GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

50
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 TENTANG TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI PUSKESMAS MARGAJAYA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2018 LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan Program Studi D III Kebidanan Disusun Oleh : EVI APPRILYANI CK.1.15.107 STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2018

Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

Page 1: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 TENTANG TANDA

BAHAYA MASA NIFAS DI PUSKESMAS MARGAJAYA KABUPATEN

SUMEDANG TAHUN 2018

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan

Pendidikan Program Studi D III Kebidanan

Disusun Oleh :

EVI APPRILYANI

CK.1.15.107

STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

2018

Page 2: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …
Page 3: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …
Page 4: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …
Page 5: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

ABSTRAK

Salah satu wilayah di Kabupaten Sumedang dengan AKI tahun 2016 diakibatkan

oleh perdarahan setelah persalinan yaitu di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang

sebanyak 1 orang karena keterlambatan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan. Hasil

wawancara terhadap 10 orang ibu nifas didapatkan hasil bahwa 8 orang tidak tahu mengenai

tanda-tanda bahaya pada nifas seperti terjadinya perdarahan

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang

tanda bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018.

Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskripsi dengan, yaitu

jenis penelitian menggambarkan tanpa menghubungkan antar variabel. Analisa data berupa

analisis univariat. Populasi pada penelitian ini yaitu ibu nifas KF 1 yang tercatat di

Puskesmas Margajaya pada bulan Juni 2018 yaitu sebanyak 32 orang. Teknik sampel berupa

total sampling, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 32 orang.

Hasil penelitian diketahui bahwa gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang

mengenali tanda bahaya masa nifas lebih dari setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak

17 orang (53,1%), pengetahuan tentang pencegahan tanda bahaya nifas lebih dari

setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak 17 orang (53,1%), pengetahuan tentang

tindakan awal pada saat dikenali tanda bahaya nifas lebih dari setengahnya berpengetahuan

kurang sebanyak 18 orang (56,2%), pengetahuan tentang pemanfaatan buku KIA kurang

dari setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (43,7%), gambaran sikap ibu

nifas KF 1 lebih dari setengahnya tidak mendukung (unfavorable) sebanyak 20 orang

(62,5%)

Simpulan didapatkan bahwa pengetahuan ibu nifas KF1 tentang tanda-tanda bahaya

nifas banyak dengan pengetahuan kurang dan sikap tidak mendukung. Saran untuk

Puskesmas diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan dengan menginformasikan

kepada ibu nifas mengenai tanda-tanda bahaya nifas dengan cara konseling dibantu dengan

media yang mudah dimengerti seperti poster, buku, leaflet dan lain-lain.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Nifas

Daftar Pustaka : 28 sumber (tahun 2010-2016).

Page 6: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada cahaya umat Islam Nabi besar Muhammad SAW., keluarganya,

para sahabatnya, dan kita semua selaku umat-Nya.

Adapun laporan tugas akhir yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN DAN

SIKAP IBU NIFAS KF 1 TENTANG TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI

PUSKESMAS MARGAJAYA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2018”

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Ahli Madya Kebidanan pada

Program Studi D.III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung.

Penulisan laporan tugas akhir ini tidak mungkin terwujud tanpa bimbingan, arahan,

motivasi, doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. H. Mulyana, SH., M.Pd., MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung.

2. R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung.

3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb., selaku Ketua Program Studi Kebidanan STIKes Bhakti

Kencana Bandung.

4. Neng Fitriana, S.ST., selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk serta

saran-saran yang sangat berharga bagi penulis

5. Keluarga dan kerabat yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan kepada

penulis.

Page 7: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

6. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memotivasi, terima kasih kebersamaannya

semoga selalu terjalin silaturahmi dimanapun kita berada.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya

mendapat pahala dari Allah SWT.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi ladang kebaikan

untuk mendapat balasan yang lebih baik dan semoga tetesan keringat serta untaian doa yang

mengiringi pembuatan laporan tugas akhir ini menjadikannya bermanfaat dan bernilai.

Aamiin.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

Page 8: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENEGSAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .................................................................................... vi

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan ....................................................................... 8

2.1.1 Pengertian ............................................................... 8

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ........................................... 8

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pengetahuan ............................................................ 9

2.2 Sikap ................................................................................... 10

2.2.1 Pengertian .............................................................. 10

Page 9: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

2.2.2 Komponen Dasar Sikap ......................................... 12

2.2.3 Cara Pembentukan Sikap ........................................ 12

2.2.4 Tingkatan Sikap ...................................................... 13

2.2.5 Pengukuran Sikap ................................................... 14

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap .............. 16

2.3 Nifas .................................................................................... 17

2.3.1 Pengertian ............................................................... 17

2.3.2 Patofisiologi Nifas ................................................. 19

2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas ........................... 20

2.3.4 Periode Masa Nifas ................................................. 24

2.3.5 Kunjungan Masa Nifas ........................................... 24

2.3.6 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas ................................. 26

2.4 Buku KIA ........................................................................... 28

2.4.1 Pengertian buku KIA ............................................. 28

2.4.2 Isi Buku KIA .......................................................... 28

2.4.3 Tujuan Buku KIA .................................................. 29

2.4.4 Manfaat Buku KIA ................................................. 29

2.4.5 Peran Bidan dalam Pemanfaatan Buku KIA

terhadap Tanda bahaya Nifas ................................. 30

2.5 Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas ....................................... 31

2.5.1 Pengertian ............................................................... 31

2.5.2 Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas ........................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 43

3.2 Variabel Penelitian ............................................................. 43

Page 10: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

3.3 Populasi Penelitian ............................................................. 43

3.4 Sampel dan Cara Pengambilan Sampel .............................. 44

3.5 Kerangka Pemikiran dan Kerangka Konsep ...................... 44

3.6 Definisi Operasional ........................................................... 46

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 48

3.8 Prosedur Penelitian ............................................................. 50

3.9 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ......................... 51

3.10 Pengolahan dan Analisa Data ............................................. 51

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 56

4.2 Pembahasan ........................................................................ 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................ 68

5.2 Saran .................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional ................................................................................. 47

3.2 Kategori Pertanyaan Berdasarkan Skala Likert ........................................ 54

4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang

Mengenali Tanda Bahaya Masa Nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten

Sumedang tahun 2018 .............................................................................. 56

4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang

Pencegahan Tanda Bahaya Nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten

Sumedang tahun 2018 ............................................................................. 57

4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang

Tindakan Awal pada Saat Dikenali Tanda Bahaya Nifas di Puskesmas

Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018 .......................................... 58

4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas KF 1 tentang

Pemanfaatan Buku KIA di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang

tahun 2018 ................................................................................................ 59

4.5 Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Favorable/Unfavorable Ibu Nifas KF

1 di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018 ................ 60

Page 12: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 46

Page 13: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-kisi Kuesioner Uji Validitas

Lampiran 2 : Kuesioner Uji Validitas

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Uji Validitas

Lampiran 4 : Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Perhitungan Penelitian

Lampiran 7 : Lembar Bimbingan LTA

Page 14: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat.

Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, AKI

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup(1).

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas saat ini di dunia

masih sangat tinggi. Tahun 2013 setiap 1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia.

Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal saat

melahirkan (2).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu akibat perdarahan 28%,

eklamsia (24%), dan infeksi (11%). Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan

kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 50% dan ibu nifas 49% serta

karena kurang protein. Kematian ibu pasca salin atau masa nifas merupakan salah satu

penyumbang angka kematian ibu, penyebabnya adalah perdarahan yang tidak tertangani,

infeksi, komplikasi masa nifas dan lain-lain. Ini adalah salah satu penyebab terpenting

terjadinya kematian ibu di dunia, terutama terjadi di negara berkembang, sebagian besar

dari kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan(3). Kabupaten di

Jawa Barat tahun 2015 dengan kematian ibu yang paling tinggi yaitu di kabupaten Bogor

sebanyak 71 kasus dan terendah di kabupaten Sumedang sebanyak 29 kasus (4).

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu, selama waktu tersebut

pada seorang ibu nifas seringkali terjadi masalah tanda bahaya masa nifas. Asuhan masa

nifas sangat diperlukan karena masa nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi.

Page 15: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

Diperlukan suatu upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah pada masa nifas salah

satunya mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas. Peran serta ibu nifas menjadi faktor

terpenting terutama pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas dan kunjungan

yang dilakukan oleh ibu nifas maupun oleh tenaga kesehatan sesuai standar pelayanan.

Dari upaya tersebut diharapkan dapat mengetahui dan mengenal secara diri tanda-tanda

bahaya nifas sehingga apabila ada kelainan dan komplikasi maka akan segera tertangani

(5).

Tanda-tanda bahaya nifas perlu dikenali dan diketahui oleh ibu nifas sebagai

bentuk kewaspadaan ibu dan untuk mendapatkan penanganan yang lebih cepat (early

detection). Tanda-tanda bahaya pada saat nifas diantaranya yaitu perdarahan(32,3%),

lochea yang berbau busuk(12,5%), pengecilan rahim terganggu (sub involusi uterus)

(11,3%), nyeri pada perut (9,3%), pusing dan lemas berlebihan (9,2%), suhu tubuh lebih

dari 380C (7,4%), payudara bengkak, merah, panas dan terasa sakit (16,8%), perasaan

sedih pada bayi (baby blues) dan depresi masa nifas (3,7%)(5). Untuk itu pengetahuan

tentang tanda-tanda bahaya nifas perlu dimiliki oleh para ibu nifas dalam rangka

mencegah kesakitan dan kematian akibat komplikasi pada masa nifas.

Pengetahuan dan sikap merupakan faktor utama dan terpenting bagi ibu nifas

dalam mengenali tanda-tanda bahaya nifas. Pengetahuan terbentuk dilatar belakangi

oleh pendidikan, pengalaman sebelumnya seperti faktor paritas dan lingkungan sosial

seperti pekerjaan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan ibu nifas

terhadap tanda-tanda bahaya nifas.(6)

Pendidikan dapat mempengaruhi terhadap pengetahuan karena semakin tinggi

pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan. Paritas juga menjadi salah satu

faktor yang dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan ibu tentang tanda-tanda

Page 16: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

bahaya nifas karena ibu sudah memiliki pengalaman, dan ibu yang bekerja dikaitkan

dengan informasi yang mudah didapat dari lingkungan sehingga ibu bisa mencari

informasi tentang tanda-tanda bahaya nifas.

Berdasarkan data Riskesdas Jawa Barat tahun 2013 didapatkan data bahwa

perbandingan kepemilikan buku KIA di Kota Bandung sebanyak 21% dan di Kabupaten

Sumedang sebanyak 71,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan buku KIA lebih

banyak di Kabupaten Sumedang.

Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Sumedang angka kematian ibu mengalami

penurunan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang menyebutkan, kematian ibu

pada tahun 2012 tercatat 49 kasus, hingga 2015 mengalami penurunan, menjadi 29 kasus

dan pada tahun 2016 menjadi 19 kasus, kematian disebabkan karena karena komplikasi

pada saat nifas diantaranya perdarahan (7).

Studi pendahuluan didapatkan di wilayah Kabupaten Sumedang pada salah satu

puskesmas dengan AKI tahun 2016 diakibatkan oleh perdarahan setelah persalinan yaitu

di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang sebanyak 1 orang karena keterlambatan

ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan. Didapatkan data ibu nifas yang mempunyai

masalah masa nifas diantaranya 2 orang dengan masalah penyulit menyusui yaitu

bendungan ASI, 2 orang ibu nifas dengan masalah infeksi pada bekas jahitan dan 1 orang

ibu nifas dengan masalah sub-involusi karena adanya sisa plasenta. Hasil ini

menunjukan 5 orang yang mempunyai masalah bahaya masa nifas. Data tersebut

merupakan sebagian data dari ibu nifas dengan masalah bahaya masa nifas, yang di

ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Menurut penuturan tenaga kesehatan di

Puskesmas Margajaya masih banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya masa

nifas, yang tidak di ketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.

Page 17: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu nifas didapatkan hasil bahwa 8 orang

tidak tahu mengenai tanda-tanda bahaya pada nifas seperti terjadinya perdarahan. Dilihat

dari pemanfaatan buku KIA, dari 10 orang ibu nifas tersebut, 9 orang menggunakan buku

KIA. Sehingga bisa dikatakan bahwa walaupun memiliki buku KIA namun ibu nifas

belum tentu mengetahui mengenai tanda-tanda bahaya nifas dan dari 10 orang ibu nifas

tersebut, 9 orang mengatakan bahwa apabila ada gejala seperti pusing dan dirasakan

sangat berat maka hanya perlu diistirahatkan saja. Penelitian diarahkan kepada ibu KF 1

karena diharapkan dengan adanya penelitian ini ibu nifas mengetahui tentang tanda-

tanda bahaya nifas sehingga ibu bisa lebih cepat datang ke tenaga kesehatan apabila

terdeteksi adanya tanda-tanda bahaya nifas.

Studi pembanding yang dilakukan di Puskesmas Haurngombong dikarenakan

puskesmas tersebut merupakan puskesmas yang luas demografinya sama dengan

Puskesmas Margajaya, didapatkan dari tahun 2015 belum pernah ada angka kematian

ibu, wawancara terhadap 10 orang ibu nifas didapatkan 8 orang mengetahui tanda-tanda

bahaya nifas karena mereka menyatakan pernah mendapatkan informasi mengenai

tanda-tanda bahaya nifas oleh tenaga kesehatan sekaligus memperlihatkan tanda bahaya

nifas pada buku KIA.

Banyaknya ibu nifas yang tidak mengetahui tanda-tanda bahaya nifas di wilayah

Puskesmas Margajaya, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang tanda bahaya masa nifas di Puskesmas

Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018”.

Page 18: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yaitu “Bagaimana

gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang tanda bahaya masa nifas di

Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun 2018?.”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas KF 1 tentang

tanda bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang tahun

2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang mengenali

tanda bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang

tahun 2018.

b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang

pencegahan tanda bahaya nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten

Sumedang tahun 2018.

c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang tindakan

awal pada saat dikenali tanda bahaya nifas di Puskesmas Margajaya

Kabupaten Sumedang tahun 2018.

d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas KF 1 tentang

pemanfaatan buku KIA di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang

tahun 2018.

Page 19: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

e. Untuk mengetahui gambaran sikap favorable/unfavorable pada ibu nifas KF

1 tentang bahaya masa nifas di Puskesmas Margajaya Kabupaten Sumedang

tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti sesuai dengan keilmuan yang

didapat selama kuliah untuk mengetahui lebih dalam tentang tanda bahaya nifas.

2. Bagi institusi

Dapat memberikan informasi data, sehingga dapat digunakan untuk

menyusun materi pembelajaran terhadap calon bidan dalam mencegah dan

meminimalkan tanda gejala pada ibu nifas.

Page 20: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga,

dan sebagainya). Pada waktu pengindraan sampai hasil pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (6).

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan pengetahuan yaitu sebagai

berikut: (6)

1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Komprehensif) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek kedalam komponenkomponen, tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Page 21: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

5. Sintesis (Synthesis) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun

informasi baru dari informasi-informasi yang lain.

6. Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, antara lain : (6)

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang

lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

2. Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

Page 22: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan

buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia

akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber

informasi.

6. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.

2.2. Sikap

2.2.1. Pengertian

Sikap merupakan proses evaluatif dari dalam diri seseorang. Respon

evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan dalam sikap timbulnya

didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan

terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk, mendukung-tidak mendukung,

positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian

mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (8).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek (6). Azwar menjelaskan sikap sebagai berikut : (8)

Page 23: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

1. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak

memihak (unfavorable).

2. Sikap merupakan kecenderung potensi untuk bereaksi dengan cara tertentu

apabila individu dihadapkan pada stimulus yang membutuhkan respon.

3. Sikap merupakan komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang

saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap

objek.

4. Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal berperasaan (kognisi),

predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu objek dilingkungan

sekitarnya.

5. Sikap diperoleh melalui pengalaman pribadi, budaya, dari orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga keagamaan, serta

faktor emosi dari dalam individu itu sendiri.

Dengan demikian sikap adalah proses evaluatif dalam diri seseorang

terhadap suatu objek atau stimulus yang diterima baik dengan perasaan

memihak atau menerima ataupun perasaan tidak memihak dan tidak menerima.

2.2.2. Komponen Dasar Sikap

Terdapat 3 komponen yang mendasar suatu sikap (8), yaitu: sebagai

berikut

1. Afektif merupakan kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

yang didalamnya termasuk perasaan suka tidak suka terhadap suatu objek

atau orang.

Page 24: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

2. Kognitif, merupakan kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap

suatu objek tentang objek atau orang tersebut.

3. Perilaku, yaitu kecenderungan untuk bereaksi terhadap objek atau orang

tersebut.

Ketiga komponen tersebut secara kesatuan membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

2.2.3. Cara Pembentukan Sikap

Proses pembentukan sikap terjadi dengan sistem adopsi dari orang lain

yakni melaui satu proses yang disebut proses pembelajaran sosial. Dalam

proses inipun dilalui dalam beberapa proses lainnya antara lain: (6):

1. Classical conditioning adalah bentuk dasar dari pembelajaran di mana satu

stimulus, yang awalnya netral menjadi memiliki kapasitas untuk

membangkitkan reaksi melalui rangsangan yang berulang kali dengan

stimulus lain. Dengan kata lain satu stimulus menjadi sebuah tanda bagi

kehadiran stimulus lainnya.

2. Instrumenal conditioning adalah bentuk dasar dari pembelajaran di mana

respon yang menimbulkan hasil positif atau mengurangi hasil negarif yang

diperkuat.

3. Pembelajaran melalui observasi adalah salah satu bentuk belajar di mana

individu mempelajari tingkah laku atau pemikiran baru melalui observasi

terhadap orang lain.

Page 25: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

4. Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang

lain untuk menentukan apakah pandangan kita terhadap kenyataan sosial

benar atau salah.

2.2.4. Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan (6) yaitu sebagai berikut:

1. Menerima (receiving). Dalam hal ini subjek mau menerima dan

memperhatikan stimulus yang ada.

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari jawabannya itu benar atau

salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang ada, merupakan tingkatan

sikap yang paling tinggi.

2.2.5. Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan

perilaku mausia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran

(measurement) sikap. Sax menunjukkan beberapa karekteristik (dimensi) sikap

Page 26: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

yaitu arah, intensitas, keleluasan, konsistensi dan spontanisme. Berikut akan

diuraikan dimensi-dimensi tersebut (8).

Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan,

yaitu apakah setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Orang yang setuju,

mendukung atau memihak terhadap objek sikap berarti memiliki yang arah

positif dan sebaliknya. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau

kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin

tidak berbeda. Sikap juga memiliki keleluasan, maksudnya kesetujuan atau

tidak kesetujuan terhadap suatu objek sikap.

Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara

pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap.

Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu

yang relatif panjang. Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas, yaitu

menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara

spontan. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab

“setuju” atau “tidak setuju” spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat

terlihat (9).

Pengukuran dan pemahaman sikap, idealnya harus mencakup dimensi

tersebut. Tentu saja hal ini sangat sulit untuk kilakukan, tetapi biasanya

pengukuran sikap hanya mengungkapkan dimensi arah dan dimensi intenitas

sikap saja, yaitu dengan hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau

sikap negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau

ketidaksetujuan terhadap respon individu (8).

Page 27: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis

besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara

langsung yaitu subjek dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap sesuatu

masalah atau hal yang dapat dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat

dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara

langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dengan survei,

sedangkan secara langsung yang berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa

dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek

yang diteliti.

2.2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap sebuah sikap, hal

tersebut adalah :

1. Pengetahuan

Merupakan suatu bentuk dalam sistem pendidikan yang memiliki

pengaruh besar dalam pembentukan sikap.

2. Pengalaman Pribadi

Hal ini diartikan bahwa apa yang sedang dialami akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus yang datang.

3. Pengaruh Orang yang Dianggap Penting

Jiwa kita akan senantiasa menerima masukan, salah satunya kita akan

senantiasa mengikuti apa yang dilakukan oleh orang yang kita angggap

penting. Dalam hal ini juga, bahwa kedudukan orang yang dianggap penting

Page 28: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

juga akan mempengaruhi bagaimana respon kita terhadap stimulus yang

datang.

4. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan yang ada dan menaungi hidup seseorang memiliki

pengaruh besar dalam membentuk opini seseorang dan kepercayaannya.

5. Media Massa

Berbagai macam media massa, akan bisa memberikan pengaruh

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Baik itu televisi,

radio, koran, majalah, leaflet, pamflet dan lain-lain.

6. Pengaruh Faktor Emosi

Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk dari ego (8).

2.3. Nifas

2.3.1. Pengertian

Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 – 8 minggu. (5)

Masa nifas (puerperium) adalah mulai setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih

kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (10). Masa nifas

(puerperium) adalah masa atau waktu sejak waktu sejak bayi dilahirkan dan

plasenta keluar dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali dengan organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

Page 29: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan dengan

melahirkan. (11)

Masa nifas) disebut juga masa postpartum atau puerperium, adalah masa

sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan

pengembalian alat-alat kandungan atau reproduksi, seperti sebelum hamil yang

lamanya 6 minggu atau 40 hari pascapersalinan. (12)

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alatalat kandungan kembali seperti pra hamil (13).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum

hamil) (14). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Waktu masa

nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak

melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika

sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti-henti atau tetap

keluar darah, maka darah itu haid. Akan tetapi jika darah keluar terus dan tidak

masa haid dan darah itu tidak berhenti mengalir perlu diperiksakan kedokter

atau bidan. (15)

2.3.2. Patofisiologi Nifas

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna

maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut

“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni

Page 30: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh

lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh

darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang

terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga

seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam

cincin.Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya

trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari

pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai

permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi

endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2

sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang

merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur

kembali seperti sedia kala (16).

2.3.3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Terlepasnya plasenta dari dinding rahim menimbulkan perubahan

fisiologis pada jaringan otot dan jaringan ikat, karena disebabkan menurunnya

kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh, perubahan-perubahan fisiologis

itu meliputi :

1) Perubahan Sistem Reproduksi

Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi

tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Dua hari setelah pelahiran,

Page 31: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

uterus mulai mengalami pengerutan hingga kembali ke ukuran sebelum

hamil yaitu 100g atau kurang (17).

Perubahan uterus dalam keseluruhannya disebut involusi uteri(16).

Selain uterus, serviks juga mengalami involusi bersamaan dengan uterus,

hingga 6 minggu setelah persalinan serviks menutup(18). Pada masa nifas

dari jalan lahir ibu mengeluarkan cairan mengandung darah dan sisa

jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus (Lochia). Lochia berbau

amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita

Pengeluaran lochia berlangsung pada hari pertama setelah

persalinan hingga 6 minggu setelah persalinan dan mengalami perubahan

warna serta jumlahnya karena proses involusi (19).

Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi

menjadi 4 jenis:

a. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga

masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari

jaringan sisa-sisa plasenta.

b. Lochia sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari

keempat sampai hari ketujuh

c. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari

keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan

d. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu

postpartum (20).

Page 32: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi

karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan

menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir

(18).

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan

sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat

spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

tekanan kepala janin selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam

urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus (16).

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali (19).

5) Perubahan Sistem Hematologi

Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah

sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin

pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu

postpartum (18).

6) Perubahan Sistem Endokrin

Human Choirionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan

menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum (19).

Page 33: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan volume darah ibu relatif akan bertambah.

Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan

decompensation cordia pada penderita vitum cordia (16).

8) Perubahan Tanda-tanda Vital

Pada ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital, meliputi:

a. Suhu tubuh

24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,50 C-380

C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan

cairan yang berlebihan, dan kelelahan(18).

b. Nadi

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari

denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi

atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia

(19).

d. Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali

per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau

normal. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok (16)

Page 34: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

2.3.4. Periode Masa Nifas

Adapun periode masa nifas (post partum/puerperium) yaitu sebagai

berikut (11):

1. Puerperium dini yakni masa kepulihan dimana saat-saat ibu dibolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial yakni masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ genital kira-kira antara 6-8 minggu.

3. Remot puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi.

2.3.5. Kunjungan Masa Nifas

Frekuensi kunjungan, waktu kunjungan dan tujuan kunjungan masa

nifas yaitu : (11)

1. Kunjungan pertama (KF1), waktu 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan

(post partum). Tujuan kunjungan ini adalah :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan yaitu atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Memberi supervisi kepada ibu bagaimana teknik melakukan hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir.

Page 35: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2. Kunjungan kedua (KF2), waktu 4 hari sampai 28 hari

Tujuan kunjungan ini adalah :

a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.

b. Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

adanya penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan

asuhan pada bayi.

3. Kunjungan ketiga (KF3), waktu 29 hari sampai 42 hari. Dalam kunjungan

ini tujuannya sama dengan kunjungan KF 2.

2.3.6. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

1. Meninjau ulang data

a. Catatan intrapartum dan antepartum (jika tidak diketahui atau

merupakan kunjungan pertama)

b. Jumlah jam atau hari postpartum

c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya

d. Catatan suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah postpartum

e. Catatan hasil laboratorium

f. Catatan pengobatan (20).

Page 36: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

2. Mengkaji riwayat

a. Ambulasi : apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah

kesulitan, dengan bantuan mandiri, apakah ibu pusing melakukan

ambulasi

b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri, atau

disuria

c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan frekuensinya, jumlah,

apakahada nyeri, atau disuria

d. Nafsu makan : apa yang ia makan, seberapasering, apakah ada rasa

panas pada perut, mual, dan muntah

e. Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri : lokasinya, kapan, tipe nyeri,

dan apa yang dapat mengurangi nyeri tersebut

f. Psikologis ibu : bagaimana perhatian terhadap dirinya dan bayinya,

perasaan terhadap bayinya, dan perasaan terhadap persalinan

g. Istirahat dan tidur : apakah ibu mengalami gangguan tidiur, apakah ibu

mengalami kelelahan

h. Menyusui : bagaimana proses menyusui dikaikan dengan dirinya dan

bayi, apakah ada reaksi antara ibu dan bayi selama menyusui, apakah

ada masalah atau pertanyaan (misal, waktu menyusui, posisi, rasa sakit

pada puting, atau pembengkakan)(20)

3. Pemeriksaan fisik

a. Mengukur tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan

b. Memeriksa payudara dan puting, apakah ada pembengkakan atau

lecet pada puting dan infeksi

Page 37: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

c. Memeriksa abdomen, terdiri dari palpasi uterus (memastikan

kontraksi baik) dan kandungan kemih

d. Memeriksa lokea : bagaimana jumlah, warna, konsistensi, dan bau

e. Memeriksa perinium : bagaimana penyembuhan (adakah oedem,

hematoma, nanah, luka yang terbuka, dan hemaroid)

f. Memeriksa kaki : adakah varises, edema, tanda homan, refleks, nyeri

tekan, dan kemerahan pada betis.

2.4. Buku KIA

2.4.1. Pengertian buku KIA

Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari

hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak mulai dari bayi baru lahir

hingga balita, serta berbagai informasi cara merawat kesehatan ibu dan anak.

(21)

2.4.2. Isi Buku KIA

Pada dasarnya isi buku KIA terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama

untuk ibu dan selanjutnya bagian untuk anak. Bagian untuk ibu berisi tentang

identitas keluarga, catatan pelayanan kesehatan ibu hamil, penyuluhan

pemeriksaan kehamilan secara teratur, penyuluhan perawatan kehamilan

sehari-hari dan makanan ibu hamil, tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan

melahirkan, tanda kelahiran bayi dan proses melahirkan, cara menyusui dan

perawatan ibu nifas, tanda bahaya pada ibu nifas, cara ber-KB, catatan

Page 38: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir, dan yang terakhir blangko surat

keterangan lahir.

Bagian untuk anak berisi tentang identitas anak, tanda bayi lahir sehat

dan perawatan bayi baru lahir, tanda bahaya pada bayi baru lahir, perawatan

bayi seharihari, tanda bayi dan anak sehat serta perawatan anak sehari-hari,

perawatan anak sakit, cara pemberian makan pada anak, cara merangsang

perkembangan anak, cara membuat MP-ASI (Makanan Pengganti Air Susu

Ibu), catatan pelayanan kesehatan anak, catatan imunisasi mencakup Hepatitis

B, BCG, DPT, Polio dan Campak termasuk catatan pemberian vitamin A, serta

di bagian belakang buku juga terdapat kartu Menuju Sehat (KMS) (21).

2.4.3. Tujuan Buku KIA

Buku KIA adalah buku yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan KIA sehingga dapat menekan AKI dan AKB di Indonesia. Selain itu,

beberapa tujuan buku KIA adalah untuk memudahkan keluarga dalam

memahami informasi kesehatan tentang ibu dan anak yang tercantum dalam

buku KIA, memudahkan tugas Ibu untuk dapat memahami kondisi

kesehatannya sendiri dan bayinya secara mandiri, serta untuk meningkatkan

praktik keluarga dan masyarakat dalam memelihara/merawat kesehatan ibu dan

anak (21).

2.4.4. Manfaat Buku KIA

Secara garis besar manfaat buku KIA dapat dibagi menjadi dua yaitu

manfaat umum dan khusus. Manfaat buku KIA secara umum yaitu ibu dan anak

Page 39: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

mempunyai catatan kesehatan yang lengkap. Sedangkan manfaat secara khusus

yaitu:

1. Untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak,

2. Alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting

bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang paket (standar) pelayanan kia.

3. Alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan

ibu dan anak.

4. Debagai catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk

rujukannya (21).

2.4.5. Peran Bidan dalam Pemanfaatan Buku KIA terhadap Tanda bahaya Nifas

1. Bidan mengedukasi ibu nifas, suami ataupun keluarga dalam

mengidentifikasi tanda-tanda bahaya nifas yang tertera pada buku KIA.

2. Bidan mengedukasi ibu nifas, suami ataupun keluarga dalam upaya

penanggulangan tanda-tanda bahaya nifas yang tertera pada buku KIA

3. Bidan menjelaskan apabila ada ibu atau suami ataupun keluarga yang tidak

mengerti tentang tanda-tanda bahaya nifas

4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu

dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan

dengan melibatkan klien dan keluarga (21).

Page 40: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

2.5. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

2.5.1. Pengertian

Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang

mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama

masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan

kematian ibu (22).

2.5.2. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas

1. Perdarahan pasca persalinan (post partum)

a. Pengertian

Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan

yang melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2014). Menurut

waktu terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu :

1) Perdarahan post partum primer (Early post partum hemorrhage)

yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah

atonia uteri, retensio placenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.

2) Perdarahan post partum sekunder (Late post partum hemorrhage)

yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi,

infeksi nifas dan sisa plasenta. Perdarahan post partum merupakan

penyebab penting kematian maternal (23).

b. Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah:

1) Paritas grandemultipara

2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun

Page 41: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri

sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan

dengan tindakan paksa(5).

c. Penanganan

Untuk mengatasi kondisi BIPM melakukan penanganan umum

dengan perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infus, transfusi

darah, pemberian antibiotik, dan pemberian uterotonika. Pada kegawat

daruratan dilakukan rujukan ke rumah sakit (23).

2. Lochea yang berbau busuk

a. Pengertian

Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah sekret

yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang berupa

cairan seperti nanah yang berbau busuk (5).

b. Penyebab

Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta

rest merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan

sehingga pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat

terjadi perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat

berbau akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam

terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau

membrannya. Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan

perdarahan terlambat (23).

Page 42: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

c. Penanganan

BPM mengidentifikasi kondisi lochea yang berbau busuk,

selanjutnya bisa di rujuk ke puskemas untuk dilakukan tindakan

penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis, pemberian

antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau metergin),

apabila tidak memungkinkan maka bisa di bawa ke rumah sakit untuk

dilakukan tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan

pemeriksaan patologi-anatomik (6).

3. Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)

a. Pengertian

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim

dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60

gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau

terganggu disebut sub involusi(24).

b. Penyebab

Faktor penyebab sub involusi antara lain: sisa plasenta dalam

uterus, endometritis, adanya mioma uteri. Pada pemeriksaan bimanual

ditemukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus

masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula

perdarahan.

c. Penanganan

Apabila tejradi sub involusi uterus maka yang perlu dilakukan

oleh bidan diantaranya:

Page 43: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

1) Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami

subinvolusi uterus, dan ibu mengerti penjelasan yang telah

diberikan.

2) Kosongkan kandung kemih, sehingga memudahkan uterus involusi.

3) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik: dengan melakukan pijatan

untuk mengeluarkan bekuan darah terperangkap di uterus yang

akan menghalangi involusi uterus

4) Lakukan pemeriksaan penunjang

5) Anjurkan ibu untuk mobilisasi supaya darah bisa lancar keluar dari

uterus sehingga tidak menghalangi uterus untuk involusi untuk

involusi.

6) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya agar mempercepat proses

involusi uterus

4. Nyeri pada perut dan pelvis

a. Pengertian

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan

komplikasi nifas seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada

peritonium.

b. Penyebab

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis,

tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis

dan sellulitis pelvika. Selanjutnya ada kemungkinan bahwa abses pada

sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritonium dan

menyebabkan peritonitis (5). Gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :

Page 44: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

1) Peritonitis terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak

seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam,

perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvio

peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses (5).

2) Peritonitis umum. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang

sangat pathogen dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat

menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada

defense musculaire. Muka penderita yang mulamula kemerahan

menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang

dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi

(5).

c. Penanganan

Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang

infus intravena, berikan kombinasi antibiotik sampai ibu tidak demam

selama 48 jam (ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam, ditambah

gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24 jam,

ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena setiap 8 jam) (5).

5. Pusing dan lemas yang berlebihan

Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada masa nifas, pusing bisa

disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol >140 mmHg dan diastole >110

mmHg). Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya,

dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya

asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol

<100 mmHg diastole <60 mmHg) (23). Penanganan gejala tersebut adalah :

Page 45: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

b. Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan protein, mineral dan

vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya selama 40

hari pasca bersalin.

e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar

vitaminnya pada bayinya.

f. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

6. Suhu tubuh ibu > 38 0C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik

antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan

mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah

normal.

Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut

selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan

yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (25).

Penanganan umum bila terjadi demam :

a. Istirahat baring.

b. Rehidrasi peroral atau infuse.

c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.

d. Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok

harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat

Page 46: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

memburuk dengan cepat sehingga perlu dirujuk ke puskesmas ataupun

rumah sakit (5).

7. Payudara bengkak, merah, panas, dan terasa sakit

Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim

kelenjar payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu

pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3 atau

ke 4 (5).

Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri

dan takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih

hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri(5).

Penanganan utama mastitis adalah:

a. Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu

bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan

terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.

b. Susukan bayi sesering mungkin.

c. Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.

d. Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.

e. Bila terjadi abses payudara dirujuk ke puskemas atau rumah sakit untuk

dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk mengeluarkan nanah dan

dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar nanah dapat keluar terus.

8. Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)

Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan dengan

bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan

perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran

Page 47: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa

lelah yang dirasakan, selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional

selama beberapa bulan kehamilan(24). Gejala-gejala baby blues antara lain:

a. Menangis.

b. Mengalami perubahan perasaan.

c. Cemas.

d. Kesepian.

e. Khawatir mengenai sang bayi.

f. Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan

menjadi seorang ibu.

Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,

pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk

pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (23).

9. Depresi masa nifas (depresi postpartum)

Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini

disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum

kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu

cepat murung, mudah marah-marah(24). Gejala-gejala depresi masa nifas

adalah :

a. Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.

b. Nafsu makan hilang.

c. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.

d. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.

e. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.

Page 48: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

f. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi

g. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.

h. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-

debar.

10. Preeklampsia

a. Pengertian

Preeklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu

hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, protein

urine dan oedema(23)

b. Tingkatan Preeklampsia

1) Preeklampsia ringan

Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai

protein urin dan oedema setelah umur kehamilan 22 minggu atau

segera setelah persalinan. Tanda gejala Pre eklamsi Ringan :

a) Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg/diastol lebih dari

90 mmHg,

b) Kenaikan berat badan 1 kg/minggu.

c) Protein urine 0,3 gram/lebih dengan tingkat kualitatif satu

sampai dua pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

2) Preeklampsia berat

Preeklampsia berat yaitu suatu komplikasi kehamilan yang

di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih

disertai protein urin dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau

setelah persalinan. Tanda gejala Preeklamsia Berat :

Page 49: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

a) Tekanan darah lebih dari 160 mmHg/diastol 110 mmHg

b) Protein urin +5 gram

c) Oedema paru/sianosis

d) Adanya gangguan penglihatan, nyeri kepala, nyeri

epigastrium(10)

c. Pencegahan Preeklampsia pada masa nifas

1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti, mengenali tanda tanda

pre eklamsia, lalu di berikan pengobatan supaya penyakit tidak

menjadi berat.

2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre

eklamsia kalau ada faktor-faktor predesposisi.

3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan

serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta

karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan

yang berlebihan.(10)

d. Penanganan Preeklampsia pada masa Nifas

1) Jelaskan kepada ibu tentang kondisinya

2) Beri KIE tentang tanda-tanda bahaya pada pre eklamsia

3) Observasi keadaan umum dan TTV

4) Pantau tekanan datah dan protein urin

5) Anjurkan pada ibu untuk banyak istirahat

6) Anjurkan pada ibu untuk diet rendah garam

Page 50: GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS KF 1 …

7) Keseimbangan cairan dan pengganti elektrolit untuk memperbaiki

hipovelemik, mencegah kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan serum

harian.

8) Pemberian sedativa untuk mencegah terjadinya kejang-kejang

9) Memberikan MgSO4 secara IV dan IM masing-masing dengan jarak

5 menit

10) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

11) Melakukan rujukan kerumah sakit yang lebih tinggi(10)