hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan
Transcript of hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana
2017
Hubungan Perilaku Personal Hygiene,
Sanitasi Dasar Dan Komponen Fisik
Dengan Keluhan Kesehatan Penghuni
Rumah Kos Kelurahan Padang Bulan
Medan Tahun 2017
Sembiring, Ribka Junita
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1739
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE,
SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK DENGAN KELUHAN
KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS
KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN
TAHUN 2017
SKRIPSI
Oleh
RIBKA JUNITA SEMBIRING
NIM. 131000100
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE,
SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK DENGAN KELUHAN
KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS
KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN
TAHUN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
RIBKA JUNITA SEMBIRING
NIM. 131000100
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul
“HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL
HYGIENE, SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK DENGAN
KELUHAN KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS KELURAHAN
PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penciplakan atau
mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Medan, Oktober 2017
Ribka Junita Sembiring
Universitas Sumatera Utara
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE,
SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK TERHADAP KELUHAN
KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS
KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN
TAHUN 2017
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh
RIBKA JUNITA SEMBIRING
NIM : 131000100
Disahkan Oleh:
Komisi Pembimbing Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS Ir. Evi Naria, MKes
NIP. 196501091994032002 NIP.196803201993032001
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRAK
Rumah yang sehat harus memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Adapun kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, udara (ventilasi), ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu dan harus
memenuhi kebutuhan psikologis yaitu cukup aman dan nyaman bagi masing-
masing penghuni rumah dan privasi yang cukup. Perumahan atau pemukiman
yang buruk akan menimbulkan masalah kesehatan seperti terjadinya penularan
penyakit baik antara anggota keluarga maupun kepada orang lain.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku penghuni
tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan keluhan
kesehatan di beberapa rumah kos Kelurahan Padang Bulan Medan.
Penelitian menggunakan jenis penelitian analitik dengan desain cross
sectional, populasinya seluruh penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan. Sampel dalam penelitian ini ada 52 responden dengan
metode purposive sampling. Analisis data menggunakan chi-square test. Variabel
yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu perilaku personal
hygiene dan sanitasi dasar, sarana sanitasi dasar dan komponen fisik rumah kos
terhadap variabel dependen yaitu keluhan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan keluhan
kesehatan adalah tindakan personal hygiene p = 0,020 dan tindakan sanitasi dasar
p = 0,001. Variabel yang tidak berhubungan adalah pengetahuan p = 0,087 dan
sikap p = 0,491 personal hygiene, pengetahuan p = 0,598 dan sikap p = 0,101
sanitasi dasar, komponen fisik kamar kost p = 0,183 dan kelengkapan sarana
sanitasi dasar p = 0,991.
Saran bagi penghuni rumah kos agar lebih menjaga personal hygyne,
sanitasi dasar, sarana sanitasi dasar yang sudah disediakan dan komponen fisik
rumah kos yang ada. Bagi pemilik rumah kos disarankan agar lebih
memperhatikan kelengkapan sarana sanitasi dasar dan komponen fisik rumah kos.
Kata kunci : Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Komponen Fisik, Keluhan
Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
iv
ABSTRACT
A healthy home must meet the physiological and psychological needs. As
for physiological needs include lighting, air (ventilation), enough space, avoid
the noise/sound is annoying and psychological needs must meet i.e. enough safe
and convenient for each occupant of the home and privacy that isenough.
Housing or a bad settlement will cause health problems such as the occurrence
of disease transmission between family members or to others.
The purpose of this research is to know the relation behavior
of dwellers about personal hygiene, basic sanitation and physical conditions
with health complaints in some boarding houses the Village of Padang Bulan
Medan.
The research of using this type of research design with cross sectional
analytic, the population of the entire residents of boarding houses in the
Environmental VIII Village of Padang Bulan Medan. The sample in this
study there are 52 respondents with a purposive sampling method. Data analysis
using chi-square test. The variables tested in the study was independent variable
i.e. personal hygiene behavior and basic sanitation, basic sanitation facilityand
physical components boarding houses against the dependent variable i.e.
health complaints.
The results showed a variable associated with health complaints is the Act
of personal hygiene p = 0.020 and basic sanitation actions p = 0.001. Unrelated
variables is a knowledge p = 0.087 and attitude p = 0.491 personal hygiene,
knowledge of p = 0.598 and p = 0.101 basic sanitation, the physical component
of the room kost p = 0.183 and completeness of basic sanitation means p = 0.991.
From this research it was concluded that variables are associated
with health complaints at the occupants of the room kost environment
VIII Village of Padang Bulan Medan is the act of personal hygiene and basic
sanitation. Thevariable is not associated with health complaints is a knowledge
attitude and personal hygiene, knowledge and attitude of basic sanitation, the
physical component of the room kost and completeness of basic sanitation.
Key words: Personal Hygiene, Physical Components, Basic Sanitation, Health
Complaints
Universitas Sumatera Utara
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Hubungan Perilaku Personal Hygiene, Sanitasi Dasar
Dan Komponen Fisik Dengan Keluhan Kesehatan Penghuni Rumah Kos
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang penulis peroleh dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra.Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. dr Taufik Ashar, MKM, selaku Ketua Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan Ir. Evi Naria, M.Kes selaku
Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua penguji dan Pembimbing II dan Drs.
Abdul Jalil Amri Arma M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik
Universitas Sumatera Utara
vi
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan
dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D dan Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku Dosen
Penguji I dan Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah banyak membantu dan
memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Kepada Lurah Padang Bulan Medan beserta seluruh staf yang telah
memberikan izin penelitian dan informasi yang dibutuhkan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Teristimewa untuk orangtua tercinta yaitu bapak Peranan Sembiring,
bibik tercinta (kakak mamak) Merinita Sitepu dan abang Lesbra Sandi
yang sudah berjuang, merawat, dan memotivasi membangkitkan semangat
dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas doa, kasih
sayang, serta dukungan yang telah bapak, bibik dan abang berikan setiap
saat, terkhusus untuk almarhumah mamak tercinta Megarina Sitepu,
skripsi ini penulis persembahkan untuk mamak. Terimakasih atas doa dan
kasih sayang yang telah mamak berikan semasa hidup mamak
9. Teman-teman selama di peminatan Kesehatan Lingkungan yang tidak bisa
penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan semangat,
dukungan dan telah mendoakan penulis
10. Kelompok tujuh PBL di Desa Penanggalan Binanga Boang Kecamatan
Salak Kabupaten Pakpak Bharat yaitu Claudia, Yosepa, Novita dan
Universitas Sumatera Utara
vii
Makmur dan juga abang selama PBL yaitu bang Tarmen yang selalu
mendukung, mendoakan dan memberikan semangat
11. Teman-teman LKP di PDAM Cemara medan yaitu Elo, Sanny, Gyne dan
Aan yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan semangat, dan
selalu membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Teman-teman stambuk 2013 yaitu Lili, Irma, Fatma yang selalu
mendukung dan mendoakan demi kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini
dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
13. Teman-teman satu kost Tepana Kost yaitu Tania, Kak Nita, Keke, Ratih,
Joisal, Erikson, Andre yang selalu menemani, mendoakan, memberikan
samangat dan motivasi kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini
14. Semua pihak yang telah membantu, mendoakan dan memberi motivasi
kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, 19 Oktober 2017
Penulis
Ribka Junita Sembiring
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................. iii
ABSTRACT................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR............................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 8
2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi........................................................ 8
2.2 Personal Hygiene............................................................................... 9
2.2.1 Jenis-jenis Personal Hygiene.................................................... 9
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Personal
Hygiene..................................................................................... 11
2.2.3 Dampak Yang Sering Timbul pada Masalah Personal
Hygiene..................................................................................... 12
2.2.4 Tujuan Perawatan Personal Hygiene........................................ 13
2.3 Sanitasi Dasar..................................................................................... 13
2.3.1 Penyediaan Air Bersih.............................................................. 14
2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)................................. 16
2.3.3 Pengelolaan Sampah................................................................. 19
2.3.4 Pengelolaan Air Limbah........................................................... 24
2.4 Komponen Fisik Rumah Sehat........................................................... 26
2.4.1 Luas Ventilasi........................................................................... 28
2.4.2 Pencahayaan Alami................................................................... 29
2.4.3 Kepadatan Hunian..................................................................... 29
2.4.4 Jenis Lantai............................................................................... 30
2.5 Perilaku............................................................................................... 30
2.5.1 Pengetahuan.............................................................................. 32
2.5.2 Sikap.......................................................................................... 32
2.5.3 Praktek atau Tindakan............................................................... 33
Universitas Sumatera Utara
ix
2.6 Keluhan Kesehatan............................................................................. 34
2.6.1 Penyakit Kulit............................................................................ 34
2.6.2 Diare.......................................................................................... 35
2.6.3 Ganggaun Pernafasan................................................................ 36
2.7 Kerangka Konsep................................................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 38
3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 38
3.2.1 Lokasi Penelitian....................................................................... 38
3.2.2 Waktu Penelitian....................................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................... 38
3.3.1 Populasi..................................................................................... 38
3.3.2 Sampel....................................................................................... 39
3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................. 40
3.4.1 Data Primer............................................................................... 40
3.4.2 Data Sekunder........................................................................... 40
3.5 Pengolahan Data................................................................................. 40
3.6 Variabel Penelitian............................................................................. 41
3.6.1 Variabel Independen.................................................................. 41
3.6.2 Variabel Dependen.................................................................... 41
3.7 Definisi Operasional........................................................................... 41
3.8 Aspek Pengukuran.............................................................................. 43
3.8.1 Perilaku...................................................................................... 43
3.8.2 Kondisi Fisik dan Sarana Sanitasi Dasar Kamar
Kos............................................................................................. 44
3.8.3 Keluhan Kesehatan.................................................................... 49
3.9 Analisa Data........................................................................................ 49
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................ 51
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................... 51
4.2 Analisis Univariat............................................................................... 51
4.2.1 Karakteristik Responden........................................................... 51
4.2.2 Perilaku Personal Hygiene........................................................ 52
4.2.2.1 Pengetahuan.................................................................. 52
4.2.2.2 Sikap.............................................................................. 55
4.2.2.3 Tindakan........................................................................ 57
4.2.3 Perilaku Sanitasi Dasar.............................................................. 59
4.2.3.1 Pengetahuan................................................................... 59
4.2.3.2 Sikap.............................................................................. 61
4.2.3.3 Tindakan........................................................................ 63
4.2.4 Komponen Fisik........................................................................ 64
4.2.5 Sarana Sanitasi Dasar................................................................ 66
4.2.6 Keluhan Kesehatan.................................................................... 70
Universitas Sumatera Utara
x
4.3 Analisis Bivariat................................................................................... 71
4.3.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan
Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2.................................. 71
4.3.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017.............................................. 73
4.3.3 Hubungan Komponen Fisik Dengan Keluhan Kesehatan Penghuni
Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan Tahun 2017........................................................... 75
4.3.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017.............................................. 76
BAB V PEMBAHASAN........................................................................... 77
5.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017..................................... 77
5.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017....................................................... 79
5.3 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017....................................................... 81
5.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017...................................................... 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 86
6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 86
6.2 Saran.................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 88
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Penilaian Komponen Fisik Kamar Kos.................................... 46
Tabel 3.2 Penilaian Fasilitas Sanitasi Dasar Rumah Kos......................... 47
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Di Beberapa Rumah Kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan................. 51
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene
Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan................................................................ 52
Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene
Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan............................................................... 55
Tabel 4.4 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................ 55
Tabel 4.5 Kategori Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................ 57
Tabel 4.6 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................. 57
Tabel 4.7 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................ 59
Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................. 59
Tabel 4.9 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................ 61
Tabel 4.10 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................ 61
Tabel 4.11 Kategori Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................ 62
Tabel 4.12 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................. 63
Tabel 4.13 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan............................................................................. 64
Tabel 4.14 Hasil Observasi Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah
Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 64
Universitas Sumatera Utara
xii
Tabel 4.15 Kategori Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah
Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 65
Tabel 4.16 Hasil Observasi Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa
Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan
Medan....................................................................................... 66
Tabel 4.17 Kategori Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa Rumah
Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 69
Tabel 4.18 Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.................. 70
Tabel 4.19 Kategori Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah
Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 70
Tabel 4.20 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan
Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 71
Tabel 4.21 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan
Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 73
Tabel 4.22 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan
Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 75
Tabel 4.23 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan
Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 76
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ribka Junita Sembiring
Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 3 Juni 1994
Suku : Batak Karo
Agama : Islam
Nama Ayah : Peranan Sembiring
Suku Bangsa Ayah : Batak Karo
Nama Ibu : Megarina Sitepu
Suku Bangsa Ibu : Batak Karo
Riwayat Pendidikan Formal :
1. SDN No. 064979 Medan : Tahun 2000-2006
2. SMP Negeri 31 Medan : Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 2 Tanjungbalai : Tahun 2010-2013
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Tahun 2013-2017
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO (2004), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Rumah adalah tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari
bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh
derajat kesehatan yang optimal (Dinas Perumahan dan Pemukiman RI, 2008).
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan
faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka perlu
diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk
menjaga kelangsungan penyediaan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat
(Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403, 2002).
Menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association) rumah yang
sehat harus memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis. Adapun kebutuhan
fisologis antara lain pencahayaan, penghawaan (ventilasi), ruang gerak yang
cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu dan harus memenuhi
kebutuhan psikologis yaitu cukup aman dan nyaman bagi masing-masing
penghuni rumah dan privasi yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
2
Menurut Chandra (2006), perumahan yang baik terdiri dari kumpulan
rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana
jalan, saluran air kotor, tempat sampah dan sumber air bersih. Standar arsitektur
bangunan terutama untuk perumahan umum (public housing) pada dasarnya
ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk
desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi
kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat
(healthy) dan menyenangkan. Menurut Permenkes RI No 2269 yang termasuk
indikator pada rumah yaitu tersedia jamban, tersedia air bersih, kesesuaian luas
lantai rumah dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan tanah, tidak merokok,
melakukan aktivitas fisik, serta mengkonsumsi sayur dan buah.
Perumahan atau pemukiman yang buruk akan menimbulkan masalah
kesehatan seperti terjadinya penularan penyakit baik antar-anggota keluarga
maupun kepada orang lain. Penyakit yang sering timbul seperti penyakit kulit dan
mata, penyakit infeksi saluran pernafasan, TBC dan sebagainya yang ditularkan
secara langsung (Suyono & Budiman 2010). Untuk mencegah penularan penyakit
diperlukan saran air bersih, fasilitas pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan
makanan, menghindari adanya intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain
yang dapat menularkan penyakit (Mukono, 2000).
Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan
tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis
yang merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan
Universitas Sumatera Utara
3
kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan sanitasi
lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadap penyakit
diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit kecacingan
yang menyebabkan produktivitas kerja menurun.
Menurut Depkes RI (2004), rumah yang sehat sangat dipengaruhi oleh
hygiene dan sanitasi. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau
mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia
air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna. Rumah atau tempat tinggal yang
buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan
kesehatan seperti infeksi pada kulit, contoh skabies, ring worm, dermatitis, dan
lepra (Chandra, 2006).
Asrama mahasiswa adalah suatu bangunan tempat tinggal bagi mahasiswa
selama menuntut ilmu yang biasa berlokasi di dekat instansi tertentu yang sesuai
dengan target penghuni yang dimaksud, dengan tujuan dapat meningkatkan
prestasi akademik dan belajar untuk berinteraksi sosial sebagai usaha
pengembangan kepribadian mahasiswa (Gata, 2012). Perilaku penghuni asrama
mengenai personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene
yang rendah ditunjukkan dari aktivitas saling pinjam meminjam pakaian,
perlengkapan mandi, dan alas tidur oleh sesama penghuni asrama. Pada
lingkungan asrama, personal hygiene yang rendah dan kelengkapan fasilitas
Universitas Sumatera Utara
4
sanitasi dasar yang kurang sangat berarti dalam mencetuskan terjadinya gangguan
kesehatan (Rangkuti, 2012).
Menurut Tarwoto & Martonah (2003), kebersihan diri yang buruk akan
mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik
yang sering dialami seseorang apabila tidak menjaga kebersihan diri adalah
gangguan integritas kulit. Sebagaimana dikutip oleh Frenki (2011), kejadian
penyakit skabies disebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70% dan di
Kabupaten Pasuruan kejadian penyakit skabies sebesar 66,70% (Depkes, 2000).
Data yang diperoleh dari Poliklinik Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru tiap
tahunnya kejadian penyakit skabies pada santri tetap terjadi dari tahun ke tahun
(Ponpes, 2010).
Berdasarkan data dari Kelurahan Padang Bulan ada 12 lingkungan di
Kelurahan Padang Bulan dengan banyak rumah kos yaitu 106 rumah yang
jumlah kamar kosnya sebanyak 1273 kamar. Berdasarkan survei pendahuluan
yang dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Medan masih banyak rumah kos yang
belum memenuhi syarat fisiologis maupun psikologis, seperti ventilasi atau
jendela kamar yang tidak memenuhi syarat, ukuran kamar yang tidak sesuai
dengan jumlah penghuni yang ada di dalam kamar. Seperti dikutip dari penelitian
Saptari dkk (2014) ada hubungan yang signifikan antara ventilasi, kepadatan
penghuni ruang tidur, suhu ruang tidur, pencemaran udara di dalam ruangan,
pencahayaan, dengan kejadian ISPA.
Perilaku penghuni tentang personal hygiene juga masih kurang, seperti
jarang menjemur tilam, pinjam meminjam handuk, handuk tidak dijemur di luar
Universitas Sumatera Utara
5
kamar dan masih banyak lagi penghuni kamar kos yang belum menerapkan
PHBS. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan dari 15 kuesioner
terdapat 2 orang yang mengalami keluhan gatal-gatal pada kulit. Menurut Lita
(2005), kuman penyebab penyakit kulit paling senang hidup dan berkembang biak
di perlengkapan tidur. Dengan menjemur kasur sekali seminggu dan mengganti
sprei sekali seminggu ini bisa mengurangi perkembangbiakan kuman penyakit
scabies. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) apabila seseorang tidak merawat
diri maka dirinya akan dengan mudah terkena penyakit. Penyakit merupakan
dampak dari kurangnya personal hygiene pada seseorang.
Permasalahan mengenai sarana sanitasi dasar rumah kos di Kelurahan
Padang Bulan Medan diantaranya adalah ketersediaan air bersih yang kurang
karena padatnya perumahan sehingga menyulitkan penghuni kamar kos untuk
melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci. Sarana sanitasi lain seperti
tempat pembuangan sampah, rata-rata penghuni kamar kos mempunyai tempat
sampah kecil di depan kamarnya. Biasanya tempat pembuangan sampah penghuni
kamar kos tersebut terbuat dari bahan plastik, kecil dan mudah terguling sehingga
sampahnya berserakan. Hasil penelirian Rizkiyanto (2015), ada pengaruh antara
kondisi fisik sarana air bersih (p=0,023, OR=3,9), kondisi fisik sarana jamban
(p=0,016, OR=3,87), kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah (p=0,036,
OR=3,82), kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (p=0,017, OR=3,72),
dengan kejadian diare.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis ingin
mengetahui lebih jelas apakah ada hubungan perilaku penghuni tentang personal
Universitas Sumatera Utara
6
hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan keluhan kesehatan di beberapa
rumah kos di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Masih banyak kamar kos di Kelurahan Padang Bulan Medan yang belum
memenuhi syarat fisik, begitu juga dengan perilaku penghuni tentang personal
hygiene dan sanitasi dasar juga masih kurang. Oleh karena itu peneliti ingin
melihat hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan
kondisi fisik dengan keluhan kesehatan di beberapa rumah kos di Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene,
sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan keluhan kesehatan di beberapa rumah kos
di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perilaku penghuni rumah kos tentang personal hygiene.
2. Mengetahui perilaku penghuni rumah kos tentang sanitasi dasar
3. Mengetahui fasilitas sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, jamban,
pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah.
4. Mengetahui kondisi fisik rumah kos meliputi langit-langit, dinding, luas
ventilasi, pencahayaan alami, jendela kamar tidur dan jenis lantai.
5. Mengetahui hubungan perilaku penghuni rumah kos tentang personal
hygiene terhadap keluhan kesehatan mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
7
6. Mengetahui hubungan perilaku penghuni rumah kos tentang sanitasi dasar
terhadap keluhan kesehatan mahasiswa
7. Mengetahui hubungan ketersediaan fasilitas sanitasi dasar di rumah kos
terhadap keluhan kesehatan mahasiswa.
8. Mengetahui hubungan kondisi fisik kamar kos terhadap keluhan kesehatan
mahasiswa.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemilik rumah kos tentang hygiene sanitasi
rumah kos yang baik serta syarat rumah sehat dan kaitannya dengan
keluhan kesehatan.
2. Untuk menambah masukan bagi mahasiswa yang ada di rumah kos
Padang Bulan Medan agar lebih memperhatikan personal hygiene untuk
mengurangi masalah kesehatan.
3. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai perilaku personal
hygiene, sanitasi dasar serta pengaruhnya terhadap keluhan kesehatan.
4. Untuk dapat dijadikan referensi dan masukan bagi peneliti-peneliti lain di
kemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang
tersebut berada (Suyono & Budiman 2010). Hygiene adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci
piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).
Menurut Suyono & Budiman (2010), sanitasi adalah suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya
menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan
tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan
(Depkes RI, 2004).
Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena
erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi
sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka
mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
9
2.2 Personal Hygiene
Menurut Mustard (1953), personal hygiene adalah sebagai praktek,
kebiasaan, dan tindakan pencegahan individu yang bertujuan untuk
melindunginya dari penyakit dan menuntunnya mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya yang meliputi kebersihan pribadi, kebiasaan pola makan yang
sehat, pola tidur yang cukup, keseimbangan antara istirahat dan beraktivitas,
antara bekerja dan rekreasi, pikiran yang tidak terganggu, dan tindakan
pencegahan untuk tidak terinfeksi penyakit dari orang lain. Menurut Depkes RI
(2006), Personal Hygiene merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa
kebiasaan berperilaku hidup sehat anatara lain seperti kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar (BAB) dan kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan.
2.2.1 Jenis-Jenis Personal Hygiene
1. Kebersihan Kulit
Menurut Rangkuti (2012), kulit sebagai lapisan terluar yang membungkus
tubuh harus diperhatikan kebersihannya. Selain berpengaruh kepada penampilan
seseorang, kebersihan kulit juga berpengaruh kepada kesehatan kulit seseorang.
Berbagai penyakit kulit sering terjadi dikarenakan personal hygiene yang kurang
diperhatikan.
Penyakit kulit bermula dari kebiasaan mandi yang kurang bersih, pakaian
dan handuk yang jarang dicuci serta alas tidur yang tidak bersih. Menurut
Universitas Sumatera Utara
10
Webhealthcentre (2006) dalam Frenki (2011), aktivitas mandi yang dapat
mencegah individu dari penyakit kulit adalah:
a. Mandi satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis.
b. Bagi yang terlibat dalam kegiatan olahraga atau pekerjaan lain yang
mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah
selesai kegiatan tersebut.
c. Gunakan sabun yang lembut. Sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk
mandi sehari-hari.
d. Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak
bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi
dan infeksi.
e. Tidak memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.
2. Kebersihan Rambut dan Kulit Kepala
Kasus gangguan kesehatan rambut sangat sering ditemukan, misalnya
ketombe dan kulit kepala yang gatal. Biasanya seseorang yang berketombe sering
menggaruk kulit kepala sehingga tangan ikut menjadi tidak higienis. Upaya
menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala diantaranya adalah keramas dengan
memakai sampo minimal 2 kali dalam seminggu, menjaga kelembaban rambut,
dan menghindari pinjam-meminjam sisir (Badri, 2008).
3. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Menurut Irianto (2007), tangan dapat menjadi perantara penularan kuman.
Mencuci tangan penting dilakukan sebelum dan setelah menjamah makanan,
setelah buang air kecil dan besar, dan setelah menyentuh benda-benda yang kotor.
Universitas Sumatera Utara
11
Mencuci tangan dengan memakai sabun lebih efektif untuk menghilangkan
kotoran yang menempel di tangan.Mencuci kaki setelah beraktivitas dari luar baik
untuk mencegah penyakit seperti Schistomiasis.
Mencuci kaki perlu dilakukan setelah pulang dari bepergian dan sebelum
tidur, agar kamar tetap bersih dan bebas dari sumber penyakit. Selain itu, kuku
pada jari-jari tangan dan kaki harus dipotong pendek sehingga kotoran tidak
tertinggal di balik kuku (Nurjannah, 2012).
4. Kebersihan Genitalia
Pengetahuan yang kurang mengenai kebersihan genitalia menjadi
penyebab terjadinya infeksi pada alat reproduksi dan daerah di sekitarnya. Daerah
genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Diantara cara
untuk menghindari gangguan kesehatan kulit pada genitalia dan area di sekitarnya
adalah dengan (Frenki, 2011):
a. Cebok dengan mengalirkan air dari arah yang benar, yakni dari depan ke
belakang dan bukan sebaliknya. Pada cara cebok yang salah, perempuan
lebih mudah terkena infeksi karena kuman dari belakang (dubur) dapan
masuk ke dalam genitalia.
b. Mengenakan celana dalam keadaan kering serta sering mengganti celana
dalam. Hal ini dikarenakan pada kulit kelamin yang lembab dan basah,
keasaman akan meningkat dan memudahkan pertumbuhan jamur.
5. Pakaian
Tata cara penggunaan dan pemeliharaan pakaian menurut Maryunani (2013)
diantaranya yaitu :
Universitas Sumatera Utara
12
a. Memakai pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh. Pakaian yang
menunjang kesehatan yaitu pakaian yang cukup longgar dipakai, sehingga
pemakai dapat bergerak bebas.
b. Memakai pakaian yang dapat menyerap keringat untuk dapat mengurangi
terjadinya biang keringat.
c. Pakaian yang dikenakan tidak boleh menimbulkan gatal-gatal.
d. Mengganti pakaian setelah mandi dan apabila pakaian kotor atau basah
karena baik karena keringat ataupun air.
e. Membedakan jenis pakaian, antara lain yaitu pakaian rumah, pakaian
sekolah atau kerja, pakaian keluar rumah, pakaian tidur, pakaian pesta dan
pakaian olahraga.
f. Membersihkan pakaian dengan cara dicuci, dan diseterika dengan baik dan
rapi.
g. Mencuci pakaian dengan air bersih dan sabun cuci (detergen) yang dapat
menghilangkan kotoran.
h. Tidak menumpuk pakaian basah, apabila pakaian tidak bisa langsung dicuci.
Sebaiknya pakaian digantung untuk mencegah tumbuhnya jamur.
i. Menjemur pakaian dengan sinar matahari dapat membunuh hama penyakit.
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi Personal Hygiene seperti:
1. Citra tubuh, yaitu gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
Universitas Sumatera Utara
13
2. Praktik sosial, yaitu seperti pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
3. Status sosio ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun,pasta gigi,sikat gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk membelinya.
4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes meulitus yang harus selalu menjaga
kebersihan kakinya.
5. Budaya, yaitu seperti sebagian masyarakat menganggap jika individu
menderita penyakit tertentu,maka individu tersebut tidak boleh mandi.
6. Kebiasaan seseorang, yaitu seperti beberapa orang memiliki kebiasaan
seperti menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sampo, sabun, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik, yaitu pada saat kondisi fisik sedang tidak bagus atau bahkan
tidak dapat berfungsi dengan baik tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan dari orang lain.
2.2.3 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), apabila seseorang tidak merawat
diri maka dirinya akan dengan mudah terkena penyakit. Penyakit merupakan
dampak dari kurangnya personal hygiene pada seseorang. Berikut dampak yang
sering timbul pada masalah personal hygiene:
Universitas Sumatera Utara
14
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
2.2.4 Tujuan Perawatan Personal Hygiene
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), tujuan dari perawatan personal
hygiene antara lain:
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Pencegahan diri dari penyakit
5. Meningkatkan kepercayaan diri seseorang
6. Menciptakan keindahan
2.3 Sanitasi Dasar
Berdasarkan Kamus Ringkas Oxford dalam Franceys (1992), sanitasi
mengacu pada semua kondisi yang mempengaruhi kesehatan, terutama yang
berkaitan dengan kotoran dan infeksi dan khusus untuk saluran air, pembuangan
limbah dan sampah dari rumah tangga. Sarana sanitasi dasar yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
15
langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban,
pembuangan air limbah, dan pengelolaan sampah rumah tangga (Tarigan, 2008).
2.3.1 Penyediaan Air Bersih
Menurut Permenkes 416 Tahun 1990, air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah direbus terlebih dahulu. Air sangat penting bagi
kehidupan manusia karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya.
Menurut Waluyo (2009), apabila sarana air bersih dibuat memenuhi syarat
teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka
kualitas air yang diperoleh menjadi baik.
Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu syarat Kuantitas
dan syarat Kualitas yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan 416
Tahun 1990.
1. Syarat Kuantitas
Menurut Slamet (2002), syarat kuantitas adalah jumlah air yang
dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin
banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara
kuantitas, di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 l/orang/hari
dengan perincian, yaitu 12 liter untuk mandi dan cuci kakus, 2 liter untuk minum,
10,7 liter untuk cuci pakaian, dan 31,4 liter untuk kebersihan rumah.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Syarat Kualitas
Menurut Slamet (2002), syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia,
mikrobiologi dan radioaktifitas yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari
sumber yang bersih dan aman.
a. Syarat fisik, yaitu tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
b. Syarat kimia, yaitu kadar besi maksimum diperbolehkan maksimal
500mg/l.
c. Syarat mikrobiologis, yaitu jumlah total koliform dalam 100 ml air yang
diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan
dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.
3. Klasifikasi Penyakit Berhubungan dengan Air
Menurut Kusnoputranto (2000), ada 4 macam klasifikasi penyakit yang
berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu :
a. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang
terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau karier. Bila air
yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat menyebabkan
penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Thypoid,
Hepatitis, dan Dysentri Basiler.
b. Water Based Desease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain
melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara misalnya
Schistosomiasis.
Universitas Sumatera Utara
17
c. Water Washed Desease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan
alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya: penyakit infeksi saluran
pencernaan.
d. Water Related Insect Vector, yaitu vektor – vektor insektisida yang
berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak
dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, Yellow fever, dan
Tripanosomiasis.
2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)
Menurut Depkes RI (2005) yang dikutip oleh Umiati (2009), jamban
merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar.
Sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan
timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan
tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan.
Sesuai dengan Kementrian Kesehatan (2009), jamban adalah suatu
ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas
tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkan.
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan
berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu:
Universitas Sumatera Utara
18
1. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini
hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok.
Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu tetapi dapat juga terbuat dari
batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena
baunya.
2. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan
oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi, tempat jongkok
dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan tetapi agak jauh. Jamban
semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung
karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.
3. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat
dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut
bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai
keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian
jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air
tanah.
4. Angsalatrine (Water Seal Latrine)
Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi
mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak
Universitas Sumatera Utara
19
tercium baunya karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.
5. Jamban di Atas Balong (Empang)
Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong)
adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan tetapi sulit untuk
menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong.
6. Jamban Septic Tank
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobik. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi
proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic
tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja
dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat
atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di
dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses
penghancuran, pembusukan dan pengendapan.
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Depkes RI, 2004):
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-
15 m dari sumber air minum.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.
Universitas Sumatera Utara
20
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
f. Cukup penerangan.
g. Lantai kedap air.
h. Ventilasi cukup baik.
i. Tersedia air dan alat pembersih.
2.3.3 Pengelolaan Sampah
Berdasarkan pendapat para ahli yang dikutip dalam Didik (2010), dapat
disimpulkan bahwa sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan
dalam kontener yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau
barang-barang yang dibuang karena kelebihan. Masalah sampah sudah merupakan
masalah sosial yang artinya ditimbulkan oleh masyarakat dan harus diatasi secara
bersama-sama. Pengelolaan yang tidak baik akan mengganggu kesehatan
masyarakat karena dapat menjadi sarang vektor, sumber infeksi, sumber pencemar
karena bahan-bahan berbahaya yang didalamnya, mengganggu estetika bahkan
ekosistem.
Menurut Mukono (2000), sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, seperti berikut:
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a. Organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
b. Anorganik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar
a. Mudah terbakar, misalnya kertas plastik, daun kering, kayu
b. Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
21
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
a. Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging, dan
sebagainya
b. Sulit membusuk, misalnya plastik, karet dan kaleng, dan sebagainya
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
a. Garbage, terdiri atas zat- zat yang mudah membusuk dan dapat terurai
dengan cepat, khususnya jika cuaca panas.
b. Rubbish yang terdiri dari dua, yaitu rubbish mudah terbakar terdiri atas
zat-zat organik seperti kertas, kayu , karet dan rubbish tidak mudah
terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya kaca, kaleng.
c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri
d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau
manusia
e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya)
yang mati akibat kecelakaan atau secara alami
f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya garbage, ashes,
rubbish) yang berasal dari perumahan
g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan
h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.
i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri
j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya
berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.
Universitas Sumatera Utara
22
k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus
seperti kaleng atau zat radioaktif
Menurut Slamet (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud
dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung
dengan sampah tersebut. Misalnya saja seperti sampah beracun, sampah yang
korosif terhadap tubuh, sampah yang karsinogen, teratogenik dan sebagainya.
Selain itu, ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga
selain sampah industri.
Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah
biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik
apabila oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobik akan menghasilkan cairan
yang disebut leachate beserta gas. Leachate atau lindi ini adalah cairan yang
mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dan hasil penguraian
mikroba (Slamet, 2009).
Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang
berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat
menjadi sarang lalat dan tikus. Lalat merupakan vektor berbagai macam penyakit
perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda
masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit
pes (Slamet, 2009).
Universitas Sumatera Utara
23
Cara-cara pengelolaan sampah antara lain:
1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan samapah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-
masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Setelah
dikumpulkan di suatu tempat pengumpulan, sampah dibawa ke tempat
pembuangan sampah sementara (TPS), dan selanjutnya ke tempat penampungan
akhir (TPA) sampah. Mekanisme, sistem atau cara pengangkutan sampah di
daerah perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat dan
dibantu oleh partisipasi masyarakat. Di pedesaan sampah rumah tangga umumnya
didaur ulang menjadi pupuk.
Tempat pengumpulan sampah dikategorikan baik menurut fungsi apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, permukaan
halus pada bagian dalam.
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup sehingga tidak
mengotori tangan.
c. Mudah diisi dan dikosongkan/ dibersihkan.
d. Jumlah dan volume sesuai dengan produk sampah pada tiap tempat
kegiatan.
e. Sampah dari setiap ruang dibuang setiap hari.
Sampah yang telah dikumpulkan di tempat sampah akan dipindahkan ke
tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Persyaratan TPS antara lain adalah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
24
a. Tidak terbuat dari bak beton permanen, tidak menjadi tempat perindukan
serangga, terhindar dari gangguan biantang.
b. TPS terletak di tempat yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut
sampah.
c. TPS dikosongkan < 3 x 24 jam.
Sampah yang berada di TPS selanjutnya akan diangkut oleh kendaraan
dengan pengangkut sampah dan dibawa menuju tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah.
2. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Diantara cara pemusnahan dan pengolahan sampah adalah sebagai
berikut:
a. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di
tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan
membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).
c. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan,
dan sampah lain yang dapat membusuk.
Apabila setiap rumah tangga sudah mampu memisahkan sampah organik
dengan anorganik, kemudian sampah organik dikelola menjadi pupuk tanaman
dapat dijual dan dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dapat diambil oleh
para pemulung, sehingga permasalahan sampah berkurang.
Universitas Sumatera Utara
25
2.3.4 Pengelolaan Air Limbah
Menurut Kusnoputranto dalam Notoatmodjo (2007), air limbah atau air
buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-
bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air
permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
Menurut Mukono (2000), beberapa sumber pencemaran air, yaitu :
1. Air buangan rumah tangga (domestic waste water )
Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang
terdiri dari ekskreta (tinja dan urin) , air bekas cucian, dapur dan kamar mandi ,
dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan oranik.
2. Industri
Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis
industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung
pada bahan baku, proses industri, bahan bakar, dan sistem pengolahan limbah cair
yang digunakan dalam industri.
3. Pertanian dan perkebunan
Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa:
a. Zat kimia, misalnya berasal dari pupuk, pestisida seperti ( DDT, Dieldrin)
Universitas Sumatera Utara
26
b. Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran
ternak dan cacing tambang dilokasi perkebunan
c. Zat radioaktif, misalnya berasal dari penggunaan zat radioaktif yang
dipakai dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul dan
mempercepat pertumbuhan tanaman.
Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana
1. Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
baru dibuang ke badan-badan air.
2. Kolan Oksidasi (Oxidation Ponds)
Air limbah dialirkan ke kolam melalui pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan
merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit.
Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang tidak baik
akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Terhadap lingkungan
Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis
yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik
akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau
lingkungan hidup lainnya . Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau
yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.
Universitas Sumatera Utara
27
2. Terhadap kesehatan masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat
menjadi media tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen, terutama
penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.
2.4 Komponen Fisik Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu syarat pokok bagi kehidupan manusia. Rumah
merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh,
maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kesehatannya.
Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk
menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI, 2002).
Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang
menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Penyakit atau gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi
fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti ventilasi, kepadatan
penghuni, suhu, kelembaban. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit saluran pernapasan (Slamet, 2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), rumah sehat adalah rumah
yang memenuhi beberapa kriteria yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup bagi penghuni dan terhindar dari kebisingan.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis yakni aman dan nyaman bagi penghuni.
Universitas Sumatera Utara
28
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit seperti penyediaan
sanitasi dasar dan kepadatan hunian yang tidak berlebihan.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan seperti tejatuh
dan terbakar.
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public
Health Asociation (APHA) yang dikutip oleh Mubarak (2009) yaitu :
1. Persyaratan letak rumah
Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuni dari bahaya
timbulnya penyakit menular dan kecelakaan.Persyaratan letak rumah merupakan
persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat.
2. Persyaratan Fisik
a. Kontruksi rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah terjadinya
kelembapan dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan.
b. Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas
lantai bangunan disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang
tak sebanding dengan jumlah penghuni akan mengakibatkan sesak, kurang
bebas dan akan menderita infeksi penularan penyakit dan saluran
pernafasan. Luas optimum adalah 2,5 x 3 m² untuk tiap orang
(tiap anggota keluarga).
3. Persyaratan Fisiologi
Rumah sehat harus dipenuhi kriteria yang baik, pencahayaan yang cukup,
terhindar dari kebisingan dan adanya lapangan rekreasi, terutama untuk anak-
anak bermain.
Universitas Sumatera Utara
29
a. Rumah yang sehat apabila ada tempat udara masuk ke dalam rumah secara
bebas, sehingga asap dan udara kotor dapat hilang secara cepat. Sehingga
udara dapat masuk ke dalam kamar dan ruangan-ruangan.
b. Rumah yang sehat apabila memiliki pencahayaan yang cukup. Idealnya,
cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang
terdapat di dalam ruangan rumah.
c. Rumah yang sehat apabila bisa melindungi penghuni rumah dari
kebisingan yang dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan
seseorang bila kebisingan yang terjadi dalam jangka waktu relatif lama
akan menggunggu kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan
ialah gangguan fisik seperti gangguan pendengaran dan gangguan mental
seperti cepat marah.
4. Persyaratan psikologis
Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik dan penataan
perabot yang baik tetapi tidak over crowding.
2.4.1 Luas Ventilasi
Menurut Chandra (2007), ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi
atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi digunakan
untuk pergantian udara.Ventilasi merupakan sebagai pertukaran udara baik secara
alamiah maupun buatan sebagai jalan masuk udara segar dan sinar matahari serta
sirkulasi. Menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan, luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
Universitas Sumatera Utara
30
2.4.2 Pencahayaan alami
Pencahayaan alami menurut Kemenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999
dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux
atau lebih dari 120 Lux. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela,
perlu diusahakan agar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan dan tidak
terhalang oleh bangunan lain.
2.4.3 Kepadatan Hunian
Menurut Mubarak (2009), rumah tinggal dikatakan over crowding bila
orang-orang yang tinggal di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10
tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar.
b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah
melebihi ketentuan yang telah diterapkan. Kepadatan hunian ruang tidur
minimal luasnya 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang
kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Jumlah penghuni rumah juga harus
disesuaikan dengan luas rumah agar rumah atau kamar tidak menjadi
padat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999
tentang persyaratan kesehatan rumah, kepadatan hunian dalam rumah untuk satu
orang minimal menempati luas rumah 4 m². Dengan kriteria tersebut diharapkan
dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat
tinggal yang padat dapat meningkatkan pencemaran udara dalam rumah yang
telah ada.
Universitas Sumatera Utara
31
2.4.4 Jenis Lantai
Lantai yang baik harus selalu kering, tinggi lantai harus disesuaikan
dengan kondisi setempat, lantai harus lebih tinggi dari muka tanah. Ubin atau
semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan, sehingga dapat mencegah terjadinya
penularan penyakit terhadap penghuninya (Achmadi,2008).
Menurut Kepmenkes RI No. 829 Tahun 1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan, lantai yang baik harus bersifat kedap air dan mudah
dibersihkan yaitu terbuat dari keramik, ubin atau semen. Jenis lantai yang terbuat
dari tanah saat musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadap penghuninya dan merupakan tempat yang baik untuk
berkembangbiaknya kuman penyakit. Lantai juga harus sering dibersihkan karena
lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.
2.5 Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Slamet (2002), Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
(environmental health behaviour) adalah respon seseorang terhadap lingkungan
sebagai determinan kesehatan manusia. Dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok (Notoatmodjo, 2007):
Universitas Sumatera Utara
32
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) atau usaha
seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons
terhadap lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia sehingga
lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Menurut Permenkes RI No 2269 ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku
yaitu:
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapnya,
memiliki acuan kepada sistem nilai dan norma yang dianutnya. Dengan kata lain, sistem
nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan untuk
dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut.
2. Faktor Pendorong (reinforcing factors)
Individu-individu anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk
mengubah sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka
masyarakat atau tokoh masyarakat, baik yang formal maupun yang informal.
3. Enabling Factors
Seseorang yang sudah mau berperilaku tertentu tidak pernah mempraktikkan perilaku
itu karena tidak adanya kemampuan secara ekonomis atau tidak tersedianya
Universitas Sumatera Utara
33
sarana. Misalnya, seseorang yang sudah mau membuang hajat (air besar) di jamban,
tidak kunjung melakukan hal itu karena ia tidak mampu membuat jamban pribadi
dan di sekitarnya tidak terdapat jamban umum.
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang
terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011).
Sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap
kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pegetahuan tentang sakit dan penyakit.
2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat.
3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2.5.2 Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus
atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator
untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan yaitu sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
34
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau
tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara
pencegahan penyakit dan sebagainya.
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara pemeliharaan
dan cara-cara berperilaku hidup sehat
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
2.5.3 Praktek atau Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Oleh sebab itu indikator praktek
kesehatan ini juga mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup
a. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anak, melakukan pengurasan bak
mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat
yang berdebu dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
35
b. Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter,
melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang tepat dan sebagainya
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum-
minuman keras dan narkoba dan sebagainya.
3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup membuang air besar di jamban (WC),
membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci,
masak dan sebagainya.
2.6 Keluhan Kesehatan
2.6.1 Gatal-Gatal pada Kulit
Menurut Harahap (2000), salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif
terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus
yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang
sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula
sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai
macam penyakit antara lain penyakit kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang
memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang
baik, dan faktor ekonomi yang kurang memadai. Salah satu faktor yang
menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi
Universitas Sumatera Utara
36
kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku, intensitas
mandi dan lain-lain (Rangkuti, 2012).
2.6.2 Gangguan Pencernaan (Diare)
Menurut Irianto (2014), diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, serta frekuensinya lebih dari
3 kali sehari. Diare dapat diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab yang
diklasifikasikan menjadi 6 golongan besar (Depkes RI, 2002), yaitu:
1. Infeksi
Keberadaan agen biologi yang masuk melalui makanan dan minuman
kemudian bereaksi di dalam tubuh menimbulkan infeksi di dalam sistem
pencernaan.
2. Mal absorpsi
Mal absorpsi adalah kelainan fungsi usus yang menyebabkan gangguan
dalam proses penyerapan nutrisi dari makanan, seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral yang terjadi di dalam usus besar.
3. Alergi
Salah satu contoh seseorang yang mengalami laktosa intoleransi yaitu
suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu membentuk laktosa dan biasanya
terjadi pada bayi.
4. Keracunan
Keracunan disebabkan oleh racun yang dikandung dan diproduksi oleh
mikroba dalam makanan, misalnya Pseudomonas cocovenenans menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
37
racun asam bongkrek dan Clostridium botulinum biasanya mengkontaminasi pada
makanan kaleng.
5. Immunodefisiensi
Immunodefisiensi atau penurunan daya tahan tubuh bisa menimbulkan
diare, misalnya pada penderita HIV/AIDS. Diare yang biasa terjadi pada penderita
HIV/AIDS adalah diare kronik.
6. Sebab-sebab lain
Seperti kurangnya persediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan
higiene perorangan, serta kurangnya pemberian ASI.
2.6.3 Gangguan Pernafasan
Infeksi saluran pernapasan atau respiratory tract infections adalah infeksi
yang menyerang saluran pernapasan manusia. Kondisi ini bisa disebabkan oleh
virus atau bakteri. Menurut Depkes RI yang dikutip dari Adelina (2014),
pencemaran udara dalam rumah seperti asap rokok dan asap hasil pembakaran
bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme
pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi
pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah
dan bersatu dengan kamar tidur.
Universitas Sumatera Utara
38
2.7 Kerangka Konsep
Keluhan kesehatan penghuni
kamar kost
1. Gatal-gatal pada Kulit
2. Gangguan
Pencernaan (Diare)
3. Gangguan Pernafasan
Personal Hygiene
1. Kebersihan tubuh
(rambut dan kulit
kepala, kulit)
2. Kebersihan pakaian
3. Frekuensi
mengganti pakaian
dalam
Sanitasi Dasar
1. Penyediaan air
bersih
2. Jamban
3. Pengelolaan sampah
4. Pengelolaan air
limbah
Komponen Fisik
Rumah
1. Langit-langit
2. Ventilasi
3. Pencahayaan alami
4. Dinding
5. Jenis lantai
6. Kepadatan hunian
Perilaku
1. Pengetahu
an
2. Sikap
3. Tindakan
Universitas Sumatera Utara
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan desain
penelitian cros sectional dalam bentuk survei untuk mengetahui hubungan
perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik
rumah kos di Kelurahan Padang Bulan Medan dengan keluhan kesehatan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa rumah kos yang terdapat di
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan. Lokasi penelitian ini dipilih
dengan pertimbangan:
1. Banyaknya rumah kos yang belum memenuhi syarat rumah sehat
2. Banyaknya mahasiswa yang belum memperhatikan masalah personal
hygiene dan sanitasi dasar
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2017 sampai dengan
bulan September 2017.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni rumah kos yang
berada di lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan yang berjumlah 193 orang.
Universitas Sumatera Utara
40
3.3.2 Sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
n= NZ2
1-ɑ/2P(1-P)
Nd2 + NZ
21-ɑ/2P(1-P)
Keterangan :
Besar sampel (n)
Besar populasi (N) = 193
Nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung ɑ (NZ2
1-ɑ/2) ɑ = 95% = 1,96
Proporsi kejadian (P) = 0.25
Besar penyimpangan (absolut) yang bisa diterima (d ) = 10%
Perhitungan adalah sebagai berikut :
n= (193) (1,96)2 (0,25) (1-0,25)
(193) (0,1)2 + (1,96)
2 (0,25) (1-0,25)
n= (193) (3,84) (0,25) (0,75)
(193) (0,01) + (3,84) (0,25) (0,75)
n= 138,96 = 138,96 = 52,43
1,93 + 0,72 2,65
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel yang diambil adalah
52 orang yang akan diambil secara purposive sampling dengan kriteria responden,
yaitu penghuni rumah kos di lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan yang sudah
menetap lebih dari 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara
41
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan
mahasiswi yang terpilih menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan
pilihan jawaban yang telah disediakan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari:
1. Kantor Kelurahan Padang Bulan Medan yaitu berupa data jumlah rumah
kost yang ada di Kelurahan Padang Bulan Medan.
2. Pemilik rumah kos, yaitu data yang berkaitan dengan sarana sanitasi dasar
dan jumlah penghuni rumah kos.
3.5 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing data yaitu mengoreksi jawaban yang telah diberikan responden,
apabila ada data yang salah atau kurang segera dilengkapi
2. Coding data yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang
akan diteliti, dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
3. Skoring yaitu masing-masing variabel diberi nilai agar mudah untuk
dikelompokkan jawabannya dan mengkategorikan responden sesuai
dengan jumlah nilai jawaban yang dijawabnya.
Universitas Sumatera Utara
42
4. Entry yaitu memasukkan data hasil kuesioner ke dalam program komputer,
yaitu dengan menggunakan program SPSS.
5. Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah
dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.
3.6 Variabel Penelitian
3.6.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku penghuni rumah
kos tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, sarana sanitasi dasar dan
komponen fisik rumah kos.
3.6.2 Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan kesehatan pada
penghuni rumah kos di Kelurahan Padang Bulan Medan.
3.7 Definisi Operasional
1. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan.
2. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
3. Personal hygiene adalah cara perawatandiri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka.
4. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
direbus terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
43
5. Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat
buang air besar.
6. Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam kontener
yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau barang-
barang yang dibuang karena kelebihan.
7. Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari
daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama
dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
8. Rumah merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia
secara utuh, maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan
kesehatannya.
9. Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang
menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.
10. Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi digunakan untuk
pergantian udara.
11. Cahaya alamiah, yaitu cahaya matahari.
12. Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami salah satu
gangguan kesehatan seperti penyakit kulit, diare dan gangguan pernafasan.
Universitas Sumatera Utara
44
3.8 Aspek Pengukuran
3.8.1 Perilaku
1. Pengetahuan
Pengetahuan ditentukan berdasarkan jumlah pernyataan dalam instrumen
angket yang tersedia yaitu dengan memilih sejumlah pernyataan dengan pilihan
jawaban a, b dan c.
a. Jika responden memilih jawaban yang baik akan mendapat skor 2
b. Jika responden memilih jawaban yang kurang baik akan mendapat skor 1
c. Jika responden memilih jawaban yang tidak baik akan mendapat skor 0
Pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut:
a. Baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 %
b. Tidak baik, jika skor yang diperoleh responden <75%
2. Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada
responden, dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (setuju, kurang setuju
atau tidak setuju). Adapun sistem pemberian skor sikap adalah sebagai berikut :
a. Jika responden memilih jawaban setuju mendapat skor 2
b. Jika responden memilih jawaban kurang setuju mendapat skor 1
c. Jika responden memilih jawaban tidak setuju mendapat skor 0
Sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 %
b. Tidak baik, jika skor yang diperoleh responden <75%
Universitas Sumatera Utara
45
3. Tindakan
Penilaian terhadap tindakan dilakukan dengan membagikan kuesioner,
dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (selalu, kadang-kadang atau tidak
pernah). Adapun sistem pemberian skor sikap adalah sebagai berikut:
a. Jika responden memilih jawaban selalu, mendapat skor 2
b. Jika responden memilih jawaban kadang-kadang mendapat skor 1
c. Jika responden memilih jawaban tidak pernah mendapat skor 0
Tindakan responden dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 %
b. Tidak baik, jika skor yang diperoleh responden <75%
3.8.2 Kondisi Fisik dan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Kos
Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama ditentukan pengamatan
terhadap komponen rumah dan sarana sanitasi yang diperoleh dari data observasi
yang menggunakan lembar observasi komponen dan sanitasi dasar asrama yang
disesuaikan dengan teknik penilaian rumah sehat Permenkes No
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Perumahan Sehat, kelengkapan fasilitas
rumah susun menurut PP No. 4 tahun 1988 tentang rumah susun dan Kemenpera
No 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan pembangunan rumah susun
sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan
berasrama. Penentuan hasil penilaian komponen fisik asrama adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 3.1 Penilaian Komponen Fisik Kamar Kost
Komponen Fisik Skor
I Langit-langit
1. Tidak ada
2. Ada, kotor, sulit dibersihkan
3. Ada, bersih, tidak rawan
kecelakaan
0
1
2
II Dinding
1. Bukan tembok (terbuat dari
anyaman bambu/ ilalang)
2. Semi permanen/ setengah tembok/
pasangan bata atau batu yang tidak
diplester/ papan yang tidak kedap
air
3. Permanen (tembok/ pasangan batu
bata yang diplester) papan kedap
air
0
1
2
III Lantai
1. Tanah
2. Papan/ anyaman bambu dekat
dengan tanah/ plesteran yang retak
dan berdebu
3. Diplester/ ubin/ keramik/ papan
(rumah panggung)
0
1
2
IV Jendela kamar tidur
1. Tidak ada
2. Ada
0
1
V Ventilasi
1. Tidak ada
2. Ada, luas ventilasi <10% dari luas
lantai
3. Ada, luas ventilasi >10% dari luas
lantai
0
1
2
VI Pencahayaan Alami
1. Tidak terang, tidak dapat
dipergunakan untuk membaca
2. Kurang terang sehingga kurang
jelas untuk membaca dengan
normal
3. Terang dan tidak silau sehingga
dapat membaca dengan normal
0
1
2
Universitas Sumatera Utara
47
Berdasarkan tabel 3.1 lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor
maksimal adalah 11. Penentuan hasil penilaian komponen fisik asrama
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 9-11.
2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 9.
Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar asrama adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penilaian Fasilitas Sanitasi Dasar Rumah Kost
Sanitasi Dasar Rumah Kost Ya Tidak
I Air Bersih
1. Sumber air bersih yang digunakan:
a. PAM
b. Sumur Gali
c. Sumur Bor
d. Kali/ sungai
Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari PAM
a. Air PAM jernih
b. Air PAM tidak berasa
c. Air PAM tidak berbau
Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari sumur
gali/ sumur bor
a. Air sumur jernih
b. Air sumur tidak berasa
c. Air sumur tidak berbau
d. Jarak sumur >10 meter dari septi tank
e. Tidak ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10 meter
sekitar sumur
2. Air bersih selalu ada setiap saat (kontinuitas air)
3. Apakah kuantitas air selalu cukup (60 liter/ orang/ hari)
II Pembuangan Sampah
A. Tempat Pembuangan Sampah
1. Tersedia tempat sampah
2. Jenis tempat sampah
a. Keranjang sampah
b. Bak penampung
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
c. Kantong plastik
d. Ember
3. Tempat sampah dalam kondisi baik
1
0
Universitas Sumatera Utara
48
4. Tempat sampah mudah dibersihkan
5. Tempat sampah tertutup
6. Tempat sampah kedap air
7. Terhindar gangguan binatang seperti kucing
8. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3
bagian telah terisi penuh
9. Tersedia minimal 1 tempat sampah untuk setiap kamar/
ruangan
10. Terdapat tempat sampah umum di luar kamar
B. Tempat Pembuangan Sampah Sementara
1. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara
2. Tempat pembuangan sampah sementara bukan terbuat dari
beton
3. Tempat pembuangan sampah sementara terletak di lokasi
yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut
4. Tempat pembuangan sampah sementara dikosongkan
sekurang-kurangnya 3x24 jam
5. Tempat pembuangan sampah sementara memiliki tutup
C. Pengangkut Sampah
1. Sampah sudah diangkut minimal dalam 3x24 jam oleh
truk pengangkut sampah
2. Truk pengangkut dilengkapi penutup, minimal dengan
jaring
3. Kapasitas truk dapat menampung sampah yang akan
diangkut
4. Bak truk kedap air sampah
III Pembuangan Tinja
1. Tersedia jamban
2. Jenis jamban
a. Cemplung
b. Plengsengan
c. Leher angsa
3. Jarak jamban dengan sumber air bersih >10 meter
4. Sumber air minum jauh dari cemaran tinja
5. Tanah di sekitar terhindar dari air seni, air pembersih dan
penggelontornya
6. Jamban mudah dibersihkan
7. Jamban aman digunakan
8. Konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan yang kuat
dan tahan lama
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9. Terhindar dari kecoa dan lalat di dalam/ sekitar jamban
10. Lantai jamban bersih
1
1
0
0
Universitas Sumatera Utara
49
11. Lantai jamban kedap air
12. Lubang jamban dilengkapi penutup
13. Saluran lubang jamban mudah digelontori
14. Tersedia sabun di jamban
15. Jamban dilengkapi bak penampung air
16. Terhindar dari jentik nyamuk
17. Terhindar dari bau tak sedap
18. Konstruksi lantai kuat
19. Mempunyai tempat pijakan yang cukup kuat
20. Mempunyai ventilasi yang cukup
21. Mempunyai penerangan yang cukup
22. Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 1-10 orang
IV Pembuangan Air Limbah
1. Mempunyai saluran pembuangan air limbah
2. Saluran pembuangan air limbah tertutup
3. Sumber air minum jauh dari kontaminasi
4. Terhindar dari pencemaran air permukaan
5. Terhindar dari vektor atau serangga penyebab penyakit
6. Terhindar dari bau atau aroma tidak sedap
7. Lingkungan terhindar dari genangan air limbah
8. Jarak tempat pembuangan akhir >10 meter air bersih
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Berdasarkan tabel 3.2 lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor
maksimal pada rumah kost yang menggunakan sumber air PAM adalah 52.
Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar rumah kost yang menggunakan
sumber air PAM berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 42-52.
2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 42.
Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor
maksimal pada asrama yang menggunakan air sumur gali/ sumur bor adalah 55.
Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar asrama yang menggunakan air
sumur gali/sumur bor berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
50
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 44-54.
2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 44.
3.8.3 Keluhan Kesehatan
Pengukuran variabel keluhan kesehatan didasarkan pada:
1. Mengalami keluhan, jika responden mengalami salah satu keluhan
kesehatan yaitu gatal-gatal pada kulit, gangguan pencernaan dan gangguan
pernafasan
2. Tidak mengalami keluhan, jika responden tidak mengalami keluhan
kesehatan.
3.9 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
karakteristik responden, variabel dependen dan variabel independen. Data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen. Dasar pengambilan keputusan
penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika
nilai p > α (0,05), maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak dan jika nilai p < α
(0,05), maka hipotesis penelitian (Ha) diterima.
Universitas Sumatera Utara
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Padang Bulan Medan adalah salah satu kelurahan yang terdapat
di Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah 168 Ha. Kelurahan Padang Bulan
medan terdiri dari XII lingkungan yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan
III, Lingkungan IV, Lingkungan V, Lingkungan VI, Lingkungan VII, Lingkungan
VIII, Lingkungan IX, Lingkungan X, Lingkungan XI dan Lingkungan XII.
Dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Merdeka
2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Titirantai
3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Polonia
4. Sebelah Darat : Berbatasan dengan Kelurahan PB Selayang
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, Universitas dan lama
menetap dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Karakteristik Responden n %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
26
26
50
50
Lama Menetap
6-24 bulan
>24 bulan
29
23
55,8
44,2
Universitas
USU
Universitas Lain
33
19
63,5
36,5
Universitas Sumatera Utara
52
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui karakteristik responden laki-laki 26 orang
(50%) dan perempuan 26 orang (50%) dengan lama menetap 6-24 bulan sebanyak
29 orang (55,8%) dan >24 bulan sebanyak 23 orang (44,2%) dan sebagian besar
responden adalah mahasiswa USU sebanyak 33 orang (63,5%) dan universitas
lainnya sebanyak 19 orang (36,5%).
4.2.2 Perilaku Personal Hygiene
4.2.2.1 Pengetahuan
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan
Medan
Pengetahuan n %
1. Frekuensi mandi dalam sehari
a. 2 kali sehari
b. 1 kali sehari
c. 3 kali sehari
2. Mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga
a. Ya
b. Tidak
3. Meminjam peralatan mandi (sabun, sponge,handuk) berpengaruh
terhadap kesehatan kulit
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
4. Pinjam-meminjam pakaian juga berpengaruh terhadap kesehatan
kulit
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu
5. Frekuensi mengganti pakaian setiap hari
a. 2 kali
b. 1 kali
c. 3 kali
6. Frekuensi mengganti pakaian dalam
a. 2 kali sekali
b. Setiap sehabis mandi
c. Ketika pakaian dalam sudah kotor
7. Tempat pakaian harus dijemur
a. di bawah terik matahari
35
1
16
49
3
36
5
11
33
7
12
34
10
8
8
29
15
51
67,3
1,9
30,8
94,2
5,8
69,2
9,6
21,2
63,5
13,5
23,1
65,4
19,2
15,4
15,4
55,8
28,8
98,1
Universitas Sumatera Utara
53
b. di depan kamar
8. Tidak mencuci tangan sebelum makan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
9. Tidak mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB/ BAK dapat
menyebabkan gangguan kesehatan
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
10. Kuku tangan yang panjang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
11. Frekuensi membersihkan dan memotong kuku dalam seminggu
a. 1 kali seminggu
b. >1 kali seminggu
12. Perlu memakai alas kaki (sepatu/ sendal) apabila pergi keluar
kamar
a. Ya
b. Tidak
13. Akibat tidak mencuci kaki terlebih dahulu sebelum tidur
a. Ada
b. Tidak
c. Tidak tahu
13. Frekuensi mencuci rambut pakai sampo
a. Minimal 2 kali seminggu
b. 1 kali seminggu
c. Tidak menjadi keharusan
14. Frekuensi mengganti sprei tempat tidur
a. Sekali seminggu
b. 2 minggu sekali
c. Sekali sebulan
1
45
4
3
46
4
2
40
8
4
40
12
47
5
23
6
23
33
5
14
21
16
15
1,9
86,5
7,7
5,8
88,5
7,7
3,8
76,9
15,4
7,7
76,9
23,1
90,4
9,6
44,2
11,5
44,2
63,5
9,6
26,9
40,4
30,8
28,8
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui responden di rumah kos Kelurahan
Padang Bulan Medan yang mengetahui dengan benar personal hygiene berapa
kali sebaiknya mandi dalam sehari ada 35 orang (67,3%), mengetahui perlunya
mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga ada 49 orang (94,2%),
mengetahui pinjam-meminjam peralatan mandi (sabun, sponge, handuk)
Universitas Sumatera Utara
54
berpengaruh terhadap kesehatan kulit ada 36 orang (69,2%), mengetahui pinjam-
meminjam pakaian berpengaruh terhadap kesehatan kulit ada 33 orang (63,5%),
mengetahui berapa kali sebaiknya mengganti pakaian setiap hari ada 34 orang
(65,4%), mengetahui kapan sebaiknya mengganti pakaian dalam ada 8 orang
(15,4%), mengetahui bahwa pakaian sebaiknya dijemur di bawah terik matahari
ada 51 orang (98,1%), mengetahui tidak mencuci tangan sebelum makan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan ada 45 orang (86,5%), mengetahui tidak
mencuci tangan pakai sabun sesudah BAK/ BAB dapat menyebabkan gangguan
kesehatan ada 46 orang (88,5%), mengetahui kuku tangan panjang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan ada 40 orang (76,9%), mengetahui sebaiknya
membersihkan dan memotong kuku minimal 1 kali seminggu ada 40 orang
(76,9%), mengetahui perlunya memakai alas kaki (sepatu/ sendal) apabila pergi
keluar kamar ada 47 orang (90,4%), mengetahui adanya akibat tidak mencuci kaki
terlebih dahulu sebelum tidur ada 23 orang (44,2%), mengetahui sebaiknya
mencuci rambut dengan sampo minimal 2 kali dalam seminggu ada 33 orang
(63,5%), mengetahui sebaiknya mengganti sprei tempat tidur seminggu sekali ada
21 orang (40,4%).
Berdasarkan penghitungan skor pengetahuan responden di rumah kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang personal hygiene
dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.3
di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan
Medan
Kategori Pengetahuan n %
Baik
Tidak Baik
29
23
55,8
44,2
Berdasarkan tabel 4.3 bahwa pengetahuan responden di rumah kos
lingkungan VIII tentang personal hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak
29 orang (55,8%) dan kategori tidak baik ada 23 orang (44,2%).
4.2.2.2 Sikap
Tabel 4.4 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di Beberapa
Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Sikap Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
n % n % n %
1. Sebaiknya mandi 2 kali sehari
2. Pinjam-meminjam peralatan mandi
(sabun, sponge, handuk) berpengaruh
terhadap kesehatan kulit
3. Sebaiknya mengganti pakaian minimal
1 kali sehari
4. Sebaiknya mengganti pakaian dalam
setiap habis mandi
5. Pakaian sebaiknya dijemur di bawah
terik matahari
6. Pinjam-meminjam pakaian
memengaruhi kesehatan kulit
7. Perlu mencuci tangan sebelum makan
8. Sebaiknya mencuci tangan pakai sabun
sesudah BAB/ BAK
9. Sebaiknya membersihkan dan
memotong kuku minimal 1 kali
seminggu
10. Pergi keluar kamar sebaiknya memakai
alas kaki (sepatu/ sendal)
11. Sebaiknya mencuci kaki terlebih dahulu
sebelum tidur
12. Mencuci rambut perlu dengan sampo
52
33
38
46
50
22
52
49
46
48
34
45
100,0
63,5
73,1
88,5
96,2
42,3
100,0
94,2
88,5
92,3
65,4
86,5
0
11
9
6
0
11
0
3
5
4
13
7
0
21,2
17,3
11,5
0
21,2
0
5,8
9,6
7,7
25,0
13,5
0
8
5
0
2
9
0
0
1
0
5
0
0
15,4
9,6
0
3,8
17,3
0
0
1,9
0
9,6
0
Universitas Sumatera Utara
56
13. Sebaiknya mencuci rambut pakai
sampo minimal 2 kali seminggu
14. Sebaiknya merapikan dan
membersihkan tempat tidur setiap
sebelum dan sesudah tidur
15. Sebaiknya menjemur kasur minimal
sekali seminggu
16. Sebaiknya mengganti sprei tempat tidur
minimal sekali seminggu
36
49
37
36
69,2
94,2
71,2
69,2
12
2
14
16
23,1
3,8
26,9
30,8
4
1
1
0
7,7
1,9
1,9
0
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang setuju mandi 2 kali
dalam sehari ada 52 orang (100%), setuju pinjam-meminjam peralatan mandi
(sabun, sponge, handuk) berpengaruh terhadap kesehatan kulit ada 33 orang
(63,5%), setuju sebaiknya mengganti pakaian minimal 1 kali sehari ada 38 orang
(73,1%), setuju sebaiknya mengganti pakaian dalam setiap selesai mandi ada 46
orang (88,5%), setuju pakaian sebaiknya dijemur di bawah terik matahari ada 50
orang (96,2%), setuju pinjam-meminjam pakaian mempengaruhi kesehatan kulit
ada 22 orang (42,3%), setuju perlu mencuci tangan sebelum makan ada 52 orang
(100%), setuju sebaiknya mencuci tangan pakai sabun sesudah BAK/ BAB ada 49
orang (94,2%), setuju sebaiknya membersihkan dan memotong kuku minimal 1
kali seminggu ada 46 orang (88,5%), setuju pergi keluar kamar sebaiknya
memakai alas kaki ada 48 orang (92,3%), setuju sebaiknya mencuci kaki terlebih
dahulu sebelum tidur ada 34 orang (65,4%), setuju mencuci rambut perlu dengan
sampo ada 45 orang (86,5%), setuju sebaiknya mencuci rambut pakai sampo
minimal 2 kali dalam seminggu ada 36 orang (69,2%), setuju merapikan dan
membersihkan tempat tidur sebelum dan sesudah bangun tidur ada 49 orang
(94,2%), setuju menjemur kasur minimal sekali seminggu ada 37 orang (71,2%),
Universitas Sumatera Utara
57
setuju mengganti sprei tempat tidur minimal sekali seminggu ada 36 orang
(69,2%).
Berdasarkan penghitungan skor sikap responden di rumah kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang personal hygiene dikategorikan baik
dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Kategori Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di Beberapa
Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Kategori Sikap n %
Baik
Tidak Baik
50
2
96,2
3,8
Berdasarkan tabel 4.5 bahwa sikap responden di rumah kos lingkungan
VIII tentang personal hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak 50 orang
(96,2%) dan kategori tidak baik ada 2 orang (3,8%).
4.2.2.3 Tindakan
Tabel 4.6 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan
Tindakan Selalu Kadang-
kadang
Tidak
pernah
n % n % n %
1. Mandi secara teratur (minimal 2
kali sehari)
2. Mandi setelah melakukan kegiatan
diluar seperti pulang dari
kampus/sehabis berolahraga
3. Mandi dengan menggunakan
sabun
4. Peralatan mandi (sabun, sponge,
handuk) tidak meminjam milik
teman
5. Peralatan mandi (sabun, sponge,
handuk) tidak dipinjam kan kepada
teman
37
38
51
40
31
71,2
73,1
98,1
76,9
59,6
15
13
1
9
19
28,8
25,0
1,9
17,3
36,5
0
1
0
3
2
0
1,9
0
5,8
3,8
Universitas Sumatera Utara
58
6. Mengganti pakaian minimal 1 kali
sehari
7. Mengganti pakaian dalam setiap
sesudah mandi
8. Menjemur handuk yang telah
dipakai di bawah terik matahari
9. Kuku tangan tidak dibiarkan
panjang dan dipotong
10. Mencuci tangan pakai sabun
sebelum makan
11. Mencuci kaki sebelum tidur
12. Mencuci rambut pakai sampo
minimal 2 kali dalam seminggu
13. Mencuci pakaian sampai bersih
dengan detergen
14. Mencuci sprei alas tidur minimal 1
kali seminggu
40
49
19
26
12
7
35
49
13
76,9
94,2
36,5
50,0
23,1
13,5
67,3
94,2
25,0
11
3
26
25
28
27
15
2
31
21,2
5,8
50,0
48,1
53,8
51,9
28,8
3,8
59,6
1
0
7
1
12
18
2
1
8
1,9
0
13,5
1,9
23,1
34,6
3,8
1,9
15,4
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang selalu mandi
secara teratur 2 kali sehari ada 37 orang (71,2%), selalu mandi setelah melakukan
kegiatan di luar seperti pulang dari kampus/ selesai berolahraga ada 38 orang
(73,1%), mandi dengan menggunakan sabun ada 51 orang (98,1%), selalu
munggunakan peralatan mandi (sabun, sponge, handuk) sendiri ada 40 orang
(76,9%), tidak meminjamkan peralatan mandi (sabun, sponge, handuk) kepada
teman ada 31 orang (59,6%), selalu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam
sehari ada 40 orang (76,9%), selalu mengganti pakaian dalam setiap sesudah
mandi ada 49 orang (94,2), selalu menjemur handuk di bawah terik matahari ada
19 orang (36,5%), selalu memotong kuku tangan ada 26 orang (50,0%), selalu
mencuci tangan pakai sabun sebelum makan ada 12 orang (23,1%), selalu
mencuci kaki sebelum tidur ada 7 orang (13,5%), selalu mencuci rambut pakai
sampo minimal 2 kali seminggu ada 35 orang (67,3%), selalu mencuci pakaian
Universitas Sumatera Utara
59
sampai bersih dengan detergen ada 49 orang (94,2%), mencuci sprei alas tidur
minimal sekali seminggu ada 13 orang (25,0%).
Berdasarkan penghitungan skor tindakan responden di rumah kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang personal hygiene
dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.7
di bawah ini:
Tabel 4.7 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Penghuni
Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Kategori Tindakan n %
Baik
Tidak Baik
31
21
59,6
40,4
Berdasarkan tabel 4.7 bahwa tindakan responden di rumah kos lingkungan
VIII tentang personal hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak 31 orang
(59,6%) dan kategori tidak baik ada 21 orang (40,4%).
4.2.3 Perilaku Sanitasi Dasar
4.2.3.1 Pengetahuan
Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan
Pengetahuan n %
1. Air yang bagaimana yang memenuhi syarat kualitas fisik air bersih
a. Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, suhunya normal dan
kekeruhan dapat ditoleransi
b. Jernih dan dapat diminum
c. Tidak tahu
2. Frekuensi membersihkan bak air bersih
a. Seminggu sekali
b. 2 minggu sekali
c. Bila ingat saja
3. Jenis jamban yang paling baik adalah jamban leher angsa dan
memiliki septi tank
40
10
2
19
11
22
76,9
19,2
3,8
36,5
21,2
42,3
Universitas Sumatera Utara
60
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Tahu
4. Saluran pembuangan air limbah yang baik
a. Tertutup
b. Terbuka dan dialirkan ke saluran umum
c. Tanah
5. Sampah organik dan anorganik
a. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup dan sampah anorganik adalah sampah yang bukan berasal
dari makhluk hidup dan biasanya dapat didaur ulang
b. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup dan sampah organik adalah sampah yang bukan berasal
dari makhluk hidup dan biasanya dapat didaur ulang
c. Tidak tahu
6. Tempat pembuangan sampah organik dan anorganik
a. Dipisahkan
b. Disatukan
c. Tidak tahu
7. Sampah yang dibuang sembarangan dapat membuat parit
tersumbat, menimbulkan bau dan penyakit
a. Ya
24
2
26
38
10
4
33
14
5
35
1
16
52
46,2
3,8
50,0
73,1
19,2
7,7
63,5
26,9
9,6
67,5
1,9
30,8
100,0
Berdasarkan tabel 4.8 responden yang mengetahui syarat kualitas fisik air
bersih adalah tidak berbau, berasa, tidak berwarna, suhunya normal dan kekeruhan
dapat ditoleransi ada 40 orang (76,9%), mengetahui sebaiknya membersihkan bak
air bersih seminggu sekali ada 19 orang (36,5%), mengetahui jenis jamban yang
paling baik adalah jamban leher angsa ada 24 orang (46,2%), mengetahui saluran
air limbah yang baik adalah tertutup ada 38 orang (73,1%), mengetahui tentang
sampah organik dan anorganik ada 33 orang (63,8%), mengetahui sampah organik
dan anorganik sebaiknya dipisahkan ada 35 orang (67,3%), mengetahui sampah
yang dibuang sembarangan dapat membuat parit tersumbat, menimbulkan bau dan
penyakit ada 52 orang (100 %).
Universitas Sumatera Utara
61
Berdasarkan penghitungan skor pengetahuan responden di rumah kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang sanitasi dasar
dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.9
di bawah ini:
Tabel 4.9 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan
Kategori Pengetahuan n %
Baik
Tidak Baik
23
29
44,2
55,8
Berdasarkan tabel 4.9 bahwa pengetahuan responden di rumah kos
lingkungan VIII tentang sanitasi dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 23
orang (44,2%) dan kategori tidak baik ada 29 orang (55,8%).
4.2.3.2 Sikap
Tabel 4.10 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di Beberapa
Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Sikap Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
n % n % n %
1. Sebaiknya membersihkan bak air
bersih minimal seminggu sekali
2. Sebaiknya menggunakan air
bersih untuk kebutuhan mandi,
mencuci dll
3. Sebaiknya ada tempat sampah di
dalam kamar kos.
4. Sebaiknya tempat pembuangan
sampah tidak dekat dengan
sumber air minum atau sumber
air lainnya yang digunakan untuk
mencuci, mandi, dll
5. Sebaiknya tempat pembuangan
sampah organik dan anorganik
dipisahkan
36
49
20
50
52
69,2
94,2
38,5
96,2
100,0
16
3
16
0
0
30,8
5,8
30,8
0
0
0
0
16
2
0
0
0
30,8
3,8
0
Universitas Sumatera Utara
62
Berdasarkan tabel 4.10 responden yang setuju membersihkan bak air
bersih minimal seminggu sekali ada 36 orang (69,2%), setuju menggunakan air
bersih untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan lain-lain ada 49 orang (94,2%),
setuju sebaiknya ada tempat sampah di dalam kamar kost ada 20 orang (38,5%),
setuju sebaiknya tempat pembuangan sampah tidak dekat dengan sumber air
minum atau sumber air lainnya yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan
sebagainya ada 50 orang (96,2%), setuju sebaiknya pembuangan sampah organik
dan anorganik dipisahkan ada 52 orang (100%).
Berdasarkan penghitungan skor sikap responden di rumah kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang sanitasi dasar dikategorikan baik
dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:
Tabel 4.11 Kategori Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di Beberapa
Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Kategori Sikap n %
Baik
Tidak Baik
45
7
86,5
13,5
Berdasarkan tabel 4.11 bahwa sikap responden di rumah kos Lingkungan
VIII tentang sanitasi dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 45 orang (86,5%),
dan kategori tidak baik ada 7 orang (13,5%).
Universitas Sumatera Utara
63
4.2.3.3 Tindakan
Tabel 4.12 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Bebarapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan
Tindakan Selalu Kadang-
kadang
Tidak
pernah
n % n % n %
1. Menggunakan air bersih untuk
keperluan mandi, mencuci, dan
kakus (MCK)
2. Plastik pembungkus, pembalut,
atau benda lain tidak dibuang ke
lubang/saluran WC
3. Membersihkan WC setelah
BAB/BAK
4. Membuang sampah pada tempat
sampah
5. Memisahkan sampah organik
dengan sampah anorganik
6. Sampah cuci piring tidak dibuang
ke lubang/ saluran pembuangan
kamar mandi
52
40
23
44
5
18
100,0
76,9
44,2
84,6
9,6
34,6
0
5
15
8
14
25
0
9,6
28,8
15,4
26,9
48,1
0
7
14
0
33
9
0
13,5
26,9
0
63,5
17,3
Berdasarkan tabel 4.12 responden yang selalu menggunakan air bersih
untuk keperluan mandi, mencuci, dan kakus (MCK) ada 52 orang (100%), tidak
pernah membuang plastik pembungkus, pembalut, atau benda lain ke lubang atau
saluran WC ada 40 orang (76,9%), selalu membersihkan WC setelah BAB/BAK
ada 23 orang (44,2%), selalu membuang sampah pada tempat sampah ada 44
orang (84,6%), selalu memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik ada
5 orang (9,6%), tidak pernah membuang sampah cuci piring ke lubang/ saluran
kamar mandi ada 18 orang (34,6%).
Berdasarkan penghitungan skor tindakan responden di rumah kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang sanitasi dasar
Universitas Sumatera Utara
64
dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel
4.13 di bawah ini:
Tabel 4.13 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di
Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan
Kategori Tindakan N %
Baik
Tidak Baik
21
31
40,4
59,6
Berdasarkan tabel 4.13 bahwa tindakan responden di rumah kos
Lingkungan VIII tentang sanitasi dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 21
orang (40,4%) dan kategori tidak baik ada 31 orang (59,6%).
4.2.4 Komponen Fisik
Tabel 4.14 Hasil Observasi Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah
Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Komponen Fisik n %
Langit-Langit
1. Ada, kotor, sulit dibersihkan
2. Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan
Dinding
1. Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu
yang tidak diplester/ papan yang tidak kedap air
2. Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester)
papan kedap air
Lantai
1. Diplester/ ubin/ keramik/ papan (rumah panggung)
Jendela Kamar Tidur
1. Tidak Ada
2. Ada
Ventilasi
1. Tidak Ada
2. Ada, luas ventilasi <10% dari luas lantai
3. Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai
Pencahayaan Alami
1. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca
2. Kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca
dengan normal
3. Terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan
normal
27
25
37
15
52
16
36
9
22
21
6
41
5
51,9
48,1
71,2
28,8
100,0
30,8
69,2
17,3
42,3
40,4
11,5
78,8
9,6
Universitas Sumatera Utara
65
Berdasarkan tabel 4.14 dari hasil obsevasi ada 27 kamar (51,9%) kost di
Lingkungan VIII yang memiliki langit-langit kotor dan sulit dibersihkan, langit-
langit ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan ada 25 kamar (48,1%), dinding
setengah tembok ada 37 kamar (71,2%), dinding permanen ada 15 kamar
(28,8%), lantai di plester/keramik ada 52 kamar (100%), yang tidak memiliki
jendela kamar tidur ada 16 kamar (30,8%), yang memiliki jendela kamar tidur ada
36 kamar (69,2%), yang tidak memiliki ventilasi ada 9 kamar (17,3%), ventilasi
<10% dari luas lantai ada 22 kamar (42,3%), ventilasi >10% dari luas lantai ada
21 kamar (40,4%), pencahayaan tidak terang ada 6 kamar (11,5%), pencahayaan
kurang terang ada 41 kamar (78,8%), pencahayaan terang ada 5 kamar (9,6%).
Berdasarkan penghitungan skor rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan tentang kondisi fisik dikategorikan memenuhi syarat dan
tidak memenuhi syarat. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah
ini:
Tabel 4.15 Kategori Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah Kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Kategori Rumah N %
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
5
47
9,6
90,4
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa kamar yang memenuhi syarat ada
5 kamar (9,6%) dan tidak memenuhi syarat ada 47 kamar (90,4%).
Universitas Sumatera Utara
66
4.2.5 Sarana Sanitasi Dasar
Tabel 4.16 Hasil Observasi Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa
Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Sanitasi Dasar Ya Tidak
n % n %
Air Bersih
1. Sumber air bersih yang digunakan PAM
a. Air PAM jernih
b. Air PAM tidak berasa
c. Air PAM tidak berbau
2. Air bersih selalu ada setiap saat (kontinuitas
air)
3. Apakah kuantitas air selalu cukup (60 liter/
orang/ hari)
Tempat Pembuangan Sampah
1. Tersedia tempat sampah
2. Jenis tempat sampah
a. Keranjang sampah
b. Kantong plastik
c. Ember
3. Tempat sampah dalam kondisi baik
4. Tempat sampah mudah dibersihkan
5. Tempat sampah tertutup
6. Tempat sampah kedap air
7. Terhindar gangguan binatang seperti kucing
8. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam
atau 2/3 bagian telah terisi penuh
9. Tersedia minimal 1 tempat sampah untuk
setiap kamar/ ruangan
10. Terdapat tempat sampah umum di luar kamar
Tempat Pembuangan Sampah Sementara
1. Tersedia tempat pembuangan sampah
sementara
2. Tempat pembuangan sampah sementara bukan
terbuat dari beton
3. Tempat pembuangan sampah sementara
terletak di lokasi yang mudah dijangkau
kendaraan pengangkut
4. Tempat pembuangan sampah sementara
dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam
5. Tempat pembuangan sampah sementara
memiliki tutup.
Pengangkut Sampah
1. Sampah sudah diangkut minimal dalam 3x24
52
43
52
52
52
52
52
16
20
16
52
32
20
36
20
42
7
25
52
52
52
52
0
52
100,0
82,7
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
30,8
38,5
30,8
100,0
61,5
38,5
69,2
38,5
80,8
13,5
48,1
100,0
100,0
100,0
100,0
0
100,0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
32
16
32
10
45
27
0
0
0
0
52
0
0
17,3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38,5
61,5
30,8
61,5
19,2
86,5
51,9
0
0
0
0
100,0
0
Universitas Sumatera Utara
67
jam oleh truk pengangkut sampah
2. Truk pengangkut dilengkapi penutup, minimal
dengan jaring
3. Kapasitas truk dapat menampung sampah yang
akan diangkut
4. Bak truk kedap air sampah
Pembuangan Tinja
1. Tersedia jamban
2. Jenis jamban leher angsa
3. Jarak jamban dengan sumber air bersih >10
meter
4. Sumber air minum jauh dari cemaran tinja
5. Air seni, air pembersih dan penggelontornya
tidak mencemari tanah di sekitarnya
6. Jamban mudah dibersihkan
7. Jamban aman digunakan
8. Konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama
9. Tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam/ sekitar
jamban
10. Lantai jamban bersih
11. Lantai jamban kedap air
12. Lubang jamban dilengkapi penutup
13. Saluran lubang jamban mudah digelontori
14. Tersedia sabun di jamban
15. Jamban dilengkapi bak penampung air
16. Terhindar dari jentik nyamuk
17. Terhindar dari bau tak sedap
18. Konstruksi lantai kuat
19. Mempunyai tempat pijakan yang cukup kuat
20. Mempunyai ventilasi yang cukup
21. Mempunyai penerangan yang cukup
22. Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 1-
10 orang
Pembuangan Air Limbah
1. Mempunyai saluran pembuangan air limbah
2. Saluran pembuangan air limbah tertutup
3. Sumber air minum jauh dari kontaminasi
4. Terhindar dari pencemaran air permukaan
5. Terhindar dari vektor atau serangga penyebab
penyakit
6. Terhindar dari bau atau aroma tidak sedap
7. Lingkungan terhindar dari genangan air limbah
8. Jarak tempat pembuangan akhir >10 meter air
bersih
0
52
52
52
52
0
52
52
52
52
52
52
11
52
0
52
25
52
37
11
52
52
46
37
52
52
52
52
52
52
52
52
52
0
100,0
100,0
100,0
100,0
0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
21,2
100,0
0
100,0
48,1
100,0
71,2
21,2
100,0
100,0
88,5
71,2
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
52
0
0
0
0
52
0
0
0
0
0
0
41
0
52
0
27
0
15
41
0
0
6
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100,0
0
0
0
0
100,0
0
0
0
0
0
0
78,8
0
100,0
0
51,9
0
28,8
78,8
0
0
11,5
28,8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Universitas Sumatera Utara
68
Berdasarkan tabel 4.16 dari hasil observasi diketahui bahwa sumber air
bersih yang digunakan di rumah kost Lingkungan VIII berasal dari PAM. Jika
dilihat dari kualitas fisiknya air PAM tidak berasa, tidak berbau dan terdapat 43
kamar (82,7%) air PAM jernih. Air selalu ada setiap saat dan cukup untuk
kepeluan sehari-hari penghuni rumah kost.
Tersedia tempat pembuangan sampah, berdasar kan jenisnya yang
memakai keranjang sampah ada 16 kamar (30,8%), yang memakai kantong plastik
ada 20 kamar (38,5%) dan yang memakai ember ada 16 kamar (30,8%). Semua
tempat sampah dalam kondisi baik, tempat sampah yang mudah dibersihkan ada
32 kamar (61,5%), tempat sampah tertutup ada 20 kamar (38,5%), tempat sampah
kedap air ada 36 kamar (69,2%), terhindar gangguan binatang seperti kucing ada
20 kamar (38,5%), tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam ada 42 kamar
(80,8%), tersedia minimal 1 tempat sampah untuk setiap kamar/ ruangan ada 7
kamar (13,5%), dan tempat sampah umum di luar kamar ada 25 kamar (48,1%).
Rumah kost di Lingkungan VIII mempunyai tempat pembuangan sampah
sementara yang tidak terbuat dari beton dan tidak memiliki tutup, terletak
ditempat yang mudah dijangkau dan dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam.
Sampah diangkut menggunakan truk pengangkut sampah yang kedap air dan tidak
memiliki tutup, kapasitas truk dapat menampung sampah yang akan diangkut.
Berdasarkan hasil observasi jenis jamban yang digunakan adalah jamban
leher angsa, jarak jamban dengan sumber air bersih <10m. Sumber air minum
jauh dari cemaran tinja, air seni, air pembersih dan penggelontornya tidak
mencemari tanah di sekitarnya, jamban mudah dibersihkanam dan aman
Universitas Sumatera Utara
69
digunakan , konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan
lama, tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam/ sekitar jamban. Lantai jamban
bersih ada 11 kamar (21,2%), lantai jamban kedap air, lubang jamban tidak
dilengkapi penutup, saluran lubang jamban mudah dibersihkan, tersedia sabun di
jamban ada 25 kamar (48,1%), jamban dilengkapi bak penampung air, terhindar
dari jentik nyamuk ada 37 kamar (71,2%), terhindar dari bau tak sedap ada 11
kamar (21,2%). Konstruksi lantai kuat, mempunyai tempat pijakan yang cukup
kuat, mempunyai ventilasi yang cukup ada 46 kamar (88,5%), mempunyai
penerangan yang cukup ada 37 kamar (71,2%), kapasitas jamban minimal 1
jamban untuk 1-10 orang.
Berdasarkan hasil observasi pembuangan air limbah di rumah kos
Lingkungan VIII semua mempunyai saluran pembuangan air limbah, saluran
pembuangan air limbah tertutup, sumber air minum jauh dari kontaminasi,
terhindar dari pencemaran air permukaan, terhindar dari vektor atau serangga
penyebab penyakit, terhindar dari bau atau aroma tidak sedap, lingkungan
terhindar dari genangan air limbah dan jarak tempat pembuangan akhir >10 meter
air bersih.
Berdasarkan perhitungan skor sanitasi dasar rumah kos di Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan dikategorikan memenuhi syarat dan tidak
memenuhi syarat. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.17 di bawah ini:
Tabel 4.17 Kategori Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa Rumah Kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Kategori Sarana Sanitasi Dasar n %
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
27
25
51,9
48,1
Universitas Sumatera Utara
70
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui rumah kos dengan sanitasi dasar yang
memenuhi syarat ada 27 kamar (51,9%) dan yang tidak memenuhi syarat ada 25
kamar (48,1%).
4.2.6 Keluhan Kesehatan
Tabel 4.18 Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Keluhan Kesehatan n %
Gatal-gatal pada kulit
Gangguan pencernaan/diare
Gangguan pernafasan
Tidak mengalami keluhan
19
6
2
25
36,5
11,5
3,8
48,1
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa responden yang mengalami
keluhan gatal-gatal pada kulit ada 19 orang (36,5%), yang mengalami gangguan
pencernaan/diare ada 6 orang (11,5%), yang mengalami gangguan pernafasan ada
2 orang (3,8%), yang tidak mengalami keluhan kesehatan ada 25 orang (48,1%).
Berdasarkan perhitungan keluhan kesehatan responden rumah kos di
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan dikategorikan mengalami keluhan
kesehatan dan tidak mengalami keluhan kesehatan. Hasil penelitiannya dapat
dilihat pada tabel 4.19 di bawah ini:
Tabel 4.19 Kategori Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos
Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan
Kategori Keluhan Kesehatan n %
Mengalami keluhan
Tidak mengalami keluhan
27
25
51,9
48,1
Universitas Sumatera Utara
71
Berdasarkan tabel 4.19 diketahui responden yang mengalami keluhan
kesehatan ada 27 orang (51,9%) dan yang tidak mengalami keluhan kesehatan ada
25 orang (48,1%).
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen. Data disajikan dalam bentuk
tabel frekuensi dengan analisis statistik chi-square. Adanya hubungan yang
bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan
dengan nilai p < 0,05.
4.3.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian keluhan
kesehatan penghuni di beberapa rumah kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel 4.20 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Keluhan Kesehatan Total Nilai p
Perilaku Ya Tidak
n % n % n %
Pengetahuan
Baik
Tidak baik
12
15
23,1
28,8
17
8
32,7
15,4
29
23
55,8
44,2
0,087
Sikap
Baik
Tidak baik
25
2
48,1
3,8
25
0
48,1
0
50
2
96,2
3,8
0,491
Tindakan
Baik
Tidak baik
12
15
23,1
28,8
19
6
36,5
11,5
31
21
59,6
40,4
0,020
Universitas Sumatera Utara
72
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.20 pengetahuan pesonal hygiene
yang baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII mengalami keluhan
kesehatan sebanyak 12 orang (23,1%), sedangkan kategori pengetahuan personal
hygiene yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 15 orang
(28,8%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan personal
hygiene dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.
Sikap pesonal hygiene yang baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan
VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 52 orang (48,1%), sedangkan
kategori sikap personal hygiene yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 2 orang (3,8%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara sikap personal hygiene
dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.
Tindakan pesonal hygiene yang baik pada penghuni rumah kos di
Lingkungan VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 12 orang (23,1%),
sedangkan kategori tindakan personal hygiene yang tidak baik mengalami
keluhan kesehatan sebanyak 15 orang (28,8%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p <0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan personal hygiene
Universitas Sumatera Utara
73
dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.
4.3.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Hubungan antara perilaku sanitasi dasar dengan kejadian keluhan
kesehatan penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan
Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.21 sebagai berikut:
Tabel 4.21 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Keluhan Kesehatan Total Nilai p
Perilaku Ya Tidak
n % n % n %
Pengetahuan
Baik
Tidak baik
11
16
21,2
30,8
12
13
23,1
25,0
23
29
44,2
55,8
0,598
Sikap
Baik
Tidak baik
21
6
40,4
11,5
24
1
46,2
1,9
45
7
86,5
13,5
0,101
Tindakan
Baik
Tidak baik
5
22
9,6
42,3
16
9
30,8
17,3
21
31
40,4
59,6
0,001
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.21 pengetahuan sanitasi dasar yang
baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 11 orang (21,2%), sedangkan kategori perilaku sanitasi dasar yang tidak
baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 16 orang (30,8%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan sanitasi dasar
Universitas Sumatera Utara
74
dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.
Sikap sanitasi dasar yang baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan
VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 21 orang (40,4%), sedangkan
kategori sikap sanitasi dasar yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 6 orang (11,5%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara sikap sanitasi dasar
dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII
Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.
Tindakan sanitasi dasar yang baik pada penghuni rumah kos di
Lingkungan VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 5 orang (9,6%),
sedangkan kategori tidakan sanitasi dasar yang tidak baik mengalami keluhan
kesehatan sebanyak 22 orang (42,3%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p <0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan sanitasi dasar dengan
keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
75
4.3.3 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Tabel 4.22 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Keluhan Kesehatan Total Nilai p
Komponen Fisik Rumah Ya Tidak
n % n % n %
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi Syarat
1
26
1,9
50,0
4
21
7,7
40,4
5
47
9,6
90,4
0,183
.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.22 komponen fisik yang memenuhi
syarat pada rumah kos di Lingkungan VIII responden yang mengalami keluhan
kesehatan sebanyak 1 orang (1,9%), sedangkan rumah kos yang tidak memenuhi
syarat, responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 26 orang (50,0%)
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara komponen fisik dengan
keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
76
4.3.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Tabel 4.23 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan
Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan
VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017
Keluhan Kesehatan Total Nilai p
Sarana Sanitasi Dasar Ya Tidak
n % n % n %
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi Syarat
14
13
26,9
25,0
13
12
25,0
23,1
27
25
51,9
48,1
0,991
.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.23 sanitasi dasar yang memenuhi
syarat pada rumah kos di Lingkungan VIII yang mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 14 orang (26,9%), sedangkan sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat
mengalami keluhan kesehatan sebanyak 13 orang (25,0%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara sanitasi dasar dengan
keluhan kesehatan penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan Padang
Bulan Medan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
77
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Tidak ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene dengan keluhan
kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari
Uji chi-square di dapat p value( 0,087) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.
Penghuni dengan pengetahuan personal hygiene yang baik mengalami keluhan
kesehatan sebanyak 12 orang (23,1%) dan yang tidak baik mengalami keluhan
kesehatan sebanyak 15 orang (28,8%). Penghuni rata-rata sudah memiliki
pengetahuan tentang personal hygiene yang baik seperti, pinjam-meminjam
pakaian berpengaruh terhadap kesehatan kulit, pakaian sebaiknya dijemur di
bawah terik matahari.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ade (2014) mengenai hubungan personal hygiene dengan keluhan kulit pada
pemulung dan fasilitas sanitasi di TPA Terjun yang menunjukkan pengetahuan
tentang personal hygiene, kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki dan kuku dan
kebersihan rambut mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan kulit pada
responden.
Tidak ada hubungan antara sikap personal hygiene dengan keluhan
kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari
Uji chi-square di dapat p value( 0,491) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.
Universitas Sumatera Utara
78
Penghuni dengan sikap personal hygiene yang baik mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 25 orang (48,1%) dan yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 2 orang (3,8%). Penghuni dengan sikap personal hygiene yang baik
lebih banyak mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan sikap personal
hygiene responden yang tidak baik. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor lain
yang menyebabkan responden mengalami keluhan kesehatan misalnya sikap
personal hygiene sudah baik tetapi tindakan responden dalam melakukan
personal hygiene kurang baik.
Ada hubungan antara tindakan personal hygiene dengan keluhan kesehatan
pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-
square di dapat p value( 0,020) lebih kecil dari 0,05 maka Ho diterima. Penghuni
dengan tindakan personal hygiene yang baik mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 12 orang (23,1%) sedangkan tindakan personal hygiene responden yang
tidak baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 15 orang (28,8%). Masih
banyak penghuni yang jarang menjemur handuk yang telah dipakai di bawah terik
matahari, rata-rata penghuni hanya menggantungkan handuk yang sudah dipakai
di dalam kamar, kuku tangan dibiarkan panjang dan jarang dipotong, apalagi kuku
tangan penghuni perempuan, jarang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
dan jarang mencuci sprei alas tidur minimal 1 kali seminggu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agsa
(2012) mengenai hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan
keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai yang menunjukkan adanya hubungan
Universitas Sumatera Utara
79
kebersihan tangan dan kuku, kebersihan pakaian, kebersihan handuk dan
kebersihan tempat tidur dan sprei dengan keluhan penyakit kulit.
Menurut Harahap (1990), faktor risiko penyakit kulit diantaranya perilaku
hidup bersih dan sehat, kondisi sanitasi lingkungan, ketersediaan sumber air bersih,
kebersihan badan, kuku, kulit, pakaian dan kondisi tempat tidur. Penularan penyakit
kulit dapat melalui komponen lingkungan yang berisi agen penyakit serta senantiasa
berinteraksi dengan manusia adalah air, udara, pangan, binatang dan serangga penular
penyakit serta manusia itu sendiri.
5.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Tidak ada hubungan antara pengetahuan sanitasi dasar dengan keluhan
kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari
Uji chi-square di dapat p value( 0,598) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.
Penghuni dengan pengetahuan sanitasi dasar yang baik mengalami keluhan
kesehatan sebanyak 11 orang (21,2%) dan yang tidak baik yaitu sebanyak 16
orang (30,8%). Rata-rata penghuni rumah kos di Lingkungan VIII tahu bagaimana
air yang memenuhi syarat kualitas fisik air bersih. Tapi masih banyak penghuni
yang memiliki pengetahuan sanitasi yang tidak baik seperti frekuensi
membersihkan bak air bersih dan jenis jamban yang paling baik.
Berkaitan dengan pernyataan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku
sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan, banyak faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keluhan kesehatan penghuni rumah kos Lingkungan VIII. Faktor-
faktor tersebut misalnya kebiasaan memasak, seperti cara mencuci bahan-bahan
Universitas Sumatera Utara
80
yang mau dimasak, wadah tempat mencuci dan air yang digunakan untuk mencuci
bahan-bahan yang akan dimasak, semua bisa menjadi sarana penularan penyakit.
Tidak ada hubungan antara sikap sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan
pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-
square di dapat p value( 0,101) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak. Penghuni
dengan sikap sanitasi dasar yang baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 21
orang (23,1%) dan yang tidak baik yaitu sebanyak 6 orang (11,5%). Rata-rata
penghuni sudah memiliki sikap sanitasi dasar yang baik seperti, tempat
pembuangan sampah tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air
lainnya yang digunakan untuk mencuci, mandi, dll dan juga sebaiknya tempat
pembuangan sampah organik dan anorganik dipisahkan
Ada hubungan antara tindakan sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan
pada penghuni kamar kost di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-
square di dapat p value( 0,001) lebih kecil dari 0,05 maka Ho diterima. Penghuni
dengan tindakan sanitasi dasar yang baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak
5 orang (9,6%) dan yang tidak baik yaitu sebanyak 22 orang (42,3%). Tindakan
penghuni rumah kos tentang sanitasi dasar masih banyak yang tidak baik karena
masih banyak penghuni yang tidak memisahkan sampah organik dengan sampah
anorganik, tapi hal ini juga karena kurangnya penyediaan tempat sampah di rumah
kost. Masih banyak juga penghuni yang membuang sampah cuci piring ke lubang/
saluran pembuangan kamar mandi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi
(2010), mengenai hubungan kondisi fasilitas sanitasi dasar dan personal hygiene
Universitas Sumatera Utara
81
dengan kejadian diare yang menunjukkan adanya hubungan sumber air minum (p
= 0,009), sarana pembuangan sampah (p = 0,031), kebiasaan mencuci tangan
setelah buang air besar (p = 0,027) dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
(p = 0,027) dengan kejadian diare.
5.3 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Tidak ada hubungan antara komponen fisik rumah dengan keluhan
kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari
Uji chi-square di dapat p value(0,183) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.
Dilihat dari lembar observasi komponen fisik rumah diketahui bahwa penghuni
dengan komponen fisik rumah yang memenuhi syarat mengalami keluhan
kesehatan sebanyak 1 orang (1,9%) dan penghuni dengan kategori komponen fisik
rumah tidak memenuhi syarat mengalami keluhan kesehatan sebanyak 26 orang
(50,0%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Juniettha
(2013), mengenai hubungan kondisi fisik rumah nelayan dengan keluhan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Lingkungan Pintu Angin yang
mengatakan tidak ada hubungan ventilasi p = 0,07, lantai p = 0,613, dinding
0,322, dan langit-langit p = 0,119 dengan kejadian ISPA
Masih banyak komponen fisik rumah kos di Lingkungan VIII yang tidak
memenuhi syarat rumah sehat seperti langit-langit rumah kost yang kotor dan sulit
dibersihkan karena langit-langit rumah letaknya diatas sehingga jarang menjadi
Universitas Sumatera Utara
82
perhatian penghuni rumah kos. Dinding rumah kos setengah tembok dan
setengahnya lagi triplek, banyak faktor yang membuat rumah kos setengah
tembok dan setengah triplek salah satunya adalah kekurangan dana dalam
membangun rumah kost.
Ventilasi rumah kos di Lingkungan VIII juga bermacam-macam
bentuknya mulai dari yang memenuhi syarat sampai yang tidak memenuhi syarat
seperti rumah kos yang hanya menggunakan kawat kasa sebagai ventilasi kamar,
luas ventilasinya >10% luas lantai tapi udara dan cahaya alami yang masuk tidak
cukup karena lubang pada kawat kasa begitu halus, sehingga butuh jendela untuk
sirkulasi udara. Ada luas ventilasi rumah kos <10% luas lantai karena hanya
menggunakan ventilasi jenis loster (lubang ventilasi di dinding). Ventilasi jenis
loster ini bentuknya kecil sehingga sirkulasi udara yang masuk juga terbatas.
Tanpa bantuan jendela, kamar kos sangat pengap jika hanya menggunakan kawat
kasa dan loster sebagai ventilasi.
Rumah kos yang tidak memiliki jendela juga masih ada sehingga udara
dan cahaya alami tidak masuk ke dalam rumah dan penerangan di rumah juga
kurang. Rumah kos di Lingkungan VIII sangat padat dan pembangunannya juga
rapat-rapat, sehingga sulit untuk membuat jendela kamar.
Rata-rata rumah kos di Lingkungan VIII pencahayaannya sangat kurang
karena ventilasi dan jendela kamar yang tidak memenuhi syarat fisik rumah
sehingga butuh lampu sebagai penerangan di dalam kamar. Udara di dalam kamar
juga sangat pengap, apalagi ada penghuni kamar kos yang tinggal berdua di dalam
satu kamar padahal luas kamar tidak mencukupi untuk ditempati dua orang.
Universitas Sumatera Utara
83
Dengan bantuan kipas angin, sirkulasi udara di kamar kos menjadi tidak terlalu
pengap lagi.
Lantai rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan semen dan
keramik. Penghuni rumah kos setiap hari menyapu lantai rumah tetapi jarang
mengepel lantai. Bahkan rata-rata penghuni laki-laki hanya seminggu sekali
mengepel lantai dengan alasan tidak terlalu kotor dan mereka jarang ada di rumah
kos sehingga rumah tidak terlalu kotor. Sebagian penghuni rumah kos juga merasa
mengepel lantai memakan waktu lebih lama dari pada menyapu lantai sehingga
mereka tidak sempat untuk mengerjakannya. Menurut penghuni rumah kos
mengepel lantai juga tidak perlu dilakukan setiap hari karena tidak terlalu
berpengaruh terhadap kesehatan.
Komponen fisik rumah tidak berpengaruh terhadap keluhan kesehatan
penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Banyak faktor yang menyebabkan salah
satunya faktor dari luar rumah, karena kebanyakan penghuni adalah mahasiswa
sehingga jarang di rumah, lebih banyak kegiatan di luar, sebagian besar penghuni
menjadikan rumah kost hanya tempat untuk tidur saja dan tempat istirahat di hari
libur. Faktor lain seperti perilaku penghuni dalam menjaga kesehatannya dan juga
faktor pendukung seperti penyediaan sarana dan prasarana dalam mewujudkan
kesehatan penghuni rumah kost.
Universitas Sumatera Utara
84
5.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan Kesehatan
Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Di Lingkungan VIII Kelurahan
Padang Bulan Medan Tahun 2017
Tidak ada hubungan antara sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan
penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-square di
dapat p value( 0,991) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak. Dilihat dari lembar
observasi sanitasi dasar rumah diketahui bahwa penghuni dengan kategori sanitasi
dasar yang memenuhi syarat mengalami keluhan kesehatan sebanyak 14 orang
(26,9%) dan penghuni dengan kategori sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat
yaitu sebanyak 13 orang (25,0%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi
(2010), mengenai hubungan kondisi fasilitas sanitasi dasar dan personal hygiene
dengan kejadian diare yang menunjukkan keberadaan jamban (p=0,195), sanitasi
jamban (p=0,117), SPAL (p=0,900), kebiasaan BAB (p=0,079), pengelolaan air
minum (p=0,753) dan pengelolaan air limbah (p=0,093) tidak ada hubungannya
dengan kejadian diare.
Rumah kos di Lingkungan VIII sudah menggunakan air PAM, airnya
jernih, tidak berbau dan tidak berasa, hanya beberapa rumah saja yang airnya
tidak jernih. Tapi sarana sanitasi tempat pembuangan sampah masih kurang
karena masih banyak penghuni rumah kost yang menjadikan plastik sebagai
tempat sampah, tempat pembuangan sampah sementara juga jauh dari rumah kos
sehingga penghuni malas untuk membuang ke tempat pembuangan sampah
Universitas Sumatera Utara
85
sementara. Kamar mandi umum yang digunakan penghuni juga tidak terjaga
kebersihannya sehingga menimbulkan bau dan kotor.
Ketersediaan sarana sanitasi dasar tidak berpengaruh terhadap keluhan
kesehatan karena banyak faktor yang menyebabkan. Salah satunya seperti, tempat
sampah penghuni rumah kos terletak di luar rumah jadi walaupun sampah
berserakan atau tidak dibuang-buang sampai penuh tidak terkontaminasi ke dalam
rumah kos. Begitu juga kamar mandi umum yang digunakan penghuni juga tidak
kamar mandi pribadi yang letaknya di dalam kamar, jadi bau nya tidak sampai
masuk ke dalam kamar kos.
Universitas Sumatera Utara
86
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan responden di rumah kos Lingkungan VIII tentang personal
hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak 29 orang (55,8%) dan tidak
baik ada 23 orang (44,2%), sikap yang baik sebanyak 50 orang (96,2%)
dan tidak baik 2 orang (3,8%), tindakan yang baik sebanyak 31 (59,6%)
orang dan tidak baik 21 orang (40,4%)
2. Pengetahuan responden di rumah kos Lingkungan VIII tentang sanitasi
dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 23 orang (44,2%) dan tidak
baik 29 orang (55,8%), sikap yang baik sebanyak 45 (86,5%) orang dan
tidak baik 7 orang (13,5%), tindakan yang baik sebanyak 21 (40,4%)
orang dan tidak baik 31 orang (59,6%)
3. Komponen fisik rumah kos yang memenuhi syarat sebanyak 5 kamar
(9,6%) dan tidak memenuhi syarat 47 kamar (90,4%), kelengkapan sarana
sanitasi dasar rumah kos yang memenuhi syarat sebanyak 27 (51,9%)
kamar dan tidak memenuhi syarat 25 kamar (48,1%)
4. Responden yang mengalami keluhan kesehatan gatal-gatal pada kulit
sebanyak 19 orang (36,5%), gangguan pencernaan/diare sebanyak 6 orang
(11,5%), gangguan pernafasan sebanyak 2 orang (3,8%) dan yang tidak
mengalami keluhan kesehatan sebanyak 25 orang (48,1%)
Universitas Sumatera Utara
87
5. Variabel yang berhubungan dengan keluhan kesehatan pada responden
adalah tindakan personal hygiene (p = 0,020) dan tindakan sanitasi dasar
(p = 0,001) variabel yang lainnya tidak berhubungan
6.2 Saran
1. Bagi penghuni kamar kos diharapkan agar lebih memperhatikan personal
hygiene seperti menjemur handuk yang telah dipakai dibawah terik
matahari, kuku tangan tidak dibiarkan panjang, mencuci tangan pakai
sabun sebelum makan, mencuci kaki sebelum tidur dan mencuci sprei
minimal satu kali seminggu
2. Bagi penghuni rumah kos diharapkan agar lebih memperhatikan sanitasi
rumah kost seperti membersihkan kamar mandi setelah dipakai buang air
besar/buang air kecil agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan
sampah cuci piring tidak dibuang ke lubang/ saluran pembuangan kamar
mandi
3. Bagi penghuni rumah kost diharapkan agar lantai yang sudah memenuhi
syarat agar dijaga kebersihannya
4. Bagi penghuni rumah kos agar segera memeriksakan diri ke puskesmas
atau rumah sakit jika mengalami keluhan kesehatan
5. Bagi pemilik rumah kos diharapkan agar lebih memperhatikan komponen
fisik dan kelengkapan sarana sanitasi kamar kos seperti jendela kamar
tidur sehingga cahaya alami masuk kedalam kamar, ventilasi kamar >10%
dari luas lantai dan penyedian tempat pembuangan sampah
Universitas Sumatera Utara
88
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, 2014. Hubungan Status Imunisasi Dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Balita Sakit (1-5 Tahun) Di Puskesmas
Teladan Medan. Skripsi. Sumatera Utara.
Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Ditjend PPM dan PL. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat Pengawasan
Kualitas Air. Jakarta: Depkes RI.
, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Rineka Cipta
Fadhillah, H., 2015. Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene
dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar,
serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU
Tahun 2014. Skripsi. Medan: FKM Universitas Sematera Utara
Gata, Y.P., 2012. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan
Asrama Mahasiswa “Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta” di
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Atmajaya
Yogyakarta
Hawa, M.D., 2015. Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni
Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan
Selayang Tahun 2013. Skripsi. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara
Irianto, K., 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular
Panduan Klinis. Alfabeta. Bandung.
Isgiyanto, Awal., 2009. Teknik Pengembilan Sampel Pada Penelitian Non-
Eksperimental. Mitra Cendikia. Jogjakarta.
Keman, Soedjajadi.,2005. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan
Pemukiman. Kesehatan Perumahan: 29-42
Kementerian Perumahan Rakyat. 2014. Kemenpera Peraturan Pemerintah
No.4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun. Diakses pada tanggal 30
Januari 2017
Keputusan Menteri Kesehatan RI, 1999. Keputusan Menteri Kesehatan
No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Rumah Sehat
Universitas Sumatera Utara
89
, 2014. Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat No.9/PERMEN/M/2008. Diakses pada tanggal 30
Januari 2017
Kusnoputranto, H., 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia
Lita, S., 2005. Prilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Scabies Di
Pondok Pesantren Ulummu Qur’an Stabat. USU. Press. Medan
Maryunani, A., 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). In Jakarta:
CV. Trans Info Media, pp. 30–56.
Mubarak, W.; Chayantin, N., 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Mukono, H.J., 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press
Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S., 2007. Pendidikan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugraheni, Devi., 2012. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar Dan
Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Di Kecamatan Semarang
Utara Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor
2 : 922-933
Paramitha, Ade., 2014. Hubungan Personal Hygiene Keluhan Kulit Pada
Pemulung Dan Fasilitas Sanitasi Di TPA Terjun Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Medan : USU
Rangkuti, A.F., 2012. Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal
hygiene, Sanitasi Dasar Perumahan Sehat serta Keluhan Kesehatan
Kulit di Asrama Putra USU. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU
Rizkiyanto, Muhammad., 2015. Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar
dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014).
Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang
Universitas Sumatera Utara
90
Safira, S., 2015. Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi
Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I
Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan
Tahun 2015
Sihombing, G.H., 2016. Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, serta Keluhan
Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata
Laguboti Toba Samosir Tahun 2016
Slamet, J., 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
, 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)., 2012. Keluhan Kesehatan:
Badan Pusat Statistik
Suyono dan Budiman., 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks
Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta
Sylvia, Junietta., 2013. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan Dengan
Keluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Lingkungan Pintu Air Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga
Utara Kota Sibolga Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Medan :
USU
Tarwoto.; Wartonah., 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Wakidi, P.P., 2016. Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah,
Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa
Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun
Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Data Jumlah Rumah Kos
Jumlah Rumah Kos yang Ada Di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017
No Nama Pemilik/Penanggungjawab Alamat Jumlah
Kamar
1 Dale S. Milala Jl. Jamin Ginting No. 202 10
2 Suganda Ginting Jl. Jamin Ginting No. 204 7
3 Faham Pinem Jl. Jamin Ginting Gg Juhar No.2 7
4 Josua Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Juhar No. 10 6
5 N. Tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Juhar No. 11 20
6 Pawen Br Sitepu Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Sempit No. 8 15
7 Sanggup Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Bersama No. 1 8
8 P.Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Bersama No. 2 6
9 Kebun Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Bersama No. 5 6
10 Setiamin Br Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Jaya No. 1 6
11 Tani Sinuraya Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Jaya No. 11 8
12 T.Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Jaya No. 19 20
13 Dumaria Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 2 19
14 Nongku Sinuraya Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 3 8
15 M. Syafrial Sinaga Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 4 5
16 Pristiwa Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 5 6
17 Ngukurken Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 6 13
18 Hendra Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 7 7
19 Ridwan Tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 11 8
20 Longge tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 15 12
21 Jefri Barus Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 16 10
22 Sinuraya Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 18 3
23 Sialoho Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 20 15
24 Syamsir Sinamela Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 23 8
25 Johanes Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 24/26 15
26 Asmin Barus Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 27 13
Universitas Sumatera Utara
No Nama Pemilik/Penanggungjawab Alamat Jumlah
Kamar
27 Suntuk Sebayang Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 28/30 8
28 Julua Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 35/45 13
29 Maseidah Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 41 8
30 Surchan Bukit Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No.69/91 24
31 Rosni Tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 75 10
32 Simanjuntak Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 85 8
33 Drs Salam Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 25 6
34 Edimaha Jl. Jamin Ginting No. 240 10
35 Dr. Rehulina Jl. Jamin Ginting No. 244 10
36 Gurusinga Jl. Jamin Ginting No. 248 8
37 Yohana Silalahi Jl. Jamin Ginting No. 274 13
38 Amin Barus Jl. Jamin Ginting No. 272 8
39 Salman Jl. Jamin Ginting Gg Sarman No. 18 5
40 N. Sembiring Gg Keluarga No. 2 7
41 Giran Setiawan Gg Keluarga No. 4 7
42 Hj. Ruminah Gg Keluarga No. 6 6
43 Sarbini Gg Keluarga No. 8 6
44 T. Sitepu Gg Keluarga No. 14 6
45 H.S Brahmana Gg Keluarga No. 18 5
46 Trip Tarigan Gg Keluarga No. 22 10
47 Rita Sembiring Gg Keluarga No. 24 6
48 S. Sembiring Gg Keluarga No. 26 6
49 B. Perangin angin Gg Keluarga No. 28 6
50 Sebayang Gg Sahabat No. 1 20
51 Mj. Saleh Pahan Gg Sahabat No. 6 7
52 Ersada Tarigan Komplek Pamen No. 22 5
53 Ersada Tarigan Komplek Pamen No. 24 14
54 Nangat Tarigan Komplek Pamen No. 28 10
55 Rimbun Tarigan Jl. Jamin Ginting No. 307 10
56 Rajin Jl. Jamin Ginting No. 311 10
57 Deliana Jl. Jamin Ginting Gg Sumber Dame 20
Universitas Sumatera Utara
No Nama Pemilik/Penanggungjawab Alamat Jumlah
Kamar
58 Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 2 8
59 S. Sebayang Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 4 10
60 Natal Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 8 10
61 Jon Ferigogot Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 14 20
62 Martalena Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 20 20
63 P. Tarigan Jl. Jamin Ginting No. 335 10
64 Aris Camera Jl. Jamin Ginting No. 333 5
65 Jan Saragih Jl. Jamin Ginting No. 331 10
66 Samtana Jl. Jamin Ginting No. 329 10
67 Sabar S Jl. Jamin Ginting No. 386 20
68 R. Tarigan Jl. Jamin Ginting No. 392 20
69 T. Sinulingga Jl. Jamin Ginting Gg Sumber Nongko 16
70 J. Surbakti Jl. Jamin Ginting No. 325 10
71 Zulkifly Jl. Jamin Ginting No. 448 15
72 Roy Pahrabi Jl. Jamin Ginting No. 450 20
73 Vina Junita Jl. Jamin Ginting No. 480 10
74 Dr. Calvinus Jl. Jamin Ginting No. 399 15
75 Lesmi Jl. Jamin Ginting No. 365 6
76 Januar Bukit Jl. Jamin Ginting No. 363 6
77 Edi Suranto Gg Purba No. 1A-1B 30
78 Sembiring Gg Purba No. 3 20
79 Muara Koni Gg Purba No. 5 5
80 Bunafric Gg Purba No. 8 11
81 Ester Gg Purba No. 10 20
82 Dermawan Pinem Gg Purba No. 12 7
83 Bahagia Sembiring Gg Purba No. 14 6
84 Bemedita Gg Purba 30
85 M. Surbakti Gg Paten No. 8 10
86 Nampat G Gg Paten No. 12 10
87 H. Ic Tarigan Gg. Cipta No. 7 4
88 Ngusap Pelawi Jl. Jamin Ginting No. 526 10
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
Hubungan Perilaku Personal Hygiene, Sanitasi Dasar dan Kondisi
Fisik Di Beberapa Rumah Kos Kelurahan Padang Bulan Medan
Tahun 2017
Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Universitas/Fakultas :
5. Alamat :
6. Lama Menetap :
A. Pengetahuan
Personal Hygiene
1. Berapa kali sebaiknya mandi dalam sehari?
a. 2 kali sehari b. 1 kali sehari c. 3 kali sehari
2. Perlukah mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
3. Apakah meminjam peralatan mandi (sabun, sponge,handuk) berpengaruh
terhadap kesehatan kulit?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
4. Apakah pinjam-meminjam pakaian juga berpengaruh terhadap kesehatan
kulit?
a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu
5. Berapa kali sebaiknya mengganti pakaian setiap hari?
a. 2 kali b. 1 kali c. 3 kali
6. Kapan sebaiknya mengganti pakaian dalam?
Universitas Sumatera Utara
a. 2 kali sekali c. Ketika pakaian dalam sudah kotor
b. Setiap sehabis mandi
7. Dimanakah sebaiknya pakaian harus dijemur?
a. di bawah terik matahari b. di depan kamar c. di dalam kamar
8. Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
9. Apakah tidak mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB/ BAK dapat
menyebabkan gangguan kesehatan?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
10. Apakah kuku tangan yang panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
11. Berapa kali sebaiknya membersihkan dan memotong kuku dalam seminggu?
a. 1 kali seminggu b. >1 kali seminggu c. Tidak pernah
12. Apakah perlu memakai alas kaki (sepatu/ sendal) apabila pergi keluar kamar?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
13. Adakah akibat tidak mencuci kaki terlebih dahulu sebelum tidur?
a. Ada b. Tidak c. Tidak tahu
14. Berapa kali sebaiknya mencuci rambut pakai sampo?
a. Minimal 2 kali seminggu c. Tidak menjadi keharusan
b. 1 kali seminggu
15. Berapa kali sebaiknya mengganti sprei tempat tidur?
a. Sekali seminggu b. 2 minggu sekali c. Sekali sebulan
Sanitasi Dasar
16. Menurut saudara air yang bagaimana yang memenuhi syarat kualitas fisik air
bersih?
a. Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, suhunya normal dan kekeruhan
dapat ditoleransi
b. Jernih dan dapat diminum
c. Tidak tahu
17. Kapan sebaiknya kita membersihkan bak air bersih?
Universitas Sumatera Utara
a. Seminggu sekali b. 2 minggu sekali c. Bila ingat saja
18. Jenis jamban yang paling baik adalah jamban leher angsa dan memiliki septi
tank ?
a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu
19. Bagaimana saluran pembuangan air limbah yang baik?
a. Tertutup c. Tanah
b. Terbuka dan dialirkan ke saluran umum
20. Apa yang saudara ketahui tentang sampah organik dan anorganik?
a. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup dan
sampah anorganik adalah sampah yang bukan berasal dari makhluk hidup
dan biasanya dapat didaur ulang
b. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup dan
sampah organik adalah sampah yang bukan berasal dari makhluk hidup
dan biasanya dapat didaur ulang
c. Tidak tahu
21. Bagaimana sebaiknya tempat pembuangan sampah organik dan anorganik?
a. Dipisahkan b. Disatukan c. Tidak tahu
22. Sampah yang dibuang sembarangan dapat membuat parit tersumbat,
menimbulkan bau dan penyakit ?
a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu
B. Sikap
No Sikap Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
A Personal Hygiene
1 Sebaiknya mandi 2 kali sehari
2
Pinjam-meminjam peralatan mandi (sabun,
sponge, handuk) berpengaruh terhadap
kesehatan kulit
3 Sebaiknya mengganti pakaian minimal 1 kali
sehari
4 Sebaiknya mengganti pakaian dalam setiap
habis mandi
5 Pakaian sebaiknya dijemur di bawah terik
matahari
Universitas Sumatera Utara
6 Pinjam-meminjam pakaian memengaruhi
kesehatan
7 Perlu mencuci tangan sebelum makan
8 Sebaiknya mencuci tangan pakai sabun
sesudah BAB/ BAK
9 Sebaiknya membersihkan dan memotong
kuku minimal 1 kali seminggu
10 Pergi keluar kamar sebaiknya memakai alas
kaki (sepatu/ sendal)
11 Sebaiknya mencuci kaki terlebih dahulu
sebelum tidur
12 Mencuci rambut perlu dengan sampo
13 Sebaiknya mencuci rambut pakai sampo
minimal 2 kali seminggu
14 Sebaiknya merapikan dan membersihkan
tempat tidur setiap sebelum dan sesudah tidur
15 Sebaiknya menjemur kasur minimal sekali
seminggu
16 Sebaiknya mengganti sprei tempat tidur
minimal sekali seminggu
B Sanitasi Dasar
17 Sebaiknya membersihkan bak air bersih
minimal seminggu sekali
18 Sebaiknya menggunakan air bersih untuk
kebutuhan mandi, mencuci dll
19 Sebaiknya ada tempat sampah di dalam
kamar kost
20
Sebaiknya tempat pembuangan sampah tidak
dekat dengan sumber air minum atau sumber
air lainnya yang digunakan untuk mencuci,
mandi, dll
21 Sebaiknya tempat pembuangan sampah
organik dan anorganik dipisahkan
C. Tindakan
No Tindakan Selalu Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
A Personal Hygiene
1 Mandi secara teratur (minimal 2 kali sehari)
2
Mandi setelah melakukan kegiatan diluar
seperti pulang dari kampus/sehabis
berolahraga
3 Mandi dengan menggunakan sabun
4 Peralatan mandi (sabun, sponge, handuk)
tidak meminjam milik teman
Universitas Sumatera Utara
5 Peralatan mandi (sabun, sponge, handuk)
tidak dipinjam kan kepada teman
6 Mengganti pakaian minimal 1 kali sehari
7 Mengganti pakaian dalam setiap sesudah
mandi
8 Menjemur handuk yang telah dipakai di
bawah terik matahari
9 Kuku tangan tidak dibiarkan panjang dan
dipotong
10 Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
11 Mencuci kaki sebelum tidur
12 Mencuci rambut pakai minimal 2 kali dalam
seminggu
13 Mencuci pakaian sampai bersih dengan
detergen
14 Mencuci sprei alas tidur minimal 1 kali
seminggu
B Sanitasi Dasar
15 Menggunakan air bersih untuk keperluan
mandi, mencuci, dan kakus (MCK)
16 Plastik pembungkus, pembalut, atau benda
lain tidak dibuang ke lubang/saluran WC
17 Membersihkan WC setelah BAB/BAK
18 Membuang sampah pada tempat sampah
19 Memisahkan sampah organik dengan
sampah anorganik
20 Sampah cuci piring tidak dibuang ke lubang/
saluran pembuangan kamar mandi
Keluhan Kesehatan
1. Selama Anda tinggal di rumah kost ini apakah pernah mengalami keluhan
kesehatan ?
a. Ya b. Tidak
2. Keluhan kesehartan seperti apa yang Anda rasakan ?
a. Gatal-gatal pada kulit
b. Sakit perut/Diare
c. Gangguan pernafasan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3 Lembar Observasi
Lembar Observasi Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Rumah
Kos Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017
Identitas Pemilik Rumah Kost
Nama :
Umur :
Alamat/No Rumah :
Tabel Penilaian Komponen Fisik Rumah Kost
Komponen Fisik Rumah Kost Skor
I Langit-Langit
1. Tidak ada
2. Ada, kotor, sulit dibersihkan
3. Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan
II Dinding
1. Bukan tembok (terbuat dari anyaman bambu/ ilalang)
2. Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu
yang tidak diplester/ papan yang tidak kedap air
3. Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) papan
kedap air
III Lantai
1. Tanah
2. Papan/ anyaman bambu dekat dengan tanah/ plesteran yang
retak dan berdebu
3. Diplester/ ubin/ keramik/ papan (rumah panggung)
IV Jendela Kamar Tidur
1. Tidak Ada
2. Ada
V Ventilasi
1. Tidak Ada
2. Ada, luas ventilasi <10% dari luas lantai
3. Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai
VI Pencahayaan Alami
1. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca
2. Kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan
normal
3. Terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan
normal
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor
maksimal adalah 11. Penentuan hasil penilaian komponen fisik rumah kost
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100% atau 9-11.
2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80% atau < 9.
Tabel Penilaian Fasilitas Sanitasi Dasar Rumah Kost
Sanitasi Dasar Rumah Kost Ya Tidak
I Air Bersih
1. Sumber air bersih yang digunakan:
a. PAM
b. Sumur Gali
c. Sumur Bor
d. Kali/ sungai
Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari PAM
a. Air PAM jernih
b. Air PAM tidak berasa
c. Air PAM tidak berbau
Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari sumur gali/ sumur bor
a. Air sumur jernih
b. Air sumur tidak berasa
c. Air sumur tidak berbau
d. Jarak sumur >10 meter dari septi tank
e. Tidak ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10
meter sekitar sumur
2. Air bersih selalu ada setiap saat (kontinuitas air)
3. Apakah kuantitas air selalu cukup (60 liter/ orang/
hari)
II
A
Pembuangan Sampah
Tempat Pembuangan Sampah
1. Tersedia tempat sampah
2. Jenis tempat sampah
a. Keranjang sampah
b. Bak penampung
c. Kantong plastik
d. Ember
3. Tempat sampah dalam kondisi baik
4. Tempat sampah mudah dibersihkan
5. Tempat sampah tertutup
Universitas Sumatera Utara
6. Tempat sampah kedap air
7. Terhindar gangguan binatang seperti kucing
8. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3
bagian telah terisi penuh
9. Tersedia minimal 1 tempat sampah untuk setiap
kamar/ ruangan
10. Terdapat tempat sampah umum di luar kamar
B Tempat Pembuangan Sampah Sementara
1. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara
2. Tempat pembuangan sampah sementara bukan terbuat
dari beton
3. Tempat pembuangan sampah sementara terletak di
lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut
4. Tempat pembuangan sampah sementara dikosongkan
sekurang-kurangnya 3x24 jam
5. Tempat pembuangan sampah sementara memiliki
tutup
C Pengangkut Sampah
1. Sampah sudah diangkut minimal dalam 3x24 jam oleh
truk pengangkut sampah
2. Truk pengangkut dilengkapi penutup, minimal dengan
jaring
3. Kapasitas truk dapat menampung sampah yang akan
diangkut
4. Bak truk kedap air sampah
III Pembuangan Tinja
1. Tersedia jamban
2. Jenis jamban
a. Cemplung
b. Plengsengan
c. Leher angsa
3. Jarak jamban dengan sumber air bersih >10 meter
4. Sumber air minum jauh dari cemaran tinja
5. Air seni, air pembersih dan penggelontornya tidak
mencemari tanah di sekitarnya
6. Jamban mudah dibersihkan
7. Jamban aman digunakan
8. Konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan yang kuat
dan tahan lama
9. Tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam/ sekitar
jamban
10. Lantai jamban bersih
11. Lantai jamban kedap air
12. Lubang jamban dilengkapi penutup
13. Saluran lubang jamban mudah digelontori
Universitas Sumatera Utara
14. Tersedia sabun di jamban
15. Jamban dilengkapi bak penampung air
16. Terhindar dari jentik nyamuk
17. Terhindar dari bau tak sedap
18. Konstruksi lantai kuat
19. Mempunyai tempat pijakan yang cukup kuat
20. Mempunyai ventilasi yang cukup
21. Mempunyai penerangan yang cukup
22. Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 1-10 orang
IV Pembuangan Air Limbah
1. Mempunyai saluran pembuangan air limbah
2. Saluran pembuangan air limbah tertutup
3. Sumber air minum jauh dari kontaminasi
4. Terhindar dari pencemaran air permukaan
5. Terhindar dari vektor atau serangga penyebab penyakit
6. Terhindar dari bau atau aroma tidak sedap
7. Lingkungan terhindar dari genangan air limbah
8. Jarak tempat pembuangan akhir >10 meter air bersih
Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor
maksimal pada rumah kost yang menggunakan sumber air PAM adalah 52.
Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar rumah kost yang menggunakan
sumber air PAM berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 42-52.
2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 42.
Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor
maksimal pada rumah kost yang menggunakan air sumur gali/ sumur bor adalah
55. Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar rumah kost yang
menggunakan air sumur gali/sumur bor berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 44-54.
2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 44.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5
Dokumentasi Penelitian
Gambar Lampiran 1 Kamar mandi umum di salah satu rumah kost di Lingkungan
VIII
Gambar Lamiran 2 Kamar mandi umum di salah satu rumah kost di Lingkungan
VIII
Universitas Sumatera Utara
Gambar Lampiran 3 Kamar mandi umum di salah satu rumah kost Linkungan
VIII
Gambar Lampiran 4 Salah satu rumah kost di Lingkungan VIII
Universitas Sumatera Utara
Gambar Lampiran 5 Salah satu rumah kost di Lingkungan VIII
Gambar Lampiran 6 Salah satu responden penghuni rumah kost di Lingkungan
VIII yang mengalami gatal-gatal pada kulit di kaki
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara