IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KOEFISIEN EKSTINGSI VITAMIN B 12 DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV.docx
-
Upload
agung-wibowo -
Category
Documents
-
view
714 -
download
139
Transcript of IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KOEFISIEN EKSTINGSI VITAMIN B 12 DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV.docx
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KOEFISIEN EKSTINGSI VITAMIN B 12
DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
Hari/Tanggal : Jum’at/19 Maret 2015
I. PENDAHULUAN
Vitamin B12 disebut juga sianokobalamin, adalah sebuah vitamin larut air yang
berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam pembentukan
darah. Vitamin ini merupakan salah satu dari delapan vitamin B. Umumnya, vitamin ini
terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya pada sintesis dan
regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak dan produksi energi.
Vitamin B12 merupakan kumpulan senyawa-senyawa yang terhubung secara kimia,
yang semuanya memiliki aktivitas sebagai vitamin. Secara struktur, vitamin B12 adalah
vitamin yang paling kompleks dan mengandung elemen kobal yang jarang tersedia secara
biokimia. Biosintesis dari struktur dasar vitamin ini hanya dapat dilakukan oleh bakteri,
namun konversi antara bentuk-bentuknya yang berbeda dapat terjadi dalam tubuh. Suatu
bentuk sintesis yang umum dari vitamin ini, sianokobalamin, tidak terjadi di alam, namun
digunakan dalam banyak sediaan farmasi dan suplemen, dan juga sebagai bahan tambahan
makanan karena kestabilannya dan harganya yang lebih murah. Dalam tubuh, vitamin ini
diubah menjadi bentuk fisiologisnya, metilkobalamin dan adenosilkobalamin, dengan
membuang gugus sianida nya walaupun dalam konsentrasi minimal. Baru-baru ini,
hidroksokobalamin (suatu bentuk kobalamin yang dihasilkan dari bakteri), metilkobalamin,
dan adenosilkobalamin juga dapat ditemukan pada produk farmakologi dan suplemen
makanan yang mahal. Kegunaaan dari zat-zat ini masih diperdebatkan.
Spektrofotometer UV-Visible sering digunakan untuk keperluan penetapan kadar dan
identifikasi suatu senyawa. Panjang gelombang yang secara maksimum diabsorbsi ditentukan
dengan mengukur absorbansi sampel pada rentang panjang gelombang yang telah ditentukan.
Setelah cahaya melewati larutan uji, energi cahaya yang melewati phototube dinyatakan
sebagai rasio transmitansi cahaya I (cahaya yang melewati sample) terhadap cahaya incident
I0 (intensitas cahaya dari sumber sebelum melewati sample). Cahaya yang diterima phototube
adalah diukur sebagai persen transmitansi (%T) atau sebagai log kebalikannya, absorbansi
(A).
Jika I lebih kecil dari Io, artinya sampel menyerap sejumlah sinar. Dalam hal ini
terdapat hubungan yang sederhana antara absorbansi (A) dengan intensitas cahaya yang
melewati sampel dan intensitas cahaya sebelum melewati sampel, yakni :
Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang
beinteraksi dengan sinar. Dengan kata lain nilai absorbansi sangat bergantung pada
konsentrasi suatu senyawa. Hubungan antara banyaknya cahaya yang diserap dengan
konsentrasi suatu senyawa dinyatakan secara kuantitatif melalui persamaan Hukum
Lambert-Beer :
Log I0 / I = ε. L. C ................................... *)
Keterangan :
I0 = Intensitas cahaya sebelum melewati sample
I = Intensitas cahaya setelah melewati sample
ε = Koefisien ekstingsi, yaitu konstanta yang tergantung pada sifat alami dari senyawa
substansi dan panjang gelombang yang digunakan untuk analisis
L = Panjang atau jarak cahaya yang melewati sample
C = Konsentrasi dari larutan yang dianalisa
Koefisien ekstingsi sering pula dinyatakan dalam koefisien absorptivitas molar. Nilai
absorptivitas molar dapat bervariasi. Dalam pengukuran kemurnian suatu senyawa dapat
dilakukan dengan menentukan harga serapan relatifnya. Serapan relatif adalah perbandingan
harga serapan pada 2 ujung panjang gelombang tertentu dimana untuk zat tertentu besarnya
tertentu pula, sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemurnian zat tersebut.
II. TUJUAN
1. Memahami prinsip identifikasi vitamin B12 melalui metode spektrofotometer UV-VIS
2. Menentukan koefisien ekstingsi absorptivitas molar (ε) melalui vitamin B12 dengan alat
spektrofotometer UV-VIS
III. METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spektrofotometer UV-VIS, Tabung
reaksi, Gelas beker, Tisu, Pipet, Mortar, kertas saring, corong, erlenmeyer.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah vitamin B12, aquadest
B. PROSEDUR KERJA
B.1 Preparasi sampel
Ditimbang sampe B 12, dilarutkan dengan 8 ml aquades lalu disaring. Ditepatkan
sampai volumenya 10 ml. Untuk vitamin B 12 yang berbentuk ampul, dilihat konsentrasinya,
dan diencerkan sampai kurang lebih menjadi 40 ppm.
B.2 Pengukuran nilai serapan relatif
Dinyalakan alat, minimal 15 menit sebelum digunakan. Disiapkan larutan blanko
aquades, dimasukkan kedalam kuvet, dikeringkan bagian sisi terang kuvet agar tidak ada
larutan yang menempel di luar kuvet. Dipilih aplikasi wavelength program. Dipilih lampu
yang akan digunakan dan dipilih berapa kali ulangan pembacaan. Dimasukkan sejumlah
sampel yang akan diukur dandiberi nama. Diklik autozero, dimasukkan kuvet yang telah
berisi sampel ke holder. Diklik ok. Ditunggu sampai pembacaan atau nilai absorbansi 0.00.
Setelah kalibrasi,diganti kuvet bagian depan dengan sampel atau larutan yang akan dicari
nilai serapannya. Dibilas kuvet terlebih dahulu dengan aquades, kemudian bilas dengan
sampel yang akan diukur. Diklik start dan diukur sampel. Diperhatikan serapan yang muncul.
Diikuti perintah berikutnya sampai semua sampel selesai diukur. Dihitunglah perbandingan
serapan pada 361/550nm dan 361/278 nm.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi vitamin untuk mengetahui kemurnian
vitamin B12 yang terkandung dalam sampel yang akan dianalisa serta melakukan penetapan
koefisien ekstingsi vitamin B12 dengan alat instrumentasi spektrofotometer UV-VIS. Sampel
yang digunakan adalah neurobion dimana pada sampel ini terkandung vitamin diantaranya
vitamin B12. Sampel yang telah dibuat menjadi larutan terlebih dahulu kemudian dibaca
serapannya pada panjang gelombang 200-600 nm dengan spektrofotometer UV-VIS.
Tabel I. Hasil Pengamatan spektrofotometer UV-VIS
Panjang gelombang (nm) Serapan Koefisien ekstingsi (ε)
550 0,684 5,955
361 2,527 2,200
278 10.000 0,087
Konsentrasi Vitamin B12 114860
Struktur Vitamin B12
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh serapan pada panjang gelombang
550 nm, 361 nm, dan 278 nm masing-masing adalah 0,684; 2,527; 10.000. Dari serapan
diatas diperoleh nilai serapan relatif yaitu 3,694 untuk 361/550 dan 0,2527 untuk 361/278.
Jika dibandingkan dengan literatur, maka hasil yang diperoleh belum sesuai. Dimana serapan
relatif sianokobalamin berdasarkan referensi Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 723 – 724
adalah 3,15 – 3,45 untuk 361/550 dan 1.75-1.98 untuk 361/278. Sehingga dapat dikatakan
bahwa vitamin B12 yang terkandung dalam sampel Neurobion tidak murni melainkan adanya
kandungan vitamin lain sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang terdapat
dalam farmakope. Hal ini disebabkan berdasarkan data yang diperoleh dari Merck bahwa
Neurobion merupakan obat yang mengandung sejumlah vitamin selain vitamin B12, yaitu
vitamin B1 dan vitamin B6 dimana vitamin-vitamin tersebut merupakan vitamin neurotropik
yang dapat berfungsi untuk memperbaiki sistem metabolisme tubuh. Dalam satu pil
Neurobion terkandung ketiga vitamin tersebut dengan komposisi yang tertulis pada tabel II.
Tabel II. Komposisi vitamin pada Neurobion
Jenis Vitamin Jumlah
vitamin B1 100 mg
vitamin B6 200 mg
vitamin B12 100 mg
Sianokobalamin memiliki dua puncak serapan dalam spektrum UV-VIS. Dua puncak
serapan ini disebabkan oleh promosi elektron dari pasangan elektron bebas gugus karbonil
dan delokalisasi elektron ikatan rangkap terkonjugasi dari orbital pi ikatan ke orbital pi anti-
ikatan.
Koefisien ekstingsi merupakan konstanta yang tergantung pada sifat alami dari
senyawa substansi dan panjang gelombang yang digunakan untuk analisis. Nilainya dapat
bervariasi. Koefisien ekstingsi juga merupakan absorptivitas molar yang menunjukkan
besarnya cahaya yang terserap oleh senyawa yang dianalisis. Menurut hukum Lambert Beer,
nilai koefisien ekstingsi berbanding lurus dengan serapan. Berdasarkan hasil perhitungan,
diketahui koefisien ekstingsi (ε) untuk panjang gelombang 550 nm, 361 nm dan 278 masing-
masing adalah 5,995; 2,200 dan 0,087. Nilai koefisien ekstingsi yang paling besar terdapat
pada panjang gelombang 550 nm yang menunjukkan bahwa penyerapan cahaya pada panjang
gelombang ini paling banyak diantara panjang gelombang 361 nm dan 278 nm.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang diperoleh, dapat diketahui bahwa vitamin B12 yang
terdapat dalam sampel Neurobion belum murni dan diketahui koefisien ekstingsi (ε) untuk
panjang gelombang 550 nm, 361 nm dan 278 nm smasing-masing adalah 5,995; 2,200 dan
0,087.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Budavari. 2001. The Merck Index. Encyclopedia od Chemicals, Drugs, and Biologicals.
Thirteenth Edition. White House : Merck & Co., Inc. Page 1170.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Repubik
Indonesia. Jakarta. Halaman 723 – 724.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan II. Yogyakarta:
Pustaka pelajar. Halaman 246.
LAMPIRAN
Nilai Serapan
- 361/550 = 2,527/0,684 = 3,694
- 361/278 = 2,527/10.000 = 0,2527
Penetapan koefisien ekstingsi
L = 1,1486 gr/10 ml = 114860
- Log I0 / I = ε. L. C
0,684 = ε. 114860. 1
ε = 5,995
- Log I0 / I = ε. L. C
2,527 = ε. 114860. 1
ε = 2,200
- Log I0 / I = ε. L. C
10.000 = ε. 114860. 1
ε = 0,087
Bahasan
Kemurnian
Struktur
Gugus kromofor
Perbedaan panjang gelombang serapan dengan standar, signifikan atau engga. Klo ya
hunbungkan dengan rumus lambert beer