Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA...

7
HUBUNGAN PERILAKU PERAWATAN GENETALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 TUBAN TAHUN 2011 Priyo SulisTiono*, Diah Eko Martini**, Faizzatul Ummah*** Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan Jalan Raya Plalangan Plosowahyu KM3 Lamongan Email : [email protected] Abstrak Masalah umum yang sering terjadi pada genetalia wanita adalah fluor albus. Data di lapangan menunjukkan banyak siswi kelas XI SMA Negeri Tuban mengalami fluor albus. Masalah penelitian ini adalah tingginya angka kejadian fluor albus pada remaja putri, penyebab fluor albus salah satunya adalah kebiasaan atau perilaku perawatan genetalia eksterna. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku perawatan genetalia eksterna dengan kejadian fluor albus pada remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban. Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban sebanyak 154 responden, dengan jumlah sampel 110 siswi. Sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu kuesioner dan cara analisa data mengunakan uji Coefficient contigency dengan derajat kemaknaan (α) = 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (85%) siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban mempunyai perilaku kurang dalam perawatan genetalia eksterna dan hamper seluruhnya (92%) siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban pernah mengalami fluor albus. Hasil dari uji Coefficient contigency didapatkan probabilitas 0,000 (0,000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara perilaku perawatan genetalia eksterna dengan kejadian fluor albus pada siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban. Bagi remaja putri yang mengalami fluor albus untuk mencegahnya perlu dilakukan pola hidup sehat, tidak menggunakan cairan pembersih vagina secara berlebihan, menggunakan celana dalam bahannya menyerap keringat dan mengganti pembalut secara rutin. Perawatan genetalia eksterna yang baik berpengaruh dalam pencegahan fluor albus untuk itu perlu adanya penyuluhan perawatan genetalia eksterna secara baik dan benar.

description

HUBUNGAN PERILAKU PERAWATAN GENETALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 TUBAN TAHUN 2011

Transcript of Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA...

Page 1: Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA Negeri 3 Tuban

HUBUNGAN PERILAKU PERAWATAN GENETALIA EKSTERNA DENGAN

KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 TUBAN

TAHUN 2011

Priyo SulisTiono*, Diah Eko Martini**, Faizzatul Ummah***

Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan

Jalan Raya Plalangan Plosowahyu KM3 Lamongan

Email : [email protected]

Abstrak

Masalah umum yang sering terjadi pada genetalia wanita adalah fluor albus. Data di

lapangan menunjukkan banyak siswi kelas XI SMA Negeri Tuban mengalami fluor albus.

Masalah penelitian ini adalah tingginya angka kejadian fluor albus pada remaja putri, penyebab

fluor albus salah satunya adalah kebiasaan atau perilaku perawatan genetalia eksterna. Penelitian

ini untuk mengetahui hubungan perilaku perawatan genetalia eksterna dengan kejadian fluor

albus pada remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban. Desain penelitian yang digunakan merupakan

penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh siswi kelas XI

SMA Negeri 3 Tuban sebanyak 154 responden, dengan jumlah sampel 110 siswi. Sampling yang

digunakan adalah simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

data yaitu kuesioner dan cara analisa data mengunakan uji Coefficient contigency dengan derajat

kemaknaan (α) = 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (85%) siswi

kelas XI SMA Negeri 3 Tuban mempunyai perilaku kurang dalam perawatan genetalia eksterna

dan hamper seluruhnya (92%) siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban pernah mengalami fluor

albus. Hasil dari uji Coefficient contigency didapatkan probabilitas 0,000 (0,000 < 0,05) sehingga

dapat disimpulkan ada hubungan antara perilaku perawatan genetalia eksterna dengan kejadian

fluor albus pada siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tuban. Bagi remaja putri yang mengalami fluor

albus untuk mencegahnya perlu dilakukan pola hidup sehat, tidak menggunakan cairan

pembersih vagina secara berlebihan, menggunakan celana dalam bahannya menyerap keringat

dan mengganti pembalut secara rutin. Perawatan genetalia eksterna yang baik berpengaruh dalam

pencegahan fluor albus untuk itu perlu adanya penyuluhan perawatan genetalia eksterna secara

baik dan benar.

Page 2: Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA Negeri 3 Tuban

Abstract

Common problems that often occur in female genetalia is fluor albus. The data in the field

shows a lot of XI grade student SMA Tuban having fluor albus. The problem of this study is the

high incidence of fluor albus on girls, causing fluor albus one of them is a habit or behavior of

the external genetalia care. This study is to examine the relationship behavior of the external

genetalia treatment with fluor albus occurrence in young women in SMA Negeri 3 Tuban. The

research design is used an analytic research with cross sectional approach. The population is all

of XI grade student Tuban SMA Negeri is 154 respondents, with total sample of 110 students.

The used of sampling method was simple random sampling. The instrument used to collect

questionnaire data and how data can be analysis using Coefficient contigency test with

significance level (α) = 0.05. The results showed that nearly all (85%) XI grade student SMA

Negeri 3 Tuban have less behavior in the treatment of external genetalia and almost entirely

(92%) XI grade student SMA Negeri 3 Tuban fluor albus ever their experienced. Results of the

Coefficient contigency test found the probability 0.000 (0.000 <0.05) so it can be concluded

there is a correlation between the external genetalia care behavior with the occurrence of fluor

albus on XI grade student SMA Negeri 3 Tuban. For young women who experience fluor albus

to prevent it is necessary to a healthy lifestyle, do not use excessive vaginal cleaning fluid, using

the panties which absorb and replace the pads regularly. A good external genetalia treatment

effect in the prevention of fluor albus for that we need the external genetalia care counseling in a

proper.

Page 3: Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA Negeri 3 Tuban

LATAR BELAKANG

Keputihan atau fluor albus

merupakan sekresi abnormal pada genetalia

yang disebabkan oleh infeksi biasanya

disertai dengan rasa gatal di dalam vagina

dan di sekitar labiya mayora, sering berbau

busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu

berkemih (Mahannad Shadine, 2009 : 1).

Fluor albus kerap menjadi masalah

kewanitaan yang sering dialami oleh para

wanita. Masalah ini juga sering diangap

sebagai salah satu bentuk gambaran kondisi

tubuh, terutama pada masalah genetalia.

Fluor albus seringkali diakibatkan oleh

perilaku remaja yang kurang tepat dalam

merawat genetalia diantaranya adalah

pengunaan produk antibiotik secara terus

menerus, pengunaan bedak pada daerah

kewanitaan secara berlebih dan pemakaian

celana dalam yang ketat. Perilaku perawatan

lain yang sering berdampak buruk bagi

genetalia misalnya pengunaan air yang

kurang bersih untuk membasuh daerah

kewanitaan, kurangnya kebersihan saat haid

terjadi, seringnya pemakaian celana jeans

secara terus menerus. Hal tersebut terkadang

membawa dampak buruk pada kesehatan

genetalia tersebut. Fluor Albus merupakan

satu diantara tiga masalah wanita yang

semula diangap sebagai masalah yang biasa

tetapi lama-kelamaan menjadi parah dan

bahkan dapat menimbulkan infeksi. Fluor

albus sering dijumpai dan menjadi masalah

bagi wanita, sekitar 75% wanita di dunia

pernah mengalami paling tidak sekali dalam

hidupnya dan sebanyak 45% diantaranya

dua kali dalam hidupnya (Mahannad

Shadine, 2009 : 6). Perilaku merawat

genetalia yang kurang baik akan

menimbulkan berbagai masalah diantaranya

adalah infeksi, jika seorang remaja putri

melakukan perawatan genetalia yang buruk

maka akan memberikan peluang besar

terhadap kejadian infeksi. Masalah

kewanitaan misal infeksi akan menimbulkan

suatu gejala fluor albus secara patologis.

Fluor albus bukan penyakit menular seksual

sehingga para wanita yang tidak aktif secara

seksual bisa mengalami keputihan termasuk

para remaja putri (Dwiana Ocviyanti, 2007).

Menurut Llewllyn (2002) sekitar

12% wanita di Indonesia mengalami infeksi

alat kelamin, tetapi yang mempunyai gejala

keputihan dan gatal hanya sekitar 0,47

sampai 1% wanita. Pada penelitian terakhir,

wanita di Indonesia yang berpotensi

terserang fluor albus 75-90%. Sedangkan

remaja putri yang berpotensi terserang fluor

albus sebanyak 75%. Berdasarkan penelitian

Ida Fitriana (2010), yang dilakukan di SMA

Negeri Kecamatan Tuban yaitu SMA Negeri

1 Tuban dari 20 siswi kelas X terdapat 75%

pernah mengalami fluor albus, di SMA

Negeri 2 Tuban dari 20 siswi kelas X

terdapat 85% pernah mengalami fluor albus,

di SMA Negeri 3 Tuban dari 141 siswi

kelas X didapatkan 90,3% pernah

mengalami fluor albus dan 12 tidak pernah

mengalami fluor albus dan di SMA Negeri 4

Tuban dari 20 siswi kelas X terdapat 70%

pernah mengalami fluor albus. Berdasarkan

data diatas, kejadian fluor albus di SMA

kecamatan Tuban masih tinggi serta

kejadian yang tertinggi terdapat di SMA

Negeri 3.

Faktor penyebab terjadinya fluor

albus pada siswi remaja diantaranya adalah

faktor infeksi, iritasi, benda asing, radiasi,

kanker, pengetahuan, peran, peran guru

UKS, peran tenaga kesehatan, motivasi serta

perilaku perawatan genetalia yang kurang

tepat. Faktor pertama yang menyebabkan

fluor albus adalah infeksi. Beberapa kuman

dan parasit yang sering menyebabkan fluor

albus yaitu Gonococus, Chalamydia

trachomatis, Gardeneralla, Treponema

Pallidium, Trichomonas vaginalis dan

golongan Candida (Mahannad Shadine,

2009 : 5). Dalam vagina terdapat 95% flora

normal dan terdapat 5% flora yang

merugikan. Kondisi keasaman genetalia

yang normal berkisar antara 3,8 sampai 4,2.

Page 4: Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA Negeri 3 Tuban

Jika keadaan ekosistem seimbang, tidak

mengalami keadaan yang membuat

keasaman tersebut bertambah dan

berkurang, maka bakteri yang menimbulkan

penyakit tersebut tidak akan menganggu.

Tetapi, jika keasaman turun atau melebihi

dari batas normal, maka bakteri gagal

melindungi pathogen. Pada akhirnya bakteri

dan jamur akan mudah berkembang biak

yang dapat menimbulkan fluor albus (Erna

Iswati, 2010 : 135). Faktor kedua yang dapat

menimbulkan fluor albus adalah benda

asing. Alat kontrasepsi IUD sering

menimbulkan infeksi pada genetalia. Infeksi

yang terjadi akan menimbulkan peningkatan

secret pada genetalia sehingga menimbulkan

fluor albus. Faktor ketiga yang dapat

menyebabkan fluor albus adalah radiasi.

Pada individu yang sering terpapar oleh

radioaktif maka radiasi tersebut dapat

menganggu keseimbangan ekosistem dalam

genetalia sehingga memungkinkan

terjadinya infeksi. Individu yang

mendapatkan terapi obat-obatan yang

mengandung radioaktif sangat beresiko

terjadi fluor albus. Faktor keempat yang

menyebabkan fluor albus adalah penyakit

kanker. Kanker merupakan penyebab

terjadinya keputihan oleh karena sekresi

lendir yang diakibatkan kondisi sel yang

abnormal. Kanker merupakan penyakit yang

sering terjadi pada leher rahim. Penyakit ini

diangap ganas oleh kebanyakan individu

terutama kaum wanita. Ketakutan juga

sering terjadi oleh karena penyakit ini sangat

merusak organ yang terserang kanker.

Secara normal genetalia mengeluarkan

lendir yang bening dan tidak berwarna.

Ketika kanker menyerang genetalia maka

sekresi tersebut akan tidak lagi bening tapi

berwarna keruh dan berbau menyengat

(Mahannad Shadine, 2009 : 6). Faktor

kelima yang dapat menyebabkan fluor albus

adalah pengetahuan. Semakin baik

pengetahuan remaja dalam perawatan

genetalia eksterna makan akan semakin baik

pula kesehatan vagina. Apabila remaja tidak

mempunyai pengetahuan yang cukup dalam

perawatan genetalia eksterna maka tidak

menutup kemungkinan akan meningkatkan

resiko terjadinya fluor albus. Faktor keenam

yang dapat menyebabkan fluor albus adalah

peran guru UKS dan tenaga kesehatan. Jika

tenaga kesehatan dan guru UKS melakukan

peran secara baik dengan cara melakukan

penyuluhan tentang perawatan genetalia

secara baik dan benar maka hal tersebut

akan menumbuhkan pengetahuan remaja

tentang perawatan genetalia eksterna

sehingga akan meningkatkan perawatan

genetalia secara baik dan benar. Faktor

ketujuh yang dapat meningkatkan resiko

fluor albus adalah motivasi dari individu.

Jika remaja mempunyai motivasi dan

kemauan yang baik dalam meningkatkan

perawatan genetalia secara baik dan benar

maka hal tersebut akan mengurangi resiko

terjadinya fluor albus. Faktor kedelapan

yang menyebabkan fluor albus adalah

Faktor iritasi. Beberapa kebiasaan perawatan

genetalia yang kurang tepat dapat

menyebabkan iritasi sehingga menimbulkan

fluor albus sedangkan remaja putri yang

memiliki perilaku perawatan genetalia yang

positif terhadap kesehatan seperti tidak

mengunakan celana ketat, selalu

mengunakan celana dalam yang dapat

menyerap keringat, melakukan kebersihan

genetalia secara baik dan benar, selalu

memakai tissue untuk mengeringkan

genetalia eksterna, menghindari pemakaian

antibiotik yang irasional dan pemakainan

terus menerus pembersih vagina, menganti

pakaian dalam dan pembalut secara teratur

maka besar kemungkinan remaja putri

tersebut terhindar dari keputihan atau fluor

albus. Perilaku kesehatan pada dasarnya

adalah suatu respon seseorang terhadap

setimulus yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, perawatan diri, serta lingkungan.

Respon atau reaksi manusia, baik bersifat

Page 5: Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA Negeri 3 Tuban

pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap),

maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata

atau praktis). Hal yang penting dalam

perilaku kesehatan adalah masalah

pembentukan dan perubahan perilaku.

Karena perubahan perilaku merupakan

tujuan dari pendidikan atau penyuluhan

kesehatan sebagai penunjang progam

kesehatan lainnya (Notoadmojo :2005).

Dengan demikian perubahan perilaku yang

diharapkan adalah perubahan perilaku

individu atau masyarakat yang mengarah

pada hidup sehat. Oleh karena itu, melalui

perilaku merawat genetalia dengan baik dan

benar maka akan terhindar dari infeksi atau

masalah daerah kewaniaatan yang lain

sehingga hal tersebut akan menekan

kejadian fluor albus. Fluor albus yang

terjadi pada remaja putri akan membawa

dampak buruk bagi individu tersebut

misalnya rasa cemas yang berlebih sampai

stres, perasaan kurang percaya diri, perasaan

yang kurang nyaman, menarik diri serta

terganggunya hubungan psikososial yang

berlebih.

Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengurangi fluor albus yaitu melakukan

perawatan genetalia eksterna yang baik dan

benar dengan cara membasuh dengan air

dari kran dengan basuhan dari depan ke

belakang setelah buang air kecil maupun

buang air besar, hidari pengunaan sabun,

bahan kimia atau produk antibiotik,

keringkan daerah kewanitaan dengan

handuk yang bersih, ganti celana dalam 2

kali sehari, hindari celana dalam yang ketat

dan pakai celana dalam dari kain katun,

hindari pemakaian celana Jeans, ketika haid

ganti pembalut jika terasa sudah basah dang

anti tiap buang air kecil maupun buang air

besar, jangan mengunakan bedak pada

genetalia eksterna, hindari pemakaian panty

linier secara terus menerus, panty linier

hanya digunakan ketika keluarnya haid

sangat banyak (El Manan, 2010 : 158). Hal

tersebut akan sempurna jika ada petugas

kesehatan yang memberikan pengetahuan

tentang perilaku perawatan genetalia

exksterna secara efektif dengan cara

meningkatkan kerjasama antara perawat dan

Unit Kesehatan Sekolah dalam memberikan

penyuluhan tentang fluor albus,

menganjurkan kepada remaja putri untuk

segera mengkonsultasikan keputihan yang

dialami kepada petugas kesehatan atau

dokter, mempunyai pengetahuan dan

perilaku yang baik dalam merawat genetalia

eksterna akan menurunkan kejadian fluor

albus.

Berdasarkan latar belakang di atas

serta keterbatasan waktu dan biaya maka

peneliti tertarik menlakukan penelitian

mengenai hubungan perilaku perawatan

genetalia eksterna dengan kejadian fluor

albus pada remaja putri di SMA Negeri 3

Tuban kelas XI.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perilaku perawatan

genetalia eksterna yang dilakukan pada

remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban

kelas XI ?

2. Bagaimanakah Insiden fluor albus pada

remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban

kelas XI ?

3. Adakah hubungan antara perilaku

perawatan genetalia eksterna dengan

kejadian fluor albus pada remaja putri di

SMA Negeri 3 Tuban kelas XI ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara

perilaku perawatan genetalia eksterna

dengan kejadian fluor albus pada remaja

putri di SMA Negeri 3 Tuban kelas XI.

Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi prilaku perawatan

genetalia ekasterna yang dilakukan pada

remaja putri di SMA Negeri 3 Tuban

kelas XI.

Page 6: Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA Negeri 3 Tuban

2) Mengidentifikasi kejadian fluor albus

pada remaja putri di SMA Negeri 3

Tuban kelas XI.

3) Menganalisis hubungan antara perilaku

perawatan genetalia eksterna dengan

kejadian fluor albus pada remaja putri di

SMA Negeri 3 Tuban kelas XI.

Manfaat Penelitian

1. Akademik

Merupakan sumbangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal

perawatan genetalia yang menjadi salah

satu faktor penyebab timbulnya fluor

albus pada remaja putri.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini

memberikan pengetahuan yang baru

kepada para profesi keperawatan dan

sebagai panduan untuk melakukan

edukasi tentang perawatan genetalia dan

pemakaian produk pembersih vagina

dengan kejadian fluor albus pada

remaja putri.

3. Bagi Responden

Diharapakan penelitian ini

digunakan tambahan informasi tentang

fluor albus yang terjadi pada remaja

putri di SMA Negeri 3 Tuban kelas XI.

4. Bagi Peneliti

Dapat menembah wawasan

dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh dari

perkuliahan untuk mengaplikasikan

secara nyata di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. (2003). Penyakit Menular

Seksual. Yogyakarta : LKIS

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Edisi VI. Jakarta : Rineka

Cipta

Elmanan. (2010). Kecantikan Untuk Sehari

– hari. Jogjakarta : Bukubiru

Fatrahady, L Bully. (2008). Fluor Albus.

Mataram : Universitas Mataram

Hurlock, Elizabeth B. (2000). Psikologi

Perkembangan Suatu pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan.

Jakarta : Erlangga.

Iswati, Erna. (2010). Awas Bahaya Penyakit

Kelamin. Jogjakarta : Diva Press

Kasdu, Dini. (2008). Solusi Problem Wanita

Dewasa. Jakarta : Puspa Swara

Kinanti, Sekar. (2009). Rahasia Pintar

Wanita. Jogjakarta : Aulya

Publishing

Kinasih, Adinda Kuthi. (2010). Sehat Dan

Cantik. Klaten : Cable Book

Mansjoer, Arif (dkk) (2001). Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi ketiga jilid 1.

Jakarta : Media Aesculapius

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999).

Memahami Kesehatan Reproduksi

Wanita. Jakarta : Arcan

Nadesul, Handrawan. (2010). Kesehatan

Perempuan Sepanjang Usia. Jakarta

: Kompas Media Nusantara

Notoatmojo, Soekidjo. (2003). Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta

Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta

Nurchasanah. (2009). Ensiklopedi kesehatan

Wanita. Jogyakarta : Familia

Nursalam Dan Pariani. (2001). Metode

Penelitian Kesehatan. Jakarta : CV

Agung Seto

Page 7: Hubungan Perilaku Perawatan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Flour Albus Pada Remaja Putri di SMA Negeri 3 Tuban

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan

Metodologi Penelitian Keperawatan.

Jakarta : EGC

Nurwijaya, Hartati. (2007). Cegah Dan

Deteksi Kanker Cerviks. Jakarta

:Gramedia

Papalia, Olds. 2001. Konsep Remaja.

(online). (Http://www.google.co.id)

diakses 20 November 2010

Poter&Perry. (2005). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan volume

1. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. ( 2007 ). Ilmu

Kebidanan edisi 3. Jakarta : YBP-SP

Saraswati, Sylvia. (2010). Limapuluh Dua

Penyakit Wanita. Jogjakarta : A

Ruzz Media Group

Shadine, Mahannad. (2009). Penyakit

Wanita. Jakarta : Keen Books

Sugiyono. (2006). Statistik Untuk

Penelitian. Bandung : CV Alfabeta

TIM____. (2010). Kesehatan Remaja

Problem Dan Solusi. Jakarta :

Poltekes Depkes Jakarta

Wartonah, Tarwoto. (2004). Kebutuhan

Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Widyastuti, Yani. (2009). Kesehatan

Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

Wijayanti, Daru. (2009). Reproduksi

Wanita. Yogyakarta : Diglossia Printika