahuan petani terhadap tentang

pestisida terhadap lingkungan di Nagari Alahan Panjang,

Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, 2009

45

9. Distribusi frekuensi pengetahuan petani tentang dosis dan

cara mencampur pestisida oleh petani tomat di Nagari Alahan

Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, 2009

46

10. Distribusi pemakaian alat pelindung diri petani tomat di Nagari

Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten

Solok, 2009

47

11. Distribusi frekuensi alat pelindung diri oleh petani tomat di

Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti,

Kabupaten Solok, 2009.

47

Page 12: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

xi

12. Distribusi penyemprotan pestisida oleh petani tomat di Nagari

Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten

Solok, 2009.

48

13. Distribusi frekuensi jarak waktu penyemprotan pestisida oleh

petani tomat di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah

Gumanti, Kabupaten Solok, 2009

49

Page 13: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Rumus struktur kimia diazinon 50

2. Rumus struktur kimia permetrin 51

3. Rumus struktur kimia deltametrin 52

4. Rumus struktur kimia klorantriniliprol 53

5. Rumus struktur kimia profenofos 55

Page 14: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1 BMR beberapa jenis pestisida pada buah tomat 70

2. Daftar pertanyaan 74

3. Chromatogram larutan standar 79

4. Deskripsi baku pembanding 84

5. Chromatogram larutan sampel 85

6. Surat Mohon Izin Penelitian dari Program Pasca Sarjana UNP 99

7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari UPT Dinas

Pertanian Wilayah IV Alahan Panjang

100

8. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari BPTPH Sumbar

101

9. Dokumentasi rangkaian kegiatan penelitian 102

Page 15: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini banyak didukung oleh

program pemerintah seperti penyediaan input produksi (bibit, pupuk dan obat-

obatan), dan kredit bersubsidi. Teknologi produksi sayuran mengalami

kemajuan antara lain diperolehnya produktivitas sayuran yang tinggi. Varietas

unggul baru yang dihasilkan umumnya sangat tanggap terhadap input pupuk

dan pestisida kimia. Hal ini memberikan dampak terhadap perilaku petani

dalam mengaplikasikan pupuk buatan (an-organik) dan pestisida kimia secara

berlebihan. Usaha untuk meningkatkan produksi sayuran dengan cara tersebut

dihadapkan pada kenyataan bahwa sesudah beberapa waktu terjadinya

penurunan produktivitas lahan sayuran dan tercemarnya produk sayuran yang

dihasilkan oleh bahan kimia berbahaya karena meningkatnya penggunaan

pestisida dan pupuk an-organik.

Melihat kecenderungan pemakaian pestisida sejalan dengan usaha

peningkatan produksi sayuran, satu hal yang perlu disadari adalah dampak

negatif yang tidak dikehendaki seperti timbulnya resistensi atau resurjensi

hama, berubahnya status serangga bukan hama menjadi hama penting,

terbunuhnya musuh alami hama, keracunan terhadap manusia dan ternak

serta bahaya residu pada hasil tanaman dan lingkungan. Beberapa jenis

insektisida bersifat persisten dalam lingkungan, namun insektisida ini

mempunyai efek toksik yang lebih akut dan berbahaya (Novizan, 2007).

Tanaman sayuran merupakan komoditas yang banyak diusahakan oleh

petani di Sumatera Barat. Komoditas sayuran yang dominan adalah: kubis,

Page 16: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

2

tomat, kentang, bawang merah, dan cabe. Produksi sayuran dominan di

Sumatera Barat pada tahun 2007 adalah 18.170 ton bawang merah, 27.381

ton kentang, 85.712 ton kubis, 31.767 ton cabe, 25.578 ton tomat, 19.124 ton

terung, 14.671 ton buncis dan 16.906 ton mentimun. Untuk produksi tomat

(13.624 ton) dan kubis (66.247 ton) terbesar berasal dari Kabupaten Solok

(Bappeda Sumbar, 2008).

Usahatani tomat di Kabupaten Solok banyak dilakukan di daerah

dataran tinggi di Kecamatan Lembah Gumanti, Kecamatan Gunung Talang,

dan Kecamatan Danau Kembar. Di Kecamatan Lembah Gumanti tomat banyak

ditanam di Nagari Alahan Panjang, Sei Nanam, Air Dingin dan Salimpat. Nagari

terluas menanam tomat adalah Nagari Alahan Panjang pada tahun 2007

seluas 99 ha dengan produksi 3.298 ton (Nagari Alahan Panjang, 2008).

Dalam upaya peningkatan produksi tomat, serangan hama dan penyakit

merupakan kendala utama. Untuk mengatasi serangan hama, petani pada

umumnya menggunakan pestisida karena hasilnya dapat segera diketahui, dan

segera dapat dilaksanakan serta relatif lebih mudah dilakukan, terutama

apabila serangan hama meningkat. Harga pasaran komoditas tomat sering

tidak menentu dan kecenderungan sebagian konsumen yang menginginkan

produk tomat bebas dari serangan hama, maka keadaan ini mendorong petani

untuk meningkatkan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida tersebut

masih sering diaplikasikan beberapa hari sebelum buah tomat dipanen dan

mungkin pula pada saat akan dipanen.

Kebijakan global pembatas penggunaan pestisida sintetik, dapat

menjadi kendala di dalam meningkatkan ekspor komoditi pertanian, disamping

juga ketatnya peraturan mengenai keamanan lingkungan serta banyaknya

Page 17: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

3

kelemahan dalam pemakaian bahan kimia dan antibiotika untuk proteksi

pertanian (tanaman dan hewan) (Suwanto,1994).

Beberapa contoh produk pestisida masa depan yang ramah lingkungan

umumnya memperlihatkan sifat-sifat sebagai berikut: daya mobilitas di tanah

yang rendah, aktifitas unit yang tinggi, jangka waktu yang pendek, tidak

menguap, mudah didekomposisi oleh mikro organisme tanah, tingkat kadar

keracunan yang rendah pada hewan, biota perairan dan kehidupan

disekitarnya dan tingkat kerusakan produk yang rendah, yang tidak

membahayakan lingkungan. Penelitian pada pengendalian hama yang ramah

lingkungan yaitu melalui rekayasa genetik dengan membuat tanaman yang

resisten terhadap hama melalui pengetahuan bioteknologi. Penelitian juga

dilakukan pada perumusan bahan kimia yang ditujukan untuk memperbaiki

keamanan dan mengefektifkan kegunaan bahan kimia pertanian (Ton, 1991;

Uehara, 1993).

Menurut Sumarno (2006) deskripsi revolusi hijau tersebut secara

implisit menunjukkan seolah-olah terjadi tindakan eksploitatif terhadap

kemampuan lahan menyediakan hara tanaman, sehingga lahan menjadi cepat

kurus. Penggunaan pestisida secara bebas dikhawatirkan merusak ekologi

biota lahan, meracun hewan dan ternak, mencemari air, dan bahkan

peracunan lewat kontak per orang bagi petani.

Kekhawatiran terhadap dampak negatif revolusi hijau terhadap

kelestarian lingkungan, keselamatan petani, keamanan konsumsi pangan,

keberlanjutan sistem pertanian dan kelestarian keanekaragaman hayati telah

mendorong berbagai kalangan ilmuan, LSM, organisasi petani, kelompok

Page 18: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

4

konsumen untuk menyatakan anti revolusi hijau karena dianggap tidak ramah

lingkungan (Pranaji et al., 2005).

Di Indonesia residu pestisida telah ditemukan pada air, tanah, padi,

sayuran, ikan, susu sapi, dan ASI (air susu ibu). Sebagai contoh, di beberapa

daerah perdesaan di Jawa Barat, residu pestisida klor-organik ditemukan pada

tanah, sayuran, susu sapi dan ASI. Adanya pestisida klor-organik pada ASI

dan air susu sapi dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Juangsih, 1989).

Adanya residu pestisida dalam bahan sayuran yang melampaui batas

tertentu dapat membahayakan kesehatan konsumen, terutama yang

mengkonsumsi sayuran segar (mentah) tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Oleh karena itu untuk menghindari atau mengurangi efek samping yang

ditimbulkan akibat pemakaian pestisida, pemantauan secara rutin baik jenis,

kadar, formulasi, frekuensi, waktu dan cara aplikasi pestisida harus diketahui

dengan pasti.

Salah satu usaha dalam mengatasi limbah yang disebabkan

perkembangan teknologi dan peningkatan proses industrialisasi yaitu dengan

cara menerapkan teknologi yang sejalan dengan proses-proses alamiah

dengan adanya siklus-siklus tertutup tanpa membebani lingkungan.

Ekoteknologi merupakan salah satu cara untuk mengatasi problem lingkungan

yaitu teknologi yang memerlukan energi yang kecil dan menghasilkan buangan

sekecil mungkin (yang mampu diterima oleh lingkungan) atau bahkan tanpa

buangan sama sekali (Utami dan Rahayu,1996).

Page 19: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

5

1.2. Identifikasi Masalah

Pertanian Indonesia sejak tahun 1970 menerapkan teknologi revolusi

hijau dengan komponen utamanya varietas unggul baru, pupuk dan pestisida

sintetis, serta didukung oleh ketersedian air irigasi yang cukup. Produksi beras

sejak 1970 naik secara linear sehingga mencapai 30 juta ton mulai tahun 1995,

dan masih terus meningkat (Sumarno, 2006).

Untuk menghindari serangan hama dan meningkatkan produksi sayuran,

petani pada umumnya menggunakan pestisida, karena hasilnya dapat segera

diketahui dan mudah dilaksanakan. Dari hasil survei pendahuluan diketahui

bahwa pemakaian pestisida melebihi dosis, dan frekuensi yang melebihi

aturannya. Akibatnya sayuran hasil panen petani tercemar residu pestisida,

yang membahayakan kesehatan dan menimbulkan berbagai penyakit, apalagi

sayuran yang dikonsumsi secara segar tanpa dimasak.

Oleh karena itu untuk menghindari atau mengurangi efek samping dari

pemakaian pestisida perlu pemantauan secara rutin terhadap residu pestisida

pada sayuran, disamping itu juga sebagai masukan bagi petugas yang

berwenang baik penyuluh atau tim pengawas pestisida untuk ditindak lanjuti.

1.3. Pembatasan Masalah

Salah satu dampak negatif penggunaan pestisida adalah tercemarnya

produk tanaman, air, tanah dan udara. Di beberapa daerah di Jawa, residu

pestisida pada beberapa produk pangan termasuk kedelai telah mendekati

Batas Maksimum Residu (BMR) terutama senyawa organofosfat, karbamat,

dan organokhlorin. Residu pestisida berdampak negatif pula terhadap

metabolisme steroid, fungsi tiroid dan spermatogenesis serta sistem reproduksi

Page 20: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

6

manusia (Las, Subagyono dan Setiyanto, 2006). Residu insektisida dalam

sayuran dapat menimbulkan keracunan pada konsumen dan dapat

menghambat usaha pengembangan ekspor komoditas tersebut ke luar negeri,

karena negara-negara pengimpor khususnya negara-negara maju akan

menolak komoditas yang mengandung residu insektisida yang melewati nilai

ambang batas di negaranya.

Dari hasil pemeriksaan darah penduduk yang menjadi sampel di seluruh

Kecamatan di Kabupaten Solok oleh Dinas Kesehatan pada bulan Desember

tahun 2007, menunjukkan bahwa penduduk yang terbanyak terpapar

insektisida terdapat di Kecamatan Lembah Gumanti (±75%) dengan hasil

sebagai berikut: 30% dari penduduk dengan kadar enzim kholinesterase

sebesar 50%, dan 45% penduduk dengan kadar enzim kholinesterase sebesar

62%, sedangkan 25% penduduk dengan kadar enzim kholinesterase diatas

75%. Kadar enzim kholinesterase dianggap normal apabila kadungannya besar

dari 75%. Sedangkan pada Kecamatan lainnya penduduk yang terkontaminasi

insektisida kecil dari 41%. Bila darah keracunan insektisida kadar enzim

polinesterase darah akan turun (Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, 2007).

Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dari penelitian ini adalah:

1. Insektisida jenis apa yang banyak digunakan petani untuk pengendalian

hama pada tomat, dan berapa dosis yang diaplikasikan petani untuk

sayuran tersebut.

2. Sejauh mana pengaruh perlakuan pasca panen terhadap kadar residu

insektisida pada tomat.

Page 21: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

7

3. Apakah persepsi petani juga mempengaruhi tingkat residu insektisida pada

tomat.

Sampai saat ini belum banyak diketahui informasi tentang kadar residu

insektisida yang terkandung pada buah tomat di kawasan sentra produksi

sayuran di Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok Provinsi Sumatera

Barat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian identifikasi residu insektisida

pada tomat di lokasi tersebut, hal ini diperlukan untuk menjaga kesehatan

konsumen dan melengkapi informasi mengenai kandungan residu insektisida

pada tomat.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis, kadar residu insektisida

dan pengaruh perlakuan pasca panen serta dampak persepsi petani terhadap

kadar residu insektisida pada buah tomat.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini akan memberikan manfaat antara

lain:

1. Sebagai masukan bagi petani dan Pemerintah Daerah bahwa adanya

residu kimia pada tomat sebagai akibat penggunaan insektisida kimia.

2. Sebagai masukan bagi petani dan Pemerintah Daerah tentang

kandungan residu kimia pada buah tomat, walaupun kadarnya kecil dari

BMR bila dikonsumsi dalam jangka panjang dapat membahayakan

kesehatan konsumen.

Page 22: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

8

3. Masukan bagi konsumen apablia mengkonsumsi tomat sebaiknya dicuci

dengan mama lemon 0,2% dan air atau dikupas kulit arinya untuk

mengurangi dan menghilangkan residu kimia yang terdapat pada tomat..

4. Masukan bagi para peneliti untuk mencari alternatif lain untuk pengganti

penggunaan insektisida kimia untuk tanaman tomat.

5. Menambah dan memperkaya literatur bagi Program Studi Ilmu

Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang.

Page 23: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Landasan Teori

Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk

hidup lainnya melalui jalur pemaparannya. Menurut Widyastuti (2006) Badan

Kesehatan Dunia (WHO) selama 40 tahun telah melakukan evaluasi keamanan

terhadap berbagai zat tambahan makanan dan kontaminan makanan, obat-

obatan untuk hewan, dan residu pestisida dalam makanan. The Joint

FAO/WHO Expert Commetee on Food Additives (JECFA) menangani zat

tambahan makanan, dan kontaminan makanan serta obat-obatan untuk hewan.

Sedangkan the Joint FAO/WHO Meeting on Pesticides Residue (JMPR)

menangani residu pestisida dalam makanan. Kedua komite ahli tersebut

memberikan nilai taksiran asupan maksimum harian suatu substansi yang tidak

akan menimbulkan efek yang merugikan pada setiap tahapan apapun dalam

rentang kehidupan manusia yang disebut Asupan Harian yang dapat diterima

(Acceptable Daily Intake = ADI). ADI ini yang dipakai untuk menetapkan

tingkatan dosis yang aman dari substansi tersebut dalam makanan. Data yang

digunakan JECFA dan JMPR dalam pengkajian terhadap toksisitas zat kimia

dalam makanan, umumnya berasal dari serangkaian penelitian. Banyaknya zat

kimia yang dipakai dalam pertanian seperti pupuk mengandung nitrogen dan

sulfur, pestisida dan zat pengatur tumbuh, sehingga pertanian dapat sebagai

sumber zat kimia dilingkungan. Udara dapat tercemar pestisida saat

penyemprotan berlangsung. Penguatan droplet (tetesan kecil) selama

penyemprotan formula pestisida yang dapat terbawa oleh angin ketempat yang

Page 24: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

10

jauh. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang memperlihatkan

kandungan pestisida dalam kabut di perkotaan.

Air dapat terkontaminasi akibat pembuangan sisa pestisida yang

berlebih setelah penyemprotan, tumpahan yang tidak sengaja atau akibat

pemakaian pestisida di sungai atau kolam untuk mengendalikan pertumbuhan

dan penyebaran gulma (Girsang, 2009).

2.1.1. Paparan Pestisida Terhadap Manusia

Bila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan

perawatan kesehatan, maka orang yang sering berhubungan dengan pestisida

secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni

manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan akan tetapi juga pada

saat mempersiapkan atau sesudah melakukan penyemprotan. Kecelakaan

akibat pestisida pada manusia terutama dialami oleh orang yang langsung

melaksanakan penyemprotan, mereka dapat mengalami pusing selama

penyemprotan atau sesudahnya, dapat pula mengalami muntah-muntah, mulas,

mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan pada keracunan berat terjadi kejang-

kejang, pingsan dan berakhir dengan kematian (Girsang, 2009).

Dibeberapa negara, hanya ada sedikit kontrol atau anjuran mengenai

waktu penggunaan pestisida, tidak jarang pestisida disemprotkan beberapa

jam atau hari sebelum hasil pertanian dipanen. Hasil pertanian seperti itu

mungkin mengandung residu yang dapat menyebabkan paparan tingkat tinggi

jika segera dikonsumsi setelah panen. Dibeberapa negara, kejadian ini menjadi

masalah utama karena kebanyakan sayuran ditanam diladang-ladang kecil

dekat daerah perkotaan dan hasil pertanian yang telah disemprot langsung

Page 25: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

11

dipasarkan. Kadang-kadang pestisida sengaja disemprotkan saat hasil

pertanian sedang dipasarkan untuk mengendalikan lalat. Penggunaan

pestisida untuk mencegah kehilangan makanan selama penyimpanan atau

saat pendistribusiannya, juga dapat menimbulkan bahaya (hazard). Seperti

penyimpanan biji-bijian disemprotkan pestisida untuk mengendalikan hama

pengerat (Wydiastuti, 2006).

Selain kontaminasi langsung akibat penyemprotan terhadap makanan

hasil pertanian ada beberapa cara lain yang menyebabkan makanan

terkontaminasi pestisida. Contoh, daging mungkin mengandung pestisida

dalam kadar yang tinggi pada bagian atau pada jaringan tertentu setelah

desinfeksi ternak atau penanggulangan vektor. Contoh lain, ikan yang

ditangkap di sawah yang padinya disemprot pestisida (Girsang, 2009).

Sudah banyak negara yang memiliki peraturan, tentang kontaminasi

makanan sehingga makanan setempat dan makanan impor secara teratur di

analisis. Mayoritas kasus keracunan pestisida yang tidak disengaja terjadi

dikalangan petani dan keluarga mereka. Paparan terjadi terutama selama

pencampuran atau penyemprotan (Novizan, 2007).

Efek akut yang berkaitan dengan paparan okupational terhadap

pestisida akibat terkena pestisida seperti mata perih, kerusakan kulit, efek

neurologis, efek pada hati dan masalah reproduksi, serta beresiko terkena

kanker (Djojosumarto, 2008). Terpaparnya manusia oleh pestisida melalui

adsorbsi kulit (dermal), adsorbsi melalui paru-paru, adsorbsi melalui

pencernaan (termakan).

Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa

mempengaruhi kesehatan konsumen yang mengkonsumsi produk pertanian

Page 26: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

12

yang mengandung residu pestisida. Dewasa ini residu pestisida dalam

makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu ini,

terutama terdapat pada sayuran seperti kubis, tomat, petsay, bawang, cabe,

anggur dan buah-buahan lainnya. Sebab jenis bahan makanan diatas

umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi,

bisa sepuluh sampai limabelas kali dalam satu musim tanam, bahkan beberapa

hari sebelum panen masih dilakukan aplikasi pestisida (Girsang, 2009).

2.1.2. Pestisida

Pestisida merupakan semua bahan kimia, campuran zat kimia atau

bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme) bersifat racun yang digunakan

untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Dalam

menentukan jenis pestisida yang tepat, perlu diketahui karakteristik pestisida

yang meliputi efektifitas, selektifitas, fitotoksisitas dan residu (Novizan 2007).

Efektifitas merupakan daya bunuh pestisida terhadap OPT. Selektifitas

merupakan kemampuan pestisida membunuh OPT secara selektif, dimana

suatu pestisida lebih toksik terhadap sejumlah serangga tertentu dan tidak atau

kurang toksik terhadap sejumlah serangga lainnya. Selektifitas insektisida lebih

menekankan kemampuan insektisida untuk memilih OPT sasaran tanpa

merugikan organisme non-target, termasuk musuh alami dan serangga

berguna lainnya (Djojosumarto, 2008). Fitotoksisitas merupakan suatu sifat

yang menunjukkan potensi pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi

tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi. Residu

adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprotan yang akan

bertahan sebagai racun sampai batas waktu tertentu (Novizan, 2007).

Page 27: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

13

Namun dewasa ini penggunaan pestisida sering melampaui batas

ketentuan yang semestinya baik frekuensi maupun dosis, karena petani

beranggapan bahwa makin banyak menggunakan pestisida makin aman dari

OPT dan hasil panennya akan semakin baik. Cara-cara penggunaan pestisida

seperti tersebut di atas dapat memperbesar peluang meningkatnya kadar

residu pada sayur dan buah, dimana cara itu sampai sekarang masih dipakai.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan perlu diperhatikan tiga prinsip

sebagai berikut: (1) Digunakan secara legal, yaitu sesuai peraturan dan

perundang-undangan; (2) Digunakan sesuai petunjuk pemakaian, dan (3)

Digunakan secara bijak sesuai tujuan utama yaitu mengendalikan OPT (Balai

Proteksi Tanaman Pangan Sumbar, 2005).

2.1.3. Penggolongan Pestisida

Pestisida menurut Djojosumartono (2008) dapat diklasifikasikan

berdasarkan:

1. Struktur kimia yaitu berdasarkan gugus dalam senyawa, dibagi sebagai

berikut:

a. Yang memiliki gugus fosfat disebut kelompok organofosfat, banyak

digunakan untuk pengendalian hama. Golongan organofosfat ini

menghambat enzim kolinesterase. Kelompok organofosfat (fosfat organik)

lebih banyak dipakai karena sangat beracun dan ampuh terhadap hama

dengan melumpuhkan syaraf, dan mudah dikomposisi di alam. Produk dan

formulasi golongan organofosfat ini banyak diproduksi.

b. Golongan karbamat, juga merupakan racun syaraf pada hama dengan

menghambat enzim kolenesterase. Golongan karbamat juga

Page 28: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

14

banyak formulasinya dan mudah diurai dilingkungan, sehingga banyak

digunakan.

c. Yang mempunyai gugus triazin dikelompokkan kedalam kelompok triazin.

d. Yang memiliki gugus urea dikelompokkan kedalam kelompok urea.

e. Hidrokarbon yang berklor seperti DDT, sangat berbahaya dan sukar

terdekomposisi, sekarang pemakaian sudah dilarang sebagai pestisida.

f. Golongan piretroid, merupakan insektisida sintetik yang bersifat sebagai

racun kontak. Golongan ini mempunyai spektrum luas terhadap banyak

spesies serangga dan mudah terurai oleh cahaya matahari.

Golongan organofosfat menghambat pseudokolinestrase dalam plasma

dan kolinesterase dalam sel darah. Penghambatan kerja enzim karena gugus

fosfat melakukan posporilasi enzim dalam bentuk komponen yang stabil yaitu

posporilatet kolinesterase sehingga acetilkolin meningkat dan melumpuhkan

syaraf.

Golongan karbamat mekanisme toksisitasnya hampir sama dengan

organofosfat dimana enzim kolinesterase dihambat dan mengalami karbamilasi

sehingga melumpuhkan syaraf.

Golongan organokhlorin menyebabkan gangguan neurotoksin pada otak

dan melumpuhkan syaraf otak yang disebabkan oleh gugus khlorin.

Sedangkan golongan anthranilic diamide cara kerjanya hampir sama dengan

organokhlorin, karena mengandung gugus aktif khlorin..

2. Berdasarkan Organisme Pengganggu Tanaman Sasaran.

Pestisida dikelompokkan menjadi: insektisida, akarisida, moluskasida,

rodentisida, nematisida, fungisida, bakterisida, herbisida, algisida, pikisida,

Page 29: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

15

avisida, repellant (penolak), attraktant (penarik), dan plant aktivator

(Djojosumarto, 2008).

2.1.4. Pengaruh Pestisida Terhadap Lingkungan

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan tidak selektif berpotensi

menimbulkan dampak negatif bagi pengguna, konsumen, lingkungan serta

dampak sosial eknomi seperti: a) Dampak negatif bagi keselamatan pengguna

secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan, b) Dampak bagi

konsumen yang mengkonsumsi produk pertanian yang mengandung residu

pestisida dalam jumlah besar, c) Pencemaran lingkungan (air, tanah dan

udara), d) OPT menjadi kebal terhadap penggunaan pestisida (resistensi), e)

Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurjensi hama),

f) Timbulnya hama baru, g) Terbunuhnya musuh alami hama, dan h) Biaya

produksi menjadi lebih tinggi (Djojosumarto, 2008).

Tujuan penggunaan pestisida harus ditekankan untuk menurunkan

populasi hama dan menghentikan serangan penyakit dan keberadaannya tidak

menyebabkan kerugian ekonomis (Djojosumanto, 2008). Bahan aktif pestisida

sintetik bersifat toksik tidak hanya bagi organisme target yaitu hama tetapi juga

pada organisme lain termasuk manusia dan hewan. Bahan aktif bersifat

persisten pada bahan tanaman dan tanah. Pada bahan tanaman beresiko

tinggi karena dapat terkonsumsi oleh manusia, sedangkan pada tanah dapat

menyebabkan kematian organisme penghuni tanah termasuk mikro organisme.

Aplikasi pestisida secara umum menyebabkan efek samping

membunuh sejumlah besar serangga bermanfaat seperti predator dan

parasitoid termasuk menekan berbagai patogen serangga akibat berbagai jenis

Page 30: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

16

fungisida. Pestisida telah merusak keseimbangan alami pada lahan pertanian

dan menyebabkan penurunan kelimpahan keanekaragaman hayati (Khan,

2003).

Munadir (1990) mengemukakan bahwa dengan semakin banyaknya

kandungan unsur-unsur toksik yang ada dalam tanah akibat pemberian

pestisida yang relatif tahan terhadap biodegradasi akan dapat merugikan

aktifitas mikroorganisme tanah dan kandungan biomassanya dapat

berpengaruh terhadap proses daur ulang unsur hara tanah. Selanjutnya

Novizan (2007), menyatakan persistensi pestisida dalam tanah sangat

bervariasi tergantung dari macam pestisida tersebut. Proses dekomposisi

pestisida oleh mikrobia dapat secara: a) degradasi, sehingga dapat

menyebabkan detoksitasi dan mineralisasi pestisida, b) aktivasi senyawa yang

awalnya bersifat non toksik menjadi toksik, dan c) transformasi senyawa yang

bersifat toksik menjadi produk yang berguna bagi mikroorganisme, tumbuhan

dan hewan.

Beberapa parameter yang dapat menjadi indikator pengaruh pestisida

terhadap mikroorganisme tanah adalah: 1) perubahan pH tanah sehingga

menghambat pertumbuhan dan aktifitas metabolik, 2) kadar C organik tanah, 3)

berkurang dan bahkan hilangnya keragaman mikroorganisme tanah, 4)

pengukuran biomassa, C, N dan P, dan 5) respirasi mikroorganisme tanah

(Goffman, Hanson, Kiviat dan Stevens, 1996).

Pencemaran perairan disekitar lahan pertanian dapat terjadi

disebabkan oleh terbawa angin diwaktu menyemprot dan dibawa aliran air

hujan terutama pestisida golongan organoklorin yang tidak dapat mengalami

biodegradasi, sedangkan organofosfat terurai setelah 10 hari (Sudarmo, 1991).

Page 31: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

17

2.1.5. Residu Pestisida

Menurut Novizan (2007) residu pestisida adalah racun yang tinggal

pada tanaman setelah penyemprotan yang bertahan sebagai racun sampai

batas waktu tertentu. Jika residu pestisida terlalu lama bertahan pada bagian

tanaman yang disemprot, akan berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup

lainnya, karena residu pestisida akan termakan oleh manusia saat

mengkonsumsi hasil pertanian. Residu pestisida dalam bahan makanan

khususnya sayuran, selain berasal dari pestisida yang langsung diaplikasikan

pada tanaman dapat juga karena kontaminasi atau karena tanaman ditanam

pada tanah yang mengandung residu pestisida yang persisten. Jumlah residu

pestisida yang tertinggal pada tanaman (bahan makanan), tergantung antara

lain pada cara, waktu dan banyaknya aplikasi serta dosis setiap aplikasi. Waktu

aplikasi terakhir sebelum panen sangat penting karena menentukan sekali

banyaknya residu yang ditemukan pada waktu hasil dipanen. Makin panjang

jarak waktu antara aplikasi dengan panen makin sedikit residu yang tersisa

pada hasil tanaman.

Menurut Djojosumanto (2008), beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kandungan kadar residu pestisida dalam tanaman, diantaranya

adalah:

1. Banyaknya jenis pestisida yang digunakan petani dengan bermacam-

macam bahan aktif dan konsentrasinya.

2. Jarak waktu antara panen dan aplikasi pestisida terakhir, juga dosis dan

frekuensi yang digunakan.

3. Perlakuan pasca panen seperti pencucian, perendaman, perebusan,

pendinginan dan lain-lain.

Page 32: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

18

4. Cara aplikasi pestisida oleh petani

5. Tingkat curah hujan.

6. Tingkat penyerapan sisa pestisida dalam tanah.

Faktor lain yang cukup penting adalah tingkat ketelitian pelaksanaan

dan peralatan yang digunakan dalam analisis residu pestisida tersebut di

laboratorium. Untuk melindungi konsumen dari bahaya keracunan, maka

negara-negara tertentu telah menetapkan batas maksimum residu pestisida

Maximum Residue Limit (MRL) atau Batas Maksimum Residu (BMR), yang

boleh terkandung dalam komoditas pertanian. Untuk mengendalikannya perlu

dilakukan monitoring penggunaan pestisida secara berkala oleh Dinas terkait

dan analisis residu pestisida oleh BPTPH.

Untuk mengurangi residu pestisida pada komoditi hasil pertanian,

perlakuan pasca panen seperti pencucian dapat menurunkan residu pestisida

pada hasil pertanian. Pencucian ini lebih bersih bila menggunakan deterjen

seperti mama lemon yang bisa digunakan untuk sayur dan buah pada

konsentrasi tertentu sebelum dikonsumsi.

2.1.6. Toksisitas Pestisida pada Manusia

Toksisitas akut suatu senyawa digambarkan oleh Lethal Dosage (LD)

50-nya. Senyawa organofosfat dan karbamat pada umumnya mempunyai

harga LD 50 lebih tinggi dari senyawa organokhlor. Kasus keracunan akut

jarang dijumpai di masyarakat, sedangkan kasus keracunan kronis pada

umumnya dijumpai pada pelaksana pengendalian hama (petani) dan mereka

yang bekerja pada industri pestisida. Pada pestisida yang bersifat persisten

seperti insektisida organokhlor kemungkinan terjadi keracunan kronis lebih

Page 33: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

19

besar dari pada pestisida yang tidak persisten. Hal ini terjadi karena adanya

bioakumulasi yaitu proses dinamika yang terjadi bila pemasukan lebih besar

dari pengeluaran. Karena sifatnya yang lipofilik senyawa organokhlor yang

masuk kedalam tubuh akan segera terdistribusi ke dalam jaringan dengan

kandungan lemak yang tinggi lalu tersimpan dalam lemaknya. Senyawa

organokhlor tersebut dapat diekresikan bersama dengan lemak melalui air

susu sehingga terjadi transfer residu insektisida yang telah terakumulasi dalam

tubuh ibu kepada anak yang disusuinya. Hal ini perlu mendapat perhatian

karena anak jauh lebih peka daripada orang dewasa (Nugrohati dan Untung,

1986).

Rendahnya kadar residu pestisida dalam makanan jelas tidak akan

menimbulkan gejala keracunan kronis maupun akut, tetapi dapat menimbulkan

efek subtil (subtle effect) yaitu efek lanjut jangka panjang yang terjadi pada

dosis rendah yang berkali-kali. Penelitian mengenai efek subtil pada manusia

tidak mungkin dilakukan, sehingga pengamatan pada hewan percobaan

merupakan indikasi utama pada manusia. Efek subtil dapat berupa perubahan

histologis dan patologis (penyakit) seperti: efek karsinogenik, tumorigenik,

mutagenik dan teratogenik (Djojosumanto, 2006).

2.1.7. Pengertian Deterjen dan Manfaatnya

Menurut Info POM (2003) Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia, deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari

bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun deterjen

mempunyai unggulan antara lain: daya cuci yang lebih baik serta tidak

terpengaruh oleh kesadahan air. Umumnya deterjen terdiri dari Surfaktan,

Page 34: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

20

Builder, Filler dan Additives. Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda yaitu suka air (hydrophile) dan suka lemak

(hydrophobe). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air

sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.

Empat kategori surfaktan yaitu: anionik seperti ABS, LAS dan AOS, kationik

seperti garam ammonium, non ionik seperti NPE dan amphoterik seperti AEA.

Pembentuk (Builder) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan

dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Empat kategori

builder: phosphates seperti STPP, acetates seperti NTA dan EDTA, silicates

seperti zeolit dan citrates seperti citrate acid. Pengisi (filler) adalah bahan

tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya

cuci tetapi menambah kuantitas seperti sodium sulfate. Additives adalah bahan

tambahan untuk membuat produk lebih menarik misalnya pewangi, pelarut,

pemutih, pewarna untuk tujuan komersialisasi seperti enzym, borax, CMC dan

NaCl.

Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini

meluas dalam bentuk produk-produk seperti: (1) Personal cleaning product

yaitu produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan dll, (2) Laundry,

sebagai pencuci pakaian, (3) Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat

rumah tangga, dan (4) Household cleaner, sebagai pembersih rumah tangga

seperti pembersih lantai. Kemampuan deterjen untuk menghilangkan kotoran

yang menempel pada kain dan objek lain disamping itu juga mengurangi

keberadaan kuman dan bakteri (BPOM RI, 2003).

Page 35: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

21

2.1.8. Dampak Negatif Deterjen

Deterjen dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan

lingkungan. Surfaktan dapat menyebabkan iritasi pada tangan, permukaan kulit

kasar dan hilangnya kelembaban alami kulit. Hasil pengujian kulit hanya

memiiki toleransi kontak dengan kandungan 1% surfaktan LAS. Surfaktan

umumnya tidak ramah lingkungan ada yang tidak biodegradabel seperti ABS.

Builder fungsinya menurunkan tegangan permukaan air biasanya senyawa

fosfat untuk menghilangkan kesedahan air. Kelebihan senyawa fosfat (PO4)

menyebabkan eutrofikasi (pengayaan unsur hara yang berlebihan) di badan air.

Hal ini menyebabkan tumbuhnya algae dan fito plankton yang berelebihan

yang merupakan makanan bakteri, sehingga bakteri berlebihan, dan badan air

kekurangan oksigen sehingga membahayakan kehidupan makhluk air yang

lain. Maka sebaiknya dipakai builder yang lain seperti zeolit dan sitrate (BPOM

RI, 2003).

Sabun dibuat melalui proses saponifikasi, yang terbuat dari

pencampuran soda kaustik dengan minyak nabati ataupun minyak hewani

(Fessenden dan Fessenden, 1983). Sabun bersifat biodegradabel tapi daya

cucinya rendah dibanding deterjen. Sabun umumnya tidak menimbulkan iritasi

pada kulit.

2.1.9. Cara Mengurangi Residu Pestisida

Untuk masyarakat pada umumnya, pemasukan pestisida terutama

melalui makanan. Adanya efek lanjut jangka panjang karena dosis rendah yang

berulang-ulang mengharuskan usaha penurunan tingkat residu pestisida dalam

Page 36: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

22

makanan sampai tingkat yang serendah-rendahnya. Usaha ini dapat dilakukan

dilapangan dan penanganan pasca panen.

Usaha mengurangi residu pestisida di lapangan dapat dilakukan dengan

berbagai cara (Nugrohati dan Untung, 1986) yaitu:

1. Pemilihan jenis insektisida yang efektif terhadap hama, aman bagi

manusia dan lingkungan serta memiliki persistensi yang rendah,

sehingga meninggalkan residu serendah mungkin.

2. Penggunaan dan pengembangan jenis-jenis insektisida yang baru, yang

lebih spesifik dan aman seperti insektisida biologis, Insect Growth

Regulator, atraktan dan lain-lain.

3. Penggunaan dosis dan cara aplikasi yang tepat sesuai dengan

rekomendasi.

4. Frekuensi penyemprotan pestisida dikurangi, hanya apabila perlu, yaitu

sewaktu jumlah populasi hama melebihi tingkatan yang merugikan

secara ekonomis.

2.1. 10. Tanaman Tomat (Lycopersicum commune)

Budidaya tomat dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian tempat

0–1.250 m dpl (diatas permukaan laut). Curah hujan sesuai dengan

pertumbuhannya adalah 750–1.250 mm/tahun. Di daerah beriklim basah tomat

mudah terserang penyakit layu Fusarium. Sesuai dengan jenis varietas yang

diusahakan pertumbuhan optimal dengan suhu siang hari 24oC dan malam

antara 15–20oC. Pada temperatur diatas 32oC warna buah tomat cenderung

kuning, dan didaerah bersuhu 24oC warna buah tomat bewarna merah, dan

suhu tidak stabil warna buah tomat tidak merata (Cahyono, 2008).

Page 37: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

23

Pemeliharaan Tomat

Tanaman tomat memerlukan unsur hara makro: N, P, K, Ca dan Mg

serta unsur mikro Zn dan B. Untuk memperbaiki pertumbuhan dan posisi

tumbuhnya tegak dipasang turus (ajir) dan untuk meningkatkan hasil dilakukan

pemangkasan anak cabang. Penanaman sebaiknya memakai mulsa plastik

perak hitam untuk mengurangi gulma. Tanaman tomat memerlukan air yang

banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan dan sifat fisik buah tomat yang

dihasilkan (Wiryanta, 2008).

Hama dan Penyakit Utama Tomat

Hama utama sering ditemukan merusak tanaman tomat antara lain: Ulat

tanah (Agrotis ipsilon Hunt), ulat penggerek buah (Helicoverpa armigera Hubn),

kutu kebul (Bemisia tabaci Genn), ulat grayak (Spodoptera litura F.), dan ulat

jengkal (Plusia sp). Sedangkan penyakit utama yang ditemukan pada tanaman

tomat adalah sebagai berikut: layu bakteri (Ralstonia solanacearum), bercak

coklat (Alternaria solani). layu cendawan (Fusarium oxysporum), busuk daun

(Phytophtora infestans), mosaik virus disebabkan virus marmor tabaci holmes

(Cahyono, 2008).

Standar Operasional Penggunaan Pestisida

Sesuai dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peratuiran

Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OT.210/9/97 Tentang Pedoman

Pengendalian OPT. Penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT

Page 38: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

24

merupakan alternatif terakhir. Pengertian alternatif terakhir adalah apabila

semua teknik/cara pengendalian yang lainnya (misalnya cara bercocok tanam,

secara biologis, fisik, mekanis, genetik, dan karantina) dinilai tidak memadai.

Pengendalian OPT bertujan untuk menekan serangan OPT guna

mempertahankan produksi dengan sistem PHT agar OPT terkendali tanpa

merusak tanaman dan lingkungan. Standar pengendalian OPT dilakukan

dengan pengamatan dan identifikasi OPT dilahan secara bekala. Tentukan

jenis tindakan yang akan dilakukan. Pengendalian OPT dilakukan bila

serangan mencapai ambang pengendalian sesuai dengan kondisi serangan

dan fase pertumbuhan tanaman sesuai dengan teknik yang dianjurkan seperti

pemakaian pestisida (Distan Sumbar, 2010)..

Untuk memperkecil dampak negatif penggunaan pestisida dalam hal ini

memperkecil residu pestisida pada hasil pertanian diperlukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Pemilihan pestisida yang tepat jenis yaitu sesuai dengan OPT sasaran yang

dapat dibaca pada label kemasan.

2. Memilih pestisida yang mudah terurai, jadi yang tidak persisten. Berdasarkan

sifat fisiko kimianya pestisida ada yang mudah berubah menjadi senyawa

lain disebut non persisten, yang ditentukan oleh waktu paruh (Decomposition

Time 50=DT 50), makin pendek waktu paruhnya makin cepat terurai.

3. Cara aplikasi pestisida

a. Waktu aplikasi, aplikasi pestisida hanya dilakukan pada waktu intensitas

serangan OPT telah melampaui ambang ekonomi atau ambang

pengendalian. Waktu yang tepat untuk penyemprotan adalah pada pagi

Page 39: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

25

hari setelah embun hilang sampai jam 10.00 atau sore hari sekitar antara

jam 15.00-17.00. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan arah angin dan

tidak dilakukan penyemprotan kalau hari hujan.

b. Dosis aplikasi, yang digunakan adalah dosis dan konsentrasi minimum

yang efektif terhadap OPT sasaran seperti yang dicantumkan dalam

kemasan. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan pestisida tidak

berlebihan, karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

tingginya residu, mempercepat resistensi hama dan pencemaran

lingkungan.

c. Sasaran aplikasi perlu diupayakan semaksimal mungkin, aplikasi

pestisida harus pada sasaran yang tepat yaitu pada bagian tanaman

yang terserang atau bagian dimana adanya OPT.

d. Aplikasi pestisida yang terakhir diusahakan sejauh mungkin sebelum

panen. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu hasil tanaman dipanen

sebagian besar pestisida sudah terurai, sehingga residunya hanya sedikit.

Jangan mengaplikasikan pestisida menjelang atau setelah panen,

kecuali pada kondisi tertentu yang memang memerlukan aplikasi.

e. Tidak menggunakan bahan perekat. Bahan perekat adalah bahan

tambahan (ajuvan) yang dijual secara terpisah dari pestisida yang

bertujuan supaya pestisida tidak tercuci oleh hujan.

f. Alat dan teknik aplikasi yang tepat. Alat aplikasi antara lain penyemprot

(sprayer), penghembus (duster) dan fogger disesuaikan dengan jenis

pestisida.

Page 40: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

26

Nilai Gizi dan Manfaat Tomat

Menurut Musadad dan Hartuti (2002), buah tomat memiliki potensi

kegunaan yang banyak antara lain: bisa digunakan sebagai buah meja,

makanan, minuman, sayuran, bumbu masak, bahan pewarna, bahan kosmetik

dan obat-obatan. Akhir ini ditemukan bahwa buah tomat segar dapat

membangkitkan selera makan bagi penderita “aneroksia” (hilangnya nafsu

makan akibat stress) dan keroten yang terkandung didalamnya dapat

menghambat perkembangan sel kanker.

Tomat tergolong sayuran buah banyak digemari karena rasanya enak,

segar dan sedikit asam, serta mengandung zat gizi berguna bagi kesehatan.

Buah tomat mengandung vitamin A, C dan B, protein, lemak, karbohidrat, serta

mineral tertentu yang berguna bagi tubuh (Direktorat Gizi Depkes RI, 1990),

komposisi nilai gizi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1. Komposisi nilai gizi buah tomat segar per 100 gram buah tomat.

Zat kimiawi yang terkandung Jumlah dalam tiap jenis

Tomat muda Tomat masak Air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Mineral: Kalsium (mg) Fosfat (mg) Besi (mg) Vitamin : A (Si) B1 (mg) C (mg) Energi (kal)

93,00 2,00 0,70 2,30 5,00

27,00 0,50

320,00 0,70

30,00 23,00

94,00 1,00 0,30 4,20 5,00

27,00 0,50

500,0 0,06

40,00 20,00

Sumber: Direktorat Gizi Dept. Kesehatan RI (1990)

Page 41: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

27

Seperti sayuran lain, komponen tertinggi dari buah tomat adalah: air

yaitu ±93%, umumnya mengakibatkan daya simpan yang rendah, dan mudah

busuk. Jadi perlu penanganan pasca panen.

Penanganan Pasca Panen Tomat

Penanganan pasca penen buah tomat menurut Musadad dan Hartuti

(2002) meliputi antara lain:

1. Meliputi sortasi, pencucian, pelilinan, pengemasan, pengangkutan dan

penyimpanan.

2. Pengolahan, dalam bentuk pasta, saus, manisan, dodol dan juice.

Panen

Kriteria masak petik optimal menurut Musadad dan Hartuti (2002)

ditentukan berdasarkan antara lain: (1) Visual (warna, bentuk, ukuran); (2) Fisik

(mudah dipetik); (3) Analisis kimia (kadar gula, asam dan pati); (4) Komputasi

(jumlah hari tanam atau setelah bunga mekar), (5) Fisiologis (jumlah rongga,

kekentalan cairannya).

Berdasarkan visual antara lain: (a) Tumbuhnya warna gading pada buku

buah tomat; (b) Jika buah di belah bijinya menyamping, dan (c) Di sekitar biji

terdapat lendir yang licin.

2.2. Kerangka Pemikiran

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang

dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad

renik dan virus yang dipergunakan untuk: (1) Memberantas atau mencegah

hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil

pertanian; (2) Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu (gulma);

Page 42: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

28

(3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; (4)

Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman ataupun bagian-bagian

tanaman (tetapi tidak termasuk dalam golongan pupuk); (5) Memberantas atau

mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak; (6) Memberantas

hama-hama air; (7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan

jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat

pegangkutan, dan (8) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang

bisa menyebabkan penyakit pada manusia (Direktorat Sarana Produksi, 2006).

Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman (2004), residu pestisida

adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian, bahan pangan,

atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari

penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan pestisida, seperti

senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi dan zat pengotor yang

dapat memberikan pengaruh toksikologis.

Pengaruh negatif dari penggunaan pestisida pada tanaman terlihat antara

lain dari tingginya residu pestisida pada beberapa sayuran, tanaman pangan,

air sumur dan sawah serta dalam darah petani. Dilaporkan bahwa pada tanah,

air dan sayuran di daerah Jawa Tengah dan Bali ditemukan kandungan residu

insektisida organoklorin dan organofosfat dengan konsentrasi cukup tinggi.

Beberapa sayuran seperti tomat, kubis, dan wortel di Lembang, Pengalengan

dan Kertasari, Bandung juga mengandung residu pestisida profenofos,

deltametrin, klorpirifos, dan permetrin. Jika sayuran tersebut dikonsumsi secara

terus menerus tanpa memperhatikan cara pengolahan yang baik, kemungkinan

akan menyebabkan keracunan (Sutrisno, Setyanto dan Kurnia, 2009).

Page 43: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

29

Tabel 2. Hasil analisis residu insektisida pada sayuran cabe dan kubis.

Lokasi Komoditi Golongan Jenis bahan

aktif Hasil

analisa BMR

Pariangan, Kabupaten Tanah Datar

Cabe Organokhlor Endosulfan DDT BHC

0,03 0,02 0,06

1,00 1,00 0,30

Organofosfat Profenofos Fentoat

0,02 0,02

0,05 1,00

Piretroid Sipermetrin 0,02 1,00

Karbamat Propineb Mankozeb

0,02 0,01

0,50 0,02

Lembang Jaya, Kabupaten Solok

Kubis Organokhlor Endosulfan BHC Heptakhlor

0,03 0,10 0,01

1,00 0,30 0,02

Organofosfat Prefonofos Diazinon

0,02 0,06

0,05 0,05

Piretroid Sipermetrin 0,13 0,50 Sumber: BPTPH II (Sumbar, Riau, dan Jambi, 1998).

Hasil observasi residu pestisida pada tanaman cabe dan kubis di

Provinsi Sumatera Barat (BPTPH II, Sumbar, Riau dan Jambi, 1998),

menunjukkan bahwa terdapat residu pestisida pada sayuran cabe dan kubis

tetapi residu insektisida masih berada dibawah nilai BMR. Kecuali pada

diazinon untuk kubis besar dari BMR yaitu 0,06 mg/kg. Hasil analisis residu

insektisida selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 di atas.

BMR beberapa jenis pestisida pada buah tomat menurut Direktorat

Pupuk dan Pestisida (2002) dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tingkat keracunan pestisida dalam darah menunjukkan variasi pada

setiap individu, tetapi praktisnya tetap pada setiap orang, tingkat keracunan

pestisida normal pada manusia bervariasi antara 75–100 %. Pada

pemeriksaan kasus keracunan organofosfat dan karbamat tampak adanya

penurunan kadar kolinesterase yang aktif dalam darah. Enzim ini berada dalam

Page 44: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

30

darah dan berfungsi mengatur kerja syaraf. Jika kadar enzim turun kira-kira

20% dari normal maka gejala keracunan akan tampak, pupil mata atau celah

iris menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut

berbusa, keringat banyak, mengeluarkan air liur yang banyak, mual, pusing,

kejang-kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat, menceret, sesak

napas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan. Jika otot pernapasan

mulai lumpuh, penderita segera mengalami kematian (Ganiswara, 1995).

2.3. Hipothesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan di atas, maka hipothesis yang akan diuji:

1. Petani tomat di Alahan Panjang menggunakan beberapa jenis

insektisida dengan dosis yang berbeda dalam pengendalian hama

tanaman tomat.

2. Hasil panen tomat petani Alahan Panjang mengandung residu

insektisida.

3. Perlakuan pasca panen seperti pencucian dan pengelupasan kulit ari

tomat akan mengurangi dan menghilangkan residu kimia pada tomat.

4. Persepsi petani tentang insektisida mempengaruhi cara aplikasi

insektisida yang berdampak pada kadar residu pada buah tomat.

Page 45: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metoda survei dengan

responden petani tomat setempat dan analisis residu pestisida pada buah

tomat di laboratorium.

3.2. Definisi Operasional

1. Residu pestisida, adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil

pertanian bahan pangan atau pakan hewan baik sebagai akibat langsung

atau tidak langsung dari penggunaan pestisida (Direktorat Perlindungan

Tanaman, 2004).

2. Batas maksimum residu pestisida.

Konsentrasi maksimum residu pestisida yang secara hukum diizinkan,

atau konsentrasi yang dapat diterima pada hasil pertanian yang

dinyatakan dalam mg/kg hasil ( Direktorat Perlindungan Tanaman, 2004).

3. Standar baku pembanding pestisida, merupakan standar baku aktif

pestisida yang diketahui konsentrasinya yang akan digunakan membuat

larutan baku pembanding primer dan larutan baku pembanding kerja

(Direktorat Perlindungan Tanaman, 2004).

4. Larutan baku pembanding primer, merupakan larutan baku

pembanding pestisida dengan konsentrasi bahan aktif tinggi yang akan

digunakan untuk membuat larutan baku pembanding kerja dengan

konsentrasi lebih rendah sesuai metode pengujian yang digunakan

(Direktorat Perlindungan Tanaman, 2004).

Page 46: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

32

5. Analisis residu pestisida, suatu kegiatan yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang komposisi kandungan residu pestisida

dalam suatu contoh bahan, sehingga dapat digunakan untuk

mengestimasi komposisi dan konsentrasi residu pestisida bahan tersebut

(Direktorat Perlindungan Tanaman, 2004).

6. Metode analisis multi residu pestisida, metode analisis yang

digunakan untuk mengetahui komponen beberapa residu pestisida dalam

suatu contoh bahan, caranya meliputi tahap ekstraksi, pembersihan,

penetapan dan evaluasi data (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2004).

7. Bahan aktif, merupakan kandungan bahan kimia yang terdapat dalam

formulasi suatu pestisida. Dapat dibedakan dalam beberapa golongan

seperti: organokhlor, organofosfat, karbamat dan piretroid (Djojosumarto,

2006).

8. Kromatografi Gas, merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan

fase diam dan fase gerak yang dapat digunakan untuk tujuan kualitatif

dan kuantitatif dimana sebagai fase geraknya berupa gas dan fase

diamnya berupa zat padat (KGP) (Rohman dan Gholib, 2007).

9. HPLC (High Performance Liquid Chromatography), merupakan suatu

metoda yang sensitif dan akurat untuk penentuan kuantitatif serta baik

untuk pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap seperti: asam

amino, protein dan pestisida (Weiss, 1995).

10. Cara aplikasi pestisida yaitu cara pemakaian pestisida yang ditentukan

oleh jenis organism pengganggu tanaman (OPT), jenis tanaman, dan

jenis formulasi (Novizan, 2007).

Page 47: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

33

11. Pengetahuan petani atau responden berdasarkan jawaban : 1) baik:

pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden ≥75%, 2) tidak baik:

bila pertanyaan dengan benar dijawab responden ≤ 75%.

12. Frekuensi penyemprotan yaitu berapa kali dalam seminggu responden

melakukan penyemprotan: 1) memenuhi syarat ≤ 2 kali seminggu, 2)

tidak memenuhi syarat ≥ 2 kali seminggu.

13. Cara penyemprotan: 1) memenuhi syarat yaitu searah dengan arah

angin dan memakai Alat Pelindung Diri (APD), 2) tidak memenuhi syarat

yaitu berlawanan dengan arah angin dan tidak memakai APD.

14. Dosis adalah campuran dari pestisida yang digunakan untuk

penyemprotan tanaman: 1) sesuai aturan: sesuai dengan petunjuk pada

kemasan atau anjuran PPL, 2) tidak sesuai aturan: tidak mengikuti

petunjuk pada kemasan atau anjuran PPL.

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai September 2009.

Pelaksanaan survei pendahuluan dan pengumpulan data sekunder

dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2009. Pelaksanaan pengambilan

data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada bulan Juli 2009,

Pengambilan sampel buah tomat untuk di analisis dilaboratorium dilakukan

pada bulan Agustus 2009. Pelaksanaan analisis laboratorium dilaksanakan

pada tanggal 15 Agustus sampai dengan 15 September 2009.

Tempat penelitian lapangan dilaksanakan di Nagari Alahan Panjang,

Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok dengan ketinggian 1.500 m

diatas permukaan laut (dpl). Penelitian laboratorium dilaksanakan di

Laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat

Page 48: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

34

di Padang dan Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

pada bulan September 2009.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

A. Analisis Residu Insektisida Secara Laboratorium

Parameter yang di analisis antara lain adalah:

1. Jenis residu pestisida

2. Kadar residu pestisida dengan alat Kromatografi Gas dan HPLC.

A.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat varietas Marta

yang umum ditanam petani di Nagari Alahan Panjang. Bahan pereaksi yang

digunakan adalah: aceton, diklorometan, petroleum eter, iso oktana, toluene,

gas pembawa pada alat Kromatografi Gas yaitu nitrogen dengan kecepatan alir

40 ml/menit, fase pembawa HPLC yaitu methanol for HPLC dan aquabidest

untuk pencuci kolom.

Alat yang digunakan adalah: pencincang, ultra turaks, Kromatografi Gas,

HPLC Shimadzu, alat sentrifus, labu ukur, pipet ukur mikro, dan syringe filter

Whatman.

A.2. Pengambilan Sampel Buah Tomat

Sampel buah tomat yang diambil adalah buah tomat pada panen ke tiga,

dari tiga lokasi kebun tomat yang diplih secara random. Lokasi tersebut adalah:

Lokasi satu pengambilan sampel buah tomat di Jorong Alahan Panjang, Lokasi

dua di Jorong Taluak Dalam, dan Lokasi ketiga di Jorong Taratak Galundi.

Sampel buah tomat diambil di beberapa titik dengan sistem diagonal pada

lahan petani tomat. Buah tomat tersebut dimasukkan kedalam plastik dan

Page 49: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

35

disimpan dalam ice box untuk menjaga kesegaran buah tomat sampai di

laboratorium.

Pengambilan tanaman contoh (sampel) tomat dilakukan sebagai berikut:

a) Dipilih daerah yang merupakan daerah sentra tanaman tomat yang

frekuensi penyemprotannya tertinggi dan lahannya terluas (berdasarkan

data kuesioner).

b) Sampel buah tomat yang dijadikan sampel adalah buah tomat yang siap

untuk di panen ke tiga kali oleh petani, dipetik bagian atas dan bawah

tanaman.

c) Pengambilan sampel dari tiap petak contoh diambil dengan sistem

diagonal pada 9 (sembilan) titik pengambilan, kemudian sampel di

homogenkan ke 9 (sembilan) titik tersebut menjadi satu sampel komposit

dengan berat sampel 2 (dua) kg untuk empat perlakuan. Tanaman yang

berada di barisan pinggir lahan tidak diambil untuk menghindari efek

pinggir (border effect).

A.3. Prosedur Analisis

Buah tomat yang diambil sebagai sampel kemudian dilakukan analisis

residu pestisida dengan beberapa perlakuan antara lain:

(1) tanpa dicuci,

(2) dicuci dengan air.

(3) dicuci dengan mama lemon 0,2% lalu dicuci dengan air

(4) dikupas kulit ari buah tomat.

Masing-masing lokasi diambil sampel seberat dua kg buah tomat untuk

empat perlakuan. Buah tomat dicincang, masing-masing perlakuan diambil 15

gram, lalu dilumatkan dengan ultra turaks selama 30 detik.

Page 50: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

36

Tambahkan pelarut lalu disentrifus, enap tuangkan, lalu di pipet 25 ml,

kemudian dipekatkan dalam rotavapor sampai kering. Larutkan residu dalam 5

ml campuran iso oktan dan toluene (90 : 10). Sampel siap untuk digunakan

setelah disaring terlebih dahulu kemudian diinjeksikan ke alat Kromatografi

Gas dan HPLC (Dirjen Perlintan, 2004).

Untuk Kromatografi Gas suhu kolom pada 2000C dan suhu injector

2300C, dan untuk HPLC suhu kolom pada suhu kamar (±300C). Untuk setiap

bahan aktif dibuatkan larutan standar.

Untuk perhitungan kadar residu dilakukan berdasarkan luas area sampel

dibandingkan dengan standar pembanding, sesuai dengan waktu retensinya

dengan rumus sbb:

Area contoh Kadar bahan aktif = ------------------------------- X kons pemb X Vol injek baku contoh Area baku pembanding Vol akhir contoh X ----------------------- X Faktor Pengali Vol injek contoh Sumber: Dirjen Perlintan, 2004

Pengujian sampel buah tomat dilakukan dua kali dan diambil rata-

ratanya. Residu insektisida pada sampel dibandingkan dengan nilai Batas

Maksimum Residu (BMR) untuk sayuran.

B. Tindakan dan Persepsi Petani Terhadap Pestisida

Penelitian dilaksanakan di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah

Gumanti Kabupaten Solok. Pengumpulan data dilakukan dengan metoda

wawancara kepada 40 orang petani (responden).

Page 51: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

37

B.1. Survei Lapangan

Jumlah petani sampel sebagai responden berdasarkan tabel Kregjie

dimana didapat jumlah sampel 40 orang dari 45 orang yang menjadi populasi.

Wawancara dilakukan dengan cara mendatangi petani tomat di lahan

atau di rumah. Materi kuesioner untuk wawancara meliputi: data diri petani,

pengalaman bertani, cara aplikasi pestisida, dan persepsi petani tentang

pestisida (kuesioner pada lampiran).

Hasil wawancara di analisis secara deskriptif kuantitatif masing-masing

variabel yang diteliti sesuai dengan proporsi masing-masing.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner melalui wawancara dengan

responden. Yang menjadi populasi adalah petani tomat di Nagari Alahan

Panjang, dimana untuk menjadi responden adalah petani tomat yang diambil

secara acak.

Parameter yang diamati adalah:

1. Jenis pestisida yang dipakai

2. Dosis pestisida

3. Frekuensi pemakaian insektisida

4. Cara aplikasi pestisida

5. Tingkat pendidikan petani

Page 52: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di tiga jorong pada

Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok adalah

sebagai berikut:

1. Analisis Residu Insektisida Pada Buah Tomat

Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di lokasi Jorong Alahan

Panjang (lokasi satu) dengan penggunaan alat Kromatografi Gas dan HPLC

sesuai dengan perlakuan buah tomat dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Alahan

Panjang (lokasi satu), 2009.

Perlakuan/Jenis Bahan Aktif

Tanpa dicuci (mg/kg)

Dicuci dengan air (mg/kg)

Dicuci dengan mama lemon

dan air (mg/kg)

Di kupas kulit

arinya (mg/kg)

Diazinon 0,038 0,028 0,014 ttd

Permetrin 0,050 ttd ttd ttd

Deltametrin 0,030 ttd ttd ttd

Klorantriniliprol 3,820 ttd ttd ttd

Keterangan : ttd = tidak terdeteksi Sumber : Hasil analisis tahun 2009.

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa di Jorong Alahan Panjang

ditemukan 4 (empat) jenis bahan aktif residu insektisida yaitu: diazinon,

permetrin, deltametrin dan klorantriniliprol. Untuk bahan aktif diazinon pada

perlakuan buah tomat tanpa dicuci dijumpai residu 0,038 mg/kg sampel, kadar

residu ini lebih kecil dari BMR diazinon yang ditetapkan pemerintah yaitu 0,05

mg/kg sampel. Sedangkan pada perlakuan buah tomat yang dicuci dengan air

Page 53: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

39

dijumpai kadar residu 0,028 mg/kg dan pada perlakuan buah tomat yang dicuci

dengan mama lemon 0,2% kemudian dicuci dengan air masih ditemukan

residu diazinon dengan kadar 0,014 mg/kg sampel. Hasil ini menunjukkan

bahwa terjadi penurunan kandungan residu insektisida diazinon dengan

perlakuan buah tomat dengan mama lemon dan kemudian dicuci dengan air

menunjukkan kadar residu diazinon lebih rendah dari perlakuan buah tomat

lainnya. Pada perlakuan buah tomat yang dikupas kulit arinya menunjukkan

bahwa residu diazinon tidak ditemukan.

Dari perlakuan yang dilakukan terhadap buah tomat ternyata pencucian

buah tomat dengan air dapat menurunkan residu insektisida diazinon 26,3%

dan pencucian buah tomat dengan mama lemon dapat menurunkan residu

diazinon 63,15%. Hasil penelitian dari Atmawidjaja, Daryono dan Rudiyanto

(2004) dengan perlakuan pencucian tomat dengan air dan deterjen dapat

menurunkan kadar residu insektisida dengan bahan aktif metidation.

Pada perlakuan buah tomat yang dikupas kulit arinya, hasil analisis

menunjukkan tidak terdeteksi residu diazinon. Hal ini berarti bahwa residu

diazinon hanya menempel dan terikat pada kulit ari buah tomat dan tidak

sampai pada daging buah, hal ini disebabkan karena kulit ari buah tomat cukup

tebal dan agak keras dan permukaannya licin dan berlilin. Disamping itu

formulasi insektisida dengan bahan aktif diazinon dalam bentuk EC

(Emulsifiable Concentrate) yaitu larutan berbentuk pekatan (konsentrat)

dimana solvent bahan aktif berbasis minyak dan apabila dicampur dengan air

dalam bentuk emulsi (Djojosumarto, 2006). Hasil analisis residu diazinon

tersebut masih berada dibawah angka BMR (FAO, 2009).

Page 54: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

40

Untuk residu insektisida dengan bahan aktif permetrin, untuk perlakuan

buah tomat yang tidak dicuci dijumpai kadar residu 0,050 mg/kg sampel,

sedangkan dengan mencuci buah tomat dengan air, atau dicuci dengan mama

lemon dan yang dikupas kulit arinya ternyata tidak dijumpai residu insektisida

permetrin. Hal ini disebabkan karena permetrin tidak terikat dan tidak

menempel kuat pada kulit buah tomat dimana apabila buah tomat dicuci

dengan air insektisida permetrin akan terlepas. Kadar residu insektisida

permetrin tersebut di atas tidak melewati angka BMR yaitu 0,1 mg/kg sampel

pada buah tomat (SK Mentan dan Menkes Nomor 881/Menkes/SKB/8/1996).

Dari hasil analisis untuk residu insektisida dengan bahan aktif

deltametrin, untuk perlakuan buah tomat yang tidak dicuci dijumpai kadar

residu 0,030 mg/kg sampel, sedangkan dengan perlakuan buah tomat yang

dicuci dengan air, perlakuan buah tomat yang dicuci dengan mama lemon dan

pada perlakuan buah tomat yang dikupas kulit arinya tidak dijumpai residu

insektisida deltametrin. Dari analisis residu menunjukkan bahwa insektisida

deltametrin mudah terlepas dari buah tomat apabila dicuci dengan air. Kadar

residu insektisida deltametrin tersebut di atas tidak melewati angka BMR yaitu

1,0 mg/kg sampel (SK Mentan dan Menkes Nomor 881/Menkes/ SKB/8/1996).

Ketiga bahan aktif residu insektisida di atas dianalisis dengan alat

Kromatografi Gas. Untuk insektisida dengan bahan aktif klorantriniliprol yang

diproduksi dengan merek dagang Prevathon dianalisis dengan alat HPLC

karena senyawa ini tidak tahan pada temperatur tinggi. Dari analisis residu

dengan perlakuan buah tomat tanpa dicuci dijumpai residu insektisida

klorantriniliprol dengan kadar 3,82 mg/kg sampel. Kadar residu ini lebih tinggi

dari BMR yang ditetapkan FAO dan WHO (2010) yaitu 0,30 mg/kg sampel,

Page 55: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

41

sehingga bila dikonsumsi akan membahayakan kesehatan. Sedangkan pada

perlakuan buah tomat yang dicuci dengan air, dan perlakuan buah tomat

dengan mama lemon serta perlakuan buah tomat dengan mengupas kulit

arinya tidak dijumpai kadar residu insektisida klorantriniliprol. Hal ini

disebabkan karena insektisida klorantriniliprol mudah terlepas dari buah tomat,

karena pelarut insektisida ini dalam bentuk formulasi SC (Soluble

Concentration) yang merupakan formulasi dalam bentuk tepung yang mudah

larut dalam air.

Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di lokasi Jorong Teluk

Dalam (lokasi dua) dengan penggunaan alat Kromatografi Gas dan HPLC

sesuai dengan perlakuan buah tomat dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Taluak

Dalam (lokasi dua), 2009.

Perlakuan/Jenis Bahan Aktif

Tanpa dicuci (mg/kg)

Dicuci dengan air (mg/kg)

Dicuci dengan mama lemon

dan air (mg/kg)

Di kupas kulit

arinya (mg/kg)

Permetrin 0,060 ttd ttd ttd

Profenofos 0,273 0,120 ttd ttd

Keterangan: ttd = tidak terdeteksi Sumber : Hasil analisis tahun 2009.

Dari hasil analisis residu insektisida dengan sampel buah tomat berasal

dari Jorong Taluak Dalam dengan menggunakan alat Kromatografi Gas

dijumpai residu insektisida dengan bahan aktif permetrin dan profenofos Untuk

residu permetrin dijumpai pada perlakuan buah tomat yang tidak dicuci sebesar

0,060 mg/kg. Angka ini lebih rendah dibanding BMR yang ditetapkan oleh

pemrintah yaitu 1,0 mg/kg sampel (SK Mentan dan Menkes Nomor

881/Menkes/SKB/8/1996). Sedangkan pada buah tomat dengan perlakuan

Page 56: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

42

yang dicuci tidak ditemukan residu dari permetrin, hal yang sama dijumpai

pada perlakuan buah tomat yang dicuci dengan mama lemon dan perlakuan

yang dikupas kulit arinya. Dapat kita lihat bahwa residu permetrin mudah

terlepas dari buah tomat apabila dicuci dengan air, dicuci dengan mama lemon

ataupun dikupas kulit arinya.

Dari hasil analisis sampel buah tomat dengan menggunakan alat

Kromatografi Gas dijumpai residu profenofos pada perlakuan buah tomat tanpa

dicuci dijumpai sebanyak 0,273 mg/kg sampel. Kadar residu ini lebih rendah

dari BMR yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 2,0 mg/kg sampel. Pada

perlakuan buah yang dicuci dengan air dijumpai residu sebanyak 0,120 mg/kg,

sedangkan pada perlakuan buah tomat yang dicuci dengan mama lemon

maupun perlakuan buah tomat yang dikupas kulit arinya tidak ditemukan residu

insektisida. Dari hasil di atas dapat kita lihat bahwa residu insektisida

profenofos mudah terlepas dengan pencucian dengan mama lemon dan

dikupas kulit arinya. Pengelupasan kulit ari buah tomat dapat menghilangkan

residu insektisida pada buah tomat, tapi pengelupasan kulit ari buah tomat juga

menghilangkan sebagian nilai gizi tomat karena pada kulit ari tersebut juga

terdapat zat gizi likopen dan antioksidan.

Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di lokasi Jorong Taratak

Galundi (lokasi tiga) dengan penggunaan alat Kromatografi Gas dan HPLC

sesuai dengan perlakuan buah tomat dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Dari hasil analisis sampel buah tomat dengan menggunakan alat

Kromatografi Gas dijumpai residu permetrin pada perlakuan buah tomat tanpa

dicuci dijumpai sebanyak 0,060 mg/kg sampel. Angka ini lebih rendah

dibandingkan dengan BMR yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 1,0 mg/kg

Page 57: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

43

sampel. Pada perlakuan buah tomat yang dicuci dengan air, dicuci dengan

mama lemon dan dikupas kulit arinya tidak dijumpai residu insektisida. Dari

hasil di atas dapat kita lihat bahwa residu insektisida permetrin mudah terlepas

dengan pencucian dengan air, begitu dengan perlakuan buah tomat yang

dicuci dengan mama lemon dan dikupas kulit arinya.

Tabel 5. Hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di Jorong Taratak

Galundi (lokasi tiga), 2009.

Perlakuan/Jenis Bahan Aktif

Tanpa dicuci (mg/kg)

Dicuci dengan air (mg/kg)

Dicuci dengan mama lemon

dan air (mg/kg)

Di kupas kulit

arinya (mg/kg)

Permetrin 0,060 ttd ttd ttd

Klorantriniliprol 4,813 ttd ttd ttd

Keterangan: ttd = tidak terdeteksi Sumber : Hasil analisis tahun 2009.

Hasil analisis residu insektisida dengan alat HPLC dijumpai residu

insektisida dengan bahan aktif klorantriniliprol pada perlakuan buah tomat

tanpa dicuci dijumpai sebesar 4,813 mg/kg sampel. Angka ini lebih besar

dibandingkan dengan BMR yang ditetapkan oleh FAO/WHO yaitu 0,30 mg/kg

sampel (FAO and WHO, 2010). Sedangkan pada perlakuan buah tomat yang

dicuci dengan air, perlakuan yang dicuci dengan mama lemon dan perlakuan

yang dikupas kulit arinya tidak dijumpai residu insektisida klorantriniliprol. Dari

hasil di atas dapat dilihat bahwa residu klorantriniliprol mudah terlepas dari

buah tomat dengan pencucian dengan air begitu juga dengan perlakuan dicuci

dengan mama lemon dan dikupas kulit arinya sehingga residu insektisida tidak

terdeteksi.

Page 58: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

44

2. Analisis Deskriptif (Univariat)

Dari hasil wawancara peneliti dengan petani tomat yang sedang

membudidayakan tomat di Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah

Gumanti Kabupaten Solok sebagai berikut.

2.1. Pendidikan Petani

Distribusi pendidikan petani di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan

Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi frekuensi pendidikan petani tomat di Nagari Alahan

Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, 2009.

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tamat SD 18 45

Tamat SMP 16 40

Tamat SLTA 6 15

Jumlah 40 100,0

Dari distribusi tingkat pendidikan petani tomat dapat dilihat pada tabel

di atas. Umumnya petani berpendidikan SD dan SMP, hanya 15% yang

berpendidikan SLTA.

2.2. Frekuensi Distribusi Pengalaman Petani

Distribusi frekuensi pengalaman petani tomat di Nagari Alahan Panjang,

Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Page 59: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

45

Tabel 7. Distribusi frekuensi pengalaman petani tomat di Nagari Alahan

Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, 2009.

Lama Bertani Frekuensi (n) Persentase (%)

Pengalaman < 5 tahun 2 5

Pengalaman > 5 tahun 38 95

Jumlah 40 100

Dari tabel pengalaman petani memperlihatkan bahwa 95% petani tomat

telah mempunyai pengalaman bertani lebih dari 5 tahun.

2.3 .Tingkat Pengetahuan Tentang Pestisida

Distribusi tingkat pengetahuan petani tentang pestisida di Nagari Alahan

Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 8. Distribusi frekuensi pengetahuan petani terhadap tentang dampak

pestisida terhadap lingkungan di Nagari Alahan Panjang,

Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, 2009.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 14 35

Tidak Baik 26 65

Jumlah 40 100,0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani

terhadap dampak pestisida terhadap lingkungan menunjukkan bahwa 35 %

dikategorikan baik, sedangkan 65% dikategorikan tidak baik. Sebagian besar

Page 60: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

46

dari petani yang mempunyai pengetahuan kurang baik tentang dampak

pestisida terhadap lingkungan adalah yang berpendidikan SD.

2.4. Distribusi Pengetahuan Petani Tentang Dosis dan Cara Mencampur Pestisida

Distribusi pengetahuan petani tentang dosis dan cara mencampur

pestisida di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten

Solok dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Distribusi frekuensi pengetahuan petani tentang dosis dan cara

mencampur pestisida oleh petani tomat di Nagari Alahan Panjang,

Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, 2009.

Pengetahuan Petani Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 36 90

Tidak baik 4 10

Jumlah 40 100,0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa masih ada sebagian kecil petani

tomat (10%) tidak menggunakan pestisida sesuai dengan dosis anjuran, tapi

sesuai dengan kebutuhan untuk mengendalikan hama dan penyakit menurut

cara dan pengalamannya sendiri.

2.5. Distribusi Frekuensi Cara dan Waktu Menyemprot Pestisida

Distribusi frekuensi cara dan waktu menyemprot pestisida di Nagari

Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Page 61: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

47

Tabel 10. Distribusi frekuensi cara dan waktu menyemprot insektiisda oleh

petani tomat di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah

Gumanti Kabupaten Solok, 2009.

Cara dan Waktu Menyemprot Frekuensi (n) Persentase (%)

Memenuhi Syarat 39 97,5

Tidak Memenuhi Syarat 1 2,5

Jumlah 40 100,0

Dari hasil wawancara dengan petani umumnya (97,5 %) cara

menyemprot dan waktu menyemprot yang dilaksanakan petani sudah

memenuhi syarat.

2.6. Frekuensi Distribusi Alat Pelindung Diri

Frekuensi distribusi alat pelindung diri oleh petani tomat di Nagari

Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Distribusi frekuensi alat pelindung diri oleh petani tomat di Nagari

Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok,

2009.

Alat Pelindung Diri Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 25 62,5

Kurang Baik 15 37,5

Jumlah 40 100,0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani (62,5%)

telah menggunakan alat pelindung diri yang baik selama melakukan

penyemprotan.

Page 62: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

48

2.7. Distribusi Frekuensi Penyemprotan Pestisida

Distribusi frekuensi penyemprotan pestisida di Nagari Alahan Panjang,

Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 12. Distribusi frekuensi penyemprotan pestisida oleh petani tomat di

Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten

Solok, 2009.

Frekuensi Penyemprotan Frekuensi (n) Persentase (%)

Memenuhi syarat 10 25

Tidak memenuhi syarat 30 75

Jumlah 40 100,0

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa`mayoritas petani tomat (75%)

melakukan penyemprotan dengan frekuensi tinggi yaitu melakukan frekuensi

penyemprotan lebih dari 10 kali dalam satu musim.

2.8. Jarak Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Waktu Panen

Distribusi jarak waktu penyemprotan pestisida dengan waktu panen di

Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 13. Distribusi frekuensi jarak waktu penyemprotan pestisida oleh petani

tomat di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti

Kabupaten Solok, 2009.

Jarak Waktu Frekuensi (n) Persentase (%)

1-4 hari sebelum panen 32 80

5-8 hari sebelum panen 8 20

Jumlah 40 100,0

Page 63: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

49

Dari tabel 13 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani

menyemprot tanaman tomat 1-4 hari sebelum panen.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Analisis Residu Insektisida

Dari Tabel 3 hasil analisis residu insektisida pada buah tomat di lokasi

satu di Jorong Alahan Panjang. Untuk bahan aktif diazinon dijumpai kadar

residu 0,038 mg/kg sampel pada perlakuan buah tomat yang tidak dicuci, pada

perlakuan buah tomat yang dicuci dengan air ditemukan residu diazinon

dengan kadar 0,028 mg/kg sampel, terjadi penurunan kadar residu 26,3% dan

pencucian buah tomat dengan mama lemon dapat menurunkan residu diazinon

63,15%. Kadar residu diazinon di atas lebih rendah dibandingkan BMR nya

yaitu 0,5 mg/kg sampel (FAO, 2009).

Dari analisis residu pada pelakuan buah tomat yang dikupas kulit arinya

dari hasil analisis tidak terdeteksi residu diazinon, hal ini karena residu diazinon

hanya menempel pada kulit ari buah tomat dan tidak sampai ke dalam daging

buah. Hal ini disebabkan kulit ari tomat yang cukup tebal agak keras dan

permukaan yang licin dan berlilin.

Mendukung hasil penelitian di atas, hasil penelitian Atmawijaya,

Daryono dan Rudianto, 2004) menunjukkan bahwa hasil proses pencucian

dapat menurunkan residu metidation pada buah tomat. Hasil penelitian

Syahbirin, Purnama, dan Prijono (2001) diemukan tiga jenis residu insektisida

diazinon, dimetoat, dan klorpirifos yang terdeteksi keberadaannya pada buah

apel, buah anggur dan pear impor.

Page 64: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

50

Diazinon EC (Emulsifier Concentrate) adalah insektisida golongan

organofosfat. Diazinon adalah senyawa turunan heterocyclic (Djojosumanto,

2006), dengan rumus struktur kimia seperti Gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1. Rumus struktur kimia diazinon

disamping itu diazinon mempunyai kelarutan kecil dalam air ± 40 ppm dan

mempunyai daya larut yang tinggi dalam minyak petrol. Diazinon digunakan

untuk membasmi serangga di daun dan dalam tanah seperti penggerek batang,

ganjur dan wereng coklat. Diazinon juga bisa digunakan untuk pengendalian

hama pada tanaman kelapa, padi, kedelai, dan tanaman hortikultura

(Sastroutomo, 1992).

Untuk residu insektisida permetrin, perlakuan buah tomat yang tidak

dicuci dijumpai kadar residu 0,050 mg/kg sampel, kadar residu ini lebih rendah

dari BMR (0,10 mg/kg). Sedangkan pada analisis residu pada perlakuan buah

tomat yang dicuci dengan air dan yang dicuci dengan mama lemon dan air

begitu pula perlakuan buah tomat yang dikupas kulit arinya tidak dijumpai

residu permetrin. Hal ini disebabkan karena bahan aktif permetrin tidak terikat

dan menempel kuat pada kulit buah tomat, jadi apabila dicuci dengan air

segera residu tersebut terlepas dari buah tomat. Dapat disimpulkan bahwa

dengan pencucian buah tomat dapat menghilangkan residu bahan aktif

permetrin.

Page 65: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

51

Permetrin EC (Emulsifiable Concentrate) adalah insektisida yang

merupakan turunan dari golongan piretroid. Permetrin adalah senyawa

golongan piretroid sintetis dengan rumus struktur kimia seperti pada Gambar 2

di bawah ini (Djojosumanto, 2006):

Gambar 2. Rumus struktur kimia permetrin

Senyawa ini stabil terhadap cahaya dan tidak mengalami fotolisis. Permetrin

merupakan jenis piretroid yang terbaru yang merupakan generasi ke empat

dengan dosis bahan aktif 0,2 sampai 0,1 x senyawa generasi sebelumnya

(Sostroutomo, 1993). Residu permetrin ini stabil dan bertahan selama 10 hari

pada kondisi optimum. Permetrin digunakan untuk pengendalian kumbang

ombrosia pada kayu, hama penggerek buah dan pucuk. Disamping itu

permetrin juga merupakan insektisida non sistemik untuk tikus dengan LD50

yaitu sekitar 6.000 mg/kg berat badan dengan ADI 0,05 mg/kg berat badan

(Djojosumanto, 2006).

Deltametrin dijumpai dari hasil analisis pada perlakuan buah tomat yang

tidak dicuci dengan kadar 0,030 mg/kg sampel. Dengan perlakuan pencucian

dengan air, dengan mama lemon, dan dikupas kulit arinya dari hasil analisis

tidak ditemukan residu deltametrin. Hasil ini menunjukkan bahwa residu

deltametrin merupakan insektisida yang hanya menempel pada permukaan

buah tomat. Disamping itu jumlah residu deltametrin yang ditemukan lebih

Page 66: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

52

rendah dari BMR nya yaitu 1,0 mg/kg sampel (Menkes, 2003). Deltametrin

merupakan insektisida non sistemik yang sangat kuat memiliki efek knockdown

yang sangat baik serta bekerja sebagai racun kontak dan racun perut.

Deltametrin merupakan racun syaraf yang bekerja menghalangi kerja saluran

natrium pada syarat sehingga impuls syarat tidak bekerja. Insektisida bahan

aktif ini digunakan untuk pengendalian hama dari Ordo Coleoptera,

Heteroptera, Homoptera, Lepidoptera dan Thysanoptera serta beberapa jenis

hama dari Ordo Orthoptera. LD pada tikus untuk jenis insektisida ini adalah

135-5.000 mg/kg berat badan. Dengan ADI 0,01 mg/kg berat badan,

deltametrin bersifat non-mutagenik dan teratogenik (Dojosumanto, 2006).

Ketiga bahan aktif di atas dianalisis dengan alat Kromotografi Gas. Deltametrin

adalah senyawa golongan piretroid sintetis dengan rumus struktur kimia seperti

Gambar 3 di bawah ini (Djojosumanto, 2006):

Gambar 3. Rumus struktur kimia deltametrin

Hasil analisis dengan alat HPLC ditemukan residu insektisida

klorantriniliprol dengan kadar 3,820 mg/kg sampel pada perlakuan buah tomat

yang tidak dicuci, hasil kadar residu ini lebih tinggi dari BMR (0,30 mg/kg).

Sedangkan pada perlakuan lain yaitu: dicuci dengan air, dicuci dengan mama

lemon, dan dikupas kulit arinya tidak ditemukan residu klorantriniliprol. Hal ini

disebabkan karena klorantriniliprol merupakan insektisida yang menempel

Page 67: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

53

pada permukaan kulit buah tomat dan mudah lepas dan larut dalam air karena

formulasinya adalah SC (Soluble Concentrate) yang merupakan insektisida

yang mudah larut dalam air. Klorantriniliprol merupakan insektisida dengan

formulasi baru termasuk golongan antranilic diamide dikenal dengan nama

dagang Prevathon 50 SC yang baru dipasarkan di Indonesia pada akhir 2007

oleh PT. Dupont. Insektisida ini digunakan untuk komoditi buah-buahan dan

sayuran. Bahan aktif klorantriniliprol merupakan insektisida ramah lingkungan

(Medan Waspada Online). Rumus struktur kimia dari klorantriniliprol dapat

dilihat pada Gambar 4 di bawah ini (FAO dan WHO, 2010):

Gambar 4. Rumus struktur kimia klorantriniliprol

Ternyata klorantriniliprol merupakan residu insektisida yang mudah lepas atau

hilang dari buah tomat apabila diperlakukan pencucian, sehingga residu

insektisida tersebut tidak ikut terkonsumsi oleh manusia. Insektisida seperti ini

lebih aman karena umumnya orang selalu mencuci buah dan sayur sebelum

dikonsumsi.

Hasil analisis residu insektisida pada lokasi Jorong Taluak Dalam (lokasi

dua) ditemukan residu insektisida profenofos pada perlakuan buah tomat tanpa

dicuci dengan kadar 0,273 mg/kg sampel dengan alat Kromatografi Gas. Kadar

Page 68: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

54

residu ini lebih rendah dari BMR yaitu 10,0 mg/kg sampel (FAO/WHO, 2009).

Pada perlakuan buah tomat yang dicuci dengan air dijumpai residu dengan

kadar 0,120 mg/kg sampel, perlakuan ini terjadi penurunan kadar residu

profenofos sebesar 56%. Ini berarti perlakuan pencucian buah tomat dengan

air dapat mengurangi residu profenofos sebesar 56%. Sedangkan pada

perlakuan buah tomat yang dicuci dengan mama lemon dan perlakuan dikupas

kulit arinya tidak ditemukan adanya residu insektisida profenofos. Hasil

penelitian Atmawijaya, Daryono dan Rudianto (2004) menyatakan bahwa

proses pencucian dapat menurunkan residu insektisida metidation pada tomat.

Kemudian hasil penelitian Sutrisno, Setiyanto, dan Kurnia (2008) melaporkan

bahwa beberapa sayuran seperti tomat, kubis, dan wortel di Lembang dan

Kertasari Bandung ditemukan mengandung residu pestisida profenofos,

deltametrin, klorpirifos dan permetrin.

Perlakuan pencucian buah tomat dengan mama lemon dan air dapat

menghilangkan residu profenofos dari buah tomat, hal ini disebabkan karena

profenofos dalam bentuk EC (Emulsifiable Concentrate), dimana senyawa ini

mudah larut dalam minyak petrol yang diemulsikan dengan pelarut air oleh zat

pengemulsi. Pencucian buah tomat dengan penggunaan mama lemon dapat

menghilangkan residu profenofos dari buah tomat karena bahan deterjen yang

terkandung dalam mama lemon akan melarutkan pelarut minyak petrol.

Profenofos merupakan insektisida dari golongan Organofosfat dari

turunan fenil dengan rumus struktur kimia seperti Gambar 5 di bawah ini

(Djojosumanto, 2006):

Page 69: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

55

Gambar 5. Rumus struktur kimia profenofos

Profenofos digunakan untuk mengendalikan serangga dalam tanah, ulat akar,

larva kumbang dan jengkrik, dan senyawa ini tidak toksik bagi cacing tanah.

Profenofos sangat beracun dan residunya dapat bertahan dalam tanah hingga

dua bulan dengan ADI 0,01 mg/kg berat badan. Untuk tikus dengan LD50 nya

358 mg/kg berat badan (Dojosumanto, 2006).

Disamping residu profenofos juga ditemui permetrin pada perlakuan

buah tomat tanpa dicuci dengan kadar 0,060 mg/kg sampel, sedangkan pada

perlakuan yang lain yaitu dicuci dengan air, dicuci dengan mama lemon dan air,

serta perlakuan dikupas kulit arinya tidak ditemukan residu permetrin, karena

permetrin mudah larut dalam air. Hasil analisis residu insektisida ini lebih kecil

dari kadar BMR nya yaitu: 10,0 mg/kg sampel, sehingga belum

membahayakan konsumen.

Dari hasil analisis di Jorong Taratak Galundi (lokasi tiga) dijumpai residu

insektisida pada buah tomat pada panen ketiga yang merupakan puncak

panen terbanyak dijumpai residu insektisida permetrin sebanyak 0.060 mg/kg

sampel dari hasil analisis dengan alat Kromatografi Gas, kadar ini lebih rendah

dari BMR yaitu 0,1 mg/kg sampel. Residu permetrin ini dijumpai pada

perlakuan buah tomat yang tidak di cuci, sedangkan pada perlakuan lain yaitu

Page 70: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

56

yang dicuci dengan air, dicuci dengan mama lemon dan air maupun yang

dikupas kulit arinya tidak dijumpai residu permetrin, karena permetrin mudah

larut dalam air, sehingga bila di cuci akan segera terlepas dari buah tomat.

Kadar residu permetrin yang dijumpai ini lebih kecil dari BMR nya yaitu

0,1mg/kg sampel. Dari data ini dapat dikatakan bahwa residu permetrin pada

buah tomat tidak membahayakan konsumen karena pada umumnya konsumen

selalu mencuci sayur dan buah tomat sebelum dikonsumsi.

Pada lokasi tiga ini, dari hasil analisis dengan alat HPLC juga dijumpai

residu insektisida klorantriniliprol dengan kadar 4,813 mg/kg sampel pada

perlakuan buah tomat yang tidak dicuci. Kadar residu ini lebih tinggi dari BMR

yang ditetapkan FAO dan WHO (2010) yaitu 0,30 mg/kg sampel, sehingga bila

dikonsumsi akan membahayakan kesehatan. Sedangkan pada perlakuan lain

yaitu tomat yang dicuci dengan air, dicuci dengan mama lemon dan air dan

dengan perlakuan yang dikupas kulit arinya tidak dijumpai residu insektisida

klorantriniliprol. Hal ini disebabkan karena bahan aktif residu ini juga mudah

larut dalam air, dan bersifat menempel pada kulit buah tomat. Pemakaian

insektisida ini cukup aman bagi konsumen karena mudah terlepas dari buah

tomat melalui proses pencucian sehingga residu tidak terkonsumsi.

Insektisida klorantriniliprol digunakan untuk komoditi holtikultura dan

sayuran. Bahan aktif klorantriniliprol adalah insektisida ramah lingkungan

dengan formulasi yang berbentuk powder dengan nama dagang Prevathon SC,

adalah formulasi soluble consentrate yaitu senyawa yang mudah larut dalam

air secara homogen. Bahan aktif ini bersifat non sistemik dan merupakan racun

syaraf perut, sehingga serangga tidak bisa makan dan mati (Medan Waspada

Online).

Page 71: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

57

Menurut Tarumingkeng (1977) residu permukaan yang tertinggal pada

tanaman pada saat disemprot dapat hilang karena pencucian atau pembilasan.

Pencucian bukan hanya dilakukan terhadap pestisida yang larut dalam air akan

tetapi juga terhadap pestisida yang lipofilik.

Dilaporkan bahwa 17 jenis pestisida yang beredar di Indonesia yang

residunya bila dikonsumsi terus menerus dapat menimbulkan endokrin

disrupting activities (EDs) yaitu gangguan sistem endokrin (hormon reproduksi)

pada manusia. Dilaporkan bahwa 17 jenis pestisida tersebut beredar di

Indonesia dan digunakan oleh petani dengan bahan aktif: 2.4 D alakhlor,

benomil, karbaril, sypermethrin, dikofol, endosulfan, enseklerat, etil parathion,

fenvelerat, malathion, mankozeb, metomil, metiram, metribenzen, triflularin,

dan vinkozolin (Sutrisno, Setiyanto dan Kurnia, 2008).

4.2.2. Analisis Persepsi dan Tindakan Petani Tentang Aplikasi Insektisida

Dari hasil wawancara peneliti dengan petani yang sedang

membudidayakan tanaman tomat di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan

Lembah Gumanti.

1. Distribusi Frekuensi Pendidikan.

Hasil wawancara distribusi frekuensi pendidikan petani tomat di Nagari

Alahan Panjang ternyata 85% petani tomat berpendidikan SD dan SMP,

sedangkan 15% petani berpendidikan SLTA. Hasil ini menunjukkan bahwa

pendidikan formal sudah memadai.

Page 72: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

58

2. Distribusi Frekuensi Pengalaman Petani

Dari hasil wawancara ternyata 95% petani tomat sudah punya

pengalaman bertani lebih dari 5 tahun, hanya 5% dari petani tomat yang punya

pengalaman kecil dari 5 tahun. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa petani

tomat umumnya sudah berpengalaman cukup lama dalam bertani.

3. Distribusi Pengetahuan Petani Tentang Dampak Pestisida Terhadap

Lingkungan

Dari hasil wawancara peneliti dengan petani tomat ditemukan hanya

35% dari petani yang mengetahui dampak negatif pestisida terhadap

lingkungan, sedangkan 65% dari petani tidak mengetahui. Hal ini

menunjukkan bahwa penyuluh pertanian lebih menitik beratkan penyuluhan

kepada cara aplikasi pestisida, frekuensi penyemprotan, dan kesesuaian jenis

pestisida dengan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Hal ini dapat

dilihat dilapangan dimana kemasan pestisida dibuang dipinggir kebun.

Umumnya petani mencampur pestisida dikebun dan mencuci tangan serta

peralatan diselokan dekat kebun.

4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petani Tentang Dosis dan Cara

Mencampur Pestisida

Dari hasil wawancara peneliti dengan petani tomat menunjukkan bahwa

90% dari petani sudah melaksanakan cara mencampur dan takaran (dosis)

pestisida sudah sesuai petunjuk pada kemasan atau sesuai anjuran PPL,

hanya 10% dari petani yang melakukan penyemprotan tidak menurut petunjuk

diatas tetapi sesuai kebutuhan untuk pengendalian hama dan penyakit menurut

cara dan pengalaman mereka sendiri.

Page 73: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

59

5. Distribusi, Cara dan Waktu Menyemprot Pestisida

Dari hasil wawancara peneliti dengan petani tomat menunjukkan bahwa

95% petani sudah melaksanakan cara menyemprot dan waktu penyemprotan

sudah sesuai dengan petunjuk (SOP) dan anjuran PPL, yaitu memakai alat

penyemprot dan dilaksanakan menurut arah angin yang dilaksanakan pada

pagi hari.

6. Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Pelindung Diri Oleh Petani

Dari hasil wawancara dengan petani tomat didapatkan hanya 62,5% dari

petani yang sudah memakai alat pelindung diri (APD) yang baik sewaktu

melaksanakan penyemprotan. Alat pelindung diri yang baik dimaksud adalah

memakai baju panjang lengan, sepatu boat, topi dan masker penutup hidung

dan mulut dan memakai sarung tangan karet. Sekitar 37,5% dari petani

memakai alat pelindung diri yang kurang baik, maksudnya adalah APD yang

dipakai tidak lengkap, hanya memakai baju panjang lengan, sepatu boat, dan

kain penutup hidung dan mulut. Secara umum petani sudah tahu perlunya

memakai APD dalam aplikasi pestisida.

7. Distribusi Frekuensi Penyemprotan Pestisida Oleh Petani

Hasil wawancara dengan petani tomat dapat dilihat bahwa tingginya

frekuensi penyemprotan hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan

petani tentang bahaya residu yang tertinggal pada produk pertanian yang

terkomsumsi oleh konsumen. Yang dimaksud dengan memenuhi syarat pada

Tabel 4.2.7. yaitu penyemprotan yang dilakukan bila ada serangan hama,

sehingga dalam satu musim tanam frekuensi penyemprotan kecil dari 10 kali.

Dari hasil wawancara hanya 25% yang memenuhi syarat, sedangkan yang

Page 74: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

60

75% petani melakukan penyemprotan untuk tujuan membunuh hama dan juga

sebagai preventif atau pencegahan yang menyebabkan penyemprotan

pestisida rutin dilakukan sehingga dalam satu musim tanam frekuensi

penyemprotan besar dari 10 kali. Hal ini bertentangan dengan prinsip

pengendalian hama terpadu (PHT) dan SOP pengendalian OPT.

8. Jarak Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Waktu Panen

Dari hasil wawancara dengan petani tomat ternyata sebagian besar

petani yaitu 80% melakukan penyemprotan satu sampai empat hari sebelum

panen atau tidak sesuai dengan SOP pengendalian OPT, hanya 20% petani

yang melakukan penyemprotan lima sampai delapan hari sebelum panen.

Dekatnya jarak waktu penyemprotan dengan waktu panen karena petani kuatir

buah tomat akan terserang hama dan penyakit.

Dari hasil pengamatan penulis dilapangan dan wawancara dengan

petani tomat umumnya petani menggunakan benih yang bersertifikat yaitu

varietas Marta dan sebagian kecil menggunakan varietas Maharani. Dari cara

bercocok tanam tomat yang dilaksanakan oleh petani telah sesuai dengan

SOP Tomat. Terjadi penyimpangan dari SOP Tomat yang dilaksanakan petani

yaitu dalam hal pengendalian OPT, dimana frekuensi penyemprotan pestisida

lebih tinggi dari SOP dan tidak mengikuti sistem pengendalian hama terpadu

(PHT). Dalam memilih insektisida yang digunakan petani telah sesuai dengan

SOP Tomat, yaitu penggunaan insektisida disesuaikan dengan jenis hama

yang menyerang tanaman tomat.

Page 75: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 3 lokasi, yaitu Jorong Alahan Panjang, Taluak Dalam, Taratak Galundi

ditemukan residu insektisida pada buah tomat.

2. Pada Jorong Alahan Panjang, dari hasil analisis ditemukan 4 jenis

insektisida, 3 diantaranya yaitu: Diazinon, Permetrin, Deltametrin, pada buah

tomat yang belum dicuci dengan kadar residu 0,038 mg/kg, 0,050 mg/kg,

0,030 mg/kg, kadar residu dari ketiga bahan aktif lebih rendah dari BMR

yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Insektisida lainnya adalah Klorantriniliprol dijumpai sebagai residu pada

buah tomat yang belum dicuci dengan kadar 3,820 mg/kg, Angka ini

menunjukkan lebih tinggi dari BMR yang ditetapkan oleh FAO/WHO,

sehingga tidak aman untuk dikonsumsi bila tidak dicuci terlebih dahulu.

3. Pada Jorong Taluak Dalam, dari hasil analisis ditemukan 2 jenis insektisida

yaitu Permetrin dan Profenofos pada buah tomat dengan kadar 0,060 mg/kg,

0,273 mg/kg, kadar residu dari kedua bahan aktif lebih rendah dari BMR

yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga aman untuk dikonsumsi.

4. Pada Jorong Taratak Galundi, dari hasil analisis ditemukan 2 jenis

insektisida yaitu Permetrin dan Klorantriniliprol dengan kadar residu masing-

masing 0,060 mg/kg, dan 4,18 mg/kg. Angka ini menunjukkan lebih tinggi

dari BMR yang ditetapkan oleh FAO/WHO, sehingga tidak aman untuk

dikonsumsi bila tidak dicuci terlebih dahulu.

Page 76: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

62

5. Proses penanganan pasca panen seperti: pencucian dan pengelupasan kulit

ari dapat menurunkan dan menghilangkan kadar residu insektisida pada

buah tomat. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dengan alat Kromatografi

Gas dan HPLC.

6. Tidak terlihat adanya perbedaan tingkat pendidikan petani tomat dalam

penggunaan pestisida pada pengendalian hama dan penyakit yang

menyerang tanaman tomat, karena mereka mengikuti petunjuk dari

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan petunjuk pada kemasan pestisida.

7. Sebesar 74% petani tomat melakukan pengendalian hama dengan

penyemprotan insektisida sebanyak 10 kali sampai tanaman tomat dipanen,

sedangkan sisanya dengan intensitas antara 5 sampai 10 kali selama satu

musim tanam. Hal ini berdampak ditemukannya residu insektisida pada

buah tomat hasil panen petani. Untuk jarak waktu penyemprotan insektisida

terakhir dengan waktu panen, 80% responden melakukan satu sampai

empat hari sebelum panen dan sisanya melakukan penyemprotan tanaman

tomat 4 sampai 8 hari sebelum panen. Hal ini tidak sesuai dengan SOP

pengendalian hama pada tomat.

5.2. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat

dilakukan implikasi sebagai berikut:

a. Dengan adanya pengujian residu insektisida pada hasil pertanian seperti

tomat dan lainnya dapat diketahui dan dipantau apakah kadar residu akibat

penggunaan insektisida sudah melebihi batas atau dibawah batas residu

maksimum. Bila kadar residu insektisida melebihi BMR ini berarti tidak aman

Page 77: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

63

dikonsumsi oleh manusia. Untuk insektisida yang residunya tidak hilang bila

dicuci dengan air dianjurkan untuk tidak digunakan seperti insektisida

Diazinon.

b. Dengan adanya penelitian tentang pengaruh pencucian pada buah tomat

ternyata dapat mengurangi kadar residu insektisida, maka hal ini perlu

disosialisasikan kepada masyarakat untuk meminimalkan residu insektisida

pada buah tomat sebelum dikonsumsi oleh masyarakat harus dicuci dengan

air terlebih dahulu.

c. Dengan adanya pemantauan dan analisis residu insektisida pada buah

tomat dapat diketahui apakah petani masih ada yang menggunakan

insektisida yang berbahaya yang sudah dilarang oleh pemerintah seperti

DDT.

5.3. Saran

a. Perlu dilakukan pemantauan kadar residu insektisida pada buah tomat

secara berkala oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPTPH).

b. Perlu dilakukan sosialisasi ke petani tentang jenis pestisida yang berbahaya

dan dilarang penggunaannya pada tanaman tomat oleh PPL.

c. Disarankan kepada petani supaya mencuci hasil panen tomat sebelum

dipasarkan.

d. Perlu dilakukan sosialisasi ke petani tentang bahaya dan dampak negatif

dari pemakaian pestisida baik dampak terhadap manusia dan terhadap

lingkungan oleh Dinas Pertanian dan Dinas Kesehatan.

Page 78: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

64

e. Perlu diintensifkan penyuluhan ke petani oleh PPL tentang cara aplikasi

pestisida yang benar, pemakaian alat pelindung diri yang benar, dosis dan

frekuensi penyemprotan insektisida yang sesuai dengan aturan.

Page 79: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

65

DAFTAR PUSTAKA

Agro Media. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Jakarta: Agro Media.. Atmawidjaja, S., D.H. Tjahjono, dan Rudiyanto. 2004. Pengaruh Perlakuan

Terhadap Kadar Residu Pestisida Metidation pada Tomat. Jakarta: Jurnal Acta Pharmaceutica Indonesia Vp. XXIX, No. 2, hal 72-82.

Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat. 1998.

Laporan Pelaksanaan Kegiatan Observasi Residu Pestisida pada Tanaman Sayuran Kubis dan Cabe di Provinsi Sumatera Barat, Padang. BPTP Hortikultura II Padang.

Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat. 2005.

Laporan Survei Peredaran, Penggunaan dan Efek Samping Pestisida di Kecamatan Lembah Gumanti. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat. Padang, 11 hal.

Bappeda dan BPS Sumbar. 2008 Sumatera Barat Dalam Angka 2007/2008.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 635 hal.

BPOM RI. 2003. Info POM. Volume IV Edisi 9: September 2003 hal 1-4. Cahyono, B. 2008. Tomat, Usahatani dan Penanganan Pascapanen. Edisi

Revisi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 136 hal. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. 2010. SOP Tomat.

Padang: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat. 46 hal. Direktorat Gizi Depkes RI. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara

Karya Aksara. Jakarta. Direktorat Perlindungan Tanaman. 2004. Pedoman Pengujian Residu Pestisida

Dalam Hasil Pertanian. Direktorat Perlindungan Tanaman, Jakarta: Dirjend Bina Produksi Tanaman Pangan. 283 hal.

Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2002. Peraturan-Peraturan Tentang Pestisida,

Jakarta: Departemen Pertanian. 189 hal. Direktorat Sarana Produksi. 2006. Pedoman Pembinaan Penggunaan

Pestisida. Direktorat Sarana Produksi, Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 48 hal.

Page 80: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

66

Djojosumanto, P. 2006. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka. 340 hal.

FAO. 1999. Organic Farming Offers New Opportunities for Farmers World

Wide-Market, Access Should be Improved for Developing Countries. Press release http/www.fao.org/waicentois/press NE/Presseng/1999/ pren 9903 htm.

FAO and WHO. 2010. Pesticide Residues in Food and Feed. FAO and WHO. Fessenden, RJ. dan JS Fessenden. 1983. Kimia Organik. Jakarta: Penerbit

Erlangga. Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ghimire, A and B.P. Khatiwada. 2001. Use of Pesticides in Commercial

Vegetable Cultivation in Tandi, Eastern Chitwan, Nepal During 2001. Girsang, W. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida. http://usitani

wordpress.com/2009/02/26. Goffman, Hanson, Kiviat, and Stevens. 1996. Variation in Microbial Biomass

and Activity in Four Different Wetland Types. Amerika: Soil Sci. Soc. Am. J. 60. 622-629.

Irianto, A. 2006. Statistik, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana

Prenada Media. 296 hal. Juangsih. 1989. The Impact of Environmental Pollution on Rural Development

in Indonesia. The fourth SUAN Regional Symposium on Agro Ecosystem Research. Khan Kaen-Thailand: Khan Kaen University.

Kemas A.H. 2004. Dasar-dasar Statistik Bidang Ilmu Pertanian dan Hayati.

Jakarta: Raja Garfindo Persada. Las, I., K. Subagyono dan AP. Setiyanto. 2006. Isu dan Pengelolaan

Lingkungan dalam Revitalisasi Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian, 25(3), hal 106-114.

Musaddad, D., dan Nur Hartuti. 2002. Penanganan Pascapanen dan

Pengolahan Tomat. Jakarta: PT Penerbit Swadaya. 38 hal.

Page 81: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

67

Nagari Alahan Panjang, 2008. Monografi Nagari Alahan Panjang tahun 2007. Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 542 hal. Novizan, 2007. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta: Agro Media Pustaka.

124 hal. Nugrohati, S. dan K. Untung. 1986. Pestisida dalam Sayuran. Prosiding

Seminar Keamanan Pangan dalam Pengolahan dan Penyajian, PAU Pangan dan Gizi, UGM, 1-3 September 1986.

Reflinaldon. 2009. Penggunaan Pestisida dan Dampaknya Terhadap

Keanekaragaman Hayati di Kawasan Sentra Sayuran Kecamatan Lembah Gumanti, Sumbar. Laporan Penelitian Program Hibah Strategis Nasional Dikti.

Rohman A. Gholib. I., 2007. Metoda Chromatografi Untuk Analisis Makanan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sastroutomo, S.S. 1992. Pestisida, Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 185 hal. Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hal 15-33. Sugiono. 2002. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit CV Alfabeta. 306

hal. Suriatmadja. RE. dan Sastrosiswojo. S. 1988. Pemeriksaan Residu Insektisida

dalam Buah Tomat dan Tanaman Kubis di Kecamatan Lembang, Pengalengan dan Cisurupan. Media Penelitian Sukamandi. Badan Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi. hal 13-21.

Soekardi, M dan Made Sumatra. 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk

Hortikultura. Makalah pada Simposium Entomologi. Bandung, 25-27 Agustus 1982.

Sutrisno, N., P. Setyanto dan U. Kurnia. 2009. Perspektif dan Urgensi

Pengelolaan Lingkungan Pertanian yang Tepat. Jakarta: Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (4), hal. 286-291.

Suwanto, A. 1994. Mikroorganisme Untuk Biokontrol: Strategi Penelitian dan

Penerapannya dalam Bioteknologi Pertanian. Bogor: Agrotek, Vol. 2(1) IPB, hal 40-46.

Page 82: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

68

Syahbirin, G., H. Purnama dan D. Prijono. 2001. Residu Pestisida pada Tiga Jenis Buah Impor. Buletin Kimia 2001, Vol 1, hal. 113-118.

Tarumingkeng, R.C. 1992. Insektisida: Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak

Penggunaannya. Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana. Thapa, R.B. 1997. An Overview of Pesticide Pollution in Nepal. Nepalese

Horticulture. Nepal Horticulture Society, Vol. 1. Ton, S.W. 1991. Environmental Considerations with Use of Pesticides in

Agriculture. Paper pada Lustrum ke VIII Fakultas Pertanian USU, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Utami, A dan B. Rahayu 1996. Eko-Teknologi Sebagai Jalan Keluar Untuk

Mengatasi Problem Lingkungan. Jakarta: Alami, Vol. 1(2). BPPT, hal 54-57.

Uehara, K. 1996. The Present State of Plant Protection in Japan-Safety

Countenmeasures for Agricultural Chemicals. Japan Pesticide Information, No. 61. Japan. Tokyo: Japan Plant Protection Association, p. 3-6.

Widyastuti, P. 2006. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan

Lingkungan (Hazards Chemicals ini Human and Environmental Health). Editor Edisi Bahasa Indonesia: Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 154 hal.

Wiryanta, B.T. Wahyu. 2008. Bertanam Tomat. Penyunting, Marianto, Lukito

Adi.Jakarta: Agro Media Pustaka, 102 hal.

Page 83: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

70

Lampiran 1. BMR beberapa jenis pestisida pada buah tomat.

No. Jenis Bahan Aktif Pestisida BMR (mg/kg)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36..

Aldikarb Almitraz Acephate Benalaksil Benomil Bromide anorganik Dilubenzuron Diklofuanid Dikloran Dikofol Dimetoat Ditiokarbamat Etefon Etion Etoprofos Etrimfos Fenamifos Fenbutalin oksida Fenitrotion Fensulfotion Fenvalerat Flusitrinat Folpet Phorate Fosalon Fosfamidon Heptaclor Iprodion Kaptafol Kaptan Karbaril Karbofenothion Karbofuran Khlordane Khlorfenvifos Khlorobenzilat

0,5 0,5 0,5 0,5 5,0 75,0 1,0 2,0 0,5 1,0 1,0 3,0 3,0 2,0 0,2 0,2 0,2 0,1 0,5 0,1 1,0 0,2 5,0 0,1 1,0 0,1 0.02 5,0 5,0 15,0 5,0 0,02 0,1 0,02 0,1 0,2

Page 84: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

71

Lampiran 1. lanjutan .......

No. Jenis Bahan Aktif Pestisida BMR (mg/kg)

37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.

Khlorotalonil Khlorfirifos metil Lindan Malathion Mefinfos Metalaksil Metamidofos Metidation Metiokarb Monokrotofos Oksamil Ometoat Paration metil Permetrin Pirimifos metil Pirimikarb Poksim Propamokarb Propargit Quintozin Sihektasin Sipermetrin Tiabendazol Tiodikarb Tiofanol metil Tiometon Triadimeton Triforin Triclorfon Vinklozolin

5,0 0,5 2,0 3,0 0,2 0,5 0,01 0,1 0,2 1,0 2,0 1,0 0,2 1,0 1,0 1,0 0,2 1,0 2,0 0,1 2,0 0,5 2,0 1,0 5,0 0,5 0,5 0,5 0,2 3,0

Page 85: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

74

Lampiran 2. DAFTAR PERTANYAAN

(KUESIONER)

Hari/Tanggal wawancara : Petugas : Nomor Responden : N a m a : U m u r : Jenis Kelamin : Pekerjaan Pokok : Tingkat Pendidikan : Fomal : Non Formal : A l a m a t : Lokasi Kebun : Luas tanaman tomat : ...... Ha Pengalaman bertani : ….. Tahun Varietas tanaman tomat : Penelitian : Identifikasi Residu Insektisida Pada Buah Tomat O l e h : Helti Andraini Nomor Pokok : 80823

Page 86: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

75

1. Apakah saudara melakukan pengendalian hama dan penyakit yang

menyerang tanaman tomat dengan menggunakan pestisida ?

2. Jenis pestisida apa yang saudara gunakan ?

a. Golongan organofosfat

b. Golongan karbamat

c. Lainnya

3. Dari mana saudara memperoleh atau membeli pestisida ?

a. Dari pemerintah c. Lainnya

b. Dari toko/kios

4. Apakah penyemprotan pestisida dilakukan oleh ?

a. Sendiri c. Lainnya

b. Berkelompok

5. Alat apa yang saudara pergunakan dalam pemakaian pestisida ?

a. Dengan alat penyemprot khusus

b. Tanpa alat penyemprot khusus

c. Lainnya

6. Alat takar apa yang saudara pergunakan dalam mengukur jumlah

pestisida yang dipakai ?

a. Dengan takaran khusus dari produsen

b. Tanpa takaran khusus

c. Lainnya

7. Apakah dosis/takaran yang digunakan sesuai petunjuk pada label

kemasan ? Ya/Tidak

8. Dalam memilih jenis pestisida yang dipakai apakah berdasarkan

kepada jenis OPT yang menyerang ? Ya/Tidak

9. Apakah saudara sebagai petani mengikuti anjuran Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) dalam pemakaian dan cara mencampur pestisida ?

Ya/ Tidak

Bila Tidak, Mengapa ?

Page 87: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

76

10. Bagaimana cara saudara melakukan penyemprotan terhadap tanaman

tomat ?

a. Mengikuti arah angin b. Sembarangan

c. Menentang arah angin

11. Kapan saudara melakukan penyemprotan terhadap tanaman tomat ?

a. Pagi hari, pukul c. Sore hari, pukul

b. Siang hari, pukul d. Lainnya

12. Setelah saudara melakukan penyemprotan, dimanakah saudara

mencuci alat yang dipergunakan ?

a. Alat penyemprot dicuci di : 1. Kebun

2. Sungai

b. Tangan dan badan dicuci di : 1. Kamar mandi

2. Sungai/selokan

13. Jenis wadah apakah yang saudara pergunakan sebagai tempat

penyimpanan pestisida ?

a. Botol bekas c. Kaleng bekas makanan

b. Kantong plastik d. Lainnya

14. Dalam bentuk apakah saudara menyimpan pestisida ?

a. Bentuk padat c. Bentuk padat dan cairan

b. Bentuk cairan d. Lainnya

15. Berapa kali saudara melakukan penyemprotan terhadap tanaman

tomat dalam satu musim tanam ?

a. < dari 5 kali c. > dari 10 kali

b. < dari 10 kali d. Lainnya

16. Apakah saudara menggunakan alat pelindung selama melakukan

penyemprotan ? Bila Ya, sebutkan alat tersebut.

17. Apakah saudara pernah mengalami keracunan pestisida ? Ya/Tidak.

18. Keluhan-keluhan apa yang saudara alami setelah melakukan

penyemprotan

Page 88: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

77

a. Pusing c. Gatal-gatal

b. Muntah-muntah d. Mata pedih

e. Tidak ada keluhan

19. Penyemprotan dilakukan terhadap fase tanaman ?

a. Persemaian

b. Vegetatif/pertumbuhan

c. Generatif/pembuahan

20. Apakah alasan saudara menggunakan pestisida dalam pengendalian

hama dan penyakit ?

a. Sangat ampuh c. Lainnya

b. Relatif murah

21. Apakah saudara mengetahui dan menyadari adanya dampak negatif

pestisida bagi manusia dan hewan peliharaan ? Ya / Tidak

22. Apakah saudara setelah melakukan penyemprotan,

a. Membersihkan badan (mandi) : Ya / Tidak

b. Mengganti pakaian : Ya / Tidak

23. Apakah saudara mengetahui akibat lain dari pemakaian pestisida

terhadap hasil panen ?

Ya / Tidak

24. Dari mana saudara mengetahui adanya efek samping penggunaan

insektisida tersebut ?

a. PPL c. Mas Media

b. Tokoh masyarakat d. Lainnya

25. Dimanakah saudara menyimpan pestisida ?

a. Di rumah c. Di gudang

b. Diluar (tempat terbuka)

26. Kemana saudara membuang sisa pestisida yang tidak terpakai ?

a. Tidak ada sisa d. Kesungai

b. K esawah e. Lainnya

Page 89: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

78

c. Kekebun

27. Apakah saudara menyadari bahwa membuang sisa pestisida dengan

sembarangan dapat membahayakan lingkungan ? Ya / Tidak

28. Pernahkah saudara membeli pestisida tanpa label ? Ya / Tidak

29. Kapan panen tomat dilakukan ?

a. 1 hari setelah penyemprotan

b. 4 hari setelah penyemprotan

c. 8 hari setelah penyemprotan

d. 11 hari setelah penyemprotan

e. Lainnya

30. Apakah hasil panen langsung dijual atau disimpan dulu ?

a. Langsung dijual

b. Disimpan dulu (lama penyimpanan ?)

31. Apakah terjadi penurunan hasil panen, apabila terlambat atau tidak

dilakukan penyemprotan pestisida ? Ya / Tidak

a. Bila ya, berapa persen penurunannya ?

b. Bila tidak, berarti terjadi kenaikan berapa persen ?

c. Tidak terjadi perubahan

32. Bagaimana pergiliran tanaman semusim pada lahan yang saudara

kerjakan ?

33. Jenis komoditi tanaman pertanian apa yang saudara tanam sebelum

ini ?

a. Kubis c. Kentang

b. Cabai d. Lainnya

34. Kemanakah hasil panen saudara jual ?

a. Kepasar setempat c. Ketengkulak

b. Pasar Kabupaten/Kota d. Lainnya

Page 90: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

102

Lampiran 9. Dokumentasi rangkaian kegiatan penelitian

Foto keragaan tanaman tomat yang dilakukan penyemprotan secara kontinyu

Foto keragaan tanaman tomat yang tidak dilakukan penyemprotan secara kontinyu

Page 91: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

103

Foto kegiatan persiapan dan pelaksanaan survei lapangan petani tanaman tomat di Alahan Panjang.

Page 92: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

104

Foto rangkaian kegiatan persiapan sampel sampai analsis residu insektisida dengan menggunakan HPLC dan Gas Chromatograpi

Page 93: IDENTIFIKASI RESIDU INSEKTISIDA PADA BUAH TOMAT TESISpustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_HELTI_ANDRAINI...at Solok District from three locations of the experiment such

69

RIWAYAT SINGKAT PENELITI

Nama Lengkap : Helti Andraini

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi/1 Desember 1956

Program Studi : Ilmu Lingkungan

Konsentrasi : -

Pekerjaan : PNSD pada Kopertis Wilayah X

Pendidikan Tahun Sekolah Dasar : 1963 sd 1969

Tahun SLTP : 1970 sd 1972

Tahun SLTA : 1973 sd 1975

Tahun Sarjana : 1976 sd 1983

Tahun Pasca Sarjana : 2006 sd 2010

Riwayat Pekerjaan Tahun : 1986 sd 1988, Dosen LB pada UMMY Solok

Tahun : 1988 sd 1990, Dosen Kopertis Wilayah I

dpk UMMY Solok

Tahun : 1990 sd sekarang, Dosen Kopertis Wilayah X

dpk UMMY Solok

Pengalaman Penelitian Tahun : 1995, Pestisida nabati sitronelal dan eugenol dari

minyak serai wangi untuk pengendalian Fusarium

oxyforum pada tanaman tomat

Tahun : 2002, Penentuan konsentrasi ZPT Paktobutrazol

pada pembibitan kentang.

Suami : Ir. H. Nusyirwan Hasan, MSc., PhD

Anak : Andri Rahman Nusyirwan, SE

Ilham Rahman Nusyirwan