hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

125
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana 2017 Hubungan Perilaku Personal Hygiene, Sanitasi Dasar Dan Komponen Fisik Dengan Keluhan Kesehatan Penghuni Rumah Kos Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017 Sembiring, Ribka Junita http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1739 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

Transcript of hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Page 1: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Perilaku Personal Hygiene,

Sanitasi Dasar Dan Komponen Fisik

Dengan Keluhan Kesehatan Penghuni

Rumah Kos Kelurahan Padang Bulan

Medan Tahun 2017

Sembiring, Ribka Junita

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1739

Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

Page 2: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE,

SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK DENGAN KELUHAN

KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS

KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh

RIBKA JUNITA SEMBIRING

NIM. 131000100

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 3: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE,

SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK DENGAN KELUHAN

KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS

KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

RIBKA JUNITA SEMBIRING

NIM. 131000100

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 4: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul

“HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL

HYGIENE, SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK DENGAN

KELUHAN KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS KELURAHAN

PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah

benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penciplakan atau

mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

Ribka Junita Sembiring

Universitas Sumatera Utara

Page 5: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

HUBUNGAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE,

SANITASI DASAR DAN KONDISI FISIK TERHADAP KELUHAN

KESEHATAN DI BEBERAPA RUMAH KOS

KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

TAHUN 2017

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh

RIBKA JUNITA SEMBIRING

NIM : 131000100

Disahkan Oleh:

Komisi Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS Ir. Evi Naria, MKes

NIP. 196501091994032002 NIP.196803201993032001

Universitas Sumatera Utara

Page 6: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

iii

ABSTRAK

Rumah yang sehat harus memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis.

Adapun kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, udara (ventilasi), ruang

gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu dan harus

memenuhi kebutuhan psikologis yaitu cukup aman dan nyaman bagi masing-

masing penghuni rumah dan privasi yang cukup. Perumahan atau pemukiman

yang buruk akan menimbulkan masalah kesehatan seperti terjadinya penularan

penyakit baik antara anggota keluarga maupun kepada orang lain.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku penghuni

tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan keluhan

kesehatan di beberapa rumah kos Kelurahan Padang Bulan Medan.

Penelitian menggunakan jenis penelitian analitik dengan desain cross

sectional, populasinya seluruh penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan. Sampel dalam penelitian ini ada 52 responden dengan

metode purposive sampling. Analisis data menggunakan chi-square test. Variabel

yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu perilaku personal

hygiene dan sanitasi dasar, sarana sanitasi dasar dan komponen fisik rumah kos

terhadap variabel dependen yaitu keluhan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan keluhan

kesehatan adalah tindakan personal hygiene p = 0,020 dan tindakan sanitasi dasar

p = 0,001. Variabel yang tidak berhubungan adalah pengetahuan p = 0,087 dan

sikap p = 0,491 personal hygiene, pengetahuan p = 0,598 dan sikap p = 0,101

sanitasi dasar, komponen fisik kamar kost p = 0,183 dan kelengkapan sarana

sanitasi dasar p = 0,991.

Saran bagi penghuni rumah kos agar lebih menjaga personal hygyne,

sanitasi dasar, sarana sanitasi dasar yang sudah disediakan dan komponen fisik

rumah kos yang ada. Bagi pemilik rumah kos disarankan agar lebih

memperhatikan kelengkapan sarana sanitasi dasar dan komponen fisik rumah kos.

Kata kunci : Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Komponen Fisik, Keluhan

Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

iv

ABSTRACT

A healthy home must meet the physiological and psychological needs. As

for physiological needs include lighting, air (ventilation), enough space, avoid

the noise/sound is annoying and psychological needs must meet i.e. enough safe

and convenient for each occupant of the home and privacy that isenough.

Housing or a bad settlement will cause health problems such as the occurrence

of disease transmission between family members or to others.

The purpose of this research is to know the relation behavior

of dwellers about personal hygiene, basic sanitation and physical conditions

with health complaints in some boarding houses the Village of Padang Bulan

Medan.

The research of using this type of research design with cross sectional

analytic, the population of the entire residents of boarding houses in the

Environmental VIII Village of Padang Bulan Medan. The sample in this

study there are 52 respondents with a purposive sampling method. Data analysis

using chi-square test. The variables tested in the study was independent variable

i.e. personal hygiene behavior and basic sanitation, basic sanitation facilityand

physical components boarding houses against the dependent variable i.e.

health complaints.

The results showed a variable associated with health complaints is the Act

of personal hygiene p = 0.020 and basic sanitation actions p = 0.001. Unrelated

variables is a knowledge p = 0.087 and attitude p = 0.491 personal hygiene,

knowledge of p = 0.598 and p = 0.101 basic sanitation, the physical component

of the room kost p = 0.183 and completeness of basic sanitation means p = 0.991.

From this research it was concluded that variables are associated

with health complaints at the occupants of the room kost environment

VIII Village of Padang Bulan Medan is the act of personal hygiene and basic

sanitation. Thevariable is not associated with health complaints is a knowledge

attitude and personal hygiene, knowledge and attitude of basic sanitation, the

physical component of the room kost and completeness of basic sanitation.

Key words: Personal Hygiene, Physical Components, Basic Sanitation, Health

Complaints

Universitas Sumatera Utara

Page 8: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

v

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Hubungan Perilaku Personal Hygiene, Sanitasi Dasar

Dan Komponen Fisik Dengan Keluhan Kesehatan Penghuni Rumah Kos

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang penulis peroleh dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra.Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr Taufik Ashar, MKM, selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan Ir. Evi Naria, M.Kes selaku

Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua penguji dan Pembimbing II dan Drs.

Abdul Jalil Amri Arma M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik

Universitas Sumatera Utara

Page 9: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

vi

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan

dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D dan Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku Dosen

Penguji I dan Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan

kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah banyak membantu dan

memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Kepada Lurah Padang Bulan Medan beserta seluruh staf yang telah

memberikan izin penelitian dan informasi yang dibutuhkan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Teristimewa untuk orangtua tercinta yaitu bapak Peranan Sembiring,

bibik tercinta (kakak mamak) Merinita Sitepu dan abang Lesbra Sandi

yang sudah berjuang, merawat, dan memotivasi membangkitkan semangat

dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas doa, kasih

sayang, serta dukungan yang telah bapak, bibik dan abang berikan setiap

saat, terkhusus untuk almarhumah mamak tercinta Megarina Sitepu,

skripsi ini penulis persembahkan untuk mamak. Terimakasih atas doa dan

kasih sayang yang telah mamak berikan semasa hidup mamak

9. Teman-teman selama di peminatan Kesehatan Lingkungan yang tidak bisa

penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan semangat,

dukungan dan telah mendoakan penulis

10. Kelompok tujuh PBL di Desa Penanggalan Binanga Boang Kecamatan

Salak Kabupaten Pakpak Bharat yaitu Claudia, Yosepa, Novita dan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

vii

Makmur dan juga abang selama PBL yaitu bang Tarmen yang selalu

mendukung, mendoakan dan memberikan semangat

11. Teman-teman LKP di PDAM Cemara medan yaitu Elo, Sanny, Gyne dan

Aan yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan semangat, dan

selalu membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Teman-teman stambuk 2013 yaitu Lili, Irma, Fatma yang selalu

mendukung dan mendoakan demi kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini

dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

13. Teman-teman satu kost Tepana Kost yaitu Tania, Kak Nita, Keke, Ratih,

Joisal, Erikson, Andre yang selalu menemani, mendoakan, memberikan

samangat dan motivasi kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini

14. Semua pihak yang telah membantu, mendoakan dan memberi motivasi

kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu

penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, 19 Oktober 2017

Penulis

Ribka Junita Sembiring

Universitas Sumatera Utara

Page 11: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii

ABSTRAK................................................................................................. iii

ABSTRACT................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR............................................................................... v

DAFTAR ISI............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL..................................................................................... xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah........................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum........................................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 8

2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi........................................................ 8

2.2 Personal Hygiene............................................................................... 9

2.2.1 Jenis-jenis Personal Hygiene.................................................... 9

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Personal

Hygiene..................................................................................... 11

2.2.3 Dampak Yang Sering Timbul pada Masalah Personal

Hygiene..................................................................................... 12

2.2.4 Tujuan Perawatan Personal Hygiene........................................ 13

2.3 Sanitasi Dasar..................................................................................... 13

2.3.1 Penyediaan Air Bersih.............................................................. 14

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)................................. 16

2.3.3 Pengelolaan Sampah................................................................. 19

2.3.4 Pengelolaan Air Limbah........................................................... 24

2.4 Komponen Fisik Rumah Sehat........................................................... 26

2.4.1 Luas Ventilasi........................................................................... 28

2.4.2 Pencahayaan Alami................................................................... 29

2.4.3 Kepadatan Hunian..................................................................... 29

2.4.4 Jenis Lantai............................................................................... 30

2.5 Perilaku............................................................................................... 30

2.5.1 Pengetahuan.............................................................................. 32

2.5.2 Sikap.......................................................................................... 32

2.5.3 Praktek atau Tindakan............................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

Page 12: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

ix

2.6 Keluhan Kesehatan............................................................................. 34

2.6.1 Penyakit Kulit............................................................................ 34

2.6.2 Diare.......................................................................................... 35

2.6.3 Ganggaun Pernafasan................................................................ 36

2.7 Kerangka Konsep................................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 38

3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 38

3.2.1 Lokasi Penelitian....................................................................... 38

3.2.2 Waktu Penelitian....................................................................... 38

3.3 Populasi dan Sampel........................................................................... 38

3.3.1 Populasi..................................................................................... 38

3.3.2 Sampel....................................................................................... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................. 40

3.4.1 Data Primer............................................................................... 40

3.4.2 Data Sekunder........................................................................... 40

3.5 Pengolahan Data................................................................................. 40

3.6 Variabel Penelitian............................................................................. 41

3.6.1 Variabel Independen.................................................................. 41

3.6.2 Variabel Dependen.................................................................... 41

3.7 Definisi Operasional........................................................................... 41

3.8 Aspek Pengukuran.............................................................................. 43

3.8.1 Perilaku...................................................................................... 43

3.8.2 Kondisi Fisik dan Sarana Sanitasi Dasar Kamar

Kos............................................................................................. 44

3.8.3 Keluhan Kesehatan.................................................................... 49

3.9 Analisa Data........................................................................................ 49

BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................ 51

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................... 51

4.2 Analisis Univariat............................................................................... 51

4.2.1 Karakteristik Responden........................................................... 51

4.2.2 Perilaku Personal Hygiene........................................................ 52

4.2.2.1 Pengetahuan.................................................................. 52

4.2.2.2 Sikap.............................................................................. 55

4.2.2.3 Tindakan........................................................................ 57

4.2.3 Perilaku Sanitasi Dasar.............................................................. 59

4.2.3.1 Pengetahuan................................................................... 59

4.2.3.2 Sikap.............................................................................. 61

4.2.3.3 Tindakan........................................................................ 63

4.2.4 Komponen Fisik........................................................................ 64

4.2.5 Sarana Sanitasi Dasar................................................................ 66

4.2.6 Keluhan Kesehatan.................................................................... 70

Universitas Sumatera Utara

Page 13: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

x

4.3 Analisis Bivariat................................................................................... 71

4.3.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan

Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2.................................. 71

4.3.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017.............................................. 73

4.3.3 Hubungan Komponen Fisik Dengan Keluhan Kesehatan Penghuni

Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan Tahun 2017........................................................... 75

4.3.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017.............................................. 76

BAB V PEMBAHASAN........................................................................... 77

5.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017..................................... 77

5.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017....................................................... 79

5.3 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017....................................................... 81

5.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kost Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017...................................................... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 86

6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 86

6.2 Saran.................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 88

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 14: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Penilaian Komponen Fisik Kamar Kos.................................... 46

Tabel 3.2 Penilaian Fasilitas Sanitasi Dasar Rumah Kos......................... 47

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Di Beberapa Rumah Kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan................. 51

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene

Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan................................................................ 52

Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene

Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan............................................................... 55

Tabel 4.4 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................ 55

Tabel 4.5 Kategori Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................ 57

Tabel 4.6 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................. 57

Tabel 4.7 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................ 59

Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................. 59

Tabel 4.9 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................ 61

Tabel 4.10 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................ 61

Tabel 4.11 Kategori Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................ 62

Tabel 4.12 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................. 63

Tabel 4.13 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan............................................................................. 64

Tabel 4.14 Hasil Observasi Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah

Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 64

Universitas Sumatera Utara

Page 15: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

xii

Tabel 4.15 Kategori Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah

Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 65

Tabel 4.16 Hasil Observasi Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa

Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan

Medan....................................................................................... 66

Tabel 4.17 Kategori Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa Rumah

Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 69

Tabel 4.18 Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.................. 70

Tabel 4.19 Kategori Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah

Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan.......... 70

Tabel 4.20 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan

Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 71

Tabel 4.21 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan

Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 73

Tabel 4.22 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan

Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 75

Tabel 4.23 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan

Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.................. 76

Universitas Sumatera Utara

Page 16: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ribka Junita Sembiring

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 3 Juni 1994

Suku : Batak Karo

Agama : Islam

Nama Ayah : Peranan Sembiring

Suku Bangsa Ayah : Batak Karo

Nama Ibu : Megarina Sitepu

Suku Bangsa Ibu : Batak Karo

Riwayat Pendidikan Formal :

1. SDN No. 064979 Medan : Tahun 2000-2006

2. SMP Negeri 31 Medan : Tahun 2006-2009

3. SMA Negeri 2 Tanjungbalai : Tahun 2010-2013

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Tahun 2013-2017

Universitas Sumatera Utara

Page 17: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (2004), rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk

tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan

rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.

Rumah adalah tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis

kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari

bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh

derajat kesehatan yang optimal (Dinas Perumahan dan Pemukiman RI, 2008).

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan

faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka perlu

diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk

menjaga kelangsungan penyediaan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat

(Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403, 2002).

Menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association) rumah yang

sehat harus memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis. Adapun kebutuhan

fisologis antara lain pencahayaan, penghawaan (ventilasi), ruang gerak yang

cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu dan harus memenuhi

kebutuhan psikologis yaitu cukup aman dan nyaman bagi masing-masing

penghuni rumah dan privasi yang cukup.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

2

Menurut Chandra (2006), perumahan yang baik terdiri dari kumpulan

rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana

jalan, saluran air kotor, tempat sampah dan sumber air bersih. Standar arsitektur

bangunan terutama untuk perumahan umum (public housing) pada dasarnya

ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk

desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi

kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat

(healthy) dan menyenangkan. Menurut Permenkes RI No 2269 yang termasuk

indikator pada rumah yaitu tersedia jamban, tersedia air bersih, kesesuaian luas

lantai rumah dengan jumlah penghuni, lantai rumah bukan tanah, tidak merokok,

melakukan aktivitas fisik, serta mengkonsumsi sayur dan buah.

Perumahan atau pemukiman yang buruk akan menimbulkan masalah

kesehatan seperti terjadinya penularan penyakit baik antar-anggota keluarga

maupun kepada orang lain. Penyakit yang sering timbul seperti penyakit kulit dan

mata, penyakit infeksi saluran pernafasan, TBC dan sebagainya yang ditularkan

secara langsung (Suyono & Budiman 2010). Untuk mencegah penularan penyakit

diperlukan saran air bersih, fasilitas pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan

makanan, menghindari adanya intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain

yang dapat menularkan penyakit (Mukono, 2000).

Berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan

tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis

yang merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

3

kondisi sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan sanitasi

lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadap penyakit

diare (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit kecacingan

yang menyebabkan produktivitas kerja menurun.

Menurut Depkes RI (2004), rumah yang sehat sangat dipengaruhi oleh

hygiene dan sanitasi. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan

yang lain karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau

mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia

air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna. Rumah atau tempat tinggal yang

buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan

kesehatan seperti infeksi pada kulit, contoh skabies, ring worm, dermatitis, dan

lepra (Chandra, 2006).

Asrama mahasiswa adalah suatu bangunan tempat tinggal bagi mahasiswa

selama menuntut ilmu yang biasa berlokasi di dekat instansi tertentu yang sesuai

dengan target penghuni yang dimaksud, dengan tujuan dapat meningkatkan

prestasi akademik dan belajar untuk berinteraksi sosial sebagai usaha

pengembangan kepribadian mahasiswa (Gata, 2012). Perilaku penghuni asrama

mengenai personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene

yang rendah ditunjukkan dari aktivitas saling pinjam meminjam pakaian,

perlengkapan mandi, dan alas tidur oleh sesama penghuni asrama. Pada

lingkungan asrama, personal hygiene yang rendah dan kelengkapan fasilitas

Universitas Sumatera Utara

Page 20: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

4

sanitasi dasar yang kurang sangat berarti dalam mencetuskan terjadinya gangguan

kesehatan (Rangkuti, 2012).

Menurut Tarwoto & Martonah (2003), kebersihan diri yang buruk akan

mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik

yang sering dialami seseorang apabila tidak menjaga kebersihan diri adalah

gangguan integritas kulit. Sebagaimana dikutip oleh Frenki (2011), kejadian

penyakit skabies disebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70% dan di

Kabupaten Pasuruan kejadian penyakit skabies sebesar 66,70% (Depkes, 2000).

Data yang diperoleh dari Poliklinik Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru tiap

tahunnya kejadian penyakit skabies pada santri tetap terjadi dari tahun ke tahun

(Ponpes, 2010).

Berdasarkan data dari Kelurahan Padang Bulan ada 12 lingkungan di

Kelurahan Padang Bulan dengan banyak rumah kos yaitu 106 rumah yang

jumlah kamar kosnya sebanyak 1273 kamar. Berdasarkan survei pendahuluan

yang dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Medan masih banyak rumah kos yang

belum memenuhi syarat fisiologis maupun psikologis, seperti ventilasi atau

jendela kamar yang tidak memenuhi syarat, ukuran kamar yang tidak sesuai

dengan jumlah penghuni yang ada di dalam kamar. Seperti dikutip dari penelitian

Saptari dkk (2014) ada hubungan yang signifikan antara ventilasi, kepadatan

penghuni ruang tidur, suhu ruang tidur, pencemaran udara di dalam ruangan,

pencahayaan, dengan kejadian ISPA.

Perilaku penghuni tentang personal hygiene juga masih kurang, seperti

jarang menjemur tilam, pinjam meminjam handuk, handuk tidak dijemur di luar

Universitas Sumatera Utara

Page 21: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

5

kamar dan masih banyak lagi penghuni kamar kos yang belum menerapkan

PHBS. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan dari 15 kuesioner

terdapat 2 orang yang mengalami keluhan gatal-gatal pada kulit. Menurut Lita

(2005), kuman penyebab penyakit kulit paling senang hidup dan berkembang biak

di perlengkapan tidur. Dengan menjemur kasur sekali seminggu dan mengganti

sprei sekali seminggu ini bisa mengurangi perkembangbiakan kuman penyakit

scabies. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) apabila seseorang tidak merawat

diri maka dirinya akan dengan mudah terkena penyakit. Penyakit merupakan

dampak dari kurangnya personal hygiene pada seseorang.

Permasalahan mengenai sarana sanitasi dasar rumah kos di Kelurahan

Padang Bulan Medan diantaranya adalah ketersediaan air bersih yang kurang

karena padatnya perumahan sehingga menyulitkan penghuni kamar kos untuk

melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci. Sarana sanitasi lain seperti

tempat pembuangan sampah, rata-rata penghuni kamar kos mempunyai tempat

sampah kecil di depan kamarnya. Biasanya tempat pembuangan sampah penghuni

kamar kos tersebut terbuat dari bahan plastik, kecil dan mudah terguling sehingga

sampahnya berserakan. Hasil penelirian Rizkiyanto (2015), ada pengaruh antara

kondisi fisik sarana air bersih (p=0,023, OR=3,9), kondisi fisik sarana jamban

(p=0,016, OR=3,87), kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah (p=0,036,

OR=3,82), kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (p=0,017, OR=3,72),

dengan kejadian diare.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis ingin

mengetahui lebih jelas apakah ada hubungan perilaku penghuni tentang personal

Universitas Sumatera Utara

Page 22: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

6

hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan keluhan kesehatan di beberapa

rumah kos di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Masih banyak kamar kos di Kelurahan Padang Bulan Medan yang belum

memenuhi syarat fisik, begitu juga dengan perilaku penghuni tentang personal

hygiene dan sanitasi dasar juga masih kurang. Oleh karena itu peneliti ingin

melihat hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan

kondisi fisik dengan keluhan kesehatan di beberapa rumah kos di Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene,

sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan keluhan kesehatan di beberapa rumah kos

di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui perilaku penghuni rumah kos tentang personal hygiene.

2. Mengetahui perilaku penghuni rumah kos tentang sanitasi dasar

3. Mengetahui fasilitas sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, jamban,

pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah.

4. Mengetahui kondisi fisik rumah kos meliputi langit-langit, dinding, luas

ventilasi, pencahayaan alami, jendela kamar tidur dan jenis lantai.

5. Mengetahui hubungan perilaku penghuni rumah kos tentang personal

hygiene terhadap keluhan kesehatan mahasiswa.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

7

6. Mengetahui hubungan perilaku penghuni rumah kos tentang sanitasi dasar

terhadap keluhan kesehatan mahasiswa

7. Mengetahui hubungan ketersediaan fasilitas sanitasi dasar di rumah kos

terhadap keluhan kesehatan mahasiswa.

8. Mengetahui hubungan kondisi fisik kamar kos terhadap keluhan kesehatan

mahasiswa.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pemilik rumah kos tentang hygiene sanitasi

rumah kos yang baik serta syarat rumah sehat dan kaitannya dengan

keluhan kesehatan.

2. Untuk menambah masukan bagi mahasiswa yang ada di rumah kos

Padang Bulan Medan agar lebih memperhatikan personal hygiene untuk

mengurangi masalah kesehatan.

3. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai perilaku personal

hygiene, sanitasi dasar serta pengaruhnya terhadap keluhan kesehatan.

4. Untuk dapat dijadikan referensi dan masukan bagi peneliti-peneliti lain di

kemudian hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hygiene dan Sanitasi

Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan

pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang

tersebut berada (Suyono & Budiman 2010). Hygiene adalah upaya kesehatan

dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci

piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk

melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

Menurut Suyono & Budiman (2010), sanitasi adalah suatu usaha

pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan

lingkungan hidup manusia. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya

menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan

tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang sembarangan

(Depkes RI, 2004).

Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena

erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi

sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka

mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

9

2.2 Personal Hygiene

Menurut Mustard (1953), personal hygiene adalah sebagai praktek,

kebiasaan, dan tindakan pencegahan individu yang bertujuan untuk

melindunginya dari penyakit dan menuntunnya mencapai derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya yang meliputi kebersihan pribadi, kebiasaan pola makan yang

sehat, pola tidur yang cukup, keseimbangan antara istirahat dan beraktivitas,

antara bekerja dan rekreasi, pikiran yang tidak terganggu, dan tindakan

pencegahan untuk tidak terinfeksi penyakit dari orang lain. Menurut Depkes RI

(2006), Personal Hygiene merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa

kebiasaan berperilaku hidup sehat anatara lain seperti kebiasaan mencuci tangan

dengan sabun setelah buang air besar (BAB) dan kebiasaan mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan.

2.2.1 Jenis-Jenis Personal Hygiene

1. Kebersihan Kulit

Menurut Rangkuti (2012), kulit sebagai lapisan terluar yang membungkus

tubuh harus diperhatikan kebersihannya. Selain berpengaruh kepada penampilan

seseorang, kebersihan kulit juga berpengaruh kepada kesehatan kulit seseorang.

Berbagai penyakit kulit sering terjadi dikarenakan personal hygiene yang kurang

diperhatikan.

Penyakit kulit bermula dari kebiasaan mandi yang kurang bersih, pakaian

dan handuk yang jarang dicuci serta alas tidur yang tidak bersih. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Page 26: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

10

Webhealthcentre (2006) dalam Frenki (2011), aktivitas mandi yang dapat

mencegah individu dari penyakit kulit adalah:

a. Mandi satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis.

b. Bagi yang terlibat dalam kegiatan olahraga atau pekerjaan lain yang

mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah

selesai kegiatan tersebut.

c. Gunakan sabun yang lembut. Sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk

mandi sehari-hari.

d. Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak

bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi

dan infeksi.

e. Tidak memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.

2. Kebersihan Rambut dan Kulit Kepala

Kasus gangguan kesehatan rambut sangat sering ditemukan, misalnya

ketombe dan kulit kepala yang gatal. Biasanya seseorang yang berketombe sering

menggaruk kulit kepala sehingga tangan ikut menjadi tidak higienis. Upaya

menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala diantaranya adalah keramas dengan

memakai sampo minimal 2 kali dalam seminggu, menjaga kelembaban rambut,

dan menghindari pinjam-meminjam sisir (Badri, 2008).

3. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Menurut Irianto (2007), tangan dapat menjadi perantara penularan kuman.

Mencuci tangan penting dilakukan sebelum dan setelah menjamah makanan,

setelah buang air kecil dan besar, dan setelah menyentuh benda-benda yang kotor.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

11

Mencuci tangan dengan memakai sabun lebih efektif untuk menghilangkan

kotoran yang menempel di tangan.Mencuci kaki setelah beraktivitas dari luar baik

untuk mencegah penyakit seperti Schistomiasis.

Mencuci kaki perlu dilakukan setelah pulang dari bepergian dan sebelum

tidur, agar kamar tetap bersih dan bebas dari sumber penyakit. Selain itu, kuku

pada jari-jari tangan dan kaki harus dipotong pendek sehingga kotoran tidak

tertinggal di balik kuku (Nurjannah, 2012).

4. Kebersihan Genitalia

Pengetahuan yang kurang mengenai kebersihan genitalia menjadi

penyebab terjadinya infeksi pada alat reproduksi dan daerah di sekitarnya. Daerah

genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Diantara cara

untuk menghindari gangguan kesehatan kulit pada genitalia dan area di sekitarnya

adalah dengan (Frenki, 2011):

a. Cebok dengan mengalirkan air dari arah yang benar, yakni dari depan ke

belakang dan bukan sebaliknya. Pada cara cebok yang salah, perempuan

lebih mudah terkena infeksi karena kuman dari belakang (dubur) dapan

masuk ke dalam genitalia.

b. Mengenakan celana dalam keadaan kering serta sering mengganti celana

dalam. Hal ini dikarenakan pada kulit kelamin yang lembab dan basah,

keasaman akan meningkat dan memudahkan pertumbuhan jamur.

5. Pakaian

Tata cara penggunaan dan pemeliharaan pakaian menurut Maryunani (2013)

diantaranya yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 28: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

12

a. Memakai pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh. Pakaian yang

menunjang kesehatan yaitu pakaian yang cukup longgar dipakai, sehingga

pemakai dapat bergerak bebas.

b. Memakai pakaian yang dapat menyerap keringat untuk dapat mengurangi

terjadinya biang keringat.

c. Pakaian yang dikenakan tidak boleh menimbulkan gatal-gatal.

d. Mengganti pakaian setelah mandi dan apabila pakaian kotor atau basah

karena baik karena keringat ataupun air.

e. Membedakan jenis pakaian, antara lain yaitu pakaian rumah, pakaian

sekolah atau kerja, pakaian keluar rumah, pakaian tidur, pakaian pesta dan

pakaian olahraga.

f. Membersihkan pakaian dengan cara dicuci, dan diseterika dengan baik dan

rapi.

g. Mencuci pakaian dengan air bersih dan sabun cuci (detergen) yang dapat

menghilangkan kotoran.

h. Tidak menumpuk pakaian basah, apabila pakaian tidak bisa langsung dicuci.

Sebaiknya pakaian digantung untuk mencegah tumbuhnya jamur.

i. Menjemur pakaian dengan sinar matahari dapat membunuh hama penyakit.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi Personal Hygiene seperti:

1. Citra tubuh, yaitu gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena adanya perubahan fisik

sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

13

2. Praktik sosial, yaitu seperti pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal

kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal

hygiene.

3. Status sosio ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun,pasta gigi,sikat gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk membelinya.

4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting

karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya

pada pasien penderita diabetes meulitus yang harus selalu menjaga

kebersihan kakinya.

5. Budaya, yaitu seperti sebagian masyarakat menganggap jika individu

menderita penyakit tertentu,maka individu tersebut tidak boleh mandi.

6. Kebiasaan seseorang, yaitu seperti beberapa orang memiliki kebiasaan

seperti menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan sampo, sabun, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik, yaitu pada saat kondisi fisik sedang tidak bagus atau bahkan

tidak dapat berfungsi dengan baik tentu kemampuan untuk merawat diri

berkurang dan perlu bantuan dari orang lain.

2.2.3 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), apabila seseorang tidak merawat

diri maka dirinya akan dengan mudah terkena penyakit. Penyakit merupakan

dampak dari kurangnya personal hygiene pada seseorang. Berikut dampak yang

sering timbul pada masalah personal hygiene:

Universitas Sumatera Utara

Page 30: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

14

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering

terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,

infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan

harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.2.4 Tujuan Perawatan Personal Hygiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), tujuan dari perawatan personal

hygiene antara lain:

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4. Pencegahan diri dari penyakit

5. Meningkatkan kepercayaan diri seseorang

6. Menciptakan keindahan

2.3 Sanitasi Dasar

Berdasarkan Kamus Ringkas Oxford dalam Franceys (1992), sanitasi

mengacu pada semua kondisi yang mempengaruhi kesehatan, terutama yang

berkaitan dengan kotoran dan infeksi dan khusus untuk saluran air, pembuangan

limbah dan sampah dari rumah tangga. Sarana sanitasi dasar yang berkaitan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

15

langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban,

pembuangan air limbah, dan pengelolaan sampah rumah tangga (Tarigan, 2008).

2.3.1 Penyediaan Air Bersih

Menurut Permenkes 416 Tahun 1990, air bersih adalah air yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

dapat diminum apabila telah direbus terlebih dahulu. Air sangat penting bagi

kehidupan manusia karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,

mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya.

Menurut Waluyo (2009), apabila sarana air bersih dibuat memenuhi syarat

teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka

kualitas air yang diperoleh menjadi baik.

Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu syarat Kuantitas

dan syarat Kualitas yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan 416

Tahun 1990.

1. Syarat Kuantitas

Menurut Slamet (2002), syarat kuantitas adalah jumlah air yang

dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin

banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara

kuantitas, di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 l/orang/hari

dengan perincian, yaitu 12 liter untuk mandi dan cuci kakus, 2 liter untuk minum,

10,7 liter untuk cuci pakaian, dan 31,4 liter untuk kebersihan rumah.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

16

2. Syarat Kualitas

Menurut Slamet (2002), syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia,

mikrobiologi dan radioaktifitas yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan

kualitas air. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari

sumber yang bersih dan aman.

a. Syarat fisik, yaitu tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.

b. Syarat kimia, yaitu kadar besi maksimum diperbolehkan maksimal

500mg/l.

c. Syarat mikrobiologis, yaitu jumlah total koliform dalam 100 ml air yang

diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan

dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

3. Klasifikasi Penyakit Berhubungan dengan Air

Menurut Kusnoputranto (2000), ada 4 macam klasifikasi penyakit yang

berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu :

a. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang

terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau karier. Bila air

yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat menyebabkan

penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Thypoid,

Hepatitis, dan Dysentri Basiler.

b. Water Based Desease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara misalnya

Schistosomiasis.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

17

c. Water Washed Desease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan

alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit ini sangat

dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya: penyakit infeksi saluran

pencernaan.

d. Water Related Insect Vector, yaitu vektor – vektor insektisida yang

berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak

dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, Yellow fever, dan

Tripanosomiasis.

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Menurut Depkes RI (2005) yang dikutip oleh Umiati (2009), jamban

merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar.

Sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan

timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan

tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan.

Sesuai dengan Kementrian Kesehatan (2009), jamban adalah suatu

ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas

tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkan.

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan

berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 34: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

18

1. Jamban Cemplung

Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini

hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok.

Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu tetapi dapat juga terbuat dari

batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena

baunya.

2. Jamban Plengsengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan

oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi, tempat jongkok

dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan tetapi agak jauh. Jamban

semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung

karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin.

3. Jamban Bor

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat

dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut

bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai

keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian

jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air

tanah.

4. Angsalatrine (Water Seal Latrine)

Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat

yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi

mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 35: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

19

tercium baunya karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang

melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.

5. Jamban di Atas Balong (Empang)

Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong)

adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan tetapi sulit untuk

menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong.

6. Jamban Septic Tank

Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara

anaerobik. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi

proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic

tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja

dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat

atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di

dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses

penghancuran, pembusukan dan pengendapan.

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut (Depkes RI, 2004):

a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-

15 m dari sumber air minum.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah di sekitarnya.

d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

20

e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.

f. Cukup penerangan.

g. Lantai kedap air.

h. Ventilasi cukup baik.

i. Tersedia air dan alat pembersih.

2.3.3 Pengelolaan Sampah

Berdasarkan pendapat para ahli yang dikutip dalam Didik (2010), dapat

disimpulkan bahwa sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan

dalam kontener yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau

barang-barang yang dibuang karena kelebihan. Masalah sampah sudah merupakan

masalah sosial yang artinya ditimbulkan oleh masyarakat dan harus diatasi secara

bersama-sama. Pengelolaan yang tidak baik akan mengganggu kesehatan

masyarakat karena dapat menjadi sarang vektor, sumber infeksi, sumber pencemar

karena bahan-bahan berbahaya yang didalamnya, mengganggu estetika bahkan

ekosistem.

Menurut Mukono (2000), sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa

kategori, seperti berikut:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

a. Organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

b. Anorganik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

a. Mudah terbakar, misalnya kertas plastik, daun kering, kayu

b. Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara

Page 37: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

21

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

a. Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging, dan

sebagainya

b. Sulit membusuk, misalnya plastik, karet dan kaleng, dan sebagainya

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a. Garbage, terdiri atas zat- zat yang mudah membusuk dan dapat terurai

dengan cepat, khususnya jika cuaca panas.

b. Rubbish yang terdiri dari dua, yaitu rubbish mudah terbakar terdiri atas

zat-zat organik seperti kertas, kayu , karet dan rubbish tidak mudah

terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya kaca, kaleng.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri

d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau

manusia

e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya)

yang mati akibat kecelakaan atau secara alami

f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya garbage, ashes,

rubbish) yang berasal dari perumahan

g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan

h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.

i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri

j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya

berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

22

k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus

seperti kaleng atau zat radioaktif

Menurut Slamet (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud

dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung

dengan sampah tersebut. Misalnya saja seperti sampah beracun, sampah yang

korosif terhadap tubuh, sampah yang karsinogen, teratogenik dan sebagainya.

Selain itu, ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat

menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga

selain sampah industri.

Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses

pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah

biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik

apabila oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobik akan menghasilkan cairan

yang disebut leachate beserta gas. Leachate atau lindi ini adalah cairan yang

mengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dan hasil penguraian

mikroba (Slamet, 2009).

Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang

berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat

menjadi sarang lalat dan tikus. Lalat merupakan vektor berbagai macam penyakit

perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda

masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit

pes (Slamet, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 39: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

23

Cara-cara pengelolaan sampah antara lain:

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan samapah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-

masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Setelah

dikumpulkan di suatu tempat pengumpulan, sampah dibawa ke tempat

pembuangan sampah sementara (TPS), dan selanjutnya ke tempat penampungan

akhir (TPA) sampah. Mekanisme, sistem atau cara pengangkutan sampah di

daerah perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat dan

dibantu oleh partisipasi masyarakat. Di pedesaan sampah rumah tangga umumnya

didaur ulang menjadi pupuk.

Tempat pengumpulan sampah dikategorikan baik menurut fungsi apabila

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Terbuat dari bahan kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, permukaan

halus pada bagian dalam.

b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup sehingga tidak

mengotori tangan.

c. Mudah diisi dan dikosongkan/ dibersihkan.

d. Jumlah dan volume sesuai dengan produk sampah pada tiap tempat

kegiatan.

e. Sampah dari setiap ruang dibuang setiap hari.

Sampah yang telah dikumpulkan di tempat sampah akan dipindahkan ke

tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Persyaratan TPS antara lain adalah

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 40: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

24

a. Tidak terbuat dari bak beton permanen, tidak menjadi tempat perindukan

serangga, terhindar dari gangguan biantang.

b. TPS terletak di tempat yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut

sampah.

c. TPS dikosongkan < 3 x 24 jam.

Sampah yang berada di TPS selanjutnya akan diangkut oleh kendaraan

dengan pengangkut sampah dan dibawa menuju tempat pembuangan akhir (TPA)

sampah.

2. Pemusnahan dan pengolahan sampah

Diantara cara pemusnahan dan pengolahan sampah adalah sebagai

berikut:

a. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di

tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

b. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

c. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk

kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan,

dan sampah lain yang dapat membusuk.

Apabila setiap rumah tangga sudah mampu memisahkan sampah organik

dengan anorganik, kemudian sampah organik dikelola menjadi pupuk tanaman

dapat dijual dan dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dapat diambil oleh

para pemulung, sehingga permasalahan sampah berkurang.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

25

2.3.4 Pengelolaan Air Limbah

Menurut Kusnoputranto dalam Notoatmodjo (2007), air limbah atau air

buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri

maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-

bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta

mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah

kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,

perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air

permukaan dan air hujan yang mungkin ada.

Menurut Mukono (2000), beberapa sumber pencemaran air, yaitu :

1. Air buangan rumah tangga (domestic waste water )

Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang

terdiri dari ekskreta (tinja dan urin) , air bekas cucian, dapur dan kamar mandi ,

dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan oranik.

2. Industri

Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis

industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung

pada bahan baku, proses industri, bahan bakar, dan sistem pengolahan limbah cair

yang digunakan dalam industri.

3. Pertanian dan perkebunan

Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa:

a. Zat kimia, misalnya berasal dari pupuk, pestisida seperti ( DDT, Dieldrin)

Universitas Sumatera Utara

Page 42: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

26

b. Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran

ternak dan cacing tambang dilokasi perkebunan

c. Zat radioaktif, misalnya berasal dari penggunaan zat radioaktif yang

dipakai dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul dan

mempercepat pertumbuhan tanaman.

Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana

1. Pengenceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,

baru dibuang ke badan-badan air.

2. Kolan Oksidasi (Oxidation Ponds)

Air limbah dialirkan ke kolam melalui pemanfaatan sinar matahari,

ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.

3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan

merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit.

Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang tidak baik

akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Terhadap lingkungan

Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis

yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik

akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau

lingkungan hidup lainnya . Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau

yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

27

2. Terhadap kesehatan masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat

menjadi media tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen, terutama

penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.

2.4 Komponen Fisik Rumah Sehat

Rumah adalah salah satu syarat pokok bagi kehidupan manusia. Rumah

merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia secara utuh,

maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kesehatannya.

Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk

menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI, 2002).

Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang

menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia. Penyakit atau gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi

fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti ventilasi, kepadatan

penghuni, suhu, kelembaban. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh

terhadap terjadinya penyakit saluran pernapasan (Slamet, 2009).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), rumah sehat adalah rumah

yang memenuhi beberapa kriteria yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan

ruang gerak yang cukup bagi penghuni dan terhindar dari kebisingan.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis yakni aman dan nyaman bagi penghuni.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

28

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit seperti penyediaan

sanitasi dasar dan kepadatan hunian yang tidak berlebihan.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan seperti tejatuh

dan terbakar.

Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public

Health Asociation (APHA) yang dikutip oleh Mubarak (2009) yaitu :

1. Persyaratan letak rumah

Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuni dari bahaya

timbulnya penyakit menular dan kecelakaan.Persyaratan letak rumah merupakan

persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat.

2. Persyaratan Fisik

a. Kontruksi rumah harus baik dan kuat, sehingga dapat mencegah terjadinya

kelembapan dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan.

b. Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas

lantai bangunan disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang

tak sebanding dengan jumlah penghuni akan mengakibatkan sesak, kurang

bebas dan akan menderita infeksi penularan penyakit dan saluran

pernafasan. Luas optimum adalah 2,5 x 3 m² untuk tiap orang

(tiap anggota keluarga).

3. Persyaratan Fisiologi

Rumah sehat harus dipenuhi kriteria yang baik, pencahayaan yang cukup,

terhindar dari kebisingan dan adanya lapangan rekreasi, terutama untuk anak-

anak bermain.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

29

a. Rumah yang sehat apabila ada tempat udara masuk ke dalam rumah secara

bebas, sehingga asap dan udara kotor dapat hilang secara cepat. Sehingga

udara dapat masuk ke dalam kamar dan ruangan-ruangan.

b. Rumah yang sehat apabila memiliki pencahayaan yang cukup. Idealnya,

cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang

terdapat di dalam ruangan rumah.

c. Rumah yang sehat apabila bisa melindungi penghuni rumah dari

kebisingan yang dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan

seseorang bila kebisingan yang terjadi dalam jangka waktu relatif lama

akan menggunggu kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan

ialah gangguan fisik seperti gangguan pendengaran dan gangguan mental

seperti cepat marah.

4. Persyaratan psikologis

Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik dan penataan

perabot yang baik tetapi tidak over crowding.

2.4.1 Luas Ventilasi

Menurut Chandra (2007), ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi

atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi digunakan

untuk pergantian udara.Ventilasi merupakan sebagai pertukaran udara baik secara

alamiah maupun buatan sebagai jalan masuk udara segar dan sinar matahari serta

sirkulasi. Menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999 tentang persyaratan

kesehatan perumahan, luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%

dari luas lantai.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

30

2.4.2 Pencahayaan alami

Pencahayaan alami menurut Kemenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999

dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux

atau lebih dari 120 Lux. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela,

perlu diusahakan agar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan dan tidak

terhalang oleh bangunan lain.

2.4.3 Kepadatan Hunian

Menurut Mubarak (2009), rumah tinggal dikatakan over crowding bila

orang-orang yang tinggal di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10

tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar.

b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah

melebihi ketentuan yang telah diterapkan. Kepadatan hunian ruang tidur

minimal luasnya 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang

kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Jumlah penghuni rumah juga harus

disesuaikan dengan luas rumah agar rumah atau kamar tidak menjadi

padat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999

tentang persyaratan kesehatan rumah, kepadatan hunian dalam rumah untuk satu

orang minimal menempati luas rumah 4 m². Dengan kriteria tersebut diharapkan

dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat

tinggal yang padat dapat meningkatkan pencemaran udara dalam rumah yang

telah ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

31

2.4.4 Jenis Lantai

Lantai yang baik harus selalu kering, tinggi lantai harus disesuaikan

dengan kondisi setempat, lantai harus lebih tinggi dari muka tanah. Ubin atau

semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim

kemarau dan tidak basah pada musim hujan, sehingga dapat mencegah terjadinya

penularan penyakit terhadap penghuninya (Achmadi,2008).

Menurut Kepmenkes RI No. 829 Tahun 1999 tentang persyaratan

kesehatan perumahan, lantai yang baik harus bersifat kedap air dan mudah

dibersihkan yaitu terbuat dari keramik, ubin atau semen. Jenis lantai yang terbuat

dari tanah saat musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan

terhadap penghuninya dan merupakan tempat yang baik untuk

berkembangbiaknya kuman penyakit. Lantai juga harus sering dibersihkan karena

lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.

2.5 Perilaku

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Slamet (2002), Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

(environmental health behaviour) adalah respon seseorang terhadap lingkungan

sebagai determinan kesehatan manusia. Dapat diklasifikasikan menjadi 3

kelompok (Notoatmodjo, 2007):

Universitas Sumatera Utara

Page 48: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

32

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) atau usaha

seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau

disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons

terhadap lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia sehingga

lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Menurut Permenkes RI No 2269 ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku

yaitu:

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapnya,

memiliki acuan kepada sistem nilai dan norma yang dianutnya. Dengan kata lain, sistem

nilai dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu. Sistem nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan untuk

dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut.

2. Faktor Pendorong (reinforcing factors)

Individu-individu anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk

mengubah sistem nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka

masyarakat atau tokoh masyarakat, baik yang formal maupun yang informal.

3. Enabling Factors

Seseorang yang sudah mau berperilaku tertentu tidak pernah mempraktikkan perilaku

itu karena tidak adanya kemampuan secara ekonomis atau tidak tersedianya

Universitas Sumatera Utara

Page 49: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

33

sarana. Misalnya, seseorang yang sudah mau membuang hajat (air besar) di jamban,

tidak kunjung melakukan hal itu karena ia tidak mampu membuat jamban pribadi

dan di sekitarnya tidak terdapat jamban umum.

2.5.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang

terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011).

Sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau

manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator yang

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap

kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pegetahuan tentang sakit dan penyakit.

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat.

3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

2.5.2 Sikap

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus

atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah

seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau

bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator

untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan yaitu sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 50: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

34

1. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau

tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara

pencegahan penyakit dan sebagainya.

2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara pemeliharaan

dan cara-cara berperilaku hidup sehat

3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan.

2.5.3 Praktek atau Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Oleh sebab itu indikator praktek

kesehatan ini juga mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencakup

a. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anak, melakukan pengurasan bak

mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat

yang berdebu dan sebagainya

Universitas Sumatera Utara

Page 51: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

35

b. Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter,

melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang tepat dan sebagainya

2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum-

minuman keras dan narkoba dan sebagainya.

3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan

Perilaku ini antara lain mencakup membuang air besar di jamban (WC),

membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci,

masak dan sebagainya.

2.6 Keluhan Kesehatan

2.6.1 Gatal-Gatal pada Kulit

Menurut Harahap (2000), salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif

terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus

yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang

sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula

sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai

macam penyakit antara lain penyakit kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang

memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang

baik, dan faktor ekonomi yang kurang memadai. Salah satu faktor yang

menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi

Universitas Sumatera Utara

Page 52: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

36

kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku, intensitas

mandi dan lain-lain (Rangkuti, 2012).

2.6.2 Gangguan Pencernaan (Diare)

Menurut Irianto (2014), diare adalah suatu kondisi dimana seseorang

buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, serta frekuensinya lebih dari

3 kali sehari. Diare dapat diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab yang

diklasifikasikan menjadi 6 golongan besar (Depkes RI, 2002), yaitu:

1. Infeksi

Keberadaan agen biologi yang masuk melalui makanan dan minuman

kemudian bereaksi di dalam tubuh menimbulkan infeksi di dalam sistem

pencernaan.

2. Mal absorpsi

Mal absorpsi adalah kelainan fungsi usus yang menyebabkan gangguan

dalam proses penyerapan nutrisi dari makanan, seperti karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral yang terjadi di dalam usus besar.

3. Alergi

Salah satu contoh seseorang yang mengalami laktosa intoleransi yaitu

suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu membentuk laktosa dan biasanya

terjadi pada bayi.

4. Keracunan

Keracunan disebabkan oleh racun yang dikandung dan diproduksi oleh

mikroba dalam makanan, misalnya Pseudomonas cocovenenans menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

Page 53: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

37

racun asam bongkrek dan Clostridium botulinum biasanya mengkontaminasi pada

makanan kaleng.

5. Immunodefisiensi

Immunodefisiensi atau penurunan daya tahan tubuh bisa menimbulkan

diare, misalnya pada penderita HIV/AIDS. Diare yang biasa terjadi pada penderita

HIV/AIDS adalah diare kronik.

6. Sebab-sebab lain

Seperti kurangnya persediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan

higiene perorangan, serta kurangnya pemberian ASI.

2.6.3 Gangguan Pernafasan

Infeksi saluran pernapasan atau respiratory tract infections adalah infeksi

yang menyerang saluran pernapasan manusia. Kondisi ini bisa disebabkan oleh

virus atau bakteri. Menurut Depkes RI yang dikutip dari Adelina (2014),

pencemaran udara dalam rumah seperti asap rokok dan asap hasil pembakaran

bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme

pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi

pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah

dan bersatu dengan kamar tidur.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

38

2.7 Kerangka Konsep

Keluhan kesehatan penghuni

kamar kost

1. Gatal-gatal pada Kulit

2. Gangguan

Pencernaan (Diare)

3. Gangguan Pernafasan

Personal Hygiene

1. Kebersihan tubuh

(rambut dan kulit

kepala, kulit)

2. Kebersihan pakaian

3. Frekuensi

mengganti pakaian

dalam

Sanitasi Dasar

1. Penyediaan air

bersih

2. Jamban

3. Pengelolaan sampah

4. Pengelolaan air

limbah

Komponen Fisik

Rumah

1. Langit-langit

2. Ventilasi

3. Pencahayaan alami

4. Dinding

5. Jenis lantai

6. Kepadatan hunian

Perilaku

1. Pengetahu

an

2. Sikap

3. Tindakan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan desain

penelitian cros sectional dalam bentuk survei untuk mengetahui hubungan

perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik

rumah kos di Kelurahan Padang Bulan Medan dengan keluhan kesehatan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa rumah kos yang terdapat di

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan. Lokasi penelitian ini dipilih

dengan pertimbangan:

1. Banyaknya rumah kos yang belum memenuhi syarat rumah sehat

2. Banyaknya mahasiswa yang belum memperhatikan masalah personal

hygiene dan sanitasi dasar

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2017 sampai dengan

bulan September 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni rumah kos yang

berada di lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan yang berjumlah 193 orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

40

3.3.2 Sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

n= NZ2

1-ɑ/2P(1-P)

Nd2 + NZ

21-ɑ/2P(1-P)

Keterangan :

Besar sampel (n)

Besar populasi (N) = 193

Nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung ɑ (NZ2

1-ɑ/2) ɑ = 95% = 1,96

Proporsi kejadian (P) = 0.25

Besar penyimpangan (absolut) yang bisa diterima (d ) = 10%

Perhitungan adalah sebagai berikut :

n= (193) (1,96)2 (0,25) (1-0,25)

(193) (0,1)2 + (1,96)

2 (0,25) (1-0,25)

n= (193) (3,84) (0,25) (0,75)

(193) (0,01) + (3,84) (0,25) (0,75)

n= 138,96 = 138,96 = 52,43

1,93 + 0,72 2,65

Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel yang diambil adalah

52 orang yang akan diambil secara purposive sampling dengan kriteria responden,

yaitu penghuni rumah kos di lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan yang sudah

menetap lebih dari 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

41

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan

mahasiswi yang terpilih menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan

pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari:

1. Kantor Kelurahan Padang Bulan Medan yaitu berupa data jumlah rumah

kost yang ada di Kelurahan Padang Bulan Medan.

2. Pemilik rumah kos, yaitu data yang berkaitan dengan sarana sanitasi dasar

dan jumlah penghuni rumah kos.

3.5 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing data yaitu mengoreksi jawaban yang telah diberikan responden,

apabila ada data yang salah atau kurang segera dilengkapi

2. Coding data yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang

akan diteliti, dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Skoring yaitu masing-masing variabel diberi nilai agar mudah untuk

dikelompokkan jawabannya dan mengkategorikan responden sesuai

dengan jumlah nilai jawaban yang dijawabnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

42

4. Entry yaitu memasukkan data hasil kuesioner ke dalam program komputer,

yaitu dengan menggunakan program SPSS.

5. Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah

dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku penghuni rumah

kos tentang personal hygiene dan sanitasi dasar, sarana sanitasi dasar dan

komponen fisik rumah kos.

3.6.2 Variabel Dependen

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan kesehatan pada

penghuni rumah kos di Kelurahan Padang Bulan Medan.

3.7 Definisi Operasional

1. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan.

2. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan

kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

3. Personal hygiene adalah cara perawatandiri manusia untuk memelihara

kesehatan mereka.

4. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

direbus terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

43

5. Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat

buang air besar.

6. Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam kontener

yang dibuang sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat atau barang-

barang yang dibuang karena kelebihan.

7. Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari

daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama

dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.

8. Rumah merupakan tempat untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia

secara utuh, maka rumah harus dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan

kesehatannya.

9. Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang

menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat

kesehatan manusia.

10. Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang

menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi digunakan untuk

pergantian udara.

11. Cahaya alamiah, yaitu cahaya matahari.

12. Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami salah satu

gangguan kesehatan seperti penyakit kulit, diare dan gangguan pernafasan.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

44

3.8 Aspek Pengukuran

3.8.1 Perilaku

1. Pengetahuan

Pengetahuan ditentukan berdasarkan jumlah pernyataan dalam instrumen

angket yang tersedia yaitu dengan memilih sejumlah pernyataan dengan pilihan

jawaban a, b dan c.

a. Jika responden memilih jawaban yang baik akan mendapat skor 2

b. Jika responden memilih jawaban yang kurang baik akan mendapat skor 1

c. Jika responden memilih jawaban yang tidak baik akan mendapat skor 0

Pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 %

b. Tidak baik, jika skor yang diperoleh responden <75%

2. Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada

responden, dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (setuju, kurang setuju

atau tidak setuju). Adapun sistem pemberian skor sikap adalah sebagai berikut :

a. Jika responden memilih jawaban setuju mendapat skor 2

b. Jika responden memilih jawaban kurang setuju mendapat skor 1

c. Jika responden memilih jawaban tidak setuju mendapat skor 0

Sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 %

b. Tidak baik, jika skor yang diperoleh responden <75%

Universitas Sumatera Utara

Page 61: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

45

3. Tindakan

Penilaian terhadap tindakan dilakukan dengan membagikan kuesioner,

dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan (selalu, kadang-kadang atau tidak

pernah). Adapun sistem pemberian skor sikap adalah sebagai berikut:

a. Jika responden memilih jawaban selalu, mendapat skor 2

b. Jika responden memilih jawaban kadang-kadang mendapat skor 1

c. Jika responden memilih jawaban tidak pernah mendapat skor 0

Tindakan responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 %

b. Tidak baik, jika skor yang diperoleh responden <75%

3.8.2 Kondisi Fisik dan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Kos

Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama ditentukan pengamatan

terhadap komponen rumah dan sarana sanitasi yang diperoleh dari data observasi

yang menggunakan lembar observasi komponen dan sanitasi dasar asrama yang

disesuaikan dengan teknik penilaian rumah sehat Permenkes No

829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Perumahan Sehat, kelengkapan fasilitas

rumah susun menurut PP No. 4 tahun 1988 tentang rumah susun dan Kemenpera

No 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan pembangunan rumah susun

sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pendidikan

berasrama. Penentuan hasil penilaian komponen fisik asrama adalah sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 62: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

46

Tabel 3.1 Penilaian Komponen Fisik Kamar Kost

Komponen Fisik Skor

I Langit-langit

1. Tidak ada

2. Ada, kotor, sulit dibersihkan

3. Ada, bersih, tidak rawan

kecelakaan

0

1

2

II Dinding

1. Bukan tembok (terbuat dari

anyaman bambu/ ilalang)

2. Semi permanen/ setengah tembok/

pasangan bata atau batu yang tidak

diplester/ papan yang tidak kedap

air

3. Permanen (tembok/ pasangan batu

bata yang diplester) papan kedap

air

0

1

2

III Lantai

1. Tanah

2. Papan/ anyaman bambu dekat

dengan tanah/ plesteran yang retak

dan berdebu

3. Diplester/ ubin/ keramik/ papan

(rumah panggung)

0

1

2

IV Jendela kamar tidur

1. Tidak ada

2. Ada

0

1

V Ventilasi

1. Tidak ada

2. Ada, luas ventilasi <10% dari luas

lantai

3. Ada, luas ventilasi >10% dari luas

lantai

0

1

2

VI Pencahayaan Alami

1. Tidak terang, tidak dapat

dipergunakan untuk membaca

2. Kurang terang sehingga kurang

jelas untuk membaca dengan

normal

3. Terang dan tidak silau sehingga

dapat membaca dengan normal

0

1

2

Universitas Sumatera Utara

Page 63: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

47

Berdasarkan tabel 3.1 lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor

maksimal adalah 11. Penentuan hasil penilaian komponen fisik asrama

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 9-11.

2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 9.

Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar asrama adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penilaian Fasilitas Sanitasi Dasar Rumah Kost

Sanitasi Dasar Rumah Kost Ya Tidak

I Air Bersih

1. Sumber air bersih yang digunakan:

a. PAM

b. Sumur Gali

c. Sumur Bor

d. Kali/ sungai

Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari PAM

a. Air PAM jernih

b. Air PAM tidak berasa

c. Air PAM tidak berbau

Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari sumur

gali/ sumur bor

a. Air sumur jernih

b. Air sumur tidak berasa

c. Air sumur tidak berbau

d. Jarak sumur >10 meter dari septi tank

e. Tidak ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10 meter

sekitar sumur

2. Air bersih selalu ada setiap saat (kontinuitas air)

3. Apakah kuantitas air selalu cukup (60 liter/ orang/ hari)

II Pembuangan Sampah

A. Tempat Pembuangan Sampah

1. Tersedia tempat sampah

2. Jenis tempat sampah

a. Keranjang sampah

b. Bak penampung

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

c. Kantong plastik

d. Ember

3. Tempat sampah dalam kondisi baik

1

0

Universitas Sumatera Utara

Page 64: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

48

4. Tempat sampah mudah dibersihkan

5. Tempat sampah tertutup

6. Tempat sampah kedap air

7. Terhindar gangguan binatang seperti kucing

8. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3

bagian telah terisi penuh

9. Tersedia minimal 1 tempat sampah untuk setiap kamar/

ruangan

10. Terdapat tempat sampah umum di luar kamar

B. Tempat Pembuangan Sampah Sementara

1. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara

2. Tempat pembuangan sampah sementara bukan terbuat dari

beton

3. Tempat pembuangan sampah sementara terletak di lokasi

yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut

4. Tempat pembuangan sampah sementara dikosongkan

sekurang-kurangnya 3x24 jam

5. Tempat pembuangan sampah sementara memiliki tutup

C. Pengangkut Sampah

1. Sampah sudah diangkut minimal dalam 3x24 jam oleh

truk pengangkut sampah

2. Truk pengangkut dilengkapi penutup, minimal dengan

jaring

3. Kapasitas truk dapat menampung sampah yang akan

diangkut

4. Bak truk kedap air sampah

III Pembuangan Tinja

1. Tersedia jamban

2. Jenis jamban

a. Cemplung

b. Plengsengan

c. Leher angsa

3. Jarak jamban dengan sumber air bersih >10 meter

4. Sumber air minum jauh dari cemaran tinja

5. Tanah di sekitar terhindar dari air seni, air pembersih dan

penggelontornya

6. Jamban mudah dibersihkan

7. Jamban aman digunakan

8. Konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan yang kuat

dan tahan lama

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

9. Terhindar dari kecoa dan lalat di dalam/ sekitar jamban

10. Lantai jamban bersih

1

1

0

0

Universitas Sumatera Utara

Page 65: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

49

11. Lantai jamban kedap air

12. Lubang jamban dilengkapi penutup

13. Saluran lubang jamban mudah digelontori

14. Tersedia sabun di jamban

15. Jamban dilengkapi bak penampung air

16. Terhindar dari jentik nyamuk

17. Terhindar dari bau tak sedap

18. Konstruksi lantai kuat

19. Mempunyai tempat pijakan yang cukup kuat

20. Mempunyai ventilasi yang cukup

21. Mempunyai penerangan yang cukup

22. Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 1-10 orang

IV Pembuangan Air Limbah

1. Mempunyai saluran pembuangan air limbah

2. Saluran pembuangan air limbah tertutup

3. Sumber air minum jauh dari kontaminasi

4. Terhindar dari pencemaran air permukaan

5. Terhindar dari vektor atau serangga penyebab penyakit

6. Terhindar dari bau atau aroma tidak sedap

7. Lingkungan terhindar dari genangan air limbah

8. Jarak tempat pembuangan akhir >10 meter air bersih

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Berdasarkan tabel 3.2 lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor

maksimal pada rumah kost yang menggunakan sumber air PAM adalah 52.

Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar rumah kost yang menggunakan

sumber air PAM berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 42-52.

2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 42.

Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor

maksimal pada asrama yang menggunakan air sumur gali/ sumur bor adalah 55.

Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar asrama yang menggunakan air

sumur gali/sumur bor berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 66: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

50

1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 44-54.

2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 44.

3.8.3 Keluhan Kesehatan

Pengukuran variabel keluhan kesehatan didasarkan pada:

1. Mengalami keluhan, jika responden mengalami salah satu keluhan

kesehatan yaitu gatal-gatal pada kulit, gangguan pencernaan dan gangguan

pernafasan

2. Tidak mengalami keluhan, jika responden tidak mengalami keluhan

kesehatan.

3.9 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan

menggunakan:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

karakteristik responden, variabel dependen dan variabel independen. Data

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan untuk melihat hubungan

antara variabel dependen dan variabel independen. Dasar pengambilan keputusan

penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95%. Jika

nilai p > α (0,05), maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak dan jika nilai p < α

(0,05), maka hipotesis penelitian (Ha) diterima.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Padang Bulan Medan adalah salah satu kelurahan yang terdapat

di Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah 168 Ha. Kelurahan Padang Bulan

medan terdiri dari XII lingkungan yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan

III, Lingkungan IV, Lingkungan V, Lingkungan VI, Lingkungan VII, Lingkungan

VIII, Lingkungan IX, Lingkungan X, Lingkungan XI dan Lingkungan XII.

Dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Merdeka

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Titirantai

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Polonia

4. Sebelah Darat : Berbatasan dengan Kelurahan PB Selayang

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, Universitas dan lama

menetap dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Karakteristik Responden n %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

26

26

50

50

Lama Menetap

6-24 bulan

>24 bulan

29

23

55,8

44,2

Universitas

USU

Universitas Lain

33

19

63,5

36,5

Universitas Sumatera Utara

Page 68: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

52

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui karakteristik responden laki-laki 26 orang

(50%) dan perempuan 26 orang (50%) dengan lama menetap 6-24 bulan sebanyak

29 orang (55,8%) dan >24 bulan sebanyak 23 orang (44,2%) dan sebagian besar

responden adalah mahasiswa USU sebanyak 33 orang (63,5%) dan universitas

lainnya sebanyak 19 orang (36,5%).

4.2.2 Perilaku Personal Hygiene

4.2.2.1 Pengetahuan

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan

Medan

Pengetahuan n %

1. Frekuensi mandi dalam sehari

a. 2 kali sehari

b. 1 kali sehari

c. 3 kali sehari

2. Mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga

a. Ya

b. Tidak

3. Meminjam peralatan mandi (sabun, sponge,handuk) berpengaruh

terhadap kesehatan kulit

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

4. Pinjam-meminjam pakaian juga berpengaruh terhadap kesehatan

kulit

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak Tahu

5. Frekuensi mengganti pakaian setiap hari

a. 2 kali

b. 1 kali

c. 3 kali

6. Frekuensi mengganti pakaian dalam

a. 2 kali sekali

b. Setiap sehabis mandi

c. Ketika pakaian dalam sudah kotor

7. Tempat pakaian harus dijemur

a. di bawah terik matahari

35

1

16

49

3

36

5

11

33

7

12

34

10

8

8

29

15

51

67,3

1,9

30,8

94,2

5,8

69,2

9,6

21,2

63,5

13,5

23,1

65,4

19,2

15,4

15,4

55,8

28,8

98,1

Universitas Sumatera Utara

Page 69: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

53

b. di depan kamar

8. Tidak mencuci tangan sebelum makan dapat menyebabkan

gangguan kesehatan

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

9. Tidak mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB/ BAK dapat

menyebabkan gangguan kesehatan

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

10. Kuku tangan yang panjang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

11. Frekuensi membersihkan dan memotong kuku dalam seminggu

a. 1 kali seminggu

b. >1 kali seminggu

12. Perlu memakai alas kaki (sepatu/ sendal) apabila pergi keluar

kamar

a. Ya

b. Tidak

13. Akibat tidak mencuci kaki terlebih dahulu sebelum tidur

a. Ada

b. Tidak

c. Tidak tahu

13. Frekuensi mencuci rambut pakai sampo

a. Minimal 2 kali seminggu

b. 1 kali seminggu

c. Tidak menjadi keharusan

14. Frekuensi mengganti sprei tempat tidur

a. Sekali seminggu

b. 2 minggu sekali

c. Sekali sebulan

1

45

4

3

46

4

2

40

8

4

40

12

47

5

23

6

23

33

5

14

21

16

15

1,9

86,5

7,7

5,8

88,5

7,7

3,8

76,9

15,4

7,7

76,9

23,1

90,4

9,6

44,2

11,5

44,2

63,5

9,6

26,9

40,4

30,8

28,8

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui responden di rumah kos Kelurahan

Padang Bulan Medan yang mengetahui dengan benar personal hygiene berapa

kali sebaiknya mandi dalam sehari ada 35 orang (67,3%), mengetahui perlunya

mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga ada 49 orang (94,2%),

mengetahui pinjam-meminjam peralatan mandi (sabun, sponge, handuk)

Universitas Sumatera Utara

Page 70: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

54

berpengaruh terhadap kesehatan kulit ada 36 orang (69,2%), mengetahui pinjam-

meminjam pakaian berpengaruh terhadap kesehatan kulit ada 33 orang (63,5%),

mengetahui berapa kali sebaiknya mengganti pakaian setiap hari ada 34 orang

(65,4%), mengetahui kapan sebaiknya mengganti pakaian dalam ada 8 orang

(15,4%), mengetahui bahwa pakaian sebaiknya dijemur di bawah terik matahari

ada 51 orang (98,1%), mengetahui tidak mencuci tangan sebelum makan dapat

menyebabkan gangguan kesehatan ada 45 orang (86,5%), mengetahui tidak

mencuci tangan pakai sabun sesudah BAK/ BAB dapat menyebabkan gangguan

kesehatan ada 46 orang (88,5%), mengetahui kuku tangan panjang dapat

menyebabkan gangguan kesehatan ada 40 orang (76,9%), mengetahui sebaiknya

membersihkan dan memotong kuku minimal 1 kali seminggu ada 40 orang

(76,9%), mengetahui perlunya memakai alas kaki (sepatu/ sendal) apabila pergi

keluar kamar ada 47 orang (90,4%), mengetahui adanya akibat tidak mencuci kaki

terlebih dahulu sebelum tidur ada 23 orang (44,2%), mengetahui sebaiknya

mencuci rambut dengan sampo minimal 2 kali dalam seminggu ada 33 orang

(63,5%), mengetahui sebaiknya mengganti sprei tempat tidur seminggu sekali ada

21 orang (40,4%).

Berdasarkan penghitungan skor pengetahuan responden di rumah kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang personal hygiene

dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.3

di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 71: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

55

Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan

Medan

Kategori Pengetahuan n %

Baik

Tidak Baik

29

23

55,8

44,2

Berdasarkan tabel 4.3 bahwa pengetahuan responden di rumah kos

lingkungan VIII tentang personal hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak

29 orang (55,8%) dan kategori tidak baik ada 23 orang (44,2%).

4.2.2.2 Sikap

Tabel 4.4 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di Beberapa

Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Sikap Setuju Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

n % n % n %

1. Sebaiknya mandi 2 kali sehari

2. Pinjam-meminjam peralatan mandi

(sabun, sponge, handuk) berpengaruh

terhadap kesehatan kulit

3. Sebaiknya mengganti pakaian minimal

1 kali sehari

4. Sebaiknya mengganti pakaian dalam

setiap habis mandi

5. Pakaian sebaiknya dijemur di bawah

terik matahari

6. Pinjam-meminjam pakaian

memengaruhi kesehatan kulit

7. Perlu mencuci tangan sebelum makan

8. Sebaiknya mencuci tangan pakai sabun

sesudah BAB/ BAK

9. Sebaiknya membersihkan dan

memotong kuku minimal 1 kali

seminggu

10. Pergi keluar kamar sebaiknya memakai

alas kaki (sepatu/ sendal)

11. Sebaiknya mencuci kaki terlebih dahulu

sebelum tidur

12. Mencuci rambut perlu dengan sampo

52

33

38

46

50

22

52

49

46

48

34

45

100,0

63,5

73,1

88,5

96,2

42,3

100,0

94,2

88,5

92,3

65,4

86,5

0

11

9

6

0

11

0

3

5

4

13

7

0

21,2

17,3

11,5

0

21,2

0

5,8

9,6

7,7

25,0

13,5

0

8

5

0

2

9

0

0

1

0

5

0

0

15,4

9,6

0

3,8

17,3

0

0

1,9

0

9,6

0

Universitas Sumatera Utara

Page 72: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

56

13. Sebaiknya mencuci rambut pakai

sampo minimal 2 kali seminggu

14. Sebaiknya merapikan dan

membersihkan tempat tidur setiap

sebelum dan sesudah tidur

15. Sebaiknya menjemur kasur minimal

sekali seminggu

16. Sebaiknya mengganti sprei tempat tidur

minimal sekali seminggu

36

49

37

36

69,2

94,2

71,2

69,2

12

2

14

16

23,1

3,8

26,9

30,8

4

1

1

0

7,7

1,9

1,9

0

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang setuju mandi 2 kali

dalam sehari ada 52 orang (100%), setuju pinjam-meminjam peralatan mandi

(sabun, sponge, handuk) berpengaruh terhadap kesehatan kulit ada 33 orang

(63,5%), setuju sebaiknya mengganti pakaian minimal 1 kali sehari ada 38 orang

(73,1%), setuju sebaiknya mengganti pakaian dalam setiap selesai mandi ada 46

orang (88,5%), setuju pakaian sebaiknya dijemur di bawah terik matahari ada 50

orang (96,2%), setuju pinjam-meminjam pakaian mempengaruhi kesehatan kulit

ada 22 orang (42,3%), setuju perlu mencuci tangan sebelum makan ada 52 orang

(100%), setuju sebaiknya mencuci tangan pakai sabun sesudah BAK/ BAB ada 49

orang (94,2%), setuju sebaiknya membersihkan dan memotong kuku minimal 1

kali seminggu ada 46 orang (88,5%), setuju pergi keluar kamar sebaiknya

memakai alas kaki ada 48 orang (92,3%), setuju sebaiknya mencuci kaki terlebih

dahulu sebelum tidur ada 34 orang (65,4%), setuju mencuci rambut perlu dengan

sampo ada 45 orang (86,5%), setuju sebaiknya mencuci rambut pakai sampo

minimal 2 kali dalam seminggu ada 36 orang (69,2%), setuju merapikan dan

membersihkan tempat tidur sebelum dan sesudah bangun tidur ada 49 orang

(94,2%), setuju menjemur kasur minimal sekali seminggu ada 37 orang (71,2%),

Universitas Sumatera Utara

Page 73: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

57

setuju mengganti sprei tempat tidur minimal sekali seminggu ada 36 orang

(69,2%).

Berdasarkan penghitungan skor sikap responden di rumah kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang personal hygiene dikategorikan baik

dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Kategori Sikap Penghuni Tentang Personal Hygiene Di Beberapa

Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Kategori Sikap n %

Baik

Tidak Baik

50

2

96,2

3,8

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa sikap responden di rumah kos lingkungan

VIII tentang personal hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak 50 orang

(96,2%) dan kategori tidak baik ada 2 orang (3,8%).

4.2.2.3 Tindakan

Tabel 4.6 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan

Tindakan Selalu Kadang-

kadang

Tidak

pernah

n % n % n %

1. Mandi secara teratur (minimal 2

kali sehari)

2. Mandi setelah melakukan kegiatan

diluar seperti pulang dari

kampus/sehabis berolahraga

3. Mandi dengan menggunakan

sabun

4. Peralatan mandi (sabun, sponge,

handuk) tidak meminjam milik

teman

5. Peralatan mandi (sabun, sponge,

handuk) tidak dipinjam kan kepada

teman

37

38

51

40

31

71,2

73,1

98,1

76,9

59,6

15

13

1

9

19

28,8

25,0

1,9

17,3

36,5

0

1

0

3

2

0

1,9

0

5,8

3,8

Universitas Sumatera Utara

Page 74: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

58

6. Mengganti pakaian minimal 1 kali

sehari

7. Mengganti pakaian dalam setiap

sesudah mandi

8. Menjemur handuk yang telah

dipakai di bawah terik matahari

9. Kuku tangan tidak dibiarkan

panjang dan dipotong

10. Mencuci tangan pakai sabun

sebelum makan

11. Mencuci kaki sebelum tidur

12. Mencuci rambut pakai sampo

minimal 2 kali dalam seminggu

13. Mencuci pakaian sampai bersih

dengan detergen

14. Mencuci sprei alas tidur minimal 1

kali seminggu

40

49

19

26

12

7

35

49

13

76,9

94,2

36,5

50,0

23,1

13,5

67,3

94,2

25,0

11

3

26

25

28

27

15

2

31

21,2

5,8

50,0

48,1

53,8

51,9

28,8

3,8

59,6

1

0

7

1

12

18

2

1

8

1,9

0

13,5

1,9

23,1

34,6

3,8

1,9

15,4

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang selalu mandi

secara teratur 2 kali sehari ada 37 orang (71,2%), selalu mandi setelah melakukan

kegiatan di luar seperti pulang dari kampus/ selesai berolahraga ada 38 orang

(73,1%), mandi dengan menggunakan sabun ada 51 orang (98,1%), selalu

munggunakan peralatan mandi (sabun, sponge, handuk) sendiri ada 40 orang

(76,9%), tidak meminjamkan peralatan mandi (sabun, sponge, handuk) kepada

teman ada 31 orang (59,6%), selalu mengganti pakaian minimal 1 kali dalam

sehari ada 40 orang (76,9%), selalu mengganti pakaian dalam setiap sesudah

mandi ada 49 orang (94,2), selalu menjemur handuk di bawah terik matahari ada

19 orang (36,5%), selalu memotong kuku tangan ada 26 orang (50,0%), selalu

mencuci tangan pakai sabun sebelum makan ada 12 orang (23,1%), selalu

mencuci kaki sebelum tidur ada 7 orang (13,5%), selalu mencuci rambut pakai

sampo minimal 2 kali seminggu ada 35 orang (67,3%), selalu mencuci pakaian

Universitas Sumatera Utara

Page 75: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

59

sampai bersih dengan detergen ada 49 orang (94,2%), mencuci sprei alas tidur

minimal sekali seminggu ada 13 orang (25,0%).

Berdasarkan penghitungan skor tindakan responden di rumah kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang personal hygiene

dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.7

di bawah ini:

Tabel 4.7 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Personal Hygiene Penghuni

Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Kategori Tindakan n %

Baik

Tidak Baik

31

21

59,6

40,4

Berdasarkan tabel 4.7 bahwa tindakan responden di rumah kos lingkungan

VIII tentang personal hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak 31 orang

(59,6%) dan kategori tidak baik ada 21 orang (40,4%).

4.2.3 Perilaku Sanitasi Dasar

4.2.3.1 Pengetahuan

Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan

Pengetahuan n %

1. Air yang bagaimana yang memenuhi syarat kualitas fisik air bersih

a. Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, suhunya normal dan

kekeruhan dapat ditoleransi

b. Jernih dan dapat diminum

c. Tidak tahu

2. Frekuensi membersihkan bak air bersih

a. Seminggu sekali

b. 2 minggu sekali

c. Bila ingat saja

3. Jenis jamban yang paling baik adalah jamban leher angsa dan

memiliki septi tank

40

10

2

19

11

22

76,9

19,2

3,8

36,5

21,2

42,3

Universitas Sumatera Utara

Page 76: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

60

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak Tahu

4. Saluran pembuangan air limbah yang baik

a. Tertutup

b. Terbuka dan dialirkan ke saluran umum

c. Tanah

5. Sampah organik dan anorganik

a. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk

hidup dan sampah anorganik adalah sampah yang bukan berasal

dari makhluk hidup dan biasanya dapat didaur ulang

b. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari makhluk

hidup dan sampah organik adalah sampah yang bukan berasal

dari makhluk hidup dan biasanya dapat didaur ulang

c. Tidak tahu

6. Tempat pembuangan sampah organik dan anorganik

a. Dipisahkan

b. Disatukan

c. Tidak tahu

7. Sampah yang dibuang sembarangan dapat membuat parit

tersumbat, menimbulkan bau dan penyakit

a. Ya

24

2

26

38

10

4

33

14

5

35

1

16

52

46,2

3,8

50,0

73,1

19,2

7,7

63,5

26,9

9,6

67,5

1,9

30,8

100,0

Berdasarkan tabel 4.8 responden yang mengetahui syarat kualitas fisik air

bersih adalah tidak berbau, berasa, tidak berwarna, suhunya normal dan kekeruhan

dapat ditoleransi ada 40 orang (76,9%), mengetahui sebaiknya membersihkan bak

air bersih seminggu sekali ada 19 orang (36,5%), mengetahui jenis jamban yang

paling baik adalah jamban leher angsa ada 24 orang (46,2%), mengetahui saluran

air limbah yang baik adalah tertutup ada 38 orang (73,1%), mengetahui tentang

sampah organik dan anorganik ada 33 orang (63,8%), mengetahui sampah organik

dan anorganik sebaiknya dipisahkan ada 35 orang (67,3%), mengetahui sampah

yang dibuang sembarangan dapat membuat parit tersumbat, menimbulkan bau dan

penyakit ada 52 orang (100 %).

Universitas Sumatera Utara

Page 77: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

61

Berdasarkan penghitungan skor pengetahuan responden di rumah kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang sanitasi dasar

dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.9

di bawah ini:

Tabel 4.9 Kategori Pengetahuan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan

Kategori Pengetahuan n %

Baik

Tidak Baik

23

29

44,2

55,8

Berdasarkan tabel 4.9 bahwa pengetahuan responden di rumah kos

lingkungan VIII tentang sanitasi dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 23

orang (44,2%) dan kategori tidak baik ada 29 orang (55,8%).

4.2.3.2 Sikap

Tabel 4.10 Distribusi Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di Beberapa

Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Sikap Setuju Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

n % n % n %

1. Sebaiknya membersihkan bak air

bersih minimal seminggu sekali

2. Sebaiknya menggunakan air

bersih untuk kebutuhan mandi,

mencuci dll

3. Sebaiknya ada tempat sampah di

dalam kamar kos.

4. Sebaiknya tempat pembuangan

sampah tidak dekat dengan

sumber air minum atau sumber

air lainnya yang digunakan untuk

mencuci, mandi, dll

5. Sebaiknya tempat pembuangan

sampah organik dan anorganik

dipisahkan

36

49

20

50

52

69,2

94,2

38,5

96,2

100,0

16

3

16

0

0

30,8

5,8

30,8

0

0

0

0

16

2

0

0

0

30,8

3,8

0

Universitas Sumatera Utara

Page 78: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

62

Berdasarkan tabel 4.10 responden yang setuju membersihkan bak air

bersih minimal seminggu sekali ada 36 orang (69,2%), setuju menggunakan air

bersih untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan lain-lain ada 49 orang (94,2%),

setuju sebaiknya ada tempat sampah di dalam kamar kost ada 20 orang (38,5%),

setuju sebaiknya tempat pembuangan sampah tidak dekat dengan sumber air

minum atau sumber air lainnya yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan

sebagainya ada 50 orang (96,2%), setuju sebaiknya pembuangan sampah organik

dan anorganik dipisahkan ada 52 orang (100%).

Berdasarkan penghitungan skor sikap responden di rumah kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang sanitasi dasar dikategorikan baik

dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:

Tabel 4.11 Kategori Sikap Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di Beberapa

Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Kategori Sikap n %

Baik

Tidak Baik

45

7

86,5

13,5

Berdasarkan tabel 4.11 bahwa sikap responden di rumah kos Lingkungan

VIII tentang sanitasi dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 45 orang (86,5%),

dan kategori tidak baik ada 7 orang (13,5%).

Universitas Sumatera Utara

Page 79: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

63

4.2.3.3 Tindakan

Tabel 4.12 Distribusi Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Bebarapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan

Tindakan Selalu Kadang-

kadang

Tidak

pernah

n % n % n %

1. Menggunakan air bersih untuk

keperluan mandi, mencuci, dan

kakus (MCK)

2. Plastik pembungkus, pembalut,

atau benda lain tidak dibuang ke

lubang/saluran WC

3. Membersihkan WC setelah

BAB/BAK

4. Membuang sampah pada tempat

sampah

5. Memisahkan sampah organik

dengan sampah anorganik

6. Sampah cuci piring tidak dibuang

ke lubang/ saluran pembuangan

kamar mandi

52

40

23

44

5

18

100,0

76,9

44,2

84,6

9,6

34,6

0

5

15

8

14

25

0

9,6

28,8

15,4

26,9

48,1

0

7

14

0

33

9

0

13,5

26,9

0

63,5

17,3

Berdasarkan tabel 4.12 responden yang selalu menggunakan air bersih

untuk keperluan mandi, mencuci, dan kakus (MCK) ada 52 orang (100%), tidak

pernah membuang plastik pembungkus, pembalut, atau benda lain ke lubang atau

saluran WC ada 40 orang (76,9%), selalu membersihkan WC setelah BAB/BAK

ada 23 orang (44,2%), selalu membuang sampah pada tempat sampah ada 44

orang (84,6%), selalu memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik ada

5 orang (9,6%), tidak pernah membuang sampah cuci piring ke lubang/ saluran

kamar mandi ada 18 orang (34,6%).

Berdasarkan penghitungan skor tindakan responden di rumah kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan tentang sanitasi dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 80: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

64

dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel

4.13 di bawah ini:

Tabel 4.13 Kategori Tindakan Penghuni Tentang Sanitasi Dasar Di

Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan

Kategori Tindakan N %

Baik

Tidak Baik

21

31

40,4

59,6

Berdasarkan tabel 4.13 bahwa tindakan responden di rumah kos

Lingkungan VIII tentang sanitasi dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 21

orang (40,4%) dan kategori tidak baik ada 31 orang (59,6%).

4.2.4 Komponen Fisik

Tabel 4.14 Hasil Observasi Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah

Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Komponen Fisik n %

Langit-Langit

1. Ada, kotor, sulit dibersihkan

2. Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan

Dinding

1. Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu

yang tidak diplester/ papan yang tidak kedap air

2. Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester)

papan kedap air

Lantai

1. Diplester/ ubin/ keramik/ papan (rumah panggung)

Jendela Kamar Tidur

1. Tidak Ada

2. Ada

Ventilasi

1. Tidak Ada

2. Ada, luas ventilasi <10% dari luas lantai

3. Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai

Pencahayaan Alami

1. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca

2. Kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca

dengan normal

3. Terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan

normal

27

25

37

15

52

16

36

9

22

21

6

41

5

51,9

48,1

71,2

28,8

100,0

30,8

69,2

17,3

42,3

40,4

11,5

78,8

9,6

Universitas Sumatera Utara

Page 81: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

65

Berdasarkan tabel 4.14 dari hasil obsevasi ada 27 kamar (51,9%) kost di

Lingkungan VIII yang memiliki langit-langit kotor dan sulit dibersihkan, langit-

langit ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan ada 25 kamar (48,1%), dinding

setengah tembok ada 37 kamar (71,2%), dinding permanen ada 15 kamar

(28,8%), lantai di plester/keramik ada 52 kamar (100%), yang tidak memiliki

jendela kamar tidur ada 16 kamar (30,8%), yang memiliki jendela kamar tidur ada

36 kamar (69,2%), yang tidak memiliki ventilasi ada 9 kamar (17,3%), ventilasi

<10% dari luas lantai ada 22 kamar (42,3%), ventilasi >10% dari luas lantai ada

21 kamar (40,4%), pencahayaan tidak terang ada 6 kamar (11,5%), pencahayaan

kurang terang ada 41 kamar (78,8%), pencahayaan terang ada 5 kamar (9,6%).

Berdasarkan penghitungan skor rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan tentang kondisi fisik dikategorikan memenuhi syarat dan

tidak memenuhi syarat. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah

ini:

Tabel 4.15 Kategori Komponen Fisik Rumah Di Beberapa Rumah Kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Kategori Rumah N %

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

5

47

9,6

90,4

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa kamar yang memenuhi syarat ada

5 kamar (9,6%) dan tidak memenuhi syarat ada 47 kamar (90,4%).

Universitas Sumatera Utara

Page 82: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

66

4.2.5 Sarana Sanitasi Dasar

Tabel 4.16 Hasil Observasi Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa

Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Sanitasi Dasar Ya Tidak

n % n %

Air Bersih

1. Sumber air bersih yang digunakan PAM

a. Air PAM jernih

b. Air PAM tidak berasa

c. Air PAM tidak berbau

2. Air bersih selalu ada setiap saat (kontinuitas

air)

3. Apakah kuantitas air selalu cukup (60 liter/

orang/ hari)

Tempat Pembuangan Sampah

1. Tersedia tempat sampah

2. Jenis tempat sampah

a. Keranjang sampah

b. Kantong plastik

c. Ember

3. Tempat sampah dalam kondisi baik

4. Tempat sampah mudah dibersihkan

5. Tempat sampah tertutup

6. Tempat sampah kedap air

7. Terhindar gangguan binatang seperti kucing

8. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam

atau 2/3 bagian telah terisi penuh

9. Tersedia minimal 1 tempat sampah untuk

setiap kamar/ ruangan

10. Terdapat tempat sampah umum di luar kamar

Tempat Pembuangan Sampah Sementara

1. Tersedia tempat pembuangan sampah

sementara

2. Tempat pembuangan sampah sementara bukan

terbuat dari beton

3. Tempat pembuangan sampah sementara

terletak di lokasi yang mudah dijangkau

kendaraan pengangkut

4. Tempat pembuangan sampah sementara

dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam

5. Tempat pembuangan sampah sementara

memiliki tutup.

Pengangkut Sampah

1. Sampah sudah diangkut minimal dalam 3x24

52

43

52

52

52

52

52

16

20

16

52

32

20

36

20

42

7

25

52

52

52

52

0

52

100,0

82,7

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

30,8

38,5

30,8

100,0

61,5

38,5

69,2

38,5

80,8

13,5

48,1

100,0

100,0

100,0

100,0

0

100,0

0

9

0

0

0

0

0

0

0

0

0

20

32

16

32

10

45

27

0

0

0

0

52

0

0

17,3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

38,5

61,5

30,8

61,5

19,2

86,5

51,9

0

0

0

0

100,0

0

Universitas Sumatera Utara

Page 83: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

67

jam oleh truk pengangkut sampah

2. Truk pengangkut dilengkapi penutup, minimal

dengan jaring

3. Kapasitas truk dapat menampung sampah yang

akan diangkut

4. Bak truk kedap air sampah

Pembuangan Tinja

1. Tersedia jamban

2. Jenis jamban leher angsa

3. Jarak jamban dengan sumber air bersih >10

meter

4. Sumber air minum jauh dari cemaran tinja

5. Air seni, air pembersih dan penggelontornya

tidak mencemari tanah di sekitarnya

6. Jamban mudah dibersihkan

7. Jamban aman digunakan

8. Konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan

yang kuat dan tahan lama

9. Tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam/ sekitar

jamban

10. Lantai jamban bersih

11. Lantai jamban kedap air

12. Lubang jamban dilengkapi penutup

13. Saluran lubang jamban mudah digelontori

14. Tersedia sabun di jamban

15. Jamban dilengkapi bak penampung air

16. Terhindar dari jentik nyamuk

17. Terhindar dari bau tak sedap

18. Konstruksi lantai kuat

19. Mempunyai tempat pijakan yang cukup kuat

20. Mempunyai ventilasi yang cukup

21. Mempunyai penerangan yang cukup

22. Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 1-

10 orang

Pembuangan Air Limbah

1. Mempunyai saluran pembuangan air limbah

2. Saluran pembuangan air limbah tertutup

3. Sumber air minum jauh dari kontaminasi

4. Terhindar dari pencemaran air permukaan

5. Terhindar dari vektor atau serangga penyebab

penyakit

6. Terhindar dari bau atau aroma tidak sedap

7. Lingkungan terhindar dari genangan air limbah

8. Jarak tempat pembuangan akhir >10 meter air

bersih

0

52

52

52

52

0

52

52

52

52

52

52

11

52

0

52

25

52

37

11

52

52

46

37

52

52

52

52

52

52

52

52

52

0

100,0

100,0

100,0

100,0

0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

21,2

100,0

0

100,0

48,1

100,0

71,2

21,2

100,0

100,0

88,5

71,2

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

52

0

0

0

0

52

0

0

0

0

0

0

41

0

52

0

27

0

15

41

0

0

6

15

0

0

0

0

0

0

0

0

0

100,0

0

0

0

0

100,0

0

0

0

0

0

0

78,8

0

100,0

0

51,9

0

28,8

78,8

0

0

11,5

28,8

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Universitas Sumatera Utara

Page 84: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

68

Berdasarkan tabel 4.16 dari hasil observasi diketahui bahwa sumber air

bersih yang digunakan di rumah kost Lingkungan VIII berasal dari PAM. Jika

dilihat dari kualitas fisiknya air PAM tidak berasa, tidak berbau dan terdapat 43

kamar (82,7%) air PAM jernih. Air selalu ada setiap saat dan cukup untuk

kepeluan sehari-hari penghuni rumah kost.

Tersedia tempat pembuangan sampah, berdasar kan jenisnya yang

memakai keranjang sampah ada 16 kamar (30,8%), yang memakai kantong plastik

ada 20 kamar (38,5%) dan yang memakai ember ada 16 kamar (30,8%). Semua

tempat sampah dalam kondisi baik, tempat sampah yang mudah dibersihkan ada

32 kamar (61,5%), tempat sampah tertutup ada 20 kamar (38,5%), tempat sampah

kedap air ada 36 kamar (69,2%), terhindar gangguan binatang seperti kucing ada

20 kamar (38,5%), tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam ada 42 kamar

(80,8%), tersedia minimal 1 tempat sampah untuk setiap kamar/ ruangan ada 7

kamar (13,5%), dan tempat sampah umum di luar kamar ada 25 kamar (48,1%).

Rumah kost di Lingkungan VIII mempunyai tempat pembuangan sampah

sementara yang tidak terbuat dari beton dan tidak memiliki tutup, terletak

ditempat yang mudah dijangkau dan dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam.

Sampah diangkut menggunakan truk pengangkut sampah yang kedap air dan tidak

memiliki tutup, kapasitas truk dapat menampung sampah yang akan diangkut.

Berdasarkan hasil observasi jenis jamban yang digunakan adalah jamban

leher angsa, jarak jamban dengan sumber air bersih <10m. Sumber air minum

jauh dari cemaran tinja, air seni, air pembersih dan penggelontornya tidak

mencemari tanah di sekitarnya, jamban mudah dibersihkanam dan aman

Universitas Sumatera Utara

Page 85: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

69

digunakan , konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan

lama, tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam/ sekitar jamban. Lantai jamban

bersih ada 11 kamar (21,2%), lantai jamban kedap air, lubang jamban tidak

dilengkapi penutup, saluran lubang jamban mudah dibersihkan, tersedia sabun di

jamban ada 25 kamar (48,1%), jamban dilengkapi bak penampung air, terhindar

dari jentik nyamuk ada 37 kamar (71,2%), terhindar dari bau tak sedap ada 11

kamar (21,2%). Konstruksi lantai kuat, mempunyai tempat pijakan yang cukup

kuat, mempunyai ventilasi yang cukup ada 46 kamar (88,5%), mempunyai

penerangan yang cukup ada 37 kamar (71,2%), kapasitas jamban minimal 1

jamban untuk 1-10 orang.

Berdasarkan hasil observasi pembuangan air limbah di rumah kos

Lingkungan VIII semua mempunyai saluran pembuangan air limbah, saluran

pembuangan air limbah tertutup, sumber air minum jauh dari kontaminasi,

terhindar dari pencemaran air permukaan, terhindar dari vektor atau serangga

penyebab penyakit, terhindar dari bau atau aroma tidak sedap, lingkungan

terhindar dari genangan air limbah dan jarak tempat pembuangan akhir >10 meter

air bersih.

Berdasarkan perhitungan skor sanitasi dasar rumah kos di Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan dikategorikan memenuhi syarat dan tidak

memenuhi syarat. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.17 di bawah ini:

Tabel 4.17 Kategori Sarana Sanitasi Dasar Rumah Di Beberapa Rumah Kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Kategori Sarana Sanitasi Dasar n %

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi syarat

27

25

51,9

48,1

Universitas Sumatera Utara

Page 86: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

70

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui rumah kos dengan sanitasi dasar yang

memenuhi syarat ada 27 kamar (51,9%) dan yang tidak memenuhi syarat ada 25

kamar (48,1%).

4.2.6 Keluhan Kesehatan

Tabel 4.18 Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Keluhan Kesehatan n %

Gatal-gatal pada kulit

Gangguan pencernaan/diare

Gangguan pernafasan

Tidak mengalami keluhan

19

6

2

25

36,5

11,5

3,8

48,1

Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa responden yang mengalami

keluhan gatal-gatal pada kulit ada 19 orang (36,5%), yang mengalami gangguan

pencernaan/diare ada 6 orang (11,5%), yang mengalami gangguan pernafasan ada

2 orang (3,8%), yang tidak mengalami keluhan kesehatan ada 25 orang (48,1%).

Berdasarkan perhitungan keluhan kesehatan responden rumah kos di

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan dikategorikan mengalami keluhan

kesehatan dan tidak mengalami keluhan kesehatan. Hasil penelitiannya dapat

dilihat pada tabel 4.19 di bawah ini:

Tabel 4.19 Kategori Keluhan Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos

Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan Medan

Kategori Keluhan Kesehatan n %

Mengalami keluhan

Tidak mengalami keluhan

27

25

51,9

48,1

Universitas Sumatera Utara

Page 87: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

71

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui responden yang mengalami keluhan

kesehatan ada 27 orang (51,9%) dan yang tidak mengalami keluhan kesehatan ada

25 orang (48,1%).

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen. Data disajikan dalam bentuk

tabel frekuensi dengan analisis statistik chi-square. Adanya hubungan yang

bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan

dengan nilai p < 0,05.

4.3.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian keluhan

kesehatan penghuni di beberapa rumah kos Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.20 sebagai berikut:

Tabel 4.20 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Keluhan Kesehatan Total Nilai p

Perilaku Ya Tidak

n % n % n %

Pengetahuan

Baik

Tidak baik

12

15

23,1

28,8

17

8

32,7

15,4

29

23

55,8

44,2

0,087

Sikap

Baik

Tidak baik

25

2

48,1

3,8

25

0

48,1

0

50

2

96,2

3,8

0,491

Tindakan

Baik

Tidak baik

12

15

23,1

28,8

19

6

36,5

11,5

31

21

59,6

40,4

0,020

Universitas Sumatera Utara

Page 88: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

72

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.20 pengetahuan pesonal hygiene

yang baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII mengalami keluhan

kesehatan sebanyak 12 orang (23,1%), sedangkan kategori pengetahuan personal

hygiene yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 15 orang

(28,8%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan personal

hygiene dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.

Sikap pesonal hygiene yang baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan

VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 52 orang (48,1%), sedangkan

kategori sikap personal hygiene yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 2 orang (3,8%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara sikap personal hygiene

dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.

Tindakan pesonal hygiene yang baik pada penghuni rumah kos di

Lingkungan VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 12 orang (23,1%),

sedangkan kategori tindakan personal hygiene yang tidak baik mengalami

keluhan kesehatan sebanyak 15 orang (28,8%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p <0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan personal hygiene

Universitas Sumatera Utara

Page 89: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

73

dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.

4.3.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Hubungan antara perilaku sanitasi dasar dengan kejadian keluhan

kesehatan penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan

Medan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.21 sebagai berikut:

Tabel 4.21 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Keluhan Kesehatan Total Nilai p

Perilaku Ya Tidak

n % n % n %

Pengetahuan

Baik

Tidak baik

11

16

21,2

30,8

12

13

23,1

25,0

23

29

44,2

55,8

0,598

Sikap

Baik

Tidak baik

21

6

40,4

11,5

24

1

46,2

1,9

45

7

86,5

13,5

0,101

Tindakan

Baik

Tidak baik

5

22

9,6

42,3

16

9

30,8

17,3

21

31

40,4

59,6

0,001

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.21 pengetahuan sanitasi dasar yang

baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 11 orang (21,2%), sedangkan kategori perilaku sanitasi dasar yang tidak

baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 16 orang (30,8%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan sanitasi dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 90: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

74

dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.

Sikap sanitasi dasar yang baik pada penghuni rumah kos di Lingkungan

VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 21 orang (40,4%), sedangkan

kategori sikap sanitasi dasar yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 6 orang (11,5%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara sikap sanitasi dasar

dengan keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII

Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017.

Tindakan sanitasi dasar yang baik pada penghuni rumah kos di

Lingkungan VIII mengalami keluhan kesehatan sebanyak 5 orang (9,6%),

sedangkan kategori tidakan sanitasi dasar yang tidak baik mengalami keluhan

kesehatan sebanyak 22 orang (42,3%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p <0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan sanitasi dasar dengan

keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

75

4.3.3 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Tabel 4.22 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Keluhan Kesehatan Total Nilai p

Komponen Fisik Rumah Ya Tidak

n % n % n %

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi Syarat

1

26

1,9

50,0

4

21

7,7

40,4

5

47

9,6

90,4

0,183

.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.22 komponen fisik yang memenuhi

syarat pada rumah kos di Lingkungan VIII responden yang mengalami keluhan

kesehatan sebanyak 1 orang (1,9%), sedangkan rumah kos yang tidak memenuhi

syarat, responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 26 orang (50,0%)

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara komponen fisik dengan

keluhan kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

Page 92: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

76

4.3.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Tabel 4.23 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan

Kesehatan Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan

VIII Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017

Keluhan Kesehatan Total Nilai p

Sarana Sanitasi Dasar Ya Tidak

n % n % n %

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi Syarat

14

13

26,9

25,0

13

12

25,0

23,1

27

25

51,9

48,1

0,991

.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.23 sanitasi dasar yang memenuhi

syarat pada rumah kos di Lingkungan VIII yang mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 14 orang (26,9%), sedangkan sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat

mengalami keluhan kesehatan sebanyak 13 orang (25,0%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

p >0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara sanitasi dasar dengan

keluhan kesehatan penghuni rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan Padang

Bulan Medan Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

Page 93: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

77

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Perilaku Personal Hygiene Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Tidak ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene dengan keluhan

kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari

Uji chi-square di dapat p value( 0,087) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.

Penghuni dengan pengetahuan personal hygiene yang baik mengalami keluhan

kesehatan sebanyak 12 orang (23,1%) dan yang tidak baik mengalami keluhan

kesehatan sebanyak 15 orang (28,8%). Penghuni rata-rata sudah memiliki

pengetahuan tentang personal hygiene yang baik seperti, pinjam-meminjam

pakaian berpengaruh terhadap kesehatan kulit, pakaian sebaiknya dijemur di

bawah terik matahari.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ade (2014) mengenai hubungan personal hygiene dengan keluhan kulit pada

pemulung dan fasilitas sanitasi di TPA Terjun yang menunjukkan pengetahuan

tentang personal hygiene, kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki dan kuku dan

kebersihan rambut mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan kulit pada

responden.

Tidak ada hubungan antara sikap personal hygiene dengan keluhan

kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari

Uji chi-square di dapat p value( 0,491) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

78

Penghuni dengan sikap personal hygiene yang baik mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 25 orang (48,1%) dan yang tidak baik mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 2 orang (3,8%). Penghuni dengan sikap personal hygiene yang baik

lebih banyak mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan sikap personal

hygiene responden yang tidak baik. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor lain

yang menyebabkan responden mengalami keluhan kesehatan misalnya sikap

personal hygiene sudah baik tetapi tindakan responden dalam melakukan

personal hygiene kurang baik.

Ada hubungan antara tindakan personal hygiene dengan keluhan kesehatan

pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-

square di dapat p value( 0,020) lebih kecil dari 0,05 maka Ho diterima. Penghuni

dengan tindakan personal hygiene yang baik mengalami keluhan kesehatan

sebanyak 12 orang (23,1%) sedangkan tindakan personal hygiene responden yang

tidak baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 15 orang (28,8%). Masih

banyak penghuni yang jarang menjemur handuk yang telah dipakai di bawah terik

matahari, rata-rata penghuni hanya menggantungkan handuk yang sudah dipakai

di dalam kamar, kuku tangan dibiarkan panjang dan jarang dipotong, apalagi kuku

tangan penghuni perempuan, jarang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan

dan jarang mencuci sprei alas tidur minimal 1 kali seminggu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agsa

(2012) mengenai hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan

keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai yang menunjukkan adanya hubungan

Universitas Sumatera Utara

Page 95: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

79

kebersihan tangan dan kuku, kebersihan pakaian, kebersihan handuk dan

kebersihan tempat tidur dan sprei dengan keluhan penyakit kulit.

Menurut Harahap (1990), faktor risiko penyakit kulit diantaranya perilaku

hidup bersih dan sehat, kondisi sanitasi lingkungan, ketersediaan sumber air bersih,

kebersihan badan, kuku, kulit, pakaian dan kondisi tempat tidur. Penularan penyakit

kulit dapat melalui komponen lingkungan yang berisi agen penyakit serta senantiasa

berinteraksi dengan manusia adalah air, udara, pangan, binatang dan serangga penular

penyakit serta manusia itu sendiri.

5.2 Hubungan Perilaku Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Tidak ada hubungan antara pengetahuan sanitasi dasar dengan keluhan

kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari

Uji chi-square di dapat p value( 0,598) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.

Penghuni dengan pengetahuan sanitasi dasar yang baik mengalami keluhan

kesehatan sebanyak 11 orang (21,2%) dan yang tidak baik yaitu sebanyak 16

orang (30,8%). Rata-rata penghuni rumah kos di Lingkungan VIII tahu bagaimana

air yang memenuhi syarat kualitas fisik air bersih. Tapi masih banyak penghuni

yang memiliki pengetahuan sanitasi yang tidak baik seperti frekuensi

membersihkan bak air bersih dan jenis jamban yang paling baik.

Berkaitan dengan pernyataan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku

sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan, banyak faktor-faktor lain yang

mempengaruhi keluhan kesehatan penghuni rumah kos Lingkungan VIII. Faktor-

faktor tersebut misalnya kebiasaan memasak, seperti cara mencuci bahan-bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 96: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

80

yang mau dimasak, wadah tempat mencuci dan air yang digunakan untuk mencuci

bahan-bahan yang akan dimasak, semua bisa menjadi sarana penularan penyakit.

Tidak ada hubungan antara sikap sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan

pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-

square di dapat p value( 0,101) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak. Penghuni

dengan sikap sanitasi dasar yang baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak 21

orang (23,1%) dan yang tidak baik yaitu sebanyak 6 orang (11,5%). Rata-rata

penghuni sudah memiliki sikap sanitasi dasar yang baik seperti, tempat

pembuangan sampah tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air

lainnya yang digunakan untuk mencuci, mandi, dll dan juga sebaiknya tempat

pembuangan sampah organik dan anorganik dipisahkan

Ada hubungan antara tindakan sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan

pada penghuni kamar kost di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-

square di dapat p value( 0,001) lebih kecil dari 0,05 maka Ho diterima. Penghuni

dengan tindakan sanitasi dasar yang baik mengalami keluhan kesehatan sebanyak

5 orang (9,6%) dan yang tidak baik yaitu sebanyak 22 orang (42,3%). Tindakan

penghuni rumah kos tentang sanitasi dasar masih banyak yang tidak baik karena

masih banyak penghuni yang tidak memisahkan sampah organik dengan sampah

anorganik, tapi hal ini juga karena kurangnya penyediaan tempat sampah di rumah

kost. Masih banyak juga penghuni yang membuang sampah cuci piring ke lubang/

saluran pembuangan kamar mandi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi

(2010), mengenai hubungan kondisi fasilitas sanitasi dasar dan personal hygiene

Universitas Sumatera Utara

Page 97: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

81

dengan kejadian diare yang menunjukkan adanya hubungan sumber air minum (p

= 0,009), sarana pembuangan sampah (p = 0,031), kebiasaan mencuci tangan

setelah buang air besar (p = 0,027) dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

(p = 0,027) dengan kejadian diare.

5.3 Hubungan Komponen Fisik Rumah Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Tidak ada hubungan antara komponen fisik rumah dengan keluhan

kesehatan pada penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari

Uji chi-square di dapat p value(0,183) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak.

Dilihat dari lembar observasi komponen fisik rumah diketahui bahwa penghuni

dengan komponen fisik rumah yang memenuhi syarat mengalami keluhan

kesehatan sebanyak 1 orang (1,9%) dan penghuni dengan kategori komponen fisik

rumah tidak memenuhi syarat mengalami keluhan kesehatan sebanyak 26 orang

(50,0%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Juniettha

(2013), mengenai hubungan kondisi fisik rumah nelayan dengan keluhan infeksi

saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Lingkungan Pintu Angin yang

mengatakan tidak ada hubungan ventilasi p = 0,07, lantai p = 0,613, dinding

0,322, dan langit-langit p = 0,119 dengan kejadian ISPA

Masih banyak komponen fisik rumah kos di Lingkungan VIII yang tidak

memenuhi syarat rumah sehat seperti langit-langit rumah kost yang kotor dan sulit

dibersihkan karena langit-langit rumah letaknya diatas sehingga jarang menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 98: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

82

perhatian penghuni rumah kos. Dinding rumah kos setengah tembok dan

setengahnya lagi triplek, banyak faktor yang membuat rumah kos setengah

tembok dan setengah triplek salah satunya adalah kekurangan dana dalam

membangun rumah kost.

Ventilasi rumah kos di Lingkungan VIII juga bermacam-macam

bentuknya mulai dari yang memenuhi syarat sampai yang tidak memenuhi syarat

seperti rumah kos yang hanya menggunakan kawat kasa sebagai ventilasi kamar,

luas ventilasinya >10% luas lantai tapi udara dan cahaya alami yang masuk tidak

cukup karena lubang pada kawat kasa begitu halus, sehingga butuh jendela untuk

sirkulasi udara. Ada luas ventilasi rumah kos <10% luas lantai karena hanya

menggunakan ventilasi jenis loster (lubang ventilasi di dinding). Ventilasi jenis

loster ini bentuknya kecil sehingga sirkulasi udara yang masuk juga terbatas.

Tanpa bantuan jendela, kamar kos sangat pengap jika hanya menggunakan kawat

kasa dan loster sebagai ventilasi.

Rumah kos yang tidak memiliki jendela juga masih ada sehingga udara

dan cahaya alami tidak masuk ke dalam rumah dan penerangan di rumah juga

kurang. Rumah kos di Lingkungan VIII sangat padat dan pembangunannya juga

rapat-rapat, sehingga sulit untuk membuat jendela kamar.

Rata-rata rumah kos di Lingkungan VIII pencahayaannya sangat kurang

karena ventilasi dan jendela kamar yang tidak memenuhi syarat fisik rumah

sehingga butuh lampu sebagai penerangan di dalam kamar. Udara di dalam kamar

juga sangat pengap, apalagi ada penghuni kamar kos yang tinggal berdua di dalam

satu kamar padahal luas kamar tidak mencukupi untuk ditempati dua orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

83

Dengan bantuan kipas angin, sirkulasi udara di kamar kos menjadi tidak terlalu

pengap lagi.

Lantai rumah kos di Lingkungan VIII Kelurahan Padang Bulan semen dan

keramik. Penghuni rumah kos setiap hari menyapu lantai rumah tetapi jarang

mengepel lantai. Bahkan rata-rata penghuni laki-laki hanya seminggu sekali

mengepel lantai dengan alasan tidak terlalu kotor dan mereka jarang ada di rumah

kos sehingga rumah tidak terlalu kotor. Sebagian penghuni rumah kos juga merasa

mengepel lantai memakan waktu lebih lama dari pada menyapu lantai sehingga

mereka tidak sempat untuk mengerjakannya. Menurut penghuni rumah kos

mengepel lantai juga tidak perlu dilakukan setiap hari karena tidak terlalu

berpengaruh terhadap kesehatan.

Komponen fisik rumah tidak berpengaruh terhadap keluhan kesehatan

penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Banyak faktor yang menyebabkan salah

satunya faktor dari luar rumah, karena kebanyakan penghuni adalah mahasiswa

sehingga jarang di rumah, lebih banyak kegiatan di luar, sebagian besar penghuni

menjadikan rumah kost hanya tempat untuk tidur saja dan tempat istirahat di hari

libur. Faktor lain seperti perilaku penghuni dalam menjaga kesehatannya dan juga

faktor pendukung seperti penyediaan sarana dan prasarana dalam mewujudkan

kesehatan penghuni rumah kost.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

84

5.4 Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan Keluhan Kesehatan

Penghuni Di Beberapa Rumah Kos Di Lingkungan VIII Kelurahan

Padang Bulan Medan Tahun 2017

Tidak ada hubungan antara sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan

penghuni rumah kos di Lingkungan VIII. Hal ini diketahui dari Uji chi-square di

dapat p value( 0,991) lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak. Dilihat dari lembar

observasi sanitasi dasar rumah diketahui bahwa penghuni dengan kategori sanitasi

dasar yang memenuhi syarat mengalami keluhan kesehatan sebanyak 14 orang

(26,9%) dan penghuni dengan kategori sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat

yaitu sebanyak 13 orang (25,0%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi

(2010), mengenai hubungan kondisi fasilitas sanitasi dasar dan personal hygiene

dengan kejadian diare yang menunjukkan keberadaan jamban (p=0,195), sanitasi

jamban (p=0,117), SPAL (p=0,900), kebiasaan BAB (p=0,079), pengelolaan air

minum (p=0,753) dan pengelolaan air limbah (p=0,093) tidak ada hubungannya

dengan kejadian diare.

Rumah kos di Lingkungan VIII sudah menggunakan air PAM, airnya

jernih, tidak berbau dan tidak berasa, hanya beberapa rumah saja yang airnya

tidak jernih. Tapi sarana sanitasi tempat pembuangan sampah masih kurang

karena masih banyak penghuni rumah kost yang menjadikan plastik sebagai

tempat sampah, tempat pembuangan sampah sementara juga jauh dari rumah kos

sehingga penghuni malas untuk membuang ke tempat pembuangan sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 101: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

85

sementara. Kamar mandi umum yang digunakan penghuni juga tidak terjaga

kebersihannya sehingga menimbulkan bau dan kotor.

Ketersediaan sarana sanitasi dasar tidak berpengaruh terhadap keluhan

kesehatan karena banyak faktor yang menyebabkan. Salah satunya seperti, tempat

sampah penghuni rumah kos terletak di luar rumah jadi walaupun sampah

berserakan atau tidak dibuang-buang sampai penuh tidak terkontaminasi ke dalam

rumah kos. Begitu juga kamar mandi umum yang digunakan penghuni juga tidak

kamar mandi pribadi yang letaknya di dalam kamar, jadi bau nya tidak sampai

masuk ke dalam kamar kos.

Universitas Sumatera Utara

Page 102: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

86

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan responden di rumah kos Lingkungan VIII tentang personal

hygiene dengan kategori baik yaitu sebanyak 29 orang (55,8%) dan tidak

baik ada 23 orang (44,2%), sikap yang baik sebanyak 50 orang (96,2%)

dan tidak baik 2 orang (3,8%), tindakan yang baik sebanyak 31 (59,6%)

orang dan tidak baik 21 orang (40,4%)

2. Pengetahuan responden di rumah kos Lingkungan VIII tentang sanitasi

dasar dengan kategori baik yaitu sebanyak 23 orang (44,2%) dan tidak

baik 29 orang (55,8%), sikap yang baik sebanyak 45 (86,5%) orang dan

tidak baik 7 orang (13,5%), tindakan yang baik sebanyak 21 (40,4%)

orang dan tidak baik 31 orang (59,6%)

3. Komponen fisik rumah kos yang memenuhi syarat sebanyak 5 kamar

(9,6%) dan tidak memenuhi syarat 47 kamar (90,4%), kelengkapan sarana

sanitasi dasar rumah kos yang memenuhi syarat sebanyak 27 (51,9%)

kamar dan tidak memenuhi syarat 25 kamar (48,1%)

4. Responden yang mengalami keluhan kesehatan gatal-gatal pada kulit

sebanyak 19 orang (36,5%), gangguan pencernaan/diare sebanyak 6 orang

(11,5%), gangguan pernafasan sebanyak 2 orang (3,8%) dan yang tidak

mengalami keluhan kesehatan sebanyak 25 orang (48,1%)

Universitas Sumatera Utara

Page 103: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

87

5. Variabel yang berhubungan dengan keluhan kesehatan pada responden

adalah tindakan personal hygiene (p = 0,020) dan tindakan sanitasi dasar

(p = 0,001) variabel yang lainnya tidak berhubungan

6.2 Saran

1. Bagi penghuni kamar kos diharapkan agar lebih memperhatikan personal

hygiene seperti menjemur handuk yang telah dipakai dibawah terik

matahari, kuku tangan tidak dibiarkan panjang, mencuci tangan pakai

sabun sebelum makan, mencuci kaki sebelum tidur dan mencuci sprei

minimal satu kali seminggu

2. Bagi penghuni rumah kos diharapkan agar lebih memperhatikan sanitasi

rumah kost seperti membersihkan kamar mandi setelah dipakai buang air

besar/buang air kecil agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan

sampah cuci piring tidak dibuang ke lubang/ saluran pembuangan kamar

mandi

3. Bagi penghuni rumah kost diharapkan agar lantai yang sudah memenuhi

syarat agar dijaga kebersihannya

4. Bagi penghuni rumah kos agar segera memeriksakan diri ke puskesmas

atau rumah sakit jika mengalami keluhan kesehatan

5. Bagi pemilik rumah kos diharapkan agar lebih memperhatikan komponen

fisik dan kelengkapan sarana sanitasi kamar kos seperti jendela kamar

tidur sehingga cahaya alami masuk kedalam kamar, ventilasi kamar >10%

dari luas lantai dan penyedian tempat pembuangan sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 104: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

88

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, 2014. Hubungan Status Imunisasi Dengan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut Pada Balita Sakit (1-5 Tahun) Di Puskesmas

Teladan Medan. Skripsi. Sumatera Utara.

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Ditjend PPM dan PL. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat Pengawasan

Kualitas Air. Jakarta: Depkes RI.

, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Rineka Cipta

Fadhillah, H., 2015. Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal Hygiene

dan Sanitasi Dasar, Komponen Fisik dan Fasilitas Sanitasi Dasar,

serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni di Asrama Putri USU

Tahun 2014. Skripsi. Medan: FKM Universitas Sematera Utara

Gata, Y.P., 2012. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan

Asrama Mahasiswa “Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta” di

Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Atmajaya

Yogyakarta

Hawa, M.D., 2015. Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni

Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2013. Skripsi. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara

Irianto, K., 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

Panduan Klinis. Alfabeta. Bandung.

Isgiyanto, Awal., 2009. Teknik Pengembilan Sampel Pada Penelitian Non-

Eksperimental. Mitra Cendikia. Jogjakarta.

Keman, Soedjajadi.,2005. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan

Pemukiman. Kesehatan Perumahan: 29-42

Kementerian Perumahan Rakyat. 2014. Kemenpera Peraturan Pemerintah

No.4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun. Diakses pada tanggal 30

Januari 2017

Keputusan Menteri Kesehatan RI, 1999. Keputusan Menteri Kesehatan

No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Rumah Sehat

Universitas Sumatera Utara

Page 105: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

89

, 2014. Peraturan Menteri Negara

Perumahan Rakyat No.9/PERMEN/M/2008. Diakses pada tanggal 30

Januari 2017

Kusnoputranto, H., 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia

Lita, S., 2005. Prilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Scabies Di

Pondok Pesantren Ulummu Qur’an Stabat. USU. Press. Medan

Maryunani, A., 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). In Jakarta:

CV. Trans Info Media, pp. 30–56.

Mubarak, W.; Chayantin, N., 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Mukono, H.J., 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:

Airlangga University Press

Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta

Notoatmodjo, S., 2007. Pendidikan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugraheni, Devi., 2012. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar Dan

Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Di Kecamatan Semarang

Utara Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor

2 : 922-933

Paramitha, Ade., 2014. Hubungan Personal Hygiene Keluhan Kulit Pada

Pemulung Dan Fasilitas Sanitasi Di TPA Terjun Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Lingkungan,

Medan : USU

Rangkuti, A.F., 2012. Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal

hygiene, Sanitasi Dasar Perumahan Sehat serta Keluhan Kesehatan

Kulit di Asrama Putra USU. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU

Rizkiyanto, Muhammad., 2015. Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar

dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di

Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014).

Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang

Universitas Sumatera Utara

Page 106: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

90

Safira, S., 2015. Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi

Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I

Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

Tahun 2015

Sihombing, G.H., 2016. Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, serta Keluhan

Kesehatan pada Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata

Laguboti Toba Samosir Tahun 2016

Slamet, J., 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

, 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)., 2012. Keluhan Kesehatan:

Badan Pusat Statistik

Suyono dan Budiman., 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks

Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta

Sylvia, Junietta., 2013. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan Dengan

Keluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di

Lingkungan Pintu Air Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga

Utara Kota Sibolga Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Medan :

USU

Tarwoto.; Wartonah., 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Wakidi, P.P., 2016. Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah,

Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa

Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun

Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

Page 107: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Lampiran 1 Data Jumlah Rumah Kos

Jumlah Rumah Kos yang Ada Di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017

No Nama Pemilik/Penanggungjawab Alamat Jumlah

Kamar

1 Dale S. Milala Jl. Jamin Ginting No. 202 10

2 Suganda Ginting Jl. Jamin Ginting No. 204 7

3 Faham Pinem Jl. Jamin Ginting Gg Juhar No.2 7

4 Josua Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Juhar No. 10 6

5 N. Tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Juhar No. 11 20

6 Pawen Br Sitepu Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Sempit No. 8 15

7 Sanggup Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Bersama No. 1 8

8 P.Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Bersama No. 2 6

9 Kebun Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Bersama No. 5 6

10 Setiamin Br Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Jaya No. 1 6

11 Tani Sinuraya Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Jaya No. 11 8

12 T.Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Pelita Jaya No. 19 20

13 Dumaria Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 2 19

14 Nongku Sinuraya Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 3 8

15 M. Syafrial Sinaga Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 4 5

16 Pristiwa Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 5 6

17 Ngukurken Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 6 13

18 Hendra Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 7 7

19 Ridwan Tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 11 8

20 Longge tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 15 12

21 Jefri Barus Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 16 10

22 Sinuraya Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 18 3

23 Sialoho Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 20 15

24 Syamsir Sinamela Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 23 8

25 Johanes Sembiring Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 24/26 15

26 Asmin Barus Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 27 13

Universitas Sumatera Utara

Page 108: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

No Nama Pemilik/Penanggungjawab Alamat Jumlah

Kamar

27 Suntuk Sebayang Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 28/30 8

28 Julua Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 35/45 13

29 Maseidah Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 41 8

30 Surchan Bukit Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No.69/91 24

31 Rosni Tarigan Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 75 10

32 Simanjuntak Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 85 8

33 Drs Salam Ginting Jl. Jamin Ginting Gg Sarmin No. 25 6

34 Edimaha Jl. Jamin Ginting No. 240 10

35 Dr. Rehulina Jl. Jamin Ginting No. 244 10

36 Gurusinga Jl. Jamin Ginting No. 248 8

37 Yohana Silalahi Jl. Jamin Ginting No. 274 13

38 Amin Barus Jl. Jamin Ginting No. 272 8

39 Salman Jl. Jamin Ginting Gg Sarman No. 18 5

40 N. Sembiring Gg Keluarga No. 2 7

41 Giran Setiawan Gg Keluarga No. 4 7

42 Hj. Ruminah Gg Keluarga No. 6 6

43 Sarbini Gg Keluarga No. 8 6

44 T. Sitepu Gg Keluarga No. 14 6

45 H.S Brahmana Gg Keluarga No. 18 5

46 Trip Tarigan Gg Keluarga No. 22 10

47 Rita Sembiring Gg Keluarga No. 24 6

48 S. Sembiring Gg Keluarga No. 26 6

49 B. Perangin angin Gg Keluarga No. 28 6

50 Sebayang Gg Sahabat No. 1 20

51 Mj. Saleh Pahan Gg Sahabat No. 6 7

52 Ersada Tarigan Komplek Pamen No. 22 5

53 Ersada Tarigan Komplek Pamen No. 24 14

54 Nangat Tarigan Komplek Pamen No. 28 10

55 Rimbun Tarigan Jl. Jamin Ginting No. 307 10

56 Rajin Jl. Jamin Ginting No. 311 10

57 Deliana Jl. Jamin Ginting Gg Sumber Dame 20

Universitas Sumatera Utara

Page 109: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

No Nama Pemilik/Penanggungjawab Alamat Jumlah

Kamar

58 Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 2 8

59 S. Sebayang Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 4 10

60 Natal Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 8 10

61 Jon Ferigogot Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 14 20

62 Martalena Jl. Jamin Ginting Gg Sumber No. 20 20

63 P. Tarigan Jl. Jamin Ginting No. 335 10

64 Aris Camera Jl. Jamin Ginting No. 333 5

65 Jan Saragih Jl. Jamin Ginting No. 331 10

66 Samtana Jl. Jamin Ginting No. 329 10

67 Sabar S Jl. Jamin Ginting No. 386 20

68 R. Tarigan Jl. Jamin Ginting No. 392 20

69 T. Sinulingga Jl. Jamin Ginting Gg Sumber Nongko 16

70 J. Surbakti Jl. Jamin Ginting No. 325 10

71 Zulkifly Jl. Jamin Ginting No. 448 15

72 Roy Pahrabi Jl. Jamin Ginting No. 450 20

73 Vina Junita Jl. Jamin Ginting No. 480 10

74 Dr. Calvinus Jl. Jamin Ginting No. 399 15

75 Lesmi Jl. Jamin Ginting No. 365 6

76 Januar Bukit Jl. Jamin Ginting No. 363 6

77 Edi Suranto Gg Purba No. 1A-1B 30

78 Sembiring Gg Purba No. 3 20

79 Muara Koni Gg Purba No. 5 5

80 Bunafric Gg Purba No. 8 11

81 Ester Gg Purba No. 10 20

82 Dermawan Pinem Gg Purba No. 12 7

83 Bahagia Sembiring Gg Purba No. 14 6

84 Bemedita Gg Purba 30

85 M. Surbakti Gg Paten No. 8 10

86 Nampat G Gg Paten No. 12 10

87 H. Ic Tarigan Gg. Cipta No. 7 4

88 Ngusap Pelawi Jl. Jamin Ginting No. 526 10

Universitas Sumatera Utara

Page 110: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 111: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian

Hubungan Perilaku Personal Hygiene, Sanitasi Dasar dan Kondisi

Fisik Di Beberapa Rumah Kos Kelurahan Padang Bulan Medan

Tahun 2017

Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Universitas/Fakultas :

5. Alamat :

6. Lama Menetap :

A. Pengetahuan

Personal Hygiene

1. Berapa kali sebaiknya mandi dalam sehari?

a. 2 kali sehari b. 1 kali sehari c. 3 kali sehari

2. Perlukah mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

3. Apakah meminjam peralatan mandi (sabun, sponge,handuk) berpengaruh

terhadap kesehatan kulit?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

4. Apakah pinjam-meminjam pakaian juga berpengaruh terhadap kesehatan

kulit?

a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu

5. Berapa kali sebaiknya mengganti pakaian setiap hari?

a. 2 kali b. 1 kali c. 3 kali

6. Kapan sebaiknya mengganti pakaian dalam?

Universitas Sumatera Utara

Page 112: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

a. 2 kali sekali c. Ketika pakaian dalam sudah kotor

b. Setiap sehabis mandi

7. Dimanakah sebaiknya pakaian harus dijemur?

a. di bawah terik matahari b. di depan kamar c. di dalam kamar

8. Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan dapat menyebabkan gangguan

kesehatan?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

9. Apakah tidak mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB/ BAK dapat

menyebabkan gangguan kesehatan?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

10. Apakah kuku tangan yang panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

11. Berapa kali sebaiknya membersihkan dan memotong kuku dalam seminggu?

a. 1 kali seminggu b. >1 kali seminggu c. Tidak pernah

12. Apakah perlu memakai alas kaki (sepatu/ sendal) apabila pergi keluar kamar?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

13. Adakah akibat tidak mencuci kaki terlebih dahulu sebelum tidur?

a. Ada b. Tidak c. Tidak tahu

14. Berapa kali sebaiknya mencuci rambut pakai sampo?

a. Minimal 2 kali seminggu c. Tidak menjadi keharusan

b. 1 kali seminggu

15. Berapa kali sebaiknya mengganti sprei tempat tidur?

a. Sekali seminggu b. 2 minggu sekali c. Sekali sebulan

Sanitasi Dasar

16. Menurut saudara air yang bagaimana yang memenuhi syarat kualitas fisik air

bersih?

a. Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, suhunya normal dan kekeruhan

dapat ditoleransi

b. Jernih dan dapat diminum

c. Tidak tahu

17. Kapan sebaiknya kita membersihkan bak air bersih?

Universitas Sumatera Utara

Page 113: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

a. Seminggu sekali b. 2 minggu sekali c. Bila ingat saja

18. Jenis jamban yang paling baik adalah jamban leher angsa dan memiliki septi

tank ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu

19. Bagaimana saluran pembuangan air limbah yang baik?

a. Tertutup c. Tanah

b. Terbuka dan dialirkan ke saluran umum

20. Apa yang saudara ketahui tentang sampah organik dan anorganik?

a. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup dan

sampah anorganik adalah sampah yang bukan berasal dari makhluk hidup

dan biasanya dapat didaur ulang

b. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup dan

sampah organik adalah sampah yang bukan berasal dari makhluk hidup

dan biasanya dapat didaur ulang

c. Tidak tahu

21. Bagaimana sebaiknya tempat pembuangan sampah organik dan anorganik?

a. Dipisahkan b. Disatukan c. Tidak tahu

22. Sampah yang dibuang sembarangan dapat membuat parit tersumbat,

menimbulkan bau dan penyakit ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu

B. Sikap

No Sikap Setuju Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

A Personal Hygiene

1 Sebaiknya mandi 2 kali sehari

2

Pinjam-meminjam peralatan mandi (sabun,

sponge, handuk) berpengaruh terhadap

kesehatan kulit

3 Sebaiknya mengganti pakaian minimal 1 kali

sehari

4 Sebaiknya mengganti pakaian dalam setiap

habis mandi

5 Pakaian sebaiknya dijemur di bawah terik

matahari

Universitas Sumatera Utara

Page 114: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

6 Pinjam-meminjam pakaian memengaruhi

kesehatan

7 Perlu mencuci tangan sebelum makan

8 Sebaiknya mencuci tangan pakai sabun

sesudah BAB/ BAK

9 Sebaiknya membersihkan dan memotong

kuku minimal 1 kali seminggu

10 Pergi keluar kamar sebaiknya memakai alas

kaki (sepatu/ sendal)

11 Sebaiknya mencuci kaki terlebih dahulu

sebelum tidur

12 Mencuci rambut perlu dengan sampo

13 Sebaiknya mencuci rambut pakai sampo

minimal 2 kali seminggu

14 Sebaiknya merapikan dan membersihkan

tempat tidur setiap sebelum dan sesudah tidur

15 Sebaiknya menjemur kasur minimal sekali

seminggu

16 Sebaiknya mengganti sprei tempat tidur

minimal sekali seminggu

B Sanitasi Dasar

17 Sebaiknya membersihkan bak air bersih

minimal seminggu sekali

18 Sebaiknya menggunakan air bersih untuk

kebutuhan mandi, mencuci dll

19 Sebaiknya ada tempat sampah di dalam

kamar kost

20

Sebaiknya tempat pembuangan sampah tidak

dekat dengan sumber air minum atau sumber

air lainnya yang digunakan untuk mencuci,

mandi, dll

21 Sebaiknya tempat pembuangan sampah

organik dan anorganik dipisahkan

C. Tindakan

No Tindakan Selalu Kadang-

kadang

Tidak

Pernah

A Personal Hygiene

1 Mandi secara teratur (minimal 2 kali sehari)

2

Mandi setelah melakukan kegiatan diluar

seperti pulang dari kampus/sehabis

berolahraga

3 Mandi dengan menggunakan sabun

4 Peralatan mandi (sabun, sponge, handuk)

tidak meminjam milik teman

Universitas Sumatera Utara

Page 115: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

5 Peralatan mandi (sabun, sponge, handuk)

tidak dipinjam kan kepada teman

6 Mengganti pakaian minimal 1 kali sehari

7 Mengganti pakaian dalam setiap sesudah

mandi

8 Menjemur handuk yang telah dipakai di

bawah terik matahari

9 Kuku tangan tidak dibiarkan panjang dan

dipotong

10 Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan

11 Mencuci kaki sebelum tidur

12 Mencuci rambut pakai minimal 2 kali dalam

seminggu

13 Mencuci pakaian sampai bersih dengan

detergen

14 Mencuci sprei alas tidur minimal 1 kali

seminggu

B Sanitasi Dasar

15 Menggunakan air bersih untuk keperluan

mandi, mencuci, dan kakus (MCK)

16 Plastik pembungkus, pembalut, atau benda

lain tidak dibuang ke lubang/saluran WC

17 Membersihkan WC setelah BAB/BAK

18 Membuang sampah pada tempat sampah

19 Memisahkan sampah organik dengan

sampah anorganik

20 Sampah cuci piring tidak dibuang ke lubang/

saluran pembuangan kamar mandi

Keluhan Kesehatan

1. Selama Anda tinggal di rumah kost ini apakah pernah mengalami keluhan

kesehatan ?

a. Ya b. Tidak

2. Keluhan kesehartan seperti apa yang Anda rasakan ?

a. Gatal-gatal pada kulit

b. Sakit perut/Diare

c. Gangguan pernafasan

Universitas Sumatera Utara

Page 116: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lembar Observasi Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Rumah

Kos Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2017

Identitas Pemilik Rumah Kost

Nama :

Umur :

Alamat/No Rumah :

Tabel Penilaian Komponen Fisik Rumah Kost

Komponen Fisik Rumah Kost Skor

I Langit-Langit

1. Tidak ada

2. Ada, kotor, sulit dibersihkan

3. Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan

II Dinding

1. Bukan tembok (terbuat dari anyaman bambu/ ilalang)

2. Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu

yang tidak diplester/ papan yang tidak kedap air

3. Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) papan

kedap air

III Lantai

1. Tanah

2. Papan/ anyaman bambu dekat dengan tanah/ plesteran yang

retak dan berdebu

3. Diplester/ ubin/ keramik/ papan (rumah panggung)

IV Jendela Kamar Tidur

1. Tidak Ada

2. Ada

V Ventilasi

1. Tidak Ada

2. Ada, luas ventilasi <10% dari luas lantai

3. Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai

VI Pencahayaan Alami

1. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca

2. Kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan

normal

3. Terang dan tidak silau sehingga dapat membaca dengan

normal

Universitas Sumatera Utara

Page 117: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor

maksimal adalah 11. Penentuan hasil penilaian komponen fisik rumah kost

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100% atau 9-11.

2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80% atau < 9.

Tabel Penilaian Fasilitas Sanitasi Dasar Rumah Kost

Sanitasi Dasar Rumah Kost Ya Tidak

I Air Bersih

1. Sumber air bersih yang digunakan:

a. PAM

b. Sumur Gali

c. Sumur Bor

d. Kali/ sungai

Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari PAM

a. Air PAM jernih

b. Air PAM tidak berasa

c. Air PAM tidak berbau

Jika sumber air bersih yang digunakan berasal dari sumur gali/ sumur bor

a. Air sumur jernih

b. Air sumur tidak berasa

c. Air sumur tidak berbau

d. Jarak sumur >10 meter dari septi tank

e. Tidak ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10

meter sekitar sumur

2. Air bersih selalu ada setiap saat (kontinuitas air)

3. Apakah kuantitas air selalu cukup (60 liter/ orang/

hari)

II

A

Pembuangan Sampah

Tempat Pembuangan Sampah

1. Tersedia tempat sampah

2. Jenis tempat sampah

a. Keranjang sampah

b. Bak penampung

c. Kantong plastik

d. Ember

3. Tempat sampah dalam kondisi baik

4. Tempat sampah mudah dibersihkan

5. Tempat sampah tertutup

Universitas Sumatera Utara

Page 118: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

6. Tempat sampah kedap air

7. Terhindar gangguan binatang seperti kucing

8. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3

bagian telah terisi penuh

9. Tersedia minimal 1 tempat sampah untuk setiap

kamar/ ruangan

10. Terdapat tempat sampah umum di luar kamar

B Tempat Pembuangan Sampah Sementara

1. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara

2. Tempat pembuangan sampah sementara bukan terbuat

dari beton

3. Tempat pembuangan sampah sementara terletak di

lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut

4. Tempat pembuangan sampah sementara dikosongkan

sekurang-kurangnya 3x24 jam

5. Tempat pembuangan sampah sementara memiliki

tutup

C Pengangkut Sampah

1. Sampah sudah diangkut minimal dalam 3x24 jam oleh

truk pengangkut sampah

2. Truk pengangkut dilengkapi penutup, minimal dengan

jaring

3. Kapasitas truk dapat menampung sampah yang akan

diangkut

4. Bak truk kedap air sampah

III Pembuangan Tinja

1. Tersedia jamban

2. Jenis jamban

a. Cemplung

b. Plengsengan

c. Leher angsa

3. Jarak jamban dengan sumber air bersih >10 meter

4. Sumber air minum jauh dari cemaran tinja

5. Air seni, air pembersih dan penggelontornya tidak

mencemari tanah di sekitarnya

6. Jamban mudah dibersihkan

7. Jamban aman digunakan

8. Konstruksi jamban terbuat dari bahan-bahan yang kuat

dan tahan lama

9. Tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam/ sekitar

jamban

10. Lantai jamban bersih

11. Lantai jamban kedap air

12. Lubang jamban dilengkapi penutup

13. Saluran lubang jamban mudah digelontori

Universitas Sumatera Utara

Page 119: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

14. Tersedia sabun di jamban

15. Jamban dilengkapi bak penampung air

16. Terhindar dari jentik nyamuk

17. Terhindar dari bau tak sedap

18. Konstruksi lantai kuat

19. Mempunyai tempat pijakan yang cukup kuat

20. Mempunyai ventilasi yang cukup

21. Mempunyai penerangan yang cukup

22. Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 1-10 orang

IV Pembuangan Air Limbah

1. Mempunyai saluran pembuangan air limbah

2. Saluran pembuangan air limbah tertutup

3. Sumber air minum jauh dari kontaminasi

4. Terhindar dari pencemaran air permukaan

5. Terhindar dari vektor atau serangga penyebab penyakit

6. Terhindar dari bau atau aroma tidak sedap

7. Lingkungan terhindar dari genangan air limbah

8. Jarak tempat pembuangan akhir >10 meter air bersih

Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor

maksimal pada rumah kost yang menggunakan sumber air PAM adalah 52.

Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar rumah kost yang menggunakan

sumber air PAM berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 42-52.

2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 42.

Berdasarkan tabel lembar observasi di atas didapatkan bahwa skor

maksimal pada rumah kost yang menggunakan air sumur gali/ sumur bor adalah

55. Penentuan hasil penilaian fasilitas sanitasi dasar rumah kost yang

menggunakan air sumur gali/sumur bor berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Memenuhi syarat : apabila skor yang diperoleh 80 -100 % atau 44-54.

2. Tidak memenuhi syarat: apabila skor yang diperoleh < 80 % atau < 44.

Universitas Sumatera Utara

Page 120: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Lampiran 5

Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1 Kamar mandi umum di salah satu rumah kost di Lingkungan

VIII

Gambar Lamiran 2 Kamar mandi umum di salah satu rumah kost di Lingkungan

VIII

Universitas Sumatera Utara

Page 121: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Gambar Lampiran 3 Kamar mandi umum di salah satu rumah kost Linkungan

VIII

Gambar Lampiran 4 Salah satu rumah kost di Lingkungan VIII

Universitas Sumatera Utara

Page 122: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Gambar Lampiran 5 Salah satu rumah kost di Lingkungan VIII

Gambar Lampiran 6 Salah satu responden penghuni rumah kost di Lingkungan

VIII yang mengalami gatal-gatal pada kulit di kaki

Universitas Sumatera Utara

Page 123: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 124: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 125: hubungan perilaku penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi fisik dengan

Universitas Sumatera Utara