ibu nifas

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari dan sama dengan 37 minggu dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat, kelahiran bayi prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran bayi prematur justru diikuti kematian si bayi, kelahiran bayi prematur tidak bisa diabaikan begitu saja. Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, 1

description

perawatan bayi

Transcript of ibu nifas

Page 1: ibu nifas

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari

dan sama dengan 37 minggu dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang

dari 2500 gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat,

kelahiran bayi prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran

bayi prematur justru diikuti kematian si bayi, kelahiran bayi prematur tidak

bisa diabaikan begitu saja.

Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti

istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau Low

Birth Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat

kurang dari 2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang

bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan

banyak mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo,

2004)

Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau

berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur

tersebut karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya

kurang energi kronik dan sekitar 80% ibu hamil menjalani anemia difisiensi

gizi. Tingginya yang kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu

1

Page 2: ibu nifas

sehingga beresiko lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba,

2003).

Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah rentan mengalami

berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, jika

tidak langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak

dikhawatirkan para ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak

ada cara pasti untuk benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.

Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh

karena derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang

cepat dan dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang

lahir prematur juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit

menular mematikan. Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu

dengan dokter, demikian juga dengan pemberian makan semi padat

(Muchtar, 2004).

Untuk bayi yang lahir secara prematur dengan berat badan diatas

2000 gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada

bayi yang belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga

akan menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan

dibuat di inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam

kandungan dengan segala kenyamanannya berjuang beradaptasi dengan

dunia luar. Inkubator untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat

sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka

2

Page 3: ibu nifas

seharusnya bisa naik dan turun secara drastis. Ini tentu bisa membahayakan

kondisi kesehatannya. Selain itu otot-ototnya pun relatif lebih lemah,

sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar, 2004).

Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih

banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali

lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang cukup umur, karena pusat

pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian

makanan yang khusus dengan alat penetes obat atau pipa karena refleks

menelan dan menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus

diperhatikan diperlukan peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang

hampir sama dengan suhu dalam rahim (Hurlock, 2002).

Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter,

Bidan dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak

berdayaannya, akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua

bertanggung jawab atas perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi

bahaya psikologi yang hebat.

Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan peneliti di RSU.

F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2008/2009 jumlah bayi prematur 55 orang

dan bayi prematur yang tinggal bersama keluarga sebannyak 48 orang di

RSU. F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2008/2009.

3

Page 4: ibu nifas

Dari survey awal di dapat dari rekam medik RSU. F.L. Tobing Kota

Sibolga Tahun 2008 terdapat 36 kasus bayi prematur dan sudah 10 orang

diantaranya meninggal dunia.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Gambaran Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU.

F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu

Nifas Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU. dr. F.L. Tobing Sibolga

Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian

C.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan

bayi prematur di RSU. Dr. F. L. Tobing Kota Sibolga.

C.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi

prematur berdasarkan umur.

2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi

prematur berdasarkan pendidikan.

4

Page 5: ibu nifas

3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi

prematur berdasarkan pelatihan.

4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan bayi

prematur berdasarkan sumber informasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi

prematur dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan Keperawatan

di Akademi Keperawatan Nauli Husada Sibolga

2. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang

perawatan bayi prematur.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi

prematur dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasi-

kan riset keperawatan.

4. Bagi Praktek Keperawatan Komunitas

Sebagai bahan informasi yang bermanfaat tentang pentingnya

perawatan bayi prematur.

5

Page 6: ibu nifas

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

A.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “TAHU” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca

indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai masalah yang dihadapi.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui

pengalaman orang lain.

A.2. Tingkat Pengetahuan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara terperinci

terdiri dari 6 tingkatan, yaitu Pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

6

Page 7: ibu nifas

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi

disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

7

Page 8: ibu nifas

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian-

penelitian terhadap suatu objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri dengan menggunakan kriteria yang telah ada

(Notoatmodjo, 2003).

B. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo cara memperoleh kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

B.1. Cara Tradisional

Cara-cara penemuan pengatahuan pada periode ini antara lain:

1. Cara coba-coba dan salah (trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama.

2. Cara kekuasaan (otoritas)

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik

otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun

otoritas ahli ilmu pengetahuan.

8

Page 9: ibu nifas

3. Berdasarkan pengalaman

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu.

4. Melalui jalan pikiran

Menusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuan

B.2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode

penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejaklahir sampai saat ini.

Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru,

semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi.

Semakin dewasa umur seseorang dengan pendidikan yang baik

maka hendaknya dalam perawatan bayi prematur akan sempurna

untuk menciptakan generasi bangsa yang berkualitas (Notoadmodjo,

2003).

9

Page 10: ibu nifas

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh-kembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga

dalam pengajaran itu perlu dipertimbangkan umur (proses

perkembangan seseorang) dan hubungannya dengan proses belajar.

Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan

teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).

3. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh

informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas

(Notoadmodjo, 2003).

D. Defenisi Bayi prematur

Bayi prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur kehamilan

kurang dari 37 mingggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar

bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur.

(Surasmi, 2003)

Derajat bayi prematur menurut Usher (1975) menggolongkan bayi

prematur dalam 3 kelompok :

1. Bayi yang sangat prematur ( extremely premature ) 24-30 minggu.

10

Page 11: ibu nifas

2. Bayi derajat prematur yang sedang (moderately premature) 31-36

minggu.

3. Boderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. (Prawirohardjo,

2002).

E. Faktor-Faktor Menyebabkan Terjadinya Persalinan

Prematur.

Faktor-faktor menyebabkan terjadinya persalinan prematur adalah :

E.1. Faktor Ibu

1. Gizi saat hamil yang kurang.

2. Riwayat kehamilan Prematur sebelumnya.

3. Penyakit menahun Ibu

4. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun.

E.2. Faktor Kehamilan.

1. Hamil dengan hidramnion.

2. Hamil ganda.

3. Perdarahan anterpartum.

4. Komplikasi hamil : Pre-eklampsia / eklampsia,

KPD.

E.3. Faktor Janin

1. catatan bawaan.

2. Infeksi dalam rahim.

11

Page 12: ibu nifas

E.4. Faktor yang belum diketahui ( Manuaba, 2003 ).

F. Karakteristik Bayi Prematur

Adapun karakteristik bayi prematur adalah : berat badan kurang dari

2500 gr, panjang < 45 cm, umur kehamilan < 37 minggu, kulit transparan,

otot-otot lemah, pernapasan tidak teratur, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran

kepala < 33 cm (Manuaba, 2003).

G. Kelainan Yang Sering Timbul

Karena kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuh bayi prematur baik

anotomik maupun psiologik maka mudah timbul beberapa kalainan seperti :

G.1.Suhu Tubuh

G.2.Pernapasan

G.3.Gangguan Alat Pencernaan

G.4.Hepar Yang Immatur

G.5.Ginjal Yang Immatur

G.6.Pendarahan diotak

G.7.Gangguan Imonologi (Prawirohardjo, 2002)

H. Penatalaksanaan

H.1. Perawatan Bayi Prematur

Mengingat belum sempurnanya kerja alat tubuh untuk pertumbuhan

dan penyesuaiaan diri dengan lingkaran hidup diluar uterus, maka perawatan

pengawasan bayi prematur adalah :

12

Page 13: ibu nifas

1. Pengaturan Suhu

Bayi prematur yang capat akan kehilangan panas karena pusat

pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolismenya rendah. Oleh karena itu bayi prematur harus

dirawat dalam inkubator, sehingga panas badannya mendekati suhu

dalam rahim (Prawirohardjo, 2002)

2. Makanan Bayi

Refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, lambung kecil daya

enzim pencernan terutama lipase masih kurang. Bayi dengan berat

badan kurang dari 1500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu

botol, dalam hal ini diberi minuman melalui sonde lambung. Tetapi

bila daya isap kecil ASI dapat dipompa dan diberi dengan sendok.

(Prawirohardjo, 2002).

3. Mencegah Infeksi

Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena pembentukan

antibodinya belum sempurma dan juga kamampuan leukosit masih

kurang (Manuaba, 2003).

13

Page 14: ibu nifas

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo).

Kerangka konsep penelitian yang berjudul “Gambaran pengetahun ibu

nifas tentang perawatan bayi prematur di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga tahun

2009 dapat digambarkan pada skema 3.1. berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah menyusun pengertian untuk suatu

variabel dan menggambarkan aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya

(Brockopp Dorothy, 2000).

14

1. Umur2. Pendidikan3. Sumber Informasi

Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Bayi Prematur

Page 15: ibu nifas

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil SkalaVariabel independen- Umur

Umur adalah lamanya hidup ibu nifas dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dalam satuan tahun

Kuesioner data demografi

Tahu Interval

- Tingkat pendidikan

Adalah jenjang pendidi-kan secara formal yang pernah diselesaikan oleh ibu nifas dan memperoleh ijazah

Kuesioner data demografi

- Tidak sekolah

- SD- SMP

sederajat- SMA

sederajat- D.III- S.1 - S.2

Ordinal

- Sumber informasi

Informasi adalah dari mana ibu nifas mendapat-kan informasi tentang perawatan bayi prematur.

Kuesioner data demografi

- Petugas kesehatan (dokter, bidan dan perawat)

- Media massa, cetak (surat kabar, majalah

- Media elektronik (radio, TV)

- Internet- Orang lain

Nominal

- Variabel dependen

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh perawatan bayi prematur

Kuesioner sebanyak 20 soal pertanyaan multiple choice

- Baik (76-100%)

- Cukup (55-75%)

- Kurang (<55%)

Ordinal

15

Page 16: ibu nifas

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan pada

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentangs esuatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

pengetahuan primigravida tentang perawatan bayi prematur di RSU. Dr. F.L.

Tobing Sibolga.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

D.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga dengan alasan

tersedianya sampel yang memadai dan juga lokasi penelitian dekat dengan

domisili peneliti sehingga mudah dijangkau serta di RSU. Dr. F.L. Tobing

Sibolga merupakan lahan praktek bagi mahasiswa/mahasiswi Akper/Akbid

Nauli Husada Sibolga.

D.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2009.

16

Page 17: ibu nifas

E. Populasi dan Sampel

E.1. Populasi

Populasi adalah seluruh kelompok yang terdiri dari manusia atau

benda yang memenuhi kumpulan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti

(Aan Patricia, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang

berada di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga sebanyak 30 orang.

E.2. Sampel

Sampel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengmatan

peneltiian atau faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan

diteliti (Sumardi, 2000). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan

secara aksidental sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada di

lokasi peneliti sewaktu peneliti melakukan pengambilan data. Sampel pada

penelitian ini adalah ibu nifas yang datang ke RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga

pada bulan Juni 2009.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner-

kuesioner penelitian tentang perawatan bayi prematur yang terdiri dari 20

item pertanyaan dengan pilihan jawaban multiple choice. Adapun proses

pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu meminta izin dari bagian

17

Page 18: ibu nifas

pendidikan Akper Nauli Husada Sibolga, kemudian meminta izin kepada

Direktur RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga. Setelah itu peneliti melakukan

pendekatan kepada calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Bila ada hal-hal

yang kurang jelas tentang cara pengisian kuesioner dan setelah kuesioner

terisi dengan lengkap, peneliti mengumpulkan kembali kuesioner tersebut.

G. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah

terkumpul, jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam

pengumpulan data akan diperbaiki dengan pemeriksaan dan

dilakukan pendataan ulang terhadap responden.

2. Coding

Pemberian kode dalam bentuk angka pada setiap data yang telah

terkumpul untuk mepermudah memasukkan data ke dalam data

tabel.

3. Tabulating

18

Page 19: ibu nifas

Memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam bentuk distribusi

frekuensi.

H. Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisa data akan dilakukan secara deskriptif

dengan melihat frekuensi, persentase, mean, median, modus, standar deviasi

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjtnya akan

dilakukan pembahasan penelitian dengan menggunakan teori dan tinjauan

kepustakaan.

19

Page 20: ibu nifas

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,s, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V, Rineka Cipta, Jakarta

Clover, dkk, 1995, Perawatan Bayi Prematur, Arca : Jakarta

Hamilton, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi Enam, EGC : Jakarta

Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan, Edisi Pertama, Salemba Medika : Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi Tiga Cetakan Keenam – Jakarta

Notoatmodjo S, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta

Tucker Martin Susan, 1998, Standar Perawatan Pasien, EGC : Jakarta

Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta

Pasponegoro, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Pasien, EGC : Jakarta

Surasmi Asnining, dkk, 2003, Perawatan Bayi Resiko Tinggi, EGC : Jakarta

20