I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/138/2/SKRIPSI...

102
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk satu keluarga dengan melon (Cucumis melo L.), waluh (Cucurbita moschata Duch), semangka (Citrulus vulgaris Schard) yaitu Cucurbitaceae (Imdad dan Nawangsih, 2001). Mentimun merupakan komoditas sayuran yang adaptasinya cukup luas sehingga banyak diusahakan oleh petani di dataran rendah sampai dataran tinggi. Mentimun dapat dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering. Di dataran rendah, mentimun banyak diusahakan di pinggiran kota-kota besar karena permintaan buah mentimun segar dari kota-kota besar terus meningkat dan transportasi menuju pasar relatif lebih mudah. Selain itu, mentimun merupakan salah satu komoditas sayuran yang cepat dipanen sehingga perputaran modal relatif cepat (Moekasan dkk., 2014). Mentimun termasuk salah satu jenis sayuran buah yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga permintaan terhadap komoditi ini sangat besat. Buah ini disukai oleh seluruh golongan masyarakat mulai dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai berpenghasilan tinggi, sehingga buah mentimun cenderung dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan

Transcript of I. PENDAHULUAN - eprints.stiperdharmawacana.ac.ideprints.stiperdharmawacana.ac.id/138/2/SKRIPSI...

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk satu keluarga dengan melon (Cucumis

melo L.), waluh (Cucurbita moschata Duch), semangka (Citrulus vulgaris Schard)

yaitu Cucurbitaceae (Imdad dan Nawangsih, 2001).

Mentimun merupakan komoditas sayuran yang adaptasinya cukup luas sehingga

banyak diusahakan oleh petani di dataran rendah sampai dataran tinggi. Mentimun

dapat dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering. Di dataran rendah,

mentimun banyak diusahakan di pinggiran kota-kota besar karena permintaan

buah mentimun segar dari kota-kota besar terus meningkat dan transportasi

menuju pasar relatif lebih mudah. Selain itu, mentimun merupakan salah satu

komoditas sayuran yang cepat dipanen sehingga perputaran modal relatif cepat

(Moekasan dkk., 2014).

Mentimun termasuk salah satu jenis sayuran buah yang memiliki banyak manfaat

dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga permintaan terhadap komoditi

ini sangat besat. Buah ini disukai oleh seluruh golongan masyarakat mulai dari

golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah sampai berpenghasilan tinggi,

sehingga buah mentimun cenderung dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan

2

berkesinambungan. Kebutuhan buah mentimun cenderung terus meningkat sejalan

dengan pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan, dan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai gizi (Cahyono, 2003).

Menurut Badan Pusat Statistik (2014), produksi mentimun di Indonesia dari tahun

ketahun mengalami penurunan, data yang diperoleh dari tahun 2010 hingga 2014

menunjukan bahwa pada tahun 2010 pada luas areal panen mentimun 56.921

hektar dengan produksi sebanyak 547.141 ton, tahun 2011 luas areal panen 53.596

hektar dengan produksi sebanyak 521.535 ton, tahun 2012 luas area panen 51.283

hektar dengan produksi sebanyak 511.525 ton, tahun 2013 luas areal panen 49.296

hektar dengan produksi sebanyak 491.636 ton, dan pada tahun 2014 luas areal

panen 48.578 hektar dengan produksi sebanyak 477.976 ton (BPS, 2014).

Produktivitas hasil mentimun secara nasional pada tahun 2010 sampai 2014

tergolong masih rendah yakni antara 9,6 – 9,9 ton/hektar (BPS, 2014). Padahal

potensi produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 ton/ha. Rendahnya

produktivitas tanaman mentimun di Indonesia juga dapat disebabkan oleh

beberapa faktor di antaranya adalah faktor iklim, teknik bercocok tanam seperti

pemilihan varietas, pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, serta adanya

serangan hama dan penyakit (Sumpena, 2001).

Oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi mentimun dengan

berbagai macam teknologi dan tepat dalam budidaya mentimun yang melibatkan

berbagai sumber daya alam dan manusia melalui program pertanian (Sari, 2007).

3

Penerapan teknologi maju dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi

mentimun salah satunya adalah penggunaan varietas yang unggul. Varietas unggul

dianjurkan untuk ditanam karena varietas memperbaiki produksi dan kualitas

hasilnya. Varietas unggul pada prinsipnya adalah varietas (jenis) yang mempunyai

sifat-sifat lebih baik daripada verietas lainya (Sari, 2007).

Varietas unggul tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan

untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan seperti potensi

hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik tertentu,

sesuai dengan selera konsumen (Manalu, 2013).

Selain penggunaan varietas unggul pengelolaan air juga perlu diperhatikan yaitu

sistem pengairan, frekuensi penyiraman dapat membantu meningkatkan

produktifitas tanaman mentimun. Tanaman memerlukan air untuk kelangsungan

hidupnya. Air sebagai sumber daya alami utama disamping sinar matahari dan zat

hara di dalam larutan tanah. Air dalam hal ini berfungsi sebagai pelarut unsur hara

sehingga dapat diserap tanaman dan juga sebagai penetral kadar garam yang

terlalu tinggi (Sriwijaya dan Hariyanto, 2005).

Walaupun tanaman mentimun tidak sesuai pada tempat yang tergenang air, tetapi

tanaman mentimun banyak membutuhkan air, terutama dalam masa pembentukan

buah. Dengan tuntutan ini tanaman mentimun banyak ditanam pada musim

kemarau (Sriwijaya dan Hariyanto, 2005).

4

Pada musim hujan produksi mentimun lebih rendah dibandingkan musim

kemarau. Hal ini karena curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan bunga

tanaman mentimun gugur (Septiyaning, 2011).

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam pemberian air dengan cara

memperhatikan frekuensi penyiraman terhadap berbagai varietas tanaman

mentimun sehingga dapat diketahui respon yang terbaik dalam peningkatan hasil

mentimun.

1.2. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh berbagai varietas mentimun terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman mentimun (Cucumis sativus L.).

2. Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

Mentimun (Cucumis sativus L.).

3. Interaksi berbagai varietas mentimun dan frekuensi penyiraman terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.).

1.3. Dasar pengajuan hipotesis

Penggunaan varietas unggul sangat dianjurkan untuk ditanam sebab varietas dapat

memperbaiki produksi dan kualitas hasilnya. Setiap varietas-varietas yang telah

diseleksi sedemikian rupa dapat memberikan hasil tinggi dan dapat menggunakan

hara tanaman seefisien mungkin (Sari 2007).

5

Lebih lanjut Herjadi (1996) melaporkan bahwa pada setiap varietas tanaman

selalu terjadi perbedaan respon genotipe pada kondisi lingkungan tempat

tumbuhnya. Hal ini memberikan pengaruh pada tampilan fenotipe dari setiap

varietas terhadap lingkungan tumbuhnya.

Hasil penelitian Simanullang dkk., (2012), menunjukkan bahwa mentimun

varietas Mercy F1 memberikan jumlah cabang tertinggi sebanyak 5 cabang

pertanaman dan rata-rata umur panen tanaman tercepat terdapat pada 30,83 hari,

dibandingkan dengan varietas Hercules dengan jumlah cabang tertinggi sebanyak

4 cabang pertanaman dan rata-rata umur panen 35.67 hari.

Berdasarkan penelitian Sari (2007), mentimun varietas Sukoi mempengaruhi

pertumbuhan dan hasil terbaik pada berat buah per tanaman 4,47% dan hasil

mentimun 4,63% dibandingkan dengan varietas Virgo. Sedangkan hasil penelitian

Bahri (2011), menunjukkan bahwa mentimun varietas Manora F1 menghasilkan

diameter buah lebih panjang dari pada mentimun varietas Penus dengan hasil

mentimun varietas Manora F1 adalah 5,42 cm dan mentimun varietas Penus 4,24

cm.

Air merupakan faktor essensial bagi tanaman dan menjadi faktor pembatas bagi

tanaman mentimun. Jika air kurang atau berlebih menyebabkan tanaman

mengalami titik kritis, dimana tanaman akan mengalami penurunan proses

fisiologi dan fotosintesis dan akhirnya mempengaruhi produksi dan kualitas.

Perlakuan periode pemberian air, erat hubungannya dengan tingkat ketersediaan

air. Pertumbuhan tanaman akan semakin baik dengan pertambahan jumlah air.

6

Akan tetapi, terdapat batasan maksimum dan minimum dalam jumah air

(Desmarina, dkk 2009). Sehingga perlu diketahui frekuensi pemberian air yang

sesuai terhadap respon tanaman mentimun agar dapat mempercepat pertumbuhan,

produksi dan kualitas tanaman mentimun.

Berdasarkan hasil penelitian Fauzi (2011), frekuensi penyiraman 1 hari sekali, 2

hari sekali, 3 hari sekali pada tanaman kangkung menunjukkan tinggi tanaman

yang tertinggi pada tanaman kangkung dengan frekuensi penyiraman 2 hari sekali

memperoleh panjang 41,44 cm pada 4 MST dibandingkan frekuensi penyiraman

pada 1 hari sekali dan 3 hari sekali yang hanya memperoleh panjang 30 cm pada 4

MST.

Menurut penelitian Pakaya dkk., (2013), Frekuensi penyiraman 1, 2, 3, dan 4 hari

sekali pada tanaman caisin, menunjukkan hasil terbaik pada 1 hari sekali terhadap

pertumbuhan tanaman caisin dengan tinggi tanaman pada umur 4 MST mencapai

9,95 cm, 5 MST mencapai 20,3 cm, dan umur 6 MST mencapai 30,8 cm, jumlah

daun pada umur 4 MST sebanyak 5,4 helai, 5 MST sebanyak 7 helai, dan umur 6

MST 8,5 helai, berat basah tanaman yang tertinggi mencapai 42,4 gram.

Menurut penelitian Wibowo (2012), pengaruh frekuensi penyiraman 1, 2, dan 4

hari sekali pada tanaman tomat menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1, 2

hari sekali menghasilkan produksi buah tomat, sedangkan penyiraman 4 kali

sehari memberikan hasil buah yang sedikit. Dapat disimpulkan bahawa semakin

sering frekuensi penyiraman diberikan tanaman akan cenderung mengalami

7

pertumbuhan vegetatif, sebaliknya semakin jarang frekuensi cenderung

mendorong pertumbuhan generatif.

Hasil penelitian Sriwijaya dan Haryanto (2005), frekuensi penyiraman 1 hari

sekali, 2 hari sekali, dan 3 hari sekali pada tanaman mentimun menunjukkan hasil

terbaik pada frekuensi penyiraman 1 hari sekali dengan bobot kering brangkasan

5,89 g dan terendah pada perlakuan frekuensi 3 hari sekali dengan bobot 4,07 g.

Berdasarkan penelitian Toyip (2011), bahwa penggunaan sistem frekuensi

penyiraman yaitu 1 hari sekali, 2 hari sekali, 3 hari sekali pada tanaman kangkung

mempengaruhi secara nyata terhadap lebar akar, bobot basah tajuk, bobot basah

akar, volume akar dan bobot kering tanaman. Terdapat hasil terbaik pada tinggi

tanaman, jumlah daun dan jumlah ruas batang dengan interval pemberian air 3

hari sekali.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian adalah:

1. Berbagai varietas mentimun memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.).

2. Frekuensi penyiraman dengan waktu yang berbeda memberikan pengaruh

yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Mentimun (Cucumis

sativus L.).

3. Terdapat interaksi antara berbagai varietas mentimun dan frekuensi

penyiraman yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

mentimun (Cucumis sativus L.).

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani tanaman mentimun

Dalam ilmu tumbuhan, mentimun (Cucumis sativus L.) menurut Manalu (2013),

diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi: Spermathophyta, Sub divisi:

Angiospermae, Kelas:Dycotyledonae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Genus: Cucumis, Spesies: Cucumis sativus L.

Mentimun memiliki sebutan yang berlainan di tiap-tiap daerah atau negara seperti

pada daerah jepang sendiri mentimun dikenal dengan sebutan (Kyuuri), di

wilayah indonesia mentimun juga memiliki nama daerah yang bermacam-macam,

pada daerah sunda mentimun dikenal dengan sebutan (bonteng), dan pada daerah

jawa dikenal dengan sebutan (timun) (Imdad dan Nawangsih, 2001).

Buah mentimun sering dimanfaatkan juga untuk kecantikan (sarana kosmetika),

menjaga kesehatan tubuh, atau mengobati berbagai macam penyakit. Kegunaan

mengkonsumsi buah mentimun, selain sebagai cita rasa makanan, juga

mengandung gizi yang cukup tinggi untuk kesehatan tubuh (Rukmana, 1994).

Kandungan gizi buah mentimun dapat dilihat pada Tabel 1.

9

Tanaman mentimun termasuk ke dalam jenis tanaman sayuran buah semusim

atau berumur pendek. Tanaman timun tumbuh merambat (menjalar) berbentuk

semak atau perdu, dan tinggi atau panjang tanaman dapat mencapai 2 meter atau

lebih, tumbuh baik ditempat yang lembab atau tempat kering yang subur (Imdad

dan Nawangsih, 2001).

Tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya

tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman 20 cm, sedangkan akar serabut tumbuh

ini tumbuh menyebar secara horizontal dan dangkal. Perakaran timun dapat

tumbuh dan berkembang baik pada tanah yang gembur (struktur tanah remah),

tanah mudah menyerap air, subur, dan kedalaman tanah (volume tanah yang

cukup). Akar tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi untuk

berdirinya tanaman dan penyerapan zat-zat hara dan air. Perakaran tanaman timun

tidak tahan terhadap genangan air (tanah becek) yang berkepanjangan (Manalu,

2013).

Batang mentimun lunak dan berair tetapi cukup kuat, berbentuk bulat pipih,

beruas-ruas, berbulu halus, bengkok dan berwarna hijau. Ruas batang memiliki

ukuran 7-10 cm dan berdiameter antara 10-15 mm. Diameter cabang anakan lebih

kecil dari batang utama. Fungsi batang selain sebagai tempat tumbuh daun dan

organ-organ lainya, adalah untuk jalan pengangkutan zat hara (makanan) dari akar

ke daun dan sebagai jalanya menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian

tubuh tanaman (Imdad dan Nawangsih, 2001).

10

Tabel 1. Komposisi Gizi Buah Mentimun

Komposisi Gizi Kandungan Gizi Komposisi Gizi

Energi (Kalori) 12,00 cal.*) 12,00 cal.*)

Protein 0,60 g 0,70 g

Lemak 0,20 g 0,10 g

Karbohidrat 2,40 g 2,70 g

Serat 0,50 g -

Kalsium 19,00 mg 10,00 mg

Zat Besi 0,40 mg 0,30 mg

Vitamin A 0 S.1 0 S.1

Vitamin B1 0,02 mg 0,02 mg

Vitamin B2 0,02 mg -

Vitamin C 10,00 mg 8,00 mg

Air - 96,10 mg

Keterangan :*) Direktorat Gizi Depkes R.I (1998),**) Food and Nurtition

Research Center, Manila (1964) Sumber: (Rukmana, 1994).

Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda, selain itu

daunya juga bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan

bercabang-cabang. Kedudukan daunnya tegak, daun terdiri dari tangkai daun,

helai daun,dan tulang-tulang daun, tangkai daun memiliki ukuran panjang, yakni

sekitar 24 cm, sedangkan helaian daun mempunyai ukuran cukup lebar ± 20 cm,

panjang juga sekitar ± 20 cm. Daun berwarna hijau muda hingga hijau gelap atau

tua, permukaan daunya berkerut. Daun tanaman merupakan bagian dari organ

tubuh yang berfungsi sebagai tempat asimilasi untuk pembentukan karbohidrat,

protein (ribosom), lemak dan lain-lain (Manalu, 2013).

11

Bunga mentimun berbentuk terompet dan berukuran kecil. Bunga memiliki

ukuran panjang 2-3 cm. Bunga terdiri dari tangkai bunga, kelopak, mahkota, dan

benang sari dan putik. Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau,

berbentuk ramping, kelopak terletak dibagian bawah pangkal bunga. Mahkota

bunga berjumlah 5-6 buah, berwarna kuning terang dan berbentuk bulat. Bunga

yang telah mekar berdiameter antara 30-35 mm (Manalu, 2013).

Bunga mentimun memliki jenis kelamin dominan monoceus, yaitu persentase

bunga jantan dan bunga betina hampir semua sama jumlahnya yang berdiri sendiri

dalam satu tanaman, akan tetapi pada dasarnya marga timun mempunyai 4

varietas jenis kelamin yaitu monoceus, gynoeceus, andromonoceus, dan

hermaproditus. Bunga betina mempunyai bakal buah (ovary) yang menonjol

berbentuk lonjong yang terletak dibawah kelopak bunga, sedangkan bunga jantan

tidak mempunyai bagian yang menonjol (bakal buah). Bila bakal buah

berkembang membesar menjadi buah maka kelopak bunga dan mahkota bunga

terdorong kedepan dan pada akhirnya akan menempel pada pucuk buah (Manalu,

2013).

Di dalam proses penyerbukan, tanaman timun mengadakan penyerbukan silang,

akan tetapi beberapa kultivar atau varietas dapat mengadakan penyerbukan sendiri

(hermaproditus). Persaingan ini dapat terjadi dengan bantuan serangga atau angin.

Bunga tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi sebagai alat

penyerbukan atau pembuahan, sehingga dapat dihasilkan biji-biji untuk

berkembang. Bunga yang telah diserbuki, 7-10 hari kemudian akan tumbuh

menjadi buah (Manalu, 2013).

12

Buah mentimun mempunyai bentuk yang beragam, yaitu panjang silindris, bulat

panjang, bulat pendek, dan bulat sedang, tergantung varietasnya. Pada beberapa

varietas, panjang buah dapat mencapai 45 cm, akan tetapi umunya buah

mempunyai ukuran panjang antara 8-25 cm, diameter juga bervariasi berkisar

antara 2,3-7 cm, berat buah juga beragam yaitu antara 90-1100 g (Manalu, 2013).

Buah terdiri atas kulit buah, daging buah, dan biji yang diselaputi lendir. Kulit

buah sangat tipis dan basah serta mempunyai warna yang beragam tergantung

varietasnya seperti hijau gelap, putih, putih kehijauan. Kulit buah berduri halus

yang tersebar tidak merata dibagian tengah buah. Daging buah berwarna putih dan

tebal, agak keras, bila dimakan renyah dan banyak mengandung air (Manalu,

2013).

Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih yang

diselaputi lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji dan tersusun

dalam jumlah yang banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan

tanaman atau pembiakan (Manalu, 2013).

Buah mentimun merupakan buah sejati tunggal yang terjadi dari perkembangan

bunga bentina yang telah mengalami penyerbukan dengan bunga jantan, Buah ini

muncul dari ketiak daun pada batang utama pada setiap ruas batang dan cabang-

cabang anakan yang keluar dari bagian batang utama. Buah ini merupakan bagian

dari tanaman yang dapat dikonsumsi, memiliki rasa segar sedikit manis. Buah

timun dapat langsung dimakan bersama kulit dan biji didalamnya (Manalu, 2013).

13

2.2. Syarat tumbuh Mentimun

Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan

optimum adalah pada iklim kering atau cukup mendapatkan sinar matahari. Iklim

yang dikehendaki tanaman mentimun adalah dengan temperature ( 21,1-26,7 )0C

dan tidak banyak hujan , ketinggian tempat 1-1000 m diatas permukaan laut,

curah hujan tahunan 800-1000 mm/tahun, Bulan basah (diatas 100 mm/bulan) : 5-

7 bulan, bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 4–6 bulan, suhu udara 1700C–230

0C, kelembapan sedang, penyinaran sedang tinggi, tanah (lempung), kedalaman

air tanah 50 cm–200 cm dari permukaan tanah (Manalu, 2013).

Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi, hal ini akan

mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk berguguran, sehingga gagal

membentuk buah. Demikian pula pada daerah yang temperatur siang dan malam

harinya berbeda sangat menyolok, hal ini memudahkan penyakit mudah

menyerang (Rukmana, 1994).

Pada dasarnya semua jenis tanah yang digunakan lahan pertanian, cocok pula

ditanami mentimun. Tanah yang sifat fisik, kimia, dan biologinya kurang baik

sering kali menghambat pertumbuhan mentimun, sehingga produksinya menurun

dan kualitasnya rendah. Meskipun demikian untuk mendapatkan produksi yang

tinggi dan kualitasnya baik tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur,

gembur, banyak mengandung humus, tidak menggenang dan tingkat keasamaan

berkisar 6-7 (Rukmana, 1994).

14

2.3. Varietas Mentimun

Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman,

pertumbuhan daun, bunga, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam

jenis yang sama. Pertumbuhan dan produksi tanaman selain dipengaruhi faktor

lingkungan seperti iklim dan tanah, juga dipengaruhi oleh faktor genetis (varietas

dari tanaman. Sebelum dilakukan penanaman yang harus diperhatikan adalah

varietas mentimun (Cucumis sativus L.) yang akan ditanam. Varietas yang

ditanam merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan usaha

peningkatan hasil mentimun. Setiap varietas mentimun mempunyai potensi

pertumbuhan yang berbeda (Sari, 2007).

Varietas atau kultivar mentimun unggul jumlahnya sangat banyak, masing-masing

penghasil benih memperkenalkannya dengan nama dan merk yang berlainan.

Negara penghasil benih mentimun unggul misalnya, Jepang, Belanda (Holand),

dan Taiwan. Meskipun demikian, dari semua kultivar yang ada, produk buah-

buahnya memiliki kemiripan atau malah dapat dikatakan sama. Kebanyakan

berbeda dalam hal ukuran panjang buah yang dihasilkan dan bentuk tumbuh

tanamannya (Imdad dan Nawangsih, 2001).

Dalam pemilihan varietas harus mempertimbangkan faktor-faktor yaitu: (a)

diminati oleh pasar, (b) produktivitas tinggi, (c) toleran terhadap serangan

organisme pengganggu tanaman (OPT), dan (d) sesuai dengan ekosistem

setempat. Selain bersertifikat ada beberapa parameter yang harus diperhatikan

yaitu pada kadar air maksimum yang mencapai (70%) pada kelas benih sebar dan

15

(60%) pada benih hibrida, kemurnian benih yang mencapai (98%) pada benih

sebar dan (99%) pada benih hibrida, kotoran benih maksimum yang mencapai

(2,0%) pada benih sebar dan (1,0%) pada benih hibrida, daya kecambah minimum

mencapai (75%) pada benih sebar dan (80%) pada benih hibrida (Moekasan dkk.,

2014).

Menurut Pardade (2014), Peningkatan produksi sayuran, selain diawali dengan

cara-cara budidaya yang baik dan berkelanjutan, pemilihan benih yang unggul

juga harus diperhatikan. Mentimun varietas Mercy F1 memiliki kenggulan: daya

tumbuh 80 %, yang mempunyai panjang buah 22-24 cm, berdiameter 6-7 cm

dengan bentuk yang seragam, warna buah hijau keputihan, rasa buah manis dan

segar atau tidak pahit, buah sedang dan langsing, toleran terhadap Anthraknosa,

bobot buah yang mencapai 300-350 gram, umur panen 36-38 hari setelah tanam,

potensi hasil 50-60 ton/ ha (Manalu, 2013).

Lebih lanjut PT Benih Citra Asia, menyatakan bahwa mentimun varietas Sukoi

memilik daya tumbuh 80- 90 % yang mempunyai panjang buah ± 20 cm, diameter

buah ± 4 cm, warna buah hijau, buah seragam, rasa buah tidak pahit, bobot buah

± 135 gram, umur panen 30-35 hari setelah tanam, potensi hasil panen 50 ton/ha,

sedangkan varietas Manora F1 yang diproduksi oleh PT. Andall Hasa Prima

mempunyai daya tumbuh 88 %, dengan panjang ± 19 cm, berdiameter ± 3, buah

berwarna hijau muda, bobot buah ± 124,77 gram, umur panen 29 – 31 hari setelah

tanam dengan potensi hasil 47 ton/ha.

16

2.4. Frekuensi Penyiraman

Air merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Kebutuhan air setiap tanaman berbeda. Kekurangan air merupakan salah

satu faktor abiotik yang dapat menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan

tanaman, khususnya pertumbuhan vegetatif akan mengalami hambatan. Hambatan

pertumbuhan vegetatif dapat berupa menurunnya laju pertumbuhan tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah daun maupun luas daun. Peningkatan ketahanan

tanaman terhadap kekeringan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan

produksi tanaman dan menciptakan pertanian yang berkelanjutan (Sarawa, 2009).

Menurut Manan (2002) peran air meningkat 75% apabila dikombinasikan dengan

faktor produksi lainnya seperti benih dan pupuk. Kelebihan air juga dapat

menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat terutama di daerah perakaran

dapat terjadi pembusukan akar. Oleh karena itu, pemberian air dengan volume dan

interval yang tepat perlu dilakukan untuk mencapai produksi tanaman yang

optimal.

Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting dan sangat erat kaitannya

dengan metabolisme tanaman. Evapotranspirasi merupakan peubah yang sangat

berkaitan dengan produksi tanaman, jika terjadi devisit air pada tanaman, maka

tanaman akan mengalami cekaman yang dapat menyebabkan terjadinya

penurunan produksi. Penurunan evapotranspirasi atau devisit evapotranspirasi

akan menyebabkan penurunan produksi bahan kering tanaman (Sulistyono dkk.,

2005). Jumlah kebutuhan air tanaman yaitu sejumlah air yang diperlukan oleh

17

tanaman untuk mengganti air yang hilang melalui transpirasi dan evaporasi yang

dikenal dengan evapotranspirasi (Hermanto dan Pusposutarjo, 2000). Kemampuan

tanaman untuk tetap survive dalam kondisi tercekam berkaitan dengan proses

fotosintesis karena fotosintesis sangat menentukan penampilan tanaman dalam

keadaan kekeringan (Pinheiro dan Chaves, 2011).

Sistem penyiraman adalah faktor penting dalam sistem distribusi air untuk

meningkatkan produksi tanaman. Frekuensi pemberian air harus diatur menurut

kebutuhan tanaman air untuk tanaman, kapasitas tanah menahan air, dan

kedalaman akar. Pada masa masa tumbuh pemberian air yang ringan tapi sering

pada umumnya diperlukan sekali karena kebutuhan untuk mempertahankan air

pada tanah untuk sistem akar yang relatif dangkal, dalam hal ini dapat

meningkatkan hasil panen yang memadai. Tanaman yang sedang tumbuh

menggunakan air terus-menerus, sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam.

Umur tanaman, dan keadaan atsmosfir yang semuanya faktor yang dapat

bervariasi. Air harus diberikan kepada tanah yang mempunyai sifat-sifat yang

berbeda-beda dalam mencukupi kebutuhan tanaman yang paling sesuai (Vaughn

dkk., 1984).

Penyiraman dengan interval waktu yang panjang dapat menghindari tanah di

pembibitan yang menjadi padat karena penyiraman yang sering dilakukan

(Haryati 2003). Penyiraman dengan interval waktu yang pendek dapat menghemat

pemakaian air serta menghindari tanaman dari kekurangan unsur hara karena

terjadinya pencucian pada penyiraman (Ichsan dkk., 2011).

18

Penyiraman juga berpengaruh buruk apabila terlalu sering dilakukan dan banyak

mengakibatkan kondisi tanah menjadi buruk, salah seperti: tanah menjadi padat,

unsur hara pada tanah berkurang dengan cepat akibat pencucian dan aerasi yang

buruk serta dapat menyebabkan tanah kekurangan oksigen (Ichsan dkk., 2011).

Waktu pemberian air sangat dipengaruhi oleh dimana dan kapan air diambil dari

tanah oleh akar-akar tanaman. Tanaman yang berakar dangkal akan membutuhkan

lebih sering pemberian air dari pada tanaman yang berakar dalam (Vaughn dkk.,

1984). Islami dan Utomo (1995), juga berpendapat bahwa pertumbuhan akar

sangat dipengaruhi oleh keadaan air tanah. Pada kadar air tanah yang kurang akar

akan tumbuh lebih panjang dan halus. Sedangkan pada kadar air tanah yang lebih

tinggi akan cendrung lebih pendek .

19

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro, dengan jenis tanah

Merah Kuning (Podzolik) dan ketinggian tempat 60 meter dari permukaan laut.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, golok, gunting,

pisau, ember, polybag, gelas ukur, bambu, plastik transparan, palu, paku, tali rafia,

keranjang plastik, meteran, mistar, jangka sorong, oven, selang air, timbangan

elektrik tipe Nagita LSC-3000, camera digital, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih mentimun varietas Mercy

F1, Sukoi, Manora F1, Air, tanah, pupuk kandang kambing, pupuk Urea, SP-36,

KCL, dan Insektisida, herbisida, fungisida, dan kertas label.

20

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap

(RAKL) berpola split plot. Sebagai petak utama adalah varietas mentimun (V)

yaitu varietas Mercy F1 (v1), varietas Sukoi (v2), varietas Manora F1 (v3). Sebagai

anak petak adalah frekuensi penyiraman (X) yang terdiri dari tiga taraf yaitu 1 hari

sekali (x1), 2 hari sekali (x2), 3 hari sekali (x3) dengan dosis air yang sama tiap

tanaman yaitu 1 liter. Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu : v1x1, v1x2,

v1x3, v2x1, v2x2, v2x3, dan v3x1, v3x2, v3x3, masing-masing diulang 3 kali sehingga

diperoleh 27 plot penelitian.

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan untuk melihat

kehomogenannya data diuji dengan uji Barlett dan ketidak akditifan data dengan

uji Tuckey yang selanjutnya dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf

signifikan 5%.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Penyiapan media tanam

Polybag diisi dengan media terdiri dari tanah top soil yang terlebih dahulu di

kering anginkan dicampur pupuk kandang kambing kering dengan perbandingan

volume tanah dan pupuk kandang kambing 2:1, kemudian dimasukan ke dalam

polybag berukuran 25 cm x 40 cm dilakukan sebelum tanam, jumlah plot

percobaan sebanyak 27, dan masing-masing satuan percobaan terdiri dari 10

polybag, sehingga terdapat 270 polybag dalam penelitian ini.

21

3.4.2. Pemasangan naungan

Pembuatan rumah plastik transparan dengan ketinggian bagian depan 3 m, bagian

belakang 2,75 m, panjang 9,50 m, lebar 7,50 m, dilakukan sebelum proses

penanaman dilakukan agar tidak mengganggu atau merusak tanaman yang telah

ditanam pada polybag. Pemasangan naungan ini bertujuan agar tanaman tidak

terkena air hujan sehingga tidak berpengaruh pada perlakuan frekuensi

penyiraman sebagai perlakuan.

3.4.3. Penanaman

Penanaman benih ke dalam polybag dilakukan pada sore hari dengan kedalaman 5

cm, satu polybag diberi 2 butir benih mentimun. Jarak antar baris polybag 10 cm

dan jarak dalam barisan polybag 10 cm, setelah tanaman berumur 5 hari dilakukan

penyulaman bagi tanaman yang tidak tumbuh dan dilakukan seleksi tanaman yang

pertumbuhannya kurang baik dipotong dan disisakan satu tanaman per lubang

tanaman.

3.4.4. Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu; 1 hari sekali, 2 hari sekali, 3

hari sekali dengan dosis 1 liter yang telah dihitung terlebih dahulu kebutuhan air

sesuai kapasitas lapang, dengan teknis penyiraman yaitu disiramkan langsung

secara perlahan pada permukaan media tanam sampai merata. Penentuan volume

penyiraman dilakukan dengan pengukuran kapasitas lapang. Menurut Hendriyani

dan Setiari (2009), Penentuan kapasitas lapang digunakan untuk penentuan

22

volume penyiraman air ke media tanam yaitu dengan cara media tanam dalam

polibag disiram air sampai menetes (jenuh). Kemudian didiamkan selama 3 hari

sampai tidak ada air yang menetes. Berat basah dan berat kering media ditimbang.

Berat basah ditimbang setelah tidak ada air yang menetes dalam polibag. Berat

kering ditimbang setelah media tanam (tanah) dioven pada suhu 1050C sampai di

peroleh berat konstan. Kapasitas lapang dihitung dengan rumus:

Keterangan :

W : Kapasitas Lapang

Tb : Berat Basah

Tk : Berat kering

Penghitungan kapasitas lapang didapatkan dengan cara sebagai berikut

Sampel Tanah Berat basah Berat kering

1 (1kg) 1248 g 612,4 g

2 (1kg) 1235 g 590,0 g

3 (1kg) 1166 g 620,0 g

Rata-rata 1216,33 g 607,46 g

, % = 100 ml/1 kg

W = 1000 ml/10kg

23

3.4.5. Pemasangan Turus Bambu (Ajir)

Pemasangan ajir (turus) dilakukan 5 hari setelah tanam agar tidak mengganggu

atau merusak perakaran mentimun, ajir yang digunakan terbuat dari bambu

dengan tinggi 200 cm. Pemasangan ajir adalah merambatkan tanaman,

memudahkan pemeliharaan, dan tempat menopang buah yang letaknya

bergelantungan. Pengikatan tanaman pada rambatanya juga perlu dilakukan untuk

tanaman merambat secara sempurna, pengikatan dilakukan untuk setiap batang

tumbuh sepanjang 25 cm sampai tanaman tersebut berbuah yang akan membantu

menopang buah yang ada.

3.4.6. Pemupukan

Pemupukan dasar diberikan 7 hari setelah tanam menggunakan pupuk SP-36 250

kg/ha (1,25 gram/tanaman), KCL 200 kg/ha (1 gram/tanaman), Urea 225 kg/ha

(1,25 gram/tanaman) yang diberikan dua kali yaitu pada 7 hari setelah tanam (0,56

gram/tanaman) dan pada 14 hari setelah tanam (0,56 gram/tanaman). Diberikan

pada setiap lubang tanam dengan cara di tugal.

3.4.7. Pemeliharaan

Pengendalian gulma dengan cara dicabut dilakukan seawal mungkin, yaitu sejak

umur 7 hari setelah tanam. Untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit

digunakan pestisida Antracol 70WP (2 g/l air) dan Metindo 40SP (1,5-2 g/l air)

dengan menggunakan alat hand sprayer 14 liter, yang kemudian diaplikasikan

pada tanaman yang terserang hama dan penyakit.

24

3.4.8. Panen

Panen tanaman mentimun dapat dipanen dengan selang waktu 3 hari yaitu pada

umur 33-47 hari setelah tanam, buah dipanen dipagi hari sebelum jam 9.00

dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Tanaman mentimun

yang dipanen yakni tanaman yang mempunyai ukuran besar, masih muda,

berwarna cerah, dan duri pada buah mentimun sudah menghilang.

3.5. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada lima tanaman sampel dari masing-masing perlakuan

dilakukan pada akhir penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang diamati

adalah:

1. Panjang Tanaman (cm)

Pengukuran panjang tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh

tertinggi. Pengukuran dilakukan 7 hari setelah tanam dengan selang waktu 1

minggu sekali mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, dan 28 hst.

2. Jumlah daun (helai)

Menghitung jumlah daun tanaman sampel dengan selang pengamatan 1

minggu sekali mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst, sedangkan daun yang

termasuk dalam pengamatan adalah daun pada batang utama.

25

3. Jumlah cabang

Menghitung jumlah cabang yang terbentuk pada setiap tanaman sampel

dengan selang pengamatan 1 minggu sekali mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28

hst, kemudian dirata-ratakan.

4. Umur panen

Umur panen dihitung mulai dari saat tanam sampai dilakukan panen pertama

kemudian dirata-ratakan dengan kriteria panen buah mempunyai ukuran

besar, masih muda, berwarna cerah, dan duri pada buah mentimun sudah

menghilang.

5. Jumlah buah per tanaman (buah)

Jumlah buah per tanaman sampel dihitung setiap kali panen sampai panen

sampai panen kelima kemudian dirata-ratakan.

6. Panjang buah per tanaman (cm)

Panjang buah diukur dengan cara mengambil seluruh buah pada tanaman

sampel kemudian diukur dari mulai dari pangkal buah sampai ujung buah

menggunakan meteran kemudian dirata-ratakan.

7. Diameter buah (cm)

Diameter buah diukur dengan cara mengambil seluruh buah pada tanaman

sampel kemudian diukur bagian tengah atau bagian terbesar pada buah

menggunakan jangka sorong kemudian dirata-ratakan.

26

8. Bobot buah pertanaman (gram)

Bobot buah di hitung dengan cara menimbang seluruh buah pada tanaman

sampel setiap kali panen sampai panen selesai kemudian dirata-ratakan.

9. Hasil per plot (kg)

Bobot buah dihitung dengan cara menimbang seluruh buah per plot setiap

panen sampai panen selesai.

10. Bobot tajuk kering (gram)

Bobot tajuk kering diukur pada akhir penelitian, yaitu dengan menimbang

seluruh bagian tanaman mentimun setelah dikeringkan di terik matahari

sampai kering konstan sehingga diperoleh bobot kering tanaman.

11. Bobot kering akar (gram)

Bobot kering akar diukur pada akhir penelitian, yaitu akar dipotong mulai

leher akar ke ujung akar kemudian dikeringkan di terik matahari sampai

kering konstan sehingga diperoleh bobot kering akar.

12. Rasio tajuk akar

Rasio tajuk akar merupakan perbandingan antara bobot kering tunas dengan

bobot kering akar setelah dikeringkan di terik matahari sampai kering

konstan.

13. Asumsi hasil per hektar

Asumsi hasil per hektar dihitung dengan menggunakan rumus

Hasil/Hektar = 10.000 m2 x Hasil Per tanaman

10 x 10 cm

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan

4.1.1. Panjang Tanaman Mentimun (cm)

Data pengamatan panjang tanaman umur 7, 14, 21, dan 28 hst disajikan dalam

(Lampiran 9, 10, 11, dan 12). Hasil analisis ragam panjang tanaman umur 28 hst

(Lampiran 13) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda

memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan

pengaruh yang nyata terhadap panjang tanaman dan tidak terdapat interaksi antara

kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT panjang tanaman umur 28 hst

disajikan pada (Tabel 2).

Tabel 2. Panjang tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi

penyiraman umur 28 hst.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-------------------------cm-----------------------

Varietas Mercy F1 169,60 151,53 148,47 156,53

Varietas Sukoi 166,20 150,87 140,87 152,64

Varietas Manora F1 171,33 160,20 151,27 160,93

Rata-rata 169,04 b 154,20 a 146,87 a

BNT X= 14,70

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

28

Hasil uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali

meningkatkan panjang tanaman lebih baik 9,62% dan 15,09% dibandingkan

frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

Data variabel pengamatan panjang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst

dalam lampiran 9, 10, 11, dan 12 disajikan dalam (Gambar 1).

Gambar 1. Panjang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst akibat pengaruh

frekuensi penyiraman.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

7 14 21 28

Pan

jan

g T

an

am

an

(cm

)

Hari pengamatan (hst)

x1

x2

x3

29

Gambar 1. Menunjukkan grafik pertumbuhan panjang tanaman pada saat 7 hst

sampai 28 hst. Pada pengamatan 7 hst sampai 21 hst pertumbuhan panjang

tanaman terlihat meningkat tetapi belum terlihat bervariasi dan pada pengamatan

28 hst menjelang panen terlihat panjang tanaman yang bervariasi.

4.1.2. Jumlah Daun Tanaman Mentimun (helai)

Data pengamatan jumlah daun umur 7, 14, 21, dan 28 hst disajikan pada

(Lampiran 14, 15, 16, dan 17). Hasil analisis ragam jumlah daun umur 28 hst

(Lampiran 18) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda

memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan

pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun dan tidak terdapat interaksi antara

kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT jumlah daun umur 28 hst disajikan

pada (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah daun tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi

penyiraman umur 28 hst.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-------------------------helai-----------------------

Varietas Mercy F1 15,40 14,40 14,20 14,67

Varietas Sukoi 14,47 14,60 13,47 14,18

Varietas Manora F1 13,93 13,73 12,93 13,53

Rata-rata 14,60 b 14,24 b 13,53 a

BNT X = 0,69

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

30

Hasil uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali

dan 2 hari sekali meningkatkan jumlah daun yang sama, tetapi lebih baik 7,90%

dan 5,24% dibandingkan frekuensi penyiraman 3 hari sekali.

Data variabel pengamatan jumlah daun tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28

hst dalam lampiran 14, 15, 16, dan 17 disajikan dalam (Gambar 2).

Gambar 2. Jumlah daun tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst akibat

pengaruh frekuensi penyiraman.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

7 14 21 28

Ju

mla

h d

au

n (

hel

ai)

Hari pengamatan (hst)

x1

x2

x3

31

Gambar 2. Menunjukkan grafik jumlah daun pada saat berumur 7 hst sampai 28

hst. Pada pengamatan 7 hst sampai 14 hst pertumbuhan jumlah daun terlihat

meningkat tetapi belum bervariasi dan pada pengamatan 21 hst sampai 28 hst

menjelang panen terlihat jumlah daun yang bervariasi.

4.1.3. Jumlah Cabang Tanaman Mentimun

Data pengamatan jumlah cabang umur 21 dan 28 hst disajikan pada (Lampiran 19

dan 20). Hasil analisis ragam jumlah cabang umur 28 hst (Lampiran 21)

menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda memberikan pengaruh

tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata

terhadap jumlah cabang dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan

tersebut. Hasil uji BNT jumlah cabang umur 28 hst disajikan pada (Tabel 4).

Tabel 4. Jumlah cabang tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman umur 28 hst.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------cabang---------------------

Varietas Mercy F1 5,33 4,73 4,40 4,82

Varietas Sukoi 4,47 4,33 3,80 4,20

Varietas Manora F1 4,33 3,87 3,73 3,98

Rata-rata 4,71 b 4,31 ab 3,98 a

BNT X = 0,55

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali

meningkatkan jumlah cabang lebih baik 18,09% dibandingkan frekuensi

penyiraman 3 hari sekali.

32

Data variabel pengamatan jumlah cabang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan

28 hst dalam lampiran 19, 20, 21, dan 22 disajikan dalam (Gambar 3).

Gambar 3. Jumlah cabang tanaman mentimun umur 7, 14, 21, dan 28 hst akibat

pengaruh frekuensi penyiraman.

Gambar 3. Menunjukkan grafik pertumbuhan jumlah cabang dari 7 hst sampai 28

hst. Pada umur 7 hst sampai 14 hst belum terlihat jumlah cabang muncul dan

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

7 14 21 28

Ju

mla

h c

ab

an

g

Hari pengamatan (hst)

x1

x2

x3

33

meningkat. Pada pengamatan 21 hst sampai akhir pengamatan 28 hst jumlah

cabang terlihat meningkat dan bervariasi.

4.1.4. Umur Panen

Data pengamatan umur panen disajikan pada (Lampiran 24). Hasil analisis ragam

umur panen (Lampiran 25) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang

berbeda dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata terhadap

umur panen tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut.

Hasil uji BNT umur panen disajikan pada (Tabel 5).

Tabel 5. Umur panen tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi

penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------hst---------------------

Varietas Mercy F1 35,00 35,00 35,00 35,00 C

Varietas Sukoi 34,67 34,00 34,00 34,22 B

Varietas Manora F1 33,33 33,00 33,00 33,11 A

Rata-rata 34,33 b 34,00 a 34,00 a

BNT V= 0,31 BNT X= 0,28

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa penggunaan varietas Mercy F1

memberikan umur panen lebih lama 2,28% dan 5,71% dibandingkan dengan

varietas Sukoi dan varietas Manora F1.

Frekuensi Penyiraman 1 hari sekali memberikan umur panen lebih lama 0,97%

dan 0,97% dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

34

4.1.5. Jumlah Buah Tanaman Mentimun

Data pengamatan pengamatan jumlah buah disajikan pada (Lampiran 28). Hasil

analisis ragam jumlah buah (Lampiran 29) menunjukkan bahwa penggunaan

varietas yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata, tetapi frekuensi

penyiraman dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut memberikan

pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah. Hasil uji BNT jumlah buah disajikan

pada (Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan frekuensi

penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X)

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------buah---------------------

Varietas Mercy F1 9,27 B

c

7,53 A

b

5,13 A

a

Varietas Sukoi 7,73 A

c

6,53 A

b

5,13 A

a

Varietas Manora F1 7,47 A

c

6,67 A

b

5,73 A

a

BNT X dalam level V yang sama = 0,87

BNT V dalam level X yang sama = 1,26

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah

vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut

uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa varietas Mercy F1 pada frekuensi

penyiraman 1 hari sekali meningkatkan jumlah buah lebih baik 19,92% dan

24,10% dibandingkan varietas Sukoi dan varietas Manora F1. Penggunaan

varietas yang berbeda menunjukkan jumlah buah yang sama pada frekuensi

penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

35

Frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada penggunaan varietas yang berbeda

meningkatkan jumlah buah lebih baik 23,11% dan 80,70% pada varietas Mercy

F1, 18,38% dan 50,68% pada varietas Sukoi, 11,99% dan 30,37% pada varietas

Manora F1 dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

4.1.6. Panjang Buah Tanaman Mentimun (cm)

Data pengamatan panjang buah disajikan pada (Lampiran 30). Hasil analisis

ragam panjang buah (Lampiran 31) menunjukkan bahwa pengguanaan varietas

yang berbeda dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh yang nyata

terhadap panjang buah, tetapi interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut

memberikan pengaruh tidak yang nyata terhadap panjang buah. Hasil uji BNT

panjang buah disajikan pada (Tabel 7).

Tabel 7. Panjang buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------cm---------------------

Varietas Mercy F1 19,14 18,53 17,57 18,42 B

Varietas Sukoi 19,62 18,34 17,21 18,39 B

Varietas Manora F1 18,46 17,15 16,06 17,23 A

Rata-rata 19,08 c 18,01 b 16,95 a

BNT V = 0,41 BNT X = 0,47

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa penggunaan varietas Mercy F1 dan

Sukoi menunjukkan panjang buah yang sama, tetapi lebih baik 6,91% dan 6,73%,

dibandingkan varietas Manora F1.

36

Frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan panjang buah lebih baik 5,94%

dan 12,57% dibandingkan penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

4.1.7. Diameter Buah Tanaman Mentimun (cm)

Data pengamatan diameter buah disajikan pada (Lampiran 32). Hasil analisis

ragam diameter buah (Lampiran 33) menunjukkan bahwa penggunaan varietas

yang berbeda dan frekuensi penyiraman serta interaksi antara kedua perlakuan

tersebut memberikan pengaruh tidak nyata terhadap diameter buah. Hasil uji BNT

diameter buah disajikan pada (Tabel 8).

Tabel 8. Diameter buah tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------cm---------------------

Varietas Mercy F1 3,89 3,81 3,86 3,86

Varietas Sukoi 3,97 3,98 3,78 3,91

Varietas Manora F1 3,99 3,85 3,86 3,90

Rata-rata 3,95 3,88 3,83

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukan bahwa baik penggunaan varietas yang

berbeda, frekuensi penyiraman dan interaksi antara kedua perlakuan tersebut tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter buah.

4.1.8. Bobot Buah per Tanaman (gram)

Data pengamatan bobot buah per tanaman disajikan pada (Lampiran 34). Hasil

analisis ragam bobot buah per tanaman (Lampiran 35) menunjukkan penggunaan

37

varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman serta interaksi antara kedua

faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah

per tanaman. Hasil uji BNT bobot buah per tanaman disajikan pada (Tabel 9).

Tabel 9. Bobot buah per tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X)

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------gram---------------------

Varietas Mercy F1 409,77 C

c

296,41 B

b

179,13 A

a

Varietas Sukoi 358,00 B

c

258,58 AB

b

180,91 A

a

Varietas Manora F1 296,29 A

c

231,90 A

b

174,18 A

a

BNT X dalam level V yang sama = 34,18

BNT V dalam level X yang sama = 48,00

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah

vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut

uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 9) menunjukkan bahwa penggunaan varietas Mercy F1 pada

frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan bobot per tanaman lebih baik

14,46% dan 38,30% dibandingkan varietas Sukoi dan varietas Manora F1.

Varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil

yang lebih baik 27,82% dibandingkan varietas Manora F1. Pengunaan varietas

yang berbeda menunjukkan hasil yang sama pada frekuensi penyiraman 3 hari

sekali.

Frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada varietas yang berbeda menunjukkan

bobot buah per tanaman lebih baik 38,24% dan 128,76% pada varietas Mercy F1,

38

38,45% dan 97,89% pada varietas Sukoi, 27,77% dan 70,11% pada varietas

Manora F1 di bandingkan dengan penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

4.1.9. Hasil per Plot (kg)

Data pengamatan hasil per plot disajikan pada (Lampiran 36). Hasil analisis

ragam hasil per plot (Lampiran 37) menunjukkan penggunaan varietas yang

berbeda, frekuensi penyiraman dan interaksi antara kedua faktor perlakuan

tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil per plot. Hasil uji BNT

hasil per plot disajikan pada (Tabel 10).

Tabel 10. Hasil per plot tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X)

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------kg---------------------

Varietas Mercy F1 16,23 C

c

12,67 C

b

8,90 B

a

Varietas Sukoi 14,27 B

c

10,93 B

b

8,07 AB

a

Varietas Manora F1 11,80 A

c

9,33 A

b

7,60 A

a

BNT X dalam level V yang sama = 0,11

BNT V dalam level X yang sama = 0,19

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah

vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut

uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 10) menunjukkan bahwa varietas Mercy F1 pada frekuensi

penyiraman 1 hari sekali dan 2 hari sekali meningkatkan hasil per plot lebih baik

13,74% dan 37,54%, 15,92% dan 35,80% dibandingkan dengan varietas Sukoi

dan varietas Manora F1. Varietas Mercy F1 pada frekuensi penyiraman 3 hari

39

sekali menunjukkan hasil per plot lebih baik 17,11% dibandingkan varietas

Manora F1.

Frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada penggunaan varietas yang berbeda

meningkatkan hasil per plot lebih baik 28,10% dan 82,36% pada varietas Mercy

F1, 30,56% dan 76,83% pada varietas Sukoi, 26,47% dan 55,26% pada varietas

Manora F1 dibandingkan dengan penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

4.1.10. Bobot Tajuk Kering (gram)

Data pengamatan bobot tajuk kering disajikan pada (Lampiran 40). Hasil analisis

ragam bobot tajuk kering (Lampiran 41) menunjukkan penggunaan varietas yang

berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman

memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot tajuk kering dan tidak terdapat

interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT bobot tajuk kering

disajikan pada (Tabel 11).

Tabel 11. Bobot tajuk kering tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------gram---------------------

Varietas Mercy F1 98,48 92,69 81,96 91,04

Varietas Sukoi 97,51 87,95 82,23 89,23

Varietas Manora F1 91,34 88,17 82,80 87,44

Rata-rata 95,78 c 89,60 b 82,33 a

BNT X = 4,18

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

40

Hasil uji BNT (Tabel 11) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali

meningkatkan bobot tajuk kering lebih baik 6,90% dan 16,34% dibandingkan

dengan frekuensi penyiraman dengan selang waktu 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

4.1.11. Bobot Kering Akar (gram)

Data pengamatan bobot kering akar disajikan pada (Lampiran 44). Hasil analisis

ragam bobot kering akar (Lampiran 45) menunjukkan bahwa penggunaan varietas

yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman

memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar mentimun dan tidak

terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT bobot

kering akar disajikan pada (Tabel 12).

Tabel 12. Bobot kering akar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------gram---------------------

Varietas Mercy F1 1,58 1,10 0,95 1,21

Varietas Sukoi 1,88 1,23 1,02 1,38

Varietas Manora F1 2,11 1,11 0,89 1,37

Rata-rata 1,85 c 1,15 b 0,95 a

BNT X = 0,36

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 12) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman 1 hari sekali

meningkatkan bobot kering akar lebih baik 60,87% dan 94,74% dibandingkan

dengan frekuensi penyiraman dengan selang waktu 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

41

4.1.12. Asumsi Hasil per Hektar (ton)

Data pengamatan asumsi hasil per hektar disajikan pada (Lampiran 48). Hasil

analisis ragam asumsi hasil per hektar (Lampiran 49) menunujukkan bahwa

penggunaan varietas yang berbeda dan frekuensi penyiraman serta interaksi antara

kedua faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap

asumsi hasil per hektar. Hasil uji BNT asumsi hasil per hektar disajikan pada

(Tabel 13).

Tabel 13. Asumsi hasil per hektar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas

dan frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X)

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

-----------------------ton---------------------

Varietas Mercy F1 33,00 C

c

23,67 B

b

14,00 A

a

Varietas Sukoi 28,67 B

c

20,67 AB

b

14,33 A

a

Varietas Manora F1 23,33 A

c

18,33 A

b

13,67 A

a

BNT X dalam level V yang sama = 0,27

BNT V dalam level X yang sama = 0,40

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama (huruf besar arah

vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata menurut

uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 13) menunjukkan bahwa varietas Mercy F1 pada frekuensi

penyiraman 1 hari sekali meningkatkan asumsi hasil per hektar lebih baik 15,10%

dan 41,45% dibandingkan varietas Sukoi dan Manora F1. varietas Mercy F1 pada

frekuensi penyiraman 2 hari sekali meningkatkan hasil per hektar lebih baik

29,13% dibandingkan varietas Manora F1. Penggunaan berbagai varietas

menunjukkan hasil yang sama pada frekuensi penyiraman 3 hari sekali.

42

Frekuensi penyiraman 1 hari sekali meningkatkan asumsi hasil per hektar lebih

baik 39,42% dan 135,71% pada varietas Mercy F1, 38,70% dan 100,07% pada

varietas Sukoi, 27,28% dan 70,67% pada varietas Manora F1 dibandingkan

frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali

4.1.13. Rasio Tajuk Akar

Data pengamatan rasio tajuk akar disajikan pada (Lampiran 52). Hasil analisis

ragam rasio tajuk akar (Lampiran 53) menunjukkan penggunaan varietas yang

berbeda memberikan pengaruh tidak nyata, tetapi frekuensi penyiraman

memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasio tajuk akar mentimun dan tidak

terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut. Hasil uji BNT rasio

tajuk akar disajikan pada (Tabel 14).

Tabel 14. Rasio tajuk akar tanaman mentimun akibat perbedaan varietas dan

frekuensi penyiraman.

Penggunaan Frekuensi Penyiraman (X) Rata-rata

Varietas (V) 1 hari sekali 2 hari sekali 3 hari sekali

Varietas Mercy F1 66,52 84,34 87,14 79,33

Varietas Sukoi 51,98 74,82 91,54 72,78

Varietas Manora F1 50,82 80,80 95,14 75,59

Rata-rata 56,44 a 79,98 b 91,27 b

BNT X= 17,74

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata

menurut uji BNT 5%.

Hasil uji BNT (Tabel 14) menunjukkan bahwa frekuensi 3 hari sekali dan 2 hari

sekali meningkatkan rasio tajuk akar lebih baik 61,71% dan 41,71% dibandingkan

dengan frekuensi penyiraman 1 hari sekali.

43

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda

memberikan perbedaan yang nyata, yang didukung oleh peubah umur panen,

panjang buah, bobot per tanaman, hasil per plot, asumsi per hektar. Pada varietas

Mercy F1 menunjukkan hasil terbaik dibandingkan varietas Sukoi dan Manora F1,

tetapi pada peubah umur panen, memtimun varietas Mercy F1 menunjukkan umur

panen yang relatif lama di bandingkan varietas Sukoi dan Manora F1. Hal ini

diduga semua varietas memiliki kemampuan untuk memberikan pertumbuhan dan

hasil yang berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat Syarif dkk., (2010)

menyatakan bahwa penggunaan varietas yang berbeda menghasilkan hasil

panen/produksi dan karakter buah yang berbeda. Hal itu karena setiap varietas

memiliki sifat genetik yang berbeda. Perbedaan sifat genetik antara beberapa

varietas menyebabkan tanaman memberikan respon yang berbeda terhadap

lingkungannya. Masing-masing varietas memiliki karakteristik yang berbeda,

yang disebabkan oleh adanya perbedaan sifat genetik pada masing-masing

tanaman.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bahri (2011) bahwa pertumbuhan

dan hasil mentimun dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, varietas Mercy F1

memberikan efek lebih baik terhadap komponen hasil dan hasil yaitu jumlah buah

per tanaman, panjang buah, berat setiap buah, berat buah per tanaman, dan

produktivitas mentimun. Rata-rata produktivitas Mercy F1 adalah 58.73 t/ha.

44

Penggunaan varietas yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,

yang didukung oleh peubah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang,

jumlah buah per tanaman, diameter buah, bobot tajuk kering, bobot kering akar,

dan rasio tajuk akar. Varietas Mercy F1 menunjukkan rata-rata hasil yang lebih

baik pada peubah jumlah daun, jumlah cabang, bobot tajuk kering, dan rasio tajuk

akar, pada varietas Sukoi juga menunjukkan hasil lebih baik yang ditunjukan oleh

peubah diameter buah dan bobot kering akar, sedangkan pada varietas Manora F1

menunjukan hasil yang lebih baik yang ditunjukan pada peubah panjang tanaman,

jumlah buah per tanaman. Hal ini diduga kurangnya kemampuan setiap varietas

beradaptasi pada lingkungan setempat sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan

hasil tanaman.

Kurangnya adaptasi dari setiap varietas pada lingkungan setempat adalah sebagai

respons dari tekanan-tekanan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Jumini

dkk., (2008) bahwa pertumbuhan dan produksi yang tinggi pada setiap varietas

disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap lingkungan yang sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman tersebut. Menurut penelitian

Simanulang dkk., (2012) menunjukkan bahwa penggunaan varietas yang berbeda

belum menunjukkan perbedaan yang nyata pada peubah jumlah cabang. Varietas

Mercy F1 memberikan rata-rata jumlah cabang 5,00 dan varietas Harmony

memberikan rata-rata jumlah cabang 5,00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman yang berbeda

memberikan perbedaan yang nyata, yang didukung oleh peubah panjang tanaman,

jumlah daun, jumlah cabang, umur panen, jumlah buah, panjang buah, bobot buah

45

per tanaman, hasil per plot, bobot tajuk akar, bobot kering akar, asumsi hasil per

hektar, dan rasio tunas akar. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali menunjukkan

hasil lebih baik dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali.

Hal ini diduga frekuensi penyiraman 1 hari sekali dapat menjaga air tidak terlalu

tergenang dan kemungkinan kebutuhan air pada kondisi tersebut optimal, hingga

berpengaruh terhadap pembelahan sel-sel tanaman dan transport hara dari tanah ke

tanaman. Semakin baik tanah dalam melakukan transport hara, kebutuhan akan

hara juga akan semakin tercukupi, sehingga tanaman mampu memberikan

pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat

Harjadi (1996), bahwa air adalah komponen utama dalam tanaman, merupakan

salah satu unsur utama yang dibutuhkan pertumbuhan, karena air berfungsi

sebagai penyusun utama jaringan, proses fotosintesis, dan pembelahan sel-sel

tanaman, sehingga tanaman mampu memberikan pertumbuhan dan hasil yang

baik.

Penyiraman yang semakin sering diberikan memberikan pengaruh yang lebih baik

bagi tanaman. Nurlaili (2009) menyatakan bahwa pemberian air setiap hari

dengan dosis yang sama memberikan hasil terbaik, karena pemenuhan kebutuhan

air untuk digunakan dalam pertumbuhan dan pengeluaran air yang selanjutnya

merangsang pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang, akar lebih

panjang dan daun lebih lebar. Semakin diperjarang periode pemberian air terhadap

tanaman, maka air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara

keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Junita dkk., (2001)

bahwa frekuensi penyiraman 1 hari mampu menghasilkan pakchoi berberat segar

46

173,84 gram lebih berat dibandingkan frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan

rata-rata berat segar 118,71 g, dan 69,54 g berat segar pada frekuensi penyiraman

3 hari sekali.

Namun frekuensi penyiraman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap

peubah diameter buah. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali memeberikan hasil

rata-rata diameter buah 3,95 cm lebih baik dari perlakuan frekuensi penyiraman 2

hari sekali dengan rata-rata diameter buah 3,88 cm dan 3,83 pada frekuensi

penyiraman 3 hari sekali. Hal ini diduga kurang tersedianya air tanah

menyebabkan pertumbuhan terhambat, karena zat-zat yang dihasilkan tidak

terdistribusi merata, sehingga berpengaruh terhadap kandungan unsur hara pada

tanaman untuk perkembangan buah. Menurut penelitian Sriwijaya dan Hariyanto

(2005) frekuensi penyiraman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi

frekuensi penyiraman 1 hari sekali memberikkan rata-rata diameter buah lebih

baik 3,76 mm dari pada frekuensi penyiraman 2 hari sekali dengan rata-rata 3,69

mm dan 3,12 mm.

Terdapat interaksi antara penggunaan varietas yang berbeda dan frekuensi

penyiraman yang ditunjukkan pada peubah jumlah buah, bobot per tanaman, hasil

per plot, dan asumsi hasil per hektar. Hal ini diduga karena semua varietas

memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dan pada frekuensi penyiraman 1 hari

sekali dapat memberikan ketersediaan air yang cukup dibandingkan frekuensi

penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali. Sehingga proses fotosintesis yang

menghasilkan fotosintat untuk perkembangan buah dapat terpenuhi. Hal ini

sejalan dengan pendapat Sriwijaya dan Haryanto (2005), bahwa ketersediaan air

47

yang cukup selama pertumbuhan akan digunakan secara optimal pada proses

fotosintesis dan menghasilkan substansi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan

pertumbuhan tanaman maupun ditranslokasikan untuk pertumbuhan generatif,

sehingga tanaman memberikan hasil yang optimal. Budianto (1984)

menambahkan, bahwa tanaman yang mengalami kekurangan air stomatanya

menutup lebih awal untuk mengalami kehilangan air, tetapi penutupan stomata

juga menghambat jalan masuknya CO2 sehingga fotosintesis berkurang. Laju

fotosintesa berkurang menyebabkan hasil fotosintat berkurang sehingga

menghambat produksi tanaman.

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan varietas Mercy F1 memberikan hasil terbaik dibandingkan

dengan varietas Sukoi dan varietas Manora F1, yang didukung oleh peubah

panjang buah, bobot per tanaman, hasil per plot, asumsi per hektar.

2. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali memberikan hasil terbaik dibandingkan

frekuensi penyiraman 2 hari sekali dan 3 hari sekali, yang didukung oleh

peubah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, umur panen, jumlah

buah, panjang buah, bobot buah per tanaman, hasil per plot, bobot tajuk akar,

bobot kering akar, asumsi hasil per hektar, dan rasio tunas akar.

3. Terdapat interaksi antara frekuensi penyiraman 1 hari sekali pada varietas

Mercy F1 cukup baik dan lebih meningkatkan, yang didukung oleh peubah

jumlah buah, bobot per tanaman, bobot per plot, dan asumsi hasil per hektar.

49

5.2. Saran

Disarankan dalam budidaya tanaman mentimun varietas yang digunakan adalah

varietas Mercy F1 dengan frekuensi penyiraman 1 hari sekali dan melakukan

penelitian lebih lanjut tentang penggunaan varietas mentimun dan frekuensi

penyiraman agar pembaca mendapat informasi lebih lanjut dalam meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun.

50

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. 2011. Efek Varietas dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Komponen

Hasil dan Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.). INNOFARM : Jurnal

Inovasi Pertanian Vol.10, No.1, Mei 2011 (89-102).

BPS. 2014. Biro Pusat Statistik Konsumsi Pangan. Biro Pusat Statistik.

Budianto, U.F.1984. Pengaruh Tekanan Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Beberapa Varietas Kedelai Pada Tanah Grumosol Lombok

Tengah. Thesis Magister Sains Fak. Pasca Sarjana IPB.

Cahyono, B. 2003. Timun. Aneka Ilmu. Semrang. Hlm 3, 4, 8, 10, dan 27.

Desmarina, R; Adiwirman; dan Widodo, D.W. 2009. Respon Tanaman Tomat

Terhadap Frekuensi Dan Taraf Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan

Perkembangan Tanaman Tomat. Makalah Seminar Departemen Agronomi

dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Fauzi, A.R. 2011. Pengaruh Penyiraman dan Dosisi Pemupukan terhadap

Pertumbuhan Kangkung (Ipomea reptans) pada Komposisi Media Tanah

dan Pasir. Fakultas pertanian Universitas Udayana. Jurnal AGROTOP 4(2)

hal 104-111. Bali. http//Jurnal.Agrotop.Article/ojs.unud.ac.id.

Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hendriyani, S. dan Setiari, N. ( 009). Pengaruh Klorofil dan Pertumbuhan

Kacang Panjang (Vigna sinesis) pada tingkat Penyediaan Air yang

Berbeda. Artikel Penelitian. FPMIPA. Universitas Diponegoro.

Herjadi. 1996. Pengantar Agronomi Gramedia Pustaka. Jakarta. 89 hlm.

Hermanto, Pusposutarjo, 2000. Pemodelan pertumbuhan dan pemakaian air

tanaman palawija di lahan kering. Buletin Keteknikan Pertanian (14): 2.

51

Ichsan, C.N., E, Nurami., Saljuna. 2011. Respon Aplikasi Dosis Kompos dan

Interval Penyiraman pada Pertumbuhan BIbit kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Jurnal.Unsyiah.ac.id/Agrista/article/view/292.Vol. 16 No. 2, 2012. Hal 94-

106.

Imdad, H.P. dan A.A, Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya.

Jakarta. 2001. Hal 65-103.

Islami, T dan W. utomo. 1995. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. IKIP

semarang Press. Semarang.

Junita, F., S, Muhartini., D, Kastono. 2001. Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan

Takaran Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi.

Yogyakarta. Ilmu Pertanian. Vol. No. 1. 2002: 37-45. Diakses pada 31

Oktober 2016.

Makmur, A. 1988. Pengantar Pemuliaan Tanaman Hortikultura. Institut

Pertanian Bogor. PT. Nina Aksara, Jakarta. Jurnal Inovasi Pertanian Vol.10,

No.1, Mei 2011 (89-102).

Manalu, B. 2013. Jurus Sempurna Sukses Bertanam Mentimun Dari Nol Sampai

Panen. Penerbit ARC Media. Jakarta. 79 hal.

Manan, Hilman. 2002. “Pengelolaan Air yang Optimal untuk Menunjang

Ketahanan Pangan Nasional”. Makalah pada Pertemuan Regional Operasi

dan Pemeliharaan Pengairan, 2 – 3 Oktober 2002, Gorontalo

Moekasan T.K., P. Laksminiwati. A., Witono., D.P. Herman. 2004. Panduan

Praktis Budidaya Mentimun Berdasarkan Konsep Pengendalian Hama

Terpadu. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 60 hal.

Nurlaili, 2009. Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air

Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.)

dalam Polibag. Jurnal Penelitian. Universitas Baturaja. Pdf. Diakses pada

28 Oktober 2016.

Pakaya, N., N. Musa., F. Zakaria. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Caisin

(Brassica chinensis L.) Berdasarkan Interval Waktu Pemberian Air.

Gorontalo. Hal 10. http://Kim.ung.ac.id/article. Di akses pada 10 April

2016.

Pardede, G. 2014. Kata Sambutan Budidaya Mentimun. Managing Director PT

EAST WEST SEED INDONESIA. Purwakarta. Hal 7.

Pinheiro C, Chaves MM. 2011. Photosynthesis and drought: can we make

metabolic connection from available data. J. Exp. Bot. 62: 869-882.

52

PT. Benih Citra Asia. 2015. Varietas Sukoi. Jember. Jawa Timur.

PT. East West Seed Indonesia. 2015. Varietas Mercy F1. Cap Panah Merah.

Purwakarta. Jawa Barat.

PT. Andall Hasa Prima 2015. Varietas Manora F1. Jalan Raya Hajimena No. 6.

Pemanggilan. Natar. Lampung Selatan.

Rukmana, R. 1994. Budidya Mentimun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 68 hal

Sarawa. 2009. Fisiologi Tanaman : Pendekatan Praktis. Unhalu Press.

http://Foperta.uho.ac.id.2014-2-02-Sarawa. Jurnal agroteknos Juli 2014.

Vol. 4 No. 2. Hal 78-86. Diakses pada 2 januari 2016.

Sari. 2007. Respon Dua Varietas Mentimun (Cucumic sativus L.) Terhadap Pupuk

Agrodkye Berbagai Tingkat Dosis. Sekolah Tinggi Pertanian Dharma

Wacana Metro. Hal 10-12

Septiyaning, I. 2011. Kemarau Hasil Panen Mentimun Menyusut.

http://www.solopos.com/2011/karanganyar/kemarau-hasil-panen-

mentimun-menyusut-116147. SoloPos. Solo. Diakses pada 17 April 2016.

Simanullang, V., M.B. Bangun., H. Setiado. 2012. Respon Pertumbuhan

Beberapa Varietas Timun (Cucumis sativus L. ) terhadap Pemberian Pupuk

Organik. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337 - 6597

Vol .2, No.2 : 680-890, Maret 2014.

Simatupang R.S., Mawardi., E, Matfuah., S, Raihan. 2004. Tanggap Hasil

Varietas Mentimun Terhadap Pemakaian Pupuk Organik Di Lahan Lebak.

Pdf. Diakses pada 31 Oktober 2016.

Sriwijaya, B. dan D. Hariyanto. 2005. Kajian Volume dan Frekuensi Penyiraman

Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Tanah Vertisol.

Universitas Mercu Buana Yogyakarta. http://lppm.mercubuana-

yogya.ac.ad/wp-content/uploads/2013/12/Jurnal-Agrisains.Pdf-Vol. 4 No.7.

Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 7. Hal 77-89. Di akses pada 31 desember 2015.

Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y. 2005. Defisit evapotranspirasi sebagai

indikator kekurangan air pada padi Gogo (Oryza sativa L.). Bul. Agron

33(1): 6-11.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 1-46.

Syarif, Z., Irawati C., Novita H. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Mentimun Varietas Lokal dan Antara (Cucumis sativus L.) terhadap

Pemberian Berbagai Konsentrasi Ethephon. Jerami 3(2): 124 – 131. Pdf.

Diakses pada 31 Oktober 2016.

53

Toyip. 2011. Respon Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomea reptans Poir)

terhadap Berbagai Interval Penyiraman dan Dosis Pemupukan NPK pada

Media Tanah dan Arang Sekam. Universitas Sintuwu Maroso. Jurnal

Agropet. Vol 10.

Vaughn, E.H., W. Orson., I. Glen., E.S. Endang., P.T. Soetjipto. 1984. Dasar-

Dasar dan Praktek Irigasi. Penerbit : Erlangga. Jakarta.

Wibowo, N.I (2012). Optimasi Pemberian Air Irigasi Tetes terhadap Hasil

Tanaman Buah Tomat. Fakultas Pertanian UNSUR. Jurnal Agroscience

Volume 6 : Juli – Desember 2013. 5 hal.

54

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Mercy F1

Nama varietas : Mercy F1

Umur panen : 35-38 hari setelah tanam

Umur berbunga : 21 hari setelah tanam

Tipe pertumbuhan : Merambat

Warna buah : Hijau keputihan

Rasa buah : Manis, segar

Berat buah : 300-350 gram

Panjang buah : 20-23 cm

Diameter buah : 6-7 cm

Potensi hasil : 60-70 ton/ha

Keterangan lain : Cukup tahan terhadap Geminivirus,

Embun bulu, dan Anthraknosa.

Sumber : PT. East West Seed Indonesia, Cap Panah Merah. 2015.

55

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Sukoi

Nama varietas : Sukoi

Umur panen : 30-35 hari setelah tanam

Umur berbunga : 18 hari setelah tanam

Tipe pertumbuhan : Merambat

Warna buah : Hijau

Rasa buah : Manis, segar

Berat buah : ± 135 gram

Panjang buah : ± 20 cm

Diameter buah : ± 4 cm

Potensi hasil : 50 ton/ha

Keterangan lain : Timun tipe rujak rasa buah manis dan renyah

Sumber : PT. Benih Citra Asia. 2015.

56

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Mentimun Varietas Manora F1

Nama varietas : Manora F1

Umur panen : 30 – 33 hari setelah tanam

Umur berbunga : 15 hari setelah tanam

Tipe pertumbuhan : Merambat

Warna buah : Hijau muda

Rasa buah : Manis, segar

Berat buah : ± 124,77 gram

Panjang buah : ± 19 cm

Diameter buah : ± 3 cm

Potensi hasil : 47 ton/ha

Sumber : PT. Andall Hasa Prima. 2015.

57

Lampiran 4. Penghitungan Dosis Pupuk

Penghitungan dosis pupuk menurut volume tanah 1 hektar :

= 2 x 109 dm

3

= 2 x 10

6 kg

= 2 x 106 = 200.000

10

Keterangan:

Berat tanah per hektar 2 x 106

Berat tanah per polibag 10 kg

1. Pupuk SP-36 (250 kg/ha)

= 10 kg/ha x 250 kg/ha

2.106 kg/ha

= 0,00125 kg/ha

= 1,25 g

2. Pupuk KCL (200 kg/ha)

= 10 kg/ha x 200 kg/ha

2.106 kg/ha

= 0,001kg/ha

= 1 gram

3. Pupuk Urea (225 kg/ha)

= 10 kg/ha x 225 kg/ha

2.106 kg/ha

= 0,001125 kg/ha

= 1,125 g = 0,56 gram

2 kali pemupukan

58

Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Lapang Mei – Juni.

Jadwal Kegiatan tgl 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3

1. Pengisian Polybag X

2. Pembuatan Naungan X

3. Penanaman X

4. Penjarangan X

5. Pemasangan Ajir X

6. Penyiangan X

7. Pengamatan 1, 2, 3 X

8. Pemupukan 1 X

59

Lampiran 6. Jadwal Kegiatan Lapang Juni.

Jadwal Kegiatan tgl 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

9. Pengikatan Tanaman X X X X X X X

10. Pengamatan 1, 2, 3 X

11. Pemupukan 2 X

12. Pengamatan 1, 2, 3 X

13. Pengamatan 1, 2, 3 X

60

Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Lapang Juni-Juli

Jadwal Kegiatan tgl 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

14. Panen 1 X X X

15. Panen 2 X X X

16. Panen 3 X X X

17. Panen 4 X X X

18. Panen 5 X X X

61

Lampiran 8. Jadwal Penyiraman.

Hari X1 X2 X3

Jum’at 27-Mei-2016 X1

Sabtu 28-Mei-2016 X1 X2

Minggu 29-Mei-2016 X1 X3

Senin 30-Mei-2016 X1 X2

Selasa 31-Mei-2016 X1

Rabu 1-Juni-2016 X1 X2 X3

Kamis 2-Juni-2016 X1

Jum’at 3-Juni-2016 X1 X2

Sabtu 4-Juni-2016 X1 X3

Minggu 5-Juni-2016 X1 X2

Senin 6-Juni-2016 X1

Selasa 7-Juni-2016 X1 X2 X3

Rabu 8-Juni-2016 X1

Kamis 9-Juni-2016 X1 X2

Jum’at 10-Juni-2016 X1 X3

Sabtu 1-Juni-2016 X1 X2

Minggu 12-Juni-2016 X1

Senin 13-Juni-2016 X1 X2 X3

Selasa 14-Juni-2016 X1

Rabu 15-Juni-2016 X1 X2

Kamis 16-Juni-2016 X1 X3

Jum’at 17-Juni-2016 X1 X2

Sabtu 18-Juni-2016 X1

Minggu 19-Juni-2016 X1 X2 X3

Senin 20-Juni-2016 X1

Selasa 21-Juni-2016 X1 X2

Rabu 22-Juni-2016 X1 X3

Kamis 23-Juni-2016 X1 X2

62

Hari X1 X2 X3

Jum’at 24-Juni-2016 X1

Sabtu 25-Juni-2016 X1 X2 X3

Minggu 26-Juni-2016 X1

Senin 27-Juni-2016 X1 X2

Selasa 28-Juni-2016 X1 X3

Rabu 29-Juni-2016 X1 X2

Kamis 30-Juni-2016 X1

Jum’at 1-Juli-2016 X1 X2 X3

Sabtu 2-Juli-2016 X1

Minggu 3-Juli-2016 X1 X2

Senin 4-Juli-2016 X1 X3

Selasa 5-Juli-2016 X1 X2

Rabu 6-Juli-2016 X1

Kamis 7-Juli-2016 X1 X2 X3

Jum’at 8-Juli-2016 X1

Sabtu 9-Juli-2016 X1 X2

Minggu 10-Juli-2016 X1 X3

Senin 11-Juli-2016 X1 X2

Selasa 12-Juli-2016 X1

Rabu 13-Juli-2016 X1 X2 X3

Kamis 14-Juli-2016 X1

63

Lampiran 9. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 7 hst Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------- cm --------------------

v1 x1 7,60 8,20 7,60 23,40 7,80

x2 7,20 7,40 8,00 22,60 7,53

x3 6,40 7,00 7,00 20,40 6,80

v2 x1 7,80 8,20 8,20 24,20 8,07

x2 7,00 7,80 7,40 22,20 7,40

x3 6,40 7,20 7,00 20,60 6,87

v3 x1 7,80 8,20 8,00 24,00 8,00

x2 7,20 7,00 7,60 21,80 7,27

x3 5,40 6,80 6,20 18,40 6,13

Jumlah 62,80 67,80 67,00 197,60 65,87

Rata-rata 6,98 7,53 7,44 21,96 7,32

Lampiran 10. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 14 Hst

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------- cm --------------------

v1 x1 12,60 16,60 16,20 45,40 15,13

x2 12,00 17,40 14,80 44,20 14,73

x3 9,80 15,40 12,00 37,20 12,40

v2 x1 14,20 13,60 13,80 41,60 13,87

x2 14,00 14,00 13,00 41,00 13,67

x3 10,80 14,00 14,00 38,80 12,93

v3 x1 18,40 20,80 14,80 54,00 18,00

x2 14,00 17,40 17,40 48,80 16,27

x3 14,20 19,60 16,20 50,00 16,67

Jumlah 120,00 148,80 132,20 401,00 133,67

Rata-rata 13,33 16,53 14,69 44,56 14,85

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

64

Lampiran 11. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 21 Hst

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------- cm --------------------

v1 x1 85,00 118,40 116,20 319,60 106,53

x2 94,00 107,60 109,20 310,80 103,60

x3 97,60 105,20 82,60 285,40 95,13

v2 x1 103,80 94,80 102,60 301,20 100,40

x2 108,80 106,40 94,60 309,80 103,27

x3 89,80 94,60 86,20 270,60 90,20

v3 x1 108,00 131,00 85,20 324,20 108,07

x2 109,20 106,40 101,00 316,60 105,53

x3 126,00 121,20 106,20 353,40 117,80

Jumlah 922,20 985,60 883,80 2791,60 930,53

Rata-rata 102,47 109,51 98,20 310,18 103,39

Lampiran 12. Hasil Pengamatan Panjang Tanaman Mentimun Umur 28 Hst

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------- cm --------------------

v1 x1 126,40 192,00 190,40 508,80 169,60

x2 126,20 170,80 157,60 454,60 151,53

x3 148,20 150,40 146,80 445,40 148,47

v2 x1 172,00 149,40 177,20 498,60 166,20

x2 144,60 145,00 163,00 452,60 150,87

x3 143,00 144,00 135,60 422,60 140,87

v3 x1 160,40 199,80 153,80 514,00 171,33

x2 162,40 166,40 151,80 480,60 160,20

x3 160,40 160,80 132,60 453,80 151,27

Jumlah 1343,60 1478,60 1408,80 4231,00 1410,33

Rata-rata 149,29 164,29 156,53 470,11 156,70

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

65

Lampiran 13. Analisis Ragam Panjang Tanaman Mentimun 28 hst Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 1012,9028 506,4514 0,6846 tn

6,94

Varietas (V) 2 309,5139 154,7570 0,2092 tn

6,94

Galat (V) 4 2959,0833 739,7708

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 2297,9538 1148,9792 5,6076

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 67,8611 16,9653 0,0828 tn

3,26

Galat (X) 12 2458,7432 204,8953

Non Aditif 1 502,0599 502,0599 2,8225 tn

4,84

Sisa 11 1956,6833 177,8803

Total 26 9106,0626 KK (b)= 9,13% KK (a)= 17,36%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 14,49<

2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

66

Lampiran 14. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 7 hst

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-------------------- helai--------------------

v1 x1 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00

x2 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00

x3 0,60 1,00 1,00 2,60 0,87

v2 x1 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00

x2 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00

x3 0,80 0,80 0,80 2,40 0,80

v3 x1 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00

x2 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00

x3 1,00 1,00 0,60 2,60 0,87

Jumlah 8,40 8,80 8,40 25,60 8,53

Rata-rata 0,93 0,98 0,93 2,84 0,95

Lampiran 15. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 14 hst

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-------------------- helai--------------------

v1 x1 6,40 6,00 6,60 19,00 6,33

x2 6,20 6,00 5,40 17,60 5,87

x3 5,00 6,00 5,20 16,20 5,40

v2 x1 6,00 5,60 6,00 17,60 5,87

x2 6,20 5,00 5,40 16,60 5,53

x3 5,00 5,60 5,80 16,40 5,47

v3 x1 6,60 6,20 6,20 19,00 6,33

x2 5,80 6,00 6,20 18,00 6,00

x3 6,00 5,20 6,20 17,40 5,80

Jumlah 53,20 51,60 53,00 157,80 52,60

Rata-rata 5,91 5,73 5,89 17,53 5,84

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

67

Lampiran 16. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 21 hst

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-------------------- helai--------------------

v1 x1 11,60 14,40 12,00 38,00 12,67

x2 11,40 13,40 11,40 36,20 12,07

x3 10,40 11,80 9,60 31,80 10,60

v2 x1 10,80 11,60 11,80 34,20 11,40

x2 11,60 10,80 10,40 32,80 10,93

x3 9,60 9,20 9,80 28,60 9,53

v3 x1 11,80 12,40 11,60 35,80 11,93

x2 11,40 10,80 11,60 33,80 11,27

x3 11,60 10,80 10,40 32,80 10,93

Jumlah 100,20 105,20 98,60 304,00 101,33

Rata-rata 11,13 11,69 10,96 33,78 11,26

Lampiran 17. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Mentimun Umur 28 hst

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-

rata I II III

-------------------- helai--------------------

v1 x1 14,80 15,80 15,60 46,20 15,40

x2 14,40 15,00 13,80 43,20 14,40

x3 14,20 14,80 13,60 42,60 14,20

v2 x1 14,80 13,40 15,20 43,40 14,47

x2 14,00 15,00 14,80 43,80 14,60

x3 14,60 12,80 13,00 40,40 13,47

v3 x1 13,60 14,40 13,80 41,80 13,93

x2 14,40 13,20 13,60 41,20 13,73

x3 13,00 13,40 12,40 38,80 12,93

Jumlah 127,80 127,80 125,80 381,40 127,13

Rata-rata 14,20 14,20 13,98 42,38 14,13

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

68

Lampiran 18. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Mentimun 28 hst Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,2970 0,2646 0,2646 tn

6,94

Varietas (V) 2 5,8169 2,9085 5,1826 tn

6,94

Galat (V) 4 2,2448 0,5612

Frekuensi Penyiraman

(X) 2 5,3104 2,6552 5,9536

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 1,1509 0,2877 0,6451 tn

3,26

Galat (X) 12 5,3518 0,4460

Non Aditif 1 0,7311 0,7311 1,7403 tn

4,84

Sisa 11 4,6207 0,4201

Total 26 20,1718 KK (b)= 4,73% KK (a)= 5,30%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 2,28<

2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

69

Lampiran 19. Hasil Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur 21

hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

------------------- cabang------------------

v1 x1 3,20 5,20 3,60 12,00 4,00

x2 2,20 4,60 3,60 10,40 3,47

x3 2.20 3,60 3,60 7,20 3,60

v2 x1 2,80 2,40 3,20 8,40 2,80

x2 3,40 3,20 4,40 11,00 3,67

x3 3,00 2,00 2,80 7,80 2,60

v3 x1 3,00 3,00 2,40 8,40 2,80

x2 2,20 2,40 2,20 6,80 2,27

x3 2,20 2,00 2,80 7,00 2,33

Jumlah 22,00 28,40 28,60 79,00 26,33

Rata-rata 2,75 3,16 3,18 8,78 3,06

Lampiran 20. Hasil Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Mentimun Umur 28

hst Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

------------------- cabang------------------

v1 x1 4,20 6,40 5,40 16,00 5,33

x2 4,00 5,80 4,40 14,20 4,73

x3 4,60 4,60 4,00 13,20 4,40

v2 x1 4,00 4,60 4,80 13,40 4,47

x2 4,80 4,40 3,80 13,00 4,33

x3 3,60 3,80 4,00 11,40 3,80

v3 x1 4,20 4,40 4,40 13,00 4,33

x2 4,00 3,40 4,20 11,60 3,87

x3 3,20 4,40 3,60 11,20 3,73

Jumlah 36,60 41,80 38,60 117,00 39,00

Rata-rata 4,07 4,64 4,29 13,00 4,33

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

70

Lampiran 21. Analisis Ragam Jumlah Cabang Mentimun 28 hst Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 1,5290 0,7645 2,0004 tn

6,94

Varietas (V) 2 3,4490 1,7245 4,5123 tn

6,94

Galat (V) 4 1,5287 0,3822

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 2,4268 1,2134 4,2217

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 0,2577 0,0644 0,2242 tn

3,26

Galat (X) 12 3,4490 0,2874

Non Aditif 1 1,5099 1,5099 8,5652 tn

4,84

Sisa 11 1,9391 0,1763

Total 26 12,6402 KK (b)= 12,37% KK (a)= 14,27%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 10,08<

2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

71

Lampiran 22. Data jumlah Cabang Tanaman Mentimun 28 hst Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-------------------cabang----------------

v1 x1 2,05 2,53 2,32 6,90 2,30

x2 2,00 2,41 2,10 6,51 2,17

x3 2,15 2,15 2,00 6,30 2,10

v2 x1 2,00 2,15 2,19 6,34 2,11

x2 2,19 2,10 1,95 6,24 2,08

x3 1,90 1,95 2,00 5,85 1,95

v3 x1 2,05 2,10 2,10 6,25 2,08

x2 2,00 1,84 2,05 5,89 1,96

x3 1,79 2,10 1,90 5,79 1,93

Jumlah 18,13 19,33 18,61 56,07 18,68

Rata-rata 2,01 2,15 2,07 6,23 2,08

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 23. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Mentimun 28 hst Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ )

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0802 0,0401 2,1996 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,1867 0,0934 5,1185 tn

6,94

Galat (V) 4 0,0730 0,0182

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 0,1362 0,0681 4,1542

* 3,89

Interaksi (Vx X) 4 0,0118 0,0029 0,1795 tn

3,26

Galat (X) 12 0,1967 0,0164

Total 26 0,6846

72

Lampiran 24. Hasil Pengamatan Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-------------------hst-------------------

v1 x1 35,00 35,00 35,00 105,00 35,00

x2 35,00 35,00 35,00 105,00 35,00

x3 35,00 35,00 35,00 105,00 35,00

v2 x1 35,00 35,00 34,00 104,00 34,67

x2 34,00 34,00 34,00 102,00 34,00

x3 34,00 34,00 34,00 102,00 34,00

v3 x1 33,00 34,00 33,00 100,00 33,33

x2 33,00 33,00 33,00 99,00 33,00

x3 33,00 33,00 33,00 99,00 33,00

Jumlah 307,00 308,00 306,00 921,00 307,00

Rata-rata 34,11 34,22 34,00 102,33 34,11

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 25. Analisis Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,2216 0,1108 1,9883 tn

6,94

Varietas (V) 2 16,2216 8,1108 145,5505 *

6,94

Galat (V) 4 0,2229 0,0557

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 0,6660 0,3330 4,4954

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 0,4451 0,1113 1,5022 tn

3,26

Galat (X) 12 0,8889 0,0741

Non Aditif 1 0,0043 0,0043 0,0531 tn

4,84

Sisa 11 0,8846 0,0804

Total 26 18,6661 KK (b)= 0,80% KK (a)= 0,69%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 17,66<

2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

73

Lampiran 26. Data Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan Varietas

dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-------------------hst-------------------

v1 x1 5,92 5,92 5,92 17,76 5,92

x2 5,92 5,92 5,92 17,76 5,92

x3 5,92 5,92 5,92 17,76 5,92

v2 x1 5,92 5,92 5,83 17,67 5,89

x2 5,83 5,83 5,83 17,49 5,83

x3 5,83 5,83 5,83 17,49 5,83

v3 x1 5,75 5,83 5,75 17,33 5,77

x2 5,75 5,75 5,75 17,25 5,75

x3 5,75 5,75 5,75 17,25 5,75

Jumlah 52,59 52,67 52,50 157,76 52,56

Rata-rata 5,84 5,85 5,83 17,52 5,84

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 27. Analisis Ragam Umur Panen Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0016 0,0008 1,9664 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,1187 0,0593 147,0419 *

6,94

Galat (V) 4 0,0016 0,0004

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 0,0048 0,0024 4,5672

* 3,89

Interaksi (Vx X) 4 0,0032 0,0008 1,4904 tn

3,26

Galat (X) 12 0,0064 0,0005

Total 26 0,1362

74

Lampiran 28. Hasil Pengamatan Jumlah Buah Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

----------------------buah---------------------

v1 x1 9,60 9,80 8,40 27,80 9,27

x2 7,40 7,60 7,60 22,60 7,53

x3 5,20 5,20 5,00 15,40 5,13

v2 x1 6,60 8,00 8,60 23,20 7,73

x2 6,80 6,60 6,20 19,60 6,53

x3 5,20 5,00 5,20 15,40 5,13

v3 x1 8,00 7,00 7,40 22,40 7,47

x2 7,20 5,80 7,00 20,00 6,67

x3 6,20 5,20 5,80 17,20 5,73

Jumlah 62,20 60,20 61,20 183,60 61,20

Rata-rata 6,91 6,69 6,80 20,40 6,80

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 29. Analisis Ragam Jumlah Buah Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,2223 0,1112 0,1731 tn

6,94

Varietas (V) 2 3,6358 1,8179 2,8308 tn

6,94

Galat (V) 4 2,5687 0,6422

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 36,0090 18,0045 74,7876

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 4,5154 1,1289 4,6891 *

3,26

Galat (X) 12 2,8889 0,2407

Non Aditif 1 0,2896 0,2896 1,2257 tn

4,84

Sisa 11 2,5993 0,2363

Total 26 49,8401 KK (b)= 7,22% KK (a)= 18,78%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 14,03<

2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

75

Lampiran 30. Hasil Pengamatan Panjang Buah Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

--------------------- cm-------------------

v1 x1 18,97 19,46 19,00 57,43 19,14

x2 18,18 18,97 18,46 55,61 18,53

x3 17,73 16,99 18,00 52,72 17,57

v2 x1 19,88 19,78 19,22 58,88 19,62

x2 17,50 18,75 18,80 55,05 18,34

x3 16,89 17,79 16,96 51,64 17,21

v3 x1 18,25 18,27 18,88 55,40 18,46

x2 17,33 17,16 16,98 51,47 17,15

x3 15,68 16,25 16,27 48,20 16,06

Jumlah 160,41 163,42 162,57 486,40 162,08

Rata-rata 17,82 18,16 18,06 54,05 18,01

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 31. Analisis Ragam Panjang Buah Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,5207 0,2604 2,6730 tn

6,94

Varietas (V) 2 8,3341 4,1671 42,7829 *

6,94

Galat (V) 4 0,3896 0,0974

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 20,3740 10,1870 49,7048

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 0,7903 0,1976 0,9640 tn

3,26

Galat (X) 12 2,4594 0,2050

Non Aditif 1 0,0097 0,0097 0,0436 tn

4,84

Sisa 11 2,4497 0,2227

Total 26 32,8681 KK (b)= 2,51% KK (a)= 1,73%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 4,07<

2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

76

Lampiran 32. Hasil Pengamatan Diameter Buah Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------- cm---------------------

v1 x1 3,89 4,00 3,79 11,68 3,89

x2 3,83 3,92 3,69 11,44 3,81

x3 3,94 3,87 3,80 11,61 3,86

v2 x1 4,05 4,00 3,87 11,92 3,97

x2 3,98 4,01 3,96 11,95 3,98

x3 3,51 3,86 3,99 11,36 3,78

v3 x1 4,07 4,11 3,79 11,97 3,99

x2 3,88 3,94 3,74 11,56 3,85

x3 3,91 3,87 3,82 11,60 3,86

Jumlah 35,06 35,58 34,45 105,09 34,99

Rata-rata 3,90 3,95 3,83 11,68 3,89

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 33. Analisis Ragam Diameter Buah Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0722 0,0361 2,2215 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,0149 0,0075 0,4585 tn

6,94

Galat (V) 4 0,0650 0,0163

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 0,0633 0,0317 2,4775

tn 3,89

Interaksi (V x X) 4 0,0605 0,0151 1,1840 tn

3,26

Galat (X) 12 0,1533 0,0128

Non Aditif 1 0,0135 0,0135 1,0664 tn

4,84

Sisa 11 0,1398 0,0127

Total 26 0,4292 KK (b)= 2,91% KK (a)= 3,28%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 9,61<

2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

77

Lampiran 34. Hasil Pengamatan Bobot Buah per Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------gram--------------------

v1 x1 412,47 447,68 369,15 1229,30 409,77

x2 283,13 316,93 289,17 889,23 296,41

x3 180,23 165,97 191,19 537,39 179,13

v2 x1 350,93 361,91 361,16 1074,00 358,00

x2 241,46 271,11 263,15 775,72 258,58

x3 180,42 176,19 186,12 542,73 180,91

v3 x1 330,07 266,79 292,01 888,87 296,29

x2 240,78 203,84 251,09 695,71 231,90

x3 172,89 166,04 183,60 522,53 174,18

Jumlah 2392,38 2376,46 2386,64 7155,51 2385,17

Rata-rata 265,82 264,05 265,18 795,06 265,02

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 35. Analisis Ragam Bobot Buah per Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 14,5972 7,2986 0,0080 tn

6,94

Varietas (V) 2 16741,2637 8370,6319 9,2052 *

6,94

Galat (V) 4 3637,3481 909,3370

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 140467,4844 70233,7422 190,2793

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 9000,6270 2250,1568 6,0962 *

3,26

Galat (X) 12 4429,3047 369,1087

Non Aditif 1 1049,9734 1049,9734 3,4177 tn

4,84

Sisa 11 3379,3313 307,2119

Total 26 174290,6251 KK (b)= 7,25% KK (a)= 11,38%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 10,83<

2 Tabel = 15,5 (Data homogen)

78

Lampiran 36. Hasil Pengamatan Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan

Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------kg--------------------

v1 x1 15,90 17,30 15,50 48,70 16,23

x2 11,90 13,20 12,90 38,00 12,67

x3 8,70 8,70 9,30 26,70 8,90

v2 x1 14,50 14,30 14,00 42,80 14,27

x2 11,20 11,20 10,40 32,80 10,93

x3 8,40 7,70 8,10 24,20 8,07

v3 x1 12,40 11,10 11,90 35,40 11,80

x2 9,40 8,80 9,80 28,00 9,33

x3 7,90 7,10 7,80 22,80 7,60

Jumlah 100,30 99,40 99,70 299,40 99,80

Rata-rata 11,14 11,04 11,08 33,27 11,09

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 37. Analisis Ragam Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan

Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0479 0,0240 0,0308 tn

6,94

Varietas (V) 2 41,1035 20,5518 26,4323 *

6,94

Galat (V) 4 3,1101 0,7775

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 157,4036 78,7018 403,2543

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 7,7807 1,9452 9,9667 *

3,26

Galat (X) 12 2,3420 0,1952

Non Aditif 1 0,9203 0,9203 7,1202 tn

4,84

Sisa 11 1,4217 0,1292

Total 26 211,7878 KK (b)= 3,98% KK (a)= 7,95%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 4,18<

2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

79

Lampiran 38. Data Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi

Penyiraman (Transformasi √ ).

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

--------------------kg-------------------

v1 x1 3,99 4,15 3,93 12,07 4,02

x2 3,45 3,63 3,59 10,67 3,56

x3 2,95 2,95 3,05 8,95 2,98

v2 x1 3,81 3,78 3,74 11,33 3,78

x2 3,34 3,34 3,22 9,90 3,30

x3 2,89 2,77 2,84 8,50 2,83

v3 x1 3,52 3,33 3,45 10,30 3,43

x2 3,06 2,96 3,13 9,15 3,05

x3 2,81 2,66 2,79 8,26 2,75

Jumlah 29,82 29,57 29,74 89,13 29,71

Rata-rata 3,31 3,29 3,30 9,90 3,30

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 39. Analisis Ragam Hasil per Plot Akibat Perbedaan Varietas dan

Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0030 0,0015 0,0895 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,8776 0,4388 25,9739 *

6,94

Galat (V) 4 0,0676 0,0169

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 3,5379 1,7689 461,9723

* 3,89

Interaksi (Vx X) 4 0,1154 0,0289 7,5369 *

3,26

Galat (X) 12 0,0459 0,0038

Total 26 4,6474

80

Lampiran 40. Hasil Pengamatan Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------gram---------------

v1 x1 99,22 99,35 96,88 295,45 98,48

x2 91,46 90,80 95,80 278,06 92,69

x3 83,47 80,10 82,32 245,89 81,96

v2 x1 98,78 97,30 96,46 292,54 97,51

x2 93,88 82,46 87,51 263,85 87,95

x3 80,73 83,98 81,99 246,70 82,23

v3 x1 96,95 86,68 90,40 274,03 91,34

x2 89,26 84,27 90,97 264,50 88,17

x3 76,67 79,95 91,79 248,41 82,80

Jumlah 810,42 784,89 814,12 2409,43 803,12

Rata-rata 90,04 87,21 90,46 267,71 89,24

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 41. Analisis Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 56,3906 28,1953 2,3613 tn

6,94

Varietas (V) 2 58,4878 29,2439 2,4491 tn

6,94

Galat (V) 4 47,7622 11,9406

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 815,4601 407,7301 24,5979

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 75,5052 18,8763 1,1388 tn

3,26

Galat (X) 12 198,9097 16,5758

Non Aditif 1 4,1586 4,1586 0,2349 tn

4,84

Sisa 11 194,7511 17,7046

Total 26 1252,5156 KK (b)= 4,56% KK (a)= 3,87%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 86,67<

2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

81

Lampiran 42. Data Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-------------------gram----------------

v1 x1 9,96 9,97 9,84 29,77 9,92

x2 9,56 9,53 9,79 28,88 9,63

x3 9,14 8,95 9,07 27,16 9,05

v2 x1 9,93 9,86 9,82 29,61 9,87

x2 9,69 9,08 9,35 28,12 9,37

x3 8,98 9,16 9,06 27,20 9,07

v3 x1 9,85 9,31 9,51 28,66 9,55

x2 9,45 9,18 9,54 28,17 9,39

x3 8,76 8,94 9,58 27,28 9,09

Jumlah 85,31 83,98 85,55 254,85 84,95

Rata-rata 9,48 9,33 9,51 28,32 9,44

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 43. Analisis Ragam Bobot Tajuk Kering Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,1611 0,0805 2,3629 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,1611 0,0805 2,3629 tn

6,94

Galat (V) 4 0,1363 0,0341

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 2,2974 1,1487 24,1443

* 3,89

Interaksi (Vx X) 4 0,2025 0,0506 1,0642 tn

3,26

Galat (X) 12 0,5709 0,0476

Total 26 3,5293

82

Lampiran 44. Hasil Pengamatan Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

--------------------gram----------------

v1 x1 1,11 1,60 2,04 4,75 1,58

x2 1,24 1,04 1,05 3,32 1,10

x3 0,91 0,86 1,08 2,85 0,95

v2 x1 2,03 1,76 1,87 5,66 1,88

x2 1,53 1,30 0,88 3,71 1,23

x3 1,55 0,71 0,82 3,08 1,02

v3 x1 2,68 2,54 1,10 6,32 2,11

x2 1,31 1,05 0,97 3,33 1,11

x3 1,02 0,72 0,93 2,67 0,89

Jumlah 13,38 11,58 10,74 35,69 11,88

Rata-rata 1,48 1,28 1,19 3,96 1,32

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 45. Analisis Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,3984 0,1992 0,8788 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,1606 0,0803 0,3543 tn

6,94

Galat (V) 4 0,9067 0,2267

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 4,0622 2,0311 16,3986

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 0,3234 0,0809 0,6528 tn

3,26

Galat (X) 12 1,4863 0,1239

Non Aditif 1 0,0933 0,0933 0,7370 tn

4,84

Sisa 11 1,3930 0,1266

Total 26 7,3376 KK (b)= 26,71% KK (a)= 36,13%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 31,65<

2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

83

Lampiran 46. Data Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

---------------------gram-----------------

v1 x1 1,05 1,26 1,43 3,74 1,25

x2 1,11 1,02 1,02 3,15 1,05

x3 0,95 0,93 1,03 2,91 0,97

v2 x1 1,42 1,32 1,37 4,11 1,37

x2 1,24 1,14 0,94 3,32 1,10

x3 1,24 0,84 0,91 2,99 0,99

v3 x1 1,64 1,59 1,05 4,28 1,43

x2 1,14 1,03 0,99 3,16 1,05

x3 1,01 0,85 0,96 2,82 0,94

Jumlah 10,80 9,98 9,70 30,48 10,15

Rata-rata 1,20 1,11 1,08 3,38 1,13

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 47. Analisis Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0741 0,0371 0,9835 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,0218 0,0109 0,2895 tn

6,94

Galat (V) 4 0,1507 0,0377

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 0,6957 0,3479 17,0598

* 3,89

Interaksi (Vx X) 4 0,0399 0,0100 0,4891 tn

3,26

Galat (X) 12 0,2447 0,0204

Total 26 1,2269

84

Lampiran 48. Hasil Pengamatan Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

-----------------------ton--------------------

v1 x1 33,00 36,00 30,00 99,00 33,00

x2 23,00 25,00 23,00 71,00 23,67

x3 14,00 13,00 15,00 42,00 14,00

v2 x1 28,00 29,00 29,00 86,00 28,67

x2 19,00 22,00 21,00 62,00 20,67

x3 14,00 14,00 15,00 43,00 14,33

v3 x1 26,00 21,00 23,00 70,00 23,33

x2 19,00 16,00 20,00 55,00 18,33

x3 14,00 13,00 14,00 41,00 13,67

Jumlah 190,00 189,00 190,00 569,00 189,67

Rata-rata 21,11 21,00 21,11 63,22 21,07

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 49. Analisis Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0738 0,0369 0,0060 tn

6,94

Varietas (V) 2 117,8516 58,9258 9,5842 *

6,94

Galat (V) 4 24,5929 6,1482

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 924,9626 462,4813 213,4529

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 66,3707 16,5927 7,6582 *

3,26

Galat (X) 12 26,0000 2,1667

Non Aditif 1 12,9992 12,9992 10,9987 *

4,84

Sisa 11 13,0008 1,1819

Total 26 1159,8516 KK (b)= 6,98% KK (a)= 11,77%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 65,45<

2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

85

Lampiran 50. Data Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

--------------------ton-----------------

v1 x1 5,75 6,00 5,48 17,23 5,74

x2 4,80 5,00 4,80 14,60 4,86

x3 3,74 3,61 3,87 11,22 3,74

v2 x1 5,29 5,39 5,39 16,07 5,35

x2 4,36 4,69 4,58 13,63 4,54

x3 3,74 3,74 3,87 11,35 3,79

v3 x1 5,10 4,58 4,80 14,48 4,83

x2 4,36 4,00 4,47 12,83 4,28

x3 3,74 3,61 3,74 11,09 3,70

Jumlah 40,88 40,62 41,00 122,50 40,83

Rata-rata 4,54 4,51 4,56 13,61 4,54

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 51. Analisis Ragam Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Mentimun

Akibat Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

(Transformasi √ ).

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0087 0,0043 0,0659 tn

6,94

Varietas (V) 2 1,2024 0,6012 9,1310 *

6,94

Galat (V) 4 0,2634 0,0658

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 11,0442 5,5221 244,8801

* 3,89

Interaksi (Vx X) 4 0,5927 0,1482 6,5712 *

3,26

Galat (X) 12 0,2706 0,0226

Total 26 13,3820

86

Lampiran 52. Hasil Pengamatan Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

v1 x1 89,78 62,28 47,49 199,55 66,52

x2 74,05 87,30 91,67 253,02 84,34

x3 91,71 93,13 76,57 261,41 87,14

v2 x1 48,77 55,44 51,72 155,93 51,98

x2 61,35 63,67 99,43 224,45 74,82

x3 55,51 119,12 99,98 274,61 91,54

v3 x1 36,17 34,12 82,18 152,47 50,82

x2 68,39 80,22 93,78 242,39 80,80

x3 75,16 111,03 99,23 285,42 95,14

Jumlah 600,89 706,31 742,05 2049,25 683,08

Rata-rata 66,77 78,48 82,45 227,69 75,90

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 53. Analisis Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman.

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 1196,8959 598,4480 1,1881 tn

6,94

Varietas (V) 2 194,6042 97,3021 0,1932 tn

6,94

Galat (V) 4 2014,7917 503,6979

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 5685,1738 2842,5869 9,5326

* 3,89

Interaksi (V x X) 4 499,8157 124,9539 0,4190 tn

3,26

Galat (X) 12 3578,3438 298,1953

Non Aditif 1 214,1383 214,1383 0,7002 tn

4,84

Sisa 11 3364,2055 305,8369

Total 26 13169,6251 KK (b)= 22,75% KK (a)= 29,57%

Keterangan : *

= berbeda nyata 5%

tn

= tidak berbeda nyata

KK = Koefisien keragaman

Uji homogenitas : 2 Hitung = 122,89<

2 Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)

87

Lampiran 54. Data Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat Perbedaan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi √ ).

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-rata I II III

v1 x1 1,95 1,79 1,68 5,42 1,81

x2 1,87 1,94 1,96 5,77 1,92

x3 1,96 1,97 1,88 5,81 1,94

v2 x1 1,69 1,74 1,71 5,14 1,72

x2 1,79 1,80 2,00 5,59 1,86

x3 1,74 2,08 2,00 5,82 1,94

v3 x1 1,56 1,53 1,92 5,01 1,67

x2 1,84 1,90 1,97 5,71 1,90

x3 1,88 2,05 2,00 5,93 1,97

Jumlah 16,28 16,80 17,12 50,20 16,73

Rata-rata 1,81 1,87 1,90 5,58 1,86

Keterangan: v1 : Varietas Mercy F1

v2 : Varietas Sukoi

v3 : Varietas Manora F1

x1 : Penyiraman 1 hari sekali

x2 : Penyiraman 2 hari sekali

x3 : Penyiraman 3 hari sekali

Lampiran 55. Analisis Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Mentimun Akibat

Perbedaan Varietas dan Frekuensi Penyiraman (Transformasi

√ ).

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas

Jumlah

Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung

F Tabel

5%

Kelompok 2 0,0406 0,0203 0,9865 tn

6,94

Varietas (V) 2 0,0132 0,0066 0,3203 tn

6,94

Galat (V) 4 0,0823 0,0206

Frekuensi

Penyiraman (X) 2 0,2364 0,1182 10,9199

* 3,89

Interaksi (Vx X) 4 0,0250 0,0063 0,5780 tn

3,26

Galat (X) 12 0,1299 0,0108

Total 26 0,5273

88

Gambar 4. Tata Letak Percobaan

Ulangan

I II III

Keterangan: Petak utama (v) dan anak petak (x).

v1= Varietas Mercy F1 x1= Penyiraman 1 hari sekali

v2= Varietas Sukoi x2= Penyiraman 2 hari sekali

v3= Varietas Manora F1 x3= Penyiraman 3 hari sekali

= petak utama

= Anak petak

U

x2

x1

x2

x1

x3

x2

x3

x1

x1

x3

x3

x2

x1

x3

x2

x3

x1

x2

x1

x2

x3

x3

x2

x1

x3

x2

x1

60

cm

165 cm 35 cm 20 cm

40

cm

70 cm

v1

v3

v2

v2

v1 v2

v3 v1

v3

89

Gambar 5. Susunan tanaman mentimun dalam satu petak percobaan

60 cm

165 cm

Keterangan :

X : Tanaman Mentimun

: polybag

: tanaman sampel

: sampel bobot tajuk kering

Ukuran polybag : diameter 25, tinggi 30 cm

Jarak antar barisan polybag : 10 cm

Jarak dalam barisan polybag : 10 cm

Jumlah tanaman per petak : 10 tanaman

x

x

X X X X X

X X X X X

10 cm 10 cm

x

90

Gambar 6. Mentimun varietas Mercy F1

Gambar 7. Mentimun varietas Sukoi

91

Gambar 8. Mentimun varietas Manora F1

Gambar 9. Pengisian Polybag

92

Gambar 10. Penimbangan media Tanam

Gambar 11. Pembuatan Naungan

93

Gambar 12. Penyusunan Media Tanam Polybag

Gambar 13. Sampel Tanah Lapang

94

Gambar 14. Pengovenan sampel tanah

Gambar 15. Berat setelah penjenuhan

95

Gambar 16. Volume Penyiraman

Gambar 17. Penanaman

96

Gambar 18. Penyiangan/Pencabutan Gulma

Gambar 19. Pemasangan Turus Bambu

97

Gambar 20. Penugalan

Gambar 21. Pemupukan

98

Gambar 22. Penyiraman

Gambar 23. Pengamatan Panjang Tanaman

99

Gambar 24. Pengamatan Jumlah Daun dan Cabang

Gambar 25. Panen

100

Gambar 26. Buah Mentimun

Gambar 27. Pengamatan Bobot Buah timun

101

Gambar 28. Pengamatan Panjang Buah Mentimun

Gambar 29. Pengamatan Diameter Buah Mentimun

102

Gambar 30. Pengamatan Berat Tajuk dan Akar kering