GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …
Embed Size (px)
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS …

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG
SENAM NIFAS DI RSUD KOTA BANDUNG
TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Pendidikan Program Studi D III Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
Disusun Oleh :
SITI MASITOH
NIM : CK.1.15.077
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2018




KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya saya dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “ GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS
TENTANG SENAM NIFAS DI RSUD KOTA BANDUNG TAHUN 2018 “.
Tugas penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program studi D III Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung.
Sampai dengan proses penyelesaian penelitian ini, peneliti mendapat banyak
bimbingan, arahan, bantuan, dukungan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya kepada :
1. H. Mulyana, S.H., M.Pd., M.H.Kes sebagai ketua Yayasan Adhiguna
Kencana Bandung.
2. R. Siti Jundiah, M.Kep sebagai ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung,
3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb sebagai ketua Program studi DIII Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
4. Widia Ariani, SST.,M.Mkes sebagai dosen pembimbing Laporan tugas
akhir ini, karena dengan bimbingannya laporan ini dapat disusun dan
diselesaikan.
5. Dosen dan staf pembimbing prodi DIII Kebidanan STIKes Bhakti Kencana
Bandung.
6. Kedua orang tua umi Maesaroh dan bapak Kusman, serta kedua kakak
Abdul Kholik dan Abdul Rosyid.,SE yang tidak pernah lelah dalam

mendampingi dan memberi motivasi pada penulis dengan penuh antusias
dan semangat.
7. Laila Fitriani, Neng Fitri, Erna Wati selaku sahabat yang senantiasa selalu
memberikan dukungan dan motivasinya,
8. Seluruh jajaran RSUD Kota Bandung,
9. Teman-teman seangkatan yang selalu memberi semangat dalam
penyusunan laporan ini,
10. Semua pihak yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu persatu,
terimakasih sebanyak-banyaknya atas bantuan moril maupun materilnya.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya,
wassalamualaikum.
Bandung, Juli 2018
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan Pengetahuan ................................................................................ 7
2.2 Pengertian Sikap ........................................................................................ 12
2.3 Masa Nifas ................................................................................................. 19
2.4 Pengertian Senam Nifas ............................................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 28
3.2 Variable Penelitian ................................................................................... 28
3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 28
3.4 Populasi Penelitian .................................................................................... 29
3.5 Sample Dan Teknik Pengambilan Sample ............................................... 29
3.6 Kerangka Konsep ...................................................................................... 30
3.7 Definisi Operasional ................................................................................ 33
3.8 Teknik Penelitian ..................................................................................... 33
3.9 Aspek Pengukuran ................................................................................... 34

3.10 Metode Pengolahan dan Analisa ............................................................. 35
3.11 Etika Penelitian ...................................................................................... 36
3.12 Prosedur Penelitian .................................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 38
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 43
5.2 Saran .......................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ABSTRAK
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan
persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan
Maryunani, 2011).Menurut WHO, Penyebab terbanyak perdarahan setelah
persalinan 50% - 60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus. Untuk
itu penting dilakukannya pelayanan senam nifas bagi ibu sebagai salah satu pilar
utama dalam startegi penurunan Angka Kematian Ibu(AKI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan sikap ibu nifas tentang
senam nifas di RSUD Kota Bandung tahun 2018.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, teknik pengambilan
sample dengan cara nonprobability sampling dan sampling yang digunakan adalah
sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel, jumlah populasi dan sample yaitu 35 orang ibu nifas
yang ada diruang nifas RSUD Kota Bandung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (45,8%) mempunyai pengetahuan kurang,
(37,1%) yang mempunyai pengetahuan cukup, (17,1%) yang mempunyai
pengetahuan baik. Dan (42,9%) mempunyai sikap favorable, (57,1%) mempunyai
sikap unfavorable.
Sehingga dapat ditarik kesimpulannya kurang dari setengah responden mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang senam nifas, dan lebih dari setengah responden
mempunyai sikap unfavorable tentang senam nifas. Diharapkan para petugas
kesehatan baik bidan maupun perawat Di RSUD Kota Bandung mempertahankan
dan meningkatkan pemberian penyuluhan tentang senam nifas pada ibu nifas, serta
membimbing atau memberi bantuan baik aktif maupun pasif untuk melakukan
senam nifas pada ibu nifas.
Kata kunci : senam nifas, pengetahuan, sikap.
Kepustakaan : 21 buku (2008-2017), 5 jurnal.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perempuan di negara berkembang cenderung lebih mendapat perawatan selama
hamil dibandingkan mendapat perawatan selama persalinan atau masa nifas (Shine,
2001). Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun
sejumlah 500 orang perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Fakta
ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian
tersebut terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2007).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu
sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Target Global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini,
potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah off track,
artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya.
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibatnya semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangananya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan/cedera. Penyebab terbanyak perdarahan setelah persalinan 50% -
60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus. Kegagalan miometrium
berkontraksi secara sempurna akan menimbulkan gangguan serius sehingga terjadi
perdarahan hebat setelah melahirkan. Untuk itu penting dilakukannya pelayanan

senam nifas bagi ibu sebagai salah satu pilar utama dalam startegi penurunan Angka
Kematian Ibu(AKI).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
peurperium dimulai sejak 2jam setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan
anak ini disebut puerperium yaitu kata puer yang artinya bayi dan parous
melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama
post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Salah satu
kebutuhan dasar ibu nifas diantaranya ada senam nifas.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah
keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan
menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Pada saat hamil,
otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan
senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini
untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya
kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa
menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling
sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus
menerus (continue). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap
hari sampai 10 kali. Jika ibu nifas melakukan senam nifas, maka proses pemulihan

otot-otot rahim dan sekitarnya bisa berlangsung dengan cepat. Tentu saja senam
nifas dilakukan setelah ibu nifas pulih dari rasa nyeri pasca persalinan. Senam nifas
juga dapat dilakukan baik oleh ibu yang melahirkan secara normal atau dengan
operasi sectio caesarea, hanya saja bentuk dan gerakan senam nifas dapat berbeda.
Dampak tidak melakukan senam nifas diantaranya: Produksi ASI yang kurang
lancar, terjadi infeksi karena proses pengecilan rahim tidak berjalan dengan baik
sehingga sisa darah dalam rahim tidak bisa dikeluarkan, sering menyebabkan
gangguan buang air kecil dan besar, terjadinya perdarahan pasca persalinan, timbul
varisses pada kaki, kekuatan otot pada ibu nifas tidak maksimal.
Pada ibu post partum, involusi uterus merupakan sangat penting karena ibu
memerlukan perawatan yang khusus, bantuan dan pengawasan demi pulihnya
kesehatan seperti sebelum hamil. Salah satu indikator dalam proses involusi adalah
tinggi fundus uteri. Apabila fundus uteri berada diatas batas normal maka hal ini
menandakan didalam rahim terjadi sesuatu. Salah satunya adalah perdarahan
didalam rahim, ini sangat berbahaya bila darah keluar dengan deras maka ibu
kehilangan banyak darah sehingga dapat terjadi syok sampai terjadi kematian.
(Bintariadi,2008)
Upaya Departemen Kesehatan (Depkes) untuk mempercepat penurunan AKI
adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan pada setiap ibu, sehingga
diharapkan setiap ibu mendapat akses terhadap pelayanan kebidanan. Untuk itu
penting adanya standar pelayanan kebidanan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan, termasuk standar pelayanan nifas meliputi pelaksanaan,
pemeliharaan dan peningkatan kualitas pelayanan. Bidan memberikan pelayanan
selama nifas melalui kunjungan rumah pada 24 jam pertama, hari ke-3, hari ke-6,

minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan
ibu.
Bandung Jawa barat ternyata masih menjadi salah satu provinsi teratas sebagai
penyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Menurut laporan Dinas
Kesehatan Jawa Barat di tahun 2015 disampaikan bahwa jumlah kasus kematian
Ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan, dan nifas meningkat cukup tajam dari
748 kasus di tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung merupakan rumasakit rujukan
daerah sehingga sering ditemukan hal patologis yang membutuhkan kolaborasi
dengan dokter dalam menangani kasus-kasus yang muncul. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada tahun 2017 di RSUD Kota Bandung diperoleh
data jumlah sub involusi pada ibu post partum adalah 127 kasus (3,6%) dari 3523
persalinan. Hal ini menunjukan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, pada
tahun 2015 sub involusi pada ibu post partum yang terjadi di RSUD Kota Bandung
adalah sebanyak 111 kasus (3,13%) dari 3513 persalinan, sedangkan pada tahun
2016 mencapai 123 kasus (3,35%) dari 3662 persalinan. Setelah penulis melakukan
wawancara terhadap 15 ibu nifas tentang senam nifas didapatkan hasil bahwa 5 ibu
nifas (37,5%) menjawab benar tentang senam nifas sedangkan 10 ibu nifas (62,5%)
lainnya menjawab salah tentang senam nifas.
Dari pertimbangan data diatas maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa RSUD
Kota Bandung memiliki angka kejadian sub involusi pada ibu post partum yang
cukup tinggi dibandingkan dengan RS lain seperti RSKIA Astana Anyar, sepanjang
tahun 2017 di RSKIA Astana Anyar terjadi 109 (2,9%) kasus sub involusi pada ibu
post partum dari 3688 persalinan .

Dari data yang telah diuraikan diatas, perdarahan post partum masih cukup
tinggi, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “ Gambaran Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Nifas Tentang Senam Nifas Di RSUD Kota Bandung tahun 2018 “
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah adalah sebagai
berikut “ Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Senam Nifas
Di RSUD Kota Bandung tahun 2018 “
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Senam
Nifas Di RSUD Kota Bandung tahun 2018 .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di
RSUD Kota Bandung Tahun 2018
2. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu nifas tentang senam nifas di RSUD Kota
Bandung Tahun 2018.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman dalam menggali informasi dan masalah
pada saat melakukan penelitian guna mengetahui Gambaran Pengetahuan dan
Sikap Sebelum dan Sesudah dilakukan Senam Nifas pada Ibu Nifas di RSUD
Kota Bandung tahun 2018.

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambah pembendaharaan bacaan,
sebagai tambahan informasi dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh
mahasiswa.
1.4.3 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan promosi kesehatan
melalui kegiatan penyuluhan cara melakukan senam nifas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,
sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telingga. Jadi, pengetahuan merupakan hasil pengindraan kita
(Notoatmodjo.2010).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja akan tetapi dapat diperoleh
dari pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif , kedua aspek ini
yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap
objek tertentu (A.Wawan DM.2010) .

2.1.1 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan
domain penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang
mencakup domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai menggugat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (menggugat kembali) terhadap sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.
Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar tentang obyek yang dilakukan dengan
menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain – lain.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat
merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan
yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek penelitian – penelitian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria –
kriteria yang telah ada.
2.1.2 Cara memperoleh pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya ; media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2010) dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
a). Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu ini bila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain
sampai berhasil, oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba)
dan Error (gagal atau salah) atau metode coba-salah adalah cobacoba.
Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan dasardasar
menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini juga
merupakan pencerminan dari upaya memperoleh pengetahuan, walaupun
pada taraf yang masih primitive. Disamping itu, pengalaman yang diperoleh
melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berfikir
dan kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna
b) . Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang bila dilakukan oleh orang, penalaran, apakah yang
dilakukan itu baik atau tidak. kebiasaan ini tidak hanyak terjadi pada
masyarakat tradisional saja, melainkan kebiasaan ini seolah - olah diterima
dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan in
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal ataupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata
lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemrintah, otoritas pemimpin agama,
maupun ahli pengetahuan.
c). Berdasarkan Pengalaman Pribadi.
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu meruakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
d). Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, dengan kata
lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi atau deduksi. Induksi
dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak
langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan. Kemudian
dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila
proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus
kepada umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan
kesimpulan dari pertanyaan - pertanyaan umum kepada khusus.
2. Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara
yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau
popular disebut metodologi penelitian (Research Methodologi)

2.1.3 Faktor yang mempegaruhi pengetahuan
1). Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah
untuk berpikir dan mudah menerima informasi
2). Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi,
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang
di perkenalkan.(Nursalam,2008).
3). Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman
dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari
pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.
(Notoadmodjo,2010).
4). Intelegensi
Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan
cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi
akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di
banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
5). Sosial-Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial
ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan

masa depannya, tetapi bagi ibu - ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya
rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.
6). Sosial Budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai
sosial, ke agamaan untuk memperkuat super egonya.
7). Lingkungan
Lingkungan berpikiran luas tingkat pengetahuan lebih baik dari pada orang yang
tinggal di lingkungan berfikir sempit.
8). Pekerjaan
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang
tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan
pengalaman. (Eko, Wahyudi,2010)
d). Kriteria pengetahuan
Baik : >75 – 100 %
Cukup : >55 – 75 %
Kurang : ≤40 – 55 %
(Ari kunto, 2010)
2.2 Sikap
2.2.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas
unsur sikap, baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian untuk
merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap maupun perubahan.

Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan
perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok, serta
pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruh terhadap
perubahan. (Notoatmodjo:2010)
Melalui sikap kita memahami proses keadaan yang menentukan tindakan nyata dan
tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Sikap
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau objek. Sedangkan menurut Thomas Znaniecki (1920) yang dikutip
menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal
psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran
yang sifatnya individual. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan
individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan
dikelola oleh individu.
Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial.
2.2.2 Komponen Pokok Sikap
Struktur sikap menurut Dewi K (2014) terdiri atas 3 komponen yang saling
menunjang, yaitu :
1. Komponen Kognitif
Merupakan respentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganannya (opini), terutama
apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2. Komponen Afektif ( Komponen emosional)
Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak
senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini
menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
3. Komponen Konatif ( komponen perilaku )
Merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu
menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting. (Dewi.K:2014)
2.2.3 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Reciving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah
tentang gizi.
2. Merespon (Responsing)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima
ide tersebut.
3. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengajak atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau
mendiskusikan tentang gizi adalah suatu buktu bahwa sidik jari laten ibu
tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Sarlito W.Sarwono dan Eko A.Meiarno (2012).
2.2.4 Sifat Sikap
Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat
negatif :
1. Sifat positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
2. Sifat negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
2.2.5 Ciri-ciri Sikap
1. Bukan dibawa sejak lahir, melainkan bentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenesis, seperti lapar, haus,
kebutuhan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang
bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat tertentu yang mempermudah sikap
pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki orang.
Notoatmodjo,S (2010)
2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap, antara lain :
1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarus sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media masa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga Pendidikan
Konsep moral dan ajaran dari lembaga-lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah
mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi
sikap.
6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran prustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.2.7 Cara Pengukuran Sikap
Salah satu problem pengukuran metodologi dasar dalam psikolog sosial
adalah bagaimana mengukur sikap seseorang, beberapa teknik pengukuran
sikap antara lain :
1. Skala Thrustone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan
kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangat favorable

terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang
tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat
favorabilitasnya. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
2. Skala likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif
sampai sangat negatif. Seperti halnya skala thrustone, skala likert
disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama.
3. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas,
yaitu “ya-tidak”, “pernah tidak pernah”, “positif negatif” dan lain-lain.
Data yang diperoleh dapat berupa interval atau rasio dikotomi (dua
alternatif). Dalam skala guttman hanya terdapat dua interval.
Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
ingin ditanyakan.
4. Unobstrusive Measures
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat
aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya
dalam pertanyaan.

5. Pengukuran Invaluntary Behaviour
Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran
sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan
pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi
tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
2.2.8 Faktor-Faktor Perubahan Sikap
Perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1. Sumber dari pesan
Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok, institusi. Dua
ciri penting dari sumber pesan yaitu :
a) Kredibilitas
Semakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan, maka
kita akan semakin menyukai untuk dipengaruhi oleh pemberi
pesan. Dua aspek penting dalam kredibilitas, yaitu
keahliankeahlian dan kepercayaan saling berkaitan. Tingkat
kredibilitas berpengaruh terhadap daya persuasif. Jika kredibilitas
tinggi, maka daya persuasif juga tinggi. Jika kredibilitas rendah,
maka daya persuasif juga rendah.
b) Daya tarik
Kredibilitas masih perlu ditambah daya tarik dipengaruhi oleh daya
tarik fisik, menyenangkan, dan ada kemiripan.
2. Pesan (isi dari pesan)
Umumnya berupa kata-kata dan simbol-simbol lain yang
menyampaikan informasi. Ada tiga hal yang berkaitan dengan isi

pesan, yaitu :
a) Usulan
Merupakan suatu pernyataan yang kita terima secara tidak kritis.
Pesan dirancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk
sikap, dan terhasut dengan apa yang dikatakan tanpa melihat
faktanya. Contoh: iklan di tv.
b) Menakuti
Cara lain untuk membujuk adalah dengan menakut-nakuti. Jika
terlalu berlebihan maka orang jadi takut, sehingga informasi justru
dijauhi.
c) Pesan satu sisi dan dua sisi
Pesan satu sisi paling efektif jika orang dalam keadaan netral atau
sudah menyukai suatu pesan. Pesan dua sisi lebih disukai untuk
mengubah pandangan yang bertentangan.
3. Penerima pesan
Beberapa ciri penerima pesan :
a) Influenceability
Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya
seseorang untuk dibujuk, meski demikian anak-anak lebih mudah
dipengaruhi daripada orang dewasa. Orang berpendidikan rendah
juga lebih mudah dipengaruhi dari pada yang berpendidikan tinggi.
b) Arah perhatian dan penafsiran
Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari persepsi
dan penafsirannya. Yang terpenting pesan dikirim ke tangan orang
pertama, mungkin dapat berbeda jika info sampai ke penerima
kedua. (Alimul Hidayat, A. Aziz. 2008)

2.2.9 Kriteria Penilaian Sikap
Alternatif
Jawaban
Nilai
Favorable
Positif
Unfavorable
Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
2.3 Masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi, 2012). Pengertian
lainnya, masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kirakira 6 minggu (Saleha, 2009).
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa nifas (puerperium)
masa yang berlangsung sekitar 6 minggu yang dimulai beberapa jam setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
2.3.1 Tahapan masa nifas
Menurut Anggraini (2010), tahapan masa nifas di bagi atas:

a) Puerperium dini
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan - jalan.
b) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6–8 minggu.
c) Remote puerperium
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2.3.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Ambarwati (2008), Perubahan fisiologi Masa Nifas adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot
rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari
perdarahan post partum.
Pada involusi uterus, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala

nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik
adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan
penimbunan saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan,
sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena prose
involusi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
a) Lochea Rubra / Merah ( Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 post partum.Cairan yang
keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisasisa
plasenta, dinding rahim,lemak bayi,lanugo (rambut bayi) dan
mekonium.
b) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna kecokelat yang berlendir.Berlangsung dari
ke 4 sampai ke 7 post partum.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leokusit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7
sampai hari ke 14 post partum.
d) Lochea Alba / Putih
Mengandung leokosit, sel desidusa, sel epitel, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama dua
sampai enam post partum.
2) Cerviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan.

Proses Involusi Uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat
gambaran sebagai berikut :
a) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir sepanjang 12 X 15
cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis, disamping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, karena minggu ke-2 sebesar
6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
d) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama
dengan lochea.
e) Luka bekas implantasi placenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium.
3) Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
post partum. Penurunan hormoneestrogen pada masa post partum berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada
sekitar minggu ke empat.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
laserasi jalan lahir.Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau
makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
3. Perubahan Sistem Perkemihan

Kadang-kadang puerpurium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter
uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani
selama persalinan, juga karena edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan.Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyeulum normal kembali dalam
waktu 2 minggu.
4. Perubahan Sistem Muskuluskeletal
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligament
rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan. (Mochtar, Rustam. 2012)
2.4 Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan
persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan
Maryunani, 2011).
Menurut Widianti dan Proverawati (2010), senam nifas adalah latihan
jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah
untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada
otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar
panggul dan perut.

2.4.1 Tujuan senam nifas
Mengembalikan kekuatan otot-otot badan supaya ibu sehat jasmani dan
memulihkan kondisi fisik tubuh seperti semula atau mendekati seperti semula
(Bobak, 2010)
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan dilakukannya senam
nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:
1. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
2. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat kandungan
3. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut
dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan persalinan
4. Memperlancar pengeluaran lochea
5. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan
6. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
7. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia, dan lain-lain.
2.4.2 Manfaat senam nifas
Manfaat senam nifas secara umum menurut Sukaryati dan Maryunani (2011),
adalah sebagai berikut:
1) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami
trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk
normal
2) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan
kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih
lanjut

3) Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah kemampuan menghadapi
stres dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
2.4.3 Kontra indikasi senam nifas
Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak diperbolehkan
untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan umumnya tidak baik misalnya
hipertensi, pasca kejang dan demam (Wulandari dan Handayani, 2011). Demikian
juga ibu yang menderita anemia dan ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantung
dan paru-paru seharusnya tidak melakukan senam nifas (Widianti dan Proverawati,
2010).
2.4.4 Waktu dilakukan senam nifas
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam nifas
sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan melakukan
secara bertahap. Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan.
Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena
perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan di saat lapar, ibu tidak akan
mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari.
Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang
tersulit (Marmi, 2012).
2.4.5 Kerugian bila tidak melakukan senam nifas
Kerugian bila tidak melakukan senam nifas menurut Sukaryati dan
Maryunani (2011), antara lain :
1. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan

2. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan
yang abnormal dapat dihindarkan
3. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah)
4. Timbul varises
2.4.6 Pelaksanaan Senam Nifas
Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya bidan mengajarkan kepada ibu
untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat dilakukan dengan
melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak-gerakkan kaki dan tangan
secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kejang otot selama melakukan
gerakan senam nifas. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari (Widianti dan
Proverawati, 2010).
Menurut Manuaba (2009) langkah-langkah senam nifas pada persalinan
normal sebagai berikut :
a) Hari Pertama
• Pernafasan abdomen : Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian
lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui
hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5, lalu
keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut sambil mengkontraksikan
otot perut. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
• Latihan pergerakan kaki : ibu tidur terlentang dengan satu bantal,
kemudian gerakan kaki kearah abduksi, adduksi, inversi, eksversi dan
sirkumduksi. Lakukan 5kali dalam latihan.
• Latihan kontraksi ringan otot perut dan otot panggul : ibu tidur
terlentang dengan satu bantal dikepala, kedua kaki diluruskan dan
kedua tangan berada disamping, kemudian tundukan kepala, kerutkan

pantat sehingga lepas dari kasur. Lakukan 15 kali gerakan pagi dan sore,
setiap
5kali gerakan istirahat sebentar.
b) Hari ke dua
• Latihan otot perut : posisi ibu berbaring, dagu menyentuh dada, tangan
menyentuh lutut dan pinggang tetap dilantai.
• Latihan kaki : posisi ibu berbaring dengan satu bantal, lutut ditekuk
setengah tinggi dan paha menempel satu sama lain, kemudian rebahkan
kedua lutut kesamping kiri, lakukan hal yang sama dengan gerakan
kesamping kanan. Lakukan 5kali gerakan masing-masing sisi.
• Latihan putar tungkai : posisi berbaring terlentang, satu kaki memutar
kesamping menyentuh matras, bahu tetap datar.
• Latihan angkat bokong : posisi berbaring dengan bantuan lengan,
naikan bokong, dan kedua kaki tetap ditekuk.
• Latihan memutar satu lutut : posisi berbaring terlentang, salah satu kaki
ditekuk pada lutut lalu putar lutut kesamping menyentuh matras.
• Latihan untuk menguatkan dada : posisi duduk atau berdiri dengan
kedua tangan saling berpegangan pada lengan bawah dekat sikut, badan
dan lengan atas membentuk sudut 90 derajat, kedua tangan mendorong
lengan kearah sikutanpa menggeser telapak tangan sampai otot dada
terasa tertarik, kemudian lepaskan. Lakukan 45 kali, setiap 15kali
gerakan berhenti sebentar, kerjakan pagi dan siang.
c) Hari Ke tiga

• Latihan untuk mengembalikan bentuk rahim pada bentuk semula : tidur
tengkurap dengan dua bantal penyangga perut bawah, satu bantal kecil
menyangga punggung kaki, kepala menoleh kesamping kiri/kanan.
Tangan diletakan dibawah bantal dengan sedikit siku dibengkokan.
Tahan 5 menit, lakukan sampai ibu merasa mules lagi.
• Latihan menguatkan otot perut : berbaring terlentang, lalu ayunkan
tangan kedepan dengan sudut 90 derajat terhadap tubuh sambil
mengangkat kepala dan bahu.
Langkah senam setelah persalinan dengan seksio sesaria :
• Ibu harus diajarkan bagaimana naik dan turun tempat tidur dengan
menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik oto abdomentnya dan
berguling kedepan, dengan dorongan tangan dan kaki, ia akan mampu
berpindah kearah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung
duduk dari posisi berbaring namun tetap berguling kesamping. Gerakan
ini juga cara termudah untk bangun dari tempat tidur-kencangkan
bagian tranversus dan dorong keposisi dudu disamping tempat tidur.
• Napas dalam diikuti dengan huffing (ekspirasi paksa singkat), akan
membantu mengeluarka sekresi di paru-paru yang mungkin dapat
terjadi setelah pemberian anastesi umum. Bila ibu perlu batuk, ia harus
menekuk lututnya dan menahan lukanya dengan tekanan tangan atau
bantal, sementara ibu bersandar atau duduk ditepi tempat tidur. Posisi
ini mencegah regangan berlebihan pada sutura, meningkatkan rasa
percaya diri, dan mengurangi rasa nyeri.