PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Transcript of PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG KEBIDANAN
PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh:
SIDARNI NIM. P00324013093
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2016
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Sidarni
2. Tempat Tangal Lahir : Kendari, 8 Agustus 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen Protestan
5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Desa Mumundowu
Kecamatan Pondidaha
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Praja Taman Sari, Tamat Tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Pondidaha, Tahun Tamat 2010
3. SMA Negeri 1 Pondidaha, Tamat Tahun 2013
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2013 sampai sekarang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di
Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Melania Asi, S.Si.T., M.Kes., selaku
Pembimbing I dan Ibu Fitriyanti, SST., M.Keb., selaku Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu Hj. dr. Maryam Rufiah, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari.
3. Bapak Ir. Sukanto Toding, MSP., MA., selaku Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.
4. Ibu dr. Jeni Arni Harli T., selaku Kepala Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama penelitian ini berlangsung.
vi
5. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Ibu Heyrani, S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Elyasari, SST., M.Keb.,
selaku Penguji II, dan Ibu Nasrawati, S.Si.T., MPH., selaku Penguji III.
7. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
8. Teristimewa kepada ayahanda Ace Sudarwan dan Ibunda Suniatin
tercinta yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh
kasih sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual,
serta saudara-saudaraku: Samuel dan Iksan, terima kasih atas
pengertiannya selama ini.
9. Sahabat-sahabatku: Ifa, Ika, Cece, Niluh Loviyani, Aisyah Nur Fadila,
Nuryanti, Sarina, Almiati, Ethere, Firda, Devitasari, Juli, dan Sepupu-
Sepupuku: Asriatim dan Armina, serta yang spesial Rahman, S.Hut.,
terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2013.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Agustus 2016
Penulis
vii
ABSTRAK
Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Tahun 2016
Sidarni 1, Melania Asi 2, Fitriyanti 2
(xi + 53 Halaman + 9 Tabel + 4 Lampiran) Latar Belakang: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah anak kurang gizi. Program Inisiasi Menyusu Dini mempunyai manfaat yang sangat besar untuk bayi maupun ibu yang baru melahirkan.Tetapi dalam penerapan inisiasi menyusu dini itu sendiri belum tersosialisasikan di beberapa rumah sakit, maupun di klinik praktek bidan, sehingga penerapannya masih perlu dikembangkan. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2016. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2016 pada bulan Juni – Juli 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang dirawat di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo tahun 2015 sebanyak 212 ibu nifas dengan jumlah sampel sebanyak 54 responden. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini tertinggi dalam kategori cukup (59,3%); dan sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini tertinggi dalam kategori positif (57,4%).
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Inisiasi Menyusu Dini Daftar Pustaka : 31 (2006-2015) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
E. Keaslian Penelitian ......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ............................................................. 9
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan ............................... 9
2. Tinjauan Tentang Sikap ........................................... 15
3. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini ................... 19
B. Landasan Teori .............................................................. 26
C. Kerangka Konsep ......................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................. 29
B. Tempat Penelitian ......................................................... 29
ix
C. Waktu Penelitian ........................................................... 29
D. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 29
E. Variabel Penelitian ........................................................ 31
F. Definisi Operasional ...................................................... 31
G. Instrumen Penelitian ...................................................... 32
H. Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 33
I. Pengolahan Data ........................................................... 33
J. Penyajian Data .............................................................. 34
K. Analisis Data ................................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................. 36
B. Pembahasan ................................................................. 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 52
B. Saran ............................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo ............................ 38
2. Distribusi Umur Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 39
3. Distribusi Pendidikan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 39
4. Distribusi Paritas Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 40
5. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ........ 40
6. Distribusi Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............ 41
7. Distribusi Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ........................ 41
8. Distribusi Pengetahuan Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 42
9. Distribusi Sikap Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................................... 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Pengisian Kuisioner
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Kuisioner Penelitian
4. Master Tabel
5. Surat Pengambilan Data Awal
6. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Sultra
7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu Negara di Asia yang mengalami
kemajuan pesat dalam hal pengurangan kematian balita. Namun hingga
kini, angka kematian bayi baru lahir dan bayi masih tetap memperlambat
keseluruhan kemajuan Indonesia dalam mengurangi angka kematian
balita, sehingga diperlukan akselerasi perawatan bagi bayi baru lahir.
Tahun 2008, angka kematian bayi atau infant mortality rate (IMR) di
Indonesia masih cukup tinggi yaitu 31,04/1.000 kelahiran hidup artinya
terdapat 3.104 bayi meninggal setiap 1.000 kelahiran. Salah satu metode
yang efektif adalah kontak kulit ke kulit dan inisiasi menyusu dini bagi bayi
baru lahir dalam masa satu jam pertama sejak bayi dilahirkan. Sebuah
studi yang dipublikasikan di Pediatrics tahun 2006 menunjukkan bahwa
praktik ini dapat mengurangi kematian bayi baru lahir dari infeksi, diare,
hipotermia dan masalah pernapasan (Sardjunani, 2010).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang benar adalah dengan menyusu,
dimana menyusu merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi
kepada bayi secara optimal. Tidak ada hal yang lebih bernilai dalam
kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas sejak
awal kehidupannya. ASI merupakan nutrisi ideal untuk menunjang
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Dalam
mencapai tingkat kesehatan yang sebaik mungkin bagi ibu-ibu yang baru
1
melahirkan (post partum), dan keluarga khususnya, serta masyarakat
umumnya, asuhan masa nifas merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang harus mendapatkan perhatian oleh petugas kesehatan
seperti: dokter, bidan dan perawat maupun oleh ibu itu sendiri. Salah satu
asuhan masa nifas yang harus diperhatikan yaitu mengenai pemberian
ASI atau Inisiasi Menyusu Dini (Maryunani, 2009).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan sangat membantu dalam
keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui.
Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun
dan mencegah anak kurang gizi. Bayi yang baru lahir sangat rentan
terhadap kematian akibat hipotermia. Namun 16 persen kematian bayi
dapat dicegah melalui pemberian ASI pada sejak hari pertama dilahirkan.
Angka ini naik menjadi 22 persen jika pemberian ASI dimulai satu jam
setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini (Roesli,
2008).
Angka menyusui dini di Indonesia masih rendah; survey terakhir
(SDKI, 2007) menemukan bahwa bayi yang diberi ASI ekskusif hanya
terjadi pada 32 persen dan total keseluruhan bayi yang dilahirkan, hal ini
lebih rendah dibandingkan hasil survey serupa (SDKI 2002/03), yaitu 40
persen. Dengan demikian, promosi pemberian asi ekslusif bisa menjadi
kebijakan yang penting dalam menurunkan angka kematian bayi baru
lahir, dan informasi tentang ini harus ditujukan kepada para pembuat
kebijakan, penyedia layanan dan masyarakat luas (Sardjunani, 2010).
2
Bayi yang baru lahir sangat rentan terhadap kematian akibat
hipotermia. Namun 16 persen kematian bayi dapat dicegah melalui
pemberian ASI pada sejak hari pertama dilahirkan. Angka ini naik menjadi
22 persen jika pemberian ASI dimulai satu jam setelah kelahiran atau
dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini (IMD) (Roesli, 2008).
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF
yang merekomendasikan inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai tindakan
penyelamat kehidupan karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi
yang meninggal sebelum usia satu bulan (Depkes RI, 2010).
Pelaksanaan IMD di luar negeri sudah di mulai sejak tahun 1987,
Penelitian Karen M. Edmon, dkk (Pediatric, March 2006) di Ghana
membuktikan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi
mendapat ASI dihari pertamanya. Angka tersebut meningkat menjadi 22%
bila bayi melakukan IMD dalam satu jam pertama setelah lahir Sedangkan
dinegeri kita sendiri Indonesia pelaksanaan IMD ini baru disadari sejak
tahun 2006. Menyusu secara baik dan benar dapat mencegah kematian
bayi serta gangguan perkembangan bayi. Kebanyakan ibu tidak tahu
bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau
lebih dikenal dengan IMD sangat bermanfaat. Proses yang hanya
memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur
hidup.
Setiap 1000 kelahiran hidup, 35 bayi di antaranya meninggal. JIka di
kalikan dalam setahun, sedikitnya 175.000 bayi meninggal sebelum usia
mencapai satu tahun. Hal serupa dilaporkan World Health Report tahun
3
2005. Tiap 6 menit, satu bayi meninggal, sedangkan tiap 2,5 menit satu
balita meninggal. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling
berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan
IMD tanpa bantuan dan fasilitasi dari bidan. Misalnya untuk mendukung
ASI eksklusif 6 bulan, penelitian yang dilakukan terhadap kelompok ibu
yang ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan bahwa sebagian
besar informan ASI eksklusif difasilitasi IMD oleh bidan sedangkan
sebagian besar informan ASI tidak eksklusif tidak difasilitasi IMD. Dalam
penelitian tersebut dari 7 informan yang tidak IMD, hanya 3 informan yang
alasannya karena hal yang sulit dihindari, yaitu ibu sakit sehabis operasi
caesar, bayi harus langsung masuk inkubator, dan ibu mengalami
perdarahan. Sedangkan 4 informan lainnya tidak IMD karena alasan yang
sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi akan dibersihkan dan dibedong
terlebih dahulu (Komalasari, 2012).
Berdasarkan penelitian Edmond K., di Ghana terhadap 10.947 bayi
dan di terbitkan dalam jurnal ilmiah pediatrics, 22% kematian bayi baru
lahir (dalam satu bulan pertama) dapat di cegah dengan bayi menyusu
ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menyusu pada hari
pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16%. Mengacu
penelitian itu, diperkirakan program inisiasi menyusu dini dapat
menyelamatkan 30.000 bayi di Indonesia dalam bulan pertama kelahiran.
Penelitian yang dilakukan oleh Roesli (2008) menunjukkan bahwa
dari 900 orang ibu di Jabotabek didapatkan kenyataan 70,4% dari ibu
tersebut tak pernah mendapatkan informasi tentang manfaat pemberian
4
ASI eksklusif khususnya tentang IMD sehingga mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang pemberian ASI. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
sikap ibu yang rendah untuk menyusui diantaranya adalah karena faktor
nyeri dan kelelahan pasca melahirkan dan kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin baik pengetahuan ibu
post partum tentang manfaat IMD untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak akan membantu ibu dalam bertindak untuk memberikan ASI sedini
mungkin kepada anaknya (Notoatmodjo, 2012).
Program Inisiasi Menyusu Dini mempunyai manfaat yang sangat
besar untuk bayi maupun ibu yang baru melahirkan.Tetapi dalam
penerapan inisiasi menyusu dini itu sendiri belum tersosialisasikan di
beberapa rumah sakit, maupun di klinik praktek bidan, sehingga
penerapannya masih perlu dikembangkan (Roesli, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas serta menyadari betapa
pentingnya IMD untuk pertumbuhan dan perkembangan anak di masa
depan maka telah dilakukan penelitian dengan judul: “Pengetahuan dan
Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2016.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu
nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari tahun 2016”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas
tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari tahun 2016.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi
Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari tahun 2016.
b. Untuk mengidentifikasi sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini
di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun
2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna menambah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kebidanan dan sebagai
perbandingan untuk peneliti selanjutnya.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi bidan yaitu dapat menjadi pertimbangan saat memberikan
informasi dalam pelayanan kesehatan khususnya masalah Inisiasi
Menyusu Dini.
b. Bagi institusi yaitu hasil penelitian ini menjadi tambahan referensi
bacaan di perpustakaan dan diharapkan menambah wawasan
pembaca, khususnya dalam ilmu kebidanan.
c. Bagi peneliti, yaitu menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian dan memperdalam pengetahuan tentang Inisiasi
Menyusu Dini serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Studi Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurnani (2010) dengan judul:
Faktor-faktor yang mendorong ibu untuk melakukan inisiasi menyusu dini
di Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari tahun 2010. Dengan judul
penelitian deskriptif, variabel bebasnya yaitu dukungan tenaga kesehatan
psikologi ibu, fisik ibu, dan jumlah sampel 30 orang. Dari 30 orang sampel
terdapat 12 orang (40%) yang melakukan IMD deng an baik berdasarkan
oleh tenaga kesehatan, 18 orang (60%) ibu yang melakukan IMD dengan
baik berdasarkan faktor fisikologis ibu. Perbedaan dengan peneliti adalah
judul peneliti sikap dan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini di
7
ruang kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo kota Kendari, dengan jenis
penelitian deskriptif, variabel yang diteliti pengetahuan dan sikap ibu,
dengan jumlah sampel yang diteliti adalah 34 orang daerah penelitian
Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami secara
sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku
itu terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan
untuk berbuat (Wahit, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan adalah
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang
sangat utuh terbentuknya tindakan seeorang (over behavior).
Karena dalam penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
9
Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan lain
sebagainya).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan yang
mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang
yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat
menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
10
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk melakukan penyelidikan terhadap
suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
untuk menjabarkan suatu materi dalam struktur organisasi.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian lain berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir
sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola
kehidupan yang baru, semakin bertambahnya umur akan
mencapai usia reproduksi (Notoadmodjo, 2008).
11
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses untuk menumbuh
kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku seseorang yang
terjadi melalui pengajaran. Pendidikan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang karena
dapat membuatnya untuk lebih mudah menerima ide-ide atau
teknologi baru dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan
masyarakat yang semakin menuntut kualitas. Perubahan yang
cepat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat dibutuhkan yang berpengetahuan baik yang didapatkan
dari proses selama mengikuti pendidikan. Tingkat pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
untuk menerima informasi yang semakin baik.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian, kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah seseorang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang tersebut menerima informasi
baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
seseorang tentang kesehatan.
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang
setiap hari dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang
12
bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik
terhadap informasi dibandingkan sehari-hari berada di rumah.
4) Paritas
Wanita yang baru pertama kali hamil biasanya masih
mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan kehamilannya,
dan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki seputar
kehamilan juga masih lebih sedikit dibandingkan wanita dengan
paritas tinggi.
5) Sumber informasi
Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh sumber
informasi yang diperoleh, baik itu melalui media cetak seperti
Koran, majalah, buku atau poster, juga melalui media elektronik
seperti TV, Radio dan Internet, maupun melalui petugas
kesehatan atau orang-orang yang dekat dengan seseorang di
seputar lingkungannya.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa cara untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu:
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga
13
gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara
ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau
metode coba-salah/coba-coba.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh
orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan
kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.
Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris, ataupun berdasarkan penalaran
sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima
pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya
adalah benar.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
14
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh pengetahuan.
4) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.
2. Tinjauan Tentang Sikap
a. Pengertian
Sikap adalah evaluasi umum dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue. Sikap juga merupakan
evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada
objek tertentu (Azwar, 2008).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
15
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012).
b. Komponen Sikap
Menurut Notoatmodjo (2012), struktur sikap terdiri atas 3
(tiga) komponen yang saling menunjang yaitu:
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi
kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu
dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan
aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif
yang disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki
seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak/beraksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu,
dan berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.
16
c. Tingkatan Sikap
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap
orang terhadap ASI dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian
terhadap ceramah-ceramah.
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah terindikasi sikap tingkat tiga. Misalnya :seorang ibu yang
mengajak ibu lain (tetangga, saudaranya dan sebagainya) untuk
pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu atau
mendiskusikan tentang status gizi anaknya, adalah suatu bukti
bahwa si ibu tersebut mempunyai sikap positif terhadap
anaknya.
4) Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling
tinggi misalnya: seorang ibu mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapat tantangan dari mertua atau dari orang
17
tuanya sendiri. Sikap mungkin terarah terhadap benda, orang
tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan nilai.
d. Cara Mengukur Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan melihat
pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang
hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin beriksi atau
mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap yaitu
kalimatnya mendukung atau memihak pada obyek sikap.
Pernyataan ini disebut pernyataan yang Favourable. Sebaliknya
pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif
mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun
kontak terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut
dengan pernyataan yang tidak Favourabel. Suatu skala sedapat
mungkin diusahakan agar terdiri dari pernyataan yang mendukung
dan tidak mendukung dalam jumlah yang seimbang. Dengan
demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak
semua negatif.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui
kuesioner.
18
3. Tinjauan Inisiasi Menyusu Dini
a. Pengertian
Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu
ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini
IMD merupakan proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri
dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir,
bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu
(Depkes RI, 2008).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting
payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2009). ASI
merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas
maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusu yang benar,
ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan (Arini, 2012).
Inisiasi Menyusu Dini (early initiaton) atau permulaan
menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir dengan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya
selama satu jam segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk
menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
19
ibunya. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan The
breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).
b. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Wiknjosastro (2009), manfaat inisiasi menyusu dini
antara lain:
1) Ketika proses menyusu berlangsung, terjadi pelepasan hormon
oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang menyebabkan
kontraksi. Kontraksi inilah yang membantu rahim untuk kembali
kebentuk dan ukuran semula seperti saat belum hamil. Selain
itu kontraksi ini dapat mengurangi jumlah perdarahan pasca
melahirkan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
2) Refleks hisap bayi paling kuat terjadi pada 30 menit pertama
setelah dilahirkan. Isapan bayi pada putting ibu akan
merangsang pengeluaran hormon prolactin (yang merangsang
produksi ASI) dan hormon oksitosin (yang merangsang
pengeluaran ASI). Kerja kedua hormon tersebut akan membuat
kolostrum cepat keluar.
3) Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat mengurangi tingkat stress
pada bayi. Bayi akan merasa hangat karena kulit ibu memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan suhu dengan suhu yang
dibutuhkan.
4) Kedekatan antara ibu dengan bayi membuat bayi tampak lebih
tenang sehingga denyut jantungnya pun stabil.
20
5) Pemberian ASI pada jam-jam pertama dapat menekan angka
kematian bayi pada beberapa bulan pertama kehidupannya.
Kontak kulit dalam proses menyusu dini sangat penting
karena alasan-alasan berikut :
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat sehingga akan
menurunkan angka kenatia bayi akibat Hipotermi (penurunan
suhu tubuh).
2) Ibu dan bayi merasakan ketenangan. Ibu merasa tenang karena
bayi terlahir dengan selamat, bayi pun merasa tenang karena
merasakan kehangatan dalam dekapan ibu.
3) Saat berada di atas dada, bayi akan menjilati dada ibu. Ketika
proses ini terjadi, sebenarnya bayi sedang menelan bakteri
yang ada didada ibu. Bakteri ini berperan dalam meningkatkan
daya tahan tubuh bayi.
4) Bayi yang terjaga dalam 1-2 jam pertama setelah kelahiran
yang mengeratkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi
dengan lebih baik.
5) Saat bayi berhasil menemukan putting susu ibu dan menyusu
untuk yang pertama kalinya, saat itulah ia mendapatkan
kolostrum. Kolostrum sudah diketahui mempunyai banyak
manfaat, salah satunya kaya akan zat kekebalan tubuh yang
dapat melindungi tubuh bayi dari berbagai jenis infeksi.
6) Saat bayi berhasil menyusu dini, ini akan mempengaruhi
keberhasilannya dalam menyusu secara eksklusif berikutnya.
21
7) Segala aktivitas yang dilakukan bayi di atas dada dan perut ibu,
seperti menyentuh, menghisap, dan menjilati dada maupun
putting susu, akan merangsang pelepasan hormon oksitosin,
yang berperan dalam pencegahan perdarahan pasca persalinan
dengan meningkatkan kontraksi Rahim dan berperan penting
pula dalam refleks pengeluaran ASI.
8) Menyempurnakan fungsi neurologis. Koordinasi syaraf untuk
menelan, menghisap. Dan bernapas, pada bayi yang baru lahir
bisa jadi belum sempurna. Dengan sesegera mungkin
memberikan kesempatan kepada bayi untuk menghisap ASI
dari putting payudara ibu, fungsi koordinasi saraf-saraf tersebut
jadi lebih cepat sempurna.
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebh baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang
aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Kadar bilirubin
bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih
cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir.
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga
didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan
bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi
ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin,
prolactin dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin
antara ibu dan bayi (Wiknjosastro, 2009).
22
c. Proses Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008), proses inisiasi menyusu dini antara
lain:
1) Segera setelah lahir, badan dikeringkan seperlunya, kecuali
kedua tangannya.
2) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Ibu dan bayi dapat diselimuti agar tetap
hangat. Bila perlu, pakaikan topi pada kepala bayi.
3) Bayi dibiarkan mencari sendiri putting susu ibunya.
4) Ibu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sbelum
menyusu.
5) Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersetuhan dengan
kulit ibu sampai minimal satu jam atau lebih sampai kegiatan
menyusu pertama selesai.
6) Setelah selesai menyusu, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang
berat badannya, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
7) Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung.
d. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008), tatalaksana inisiasi menyusu dini
antara lain:
1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat bersalin.
2) Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya
pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.
23
3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan
misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.
4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali
kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan
kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
5) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi
melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kontak kulit
ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal
selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi.
6) Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut tapi tidak memaksa bayi ke
putting susu.
7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-
tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat
berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih.
Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam. Jika belum menemukan putting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan denga kulit ibunya sampai berhasil menyusu
pertama.
8) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan misalya operasi Caesar.
24
9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap
setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang
invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi
dapat dtunda.
10) Rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama
24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu
dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan
yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
e. Penatalaksanaan IMD pada Operasi Caesar
Apabila menjalani operasi Caesar dengan pembiusan secara
spinal (pembiusan lokal) dan ibu tetap sadar selama proses operasi
berlangsung, bayi yang lahir segera dikeringkan tanpa
menghilangkan lemak yang menempel ditubuhnya (jika ada).
Kemudian bayi akan ditengkurapkan diperut atau dada ibu. Bayipun
dibiarkan untuk berusaha mencari sendiri putting susu ibu, dengan
tidak memaksakan meletakkan bayi diputing susu ibu. Apabila
dilakukan pembiusan (anastesi) umum, sang ayah dapat
melakukan kontak kulit dengan kult bayi saat menunggu ibu selesai
operasi. Bila kontak ditunda, bayi dapat dimasukkan kedalam
inkubator. Inisiasi menyusu dini dapat dilakukan setelah kondisi ibu
dan bayi stabil (Riskana R, 2012).
Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada
persalinan Caesar, berikut ini tatalaksananya:
25
1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.
2) Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20º-25ºC. Disediakan
selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu.
Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari
kepala bayi.
3) Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi,
atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap
diletakkan didada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan
atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan
ibu atau kamar pulih (Roesli, 2008).
B. Landasan Teori
Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri sesegera setelah lahir. Melalui kontak kulit bayi
dengan ibunya, setidaknya selam 1 jam sesegerah setelah lahir, yang
dinamakan The Breast Orawl atau merangkak mencari payudara.
Inisiasi menyusu dini dipercaya dapat menghindarkan bayi dari
serangan penyakit berbahaya dalam masa paling rentan dalam hidupnya,
selain itu juga dapat menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang menjadi telaah
sesoorang setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, baik
memalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang
diperoleh baik dalam bentuk pendidikan formal, dan non formal maupun
pengalaman berdasarkan interaksi sosial.
26
Karena itu pengetahuan sangat penting dalam proses pengambilan
keputusan untuk pemberian inisiasi menyusu dini, sedangkan sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap sesorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.
Pengetahuan dan sikap ibu sangat mendukung keberhasilan
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD). Semakin tinggi pengetahuan
seseorang maka cenderung mendorong orang untuk mengklasifikasikan
hasil dari pengetahuan tersebut, demikian juga maikn tinggi pendidikan
seseorang sangat mempengaruhi pembentukan sikap, pemahaman akan
baik buruknya, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh
dilakukan. Atas dasar tersebut peneliti tertarik mengambil variabel
pengetahuan dan sikap ibu tentang inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli,
2008).
27
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka
penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
: Garis penghubung variabel yang diteliti
: Variabel independen yang diteliti
: Variabel dependen yang diteliti
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Sikap
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
yakni untuk mendeskripsilan pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang
Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari tahun 2016.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Kebidanan Puskesmas
Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2016.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2016.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu nifas yang dirawat
di Ruangan Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun
2015 sebanyak 212 ibu nifas.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang dirawat di
ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara.
29
Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus:
qpZNd
qpZNn
.1
..22
2
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
p = estimator proporsi populasi (0.05)
q = 1,0 – p
Z2 = 1.96
d = 0.05
Sehingga didapatkan:
qpZNd
qpZNn
.1
..22
2
05,0105,0.96,1121205,0
05,0105,0.96,121222
2
n
95,0.05,0.842,32110025,0
95,0.05,0.842,3212
n
1825,05275,0
68894,38
n
71,0
68894,38n
49,54n ≈ 54 responden
Untuk menentukan sampel maka digunakan teknik accidental
sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel yang dilakukan secara
kebetulan, dimana orang yang ditemui berkunjung ke Ruang
Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari secara kebetulan
ditetapkan sebagai sampel (Arikunto, 2010).
30
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan, dan sikap ibu.
2. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
F. Definisi Operasional
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya
sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini IMD
merupakan proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat
menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan
dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu (Depkes RI, 2008).
Kriteria objektif :
Melakukan : Apabila ibu memberikan IMD pada bayi
Tidak Melakukan : Apabila ibu tidak memberikan IMD pada bayi
2. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengetahuan ibu nifas mengenai inisiasi menyusu dini yang dapat
dinilai melalui pertanyaan melalui kuisioner, yang meliputi definisi IMD.
Manfaat IMD, keuntungan IMD, serta pentingnya kontak kulit dan
menyusu sendiri.
31
Kriteria objektif :
Cukup : Bila skor yang diperoleh ≥ 75%
Kurang : Bila skor yang diperoleh < 75% (Sugiyono, 2008)
3. Sikap
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap ibu
mengenai inisiasi menyusu dini. Tindakan mendukung atau memihak
ibu tentang inisiasi menyusu dini.
Kriteria objektif :
Positif : Bila skor yang diperoleh ≥ 75%
Negatif : Bila skor yang diperoleh < 75% (Wawan, A dan Dewi M,
2010).
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang
digunakan merupakan kuesioner tertutup atau closedended dengan variasi
dichotomous choice. Untuk pertanyaan pengetahuan terdiri dari 20
pertanyaan. Kuisioner penelitian variabel pengetahuan menggunakan
alternatif jawaban “benar” dan “salah”, kriteria pernyataan positif dan
negatif. Dimana pertanyaan positif mendapat skor 1 jika menjawab benar
dan skor 0 jika menjawab salah. Sedangkan pernyataan negatif mendapat
skor 0 jika menjawab benar dan skor 1 jika menjawab salah.
Untuk pernyataan sikap terdiri dari 20 pernyataan. Kuisioner
penelitian variabel sikap menggunakan alternatif jawaban “setuju” dan
“tidak setuju”, kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana pertanyaan
32
positif mendapat skor 1 jika menjawab setuju dan skor 0 jika menjawab
tidak setuju. Sedangkan pernyataan negatif mendapat skor 0 jika
menjawab setuju dan skor 1 jika menjawab tidak setuju. Adapun pengisian
kuesioner dengan memberikan tanda centang (√) pada lembar kuesioner
yang sudah disediakan.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-konstruk
yang dikembangkan dalam penelitian ini.
I. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang
diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan
pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika terjadi
kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat dan
segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah
diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan
33
dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum
menyerahkan kuesioner.
2. Pengkodean (coding)
Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap
berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode
untuk setiap pertanyaan dan jawaban dari responden untuk
memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang
mewakili dan berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang
mewakili identitas responden dan memberikan kode pada setiap
jawaban responden.
3. Pemberian skor (scoring)
Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor.
4. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
5. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2008).
34
J. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
K. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka
digunakan rumus:
%100N
fP
Keterangan:
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari terdiri dari
4 (empat) Kelurahan, yakni Kelurahan Lepo-Lepo, Wundudopi,
Baruga, dan Watubangga yang merupakan wilayah administratif
Kecamatan Baruga, dengan luas wilayah ± 13.130 Ha. dengan
batas wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua dan
Kecamatan Kadia
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Poasia
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo
pada tahun 2015 sebanyak 24.571 jiwa yang tersebar di 4 (empat)
kelurahan dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 5.639
jiwa. Adapun penyebaran penduduk tiap kelurahan adalah sebagai
berikut:
1) Kelurahan Lepo-Lepo : 1.302 KK dengan 5.557 jiwa.
2) Kelurahan Wundudopi : 968 KK dengan 4.432 jiwa.
36
3) Kelurahan Baruga : 1.904 KK dengan 8.761 jiwa.
4) Kelurahan Watubangga : 1.465 KK dengan 5.821 jiwa.
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
Lepo-Lepo terdiri dari:
1) Sarana Kesehatan Pemerintah
a) Puskesmas Induk 1 unit yang merupakan puskesmas
perawatan yang menyelenggarakan rawat jalan, rawat inap,
rawat umum dan kebidanan serta unit gawat darurat 24 jam
yang berlokasi di kelurahan Lepo-Lepo.
b) Puskesmas pembantu 2 unit, masing-masing terletak di
Kelurahan Watubangga dan Kelurahan Baruga.
c) Puskesmas keliling 2 unit, masing-masing berlokasi di
Kelurahan Baruga dan Kelurahan Watubangga, keduanya
sudah berfungsi.
2) Sarana Kesehatan
a) Rumah bersalin 2 unit, yang berlokasi di Kelurahan
Wundudopi dan Kelurahan Baruga.
b) Praktek dokter berkelompok 1 unit, berlokasi di Kelurahan
Wundudopi.
3) Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat
a) Posyandu 18 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 4 unit,
di Kelurahan Baruga 4 unit, di Kelurahan Watubangga 6
unit dan di Kelurahan Wundudopi 4 unit.
37
b) Posyandu lansia 3 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 1
unit, di Kelurahan Baruga 1 unit dan di Kelurahan
Watubangga 1 unit.
d. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas Lepo-Lepo
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
(Periode Juni-Juli 2016)
Jumlah tenaga Status
Jumlah PNS Honorer Sukarela
Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Keperawatan Sarjana Kes. Masyarakat Sarjana Kebidanan Apoteker Ahli madya keperawatan Ahli madya kebidanan Ahli madya Gizi Ahli madya kesling Ahli madya analisis kes Perawat Perawat gigi Bidan SPAG SPPH SMF Tenaga administrasi Pekarya kesehatan Sopir Petugas kebersihan Tukang masak dan cuci SMU
3 1 3
10 1 1
17 16 2 1 1
11 3 5 1 2 1 3 1 1 1 - -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 2 1
- - - 1 - -
17 - 3 1 3 2 - - - - - - - - - - -
3 1 3
11 1 1
34 16 5 2 4
13 3 5 1 2 1 3 1 1 2 2 1
Sumber: Data Sekunder, Tahun 2016.
38
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Umur Responden
Tabel 2. Distribusi Umur Ibu Nifas di Ruang Kebidanan
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)
Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
< 20 12 22,2
20 – 35 34 62,9
> 35 8 14,9
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi pada umur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 34
orang (62,9%), dan terendah pada umur > 35 tahun sebanyak 8
orang (14,9%).
b. Pendidikan Responden
Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 5 9,3
SMP 11 20,4
SMA/SMK 22 40,7
Perguruan Tinggi 16 29,6
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi memiliki pendidikan SMA/SMK, yakni sebanyak
39
22 orang (40,7%), dan terendah memiliki tingkat pendidikan SD
sebanyak 5 orang (9,3%).
c. Paritas Responden
Tabel 4. Distribusi Paritas Ibu Nifas di Ruang Kebidanan
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)
Paritas Frekuensi (n) Persentase (%)
I 20 37,0
II 25 46,1
III 7 12,9
≥ IV 2 4,0
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi pada paritas II, yakni sebanyak 25 orang
(46,1%), dan terendah pada paritas paritas ≥ IV sebanyak 2 orang
(4,0%).
3. Analisis Variabel Penelitian
a. Pengetahuan Responden
Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini
di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Cukup 32 59,3
Kurang 22 40,7
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi memiliki pengetahuan dalam kategori cukup,
40
yakni sebanyak 32 orang (59,3%), dan terendah memiliki
pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 22 orang (40,7%).
b. Sikap Responden
Tabel 6. Distribusi Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang
Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)
Sikap Frekuensi (f) Persentase (%)
Positif 31 57,4
Negatif 23 42,6
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden tertinggi memiliki sikap positif tentang IMD, yakni
sebanyak 31 orang (57,4%), dan terendah memiliki sikap negatif
tentang IMD sebanyak 23 orang (42,6%).
c. Inisiasi Menyusu Dini
Tabel 7. Distribusi Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang
Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)
Inisiasi Menyusu Dini Frekuensi (f) Persentase (%)
Melakukan 40 74,1
Tidak Melakukan 14 25,9
Total 54 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah
responden yang melakukan IMD, yakni sebanyak 40 orang
(74,1%), dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 14 orang
(25,9%).
41
d. Pengetahuan Ibu Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
(Periode Juni – Juli 2016)
Pengetahuan
Inisiasi Menyusu Dini Total
Melakukan Tidak Melakukan
n % n % n %
Cukup 26 48,1 6 11,2 32 59,3
Kurang 14 26,0 8 14,7 22 40,7
Total 40 74,1 14 25,9 54 100
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 32
responden (59,3%) yang memiliki pengetahuan cukup, terdapat 26
responden (48,1%) yang melakukan IMD dan 6 responden (11,2%)
yang tidak melakukan IMD. Sedangkan dari 22 responden (40,7%)
yang memiliki pengetahuan kurang, terdapat 14 responden (26,0%)
yang melakukan IMD dan 8 responden (14,7%) yang tidak
melakukan IMD.
e. Sikap Ibu Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
Tabel 9. Distribusi Sikap Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
(Periode Juni – Juli 2016)
Sikap
Inisiasi Menyusu Dini Total
Melakukan Tidak Melakukan
n % n % n %
Positif 28 51,9 3 5,5 31 57,4
Negatif 12 22,2 11 20,4 23 42,6
Total 40 74,1 14 25,9 54 100
Sumber: Data Primer, 2016.
42
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 31
responden (59,3%) yang memiliki sikap positif, terdapat 28
responden (51,9%) yang melakukan IMD dan 3 responden (5,5%)
yang tidak melakukan IMD. Sedangkan dari 23 responden (42,6%)
yang memiliki sikap negatif, terdapat 12 responden (22,2%) yang
melakukan IMD dan 11 responden (20,4%) yang tidak melakukan
IMD.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian besar
responden memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, yakni
sebanyak 32 orang (59,3%), dan pengetahuan dalam kategori kurang
sebanyak 22 orang (40,7%). Selain itu, responden yang memiliki
pengetahuan cukup lebih banyak melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(48,1%) dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan
kurang.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Syamsuriani (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan kegiatan pemberian ASI Eksklusif melalui IMD
pada bayi baru lahir.
Tingginya tingkat pengetahuan responden tersebut disebabkan
karena informasi yang diperoleh responden melalui puskesmas atau
tenaga kesehatan penerimaannya cukup baik, sehingga
43
mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka. Selain itu, para ibu juga
memperoleh informasi melalui media-media cetak dan media
elektronik serta buku-buku yang dibacanya untuk meningkatkan
pengetahuan mereka terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.
Pengetahuan adalah keyakinan mengenai suatu objek yang telah
dibuktikan kebenarannya. Kiranya sudah jelas bahwa hanya yang
mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu yang dianggap benar,
sehingga keyakinan yang hanya secara kebetulan benar tidak dapat
diterima sebagai pengetahuan. Pengetahuan harus dibuktikan dengan
kebenaran karena pengetahuan merupakan kemampuan seseorang
untuk mengingat fakta, symbol, prosedur, teknik dan teori
(Notoatmodjo, 2012).
Menurut Carlson (2008), banyak faktor yang menyebabkan
pemberian Inisiasi Menyusu Dini tidak terlaksana dengan baik, salah
satunya adalah kesalahan pada tata laksana laktasi yang
menyebabkan penurunan produksi ASI (sindrom ASI kurang) dan
sebagian besar ibu yang tidak menyusui bayinya bukan karena
gangguan fisik, melainkan lebih banyak karena ibu tidak tahu tentang
tata laksana laktasi. Dalam wawancara pada sebagian ibu menyusui
mengatakan mengetahui tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini
melalui petugas kesehatan tempat pemeriksaan antenatal, sebagian
melalui teman, namun sebagian ibu tidak mendapatkan informasi yang
mendalam tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, mengingat
pentingnya hal tersebut selayaknya petugas kesehatan harus terus
44
memberikan pemahaman yang terkait dengan pengetahuan Inisiasi
Menyusu Dini.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2012), tentang pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif bahwa tingkat tahu seseorang diartikan sebagai
mengingat kembali terhadap suatu spesifikasi dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Lebih lanjut
dikatakannya bahwa pada umumnya setiap orang, sebelum bersikap
dan bertindak terhadap sesuatu objek, terlebih dahulu ia mengetahui
apa objek yang hendak disikapi dan ditindaki. Meski demikian, sering
seseorang menyikapi bahkan langsung bertindak terhadap suatu objek
tanpa lebih dahulu mengetahui tentang objek yang hendak disikapi
dan ditindakinya.
Berdasarkan data demografi diperoleh bahwa mayoritas usia
responden berada pada rentang usia 25-35 (62,9%) ini dikaitkan
dengan pendapat Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa
pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan bertambahnya
usia. Dan peneliti berasumsi bahwa dengan bertambahnya usia maka
dapat menggali lagi memori yang pernah didapatkan sebelumnya baik
itu dari pengalaman ataupun kebiasaan yang dimilikinya tentang IMD.
Jika dikaitkan dengan hasil data demografi lainnya, menunjukkan
bahwa mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA dan
Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 70,3%. Dari hasil ini, peneliti
berasumsi bahwa tingkat pendidikan tersebut sudah cukup
45
mendukung tingkat pengetahuan responden. Pendidikan merupakan
peran penting dalam proses tumbuh kembang seluruh kemampuan
dan perilaku manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan
memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2012).
Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh
aspek kehidupan manusia, baiki pikiran, perasaan maupun sikapnya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan
dasar yang dimiliki seseorang, khususnya pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini. Air susu ibu merupakan makanan utama dan terbaik
untuk bayi usia 0 – 2 tahun (Astutik, 2013). Pemberian ASI berarti
memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan memberikan kekebalan terhadap penyakit pada bayi
serta memwujudkan emosional ibu dan bayinya.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI)
merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena di dalam
ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-
penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi
pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain
imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI berisiko terhadap infeksi
saluran pernapasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman,
2006). Namun saat ini pemberian ASI semakin menurun, penyebab
46
menurunnya pemberian ASI adalah kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, pemasaran susu formula,
dan faktor sosial ekonomi. Selain itu juga, masih banyak masyarakat
yang suka memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (Agnes,
2007).
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini harus dipersiapkan
sedemikian rupa karena pengetahuan tentang ASI belum dapat
dipahami sepenuhnya oleh masyarakat, keluarga, ibu-ibu, bahkan
masih banyak tenaga kesehatan yang belum memahami betul tentang
pemberian ASI. Berbagai terobosan yang dilakukan untuk
menggalakkan ASI, baik melalui media cetak ataupun media
elektronik, baik oleh kader maupun oleh tenaga kesehatan sendiri.
Pengetahuan dan pendekatan yang cukup sehingga ibu dapat
mengambil suatu sikap dan keputusan serta bertanggung jawab
terhadap kesehatannya, makin tinggi pendidikan seseorang makin
banyak informasi atau pengetahuan yang dimiliki dan begitu
sebaliknya. Saat ini, pengetahuan ibu menyusui masih terkendala oleh
pendidikan, usia dan latar belakang keluarga, dan ini merupakan
kendala keberhasilan pemberian ASI.
Menurut Ambarwati (2008), Inisiasi Menyusu Dini dapat
meningkatkan keberhasilan produksi ASI, sehingga bayi dapat
menyusui tanpa ada gangguan dari produksi ASI ibu. Dalam hal ini,
semua responden mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini bagi
ibu. Diharapkan dengan pengetahuan yang dimiliki ibu dapat
47
memberikan kesadaran untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini pada
saat setelah persalinan.
Pengetahuan tentang inisiasi Menyusu Dini harus dimiliki oleh ibu
post partum yang akan sangat penting dilakukan pada saat setelah ibu
melahirkan bayinya. Sehingga Inisiasi Menyusu Dini dapat dilakukan
dengan tepat dan ibu mau bekerjasama dengan bidan dalam
melakukan Inisiasi Menyusu Dini setelah melahirkan bayinya. Inisiasi
Menyusu Dini memiliki dampak atau manfaat yang banyak bagi ibu
dan bayinya sendiri.
2. Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap positif tentang IMD, yakni sebanyak 31 orang (57,4%),
dan sikap negatif tentang IMD sebanyak 23 orang (42,6%). Tinggi
rendahnya sikap responden tersebut disebabkan karena sikap
merupakan manifestasi dari tingginya tingkat pengetahuan responden
sehingga reaksi atau respon yang ditunjukkan responden akan baik
pula.
Selain itu, responden yang memiliki sikap positif lebih banyak
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (51,9%) dibandingkan dengan
responden yang memiliki sikap negatif tentang IMD. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsuriani (2013) yang
menyatakan bahwa ada hubungan sikap ibu dengan kegiatan
pemberian ASI Eksklusif melalui IMD pada bayi baru lahir.
48
Dari hasil penelitian sikap ibu nifas tentang IMD, lebih dari 50%
ibu nifas menjawab dengan benar terhadap kuesioner sikap yang
diberikan oleh peneliti sehingga jelas terlihat bahwa sikap ibu nifas
tentang Inisiasi Menyusu Dini telah positif dan sikap ini mengacu
kepada pernyataan Azwar (2008) sikap tidak terlepas dari sosialisasi
keluarga, pendidikan sekolah atau di luar sekolah serta pengetahuan
didalam masyarakat. Peranan pendidikan tidak dapat diabaikan,
karena pendidikan dilakukan hampir seumur hidup, baik melalui
pendidikan formal maupun informal. Sikap positif terhadap nilai-nilai
kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini
disebabkan oleh sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau oleh tindakan
yang mengacu kepada pengalaman orang lain atau berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, dan nilai yang berlaku
di dalam masyarakat yang menjadi pegangan setiap orang
(Notoatmodjo, 2012).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012).
49
Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak pada
objek tertentu. Komponen pokok sikap terdiri atas 3 komponen pokok,
yakni kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek;
kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; dan
kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-
sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting (Notoatmodjo, 2012).
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu suatu perilaku (Notoatmodjo,
2012).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting
dan media massa. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa
sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di di Ruang Kebidanan
Puskesmas Lepo-Lepo bila dilihat secara keseluruhan maka
didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil memiliki sikap yang positif.
Sikap positif ini perlu dikembangkan karena sikap positif ini akan akan
berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui
pengamatan dan penilaian model peran sikap bidan ataupun perawat
50
dan tenaga kesehatan yang baik, sehingga sikap positif yang
diterapkan akan memberikan manfaat bagi semuanya.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang
Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tertinggi dalam
kategori cukup (59,3%).
2. Sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tertinggi dalam kategori positif
(57,4%).
B. Saran
1. Bagi pemerintah setempat, khususnya Dinas Kesehatan diharapkan
melakukan pemantauan tentang pelaksanaan IMD terhadap petugas
kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo dan seluruh tenaga kesehatan
yang bekerja di Puskesmas Lepo-Lepo.
2. Bagi masyarakat, khususnya ibu nifas agar meningkatkan
pengetahuannya tentang IMD sehingga dapat merubah perilaku
kesehatan, dimana pengetahuan yang cukup akan berakibat terhadap
peningkatan sikap ibu tentang IMD.
52
3. Bagi profesi kebidanan, dalam memberikan pelayanan kebidanan
khususnya di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo perlu
dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas terutama
tentang IMD, sehingga ibu nifas mengetahui manfaatnya dan mau
bekerjasama melakukan IMD yang memiliki banyak manfaat untuk ibu
dan bayinya.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya menggambarkan
pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang IMD tanpa disertai dengan
tindakan. Perlu dilaksanakan penelitian selanjutnya tentang tindakan
ibu nifas terhadap IMD dengan melakukan observasi kepada ibu
bersalin yang melakukan IMD.
53
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, 2007. Pentingnya ASI Eksklusif. Jakarta: Salemba Medika. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Arini, H. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Astutik, 2013. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika. Azwar, S.A. 2008. Sikap dan Pengukurannya. Jakarta: Binarupa Aksara. Carlson. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI. 2010. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD.
Jakarta: JNPKKR-JHPIEGO. ________. 2008. Promosi Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Depkes RI. Komalasari, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Persepsi Ketidakcukupan ASI pada Ibu yang Memiliki Bayi Umur 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Skripsi. Depok: UI Jakarta.
Maryunani, Anik, 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nipas (Post Partum). Jakarta: CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. -------------------. 2008. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta. Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari. Prasetyono, 2009. ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Riskana. R. 2012. Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: UI Press. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Sardjunani N. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Soekirman, 2006. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. Alfa Beta. Taufik. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan
Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Infomedika. Wahit, Mubarak, Iqbal. 2008. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Wawan, A & Dewi M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Wiknjosastro, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Lampiran 1.
SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER
Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Saudara ............................ Di – Puskesmas Lepo-Lepo Dengan Hormat,
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
”Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di
Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016”,
maka saya mohon dengan hormat kepada saudara untuk menjawab
beberapa pertanyaan kuesioner (angket penelitian) yang telah disediakan.
Jawaban saudara diharapkan objektif (diisi apa adanya).
Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu
takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.
Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban
yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,
data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Kendari, Mei 2016 Ttd ...................................
Lampiran 2.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi
Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Tahun 2016”, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...........................................................
Alamat : ...........................................................
Menyatakan Bersedia/Tidak Bersedia*) menjadi responden dalam penelitian
ini.
Kendari, 2016
Hormat Saya,
(..............................................)
Responden
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3.
LEMBAR KUESIONER
Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini
di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016
A. Identitas Responden
Nama Ibu : …………………………
Umur : .......... tahun
Pendidikan : ........................................
Paritas : ........................................
Inisiasi Menyusu Dini : a. Melakukan IMD b. Tidak Melakukan IMD
B. Penilaian pengetahuan Ibu Nifas Tentang IMD
1. Inisiasi menyusui dini adalah …
a. Pemberian ASI saja sampai usia bayi 6 bulan
b. Bayi mulai menyusui sendiri setelah bayi lahir melalui kontak kulit
bayi dengan ibunya selama 1 jam sesegera setelah bayi lahir
c. Pemberian susu formula sebagai penganti ASI
2. Berikut ini adalah keuntungan dari inisiasi menyusu dini bagi ibu
adalah kecuali ...
a. Menurunkan resiko perdarahan setelah persalinan
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi
ASI
c. Dapat mempersulit pengeluaran plasenta dan pengeluaran nyeri
dari prosedur pasca persalinan
3. Keuntungan inisiasi menyusui dini bagi bayi adalah ...
a. Meningkatkan berat badan yang optimal
b. Memberikan rasa nyaman untuk bayi
c. Memberi kekebalan tubuh pasif pada bayi
4. Berikut manfaat inisiasi menyusu dini adalah, kecuali ...
a. Menunjang tubuh kembang optimal
b. Mengurangi cacat
c. Anak yang menyusui dini dapat lebih muda menyusui kemudian
5. Bagaimana cara yang tepat inisiasi menyusu dini …
a. Begitu lahir bayi diletakan diatas dada ibu
b. Setelah di timbang, dikeringkan dan dibedong bayi diletakan di
dada ibu
c. Tanpa diselimuti setelah mengeringkan tubuh bayi dan
pomotongan tali pusat tanpa penimbang berat badan bayi diletakan
tengkurap di dada atau perut dengan posisi kepala lebih rendah
dari puting susu
6. Beberapa lama bayi diletakan tengkurap diatas dada ibu setelah ia
lahir ..
a. 15 menit
b. 20 menit
c. 30-60 menit
7. Berikut ini adalah pentingnya inisiasi menyusu dini, kecuali …
a. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal bayi
b. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakan diatas dada ibu
akan membuat bayi tenang
c. Bayi akan merasa kedinginan karena tidak di bedong
8. Melalui kontak kulit ke kulit inisiasi menyusu dini akan ...
a. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan
efektif
b. Membuat bayi terserang penyakit karena kulit ibu tidak bersih
c. Risiko bayi akan kedinginan lebih besar
9. Kekebalan pasif / imunisasi pertama bayi didapatkan melelui ...
a. Penyuntikan vaksin imunisasi
b. inisiasi menyusu dini
c. di rumah sakit
10. Melalui inisiasi menyusu dini dapat membantu ibu ...
a. mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman
b. menambah beban ibu melahirkan plasenta
c. membuat ibu tidak nyaman
11. Keberhasilan menyusu tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya
yang mahal yang diperlukan adalah, kecuali ...
a. kesabaran dan kesiapan mental ibu
b. kondisi fisik ibu bayi
c. waktu
12. Melalui inisiasi menyusu dini dapat membantu bayi dalam hal ...
a. mengkordinasikan kemampuan isap, telan, dan nafas
b. meningkatkan jalinan ibu dan bayi
c. a dan b benar
13. Cairan emas merupakan istilah dari kolostrum yang didapat pada saat
a. minum susu formula yang mengandung kolostrum
b. pada saat diberi makanan tambahan
c. pada saat bayi diberi ASI segerah setelah lahir
14. Yang berperan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah ...
a. tenaga kesehatan dan ibu
b. ibu saja
c. keluarga/suami saja
15. Pengeluaran kolostrum dan peningkatan produksi ASI merupakan
manfaat dari …
a. inisiasi menyusu dini
b. jumlah makanan yang ibu konsumsi
c. pemeriksaan kehamilan secara rutin
16. Dengan inisiasi menyusu dini dapat membantu ibu dalam hal, kecuali ..
a. fasilitas kelahiran plasenta/ ari-ari
b. pengalihan rasa nyeri
c. membuat ibu tambah stres setelah melahirkan
17. Makanan awal bayi adalah …
a. ASI saja
b. Susu formula sesuai umur bayi
c. Air putih saja
18. Manfaat inisiasi menyusu dini, selain dapat dirasakan ibu dan bayi juga
dapat dirasakan ayah dengan alasan sebagai berikut ...
a. Tidak repot mengurus bayi baru lahir
b. Ayah mendapat kesempatan mengazankan bayi, yang berada
didada ibunya yang merupakan suatu pengalaman batin antara
ketigannya
c. Menambah ikatan kasih sayang diantara ketigannya
19. Langkah awal mencegah terjadinya hipotermi (suhu badan bayi
dibawah batas normal) yang paling tepat adalah ...
a. Kontak kulit dengan ibu dan bayi melalui pelaksanaan IMD
b. Memberi selimut tebal
c. Menjemur bayi dipagi hari
20. Ikatan kasih sayang (bonding) dapat dilaksanakan pada saat ...
a. Segera setelah bayi lahir
b. Setelah kondisi ibu pulih
c. Setelah pulang di rumah
C. Penilaian Sikap Ibu Nifas Tentang IMD
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1. Jika saya ingin bayi saya sehat saya harus memberi ASI 1 jam pertama setelah lahir
2. Saya lebih tenang dan nyaman ketika saya mendekap buah hati saya
3 Saya akan menerima dengan senang hati apabila petugas menganjurkan untuk menyusui secara dini bisa memulihkan kondisi
4 Saya akan tetap berusaha memberi ASI 1 jam pertama setelah melahirkan karna manfaatnya sangat penting untuk bayi saya
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
5 Dengan senang hati saya akan melakukan inisiasi menyusu dini karena manfaatnya selain untuk bayi, saya juga dapat merasakan manfaatnya
6 Saya tetap akan menyusui bayi saya segera setelah ia lahir walaupun ASI saya masih sedikit
7 Saya lebih memilih memberi ASI dibanding susu formula karena lebih aman dari bahan kimia
8 Saya lebih baik memberi ASI saja dibanding susu formula karena selain ekonomis juga manfaatnya jauh lebih besar
9 Saya akan memberikan ASI saja sampai bayi saya berusia 6 bulan
10 Saya akan memberikan ASI untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi saya
11 Jika saya masih lelah sehabis melahirkan sebaiknya bayi saya diletakan disamping saya saja
12 Saya lebih memilih susu formula dibanding memberi ASI demi menjaga penampilan
13 Saya akan menolak apabila bayi saya diletakan didada saya tanpa diselimuti terlebih dahulu
14 Inisiasi menyusu dini merepotkan saya karena kondisi saya belum pulih, saya sudah harus mendekap bayi
15 Jika saya tidak punya puting susu yang menonjol saya tidak akan memberi ASI pada anak saya
16 Lebih baik saya memberi ASI saya setelah ASI saya sudah banyak
17 Dari pada repot saya lebih baik memberi susu formula pada bayi saya
18 Saya tidak mau langsung memberi ASI saya begitu bayi saya lahir karena puting susu saya belum dibersihkan
19. Saya akan menyusui bayi saya setelah pulang kerumah karena dirumah sakit banyak yang melihat
20. Jika ASI saya banyak saya akan memberikannya pada bayi saya sesegera setelah lahir, tapi kalau ASI saya sedikit saya sebaiknya menunda dulu