ibu nifas
description
Transcript of ibu nifas
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari
dan sama dengan 37 minggu dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang
dari 2500 gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat,
kelahiran bayi prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran
bayi prematur justru diikuti kematian si bayi, kelahiran bayi prematur tidak
bisa diabaikan begitu saja.
Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti
istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau Low
Birth Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat
kurang dari 2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang
bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan
banyak mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo,
2004)
Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau
berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur
tersebut karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya
kurang energi kronik dan sekitar 80% ibu hamil menjalani anemia difisiensi
gizi. Tingginya yang kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu
1
sehingga beresiko lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba,
2003).
Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah rentan mengalami
berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, jika
tidak langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak
dikhawatirkan para ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak
ada cara pasti untuk benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.
Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh
karena derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang
cepat dan dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang
lahir prematur juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit
menular mematikan. Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu
dengan dokter, demikian juga dengan pemberian makan semi padat
(Muchtar, 2004).
Untuk bayi yang lahir secara prematur dengan berat badan diatas
2000 gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada
bayi yang belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga
akan menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan
dibuat di inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam
kandungan dengan segala kenyamanannya berjuang beradaptasi dengan
dunia luar. Inkubator untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat
sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka
2
seharusnya bisa naik dan turun secara drastis. Ini tentu bisa membahayakan
kondisi kesehatannya. Selain itu otot-ototnya pun relatif lebih lemah,
sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar, 2004).
Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih
banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali
lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang cukup umur, karena pusat
pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian
makanan yang khusus dengan alat penetes obat atau pipa karena refleks
menelan dan menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus
diperhatikan diperlukan peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang
hampir sama dengan suhu dalam rahim (Hurlock, 2002).
Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter,
Bidan dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak
berdayaannya, akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua
bertanggung jawab atas perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi
bahaya psikologi yang hebat.
Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan peneliti di RSU.
F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2008/2009 jumlah bayi prematur 55 orang
dan bayi prematur yang tinggal bersama keluarga sebannyak 48 orang di
RSU. F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2008/2009.
3
Dari survey awal di dapat dari rekam medik RSU. F.L. Tobing Kota
Sibolga Tahun 2008 terdapat 36 kasus bayi prematur dan sudah 10 orang
diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU.
F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2009”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu
Nifas Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU. dr. F.L. Tobing Sibolga
Tahun 2009?”.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan
bayi prematur di RSU. Dr. F. L. Tobing Kota Sibolga.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi
prematur berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi
prematur berdasarkan pendidikan.
4
3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi
prematur berdasarkan pelatihan.
4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi
prematur berdasarkan sumber informasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi
prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan Keperawatan
di Akademi Keperawatan Nauli Husada Sibolga
2. Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang
perawatan bayi prematur.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi
prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasi-
kan riset keperawatan.
4. Bagi Praktek Keperawatan Komunitas
Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya
perawatan bayi prematur.
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
A.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “TAHU” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca
indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai masalah yang dihadapi.
Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain.
A.2. Tingkat Pengetahuan
Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara terperinci
terdiri dari 6 tingkatan, yaitu Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
6
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi
disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
7
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian-
penelitian terhadap suatu objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri dengan menggunakan kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 2003).
B. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo cara memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
B.1. Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengatahuan pada periode ini antara lain:
1. Cara coba-coba dan salah (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama.
2. Cara kekuasaan (otoritas)
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik
otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun
otoritas ahli ilmu pengetahuan.
8
3. Berdasarkan pengalaman
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu.
4. Melalui jalan pikiran
Menusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan
B.2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode
penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejaklahir sampai saat ini.
Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru,
semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi.
Semakin dewasa umur seseorang dengan pendidikan yang baik
maka hendaknya dalam perawatan bayi prematur akan sempurna
untuk menciptakan generasi bangsa yang berkualitas (Notoadmodjo,
2003).
9
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh-kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga
dalam pengajaran itu perlu dipertimbangkan umur (proses
perkembangan seseorang) dan hubungannya dengan proses belajar.
Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan
teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).
3. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh
informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas
(Notoadmodjo, 2003).
D. Defenisi Bayi prematur
Bayi prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur kehamilan
kurang dari 37 mingggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar
bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur.
(Surasmi, 2003)
Derajat bayi prematur menurut Usher (1975) menggolongkan bayi
prematur dalam 3 kelompok :
1. Bayi yang sangat prematur ( extremely premature ) 24-30 minggu.
10
2. Bayi derajat prematur yang sedang (moderately premature) 31-36
minggu.
3. Boderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. (Prawirohardjo,
2002).
E. Faktor-Faktor Menyebabkan Terjadinya Persalinan
Prematur.
Faktor-faktor menyebabkan terjadinya persalinan prematur adalah :
E.1. Faktor Ibu
1. Gizi saat hamil yang kurang.
2. Riwayat kehamilan Prematur sebelumnya.
3. Penyakit menahun Ibu
4. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun.
E.2. Faktor Kehamilan.
1. Hamil dengan hidramnion.
2. Hamil ganda.
3. Perdarahan anterpartum.
4. Komplikasi hamil : Pre-eklampsia / eklampsia,
KPD.
E.3. Faktor Janin
1. catatan bawaan.
2. Infeksi dalam rahim.
11
E.4. Faktor yang belum diketahui ( Manuaba, 2003 ).
F. Karakteristik Bayi Prematur
Adapun karakteristik bayi prematur adalah : berat badan kurang dari
2500 gr, panjang < 45 cm, umur kehamilan < 37 minggu, kulit transparan,
otot-otot lemah, pernapasan tidak teratur, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran
kepala < 33 cm (Manuaba, 2003).
G. Kelainan Yang Sering Timbul
Karena kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuh bayi prematur baik
anotomik maupun psiologik maka mudah timbul beberapa kalainan seperti :
G.1.Suhu Tubuh
G.2.Pernapasan
G.3.Gangguan Alat Pencernaan
G.4.Hepar Yang Immatur
G.5.Ginjal Yang Immatur
G.6.Pendarahan diotak
G.7.Gangguan Imonologi (Prawirohardjo, 2002)
H. Penatalaksanaan
H.1. Perawatan Bayi Prematur
Mengingat belum sempurnanya kerja alat tubuh untuk pertumbuhan
dan penyesuaiaan diri dengan lingkaran hidup diluar uterus, maka perawatan
pengawasan bayi prematur adalah :
12
1. Pengaturan Suhu
Bayi prematur yang capat akan kehilangan panas karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah. Oleh karena itu bayi prematur harus
dirawat dalam inkubator, sehingga panas badannya mendekati suhu
dalam rahim (Prawirohardjo, 2002)
2. Makanan Bayi
Refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, lambung kecil daya
enzim pencernan terutama lipase masih kurang. Bayi dengan berat
badan kurang dari 1500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu
botol, dalam hal ini diberi minuman melalui sonde lambung. Tetapi
bila daya isap kecil ASI dapat dipompa dan diberi dengan sendok.
(Prawirohardjo, 2002).
3. Mencegah Infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena pembentukan
antibodinya belum sempurma dan juga kamampuan leukosit masih
kurang (Manuaba, 2003).
13
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo).
Kerangka konsep penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahun ibu
nifas tentang perawatan bayi prematur di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga tahun
2009 dapat digambarkan pada skema 3.1. berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah menyusun pengertian untuk suatu
variabel dan menggambarkan aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya
(Brockopp Dorothy, 2000).
14
1. Umur2. Pendidikan3. Sumber Informasi
Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur
Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil SkalaVariabel independen- Umur
Umur adalah lamanya hidup ibu nifas dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dalam satuan tahun
Kuesioner data demografi
Tahu Interval
- Tingkat pendidikan
Adalah jenjang pendidi-kan secara formal yang pernah diselesaikan oleh ibu nifas dan memperoleh ijazah
Kuesioner data demografi
- Tidak sekolah
- SD- SMP
sederajat- SMA
sederajat- D.III- S.1 - S.2
Ordinal
- Sumber informasi
Informasi adalah dari mana ibu nifas mendapat-kan informasi tentang perawatan bayi prematur.
Kuesioner data demografi
- Petugas kesehatan (dokter, bidan dan perawat)
- Media massa, cetak (surat kabar, majalah
- Media elektronik (radio, TV)
- Internet- Orang lain
Nominal
- Variabel dependen
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh perawatan bayi prematur
Kuesioner sebanyak 20 soal pertanyaan multiple choice
- Baik (76-100%)
- Cukup (55-75%)
- Kurang (<55%)
Ordinal
15
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan pada
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentangs esuatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan primigravida tentang perawatan bayi prematur di RSU. Dr. F.L.
Tobing Sibolga.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
D.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga dengan alasan
tersedianya sampel yang memadai dan juga lokasi penelitian dekat dengan
domisili peneliti sehingga mudah dijangkau serta di RSU. Dr. F.L. Tobing
Sibolga merupakan lahan praktek bagi mahasiswa/mahasiswi Akper/Akbid
Nauli Husada Sibolga.
D.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2009.
16
E. Populasi dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi adalah seluruh kelompok yang terdiri dari manusia atau
benda yang memenuhi kumpulan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti
(Aan Patricia, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang
berada di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga sebanyak 30 orang.
E.2. Sampel
Sampel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengmatan
peneltiian atau faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti (Sumardi, 2000). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
secara aksidental sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada di
lokasi peneliti sewaktu peneliti melakukan pengambilan data. Sampel pada
penelitian ini adalah ibu nifas yang datang ke RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga
pada bulan Juni 2009.
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner-
kuesioner penelitian tentang perawatan bayi prematur yang terdiri dari 20
item pertanyaan dengan pilihan jawaban multiple choice. Adapun proses
pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu meminta izin dari bagian
17
pendidikan Akper Nauli Husada Sibolga, kemudian meminta izin kepada
Direktur RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga. Setelah itu peneliti melakukan
pendekatan kepada calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Bila ada hal-hal
yang kurang jelas tentang cara pengisian kuesioner dan setelah kuesioner
terisi dengan lengkap, peneliti mengumpulkan kembali kuesioner tersebut.
G. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah
terkumpul, jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
pengumpulan data akan diperbaiki dengan pemeriksaan dan
dilakukan pendataan ulang terhadap responden.
2. Coding
Pemberian kode dalam bentuk angka pada setiap data yang telah
terkumpul untuk mepermudah memasukkan data ke dalam data
tabel.
3. Tabulating
18
Memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam bentuk distribusi
frekuensi.
H. Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisa data akan dilakukan secara deskriptif
dengan melihat frekuensi, persentase, mean, median, modus, standar deviasi
yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjtnya akan
dilakukan pembahasan penelitian dengan menggunakan teori dan tinjauan
kepustakaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,s, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V, Rineka Cipta, Jakarta
Clover, dkk, 1995, Perawatan Bayi Prematur, Arca : Jakarta
Hamilton, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi Enam, EGC : Jakarta
Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan, Edisi Pertama, Salemba Medika : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi Tiga Cetakan Keenam – Jakarta
Notoatmodjo S, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta
Tucker Martin Susan, 1998, Standar Perawatan Pasien, EGC : Jakarta
Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta
Pasponegoro, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Pasien, EGC : Jakarta
Surasmi Asnining, dkk, 2003, Perawatan Bayi Resiko Tinggi, EGC : Jakarta
20