IDA IO

12
INTERAKSI OBAT HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392 INTERAKSI OBAT Interaksi obat adalah suatu kejadian dimana jika obat A diberikan secara bersamaan dengan obat B maka akan memberikan perubahan efek terhadap obat tersebut. Secara garis berat jenis interaksi obat dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Interaksi Farmasetik atau Inkompatibilitas Menurut FT : 863 Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tdak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat. Bagi seorang dokter, interaksi farmaseutik yang penting adalah interaksi antar obat suntik dan interaksi antar obat suntik dengan cairan infus. Lebih dari 100 macam obat tidak dapat dicampur dengan cairan infus. Lagipula, banyak obat suntik tidak kompatibel dengan berbagai obat suntik lain, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan pembawanya (vehicle). Oleh karena itu tidak dianjurkan mencampur obat suntik dalam satu semprit atau dengan cairan infus, kecuali jika gelas diketahui tidak ada interaksi. Contohnya, gentamisin mengalami inaktivasi jika dicampur dengan karbenisilin demikian juga penisilin G jika dicampur dengan vitamin C, sedangkan amfoterisin B mengendap

description

kkk

Transcript of IDA IO

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    INTERAKSI OBAT

    Interaksi obat adalah suatu kejadian dimana jika obat A diberikan

    secara bersamaan dengan obat B maka akan memberikan perubahan

    efek terhadap obat tersebut.

    Secara garis berat jenis interaksi obat dibagi menjadi 3, yaitu :

    1. Interaksi Farmasetik atau Inkompatibilitas

    Menurut FT : 863

    Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan)

    antara obat yang tdak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran

    obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik

    atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan

    endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga terlihat.

    Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

    Bagi seorang dokter, interaksi farmaseutik yang penting adalah

    interaksi antar obat suntik dan interaksi antar obat suntik dengan

    cairan infus. Lebih dari 100 macam obat tidak dapat dicampur dengan

    cairan infus. Lagipula, banyak obat suntik tidak kompatibel dengan

    berbagai obat suntik lain, yaitu dengan bahan obatnya atau dengan

    pembawanya (vehicle). Oleh karena itu tidak dianjurkan mencampur

    obat suntik dalam satu semprit atau dengan cairan infus, kecuali jika

    gelas diketahui tidak ada interaksi. Contohnya, gentamisin mengalami

    inaktivasi jika dicampur dengan karbenisilin demikian juga penisilin G

    jika dicampur dengan vitamin C, sedangkan amfoterisin B mengendap

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    dalam larutan garam fisiologis atau larutan ringer, dan juga fenitoin

    mengendap dalam larutan dekstrosa 5%.

    Kesimpulan :

    Interaksi Farmasetik adalah jenis interaksi yang terjadi diluar

    tubuh yaitu pada saat pencampuran obat dimana salah satu obat

    akan mengalami perubahan.

    Contoh:

    a. Gentamisin + karbenisilin akan menyebabkan gentamisin inaktif

    b. Penisilin G + Vitamin C akan menyebabkan terjadinya

    pengendapan yang dapat mengakibatkan terjadinya penyumbatan

    pembuluh darah dan bahkan pemecahan pembuluh darah.

    2. Interaksi Farmakokinetik

    Interaksi farmakokinetik terbagi atas 4, yaitu absorpsi, distribusi,

    metabolisme dan ekskresi.

    a. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna

    Menurut FT : 863

    INTERAKSI LANGSUNG. Intraksi secara fisik/kimiawi antar

    obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi dapat

    menganggu proses absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan/sangat

    dikurangi jika obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu

    minimal 2 jam.

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    PERUBAHAN PH CAIRAN SALURAN CERNA. Cairan

    saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat antasid, H2 bloker atau

    penghambat pompa proton, akan meningkatkan kelarutan obat

    bersifat asam yang sukar larut dalam suasana asam, misalnya

    aspirin. Dalam suasana alkalis, aspirin lebih banyak terionisasi

    sehingga absorpsi persatuan luas area absorpsi lebih lambat, tetapi

    karena sangat luasnya area absorpsi di usus halus maka

    kecepatan absorpsi secara keseluruhan masih lebih tinggi. Dengan

    demikian, dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan

    mempercepat absorpsinya. Akan tetapi suasana alkalis disaluran

    cerna akan mengurangi kelarutan beberapa obat bersifat basa

    (misalnya ketokonazol) dalam cairan saluran cerna, dengan akibat

    mengurangi absorpsinya.

    Berkurangnya keasaman lambung oleh antasid akan

    mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan asam (misalnya

    penislin G dan eritromisin) sehingga meningkatkan

    bioavailabilitasnya, dan mengurangi absorpsi Fe, yang diabsorpsi

    paling baik jika cairan lambung sangat asam.

    Kesimpulan :

    Interaksi obat pada absorpsi adalah interaksi yang terjadinya

    pada saat proses penyerapan yang akan mempengaruhi proses

    penyerapan (absorpsi).

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    Contoh:

    a. Antasida + tetrasiklin (penisilin) akan menurunkan absorpsi dari

    tetrasiklin karena antasida akan membentuk ikatan kompleks

    khelat dengan tetrasiklin.

    b. Antasida + digoksin akan menurunkan absorpsi dari digoksin

    karena antasida akan membentuk ikatan kompleks khelat

    dengan digoksin.

    c. Antasida + sediaan KB akan menurunkan absorpsi dari sediaan

    KB karena antasida akan membentuk ikatan kompleks khelat

    dengan sediaan KB.

    d. Susu + tetrasiklin akan menurunkan absorpsi dari tetrasiklin

    karena susu akan membentuk ikatan kompleks khelat dengan

    tetrasiklin.

    e. Vitamin C + Fe (besi) akan meningkatkan absorpsi dari Fe

    (besi) karena Vitamin C bersifat asam dan besi absorpsinya

    lebih baik pada suasana asam.

    b. Interaksi dalam Distribusi

    INTERAKSI DALAM IKATAN PROTEIN PLASMA. Banyak

    obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama

    pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam 1-

    glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka

    terjadi kompetisi antara obat-obat yang bersifat asam maupun

    antara obat-obat yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    yang sama. Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap

    protein plasma, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya

    dengan protein plasma oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat

    bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan tetapi

    keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan

    kadar obat bebas juga meningkatnya eliminasinya sehingga

    akhirnnya tercapai keadaan mantap yang baru dimana kadar obat

    total menurun tetapi kadarobat bebas kembali seperti sebelumnya

    (mekanisme kompensasi).

    Interaksi dalam ikatan protein ini, meskipun banyak terjadi,

    tetapi yang menimbulkan masalah dalam klinik hanyalah yang

    menyangkut obat dengan sifat berikut untuk obat yang digeser: (1)

    mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma (minimal 85%)

    dan volume distribusi yang kecil ( 0,15 L/kg) sehingga pergeseran

    sedikit saja akan meningkatkan kadar obat bebas secara

    bermakna; ini berlaku terutama untuk obat bersifat basa volume

    distribusinya sangat luas; (2) mempunyai batas keamanan yang

    sempit, sehingga peningkatan kadar obat bebas tersebut dapat

    mencapai kadar toksik. Efek toksik yang serius telah terjadi

    sebelum kompensasi tersebut di atas terjadi, misalnya terjadinya

    pendarahan pada antikoagulan oral, hipoglikemia pada antidiabetik

    oral; atau eliminasinya mengalami kejenuhan, misalnya fenitoin,

    salisilat dan dikumarol, sehingga peningkatan kadar obat bebas

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    tidak segera disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya.

    Interaksi ini lebih nyata pada pasien dengan hipoalbuminemia,

    gagal ginjal atau penyakit hati yang berat akibaat berkurangnya

    jumlah albumin plasma, ikatan obat bersifat asam dengan albumin,

    serta menurunnya eliminasi obat.

    Kesimpulan :

    Interaksi obat pada distribusi adalah interaksi yang

    terjadinya pada saat distribusi obat yang mana ketika 2 obat

    diberikan secara bersamaan maka masing-masing obat akan

    bersaing untuk berikatan dengan protein plasma.

    Contoh:

    Asetosal (ikatan protein plasma 95 %) + Fenitoin atau

    digoksin (ikatan protein plasma 70 %) akan menyebabkan

    peningkatan efek toksik pada fenitoin karena asetosal mempunyai

    ikatan protein yang lebih tinggi sehingga fenitoin lebih banyak

    dalam bentuk bebas yang akan memberikan efek toksik karena

    fenitoin atau digoksin mempunyai indeks terapi yang sempit.

    c. Interaksi metabolisme

    Menurut FT : 865

    HAMBATAN METABOLISME OBAT. Hambatan

    metabolisme terutama menyangkut obat-obat yang merupakan

    substrat enzim metabolisme sitokrom P450 (CYP) dalam mikrosom

    hati. Dalam bab I di Bagian Farmakokinetik telah disebutkan

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    adanya 6 isoenzim CYP yang penting untuk metabolism obat. Tiap

    isoenzim tersebut mempunyai substrat dan penghambatnya

    masing-masing. Pemberian bersamaan salah satu substrat dengan

    salah satu penghambat dari enzim yang sama akan meningkatkan

    kadar plasma substrat sehingga meningkatkan efek atau

    toksisitasnya. Oleh karena itu CYP 3A4/5 memetabolisme sekitar

    50 % obat untuk manusia, maka penghambat isoenzim ini menjadi

    penting karena akan berinteraksi dengan banyak obat, terutama

    penghambat yang poten, yakni ketokonazol, itrakonazol,

    eritromisin, dan klaritromisin.

    INDUKSI METABOLISME OBAT . Banyak obat yang larut

    dalam lemak dapat menginduksi sintesis enzim metabolisme di hati

    dan mukosa saluran cerna, misalnya fenobarbital, fenitoin,

    karbamazepin, rifampisin, etanol, DDT, linden dan lain-lain.

    Kesimpulan:

    Interaksi metabolisme adalah interaksi yang tejadi di hati

    karena disebabkan oleh adanya inhibitor atau inductor enzim P450

    (enzim yang berperan memetabolisme makanan dalam tubuh).

    Contoh induktor enzim P450 : fenobarbital, fenitoin,

    karbamazepin, rifampisin, asam valproate dan lain-lain.

    Contoh inhibitor enzim P450 : ketokonazol, itrakonazol,

    eritromisin, cimetidine, INH, kloramfenikol, omeprazole dan lain-

    lain.

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    Contoh intraksi obat :

    a. Warfarin + Omeprazol (golongan Azol) akan meningkatkan efek

    warfarin yang dapat menyebabkan toksik karena Omeprazol

    menghambat kerja enzim P450 sehingga Warfarin

    dimetabolisme secara lambat dan meningkatkan kadarnya

    dalam darah.

    b. Digoksin + Cimetidin akan meningkatkan efek digoksin yang

    dapat menyebabkan toksik karena Cimetidin menghambat kerja

    enzim P450 sehingga digoksin dimetabolisme secara lambat

    dan meningkatkan kadarnya dalam darah.

    c. Digoksin + Fenobarbital akan menurunkan efek Digoksin karena

    fenobarbital dapat menginduksi enzim P450 sehingga digoksin

    dimetabolisme secara cepat dan menurunkan kadarnya dalam

    darah.

    d. Interaksi Ekskresi

    Obat-obat yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal adalah

    aminoglikosida, siklosporin dan amfoterisin B. Jika obat-obat ini

    diberikan bersama obat-obat lain yang eliminasinya terutama

    melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat-obat lain tersebut

    sehingga menimbulkan efek toksik (Ganiswarna, 2007).

    Kesimpulan :

    Interaksi ekskresi adalah interaksi yang akan mempengaruhi

    proses ekskresi obat yang dapat berupa urin, feses, atau keringat.

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    Contoh :

    a. Penisilin + Probenezid akan menyebabkan peningkatan kadar

    dari penicillin karena probenezid dapat menghambat ekskresi

    dari penisilin. Interaksi ini merupakan interaksi yang

    menguntungkan karena semakin lama penicillin dalam darah

    maka akan semakin baik memberikan efek.

    b. Fenilbutazon + asetohexamid akan menyebabkan peningkatan

    kadar dari asetohexamid karena Fenilbutazon dapat

    menghambat ekskresi dari asetohexamid. Interaksi ini

    merupakan interaksi yang merugikan karena dapat menyebakan

    terjadinya hipoglikemia yang berbahaya bagi pasien.

    3. Interaksi Farmakodinamik

    Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang

    bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang

    sama sehingga terjadi efek yang adiktif, sinergistik atau antagonistik,

    tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam plasma. Interaksi

    farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang

    penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi farmakokinetik,

    interaksi farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat

    lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena

    penggolongan obat memang berdasarkan persamaan efek

    farmakodinamiknya (Ganiswarna, 2012).

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    Dua obat yang digunakan pada wkatu bersamaan dapat saling

    memengaruhi khasiatnya masing-masing, yakni dapat memperlihatkan

    kerja berlawanan (antagonisme) atau kerja sama (sinergisme)

    (Ganiswarna, 2012).

    Antagonisme terjadi jika kegiatan obat pertama dikurangi atau

    dtiadakan sma sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat

    farmakologis berlawanan, misalnya barbital dan strychnin, adrenalin

    dan histamin (Ganiswarna, 2012).

    Sinergisme adalah kerja sama antara dua obat dan dikenal

    dua jenis : adisi (penambahan) efek kombinasi adalah sama dengan

    jumlah kegiatan dari masing-masing obat, mislanya kombinasi

    asetosal dan parasetamol, juga trisulfa. Potensiasi (peningkatan

    potensi). Kedua obat saling memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi

    efek yang melebihi jumlah matematis dari a + b. Kedua obat

    kombinasi dapat memiliki kegiatan yang sama, seperti estrogen dan

    progesteron, sulfametoksazol dan trimetoprim, asetosal dan kodein.

    Atau, satu obat dari kombinasi memiliki efek berlainan. Mislanya

    analgetika dan klorpromazin. Benzodiazepin dan meprobamat/alkohol,

    perintang-MAO dan amfetamin, juga tiamin/piridoksin dan diklofenak

    (Ganiswarna, 2012).

    Interaksi obat dengan makanan. Adakalanya terjadi interaksi

    dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi

    farmakokinetik obat. Absorpsi. obat dapat diikat oleh makanan,

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    sehingga absorpsinya di usus dapat diperlambat atau dikurangi dan

    efeknya akan menurun. Mislanya, mengonsumsi makanan yang

    banyak serat dapat mengadsorpsi obat seperti perintang

    kolesteronamin lovastatin, sehingga banyak menurun, sedangkan

    serat sendiri berdaya menurunkan kolesterol. Perombakan obat

    dapat dirintangi, sehingga kadarnya meningkat dan timbul fek toksik

    (Ganiswarna, 2012).

    Kesimpulan :

    Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi obat yang

    berhubungan dengan reseptor.

    Interaksi farmakodinamik ada 2 yaitu :

    1. Agonis

    a. Adisi (1 + 1 = 2)

    Contoh : Paracetamol + Asam mefenamat akan meningkatkan

    efek kedua obat

    b. Sinergis (1 + 1 = > 2)

    Contoh : Amoksisilin + Asam klavulanat akan meningkatkan

    efek dari amoksisilin karena asam klavulanat dapat mencegah

    terjadinya perusakan cincin beta laktam pada amoksisilin yang

    dapat dirusak oleh enzim beta lactamase mikroorganisme.

    2. Antagonis (1 + 1 = 0 atau 1 + 1 = 1)

    Contoh : ambroksol + DMP dan Diazepam + Kafein menyebakan

    penurunan atau bahkan penghilangan efek farmakologinya.

  • INTERAKSI OBAT

    HALIDA SYAHRAH IVA MUKRIMA, S.Farm 150 2012 0392

    DAFTAR PUSTAKA

    Ganiswarna, Sulistia, 2012, Farmakologi dan Terapi Edisi V (cetak ulang dengan tambahan), Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.