HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI...

187

Click here to load reader

Transcript of HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI...

Page 1: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN

RUMAH DENGAN INFEKSI CACING PADA ANAK USIA 6 - 12 TAHUN

DI RAWA LIMBAH KELURAHAN PISANGAN KOTA TANGERANG

SELATAN TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Nurmarani

1112101000051

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Page 3: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

iii

PANITIA SIDANG SKRIPSI

Page 4: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Page 5: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Maret 2017

Nama: Nurmarani, NIM: 1112101000051

Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi

Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

xx + 119 halaman, 7 gambar, 29 tabel, 4 lampiran

ABSTRAK

Infeksi cacing adalah masalah kesehatan masyarakat yang biasa terjadi di daerah

tropis dan subtropis. Di Indonesia, infeksi cacing memiliki prevalensi yang cukup

tinggi, yaitu sekitar 28,12% pada tahun 2015. Jenis cacing yang paling banyak

menginfeksi adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris

trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dan

sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah, Kelurahan Pisangan, Kota Tangerang Selatan, Banten. Desain penelitian

yang digunakan adalah cross sectional dengan uji statistik bivariat Chi square.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 36 anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 anak (22,2%) mengalami infeksi cacing.

Faktor yang tidak berhubungan dengan infeksi cacing antara lain kebiasaan mencuci

tangan setelah BAB, kebiasaan BAB sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan

tidak tertutup, kebiasaan menggunakan alas kaki, sarana air bersih, kondisi SPAL,

kondisi lantai rumah, dan kondisi tempat pembuangan sampah. Sedangkan, faktor

yang berhubungan dengan infeksi cacing adalah kebersihan kuku (p=0,012;

OR=14,778), kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p=0,036; OR=7,5) dan

kondisi jamban (p=0,041; OR=10,818).

Oleh karena itu, disarankan bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk

melakukan program relokasi, membentuk kader, serta meningkatkan program

promotif, preventif dan kuratif terkait infeksi cacing. Kemudian, disarankan bagi

masyarakat untuk meningkatkan personal hygiene dan menjaga sanitasi lingkungan

rumah agar terhindar dari kontaminasi telur cacing.

Kata Kunci: Infeksi cacing, personal hygiene, sanitasi lingkungan rumah.

Page 6: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

vi

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

ENVIRONMENTAL HEALTH

Undergraduated Thesis, March 2017

Name: Nurmarani, NIM: 1112101000051

The Association Between Personal Hygiene and House Environmental

Sanitation with Helminthiasis among Children Aged 6-12 Years Old in Rawa

Limbah, Pisangan, Tangerang Selatan City in 2016

xx + 119 pages, 7 pictures, 29 tables, 4 attachments

ABSTRACT

Helminthiasis is a major public health problem, particularly in tropical and

subtropical regions of the world. In Indonesia, the prevalence of helminthiasis is

fairly high, about 21,82% in 2015. The most common worm species that cause the

infection are roundworm (Ascaris lumbricoides), whipworm (Trichusris trichiura)

and hookworm (Ancylostoma duodenale and Necator americanus)

The objective of this research is to examine the association between personal

hygiene and house environmental sanitation with helminthiasis among children aged

6-12 years old in Rawa Limbah, Pisangan, Tangerang Selatan City, Banten Province.

This is a cross sectional study and Chi square test is used as bivariate statistical

analysis. The samples in this study are 36 children.

Results showed that 8 children (22,2%) were infected with helminth. Factors that

were not significantly associated with helminthiasis were the habit of washing hands

after defecating, the habit of free-defecation, the habit of eating uncovered snack, the

habit of using footwear, water supply systems, sewerage conditions, house floor

conditions, and trash can conditions. Meanwhile, there were 3 factors that show

significant associations with helminthiasis, such as nail hygiene (p=0,012;

OR=14,778), the habit of washing hands before eating (p=0,012; OR=14,778) and

latrine condition (p=0,041; OR=10,818).

It is advisable for the Government of Tangerang Selatan to make a relocation

program, form a group of cadres, and strengthen the promotive, preventive and

curative programs regarding helminthiasis. People also need to improve their

personal hygiene and keep the house environmental sanitation clean in order to

prevent helminthiasis.

Key words: helminthiasis, personal hygiene, house environmental sanitation

Page 7: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

vii

RIWAYAT PENELITI

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nurmarani

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Maret 1995

Alamat : Jl. Panti Asuhan No.57, Jurang Mangu Barat, Pondok

Aren, Tangerang Selatan, Banten

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Golongan Darah : B

No. Handphone : 0858-8328-1169

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2012-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2012 : SMAN 47 Jakarta

2006-2009 : SMPN 177 Jakarta

2000-2006 : SDN Pesanggrahan 03 Pagi Jakarta

1999 : TK Islam Nurul Huda

PENGALAMAN KERJA

2015 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas

Pondok Betung

2016 : Magang di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Page 8: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

viii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wassallam bersabda:

مْن طرق اْلجنَّة مْن سلك طريقًا يْطلب فيه عْلًما سهَّل َّللاَّ به طريقًا

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan

mempermudah baginya jalan menuju surga” (H.R Muslim)

Semoga ini menjadi salah satu dari jalanmu dan jalanku

menuju surga Allah SWT.

Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin

Page 9: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan. Tidak lupa juga shalawat

serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing kita dari zaman penuh kegelapan menuju zaman yang terang

benderang. Penulisan laporan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Personal

Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016” ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam proses penyelesaian laporan hasil penelitian ini, penulis mendapatkan

bantuan serta dukungan baik berupa ilmu, moril maupun materil dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Orang tua dan kakak tercinta, atas segala doa, semangat, bantuan, kasih sayang

dan perhatian yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menjalani

pendidikan hingga saat ini.

2. Bapak Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dosen peminatan

Kesehatan Lingkungan dan penguji I sidang skripsi;

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta;

4. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Ela

Laelasari SKM, M.Kes selaku dosen Pembimbing II, atas segala nasehat dan

bimbingan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian dengan maksimal;

5. Ibu Dela Aristi, MKM dan Ibu Silvia Fitrina Nasution, M.Biomed selaku dosen

penguji II dan III yang telah memberikan masukan agar laporan ini menjadi lebih

baik;

Page 10: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

x

6. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat atas segala ilmu yang

diberikan selama masa perkuliahan;

7. Alviral Muhamad, yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi dalam

menjalani kuliah hingga melaksanakan penelitian ini;

8. Teman-teman Kesehatan Lingkungan 2012 (Anisa Apriliyani, Putri Dewi Riani,

Yufa Zuriya, Isnaeni Wahyu Saputri, Tyas Indah Permatasari, Sri Widiyastuti,

Ukhty Rahmah Sari Manap, Yolanda Mutiara Christina, Hanifatunnisa Ath

Thoriqoh, Bella Kurnia, Sarah Aprilia Rachmawati, Azizah, Hanun Hafiyya,

Destinia Putri, Putri Ayuni Setyowati, Annisa Dwi Lestari, Syifa Azkiya, Yola

Dwi Putri, Juwita Wijayanti, Ainia Nurul Aqida, Nadhira Khairani, Ivanullah

Anggriawan Wibisono, Abdul Rohim, Agus Dwi Saputra). Terima kasih atas

semua ilmu dan pengalaman yang kita bagi bersama;

9. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat 2012;

10. Adik dan kakak kelas peminatan Kesehatan Lingkungan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu;

11. Para sahabat, Aghni Ulma Saudi, Luthfan Dharma Prasetia, Raudah Husna, Adila

Afifah Rizki,Anisa Apriliyani, Sekar Wigati Suprapto, Putri Dewi Riani, Nuni

Puspa Syahidah yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan semangat;

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Penulis berharap laporan penelitian

ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Penulis menyadari bahwa masih

terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini dapat menjadi lebih baik. Terima

kasih atas perhatiannya.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Page 11: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii

PANITIA SIDANG SKRIPSI ..................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................................ vi

RIWAYAT PENELITI .............................................................................................. vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6

1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 6

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 6

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7

1.5.1 Bagi Masyarakat .......................................................................................... 8

1.5.2 Bagi Puskesmas Pisangan ............................................................................ 8

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................................. 8

1.6 Ruang Lingkup ................................................................................................... 8

Page 12: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 10

2.1 Infeksi Cacing ................................................................................................... 10

2.1.1 Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) ...................................................... 12

2.1.2 Cacing Cambuk (Trichuris trichiura) ........................................................ 14

2.1.3 Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) ...... 16

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Cacing ................................ 18

2.2.1 Personal hygiene ........................................................................................ 18

2.2.2 Sanitasi Lingkungan Rumah ...................................................................... 24

2.3 Kerangka Teori ................................................................................................. 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 32

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................. 32

3.2 Definisi Operasional ......................................................................................... 33

3.3 Hipotesis ........................................................................................................... 36

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 37

4.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 37

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 37

4.3 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 37

4.3.1 Populasi ...................................................................................................... 37

4.3.2 Sampel ....................................................................................................... 38

4.4 Sumber Data ..................................................................................................... 41

4.5 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 41

4.6 Cara Pengumpulan Data ................................................................................... 47

4.7 Manajemen Data ............................................................................................... 49

4.7.1 Data Coding ............................................................................................... 50

4.7.2 Data Editing ............................................................................................... 50

4.7.3 Data Entry.................................................................................................. 51

Page 13: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xiii

4.7.4 Data Cleaning ............................................................................................ 51

4.8 Analisa Data ..................................................................................................... 51

4.8.1 Analisis Univariat ...................................................................................... 51

4.8.2 Analisis Bivariat ........................................................................................ 51

BAB V HASIL ........................................................................................................... 53

5.1 Analisis Univariat ............................................................................................. 53

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 53

5.1.2 Gambaran Infeksi Cacing .......................................................................... 53

5.1.3 Gambaran Kebersihan Kuku ...................................................................... 55

5.1.4 Gambaran Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan .......................... 56

5.1.5 Gambaran Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB ............................... 56

5.1.6 Gambaran Kebiasaan BAB Sembarangan ................................................. 57

5.1.7 Gambaran Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup ................... 58

5.1.8 Gambaran Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki ........................................ 59

5.1.9 Gambaran Sarana Air Bersih ..................................................................... 59

5.1.10 Gambaran Kondisi Jamban ...................................................................... 61

5.1.11 Gambaran Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah ............................. 64

5.1.12 Gambaran Kondisi Lantai Rumah ........................................................... 66

5.1.13 Gambaran Kondisi Tempat Pembuangan Sampah .................................. 67

5.2 Analisis Bivariat ............................................................................................... 69

5.2.1 Hubungan Kebersihan Kuku dengan Infeksi Cacing ................................. 69

5.2.2 Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan Infeksi

Cacing 70

5.2.3 Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB dengan Infeksi

Cacing 71

5.2.4 Hubungan Kebiasaan BAB Sembarangan dengan Infeksi Cacing ............ 72

Page 14: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xiv

5.2.5 Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup dengan Infeksi

Cacing 73

5.2.6 Hubungan Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki dengan Infeksi Cacing ... 74

5.2.7 Hubungan Sarana Air Bersih dengan Infeksi Cacing ................................ 74

5.2.8 Hubungan Kondisi Jamban dengan Infeksi Cacing ................................... 75

5.2.9 Hubungan Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Infeksi

Cacing 76

5.2.10 Hubungan Kondisi Lantai Rumah dengan Infeksi Cacing ...................... 77

5.2.11 Hubungan Kondisi Tempat Pembuangan Sampah dengan Infeksi Cacing

78

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 80

6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 80

6.2 Infeksi Cacing ................................................................................................... 80

6.3 Kebersihan Kuku .............................................................................................. 85

6.4 Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan .................................................. 88

6.5 Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB ........................................................ 90

6.6 Kebiasaan BAB Sembarangan .......................................................................... 92

6.7 Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup ............................................ 93

6.8 Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki ................................................................. 95

6.9 Sarana Air Bersih .............................................................................................. 97

6.10 Kondisi Jamban .............................................................................................. 99

6.11 Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah ................................................... 102

6.12 Kondisi Lantai Rumah .................................................................................. 103

6.13 Kondisi Tempat Pembuangan Sampah ......................................................... 105

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 107

7.1 Simpulan ......................................................................................................... 107

7.2 Saran ............................................................................................................... 108

Page 15: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xv

7.2.1 Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan ............................................... 108

7.2.2 Bagi Masyarakat Sasaran ......................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 110

LAMPIRAN ............................................................................................................. 119

Page 16: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Definisi Operasional ................................................................................... 33

Tabel 4.2 Skoring Variabel Sarana Air Bersih........................................................... 43

Tabel 4.3Skoring Variabel Kondisi Jamban .............................................................. 44

Tabel 4.4 Skoring Variabel Kondisi SPAL ................................................................ 45

Tabel 4.5 Skoring Variabel Kondisi Lantai Rumah ................................................... 45

Tabel 4.6 Skoring Variabel Kondisi Tempat Pembuangan Sampah .......................... 46

Tabel 4.7 Pengkodean Data ....................................................................................... 50

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 .......... 54

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Infeksi Cacing berdasarkan Jenis Cacing pada Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 ................................................................................... 54

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Kebersihan Kuku pada Anak Usia 6-12 Tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 55

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016 ................................................................. 56

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB pada Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 ................................................................................... 57

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan BAB Sembarangan pada Anak Usia 6-12

Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 ................................................................................................ 57

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup pada

Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016 ................................................................. 58

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki pada Anak Usia

6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 ................................................................................................ 59

Page 17: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xvii

Tabel 5.9 Distribusi Sarana Air Bersih yang Digunakan oleh Anak Usia 6-12 Tahun

di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

................................................................................................................... 60

Tabel 5.10 Distribusi Sarana Air Bersih berdasarkan Kategori di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ..................... 61

Tabel 5.11 Distribusi Kondisi Jamban yang Digunakan oleh Anak Usia 6-12 Tahun

di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun

2016 ......................................................................................................... 62

Tabel 5.12 Distribusi Kondisi Jamban berdasarkan Kategori di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ..................... 64

Tabel 5.13 Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah yang Digunakan oleh Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 ................................................................................. 64

Tabel 5.14 Distribusi Kondisi SPALberdasarkan Kategori di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ..................... 65

Tabel 5.15 Distribusi Kondisi Lantai di Rumah Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ....... 66

Tabel 5.16 Distribusi Kondisi Lantai Rumah berdasarkan Kategori di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 ..................... 67

Tabel 5.17 Distribusi Kondisi Tempat Pembuangan Sampah di Rumah Anak Usia 6-

12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 .............................................................................................. 68

Tabel 5.18 Distribusi Kondisi Tempat Pembuangan Sampah berdasarkan Kategori di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

................................................................................................................. 69

Tabel 5.19 Hubungan Kebersihan Kuku dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12

Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 .............................................................................................. 69

Tabel 5.20Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan Infeksi

Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016....................................... 70

Page 18: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xviii

Tabel 5.21Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB dengan Infeksi

Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016....................................... 71

Tabel 5.22 Hubungan Kebiasaan BAB Sembarangan dengan Infeksi Cacing pada

Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016 ............................................................... 72

Tabel 5.23 Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup dengan

Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016....................................... 73

Tabel 5.24 Hubungan Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki dengan Infeksi Cacing

pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016 ............................................................... 74

Tabel 5.25 Hubungan Sarana Air Bersih dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12

Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 .............................................................................................. 75

Tabel 5.26 Hubungan Kondisi Jamban dengan Infeksi Cacing pada Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 ................................................................................. 76

Tabel 5.27 Hubungan Kondisi SPAL dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12

Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016 .............................................................................................. 77

Tabel 5.28 Hubungan Kondisi Lantai Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016 ................................................................................. 78

Tabel 5.29 Hubungan Kondisi Tempat Pembuangan Sampah dengan Infeksi Cacing

pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016 ............................................................... 79

Page 19: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Cacing Gelang Sumber: Gandahusada dkk, 2004 ............ 13

Gambar 2.2 Siklus Hidup Cacing Cambuk Sumber: Gandahusada dkk, 2004 .......... 15

Gambar 2.3 Siklus Hidup Cacing Tambang Sumber: Gandahusada dkk, 2004 ........ 17

Gambar 2.4 KerangkaTeori ........................................................................................ 31

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 32

Gambar 4.1 Alur Pengambilan Sampel Studi (Enrollment)....................................... 39

Gambar 4.2 Hasil Mikroskop Telur Cacing yang Ditularkan melalui Tanah ............ 48

Page 20: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

xx

DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang Air Besar

Dinkes : Dinas Kesehatan

Ditjen PP & PL : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan

Hb : Hemoglobin

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kkal : Kebutuhan Kalori

MI : Madrasah Ibtidaiyah

OR : Odds Ratio

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SD : Sekolah Dasar

SDN : Sekolah Dasar Negeri

SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah

UKS : Unit Kesehatan Sekolah

UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural

Organization

UNICEF : United Nations International Children Emergency’s

Fund

WHO : World Health Organization

Page 21: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

1

1. BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi cacing adalah masuknya parasit berupa cacing ke dalam tubuh

manusia. Infeksi ini dapat menyebabkan turunnya status gizi, ketahanan tubuh,

kecerdasan dan produktivitas penderita sehingga secara tidak langsung juga

dapat menyebabkan kerugian ekonomi (Ditjen PP &PL, 2013). Hasil kalkulasi

yang dilakukan oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(Ditjen PP & PL) Kementerian Kesehatan RI, diketahui bahwa kerugian

langsung akibat cacing pada anak usia sekolah antara lain adalah kerugian

karbohidrat sebanyak 0,14 gram perhari, kerugian protein sebanyak 0,035 gram

perhari, dan kehilangan darah sebanyak 0,005 sampai 0,2 ml perhari (Ditjen PP

& PL, 2013).

Di Indonesia, penyakit cacing masih memiliki prevalensi yang tinggi

khususnya di daerah dengan kondisi sanitasi yang buruk. Pada tahun 2002 –

2009, Ditjen PP & PL (2012) melakukan pemeriksaan feses pada anak Sekolah

Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang tersebar di 33 Provinsi dan menunjukkan

hasil rata-rata prevalensi cacing sebesar 31,8%. Berdasarkan survei yang

dilakukan di 10 kabupaten pada tahun 2012, ditemukan bahwa prevalensi

cacing tertinggi berasal dari kabupaten Gunung Mas provinsi Kalimantan

Tengah (76,67%). Di Provinsi Banten, infeksi cacing tertinggi berada di

Kabupaten Lebak (62%) dan Pandeglang (43,78%) (Ditjen PP & PL, 2013).

Pada tahun 2015, diketahui bahwa prevalensi infeksi cacing di Indonesia

mencapai angka 28,12%, namun angka tersebut belum menggambarkan

Page 22: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

2

kondisi sebenarnya karena masih banyak wilayah di Indonesia yang belum

tercakup dalam pemeriksaan infeksi cacing (Dinkes Kabupaten Indragiri Hulu,

2015).

Cacing yang menyebabkan infeksi terbanyak di Indonesia adalah cacing

yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths) yaitu cacing gelang

(Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Pada penelitian di

beberapa kota besar di Indonesia, ditemukan bahwa penyakit cacing akibat

nematoda usus dengan spesies cacing gelang merupakan penyebab tertinggi

dengan prevalensi sebesar 60-90%, yang kedua adalah cacing cambuk dengan

prevalensi 65-75% dan cacing tambang dengan prevalensi 30-50% (Utama,

2009).

Infeksi cacing secara langsung disebabkan oleh kurangnya praktik

kebersihan perorangan atau personal hygiene dan sanitasi lingkungan rumah.

Pada penelitian Yunus (2015) ditemukan ada hubungan personal hygiene dan

buruknya sanitasi lingkungan rumah terhadap infeksi cacing pada balita.

Personal hygiene yang baik dapat memutus rantai transmisi telur cacing yang

berasal dari tanah maupun material lainnya yang terkontaminasi telur cacing.

Praktik personal hygiene yang baik seperti mencuci tangan dengan baik dan

benar, memotong kuku secara rutin kurang dari dua minggu sekali dapat

menghilangkan telur cacing yang terdapat pada tangan dan kuku sehingga tidak

terjadi penularan ke dalam saluran pencernaan manusia (Yunus, 2015).

Penelitian terdahulu di Kabupaten Lebak Provinsi Banten menunjukkan

bahwa siswa sekolah dasar yang memiliki personal hygiene yang buruk

Page 23: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

3

berisiko 3,194 kali daripada siswa sekolah dasar yang memiliki personal

hygiene baik (Isa, 2013). Penelitian Fitri, dkk (2012) di Tapanuli Selatan

menemukan adanya hubungan antara kondisi lingkungan rumah yaitu air

bersih, jamban, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), tempat sampah dan

kondisi halaman rumah yang tidak memenuhi syarat dengan penyakit cacing.

Pada penelitian Ali dkk (2016) di Kota Pekanbaru Provinsi Riau juga

ditemukan adanya hubungan antara penyediaan air bersih dan SPAL dengan

infeksi cacing pada petani sayur.

Penanganan infeksi cacing yang dilakukan di Indonesia berupa upaya

promotif, preventif dan kuratif. Upaya promotif dapat dilakukan dengan

memberikan penyuluhan kepada anak sekolah melalui program Unit Kesehatan

Sekolah (UKS), dan kepada masyarakat luas melalui posyandu, media cetak,

media elektronik maupun penyuluhan langsung. Upaya preventif dilakukan

dengan pengendalian faktor risiko seperti menerapkan perilaku hidup bersih

dan sehat, penyediaan air bersih yang cukup, melakukan lantainisasi pada

rumah, pengadaan jamban pribadi yang memadai, dan menjaga kebersihan

makanan. Upaya kuratif dilakukan dengan mengonsumsi obat yang aman dan

efektif dalam membunuh cacing dewasa, larva dan telur.

Pemerintah menargetkan pada tahun 2016 agar sebanyak 100% provinsi

dan 75% kabupaten/kota di Indonesia telah melaksanakan program

pengendalian infeksi cacing dengan cakupan sasaran nasional mencapai

minimal 75% (Ditjen PP & PL, 2012). Namun, berdasarkan keterangan yang

didapat dari petugas Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, diketahui bahwa

Kota Tangerang Selatan belum melakukan program pengendalian infeksi

Page 24: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

4

cacing, padahal masih terdapat wilayah yang warganya memiliki risiko tinggi

untuk terinfeksi cacing, yaitu wilayah RT 02 RW 07 Kelurahan Pisangan

dimana sebagian besar karakteristik fisik wilayahnya masih berupa tanah dan

dipenuhi oleh sampah karena wilayah tersebut merupakan kawasan tempat

pembuangan sampah sementara.

Kondisi sanitasi lingkungan rumah yang digunakan oleh warga di Rawa

Limbah juga masih kurang memadai, seperti masih ada warga yang tidak

memiliki jamban pribadi, tidak memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah

(SPAL) dan tempat sampah di rumahnya. Berdasarkan hasil wawancara juga

ditemukan adanya praktik personal hygiene yang tidak baik pada anak-anak

yang tinggal di Rawa Limbah, seperti kebiasaan tidak mencuci tangan dengan

sabun sebelum makan dan setelah Buang Air Besar (BAB), kebiasaan tidak

memakai alas kaki saat beraktivitas di luar rumah, dan kebiasaan mengonsumsi

jajanan yang tidak tertutup. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan penelitian

terkait hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan rumah dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan

Kota Tangerang Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Infeksi cacing merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh

masyarakat karena dapat memberikan berbagai dampak seperti turunnya

kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderita sehingga secara

tidak langsung juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan di RT 02 RW 07 Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten ditemukan masih ada

Page 25: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

5

warga yang tidak memiliki jamban pribadi, tidak memiliki Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan tempat sampah di rumahnya.

Berdasarkan hasil wawancara juga ditemukan adanya praktik personal hygiene

yang tidak baik pada anak-anak, seperti kebiasaan tidak mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dan setelah Buang Air Besar (BAB), kebiasaan

tidak memakai alas kaki saat beraktivitas di luar rumah, dan kebiasaan

mengonsumsi jajanan yang tidak tertutup. Selain itu, berdasarkan keterangan

petugas Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, kota Tangerang Selatan

khususnya wilayah kerja Puskesmas Pisangan belum pernah melakukan

program pengendalian infeksi cacing, sehingga dianggap perlu untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan personal hygiene dan sanitasi

lingkungan rumah dengan infeksi cacing pada wilayah tersebut.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun 2016?

2. Bagaimana gambaran personal hygiene (kebersihan kuku, kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB, kebiasaan BAB

sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup, kebiasaan

menggunakan alas kaki) pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun 2016?

3. Bagaimana gambaran sanitasi lingkungan rumah (sarana air bersih, kondisi

jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah, kondisi tempat pembuangan

sampah) pada usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan tahun 2016?

Page 26: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

6

4. Apakah ada hubungan antara personal hygiene (kebersihan kuku, kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB, kebiasaan BAB

sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup, kebiasaan

menggunakan alas kaki) dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun 2016?

5. Apakah ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah (sarana air bersih,

kondisi jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah, kondisi tempat

pembuangan sampah) dengan infeksi cacing pada usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun 2016?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara personal hygiene dan sanitasi

lingkungan rumah dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun

2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran infeksi cacing pada usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun

2016.

2. Diketahuinya gambaran personal hygiene (kebersihan kuku,

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB,

kebiasaan BAB sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan

tidak tertutup, kebiasaan menggunakan alas kaki) pada usia 6-12

Page 27: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

7

tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan tahun 2016.

3. Diketahuinya gambaran sanitasi lingkungan rumah (sarana air

bersih, kondisi jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah,

kondisi tempat pembuangan sampah) pada usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun

2016.

4. Diketahuinya hubungan antara personal hygiene (kebersihan

kuku, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah

BAB, kebiasaan BAB sembarangan, kebiasaan mengonsumsi

jajanan tidak tertutup, kebiasaan menggunakan alas kaki) dengan

infeksi cacing pada usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun 2016.

5. Diketahuinya hubungan antara sanitasi lingkungan rumah (sarana

air bersih, kondisi jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah,

kondisi tempat pembuangan sampah) dengan infeksi cacing pada

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan akan memberikan manfaat kepada

berbagai pihak dan instansi, antara lain:

Page 28: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

8

1.5.1 Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat membantu masyarakat dalam mengetahui adanya

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun terutama yang disebabkan oleh

personal hygiene dan sanitasi lingkungan rumah yang buruk.

1.5.2 Bagi Puskesmas Pisangan

Penelitian ini dapat membantu Puskesmas Pisangan dalam

menemukan faktor yang menjadi penyebab infeksi cacing pada anak usia

6-12 tahun. Selain itu, adanya penelitian ini juga dapat membantu

penerapan program yang berkaitan dengan pengurangan faktor risiko

terjadinya infeksi cacing.

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain jika

membutuhkan referensi mengenai hubungan antara personal hygiene dan

sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12

tahun.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah RT 02 RW 07 Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatanpada bulan Juni-November 2016.

Tujuan dilaksanakannya penelitian adalah mengetahui hubungan antara

personal hygiene dan kondisi lingkungan rumah terhadap penyakit cacing pada

anak usia 6-12 tahun di RT 02 RW 07 Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan dengan desain

Page 29: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

9

studi cross sectional untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

variabel independen dan dependen dalam waktu yang bersamaan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random

sampling, dengan sampel sebanyak 36 anak. Instrumen yang digunakan berupa

pedoman wawancara terstruktur, lembar observasi, pedoman pengambilan

sampel feses, pot feses, serta alat dan bahan pengujian sampel feses yang

terdiri dari mikroskop, lidi, pipet tetes, tisu, object glass, deck glass, dan

larutan eosin 1%. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis

univariat dan bivariat. Uji statistik yang digunakan pada analisis bivariat adalah

uji Chi Square untuk melihat adanya hubungan antara personal hygiene dan

sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi cacing.

Page 30: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

10

2. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Cacing

Infeksi cacing merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang masih

cukup tinggi prevalensinya. Infeksi tersebut dapat ditemukan pada berbagai

golongan usia dan kasus terbanyak ditemukan pada anak balita dan usia

sekolah dasar dengan prevalensi 60-70% (Ditjen PP &PL, 2012). Menurut

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, definisi

anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih

di dalam kandungan. Anak usia 6-12 tahun masuk ke dalam tahap pertumbuhan

dan perkembangan masa kanak-kanak pertengahan yaitu usia 6-12 tahun.

Menurut Kemenkes RI (2007), anak usia 6-12 tahun merupakan bagian dari

masyarakat yang berisiko tinggi terhadap infeksi cacing.

Salah satu dampak cacing yang paling berat adalah terhambatnya

pertumbuhan fisik dan perkembangan anak. Infeksi cacing yang diderita anak

dapat mengakibatkan kurangnya masukan makanan serta kurangnya

kemampuan anak untuk menerima makanan, sementara kebutuhan tubuh

semakin meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan gangguan pertumbuhan

yang ditunjukkan dengan pertumbuhan linear yang mengurang atau terhenti,

berat badan berkurang, ukuran lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit

yang menurun (Soetjiningsih, 1998).

Anak usia 6-12 tahun membutuhkan kalori dan protein untuk dapat

tumbuh. Pada periode ini berat badan anak akan meningkat rata-rata 3-3,5 kg

dan tinggi badan kira-kira 6 cm pertahun. Untuk menjamin pertumbuhan anak

Page 31: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

11

dibutuhkan kalori sebesar 1900-2000 Kkal, dan protein 37-45 gram perhari.

Jadi, anak usia 6-12 tahun membutuhkan zat gizi dengan jumlah yang relatif

besar agar pertumbuhannya dapat optimal, sehingga suatu kondisi defisiensi

akan segera berpengaruh terhadap pertumbuhannya (Siregar, 2006).

Selain defisiensi zat gizi, infeksi cacing juga dapat menyebabkan defisiensi

kadar darah dalam tubuh. Spesies cacing yang dapat menghisap darah adalah

cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus). Namun, cacing tambang menghisap lebih

banyak darah dibanding cacing cambuk, dimana seekor Ancylostoma

duodenale dapat menghisap 0,16-0,34 ml darah per hari dan Necator

americanus 0,03-0,05 ml darah perhari. Pada infeksi sedang yang ditunjukkan

dengan angka telur pergram melebihi 5000, kehilangan darah dapat dideteksi

dalam tinja rata-rata 8 ml per hari, sehingga menimbulkan gejala anemia dan

defisiensi zat besi (Oemijati, 1996).

Zat besi juga sangat penting bagi tubuh, dimana zat tersebut dibutuhkan

untuk pembelahan sel dan berperan dalam proses respirasi sel. Dalam tiap sel,

zat besi bekerjasama dengan rantai protein pengangkut elektron yang berperan

dalam tahap akhir metabolisme energi. Zat besi juga berperan dalam sistem

kekebalan tubuh, sehingga kekurangan zat besi dapat menyebabkan sel darah

putih tidak bekerja secara efektif (Oemijati, 1996).

Page 32: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

12

2.1.1 Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

2.1.1.1 Morfologi dan Siklus Hidup

Cacing gelang merupakan jenis cacing dengan ukuran

terbesar, cacing betina dewasa berukuran 20-35 cm x 3-6 mm dan

cacing jantan berukuran 15-32 cm x 2-4 mm. Cacing ini berwarna

putih atau merah muda. Telur yang dikeluarkan oleh seekor

cacing gelang betina setiap harinya kurang lebih 200.000 butir.

Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang

menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu

(Rifdah, 2007).

Bila telur yang infektif tertelan, telur akan menetas menjadi

larva di usus halus. Kemudian, larva menembus dinding usus

halus menuju pembuluh darah atau saluran limfa, lalu terbawa

aliran darah ke jantung dan paru-paru. Di paru-paru, larva

menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke dinding dan

rongga alveolus, kemudian naik ke bronkiolus dan bronkus

melalui trakea. Dari trakea, larva menuju ke faring dan

menimbulkan rangsangan sehingga penderita batuk, kemudian

larva tertelan ke dalam esophagus, kemudian masuk ke usus

halus, dan di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa.

Diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan untuk telur infektif

tumbuh menjadi cacing dewasa (Ditjen PP & PL, 2012).

Page 33: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

13

Gambar 2.1Siklus Hidup Cacing Gelang

Sumber: Gandahusada dkk, 2004

2.1.1.2 Patofisiologi

Orang yang terinfeksi cacing gelang dapat mengidap sindrom

Loeffler. Sindrom tersebut merupakan kumpulan gejala akibat

larva yang masuk ke dalam paru, dan bila orang tersebut rentan,

maka dapat terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus yang

kemudian menimbulkan gejala batuk, demam dan eosinofilia atau

tingginya kadar eosin dalam darah. Gangguan lain yang dapat

timbul adalah akibat cacing dewasa yang menimbulkan gejala

ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, perut buncit, diare

dan konstipasi. Sedangkan untuk infeksi berat menimbulkan

malabsorbsi dan penggumpalan dalam usus sehingga terjadi

obstruksi usus halus (Yunus, 2015).

Page 34: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

14

2.1.2 Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)

2.1.2.1 Morfologi dan Siklus Hidup

Trichuris trichiura disebut cacing cambuk karena bentuknya

yang seperti cambuk. Infeksi cacing ini lebih sering terjadi di

daerah subtropis dan tropis, dimana lingkungan yang kotor dan

iklim yang hangat hingga lembab memungkinkan telur dari

parasit ini mengeram dalam tanah (Gandahusada dkk, 2004).

Cacing cambuk dapat memproduksi telur sebanyak 200 hingga

7000 butir perhari dan cacing dewasa dapat hidup di dalam tubuh

dalam beberapa tahun. Telur yang dihasilkan akan keluar dari

tubuh bersama tinja dan mengalami pematangan dalam waktu 2

sampai 4 minggu di luar tubuh. Pada kondisi hangat dan lembab

maka telur akan matang dan dapat menginfeksi hospes lain

(Yunus, 2015).

Telur cacing cambuk yang sudah matang dapat tertelan oleh

manusia dan menetas di usus kecil yang kemudian akhirnya akan

melekat pada mukosa usus besar (Yunus, 2015). Kemudian, larva

menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran

limpa dan terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-

paru (Jalaluddin, 2009).

Page 35: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

15

Gambar 2.2 Siklus Hidup Cacing Cambuk

Sumber: Gandahusada dkk, 2004

2.1.2.2 Patofisiologi

Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing cambuk

terjadi akibat kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan

respon alergi. Keadaan tersebut erat kaitannya dengan jumlah

cacing, lama infeksi, umur dan status kesehatan host atau

penderita. Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk biasanya

hanya timbul pada infeksi yang telah menahun, antara lain

anemia, diare, sakit perut, mual dan turunnya berat badan

(Onggowaluyo, 2002). Pada anak, cacing tersebar di usus besar

dan rektum sehingga dapat menimbulkan prolapsus rekti

(timbulnya benjolan pada anus akibat turunnya rektum) dan

sering timbul pada waktu defekasi atau buang air besar (Ditjen PP

& PL, 2012).

Page 36: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

16

2.1.3 Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

2.1.3.1 Morfologi dan Siklus Hidup

Cacing ini dinamakan cacing tambang karena pertama kali

ditemukan di daerah pertambangan. Manusia merupakan hospes

cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Cacing

betina Ancylostoma duodenale dapat memproduksi 10.000 telur

tiap hari, sedangkan Necator americanus dapat memproduksi

sekitar 9.000 telur (Yunus, 2015).

Telur dikeluarkan bersama feses dan pada lingkungan yang

sesuai dengan pertumbuhannya, telur menetas menjadi larva

flariform dalam waktu kurang lebih 3 hari. Larva tersebut

bertahan hidup selama 7 hingga 8 minggu di tanah dan dapat

menembus kulit. Untuk spesies Necator americanus, telur juga

dapat masuk ke dalam tubuh melalui infeksi oral atau dengan cara

tertelan (Ditjen PP & PL, 2012).

Page 37: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

17

Gambar 2.3 Siklus Hidup Cacing Tambang

Sumber: Gandahusada dkk, 2004

2.1.3.2 Patofisiologi

Patofisiologi cacing tambang memiliki tiga tahap infeksi.

Tahap pertama adalah vesikulasi dan pustulasi atau gatal-gatal

yang disebabkan oleh larva cacing. Hal tersebut biasanya ringan

atau tidak ada di daerah tropis. Tahap kedua adalah asma dan

bronchitis ketika larva migrasi melalui paru-paru dengan

menyebabkan perdarahan kecil pada alveoli dan eosinofilik serta

infiltrasi leukocytic. Tahap yang ketiga adalah infeksi menetap

yang terlihat pada penduduk daerah endemis dan mengarah ke

anemia cacing tambang dan penyakit cacing tambang. Cacing

tambang hidup dalam rongga usus halus dengan cara melekatkan

giginya pada dinding usus halus dan menghisap darah, sehingga

infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara

perlahan sehingga host atau penderita mengalami anemia (Isa,

Page 38: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

18

2013). Anemia mengakibatkan defisiensi zat besi sehingga

bedapat berdampak pada terhambatnya pertumbuhan anak,

kehamilan, menurunkan gairah kerja dan produktifitas (Brown,

1979).

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Cacing

2.2.1 Personal hygiene

Personal hygiene atau kebersihan perorangan adalah upaya

seseorang untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya

sendiri, antara lain seperti memelihara kebersihan kuku, tangan, kaki,

rambut, makan makanan yang sehat, cara hidup teratur, meningkatkan

daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani, menghindari terjadinya

penyakit, meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah, melengkapi

rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup sehat dan pemeriksaan

kesehatan (Entjang, 2001). Pencegahan dan pemberantasan penyakit

cacing pada umumnya merupakan pemutusan rantai penularan, yaitu

salah satunya dengan melakukan praktik personal hygiene.

2.2.1.1 Kebersihan Kuku

Kebersihan kuku dapat berhubungan dengan infeksi cacing,

dimana kuku yang panjang dan kotor dapat menjadi tempat

melekatnya berbagai kotoran yang mengandung mikroorganisme,

salah satunya adalah telur cacing. Telur cacing dapat terselip di

dalam kuku, kemudian dapat masuk ke dalam tubuh apabila

tertelan. Hal tersebut dapat diperparah bila tidak terbiasa mencuci

Page 39: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

19

tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan

(Jalaluddin, 2009).

Penelitian Faridan, dkk (2013) menemukan bahwa

responden dengan kuku kotor berisiko 1,7 kali lebih tinggi untuk

menderita cacing dibandingkan dengan responden berkuku bersih.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Fitri, dkk (2012) yang

menemukan adanya hubungan antara kebersihan kuku dengan

infeksi cacing pada murid sekolah dasar (p=0,000). Pertumbuhan

kuku jari tangan dalam 1 minggu rata-rata 0,5 sampai 1,5 mm,

empat kali lebih cepat daripada pertumbuhan kuku jari kaki

(Onggowaluyo, 2002). Kuku sebaiknya dipotong hingga selalu

pendek dan dibersihkan hingga tidak ada kotoran untuk

menghindari penularan cacing dari tangan ke mulut (Gandahusada

dkk, 2004). Menurut The Joint Commission (2009), kuku yang

memenuhi syarat kesehatan memiliki panjang yang tidak melebihi

0,5 cm dari ujung jari serta tidak terdapat kotoran di bawah kuku.

2.2.1.2 Kebiasaan Mencuci Tangan

Salah satu penyebab seseorang terinfeksi cacing dapat

disebabkan kurangnya kebiasaan mencuci tangan. Mencuci

tangan adalah proses secara mekanis untuk melepaskan kotoran

dan serpihan dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan

air. Tujuan mencuci tangan adalah sebagai salah satu unsur

pencegahan penularan infeksi (Kemenkes RI, 2007). Menurut

UNICEF, salah satu manfaat dari kebiasaan mencuci tangan

Page 40: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

20

dengan sabun yang mengandung antiseptik adalah mengurangi

risiko terkena penyakit diare dan infeksi parasit cacing. Mencuci

tangan menggunakan sabun dapat membersihkan telur cacing

yang berada pada kotoran kuku maupun tangan (Ali, dkk, 2016).

Penelitian Yudhastuti dan Lusno (2012) menemukan

adanya hubungan antara mencuci tangan setelah Buang Air Besar

(BAB) dengan infeksi cacing, dimana anak yang tidak mencuci

tangan memiliki risiko 4,654 lebih besar dibanding anak yang

mencuci tangan setelah BAB. Hasil tersebut sejalan dengan

penelitian Fitri, dkk (2012) di Tapanuli Selatan yang

menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan cuci tangan

dengan infeksi cacing pada murid sekolah dasar. Penelitian

Sofiana, dkk (2011) menemukan adanya hubungan antara

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian

infeksi cacing pada siswa sekolah dasar di Yogyakarta. Hal

tersebut didukung dengan hasil penelitian Isa (2013) yang

menemukan bahwa anak sekolah dasar dengan kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan yang tidak memenuhi syarat berisiko 2,9

lebih besar dibanding anak dengan kebiasaan mencuci tangan

yang memenuhi syarat.

Spesies cacing Ascaris lumbricoides memiliki sifat telur

yang lengket sehingga perlu menggunakan sabun saat mencuci

tangan untuk meluruhkan telur cacing tersebut. Selain

penggunaan sabun, penggunaan air yang mengalir juga penting

Page 41: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

21

pada saat mencuci tangan, karena kotoran dapat sepenuhnya

hilang dan tidak akan menempel kembali ke tangan. Perilaku cuci

tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum

makan dapat memutus rantai transmisi telur cacing yang berasal

dari tanah maupun material lain (Isa, 2013).

2.2.1.3 Kebiasaan Buang Air Besar (BAB)

Berdasarkan data UNICEF, 44,5% total seluruh penduduk

Indonesia belum memiliki akses BAB yang layak dan 63 juta

masyarakat Indonesia masih BAB sembarangan (Triyono, 2014).

BAB sembarangan merupakan perilaku buang air besar di

sembarang tempat dan membiarkan tinjanya pada tempat terbuka.

Perilaku tersebut secara langsung dan tidak langsung dapat

berakibat terhadap kontaminasi berbagai cemaran, terutama

cemaran biologi berupa bakteri, virus, dan parasit. Penelitian

Yudhastuti dan Lusno (2012) menemukan adanya hubungan

antara kebiasaan BAB dengan infeksi cacing (p=0,001) dimana

anak dengan kebiasaan BAB tidak di jamban memiliki risiko

4,821 lebih besar daripada anak yang memiliki kebiasaan BAB di

jamban. Apabila tinja yang mengandung telur cacing dibuang

sembarangan, maka akan mencemari lingkungan sekitar, dan

mengundang datangnya vektor penyakit, sehingga vektor

penyakit tersebut dapat menularkan telur cacing ke hospes atau

manusia (Yudhastuti dan Lusno, 2012).

Page 42: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

22

2.2.1.4 Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan yang Tidak Tertutup

Makanan jajanan yang tidak ditutup dapat berisiko

mengandung parasit cacing. Contoh makanan jajanan tersebut

adalah gorengan, roti atau kue yang tidak dibungkus. Makanan-

makanan tersebut dapat mengandung parasit cacing dikarenakan

telah dihinggapi oleh vektor penyakit seperti lalat yang membawa

telur atau larva cacing di tubuhnya (Yunus, 2015). Penelitian

Muchlisah, dkk (2014) menunjukkan adanya hubungan antara

kebiasaan membeli jajan yang tidak memenuhi syarat dengan

kejadian cacing (p=0,000) pada siswa SD Athirah Bukit Baruga,

Makassar.

2.2.1.5 Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Kebiasaan menggunakan alas kaki merupakan aktivitas

menggunakan alas kaki berupa sandal atau sepatu ketika berada di

luar rumah, khususnya ketika akan kontak dengan tanah.

Penelitian Sumanto (2010) di Demak menunjukkan adanya

hubungan antara kebiasaan memakai alas kaki saat aktivitas luar

rumah dengan kejadian infeksi cacing tambang (p=0,003).

Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Muchlisah, dkk

(2014) yang menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan

memakai alas kaki dengan kejadian cacing (p=0,000) pada anak

SD Athirah Bukit Baruga, Makassar. Kebiasaan tidak memakai

alas kaki di luar rumah, terutama bila menginjak tanah, maka

dapat menyebabkankaki kontak langsung dengan telur cacing

Page 43: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

23

yang kemudian dapat berakibat masuknya telur cacing ke dalam

pori-pori kulit (Sumanto, 2010).

2.2.1.6 Pengukuran Perilaku

Menurut Kartono (1999), perilaku adalah suatu perubahan atau

aktivitas atau sembarang respons baik itu reaksi, tanggapan, jawaban

atau balasan yang dilakukan makhluk hidup. Maka dari itu, dapat

dikatakan bahwa perilaku merupakan bagian dari satu kesatuan pola

reaksi. Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa perilaku merupakan

kegiatan atau aktivitas makhluk hidup yang terbentuk dari stimulus

berupa faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang dimaksud

dapat berupa faktor lingkungan fisik maupun non-fisik seperti faktor

sosial dan budaya, sedangkan faktor internal berupa faktor yang berasal

dari dalam diri orang yang bersangkutan, seperti perhatian, pengamatan,

persepsi, motovasi, fantasi, dan sugesti.

Personal hygiene merupakan salah satu bentuk dari perilaku

kesehatan, yaitu respons seseorang terhadap rangsangan atau objek

yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit maupun faktor-faktor yang

mempengaruhi sehat-sakit. Perilaku kesehatan dapat diukur dengan dua

cara. Cara pertama adalah dengan pengamatan secara langsung

(observasi), yaitu dengan mengamati tindakan dari subyek dalam

rangka memelihara kesehatannya. Cara kedua adalah menggunakan

metode mengingat kembali (recall) melalui pertanyaan-pertanyaan

terhadap subyek mengenai apa yang telah dilakukan berhubungan

dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Page 44: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

24

2.2.2 Sanitasi Lingkungan Rumah

Menurut Kemenkes RI (2002), sanitasi lingkungan adalah

pencegahan penyakit dengan mengurangi atau mengendalikan faktor-

faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan

penyakit, atau dengan kata lain sanitasi merupakan upaya pencegahan

penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata

rantai penularan penyakit.

2.2.2.1 Sarana Air Bersih

Air bersih digunakan manusia untuk berbagai kebutuhan

seperti minum, memasak, mandi, mencuci, dan keperluan lainnya.

Terdapat dua syarat kesehatan untuk air bersih, yaitu syarat

kuantitas dan kualitas. Syarat kuantitas merupakan jumlah air

untuk keperluan rumah tangga (Chandra, 2007). United Nations

Educational, Scientific, and Cultural Organization atau UNESCO

(2000) menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu sebanyak 60

liter per orang per hari. Direktorat Jenderal Cipta Karya Pekerjaan

Umum kemudian membagi standar kebutuhan air berdasarkan

wilayah tempat tinggal, antara lain (Hambudi, 2015):

a. Pedesaan, dengan kebutuhan 60 liter/orang/hari

b. Kota kecil, dengan kebutuhan 90 liter/orang/hari

c. Kota sedang, dengan kebutuhan 110 liter/orang/hari

d. Kota besar, dengan kebutuhan 130 liter/orang/hari

e. Kota metropolitan, dengan kebutuhan 150 liter/orang/hari

Page 45: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

25

Syarat yang kedua adalah syarat kualitas dimana terbagi

menjadi syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat fisik meliputi

air yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

Syarat kimia dilihat dari tidak adanya zat-zat berbahaya, mineral

maupun zat organik yang tinggi dalam air.Syarat bakteriologis

berarti air tidak boleh mengandung bibit penyakit atau patogen

(Entjang, 2001).

Air dapat mempengaruhi penularan penyakit melalui jalur

fekal-oral apabila air yang terkontaminasi tinja memindahkan

organisme penyebab penyakit secara langsung ke host baru,

sehingga ketika air tersebut dikonsumsi dapat menyebabkan

infeksi pada host. Cara penularan berikutnya adalah melalui

water-washed transmission, yaitu transmisi penyakit akibat

praktik higiene yang buruk karena jumlah air yang tidak cukup

untuk mencuci, dengan langkanya kuantitas air, maka sulit bagi

seseorang untuk menjaga kebersihan tangan, kebersihan makanan

dan lingkungan sekitar (Isa, 2013).

Penelitian Fitri, dkk (2012) menemukan bahwa terdapat

hubungan antara air bersih yang tidak memenuhi syarat dengan

infeksi cacing (p=0,000) pada murid sekolah dasar di Kecamatan

Angkola Timur, Tapanuli Selatan. Penelitian tersebut sejalan

dengan penelitian Emovon, dkk (2014) di Nigeria yang

menunjukkan adanya hubungan antara sumber air bersih dengan

infeksi cacing pada anak-anak (p=<0,05). Penggunaan air yang

Page 46: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

26

tercemar dapat menimbulkan berbagai masalah termasuk infeksi

cacing. Air yang mengandung telur cacing dapat mengontaminasi

manusia apabila air tersebut digunakan untuk cuci tangan, mandi,

mencuci baju atau peralatan lainnya dengan cara tertelan atau

masuk melalui pori-pori kulit yang terbuka (Proverawati dan

Rahmawati, 2012).

2.2.2.2 Kondisi Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok

atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

(cubluk) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan

air untuk membersihkannya (Kemenkes RI, 2009).

Jamban yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai

penyakit menular, salah satunya adalah infeksi cacing. Perjalanan

infeksi tersebut dapat dimulai dari tangan yang kontak dengan

kotoran yang berada di sekitar jamban dan kemudian masuk ke

saluran pencernaan (Jalaluddin, 2009). Beberapa persyaratan

jamban sehat menurut Kemenkes RI (2009) antara lain tidak

mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak

10-15 m dari sumber air minum, mudah dibersihkan dan aman

digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan

dan ventilasi cukup, tidak berbau, lantai kedap air dan luas

ruangan memadai serta tersedia air dan alat pembersih. Menurut

Azwar (1995), jenis jamban dengan model terbaik yang

Page 47: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

27

dianjurkan dalam kesehatan lingkungan adalah jamban leher

angsa, yaitu jamban dengan leher lubang closet berbentuk

lengkung, dengan demikian akan terisi air yang berguna sebagai

penyumbat sehingga dapat mencegah bau busuk dan masuknya

binatang-binatang kecil.

Penelitian Yudhastuti dan Lusno (2012) menunjukkan

bahwa balita yang tidak memiliki jamban di rumahnya memiliki

risiko 5,342 kali lebih besar untuk terinfeksi cacing daripada

balita yang memiliki jamban. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian Isa (2013) yang menunjukkan adanya hubungan antara

kepemilikan jamban dengan kejadian infeksi cacing (p=0,003)

pada siswa sekolah dasar. Kepemilikan jamban yang saniter

memungkinkan pengurangan risiko terinfeksi cacing karena

material feses akan terkonsentrasi pada septic tank dan tidak

menyebar ke lingkungan pemukiman sehingga hal tersebut dapat

memutus mata rantai transmisi telur cacing melalui rute fekal-oral

(Isa, 2013).

2.2.2.3 Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah merupakan sisa air yang dibuang yang berasal

dari rumah tangga, industri dan pada umumnya mengandung

bahan atau zat yang membahayakan. Menurut Soeparman dan

Suparmin (2002), air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi,

antara lain:

Page 48: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

28

1. Tinja (feses), tinja merupakan fraksi yang paling berbahaya

karena di dalamnya mengandung mikroba patogen, seperti

bakteri, virus dan cacing.

2. Air seni (urine), air seni umumnya mengandung Nitrogen dan

Fosfor, serta memiliki kemungkinan kecil adanya

mikroorganisme.

3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci

dan kamar mandi, atau yang sering juga disebut sullage.

Terdapat 5 cara pembuangan air limbah rumah tangga,

antara lain (Chandra, 2007):

1. Pembuangan umum, yaitu melalui tempat penampungan air

limbah yang berada di halaman.

2. Air limbah digunakan untuk menyiram tanaman di kebun.

3. Air limbah dibuang ke lapangan peresapan.

4. Air limbah dialirkan ke saluran terbuka.

5. Air limbah dialirkan ke saluran tertutup atau selokan.

Cara pembuangan air limbah rumah tangga yang terbaik

adalah melalui saluran tertutup atau yang biasa disebut Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL). SPAL yang memenuhi syarat

kesehatan yaitu tertutup, kedap air dan mengalir lancar (Fitri, dkk,

2012. Hasil penelitian Nur, dkk (2013) menunjukkan adanya

hubungan antara kondisi sarana pembuangan limbah terhadap

infeksi cacing (p=0,000). Penelitian yang dilakukan oleh Fitri,

Page 49: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

29

dkk (2012) di Tapanuli Selatan yang menunjukkan adanya

hubungan antara SPAL dengan infeksi cacing (p=0,000).

2.2.2.4 Kondisi Lantai Rumah

Kondisi rumah dapat mempengaruhi perkembangan dan

kesehatan penghuninya, maka rumah yang ditinggali harus masuk

ke dalam kategori rumah sehat agar kesehatan penghuni dapat

terjaga. Salah satu persyaratan rumah sehat adalah memiliki

bangunan yang kuat dan lantai yang mudah dibersihkan. Lantai

yang memenuhi persyaratan adalah lantai yang tidak berdebu

pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Maka,

sebaiknya lantai rumah terbuat dari ubin, keramik atau semen

agar tidak lembab dan menimbulkan genangan air

(Kusnoputranto, 2000).

Yudhastuti dan Lusno (2012) menemukan bahwa balita

yang lantai rumahnya tidak memenuhi syarat atau berlantai tanah

berisiko 5,342 kali lebih besar daripada balita dengan lantai

rumah memenuhi syarat. Penelitian tersebut sejalan dengan

penelitian Rahayu dan Ramdani (2013) yang menunjukkan

adanya hubungan antara jenis lantai rumah dengan infeksi cacing

(p=0,024) pada siswa sekolah dasar di Kalimantan Selatan. Siklus

hidup cacing pada fase telur membutuhkan media tanah untuk

melanjutkan siklus hidupnya, maka rumah dengan lantai tanah

dapat berkontribusi dalam penularan infeksi cacing, karena

memperbesar kemungkinan kontaminasi tangan dengan telur

Page 50: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

30

cacing ketika tangan bersentuhan langsung dengan tanah

(Hadidjaja dan Margono, 2011).

2.2.2.5 Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang

dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya (Chandra, 2007). Penelitian Fitri, dkk (2012)

menunjukkan adanya hubungan antara tempat sampah dengan

infeksi cacing (p=0,000, OR=4,092) pada murid sekolah dasar di

Tapanuli Selatan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat

berpengaruh terhadap kesehatan, salah satunya adalah dapat

menjadi tempat berkembangbiak cacing-cacing yang

membahayakan kesehatan. Cacing tersebut dapat menginfeksi

manusia melalui vektor penyakit seperti lalat dan kecoa (Slamet,

2009).

Page 51: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

31

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.4 KerangkaTeori

Sumber: Entjang (2001); Kemenkes RI (2002); Gandahusada, dkk (2004)

Infeksi

Cacing

Personal hygiene

- Kebersihan Kuku

- Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

- Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB

- Kebiasaan BAB sembarangan

- Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup

- Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Sanitasi Lingkungan Rumah

- Sarana Air Bersih

- Kondisi Jamban

- Kondisi SPAL

- Kondisi Lantai Rumah

- Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

Jalur Oral

(tertelan) Cacing Gelang

(Ascaris lumbricoides)

Cacing Cambuk

(Trichuris trichiura)

Cacing Tambang

(Necator Americanus)

Cacing Tambang

(Ancylostoma duodenale)

Inhalasi

(debu)

Absorbsi

Kulit

Page 52: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

32

3. BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

antara variabel independen berupa personal hygiene (kebersihan kuku,

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB, kebiasaaan BAB

sembarangan. kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup, kebiasaan

menggunakan alas kaki) dan sanitasi lingkungan rumah (sarana air bersih,

kondisi jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah, kondisi tempat

pembuangan sampah) dengan variabel dependen, yaitu infeksi cacing.

Gambar 3.1Kerangka Konsep

Infeksi

Cacing

Personal hygiene

- Kebersihan Kuku

- Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

- Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB

- Kebiasaan BAB sembarangan

- Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup

- Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Sanitasi Lingkungan Rumah

- Sarana Air Bersih

- Kondisi Jamban

- Kondisi SPAL

- Kondisi Lantai Rumah

- Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

Page 53: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

33

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Infeksi Cacing Keberadaan telur cacing yang ditularkan

melalui tanah (soil transmitted helminth) pada

sampel feses responden berdasarkan hasil

pemeriksaan laboratorium dengan metode

langsung.

Pemeriksaan

Laboratorium

Mikroskop 1. Positif

2. Negatif

(Yudhastuti, 2012)

Nominal

2. Kebersihan Kuku Keadaan kuku tangan responden dilihat dari

panjang atau pendeknya serta ada atau

tidaknya kotoran di bawah kuku.

Observasi dan

pengukuran

Lembar

Observasi dan

penggaris

1. Buruk (panjang kuku

dari ujung jari ≥0,5 cm

dan/atau terdapat kotoran

di bawah kuku)

2. Baik (panjang kuku dari

ujung jari <0,5 cm dan

tidak terdapat kotoran di

bawah kuku)

(The Joint Commission,

2009)

Ordinal

3. Kebiasaan Mencuci

Tangan Sebelum

makan

Kebiasaan responden untuk mencuci tangan

dengan sabun dan air mengalir sebelum makan

setiap harinya.

Wawancara

Terstruktur

Pedoman

Wawancara

Terstruktur

1. Buruk

2. Baik

Ordinal

4. Kebiasaan Mencuci Kebiasaan responden untuk mencuci tangan Wawancara Pedoman 1. Buruk Ordinal

Page 54: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

34

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Tangan Setelah BAB dengan sabun dan air mengalir setiap setelah

buang air besar.

Terstruktur Wawancara

Terstruktur

2. Baik

5. Kebiasaan BAB

Sembarangan

Kebiasaan responden untuk melakukan praktik

BAB di tempat selain jamban, seperti pada

tanah kosong atau sungai.

Wawancara

Terstruktur

Pedoman

Wawancara

Terstruktur

1. Buruk

2. Baik

6. Kebiasaan

Mengonsumsi Jajanan

Tidak Tertutup

Kebiasaan responden untuk memakan jajanan

yang tidak tertutup seperti gorengan dalam

seminggu terakhir sejak dilakukannya

wawancara.

Wawancara

Terstruktur

Pedoman

Wawancara

Terstruktur

1. Buruk

2. Baik

Ordinal

7. Kebiasaan

Menggunakan Alas

Kaki

Kebiasaan responden untuk menggunakan alas

kaki berupa sandal atau sepatu setiap

beraktivitas ke luar rumah.

Wawancara

Terstruktur

Pedoman

Wawancara

Terstruktur

1. Buruk

2. Baik

Ordinal

8. Sarana Air Bersih Keadaan sarana air bersih di rumah responden

yang dilihat dari sumber air bersih, ada atau

tidaknya sumber pencemaran lain dalam jarak

10 m dari sumber air, dan ada atau tidaknya

kerusakan/keretakan pada lantai sekitar sumur.

Observasi Lembar

observasi

1. Buruk (Total skor ≤ nilai

median)

2. Baik (Total skor >nilai

median)

Ordinal

9. Kondisi Jamban Keadaan jamban yang digunakan oleh

responden dalam melakukan praktik BAB,

dilihat dari ada atau tidaknya jamban pribadi

dalam rumah responden, jenis jamban,

keberadaan septic tank, jarak septic tank

Observasi Lembar

Observasi

1. Buruk (Total skor ≤ nilai

median)

2. Baik (Total skor >nilai

median)

Ordinal

Page 55: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

35

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

dengan jamban, keberadaan air bersih di dekat

jamban, ada atau tidaknya bau dan genangan

air di sekitar jamban, kondisi lantai jamban

dan ketersediaan sabun untuk cuci tangan di

dekat jamban.

10. Kondisi SPAL Keadaan SPAL pada rumah responden dilihat

dari ada atau tidaknya SPAL di dalam rumah,

tertutup atau tidaknya SPAL, serta apakah

SPAL kedap air dan mengalir lancar.

Observasi Lembar

Observasi

1. Buruk (Total skor ≤ nilai

median)

2. Baik (Total skor >nilai

median)

Ordinal

11. Kondisi Lantai

Rumah

Keadaan lantai rumah responden dengan

melihat status lantainisasi rumah responden,

apakah lantai kedap air, tidak lembab

danmudah dibersihkan, serta keadaan bersih

atau tidaknya lantai dari sampah, tanah dan

kotoran lain pada saat diobservasi.

Observasi Lembar

Observasi

1. Buruk (Total skor ≤ nilai

median)

2. Baik (Total skor >nilai

median)

Ordinal

12. Kondisi Tempat

Pembuangan

Sampah

Keadaan tempat pembuangan sampah di

rumah responden, yang dilihat dari ada atau

tidaknya tempat pembuangan sampah di dalam

rumah responden, tertutup atau tidaknya

tempat pembuangan sampah tersebut dan

keberadaan sampah di sekitar tempat

pembuangan sampah.

Observasi Lembar

Observasi

1. Buruk (Total skor ≤ nilai

median)

2. Baik (Total skor >nilai

median)

Ordinal

Page 56: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

36

3.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara personal hygiene (kebersihan kuku, kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB, kebiasaan BAB

sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup, kebiasaan

menggunakan alas kaki) dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun 2016.

2. Ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah (sarana air bersih, kondisi

jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah, kondisi tempat pembuangan

sampah) dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan tahun 2016.

Page 57: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

37

4. BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif analitik dengan desain

cross sectional dimana variabel dependen dan independen diukur pada waktu

yang bersamaan. Variabel independen yang diteliti berupa personal hygiene

(kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB,

kebiasaan BAB sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup,

kebiasaan menggunakan alas kaki) dan sanitasi lingkungan rumah (sarana air

bersih, kondisi jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah, kondisi tempat

pembuangan sampah). Variabel dependen yang diteliti berupa infeksi cacing.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RT 02 RW 07 Rawa Limbah, Kelurahan

Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten pada

bulan Juni hingga November 2016.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah anak usia 6 sampai 12 tahun yang

bertempat tinggal di wilayah RT 02 RW 07 Rawa Limbah, Kelurahan

Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi

Banten yang berjumlah 55 anak.

Page 58: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

38

4.3.2 Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus

(Lemeshow, dkk, 1990):

𝑛 = {𝑍 −∝⁄ √[ 𝑃 − 𝑃 ] + 𝑍 −𝛽√[𝑃 − 𝑃 + 𝑃 − 𝑃 ]}𝑃 − 𝑃 𝑥

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan.

P1 : Proporsi pada kelompok yang merupakan judgment peneliti.

P2 : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

(2,6%).

P : Rata-rata proporsi.

𝑍 −∝⁄ : Derajat kemaknaan 95 % dengan dua sisi atau two tail

sebesar 5 % = 1,96.

𝑍 −𝛽 : Kekuatan uji 1 – sebesar 80 %.

Page 59: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

39

Berdasarkan perhitungan sampel uji beda dua proporsi, didapatkan

jumlah sampel terbanyak adalah 30 sampel. Untuk mengantisipasi

hilangnya sampel maka peneliti mengestimasikan penambahan 20%

sehingga menjadi 36 sampel. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah simple random sampling dengan frame sampling

berupa daftar Kartu Keluarga di RT 02 RW 07.

Alur pengambilan sampel studi dapat dijelaskan pada bagan berikut

Gambar 4.1 Alur Pengambilan Sampel Studi (Enrollment)

Bagan di atas menjelaskan bahwa populasi pada penelitian ini

adalah anak usia 6 sampai 12 tahun yang berdasarkan Kartu Keluarga

(KK) masih tinggal menetap di wilayah RT 02 RW 07 Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan hingga waktu dilaksanakannya penelitian sebanyak

55 anak. Kemudian, ditentukan sampel yang menjadi sasaran dan

Populasi

N=55

Eligible sample

n=36

Analisis Univariat

n=36

Pemeriksaan

Laboratorium

n=36

Analisis Bivariat

n=36

Wawancara

Terstruktur

n=36

Observasi

n=36

Participation Rate: x % = , %

Page 60: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

40

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi (eligible sample) sebesar 36 anak

berdasarkan hasil perhitungan sampel beda dua proporsi.

Berikut adalah kriteria inklusi dan ekslusi pengambilan sampel

pada penelitian ini:

Kriteria Inklusi:

1. Anak dengan periode kelahiran tahun 2004 sampai 2010;

2. Anak yang bersedia untuk diwawancara terkait personal hygiene;

3. Anak yang bersedia untuk dilakukan observasi pada sanitasi

lingkungan rumah yang digunakan;

4. Anak yang bersedia untuk memberikan sampel fesesnya.

Kriteria eksklusi:

1. Anak yang telah memenuhi kriteria inklusi namun sedang

mengalami gangguan pencernaan berupa buang air besar dengan

konsentrasi cair;

2. Anak yang telah memenuhi keriteria inklusi namun telah meminum

obat cacing dalam kurun waktu 6 bulan terakhir sejak dilakukan

pengambilan data.

Setelah itu, dilakukan pengambilan data berupa pemeriksaan feses,

wawancara terstruktur dan wawancara kepada 36 sampel yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian, dilakukan

pengolahan data secara univariat untuk melihat gambaran variabel

dependen berupa infeksi kecacingan serta variabel independen berupa

Page 61: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

41

personal hygiene dan sanitasi lingkungan rumah. Setelah itu, dilakukan

analisis bivariat untuk melihat adanya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang dilihat dari nilai Pvalue

serta melihat risiko kejadian infeksi cacing melalui nilai Odds Ratio.

4.4 Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer terdiri dari data hasil pemeriksaan laboratorium untuk

melihat status cacing responden, data hasil wawancara terstruktur terkait

variabel personal hygiene dan hasil observasi terkait sanitasi lingkungan

rumah, sedangkan data sekunder berupa daftar seluruh anak usia 6-12 tahun

yang berdasarkan Kartu Keluarga (KK) masih bertempat tinggal di RT 02 RW

07 Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan pada waktu

dilaksanakannya penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah petunjuk

pengambilan sampel feses yang diberikan kepada responden, pot feses, serta

alat dan bahan pengujian sampel feses berupa mikroskop, lidi, pipet tetes, tisu,

object glass, deck glass, dan larutan eosin 1%. Instrumen lain yang digunakan

pada penelitian ini adalah pedoman wawancara terstruktur dan lembar

observasi yang mengacu pada instrumen penelitian Malau (2008).

Page 62: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

42

a. Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah selalu (skor: 4),

sering, (skor: 3), kadang-kadang (skor: 2), tidak pernah (skor: 1). Hasil

ukur variabel kebiasaan mencuci tangan sebelum makan adalah:

1. Buruk apabila skor 1 dan 2

2. Baik apabila skor 3 dan 4

b. Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah selalu (skor: 4),

sering, (skor: 3), kadang-kadang (skor: 2), tidak pernah (skor: 1). Hasil

ukur variabel kebiasaan mencuci tangan setelah BAB adalah:

1. Buruk apabila skor 1 dan 2

2. Baik apabila skor 3 dan 4

c. Kebiasaan BAB Sembarangan

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah selalu (skor: 4),

sering, (skor: 3), kadang-kadang (skor: 2), tidak pernah (skor: 1). Hasil

ukur variabel kebiasaan BAB sembarangan adalah:

1. Buruk apabila skor 1 dan 2

2. Baik apabila skor 3 dan 4

d. Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah selalu (skor: 4),

sering, (skor: 3), kadang-kadang (skor: 2), tidak pernah (skor: 1). Hasil

ukur variabel kebiasaan menggunakan alas kaki adalah:

Page 63: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

43

1. Buruk apabilaskor 1 dan 2

2. Baik apabila skor 3 dan 4

e. Sarana Air Bersih

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah dengan

mengakumulasikan skor yang didapat. Variabel sarana air bersih

dikategorikan buruk apabila total skor ≤nilai median, dan dikategorikan

baik apabila total skor >nilai median.

Tabel 4.1 Skoring Variabel Sarana Air Bersih

Pertanyaan Skoring

Sumber air bersih - Skor 1 apabila menjawab sumur

gali/pompa dengan jarak kedalaman

≥10 m dan Perusahaan Air Minum

(PAM)

- Skor 0 apabila menjawab sungai dan

sumur gali/pompa dengan jarak

kedalaman <10 m

Ada sumber pencemaran lain

dalam jarak 10 m dari sumber

air

- Skor 1 apabila menjawab Tidak

- Skor 0 apabila menjawab Ya

Ada keretakan atau kerusakan

pada lantai sekitar sumur yang

memungkinkan air merembes ke

dalam sumur

- Skor 1 apabila menjawab Tidak

- Skor 0 apabila menjawab Ya

Page 64: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

44

f. Kondisi Jamban

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah dengan

mengakumulasikan skor yang didapat. Variabel kondisi jamban

dikategorikan buruk apabila total skor ≤nilai median, dan dikategorikan

baik apabila total skor >nilai median.

Tabel 4.2Skoring Variabel Kondisi Jamban

Pertanyaan Skoring

Terdapat jamban pribadi di

dalam rumah responden

- Skor 1 apabila Ya.

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Jenis jamban yang digunakan

adalah jamban leher angsa

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Jamban memiliki septic tank - Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Jarak jamban dengan septic tank

10-15 meter

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Terdapat persediaan air bersih

secara kontinu di dekat jamban

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Jamban tidak berbau - Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Jamban tidak ada genangan air - Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Lantai jamban tidak licin - Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Terdapat persediaan sabun untuk

cuci tangan setelah BAB di

dekat jamban

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Page 65: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

45

g. Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah dengan

mengakumulasikan skor yang didapat. Variabel kondisi SPAL

dikategorikan buruk apabila skor ≤nilai median, dan dikategorikan baik

apabila skor >nilai median.

Tabel 4.3 Skoring Variabel Kondisi SPAL

Pertanyaan Skoring

Terdapat SPAL di dalam rumah

responden

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

SPAL dalam keadaan tertutup

(perpipaan)

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

SPAL kedap air - Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

SPAL mengalir lancar - Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

h. Kondisi Lantai Rumah

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah dengan

mengakumulasikan total skor yang didapat. Variabel kondisi lantai rumah

dikategorikan buruk apabila skor ≤nilai median, dan dikategorikan baik

apabila skor >nilai median.

Tabel 4.4 Skoring Variabel Kondisi Lantai Rumah

Pertanyaan Skoring

Telah dilakukan lantainisasi

pada rumah responden

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Page 66: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

46

Pertanyaan Skoring

Lantai kedap air dan tidak

lembab

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Lantai mudah dibersihkan - Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Keadaan lantai bersih tanpa

sampah, tanah dan kotoran

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

i. Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

Skoring yang dilakukan pada variabel ini adalah dengan

mengakumulasikan total skor yang didapat. Variabel kondisi tempat

pembuangan sampah dikategorikan buruk apabila skor ≤nilai median, dan

dikategorikan baik apabila skor >nilai median.

Tabel 4.5 Skoring Variabel Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

Pertanyaan Skoring

Terdapat tempat pembuangan

sampah di rumah responden

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Tempat pembuangan sampah

tertutup

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Tidak terdapat sampah

berserakan di sekitar tempat

pembuangan sampah

- Skor 1 apabila menjawab Ya

- Skor 0 apabila menjawab Tidak

Page 67: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

47

4.6 Cara Pengumpulan Data

Berikut adalah beberapa cara pengumpulan data pada penelitian ini:

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengumpulkan data

terkait status infeksi cacing dengan melihat ada atau tidaknya telur cacing

pada sampel feses responden. Pot feses yang steril diberikan kepada

responden dan diambil keesokan harinya. Berikut adalah cara pengujian

sampel feses di laboratorium (Yudhastuti, dkk, 2012):

1. Gunakan jas laboratorium, sarung tangan dan masker untuk

menghindari terjadinya kontaminasi;

2. Letakkan 1-2 tetes larutan eosin 1% pada object glass yang steril;

3. Ambil sampel feses dengan sepotong lidi, lalu campurkan ke dalam

eosin 1% yang sudah diletakkan di object glass, hapuskan secara

merata;

4. Tutup object glass dengan deck glass, kemudian periksa di bawah

mikroskop;

5. Hasil:

Feses: Positif (+) ditemukan telur cacing (Lihat Gambar 4.1);

Feses: Negatif (-) ditemukan telur cacing.

Berikut adalah hasil temuan mikroskop terkait telur cacing yang

ditularkan melalui tanah berdasarkan Pedoman Pengendalian Cacing yang

dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL (2012):

Page 68: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

48

Gambar 4.2 Hasil Mikroskop Telur Cacing yang Ditularkan melalui Tanah

Sumber: Ditjen PP & PL, 2012

b. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan

untuk mengumpulkan data terkait variabel personal hygiene yang terdiri

dari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB,

kebiasaan BAB sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak

tertutup dan kebiasaan menggunakan alas kaki.

Page 69: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

49

Wawancara terstruktur dijalankan dengan cara blinding dengan

melakukan wawancara di rumah masing-masing responden sehingga

responden lain tidak akan mengetahui pertanyaan yang diberikan peneliti

dan tidak akan mengetahui jawaban dari responden yang telah

diwawancara. Cara lain yang dilakukan peneliti untuk meminimalisir bias

adalah dengan mengajukan pertanyaan terkait variabel personal hygiene

tidak hanya kepada responden, melainkan juga kepada orang tua

responden, sehingga jawaban yang diberikan responden dapat lebih akurat.

Ahli atau pakar yang memeriksa sampel feses di laboratorium juga

tidak mengetahui karakteristik masing-masing responden sehingga akan

mengurangi nilai subjektifitas dari ahli tersebut pada saat melakukan

pemeriksaan (Morton dkk, 2009).

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data terkait variabel

sanitasi lingkungan rumah, berupa sarana air bersih, kondisi jamban,

kondisi SPAL, kondisi lantai dan kondisi tempat pembuangan sampah.

Data variabel kebersihan kuku juga diambil dengan cara observasi untuk

melihat keadaan bersih atau tidaknya kuku, dan dilakukan pengukuran

dengan menggunakan penggaris untuk melihat panjang kuku.

4.7 Manajemen Data

Manajemen data merupakan cara mengorganisasikan data sehingga data

siap untuk dianalisis. Beberapa langkah manajemen data antara lain:

Page 70: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

50

4.7.1 Data Coding

Data coding adalah kegiatan melakukan pemilihan dan

memasukkan data ke dalam kategori atau kode tertentu pada kuesioner

demi mempermudah pengolahan data.

Tabel 4.6 Pengkodean Data

Variabel Kode

Kebersihan Mencuci Tangan Sebelum Makan A1

Kebiasaaan Mencuci Tangan Setelah BAB A2

Kebiasaan BAB Sembarangan A3

Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup A4

Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki A5

Kebersihan Kuku B1

Sarana Air Bersih B2

Kondisi Jamban B3

Kondisi SPAL B4

Kondisi Lantai Rumah B5

Kondisi Tempat Pembuangan Sampah B6

Infeksi Cacing C1

4.7.2 Data Editing

Proses penyuntingan atau pengecekan data yang dilakukan sebelum

proses pemasukan data. Proses ini dilakukan di lapangan agar data yang

diragukan masih dapat ditelusuri kembali. Pengecekan yang dilakukan

antara lain pemeriksaan kebenaran dan kelengkapan data, seperti

konsistensi pengisian setiap jawaban, kelengkapan dan kesalahan dalam

pengisian.

Page 71: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

51

4.7.3 Data Entry

Data yang telah melalui proses pengkodean dan penyuntingan,

kemudian dimasukkan ke perangkat lunak komputer.

4.7.4 Data Cleaning

Proses pembersihan data untuk melihat apakah terjadi masalah

seperti kesalahan dan ketidaklengkapan pada saat entry sehingga dapat

dilakukan koreksi. Setelah itu, data siap untuk diolah dan dianalisis.

4.8 Analisa Data

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

variabel independen dan dependen.Variabel independen yang diteliti

berupa personal hygiene (kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan

sebelum makan dan setelah BAB, kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak

tertutup, kebiasaan menggunakan alas kaki) dan sanitasi lingkungan

rumah (sarana air bersih, kondisi jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai

rumah, kondisi tempat pembuangan sampah). Variabel dependen yang

diteliti berupa infeksi cacing.

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan

antara variabel independen berupa personal hygiene (kebersihan kuku,

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB, kebiasaan

BAB sembarangan, kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup,

kebiasaan menggunakan alas kaki) dan sanitasi lingkungan rumah

(sarana air bersih, kondisi jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai rumah,

Page 72: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

52

dan kondisi tempat pembuangan sampah) dengan variabel dependen,

yaitu infeksi cacing.

Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-

square. Bila P-value ≤0,05 maka hasil perhitungan secara statistik

menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen, sedangkan jika P-value >0,05 maka hasil

perhitungan secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen.

Page 73: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

53

5. BAB V

HASIL

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Tangerang Selatan yang berada di

bagian timur Provinsi Banten, tepatnya pada koordinat 106’38’ –

106’47’ Bujur Timur dan 06’13’30 – 06’22’30’ Lintang Selatan. Lokasi

penelitian Rawa Limbah terletak di RT 02 RW 07 Kelurahan Pisangan,

Kecamatan Ciputat Timur. Kelurahan Pisangan memiliki luas 405 Ha,

dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Utara : Kelurahan Cirendeu dan Cempaka Putih

- Selatan : Kecamatan Pamulang

- Barat : Kecamatan Ciputat

- Timur : Kecamatan Cinere, Depok dan Cilandak

RT 02 RW 07 Kelurahan Pisangan memiliki 185 Kartu Keluarga

(KK), namun masih terdapat beberapa keluarga yang belum tercatat

secara administratif. RT 02 RW 07 merupakan wilayah yang

diperuntukkan sebagai tempat penampungan sampah sementara yang

kemudian ditujukan ke tempat pembuangan akhir Cipeucang,

Kecamaran Setu.

5.1.2 Gambaran Infeksi Cacing

Distribusi infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat dilihat pada

Tabel 5.1

Page 74: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

54

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12

Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Positif 8 22.2

Negatif 28 77.8

Data dalam Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, sebagian besar anak (77,8%)

dinyatakan negatif infeksi cacing berdasarkan pemeriksaan

laboratorium dengan metode langsung menggunakan larutan eosin.

Distribusi infeksi cacing berdasarkan jenis cacing pada anak usia 6-

12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat

dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Infeksi Cacing berdasarkan Jenis

Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Jenis Cacing Frekuensi

(N=8)

Persentase

(100%)

Ascaris lumbricoides 3 37,5

Trichuris trichiura 3 37,5

Infeksi ganda

(Ascaris lumbricoides

dan Trichuris trichiura)

2 25

Page 75: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

55

Data dalam Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 8 sampel anak usia

6-12 tahun di Rawa Limbah yang positif terinfeksi cacing, terdapat

37,5% yang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides (cacing gelang),

37,5% terinfeksi cacing Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan 25%

terinfeksi oleh kedua jenis cacing tersebut.

Kedua jenis cacing tersebut merupakan soil transmitted helminth

atau cacing yang membutuhkan tanah dalam proses pematangannya

(Natadisastra dan Agoes, 2009).

5.1.3 Gambaran Kebersihan Kuku

Distribusi kebersihan kuku pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat dilihat pada

Tabel 5.3.

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Kebersihan Kuku pada Anak Usia 6-

12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 16 44,4

Baik 20 55,6

Data dalam Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, 55,6% anak yang memiliki kebersihan

kuku dengan kategori baik, yaitu tidak terdapat kotoran di sela-sela

kuku dan panjang kuku kurang dari 0,5 cm, sehingga dapat mengurangi

Page 76: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

56

risiko kontaminasi telur cacing pada kuku (The Joint Commission,

2009).

5.1.4 Gambaran Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Distribusi kebiasaan mencuci tangan sebelum makan pada anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang

Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum

Makan pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 14 38,9

Baik 22 61,1

Data dalam Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 61,1% anak yang memiliki

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kategori baik, yaitu

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, sehingga tangan yang

sebelumnya terkontaminasi oleh telur cacing dapat menjadi bersih

kembali.

5.1.5 Gambaran Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB

Distribusi kebiasaan mencuci tangan setelah BAB pada a anak usia

6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan

dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Page 77: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

57

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah

BAB pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 14 38,9

Baik 22 61,1

Data dalam Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 61,1% anak yang memiliki

kebiasaan mencuci tangan setelah BAB dengan kategori baik, yaitu

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, berdasarkan observasi,

sebagian besar responden telah menggunakan jamban yang di

sekitarnya terdapat sabun.

5.1.6 Gambaran Kebiasaan BAB Sembarangan

Distribusi kebiasaan BAB sembarangan pada anak usia 6-12 tahun

di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat dilihat

pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan BAB Sembarangan pada

Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Ya 4 11,1

Tidak 32 88,9

Page 78: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

58

Data dalam Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 88,9% anak yang tidak

memiliki kebiasaan BAB sembarangan, melainkan BAB di wc atau

jamban, dikarenakan akses menuju jamban lebih dekat daripada tanah

kosong atau sungai.

5.1.7 Gambaran Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup

Distribusi kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup pada anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang

Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan

Tidak Tertutup pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 13 36,1

Baik 23 63,9

Data dalam Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 63,9% anak yang memiliki

kebiasaan mengonsumsi jajanan tertutup dengan kategori baik, artinya

sebagian besar responden lebih memilih mengonsumsi jajanan yang

dibungkus rapat seperti snack dibandingkan jajanan yang terbuka

seperti gorengan.

Page 79: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

59

5.1.8 Gambaran Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Distribusi kebiasaan menggunakan alas kaki pada anak usia 6-12

tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat

dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 11 30,6

Baik 25 69,4

Data dalam Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 69,4% anak yang memiliki

memiliki kebiasaan menggunakan alas kaki di luar rumah dengan

kategori baik, artinya sebagian besar responden lebih memilih untuk

menggunakan alas kaki berupa sandal atau sepatu ketika beraktivitas ke

luar rumah, terutama pada area yang masih beralaskan tanah.

5.1.9 Gambaran Sarana Air Bersih

Hasil observasi sarana air bersih yang digunakan oleh anak usia 6-

12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat

dilihat pada Tabel 5.9

Page 80: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

60

Tabel 5.9 Distribusi Sarana Air Bersih yang Digunakan oleh Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

No. Sarana Air Bersih Frekuensi

(N=36)

Persentase

(100%)

1. Sumber air bersih yang

digunakan oleh keluarga:

a. Sungai

b. Sumur gali/pompa dengan

jarak kedalaman <10 m

c. Sumur gali/pompa dengan

jarak kedalaman ≥10 m

d. Perusahaan Air Minum

0

0

36

0

0

0

100

0

2. Ada sumber pencemaran lain

(seperti tempat pembuangan

sampah) dalam jarak 10 m dari

sumber air:

a. Tidak

b. Ada

12

24

33,3

66,7

3. Ada keretakan atau kerusakan

pada lantai sekitar sumur yang

memungkinkan air merembes ke

dalam sumur:

a. Tidak

b. Ya

30

6

83,3

16,7

Data dalam Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, semua anak (100%) menggunakan air

bersih yang bersumber dari sumur pompa dengan jarak kedalaman ≥10

m, berdasarkan keterangan yang didapat dari beberapa orang tua

responden, kedalaman sumur yang digunakan berkisar antara 12-16

Page 81: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

61

m.Hasil observasi juga menunjukkan 66,7% anak menggunakan sumur

pompa yang di sekitarnya terdapat sumber pencemaran, seperti sampah

dan tanah, hal tersebut dikarenakan sebagian besar kawasan Rawa

Limbah merupakan kawasan penampungan sampah sementara sehingga

jarak antara tempat tinggal dan sampah berdekatan. Berdasarkan tabel

juga dapat dilihat bahwa 83,3% anak menggunakan sumur pompa tanpa

keretakan atau kerusakan yang memungkinkan air merembes ke dalam

sumur, sebagian besar sumur pompa yang digunakan telah diberi semen

dan keramik dengan kondisi baik.

Tabel 5.10 Distribusi Sarana Air Bersih berdasarkan Kategori di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun

2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 24 66,7

Baik 12 33,3

Data dalam Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 66,7% anak yang memiliki

sarana air bersih dengan kategori buruk, yaitu sampel anak dengan total

skor variabel sarana air bersih di bawah nilai median.

5.1.10 Gambaran Kondisi Jamban

Hasil observasi jamban yang digunakan oleh anak usia 6-12 tahun

di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat dilihat

pada Tabel 5.11.

Page 82: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

62

Tabel 5.11 Distribusi Kondisi Jamban yang Digunakan oleh Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

No. Kondisi Jamban Frekuensi

(N=36)

Persentase

(100%)

1. Terdapat jamban pribadi di

dalam rumah responden:

a. Tidak

b. Ya

15

21

41,7

58,3

2. Jenis jamban yang digunakan

adalah jamban leher angsa:

a. Tidak

b. Ya

6

30

16,7

83,3

3. Jamban memiliki septic tank:

a. Tidak

b. Ya

2

34

5,6

94,4

4. Jarak jamban dengan septic tank

10-15 meter:

a. Tidak

b. Ya

18

18

50

50

5. Terdapat persediaan air bersih

secara kontinu di dekat jamban:

a. Tidak

b. Ya

2

34

5,6

94,4

6. Jamban tidak berbau:

a. Tidak

b. Ya

7

29

19,4

80,6

7. Jamban tidak ada genangan air:

a. Tidak

b. Ya

15

21

41,7

58,3

8. Lantai jamban tidak licin:

a. Tidak

b. Ya

18

18

50

50

Page 83: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

63

No. Kondisi Jamban Frekuensi

(N=36)

Persentase

(100%)

9. Terdapat persediaan sabun untuk

cuci tangan di dekat jamban:

a. Tidak

b. Ya

9

27

25

75

Data dalam Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 58,3% anak yang memiliki

jamban pribadi di dalam rumahnya, anak yang tidak memiliki jamban

pribadi menggunakan jamban umum yang tidak jauh dari

rumahnya.Tabel 5.11 juga menunjukkan83,3% anak menggunakan

jamban leher angsa dan sisanya masih menggunakan jamban dengan

jenis cubluk, 94,4% anak menggunakan jamban yang memiliki septic

tank atau sarana pengolah limbah dan pengurai kotoran, 50% anak

menggunakan jamban dengan jarak septic tank sejauh 10-15 meter dari

jamban, 94,4% anak menggunakan jamban yang memiliki persediaan

air secara kontinu di sekitarnya, 80,6% anak menggunakan jamban

yang tidak berbau, 58,3% menggunakan jamban yang tidak terdapat

genangan air di sekitarnya, 50% anak menggunakan jamban dengan

lantai yang tidak licin dan 75% anak menggunakan jamban yang

terdapat persediaan sabun untuk cuci tangan di sekitarnya.

Page 84: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

64

Tabel 5.12 Distribusi Kondisi Jamban berdasarkan Kategori di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun

2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (N%=100)

Buruk 18 50

Baik 18 50

Data dalam Tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari sampel anak usia

6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 50% anak yang menggunakan

jamban dengan kualitas buruk, yaitu sampel anak dengan total skor

variabel kondisi jamban di bawah nilai median.

5.1.11 Gambaran Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah

Hasil observasi kondisi SPAL yang digunakan oleh anak usia 6-12

tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dapat

dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah yang

Digunakan oleh Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

No. Kondisi Saluran Pembuangan

Air Limbah

Frekuensi

(N=36)

Persentase

(100%)

1. Terdapat SPAL di dalam rumah

responden:

a. Tidak

b. Ya

15

21

41,7

58,3

2. SPAL dalam keadaan tertutup

(perpipaan):

a. Tidak

b. Ya

20

16

55,6

44,4

Page 85: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

65

No. Kondisi Saluran Pembuangan

Air Limbah

Frekuensi

(N=36)

Persentase

(100%)

3. SPAL kedap air:

a. Tidak

b. Ya

19

17

52,8

47,2

4. SPAL mengalir lancar:

a. Tidak

b. Ya

18

18

50

50

Data dalam Tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari sampel anak usia

6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 58,3% anak yang memiliki SPAL

di dalam rumahnya, berdasarkan keterangan orang tua responden yang

tidak memiliki SPAL di rumahnya, mereka langsung membuang air

limbah ke sungai atau ke tanah yang ada di sekitar tempat tinggal

mereka. Selain itu, juga ditemukan bahwa 55,6% anak menggunakan

SPAL dengan keadaan tidak tertutup, contohnya selokan yang dibiarkan

terbuka dan dapat mengundang vektor penyakit seperti lalat. Tabel 5.13

juga menunjukkan 52,8% anak menggunakan SPAL yang tidak kedap

air dan 50% anak menggunakan SPAL yang tidak mengalir lancar.

Tabel 5.14 Distribusi Kondisi SPALberdasarkan Kategori di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 20 55,6

Baik 16 44,4

Page 86: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

66

Data dalam Tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari sampel anak usia

6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 55,6% anak yang menggunakan

SPAL dengan kategori buruk, yaitu sampel anak dengan total skor

variabel kondisi SPAL di bawah nilai median.

5.1.12 Gambaran Kondisi Lantai Rumah

Hasil observasi kondisi lantai yang terdapat di dalam rumah anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang

Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Distribusi Kondisi Lantai di Rumah Anak Usia 6-12

Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016

No. Kondisi Lantai Frekuensi

(N=36)

Persentase

(100%)

1. Telah dilakukan lantainisasi pada

rumah responden:

a. Tidak

b. Ya

14

22

38,9

61,1

2. Lantai kedap air dan tidak

lembab:

a. Tidak

b. Ya

14

22

38,9

61,1

3. Lantai mudah dibersihkan:

a. Tidak

b. Ya

13

23

36,1

63,9

4. Keadaan lantai bersih tanpa

sampah, tanah dan kotoran lain:

a. Tidak

b. Ya

11

25

30,6

69,4

Page 87: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

67

Data dalam Tabel 5.15 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 61,1% anak yang telah

dilakukan lantainisasi pada rumahnya dan memiliki lantai yang kedap

air serta tidak lembab, 63,9% anak memiliki lantai yang mudah

dibersihkan dan 69,4% anakyang lantai rumahnya dalam keadaan bersih

dari sampah, tanah maupun kotoran lain pada saat diobservasi.

Tabel 5.16 Distribusi Kondisi Lantai Rumah berdasarkan Kategori

di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 20 55,6

Baik 16 44,4

Data dalam Tabel 5.16 menunjukkan bahwa dari sampel anak usia

6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 55,6% anak yang di rumahnya

memiliki lantai dengan kategori buruk, yaitu sampel anak dengan total

skor variabel kondisi lantai rumah di bawah nilai median.

5.1.13 Gambaran Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

Hasil observasi kondisi tempat pembuangan sampah di rumah anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Tangerang

Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.17.

Page 88: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

68

Tabel 5.17 Distribusi Kondisi Tempat Pembuangan Sampah di

Rumah Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

No. Kondisi Tempat Pembuangan

Sampah

Frekuensi

(N=36)

Persentase

(100%)

1. Terdapat tempat pembuangan

sampah di dalam rumah

responden:

a. Tidak

b. Ya

0

36

0

100

2. Tempat pembuangan sampah

dalam keadaan tertutup:

a. Tidak

b. Ya

18

18

50

50

4. Terdapat sampah berserakan di

sekitar tempat pembuangan

sampah:

a. Ya

b. Tidak

21

15

58,3

41,7

Data dalam Tabel 5.17 menunjukkan bahwa dari 36 sampel anak

usia 6-12 tahun di Rawa Limbah, semua anak (100%) memiliki tempat

pembuangan sampah di dalam rumahnya, baik berupa kotak sampah

maupun kantong plastik, 18 anak (50%) memiliki tempat pembuangan

sampah dalam keadaan tertutup dan 21 anak (58,3%) memiliki tempat

pembuangan sampah dengan sampah berserakan di sekitarnya.

Page 89: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

69

Tabel 5.18 Distribusi Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

berdasarkan Kategori di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

Kategori Frekuensi (N=36) Persentase (100%)

Buruk 27 75

Baik 9 25

Data dalam Tabel 5.18 menunjukkan bahwa dari sampel anak usia

6-12 tahun di Rawa Limbah, terdapat 75% anak yang memiliki tempat

pembuangan sampah dengan kategori buruk, yaitu sampel anak dengan

total skor variabel tempat pembuangan sampah di bawah nilai median.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Kebersihan Kuku dengan Infeksi Cacing

Hubungan antara kebersihan kuku dengan infeksi cacing pada

anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.19.

Tabel 5.19 Hubungan Kebersihan Kuku dengan Infeksi Cacing

pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kebersihan

Kuku

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Buruk 7 43,8 9 56,2 16 100

0,012

14,778

(1,573-

138,864

Baik 1 5,0 19 95,0 20 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Page 90: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

70

Data dalam Tabel 5.19 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki kebersihan kuku dengan kategori buruk

sebanyak 7 anak (43,8%). Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh

nilai p = 0,012 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara kebersihan kuku dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12

tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016.Dari hasil analisis, juga diperoleh nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 14,778 (95 % CI; 1,573-138,864) yang berarti bahwa anak

dengan kebersihan kuku berkategori buruk memiliki risiko 14,778 kali

mengalami infeksi cacing.

5.2.2 Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan dengan

Infeksi Cacing

Hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada

Tabel 5.20.

Tabel 5.20Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum

Makan dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016

Kebiasaan

Cuci

Tangan

Sebelum

Makan

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR Positif % Negatif %

Buruk 6 42,9 8 57,1 14 100

0,036

7,5

(1,242-

45,287)

Baik 2 9,1 20 90,9 22 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Page 91: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

71

Data dalam Tabel 5.20 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan

kategori buruk sebanyak 6 anak (42,9%). Berdasarkan hasil uji

bivariat diperoleh nilai p = 0,036 sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Dari hasil analisis,

juga diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 7,5 (95 % CI; 1,242-

45,287 yang berarti bahwa anak yang memiliki kebiasaan cuci tangan

sebelum makan dengan kategori buruk memiliki risiko 7,5 kali

mengalami infeksi cacing.

5.2.3 Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB dengan

Infeksi Cacing

Hubungan antara kebiasaan mencuci tangan setelah BAB dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.21.

Tabel 5.21Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB

dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun

2016

Kebiasaan

Cuci

Tangan

Setelah

BAB

Infeksi

Cacing

Total

%

Pvalue OR Positif % Negatif %

Buruk 3 21,4 11 78,6 14 100

1,000

0,927

(0,184-

4,685)

Baik 5 22,7 17 77,3 22 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Page 92: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

72

Data dalam Tabel 5.21 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki kebiasaan cuci tangan setelah BAB dengan

kategori buruk sebanyak 3 anak (21,4%). Berdasarkan hasil uji

bivariat diperoleh nilai p = 1,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan setelah BAB dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

5.2.4 Hubungan Kebiasaan BAB Sembarangan dengan Infeksi Cacing

Hubungan antara kebiasaan BAB sembarangan dengan infeksi

cacing pada anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.22.

Tabel 5.22 Hubungan Kebiasaan BAB Sembarangan dengan

Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kebiasaan

BAB

Sembarangan

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Ya 2 50,0 2 50,0 4 100

0,207

4,333

(0,504-

37,261)

Tidak 6 16,7 26 81,2 32 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.22 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki kebiasaan BAB sembarangan sebanyak 2 anak

(50,0%). Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh nilai p = 0,207

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

kebiasaan BAB sembarngan dengan infeksi cacing pada anak usia 6-

Page 93: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

73

12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016.

5.2.5 Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup

dengan Infeksi Cacing

Hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup

dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada

Tabel 5.23.

Tabel 5.23 Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak

Tertutup dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016

Kebiasaan

Mengonsum

si Jajanan

Tidak

Tertutup

Infeksi

Cacing

Total

%

Pvalue OR Positif % Negatif %

Buruk 2 15,4 11 84,6 25 100

0,682

0,515

(0,088-

3,027)

Baik 6 26,1 17 73,9 11 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.23 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak

tertutupdengan kategori buruk sebanyak 2 anak (15,4%). Berdasarkan

hasil uji bivariat diperoleh nilai p = 0,682 sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajanan

tidak tertutup dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun

2016.

Page 94: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

74

5.2.6 Hubungan Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki dengan Infeksi

Cacing

Hubungan antara kebiasaan menggunakan alas kaki dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.24.

Tabel 5.24 Hubungan Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki dengan

Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kebiasaan

Menggunak

an Alas

Kaki

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Buruk 3 27,3 8 72,7 11 100

0,678

1,5

(0,288-

7,807)

Baik 5 20,0 20 80,0 25 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.24 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki kebiasaan menggunakan alas kaki dengan

kategori buruk sebanyak 3 anak (27,3%). Berdasarkan hasil uji

bivariat diperoleh nilai p = 0,678 sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan antara kebiasaan menggunakan alas kaki dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

5.2.7 Hubungan Sarana Air Bersih dengan Infeksi Cacing

Hubungan antara sarana air bersih dengan infeksi cacing pada

anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.25.

Page 95: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

75

Tabel 5.25 Hubungan Sarana Air Bersih dengan Infeksi Cacing pada

Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

Sarana

Air

Bersih

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Buruk 7 29,2 17 70,2 24 100

0,224

4,529

(0,488-

42,052)

Baik 1 28,3 11 91,7 12 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.25 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki sarana air bersih dengan kategori buruk

sebanyak 7 anak (29,2%). Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh

nilai p = 0,224 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara sarana air bersih dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12

tahun di Rawa Limbah di Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016.

5.2.8 Hubungan Kondisi Jamban dengan Infeksi Cacing

Hubungan antara kondisi jamban dengan infeksi cacing pada anak

usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.26.

Page 96: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

76

Tabel 5.26 Hubungan Kondisi Jamban dengan Infeksi Cacing pada Anak

Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016

Kondisi

Jamban

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Buruk 7 38,9 11 61,1 18 100

0,041

10,818

(1,165-

100,439)

Baik 1 5,6 17 94,4 18 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.26 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang menggunakan jamban dengan kondisi buruk sebanyak 7

anak (38,9%). Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh nilai p = 0,041

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kondisi

jamban dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun

2016.Dari hasil analisis, juga diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar

10,818 (95 % CI; 1,165-100,439) yang berarti bahwa anak yang

menggunakan jamban dengan kondisi buruk memiliki risiko 10,818

kali mengalami infeksi cacing.

5.2.9 Hubungan Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah dengan

Infeksi Cacing

Hubungan antara kondisi SPAL dengan infeksi cacing pada anak

usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.27.

Page 97: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

77

Tabel 5.27 Hubungan Kondisi SPAL dengan Infeksi Cacing pada

Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kondisi

SPAL

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Buruk 7 35,0 13 65,0 20 100

0,053

8,077

(0,875-

74,592)

Baik 1 6,2 15 93,8 16 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.27 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang menggunakansaluran pembuangan air limbah dengan

kondisi buruk sebanyak 7 anak (35%). Berdasarkan hasil uji bivariat

diperoleh nilai p = 0,053 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara kondisi saluran pembuangan air limbah dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

5.2.10 Hubungan Kondisi Lantai Rumah dengan Infeksi Cacing

Hubungan antara kondisi lantai rumah dengan infeksi cacing pada

anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.28.

Page 98: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

78

Tabel 5.28 Hubungan Kondisi Lantai Rumah dengan Infeksi Cacing

pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016

Kondisi

Lantai

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Buruk 6 30,0 14 70,0 20 100

0,257

3

(0,514-

17,498)

Baik 2 12,5 14 87,5 16 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.28 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang memiliki lantai rumah dengan kondisi buruk sebanyak 7

anak (30%). Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh nilai p = 0,257

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi

lantai dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

5.2.11 Hubungan Kondisi Tempat Pembuangan Sampah dengan Infeksi

Cacing

Hubungan antara kondisi Tempat Pembuangan Sampah dengan

infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun ditunjukkan pada Tabel 5.29.

Page 99: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

79

Tabel 5.29 Hubungan Kondisi Tempat Pembuangan Sampah dengan

Infeksi Cacing pada Anak Usia 6-12 Tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Kondisi

TPS

Infeksi

Cacing

Total

% Pvalue OR

Positif % Negatif %

Buruk 7 25,9 20 74,1 27 100

0,648

2,8

(0,295-

26,566)

Baik 1 11,1 8 88,9 9 100

Total 8 22,2 28 77,8 36 100

Data dalam Tabel 5.29 menunjukkan bahwa sampel dengan infeksi

cacing yang menggunakan tempat pembuangan sampah dengan

kondisi buruk sebanyak 7 anak (25,9%). Berdasarkan hasil uji bivariat

diperoleh nilai p = 0,648 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara kondisi tempat pembuangan sampah dengan infeksi

cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

Page 100: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

80

6. BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini tidak melakukan pemeriksaan infeksi cacing secara kuantitatif

sehingga tidak dapat diketahui tingkat keparahan infeksi cacing yang

dialami.

2. Penelitan ini tidak meneliti dampak yang diakibatkan oleh infeksi cacing.

3. Kemungkinan terjadi bias dalam jawaban wawancara karena dipengaruhi

oleh ingatan dan kejujuran responden.

6.2 Infeksi Cacing

Infeksi cacing adalah keadaan masuknya parasit berupa cacing ke dalam

tubuh manusia (Ditjen PP & PL, 2013). Hasil penelitian menunjukkan 22% dari

36 sampel anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah positif terinfeksi cacing. Jenis

cacing yang menginfeksi adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides) (37,5%),

cacing cambuk (Trichuris trichiura) (37,5%) dan 25% terinfeksi kedua jenis

cacing tersebut.

Dari hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa sebagian besar

responden yang positif terinfeksi cacing memiliki personal hygiene berupa

kebersihan kuku dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kategori

buruk. Masih banyak responden yang tidak mengetahui bahwa mencuci tangan

yang baik dan benar adalah dengan menggunakan sabun dan air mengalir.

Hasil observasi juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

terinfeksi cacing menggunakan sanitasi lingkungan rumah dengan kondisi buruk.

Sanitasi lingkungan rumah yang dimaksud antara lain sarana air bersih, kondisi

Page 101: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

81

jamban, kondisi SPAL, kondisi lantai dan kondisi tempat pembuangan sampah.

Masih terdapat responden yang belum memiliki jamban di rumahnya, sehingga

mengharuskan mereka untuk melakukan praktik BAB di jamban umum.

Kurangnya ketersediaan sarana sanitasi lingkungan rumah pada responden di

Rawa Limbah erat kaitannya dengan faktor sosial ekonomi, dimana sebagian

besar keluarga responden yang tinggal di Rawa Limbah masuk ke dalam

keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah sehingga mereka

memberikan keterangan bahwa penghasilan yang didapatkan belum mencukupi

untuk membangun sarana sanitasi lingkungan rumah yang memadai di

rumahnya.

Personal hygiene dan sanitasi lingkungan rumah dapat menjadi faktor

risiko yang menyebabkan responden positif terinfeksi cacing. Hal ini

dikarenakan kedua faktor tersebut masuk ke dalam rantai penularan infeksi

cacing. Apabila tangan seseorang kontak dengan tanah ataupun sarana sanitasi

lingkungan rumah yang mengandung telur cacing, maka kemungkinan telur

cacing akan tinggal di dalam sela-sela kuku atau jari. Telur cacing yang berada

di tangan dapat masuk ke dalam tubuh jika tangan kontak dengan mulut dan

telur cacing akan tertelan ke dalam saluran pencernaan. Di saluran pencernaan,

telur cacing akan berubah menjadi stadium larva hingga cacing dewasa

(Gandahusada dkk, 2004).

Pada penelitian ini, jenis cacing yang ditemukan adalah cacing gelang dan

cacing cambuk pada stadium telur. Cacing gelang dan cacing cambuk termasuk

cacing soil transmitted helminth atau cacing yang membutuhkan tanah dalam

proses pematangannya sehingga terjadi perubahan dari stadium non-infektif

Page 102: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

82

menjadi stadium infektif. Cacing gelang umumnya ditemukan pada anak-anak

usia 5-9 tahun. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi cacing gelang

bergantung dari berat atau ringannya infeksi, keadaan umum penderita, daya

tahan tubuh, dan kerentanan penderita terhadap infeksi cacing. Pada infeksi

ringan, penderita mengandung 10-20 ekor cacing, namun sering tidak ada gejala

yang dirasakan, baru diketahui setelah pemeriksaan tinja rutin atau karena cacing

dewasa keluar bersama tinja (Natadisastra dan Agoes, 2009).

Cacing cambuk menyebabkan penyakit trikuriasis. Habitat utama cacing

cambuk adalah usus besar tertutama caecum. Usus besar dan usus bantu manusia

juga merupakan hospes definitif cacing cambuk. Cacing cambuk umumnya

terjadi pada anak usia 1-5 tahun, infeksi ringan biasanya tanpa gejala dan

ditemukan secara kebetulan pada waktu pemeriksaan tinja rutin. Pada infeksi

berat, cacing tersebar ke seluruh usus besar dan rectum, kadang terlihat pada

mukosa rektum yang prolaps akibat sering mengejan pada waktu defekasi atau

buang air besar (Natadisastra dan Agoes, 2009).

Menurut Ditjen PP & PL (2013), infeksi cacing gelang dapat

menyebabkan kerugian karbohidrat dan protein sehingga dapat berdampak pada

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Gangguan pertumbuhan

ditunjukkan dengan pertumbuhan linear yang mengurang atau terhenti, berat

badan berkurang, ukuran lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit yang

menurun (Soetjiningsih, 1998).

Anak usia 6-12 tahun membutuhkan karbohidrat dan protein untuk dapat

tumbuh. Pada periode ini berat badan anak akan meningkat rata-rata 3-3,5 kg

dan tinggi badan kira-kira 6 cm pertahun. Untuk menjamin pertumbuhan anak

Page 103: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

83

dibutuhkan kalori sebesar 1900-2000 Kkal, dan protein 37-45 gram perhari. Jadi,

anak usia 6-12 tahun membutuhkan zat gizi dengan jumlah yang relatif besar

agar pertumbuhannya dapat optimal, sehingga suatu kondisi defisiensi akan

segera berpengaruh terhadap pertumbuhannya (Siregar, 2006).

Infeksi kronis dan sangat berat akibat cacing cambuk dapat menunjukkan

gejala-gejala anemia berat hingga menurunkan kadar Hb mencapai 3gr %,

karena seekor cacing tiap hari mengisap darah kurang lebih 0,005 cc. Infeksi

cacing cambuk biasa terjadi bersama infeksi parasit usus lain, seperi cacing

gelang, cacing tambang dan Entamoeba histolytica (Natadisastra dan Agoes,

2009). Infeksi ganda antara cacing gelang dan cacing cambuk merupakan infeksi

yang sering terjadi karena telur kedua jenis cacing tersebut memiliki ciri tempat

atau kondisi yang serupa dalam melakukan embrionasi dan keduanya sama-sama

ditransmisikan melalui kontaminasi (Gunn dan Pitt, 2014). Infeksi ganda

tersebut juga ditemukan pada hasil penelitian ini.

Pencegahan infeksi cacing di masyarakat bisa dilakukan dengan upaya

promotif dan preventif. Upaya promotif dapat berupa penyuluhan dengan

sasaran anak usia 6-12 tahun. Agar penyuluhan yang dilaksanakan dapat berjalan

efektif, maka dapat dilakukan dengan memasuki kegiatan sekolah ataupun

kegiatan rutin yang dilaksanakan di sekitar lingkungan rumah, seperti pengajian

anak-anak. Setelah rutin diberikan upaya promotif terkait infeksi cacing,

diharapkan sasaran dapat melakukan upaya preventif dengan menjaga personal

hygiene dan kebersihan lingkungan rumah.

Peran pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Kesehatan RI, juga

sangat diperlukan pada upaya-upaya promotif dan preventif tersebut. Ditjen PP

Page 104: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

84

& PL (2012) menyebutkan bahwa salah satu kegiatan yang dilakukan pada

program pengendalian cacing adalah penentuan prevalensi cacing pada anak

SD/MI dengan melakukan pemeriksaan tinja yang diambil dari sampel feses.

Pemetaan prevalensi tersebut dilakukan oleh provinsi, sehingga diharapkan

provinsi dapat memiliki peta prevalensi cacing per kabupaten dan kemudian

dapat dilakukan pengobatan massal.

Namun, kegiatan penentuan prevalensi tersebut nyatanya belum dilakukan

oleh semua kabupaten/kota yang ada di Indonesia, khususnya untuk kota

Tangerang Selatan, padahal target pencapaian yang ditentukan oleh Kemenkes

RI pada tahun 2018 adalah sebanyak 100% provinsi dan 100% kabupaten/kota di

Indonesia telah menyelenggarakan program pengendalian cacing (Ditjen PP &

PL, 2012). Sehingga, sangat diperlukan peran dari berbagai pihak agar upaya-

upaya promotif dan preventif guna mengatasi infeksi cacing dapat berjalan

secara optimal.

Selain itu, diperlukan juga peran dari Dinas Tata Kota dan Pemukiman

untuk membuat program relokasi pada warga yang tinggal di kawasan Rawa

Limbah, mengingat bahwa lokasi tersebut juga digunakan sebagai tempat

penampungan sampah sementara. Pihak kelurahan, khususnya pada tingkat RT

juga perlu membentuk kader yang berfungsi untuk memberdayakan masyarakat

setempat guna menyejahterakan masyarakat melalui usaha mikro, contohnya

dengan melakukan daur ulang sampah menjadi sesuatu yang berguna dan dapat

dijual kembali.

Page 105: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

85

6.3 Kebersihan Kuku

Kebersihan kuku merupakan salah satu faktor yang berperan dalam infeksi

cacing (Fitri dkk, 2012). Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 5.3,

ditemukan bahwa 44,4% anak memiliki kebersihan kuku dengan kategori buruk,

yaitu terdapat kotoran di bawah sela-sela kuku dan/atau panjang kuku ≥0,5

cm.Pada analisis bivariat, diketahui adanya hubungan antara kebersihan kuku

dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kota

Tangerang Selatan. Analisis bivariat juga menunjukkan bahwa anak dengan

kebersihan kuku berkategori buruk memiliki risiko sebesar 14,778 kali untuk

terinfeksi cacing.

Sebagian besar anak yang terinfeksi cacing memiliki kebersihan kuku

dengan kategori buruk. Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa anak-anak

tersebut sering bermain di tanah lapang yang berada di dekat rumah mereka

sehingga memungkinkan masuknya telur cacing ke dalam sela-sela kuku saat

mereka kontak dengan tanah yang terkontaminasi. Kemudian, berdasarkan

keterangan yang didapat, anak-anak cenderung malas dan lupa untuk memotong

kuku. Potter dan Perry (2005) menyebutkan beberapa faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam melakukan praktik personal hygiene, yaitu citra

tubuh, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, kebudayaan, pilihan

pribadi, dan kondisi fisik. Dalam hal ini, praktik sosial, dan pengetahuan dapat

menjadi faktor yang menyebabkan kurangnya praktik membersihkan kuku pada

anak-anak di Rawa Limbah.

Praktik sosial yang dimaksud adalah bagaimana keluarga sebagai

kelompok sosial yang berhubungan erat dengan responden tidak dapat

Page 106: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

86

memberikan contoh yang baik seperti mengajarkan anak untuk membiasakan

diri memotong dan membersihkan kuku. Faktor berikutnya adalah pengetahuan,

anak-anak cenderung malas dan tidak biasa memotong kuku secara teratur

karena kurangnya pengetahuan bahwa kuku yang panjang dan kotor dapat

menjadi tempat tinggal berbagai mikroorganisme penyebab penyakit, yang salah

satunya adalah telur cacing (Potter dan Perry, 2005).

Penelitian terdahulu telah menunjukkan adanya hubungan antara

kebersihan kuku dengan infeksi cacing. Penelitian Faridan, dkk (2013)

menemukan bahwa responden dengan kuku kotor berisiko 1,7 kali lebih tinggi

untuk menderita cacing dibandingkan dengan responden berkuku bersih. Hasil

penelitian Fitri, dkk (2012) dan Isa (2013) yang menemukan adanya hubungan

antara kebersihan kuku dengan infeksi cacing pada anak sekolah dasar.

Kuku merupakan salah satu organ tubuh yang dapat menyimpan kotoran,

seperti tanah atau sisa makanan. Kotoran yang terdapat di bawah sela-sela kuku

dapat terkontaminasi oleh telur cacing. Kemudian, telur cacing tersebut bisa

masuk ke dalam saluran pencernaan manusia apabila manusia makan

menggunakan tangan yang tidak dicuci dengan bersih (Isa, 2013). Menurut The

Joint Commission (2009), kuku yang memenuhi syarat kesehatan memiliki

panjang yang tidak melebihi 0,5 cm dari ujung jari serta tidak terdapat kotoran di

bawah kuku.

Peran keluarga dan sekolah sangat dibutuhkan dalam mendidik anak untuk

membiasakan diri membersihkan kuku secara rutin. Keluarga cenderung menjadi

reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada anggota

keluarganya dan menjadi aktor dalam menentukan atau menghadapi masalah

Page 107: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

87

kesehatan tersebut, contohnya dalam hal ini adalah menjaga kebersihan kuku

(Friedman, 1998). Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa beberapa

orang tua responden selalu mengingatkan anak mereka untuk memotong kuku

secara rutin, dan beberapa juga langsung ikut serta dalam membersihkan kuku

anak, namun masih ada orang tua yang tidak pernah mengingatkan anaknya

untuk selalu membersihkan kuku, sehingga anak tidak memiliki urgensi untuk

membersihkan kukunya secara rutin dikarenakan tidak adanya dukungan dari

keluarga, terutama orang tua. Maka dari itu, sebaiknya orang tua selalu

mengingatkan atau langsung ikut serta dalam menjaga kebersihan kuku anak.

Di sekolah, umumnya anak mendapat pendidikan kesehatan, yaitu upaya

yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau peserta

didik mengenai kesehatan meliputi seluruh aspek pribadi mulai dari fisik,

mental, sosial termasuk emosional sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang

secara harmonis. Pendidikan kesehatan terkait menjaga kebersihan kuku

biasanya berupa pemeriksaan kuku yang dilakukan secara rutin kepada siswa

(Waryono, 2013). Beberapa responden menyatakan bahwa terdapat pemeriksaan

rutin kebersihan kuku seminggu sekali di sekolahnya. Mereka akan ditegur oleh

guru apabila memiliki kuku yang panjang dan tidak bersih.

Adanya pemeriksaan rutin tersebut membuat responden menjadi rutin

dalam membersihkan kuku. Namun, ada beberapa responden yang tidak

melaksanakan pendidikan sekolah dasar, sehingga mereka tidak memiliki

dukungan dari pihak sekolah dalam menjaga kebersihan kuku. Meskipun begitu,

responden yang tidak sekolah rutin mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan

Page 108: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

88

di wilayah rumahnya, sehingga ada baiknya apabila guru mengaji tersebut turut

mengingatkan anak didiknya untuk selalu menjaga kebersihan kuku.

6.4 Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Mencuci tangan sebelum makan adalah proses membuang kotoran dan

debu secara mekanik dari kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air

mengalir yang dilakukan pada saat sebelum makan (Tietjen dkk, 2004).

Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 5.4, ditemukan bahwa 38,9%

anak memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kategori baik.

Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kota Tangerang Selatan dan diketahui bahwa anak yang memiliki

kebiasaan mencuci tangan dengan kategori buruk memiliki risiko 7,5 kali untuk

terinfeksi cacing dibandingkan anak yang memiliki kebisaaan mencuci tangan

dengan kategori baik.

Berdasarkan teori, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan memiliki

peran penting dalam terjadinya infeksi cacing, karena telur cacing biasanya

masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi, baik dari

tangan manusia maupun dari vektor penyakit seperti lalat. Kemudian telur

cacing tertelan bersamaan dengan makanan tersebut dan berkembang di dalam

usus manusia (Gandahusada dkk, 2004).

Penelitian terdahulu menemukan adanya hubungan antara kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan dengan infeksi cacing pada anak sekolah dasar

(Fitri dkk, 2012; Muchlisah, 2014; Sandy, 2015). Ali dkk (2016) juga

Page 109: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

89

menunjukkan adanya hubungan antara mencuci tangan dengan infeksi cacing

pada petani sayur di Pekanbaru.

Menurut UNICEF, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir memiliki beberapa manfaat, antara lain menurunkan angka kejadian

penyakit diare, menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30%, menurunkan

50% insiden Avian influenza serta menurunkan infeksi parasit cacing (Kemenkes

RI, 2014). Penggunaan sabun saat mencuci tangan sebelum makan dapat

membantu mengurangi jumlah kuman penyakit yang masuk dengan cara

melarutkan lemak dan menurunkan tegangan permukaan partikel-partikel

kotoran yang menempel di kulit tangan (Sandy dkk, 2015). Selain itu, telur dari

parasit cacing gelang bersifat lengket apabila menempel di bawah sela-sela kuku

sehingga cara yang efektif untuk menghilangkan telur tersebut tidak hanya

dengan air mengalir tetapi juga harus menggunakan sabun (Hadidjaja, 2011).

Menurut WHO (2013), mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun

memiliki beberapa langkah yang harus dilakukan agar tangan dapat bersih

optimal, antara lain:

1. Ratakan sabun dan gosokkan pada kedua telapak tangan

2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan

3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari kedua tangan

4. Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci

5. Gosok ibu jari kiri dengan diputar dalam genggaman tangan kanan,

lakukan juga pada tangan satunya

6. Usapkan ujung kuku tangan kanan diputar di telapak tangan kiri, lakukan

juga pada tangan satunya kemudian bilas

Page 110: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

90

7. Setelah selesai mencuci tangan, keringkan menggunakan tisu atau

pengering udara.

Berdasarkan wawancara, responden cenderung malas untuk mencuci

tangan dengan sabun dan air mengalir. Hal tersebut juga didukung oleh beberapa

responden yang tidak memiliki sarana mencuci tangan di rumahnya. Upaya

promotif seperti penyuluhan perlu dilakukan pada wilayah Rawa Limbah supaya

masyarakat dapat memiliki pengetahuan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) terutama dalam hal mencuci tangan sehingga anak-anak dapat

mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar dan kapan saja waktu

yang tepat untuk mencuci tangan.

6.5 Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah BAB

Mencuci tangan setelah BAB merupakan kebiasaan membersihkan tangan

dengan air dan sabun mengalir setelah melakukan praktik buang air besar.

Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 5.5, ditemukan bahwa 38,9%

memiliki kebiasaan mencuci tangan setelah BAB dengan kategori buruk.

Analisis bivariat menemukan tidak ada hubungan antara kebiasaan mencuci

tangan setelah BAB dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Limbah Kota Tangerang Selatan. Hasil penelitian tersebut dapat dikarenakan

telah tersedianya sabun di sekitar area jamban yang digunakan oleh responden,

sehingga mereka cenderung untuk menggunakan sabun tersebut setelah

melakukan praktik BAB.

Jalur penularan infeksi cacing khususnya cacing gelang dan cacing

cambuk adalah melalui fekal-oral. Apabila setelah melakukan praktik BAB,

seseorang tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, maka ada

Page 111: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

91

kemungkinan tangan yang digunakan untuk membersihkan area anal akan

terkontaminasi dengan feses yang mengandung telur cacing. Jika kemudian

seseorang tersebut makan tanpa mencuci tangan, atau menggigit kuku, maka

telur cacing yang berada di tangan akan masuk ke dalam saluran pencernaan

tubuh (Gandahusada dkk, 2004). Standar mencuci tangan setelah BAB sama

dengan standar mencuci tangan sebelum makan, yaitu dengan menggunakan

sabun dan air mengalir, sehingga diharapkan setelah melakukan praktik BAB,

tangan dapat terhindar dari kontaminasi telur cacing yang berasal dari feses

(CDC, 2013).

Hasil penelitian Sandy dkk (2015), Serkhonova (2013) dan Nasr (2013)

menunjukkan tidak adanya hubungan antara mencuci tangan setelah BAB

dengan infeksi cacing. Namun, penelitian Yudhastuti dan Lusno (2012)

menemukan adanya hubungan antara mencuci tangan setelah BAB

denganinfeksi cacing dan ditemukan bahwa anak yang tidak mencuci tangan

memiliki risiko 4,654 lebih besar dibanding anak yang mencuci tangan setelah

BAB.Ali dkk (2016) dan Fitri dkk (2012) juga menemukan ada hubungan antara

mencuci tangan setelah BAB dengan infeksi cacing pada petani sayur dan murid

sekolah dasar. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya

hubungan yang signifikan, namun tetap diperlukan edukasi kepada masyarakat

terkait pentingnya mencuci tangan setelah BAB mengingat bahwa jalur

penularan infeksi cacing adalah melalui fekal-oral.

Page 112: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

92

6.6 Kebiasaan BAB Sembarangan

Praktik BAB sembarangan masih sering dilakukan oleh penduduk

Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Hasil analisis univariat pada Tabel 5.6

menunjukkan bahwa 11,1% anak memiliki kebiasaan BAB sembarangan.

Berdasarkan hasil analisis bivariat, tidak ditemukan adanya hubungan antara

kebiasaan BAB sembarangan dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kota Tangerang Selatan.

Hasil penelitian tersebut dikarenakan sebagian besar responden telah

melakukan praktik BAB di jamban. Berdasarkan keterangan responden yang

tidak memiliki jamban pribadi di rumahnya, mereka lebih memilih BAB di

jamban umum dibandingkan BAB di sembarang tempat seperti tanah kosong

atau sungai, dikarenakan akses menuju jamban umum lebih mudah dari rumah

responden. Pemukiman Rawa Limbah memiliki 7 sektor lapak dan di tiap sektor

tersebut terdapat jamban umum yang dapat digunakan oleh warga yang tinggal

di sekitarnya. Namun, meskipun responden telah menggunakan jamban untuk

BAB, perlu diperhatikan bahwa jamban yang digunakan haruslah jamban yang

sesuai dengan syarat kesehatan. Selain itu, jamban yang digunakan oleh keluarga

sebaiknya bukan merupakan jamban umum, melainkan jamban pribadi dengan

rasio satu jamban untuk lima sampai enam orang (Soeparman dan Suparmin,

2000).

Penelitian Muthoharoh dkk (2015) menunjukkan tidak adanya hubungan

antara perilaku BAB sembarangan dengan infeksi cacing pada anak sekolah

dasar di Kabupaten Kebumen. Namun, penelitian Yudhastuti dan Lusno (2012)

menemukan adanya hubungan antara kebiasaan BAB dengan infeksi cacing pada

Page 113: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

93

anak balita di Kecamatan Sukolilo Surabaya. Pada penelitian tersebut, diketahui

bahwa anak balita yang tidak mempunyai kebiasaan BAB di jamban memiliki

peluang 4,654 kali terkena infeksi cacing dibandingkan dengan anak yang

mempunyai kebiasaan BAB di jamban (Yudhastuti dan Lusno, 2012).

Data Kemenkes RI (2016) menunjukkan sebanyak 62 juta atau 53%

penduduk pedesaan masih belum memiliki akses sanitasi yang layak dan 34 juta

diantaranya masih melakukan praktik BAB sembarangan. BAB sembarangan

merupakan suatu kebiasaan yang harus dihindari karena feses memegang

peranan penting sebagai jalur utama transmisi penyebaran penyakit baik menular

maupun tidak menular, terutama penyakit cacing yang dapat ditularkan melalui

tanah akibat aktivitas BAB sembarangan (Sofiana, 2011).

6.7 Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup

Salah satu kebiasaan yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi cacing

pada anak usia 6-12 tahun adalah kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup

(Muthoharoh, 2015). Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 5.7,

ditemukan bahwa 36,1% anak memiliki kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak

tertutup dengan kategori buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada

hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup dengan infeksi

cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kota Tangerang Selatan. Hal

tersebut dikarenakan responden cenderung membeli jajanan berupa snack yang

tertutup, dibandingkan membeli jajanan yang tidak tertutup.

Hasil observasi menunjukkan bahwa pada tiap sektor lapak di Rawa

Limbah terdapat warung yang menjual pangan jajanan, baik yang tertutup seperti

snack maupun yang tidak tertutup seperti gorengan, donat dan roti. Selain itu,

Page 114: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

94

tiap harinya, tanah lapang yang berada di Rawa Limbah selalu didatangi oleh

penjual pangan jajan dikarenakan banyak anak-anak yang bermain di tanah

lapang tersebut. Adapun pangan jajan yang dijual biasanya berupa tahu goreng,

dan agar-agar. Namun, penjual pangan jajan berjualan di Rawa Limbah dalam

waktu yang tidak lama sehingga risiko makanan untuk terkontaminasi telur

cacing dari debu ataupun lalat yang berada di sekitar tanah lapang tersebut-pun

berkurang.

Berdasarkan teori, penularan infeksi cacing biasanya terjadi akibat

memakan makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing, terutama

telur cacing gelang dan cacing cambuk (Aditama, 2015). Pangan jajan yang

tidak tertutup dapat mengundang datangnya lalat. Beberapa jenis lalat seperti

Chyrsomyma megacephala dan Musca domestica memiliki kebiasaan

berkumpul, berkerumun dan berkembang biak di makanan, sampah, limbah yang

membusuk, bangkai dan feses (Soviana, 1994).

Feses merupakan satu-satunya sumber telur cacing yang kemudian akan

berada dalam saluran pencernaan lalat apabila lalat memakan feses tersebut.

Tingkat infeksi lalat paling tinggi dalam penyebaran telur cacing adalah

setengah jam setelah lalat menelan telur cacing kemudian menurun sampai nol

setelah dua hari. Maksud dari tingkat infeksi adalah derajat infektifitas telur

cacing pada saat berada di saluran pencernaan lalat. Dalam waktu setengah jam,

telur cacing tetap infektif jika berada di saluran pencernaan, kemudian akan

menurun secara perlahan sampai nol setelah dua hari (Sulaiman dkk, 1988).

Selain melalui lalat, jajanan yang tidak tertutup juga dapat terkontaminasi akibat

telur cacing yang menempel pada debu dan tertiup angin (Roberts dkk, 2005).

Page 115: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

95

Penelitian Muchlisah dkk (2014) di Makassar menunjukkan adanya

hubungan antara perilaku jajan sembarangan dengan infeksi cacing pada anak

sekolah dasar. Muchlisah (2014) menunjukkan bahwa anak yang positif

terinfeksi cacing cenderung membeli jajanan yang tidak tertutup dan berada di

lingkungan yang memungkinkan penularan telur cacing. Muthoharoh (2015)

pada penelitiannya juga menunjukkan bahwa anak yang memiliki kebiasaan

jajan sembarangan memiliki risiko 1,58 kali lebih besar untuk terinfeksi cacing

daripada anak yang tidak memiliki kebiasaan jajan sembarangan.

Makanan jajanan yang terkontaminasi telur cacing akan masuk ke dalam

tubuh seseorang dan akan tumbuh menjadi cacing dewasa dan berkembang biak

di dalam usus manusia apabila tidak diberikan penanganan (Gandahusada dkk,

2004). Maka dari itu, orang tua, guru maupun orang-orang yang berada di sekitar

anak, perlu mengawasi pola konsumsi jajan anak agar terhindar dari kontaminasi

telur cacing. Akan lebih baik apabila orang tua selalu membekali jajanan atau

snack yang sehat untuk anak sehingga akan mengurangi risiko anak untuk jajan

sembarangan.

6.8 Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Kebiasaantidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas di luar rumah

merupakan kebiasaan yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi cacing

(Muthoharoh dkk, 2015). Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 5.8,

ditemukan bahwa 30,6% anak memiliki kebiasaan menggunakan alas kaki

dengan kategori buruk. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada hubungan

antara kebiasaan menggunakan alas kaki dengan infeksi cacing pada anak usia 6-

12 tahun di Rawa Limbah Kota Tangerang Selatan. Hasil tersebut dikarenakan

Page 116: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

96

cacing yang menginfeksi responden adalah cacing gelang dan cacing cambuk

yang dalam rantai penularannya tidak masuk melalui pori-pori kulit kaki

manusia seperti cacing tambang (Eveline dan Djamaludin, 2010).

Menggunakan alas kaki berupa sandal atau sepatu pada saat beraktivitas di

luar rumah dapat mengurangi kontak kulit kaki dengan tanah. Berdasarkan teori,

tanah merupakan media mutlak yang diperlukan oleh beberapa jenis cacing

seperti cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang. Namun, cacing yang

dapat menginfeksi manusia melalui pori-pori kulit adalah jenis cacing tambang.

Telur cacing tambang yang keluar bersama feses host mengalami pematangan di

tanah. Setelah 24 jam, telur akan berubah menjadi larva tingkat pertama (L1)

yang selanjutnya berkembang menjadi larva tingkat kedua (L2) atau larva

rhabditiform dan kemudian menjadi larva tingkat ketiga (L3) atau larva

filariformyang bersifat infeksius. Larva filariform tersebut selanjutnya akan

menembus kulit tangan dan kaki dan masuk ke dalam usus manusia (Sumanto,

2010).

Penelitian terdahulu telah meneliti hubungan antara kebiasaan

menggunakan alas kaki dengan infeksi cacing. Penelitian Midzi (2011), Isa

(2013) dan Sandy dkk (2015) menunjukkan tidak adanya hubungan antara

kebiasaan menggunakan alas kaki dengan infeksi cacing yang ditularkan melalui

tanah pada anak SD. Namun, Fitri dkk (2012) dapat menemukan adanya

hubungan antara penggunaan alas kaki dengan infeksi cacing pada anak sekolah

dasar, dimana anak yang tidak memiliki kebiasaan menggunakan alas kaki

berpeluang 5,524 kali terinfeksi cacing dibandingkan dengan anak yang

memiliki kebiasaan menggunakan alas kaki.

Page 117: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

97

Anak-anak perlu diedukasi bahwa menggunakan alas kaki pada saat keluar

rumah sangatlah penting agar terhindar dari kontaminasi telur cacing ke kulit

kaki. Selain itu, orang tua juga perlu melakukan pengawasan agar anak mereka

selalu memakai alas kaki ketika keluar rumah. Ada baiknya apabila alas kaki

selalu diletakkan di dekat pintu masuk rumah sehingga anak-anak cenderung

akan memakainya ketika keluar rumah.

6.9 Sarana Air Bersih

Sarana air bersih adalah suatu alat atau sistem yang berfungsi untuk

menyediakan air bersih bagi penduduk (Kemenkes RI, 2005). Berdasarkan hasil

analisis univariat pada Tabel 5.9, ditemukan bahwa 66,7% anak menggunakan

sarana air bersih dengan kondisi buruk. Di daerah Rawa Limbah, ditemukan

masih adanya sumber pencemaran di dekat sarana air bersih seperti tumpukan

sampah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk di Rawa Limbah

setiap harinya melakukan kegiatan pengumpulan sampah (laskar mandiri)

sehingga mereka meletakkan sampah yang sudah dikumpulkan tidak jauh dari

tempat tinggalnya.

Selain itu, juga masih ditemukan sarana air bersih yang retak atau rusak.

Hal tersebut memungkinkan terjadinya rembesan ke dalam sumur. Adanya

keretakan tersebut dapat disebabkan karena sumur yang digunakan oleh

penduduk setempat merupakan sumur umum, sehingga semakin banyak

penduduk yang menggunakannya setiap hari, semakin tinggi pula risiko

keretakan yang terjadi pada sumur pompa tersebut.

Namun, hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara

sarana air bersih dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa

Page 118: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

98

Limbah Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan

bahwa meskipun masih terdapat sumber pencemaran maupun keretakan pada

sarana air bersih responden, namun sumber air bersih yang digunakan oleh

semua responden berasal dari sumur pompa dengan kedalaman yang sudah layak

yaitu ≥10 m. Air sumur menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang

relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu air dapat dengan mudah

terkontaminasi melalui rembesan, terutama apabila kedalaman sumur kurang

dari 10 m. Umumnya rembesan tersebut berasal dari tempat buangan kotoran

manusia atau jamban (Afrizal dkk, 2013).

Kelompok kehidupan di dalam air memiliki faktor-faktor biotis yaitu

terdiri dari bakteria, fungi (jamur), mikroalga, protozoa (hewan bersel tunggal)

dan cacing. Air yang terkontaminasi telur cacing memiliki peranan dalam

kejadian infeksi cacing. Telur cacing sampai pada manusia melalui tanah yang

terkontaminasi tinja dan mengandung telur cacing infektif. Sarana air bersih

yang tidak memenuhi syarat seperti dekat dengan sampah atau tanah yang

terkontaminasi telur cacing dapat membuat telur cacing mengontaminasi air

yang berasal dari sumber air bersih. Kemudian, jika air tersebut digunakan

dalam aktivitas sehari-hari seperti minum, mandi, mencuci, tentu telur cacing

akan masuk ke dalam tubuh manusia baik melalui oral atau pori-pori kulit

(Kemenkes RI, 2005).

Penelitian Kusmi dkk (2015) menemukan tidak adanya hubungan antara

sarana air bersih dengan infeksi cacing gelang dan cacing cambuk pada anak

sekolah dasar di SDN 29 Purus Padang. Penelitian Kundaian dkk (2011) juga

menunjukkan tidak adanya hubungan antara sarana air bersih dengan infestasi

Page 119: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

99

cacing pada anak usia 6-12 tahun di Kabupaten Minahasa. Hasil yang berbeda

ditunjukkan oleh Ali dkk (2016) pada penelitiannya di Pekanbaru yang

menemukan adanya hubungan ketersediaan air bersih dengan kejadian cacing

pada petani sayur. Ali dkk (2016) menjelaskan bahwa air bersih yang digunakan

oleh responden penelitiannya bersumber dari air sumur gali yang kotor, sehingga

hal tersebut menyebabkan terkontaminasinya air bersih terhadap telur cacing.

Upaya untuk mencegah kontaminasi telur cacing pada sarana air bersih

membutuhkan partisipasi masyarakat setempat, terutama bila sarana air bersih

tersebut digunakan secara bersama-sama. Upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan melakukan kerja bakti untuk membersihkan sarana air bersih secara rutin

dengan memastikan bahwa sarana air bersih tersebut tidak tercemar oleh sampah

maupun tanah. Selain itu, masyarakat juga perlu memperbaiki kerusakan atau

keretakan yang terjadi pada sarana air bersih yang digunakan, sehingga kotoran

tidak akan merembes ke dalam dan mencemari air.

6.10 Kondisi Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan

leher angsa atau tanpa leher angsa (cubluk) yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Kemenkes RI, 2009).

Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 5.10, ditemukan bahwa 50%

anak yang menggunakan jamban dengan kondisi buruk. Hasil analisis bivariat

menunjukkan adanya hubungan antara kondisi jamban dengan infeksi cacing

pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kota Tangerang Selatan dan

ditemukan bahwa anak yang menggunakan jamban dengan kondisi buruk

Page 120: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

100

memiliki risiko 10,818 kali mengalami infeksi cacing dibanding anak yang

menggunakan jamban dengan kondisi baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21 anak (58,3%) tidak memiliki

jamban pribadi di rumahnya, sehingga mereka harus melakukan praktik BAB di

jamban umum. Tidak hanya praktik BAB, semua penduduk di Rawa Limbah

yang tidak memiliki jamban pribadi di rumahnya, juga melakukan aktivitas

mandi dan mencuci di jamban umum tersebut, sehingga risiko penularan infeksi

cacing semakin tinggi karena semakin banyak orang yang menggunakan.

Jamban keluarga sebaiknya digunakan oleh 5 sampai 6 orang untuk satu lubang

jamban (Soeparman dan Suparmin, 2000).

Menurut Kemenkes RI (2009), beberapa persyaratan jamban sehat antara

lain tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15

m dari sumber air minum, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi

dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi cukup, tidak berbau, lantai

kedap air dan luas ruangan memadai serta tersedia air dan alat pembersih.

Menurut Azwar (1996), jenis jamban dengan model terbaik yang dianjurkan

dalam kesehatan lingkungan adalah jamban leher angsa, yaitu jamban dengan

leher lubang closet berbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi air yang

berguna sebagai penyumbat sehingga dapat mencegah bau busuk dan masuknya

binatang-binatang kecil.

Hasil observasi di tempat penelitian menunjukkan masih terdapat

responden yang menggunakan jamban jenis cubluk atau aqua privy (16,7%) dan

tidak memiliki septic tank (5,6%). Jamban jenis cubluk merupakan jenis jamban

yang paling sederhana. Jamban tersebut dibangun di atas lubang penampungan

Page 121: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

101

kotoran yang digali sedalam 2 sampai 3 meter dengan lingkaran tengah sekitar

80 cm. Jamban cubluk bukan merupakan jamban sehat karena tidak selalu terisi

air seperti jamban leher angsa, sehingga dapat mengundang datangnya vektor

penyakit seperti lalat dikarenakan adanya bau busuk yang ditimbulkan (Suharto,

1997). Penduduk yang masih menggunakan jamban cubluk dapat disebabkan

oleh faktor sosio ekonomi. Pada penelitian ini, sebagian besar penduduk di Rawa

Limbah berprofesi sebagai berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah,

sehingga mereka belum bisa memenuhi kebutuhan jamban sehat di rumahnya.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fitri dkk (2012), Yudhastuti dan

Lusno (2012) dan Isa (2013) menemukan hubungan antara kepemilikan jamban

yang tidak sehat dengan infeksi cacing pada anak sekolah dasar.Menggunakan

jamban yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko tercemarnya jamban oleh

feses maupun kotoran lain. Feses manusia mengandung organisme patogen

seperti bakteri Salmonella sp, Amoeba sp, virus, poliomyelitis hingga telur

cacing. Apabila seseorang melakukan praktik BAB di jamban yang tidak sehat,

kemudian kontak dengan feses yang terkontaminasi telur cacing, kemudian telur

cacing akan masuk ke dalam tubuh manusia dan berkembang hingga menjadi

cacing dewasa (Gandahusada dkk, 2004).

Masyarakat perlu diedukasi terkait pentingnya menjaga kebersihan

jamban, sehingga mereka akan lebih peduli untuk selalu merawat jamban

sehingga terbebas dari cemaran, terutama kotoran manusia. Akan lebih baik

apabila warga melakukan kerja bakti rutin untuk membersihkan jamban umum.

Selain itu, sebaiknya masyarakat mengganti penggunaan jamban jenis cubluk

menjadi jamban jenis leher angsa.

Page 122: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

102

6.11 Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran pembuangan air limbah (SPAL) merupakan perlengkapan

pengelolaan air limbah berupa tanah galian atau pipa dari semen maupun pralon

yang digunakan untuk menyalurkan air buangan seperti air cucian, air bekas

mandi dan air kotor lain dari sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke

tempat pembuangan (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil analisis univariat

pada Tabel 5.13, ditemukan bahwa sebagian besar responden menggunakan

SPAL dengan kondisi buruk. Dari hasil penelitian ditemukan masih terdapat

responden yang memiliki SPAL dalam keadaan tidak tertutup (55,6%), tidak

kedap air (52,8%) dan tidak mengalir lancar (50%). Selain itu, masih juga

ditemukan responden yang tidak memiliki SPAL di dalam rumahnya (41,7%).

Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara SPAL

dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kota

Tangerang Selatan. Berdasarkan observasi peneliti, hal tersebut dikarenakan

responden yang merupakan anak-anak jarang beraktivitas di sekitar SPAL,

dalam kesehariannya mereka lebih sering beraktivitas di luar rumah.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, prinsip teknologi SPAL adalah

tidak terjadi genangan secara terbuka, sehingga pilihan teknologi yang dapat

digunakan adalah menggunakan saluran dengan pipa yang disambungkan

dengan pembuangan secara tertutup atau menggunakan saluran terbuka dengan

pasangan kedap air yang disambungkan ke tempat penampungan

tertutup.Menurut Gandahusada (2004), SPAL yang memenuhi syarat adalah

tidak mencemari air permukaan maupun air tanah (jarak minimal 10 m dengan

Page 123: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

103

sumber air), tidak menimbulkan sarang nyamuk, saluran dan alirannya lancar

serta memiliki penampungan khusus.

Penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan antara SPAL dengan

infeksi cacing pada anak sekolah dasar (Sumanto, 2010; Nur dkk, 2013; Fitri

dkk, 2012). Ali dkk (2016) juga menemukan adanya hubungan kualitas SPAL

dengan infeksi cacing pada petani sayur di Pekanbaru. Meskipun hasil penelitian

menunjukkan tidak adanya hubungan antara kondisi SPAL dengan infeksi

cacing, namun masyarakat tetap harus diberikan edukasi mengenai pentingnya

menjaga kondisi agar SPAL selalu dalam kondisi baik karena apabila air limbah

dibuang dengan tidak saniter atau ke sembarang tempat, maka dapat menjadi

media perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang salah satunya adalah

telur cacing (Gandahusada dkk, 2004).

6.12 Kondisi Lantai Rumah

Lantai rumah memiliki peran dalam kaitannya dengan infeksi cacing (Isa,

2013). Berdasarkan hasil analisis univariat pada Tabel 5.16, ditemukan bahwa

47,2% yang memiliki lantai rumah dengan kondisi buruk. Hasil analisis bivariat

menunjukkan tidak ada hubungan antara kondisi lantai rumah dengan infeksi

cacing pada anak usia 6-12 tahun di Rawa Limbah Kota Tangerang Selatan.

Tidak adanya hubungan antara kondisi lantai rumah dengan infeksi cacing dapat

dikarenakan responden yang memakai alas kaki berupa sandal di dalam rumah,

terutama pada responden yang di rumahnya belum dilakukan lantainisasi. Selain

itu, responden yang merupakan anak-anak juga jarang beraktivitas di dalam

rumah, mereka lebih sering beraktivitas di sekolah, mushola dan tanah lapang

Page 124: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

104

yang berada tidak jauh dari tempat tinggal mereka, sehingga risiko untuk

terkontaminasi telur cacing dari dalam rumah dapat berkurang.

Berdasarkan observasi, masih terdapat beberapa rumah di Rawa Limbah

yang belum diberi perlakuan lantainisasi (38,9%), sehingga lantai tersebut hanya

berupa karpet atau tanah. Jenis karpet yang digunakan tidak kedap air, sehingga

memungkinkan tanah akan meresap atau rembes ke karpet apabila karpet terkena

air. Tanah dengan kelembaban tinggi dan suhu antara 25°C-30°c merupakan

kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur cacing gelang dan cacing

cambuk menjadi bentuk infektif (Gandahusada dkk, 2004).

Sebaiknya, lantai rumah harus diberi perlakuan lantainisasi, sehingga

risiko untuk terinfeksi cacingakan berkurang karena lantai rumah tidak akan

menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya telur cacing (Muchlisah dkk, 2011).

Menurut Kusnoputranto (2000), lantai yang mudah dibersihkan merupakan salah

satu persyaratan rumah sehat. Lantai yang memenuhi syarat adalah lantai yang

tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan

(Kusnoputranto, 2000).

Hasil penelitian Kundaian dkk (2011), Isa (2013) dan Kusmi dkk (2015)

tidak menemukan adanya hubungan antara kondisi lantai rumah dengan infeksi

cacing pada anak sekolah dasar. Namun, penelitian lain menunjukkan hasil yang

berbeda. Yudhastuti dan Lusno (2012) serta Rahayu dan Ramdani (2015)

menemukan hubungan yang signifikan antara lantai rumah dengan infeksi cacing

pada anak sekolah dasar.

Hasil penelitian ini menunjukkan 30,6% rumah responden tidak dalam

keadaan bersih pada saat dilakukan observasi. Berdasarkan hasil wawancara,

Page 125: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

105

diketahui bahwa responden yang orang tuanya bekerja di luar rumah merasa sulit

mendapatkan waktu untuk membersihkan lantai rumah dikarenakan aktivitasnya

yang lebih banyak di luar rumah. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa

akan sia-sia membersihkan lantai rumah karena lantai yang cenderung mudah

kotor atau sulit dibersihkan. Ada baiknya tiap masyarakat setempat segera

melakukan lantainisasi pada rumah mereka untuk memudahkan dalam menjaga

kebersihan lantai.

6.13 Kondisi Tempat Pembuangan Sampah

Tempat pembuangan sampah merupakan salah satu tempat yang dapat

menjadi tempat berkembangnya telur cacing. Berdasarkan hasil analisis univariat

pada Tabel 5.17 ditemukan bahwa 75% anak memiliki tempat pembuangan

sampah dengan kondisi buruk. Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa

masih ada responden yang memiliki tempat pembuangan sampah dengan kondisi

tidak tertutup (50%) dan terdapat sampah berserakan di sekitarnya (58,3%).

Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan antara kondisi

tempat pembuangan sampah dengan infeksi cacing pada anak usia 6-12 tahun di

Rawa Limbah Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan observasi peneliti, hasil

tersebut dikarenakan sebagian besar tempat pembuangan sampah yang ada di

rumah responden berupa plastik yang selalu dibuang dalam waktu 1-2 hari,

sehingga sampah tidak akan lama berada di dalam rumah. Kondisi tempat

pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menimbulkan

penyakit, salah satunya adalah infeksi cacing.

Menurut Kemenkes RI (2003), tempat pembuangan sampah yang

memenuhi syarat adalah tertutup sehingga tidak dapat dihinggapi lalat, terbuat

Page 126: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

106

dari bahan kedap air, dan tidak mudah berkarat. Sedangkan menurut Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang

Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, kriteria sarana

pewadahan sampah dengan pola pewadahan individual adalah kedap air dan

udara, mudah dibersihkan, harga terjangkau, ringan dan mudah diangkat, bentuk

dan warna estetis, memiliki tutup supaya higienis, dan mudah diperoleh. Azrul

(1990) juga menyatakan bahwa tempat pembuangan sampah layak pakai adalah

yang konstruksinya kuat dan tidak bocor, serta mempunyai tutup sehingga dapat

mencegah bau yang ditimbulkan dan menghindari lalat yang merupakanvektor

pembawa telur cacing.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kundaian dkk (2011) dan

Kusmi dkk (2015) menunjukkan tidak ada hubungan antara sarana pembuangan

sampah dengan infeksi cacing pada anak sekolah dasar. Namun, Fitri dkk (2012)

dalam penelitiannya menemukan hubungan antara tempat sampah dengan

infeksi cacing pada anak sekolah dasar di Kabupaten Tapanuli. Meskipun hasil

penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara kondisi tempat

pembuangan sampah dengan infeksi cacing, namun sebaiknya masyarakat

menggunakan tempat sampah tertutup yang terbuat dari bahan yang kokoh

dibandingkan hanya menggunakan plastik, karena dikhawatirkan apabila plastik

yang berisi sampah jatuh ke lantai, maka dapat mencemari lantai dan

mengundang datangnya vektor penyakit seperti lalat.

Page 127: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

107

7. BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 anak usia 6-

12 tahun di Rawa Limbah Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan

tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Distribusi anak yang positif terinfeksi cacing sebesar 22,2%.

2. Distribusi anak yang memiliki kebersihan kuku dengan kategori baik

sebesar 55,6%, distribusi anak yang memiliki kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan dan setelah BAB dengan kategori baik sebesar

61,1%, distribusi anak yang tidak memiliki kebiasaan BAB

sembarangan dengan sebesar 88,9%, distribusi anak yang memiliki

kebiasaan mengonsumsi jajanan tidak tertutup dengan kategori baik

sebesar 63,9%, distribusi anak yang memiliki kebiasaan menggunakan

alas kaki dengan kategori baik sebesar 69,4%.

3. Distribusi anak yang menggunakan sarana air bersih dengan kondisi

buruk sebesar 66,7%, distribusi anak yang menggunakan jamban

dengan kondisi buruk sebesar 50%, distribusi anak yang

menggunakan SPAL dengan kondisi buruk sebesar 55,6%, distribusi

anak yang memiliki lantai rumah dengan kondisi buruk sebesar

55,6%, distribusi anak yang menggunakan tempat pembuangan

sampah dengan kondisi buruk sebesar 75%.

4. Dari keenam variabel personal hygiene, diketahui variabel kebersihan

kuku (p=0,012; OR=14,778) dan variabel kebiasaan mencuci tangan

Page 128: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

108

sebelum makan (p=0,036; OR=7,5) yang menunjukkkan adanya

hubungan dengan infeksi cacing.

5. Dari kelima variabel sanitasi lingkungan rumah, diketahui hanya

kondisi jamban (p=0,041; OR=10,818) yang menunjukkan adanya

hubungan dengan infeksi cacing.

7.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran

sebagai bahan pertimbangan untuk ke depannya, antara lain:

7.2.1 Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan

1. Dinas Tata Kota dan Pemukiman perlu melakukan program

relokasi pemukiman Rawa Limbah ke lokasi yang lebih aman dan

sesuai dengan tata kota.

2. Kelurahan Pisangan perlu berkoordinasi dengan RW dan RT untuk

membentuk kader di Rawa Limbah yang berfungsi sebagai

pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan usaha mikro,

contohnya dengan melakukan daur ulang sampah menjadi sesuatu

yang berguna dan dapat dijual kembali.

3. Puskesmas Pisangan perlu melakukan upaya promotif terkait

pentingnya menjaga personal hygiene dan sanitasi lingkungan

rumah kepada masyarakat. Dalam hal ini, pihak Puskesmas dapat

bekerja sama dengan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) melalui

program penyuluhan atau pemeriksaan personal hygiene yang rutin

dilakukan di sekolah.

Page 129: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

109

4. Puskesmas Pisangan perlu melakukan pemeriksaan infeksi cacing

secara berkala pada anak usia 6 sampai 12 tahun, khususnya pada

anak-anak yang tinggal di wilayah dengan risiko tinggi seperti

kawasan yang dekat dengan tempat penampungan sampah.

5. Puskesmas Pisangan perlu melakukan upaya kuratif dengan

memberikan obat cacing bagi penderita infeksi cacing yang

ditemukan dari hasil pemeriksaan.

7.2.2 Bagi Masyarakat Sasaran

1. Masyarakat, khususnya anak-anak, perlu menjaga personal hygiene

seperti membersihkan kuku secara berkala, melakukan praktik cuci

tangan sebelum makan dan sesudah makan dengan sabun dan air

mengalir, BAB di jamban, mengonsumsi jajanan yang tertutup,

serta menggunakan alas kaki saat beraktivitas keluar rumah.

2. Masyarakat juga perlu menjaga kondisi sanitasi lingkungan rumah,

khususnya merawat jamban agar tidak tercemar oleh feses atau

sampah yang mengandung telur cacing, terutama untuk jamban

umum, perlu dilakukan upaya pembersihan jamban secara rutin

oleh masyarakat yang menggunakannya.

3. Orang tua perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap

perilaku anak, terutama saat melakukan kontak dengan tanah.

Page 130: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

110

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal dkk. 2013. Perbedaan Kualitas Air Sumur Gali dan Sumur Bor Perumahan

Griya Cahaya 2 Gunung Sariak Kota Padang. Civil Engineering and

Education Journal Vol. 1 (2).

Ali dkk. 2016. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan

Angka Kejadian Cacing (Soil Transmitted Helminth) pada Petani Sayur di

Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru.

Dinamika Lingkungan Indonesia, Vol. 3 (1).

Azwar. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara

Sumber Widya.

Brown, Harold. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: Gramedia.

CDC. 2013. When and How to Wash Your Hands. Retrieved from

https://www.cdc.gov/handwashing/when-how-handwashing.html on

December 22nd

2016.

Chadijah dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Sanitasi Lingkungan

dengan Angka Cacing pada Anak Sekolah Dasar di Kota Palu. Media

Litbangkes Vol. 24 (1).

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Dinkes Kabupaten Indragiri Hulu. 2015. Cacingan Bisa Sebabkan Anak Kurang

Gizi dan Kurang Cerdas.Retrieved from

http://dinkes.inhukab.go.id/?p=3486 on September 4th

2016.

Page 131: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

111

Ditjen PP & PL. 2012. Pedoman Pengendalian Cacing. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen PP & PL. 2013. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Emovon dkk. 2014. Prevalence and Impact of Socio-economic/Environmental

Factors on Soil Transmitted Helminth Infection in Children Attending

Clinic in a Tertiary Hospital in Benin City, Nigeria. International Journal of

Basic, Applied and Innovative Research (IJBAIR), Vol.3 (2).

Entjang. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Eveline dan Djamaludin.2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta:

WahyuMedia.

Faridan dkk. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Cacing pada

Siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. Jurnal

Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonis

Journal), Vol.4 (3).

Fitri dkk. 2012. Analisis Faktor-Faktor Risiko Infeksi Cacing Murid Sekolah Dasar

di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012.

Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol.6 (2).

Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakart: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gandahusada dkk. 2004. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Gunn dan Pitt. 2014. Parasitology: An Integrated Approach. United Kingdom:

John Wiley & Sons, Ltd.

Page 132: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

112

Hadidjaja dan Margono. 2011. Dasar Parasitologi Klinik Edisi I. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Hairani dkk. 2014. Prevalensi Soil Transmitted Helminth (STH) pada Anak Sekolah

Dasar di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan

Timur. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang Vol.5 (1).

Hambudi, Teguh. 2015. #1 Professional General Affair: Panduan Bagian Umum

Perusahaan Modern. Jakarta: Penerbit Visimedia.

Isa, Rahmad. 2013. Hubungan antara Higiene Perorangan dan Sanitasi

Lingkungan dengan Kejadian Infeksi Cacing pada Siswa SD Negeri

Jagabaya 1 Warunggunung Kabupaten Lebak Provinsi Banten Tahun 2013.

Tesis pada Universitas Indonesia.

Jalaluddin. 2009. Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene dan

Karakteristik Anak terhadap Infeksi Cacing pada Murid Sekolah Dasar di

Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Tesis pada Universitas

Sumatera Utara.

Kemenkes RI. 2002. Pedoman Umum Program Nasional Pemberantasan Cacingan

di Era Desentralisasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2005. Materi Pelatihan Instruktur Perbaikan dan Pengawasan

Kualitas Air dan Lingkungan untuk Mendukung Pendekatan Partisipatori.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2007. Panduan Promosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2009. Menggunakan Jamban Sehat. Retrieved from

http://perpustakaan.Kemenkes

Page 133: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

113

RI.go.id:8180/bitstream/123456789/1444/2/BK2009-A.pdf on June 26th

2016.

Kemenkes RI. 2014. Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT)

Fasilitator STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Retrieved from

http://stbm-indonesia.org/files/kurmod/STBM%20TOT%20Fasilitator.pdf

on December 30th

2016.

Kemenkes RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI:

Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Retrieved from

http://www.Kemenkes

RI.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-ctps.pdf

on December 22nd

2016.

Kemenkes RI. 2016. Menuju 100% Akses Sanitasi Indonesia 2019. Retrieved from

http://www.Kemenkes RI.go.id/article/print/16060100003/menuju-100-

akses-sanitasi-indonesia-2019.html on December 25th

2016.

Kepmenkes RI No.424 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan.

Kundaian dkk, 2012.Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi

Cacing pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri

Kabupaten Minahas.eJournal Universitas Sam Ratulangi Vol.1 (1).

Kusnoputranto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Morton dkk. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Statistika Edisi 5. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran.

Page 134: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

114

Lemeshow dkk. 1990. Adequacy of Sample Size in Health Studies. Switzerland:

John Wiley and Sons.

Malau, Ina Christin. 2008. Pengaruh Perilaku Ibu tentang Hygiene dan Sanitasi

Lingkungan terhadap Cacing Anak di Kecamatan Simanindo Kabupaten

Samosir 2008.Tesis pada Universitas Sumatera Utara.

Martila dkk, 2015.Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Cacing pada

Murid SD Negeri Abe Pantai Jayapura.PLASMA Vol.1 (2).

Meilinasari.2002. Hubungan Gizi Lebih dengan Asupan Energi pada Anak Sekolah

Dasar Al-Azhar 6 Jaka Permai Bekasi.Tesis pada Universitas Indonesia.

Muchlisah dkk. 2014. Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Cacing di

SD Athirah Bukit Baruga Makassar.Tesis pada Universitas Hasanuddin.

Muthoharoh dkk, 2015.Perilaku Mencuci Tangan dan Kejadian Cacing pada Siswa

Sekolah Dasar di Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Keperawatan Vol.11 (2).

Nasr dkk. 2013. Towards an Effective Control Programme of Soil-Transmitted

Helminth Infections among Orang Asli in Rural Malaysia. Part 2:

Knowledge, Attitude and Practices. Parasites and Vectors Vol.6 (28).

Natadisastra dan Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ

Tubuh yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta.

Nur dkk. 2013. Faktor Risiko Sanitasi Lingkungan Rumah terhadap Kejadian

Cacing pada Murid Sekolah Dasar di Pulau Barrang Lompo Kota

Makassar Tahun 2013.Tesis pada Universitas Hasanuddin.

Page 135: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

115

Oemijati. 1996. Tatalaksana pengendalian cacing di Indonesia melalui usaha

kesehatan sekolah dengan pendekatan kemitraan. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Onggowaluyo. 2002. Parasitologi Medik I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013

tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam

Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan

Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Proverawati dan Rahmawati.2012.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.Yogyakarta:

Nuha Medika.

Pullan dkk. 2014. Global Numbers of Infection and Disease Burden of Soil

Transmitted Helminth Infections in 2010. Parasites & Vectors, Vol.7 (37).

Rahayu dan Ramdani, 2013.Faktor Risiko Terjadinya Cacing di SDN Tebing

Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan.Jurlan

Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang, Vol.4 (3).

Rifdah, Idah. 2007. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan dan Higiene

Perorangan dengan Kejadian Cacing pada Murid Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2007.Tesis pada Universitas

Indonesia.

Roberts dkk, 2005. Foundations of Parasitology; Seventh Edition. United States:

McGraw Hill.

Page 136: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

116

Sandy dkk, 2015.Analisis Model Faktor Risiko yang Mempengaruhi Infeksi Cacing

yang Ditularkan melalui Tanah pada Siswa Sekolah Dasar di Distrik Arso

Kabupaten Keerom Papua.Media Litbangkes, Vol.25 (1).

Sherkhonova dkk. 2013. National Intestinal Helminth Survey among School

Children in Tajikistan: Prevalence, Risk Factors and Perceptions. Acta

Tropica Vol.93 (8).

Simanjuntak, Dodi Lashon. 2015. Hubungan Personal Hygiene dan Tingkat

Kecukupan Makanan terhadap Infeksi Cacing pada Siswa Sekolah Dasar di

Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2014.Tesis pada

Universitas Sumatera Utara.

Siregar, Charles D. 2006. Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui

Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak usia 6-12 tahun. Sari Pediatri Vol.8

(2).

Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan Cetakan Ke-VIII. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Soeparman dan Suparmin.2002.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Sofiana, dkk. 2011. Fingernail Biting Increase the Risk of Soil Transmitted

Helminth (STH) Infection in Elementary School Children. Health Science

Indonesia Vol.2 (2).

Soviana. 1996. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Lalat Hijau Chrysomya

megacephala (Fabricus). Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Page 137: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

117

Sulaiman, dkk. 1989. Human Helminth Parasite Burdens on Cyclorraphan Flies

(Diptera) Trapped at on Aboriginal Settlement in Malaysia. Bulletin of

Entomological Research Vol.79 (4).

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mix

Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:

Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan.

Sumanto, Didik. 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang pada Anak

Sekolah.Tesis pada Universitas Diponegoro.

The Joint Commission. 2009. Measuring Hand Hygiene Adherence: Overcoming

the Challenges. Retrieved from

https://www.jointcommission.org/assets/1/18/hh_monograph.pdf on August

30th

2016.

Tietjen. 2004. Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan

Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo.

Triyono, Agus. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Buang Air

Besar Masyarakat Nelayan di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir

Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Forum Ilmiah Vol.11 (3).

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

UNESC0. 2000. Water Use in The World: Present Situation/Future Needs.

Retrieved from

http://www.unesco.org/science/waterday2000/water_use_in_the_world.htm

on August 29th

2016.

Page 138: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

118

Utama. 2009. Parasitologi Kedokteran Edisi IV Cetakan II. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Waryono. 2013. Mengenalkan Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar.Retrieved

from http://lpmpjogja.org/mengenalkan-pendidikan-kesehatan-di-sekolah-

dasar/ on February 26th

2017.

WHO. 2012. Eliminating Soil-Transmitted Helminthiases as a Public Health

Problem in Children: Progress Report 2001-2010 and Strategic Plan 2011-

2020.Retrieved from

http://apps.WHO.int/iris/bitstream/10665/44804/1/9789241503129_eng.pdf

on December 31st 2016.

WHO. 2016. Soil-transmitted helminth infections. Retrieved from

http://www.WHO.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/ on May 15th

2016.

Yudhastuti dan Lusno. 2012.Kebersihan Diri dan Sanitasi Rumah pada Anak Balita

dengan Cacing.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.6 (4).

Yunus, Yulie Andra. 2015. Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Sanitasi

Lingkungan Rumah terhadap Kejadian Cacing pada Anak Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Bromo Kota Medan tahun 2015. Tesis pada Universitas

Sumatera Utara.

Page 139: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

119

LAMPIRAN

Page 140: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH

DENGAN INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

DI RAWA LIMBAH KELURAHAN PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2016

Assalamu’alaykum wr wb. Saya Nurmarani, mahasiswi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi

Kesehatan Masyarakat peminatan Kesehatan Lingkungan akan melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan Personal Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Rumah

Dengan Infeksi Kecacingan pada Anak Usia Sekolah Dasar di Rawa Limbah

Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.”

Dalam pelaksanaannya, saya akan mengumpulkan data berupa hasil

wawancara terkait kebersihan perorangan, observasi terkait kondisi lingkungan

rumah dan pengambilan sampel feses (tinja). Maka dari itu, saya meminta kesediaan

Saudara untuk turut membantu dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan akan

dijaga kerahasiaannya. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaykum wr wb

Ciputat, Oktober 2016

Responden

………………..

Page 141: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Identitas Responden

IR1 Nama

IR2 Jenis Kelamin

IR3 Umur

IR4 Kelas/Sekolah

IR5 Kode Sampel

IR6 Alamat

PEDOMAN WAWANCARA

A1 Apakah Anda mencuci tangan dengan sabun sebelum makan?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Tidak pernah

[ ]

A2 Apakah Anda mencuci tangan dengan sabun setelah BAB?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Tidak pernah

[ ]

A3 Apakah Anda melakukan praktik BAB di tempat lain selain

jamban, seperti tanah kosong atau sungai?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Tidak pernah

[ ]

Page 142: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

A4 Berapa kali Anda mengonsumsi makanan jajanan yang tidak

tertutup (gorengan, dll) dalam seminggu?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Tidak pernah

[ ]

A5 Apakah Anda menggunakan alas kaki ketika bermain di luar

rumah?

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Tidak pernah

[ ]

LEMBAR OBSERVASI

B1 Kebersihan kuku

1. Tidak memenuhi syarat (panjang ≥0,5 cm, kotor)

2. Memenuhi syarat (pendek <0,5 cm, bersih)

[ ]

B2 Sarana air bersih

1. Sumber air bersih yang digunakan oleh keluarga:

a. Sungai

b. Sumur gali/pompa dengan jarak kedalaman <10 m

c. Sumur gali/pompa dengan jarak kedalaman ≥10 m

d. Perusahaan Air Minum

2. Ada sumber pencemaran lain (seperti tempat

pembuangan sampah) dalam jarak 10 m dari sumber air:

a. Ya

b. Tidak

3. Ada keretakan atau kerusakan pada lantai sekitar sumur

yang memungkinkan air merembes ke dalam sumur:

a. Ya

b. Tidak

[ ]

[ ]

Page 143: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

B3 Kondisi jamban

1. Terdapat jamban pribadi di dalam rumah responden:

a. Tidak

b. Ya

2. Jenis jamban yang digunakan adalah jamban leher angsa:

a. Tidak

b. Ya

3. Jamban memiliki septic tank:

a. Tidak

b. Ya

4. Jarak jamban dengan septic tank 10-15 meter:

a. Tidak

b. Ya

5. Terdapat persediaan air bersih secara kontinu di dekat

jamban:

a. Tidak

b. Ya

6. Jamban tidak berbau:

a. Tidak

b. Ya

7. Jamban tidak ada genangan air:

a. Tidak

b. Ya

8. Lantai jamban tidak licin:

a. Tidak

b. Ya

9. Terdapat persediaan sabun untuk cuci tangan setelah

BAB di dekat jamban:

a. Tidak

b. Ya

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

Page 144: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

B4 Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

1. Terdapat SPAL di dalam rumah responden:

a. Tidak

b. Ya

2. SPAL dalam keadaan tertutup (perpipaan):

a. Tidak

b. Ya

3. SPAL kedap air:

a. Tidak

b. Ya

4. SPAL mengalir lancar:

a. Tidak

b. Ya

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

B5 Kondisi lantai rumah

1. Telah dilakukan lantainisasi pada rumah responden:

a. Tidak

b. Ya

2. Lantai kedap air dan tidak lembab:

a. Tidak

b. Ya

3. Lantai mudah dibersihkan:

a. Tidak

b. Ya

4. Keadaan lantai bersih tanpa sampah, tanah, dan kotoran

lain:

a. Tidak

b. Ya

[ ]

[ ]

[ ]

B6 Kondisi tempat pembuangan sampah

1. Terdapat tempat pembuangan sampah di rumah

responden

[ ]

Page 145: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

a. Tidak

b. Ya

2. Tempat pembuangan sampah tertutup:

a. Tidak

b. Ya

3. Tidak terdapat sampah berserakan di sekitar tempat

pembuangan sampah:

a. Tidak

b. Ya

[ ]

[ ]

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

C1 Infeksi Kecacingan

1. Positif

2. Negatif

[ ]

Petunjuk Pengambilan Sampel Feses (Tinja):

a. Dianjurkan buang air besar pada pagi hari (saat sebelum berangkat ke sekolah)

b. Sebelum buang air besar, sebaiknya buang air kecil (kencing) terlebih dahulu.

c. Tinja tidak boleh bercampur dengan air kloset (WC) maupun urin (air kencing).

d. Buang tinja pada bibir kloset (WC), jangan sampai terkena air atau lantai.

e. Ambil tinja dengan sendok yang ada pada tutup kontainer yang telah diberikan.

f. Masukkan tinja ke dalam kontainer dan tutup rapat.

Page 146: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Lampiran 2

Dokumentasi Turun Lapangan

Tanah Lapang di Sekitar Rumah Warga Rawa Limbah

Jamban Umum yang Digunakan Warga Rawa Limbah

Sampah Berserakan di

Sekitar Rumah Warga

Anak-Anak Beraktivitas di

Tanah

Pengambilan Kontainer Feses

Page 147: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Lampiran 3

Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total_SAB .261 36 .000 .799 36 .000

Total_Jamban .216 36 .000 .838 36 .000

Total_SPAL .297 36 .000 .705 36 .000

Total_Lantai .264 36 .000 .780 36 .000

Total_TPS .216 36 .000 .807 36 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil Uji Univariat

Infeksi Kecacingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Positif 8 22.2 22.2 22.2

Negatif 28 77.8 77.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kebersihan Kuku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 16 44.4 44.4 44.4

Baik 20 55.6 55.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 14 38.9 38.9 38.9

Baik 22 61.1 61.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 148: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Kebiasaan Cuci Tangan Setelah BAB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 14 38.9 38.9 38.9

Baik 22 61.1 61.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kebiasaan BAB Sembarangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 4 11.1 11.1 11.1

Tidak 32 88.9 88.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 13 36.1 36.1 36.1

Baik 23 63.9 63.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 11 30.6 30.6 30.6

Baik 25 69.4 69.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sumber Air yang Digunakan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sumur

Pompa 36 100.0 100.0 100.0

Page 149: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Ada Sumber Pencemaran dalam Jarak 10 m dari Sumber Air

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 12 33.3 33.3 33.3

Ya 24 66.7 66.7 66.7

Total 36 100.0 100.0

Ada Keretakan pada Lantai sekitar Sumur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 30 83.3 83.3 83.3

Ya 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sarana Air Bersih

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Buruk 24 66.7 66.7 66.7

Baik 12 33.3 33.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 150: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Terdapat Jamban Pribadi di Rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 15 41.7 41.7 41.7

Ya 21 58.3 58.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Jenis Jamban Leher Angsa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 6 16.7 16.7 16.7

Ya 30 83.3 83.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Jamban memiliki Septic Tank

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 2 5.6 5.6 5.6

Ya 34 94.4 94.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Jarak Jamban dengan Septic Tank 10-15 m

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 18 50.0 50.0 50.0

Ya 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Terdapat Persediaan Air di Sekitar Jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 2 5.6 5.6 5.6

Ya 34 94.4 94.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

B36_TidakBau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 7 19.4 19.4 19.4

Page 151: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Jamban Tidak Berbau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 7 19.4 19.4 19.4

Ya 29 80.6 80.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Jamban Tidak Ada Genangan Air

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 15 41.7 41.7 41.7

Ya 21 58.3 58.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lantai Jamban Tidak Licin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 18 50.0 50.0 50.0

Ya 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Terdapat Persediaan Sabun di Dekat Jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 9 25.0 25.0 25.0

Ya 27 75.0 75.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kondisi Jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 18 50.0 50.0 50.0

Baik 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 152: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Terdapat SPAL di Rumah Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 15 41.7 41.7 41.7

Ya 21 58.3 58.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

SPAL dalam Keadaan Tertutup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 20 55.6 55.6 55.6

Ya 16 44.4 44.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

SPAL Kedap Air

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 19 52.8 52.8 52.8

Ya 17 47.2 47.2 100.0

Total 36 100.0 100.0

SPAL Mengalir Lancar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 18 50.0 50.0 50.0

Ya 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kondisi SPAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 20 55.6 55.6 55.6

Baik 16 44.4 44.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 153: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Telah dilakukan Lantainisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 14 38.9 38.9 38.9

Ya 22 61.1 61.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lantai Kedap Air

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 14 38.9 38.9 38.9

Ya 22 61.1 61.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lantai Mudah Dibersihkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 13 36.1 36.1 36.1

Ya 23 63.9 63.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lantai Bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 11 30.6 30.6 30.6

Ya 25 69.4 69.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lantai_median

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 20 55.6 55.6 55.6

Baik 16 44.4 44.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 154: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Ada TPS di Rumah Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 36 100.0 100.0 100.0

TPS dalam Keadaan Tertutup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 18 50.0 50.0 50.0

Ya 18 50.0 50.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Terdapat Sampah Berserakan di Sekitar TPS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 21 58.3 58.3 58.3

Tidak 15 41,7 41,7 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kondisi TPS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 27 75.0 75.0 75.0

Baik 9 25.0 25.0 100.0

Total 36 100.0 100.0

Page 155: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Hasil Uji Bivariat

1. Kebersihan Kuku

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kebersihan

Kuku

Buruk Count 7 9 16

Expected Count 3.6 12.4 16.0

% within B1_Kuku 43.8% 56.2% 100.0%

Baik Count 1 19 20

Expected Count 4.4 15.6 20.0

% within B1_Kuku 5.0% 95.0% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within B1_Kuku 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.722a 1 .005

Continuity Correctionb 5.643 1 .018

Likelihood Ratio 8.268 1 .004

Fisher's Exact Test .012 .008

Linear-by-Linear Association 7.508 1 .006

N of Valid Casesb 36

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.56.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 156: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for B1_Kuku

(TMS / MS) 14.778 1.573 138.864

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

8.750 1.197 63.978

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.592 .380 .923

N of Valid Cases 36

2. Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kebiasaan Cuci

Tangan Sebelum

Makan

1 Count 6 8 14

Expected Count 3.1 10.9 14.0

% within

CTPSMakan_recode 42.9% 57.1% 100.0%

2 Count 2 20 22

Expected Count 4.9 17.1 22.0

% within

CTPSMakan_recode 9.1% 90.9% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within

CTPSMakan_recode 22.2% 77.8% 100.0%

Page 157: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.644a 1 .018

Continuity Correctionb 3.859 1 .049

Likelihood Ratio 5.613 1 .018

Fisher's Exact Test .036 .026

Linear-by-Linear Association 5.487 1 .019

N of Valid Casesb 36

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.11.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

CTPSMakan_recode (1 / 2) 7.500 1.242 45.287

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

4.714 1.102 20.163

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.629 .392 1.008

N of Valid Cases 36

3. Kebiasaan Cuci Tangan Setelah BAB

Crosstab

C1_InfeksiKecacingan

Total Positif Negatif

Kebiasaan Cuci

Tangan Setelah BAB

1 Count 3 11 14

Expected Count 3.1 10.9 14.0

% within CTPSBAB_recode 21.4% 78.6% 100.0%

Page 158: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

2 Count 5 17 22

Expected Count 4.9 17.1 22.0

% within CTPSBAB_recode 22.7% 77.3% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within CTPSBAB_recode 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .008a 1 .927

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .008 1 .927

Fisher's Exact Test 1.000 .631

Linear-by-Linear Association .008 1 .928

N of Valid Casesb 36

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.11.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

CTPSBAB_recode (1 / 2) .927 .184 4.685

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

.943 .266 3.340

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

1.017 .713 1.450

N of Valid Cases 36

Page 159: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

4. Kebiasaan BAB Sembarangan

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kebiasaan BAB

Sembarangan

1 Count 2 2 4

Expected Count .9 3.1 4.0

% within BABS_recode 50.0% 50.0% 100.0%

2 Count 6 26 32

Expected Count 7.1 24.9 32.0

% within BABS_recode 18.8% 81.2% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within BABS_recode 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.009a 1 .156

Continuity Correctionb .608 1 .436

Likelihood Ratio 1.709 1 .191

Fisher's Exact Test .207 .207

Linear-by-Linear Association 1.953 1 .162

N of Valid Casesb 36

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .89.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 160: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

BABS_recode (1 / 2) 4.333 .504 37.261

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

2.667 .790 9.003

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.615 .228 1.663

N of Valid Cases 36

5. Kebiasaan Mengonsumsi Jajanan Tidak Tertutup

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kebiasaan

Mengonsumsi

Jajanan Tidak

Tertutup

1 Count 2 11 13

Expected Count 2.9 10.1 13.0

% within Jajan_recode 15.4% 84.6% 100.0%

2 Count 6 17 23

Expected Count 5.1 17.9 23.0

% within Jajan_recode 26.1% 73.9% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within Jajan_recode 22.2% 77.8% 100.0%

Page 161: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .550a 1 .458

Continuity Correctionb .105 1 .746

Likelihood Ratio .574 1 .449

Fisher's Exact Test .682 .382

Linear-by-Linear Association .535 1 .464

N of Valid Casesb 36

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.89.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Jajan_recode

(1 / 2) .515 .088 3.027

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

.590 .139 2.511

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

1.145 .818 1.601

N of Valid Cases 36

6. Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kebiasaan

Menggunakan Alas

1 Count 3 8 11

Expected Count 2.4 8.6 11.0

Page 162: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Kaki % within AlasKaki_recode 27.3% 72.7% 100.0%

2 Count 5 20 25

Expected Count 5.6 19.4 25.0

% within AlasKaki_recode 20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within AlasKaki_recode 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .234a 1 .629

Continuity Correctionb .002 1 .961

Likelihood Ratio .228 1 .633

Fisher's Exact Test .678 .468

Linear-by-Linear Association .227 1 .634

N of Valid Casesb 36

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.44.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

AlasKaki_recode (1 / 2) 1.500 .288 7.807

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

1.364 .393 4.728

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.909 .602 1.372

N of Valid Cases 36

Page 163: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

7. Sarana Air Bersih

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Sarana Air

Bersih

1 Count 7 17 24

Expected Count 5.3 18.7 24.0

% within SAB_median 29.2% 70.8% 100.0%

2 Count 1 11 12

Expected Count 2.7 9.3 12.0

% within SAB_median 8.3% 91.7% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within SAB_median 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.009a 1 .156

Continuity Correctionb .984 1 .321

Likelihood Ratio 2.280 1 .131

Fisher's Exact Test .224 .162

Linear-by-Linear Association 1.953 1 .162

N of Valid Casesb 36

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.67.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for SAB_median

(1 / 2) 4.529 .488 42.052

Page 164: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

3.500 .485 25.283

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.773 .568 1.052

N of Valid Cases 36

8. Kondisi Jamban

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kondisi Jamban 1 Count 7 11 18

Expected Count 4.0 14.0 18.0

% within Jamban_median 38.9% 61.1% 100.0%

2 Count 1 17 18

Expected Count 4.0 14.0 18.0

% within Jamban_median 5.6% 94.4% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within Jamban_median 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.786a 1 .016

Continuity Correctionb 4.018 1 .045

Likelihood Ratio 6.358 1 .012

Fisher's Exact Test .041 .020

Linear-by-Linear Association 5.625 1 .018

N of Valid Casesb 36

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 165: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Jamban_median (1 / 2) 10.818 1.165 100.439

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

7.000 .956 51.251

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.647 .440 .951

N of Valid Cases 36

9. Kondisi SPAL

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kondisi SPAL 1 Count 7 13 20

Expected Count 4.4 15.6 20.0

% within SPAL_Median 35.0% 65.0% 100.0%

2 Count 1 15 16

Expected Count 3.6 12.4 16.0

% within SPAL_Median 6.2% 93.8% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within SPAL_Median 22.2% 77.8% 100.0%

Page 166: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.251a 1 .039

Continuity Correctionb 2.750 1 .097

Likelihood Ratio 4.760 1 .029

Fisher's Exact Test .053 .045

Linear-by-Linear Association 4.133 1 .042

N of Valid Casesb 36

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.56.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

SPAL_Median (1 / 2) 8.077 .875 74.592

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

5.600 .766 40.946

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.693 .491 .980

N of Valid Cases 36

10. Kondisi Lantai

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kondisi Lantai 1 Count 6 14 20

Expected Count 4.4 15.6 20.0

% within Lantai_median 30.0% 70.0% 100.0%

2 Count 2 14 16

Page 167: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Expected Count 3.6 12.4 16.0

% within Lantai_median 12.5% 87.5% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within Lantai_median 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.575a 1 .209

Continuity Correctionb .725 1 .394

Likelihood Ratio 1.648 1 .199

Fisher's Exact Test .257 .199

Linear-by-Linear Association 1.531 1 .216

N of Valid Casesb 36

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.56.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

Lantai_median (1 / 2) 3.000 .514 17.498

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

2.400 .558 10.324

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.800 .569 1.126

N of Valid Cases 36

Page 168: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

11. Kondisi TPS

Crosstab

Infeksi Kecacingan

Total Positif Negatif

Kondisi TPS 1 Count 7 20 27

Expected Count 6.0 21.0 27.0

% within TPS_Median 25.9% 74.1% 100.0%

2 Count 1 8 9

Expected Count 2.0 7.0 9.0

% within TPS_Median 11.1% 88.9% 100.0%

Total Count 8 28 36

Expected Count 8.0 28.0 36.0

% within TPS_Median 22.2% 77.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .857a 1 .355

Continuity Correctionb .214 1 .643

Likelihood Ratio .957 1 .328

Fisher's Exact Test .648 .337

Linear-by-Linear Association .833 1 .361

N of Valid Casesb 36

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 169: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for TPS_Median

(1 / 2) 2.800 .295 26.566

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Positif

2.333 .330 16.479

For cohort

C1_InfeksiKecacingan =

Negatif

.833 .604 1.149

N of Valid Cases 36

Page 170: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia

Lampiran 4

Page 171: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 172: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 173: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 174: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 175: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 176: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 177: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 178: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 179: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 180: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 181: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 182: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 183: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 184: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 185: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 186: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia
Page 187: HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35908/1/... · Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Cacing pada Anak Usia