Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA...
-
Upload
mr-adheep-mahfud -
Category
Documents
-
view
114 -
download
2
description
Transcript of Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA...
HUBUNGAN PERILAKU PERAWATAN GENETALIA EKSTERNA DENGAN
KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 TUBAN
TAHUN 2011
Priyo SulisTiono*, Diah Eko Martini**, Faizzatul Ummah***
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan
Jalan Raya Plalangan Plosowahyu KM3 Lamongan
Email : [email protected]
Abstrak
Masalah umum yang sering terjadi pada genetalia wanita adalah fluor albus. Data di
lapangan menunjukkan banyak siswi kelas XI SMA Negeri Tuban mengalami fluor albus.
Masalah penelitian ini adalah tingginya angka kejadian fluor albus pada remaja putri, penyebab
fluor albus salah satunya adalah kebiasaan atau perilaku perawatan genetalia eksterna. Penelitian
ini untuk mengetahui hubungan perilaku perawatan genetalia eksterna dengan kejadian fluor
albus pada remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban. Desain penelitian yang digunakan merupakan
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh siswi kelas XI
SMA Negeri 3 Tuban sebanyak 154 responden, dengan jumlah sampel 110 siswi. Sampling yang
digunakan adalah simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data yaitu kuesioner dan cara analisa data mengunakan uji Coefficient contigency dengan derajat
kemaknaan (α) = 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (85%) siswi
kelas XI SMA Negeri 3 Tuban mempunyai perilaku kurang dalam perawatan genetalia eksterna
dan hamper seluruhnya (92%) siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban pernah mengalami fluor
albus. Hasil dari uji Coefficient contigency didapatkan probabilitas 0,000 (0,000 < 0,05) sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan antara perilaku perawatan genetalia eksterna dengan kejadian
fluor albus pada siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban. Bagi remaja putri yang mengalami fluor
albus untuk mencegahnya perlu dilakukan pola hidup sehat, tidak menggunakan cairan
pembersih vagina secara berlebihan, menggunakan celana dalam bahannya menyerap keringat
dan mengganti pembalut secara rutin. Perawatan genetalia eksterna yang baik berpengaruh dalam
pencegahan fluor albus untuk itu perlu adanya penyuluhan perawatan genetalia eksterna secara
baik dan benar.
Abstract
Common problems that often occur in female genetalia is fluor albus. The data in the field
shows a lot of XI grade student SMA Tuban having fluor albus. The problem of this study is the
high incidence of fluor albus on girls, causing fluor albus one of them is a habit or behavior of
the external genetalia care. This study is to examine the relationship behavior of the external
genetalia treatment with fluor albus occurrence in young women in SMA Negeri 3 Tuban. The
research design is used an analytic research with cross sectional approach. The population is all
of XI grade student Tuban SMA Negeri is 154 respondents, with total sample of 110 students.
The used of sampling method was simple random sampling. The instrument used to collect
questionnaire data and how data can be analysis using Coefficient contigency test with
significance level (α) = 0.05. The results showed that nearly all (85%) XI grade student SMA
Negeri 3 Tuban have less behavior in the treatment of external genetalia and almost entirely
(92%) XI grade student SMA Negeri 3 Tuban fluor albus ever their experienced. Results of the
Coefficient contigency test found the probability 0.000 (0.000 <0.05) so it can be concluded
there is a correlation between the external genetalia care behavior with the occurrence of fluor
albus on XI grade student SMA Negeri 3 Tuban. For young women who experience fluor albus
to prevent it is necessary to a healthy lifestyle, do not use excessive vaginal cleaning fluid, using
the panties which absorb and replace the pads regularly. A good external genetalia treatment
effect in the prevention of fluor albus for that we need the external genetalia care counseling in a
proper.
LATAR BELAKANG
Keputihan atau fluor albus
merupakan sekresi abnormal pada genetalia
yang disebabkan oleh infeksi biasanya
disertai dengan rasa gatal di dalam vagina
dan di sekitar labiya mayora, sering berbau
busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu
berkemih (Mahannad Shadine, 2009 : 1).
Fluor albus kerap menjadi masalah
kewanitaan yang sering dialami oleh para
wanita. Masalah ini juga sering diangap
sebagai salah satu bentuk gambaran kondisi
tubuh, terutama pada masalah genetalia.
Fluor albus seringkali diakibatkan oleh
perilaku remaja yang kurang tepat dalam
merawat genetalia diantaranya adalah
pengunaan produk antibiotik secara terus
menerus, pengunaan bedak pada daerah
kewanitaan secara berlebih dan pemakaian
celana dalam yang ketat. Perilaku perawatan
lain yang sering berdampak buruk bagi
genetalia misalnya pengunaan air yang
kurang bersih untuk membasuh daerah
kewanitaan, kurangnya kebersihan saat haid
terjadi, seringnya pemakaian celana jeans
secara terus menerus. Hal tersebut terkadang
membawa dampak buruk pada kesehatan
genetalia tersebut. Fluor Albus merupakan
satu diantara tiga masalah wanita yang
semula diangap sebagai masalah yang biasa
tetapi lama-kelamaan menjadi parah dan
bahkan dapat menimbulkan infeksi. Fluor
albus sering dijumpai dan menjadi masalah
bagi wanita, sekitar 75% wanita di dunia
pernah mengalami paling tidak sekali dalam
hidupnya dan sebanyak 45% diantaranya
dua kali dalam hidupnya (Mahannad
Shadine, 2009 : 6). Perilaku merawat
genetalia yang kurang baik akan
menimbulkan berbagai masalah diantaranya
adalah infeksi, jika seorang remaja putri
melakukan perawatan genetalia yang buruk
maka akan memberikan peluang besar
terhadap kejadian infeksi. Masalah
kewanitaan misal infeksi akan menimbulkan
suatu gejala fluor albus secara patologis.
Fluor albus bukan penyakit menular seksual
sehingga para wanita yang tidak aktif secara
seksual bisa mengalami keputihan termasuk
para remaja putri (Dwiana Ocviyanti, 2007).
Menurut Llewllyn (2002) sekitar
12% wanita di Indonesia mengalami infeksi
alat kelamin, tetapi yang mempunyai gejala
keputihan dan gatal hanya sekitar 0,47
sampai 1% wanita. Pada penelitian terakhir,
wanita di Indonesia yang berpotensi
terserang fluor albus 75-90%. Sedangkan
remaja putri yang berpotensi terserang fluor
albus sebanyak 75%. Berdasarkan penelitian
Ida Fitriana (2010), yang dilakukan di SMA
Negeri Kecamatan Tuban yaitu SMA Negeri
1 Tuban dari 20 siswi kelas X terdapat 75%
pernah mengalami fluor albus, di SMA
Negeri 2 Tuban dari 20 siswi kelas X
terdapat 85% pernah mengalami fluor albus,
di SMA Negeri 3 Tuban dari 141 siswi
kelas X didapatkan 90,3% pernah
mengalami fluor albus dan 12 tidak pernah
mengalami fluor albus dan di SMA Negeri 4
Tuban dari 20 siswi kelas X terdapat 70%
pernah mengalami fluor albus. Berdasarkan
data diatas, kejadian fluor albus di SMA
kecamatan Tuban masih tinggi serta
kejadian yang tertinggi terdapat di SMA
Negeri 3.
Faktor penyebab terjadinya fluor
albus pada siswi remaja diantaranya adalah
faktor infeksi, iritasi, benda asing, radiasi,
kanker, pengetahuan, peran, peran guru
UKS, peran tenaga kesehatan, motivasi serta
perilaku perawatan genetalia yang kurang
tepat. Faktor pertama yang menyebabkan
fluor albus adalah infeksi. Beberapa kuman
dan parasit yang sering menyebabkan fluor
albus yaitu Gonococus, Chalamydia
trachomatis, Gardeneralla, Treponema
Pallidium, Trichomonas vaginalis dan
golongan Candida (Mahannad Shadine,
2009 : 5). Dalam vagina terdapat 95% flora
normal dan terdapat 5% flora yang
merugikan. Kondisi keasaman genetalia
yang normal berkisar antara 3,8 sampai 4,2.
Jika keadaan ekosistem seimbang, tidak
mengalami keadaan yang membuat
keasaman tersebut bertambah dan
berkurang, maka bakteri yang menimbulkan
penyakit tersebut tidak akan menganggu.
Tetapi, jika keasaman turun atau melebihi
dari batas normal, maka bakteri gagal
melindungi pathogen. Pada akhirnya bakteri
dan jamur akan mudah berkembang biak
yang dapat menimbulkan fluor albus (Erna
Iswati, 2010 : 135). Faktor kedua yang dapat
menimbulkan fluor albus adalah benda
asing. Alat kontrasepsi IUD sering
menimbulkan infeksi pada genetalia. Infeksi
yang terjadi akan menimbulkan peningkatan
secret pada genetalia sehingga menimbulkan
fluor albus. Faktor ketiga yang dapat
menyebabkan fluor albus adalah radiasi.
Pada individu yang sering terpapar oleh
radioaktif maka radiasi tersebut dapat
menganggu keseimbangan ekosistem dalam
genetalia sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi. Individu yang
mendapatkan terapi obat-obatan yang
mengandung radioaktif sangat beresiko
terjadi fluor albus. Faktor keempat yang
menyebabkan fluor albus adalah penyakit
kanker. Kanker merupakan penyebab
terjadinya keputihan oleh karena sekresi
lendir yang diakibatkan kondisi sel yang
abnormal. Kanker merupakan penyakit yang
sering terjadi pada leher rahim. Penyakit ini
diangap ganas oleh kebanyakan individu
terutama kaum wanita. Ketakutan juga
sering terjadi oleh karena penyakit ini sangat
merusak organ yang terserang kanker.
Secara normal genetalia mengeluarkan
lendir yang bening dan tidak berwarna.
Ketika kanker menyerang genetalia maka
sekresi tersebut akan tidak lagi bening tapi
berwarna keruh dan berbau menyengat
(Mahannad Shadine, 2009 : 6). Faktor
kelima yang dapat menyebabkan fluor albus
adalah pengetahuan. Semakin baik
pengetahuan remaja dalam perawatan
genetalia eksterna makan akan semakin baik
pula kesehatan vagina. Apabila remaja tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam
perawatan genetalia eksterna maka tidak
menutup kemungkinan akan meningkatkan
resiko terjadinya fluor albus. Faktor keenam
yang dapat menyebabkan fluor albus adalah
peran guru UKS dan tenaga kesehatan. Jika
tenaga kesehatan dan guru UKS melakukan
peran secara baik dengan cara melakukan
penyuluhan tentang perawatan genetalia
secara baik dan benar maka hal tersebut
akan menumbuhkan pengetahuan remaja
tentang perawatan genetalia eksterna
sehingga akan meningkatkan perawatan
genetalia secara baik dan benar. Faktor
ketujuh yang dapat meningkatkan resiko
fluor albus adalah motivasi dari individu.
Jika remaja mempunyai motivasi dan
kemauan yang baik dalam meningkatkan
perawatan genetalia secara baik dan benar
maka hal tersebut akan mengurangi resiko
terjadinya fluor albus. Faktor kedelapan
yang menyebabkan fluor albus adalah
Faktor iritasi. Beberapa kebiasaan perawatan
genetalia yang kurang tepat dapat
menyebabkan iritasi sehingga menimbulkan
fluor albus sedangkan remaja putri yang
memiliki perilaku perawatan genetalia yang
positif terhadap kesehatan seperti tidak
mengunakan celana ketat, selalu
mengunakan celana dalam yang dapat
menyerap keringat, melakukan kebersihan
genetalia secara baik dan benar, selalu
memakai tissue untuk mengeringkan
genetalia eksterna, menghindari pemakaian
antibiotik yang irasional dan pemakainan
terus menerus pembersih vagina, menganti
pakaian dalam dan pembalut secara teratur
maka besar kemungkinan remaja putri
tersebut terhindar dari keputihan atau fluor
albus. Perilaku kesehatan pada dasarnya
adalah suatu respon seseorang terhadap
setimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, perawatan diri, serta lingkungan.
Respon atau reaksi manusia, baik bersifat
pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap),
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata
atau praktis). Hal yang penting dalam
perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku.
Karena perubahan perilaku merupakan
tujuan dari pendidikan atau penyuluhan
kesehatan sebagai penunjang progam
kesehatan lainnya (Notoadmojo :2005).
Dengan demikian perubahan perilaku yang
diharapkan adalah perubahan perilaku
individu atau masyarakat yang mengarah
pada hidup sehat. Oleh karena itu, melalui
perilaku merawat genetalia dengan baik dan
benar maka akan terhindar dari infeksi atau
masalah daerah kewaniaatan yang lain
sehingga hal tersebut akan menekan
kejadian fluor albus. Fluor albus yang
terjadi pada remaja putri akan membawa
dampak buruk bagi individu tersebut
misalnya rasa cemas yang berlebih sampai
stres, perasaan kurang percaya diri, perasaan
yang kurang nyaman, menarik diri serta
terganggunya hubungan psikososial yang
berlebih.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi fluor albus yaitu melakukan
perawatan genetalia eksterna yang baik dan
benar dengan cara membasuh dengan air
dari kran dengan basuhan dari depan ke
belakang setelah buang air kecil maupun
buang air besar, hidari pengunaan sabun,
bahan kimia atau produk antibiotik,
keringkan daerah kewanitaan dengan
handuk yang bersih, ganti celana dalam 2
kali sehari, hindari celana dalam yang ketat
dan pakai celana dalam dari kain katun,
hindari pemakaian celana Jeans, ketika haid
ganti pembalut jika terasa sudah basah dang
anti tiap buang air kecil maupun buang air
besar, jangan mengunakan bedak pada
genetalia eksterna, hindari pemakaian panty
linier secara terus menerus, panty linier
hanya digunakan ketika keluarnya haid
sangat banyak (El Manan, 2010 : 158). Hal
tersebut akan sempurna jika ada petugas
kesehatan yang memberikan pengetahuan
tentang perilaku perawatan genetalia
exksterna secara efektif dengan cara
meningkatkan kerjasama antara perawat dan
Unit Kesehatan Sekolah dalam memberikan
penyuluhan tentang fluor albus,
menganjurkan kepada remaja putri untuk
segera mengkonsultasikan keputihan yang
dialami kepada petugas kesehatan atau
dokter, mempunyai pengetahuan dan
perilaku yang baik dalam merawat genetalia
eksterna akan menurunkan kejadian fluor
albus.
Berdasarkan latar belakang di atas
serta keterbatasan waktu dan biaya maka
peneliti tertarik menlakukan penelitian
mengenai hubungan perilaku perawatan
genetalia eksterna dengan kejadian fluor
albus pada remaja putri di SMA Negeri 3
Tuban kelas XI.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah perilaku perawatan
genetalia eksterna yang dilakukan pada
remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban
kelas XI ?
2. Bagaimanakah Insiden fluor albus pada
remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban
kelas XI ?
3. Adakah hubungan antara perilaku
perawatan genetalia eksterna dengan
kejadian fluor albus pada remaja putri di
SMA Negeri 3 Tuban kelas XI ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara
perilaku perawatan genetalia eksterna
dengan kejadian fluor albus pada remaja
putri di SMA Negeri 3 Tuban kelas XI.
Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi prilaku perawatan
genetalia ekasterna yang dilakukan pada
remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban
kelas XI.
2) Mengidentifikasi kejadian fluor albus
pada remaja putri di SMA Negeri 3
Tuban kelas XI.
3) Menganalisis hubungan antara perilaku
perawatan genetalia eksterna dengan
kejadian fluor albus pada remaja putri di
SMA Negeri 3 Tuban kelas XI.
Manfaat Penelitian
1. Akademik
Merupakan sumbangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal
perawatan genetalia yang menjadi salah
satu faktor penyebab timbulnya fluor
albus pada remaja putri.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini
memberikan pengetahuan yang baru
kepada para profesi keperawatan dan
sebagai panduan untuk melakukan
edukasi tentang perawatan genetalia dan
pemakaian produk pembersih vagina
dengan kejadian fluor albus pada
remaja putri.
3. Bagi Responden
Diharapakan penelitian ini
digunakan tambahan informasi tentang
fluor albus yang terjadi pada remaja
putri di SMA Negeri 3 Tuban kelas XI.
4. Bagi Peneliti
Dapat menembah wawasan
dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari
perkuliahan untuk mengaplikasikan
secara nyata di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. (2003). Penyakit Menular
Seksual. Yogyakarta : LKIS
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Edisi VI. Jakarta : Rineka
Cipta
Elmanan. (2010). Kecantikan Untuk Sehari
– hari. Jogjakarta : Bukubiru
Fatrahady, L Bully. (2008). Fluor Albus.
Mataram : Universitas Mataram
Hurlock, Elizabeth B. (2000). Psikologi
Perkembangan Suatu pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta : Erlangga.
Iswati, Erna. (2010). Awas Bahaya Penyakit
Kelamin. Jogjakarta : Diva Press
Kasdu, Dini. (2008). Solusi Problem Wanita
Dewasa. Jakarta : Puspa Swara
Kinanti, Sekar. (2009). Rahasia Pintar
Wanita. Jogjakarta : Aulya
Publishing
Kinasih, Adinda Kuthi. (2010). Sehat Dan
Cantik. Klaten : Cable Book
Mansjoer, Arif (dkk) (2001). Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ketiga jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999).
Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta : Arcan
Nadesul, Handrawan. (2010). Kesehatan
Perempuan Sepanjang Usia. Jakarta
: Kompas Media Nusantara
Notoatmojo, Soekidjo. (2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nurchasanah. (2009). Ensiklopedi kesehatan
Wanita. Jogyakarta : Familia
Nursalam Dan Pariani. (2001). Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta : CV
Agung Seto
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Keperawatan.
Jakarta : EGC
Nurwijaya, Hartati. (2007). Cegah Dan
Deteksi Kanker Cerviks. Jakarta
:Gramedia
Papalia, Olds. 2001. Konsep Remaja.
(online). (Http://www.google.co.id)
diakses 20 November 2010
Poter&Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan volume
1. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. ( 2007 ). Ilmu
Kebidanan edisi 3. Jakarta : YBP-SP
Saraswati, Sylvia. (2010). Limapuluh Dua
Penyakit Wanita. Jogjakarta : A
Ruzz Media Group
Shadine, Mahannad. (2009). Penyakit
Wanita. Jakarta : Keen Books
Sugiyono. (2006). Statistik Untuk
Penelitian. Bandung : CV Alfabeta
TIM____. (2010). Kesehatan Remaja
Problem Dan Solusi. Jakarta :
Poltekes Depkes Jakarta
Wartonah, Tarwoto. (2004). Kebutuhan
Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Widyastuti, Yani. (2009). Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Wijayanti, Daru. (2009). Reproduksi
Wanita. Yogyakarta : Diglossia Printika