GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 TENTANG TANDA
BAHAYA MASA NIFAS DI PUSKESMAS MARGAJAYA KABUPATEN
SUMEDANG TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Pendidikan Program Studi D III Kebidanan
Disusun Oleh :
EVI APPRILYANI
CK.1.15.107
STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
2018
ABSTRAK
Salah satu wilayah di Kabupaten Sumedang dengan AKI tahun 2016 diakibatkan
oleh perdarahan setelah persalinan yaitu di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang
sebanyak 1 orang karena keterlambatan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan. Hasil
wawancara terhadap 10 orang ibu nifas didapatkan hasil bahwa 8 orang tidak tahu mengenai
tanda-tanda bahaya pada nifas seperti terjadinya perdarahan
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang
tanda bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018.
Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskripsi dengan, yaitu
jenis penelitian menggambarkan tanpa menghubungkan antar variabel. Analisa data berupa
analisis univariat. Populasi pada penelitian ini yaitu ibu nifas KF 1 yang tercatat di
Puskesmas Margajaya pada bulan Juni 2018 yaitu sebanyak 32 orang. Teknik sampel berupa
total sampling, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 32 orang.
Hasil penelitian diketahui bahwa gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang
mengenali tanda bahaya masa nifas lebih dari setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak
17 orang (53,1%), pengetahuan tentang pencegahan tanda bahaya nifas lebih dari
setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak 17 orang (53,1%), pengetahuan tentang
tindakan awal pada saat dikenali tanda bahaya nifas lebih dari setengahnya berpengetahuan
kurang sebanyak 18 orang (56,2%), pengetahuan tentang pemanfaatan buku KIA kurang
dari setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (43,7%), gambaran sikap ibu
nifas KF 1 lebih dari setengahnya tidak mendukung (unfavorable) sebanyak 20 orang
(62,5%)
Simpulan didapatkan bahwa pengetahuan ibu nifas KF1 tentang tanda-tanda bahaya
nifas banyak dengan pengetahuan kurang dan sikap tidak mendukung. Saran untuk
Puskesmas diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan dengan menginformasikan
kepada ibu nifas mengenai tanda-tanda bahaya nifas dengan cara konseling dibantu dengan
media yang mudah dimengerti seperti poster, buku, leaflet dan lain-lain.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Nifas
Daftar Pustaka : 28 sumber (tahun 2010-2016).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada cahaya umat Islam Nabi besar Muhammad SAW., keluarganya,
para sahabatnya, dan kita semua selaku umat-Nya.
Adapun laporan tugas akhir yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP IBU NIFAS KF 1 TENTANG TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI
PUSKESMAS MARGAJAYA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2018”
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Ahli Madya Kebidanan pada
Program Studi D.III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung.
Penulisan laporan tugas akhir ini tidak mungkin terwujud tanpa bimbingan, arahan,
motivasi, doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. H. Mulyana, SH., M.Pd., MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana
Bandung.
2. R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung.
3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb., selaku Ketua Program Studi Kebidanan STIKes Bhakti
Kencana Bandung.
4. Neng Fitriana, S.ST., selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk serta
saran-saran yang sangat berharga bagi penulis
5. Keluarga dan kerabat yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan kepada
penulis.
6. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memotivasi, terima kasih kebersamaannya
semoga selalu terjalin silaturahmi dimanapun kita berada.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya
mendapat pahala dari Allah SWT.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi ladang kebaikan
untuk mendapat balasan yang lebih baik dan semoga tetesan keringat serta untaian doa yang
mengiringi pembuatan laporan tugas akhir ini menjadikannya bermanfaat dan bernilai.
Aamiin.
Bandung, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENEGSAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan ....................................................................... 8
2.1.1 Pengertian ............................................................... 8
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ........................................... 8
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pengetahuan ............................................................ 9
2.2 Sikap ................................................................................... 10
2.2.1 Pengertian .............................................................. 10
2.2.2 Komponen Dasar Sikap ......................................... 12
2.2.3 Cara Pembentukan Sikap ........................................ 12
2.2.4 Tingkatan Sikap ...................................................... 13
2.2.5 Pengukuran Sikap ................................................... 14
2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap .............. 16
2.3 Nifas .................................................................................... 17
2.3.1 Pengertian ............................................................... 17
2.3.2 Patofisiologi Nifas ................................................. 19
2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas ........................... 20
2.3.4 Periode Masa Nifas ................................................. 24
2.3.5 Kunjungan Masa Nifas ........................................... 24
2.3.6 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas ................................. 26
2.4 Buku KIA ........................................................................... 28
2.4.1 Pengertian buku KIA ............................................. 28
2.4.2 Isi Buku KIA .......................................................... 28
2.4.3 Tujuan Buku KIA .................................................. 29
2.4.4 Manfaat Buku KIA ................................................. 29
2.4.5 Peran Bidan dalam Pemanfaatan Buku KIA
terhadap Tanda bahaya Nifas ................................. 30
2.5 Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas ....................................... 31
2.5.1 Pengertian ............................................................... 31
2.5.2 Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas ........................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 43
3.2 Variabel Penelitian ............................................................. 43
3.3 Populasi Penelitian ............................................................. 43
3.4 Sampel dan Cara Pengambilan Sampel .............................. 44
3.5 Kerangka Pemikiran dan Kerangka Konsep ...................... 44
3.6 Definisi Operasional ........................................................... 46
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 48
3.8 Prosedur Penelitian ............................................................. 50
3.9 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ......................... 51
3.10 Pengolahan dan Analisa Data ............................................. 51
3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 56
4.2 Pembahasan ........................................................................ 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................ 68
5.2 Saran .................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional ................................................................................. 47
3.2 Kategori Pertanyaan Berdasarkan Skala Likert ........................................ 54
4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang
Mengenali Tanda Bahaya Masa Nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten
Sumedang tahun 2018 .............................................................................. 56
4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang
Pencegahan Tanda Bahaya Nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten
Sumedang tahun 2018 ............................................................................. 57
4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang
Tindakan Awal pada Saat Dikenali Tanda Bahaya Nifas di Puskesmas
Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018 .......................................... 58
4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang
Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang
tahun 2018 ................................................................................................ 59
4.5 Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Favorable/Unfavorable Ibu Nifas KF
1 di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018 ................ 60
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-kisi Kuesioner Uji Validitas
Lampiran 2 : Kuesioner Uji Validitas
Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Uji Validitas
Lampiran 4 : Kisi-kisi Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 : Hasil Perhitungan Penelitian
Lampiran 7 : Lembar Bimbingan LTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat.
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, AKI
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup(1).
Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas saat ini di dunia
masih sangat tinggi. Tahun 2013 setiap 1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia.
Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal saat
melahirkan (2).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu akibat perdarahan 28%,
eklamsia (24%), dan infeksi (11%). Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan
kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 50% dan ibu nifas 49% serta
karena kurang protein. Kematian ibu pasca salin atau masa nifas merupakan salah satu
penyumbang angka kematian ibu, penyebabnya adalah perdarahan yang tidak tertangani,
infeksi, komplikasi masa nifas dan lain-lain. Ini adalah salah satu penyebab terpenting
terjadinya kematian ibu di dunia, terutama terjadi di negara berkembang, sebagian besar
dari kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan(3). Kabupaten di
Jawa Barat tahun 2015 dengan kematian ibu yang paling tinggi yaitu di kabupaten Bogor
sebanyak 71 kasus dan terendah di kabupaten Sumedang sebanyak 29 kasus (4).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu, selama waktu tersebut
pada seorang ibu nifas seringkali terjadi masalah tanda bahaya masa nifas. Asuhan masa
nifas sangat diperlukan karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi.
Diperlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah pada masa nifas salah
satunya mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas. Peran serta ibu nifas menjadi faktor
terpenting terutama pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas dan kunjungan
yang dilakukan oleh ibu nifas maupun oleh tenaga kesehatan sesuai standar pelayanan.
Dari upaya tersebut diharapkan dapat mengetahui dan mengenal secara diri tanda-tanda
bahaya nifas sehingga apabila ada kelainan dan komplikasi maka akan segera tertangani
(5).
Tanda-tanda bahaya nifas perlu dikenali dan diketahui oleh ibu nifas sebagai
bentuk kewaspadaan ibu dan untuk mendapatkan penanganan yang lebih cepat (early
detection). Tanda-tanda bahaya pada saat nifas diantaranya yaitu perdarahan(32,3%),
lochea yang berbau busuk(12,5%), pengecilan rahim terganggu (sub involusi uterus)
(11,3%), nyeri pada perut (9,3%), pusing dan lemas berlebihan (9,2%), suhu tubuh lebih
dari 380C (7,4%), payudara bengkak, merah, panas dan terasa sakit (16,8%), perasaan
sedih pada bayi (baby blues) dan depresi masa nifas (3,7%)(5). Untuk itu pengetahuan
tentang tanda-tanda bahaya nifas perlu dimiliki oleh para ibu nifas dalam rangka
mencegah kesakitan dan kematian akibat komplikasi pada masa nifas.
Pengetahuan dan sikap merupakan faktor utama dan terpenting bagi ibu nifas
dalam mengenali tanda-tanda bahaya nifas. Pengetahuan terbentuk dilatar belakangi
oleh pendidikan, pengalaman sebelumnya seperti faktor paritas dan lingkungan sosial
seperti pekerjaan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan ibu nifas
terhadap tanda-tanda bahaya nifas.(6)
Pendidikan dapat mempengaruhi terhadap pengetahuan karena semakin tinggi
pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan. Paritas juga menjadi salah satu
faktor yang dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan ibu tentang tanda-tanda
bahaya nifas karena ibu sudah memiliki pengalaman, dan ibu yang bekerja dikaitkan
dengan informasi yang mudah didapat dari lingkungan sehingga ibu bisa mencari
informasi tentang tanda-tanda bahaya nifas.
Berdasarkan data Riskesdas Jawa Barat tahun 2013 didapatkan data bahwa
perbandingan kepemilikan buku KIA di Kota Bandung sebanyak 21% dan di Kabupaten
Sumedang sebanyak 71,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan buku KIA lebih
banyak di Kabupaten Sumedang.
Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Sumedang angka kematian ibu mengalami
penurunan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang menyebutkan, kematian ibu
pada tahun 2012 tercatat 49 kasus, hingga 2015 mengalami penurunan, menjadi 29 kasus
dan pada tahun 2016 menjadi 19 kasus, kematian disebabkan karena karena komplikasi
pada saat nifas diantaranya perdarahan (7).
Studi pendahuluan didapatkan di wilayah Kabupaten Sumedang pada salah satu
puskesmas dengan AKI tahun 2016 diakibatkan oleh perdarahan setelah persalinan yaitu
di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang sebanyak 1 orang karena keterlambatan
ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan. Didapatkan data ibu nifas yang mempunyai
masalah masa nifas diantaranya 2 orang dengan masalah penyulit menyusui yaitu
bendungan ASI, 2 orang ibu nifas dengan masalah infeksi pada bekas jahitan dan 1 orang
ibu nifas dengan masalah sub-involusi karena adanya sisa plasenta. Hasil ini
menunjukan 5 orang yang mempunyai masalah bahaya masa nifas. Data tersebut
merupakan sebagian data dari ibu nifas dengan masalah bahaya masa nifas, yang di
ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Menurut penuturan tenaga kesehatan di
Puskesmas Margajaya masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya masa
nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu nifas didapatkan hasil bahwa 8 orang
tidak tahu mengenai tanda-tanda bahaya pada nifas seperti terjadinya perdarahan. Dilihat
dari pemanfaatan buku KIA, dari 10 orang ibu nifas tersebut, 9 orang menggunakan buku
KIA. Sehingga bisa dikatakan bahwa walaupun memiliki buku KIA namun ibu nifas
belum tentu mengetahui mengenai tanda-tanda bahaya nifas dan dari 10 orang ibu nifas
tersebut, 9 orang mengatakan bahwa apabila ada gejala seperti pusing dan dirasakan
sangat berat maka hanya perlu diistirahatkan saja. Penelitian diarahkan kepada ibu KF 1
karena diharapkan dengan adanya penelitian ini ibu nifas mengetahui tentang tanda-
tanda bahaya nifas sehingga ibu bisa lebih cepat datang ke tenaga kesehatan apabila
terdeteksi adanya tanda-tanda bahaya nifas.
Studi pembanding yang dilakukan di Puskesmas Haurngombong dikarenakan
puskesmas tersebut merupakan puskesmas yang luas demografinya sama dengan
Puskesmas Margajaya, didapatkan dari tahun 2015 belum pernah ada angka kematian
ibu, wawancara terhadap 10 orang ibu nifas didapatkan 8 orang mengetahui tanda-tanda
bahaya nifas karena mereka menyatakan pernah mendapatkan informasi mengenai
tanda-tanda bahaya nifas oleh tenaga kesehatan sekaligus memperlihatkan tanda bahaya
nifas pada buku KIA.
Banyaknya ibu nifas yang tidak mengetahui tanda-tanda bahaya nifas di wilayah
Puskesmas Margajaya, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Gambaran
pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang tanda bahaya masa nifas di Puskesmas
Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yaitu “Bagaimana
gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang tanda bahaya masa nifas di
Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018?.”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang
tanda bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun
2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang mengenali
tanda bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang
tahun 2018.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang
pencegahan tanda bahaya nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten
Sumedang tahun 2018.
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang tindakan
awal pada saat dikenali tanda bahaya nifas di Puskesmas Margajaya
Kabupaten Sumedang tahun 2018.
d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang
pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang
tahun 2018.
e. Untuk mengetahui gambaran sikap favorable/unfavorable pada ibu nifas KF
1 tentang bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang
tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti sesuai dengan keilmuan yang
didapat selama kuliah untuk mengetahui lebih dalam tentang tanda bahaya nifas.
2. Bagi institusi
Dapat memberikan informasi data, sehingga dapat digunakan untuk
menyusun materi pembelajaran terhadap calon bidan dalam mencegah dan
meminimalkan tanda gejala pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga,
dan sebagainya). Pada waktu pengindraan sampai hasil pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (6).
2.1.2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan pengetahuan yaitu sebagai
berikut: (6)
1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Komprehensif) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu obyek kedalam komponenkomponen, tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun
informasi baru dari informasi-informasi yang lain.
6. Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, antara lain : (6)
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang
lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
2. Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan
buku.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia
akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber
informasi.
6. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
2.2. Sikap
2.2.1. Pengertian
Sikap merupakan proses evaluatif dari dalam diri seseorang. Respon
evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan dalam sikap timbulnya
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan
terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk, mendukung-tidak mendukung,
positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian
mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (8).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek (6). Azwar menjelaskan sikap sebagai berikut : (8)
1. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable).
2. Sikap merupakan kecenderung potensi untuk bereaksi dengan cara tertentu
apabila individu dihadapkan pada stimulus yang membutuhkan respon.
3. Sikap merupakan komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang
saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap
objek.
4. Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal berperasaan (kognisi),
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu objek dilingkungan
sekitarnya.
5. Sikap diperoleh melalui pengalaman pribadi, budaya, dari orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga keagamaan, serta
faktor emosi dari dalam individu itu sendiri.
Dengan demikian sikap adalah proses evaluatif dalam diri seseorang
terhadap suatu objek atau stimulus yang diterima baik dengan perasaan
memihak atau menerima ataupun perasaan tidak memihak dan tidak menerima.
2.2.2. Komponen Dasar Sikap
Terdapat 3 komponen yang mendasar suatu sikap (8), yaitu: sebagai
berikut
1. Afektif merupakan kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
yang didalamnya termasuk perasaan suka tidak suka terhadap suatu objek
atau orang.
2. Kognitif, merupakan kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap
suatu objek tentang objek atau orang tersebut.
3. Perilaku, yaitu kecenderungan untuk bereaksi terhadap objek atau orang
tersebut.
Ketiga komponen tersebut secara kesatuan membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
2.2.3. Cara Pembentukan Sikap
Proses pembentukan sikap terjadi dengan sistem adopsi dari orang lain
yakni melaui satu proses yang disebut proses pembelajaran sosial. Dalam
proses inipun dilalui dalam beberapa proses lainnya antara lain: (6):
1. Classical conditioning adalah bentuk dasar dari pembelajaran di mana satu
stimulus, yang awalnya netral menjadi memiliki kapasitas untuk
membangkitkan reaksi melalui rangsangan yang berulang kali dengan
stimulus lain. Dengan kata lain satu stimulus menjadi sebuah tanda bagi
kehadiran stimulus lainnya.
2. Instrumenal conditioning adalah bentuk dasar dari pembelajaran di mana
respon yang menimbulkan hasil positif atau mengurangi hasil negarif yang
diperkuat.
3. Pembelajaran melalui observasi adalah salah satu bentuk belajar di mana
individu mempelajari tingkah laku atau pemikiran baru melalui observasi
terhadap orang lain.
4. Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang
lain untuk menentukan apakah pandangan kita terhadap kenyataan sosial
benar atau salah.
2.2.4. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan (6) yaitu sebagai berikut:
1. Menerima (receiving). Dalam hal ini subjek mau menerima dan
memperhatikan stimulus yang ada.
2. Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari jawabannya itu benar atau
salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang ada, merupakan tingkatan
sikap yang paling tinggi.
2.2.5. Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan
perilaku mausia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Sax menunjukkan beberapa karekteristik (dimensi) sikap
yaitu arah, intensitas, keleluasan, konsistensi dan spontanisme. Berikut akan
diuraikan dimensi-dimensi tersebut (8).
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan,
yaitu apakah setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Orang yang setuju,
mendukung atau memihak terhadap objek sikap berarti memiliki yang arah
positif dan sebaliknya. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau
kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin
tidak berbeda. Sikap juga memiliki keleluasan, maksudnya kesetujuan atau
tidak kesetujuan terhadap suatu objek sikap.
Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara
pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap.
Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu
yang relatif panjang. Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas, yaitu
menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara
spontan. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab
“setuju” atau “tidak setuju” spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat
terlihat (9).
Pengukuran dan pemahaman sikap, idealnya harus mencakup dimensi
tersebut. Tentu saja hal ini sangat sulit untuk kilakukan, tetapi biasanya
pengukuran sikap hanya mengungkapkan dimensi arah dan dimensi intenitas
sikap saja, yaitu dengan hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau
sikap negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap respon individu (8).
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis
besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara
langsung yaitu subjek dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap sesuatu
masalah atau hal yang dapat dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat
dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara
langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dengan survei,
sedangkan secara langsung yang berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa
dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek
yang diteliti.
2.2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap sebuah sikap, hal
tersebut adalah :
1. Pengetahuan
Merupakan suatu bentuk dalam sistem pendidikan yang memiliki
pengaruh besar dalam pembentukan sikap.
2. Pengalaman Pribadi
Hal ini diartikan bahwa apa yang sedang dialami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus yang datang.
3. Pengaruh Orang yang Dianggap Penting
Jiwa kita akan senantiasa menerima masukan, salah satunya kita akan
senantiasa mengikuti apa yang dilakukan oleh orang yang kita angggap
penting. Dalam hal ini juga, bahwa kedudukan orang yang dianggap penting
juga akan mempengaruhi bagaimana respon kita terhadap stimulus yang
datang.
4. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan yang ada dan menaungi hidup seseorang memiliki
pengaruh besar dalam membentuk opini seseorang dan kepercayaannya.
5. Media Massa
Berbagai macam media massa, akan bisa memberikan pengaruh
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Baik itu televisi,
radio, koran, majalah, leaflet, pamflet dan lain-lain.
6. Pengaruh Faktor Emosi
Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk dari ego (8).
2.3. Nifas
2.3.1. Pengertian
Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 – 8 minggu. (5)
Masa nifas (puerperium) adalah mulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (10). Masa nifas
(puerperium) adalah masa atau waktu sejak waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali dengan organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan dengan
melahirkan. (11)
Masa nifas) disebut juga masa postpartum atau puerperium, adalah masa
sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan
pengembalian alat-alat kandungan atau reproduksi, seperti sebelum hamil yang
lamanya 6 minggu atau 40 hari pascapersalinan. (12)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alatalat kandungan kembali seperti pra hamil (13).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil) (14). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Waktu masa
nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak
melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika
sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti-henti atau tetap
keluar darah, maka darah itu haid. Akan tetapi jika darah keluar terus dan tidak
masa haid dan darah itu tidak berhenti mengalir perlu diperiksakan kedokter
atau bidan. (15)
2.3.2. Patofisiologi Nifas
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin.Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala (16).
2.3.3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Terlepasnya plasenta dari dinding rahim menimbulkan perubahan
fisiologis pada jaringan otot dan jaringan ikat, karena disebabkan menurunnya
kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh, perubahan-perubahan fisiologis
itu meliputi :
1) Perubahan Sistem Reproduksi
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Dua hari setelah pelahiran,
uterus mulai mengalami pengerutan hingga kembali ke ukuran sebelum
hamil yaitu 100g atau kurang (17).
Perubahan uterus dalam keseluruhannya disebut involusi uteri(16).
Selain uterus, serviks juga mengalami involusi bersamaan dengan uterus,
hingga 6 minggu setelah persalinan serviks menutup(18). Pada masa nifas
dari jalan lahir ibu mengeluarkan cairan mengandung darah dan sisa
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus (Lochia). Lochia berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita
Pengeluaran lochia berlangsung pada hari pertama setelah
persalinan hingga 6 minggu setelah persalinan dan mengalami perubahan
warna serta jumlahnya karena proses involusi (19).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi
menjadi 4 jenis:
a. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta.
b. Lochia sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh
c. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan
d. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu
postpartum (20).
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi
karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir
(18).
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan
sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
tekanan kepala janin selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam
urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus (16).
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali (19).
5) Perubahan Sistem Hematologi
Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin
pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu
postpartum (18).
6) Perubahan Sistem Endokrin
Human Choirionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum (19).
7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan volume darah ibu relatif akan bertambah.
Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan
decompensation cordia pada penderita vitum cordia (16).
8) Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital, meliputi:
a. Suhu tubuh
24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,50 C-380
C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan yang berlebihan, dan kelelahan(18).
b. Nadi
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari
denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi
atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia
(19).
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali
per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok (16)
2.3.4. Periode Masa Nifas
Adapun periode masa nifas (post partum/puerperium) yaitu sebagai
berikut (11):
1. Puerperium dini yakni masa kepulihan dimana saat-saat ibu dibolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yakni masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genital kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remot puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.
2.3.5. Kunjungan Masa Nifas
Frekuensi kunjungan, waktu kunjungan dan tujuan kunjungan masa
nifas yaitu : (11)
1. Kunjungan pertama (KF1), waktu 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan
(post partum). Tujuan kunjungan ini adalah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan yaitu atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Memberi supervisi kepada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2. Kunjungan kedua (KF2), waktu 4 hari sampai 28 hari
Tujuan kunjungan ini adalah :
a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.
b. Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda
adanya penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan
asuhan pada bayi.
3. Kunjungan ketiga (KF3), waktu 29 hari sampai 42 hari. Dalam kunjungan
ini tujuannya sama dengan kunjungan KF 2.
2.3.6. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum (jika tidak diketahui atau
merupakan kunjungan pertama)
b. Jumlah jam atau hari postpartum
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah postpartum
e. Catatan hasil laboratorium
f. Catatan pengobatan (20).
2. Mengkaji riwayat
a. Ambulasi : apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan mandiri, apakah ibu pusing melakukan
ambulasi
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri, atau
disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan frekuensinya, jumlah,
apakahada nyeri, atau disuria
d. Nafsu makan : apa yang ia makan, seberapasering, apakah ada rasa
panas pada perut, mual, dan muntah
e. Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri : lokasinya, kapan, tipe nyeri,
dan apa yang dapat mengurangi nyeri tersebut
f. Psikologis ibu : bagaimana perhatian terhadap dirinya dan bayinya,
perasaan terhadap bayinya, dan perasaan terhadap persalinan
g. Istirahat dan tidur : apakah ibu mengalami gangguan tidiur, apakah ibu
mengalami kelelahan
h. Menyusui : bagaimana proses menyusui dikaikan dengan dirinya dan
bayi, apakah ada reaksi antara ibu dan bayi selama menyusui, apakah
ada masalah atau pertanyaan (misal, waktu menyusui, posisi, rasa sakit
pada puting, atau pembengkakan)(20)
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan puting, apakah ada pembengkakan atau
lecet pada puting dan infeksi
c. Memeriksa abdomen, terdiri dari palpasi uterus (memastikan
kontraksi baik) dan kandungan kemih
d. Memeriksa lokea : bagaimana jumlah, warna, konsistensi, dan bau
e. Memeriksa perinium : bagaimana penyembuhan (adakah oedem,
hematoma, nanah, luka yang terbuka, dan hemaroid)
f. Memeriksa kaki : adakah varises, edema, tanda homan, refleks, nyeri
tekan, dan kemerahan pada betis.
2.4. Buku KIA
2.4.1. Pengertian buku KIA
Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari
hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak mulai dari bayi baru lahir
hingga balita, serta berbagai informasi cara merawat kesehatan ibu dan anak.
(21)
2.4.2. Isi Buku KIA
Pada dasarnya isi buku KIA terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama
untuk ibu dan selanjutnya bagian untuk anak. Bagian untuk ibu berisi tentang
identitas keluarga, catatan pelayanan kesehatan ibu hamil, penyuluhan
pemeriksaan kehamilan secara teratur, penyuluhan perawatan kehamilan
sehari-hari dan makanan ibu hamil, tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan
melahirkan, tanda kelahiran bayi dan proses melahirkan, cara menyusui dan
perawatan ibu nifas, tanda bahaya pada ibu nifas, cara ber-KB, catatan
kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir, dan yang terakhir blangko surat
keterangan lahir.
Bagian untuk anak berisi tentang identitas anak, tanda bayi lahir sehat
dan perawatan bayi baru lahir, tanda bahaya pada bayi baru lahir, perawatan
bayi seharihari, tanda bayi dan anak sehat serta perawatan anak sehari-hari,
perawatan anak sakit, cara pemberian makan pada anak, cara merangsang
perkembangan anak, cara membuat MP-ASI (Makanan Pengganti Air Susu
Ibu), catatan pelayanan kesehatan anak, catatan imunisasi mencakup Hepatitis
B, BCG, DPT, Polio dan Campak termasuk catatan pemberian vitamin A, serta
di bagian belakang buku juga terdapat kartu Menuju Sehat (KMS) (21).
2.4.3. Tujuan Buku KIA
Buku KIA adalah buku yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan KIA sehingga dapat menekan AKI dan AKB di Indonesia. Selain itu,
beberapa tujuan buku KIA adalah untuk memudahkan keluarga dalam
memahami informasi kesehatan tentang ibu dan anak yang tercantum dalam
buku KIA, memudahkan tugas Ibu untuk dapat memahami kondisi
kesehatannya sendiri dan bayinya secara mandiri, serta untuk meningkatkan
praktik keluarga dan masyarakat dalam memelihara/merawat kesehatan ibu dan
anak (21).
2.4.4. Manfaat Buku KIA
Secara garis besar manfaat buku KIA dapat dibagi menjadi dua yaitu
manfaat umum dan khusus. Manfaat buku KIA secara umum yaitu ibu dan anak
mempunyai catatan kesehatan yang lengkap. Sedangkan manfaat secara khusus
yaitu:
1. Untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak,
2. Alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting
bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang paket (standar) pelayanan kia.
3. Alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan
ibu dan anak.
4. Debagai catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk
rujukannya (21).
2.4.5. Peran Bidan dalam Pemanfaatan Buku KIA terhadap Tanda bahaya Nifas
1. Bidan mengedukasi ibu nifas, suami ataupun keluarga dalam
mengidentifikasi tanda-tanda bahaya nifas yang tertera pada buku KIA.
2. Bidan mengedukasi ibu nifas, suami ataupun keluarga dalam upaya
penanggulangan tanda-tanda bahaya nifas yang tertera pada buku KIA
3. Bidan menjelaskan apabila ada ibu atau suami ataupun keluarga yang tidak
mengerti tentang tanda-tanda bahaya nifas
4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan
dengan melibatkan klien dan keluarga (21).
2.5. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas
2.5.1. Pengertian
Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (22).
2.5.2. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
1. Perdarahan pasca persalinan (post partum)
a. Pengertian
Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan
yang melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2014). Menurut
waktu terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu :
1) Perdarahan post partum primer (Early post partum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah
atonia uteri, retensio placenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
2) Perdarahan post partum sekunder (Late post partum hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi,
infeksi nifas dan sisa plasenta. Perdarahan post partum merupakan
penyebab penting kematian maternal (23).
b. Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah:
1) Paritas grandemultipara
2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa(5).
c. Penanganan
Untuk mengatasi kondisi BIPM melakukan penanganan umum
dengan perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infus, transfusi
darah, pemberian antibiotik, dan pemberian uterotonika. Pada kegawat
daruratan dilakukan rujukan ke rumah sakit (23).
2. Lochea yang berbau busuk
a. Pengertian
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah sekret
yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang berupa
cairan seperti nanah yang berbau busuk (5).
b. Penyebab
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta
rest merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan
sehingga pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat
terjadi perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat
berbau akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam
terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau
membrannya. Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan
perdarahan terlambat (23).
c. Penanganan
BPM mengidentifikasi kondisi lochea yang berbau busuk,
selanjutnya bisa di rujuk ke puskemas untuk dilakukan tindakan
penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis, pemberian
antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau metergin),
apabila tidak memungkinkan maka bisa di bawa ke rumah sakit untuk
dilakukan tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan
pemeriksaan patologi-anatomik (6).
3. Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)
a. Pengertian
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60
gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub involusi(24).
b. Penyebab
Faktor penyebab sub involusi antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri. Pada pemeriksaan bimanual
ditemukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus
masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula
perdarahan.
c. Penanganan
Apabila tejradi sub involusi uterus maka yang perlu dilakukan
oleh bidan diantaranya:
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami
subinvolusi uterus, dan ibu mengerti penjelasan yang telah
diberikan.
2) Kosongkan kandung kemih, sehingga memudahkan uterus involusi.
3) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik: dengan melakukan pijatan
untuk mengeluarkan bekuan darah terperangkap di uterus yang
akan menghalangi involusi uterus
4) Lakukan pemeriksaan penunjang
5) Anjurkan ibu untuk mobilisasi supaya darah bisa lancar keluar dari
uterus sehingga tidak menghalangi uterus untuk involusi untuk
involusi.
6) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya agar mempercepat proses
involusi uterus
4. Nyeri pada perut dan pelvis
a. Pengertian
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan
komplikasi nifas seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium.
b. Penyebab
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis,
tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis
dan sellulitis pelvika. Selanjutnya ada kemungkinan bahwa abses pada
sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritonium dan
menyebabkan peritonitis (5). Gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
1) Peritonitis terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak
seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam,
perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvio
peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses (5).
2) Peritonitis umum. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang
sangat pathogen dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat
menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire. Muka penderita yang mulamula kemerahan
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang
dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi
(5).
c. Penanganan
Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang
infus intravena, berikan kombinasi antibiotik sampai ibu tidak demam
selama 48 jam (ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam, ditambah
gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24 jam,
ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena setiap 8 jam) (5).
5. Pusing dan lemas yang berlebihan
Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada masa nifas, pusing bisa
disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140 mmHg dan diastole >110
mmHg). Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya,
dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya
asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol
<100 mmHg diastole <60 mmHg) (23). Penanganan gejala tersebut adalah :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b. Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya selama 40
hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya pada bayinya.
f. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
6. Suhu tubuh ibu > 38 0C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik
antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah
normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut
selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan
yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (25).
Penanganan umum bila terjadi demam :
a. Istirahat baring.
b. Rehidrasi peroral atau infuse.
c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
d. Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok
harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat
memburuk dengan cepat sehingga perlu dirujuk ke puskesmas ataupun
rumah sakit (5).
7. Payudara bengkak, merah, panas, dan terasa sakit
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim
kelenjar payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu
pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3 atau
ke 4 (5).
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri
dan takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih
hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri(5).
Penanganan utama mastitis adalah:
a. Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu
bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan
terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.
b. Susukan bayi sesering mungkin.
c. Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
d. Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.
e. Bila terjadi abses payudara dirujuk ke puskemas atau rumah sakit untuk
dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk mengeluarkan nanah dan
dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar nanah dapat keluar terus.
8. Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)
Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa
lelah yang dirasakan, selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional
selama beberapa bulan kehamilan(24). Gejala-gejala baby blues antara lain:
a. Menangis.
b. Mengalami perubahan perasaan.
c. Cemas.
d. Kesepian.
e. Khawatir mengenai sang bayi.
f. Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan
menjadi seorang ibu.
Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,
pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk
pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (23).
9. Depresi masa nifas (depresi postpartum)
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini
disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum
kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu
cepat murung, mudah marah-marah(24). Gejala-gejala depresi masa nifas
adalah :
a. Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
b. Nafsu makan hilang.
c. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
d. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
e. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
f. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
g. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-
debar.
10. Preeklampsia
a. Pengertian
Preeklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, protein
urine dan oedema(23)
b. Tingkatan Preeklampsia
1) Preeklampsia ringan
Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
protein urin dan oedema setelah umur kehamilan 22 minggu atau
segera setelah persalinan. Tanda gejala Pre eklamsi Ringan :
a) Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg/diastol lebih dari
90 mmHg,
b) Kenaikan berat badan 1 kg/minggu.
c) Protein urine 0,3 gram/lebih dengan tingkat kualitatif satu
sampai dua pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
2) Preeklampsia berat
Preeklampsia berat yaitu suatu komplikasi kehamilan yang
di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai protein urin dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau
setelah persalinan. Tanda gejala Preeklamsia Berat :
a) Tekanan darah lebih dari 160 mmHg/diastol 110 mmHg
b) Protein urin +5 gram
c) Oedema paru/sianosis
d) Adanya gangguan penglihatan, nyeri kepala, nyeri
epigastrium(10)
c. Pencegahan Preeklampsia pada masa nifas
1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti, mengenali tanda tanda
pre eklamsia, lalu di berikan pengobatan supaya penyakit tidak
menjadi berat.
2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre
eklamsia kalau ada faktor-faktor predesposisi.
3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan
serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta
karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan
yang berlebihan.(10)
d. Penanganan Preeklampsia pada masa Nifas
1) Jelaskan kepada ibu tentang kondisinya
2) Beri KIE tentang tanda-tanda bahaya pada pre eklamsia
3) Observasi keadaan umum dan TTV
4) Pantau tekanan datah dan protein urin
5) Anjurkan pada ibu untuk banyak istirahat
6) Anjurkan pada ibu untuk diet rendah garam
7) Keseimbangan cairan dan pengganti elektrolit untuk memperbaiki
hipovelemik, mencegah kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan serum
harian.
8) Pemberian sedativa untuk mencegah terjadinya kejang-kejang
9) Memberikan MgSO4 secara IV dan IM masing-masing dengan jarak
5 menit
10) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
11) Melakukan rujukan kerumah sakit yang lebih tinggi(10)