PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

80
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG KEBIDANAN PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh: SIDARNI NIM. P00324013093 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII TAHUN 2016

Transcript of PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Page 1: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG KEBIDANAN

PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

Disusun Oleh:

SIDARNI NIM. P00324013093

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII

TAHUN 2016

Page 2: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Page 3: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Page 4: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Page 5: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis

1. Nama : Sidarni

2. Tempat Tangal Lahir : Kendari, 8 Agustus 1995

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Kristen Protestan

5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia

6. Alamat : Desa Mumundowu

Kecamatan Pondidaha

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Praja Taman Sari, Tamat Tahun 2007

2. SMP Negeri 1 Pondidaha, Tahun Tamat 2010

3. SMA Negeri 1 Pondidaha, Tamat Tahun 2013

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

Tahun 2013 sampai sekarang.

v

Page 6: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan

judul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di

Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016”.

Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan

dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung

dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan

awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Melania Asi, S.Si.T., M.Kes., selaku

Pembimbing I dan Ibu Fitriyanti, SST., M.Keb., selaku Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung

jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari.

2. Ibu Hj. dr. Maryam Rufiah, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari.

3. Bapak Ir. Sukanto Toding, MSP., MA., selaku Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.

4. Ibu dr. Jeni Arni Harli T., selaku Kepala Puskesmas Lepo-Lepo Kota

Kendari dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi

selama penelitian ini berlangsung.

vi

Page 7: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

5. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Kendari.

6. Ibu Heyrani, S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Elyasari, SST., M.Keb.,

selaku Penguji II, dan Ibu Nasrawati, S.Si.T., MPH., selaku Penguji III.

7. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes

Kemenkes Kendari.

8. Teristimewa kepada ayahanda Ace Sudarwan dan Ibunda Suniatin

tercinta yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh

kasih sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual,

serta saudara-saudaraku: Samuel dan Iksan, terima kasih atas

pengertiannya selama ini.

9. Sahabat-sahabatku: Ifa, Ika, Cece, Niluh Loviyani, Aisyah Nur Fadila,

Nuryanti, Sarina, Almiati, Ethere, Firda, Devitasari, Juli, dan Sepupu-

Sepupuku: Asriatim dan Armina, serta yang spesial Rahman, S.Hut.,

terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan angkatan 2013.

Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah

SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua

pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis

mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kendari, Agustus 2016

Penulis

vii

Page 8: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

ABSTRAK

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari

Tahun 2016

Sidarni 1, Melania Asi 2, Fitriyanti 2

(xi + 53 Halaman + 9 Tabel + 4 Lampiran) Latar Belakang: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah anak kurang gizi. Program Inisiasi Menyusu Dini mempunyai manfaat yang sangat besar untuk bayi maupun ibu yang baru melahirkan.Tetapi dalam penerapan inisiasi menyusu dini itu sendiri belum tersosialisasikan di beberapa rumah sakit, maupun di klinik praktek bidan, sehingga penerapannya masih perlu dikembangkan. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2016. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2016 pada bulan Juni – Juli 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang dirawat di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo tahun 2015 sebanyak 212 ibu nifas dengan jumlah sampel sebanyak 54 responden. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini tertinggi dalam kategori cukup (59,3%); dan sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini tertinggi dalam kategori positif (57,4%).

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Inisiasi Menyusu Dini Daftar Pustaka : 31 (2006-2015) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

viii

Page 9: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

E. Keaslian Penelitian ......................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka ............................................................. 9

1. Tinjauan Tentang Pengetahuan ............................... 9

2. Tinjauan Tentang Sikap ........................................... 15

3. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusu Dini ................... 19

B. Landasan Teori .............................................................. 26

C. Kerangka Konsep ......................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................. 29

B. Tempat Penelitian ......................................................... 29

ix

Page 10: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

C. Waktu Penelitian ........................................................... 29

D. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 29

E. Variabel Penelitian ........................................................ 31

F. Definisi Operasional ...................................................... 31

G. Instrumen Penelitian ...................................................... 32

H. Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 33

I. Pengolahan Data ........................................................... 33

J. Penyajian Data .............................................................. 34

K. Analisis Data ................................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................. 36

B. Pembahasan ................................................................. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................... 52

B. Saran ............................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

Page 11: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo ............................ 38

2. Distribusi Umur Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 39

3. Distribusi Pendidikan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 39

4. Distribusi Paritas Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 40

5. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ........ 40

6. Distribusi Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............ 41

7. Distribusi Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ........................ 41

8. Distribusi Pengetahuan Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................. 42

9. Distribusi Sikap Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari ............................................................................... 42

xi

Page 12: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 28

xii

Page 13: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Pengisian Kuisioner

2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden

3. Kuisioner Penelitian

4. Master Tabel

5. Surat Pengambilan Data Awal

6. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Sultra

7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

xiii

Page 14: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara di Asia yang mengalami

kemajuan pesat dalam hal pengurangan kematian balita. Namun hingga

kini, angka kematian bayi baru lahir dan bayi masih tetap memperlambat

keseluruhan kemajuan Indonesia dalam mengurangi angka kematian

balita, sehingga diperlukan akselerasi perawatan bagi bayi baru lahir.

Tahun 2008, angka kematian bayi atau infant mortality rate (IMR) di

Indonesia masih cukup tinggi yaitu 31,04/1.000 kelahiran hidup artinya

terdapat 3.104 bayi meninggal setiap 1.000 kelahiran. Salah satu metode

yang efektif adalah kontak kulit ke kulit dan inisiasi menyusu dini bagi bayi

baru lahir dalam masa satu jam pertama sejak bayi dilahirkan. Sebuah

studi yang dipublikasikan di Pediatrics tahun 2006 menunjukkan bahwa

praktik ini dapat mengurangi kematian bayi baru lahir dari infeksi, diare,

hipotermia dan masalah pernapasan (Sardjunani, 2010).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang benar adalah dengan menyusu,

dimana menyusu merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi

kepada bayi secara optimal. Tidak ada hal yang lebih bernilai dalam

kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas sejak

awal kehidupannya. ASI merupakan nutrisi ideal untuk menunjang

kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Dalam

mencapai tingkat kesehatan yang sebaik mungkin bagi ibu-ibu yang baru

1

Page 15: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

melahirkan (post partum), dan keluarga khususnya, serta masyarakat

umumnya, asuhan masa nifas merupakan salah satu pelayanan

kesehatan yang harus mendapatkan perhatian oleh petugas kesehatan

seperti: dokter, bidan dan perawat maupun oleh ibu itu sendiri. Salah satu

asuhan masa nifas yang harus diperhatikan yaitu mengenai pemberian

ASI atau Inisiasi Menyusu Dini (Maryunani, 2009).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan sangat membantu dalam

keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui.

Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun

dan mencegah anak kurang gizi. Bayi yang baru lahir sangat rentan

terhadap kematian akibat hipotermia. Namun 16 persen kematian bayi

dapat dicegah melalui pemberian ASI pada sejak hari pertama dilahirkan.

Angka ini naik menjadi 22 persen jika pemberian ASI dimulai satu jam

setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini (Roesli,

2008).

Angka menyusui dini di Indonesia masih rendah; survey terakhir

(SDKI, 2007) menemukan bahwa bayi yang diberi ASI ekskusif hanya

terjadi pada 32 persen dan total keseluruhan bayi yang dilahirkan, hal ini

lebih rendah dibandingkan hasil survey serupa (SDKI 2002/03), yaitu 40

persen. Dengan demikian, promosi pemberian asi ekslusif bisa menjadi

kebijakan yang penting dalam menurunkan angka kematian bayi baru

lahir, dan informasi tentang ini harus ditujukan kepada para pembuat

kebijakan, penyedia layanan dan masyarakat luas (Sardjunani, 2010).

2

Page 16: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Bayi yang baru lahir sangat rentan terhadap kematian akibat

hipotermia. Namun 16 persen kematian bayi dapat dicegah melalui

pemberian ASI pada sejak hari pertama dilahirkan. Angka ini naik menjadi

22 persen jika pemberian ASI dimulai satu jam setelah kelahiran atau

dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini (IMD) (Roesli, 2008).

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF

yang merekomendasikan inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai tindakan

penyelamat kehidupan karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi

yang meninggal sebelum usia satu bulan (Depkes RI, 2010).

Pelaksanaan IMD di luar negeri sudah di mulai sejak tahun 1987,

Penelitian Karen M. Edmon, dkk (Pediatric, March 2006) di Ghana

membuktikan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi

mendapat ASI dihari pertamanya. Angka tersebut meningkat menjadi 22%

bila bayi melakukan IMD dalam satu jam pertama setelah lahir Sedangkan

dinegeri kita sendiri Indonesia pelaksanaan IMD ini baru disadari sejak

tahun 2006. Menyusu secara baik dan benar dapat mencegah kematian

bayi serta gangguan perkembangan bayi. Kebanyakan ibu tidak tahu

bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau

lebih dikenal dengan IMD sangat bermanfaat. Proses yang hanya

memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur

hidup.

Setiap 1000 kelahiran hidup, 35 bayi di antaranya meninggal. JIka di

kalikan dalam setahun, sedikitnya 175.000 bayi meninggal sebelum usia

mencapai satu tahun. Hal serupa dilaporkan World Health Report tahun

3

Page 17: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

2005. Tiap 6 menit, satu bayi meninggal, sedangkan tiap 2,5 menit satu

balita meninggal. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling

berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan

IMD tanpa bantuan dan fasilitasi dari bidan. Misalnya untuk mendukung

ASI eksklusif 6 bulan, penelitian yang dilakukan terhadap kelompok ibu

yang ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan bahwa sebagian

besar informan ASI eksklusif difasilitasi IMD oleh bidan sedangkan

sebagian besar informan ASI tidak eksklusif tidak difasilitasi IMD. Dalam

penelitian tersebut dari 7 informan yang tidak IMD, hanya 3 informan yang

alasannya karena hal yang sulit dihindari, yaitu ibu sakit sehabis operasi

caesar, bayi harus langsung masuk inkubator, dan ibu mengalami

perdarahan. Sedangkan 4 informan lainnya tidak IMD karena alasan yang

sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi akan dibersihkan dan dibedong

terlebih dahulu (Komalasari, 2012).

Berdasarkan penelitian Edmond K., di Ghana terhadap 10.947 bayi

dan di terbitkan dalam jurnal ilmiah pediatrics, 22% kematian bayi baru

lahir (dalam satu bulan pertama) dapat di cegah dengan bayi menyusu

ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menyusu pada hari

pertama lahir dapat menekan angka kematian bayi hingga 16%. Mengacu

penelitian itu, diperkirakan program inisiasi menyusu dini dapat

menyelamatkan 30.000 bayi di Indonesia dalam bulan pertama kelahiran.

Penelitian yang dilakukan oleh Roesli (2008) menunjukkan bahwa

dari 900 orang ibu di Jabotabek didapatkan kenyataan 70,4% dari ibu

tersebut tak pernah mendapatkan informasi tentang manfaat pemberian

4

Page 18: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

ASI eksklusif khususnya tentang IMD sehingga mempengaruhi

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang pemberian ASI. Hasil

wawancara menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan

sikap ibu yang rendah untuk menyusui diantaranya adalah karena faktor

nyeri dan kelelahan pasca melahirkan dan kurangnya pengetahuan ibu

tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin baik pengetahuan ibu

post partum tentang manfaat IMD untuk pertumbuhan dan perkembangan

anak akan membantu ibu dalam bertindak untuk memberikan ASI sedini

mungkin kepada anaknya (Notoatmodjo, 2012).

Program Inisiasi Menyusu Dini mempunyai manfaat yang sangat

besar untuk bayi maupun ibu yang baru melahirkan.Tetapi dalam

penerapan inisiasi menyusu dini itu sendiri belum tersosialisasikan di

beberapa rumah sakit, maupun di klinik praktek bidan, sehingga

penerapannya masih perlu dikembangkan (Roesli, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas serta menyadari betapa

pentingnya IMD untuk pertumbuhan dan perkembangan anak di masa

depan maka telah dilakukan penelitian dengan judul: “Pengetahuan dan

Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan

Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2016.

5

Page 19: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu

nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-

Lepo Kota Kendari tahun 2016”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu nifas

tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-

Lepo Kota Kendari tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota

Kendari tahun 2016.

b. Untuk mengidentifikasi sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini

di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun

2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna menambah ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kebidanan dan sebagai

perbandingan untuk peneliti selanjutnya.

6

Page 20: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

2. Manfaat Praktis

a. Bagi bidan yaitu dapat menjadi pertimbangan saat memberikan

informasi dalam pelayanan kesehatan khususnya masalah Inisiasi

Menyusu Dini.

b. Bagi institusi yaitu hasil penelitian ini menjadi tambahan referensi

bacaan di perpustakaan dan diharapkan menambah wawasan

pembaca, khususnya dalam ilmu kebidanan.

c. Bagi peneliti, yaitu menambah pengalaman dalam melakukan

penelitian dan memperdalam pengetahuan tentang Inisiasi

Menyusu Dini serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan program Studi Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurnani (2010) dengan judul:

Faktor-faktor yang mendorong ibu untuk melakukan inisiasi menyusu dini

di Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari tahun 2010. Dengan judul

penelitian deskriptif, variabel bebasnya yaitu dukungan tenaga kesehatan

psikologi ibu, fisik ibu, dan jumlah sampel 30 orang. Dari 30 orang sampel

terdapat 12 orang (40%) yang melakukan IMD deng an baik berdasarkan

oleh tenaga kesehatan, 18 orang (60%) ibu yang melakukan IMD dengan

baik berdasarkan faktor fisikologis ibu. Perbedaan dengan peneliti adalah

judul peneliti sikap dan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini di

7

Page 21: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

ruang kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo kota Kendari, dengan jenis

penelitian deskriptif, variabel yang diteliti pengetahuan dan sikap ibu,

dengan jumlah sampel yang diteliti adalah 34 orang daerah penelitian

Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari.

8

Page 22: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Tentang Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal,

termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami secara

sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku

itu terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan

untuk berbuat (Wahit, 2008).

Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan adalah

merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang

sangat utuh terbentuknya tindakan seeorang (over behavior).

Karena dalam penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

9

Page 23: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan lain

sebagainya).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), bahwa pengetahuan yang

mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan

tingkatan ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari merupakan

tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang

yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat

menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek

yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

10

Page 24: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk melakukan penyelidikan terhadap

suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

untuk menjabarkan suatu materi dalam struktur organisasi.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian lain berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir

sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola

kehidupan yang baru, semakin bertambahnya umur akan

mencapai usia reproduksi (Notoadmodjo, 2008).

11

Page 25: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses untuk menumbuh

kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku seseorang yang

terjadi melalui pengajaran. Pendidikan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang karena

dapat membuatnya untuk lebih mudah menerima ide-ide atau

teknologi baru dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan

masyarakat yang semakin menuntut kualitas. Perubahan yang

cepat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sangat dibutuhkan yang berpengetahuan baik yang didapatkan

dari proses selama mengikuti pendidikan. Tingkat pendidikan

merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

untuk menerima informasi yang semakin baik.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian, kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah seseorang tersebut menerima informasi. Dengan

pendidikan tinggi maka seseorang tersebut menerima informasi

baik dari orang lain maupun dari media massa, semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

seseorang tentang kesehatan.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang

setiap hari dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang

12

Page 26: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik

terhadap informasi dibandingkan sehari-hari berada di rumah.

4) Paritas

Wanita yang baru pertama kali hamil biasanya masih

mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan kehamilannya,

dan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki seputar

kehamilan juga masih lebih sedikit dibandingkan wanita dengan

paritas tinggi.

5) Sumber informasi

Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh sumber

informasi yang diperoleh, baik itu melalui media cetak seperti

Koran, majalah, buku atau poster, juga melalui media elektronik

seperti TV, Radio dan Internet, maupun melalui petugas

kesehatan atau orang-orang yang dekat dengan seseorang di

seputar lingkungannya.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga

13

Page 27: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara

ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau

metode coba-salah/coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut

baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan

turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan

kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,

otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.

Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris, ataupun berdasarkan penalaran

sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima

pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya

adalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

14

Page 28: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu

cara untuk memperoleh pengetahuan.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.

2. Tinjauan Tentang Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah evaluasi umum dibuat manusia terhadap

dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue. Sikap juga merupakan

evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada

objek tertentu (Azwar, 2008).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi

sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

15

Page 29: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012).

b. Komponen Sikap

Menurut Notoatmodjo (2012), struktur sikap terdiri atas 3

(tiga) komponen yang saling menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi

kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu

dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila

menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif

yang disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak/beraksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu,

dan berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan

dalam bentuk tendensi perilaku.

16

Page 30: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

c. Tingkatan Sikap

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap

orang terhadap ASI dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian

terhadap ceramah-ceramah.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah

adalah terindikasi sikap tingkat tiga. Misalnya :seorang ibu yang

mengajak ibu lain (tetangga, saudaranya dan sebagainya) untuk

pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu atau

mendiskusikan tentang status gizi anaknya, adalah suatu bukti

bahwa si ibu tersebut mempunyai sikap positif terhadap

anaknya.

4) Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling

tinggi misalnya: seorang ibu mau menjadi akseptor KB,

meskipun mendapat tantangan dari mertua atau dari orang

17

Page 31: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

tuanya sendiri. Sikap mungkin terarah terhadap benda, orang

tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan nilai.

d. Cara Mengukur Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan melihat

pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian

kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang

hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin beriksi atau

mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap yaitu

kalimatnya mendukung atau memihak pada obyek sikap.

Pernyataan ini disebut pernyataan yang Favourable. Sebaliknya

pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif

mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun

kontak terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut

dengan pernyataan yang tidak Favourabel. Suatu skala sedapat

mungkin diusahakan agar terdiri dari pernyataan yang mendukung

dan tidak mendukung dalam jumlah yang seimbang. Dengan

demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua negatif.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara

tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui

kuesioner.

18

Page 32: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

3. Tinjauan Inisiasi Menyusu Dini

a. Pengertian

Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera

setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu

ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini

IMD merupakan proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri

dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir,

bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu

(Depkes RI, 2008).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting

payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2009). ASI

merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas

maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusu yang benar,

ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan

tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan (Arini, 2012).

Inisiasi Menyusu Dini (early initiaton) atau permulaan

menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

lahir dengan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya

selama satu jam segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi

manusia seperti bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk

menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

19

Page 33: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

ibunya. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan The

breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).

b. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Wiknjosastro (2009), manfaat inisiasi menyusu dini

antara lain:

1) Ketika proses menyusu berlangsung, terjadi pelepasan hormon

oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang menyebabkan

kontraksi. Kontraksi inilah yang membantu rahim untuk kembali

kebentuk dan ukuran semula seperti saat belum hamil. Selain

itu kontraksi ini dapat mengurangi jumlah perdarahan pasca

melahirkan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu.

2) Refleks hisap bayi paling kuat terjadi pada 30 menit pertama

setelah dilahirkan. Isapan bayi pada putting ibu akan

merangsang pengeluaran hormon prolactin (yang merangsang

produksi ASI) dan hormon oksitosin (yang merangsang

pengeluaran ASI). Kerja kedua hormon tersebut akan membuat

kolostrum cepat keluar.

3) Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat mengurangi tingkat stress

pada bayi. Bayi akan merasa hangat karena kulit ibu memiliki

kemampuan untuk menyesuaikan suhu dengan suhu yang

dibutuhkan.

4) Kedekatan antara ibu dengan bayi membuat bayi tampak lebih

tenang sehingga denyut jantungnya pun stabil.

20

Page 34: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

5) Pemberian ASI pada jam-jam pertama dapat menekan angka

kematian bayi pada beberapa bulan pertama kehidupannya.

Kontak kulit dalam proses menyusu dini sangat penting

karena alasan-alasan berikut :

1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat sehingga akan

menurunkan angka kenatia bayi akibat Hipotermi (penurunan

suhu tubuh).

2) Ibu dan bayi merasakan ketenangan. Ibu merasa tenang karena

bayi terlahir dengan selamat, bayi pun merasa tenang karena

merasakan kehangatan dalam dekapan ibu.

3) Saat berada di atas dada, bayi akan menjilati dada ibu. Ketika

proses ini terjadi, sebenarnya bayi sedang menelan bakteri

yang ada didada ibu. Bakteri ini berperan dalam meningkatkan

daya tahan tubuh bayi.

4) Bayi yang terjaga dalam 1-2 jam pertama setelah kelahiran

yang mengeratkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi

dengan lebih baik.

5) Saat bayi berhasil menemukan putting susu ibu dan menyusu

untuk yang pertama kalinya, saat itulah ia mendapatkan

kolostrum. Kolostrum sudah diketahui mempunyai banyak

manfaat, salah satunya kaya akan zat kekebalan tubuh yang

dapat melindungi tubuh bayi dari berbagai jenis infeksi.

6) Saat bayi berhasil menyusu dini, ini akan mempengaruhi

keberhasilannya dalam menyusu secara eksklusif berikutnya.

21

Page 35: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

7) Segala aktivitas yang dilakukan bayi di atas dada dan perut ibu,

seperti menyentuh, menghisap, dan menjilati dada maupun

putting susu, akan merangsang pelepasan hormon oksitosin,

yang berperan dalam pencegahan perdarahan pasca persalinan

dengan meningkatkan kontraksi Rahim dan berperan penting

pula dalam refleks pengeluaran ASI.

8) Menyempurnakan fungsi neurologis. Koordinasi syaraf untuk

menelan, menghisap. Dan bernapas, pada bayi yang baru lahir

bisa jadi belum sempurna. Dengan sesegera mungkin

memberikan kesempatan kepada bayi untuk menghisap ASI

dari putting payudara ibu, fungsi koordinasi saraf-saraf tersebut

jadi lebih cepat sempurna.

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi

pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebh baik

dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang

aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial. Kadar bilirubin

bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih

cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir.

Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga

didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan

bayi cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi

ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin,

prolactin dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin

antara ibu dan bayi (Wiknjosastro, 2009).

22

Page 36: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

c. Proses Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli (2008), proses inisiasi menyusu dini antara

lain:

1) Segera setelah lahir, badan dikeringkan seperlunya, kecuali

kedua tangannya.

2) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu, dengan kulit bayi

melekat pada kulit ibu. Ibu dan bayi dapat diselimuti agar tetap

hangat. Bila perlu, pakaikan topi pada kepala bayi.

3) Bayi dibiarkan mencari sendiri putting susu ibunya.

4) Ibu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sbelum

menyusu.

5) Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersetuhan dengan

kulit ibu sampai minimal satu jam atau lebih sampai kegiatan

menyusu pertama selesai.

6) Setelah selesai menyusu, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang

berat badannya, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.

7) Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung.

d. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Roesli (2008), tatalaksana inisiasi menyusu dini

antara lain:

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat bersalin.

2) Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnya

pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.

23

Page 37: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

3) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan

misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok.

4) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali

kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan

kulit bayi sebaiknya dibiarkan.

5) Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi

melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kontak kulit

ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal

selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi.

6) Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang

bayi dengan sentuhan lembut tapi tidak memaksa bayi ke

putting susu.

7) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-

tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat

berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih.

Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.

Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya

setidaknya selama satu jam. Jika belum menemukan putting

payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap

bersentuhan denga kulit ibunya sampai berhasil menyusu

pertama.

8) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu

yang melahirkan dengan tindakan misalya operasi Caesar.

24

Page 38: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

9) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap

setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang

invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi

dapat dtunda.

10) Rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama

24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu

dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan

yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

e. Penatalaksanaan IMD pada Operasi Caesar

Apabila menjalani operasi Caesar dengan pembiusan secara

spinal (pembiusan lokal) dan ibu tetap sadar selama proses operasi

berlangsung, bayi yang lahir segera dikeringkan tanpa

menghilangkan lemak yang menempel ditubuhnya (jika ada).

Kemudian bayi akan ditengkurapkan diperut atau dada ibu. Bayipun

dibiarkan untuk berusaha mencari sendiri putting susu ibu, dengan

tidak memaksakan meletakkan bayi diputing susu ibu. Apabila

dilakukan pembiusan (anastesi) umum, sang ayah dapat

melakukan kontak kulit dengan kult bayi saat menunggu ibu selesai

operasi. Bila kontak ditunda, bayi dapat dimasukkan kedalam

inkubator. Inisiasi menyusu dini dapat dilakukan setelah kondisi ibu

dan bayi stabil (Riskana R, 2012).

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada

persalinan Caesar, berikut ini tatalaksananya:

25

Page 39: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

2) Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20º-25ºC. Disediakan

selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu.

Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari

kepala bayi.

3) Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar operasi,

atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap

diletakkan didada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan

atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan

ibu atau kamar pulih (Roesli, 2008).

B. Landasan Teori

Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri sesegera setelah lahir. Melalui kontak kulit bayi

dengan ibunya, setidaknya selam 1 jam sesegerah setelah lahir, yang

dinamakan The Breast Orawl atau merangkak mencari payudara.

Inisiasi menyusu dini dipercaya dapat menghindarkan bayi dari

serangan penyakit berbahaya dalam masa paling rentan dalam hidupnya,

selain itu juga dapat menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang menjadi telaah

sesoorang setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, baik

memalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang

diperoleh baik dalam bentuk pendidikan formal, dan non formal maupun

pengalaman berdasarkan interaksi sosial.

26

Page 40: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Karena itu pengetahuan sangat penting dalam proses pengambilan

keputusan untuk pemberian inisiasi menyusu dini, sedangkan sikap

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap sesorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.

Pengetahuan dan sikap ibu sangat mendukung keberhasilan

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD). Semakin tinggi pengetahuan

seseorang maka cenderung mendorong orang untuk mengklasifikasikan

hasil dari pengetahuan tersebut, demikian juga maikn tinggi pendidikan

seseorang sangat mempengaruhi pembentukan sikap, pemahaman akan

baik buruknya, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh

dilakukan. Atas dasar tersebut peneliti tertarik mengambil variabel

pengetahuan dan sikap ibu tentang inisiasi menyusu dini (IMD) (Roesli,

2008).

27

Page 41: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka

penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

: Garis penghubung variabel yang diteliti

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel dependen yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Sikap

28

Page 42: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif

yakni untuk mendeskripsilan pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang

Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota

Kendari tahun 2016.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Kebidanan Puskesmas

Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2016.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2016.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu nifas yang dirawat

di Ruangan Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun

2015 sebanyak 212 ibu nifas.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang dirawat di

ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara.

29

Page 43: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan rumus:

qpZNd

qpZNn

.1

..22

2

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

p = estimator proporsi populasi (0.05)

q = 1,0 – p

Z2 = 1.96

d = 0.05

Sehingga didapatkan:

qpZNd

qpZNn

.1

..22

2

05,0105,0.96,1121205,0

05,0105,0.96,121222

2

n

95,0.05,0.842,32110025,0

95,0.05,0.842,3212

n

1825,05275,0

68894,38

n

71,0

68894,38n

49,54n ≈ 54 responden

Untuk menentukan sampel maka digunakan teknik accidental

sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel yang dilakukan secara

kebetulan, dimana orang yang ditemui berkunjung ke Ruang

Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari secara kebetulan

ditetapkan sebagai sampel (Arikunto, 2010).

30

Page 44: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

E. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

1. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

pengetahuan, dan sikap ibu.

2. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

F. Definisi Operasional

1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera

setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya

sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini IMD

merupakan proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat

menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan

dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu (Depkes RI, 2008).

Kriteria objektif :

Melakukan : Apabila ibu memberikan IMD pada bayi

Tidak Melakukan : Apabila ibu tidak memberikan IMD pada bayi

2. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pengetahuan ibu nifas mengenai inisiasi menyusu dini yang dapat

dinilai melalui pertanyaan melalui kuisioner, yang meliputi definisi IMD.

Manfaat IMD, keuntungan IMD, serta pentingnya kontak kulit dan

menyusu sendiri.

31

Page 45: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Kriteria objektif :

Cukup : Bila skor yang diperoleh ≥ 75%

Kurang : Bila skor yang diperoleh < 75% (Sugiyono, 2008)

3. Sikap

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap ibu

mengenai inisiasi menyusu dini. Tindakan mendukung atau memihak

ibu tentang inisiasi menyusu dini.

Kriteria objektif :

Positif : Bila skor yang diperoleh ≥ 75%

Negatif : Bila skor yang diperoleh < 75% (Wawan, A dan Dewi M,

2010).

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang

digunakan merupakan kuesioner tertutup atau closedended dengan variasi

dichotomous choice. Untuk pertanyaan pengetahuan terdiri dari 20

pertanyaan. Kuisioner penelitian variabel pengetahuan menggunakan

alternatif jawaban “benar” dan “salah”, kriteria pernyataan positif dan

negatif. Dimana pertanyaan positif mendapat skor 1 jika menjawab benar

dan skor 0 jika menjawab salah. Sedangkan pernyataan negatif mendapat

skor 0 jika menjawab benar dan skor 1 jika menjawab salah.

Untuk pernyataan sikap terdiri dari 20 pernyataan. Kuisioner

penelitian variabel sikap menggunakan alternatif jawaban “setuju” dan

“tidak setuju”, kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana pertanyaan

32

Page 46: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

positif mendapat skor 1 jika menjawab setuju dan skor 0 jika menjawab

tidak setuju. Sedangkan pernyataan negatif mendapat skor 0 jika

menjawab setuju dan skor 1 jika menjawab tidak setuju. Adapun pengisian

kuesioner dengan memberikan tanda centang (√) pada lembar kuesioner

yang sudah disediakan.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner

untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-konstruk

yang dikembangkan dalam penelitian ini.

I. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Pengeditan (editing)

Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang

diisi agar lengkap untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan

pengisian atau jawaban yang tidak jelas, sehingga jika terjadi

kesalahan atau kekurangan data dapat dengan mudah terlihat dan

segera dilakukan perbaikan. Proses editing dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan kuesioner yang telah

diisi oleh responden untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan

33

Page 47: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelum

menyerahkan kuesioner.

2. Pengkodean (coding)

Setelah data terkumpul dan selesai diedit di lapangan, tahap

berikutnya adalah mengkode data, yaitu melakukan pemberian kode

untuk setiap pertanyaan dan jawaban dari responden untuk

memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean yang dilakukan

oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan memberi nomor yang

mewakili dan berurutan pada tiap kuesioner sebagai kode yang

mewakili identitas responden dan memberikan kode pada setiap

jawaban responden.

3. Pemberian skor (scoring)

Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor.

4. Pemasukan data (entry)

Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

berdasarkan variabel penelitian.

5. Tabulasi (tabulating)

Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

variabel (Sugiyono, 2008).

34

Page 48: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

J. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

secukupnya.

K. Analisis Data

Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka

digunakan rumus:

%100N

fP

Keterangan:

f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).

35

Page 49: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari terdiri dari

4 (empat) Kelurahan, yakni Kelurahan Lepo-Lepo, Wundudopi,

Baruga, dan Watubangga yang merupakan wilayah administratif

Kecamatan Baruga, dengan luas wilayah ± 13.130 Ha. dengan

batas wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua dan

Kecamatan Kadia

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Poasia

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto

b. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo

pada tahun 2015 sebanyak 24.571 jiwa yang tersebar di 4 (empat)

kelurahan dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 5.639

jiwa. Adapun penyebaran penduduk tiap kelurahan adalah sebagai

berikut:

1) Kelurahan Lepo-Lepo : 1.302 KK dengan 5.557 jiwa.

2) Kelurahan Wundudopi : 968 KK dengan 4.432 jiwa.

36

Page 50: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

3) Kelurahan Baruga : 1.904 KK dengan 8.761 jiwa.

4) Kelurahan Watubangga : 1.465 KK dengan 5.821 jiwa.

c. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas

Lepo-Lepo terdiri dari:

1) Sarana Kesehatan Pemerintah

a) Puskesmas Induk 1 unit yang merupakan puskesmas

perawatan yang menyelenggarakan rawat jalan, rawat inap,

rawat umum dan kebidanan serta unit gawat darurat 24 jam

yang berlokasi di kelurahan Lepo-Lepo.

b) Puskesmas pembantu 2 unit, masing-masing terletak di

Kelurahan Watubangga dan Kelurahan Baruga.

c) Puskesmas keliling 2 unit, masing-masing berlokasi di

Kelurahan Baruga dan Kelurahan Watubangga, keduanya

sudah berfungsi.

2) Sarana Kesehatan

a) Rumah bersalin 2 unit, yang berlokasi di Kelurahan

Wundudopi dan Kelurahan Baruga.

b) Praktek dokter berkelompok 1 unit, berlokasi di Kelurahan

Wundudopi.

3) Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat

a) Posyandu 18 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 4 unit,

di Kelurahan Baruga 4 unit, di Kelurahan Watubangga 6

unit dan di Kelurahan Wundudopi 4 unit.

37

Page 51: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

b) Posyandu lansia 3 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 1

unit, di Kelurahan Baruga 1 unit dan di Kelurahan

Watubangga 1 unit.

d. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas Lepo-Lepo

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari

(Periode Juni-Juli 2016)

Jumlah tenaga Status

Jumlah PNS Honorer Sukarela

Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Keperawatan Sarjana Kes. Masyarakat Sarjana Kebidanan Apoteker Ahli madya keperawatan Ahli madya kebidanan Ahli madya Gizi Ahli madya kesling Ahli madya analisis kes Perawat Perawat gigi Bidan SPAG SPPH SMF Tenaga administrasi Pekarya kesehatan Sopir Petugas kebersihan Tukang masak dan cuci SMU

3 1 3

10 1 1

17 16 2 1 1

11 3 5 1 2 1 3 1 1 1 - -

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 2 1

- - - 1 - -

17 - 3 1 3 2 - - - - - - - - - - -

3 1 3

11 1 1

34 16 5 2 4

13 3 5 1 2 1 3 1 1 2 2 1

Sumber: Data Sekunder, Tahun 2016.

38

Page 52: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil

sebagai berikut:

a. Umur Responden

Tabel 2. Distribusi Umur Ibu Nifas di Ruang Kebidanan

Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)

Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

< 20 12 22,2

20 – 35 34 62,9

> 35 8 14,9

Total 54 100,0

Sumber: Data Primer, 2016.

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah

responden tertinggi pada umur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 34

orang (62,9%), dan terendah pada umur > 35 tahun sebanyak 8

orang (14,9%).

b. Pendidikan Responden

Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan

Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 5 9,3

SMP 11 20,4

SMA/SMK 22 40,7

Perguruan Tinggi 16 29,6

Total 54 100,0

Sumber: Data Primer, 2016.

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah

responden tertinggi memiliki pendidikan SMA/SMK, yakni sebanyak

39

Page 53: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

22 orang (40,7%), dan terendah memiliki tingkat pendidikan SD

sebanyak 5 orang (9,3%).

c. Paritas Responden

Tabel 4. Distribusi Paritas Ibu Nifas di Ruang Kebidanan

Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)

Paritas Frekuensi (n) Persentase (%)

I 20 37,0

II 25 46,1

III 7 12,9

≥ IV 2 4,0

Total 54 100,0

Sumber: Data Primer, 2016.

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah

responden tertinggi pada paritas II, yakni sebanyak 25 orang

(46,1%), dan terendah pada paritas paritas ≥ IV sebanyak 2 orang

(4,0%).

3. Analisis Variabel Penelitian

a. Pengetahuan Responden

Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini

di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)

Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Cukup 32 59,3

Kurang 22 40,7

Total 54 100,0

Sumber: Data Primer, 2016.

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah

responden tertinggi memiliki pengetahuan dalam kategori cukup,

40

Page 54: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

yakni sebanyak 32 orang (59,3%), dan terendah memiliki

pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 22 orang (40,7%).

b. Sikap Responden

Tabel 6. Distribusi Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang

Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)

Sikap Frekuensi (f) Persentase (%)

Positif 31 57,4

Negatif 23 42,6

Total 54 100,0

Sumber: Data Primer, 2016.

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah

responden tertinggi memiliki sikap positif tentang IMD, yakni

sebanyak 31 orang (57,4%), dan terendah memiliki sikap negatif

tentang IMD sebanyak 23 orang (42,6%).

c. Inisiasi Menyusu Dini

Tabel 7. Distribusi Inisiasi Menyusu Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang

Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari (Periode Juni – Juli 2016)

Inisiasi Menyusu Dini Frekuensi (f) Persentase (%)

Melakukan 40 74,1

Tidak Melakukan 14 25,9

Total 54 100,0

Sumber: Data Primer, 2016.

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 54 responden, jumlah

responden yang melakukan IMD, yakni sebanyak 40 orang

(74,1%), dan yang tidak melakukan IMD sebanyak 14 orang

(25,9%).

41

Page 55: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

d. Pengetahuan Ibu Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari

(Periode Juni – Juli 2016)

Pengetahuan

Inisiasi Menyusu Dini Total

Melakukan Tidak Melakukan

n % n % n %

Cukup 26 48,1 6 11,2 32 59,3

Kurang 14 26,0 8 14,7 22 40,7

Total 40 74,1 14 25,9 54 100

Sumber: Data Primer, 2016.

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 32

responden (59,3%) yang memiliki pengetahuan cukup, terdapat 26

responden (48,1%) yang melakukan IMD dan 6 responden (11,2%)

yang tidak melakukan IMD. Sedangkan dari 22 responden (40,7%)

yang memiliki pengetahuan kurang, terdapat 14 responden (26,0%)

yang melakukan IMD dan 8 responden (14,7%) yang tidak

melakukan IMD.

e. Sikap Ibu Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Tabel 9. Distribusi Sikap Menurut Pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini yang Dilakukan Ibu Nifas di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari

(Periode Juni – Juli 2016)

Sikap

Inisiasi Menyusu Dini Total

Melakukan Tidak Melakukan

n % n % n %

Positif 28 51,9 3 5,5 31 57,4

Negatif 12 22,2 11 20,4 23 42,6

Total 40 74,1 14 25,9 54 100

Sumber: Data Primer, 2016.

42

Page 56: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 54 responden, 31

responden (59,3%) yang memiliki sikap positif, terdapat 28

responden (51,9%) yang melakukan IMD dan 3 responden (5,5%)

yang tidak melakukan IMD. Sedangkan dari 23 responden (42,6%)

yang memiliki sikap negatif, terdapat 12 responden (22,2%) yang

melakukan IMD dan 11 responden (20,4%) yang tidak melakukan

IMD.

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian besar

responden memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, yakni

sebanyak 32 orang (59,3%), dan pengetahuan dalam kategori kurang

sebanyak 22 orang (40,7%). Selain itu, responden yang memiliki

pengetahuan cukup lebih banyak melakukan Inisiasi Menyusu Dini

(48,1%) dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan

kurang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Syamsuriani (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat

pengetahuan dengan kegiatan pemberian ASI Eksklusif melalui IMD

pada bayi baru lahir.

Tingginya tingkat pengetahuan responden tersebut disebabkan

karena informasi yang diperoleh responden melalui puskesmas atau

tenaga kesehatan penerimaannya cukup baik, sehingga

43

Page 57: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka. Selain itu, para ibu juga

memperoleh informasi melalui media-media cetak dan media

elektronik serta buku-buku yang dibacanya untuk meningkatkan

pengetahuan mereka terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.

Pengetahuan adalah keyakinan mengenai suatu objek yang telah

dibuktikan kebenarannya. Kiranya sudah jelas bahwa hanya yang

mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu yang dianggap benar,

sehingga keyakinan yang hanya secara kebetulan benar tidak dapat

diterima sebagai pengetahuan. Pengetahuan harus dibuktikan dengan

kebenaran karena pengetahuan merupakan kemampuan seseorang

untuk mengingat fakta, symbol, prosedur, teknik dan teori

(Notoatmodjo, 2012).

Menurut Carlson (2008), banyak faktor yang menyebabkan

pemberian Inisiasi Menyusu Dini tidak terlaksana dengan baik, salah

satunya adalah kesalahan pada tata laksana laktasi yang

menyebabkan penurunan produksi ASI (sindrom ASI kurang) dan

sebagian besar ibu yang tidak menyusui bayinya bukan karena

gangguan fisik, melainkan lebih banyak karena ibu tidak tahu tentang

tata laksana laktasi. Dalam wawancara pada sebagian ibu menyusui

mengatakan mengetahui tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini

melalui petugas kesehatan tempat pemeriksaan antenatal, sebagian

melalui teman, namun sebagian ibu tidak mendapatkan informasi yang

mendalam tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, mengingat

pentingnya hal tersebut selayaknya petugas kesehatan harus terus

44

Page 58: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

memberikan pemahaman yang terkait dengan pengetahuan Inisiasi

Menyusu Dini.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2012), tentang pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif bahwa tingkat tahu seseorang diartikan sebagai

mengingat kembali terhadap suatu spesifikasi dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Lebih lanjut

dikatakannya bahwa pada umumnya setiap orang, sebelum bersikap

dan bertindak terhadap sesuatu objek, terlebih dahulu ia mengetahui

apa objek yang hendak disikapi dan ditindaki. Meski demikian, sering

seseorang menyikapi bahkan langsung bertindak terhadap suatu objek

tanpa lebih dahulu mengetahui tentang objek yang hendak disikapi

dan ditindakinya.

Berdasarkan data demografi diperoleh bahwa mayoritas usia

responden berada pada rentang usia 25-35 (62,9%) ini dikaitkan

dengan pendapat Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa

pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan bertambahnya

usia. Dan peneliti berasumsi bahwa dengan bertambahnya usia maka

dapat menggali lagi memori yang pernah didapatkan sebelumnya baik

itu dari pengalaman ataupun kebiasaan yang dimilikinya tentang IMD.

Jika dikaitkan dengan hasil data demografi lainnya, menunjukkan

bahwa mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA dan

Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 70,3%. Dari hasil ini, peneliti

berasumsi bahwa tingkat pendidikan tersebut sudah cukup

45

Page 59: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

mendukung tingkat pengetahuan responden. Pendidikan merupakan

peran penting dalam proses tumbuh kembang seluruh kemampuan

dan perilaku manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan

memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan seseorang

(Notoatmodjo, 2012).

Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan. Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh

aspek kehidupan manusia, baiki pikiran, perasaan maupun sikapnya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan

dasar yang dimiliki seseorang, khususnya pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini. Air susu ibu merupakan makanan utama dan terbaik

untuk bayi usia 0 – 2 tahun (Astutik, 2013). Pemberian ASI berarti

memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan memberikan kekebalan terhadap penyakit pada bayi

serta memwujudkan emosional ibu dan bayinya.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI)

merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena di dalam

ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-

penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi

pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain

imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI berisiko terhadap infeksi

saluran pernapasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman,

2006). Namun saat ini pemberian ASI semakin menurun, penyebab

46

Page 60: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

menurunnya pemberian ASI adalah kurangnya pengetahuan ibu

tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, pemasaran susu formula,

dan faktor sosial ekonomi. Selain itu juga, masih banyak masyarakat

yang suka memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (Agnes,

2007).

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini harus dipersiapkan

sedemikian rupa karena pengetahuan tentang ASI belum dapat

dipahami sepenuhnya oleh masyarakat, keluarga, ibu-ibu, bahkan

masih banyak tenaga kesehatan yang belum memahami betul tentang

pemberian ASI. Berbagai terobosan yang dilakukan untuk

menggalakkan ASI, baik melalui media cetak ataupun media

elektronik, baik oleh kader maupun oleh tenaga kesehatan sendiri.

Pengetahuan dan pendekatan yang cukup sehingga ibu dapat

mengambil suatu sikap dan keputusan serta bertanggung jawab

terhadap kesehatannya, makin tinggi pendidikan seseorang makin

banyak informasi atau pengetahuan yang dimiliki dan begitu

sebaliknya. Saat ini, pengetahuan ibu menyusui masih terkendala oleh

pendidikan, usia dan latar belakang keluarga, dan ini merupakan

kendala keberhasilan pemberian ASI.

Menurut Ambarwati (2008), Inisiasi Menyusu Dini dapat

meningkatkan keberhasilan produksi ASI, sehingga bayi dapat

menyusui tanpa ada gangguan dari produksi ASI ibu. Dalam hal ini,

semua responden mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini bagi

ibu. Diharapkan dengan pengetahuan yang dimiliki ibu dapat

47

Page 61: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

memberikan kesadaran untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini pada

saat setelah persalinan.

Pengetahuan tentang inisiasi Menyusu Dini harus dimiliki oleh ibu

post partum yang akan sangat penting dilakukan pada saat setelah ibu

melahirkan bayinya. Sehingga Inisiasi Menyusu Dini dapat dilakukan

dengan tepat dan ibu mau bekerjasama dengan bidan dalam

melakukan Inisiasi Menyusu Dini setelah melahirkan bayinya. Inisiasi

Menyusu Dini memiliki dampak atau manfaat yang banyak bagi ibu

dan bayinya sendiri.

2. Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki sikap positif tentang IMD, yakni sebanyak 31 orang (57,4%),

dan sikap negatif tentang IMD sebanyak 23 orang (42,6%). Tinggi

rendahnya sikap responden tersebut disebabkan karena sikap

merupakan manifestasi dari tingginya tingkat pengetahuan responden

sehingga reaksi atau respon yang ditunjukkan responden akan baik

pula.

Selain itu, responden yang memiliki sikap positif lebih banyak

melakukan Inisiasi Menyusu Dini (51,9%) dibandingkan dengan

responden yang memiliki sikap negatif tentang IMD. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsuriani (2013) yang

menyatakan bahwa ada hubungan sikap ibu dengan kegiatan

pemberian ASI Eksklusif melalui IMD pada bayi baru lahir.

48

Page 62: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Dari hasil penelitian sikap ibu nifas tentang IMD, lebih dari 50%

ibu nifas menjawab dengan benar terhadap kuesioner sikap yang

diberikan oleh peneliti sehingga jelas terlihat bahwa sikap ibu nifas

tentang Inisiasi Menyusu Dini telah positif dan sikap ini mengacu

kepada pernyataan Azwar (2008) sikap tidak terlepas dari sosialisasi

keluarga, pendidikan sekolah atau di luar sekolah serta pengetahuan

didalam masyarakat. Peranan pendidikan tidak dapat diabaikan,

karena pendidikan dilakukan hampir seumur hidup, baik melalui

pendidikan formal maupun informal. Sikap positif terhadap nilai-nilai

kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini

disebabkan oleh sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan

tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau oleh tindakan

yang mengacu kepada pengalaman orang lain atau berdasarkan pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, dan nilai yang berlaku

di dalam masyarakat yang menjadi pegangan setiap orang

(Notoatmodjo, 2012).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak

dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012).

49

Page 63: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung

atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak pada

objek tertentu. Komponen pokok sikap terdiri atas 3 komponen pokok,

yakni kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek;

kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; dan

kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-

sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh

ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan

penting (Notoatmodjo, 2012).

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu suatu perilaku (Notoatmodjo,

2012).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting

dan media massa. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa

sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di di Ruang Kebidanan

Puskesmas Lepo-Lepo bila dilihat secara keseluruhan maka

didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil memiliki sikap yang positif.

Sikap positif ini perlu dikembangkan karena sikap positif ini akan akan

berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui

pengamatan dan penilaian model peran sikap bidan ataupun perawat

50

Page 64: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

dan tenaga kesehatan yang baik, sehingga sikap positif yang

diterapkan akan memberikan manfaat bagi semuanya.

51

Page 65: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang

Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tertinggi dalam

kategori cukup (59,3%).

2. Sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di Ruang Kebidanan

Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tertinggi dalam kategori positif

(57,4%).

B. Saran

1. Bagi pemerintah setempat, khususnya Dinas Kesehatan diharapkan

melakukan pemantauan tentang pelaksanaan IMD terhadap petugas

kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo dan seluruh tenaga kesehatan

yang bekerja di Puskesmas Lepo-Lepo.

2. Bagi masyarakat, khususnya ibu nifas agar meningkatkan

pengetahuannya tentang IMD sehingga dapat merubah perilaku

kesehatan, dimana pengetahuan yang cukup akan berakibat terhadap

peningkatan sikap ibu tentang IMD.

52

Page 66: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

3. Bagi profesi kebidanan, dalam memberikan pelayanan kebidanan

khususnya di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo perlu

dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan kepada ibu nifas terutama

tentang IMD, sehingga ibu nifas mengetahui manfaatnya dan mau

bekerjasama melakukan IMD yang memiliki banyak manfaat untuk ibu

dan bayinya.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya menggambarkan

pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang IMD tanpa disertai dengan

tindakan. Perlu dilaksanakan penelitian selanjutnya tentang tindakan

ibu nifas terhadap IMD dengan melakukan observasi kepada ibu

bersalin yang melakukan IMD.

53

Page 67: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

DAFTAR PUSTAKA

Agnes, 2007. Pentingnya ASI Eksklusif. Jakarta: Salemba Medika. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. Arini, H. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Astutik, 2013. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika. Azwar, S.A. 2008. Sikap dan Pengukurannya. Jakarta: Binarupa Aksara. Carlson. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI. 2010. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD.

Jakarta: JNPKKR-JHPIEGO. ________. 2008. Promosi Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Depkes RI. Komalasari, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Persepsi Ketidakcukupan ASI pada Ibu yang Memiliki Bayi Umur 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Skripsi. Depok: UI Jakarta.

Maryunani, Anik, 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nipas (Post Partum). Jakarta: CV. Trans Info Media.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta. -------------------. 2008. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta. Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari. Prasetyono, 2009. ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Riskana. R. 2012. Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: UI Press. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka

Bunda.

Page 68: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Sardjunani N. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Soekirman, 2006. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.

Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfa Beta. Taufik. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan

Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Infomedika. Wahit, Mubarak, Iqbal. 2008. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Wawan, A & Dewi M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Wiknjosastro, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

Page 69: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Lampiran 1.

SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER

Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Saudara ............................ Di – Puskesmas Lepo-Lepo Dengan Hormat,

Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

”Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini di

Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016”,

maka saya mohon dengan hormat kepada saudara untuk menjawab

beberapa pertanyaan kuesioner (angket penelitian) yang telah disediakan.

Jawaban saudara diharapkan objektif (diisi apa adanya).

Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu

takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.

Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban

yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,

data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.

Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Kendari, Mei 2016 Ttd ...................................

Page 70: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Lampiran 2.

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari

Tahun 2016”, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ...........................................................

Alamat : ...........................................................

Menyatakan Bersedia/Tidak Bersedia*) menjadi responden dalam penelitian

ini.

Kendari, 2016

Hormat Saya,

(..............................................)

Responden

*) Coret yang tidak perlu

Page 71: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

Lampiran 3.

LEMBAR KUESIONER

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Inisiasi Menyusu Dini

di Ruang Kebidanan Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016

A. Identitas Responden

Nama Ibu : …………………………

Umur : .......... tahun

Pendidikan : ........................................

Paritas : ........................................

Inisiasi Menyusu Dini : a. Melakukan IMD b. Tidak Melakukan IMD

B. Penilaian pengetahuan Ibu Nifas Tentang IMD

1. Inisiasi menyusui dini adalah …

a. Pemberian ASI saja sampai usia bayi 6 bulan

b. Bayi mulai menyusui sendiri setelah bayi lahir melalui kontak kulit

bayi dengan ibunya selama 1 jam sesegera setelah bayi lahir

c. Pemberian susu formula sebagai penganti ASI

2. Berikut ini adalah keuntungan dari inisiasi menyusu dini bagi ibu

adalah kecuali ...

a. Menurunkan resiko perdarahan setelah persalinan

b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi

ASI

c. Dapat mempersulit pengeluaran plasenta dan pengeluaran nyeri

dari prosedur pasca persalinan

3. Keuntungan inisiasi menyusui dini bagi bayi adalah ...

a. Meningkatkan berat badan yang optimal

b. Memberikan rasa nyaman untuk bayi

c. Memberi kekebalan tubuh pasif pada bayi

Page 72: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

4. Berikut manfaat inisiasi menyusu dini adalah, kecuali ...

a. Menunjang tubuh kembang optimal

b. Mengurangi cacat

c. Anak yang menyusui dini dapat lebih muda menyusui kemudian

5. Bagaimana cara yang tepat inisiasi menyusu dini …

a. Begitu lahir bayi diletakan diatas dada ibu

b. Setelah di timbang, dikeringkan dan dibedong bayi diletakan di

dada ibu

c. Tanpa diselimuti setelah mengeringkan tubuh bayi dan

pomotongan tali pusat tanpa penimbang berat badan bayi diletakan

tengkurap di dada atau perut dengan posisi kepala lebih rendah

dari puting susu

6. Beberapa lama bayi diletakan tengkurap diatas dada ibu setelah ia

lahir ..

a. 15 menit

b. 20 menit

c. 30-60 menit

7. Berikut ini adalah pentingnya inisiasi menyusu dini, kecuali …

a. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal bayi

b. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakan diatas dada ibu

akan membuat bayi tenang

c. Bayi akan merasa kedinginan karena tidak di bedong

8. Melalui kontak kulit ke kulit inisiasi menyusu dini akan ...

a. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan

efektif

b. Membuat bayi terserang penyakit karena kulit ibu tidak bersih

c. Risiko bayi akan kedinginan lebih besar

9. Kekebalan pasif / imunisasi pertama bayi didapatkan melelui ...

a. Penyuntikan vaksin imunisasi

b. inisiasi menyusu dini

c. di rumah sakit

Page 73: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

10. Melalui inisiasi menyusu dini dapat membantu ibu ...

a. mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman

b. menambah beban ibu melahirkan plasenta

c. membuat ibu tidak nyaman

11. Keberhasilan menyusu tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya

yang mahal yang diperlukan adalah, kecuali ...

a. kesabaran dan kesiapan mental ibu

b. kondisi fisik ibu bayi

c. waktu

12. Melalui inisiasi menyusu dini dapat membantu bayi dalam hal ...

a. mengkordinasikan kemampuan isap, telan, dan nafas

b. meningkatkan jalinan ibu dan bayi

c. a dan b benar

13. Cairan emas merupakan istilah dari kolostrum yang didapat pada saat

a. minum susu formula yang mengandung kolostrum

b. pada saat diberi makanan tambahan

c. pada saat bayi diberi ASI segerah setelah lahir

14. Yang berperan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah ...

a. tenaga kesehatan dan ibu

b. ibu saja

c. keluarga/suami saja

15. Pengeluaran kolostrum dan peningkatan produksi ASI merupakan

manfaat dari …

a. inisiasi menyusu dini

b. jumlah makanan yang ibu konsumsi

c. pemeriksaan kehamilan secara rutin

16. Dengan inisiasi menyusu dini dapat membantu ibu dalam hal, kecuali ..

a. fasilitas kelahiran plasenta/ ari-ari

b. pengalihan rasa nyeri

c. membuat ibu tambah stres setelah melahirkan

Page 74: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

17. Makanan awal bayi adalah …

a. ASI saja

b. Susu formula sesuai umur bayi

c. Air putih saja

18. Manfaat inisiasi menyusu dini, selain dapat dirasakan ibu dan bayi juga

dapat dirasakan ayah dengan alasan sebagai berikut ...

a. Tidak repot mengurus bayi baru lahir

b. Ayah mendapat kesempatan mengazankan bayi, yang berada

didada ibunya yang merupakan suatu pengalaman batin antara

ketigannya

c. Menambah ikatan kasih sayang diantara ketigannya

19. Langkah awal mencegah terjadinya hipotermi (suhu badan bayi

dibawah batas normal) yang paling tepat adalah ...

a. Kontak kulit dengan ibu dan bayi melalui pelaksanaan IMD

b. Memberi selimut tebal

c. Menjemur bayi dipagi hari

20. Ikatan kasih sayang (bonding) dapat dilaksanakan pada saat ...

a. Segera setelah bayi lahir

b. Setelah kondisi ibu pulih

c. Setelah pulang di rumah

C. Penilaian Sikap Ibu Nifas Tentang IMD

No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju

1. Jika saya ingin bayi saya sehat saya harus memberi ASI 1 jam pertama setelah lahir

2. Saya lebih tenang dan nyaman ketika saya mendekap buah hati saya

3 Saya akan menerima dengan senang hati apabila petugas menganjurkan untuk menyusui secara dini bisa memulihkan kondisi

4 Saya akan tetap berusaha memberi ASI 1 jam pertama setelah melahirkan karna manfaatnya sangat penting untuk bayi saya

Page 75: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …

No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju

5 Dengan senang hati saya akan melakukan inisiasi menyusu dini karena manfaatnya selain untuk bayi, saya juga dapat merasakan manfaatnya

6 Saya tetap akan menyusui bayi saya segera setelah ia lahir walaupun ASI saya masih sedikit

7 Saya lebih memilih memberi ASI dibanding susu formula karena lebih aman dari bahan kimia

8 Saya lebih baik memberi ASI saja dibanding susu formula karena selain ekonomis juga manfaatnya jauh lebih besar

9 Saya akan memberikan ASI saja sampai bayi saya berusia 6 bulan

10 Saya akan memberikan ASI untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi saya

11 Jika saya masih lelah sehabis melahirkan sebaiknya bayi saya diletakan disamping saya saja

12 Saya lebih memilih susu formula dibanding memberi ASI demi menjaga penampilan

13 Saya akan menolak apabila bayi saya diletakan didada saya tanpa diselimuti terlebih dahulu

14 Inisiasi menyusu dini merepotkan saya karena kondisi saya belum pulih, saya sudah harus mendekap bayi

15 Jika saya tidak punya puting susu yang menonjol saya tidak akan memberi ASI pada anak saya

16 Lebih baik saya memberi ASI saya setelah ASI saya sudah banyak

17 Dari pada repot saya lebih baik memberi susu formula pada bayi saya

18 Saya tidak mau langsung memberi ASI saya begitu bayi saya lahir karena puting susu saya belum dibersihkan

19. Saya akan menyusui bayi saya setelah pulang kerumah karena dirumah sakit banyak yang melihat

20. Jika ASI saya banyak saya akan memberikannya pada bayi saya sesegera setelah lahir, tapi kalau ASI saya sedikit saya sebaiknya menunda dulu

Page 76: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Page 77: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Page 78: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Page 79: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …
Page 80: PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG INISIASI …